CHAPTER V SUMMARY BINA NUSANTARA UNIVERSITY Faculty of Humanities English Department Strata 1 Program 2013 TEACHING READING COMPREHENSION BY USING SMALL GROUP ACTIVITY: A CASE STUDY OF 4th GRADE STUDENTS, TARAKANITA 1 ELEMENTARY SCHOOL
Maya Inriany 1301061971 Metode pengajaran memberikan pengaruh yang besar dalam proses belajar mengajar. Sebuah metode dapat dikatakan berhasil jika memberikan dampak positif yang siknifikan bagi murid – murid nya. Banyak murid yang menganggap bahwa pelajaran reading dalam bahasa inggris adalah sesuatu hal yang sulit dan mambosankan. Sebelum penulis mengerjakan skripsi ini, dia telah menemukan mambaca dari beberapa sumber tentang pengajaran membaca. Berdasarkan sumber tersebut hanya dijelasakan tentang bagaimana cara untuk meningkatkan kemampuan membaca murid. Tetapi dalam skipsi ini, penulis ingin menekankan pada cara pengajaran yang mencangkup semua tipe pembelajaran anak dan semua kemampuan yang ada dalam language skill kedalam satu kegiatan. Oleh karena itu salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan metode baru dengan cara belajar dalam kelompok kecil yang dapat membuat murid – 61
62 murid sekolah dasar untuk lebih meyukai pelajaran reading sejak dini, sehingga mereka lebih mengerti dalam menyerap informasi yang terdapat dalam bacaan dengan cara yang menyenangkan bagi mereka. Dalam pembuatannya penulis juga membahas tentang beberapa teori yang berkaitan dengan topic skipsi ini. Teori – teori yang bahas antara lain, pengertian dan aspek – aspek yang terdapat dalam reading, reading comprehension, reading activity, the effectiveness of teaching reading in small group, teaching reading comprehension for elementary students, dan reading comprehension measurement. Untuk membuat metode cara belajar reading comprehension yang lebih effektif dan mudah untuk di mengerti bagi murid – murid, Moreillon,
Zimmerman
dan Hutchins (2003)
memberikan tujuh stategi untuk reading comprehension yang telah dibahas pada bab kedua dalam skripsi ini. Berdasarkan theory tersebut penulis merancang metode agar ketujuh strategi tersebut terkandung dalam proses pengajaran kepada murid – murid kelas 4 SD Tarakanita 1 yang menjadi responden untuk skripsi ini. Theori lain dari Burns, Roe, Ross (1984) mengatakan ada tiga tipe gaya belajar yaitu auditory, visual, kinesthetic. Dalam perancangan metodenya penulis juga meng-input theory tersebut dalam kegiatan group, agar semua murid dapat menerima pelajaran dengan baik disesuaikan dengan tipe cara belajar mereka. Selain dari teory tersebut beberapa teori yang telah dibahas dalam bab dua, juga terdapat dalam metode yang akan diterapkan kepada responden. Berdasarkan perumusan masalah yang terdapat pada bab satu, penulis mengolah dan menganalisa data berdasarkan urutan perumusan masalah tersebut pada bab analisis. Perumusan masalah yang pertama adalah bagaimana metode ini diterapkan kepada para responden. Berdasarkan pengalaman penulis, metode belajar reading dalam kelompok
63 sangat berhasil diterapkan kepada anak – anak kelas empat Tarakanita 1. Kebanyakan dari responden terlihat sangat antusias dan semangat dalam proses pembelajaran. Mereka menjawab pertanyaan – pertanyaan tentang topic bacaan yang berkaitan dengan diri dengan rasa bangga dan semangat. Penerapan metode ini pun berlangsung cukup baik dari pertemuan pertama sampai pertemuan keempat. Setelah menerapkan metode ini sebanyak empat kali di dua kelas yang berbeda, penulis menjumlahkan semua nilai yang mereka peroleh berdasarkan rumus yang digunakan CLC dalam menghitung nilai akhir pada sistem extrakurikuler. Dari hasil yang diperoleh setelah pengolahan data berdasarkan rumus CLC, responden 10,71% dari 4B, nilai IS mereka lebih rendah dari 85. Meskipun para siswa tersebut mendapat IS mereka lebih rendah dari 85, tapi nilai mereka termaksud dalam grade B + dalam sistem nilai alfabet CLC. Selain itu, ada 25 siswa dari 28 siswa di 4B mendapat FS mereka lebih tinggi dari 85. Dengan kata lain 89,29% siswa di 4B mendapat FS mereka di kelas A. Ini artinya tidak ada siswa memiliki nilai mereka lebih rendah dari B +. Sedangkan, reponden pada kelas 4C, ada 4 siswa dari 27 siswa atau 14,81% siswa - siswi di 4C mendapatkan nilai FS mereka pada grade B +. Meskipun ada 4 siswa yang mendapat FS mereka lebih rendah dari 85, tapi nilai mereka masih dalam kategori superior didasarkan pada sistem penilaian alfabet CLC. Sedangkan sisanya, 23 siswa dari 27 siswa di 4B mendapat nilai mereka lebih tinggi dari 85. Dengan kata lain, terdapat 85,18% dari mereka dikelas 4C mendapat nilai A untuk FS mereka. Selain itu penulis juga melakukan analisis untuk mengetahui peningkatan nilai para responden pada setiap pertemuan. Bedasarkan grafik yang sudah tertera pada bab 2, ada 25% siswa pada kelas 4B tidak mengalami peningkatan nilai setelah diajarkan dengan metode tersebut sebanyak empat kali. Sedangkan total persentase siswa yang
64 nilainya meningkat dan siswa yang konsisten memiliki skor yang baik adalah, 75% dari total siswa di 4B. Maupun total peningkatan nilai pada kelas 4C, ada 66,77% siswa yang mengalami peningkatan nilai pada setiap pertemuan dan 33,33% siswa dari 4C tidak ada peningkatan nilai pada setiap pertemuan. Secara keseluruhan, berdasarkan hasil di atas, para siswa di kedua kelas tersebut memiliki nilai progresif yang sangat signifikan dari pertemuan pertama sampai pertemuan terakhir pada nilai reading comprehension mereka dengan menggunakan metode kegiatan kelompok kecil. Hal terakhir yang dibuktikan adalah pencapaian para responden pada ujian terakhir mereka pada bagian pemahaman mambaca. Dikelas 4B ada 32,14% siswa yang mendapatkan nilai ujian terakhir lebih rendah dibandingkan dengan nilai rata – rata individu mereka pada setiap pertemuan. Sedangkan 67,86% siswa di 4B mengalami peningkatan dan nilai yang sama konsisten pada nilai ujian terakhir dan nilai individu mereka pada setiap pertemuan. Di lain sisi, ada 29,63% pada siswa dari kelas 4C mendapatkan nilai lebih buruk dari nilai rata – rata individu harian mereka, dan 70,37% dari siswa dikelas 4C mengalami peningkatam atau nilai yang konsisten pada nilai ujian terakhir dan nilai rata – rata individu setiap pertemuan. Berdasarkan pengalaman penulis dan hasil analysis data, ada beberapa faktor yang mempengaruhi bagi siswa untuk dapat menerima dan mengerti pelajaran dengan baik. Beberapa faktor tersebut adalah materi bacaan yang digunakan, kemampuan personal siswa/i, situasi keadaan kelas saat proses belajar mengajar, dan metode pembelajaran yang digunakan. Maupun hasil dari skipsi ini bukanlah hal yang dapat dijadikan patokan bahwa metode ini berhasil pada seluruh siswa-siswsi SD. Untuk mendapatkan hasil yang lebih siknifikan dan untuk melihat peningkatan kemampuan pemahaman mambaca yang lebih jelas dan pengaruhnya, dibutuhkan waktu yang lebih
65 panjang dan responden yang lebih luas untuk membuktikannya. Tetapi berdasarkan dari cakupan dan batasan pada penulisan skripsi ini, metode pembelajaran pemahaman membaca dengan menggunakan mentode kelompok kecil, sangat memberikan dampak positif, yaitu hasil peningkatan nilai dan hasil pencapaian nilai pada ujian akhir, lebih dari 50% dari kelas 4B dan 4C SD Tarakanita 1 tersebut mendapatkan peningkatan dan pencapaian nilai yang sangat memuaskan.