BUKU SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU DALAM
STUDI DIET TOTAL PROVINSI DKI JAKARTA 2014 Tim Penulis : Dyah Santi Puspitasari Elisa Diana Julianti Amalia Safitri Yurista Permanasari
Lembaga Penerbit BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN 2014
i
Kata Pengantar Assalamu‟alaikum Wr. Wb. Puji syukur kepada Allah SWT kami panjatkan, karena hanya dengan rahmat dan karunia Allah, kami dapat menyelesaikan Laporan Hasil Studi Diet Total (SDT) tahun 2014 Provinsi DKI Jakarta. SDT terdiri dari Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI) dan Analisis Cemaran Kimia Makanan (ACKM). Pelaksanaan pengumpulan data SDT yang diawali SKMI 2014 di provinsi DKI Jakarta dilakukan di bulan Mei - Juli 2014 di 6 kabupaten/kota. Sebanyak 40 enumerator disebar di seluruh kabupaten/kota, dan 3 orang koordinator klaster dari peneliti Balitbangkes serta 1 orang penanggung jawab operasional Dinas Kesehatan Provinsi. Sebanyak 504 rumah tangga dapat dikunjungi dan sebanyak 1.722 individu dapat diwawancara. Sebelum pelaksanaan pengumpulan data dilakukan terlebih dahulu pelatihan koordinator klaster dan enumerator. Proses manajemen data dimulai dari pengumpulan dan entri data ke komputer data di lapangan. Selanjutnya, proses „data cleaning‟ dilakukan oleh Tim Manajemen Data (mandat) dan Tim Teknis di Balitbangkes. Masih terbatasnya ketersediaan komposisi zat gizi dalam bahan makanan menyebabkan hasil SKMI belum dapat mencakup semua zat gizi. Perkenankanlah kami menyampaikan penghargaan yang tinggi serta terima kasih yang tulus atas semua kerja cerdas dan penuh dedikasi dari seluruh enumerstor, koordinator klaster, penanggung jawab operasional peneliti dari Dinas kesehatan Provinsi serta Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, rekan sekerja dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan BPS Provinsi DKI Jakarta, para pakar dari Perguruan Tinggi, Para Dosen Poltekkes dan semua pihak yang telah berpartisipasi mensukseskan SDT ini. Secara khusus, perkenankan ucapan terima kasih kami dan para peneliti kepada Ibu Menteri Kesehatan yang telah memberi kepercayaan kepada kita semua, anak bangsa, dalam menunjukkan karya baktinya. Billahi taufiq walhidayah, wassalamu‟alaikum wr. wb.
Jakarta, Desember 2014 Kepala Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik
Dr. Siswanto, MHP, DTM
ii
SAMBUTAN KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI Assalamu‟alaikum Wr. Wb. Puji syukur kepada Allah SWT kami panjatkan, karena hanya dengan rahmat dan karunia Nya, kita dapat menyelesaikan Laporan Hasil Studi Diet Total (SDT) tahun 2014. SDT terdiri dari Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI) dan Analisis Cemaran Kimia Makanan (ACKM). SKMI dilaksanakan di 33 provinsi (Kalimantan Utara masih bergabung Kalimantan Timur) sedangkan ACKM masih berupa proyek percontohan yang dilakukan di Yogyakarta. Pelaksanaan SDT yang diawali uji coba kuesioner SKMI 2014 hingga pengumpulan data yang dilakukan sejak bulan Maret – Juli 2014 di 33 provinsi. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan mengerahkan sekitar 2.372 enumerator yang menyebar di seluruh provinsi, 273 koordinator klaster yang terdiri dari peneliti Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) dan dosen Poltekkes Jurusan Gizi serta 134 Penanggung Jawab Operasional Dinas Kesehatan Provinsi. Sebanyak 51.127 rumah tangga dapat dikunjungi dan sebanyak 162.044 individu dapat di wawancara. SDT telah menghasilkan informasi tentang macam hidangan, jenis bahan makanan yang dikonsumsi dan beratnya serta jumlah zat gizi yang dikonsumsinya. Dari jenis dan berat bahan makanan yang dikonsumsi dilakukan ACKM untuk mengetahui paparan dari beberapa zat mungkin menyebabkan penyakit tidak menular. Masih terbatasnya ketersediaan komposisi zat gizi dalam bahan makanan menyebabkan hasil SKMI belum dapat mencakup semua zat gizi. Proses manajemen data dimulai dari data dikumpulkan di lapangan, kemudian dilakukan entry data ke komputer dilaksanakan di lapangan. Selanjutnya, proses „data cleaning‟ dilakukan oleh Tim Manajemen Data (mandat) dan Tim Teknis di Balitbangkes. Format data dibuat untuk keperluan laporan SKMI di 33 provinsi dan ACKM di Yogyakarta. Proses pengumpulan data, entri data dan khususnya data cleaning sungguh memerlukan ketelitian, stamina, pikiran dan kesebaran tingkat tinggi. Demikian pula, rancangan laporan dan khususnya rancangan tabel juga memerlukan pengalaman. Data konsumsi makanan individu ini harus dapat „go international’. Oleh karena itu, data perlu mengikuti format untuk harmonisasi internasional dalam FAO/WHO Chronic Individual Food Consumption Database seperti yang sudah tersedia di Cina dan Jepang, serta sedang dipersiapkan di Laos dan Myanmar. Data ini juga perlu harmonisasi kepentingan stakeholders di bidang gizi dan keamanan pangan dalam format FAO/WHO Global Individual Food Consumption data Tool (FAO/WHO GIFT). Perkenankanlah kami menyampaikan penghargaan yang tinggi serta terima kasih yang tulus atas semua kerja cerdas dan penuh dedikasi dari seluruh peneliti, litkayasa dan staf Balitbangkes, rekan sekerja dari Badan Pusat Statistik (BPS), para pakar dari Perguruan Tinggi, Para Dosen Poltekkes, Penanggung Jawab Operasional dari Jajaran Dinas Kesehatan Provinsi, seluruh enumerator dan semua pihak yang telah berpartisipasi mensukseskan SDT ini.
iii
Secara khusus, perkenankan ucapan terima kasih kami dan para peneliti kepada Ibu Menteri Kesehatan yang telah memberi kepercayaan kepada kita semua, anak bangsa, dalam menunjukkan karya baktinya. Billahi taufiq wal hidayah, Wassalamu‟alaikum Wr. wb.
Jakarta, Desember 2014 Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI
Prof.dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P(K)., MARS., DTM&H, DTCE
iv
SAMBUTAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Assalamu „alaikum Wr. Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang dengan rahmat dan bimbinganNya, Kementerian Kesehatan kini telah memiliki data konsumsi makanan individu nasional yang mencakup seluruh 33 provinsi. Data konsumsi makanan individu ini merupakan hasil dari Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI) yang merupakan modal utama untukStudi Diet Total (SDT) yang dilaksanakan dalam Analisis Cemaran Kimia Makanan (ACKM). SDT telah menghasilkan informasi tentang konsumsi makanan individu nasional berupa jenis, berat bahan makanan, proses persiapan hingga pengolahan makanan yang dikonsumsi sehari-hari serta paparan dan intensitas cemaran kimia dalam makanan pada masyarakat. Demikian, maka SDT dapat dipergunakan untuk pencegahan dan penanggulangan kekurangan/kelebihan gizi dan penyakit tidak menular. Dalam tahap persiapan SDT para pakar dari Perguruan Tinggi dan peneliti Balitbangkes, dikumpulkan untuk membahas cara yang terbaik yang dapat dilaksanakan dalam pengumpulan data di lapangan. Oleh karena itu, berharap mendapatkan hasil yang baik dan bermanfaat adalah wajar. Bersama ini, saya menyampaikan ucapan selamat dan penghargaan yang tinggi kepada para enumerator, para koordinator klaster, penanggung jawab teknis provinsi, penanggung jawab operasional provinsi, tim teknis dan para pakar. Karya anda akan memperbaiki perencanaan kesehatan khususnya di bidang gizi dan penyakit tidak menular, dan akan mempercepat upaya pencapaian target pembangunan nasional di bidang kesehatan. Billahi taufiq walhidayah, wassalamu‟alaikum wr.wb. Jakarta,
Desember 2014
MENTERI KESEHATAN RI
Prof. DR. Nila F.Moeloek, Sp.M (K)
v
Ringkasan Eksekutif Studi Diet Total (SDT) 2014 termasuk dalam Riset Kesehatan Nasional (Riskesnas) berbasis komunitas, dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI. Studi Diet Total terdiri dari dua kegiatan besar, yaitu Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI) dan Analisis Cemaran Kimia Makanan (ACKM). Survei Konsumsi Makanan Individu merupakan kegiatan mengumpulkan informasi data konsumsi makanan individu yang lengkap, sebagai dasar untuk melakukan kegiatan ACKM untuk menentukan tingkat keterpaparan senyawa kimia pada makanan yang dikonsumsi penduduk. Laporan ini difokuskan pada hasil SKMI. Riskesdas 2013 menunjukkan peningkatan penyakit degeneratif dan masih tingginya masalah gizi di masyarakat yang diduga berkaitan dengan perubahan pola konsumsi makanan di masyarakat. Oleh karena itu, penting untuk dilakukan SKMI sebagai bagian dari kegiatan SDT. Survei konsumsi makanan individu bertujuan untuk memperoleh informasi tentang gambaran pola konsumsi makanan dan tingkat kecukupan zat gizi penduduk, dan untuk menyediakan informasi tentang cara, proses dan alat yang digunakan untuk memasak makanan serta daftar bahan makanan untuk keperluan ACKM. Survei konsumsi makanan individu merupakan survei berskala nasional pertama di Indonesia yang mengumpulkan data konsumsi individu secara lengkap. Survei ini dilakukan bekerjasama dengan perguruan tinggi, Badan Pusat Statistik, Dinas Kesehatan provinsi dan Kab/Kota dan dibantu secara teknis oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Institute Life Science International (ILSI). Pelaksanaan SKMI dibiayai sepenuhnya oleh Pemerintah Indonesia. Disain penelitian SKMI adalah kroseksional yang mencakup 1.722 individu pada 504 rumah tangga dan tersebar di 30 blok sensus di seluruh kabupaten/kota di Provinsi DKI Jakarta. Survei konsumsi makanan individu dilaksanakan pada tahun 2014 dan pada tahun 2015 dilanjutkan dengan kegiatan ACKM. SKMI menggunakan cara pengumpulan data yang sudah digunakan secara universal. Data yang dikumpulkan meliputi menu dan jenis makanan, cara memasak dan alat yang digunakan untuk memasak. Data dikumpulkan dengan cara wawancara tentang konsumsi makanan individu sehari sebelumnya. Wawancara dibantu dengan menggunakan pedoman pengumpulan data konsumsi makanan. Dalam proses pengumpulan data dihadapi berbagai kendala antara lain mobilitas penduduk, perbedaan antara nama dengan data yang ada atau tidak bersedia menjadi responden SKMI. Hasil analisis SKMI 2014 menunjukkan berat bahan makanan yang dikonsumsi menurut jenis dan kelompok makanan, mempengaruhi asupan zat gizi dan kecukupan energi dan protein individu, hasil secara lengkap sebagai berikut: 1. Pada jenis kelompok serealia,hampir semua penduduk DKI Jakarta mengonsumsi beras (98,0%) dengan konsumsi sebesar173,3 gram per orang per hari, diikuti dengan konsumsi terigu yang dikonsumsi oleh sekitar 50,6 persen penduduk dengan konsumsi sebesar 15,9 gram per orang per hari. Jenis makanan pokok dari kelompok umbi dan olahannya sebanyak 32 gram per orang per hari. Sebanyak 39,1 persen penduduk mengonsumsi singkong dan olahan dengan konsumsi sebesar 12,8 gram per orang per hari. Dari ketiga jenis makanan pokok tersebut, jenis umbiumbian yang umumnya merupakan produksi lokal yang paling sedikit dikonsumsi oleh penduduk. 2. Konsumsi protein hewani penduduk Indonesia, terbanyak berasal dari kelompok daging dan olahan sebanyak 74,6 gram per orang per hari. Disusul oleh kelompok
vi
ikan dan olahan, yaitu sebesar 53,5 gram per orang per hari. Tiga kelompok lain yang lebih sedikit dikonsumsi, secara berurutan yaitu telur dan olahan sebesar 34,4 gram per orang per hari, susu dan olahan sebanyak 25 gram per orang per hari, dan kelompok jeroan sebesar 7,6 gram per orang perhari. Protein nabati lebih banyak dikonsumsi penduduk dibandingkan protein hewani, terlihat pada konsumsi kacangkacangan dan olahan yang mencapai 63,1 gram per orang per hari. Berdasarkan jumlah penduduk yang mengonsumsi kelompok kacang-kacangan dan olahan, proporsi terbesar adalah pada konsumsi kacang kedele yaitu sebesar 62,1 persen dengan jumlah konsumsi sebanyak 56,6 gram per orang per hari. Jenis protein dalam makanan penduduk sangat didominasi oleh protein nabati. Jumlah protein nabati dalam makanan penduduk yang tinggi mempengaruhi kualitas makanan penduduk. 3. Konsumsi sayur dan olahan dan buah-buahan dan olahanpenduduk masih kecil yaitu 55,3gram per orang per hari dan 48,2 gram per orang per hari. Dalam kelompok sayur, sayuran daun dikonsumsi paling banyak (81,4%) dibandingkan sayur lainnya. Sebaliknya dalam kelompok buah-buahan dan olahan, buah pisang terbanyak dikonsumsi oleh penduduk (15,2%). Konsumsi sayur dan olahan dan buah-buahan dan olahan yang belum memadai akan berpengaruh terhadap asupan vitamin dan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh. 4. Konsumsi minyak, lemak dan olahan sebesar 60,9 gram per orang per hari, terbanyak dikonsumsi dalam kelompok ini adalah kelapa dan olahan (35,5 gram/orang/hari). Hampir semua penduduk DKI Jakarta mengonsumsi minyak kelapa sawit dan minyak kelapa (96,6%), menyusul kelapa dan olahannya (48,0%) dan minyak lainnya (20,9%). 5. Konsumsi gula dan konfeksionari penduduk Indonesia sebesar18,9 gram per orang per hari, terbanyak dikonsumsi dalam kelompok ini adalah dari jenis gula (14,3 gram/orang/hari). Gula pasir dikonsumsi oleh sebagian besar penduduk Indonesia (70,1%), diikuti oleh coklat (10,5%), madu,selai, agar-agar dan jely (7,7%), permen (4,7%) dan terendah sirup (2,1%). 6. Konsumsi kelompok bumbu penduduk Indonesia sebesar 26,6 gram per orangper hari, terbanyak dikonsumsi dalam kelompok ini adalah bumbu basah (17,8 gram/orang/hari), menyusul bumbu instant (4,1 gram/orang/hari) dan garam (3,5 gram/orang/hari). Konsumsi bumbu kering, vetsin/MSG/Mecin dikonsumsi dalam jumlah yang sedikit, yaitu berkisar antara 0,8 – 0,1 gram per orang per hari. Hampir semua penduduk DKI Jakarta mengonsumsi garam (97,6%). Bumbu basah dikonsumsi oleh sebagian besar penduduk (82,61%). Vetsin/MSG/Mecin, bumbu instan dan bumbu kering dikonsumsi oleh penduduk dengan kisaran antara 31,3 – 39,3 persen dan terendah bahan tambahan (2,6%). 7. Total konsumsi minuman serbuk penduduk Indonesia sebesar 11,3 gram per orang per hari. Teh instan/daun kering dikonsumsi terbanyak (41,1 %) diikuti kopi bubuk (21,0%) dan terendah minuman serbuk (11,2%), dengan konsumsi terbanyak adalah kopi bubuk (7,4 gram/orang/hari), menyusul minuman serbuk (2,3 gram/orang/hari) dan terendah adalah teh instan/daun kering (1,5 gram/orang/hari). Minuman serbuk sudah dikonsumsi oleh balita (kelompok umur 0-59 bulan), dan konsumsi tertinggi ditemukan pada kelompok 5-12 tahun. 8. Konsumsi minuman cair penduduk Indonesia sebesar 60,0ml per orang per hari. Dalam kelompok ini, konsumsi minuman kemasan cair penduduk terbanyak (46,2ml/orang/hari), diikuti dengan minuman berkarbonasi (8,5 ml/orang/hari) dan terendah adalah minuman beralkohol (0,3ml/orang/hari). Minuman kemasan cairan dikonsumsi oleh penduduk terbanyak (17,1%), diikuti minuman lainnya (5,5%), minuman berkarbonasi (3,0%) dan terendah minuman beralkohol (0,1%). Minuman
vii
kemasan cairan merupakan minuman terbanyak dikonsumsi pada semua kelompok umur. 9. Konsumsi total kelompokair minum penduduk DKI Jakarta sebanyak 2.141 ml per orang per hari. Air minum bukan kemasan dikonsumsi terbanyak yaitu oleh 93,6 persen penduduk diikuti air minum kemasan bermerek (47,0%) dan terendah minuman cair kemasan pabrikan (20,5%). 10. Konsumsi kelompok makanan komposit, suplemen termasuk jamu penduduk Indonesia amat kecil yaitu dibawah 2 gram per orang per hari. Kelompok makanan tersebut dikonsumsi oleh sedikit penduduk yaitu dibawah 1,5 persen.
Asupan dan tingkat kecukupan gizi 11. Reratakecukupan asupan energi per orang per hari penduduk DKI Jakarta sebesar 90 persen AKE dengan rerata kecukupan asupan energi tertinggi pada penduduk kelompok umur 0-59 bulan (114% AKE), diikuti oleh laki-laki kelompok umur 5-12 tahun dan 13-18 tahun masing-masing sebanyak 107 dan 102 persen AKE. Terendah pada perempuankelompok umur >55 tahun(82% AKE). 12. Rerata kecukupan asupan protein per orang per hari di DKI Jakartaadalah sebesar 121,4 persen AKP. Pada laki-laki, tertinggi ada dikelompok umur 5-12tahun (144,4% AKP) dan terendah kelompok umur >55 tahun (108,2% AKP).Rerata tertinggi pada perempuan ada pada kelompok umur 5-12 tahun (127,1% AKP) dan terendah pada kelompok umur (90,8% AKP). 13. Penduduk DKI Jakarta dengan tingkat kecukupan asupan energi sangat kurang (<70% AKE)sebesar 28,8persen, tingkat kecukupan asupan energi kurang (70<100% AKE) sebesar 37,1persen,tingkat kecukupan asupan energi normal atau sesuai AKG (100 - <130% AKE) sebesar 21,7persen dan tingkat kecukupan asupan energi berlebih (>130 AKE)sebesar 12,4 persen. 14. Tingkat kecukupan asupan protein sangat kurang (<80% AKP) sebesar 21,7 persen, kurang (80 - <100% AKP) sebesar 15,3 persen, normal (100-<120% AKP) sebesar 17,3 persen dan berlebih (≥120% AKP) sebesar 45,8 persen. Proporsipenduduk dengan tingkat kecukupan asupan protein normal hanya berkisar antara 11,3 – 19,4 persen. Proporsi terbesar penduduk pada semua kelompok umur adalah dengan tingkat kecukupan asupan protein berlebih, kecuali pada kelompok >55 tahun. 15. Rerata asupan lemak per orang per hari penduduk DKI Jakarta sebesar 25,4 gram. Rerata tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun (22,9 g), kelompok umur 19-55 tahun (28,2 g). Berdasarkan kuintil terlihat rerata asupan lemak pada kelompok terbawah dan teratas tidak jauh berbeda. 16. Asupan karbohidrat per orangper hari pada penduduk laki-laki diDKI Jakarta tertinggi terdapat pada kelompok umur13-18tahun (365,7 gram), diikuti kelompok umur 19-55 tahun (311,5 gram).Pada perempuan terlihat adanya penurunan asupan karbohidrat seiring dengan pertambahan umur. 17. Pada laki-laki dan perempuan, rerata asupan natrium per orangper hari tertinggi pada kelompok umur13 – 18 tahun, yaitu masing-masing sebesar 2.115 mg dan 2.105 mg per orang per hari, diikuti kelompok umur 19 – 55tahun yaitu1.825 mg pada laki-laki dan 1.856 mg pada perempuan. 18. Rerata konsumsi garam penduduk DKI yaitu sebesar 3,5 gram per orang perhari, konsumsi gula sebesar 14,3 gramper orang per hari dan minyak sebanyak 25,4 gram per orang per hari.
viii
Seluruh hasil SKMI dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk evaluasi dan perencanaan kesehatan khususnya di bidang gizi.
Rekomendasi 1. Mengingat sumber makanan pokok lokal (umbi-umbian) sedikit dikonsumsi penduduk dibandingkan dengan makanan pokok yangdiimpor (terigu dan olahannya) dan tingginya jumlah penduduk yang tidak mampu memenuhi kecukupan energinya maka perlu dirumuskan kebijakan penganekaragaman makanan pokok yang berbasis makanan lokal dan terjangkau oleh daya beli penduduk. 2. Mengingat sumbangan protein dari hasil laut masih sedikit dibandingkan dengan potensi yang ada maka perlu kebijakan peningkatan potensi hasil laut sebagai sumber protein hewani bagi penduduk. 3. Mengingat konsumsi sayuran dan buah masih sedikit maka perlu dirumuskan kebijakan untuk meningkatkan konsumsi sayur dan buah melalui edukasi gizi seimbang bagi masyarakat dan peningkatan ketersediaan sayuran dan buah dengan harga yang terjangkau. 4. Mengingat konsumsi minuman kemasan baik serbuk maupun cair pada anak mulai meningkat maka perlu dirumuskan kebijakan untuk melindungi anak dari konsumsi minuman kemasan yang berlebihan. 5. Mengingat sudah terdapat sebagian penduduk yang mengonsumsi gula, garam dan minyak/lemak melebihi batas yang ditetapkan dalam Permenkes nomor 30 tahun 2013 maka perlu ditingkatkan pemahaman masyarakat tentang risiko mengonsumsi berlebih gula, garam dan minyak/lemak melalui edukasi atau kampanye.
ix
DAFTAR ISI Kata Pengantar ..................................................................................................................................... ii Sambutan ............................................................................................................................................. iii Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan....................................................... iii Menteri Kesehatan Republik Indonesia ........................................................................................ v Ringkasan Eksekutif ........................................................................................................................... vi Daftar Isi ................................................................................................................................................ x Daftar Tabel......................................................................................................................................... xii Daftar Gambar .................................................................................................................................... xv Daftar Singkatan .................................................................................................................................xvi BAB I Pendahuluan.............................................................................................................................. 1 1.1.
Latar belakang....................................................................................................................... 1
1.2.
Perumusan Masalah Penelitian .......................................................................................... 2
1.3.
Pertanyaan Penelitian .......................................................................................................... 2
1.4.
Tujuan Penelitian .................................................................................................................. 2
1.5.
Manfaat Penelitian ................................................................................................................ 3
BAB II Metode Penelitian .................................................................................................................... 4 2.1.
Disain penelitian .................................................................................................................... 4
2.2.
Tempat dan Waktu ............................................................................................................... 4
2.3.
Populasi dan Sampel ........................................................................................................... 4
2.4.
Variabel dan Definisi Operasional ...................................................................................... 4
2.5.
Instrumendan Cara Pengumpulan Data .......................................................................... 11
2.5.1. Instrumen ........................................................................................................................ 11 2.5.2. Cara Pengumpulan Data .............................................................................................. 11 2.5.3. Proses wawancara ........................................................................................................ 12 2.5.4. Penimbangan Berat Badan .......................................................................................... 13 2.6.
Bahan dan Prosedur Pengumpulan Data ....................................................................... 13
2.7.
Pengawasan Kualitas Data ............................................................................................... 16
2.7.1. Analisis Data ................................................................................................................... 17 2.8.
Izin penelitian....................................................................................................................... 17
2.9.
Pertimbangan etik penelitian ............................................................................................. 17
BAB III Hasil dan Pembahasan ........................................................................................................ 18 3.1
Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta .......................................................................... 18
3.1.1 Gambaran Geografi dan Wilayah Administrasi ......................................................... 18
x
3.1.2. Gambaran Demografis.................................................................................................. 19 3.1.3. Status Gizi ....................................................................................................................... 19 3.2.
Jumlah Sampel yang Terkumpul (Response Rates)..................................................... 20
3.3.
Konsumsi Bahan Makanan Menurut Kelompok Makanan ........................................... 21
3.4.
Asupan dan Tingkat Kecukupan Energi .......................................................................... 60
3.5.
Proporsi Penduduk Menurut Klasifikasi Tingkat Kecukupan Energi........................... 62
3.6.
Asupan dan Tingkat Kecukupan Protein ......................................................................... 63
3.7.
Proporsi Penduduk Menurut Klasifikasi Tingkat Kecukupan Protein ........................ 65
3.8.
Asupan Lemak .................................................................................................................... 66
3.9.
Asupan Karbohidrat ............................................................................................................ 67
3.10. Asupan Natrium .................................................................................................................. 68 3.11. Konsumsi Gula, Garam dan Minyak/Lemak ................................................................... 68 BAB IV Kesimpulan............................................................................................................................ 71 Daftar Pustaka .................................................................................................................................... 74
xi
DAFTAR TABEL No.
Judul
Hal
1
Variabel dan definisi operasional SKMI
3.2.1
Distribusi BS yang berhasil dikunjungi (response rate) berdasarkan Kabupaten/Kota Provinsi DKI Jakarta 2014
20
Distribusi responden yang berhasil dikunjungi (response rate) berdasarkan jenis kelamin Provinsi DKI Jakarta 2014
21
Rerata konsumsi kelompok serelia dan olahan per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014
22
Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok serelia olahannyamenurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014
21
3.2.2 3.3.1 3.3.2 3.3.3 3.3.4 3.3.5 3.3.6 3.3.7 3.3.8 3.3.9 3.3.10 3.3.11 3.3.12 3.3.13
3.3.14 3.3.15
5
dan
Rerata konsumsi kelompok umbi dan olahannya per orang per hari (gram) menurut kelompok umur,Provinsi DKI Jakarta 2014
23
Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok umbi dan olahannya menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014
25
Rerata konsumsi kelompok kacang-kacangan dan olahannya per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014
25
Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok kacang-kacangan dan olahannya menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014
26
Rerata konsumsi kelompok sayur dan olahannya per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014
27
Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok sayur dan olahannya menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014
28
Rerata konsumsi kelompok buah- buahan dan olahannya per orang per hari (gram)menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014
29
Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok buah-buahan dan olahannyamenurut kelompok umur,Provinsi DKI Jakarta 2014
31
Rerata konsumsi kelompok daging dan olahannya per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014
32
Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok daging olahannyamenurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014
34
dan
Rerata konsumsi kelompok jeroan dan olahannya yang dikonsumsi per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014
34
Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok jeroan olahannyamenurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014
35
dan
Rerata konsumsi kelompok ikan dan olahannyaper orang per hari (gram)menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014
37
3.3.16
Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok ikan dan olahannya menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014
39
3.3.17
Rerata konsumsi kelompok telur dan olahannya per orangper hari (gram)
39
xii
menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 3.3.18
Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok telur dan olahannya menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014
40
3.3.19
Rerata konsumsi kelompok susu dan olahannya per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014
42
3.3.20
Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok susu olahannyamenurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014
dan
44
3.3.21
Rerata konsumsi kelompok minyak, lemak dan olahannyaper orangper hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014
44
3.3.22
Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok minyak, danolahannya menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014
lemak
46
3.3.23
Rerata konsumsi kelompok gula dan konfeksionari per orangper hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014
46
3.3.24
Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok gula dan konfeksionari menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014
47
3.3.25
Rerata konsumsi kelompok bumbu per orangper hari (gram)menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014
48
3.3.26
Proporsi penduduk yang mengonsumsi bumbu menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014
49
3.3.27
Rerata berat kelompok minuman yang dikonsumsi per orangper hari (gram)menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014
50
3.3.28
Proporsi penduduk yang mengonsumsi minuman menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014
51
3.3.29
Rerata berat kelompok makanan komposit yang dikonsumsi per orangper hari (gram)menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014
52
3.3.30
Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014
makanan komposit menurut
53
3.3.31
Rerata konsumsi kelompok air menurut kelompok umurper hari (ml), Provinsi DKI Jakarta 2014
51
3.3.32
Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Umur,Provinsi DKI Jakarta 2014
Kelompok
55
3.3.33
Rerata konsumsi kelompok suplemen dan jamu per orang per hari menurutkelompok umur per orang per hari, Provinsi DKI Jakarta Tahun 2014
56
3.3.34
Proporsi penduduk yang mengonsumsi suplemen dan jamu menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014
57
3.3.35
Rerata konsumsi serelia, umbi/pati, kacang, sayur, buah, daging dan olahannya per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta Tahun 2014
58
3.3.36
Rerata konsumsi jeroan, ikan, telur, susu, minyak, olahannya, gula dan konfeksionari menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014
59
xiii
Air
Menurut
3.3.37
Rerata konsumsi bumbu, minuman, makanan komposit, air dan suplemen menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014
60
3.4.38.
Rerata asupan energi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin Provinsi DKI Jakarta 2014
61
3.4.39.
Rerata kecukupan energi penduduk menurut karakteristik, Provinsi DKI Jakarta 2014
62
3.5.40.
Proporsi penduduk menurut karakteristik demografi dan status kepemilikan asset dan menurut tingkat kecukupan asupan energi, Provinsi DKI Jakarta 2014
63
3.6.41
Rerata asupan protein pendudukmenurut kelompok umur dan jenis kelamin Provinsi DKI Jakarta 2014
64
3.6.42
Rerata kecukupan protein penduduk menurut karakteristik, Provinsi DKI Jakarta 2014
65
3.7.43
Proporsi penduduk menurut karakteristik demografi dan status kepemilikan aset dan menurut tingkat kecukupan asupan protein, Provinsi DKI Jakarta 2014
66
3.8.44
Rerata asupan lemak penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin Provinsi DKI Jakarta 2014
67
3.9.45
Rerata asupan karbohidrat penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin Provinsi DKI Jakarta 2014
67
3.10.46
Rerata asupan natrium penduduk per orang per hari menurut kelompok umur dan jenis kelamin Provinsi DKI Jakarta 2014
68
3.11.47
Rerata konsumsi gula, garam, minyak/lemak per orang per hari menurut karakteristik, Provinsi DKI Jakarta 2014
69
3.11.48
Proporsi pendudukdengan asupangula, natrium dan lemak, melebihi batas yang ditetapkan Permenkes nomor 30 tahun 2013 tetang AKG yang dianjurkan menurutkarakteristik,provinsi DKI Jakarta 2014
70
xiv
DAFTAR GAMBAR No
Judul
Hal
1.
Peta DKI Jakarta
18
3.3.1.
Rerata konsumsi kelompok serelia dan olahannya (gram), Provinsi DKI Jakarta 2014
per orang per hari
23
3.3.2
Rerata konsumsi kelompok umbi dan olahannya Di Provinsi DKI Jakarta 2014
24
3.3.3.
Rerata konsumsi kelompok kacang-kacangan dan olahannya per orang per hari (gram), Provinsi DKI Jakarta Tahun 2014
26
3.3.4.
Rerata konsumsi kelompok sayur dan olahannya per orang per hari (gram),Provinsi DKI Jakarta Tahun 2014
27
3.3.5.
Rerata konsumsi kelompok buah-buahan dan olahannya per orang per hari (gram), Provinsi DKI Jakarta Tahun 2014
30
3.3.6.
Rerata konsumsi kelompok daging dan olahannya per orang per hari (gram), Provinsi DKI Jakarta 2014
33
3.3.7.
Rerata konsumsi kelompok jeroan dan olahannya yang dikonsumsi per orang per hari (gram), Provinsi DKI Jakarta 2014
35
3.3.8.
Rerata konsumsi kelompok ikan dan olahannya per orang per hari (gram), Provinsi DKI Jakarta 2014
38
3.3.9.
Rerata konsumsi kelompok telur dan olahannya per orang per hari (gram), Provinsi DKI Jakarta 2014
40
3.3.10 .
Rerata konsumsi kelompok susu dan olahannya per orang per hari (gram), Provinsi DKI Jakarta 2014
43
3.3.11 .
Rerata konsumsi kelompok minyak, lemak dan olahannya per orangper hari (gram), Provinsi DKI Jakarta 2014
45
3.3.12
Rerata konsumsi kelompok gula dan konfeksionari per orangper hari (gram), Provinsi DKI Jakarta 2014
47
3.3.13
Rerata konsumsi kelompok bumbu per orangper hari (gram) di Provinsi DKI Jakarta 2014
48
3.3.14
Rerata berat kelompok minuman yang dikonsumsi per orang per hari (gram), Provinsi DKI Jakarta 2014
51
3.3.15
Rerata berat kelompok makanan komposit yang dikonsumsi per orang per hari (gram), Provinsi DKI Jakarta 2014
53
3.3.16
Rerata konsumsi kelompok air yang dikonsumsi per orang per hari (ml), Provinsi DKI Jakarta 2014
55
3.3.17 .
Rerata berat kelompok suplemen dan jamu yang dikonsumsi per orang per hari (ml), Provinsi DKI Jakarta 2014
57
3.3.18
Rerata berat bahan makanan serelia, umbi/pati, kacang, sayur, buah, daging dan olahannya yang dikonsumsi per orang per hari (gram), Provinsi DKI Jakarta 2014
59
xv
DAFTAR SINGKATAN ACKM
:
Analisis Cemaran Kimia Makanan
AKG
:
Angka Kecukupan Gizi
ART
:
Anggota Rumah Tangga
Badan PPSDMK
:
Balita
:
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manumur Kesehatan Bawah Lima Tahun
Balitbangkes
:
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
BB
:
Berat Badan
BDD
:
Berat Dapat Dimakan
BPOM
:
Badan Pengawasan Obat dan Makanan
BPS
:
Badan Pusat Statistik
BS
:
Blok Sensus
BTP
:
Bahan Tambahan Pangan
DKBM
:
Daftar Komposisi Bahan Makanan
DS SDT
:
Daftar Sampel Studi Diet Total
EFSA
:
European Food Safety Authority
FAO
:
Food and Agriculture Organization
FAO/WHO GIFT
:
FAO/WHO Global Individual Food Consumption Data Tool
JECFA
:
Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives
KEPK
:
Komisi Etik Penelitian Kesehatan
Korwil
:
Koordinator Wilayah
Lansia
:
LanjutUmur
Mandat
:
Manajemen Data
MDG‟s
:
Millenium Development Goals
MSG
:
Mono Sodium Glutamat
PAM
:
Perusahaan Air Minum
Poltekkes
:
Politeknik Kesehatan
PSP
:
PersetujuanSesudahPenjelasan
PTM
:
Penyakit Tidak Menular
RAN
:
Rencana Aksi Nasional
RSE
:
Relative Standard Error
RT
:
Rumah Tangga
SDT
:
Studi Diet Total
SKMI
:
Survei Kesehatan Masyarakat Indonesia
WHO
:
World Health Organization
xvi
BAB I PENDAHULUAN 1.1.
Latar belakang
Survei Diet Total (SDT) adalah survei yang bertujuan untuk memgkaji cemaran kimia yang terdapat pada makanan yang dikonsumsi oleh penduduk. SDT dilaksanakan berdasarkan 2 tahapan kegiatan, yaitu Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI) dan Analisis Cemaran Kimia Makanan (ACKM). SKMI bertujuan untuk mengumpulkan data makanan yang dikonsumsi penduduk. Data yang dihasilkan oleh SKMI menjadi dasar bagi pelaksanaan kegiatan ACKM. Studi Diet Total penting dilaksanakan karena berdasarkan data yang diperoleh dari Riskesdas (2010), makanan yang dikonsumsi masyarakat Indonesia belum sesuai dengan kebutuhan. Masih terdapat mayarakat yang kurang gizi, namun terdapat juga masyarakat yang menghadapi kelebihan gizi terutama di perkotaan.Konsumsi makanan dan atau minuman bergula, bergaram dan berlemak-jenuh tinggi disertai dengan konsumsi sayuran dan buah yang rendah, merupakan salah satu faktor risiko utama PTM terkait-gizi (Beaglehole et al, 2011). Selain itu tingkat pencemaran kimia pada bahan makanan dan minuman cukup tinggi ditemukan didaerah industri pertambangan dan pertanian hortikultura (Kemenkes 2012) berkaitan dengan penyakit tidak menular. Data mortalitasmenurutkelompokpenyakit berdasarkan kajian hasil survei kesehatan nasional 1995-2007 (Atmarita, 2011) menunjukkan terjadinya pergeseran pola penyakit penyebab kematianpada berbagai golongan umur.Kasus kematian akibat penyakit tidak menular (PTM) seperti hipertensi, kanker dan diabetes melitus semakin meningkat dibandingkan dengan kasus kematian akibat penyakit menular. Angka kematian akibat penyakit diabetes melitus meningkat dari 1,1persen menjadi 2,1 persen, hipertensi dari 7,6 persen menjadi 9,5 persen, dan stroke dari 8,3 persen menjadi 12,1 persen (Depkes, 2008 dan Kemenkes, 2014). Prevalensi gizi kurang, kependekan dan prevalensi gizi lebih di tahun 2013 cenderung tidak berubah dibandingkan dengan tahun 2007.Masalah gizi lebih sangat berkaitan dengan kejadian PTM, sehingga peningkatan angka kematian akibat PTM diduga berhubungan erat dengan pola konsumsi pangan (bahan makanan atau minuman) yang mencakup jumlah, mutu dan keamanan. Saat ini telah terdapat banyak data SDT yang berasal dari negara-negara yang telah melakukan studi ini, antara lain Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru, Kanada, Itali, Inggris, Perancis dan negara-negara Asia seperti Cina dan Malaysia. Saat ini SDT dilakukan di seluruh dunia dengan mengikuti pedoman umum yang dikembangkan oleh WHO terutama dari segi metode, sehingga pada akhirnya dapat diperoleh suatu informasi tingkat internasional yang terharmonisasi.Di Indonesia sampai saat ini belum pernah dilakukan SDT yang mencakup survei konsumsi pangan dan analisis senyawa kimia di dalam bahan pangan. Data konsumsi makanan tingkat nasional dari Susenas, Riskesdas 2007, dan Riskesdas 2010, belum memenuhi syarat untuk digunakan dalam pelaksanaan SDT sesuai pedoman umum harmonisasi dari WHO. Data konsumsi dari Susenas merupakan hasil pendekatan dari biaya pengeluaran rumah tangga untuk pembelian pangan sehingga tidak bisa menunjukkan jumlah pangan yang sebenarnya dikonsumsi dan masuk ke dalam tubuh. Data konsumsi dalam Riskesdas 2007 juga merupakan data konsumsi rumah tangga, sehingga tidak bisa dihubungkan dengan data kejadian penyakit yang mewakili data individu, sedangkan Riskesdas 2010 sudah mempunyai data konsumsi individu tetapi tidak memiliki informasi tentang proses pengolahan yang diperlukan dalam menyiapkan sampel bahan makanan untuk keperluan analisis senyawa kimia. Dengan tidak adanya data nasional kecukupan dan keamanan konsumsi pangan serta kajiaan risikonya, maka Indonesia belum memiliki data sebagai evidence basedyang dapat mewakili mayoritas
1
penduduk Indonesia yang dapat digunakan sebagai informasi dalam forum-forum di tingkat internasional dan sebagai dasar pengambilan kebijakan. Sampai saat ini belum ada data konsumsi pangan terkini dan lengkap dengan cara pengolahan makanan dan data paparan senyawa kimia pada populasi yang sangat terbatas, sehingga tidak dapat dihubungkan dan menjelaskan meningkatnya prevalensi PTM di Indonesia. Oleh karena itu untuk mendapatan data yang sangat penting ini, perlu dilakukan Studi Diet Total tingkat nasional. SDT yang dilakukan pada tahun 2014-2015 mempunyai dua kegiatan yaitu kegiatan SKMI pada tahun 2014 bertujuan untukmendapatkandata perubahan tingkat konsumsi gizi dan status gizi serta keragaman hidangan dan bahan makanan yang dikonsumsi penduduk dibandingkan dengan data Riskesdas 2010 dan kegiatan ACKM pada tahun 2015 untuk mengumpulkan data tingkat cemaran kimia dalam makanan yang dikonsumsi oleh penduduk. Oleh karena itu SDT dilaksanakan di Indonesia dimulai dengan kegiatan SKMI yang dilakukan di seluruh propinsi pada tahun 2014 termasuk di propinsi DKI Jakarta. 1.2.
Perumusan Masalah Penelitian
Seperti telah dikemukakan di atas bahwa kejadian PTM semakin meningkat dari tahun ke tahun, demikian juga halnya dengan angka kematian yang diakibatkan PTM. Prevalensi masalah gizi tidak banyak mengalami perbaikan dari tahun 2007 sampai tahun 2013. Ada kecenderungan peningkatan prevalensi pendek (stunting), gizi kurang (underweight) dan kegemukan (obesity). Gambaran kesehatan dan gizi seseorang sangat erat kaitannya dengan jumlah, mutu dan keamanan makanan yang dikonsumsinya dikenal dengan istilah “you are what you eat”. Prinsip ketahanan pangan bertumpu pada tiga hal, yaitu: tersedianya jumlah pangan yang cukup, bermutu dan aman bagi penduduk. Meningkatnya kejadian PTM dan tetap tingginya masalah gizi di Indonesia memberikan indikasi adanya masalah dalam makanan yang dikonsumsi oleh penduduk Indonesia baik dari segi jumlah, mutu maupun keamanannya. 1.3.
Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian untuk SKMI 2014 Provinsi yaitu : 1. Berapakah jumlah makanan dan bahan makanan yang dikonsumsi penduduk menurut jenis dan kelompok makanan di tingkat provinsi? 2. Berapa tingkat asupan zat gizi individu dari semua kelompok umur di tingkat provinsi? 3. Apa saja zat gizi yang konsumsinya kurang dan apa saja zat gizi yang konsumsinya lebih di tingkat provinsi? 4. Berapa jumlah garam, gula dan minyak yang dikonsumsi penduduk di tingkat propinsi? 5. Apa saja makanan yang merupakan komponen, sedikitnya 90 persen dari diet yang dikonsumsi oleh penduduk di tingkat propinsi?
1.4.
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
2
Tersedianya data tentang kecukupan dan keamanan makanan yang di konsumsi oleh penduduk di Propinsi DKI Jakarta Tujuan Khusus 1. Memperoleh informasi rata-rata berat bahan makanan yang dikonsumsi individu menurut jenis makanan dan kelompok makanan (food group) di Provinsi DKI Jakarta. 2. Memperoleh informasi tentang tingkat asupan zat gizi (makro dan mikronutrien) individu di Provinsi DKI Jakarta. 3. Mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan konsumsi zat gizi individu dibandingkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk Provinsi DKI Jakarta 4. Memperoleh konsumsi garam, gula dan minyak yang dikonsumsi pendudukdi Provinsi DKI Jakarta 5. Memperoleh daftar makanan (food-list) yang merupakan komponen, sedikitnya 90 persen dari diet yang dikonsumsi oleh penduduk di Provinsi DKI Jakarta 1.5. 1. 2. 3. 4.
Manfaat Penelitian Tersedianya informasi mengenai pola konsumsi bahan makanan penduduk di Provinsi DKI Jakarta Tersedianya informasi konsumsi zat gizi penduduk di Provinsi DKI Jakarta Tersedianya data makanan (food list) untuk keperluan Analisis Cemaran Kimia Makanan (ACKM) di Provinsi DKI Jakarta. Mampu merencanakan penelitian lanjutan sesuai dengan permasalahan kesehatan.
3
BAB II METODE PENELITIAN 2.1.
Disain penelitian
Penelitian ini merupakan survei berskala nasional. Oleh karena itu disain SKMI 2014 di Provinsi DKI Jakarta mengikuti disain nasional yaitu dengan disain potong lintang (crosssectional), non-intervensi/observasi, deskriptif dan analitik. 2.2.
Tempat dan Waktu
Pelaksanaan Pengumpulan data SKMI di Provinsi DKI Jakarta telah dilaksanakan mulai tanggal 23 Mei – 21 Juni 2014. 2.3.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam SKMI Provinsi DKI Jakarta tahun 2014 adalah seluruh rumah tangga biasa yang mewakili 6 kabupaten/kota. Besar sampel Provinsi DKI Jakarta berdasarkan kerangka sampling nasional terpilih 30 BS di 6 kabupaten/kota dan 609 RT dengan perkiraan indvidu sebesar 2.182 orang Kriteria Inklusi dan Ekslusi Sampel adalah semua rumah tangga yang sudah didatangi dan terdaftar pada data Riskesdas 2013 dan semua anggota rumah tangga yang ada pada saat pengumpulan data SKMI di Provinsi DKI Jakarta berlangsung.Kriteria eksklusi adalah rumah tangga tidak diambil datanya bila tidak memungkinkan untuk dikunjungi karena berbagai kendala; dan rumah tangga serta anggota rumah tangga yang menolak berpartisipasi dalam SKMI di Provinsi DKI Jakarta. Cara Pemilihan Sampel Rumah tangga yang akan dikunjungi adalah rumah tangga yang menjadi sampel dalam Riskesdas 2013 di Provinsi DKI Jakarta. Untuk mendapatkan sampel individu, rumah tangga di BS yang sudah dikunjungi Riskesdas 2013 akan diambil secara acak sebanyak 609rumah tangga. Dalam satu rumah tangga terdapat rata-rata 4,5 individu 2.4.
Variabel dan Definisi Operasional
Jenis data yang dikumpulkan secara lengkap dapat dilihat pada kuesioner, yaitu terdiri dari blok pertanyaan sebagai berikut: Tingkat Rumah Tangga Blok I Blok II Blok III Blok IV Blok V Blok VI
: Pengenalan Tempat : Keterangan Rumah Tangga : Keterangan Pengumpul Data : Keterangan Anggota Rumah Tangga : Daftar Hidangan Makanan/Minuman yang Dimasak di RT (Quicklist) : Persiapan dan Cara Mengolah Makanan/Minuman di Rumat Tangga
Tingkat Individu Blok VII Blok VIII Blok IX Blok X
:Keterangan Pengumpul Data : Keterangan Individu : Daftar Makanan yang Dikonsumsi ART dalam Satu Hari Kemarin : Konsumsi Makanan Individu Recall 1 x 24 Jam
4
Tabel 2.4.1 Variabel dan Definisi Operasional SKMI No 1
Variabel Zat Gizi
2
Konsumsi serealia
3
5
Konsumsi umbiumbian Konsumsi kacangkacangan, biji Konsumsi sayuran
6
Konsumsi buah
7
Konsumsi daging
8 9
Konsumsi jeroan/non daging Konsumsi ikan
10
Konsumsi telur
11
Konsumsi susu
12
Konsumsi minyak, lemak Konsumsi gula, sirop, konfeksionari Konsumsi bumbu
4
13 14 15
Konsumsi minuman
Penjelasan tentang variabel Zat makanan yang diperlukan untuk berbagai proses metabolisme dan proses lain dalam kehidupan sehari-hari Berat bahan makanan kelompok serealia yang dikonsumsi Jenis serealia terdiri dari : Berat bahan makanan kelompok umbiumbian yang dikonsumsi Berat bahan makanan kelompok kacangkacangan yang dikonsumsi Berat bahan makanan kelompok sayuran yang dikonsumsi Berat bahan makanan kelompok buah yang dikonsumsi Berat bahan makanan kelompok daging yang dikonsumsi Berat bahan makanan kelompok jeroan, non daging yang dikonsumsi Berat bahan makanan kelompok ikan yang dikonsumsi Berat bahan makanan kelompok telur yang dikonsumsi Berat bahan makanan kelompok susu yang dikonsumsi Berat bahan makanan kelompok minyak, lemak yang dikonsumsi Berat bahan makanan kelompok gula, sirop.konfeksionari yang dikonsumsi Berat bahan makanan kelompok bumbu yang dikonsumsi Berat bahan makanan kelompok minuman yang dikonsumsi
Metoda pengukuran Analisis DKBM berdasarkan Berat bahan makanan yg dikonsumsi Wawancara
Skala ukur Rasio Rasio
Pengkategorian Rata2 dan st.deviasi
Rasio
Rerata dan standar deviasi
Wawancara
Rasio
Rerata dan standar deviasi
Wawancara
Rasio
Rerata dan standar deviasi
Wawancara
Rasio
Rerata dan standar deviasi
Wawancara
Rasio
Rerata dan standar deviasi
Wawancara
Rasio
Rerata dan standar deviasi
Wawancara
Rasio
Rerata dan standar deviasi
Wawancara
Rasio
Rerata dan standar deviasi
Wawancara
Rasio
Rerata dan standar deviasi
Wawancara
Rasio
Rerata dan standar deviasi
Wawancara
Rasio
Rerata dan standar deviasi
Wawancara
Rasio
Rerata dan standar deviasi
Wawancara
Rasio
Rerata dan standar deviasi
Wawancara
Rasio
Rerata dan standar deviasi
5
No 16
19
Konsumsi suplemen Asupan energi
Penjelasan tentang variabel Berat bahan makanan kelompok makanan komposit yang dikonsumsi Berat bahan makanan kelompok air yang dikonsumsi Berat bahan makanan kelompok suplemen yang dikonsumsi Jumlah energi yang dikonsumsi
20
Asupan protein
Jumlah protein yang dikonsumsi
21
Tingkat Kecukupan Asupan Energi
22
TingkatKecukupan Asupan Protein
23
Asupan natrium
Persentase asupan energi per orang per hari terhadap Angka Kecukupan Energi (AKE) yang dianjurkan untuk setiap kelompok umur dan jenis kelamin. AKE yang digunakan adalah didasarkan Permenkes no 75 tahun 2013. Persentase asupan proteinper orang per hari terhadap Angka Kecukupan Protein (AKP) yang dianjurkan untuk setiap kelompok umur dan jenis kelamin. AKP yang digunakan adalah didasarkan Permenkes no 75 tahun 2013. Jumlah natrium yang dikonsumsiindividu sehari kemarin
24
Asupan lemak
17 18
Variabel Konsumsi makanan komposit Konsumsi air
Jumlah lemak yang dikonsumsi individu sehari kemarin
Metoda pengukuran Wawancara
Skala ukur Rasio
Pengkategorian Rerata dan standar deviasi
Wawancara
Rasio
Rerata dan standar deviasi
Wawancara
Rasio
Rerata dan standar deviasi
Perhitungan berat bahan Rasio makanan yang dikonsumsi dengan kandungan zat gizinya Perhitungan berat bahan Rasio makanan yang dikonsumsi dengan kandungan zat gizinya Ordinal
Ordinal
Dihitung berdasarkan Rasio kandungan natrium bahan makanan yang ada dalam Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) Dihitung berdasarkan Rasio kandungan lemak bahan makanan yang ada dalam Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM)
6
Rerata, standar deviasi dan proporsi
Rerata, standar deviasi dan proporsi
1. < 70 % AKE 2. 70 -100% AKE 3 100-120% AKE 4 >130% AKE 1. < 80 % AKP 2. 80 -100% AKP 3 100-120% AKP 4 >120% AKP
No 25
Variabel Asupan karbohidrat
Penjelasan tentang variabel Jumlah karbohidrat yang dikonsumsi individu sehari kemarin
26
Berat badan
27
Makanan yang dikonsumsi ART
28
Konsumsi makanan individu
29
Kode Hidangan
30
Asal hidangan
Berat badan seluruh responden, bayi,balita,remaja,dewasa dan lansia, baik perempuan dan laki-laki Nama makanan dan minuman yang dikonsumsi individu sesuai waktu dalam satu hari kemarin Jenis bahan makanan/minuman yang dikonsumsi individu anggota rumahtangga baik yang dimasak dirumah maupun yang diperoleh/dibeli diluar rumah selama sehari kemarin Kode hidangan menurut daftar makanan yang telah disiapkan dalam buku pedoman SKMI Bagaimana cara mendapatkan hidangan
31
Nama dagang/merek
32
Spesifikasi rasa
33
Alamat tempat makanan dijual
34.
URT/porsi hidangan/makanan
Metoda pengukuran Dihitung berdasarkan kandungan karbohidrat bahan makanan yang ada dalam Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) Dengan menggunakan timbangan badan dengan ketelitian 0,1 kg Wawancara
Skala ukur Rasio
Wawancara dan penimbangan hidangan
Nominal
Buku kode hidangan
Nominal
Wawancara
Nominal
Ordinal Nominal
Nama produk atau pembuat hidangan/makanan rumahtangga maupun pabrikan Rasa yang tertera dalam kemasan pabrikan Alamat tempat hidangan /makanan yang dikonsumsi individu di
Wawancara pengamatan
dan
Nominal
Wawancara pengamatan Wawancara
dan
Nominal
Ukuran yang dipakai rumahtangga untuk menyatakanjumlah hidangan atau bahan makanan
Wawancara
7
Pengkategorian
1.Di rumah tangga 2. dibeli 3. diberi
Nominal Ordinal
sendok makan(sdm) sendok teh (sdt) centong, potong, biji, buah, piring
No 35.
Variabel Sumber air
Penjelasan tentang variabel Tempat memperoleh air yang digunakan untuk memasak dan minum
Metoda pengukuran Wawancara
Skala ukur Nominal
Pengkategorian 1.Air kemasan 2.Air isi ulang 3.Air ledeng/PDA 4.Air ledeng eceran/beli 5.Sumur bor/pompa 6.Sumur gali terlindung 7.Mata air tak terlindung 8.Penampungan air Hujan 9.Air danau/sungai/irigasi 10.Tidak tahu
36
Perlakuan pada bahan makanan mentah
Tindakan yang dilakukan terhadap makanan yang dikonsumsi mentah
Wawancara
Nominal
37
Cara pengolahan
Bagaimana cara hidangan/makanan tersebut dimasak yang paling berisiko terhadap adanya cemaran.
Wawancara
Nominal
38
Status responden terkini
Informasi atau keberadaan responden (KRT dan ART) sebagai sampel individu SKMI 2014 pada saat pengumpulan data masih sama atau ada perubahan dibandingkan dengan data yang dikumpulkan dalam RIskesdas 2013.
Wawancara
Nominal
39
Umur
Umur anggota rumahtangga
Wawancara
Nominal
1.Dicuci dan dikupas 2.Dicuci, tidak dikupas 3.Tidak dicuci, dikupas 4.Tidak dicuci dan tidak dikupas 8.Tidak berlaku 1.Bakar/asap 2.Goreng 3.Panggang/sangan/sangrai 4.Rebus/Ungkep/presto/ magic-jar 5.Tumis 6.Kukus 7.Seduh 9.Tidak diolah 1.Tidak ada perubahan 2.Ada perubahan 3.Meninggal 4.Pindah 5.Lahir 6.Art baru 7.Tidak pernah ada dlm ruta (fiktif) a. 1< 1 bln isikan hari b. < 5 thn isikan bulan c. >= 5 thn isikan tahun
8
No 40
Variabel Status Pekerjaan
Penjelasan tentang variabel Pekerjaan utama anggota rumah tangga yang berumur diatas 10 tahun
Metoda pengukuran Wawancara
Skala ukur Nominal
Pengkategorian 1.Tidak bekerja 2.Bekerja 3.Sekolah
41
Persiapan cara memasak makanan/minuman di rumahtangga
Wawancara
42
Bahan Dasar Alat Masak yang digunakan
Diperoleh keterangan tentang asal, siapa yang memasak, beratbahan makanan, sumber air cara perlakuan dan pengolahan termasuk bahan bakar yang dipergunakan untuk memasak hidangan yang dimasak di rumah tangga Bahan dasar alat masak yang dipakai untuk memasak makanan dan minuman yang dikonsumsi keluarga . contoh aluminium, gerabah, gelas
Wawancara/pengamatan
Nominal
Wawancara
Nominal
1.Aluminium 2.Seng 3.Besi 4.Kaca 5.Tanah/gerabah 6.Plastik 7.Keramil 8.Tembaga 9.Stainless steel 10.Enamel 11.Tidak pakai alat 1.Di rumah tangga 2. Dibeli 3. D1.iberi Ml (gram)
43
Asal hidangan
44
Air minum
45
Perlakuan pada bahan mentah
Asal bahan makanan/minuman tersebutdiperoleh sebelum dimasak di rumahtangga Jumlah air yang diminum individu selama satu hari (24 jam) kemarin Perlakuan terhadap setiap rincian bahan makanan yang digunakan dalam proses pemasakan hidangan makanan/minuman di rumahtangga
46
Pengolahan/pemas akan
Wawancara Wawancara
Cara pengolahan dan pemasakan responden terhadap setiap hidangan yang dimasak di rumahtangga yang dapat menimbulkan cemaran dan rincian bahan makanannya
Nominal
Nominal
9
1.Dicuci 2.Dikupas 3.tidak dicuci 4.Tidak dikupas 5.Tidak dicuci&tidak dikupas 7.Tidak berlaku Kukus
No 47
Variabel Rincian makanan
48
Siapa memasak
49
Merek Pabrik dalam Kemasan
bahan
yang
Penjelasan tentang variabel Rincian bahan sesuai resep yang digunakan dalam memasak hidangan makanan/minuman di rumah tangga termasuk bumbu dan air. Orang yang memasak makanan atau minuman dari masing-masing makanan/minuman yang dimasak di rumahtangga
Metoda pengukuran Wawancara
Skala ukur Nominal
Pengkategorian
Wawancara
Nominal
1. KK 2. istri/suami 3.anak kandung 4.anak angkat/atiri 5.menantu 6.Cucu 7.orangtua/mertua 8.Famili lain 9.pembantu 10.lainnya
Tulisan atau label yang dibuat oleh pabrik/industri yang berada pada pembungkus atau kemasan makanan jadi/pabrikan yang dikonsumsi responden yang dibuat di rumahtangga
Wawancara pengamatan
10
dan
2.5.
Instrumendan Cara Pengumpulan Data
2.5.1. Instrumen Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut: 1. Daftar Sampel SDT (DS SDT)Provinsi DKI Jakarta.(dari Daftar Sampel Rumah Tangga yang sudah tersedia pada saat Riskesdas 2013) 2. Kuesioner RT dan Kuesioner Individu 3. Buku foto makanan 4. Timbangan makanandan penggaris 5. Peralatan antropometri timbangan berat badan digital 2.5.2. Cara Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan penimbangan berat badan. Wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data :pengenalan tempat, keterangan rumah tangga dan anggota rumah tangga, daftar hidangan, keterangan individu, konsumsi makanan individu (recall 1x24 jam),Daftar makanan yang dikonsumsi 24 jam terakhir, URT/porsi serta sumber air. Wawancara dan penimbangan bahan makanan dilakukan untuk mengumpulkan data : berat rincian hidangan yang dimakan. Wawancara dan pengamatan dilakukan untuk mengambil data : persiapan, bahan dasar alat masak dan cara mengolah makanan dan keadaan biologis pada saat recall. Wawancara dan membeli bahan makanan dilakukan untuk mengambil data : jenis bahan makanan. Penimbangan menggunakan timbangan digital dilakukan untuk mengambil data berat badan dengan ketelitian 0,1 kg. Wawancara Pengumpulan data di tingkat rumah tangga dan individu dilakukan dengan metode wawancara secara tatap muka. Wawancara dilakukan oleh tenaga pengumpul data yang berlatar belakang pendidikan gizi dan telah mendapat pelatihan sebelum pengumpulan data dilakukan. Wawancara dengan menggunakan instrumen yaitu 2 kuesioner yang berbeda: a. Kuesioner rumah-tangga, terutama ditujukan untuk mendapatkan informasi proses penyediaan makanan yang dikonsumsi keluarga. Mulai dari sumber bahan makanan diperoleh, proses persiapan sebelum pemasakan, cara pengolahan hinggaalat masak dan bahan bakar yang digunakan dalam pemasakan. b. Kuesioner individu, terutama ditujukan untuk mendapatkan informasi jenis dan kuantitas (berat) makanan dikonsumsi oleh setiap anggota rumah-tangga. Termasuk minuman, bumbu, suplemen makanan, gula, garam dan minyak individu juga dikumpulkan. Tehnik wawancara Tehnik wawancara untuk mengumpulkan data jenis dan kuantitas makanan yang dikonsumsi individu serta proses penyediaan makanan yang dikonsumsi keluarga, digunakan metode Recall 1 x 24 jam. Metode Recall adalah cara pengumpulan data individu dan keluarga yang prinsipnya meminta responden mengingat kembali semua makanan yang dikonsumsi selama 24 jam yang lalu dengan cara probing (penggalian). Tehnik metode Recall yang digunakan adalah 5-Step Multiple-Pass Method secara detail diuraikan dalam buku pedoman umum dan buku pedoman pengisian kuesioner. Kunjungan ulangan Recall 1 x 24 jam hanya dipilih secara purposive 3 RT dalam 1 BS, RT yang dipilih yang dapat ditentukan dalam 3 hari pertama pengumpulan data dalam setiap BS.
11
2.5.3. Proses wawancara Persiapan Satu hari sebelum tim turun ke lapangan, ketua tim pengumpul data berkewajiban untuk memeriksa ulang semua rumah tangga di BS sesuai dengan DS-SDTProvinsi DKI Jakarta, sedangkan anggota tim lainnya mempersiapkan instrumen dan peralatan serta kalibrasi alat. Apabila rumah tangga tersebut sudah tidak ada karena berbagai alasan dan tidak mungkin dikunjungi, tidak perlu dicarikan penggantinya.Tim pengumpul data mengunjungi rumah tanggal terpilih untuk membuat janji kapan wawancara untuk pengumpulan data konsumsi dapat dilakukan. Hari Pengumpulan data Wawancara dilakukan sesuai dengan waktu yang telah disepakati antara tenaga pengumpul data dan ART yang akan diwawancarai.Setelah memperkenalkan diri, kemudian menjelaskan naskah penjelasan yang intinya menerangkan maksud dan tujuan survei dilakukan, penggunaan hasil, metoda yang digunakan, risiko yang ditimbulkan, manfaat termasuk kompensasi yang diberikan atau yang akan diterima sebagai pengganti terganggunya waktu responden karena harus diwawancarai, jaminan kerahasiaan, hak mengundurkan diri serta alamat kontak yang bisa dihubungi dan waktu yang dibutuhkan untuk wawancara. Setelah diberikan waktu responden berfikir menerima atau menolak, kemudian ditanyakan kesediaan responden untuk diwawancarai. Responden diminta untuk menanda tangai informed consent jika bersedia. Setelah itu apabila responden bersedia untuk diwawancarai, setiap responden diminta untuk menandatangani formulir persetujuan setelah penjelasan (informed consent) Pewawancara melakukan penggalian informasi (probing) makanan dan minuman yang dikonsumsi dan rinci, untuk mendapatkan data yang akurat dan lengkap dengan cara membantu mengingat kembali makanan dan minuman yang dikonsumsi sehari kemarin dengan tidak mengarahkan pertanyaan yang dapat menggiring responden ke suatu jawaban. Wawancaradapat dilakukan secara serempak pada suatu rumah tangga dimanasetiap anggota tim bertanya pada masing-masing individu yang hadir secara bersamaan atau dapat dilakukan satu demi satu jika ART tidak hadir secara bersamaan. Mekanisme wawancara dapat disesuaikan dengan kondisi dan situasi yang paling sesuai dilakukan pada rumah tangga tersebut. Seperti telah disebutkan di atas, ada dua kuesioner yang digunakan sebagai alat pengumpulan data, yaitu kuesioner rumah tangga dan individu. Untuk kuesioner rumah tangga, ART yang diwawancarai adalah ART yang paling mengerti tentang pengolahan makanan yang dilakukan di rumah tangga, biasanya adalah ibu. Untuk kuesioner individu, wawancara dilakukan kepada seluruh ART di dalam rumah tangga tersebut, termasuk bayi dan anak-anak. Untuk bayi, wawancara dilakukan terhadap ibu, sedangkan pada anak-anak berusia <15 tahun, wawancara dilakukan dengan pendampingan. Terdapat ARTyang diwawancarai lebih dari sekali,yaitu sebagai responden kuesioner rumah tangga dan sebagai responden kuesioner individu, atau sebagai responden yang mewakili bayi. Keseluruhan proses pengambilan datamemerlukan waktu selama kurang lebih 45 menit/orang untuk kuesioner individu, dan 45 menit untuk kuesioner rumah tangga, sehingga hal ini cukup menyita waktu responden. Setelah selesai wawancara, teliti lagi apa ada informasi yang kurang lengkap atau terlewatkan. Sebelum meninggalkan rumah responden, sebagai ucapan terima kasih dan pengganti terganggunya waktu responden, maka akan diberikan kompensasi (bahan kontak) berupa uang sebesar Rp.50.000 untuk setiap ART yang diwawancarai untuk kuesioner rumah tangga, dan Rp.20.000,- untuk setiap individu yang diwawancara.
12
Partisipasi responden bersifat sukarela tanpa paksaan, dan bila tidak berkenan dapat menolak, dan sewaktu-waktu selama proses pengumpulan data dapat mengundurkan diri tanpa sanksi apapun. 2.5.4. Penimbangan Berat Badan Penimbangan berat badan dilakukan dengan penimbangan berat badan dilakukan pada seluruh anggota rumah tangga menggunakan timbangan berat badan digital dengan tingkat ketelitian 0,1 Kg. Rincian cara penimbangan berat badan terdapat di buku pedoman pengisian kuesioner. 2.6.
Bahan dan Prosedur Pengumpulan Data
Bahan pengumpulan data yaitu berupa instrumen dan peralatan yang telah disebutkan diatas, dilengkapi juga dengan : 1. Daftar Sampel SDT (DS SDT) Provinsi DKI Jakarta - (dari Daftar Sampel Rumah Tangga sudah tersedia pada saat Riskesdas 2013) 2. Kuesioner RT dan Kuesioner Individu 3. Buku pedoman umum 4. Buku pedoman kode bahan pangan 5. Buku pedoman pengisian kode hidangan 6. Buku pedoman perkiraan jumlah garam dan penyerapan minyak goreng 7. Buku pedoman konversi berat matang-mentah, berat dapat dimakan (BDD) dan resep makanan siap saji dan jajanan 8. Buku foto makanan 9. Buku pedoman pengisian kuesioner 10. Buku pedoman pengorganisasian dan manajemen 11. Buku pedoman manajeman data 12. Timbangan makanandan penggaris 13. Peralatan antropometri timbangan berat badan digital 14. Peralatan manajemen data: Laptop, CD, flashdisk, program data entri 15. Perlengkapan lapangan enumerator: tas, payung, alat tulis, rompi, topi. Rekrutmen Petugas Pelaksanaan Pengumpulan Data yang valid didapatkan dengan cara melakukan proses seleksi tenaga pengumpul data yang mempunyai keahlian khusus dengan latar belakang pendidikan ahli gizi (minimal D3 gizi).Proses seleksi tenaga enumerator bekerjasama dengan Poltekkes dan Perguruan Tinggidibantu Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta.Persyaratan bagi petugas lapangan adalah sebagai berikut:
Laki-laki dan wanita lulusan D3 Gizi- S1 Gizi Diutamakan yang mempunyai dasar pendidikan D3 Gizi (menyertakan fotokopi ijazah) dan yang sudah berpengalaman melakukan wawancara recall 24 jam(menyertakan fotokopi sertifikat/tanda bukti) Mempunyai kemampuan mengoperasikan aplikasi office dan internet Menyerahkan fotokopi kartu tanda penduduk (KTP) Usia tidak lebih dari 40 tahun Menyertakan surat keterangan berbadan sehat dari dokter Menandatangani kontrak kerja (tidak hamil selama menjalani kontrak kerja) bersedia ditempatkan di lapangan.
Satu tim pengumpul data menangani tiga BS, oleh karena Provinsi DKI Jakarta mempunyai 30BS maka diperlukan sebanyak 10 tim dengan jumlah anggota 4 orang per tim.
13
Proses rekrutmen: Proses rekrutmen di Provinsi DKI Jakarta.dilakukan dengan koordinasi antara korwil Idan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta.
Peminat/pelamar menyampaikan dokumen persyaratan tersebut diatas ke alamat: Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta untuk menjadi dokumentasi dan bahan dasar seleksi
Pelamar yang telah memenuhi semua dokumen persyaratan akan diberitahu dan diseleksi oleh Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta
Dalam pelatihan tenaga, Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakartaberkoordinasi dengan Badan Litbang Kesehatan
Tenaga enumerator yang telah terpilih dalam proses seleksi diharuskan mengikuti pelatihan selama 10 hari yang meliputi:
Latar belakang dan tujuan Studi Diet Total (SDT) Metode SDT Cara wawancara dan mengisi formulir/kuesioner Penimbangan berat Praktek lapangan Cara kerja dan pembagian tugas di lapangan Menyusun jadwal pelaksanaan pengumpulan data
Rapat Koordinasi Teknis (Rakornis) dilaksanakantanggal 7 – 9 Mei 2014 diikuti oleh 20 orang yang berasal dari Pusat Teknologi Terapan Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Suku Dinas Kesehatan Kepulauan Seribu, Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur, Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan, Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat, Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat dan Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. Bertempat di Hotel Neo, Tanah Abang – Cideng Timur, Jakarta.
Training Center (TC) untuk pengumpul data rumah tangga dan individu dilaksanakan pada tanggal 12 – 21 Mei 2014 dengan peserta sebanyak 40 orang enumerator, di Puri Avia, Cipayung – Bogor.
Pelaksanaan Pengumpulan Data Pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 23 Mei sampai dengan 21 Juni 2014. Pengumpulan data di BS dilakukan oleh tim yang terdiri dari 4 orang yaitu:
1 orang ketua tim sekaligus sebagai koordinator lapangan dan bertanggungjawab untuk melaksanakan data entry
3 orang pewawancara konsumsi makanan (recall 24 jam) sekaligus melakukan penimbangan berat badan
Setiap tim bertanggung jawab pada tiga BS yang akan diselesaikan dalam waktu 30 hari hari. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengunjungi RT dan BS yang terpilih. Kegiatan tenaga pengumpul data di RT yang dikunjungi adalah : Melakukan wawancara dengan individu ART dari RT yang ada dalam daftar sampel Povinsi DKI Jakarta. Mengisi kuesioner/formulir wawancara individu sesuai dengan pedoman Melakukan konfirmasi komposit bahan makanan (jenis dan berat) Melakukan penimbangan berat badan individu yang di wawancara
14
Melakukan data entry hasil wawancara Melakukan editing dan cleaning data yang telah di entry Mengirim data yang telah di edit/cleaning ke alamat yang telah ditetapkan oleh tim mandat Bertanggung jawab pada barang-barang perlengkapan penelitian Proses seleksi tenaga enumerator bekerjasama dengan Poltekkes, Perguruan Tinggi dan DinasKesehatan Povinsi DKI Jakarta. Koordinator Klaster Petugas lapangan lainnya yang dibutuhkan adalah koordinator klaster, yang bertanggung jawab pada tim yang bertugas mengumpulkan data. Setiap koordinator klaster bertanggungjawab pada 2 kabupaten yang berdekatan. Tugas penanggungjawab klaster
Mengikuti pelatihan Training of Trainer (TOT) selama 10 hari. Melakukan pelatihan kepada tenaga pengumpul data Melakukan koordinasi dengan tenaga pengumpul data dalam pelaksanaan pengumpulan data di lapangan. Melakukan editing kuesioner yang telah diisi oleh petugas pengumpul data.
Syarat-syarat koordinator klaster :
Laki-laki atau perempuan Berpendidikan S1/S2/S3 menyertakan fotocopi ijazah Diutamakan yang berlatarbelakang pendidikan jurusan gizi dan atau yang sudah berpengalaman menjadi penanggungjawab teknis kabupaten/kota dalam Riskesdas Mempunyai kemampuan mengoperasikan aplikasi office dan internet Menyerahkan fotocopi KTP Usia tidak lebih dari 55 tahun Menyerahkan persetujuan/ijin atasan Dokumen berkas lamaran diserahkan kepada Kordinator Wilayah (Korwil) yang menjadi penanggungjawab di Povinsi DKI Jakarta.
Pelatihan petugas Pelatihan dilakukan secara berjenjang. Pelatihan pertama yaitu melatih para koordinator klaster, yaitu koordinator yang bertanggung langsung kepada tim. Pelatihan dilaksanakan selama 10 hari, dengan materi semua bahan yang diperlukan untuk mengumpulkan data. Metode yang digunakan adalah pemaparan materi, praktek dikelas dan praktek di lapangan. Koordinator klaster yang telah mendapatkan pelatihan (TOT) akan melakukan pelatihan kepada seluruh tim enumerator (TC) diwilayah kordinasinya. Selesai pelatihan tim enumerator langsung melaksanakan pengumpulan data. Pelatihan Pengumpul dan Manajemen Data Pelatihan pengumpul data ditujukan kepada enumerator yang direkrut sebagai pengumpul data dan penimbang berat badan. Dalam pelatihan ini termasuk juga pelatihan ketua tim pengumpul data serta mekanisme kerjasama tim pengumpul data. Tujuan pelatihan pengumpul dan manajemen data di lapangan: 1. Untuk memperoleh keseragaman dalam pemahaman materi kuesioner, pemeriksaan, pengukuran, dan manajemen data. 2. Untuk memperoleh kesepakatan antar anggota tim mengenai pembagian tugas, jadwal dan mekanisme pelaksanaan. 3. Untuk memperoleh kesepakatan tentang mekanisme pengelolaan data di lapangan.
15
4. Untuk memperoleh kesepakatan tentang mekanisme pengaturan administrasi dan logistik. Pelaksanaan di lapangan Pengumpulan data diPovinsi DKI Jakartadilakukan oleh enumerator yang terbagi menjadi 10 tim. Masing-masing tim terdiri dari empat orang enumerator yang bertanggung jawab terhadap tiga BS. Tiga orang sebagai pengumpul data, satu orang bertanggung jawab untuk data entry. Satu enumerator setiap hari bertanggung jawab mengumpulkan data di satu rumah tangga. Satu BS terdiri dari 25 rumahtangga dan dipilih secara acak 3 rumah tangga yang diwawancara ulang setidaknya satu minggu kemudian. Waktu yang diperlukan selama 8-10 hari.Dibutuhkan 3 orang koordinator klaster, masing-masing koordinator klasterbertanggung jawab terhadap 2 kabupatan/kota atau 5-6 BS. Sebelum tim dilepas untuk mengambil data, perlu dilakukan pengecekan ulang keberadaan RT (pemutakhiran),menyiapkan seluruh kelengkapan yang diperlukan yaitu kuesioner,alat tulis, perlengkapan lapangan, serta peralatan untuk menimbang. Setiap selesai pengumpulan data, tim harus melakukan pengecekan kelengkapan pengisian kuesioner; melakukan „data editing‟,melakukan „data entri‟; mengirimkan data setiap selesai „data entri‟ di setiap BS. Supervisi substansi dan administrasi dilakukan oleh tim Pusat dan tim korwil. 2.7.
Pengawasan Kualitas Data
Untuk menjamin kualitas data yang dikumpulkan dilakukan beberapa kegiatan sebelum pengumpulan data (quality assurance), proses pengumpulan data (quality control) dan manjemen datasebagai berikut: 1. Penyediaan pedoman dan alat bantu wawancara, termasuk buku foto makanan, konversi bahan makanan matang ke mentah, perhitungan serapan minyak dan garam, perhitungan umur, timbangan makanan dan timbangan berat badan, serta pedoman editing dan entry data di lapangan 2. Pelatihan bagi ketua pelaksana propinsi, koordinator klaster, dan petugas pengumpul data (enumerator) dalam teknik wawancara dan penggunaan alat bantu wawancara 3. Koordinator klaster melakukan supervisi/pendampingan dalam proses pengumpulan data yang dilakukan oleh enumerator. 4. Dilakukan editing data setiap hari setelah selesai pengumpulan data oleh enumerator yang dikoordinir oleh ketua tim, agar bila diperlukan konfirmasi ulang maka enumerator masih bisa mengunjungi ulang responden. Sebelum dientry ke komputer data sudah harus melalui proses editing. 5. Dilakukan spot-check(validasi data isian kuesioner) oleh koordinator klaster terhadap 6 RT dalam 1 Tim pengumpul data. Dilakukan pemeriksaan terhadap konsistensi data, data yang tidak masuk akal, dan kelengkapan informasi dalam kuesioner. 6. Setelah data selesai di entry di lapangan untuk setiap BS, harus dikirim ke Mandat Badan Litbangkes untuk segera dilakukan cek receiving dan batching, dan data cleaning agar bila diperlukan konfirmasi dapat segera menghubungi petugas di lapangan. Selain itu entry data juga dikirimkan ke koordinator klaster. 7. Koordinator klaster melakukan supervisi dan pendampingan terhadap pengumpulan data yang dilakukan oleh enumerator. 8. Semua kegiatan koster: supervisi/pendampingan, validasi data isian kuesioner enumerator, mengecek hasil entry dan form kontrol yang dilakukan enumerator dicatat dalam log book yang dikirimkan setiap 5 hari sekali ke Ketua Pelaksana provinsi dan
16
Manajemen Data Pusat untuk dilakukan penggabungan, data cleaning dan pengolahan data. 2.7.1. Analisis Data Analisis data dilakukan di Laboratorium Manajemen Data, Jakarta. Tim teknis akan melakukan analisis data didampingi oleh tim mandat untuk mengeluarkan output sesuai dengan dummy table yang telah dibuat. Hasil wawancara recall makanan yang dikonsumsi individu dihitung berat masing-masing bahan makanantersebut dan diberi kode bahan makanan. Dihitung dalam gram atau ml.Berdasarkan hasil SKMI akan diperoleh berbagai jenis bahan makanan yang dikonsumsi penduduk. Untuk melaksanakan SDT setiap jenis bahan makanan akan dikelompokan dalam 17 grup makanan yaitu : 1. Sereal dan hasil olahan 2. Umbi-umbian dan hasil olahan 3. Kacang-kacangan, biji 4. Sayuran dan hasil olahan 5. Buah dan hasil olahan 6. Daging dan hasil olahan 7. Jeroan/non daging dan olahan 8. Ikan, hewan laut lainnya dan hasil olahan 9. Telur dan hasil olahan 10. Susu dan hasil olahan 11. Minyak, lemak dan olahan 12. Gula, sirup, dan konfeksioneri 13. Bumbu dan olahan 14. Minuman 15. Makanan komposit 16. Air 17. Suplemen Sehubungan terbatasnya data zat gizi pada daftar komposisi bahan makanan, maka hanya 5 jenis zat gizi yang dianalisi yaitu : 1. 2. 3. 4. 5.
Energi Protein Lemak KH Natrium
Hasil analisis oleh tim mandat pusat dikirim ke masing-masing provinsi untuk penyusun laporan 2.8.
Izin penelitian.
Izin penelitian diajukan pada Depdagri Pusat diteruskan sampai Pemerintah Daerah di tingkat Provinsi dan Kabupaten sesuai dengan waktu penelitian. Penelitian ini mendapatkan izin dari Gubernur DKI Jakarta No 982 tahun 2014. 2.9.
Pertimbangan etik penelitian
Pelaksanaan SDT tahun 2014, telah memperoleh persetujuan etik dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan (KEPK), Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan RI dengan nomorLB.02.01/5.2/KE.189/2014. Persetujuan etik, naskah penjelasan serta formulir Informed Consent (Persetujuan Setelah Penjelasan) dapat dilihat pada Lampiran.
17
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1
Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta
3.1.1
Gambaran Geografi dan Wilayah Administrasi
Provinsi DKI Jakarta berada pada posisi geografis antara 106.22‟42” dan 106.58‟18”Bujur Timur, serta antara 5.19‟12” dan 6.23‟54” Lintang Selatan dengan keseluruhan luaswilayah 7.659,02 km2, meliputi 662,33 km2 daratan, termasuk 110 pulau di KabupatenAdministrasi Kepulauan Seribu dan 6.977,5 km2 lautan.
Gambar 1. Peta DKI Jakarta Sumber: http://gambarpetajakarta.blogspot.com/ Di sebelah utara membentang pantai sepanjang 35 km, yang menjadi tempat bermuaranya 13 buah sungai dan 2 buah kanal. Di sebelah selatan dan timur berbatasan dengan Kota Depok, Kabupaten Bogor, Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi, sebelah barat dengan Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang, serta di sebelah utara dengan Laut Jawa. Provinsi DKI Jakarta terbagi dalam lima Kota Administrasi dan satu KabupatenAdministrasi. Kota Administrasi Jakarta Pusat memiliki luas 48,13 km2; Kota AdministrasiJakarta Utara dengan luas 146,66 km2; Kota Administrasi Jakarta Barat dengan luas 129,54km2; Kota Administrasi Jakarta Selatan dengan luas 141,27 km2; dan Kota AdministrasiJakarta Timur dengan luas 188,03 km2, serta Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribudengan luas 8,70 km2. Secara administrasi kewilayahan, masing-masing Kota dan Kabupaten Administratifdibagi menjadi beberapa kecamatan. Masing-masing kecamatan tersebut dibagi menjadibeberapa kelurahan. Kota Administratif Jakarta Pusat terdiri dari 8 (delapan) Kecamatan dan44 (empat
18
puluh empat) Kelurahan. Kota Administasi Jakarta Utara terdiri dari 6 (enam)Kecamatan dan 31 (tiga puluh satu) Kelurahan. Selanjutnya Kota Administrasi Jakarta Baratterdiri dari 8 (delapan) Kecamatan dan 56 (lima puluh enam) kelurahan. Kota AdministrasiJakarta Selatan terdiri dari 10 (sepuluh) Kecamatan dan 65 (enam puluh lima) Kelurahan.Kota Administrasi Jakarta Timur terdiri dari 10 (sepuluh) Kecamatan dan 65 (enam puluh lima)Kelurahan. Sedangkan Kabupaten Kepulauan Seribu hanya terdiri dari 2 (dua) Kecamatandan 6 (enam) Kelurahan. 3.1.2. Gambaran Demografis Jumlah penduduk Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2012 sebanyak 9.761.407 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 5.026.389 jiwa dan 4.735.018 jiwa. Rasio jenis kelamin sebesar 106,15, artinya adalah terdapat 106 laki-laki untuk setiap 100 perempuan di DKI Jakarta. Laju pertumbuhan penduduk DKI Jakarta pada periode 2011 - 2012 sebesar 1,01 persen. Luas wilayah DKI Jakarta sebesar 662,33 km2 dengan kepadatan penduduk 15.085,82 jiwa/km2. Terdapat sebanyak 2.579.953 rumah tangga dengan jumlah anggota rumah tangga sebanyak 3,87 orang per rumah tangga. 3.1.3.
Status Gizi
Status gizivkurang dan gizivburuk (BB/U) pada anak berusia balita (14,0%) di DKI Jakarta tahun 2013 masih menjadi masalah walaupun lebih baik dibandingkan rerata nasional (19,6%) dan target pembangunan milenium 2015 (15,5%). Proporsi gizi burukdi DKI Jakarta relatif stagnan, hal ini jika dibandingkan dengan hasil Riskesdas sebelumnya. Hasil Riskesdas tahun 2007 proporsi gizi buruk sebesar 2,9 persen, tahun 2010 sebesar 2,6 persen dan Tahun 2013 sebesar 2,8 persen. Di samping masalah gizi kurang dan gizi buruk, DKI Jakarta juga mulai menghadapi masalah gizi lebih. Proporsi gizilebih di DKI Jakarta besar (7,5%) bahkan lebih besar dibandingkan angka nasional (4,5%). Proporsi kependekan (TB/U) DKI Jakarta tahun 2013 adalah 27,5 persen, jauh di bawah rerata nasional (37,5%). Proporsi kependekan terdiri dari 12,1 persen sangat pendek dan 15,4 persen pendek. Proporsi kekurusan (BB/TB) anak berusia balita di DKI Jakarta (10,2%) lebih rendah dibandingkan rerata nasional (12,1%). Lebih kecil pula jika dibandingkan dengan proporsi hasil riskesdas tahun 2007 (17,0%) dan 2010 (11,2%). Proporsi kependekan anak berusia 5-12 tahun sebesar19,2 persen jauh lebih baik daripada angka nasional (30,7%). Proporsitersebut terdiri dari sangat pendek 12,3 dan pendek 18,4persen.Masalah kurang berat pada anak berusia balita tampaknya berlanjut pada kelompok usia berikutnya (5-12 tahun). Proporsi obese pada kelompok anak berusia 5-12 tahun sebesar 14,0 persen lebih besar dibandingkan angka nasional (8,0%). Proporsikependekanpada remaja umur 13 -15 tahun di DKI Jakarta sebesar 22,8 persen yang terdiri dari 8,4 persen sangat pendek dan 14,0 persen pendek, lebih redah dari rerata nasional (35,1%; sangat pendek 8,4 dan pendek (21,3%). Proporsi kekurusan pada remaja sebesar 9,0 persen yang terdiri dari 1,8 persen sangat kurus dan 7,2 persen kurus. Proporsi kependekan pada remaja umur 16 – 18 tahun sebesar 20,4 persen, di bawah angka nasional (31,4%). yang terdiri dari 4,5 persen sangat pendek dan 15,9 persen pendek. Proporsi kekurusan di DKI Jakartasebesar11,1 persen, terdiri dari 1,9 persen sangat kurus dan 7,5 persen kurus. Proporsi kegemukan sebesar 11,5 persen lebih tinggi jika dibandingkan dengan angka kegemukan nasional (7,4%). Proporsi obesitas penduduk dewasa laki-laki dan perempuan umur 15 tahun keatas di DKI Jakarta sebesar 36,3 persen sedangkan proporsi obesitas sentral untuk tingkat nasional
19
adalah 26.6 persen.Proporsi obesitas sentral pada perempuan (51,6%) jauh lebih besar dibanding proporsi pada laki-laki (20,8%). 3.2. Jumlah Sampel yang Terkumpul (Response Rates) Blok sensus yang terpilih sebagai sampel SDT 2014 Provinsi DKI Jakarta sebanyak 30 BS, semua BS tersebut berhasil ditemukan dan dikunjungi (100%) yang tersebar di 6 kabupaten/Kota. Rumah tangga yang menjadi target untuk dikunjungi sebanyak 609 rumah tangga tetapi yang berhasil dikunjungi sebanyak 504 rumah tangga atau sebesar 82,8%. Kabupaten Kepulauan Seribu memiliki respon rate rumah tangga yang berhasil dikunjugi dan diwawancarai terbesar dibandingkan dengan wilayah kota lainnya, yaitu sebesar 92%. Respon rate rumah tangga terkecil ada di Jakarta Barat yaitu sebesar 76,6%. Rumah tangga yang tidak berhasil dikunjungi ada sebanyak 17,2%, hal ini disebabkan ketika dilakukan pengumpulan data, rumah tangga tersebut tidak ditemukan atau pindah. Tabel 3.2.1 Distribusi BS yang berhasil dikunjungi (response rate) berdasarkan Kabupaten/Kota Provinsi DKI Jakarta 2014 BS Kabupaten/ Kota Kepulauan Seribu Jakarta Timur Jakarta Selatan Jakarta Pusat Jakarta Barat Jakarta Utara DKI Jakarta
Target 1 6 6 5 6 6 30
RUTA
Respon Rate Dikunjungi (%) 1 100 6 100 6 100 5 100 6 100 6 100 30
100
Target Dikunjungi 25 23 102 81 113 97 117 98 128 98 124 107 609
504
ART Respon Rate (%) 92,0 79,4 85,8 83,8 76,6 86,3
Target 84 343 442 404 501 408
Dikunjungi 75 259 344 317 360 367
Respon Rate (%) 89,3 75,5 77,8 78,5 71,9 90,0
82,8
2182
1722
78,9
Jumlah anggota rumah tangga yang menjadi target sebanyak 2182 orang dan yang berhasil diwawancarai sebanyak 1722 orang atau sebesar 78,9%.Respon rate anggota rumah tangga terbanyak adalah di Kota Jakarta Barat yaitu sebesar 90,0% dan terkecil ada di Kota Jakarta Utara yaitu sebesar 71,9%. Sebanyak 21,1% anggota rumah tidak berhasil diwawancarai dengan alasan anggota rumah tangga tersebut sedang bepergian ke luar kota, pindah, terdapat perbedaan nama dengan data yang ada, atau tidak bersedia diwawancarai. Tabel 3.2.2. menyajikan data mengenai distribusi responden yang berhasil dikunjungi dan diwawancarai menurut jenis kelamin, kelompok umur dan status ekonomi penduduk di DKI Jakarta. Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat proporsi responden laki-laki dan perempuan hampir sama. Jika dilihat berdasarkan kelompok umur terlihat bahwa sebagian besar responden berada pada umur 19 – 55 tahun yaitu sebanyak 882 orang (55,0%) dan terendah ada pada umur 0 – 59 bulan.
20
Tabel 3.2.2 Distribusi responden yang berhasil dikunjungi (response rate) berdasarkan jenis kelaminProvinsi DKI Jakarta 2014 Jumlah
Karakteristik Responden Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Kelompok Umur 0 – 59 bln 5 – 12 thn 13 – 18 thn 19 – 55 thn > 55 thn Status Ekonomi Terbawah Menegah Bawah Menengah Menengah Atas Atas
3.3.
n
%
810 795
50,5 49,5
105 227 184 882 207
6,5 14,1 11,5 55,0 12,9
231 271 433 393 276
14,4 16,9 27,0 24,5 17,2
Konsumsi Bahan Makanan Menurut Kelompok Makanan
Data yang disajikan dalam sub bab Konsumsi Bahan Makanan adalah konsumsi bahan makanan yang dikelompokkan menjadi serelia dan olahan; umbi dan olahan; kacangkacangan dan olahan; sayur dan hasil olahan; buah-buahan dan olahan; daging dan olahan; jeroan dan olahan; ikan dan olahan; telur dan olahan; susu dan olahan; minyak dan lemak serta hasil olahan; gula dan sirup serta konfeksionari; bumbu; minuman; makanan komposit; air minum; suplemen dan jamu. Data tentang Konsumsi Bahan Makanan disajikan dalam tabel rerata konsumsi bahan makanan dan proporsipenduduk yang mengonsumsi bahan makanan.
21
3.3.1 Konsumsi Makanan Kelompok Serealia dan Olahan Tabel 3.3.1 Rerata konsumsi kelompok serelia dan olahannya per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 Jenis Serealia dan Olahannya Kelompok Umur
Beras Rerata
Olahan Beras SD
Rerata
SD
Terigu Rerata
Olahan Terigu SD
Rerata
SD
Mie Rerata
Jagung dan Olahan SD
Rerata
SD
Lainnya Rerata
Total SD
Rerata
SD
0–59 bln
67,3
57,1
8,7
26,3
6,4
13,9
18,6
25,3
22,4
48,6
1,1
5,8
5,1
14,7
249,2
81,0
5–12 thn
155,8
86,1
4,4
10,5
16,3
24,6
17,2
25,3
62,8
95,6
2,0
8,3
5,4
15,2
362,2
104,2
13–18 thn
199,8
131,4
8,8
22,2
22,4
41,8
15,0
29,8
91,1
118,1
8,9
37,8
3,1
11,3
438,1
160,2
19–55 thn
186,0
100,6
10,9
29,3
16,2
26,2
17,5
37,8
52,8
91,7
4,2
17,6
0,8
4,6
402,4
130,3
>55 thn
168,0
91,1
8,6
27,4
12,7
21,3
18,3
33,5
14,8
50,2
4,1
14,2
4,0
28,5
349,5
106,4
Seluruh Umur
173,3
103,9
9,3
26,3
15,9
27,3
17,4
34,1
51,7
91,7
4,2
19,4
2,4
13,4
384
132,6
22
Tabel 3.3.1 menyajikan data mengenai rerata konsumsi dari kelompok serealia dan olahannya. Konsumsi beras tertinggi ada pada umur 13 – 18 tahun yaitu sebanyak 199,8 gram. Konsumsi kelompok serealia dan hasil olahan yang terendah adalah dari jenis lainnya, yaitu sebesar 2,4 gram. Konsumsi jenis serealia tertinggi ada pada kelompok umur 5 – 12 tahun, yaitu sebesar 5,4gram.
384
400 350 300 250 173,3
200 150 100
51,7
50
9,3
15,9
17,4
Terigu
Olahan Terigu
4,2
2,4
0 Beras
Olahan Beras
Mie
Jagung dan Olahan
Lainnya
Total
Gambar 3.3.1.
Rerata konsumsi kelompok serelia dan olahannya per orang per hari (gram), Provinsi DKI Jakarta 2014 Berdasarkan Gambar 3.3.1. dapat dilihat rerata berat bahan makanan kelompok serealia yang dikonsumsi oleh penduduk Provinsi DKI Jakarta adalah sebesar 384,0 gram. Jenis bahan makanan dari kelompok serealia dan hasil olahan yang terbanyak dikonsumsi oleh penduduk DKI Jakarta adalah yang berasal dari beras dengan rerata sebesar 173,3 gram. Konsumsi serealia terbesar setelah beras, adalah mie (51,7 gram), diikuti oleh olahan terigu (17,4 gram). Tabel 3.3.2 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok serelia dan olahannyamenurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 Jenis Serealia dan Olahannya
Kelompok Umur
Beras
0–59 bln 5–12thn 13–18 thn 19–55 thn >55 thn Seluruh Umur
82,9 100,0 97,8 98,9 100,0 98,0
Olahan Beras 21,9 18,5 26,1 30,6 27,5 27,4
Olahan Terigu 46,7 45,8 28,8 28,8 29,0 32,4
Terigu 30,5 51,5 58,7 51,2 49,8 50,6
23
Mie 26,7 44,1 48,9 35,0 10,1 34,1
Jagung dan Olahan 12,4 11,0 14,7 17,7 18,4 16,1
Lainnya 15,2 23,3 12,0 4,9 2,9 8,7
Tabel 3.3.2. menyajikan data tentang proporsi penduduk yang mengonsumsi serealia dan olahannya, dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa hampir semua penduduk DKI Jakarta mengonsumsi beras (98%). Proporsi terbesar kedua adalah penduduk yang mengonsumsi terigu (50,6%). 3.3.2 Konsumsi Makanan Kelompok Umbi dan Olahan Tabel 3.30.3 Rerata konsumsi kelompok umbi dan olahannya per orang per hari (gram) menurut kelompok umur,Provinsi DKI Jakarta 2014 Jenis Umbi dan Olahannya Kelompok Umur 0–59 bln 5–12 thn 13–18 thn 19–55 thn >55 thn Seluruh Umur
Singkong dan Olahan Rerata SD 4,9 9,8 12,6 24,7 14,4 24,9 12,6 32,7 16,9 43,0 12,8 31,5
Ubi jalar Rerata 0,0 0,2 0,0 2,1 3,1 1,6
SD 0,0 2,5 0,0 20,7 17,2 16,6
Kentang dan Olahan Rerata SD 4,9 15,1 21,6 60,3 21,0 52,5 17,7 48,0 7,3 25,4 16,4 47,1
Sagu dan Olahan Rerata SD 0,1 2,0 2,1 21,5 0,6 5,1 0,3 6,1 0,4 5,1 0,6 9,6
Umbi lainnya Rerata 0,3 1,0 0,0 0,6 0,9 0,6
SD 2,6 14,9 0,0 7,6 13,4 9,3
Total Rerata 10,1 37,5 35,9 33,2 28,6 32,0
SD 18,2 69,6 60,0 61,5 56,7 60.4
Tabel 3.3.3 menyajikan data mengenai rerata konsumsi dari kelompok umbi dan hasil olahnya. Berdasarkan kelompok umur, konsumsi singkong dan olahan tertinggi ada pada umur >55 tahun yaitu sebanyak 16,9gram. Konsumsi ubi jalar, sagu dan olahan serta umbi lainnya relatif rendah pada semua kelompok umur. Kentang dan olahan paling banyak dikonsumsi oleh kelompok umur 5 – 12 tahun.
16,4
18 16 14
12,8
12 10 8 6 4
1,6
0,6
2
0,6
0 Singkong dan Olahan
Ubi jalar
Kentang dan Olahan
Sagu dan Olahan
Umbi lainnya
Gambar 3.3.2. Rerata konsumsi kelompok umbi dan olahannya, Provinsi DKI Jakarta 2014
24
Konsumsi kelompok umbi dan hasil olahnya yang terbanyak dikonsumsi oleh penduduk DKI Jakarta adalah dari kentang dengan rerata sebesar 16,4 gram diikuti oleh singkong dan olahan yaitu sebesar 12,8 gram. Sedangkan konsumsi kelompok umbi dan hasil olahan lainnya relatif rendah. Tabel 3.3.4 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok umbi dan olahannya menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 Jenis Umbi dan olahannya Kelompok Umur
Singkong dan Olahan 30,5 44,1 42,4 38,2 39,1
0–59 bln 5–12 thn 13–18 thn 19–55 thn >55 thn Seluruh Umur
39,1
Ubi jalar
Kentang dan Olahan 25,7 29,1 29,3 29,9 24,2
0,0 0,4 0,0 1,8 3,4 1,5
28,7
Sagu dan Olahan 0,0 2,6 1,6 0,8 1,4 1,2
Umbi lainnya 1,0 0,4 0,0 0,9 0,5 0,7
Pada tabel 3.3.4 dapat dilihat bahwa sebanyak 39,1% penduduk mengonsumsi singkong dan hasil olahannya dengan jumlah penduduk terbanyak yang mengonsumsi singkong dan hasil olahannya ada pada kelompok umur 13 – 18 tahun yaitu sebesar 42,4%. Jenis singkong dan hasil olahannya adalah singkong, tapioka, kerupuk singkong, keripik singkong, tapai singkong. Umbi lainnya hanya dikonsumsi oleh 0,7% penduduk. 3.3.3Konsumsi Makanan Kelompok Kacang-Kacangan dan Olahan Tabel 3.3.5 Rerata konsumsi kelompok kacang-kacangan dan olahannya per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 Jenis Kacang kacangan dan olahannya Kelompok Umur 0–59 bln 5–12 thn 13–18 thn 19–55 thn >55 thn Seluruh Umur
Kacang Tanah dan Olahan Rerata SD 0,8 2,6 4,1 15,6 4,9 11,3 5,1 16,2 2,6 8,7 4,4 14,3
Kacang Kedelai dan Olahan Rerata SD 11,7 27,0 32,5 47,9 44,7 64,2 68,7 81,4 65,0 73,0 56,6 74,0
Biji-bijian dan Olahan Rerata SD 0,4 3,5 0,1 0,8 0,7 4,0 1,7 7,9 1,7 10,4 1,2 7,2
Kacang lainnya dan Olahan Rerata SD 0,3 2,7 0,0 0,5 0,0 0,4 1,3 6,5 1,0 9,3 0,9 5,9
Total Rerata 13,3 36,8 50,3 76,8 70,2 63,1
SD 28,0 51,0 66,7 83,8 74,6 76,7
Tabel 3.3.5 menyajikan data mengenai rerata konsumsi bahan makanan kelompok kacangkacangan dan olahan menurut kelompok umur. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa kacang tanah dan hasil olahannya paling banyak dikonsumsi oleh penduduk umur 19 – 55 tahun yaitu sebesar 5,1 gram. Konsumsi kacang kedelai dan hasil olahan paling banyak dikonsumsi oleh penduduk umur 19 – 55 tahunyaitu sebesar 68,7 gram. Sedangkan konsumsi biji-bijian dan kacang lainnya relatif sedikit dikonsumsi oleh penduduk pada semua kelompok umur.
25
56,6
60 50 40 30 20 10
4,4
1,2
0,9
0 Kacang Tanah dan Olahan
Kacang Kedelai dan Olahan
Biji-bijian dan Olahan
Kacang lainnya dan Olahan
Gambar 3.3.3. Rerata konsumsi kelompok kacang-kacangan dan olahannya per orang per hari (gram), Provinsi DKI Jakarta 2014 Berdasarkan gambar 3.3.3. dapat dilihat bahwa rerata konsumsi pada kelompok kacangkacangan dan olahannya yang dikonsumsi oleh penduduk DKI Jakarta tertinggi adalah kacang kedelai dan olahan yaitu sebanyak 56,6 gram. Tabel 3.3.6 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok kacang-kacangan dan olahannya menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 Kelompok Umur 0–59 bln 5–12 thn 13–18 thn 19–55 thn >55 thn Seluruh Umur
Kacang Tanah dan Olahan 10,5 18,1 22,3 23,9 17,9 21,2
Jenis Kacang kacangan dan olahannya Kacang Kedelai dan Biji-bijian dan Olahan Olahan 24,8 2,9 52,4 1,3 57,1 4,9 69,0 8,4 66,7 7,2 62,1 6,5
Kacang lainnya dan Olahan 2,9 0,9 0,5 7,3 4,8 5,0
Pada jenis kacang-kacangan dan olahannya, proporsi penduduk DKI Jakarta yang mengonsumsi kacang kedelai dan olahannya adalah yang paling banyak (62,1%). Proporsi terbesar penduduk yang mengonsumsi kacang kedelai dan olahannya ada pada kelompok umur 19 – 55 tahun. Kacang lain dan olahan merupakan jenis kacang-kacangan yang dikonsumsi oleh paling sedikit penduduk DKI (5,0%).
26
3.3.4 Konsumsi Makanan Kelompok Sayur dan Olahan Tabel 3.3.7 Rerata konsumsi kelompok sayur dan olahannya per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 Jenis Sayuran dan olahannya Kelompok Umur
Sayuran Daun
0–59 bln 5–12thn 13–18 thn 19–55 thn >55 thn Seluruh Umur
Rerata 13,35 28,93 37,27 67,46 68,71 55,17
SD 20,00 48,13 43,72 94,13 77,92 81,07
Sayuran Buah/ Sayuran Akar Rerata SD 0,30 2,55 0,01 0,19 0,02 0,39 0,04 0,84 0,00 0,01 0.05 0,91
Sayuran Polong
Sayuran lainnya
Rerata 0,00 0,00 0,00 0,03 0,37 0,07
Rerata 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
SD 0,00 0,05 0,23 0,95 3,47 1,43
SD 0,00 0,00 0,00 0,00 0,15 0,05
Total Rerata 13,66 28,94 37,29 67,53 69,08 55,28
SD 19,98 48,12 43,73 94,21 78,29 81,16
Rerata konsumsi bahan makanan kelompok sayur dan olahan berdasarkan kelompok umur disajikan pada Tabel 3.3.7. Rerata konsumsi sayuran daun terbesar ada pada kelompok umur >55 tahun, yaitu sebesar 68,71 gram. Rerata konsumsi jenis sayuran buah/sayuran akar, sayuran polong dan sayuran lainnya sangat kecilpada semua kelompok umur.
60
55,17
50 40 30 20 10 0,07
0,05
0
0 Sayuran Daun
Sayuran Buah/ Sayuran Akar
Sayuran Polong
Sayuran lainnya
Gambar 3.3.4. Rerata konsumsi kelompok sayur dan olahannya per orang per hari (gram),Provinsi DKI Jakarta 2014
Jenis sayuran dan olahan yang paling banyak dikonsumsi oleh penduduk adalah dari kelompok sayuran daun, yaitu sebanyak 55,17 gram. Sayuran buah/akar dan sayuran polong sangat sedikit dikonsumsi oleh penduduk yaitu hanya sebesar 0,05 dan 0,07 gram. Sayuran lainnya yang terdiri dari tauge/ale, tauge kacang kedelai, bunga pepaya, kembang kol, rebung, jantung pisang, brokoli, kulit melinjo, jamur tiram, jamur merang, kembang turi, jamur kuping segar/kering, kecombrang, tebu terubuk, umbut rotan, umbut kelapa tidak dikonsumsi oleh penduduk di DKI Jakarta.
27
Tabel 3.3.8
Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok sayur dan olahannya menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 Kelompok Umur 0–59 bln 5–12 thn 13–18 thn 19–55 thn >55 thn Seluruh Umur
Sayuran Daun 46,7 66,1 74,5 90,2 84,5 81,4
Jenis Sayuran dan olahannya Sayuran Buah/ Sayuran Polong Sayuran Akar 1,9 0,0 0,4 0,0 1,1 0,0 0,3 0,1 0,0 1,0 0,5 0,2
Sayuran lainnya 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
Sebanyak 81,4 persen penduduk di DKI Jakarta mengonsumsi sayuran daun dengan proporsi terbesar ada pada kelompok umur 19 – 55 tahun, yaitu sebesar 90,2 persen.
28
3.3.5 Konsumsi Makanan Kelompok Buah-Buahan dan Olahan Tabel 3.3.9 Rerata konsumsi kelompok buah- buahan dan olahannya per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 Jenis Buah buahan dan olahannya Kelompok Umur
Pisang Rerata
Jeruk
SD
Rerata
Mangga
SD
Rerata
SD
Pepaya Rerata
Semangka
SD
Rerata
Buah lainnya
SD
Rerata
SD
Buah Olahan Rerata
SD
Total Rerata
SD
0–59bln
11,8
32,2
4,4
38,9
2,0
18,7
3,9
17,3
0,0
0,0
5,0
36,1
0,0
0,0
27,1
71,4
5–12 thn
3,5
18,1
4,0
20,1
4,7
29,9
4,9
26,3
1,7
18,8
7,2
34,4
0,0
0,0
26,1
61,7
13–18 thn
1,4
7,7
6,6
23,6
1,4
23,1
1,3
11,7
0,7
8,1
11,8
41,2
0,0
0,0
23,1
56,5
19–55 thn
19,7
66,8
5,3
30,6
5,1
32,7
7,0
35,6
4,4
40,1
14,0
44,2
0,4
6,3
55,9
113,4
>55 thn
31,5
79,4
4,4
18,2
7,9
40,8
13,4
47,8
1,3
13,2
13,4
47,3
0,5
4,9
72,3
153,0
Seluruh Umur
16,3
58,9
5,1
27,9
4,8
31,8
6,7
33,6
2,9
31,1
12,1
42,6
0,3
5,0
48,2
107,6
29
Tabel 3.3.9 dan Gambar 3.3.5. menyajikan data tentang rerata konsumsi kelompok buahbuahan dan hasil olahnya. Konsumsi buah yang paling banyak dikonsumsi adalah buah pisang, yaitu sebanyak 16,3 gram dengan rerata terbanyak ada pada kelompok umur > 55 tahun yaitu sebanyak 31,5 gram. Jenis buah kedua terbanyak yang dikonsumsi adalah kelompok buah lainnya (12,1 gram) yang terdiri dari apel, salak, melon, nanas, asam jawa (buah), jambu air, jambu biji, alpukat, anggur, bengkuang/atung, pir, belimbing, embacang/limus, encung asam, nangka masak pohon, jambu bool, kedondong, sukun, lengkeng/kelengkeng, sirsak, sawo, kurma, cempedak, durian, buah naga, lontar, langsat, straberi, duku, markisa, manggis, rambutan, buah pala, kesemek, kismis, gatep, kawista, leci, jambu monyet, kiwi, arbai, delima, nona/srikaya, matoa, carica pepaya, erbis/markisa besar, rukam/lobi-lobi, kelenting, kom, peach, duwet, kokosan, mentega/buah bisbul, sowa, biwah/anggur brastagi/loquat, gandaria/jatake, kranji/asam keranji, tuppa.
18
16,3
16 14
12,1
12 10 6,7
8
5,1
6
4,8 2,9
4
0,3
2 0 Pisang
Jeruk
Mangga
Pepaya
Semangka
Buah lainnya
Buah Olahan
Gambar 3.3.5. Rerata konsumsi kelompok buah- buahan dan olahannya per orang per hari (gram), Provinsi DKI Jakarta 2014 Tabel 3.3.10 menyajikan data mengenai proporsi penduduk DKI Jakarta yang mengonsumsi kelompok buah-buahan dan olahan menurut kelompok umur. Pada kelompok buah-buahan dan olahannya, proporsi penduduk DKI Jakarta yang mengonsumsi buah pisang adalah yang paling banyak (15,2%). Buah olahan merupakan buah yang dikonsumsi oleh paling sedikit penduduk DKI (0,4%). Buah pisang paling banyak di konsumsi oleh penduduk pada kelompok usia >55 tahun (24,2%). Buah jeruk banyak dikonsumsi oleh penduduk umur 1318 tahun dengan proporsi sebesar 10,3 persen penduduk.
30
Tabel 3.3.10 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok buah-buahan dan olahannya menurut kelompok umur,Provinsi DKI Jakarta 2014 Kelompok Umur 0-59bln 5 -12 thn 13 – 18 thn 19 – 55 thn >55 thn Seluruh Umur
Jenis Buah buahan dan olahannya Pisang
Jeruk
Mangga
18,1 4,8 5,4 17,5 24,2 15,2
2,9 5,7 10,3 8,6 7,2 7,9
1,0 3,5 1,6 4,4 4,3 3,7
Pepaya 5,7 5,7 1,1 6,7 12,1 6,5
Semangka
Buah lainnya
0,0 0,9 0,5 1,9 1,0 1,4
4,8 11,5 11,4 15,8 15,0 13,8
Buah Olahan 0,0 0,0 0,0 0,5 1,0 0,4
Proporsi penduduk DKI Jakarta yang mengonsumsi buah mangga sebanyak 3,7 persen. Proporsi penduduk pada kelompok umur 19 – 55 tahun dan >55 tahun adalah yang paling tinggi mengonsumsi mangga (4,4% dan 4,3%). Proporsi penduduk yang mengonsumsi pepaya tertinggi ada pada kelompok umur >55 tahun (12,1%). Proporsi penduduk DKI yang mengonsumsi semangka tertinggi pada kelompok umur 19 – 55 tahun (1,9%). Konsumsi buah lainnya paling banyak terdapat pada kelompok umur 19 – 55 tahun dan >55 tahun yaitu sebesar 15,8% dan 15,0%.
31
3.3.6 Konsumsi Makanan Kelompok Daging dan Olahan Tabel 3.3.11 Rerata konsumsi kelompok daging dan olahannya per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 Jenis Daging dan olahannya Kelompok Umur
Daging Unggas Rerata
SD
Daging Sapi, Kerbau Rerata
Daging Kambing, domba SD
Rerata
SD
Olahan Daging Unggas Rerata
SD
Olahan Daging sapi,Kerbau Rerata
Daging Babi dan Olahan
SD
Rerata
SD
Daging Lainnya Rerata
SD
Total Rerata
SD
0-59bln
12,7
36,1
2,1
11,8
0,0
0,0
1,8
10,6
4,9
13,1
0,0
0,0
0,0
0,6
21,5
43,4
5 -12 thn
54,5
84,3
7,9
29,9
0,7
6,2
2,5
11,6
15,7
31,5
0,0
0,0
0,0
0,0
81,2
96,3
13–18 thn
54,0
87,6
6,8
29,4
0,0
0,0
4,6
27,5
12,5
29,6
0,0
0,0
0,0
0,0
77,9
96,0
19–55 thn
53,1
85,5
15,7
55,5
2,0
16,2
0,5
4,6
12,4
32,2
0,0
0,5
0,0
0,0
83,6
103,4
>55 thn
31,8
65,8
16,2
53,0
1,4
13,2
0,4
4,5
1,8
7,2
1,1
14,5
0,0
0,0
52,7
100,5
Seluruh Umur
48,0
81,7
12,7
48,0
1,4
13,1
1,3
11,3
11,0
29,1
0,1
5,2
0,0
0,2
74,6
99,7
32
Rerata konsumsi bahan makanan kelompok daging dan olahan menurut kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 3.3.11. Konsumsi daging unggas pada kelompok umur 5 – 12 tahun, 13 -18 tahun, dan 19 -55 tahun memiliki rerata yang hampir sama, yaitu 54,5 gram, 54,0 gram, dan 53,1 gram. Pada kelompok umur 19 -55 tahun dan >55 tahun, rerata konsumsi daging sapi, kerbau hampir sama yaitu 15,7 gram dan 16,2 gram. Konsumsi daging sapi, kerbau pada kelompok umur 5 – 12 tahun dan 13 – 18 tahun juga hampir sama yaitu 7,9 gram dan 6,8 gram. Konsumsi daging kambing, domba dengan asupan terbanyak terdapat pada kelompok umur 19 – 55 tahun dengan rerata konsumsi sebesar 2,0 gram. Olahan daging unggas dengan rerata konsumsi tertinggi ada pada kelompok umur 13 – 18 tahun sebesar 4,6 gram. Konsumsi olahan daging sapi, kerbau tertinggi ada pada kelompok umur 5 – 12 tahun dengan rerata sebesar 15,7 gram. Konsumsi daging babi dan olahan hanya terdapat pada kelompok umur >55 tahun sebesar 1,1 gram. 48,0
50 40 30 20
11,0
10 0,0
0,1
1,3
12,7
1,4
0
Gambar 3.3.6. Rerata konsumsi kelompok daging dan olahannya per orang per hari (gram), Provinsi DKI Jakarta 2014 Rerata konsumsi daging dan olahan penduduk DKI Jakarta dapat dilihat pada Gambar 3.3.6. Dapat dilihat bahwa rerata tertinggi konsumsi bahan makanan kelompok daging dan olahan adalah daging unggas (48,0 g/hari), diikuti oleh daging sapi dan kerbau (12,7 g/hari), dan olahan daging sapi, kerbau (11,0 gram per hari). Sedangkan konsumsi jenis daging yang lainnya relatif sedikit. Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok daging dan olahnya menurut kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 3.3.12. Proporsi penduduk yang mengonsumsi daging unggas sebesar 40,6 persen. Proporsi penduduk yang mengonsumsi daging unggas pada kelompok umur 5 – 12 tahun, 13 – 55 tahun, dan >55 tahun hampir sama banyaknya yaitu sebesar 47,6, 42,9, dan 42,4 persen. Proporsitertinggi kedua adalah penduduk yang mengonsumsi daging olahan sapi/kerbau yaitu sebanyak 23 persen denganproporsi penduduk yang mengonsumsi paling tinggi ada pada kelompok umur 5 – 12 tahun (32,2%).
33
Proporsi penduduk yang mengonsumsi daging kambing/domba, olahan daging unggas dan daging babi relatif sedikit. Penduduk DKI Jakarta pada semua kelompok umur tidak ada yang mengonsumsi daging lainnya (larva/ulat, jangkrik, kelelawar, tikus, buaya, bajing/tupai, ulat sagu, ular, belalang, rusa, kuda, kelinci, anjing). Tabel 3.3.12 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok daging dan olahannya menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 Jenis Daging dan Olahannya Kelompok Umur 0-59bln 5 -12 thn 13 – 18 thn 19 – 55 thn >55 thn Seluruh Umur
Daging Unggas 21,0 47,6 42,9 42,4 32,9
Daging Sapi, Kerbau 4,8 7,9 8,7 11,6 14,5
Daging Kambing, domba 0,0 1,3 0,0 2,0 1,4
Olahan Daging Unggas 3,8 5,7 5,4 1,5 1,4
40,6
10,7
1,5
2,7
Olahan Daging sapi,Kerbau 17,1 32,2 27,7 23,5 9,7
Daging Babi dan Olahan 0,0 0,0 0,0 0,0 0,5
Daging Lainnya
0,1
0,0
23,0
0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
Jenis daging dan olahannya yang termasuk 3 besar daging yang dikonsumsi oleh banyak penduduk di DKI Jakarta adalah daging unggas, olahan daging sapi, kerbaudan daging sapi, kerbau.
3.3.7 Konsumsi Makanan Kelompok Jeroan dan Olahan Tabel 3.3.13 menunjukkan rerata konsumsi bahan makanan kelompok jeroan dan olahan menurut umur. Dari tabel tersebut dapat dilihat jeroan hewan berkaki 4 tidak dikonsumsi oleh penduduk sampai dengan umur 12 tahun. Rerata konsumsi pada umur yang lebih lanjut sangat sedikit, yaitu berkisar antara 0,1–0,6 gram. Jeroan unggas paling banyak dikonsumsi oleh penduduk pada kelompok umur 5–12 tahun, dengan rerata sebesar 7,7 gram. Tabel 3.3.13 Rerata konsumsi kelompok jeroan dan olahannya yang dikonsumsi per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 Jenis Jeroan dan olahannya Kelompok Umur 0 – 59bln 5 -12 thn 13 – 18 thn 19 – 55 thn >55 thn Seluruh Umur
Jeroan hewan berkaki empat Rerata SD 0,0 0,0 0,5 0,6 0,1 0,4
0,0 0,0 5,8 7,8 1,7 6,1
Jeroan Unggas Rerata 1,3 7,7 3,4 4,3 1,2 4,1
34
Lainnya
Total
SD
Rerata
SD
10,1 31,6 17,8 20,2 8,5 20,5
2,3 1,9 1,8 3,7 3,3 3,1
14,6 18,3 8,7 16,6 14,0 15,7
Rerata 3,7 9,7 5,7 8,6 4,7 7,6
SD 17,6 36,3 20,5 28,5 16,1 27,1
4,1
JEROAN_UNGGAS
3,1
JEROAN_LAINNYA
0,4
JEROAN_BERKAKI4
0
1
2
3
4
5
Gambar 3.3.7. Rerata konsumsi kelompok jeroan dan olahannya yang dikonsumsi per orang per hari (gram), Provinsi DKI Jakarta 2014 Jenis jeroan yang paling banyak dikonsumsi penduduk DKI Jakarta adalah jeroan unggas, dengan rerata konsumsi sebesar 4,1 gram.Jeroan hewan berkaki empat merupakan jenis jeroan yang paling sedikit dikonsumsi oleh penduduk DKI, yaitu hanya sebesar 0,4 gram. Proporsi penduduk DKI Jakarta yang mengonsumsi jenis jeroan dan olahannya dapat dilihat pada Tabel 3.3.14. Walaupun rerata konsumsi jeroan lainnya relatif kecil tetapi jumlah penduduk yang mengonsumsinya adalah yang terbanyak, yaitu 7,0 persen.Proporsi tertinggi penduduk yang mengonsumsinya adalah pada kelompok umur >55 tahun (8,7%). Tabel 3.3.14 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok jeroan dan olahannyamenurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 Jenis Jeroan dan Olahannya Kelompok Umur 0- 59 bln 5 -12 thn 13 – 18 thn 19 – 55 thn >55 thn Seluruh Umur
Jeroan hewan berkaki empat 0,0 0,0 0,5 0,9 0,5 0,6
Jeroan Unggas 1,9 7,5 4,9 6,3 2,9 5,6
Lainnya 3,8 4,0 6,5 7,8 8,7 7,0
Jeroan unggas dikonsumsi oleh 5,6 persen penduduk DKI Jakarta. Proporsi penduduk tertinggi yang mengonsumsi jeroan unggas ada pada kelompok umur 5 – 12 tahun sebesar 7,5 persen. Jenis jeroan hewan berkaki empat hanya dikonsumsi oleh 0,6 persen penduduk.
35
Proporsi terendah penduduk yang mengonsumsi jenis jeroan adalah pada kelompok jeroan berkaki empat yaitu sebesar 0,6 persen dengan kisaran antara 0,5 – 0,9 persen. Proporsitertinggi pada kelompok umur 19–55 tahun.
3.3.8 Konsumsi Makanan Kelompok Ikan dan Olahan Rerata Konsumsi bahan makanan kelompok ikan dan olahannya (Tabel 3.3.15) terlihat bahwa rerata konsumsi ikan laut pada kelompok umur 5–12 tahun, 19–55 tahun, dan >55 tahun hampir sama yaitu sebesar 31,4, 33,0, dan32,9 gram. Ikan air tawar dengan rerata konsumsi tertinggi terdapat pada kelompok 5–12 tahun yaitu sebesar 20,3 gram. Rerata konsumsi olahan ikan tertinggi ada pada kelompok umur 13–18 tahun sebesar 8,7 gram. Penduduk DKI Jakarta tidak ada yang mengonsumsi hewan air lainnya seperti kodok, kurakura, tripang, rebung laut.
36
Tabel 3.3.15 Rerata konsumsi kelompok ikan dan olahannyaper orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 Jenis Ikan dan Olahannya Kelompok Umur
Ikan Laut Rerata
Olahan Ikan SD
Rerata
Udang, Kepiting dan Olahannya
Ikan Air Tawar
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
Cumi, Kerang, Keong dan Olahannya Rerata
SD
Total
Hewan Air lainnya Rerata
SD
Rerata
SD
0-59bln
11,8
41,3
0,2
2,4
4,3
31,7
0,0
0,2
0,0
0,0
0,0
0,0
16,3
51,1
5 -12 thn
31,4
67,6
1,6
9,7
20,3
75,7
0,3
4,9
0,7
6,4
0,0
0,0
54,3
98,2
13 – 18 thn
13,8
37,6
8,7
31,8
13,1
62,8
5,9
31,9
2,8
26,3
0,0
0,0
44,4
84,9
19 – 55 thn
33,0
86,4
4,4
17,1
15,7
59,1
3,6
27,9
2,7
18,4
0,0
0,0
59,4
104,9
>55 thn
32,9
79,1
5,2
20,1
13,4
60,5
1,0
5,8
1,7
10,3
0,0
0,0
54,2
96,3
Seluruh umur
29,2
76,7
4,3
18,6
15,0
61,0
2,9
23,6
2,1
16,9
0,0
0,0
53,5
98,5
37
Pada Gambar 3.3.8 dapat dilihat bahwa Di DKI Jakarta rerata, konsumsi bahan makanan kelompok ikan dan olahan tertinggi adalah dari jenis ikan laut yaitu sebanyak 29,2 gram. Tertinggi kedua adalah konsumsi ikan air tawar, yaitu sebanyak 15,0 gram. konsumsi udang, kepiting dan olahan hampir sama dengan rerata konsumsi cumi, kerang, keong dan olahan yaitu sebesar 2,9 gram dan 2.1 gram.
29,2
IKAN_LAUT 15,0
IKAN_AIR_TAWAR 4,3
OLAHAN_IKAN
2,9
KRUSTASEA
2,1
MOLUSKA 0,0
IKAN_LAINNYA 0
5
10
15
20
25
30
Gambar 3.3.8. Rerata konsumsi kelompok ikan dan olahannya per orang per hari (gram), Provinsi DKI Jakarta 2014
Tabel 3.3.16 menampilkan proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok ikan dan olahan. Proporsi penduduk yang mengonsumsi ikan laut di DKI Jakarta adalah yang tertinggi sebanyak 25,5 persen. Berdasarkan kelompok umur, ikan laut dikonsumsi tertinggi oleh penduduk yang berumur 5 – 12 tahun sebesar 33,5 persen. Olahan ikan tertinggi dikonsumsi oleh 15,9 persen penduduk dalam kelompok umur >55 tahun.Ikan air tawar banyak dikonsumsi oleh penduduk umur 5 – 12 tahun yaitu sebesar 10,1persen.Penduduk yang yang paling banyak mengonsumsi udang, kepiting dan olahan adalah penduduk pada kelompok umur 13 – 18 tahun sebesar 7,1 persen. Cumi, kerang, keong, dan olahan paling banyak dikonsumsi oleh penduduk umur 19 – 55 tahun sebanyak 3,2 persen.
38
Tabel 3.3.16 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok ikan dan olahannya menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 Jenis Ikan dan Olahannya Kelompok Umur 0-59bln 5 -12 thn 13 – 18 thn 19 – 55 thn >55 thn DKI Jakarta
Ikan Laut
Olahan Ikan
19,0 33,5 24,5 25,2 22,7 25,5
0,0 4,8 13,0 13,5 15,9 11,7
Ikan Air Tawar
Udang, Kepiting dan Olahannya
1,9 10,1 6,0 9,1 7,2 8,2
1,9 0,9 7,1 4,5 6,3 4,4
Cumi, Kerang, Keong dan Olahannya 0,0 1,8 1,6 3,2 2,9 2,6
Hewan Air lainnya 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
3.3.9. Konsumsi Makanan Kelompok Telur dan Olahan Tabel 3.3.17 menunjukkan data mengenai rerata konsumsi bahan makanan kelompok telur dan olahan menurut kelompok umur. Konsumsi telur ayam dengan rerata tertinggi ada pada kelompok umur 13–18 tahun sebesar 38,4 gram. Telur bebek hanya dikonsumsi oleh kelompok umur 19–55 tahun dan 0–59 bulan dengan jumlah yang relatif sedikit. Demikian halnya dengan rerata konsumsi olahan telur dan telur lainnya relatif sedikit dikonsumsi oleh penduduk DKI di semua kelompok umur. Tabel 3.3.17 Rerata konsumsi kelompok telur dan olahannya per orangper hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 Kelompok Umur 0-59bln 5 -12 thn 13 – 18 thn 19 – 55 thn >55 thn Seluruh Umur
Jenis Telur dan Olahannya Olahan Telur
Telur Lainnya
Rerata 25,1 37,7 38,4 34,6 21,4
Telur Ayam SD 38,1 45,4 47,1 41,9 32,9
Rerata 0,1 0,0 0,0 0,6 0,0
Telur Bebek SD 2,1 0,2 0,0 8,4 1,2
Rerata 0,0 0,6 0,5 0,3 0,6
SD 0,0 6,6 5,8 4,6 5,3
Rerata 1,2 1,9 0,7 0,3 0,1
33,1
42,1
0,3
6,3
0,4
5,0
0,6
39
SD 5,3 12,2 5,7 2,9 0,8
5,6
Total Rerata 26,4 40,1 39,5 35,8 22,2
SD 38,4 45,8 47,6 44,0 33,1
34,4
43,4
0,6
TELUR_LAINNYA
OLAHAN_TELUR
0,4
TELUR_BEBEK
0,3
33,1
TELUR_AYAM 0
10
20
30
40
Gambar 3.3.9. Rerata konsumsi kelompok telur dan olahannya per orangper hari (gram), Provinsi DKI Jakarta 2014 Berdasarkan Gambar 3.3.9. dapat dilihat rerata konsumsi telur ayam menempati posisi tertinggi dibandingkan jenis telur dan olahan lainnya, yaitu sebesar 33,1 gram. Sedangkan 3 jenis lainnya hanya sedikit yang dikonsumsi oleh penduduk yaitu berkisar antara 0,3–0,6 gram. Dari Tabel 3.3.18 dapat dilihat bahwa proporsi penduduk yang mengonsumsi telur ayam di DKI Jakarta mencapai 59,4%, sedangkan penduduk yang mengonsumsi telur bebek, olahan telur, dan telur lainnya hanya berkisar antara 0,4–1,8 persen.
Tabel 3.3.18 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok telur dan olahannya menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 Kelompok Umur 0-59bln 5 -12 thn 13 – 18 thn 19 – 55 thn >55 thn Seluruh Umur
Telur Ayam 48,6 66,5 60,3 60,0 54,1 59,4
Jenis Telur dan Olahannya Telur Bebek Olahan Telur 0,0 0,0 0,0 0,9 0,0 0,5 0,7 0,6 0,0 1,4 0,4 0,7
Telur Lainnya 4,8 4,4 1,1 1,1 1,0 1,8
Berdasarkan kelompok umur, proporsi tertinggi penduduk DKI Jakarta yang mengonsumsi telur ayam ada pada kelompok umur 5–12 tahun yaitu sebesar 66,5 persen. Telur bebek hanya dikonsumsi oleh kelompok umur 19–55 tahun yaitu sebesar 0,7 persen. Proporsi penduduk yang mengonsumsi olahan telur pada semua kelompok umur hanya berkisar antara 0–1,4persen, proporsi tertinggi ada pada kelompok umur >55 tahun. Jenis telur lainya dikonsumsi oleh 1,0–4,8 persen penduduk DKI. Telur lainnya ini paling banyak dikonsumsi pada kelompok umur 0–59 bulan.
40
3.3.10 Konsumsi Makanan Kelompok Susu dan Olahan Konsumsi jenis susu dan olahan dapat dilihat pada Tabel 3.3.19. Berdasarkan kelompok umur, rerata konsumsi susu kental manis dan susu bubuk paling tinggi ada pada kelompok umur 5–12 tahun yaitu masing-masing sebesar 10,6 dan 4,0 gram. Rerata konsumsi susu cair tertinggi ada pada kelompok umur 0 – 59 bulan, yaitu sebesar 43,1 gram.
41
Tabel 3.3.19 Rerata konsumsi kelompok susu dan olahannya per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 Jenis Susu dan Olahannya Kelompok Umur
Susu Kental manis
Susu Bubuk
Susu Formula Balita
Susu Formula Khusus
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
0-59bln
8,4
30,4
3,5
17,0
39,5
50,1
0,0
0,0
5 -12 thn
10,6
24,2
4,0
14,6
1,3
8,8
0,4
13 – 18 thn
3,2
11,5
0,1
0,8
0,0
0,0
19 – 55 thn
2,7
12,0
0,7
4,2
0,0
>55 thn
1,9
6,9
0,6
4,7
Seluruh Umur
4,1
15,9
1,3
8,0
Rerata
Total
Susu Cair
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
9,0
29,6
103,4
129,1
43,1
120,1
2,7
7,5
24,9
50,5
79,6
26,7
68,8
0,4
5,0
5,4
29,4
22,3
59,7
13,2
51,1
0,0
0,5
4,5
1,1
7,0
13,4
54,7
8,5
52,5
0,0
0,0
1,5
7,6
1,2
3,7
9,2
28,0
4,0
26,4
2,8
16,5
0,6
4,7
3,0
16,7
11,7
31,0
13,3
60,1
42
SD
Olahan Susu
Rerata konsumsi formula balita pada kelompok umur 0 -59 bulan sebesar 39,5 gram. Pada kelompok umur 5–12 tahun juga masih ada yang mengonsumsi formula balita dengan rerata konsumsi sebesar 1,3 gram. Susu formula khusus dikonsumsi tertinggi pada kelompok umur >55 tahun dengan rerata 1,5 gram.Rerata konsumsi olahan susu tertinggi pada kelompok umur 0–59 bulan, yaitu sebesar9,0 gram. Rerata konsumsi kelompok susu dan olahan yang tertinggi ada pada jenis susu cair, yaitu sebanyak 13,3 gram. Selanjutnya diikuti oleh konsumsi susu kental manis dan olahan susu, yaitu masing-masing sebanyak 4,1 dan 3,0 gram.
25 25 20 13,3
15 10 4,1 5
2,8 1,2
3 0,6
0 Susu Kental manis
Susu Bubuk
Susu Formula Balita
Susu Formula Khusus
Olahan Susu
Susu Cair
Total
Gambar 3.3.10. Rerata konsumsi kelompok susu dan olahannya per orang per hari (gram), Provinsi DKI Jakarta 2014 Proporsi penduduk DKI Jakarta yang mengonsumsi jenis susu dan olahan ditunjukkan pada Tabel 3.3.20. Proporsi penduduk yang mengonsumsi susu kental manis adalah yang tertinggi, yaitu sebanyak 12,6 persen. Kelompok umur 5–12 tahun merupakan kelompok dengan proporsi penduduk tertinggi yang mengonsumsi susu kental manis dan susu bubuk yaitu sebesar 24,7 dan 14,5 persen. Susu cair dikonsumsi paling banyak oleh penduduk yang berumur 0–59 bulan yaitu sebesar 19,0 persen.
43
Tabel 3.3.20 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok susu dan olahannya menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 Kelompok Umur 0-59bln 5 -12 thn 13 – 18 thn 19 – 55 thn >55 thn Seluruh Umur
Susu Kental manis 14,3 24,7 11,4 9,4 13,0 12,6
Susu Bubuk 11,4 14,5 4,9 6,0 2,9 7,0
Jenis Susu dan Olahannya Susu Susu Formula Formula Balita Khusus 49,5 0,0 5,3 2,2 0,0 0,5 0,2 1,4 0,0 5,3 4,1
Olahan Susu
1,8
Susu Cair
17,1 14,1 4,9 5,7 10,6
19,0 15,9 8,2 5,0 3,4
8,2
7,6
Susu formula balita dikonsumsi oleh 49,5 persen penduduk DKI Jakarta yang berumur 0–59 bulan dan 5,3 persen penduduk kelompok umur 5–12 tahun juga masih ada yang mengonsumsi susu tersebut. Susu formula khusus hanya dikonsumsi oleh 2,2 persen dan 5,3 persen penduduk pada kelompok umur 5–12 tahun dan >55 tahun. Kelompok umur 0 – 59 bulan merupakan kelompok dengan proporsi penduduk tertinggi yang mengonsumsi olahan susu yaitu sebanyak 17,1 persen.
3.3.11. Konsumsi Makanan Kelompok Minyak, Lemak dan Olahan Tabel 3.3.21 menunjukkan rerata konsumsi bahan makanan kelompok minyak, lemak, dan olahan menurut kelompok umur. Konsumi minyak kelapa sawit dan minyak kelapa pada kelompok umur 5 tahun keatas hampir sama, yaitu berkisar antara 20,5–26,5 gram. Demikian pula dengan konsumsi kelapa dan olahan pada kelompok umur 5 tahun keatas berkisar antara 34,4–38,6 gram. Minyak lainnya, lemak dan olahan seperti minyak wijen, minyak zaitun, minyak kedelai, minyak ikan, minyak hati hiu, minyak kacang tanah, margarin, mentega, mayonaise, lemak babi/lard, lemak kerbau dikonsumsi oleh penduduk DKI Jakarta dengan rerata berkisar antara 0,9 – 2,4 gram. Tabel 3.3.21 Rerata konsumsi kelompok minyak, lemak dan olahannya per orangper hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 Minyak, Lemak dan Olahannya Kelompok Umur
0-59bln 5 -12 thn 13 – 18 thn 19 – 55 thn >55 thn Seluruh Umur
Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Kelapa Rerata SD 8,5 9,5 20,5 13,9 23,9 17,1 26,5 18,7 23,2 16,3 23,8 17,7
Kelapa dan Olahannya Rerata 7,1 34,4 36,3 38,6 37,3 35,5
SD 27,7 53,1 65,3 66,2 55,2 61,5
Minyak Lainnya, lemak dan Olahannya Rerata SD 1,0 2,8 2,4 7,1 1,6 4,2 1,6 5,1 0,9 3,6 1,6 5,1
Total Rerata 16,6 57,3 61,8 66,7 61,4 60,9
SD 30,3 55,8 71,3 68,9 57,8 65,3
Gambar 3.3.11 menyajikan data mengenai rerata konsumsi bahan makanan kelompok minyak dan olahannya di DKI Jakarta. Komsumsi tertinggi pada kelompok minyak dan
44
olahan di Provinsi DKI Jakarta ada pada kelapa dan olahan, dengan rerata konsumsi sebesar 35,5 gram, menyusul kemudian minyak kelapa sawit dan kelapa sebesar 23,6 gram dan posisi terakhir minyak lainnya, lemak dan olahan sebesar 1,6 gram.
35,5
KELAPA_OLAHAN
23,8
SAWIT_KELAPA
MINYAK_LEMAK_OLAH AN
1,6
0
20
40
Gambar 3.3.11. Rerata konsumsi kelompok minyak, lemak dan olahannya per orangper hari (gram), Provinsi DKI Jakarta 2014 Proporsi penduduk yang mengonsumsi minyak, lemak dan olahan dapat dilihat pada Tabel 3.3.22. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa proporsi penduduk yang mengonsumsi minyak kelapa sawit pada kelompok umur 5 -12 tahun sampai dengan >55 tahun hampir mendekati 100 persen penduduk yaitu berada pada kisaran antara 96,7 – 99,6 persen penduduk. Proporsi penduduk DKI Jakarta yang mengonsumsi kelapa dan olahantertinggi pada kelompok umur >55 tahun yaitu sebesar 57,0 persen.Konsumsi minyak lainnya, lemak dan olahan tertinggi ada pada kelompok umur 5 – 12 tahun (25,1%). Secara umum di Provinsi DKI Jakarta, proporsi penduduk yang mengonsumsi minyak kelapa sawit paling tinggi (96,6%) dibandingkan yang mengonsumsi kelapa dan olahan (48,0) dan minyak lainnya, lemak dan olahan (20,9%).
45
Tabel 3.3.22 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok minyak, lemak dan olahannya menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 Minyak, Lemak dan Olahan Kelompok Umur 0-59bln 5 -12 thn 13 – 18 thn 19 – 55 thn >55 thn Seluruh Umur
Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Kelapa 71,4 99,6 96,7 98,5 98,1 96,6
Kelapa dan Olahan 21,9 48,5 39,1 50,7 57,0 48,0
Minyak Lainnya, lemak dan Olahan 21,0 25,1 22,8 20,7 15,0 20,9
3.3.12. Konsumsi Makanan Kelompok Gula dan Konfeksionari Tabel 3.3.23 menampilkan data mengenai rerata berat bahan makanan dari kelompok gula dan konfeksionari. Produk konfeksionari ialah produk yang meliputi semua produk yang mengandung gula dan pemanis lain baik nutritif maupun pemanis non nutritif dengan intensitas kemanisan tinggi. Tabel 3.3.23 Rerata konsumsi kelompok gula dan konfeksionari per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 Gula dan Konfeksionari Kelompok Umur 0-59 bln 5 -12 thn 13 – 18 thn 19 – 55 thn >55 thn Seluruh umur
Gula
Permen
Sirup
Coklat
Rerata 5,6 11,6 12,0 16,1 16,3
SD 12,6 18,0 14,7 29,1 17,2
Rerata 2,1 1,7 0,3 0,1 0,0
SD 7,9 4,3 2,1 1,2 0,5
Rerata 0,5 0,5 0,6 0,3 0,1
SD 4,4 3,9 4,1 2,3 1,4
Rerata 2,0 0,8 1,9 1,1 0,4
SD 5,5 2,6 5,8 4,5 2,2
14,3
24,3
0,5
2,9
0,4
2,9
1,1
4,3
Lainnya (madu,Selai agar-agar, jely) Rerata SD 6,8 32,3 5,5 28,0 6,4 41,4 0,8 5,2 2,4 17,4 2,7
20,8
Total Rerata 17,0 20,1 21,3 18,3 19,2
SD 36,6 34,1 43,4 30,2 26,4
18,9
32,5
Bila dilihat dari kelompok umur, rerata berat kelompok gula yang tertinggi terdapat pada kelompok umur 19-55 tahun dan >55 tahun yaitu 16 gram. Pada kelompok bahan makanan permen dan coklat, menunjukkan bahwa rerata beratnya makin menurun dengan makin bertambahnya usia. Untuk kelompok bahan makanan sirup memperlihatkan rerata yang hampir sama pada semua kelompok umur yaitu dibawah 1 gram. Untuk kelompok gula dan konfeksionari jenis lainnya, rerata berat terbesar pada kelompok umur 0-59 bulan (6,8 gram).
46
20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
18,9 14,3
0,4
1,1
sirup
coklat
0,5 Gula
Permen
2,7
Lainnya (madu,Selai agar-agar, jely)
Total
Gambar 3.3.12 Rerata konsumsi kelompok gula dan konfeksionari per orang per hari (gram), Provinsi DKI Jakarta 2014 Pada gambar 3.3.12. menyajikan data mengenai rerata berat bahan makanan dari kelompok gula dan konfeksioneri yang dikonsumsi oleh penduduk DKI Jakarta. Konsumsi gula merupakan konsumsi terbesar di kelompok ini yaitu sebesar 14,3 gram. Sedangkan kelompok lainnya hanya sedikit yang dikonsumsi, yaitu berkisar antara 0,4 – 2,7 gram. Tabel 3.3.24 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok gula dan konfeksionari menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 Gula dan Konfeksionari Kelompok Umur
Gula
Permen
Sirup
Coklat
0-59 bln 5 -12 thn 13 – 18 thn 19 – 55 thn >55 thn Seluruh Umur
43,8 62,6 67,9 73,1 80,7 70,1
14,3 16,7 2,7 1,8 0,5 4,7
1,9 2,6 3,3 2,0 0,5 2,1
24,8 11,0 12,0 9,5 5,3 10,5
Lainnya (madu,Selai agaragar, jely) 14,3 10,1 8,7 6,1 7,7 7,7
Pada Tabel 3.3.24 dapat dilihat proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok gula dan konfeksioneri. Pada penduduk DKI Jakarta, diantara bahan makanan kelompok gula dan konfeksionari, proporsi tertinggi penduduk mengonsumsi gula yaitu sebanyak 70 persen dan terendah adalah sirup yaitu 2 persen. Pada bahan makanan kelompok gula, terlihat bahwa semakin bertambah umur, maka semakin tinggi proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok gula. Sebaliknya, pada bahan makanan kelompok coklat, dengan semakin bertambah umur maka semakin kecil proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok coklat. Untuk kelompok bahan makanan permen dan kelompok gula lainnya, proporsi tertinggi penduduk yang mengonsumsinya ada pada kelompok umur 0-59 bulan dan kelompok umur 5 – 12 tahun, sedangkan yang terendah terdapat pada kelompok umur >55 tahun. Untuk kelompok bahan makanan sirup, sebaran proporsinya hampir merata pada setiap kelompok umur.
47
3.3.13. Konsumsi Kelompok Bumbu Tabel 3.3.25 menyajikan data mengenai rerata konsumsi bumbu berdasarkan kelompok umur. Konsumsi garam pada kelompok umur lebih dari 59 bulan mempunyai sebaran yang hampir sama yaitu berkisar antara 3,4 – 3,8 gram. Konsumsi vetsin/MSG/mecin memiliki sebaran proporsinya merata pada setiap kelompok umur dengan konsumsi yang relatif kecil. Konsumsi bumbu kering dan bumbu basah semakin meningkat seiring dengan bertambahnya umur. Tabel 3.3.25 Rerata konsumsi kelompok bumbu per orangper hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 Jenis Bumbu Kelompok Umur 0-59 bln 5 -12 thn 13 – 18 thn 19 – 55 thn >55 thn Seluruh umur
Garam Rerata 1,3 3,8 3,4 3,7 3,5
SD 1,4 9,1 2,6 2,8 2,9
3,5
4,3
Vetsin/ MSG/ Bumbu Instan Mecin Rerata SD Rerata SD 0,3 1,0 4,2 17,0 0,2 0,4 5,5 14,9 0,3 0,8 5,5 18,2 0,4 1,9 3,7 12,8 0,3 0,8 2,9 14,4 0,3
1,5
4,1
14,3
Bumbu Kering Rerata SD 0,4 1,3 0,6 1,3 0,8 1,9 0,8 1,6 1,0 2,3 0,8
1,7
Bumbu Basah Rerata 9,3 14,6 18,2 19,4 18,9
SD 12,8 14,8 20,0 19,2 21,9
17,8
19,0
Bahan Tambahan Rerata SD 0,0 0,0 0,0 0,1 0,0 0,2 0,1 1,4 0,0 0,1 0,1
1,0
Total Rerata 15,5 24,6 28,2 28,1 26,5
SD 24,0 24,6 29,2 25,1 29,7
26,6
26,3
Gambar 3.3.13 memperlihatkan konsumsi kelompok bumbu penduduk di DKI Jakarta. Dapat dilihat bahwa rerata berat terbesar terdapat pada kelompok bumbu basah yaitu 17,8 gram dan terkecil pada kelompok bahan tambahan yaitu 0,1 gram.
30
26,6
25 17,8
20 15 10 5
4,1
3,5
0,8
0,3
0,1
0 Garam
Vetsin/ MSG/ Mecin
Bumbu Instan
Bumbu Kering
Bumbu Basah
Bahan Tambahan
Total
Gambar 3.3.13 Rerata konsumsi kelompok bumbu per orangper hari (gram), Provinsi DKI Jakarta 2014
48
Secara umum, rerata berat kelompok bumbu pada semua kelompok umur ialah sebesar 26,5 gram dengan rerata terkecil pada kelompok umur 0-59 bulan. sedangkan pada kelompok umur lainnya rerata berat bahan makanan kelompok bumbu mempunyai sebaran yang hampir sama yaitu di atas 20 gram.
Tabel 3.3.26 Proporsi penduduk yang mengonsumsi bumbu menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 Jenis Bumbu Kelompok Umur 0-59 bln 5 -12 thn 13 – 18 thn 19 – 55 thn >55 thn
80,0 98,7 97,3 99,0 99,5
Vetsin/ MSG/ Mecin 26,7 35,7 29,3 31,9 28,5
Seluruh Umur
97,6
31,3
Garam
Bumbu Instan 31,4 38,3 39,7 39,2 30,4
Bumbu Kering 25,7 33,5 34,8 41,5 46,9
Bumbu Basah 57,1 81,5 84,8 84,9 85,0
Bahan Tambahan 1,9 4,4 2,2 2,6 1,0
37,5
39,3
82,6
2,6
Berdasarkan tabel 3.3.26 terlihat bahwa proporsi penduduk DKI Jakarta yang mengonsumsi jenis bumbu dari proporsi yang tertinggi sampai terendah ialah garam, bumbu basah, bumbu kering, bumbu instan, vetsin/MSG/mecin, dan bahan tambahan.
3.3.14. Konsumsi Kelompok Minuman Pada tabel 3.3.27 memperlihatkan minuman terbagi menjadi dua kelompok yaitu jenis minuman serbuk dan jenis minuman cair. Minuman serbuk terdiri dari; teh instan/daun kering berbagai merk, kopi bubuk berbagai merk dan jenis, serta minuman serbuk yang meliputi minuman serbuk (berbagai merk,rasa), cereal bubuk, jus serbuk (berbagai merk, rasa), saridele bubuk, STMJ serbuk. Jenis minuman cair terdiri dari; minuman Kemasan Cair meliputi jus cair (berbagai merk, rasa), minuman cincau, minuman isotonik cair, minuman coklat cair, minuman asam jawa cair, soybean cair, sari kacang ijo cair, vanila shake cair, teh cair (berbagai merk, gelas/botol), kopi instan cair. Minuman berkarbonasi meliputi berbagai macam rasa dan merk. Minuman beralkohol meliputi fermentasi palm sap cair, bir cair, fermentasi air tebu beralkohol, fermentasi beras beralkohol, wine cina, minuman beralkohol(berbagai merk), rum alkohol. Minuman Lainnya meliputi air kelapa muda, air tebu, minuman coklat bubuk, minuman berenergi. Rerata berat minuman serbuk yang dikonsumsi oleh penduduk di DKI Jakarta yaitu sebesar 11 gram dengan rerata terbesar pada kelompok umur 19-55 tahun. Berdasarkan jenisnya, rerata berat terbesar ialah jenis kopi bubuk dan yang terendah ialah jenis teh instant/daun kering. Untuk jenis minuman kopi, rerata berat paling besar pada kelompok umur 19-55 tahun, sedangkan pada jenis teh instan/daun kering rerata paling besar pada kelompok umur >55 tahun. Pada minuman serbuk rerata terbesar pada kelompok umur 5-12 tahun. Untuk jenis minuman cairan, rerata berat yang dikonsumsi penduduk DKI Jakarta ialah 60 ml. Rerata tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun. Diantara jenis minuman cairan, minuman kemasan cairan memiliki rerata tertinggi konsumsinya yaitu 46 ml, sedangkan yang terendah ialah minuman beralkohol yaitu 0,3 ml.
49
Tabel 3.3.27 Rerata berat kelompok minuman yang dikonsumsi per orangper hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 Jenis Minuman Serbuk (g) Kelompok Umur
Teh Instan / Daun Kering
Kopi Bubuk
Jenis Minuman cairan (ml)
Minuman Serbuk
Minuman Kemasan Cairan
Total
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
0-59 bln
0,2
0,5
0,0
0,3
1,3
7,2
1,4
5 -12 thn
0,8
1,8
0,1
1,6
5,0
16,1
13–18 thn
1,3
2,4
2,1
14,2
2,0
19–55thn
1,8
10,8
10,8
22,1
>55 thn
1,9
2,9
9,5
Seluruh umur
1,5
8,1
7,4
SD
Minuman Berkarbonasi
Minuman Beralkohol
Minuman Lainnya
Total
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
7,4
41,6
113,8
0,0
0,0
0,0
0,0
2,6
13,0
44,2
115,9
5,9
16,1
68,0
121,0
12,5
60,2
0,0
0,0
4,6
31,4
85,1
131,0
6,5
5,4
15,4
59,8
152,1
19,0
81,0
0,0
0,0
1,2
8,0
80,0
172,0
2,0
11,5
14,6
27,2
46,6
150,6
7,2
67,1
0,5
18,0
5,6
37,9
59,9
175,9
20,3
1,6
6,4
13,0
20,6
11,2
90,9
4,2
36,2
0,0
0,0
7,3
35,7
22,7
102,8
19,1
2,3
11,1
11,3
23,4
46,2
139,0
8,5
62,6
0,3
13,3
5,0
33,3
60,0
159,2
50
60 60
50
46,2
40
30
20 11,3 8,5
7,4
10
5
2,3
1,5
0,3
Jenis Minuman Serbuk (g)
Gambar 3.3.14
Total minuman cair
Minuman Lainnya
Minuman Beralkohol
Minuman Berkarbonasi
Minuman Kemasan Cairan
Total minuman serbuk
Minuman Serbuk
Teh Instan / Daun Kering
Kopi Bubuk
0
Jenis Minuman cairan (ml)
Rerata berat kelompok minuman yang dikonsumsi per orang per hari (gram), Provinsi DKI Jakarta 2014 Tabel 3.3.28 Proporsi penduduk yang mengonsumsi minuman menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 Jenis Minuman Serbuk (g) Kelompok Umur 0-59 bln 5 -12 thn 13 – 18 thn 19 – 55 thn >55 thn Seluruh Umur
Teh Instan / Daun Kering 8,6 25,6 40,2 47,2 49,8 41,1
Kopi Bubuk
Minuman Serbuk
0,0 0,9 5,4 29,6 30,9 21,0
4,8 25,1 13,0 9,1 6,8 11,2
Jenis Minuman cairan (ml) Minuman Kemasan Cairan 17,1 32,2 23,9 14,5 5,3 17,1
Minuman Berkarbonasi 0,0 4,4 8,2 2,0 2,4 3,0
Minuman Beralkohol 0,0 0,0 0,0 0,1 0,0 0,1
Minuman Lainnya 5,7 7,9 3,8 5,6 4,3 5,5
Pada tabel 3.3.28 menunjukkan bahwa pada jenis minuman serbuk, proporsi tertinggi penduduk DKI Jakarta mengonsumsi teh instan/daun kering yaitu sebanyak 41 persen. Untuk teh instan/daun kering dan kopi bubuk, proporsi konsumsinya makin meningkat
51
sejalan dengan makin bertambahnya umur. Sedangkan pada minuman serbuk tidak terlihat pola yang sama dimana proporsi konsumsi tertinggi terdapat pada kelompok umur 5-12 tahun dan yang terendah pada kelompok umur >55 tahun. Untuk jenis minuman cair, proporsi tertinggi terdapat pada konsumsi minuman kemasan cair yaitu 17 persen dengan proporsi tertinggi adalah pada penduduk kelompok umur 5-12 tahun dan terendah pada kelompok umur >55 tahun. Untuk minuman berkarbornasi, proporsi tertinggi terdapat pada kelompok 13-18 tahun, sedangkan jenis minuman lainnya proporsi tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun. Proporsi jenis minuman beralkohol semua berada dibawah 1 persen.
3.3.15 Konsumsi Makanan Kelompok Makanan Komposit Makanan Komposit dalam survei ini ialah makanan yang termasuk kelompok bahan pangan yang sudah terstandar terdiri dari : ayam goreng terstandar, ayam goreng tepung terstandar, pizza terstandar, burger terstandar, dan kentang goreng terstandar. Tabel 3.3.29 Rerata berat kelompok makanan komposit yang dikonsumsi per orangper hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 Kelompok Umur 0-59bln 5 -12 thn 13 – 18 thn 19 – 55 thn >55 thn Seluruh umur
Ayam goreng Rerata 0,0 0,3 5,4 1,0 3,4 1,6
SD 0,0 4,6 28,1 12,1 21,8 15,4
Jenis Makanan Komposit Pizza Burger Kentang Goreng Rerata SD Rerata SD Rerata SD 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,1 3,7 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,1 2,7 0,0 0,0 0,0 0,0
Total Rerata 0,0 0,3 5,4 1,1 3,4 1,7
SD 0,0 4,6 28,1 12,6 21,8 15,6
Dari Tabel 3.3.29 dan Gambar 3.3.15 dapat dilihat bahwa rerata berat kelompok makanan komposit yang dikonsumsi oelh penduduk di DKI Jakarta ialah 1,7 gram per orang per hari dengan rerata tertinggi pada kelompok umur 13-18 tahun. Ayam goreng merupakan jenis makanan komposit yang terbanyak dikonsumsi dengan rerata sebesar 1,6 gram per orang per hari. Sedangkan jenis makanan komposit lainnya yaitu pizza, burger, dan kentang goreng sangat kecil sekali rerata berat yang dikonsumsi oleh penduduk.
52
2
1,6
1,5 1 0,5
0,1
0
0
0 Ayam goreng
Pizza
Burger
Kentang Goreng
Gambar 3.3.15. Rerata berat kelompok makanan komposit yang dikonsumsi per orang per hari (gram), Provinsi DKI Jakarta 2014 Tabel 3.3.30 Proporsi penduduk yang mengonsumsi makanan komposit menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 Jenis Makanan Komposit Kelompok Umur 0-59 bln 5 -12 thn 13 – 18 thn 19 – 55 thn >55 thn DKI Jakarta
Ayam goreng 0,0 0,4 3,8 0,7 2,4 1,2
Pizza
Burger
0,0 0,0 0,0 0,1 0,0 0,1
0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
Kentang Goreng 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
Tabel 3.3.30 menunjukkan bahwa proporsi penduduk DKI Jakarta yang mengonsumsi makanan komposit sangat rendah dan hanya jenis ayam goreng dan Pizza yang dikonsumsi oleh penduduk dengan proporsi masing-masing yaitu 1,2 dan 0,1 persen.
53
3.3.16 Konsumsi Kelompok Air Tabel 3.3.31 Rerata konsumsi kelompok air menurut kelompok umurper hari (ml), Provinsi DKI Jakarta 2014 Sumber Air
Kelompok Umur
0 – 59bln 5 – 12 thn 13 – 18 thn 19 – 55 thn >55 thn Seluruh umur
Air Minum Bukan Kemasan
Air Minum Kemasan Bermerek
Rerata 725,8 1.101,4 1.255,1 1.584,4 1.621,7 1.427,0
Rerata 251,1 465,4 730,1 800,2 408,2 658,3
SD 684,4 752,9 965,5 1.137,1 996,9 1.059,9
SD 464,1 733,4 1.070,5 1.061,6 900,9 989,7
Minuman cair kemasan pabrikan (jus cair, kopi cair, teh cair, ,minuman berkarbonasi, berenergi, isotonik, beralkohol dan minuman lain) Rerata SD 41,6 113,8 80,5 128,7 78,9 172,4 56,0 171,7 15,4 97,3 55,9 156,0
Total
Rerata 1.018,6 1.647,3 2.064,1 2.440,6 2.045,3 2.141,2
SD 638,1 678,3 965,2 1.073,0 935,2 1.053,7
Konsumsi air pada survei ini ialah air minum dari berbagai sumber, termasuk kuah sayuran, air minum kemasan bermerk, minuman cair kemasan pabrik yang terdiri dari minuman kemasan cair, minuman berkarbonasi, minuman beralkohol, dan minuman lainnya. Rerata konsumsi air penduduk DKI Jakarta ialah sekitar 2 liter per orang per hari. Berdasarkan jenisnya, rerata komsumsi air dari yang tertinggi sampai yang terendah berturtut-turut ialah air minum bukan kemasan, air minum kemasan bermerek, dan minuman cair kemasan pabrikan. Data ini dapat dilihat pada Tabel 3.3.31 dan Gambar 3.3.16 Berdasarkan kelompok umur, rerata konsumsi air minum bukan kemasan makin meningkat sejalan dengan bertambahnya umur penduduk. Sedangkan pada air minum kemasan bermerk, rerata tertinggi terdapat pada kelompok umur 19-55. Untuk minuman cair kemasan pabrik terlihat bahwa rerata tertinggi terdapat pada klompok umur 5-12 tahun.
54
1.600,0
1.427,0
1.400,0 1.200,0 1.000,0 658,3
800,0 600,0 400,0
55,9
200,0 0,0 Air Minum
Air Minum Kemasan Bermerek
Minuman cair kemasan pabrikan
Gambar 3.3.16. Rerata konsumsi kelompok air yang dikonsumsi per orang per hari (ml), Provinsi DKI Jakarta 2014 Tabel 3.3.32 Proporsi penduduk yang mengonsumsi air menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 Sumber Air Kelompok Umur
Air Minum Bukan kemasan
Air Minum Kemasan Bermerek
0-59bln 5 -12 thn 13 – 18 thn 19 – 55 thn >55 thn Seluruh Umur
80,0 94,3 95,1 94,7 94,2 93,6
37,1 42,3 54,3 53,5 22,7 47,0
Minuman cair kemasan pabrikan (jus cair, kopi cair, teh cair, ,minuman berkarbonasi, berenergi, isotonik, beralkohol dan minuman lain) 17,1 36,6 32,1 17,5 7,2 20,5
Berdasarkan tabel 3.3.32 menunjukkan bahwa hampir semua penduduk DKI Jakarta mengonsumsi air minum dari berbagai sumber. Untuk air minum kemasan bermerk dikonsumsi oleh hampir 50 persen penduduk, sedangkan penduduk yang mengonsumsi minuman cair kemasan pabrikan sebesar 20 persen. Proporsi tertinggi penduduk yang mengonsumsi air minum kemasan bermerek, terdapat pada kelompok umur 13-18 tahun. Untuk minuman cair kemasan pabrikan memperlihatkan bahwa proporsi tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun dan terendah pada umur >55 tahun.
55
3.3.17. Konsumsi Makanan Suplemen dan Jamu Tabel 3.3.33 Rerata konsumsi kelompok suplemen dan jamu per orang per hari menurut kelompok umur per orang per hari, Provinsi DKI Jakarta Tahun 2014 Kelompok Umur 0-59 bln 5 -12 thn 13 – 18 thn 19 – 55 thn >55 thn Seluruh umur
Multi Vitamin (mg) Rerata SD 0,5 2,5 0,1 0,7 0,0 0,4 0,0 0,4 0,1 0,7 0,1
0,8
Suplemen Non Multi Minuman Vitamin Suplemen (mg) (ml) Rerata SD Rerata SD 0,0 0,4 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,4 3,1 37,1 0,0 1,0 1,8 29,6 0,0 0,2 0,3 6,8 0,0
0,8
1,4
25,4
Total Rerata 0,5 0,1 3,1 1,9 0,4
SD 2,5 0,7 37,1 29,6 6,8
1,5
25,4
Jamu Tradisional (ml) Rerata SD 1,9 16,4 0,0 0,3 0,4 6,8 2,2 20,3 1,9 32,2 1,6
19,6
Jamu Jamu Pabrikan (mg) Rerata SD 0,1 0,6 0,0 0,4 0,0 0,0 0,1 1,6 0,2 4,6 0,1
2,1
Total Rerata 2,0 0,0 0,4 2,3 2,1
SD 16,4 0,5 6,8 20,4 32,6
1,7
19,7
Rerata tertinggi konsumsi suplemen ada pada kelompok umur 13-18 tahun. Rerata Konsumsi multivitamin paling banyak dikonsumsi oleh penduduk kelompok umur 0-5 tahun yaitu sebesar 0,5 mg. Minuman suplemen mulai dikonsumsi oleh penduduk umur 13 tahun, dimana konsumsinya menurun seiring dengan bertambahnya umur. Sedangkan rerata tertinggi konsumsi jamu ada pada kelompok umur 19-55 tahun. Rerata konsumsi jamu tradisional tertinggi ada pada kelompok umur 19-55 tahun. Konsumsi jamu pabrikan relatif kecil pada kelompok umur yang mengonsumsinya yaitu antara 0,1-0,2 mg. Gambar 3.3.17. memperlihatkan data mengenai rerata konsumsi suplemen dan jamu penduduk di DKI Jakarat. Suplemen yang dikonsumsi oleh semua kelompok umur ialah sebesar 1,5 gram. Jenis suplemen dengan rerata tertinggi ialah suplemen dalam bentuk minuman. Rerata konsumsi jamu sebesar 1,7 gram dan jenis jamu yang paling tinggi rerata berat yang dikonsumsi ialah jamu tradisional dibandingkan jamu pabrikan.
56
2
1,4
1,5
1,7
1,6
1 0,1
0
0,1
Suplemen
Total
Jamu Pabrikan (mg)
Jamu Tradisional (ml)
Total
Minuman Suplemen (ml)
Non Multi Vitamin (mg)
Multi Vitamin (mg)
0
Jamu
Gambar 3.3.17. Rerata berat kelompok suplemen dan jamu yang dikonsumsi per orang per hari (ml), Provinsi DKI Jakarta 2014
Tabel 3.3.34 Proporsi penduduk yang mengonsumsi suplemen dan jamu menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 Kelompok Umur 0-59 bln 5 -12 thn 13 – 18 thn 19 – 55 thn >55 thn Seluruh Umur
Multi Vitamin 4,8 0,9 0,5 0,8 1,4 1,1
Suplemen Non Multi Vitamin 1,0 0,0 0,5 0,9 1,0 0,7
Jamu Minuman Suplemen 0,0 0,0 0,5 0,5 0,0 0,3
Jamu Tradisional 1,0 0,0 0,5 1,7 1,0 1,2
Jamu Pabrikan 1,0 0,4 0,0 0,8 0,5 0,6
Berdasarkan kelompok umur menunjukan bahwa pada kelompok multivitamin, proporsi tertinggi pendudukyang mengonsumsinya terdapat pada kelompok umur 0-59 bulan dan terendah pada kelompok umur 19-55 tahun. Pada kelompok non multivitamin proporsi penduduk yang mengonsumsi sebanyak 0,7 persen. Konsumsi non multivitamin yang lebih dari rerata ialah kelompok umur 0-59 bulan dan >55 tahun. Sedangkan pada minuman suplemen hampir semua kelompok umur berada dibawah 1 persen. Untuk kelompok jamu jenis jamu tradisional, proporsi tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun dan terendah pada kelompok umur 5-12 tahun. Pada jenis jamu pabrikan hampir semua kelompok umur proporsi konsumsi jamu berada dibawah 1 persen kecuali kelompok umur 0-59 bulan yaitu 1 persen.
57
3.3.18. Rekapitulasi Konsumsi Makanan Tabel 3.3.35 Rerata konsumsi serelia, umbi/pati, kacang, sayur, buah, daging dan olahannya per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta Tahun 2014 Kelompok Umur 0-59bln 5 -12thn 13 – 18 thn 19 – 55 thn >55 thn Seluruh umur
Serealia dan Olahannya Rerata SD 249,2 81,0 362,2 104,2 438,1 160,2 402,4 130,3 349,5 106,4 384,0
132,6
Umbi/pati dan Olahannya Rerata SD 10,1 18,2 37,5 69,6 35,9 60,0 33,2 61,5 28,6 56,7 32,0
60,4
Bahan Makanan Kacang dan Sayur dan Olahannya Olahannya Rerata SD Rerata SD 13,3 28,0 13,7 20,0 36,8 51,0 28,9 48,1 50,3 66,7 37,3 43,7 76,8 83,8 67,5 94,2 70,2 74,6 69,1 78,3 63,1
76,7
55,3
81,2
Buah dan Olahannya Rerata SD 27,1 71,4 26,1 61,7 23,1 56,5 55,9 113,4 72,3 153,0 48,2
107,6
Daging dan Olahannya Rerata SD 21,5 43,4 81,2 96,3 77,9 96,0 83,6 103,4 52,7 100,5 74,6
99,7
Tabel 3.3.35 memperlihatkan data mengenai rerata konsumsi serealia dan olahannya, tertinggi pada kelompok umur 13 – 18. Pada kelompok umbi/pati dan olahannya, rerata konsumsi tertinggi pada kelompok umur 5 – 12. Untuk bahan makanan kelompok kacang dan olahannya serta sayur dan olahannya menunjukkan bahwa semakin bertambah umur maka semakin besar rerata berat bahan makanan yang dikonsumsinya. Kelompok bahan makanan buah dan olahannya menunjukkan bahwa pada kelompok umur dibawah 19 tahun, rerata berat buah yang dikonsumsi dibawah 30 gram per orang per hari. Sedangkan untuk usia 19 tahun ke atas memiliki rerata berat buah yang dikonsumsi di atas 50 gram per orang per hari. Pada bahan makanan daging dan olahannya memiliki rerata berat yang dikonsumsi tertinggi ada pada kelompok umur 19-55 tahun. Dari Gambar 3.3.18 dapat dilihat rerata berat bahan makanan yang dikonsumsi oleh penduduk DKI Jakarta. Rerata berat serealia dan olahannyanya pada semua kelompok umur ialah 384 gram
58
384 400 350 300 250 200 150 63,1
100
74,6
55,3
32
48,2
50 0 Serealia dan Olahannya
Umbi/pati dan Olahannya
Kacang dan Olahannya
Sayur dan Olahannya
Buah dan Olahannya
Daging dan Olahannya
Gambar 3.3.18 Rerata berat bahan makanan serelia, umbi/pati, kacang, sayur, buah, daging dan olahannya yang dikonsumsi per orang per hari (gram), Provinsi DKI Jakarta 2014
Tabel 3.3.36 Rerata konsumsi jeroan, ikan, telur, susu, minyak, olahannya, gula dan konfeksionari menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 Kelompok Umur 0-59 bln 5 -12 thn 13–18 thn 19–55 thn >55 thn Seluruh Umur
Jeroan dan Olahan Rerata SD 3.7 17.6 9.7 36.3 5.7 20.5 8.6 28.5 4.7 16.1 7.6
27.1
Telur dan Ikan dan Olahan Olahan Rerata SD Rerata SD 16.3 51.1 26.4 38.4 54.3 98.2 40.1 45.8 44.4 84.9 39.5 47.6 59.4 104.9 35.8 44.0 54.2 96.3 22.2 33.1 53.5
98.5
34.4
Bahan Makanan (g) Susu Bubuk Susu Cair dan Olahan Rerata SD Rerata SD 9,0 29,6 43,1 120,1 7,5 24,9 26,7 68,8 5,4 29,4 13,2 51,1 1,1 7,0 8,5 52,5 1,2 3,7 4,0 26,4
43.4
3,0
59
16,7
13,3
60,1
Minyak dan Olahan Rerata SD 16.6 30.3 57.3 55.8 61.8 71.3 66.7 68.9 61.4 57.8 60.9
65.3
Gula dan Konfeksionari Rerata SD 17.0 36.6 20.1 34.1 21.3 43.4 18.3 30.2 19.2 26.4 18.9
32.5
Tabel 3.3.36 memperlihatkan bahwa pada kelompok jeroan dan olahan, ikan dan olahan, telur dan olahan, susu bubuk dan olahan, susu cair, minyak dan olahan serta gula dan konfeksionari yang dikonsumsi oleh penduduk di DKI Jakarta. Jeroan dan olahan serta telur dan olahan paling banyak dikonsumsi oleh penduduk yang berumur 5 -12 tahun. Penduduk yang berumur 19 – 55 tahun paling banyak mengonsumsi ikan dan olahan (59,5 gram) serta minyak dan olahan (66,7 gram).Konsumsi susu bubuk dan olahan serta susu cair paling banyak dikonsumsi oleh anak balita di DKI Jakarta, yaitu sebanyak 9 gram dan per hari. Gula dan konfeksionari paling banyak dikonsumsi oleh penduduk usia 13 – 18 tahun (21,3 gram) Tabel 3.3.37 Rerata konsumsi bumbu, minuman, makanan komposit, air dan suplemen menurut kelompok umur, Provinsi DKI Jakarta 2014 Bahan Makanan (g) Kelompok Umur 0-59 bln 5 -12 thn 13–18 thn 19–55 thn >55 thn Seluruh Umur
Bumbu Rerata 15,5 24,6 28,2 28,1 26,5
SD 24,0 24,6 29,2 25,1 29,7
26,6
26,3
Minuman serbuk Rerata SD 1,4 7,4 5,9 16,1 5,4 15,4 14,6 27,2 13,0 20,6 11,3
23,4
Minuman cair Rerata 44,2 85,1 80,0 59,9 22,7
SD 115,9 131,0 172,0 175,9 102,8
60,0
159,2
Makanan komposit Rerata SD 0,0 0,0 0,3 4,6 5,4 28,1 1,1 12,6 3,4 21,8 1,7
15,6
Air
Suplemen
Jamu
Rerata 1,017 1,647 2,064 2,441 2,045
SD 638,1 678,3 965,2 1,073,0 935,2
Rerata 0,5 0,1 3,1 1,9 0,4
SD 2,5 0,7 37,1 29,6 6,8
Rerata 2,0 0,0 0,4 2,3 2,1
SD 16,4 0,5 6,8 20,4 32,6
2,141
1,053,7
1,5
25,4
1,7
19,7
Pada Tabel 3.3.73. dapat dilihat mengenai rerata konsumsi bumbu, minuman serbuk, minuman cair, makanan komposit, air, suplemen dan jamu. Minuman cair paling banyak dikonsumsi oleh kelompok umur 5 – 12 tahun, yaitu sebanyak 60 ml. Makanan komposit dan suplemen paling banyak dikonsumsi oleh penduduk umur 13 – 18 tahun, yaitu masingmasing sebanyak 5,4 gram dan 3,1 gram. Jumlah konsumsi bumbu pada kelompok umur 13 18 tahun dan 19 – 55 tahun sama besarnya. Minuman serbuk, air dan jamu paling banyak dikonsumsi oleh kelompok umur 19 – 55 tahun. Dari Tabel 3.3.35 sampai dengan 3.3.37 dapat dilihat bahwa bahan makanan pokok yang dikonsumsi oleh penduduk DKI sebagai sumber energi adalah dari kelompok serealia. Sumber protein hewani yang paling banyak dikonsumsi adalah dari kelompok daging dan olahan dan diikuti oleh konsumsi ikan dan olahan. Rerata konsumsi sayur dan buah yang merupakan sumber vitamin dan mineral tidak berbeda terlalu banyak.
3.4. Asupan dan Tingkat Kecukupan Energi Penduduk dianggap mengalami tingkat kecukupan asupan energi yang sangat kurang jika mengonsumsi energi <70 persen dari angka kecukupan energi dan dianggap kurang jika mengonsumsi energi antara 70 - < 100 persen dari angka kecukupan energi. Penduduk dianggap mengalami tingkat kecukupan energi berlebih jika tingkat kecukupan asupan energinya adalah >130 persen dari angka kecukupan energi. Tabel 3.4.38 memperlihatkan bahwa rerata asupan energi pada anak usia 0 – 59 bulan di DKI Jakarta sebesar 1.266 kkal per orang per hari. Rerata asupan energi pada laki-laki sebesar 2.273 kkal per orang per hari dan pada perempuan sebesar 1.769 kkal per orang per hari. Pada laki-laki dan perempuan, rerata asupan energi tertinggi dijumpai pada
60
penduduk kelompok umur 13 -18 tahun yaitu masing-masing sebesar 2.617 Kkal dan 1.916 Kkalper orang per hari. Asupan energi terendah laki–laki dan perempuanterdapat pada kelompok umur yang sama(>55 tahun) yaitu masing-masing sebesar 1953 kkal per orang dan 1449,2 kkal per hari. Tabel 3.4.38 Rerata asupan energi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin Provinsi DKI Jakarta 2014 Kelompok Umur 0 – 59 bln Laki laki 5 – 12 thn 13 – 18 thn 19 – 15 thn >55 thn Seluruh Umur Laki-laki Perempuan 5 – 12 thn 13 – 18 thn 19 – 55thn >55 thn Seluruh Umur Perempuan
Asupan Energi (Kkal) Rerata SD 1.266 482 2.047 2.617 2.337 1.953 2.273
581 950 761 576 763
1.874 1.916 1.788 1.449 1.769
593 566 644 629 639
Berdasarkan Tabel 3.4.39 dapat dilihat bahwa rerata kecukupan energi penduduk DKI Jakarta, baik menurut kelompok umur maupun kuintil indeks kepemilikan, diatas 80 persen AKE dengan kisaran rerata kecukupan antara 82 – 114 persen AKE. Pada balita memiliki rerata kecukupan energi tertinggi (114% AKE) dibandingkan kelompok umur lainnya baik laki-laki maupun perempuan. Rerata kecukupan energi menurut kelompok umur dan jenis kelamin dapat dilihat bahwa pada laki-laki umur 5 – 12 tahun merupakan kelompok yang tertinggi rerata kecukupanenerginya, yaitu sebesar 107persen AKE dan terendah pada umur 19 – 55tahun yaitu 89,2 persen AKE. Pada perempuan angka kecukupan energi tertinggi terdapat pada kelompok umur 5 – 12 tahun yaitu 99persen AKE dan terendah pada kelompok umur >55 tahun yaitu 82persen AKE. Berdasarkan kuintil indeks kepemilikan didapatkan angka kecukupanenergi tertinggi ada pada kelompok teratas yaitu 92persen AKE dan terendah pada kelompok menengah bawah yaitu 88persen AKE.
61
Tabel 3.4.39 Rerata kecukupan energi penduduk menurut karakteristik, Provinsi DKI Jakarta 2014 Karakteristik
Kecukupan Energi (% AKE) Rerata SD
Kelompok Umur 0 – 59 bln Laki laki 5 – 12 thn 13 – 18 thn 19 – 55thn >55 thn Perempuan 5 – 12 thn 13 – 18 thn 19 – 55 thn >55 thn Tempat Tinggal Perkotaan Pedesaan Kuintil indeks Kepemilikan Terbawah Menengah Bawah Menengah Menengah atas Teratas
114
25
107 102 89 89
30 37 29 25
99 90 84 82
31 27 30 33
90 -
31 -
89 88 90 91 92
31 31 30 31 31
3.5. Proporsi Penduduk Menurut Klasifikasi Tingkat Kecukupan Energi Tabel 3.5.40 menunjukan proporsi penduduk DKI Jakarta menurut karakteristik demografi dan status kepemilikan asset dan menurut tingkat asupan energi. Berdasarkan kelompok umur dapat dilihat semakin bertambah umur maka semakin besar pula proporsi penduduk yang mengalami tingkat kecukupan asupan energiyang sangat kurang (<70% AKE). Berdasarkan jenis kelamin terlihat bahwa perempuan lebih banyak yang mengalami tingkat kecukupan asupan energi yang sangat kurangdibandingkan laki-laki. Berdasarkan kuintil indeks kepemilikan, proporsi penduduk yang mengalami tingkat kecukupan asupan energi yang sangat kurang tidak berbeda jauh pada masing-masing kelompok kuintil. Proporsi tertinggi terdapat pada kelompok menengah bawah yaitu sebesar 30,9 persen dan terendah pada kelompok menengah atas yaitu 25,1 persen. Sebanyak 37,1 persen penduduk DKI Jakarta mengalami tingkat kecukupan asupan energi kurang (70%-<100 AKE). Berdasarkan kelompok umur, tingkat kecukupan asupan energi kurang yang tertinggi ada pada kelompok umur 0 – 59 bulan yaitu sebesar 32,1 persen dan terendah pada kelompok umur 13 – 18 tahun yaitu sebesar 40,0 persen dan terendah ada pada kelompok umur 0 – 59 bulan yaitu sebesar 28,4 persen, sedangkan proporsi pada kelompok umur lainnya relatif sama. Berdasarkan jenis kelamin, proporsi laki-laki dengan tingkat kecukupan energi kurang,lebih tinggi dibandingkan perempuan. Berdasarkan kuintil indeks kepemilikan tidak terlihat perbedaan angka proporsi pada masing-masing kelompok kuintil
62
Tabel 3.5.40 Proporsi penduduk menurut karakteristik demografi dan status kepemilikan asset dan menurut tingkat kecukupan asupan energi, Provinsi DKI Jakarta 2014 Karakteristik
Kelompok umur 0 – 59bln 5-12 thn 13 – 18 thn 19 – 55 thn >55 thn Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Tempat tinggal Perkotaan Pedesaan Kuintil indeks kepemilikan Terbawah Menengah bawah Menengah Menengah atas Teratas
Tingkat kecukupan asupan energi
< 70% AKE
70 - <100% AKE
100 - <130% AKE
>130% AKE
3,7 13,7 22,6 32,8 34,2
28,4 37,4 40,0 37,2 37,3
32,1 26,6 16,1 21,8 17,1
35,8 22,3 21,3 8,2 11,4
25,2 32,4
37,5 36,8
23,5 19,9
13,8 10,9
28,8
37,1
21,7
12,4
29,0 30,9 30,2 25,1 29,7
37,7 35,3 37,1 38,9 35,9
19,9 23,2 20,8 23,2 20,9
13,4 10,7 11,9 12,8 13,6
Pada tingkat kecukupan asupan energi 100 - <130 persen AKE(cukup/sesuai dengan AKE) sebanyak 21,7 persen. Dilihat berdasarkan kelompok umur, proporsi tertinggi ada pada kelompok umur 0 – 59 bulan yaitu sebesar 32,1 persen dan terendah pada kelompok umur 13 – 18 tahun yaitu sebesar 16,1 persen. Berdasarkan jenis kelamin, proporsi laki-laki dengan tingkat kecukupan asupan energi cukup atau sesuai dengan AKE lebih tinggi dibandingkan perempuan. Berdasarkan kuintil indeks kepemilikan tidak terlihat perbedaan angka proporsi pada masing-masing kelompok kuintil. Proporsi penduduk DKI Jakarta dengan tingkat kecukupan asupan energi berlebih (>130% AKE) sebanyak 12,4 persen. Proporsi tertinggi menurut kelompok umur ada pada kelompok umur 0 – 59 bulan (35,8%) dan terendah ada pada kelompok umur 19 – 55 tahun (8,2%). Proporsi pada laki-laki sedikit lebih tinggi daripada proporsi pada perempuan, sedangkan berdasarkan kuintil indeks kepemilikan tidak menunjukan perbedaan angka proporsi pada masing-masing kelompok.
3.6. Asupan dan Tingkat Kecukupan Protein Penduduk dianggap mengalami tingkat kecukupan asupan proteinyang sangat kurang jika mengonsumsi protein <80 persen dari angka kecukupan protein dan dianggap kurang jika mengonsumsi proteinantara 80 - < 100 persen dari angka kecukupan protein. Penduduk dianggap mengalami tingkat kecukupan protein berlebih jika tingkat kecukupan asupan proteinnya adalah >120 persen dari angka kecukupan protein. Dari tabel 3.6.41 dapat dilihat rerata asupan protein anak umur 0 – 59 bulan sebesar 36,4 gram per orang per hari. Asupan protein pada penduduk laki-laki lebih besar dibandingkan dengan asupan protein pada perempuan. Angka asupan protein penduduk DKI Jakarta berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin juga dapat dilihat pada tabel ini. Asupan protein tertinggi pada laki-laki terdapat pada kelompok umur 13 – 18 tahun yaitu sebesar 83,3 gram per orang per hari dan perempuan pada kelompok umur 19 – 55 tahun yaitu
63
sebesar 67,4 gram per orang per hari. Konsumsi terendah pada laki-laki dan perempuan ada pada kelompok umur >55 tahun yaitu 69,4 dan 51,4 gram per orang per hari.
Tabel 3.6.41 Rerata asupan protein pendudukmenurut kelompok umur dan jenis kelamin Provinsi DKI Jakarta 2014 Kelompok Umur 0 – 59 bln Laki-laki: 5 – 12thn 13 – 18 thn 19 – 55thn >55 thn Total Perempuan : 5 – 12 thn 13 – 18 thn 19 – 55 thn >55 thn Total
Asupan Protein (g) Rerata
SD
36,4
21,4
71,1 83,3 83,2 69,4 79,4
29,1 35,9 33,7 26,8 32,9
65,2 65,4 67,4 51,4 64,5
31,2 24,9 30,7 26,0 29,9
Tabel 3.6.42 menyajikan data mengenai rerata kecukupan protein berdasarkan karakteristik penduduk DKI Jakarta. Rerata kecukupan protein pada semua kelompok umur & jenis kelamin adalah sebesar 121,4 persen AKP. Rerata kecukupan protein pada anak umur 0 – 59 bulan sebesar 136,8 persen AKP. Angka rerata kecukupan protein penduduk laki-laki di DKI Jakarta berdasarkan kelompok umur paling tinggi terdapat pada kelompok umur 5 – 12 tahun sebesar 144,4 persen AKP dan terendah pada kelompok umur >55 tahun yaitu sebesar 108,2 persen AKP. Pada perempuan kecukupan protein tertinggi adalah kelompok umur 5 – 12 tahun yaitu sebesar 127,1 persen AKP dan terendah pada kelompok umur >55 tahun yaitu 90,6 persen AKP. Berdasarkan kuintil indeks kepemilikan, rerata kecukupan protein penduduk paling tinggi ada pada kelompok teratas sebesar 125,5 persen AKP dan terendah pada kelompok terbawah yaitu sebesar 112,2 persen AKP.
64
Tabel 3.6.42 Rerata kecukupan protein penduduk menurut karakteristik, Provinsi DKI Jakarta 2014 Karakteristik Kelompok Umur 0 – 59 bln Laki laki 5 – 12 thn 13 – 18 thn 19 – 55thn >55 thn Perempuan 5 – 12 thn 13 – 18 thn 19 – 55thn >55 thn Tempat Tinggal Perkotaan Pedesaan Kuintil indeks Kepemilikan Terbawah Menengah Bawah Menengah Menengah atas Teratas
3.7.
Kecukupan Protein (% AKP) Rerata SD 136,8
69,1
144,4 120,8 130,6 108,2
59,1 51,9 52,8 41,6
127,1 102,2 119,0 90,8
64,1 40,1 54,4 45,6
121,4 -
54,3 -
112,2 118,2 122,8 124,7 125,5
50,2 53,4 53,0 55,1 58,6
Proporsi Penduduk Menurut Klasifikasi Tingkat Kecukupan Protein
Proporsi penduduk DKI Jakarta berdasarkan tingkat kecukupan asupan protein dapat dilihat pada Tabel 3.7.43. Secara umum proporsi penduduk di DKI Jakarta memiliki tingkat kecukupan asupan protein ≥120 persen AKP yaitu sebesar 45,8 persen, namun proporsi penduduk dengan tingkat kecukupan asupan protein sangat kurang pun masih ada sebesar 21,7 persen. Pada kelompok umur 0 – 59 bulan sebagian besar (61,3%) penduduk memiliki tingkat kecukupan asupan protein lebih dari 120 persen AKP, meskipun demikian pada kelompok umur tersebut masih ada 21,3 persen penduduk dengantingkat kecukupan asupan protein sangat kurang dan 6,3 persen dengantingkat kecukupan asupan protein kurang. Data proporsi penduduk berdasarkan tingkat kecukupan asupan protein pada kelompok umur 5 – 12 tahun juga menunjukkan hal yang sama, yaitu sebagian besar (52,9%) penduduk memiliki tingkat kecukupan asupan protein lebih dari 120 persen AKP. Pada kelompok umur tersebut juga masih ada masing-masing sebanyak 15,0 persen penduduk yang mengalami tingkat kecukupan asupan energi sangat kurang dan kurang. Proporsi penduduk dengan tingkat kecukupan asupan proteinsangat kurang terdapat pada kelompok umur 13 – 18 tahun dan di atas 55 tahun adalah yang paling tinggi dibandingkan kelompok umur lainnya, yaitu sebesar 27,1 persen dan 38,6 persen, sedangkan yang memiliki tingkat kecukupan asupan protein ≥ 120% AKP pada dua kelompok umur tersebut adalah sebesar 34,2 persen dan 30,4 persen. Pada kelompok umur 19 – 55 tahun sebagian besar (47,7%) penduduk dengankecukupan asupan protein ≥ 120% AKP dan sebanyak 19,3 persen mengalami tingkat kecukupan asupan energi yang sangat kurang. Berdasarkan jenis kelamin, proporsi penduduk DKI Jakarta yang mengalami tingkat kecukupan asupan protein yang sangat kuranglebih banyak terjadi pada perempuan (27,5%) dibandingkan laki-laki (16,1%). Penduduk yang memiliki tingkat kecukupan asupan
65
protein≥ 120% AKP berdasarkan jenis kelamin, lebih banyak terjadi pada laki-laki (51,5%) dibandingkan perempuan (39,7%). Tabel 3.7.43 Proporsi penduduk menurut karakteristik demografi dan status kepemilikan aset dan menurut tingkat kecukupan asupan protein, Provinsi DKI Jakarta 2014 Karakteristik Kelompok umur 0 – 59 bln 5 – 12 thn 13 – 18 thn 19 – 55 thn >55 thn Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Tempat tinggal Perkotaan Pedesaaan Kuintil indeks kepemilikan Terbawah Menengah bawah Menengah Menengah atas Teratas
<80% AKP
Kecukupan Protein 80-<100% AKP 100-<120% AKP
≥120% AKP
21,3 15,0 27,1 19,3 38,6
6,3 15,0 19,4 15,3 15,8
11,3 17,1 19,4 17,8 15,2
61,3 52,9 34,2 47,7 30,4
16,1 27,5
15,9 14,6
16,4 18,2
51,5 39,7
21,7 -
15,3 -
17,3 -
45,8 -
26,7 23,7 21,3 19,8 18,8
14,7 16,4 13,0 15,9 16,9
18,5 15,0 19,5 13,5 21,0
40,1 44,9 46,2 50,8 43,4
Dilihat dari kuintil indeks kepemilikan, proporsi penduduk DKI Jakarta yang mengalami tingkat kecukupan asupan protein yang sangat kurang terlihatsemakin tinggi dengan semakin rendahnya indeks kepemilikan. Proporsi tertinggi penduduk DKI Jakarta yang mengalami tingkat kecukupan asupan protein yang sangat kurangterdapat pada kuintil terbawah (26,7%), sedangkan yang terendah pada kuitil teratas (18,8%). Sebaliknya, proporsi penduduk yang memiliki tingkt kecukupan asupan protein ≥ 120% AKP, semakin meningkat dari kuintil terbawah (40,1%) sampai pada kuintill menengah atas (50,8%) dan mengalami penurunan pada kuintil teratas (43,3%).
3.8. Asupan Lemak Tabel 3.8.44 menyajikan data mengenai rerata asupan lemak berdasarkan kelompok umur penduduk DKI Jakarta. Pada Tabel tersebut dapat dilihat bahwa rerata asupan lemak pada kelompok umur 0 – 59 bulan adalah sebesar 68,4 gram. Rerata asupan lemak penduduk laki-laki di DKI Jakarta sebesar 86,3 gram dan perempuan sebesar 68,8 gram. Jika dilihat berdasarkan jenis kelamin maka asupan tertinggi pada laki-laki dan perempuan ada pada kelompok umur kelomok umur 13 – 18 tahun yaitu masing-masing sebesar 97,5 g dan 83,3 gram. Asupan terendah baik pada laki-laki dan perempuan ada pada kelompok >55 tahun yaitu 65,7 gram dan 48,1 gram.
66
Tabel 3.8.44 Rerataasupan lemak penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin Provinsi DKI Jakarta 2014 Asupan Lemak (g)
Kelompok Umur 0 – 59 bln Laki-laki 5 – 12 thn 13 – 18 thn 19 – 55thn >55 thn Rerata laki-laki Perempuan 5 – 12 thn 13 – 18 thn 19 – 55 thn >55 thn Rerata perempuan
Rerata 68,4
SD 179,4
82,2 97,5 89,8 65,7 86,3
41,3 50,9 47,2 33,1 45,9
72,8 83,3 69,7 48,1 68,8
31,5 48,8 40,2 26,3 39,7
3.9. Asupan Karbohidrat Informasi mengenai rerata asupan karbohidrat dalam gram menurut kelompok umur dan jenis kelamin pada penduduk di DKI Jakarta disajikan dalam Tabel 3.9.45.Rerata asupan karbohidrat pada kelompok umur 0 – 59 bulan adalah sebesar 161,3 gram. Rerata asupan karbohidrat pada laki-laki sebesar 306,2 gram dan perempuan sebesar 233,3 gram. Rerata asupan karbohidrat tertinggipada laki-laki ada pada kelompok umur 13 – 18 tahun yaitu sebesar 365,7 g dan terendah pada kelompok umur 5 – 12 tahun yaitu 267,2 g. pada perempuan, rerata asupan karbohidrat tertinggi ada pada kelompok umur 5 – 12 tahun yaitu sebesar 252,7 g dan terendah pada kelompok umur >55 tahun yaitu 206,9 g.
Tabel 3.9.45 Rerata asupan karbohidrat penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin Provinsi DKI Jakarta 2014 Asupan Karbohidrat (g) Rerata 161,3
Kelompok Umur 0 – 59 bln Laki laki 5 – 12 thn 13 – 18 thn 19 – 55thn >55 thn Rerata laki-laki Perempuan 5 – 12 thn 13 – 18 thn 19 – 55thn >55 thn Rerata perempuan
67
SD 85,1
267,2 365,7 311,5 276,6 306,2
94,5 162,9 110,8 93,2 117,0
252,7 242,8 232,8 206,9 233,3
102,0 85,0 91,3 98,3 93,9
3.10. Asupan Natrium Tabel 3.10.46 menujukkan angka asupan natrium penduduk DKI Jakarta berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin. Rerata asupan natrium pada kelompok umur 0 – 59 bulan sebesar 1.064 mg. Rerata asupan natrium pada laki-laki sebesar 1.767 mg dan pada perempuan sebesar 1.504 mg. Rerata asupan natrium pada laki-laki tertinggi ada pada kelompok umur 13 – 18 tahun yaitu sebesar 2.115 mg dan terendah pada kelompok umur >55 tahun yaitu 1205 mg. Sama halnya dengan laki-laki, pada perempuan tertinggi ada pada kelompok umur 13 – 18 tahun yaitu sebesar 2.105 mg dan terendah pada kelompok umur >55 tahun yaitu 932 mg. Tabel 3.10.46 Rerata asupan natrium penduduk per orang per hari menurut kelompok umur dan jenis kelamin Provinsi DKI Jakarta 2014 Kelompok Umur 0 – 59 bln Laki laki 5 – 12 thn 13 – 18 thn 19 – 55thn >55 thn Rerata laki-laki Perempuan 5 – 12 thn 13 – 18 thn 19 – 55thn >55 thn Rerata perempuan
Asupan Natrium (mg) Rerata 1.064
SD 1.020
1.765 2.115 1.825 1.205 1.767
1.478 1.856 1.766 1.900 1.767
1.473 2.105 1.520 932 1.504
1.049 1.775 1.381 1.162 1.398
3.11. Konsumsi Gula, Garam dan Minyak/Lemak Konsumsi Gula, Garam dan Minyak/Lemak serta proporsi penduduk yang mengonsumsi gula, natrium dan lemak yang melebihi ketetapan Permenkes Nomor 30 tahun 2013 disajikan berdasarkan karakteristik penduduk disajikan menurut karakteristik penduduk. Tabel 3.11.47 menujukan angka rerata konsumsi gula, garam dan minyak/lemak menurut karakteristik penduduk di DKI Jakarta. Rerata konsumsi gula, garam dan minyak/lemak penduduk adalah berturut-turut sebagai berikut; 14,3 gram, 3,5 gram dan 25,4 gram. Konsumsi gula pada kelompok umur 19 – 55 dan >55 tahun hampir sama yaitu berkisar pada angka 16 gram per orang per hari. Jika dilihat berdasarkan kuintil kepemilikan, konsumsi gula tertinggi ada pada penduduk dikelompok menengah yaitu sebanyak 18,1 gram per orang perhari. Rerata konsumsi garam relatif sama disetiap kelompok umur, kecuali pada kelompok umur 0 – 59 bulan, yaitu berkisar antara 3,4 – 3,8 gram. Berdasarkan kuintil indeks kepemilikan, konsumsi garam juga relatif sama yaitu dengan rentang konsumsi antara 3,3 – 3,6 gram per orang perhari.
68
Tabel 3.11.47 Rerata konsumsi gula, garam, minyak/lemak per orang per hari menurut karakteristik, Provinsi DKI Jakarta 2014 Karakteristik Kelompok Umur 0 – 59 bln 5 – 12thn 13 – 18 thn 19 – 55 thn >55 thn Tempat Tinggal Perkotaan Pedesaan Kuintil indeks Kepemilikan Terbawah Menengah Bawah Menengah Menengah atas Teratas
Gula Rerata
SD
Bahan Makanan (g) Garam Rerata SD
Minyak/lemak Rerata SD
5,6 11.6 12,0 16,1 16,3
12,6 18,0 14,7 29,1 17,2
1,3 3,8 3,4 3,7 3,5
1,4 3,2 2,6 2,8 2,9
9,5 22,9 25,5 28,2 24,1
10,3 14,1 17,7 19,2 16,4
14,3
24,3
3,5
4,3
25,4
18,2
11,4 16,9 18,1 11,2 12,7
17,4 22,1 35,5 16,8 16,8
3,3 3,6 3,5 3,4 3,6
9,0 3,1 2,5 2,7 3,2
25,5 24,8 26,1 23,8 26,9
19,4 17,6 18,0 16,1 20,4
Berdasarkan kelompok umur, konsumsi minyak/ lemak penduduk DKI Jakarta terendah ada pada umur 0 – 59 bulan yaitu sebesar 9,5 gram per orang per hari dan tertinggi ada pada kelompok umur 19 – 55 tahun (28,2 gram). Konsumsi lemak/minyak berdasarkan kuintil indeks kepemilikan hampir tidak berbeda pada masing masing kelompok dengan kisaran rerata konsumsinya sebesar 16,1 – 20,4 gram per orang per hari. Tabel 3.11.48 menyajikan data mengenai proporsi penduduk yang asupan gula, garam, natrium dan lemak melebihi batas yang ditetapkan oleh permenkes nomor 30 tahun 2013 menurut karakteristik penduduk. Proporsi penduduk DKI Jakarta dengan asupan gula, garam, natrium dan lemak yang melebihi ketetapan adalah masing-masing sebanyak 4,3; 20,5; 25,7 dan 48,2 persen . Berdasarkan kelompok umur, maka proporsi penduduk DKI Jakarta dengan asupan gula yang melebihi batas yang telah ditetapkan tertinggi ada pada kelompok umur 19 – 55 tahun, yaitu sebanyak 5,4 persen. Jika dilihat berdasarkan kuintil indeks kepemilikan, proporsi tertinggi ada pada kelompok menengah bawah, yaitu sebanyak 7,7 persen. Penduduk yang mengonsumsi natrium melebihi ketetapan pemerintah terlihat semakin tinggi dengan bertambahnya umur tetapi mulai kelompok umur 19 – 55 semakin sedikit penduduk dengan asupan natrium >2.000 mg. Asupan natrium yang berlebih menurut kuintil indeks kepemilikan, tertinggi ada pada kelompok terbawah sedangkan proporsi pada kelompok lainnya tidak berbeda jauh yaitu berkisar antara 23,3 – 26,0. Berdasarkan kelompok umur, proporsi penduduk yang mengonsumsi lemak melebihi batas yang telah ditetapkan oleh pemerintah tertinggi sama polanya dengan proporsi penduduk yang mengonsumsi natrium secara berlebih. Lebih dari 50 persen penduduk DKI Jakarta pada kelompok kuintil terbawah, menengah dan teratas yang mengonsumsi lemak berlebih.
69
Tabel 3.11.48 Proporsi pendudukdengan asupangula, natrium dan lemak, melebihi batas yang ditetapkan Permenkes nomor 30 tahun 2013 tentang AKG yang dianjurkan menurutkarakteristik,provinsi DKI Jakarta 2014 Karakteristik KelompokUmur 0-59 bln 6-12 thn 13 – 18 thn 19 – 55 thn >55 thn Tempat Tinggal Perkotaan Pedesaan Kuintil indeks kepemilikan Terbawah Menengah Bawah Menengah Menengah atas Teratas
Gula > 50 gram
Natrium>2000 mg
Lemak >67 gram
1,9 2,2 3,8 5,4 3,4
15,0 27,1 41,7 25,8 12,7
22,2 55,0 60,6 50,0 31,0
4,3
25,7
48,2
3,0 7,7 5,3 2,3 3,3
32,3 25,3 23,3 24,5 26,0
51,3 43,8 51,5 42,8 52,0
70
BAB IV KESIMPULAN 1. Rerata total konsumsi bahan makanan dari kelompok serealia dan olahannya sebesar 384 gram per orang per hari. Beras merupakan jenis serealia yang dikonsumsi oleh hampir seluruh penduduk DKI Jakarta (98%) dengan rerata konsumsi sebanyak 173,3 gram per orang per hari. Penduduk DKI Jakarta yang mengonsumsi bahan makanan terigu ada sebanyak 50,6 persen dengan jumlah konsumsi sebanyak 15,9 gram per orang perhari. 2. Rerata total konsumsi bahan makanan dari kelompok umbi-umbian dan hasil olahannya dengan jumlah konsumsi yang kecil 32 gram per orang per hari. Sebanyak 39,1 persen penduduk mengonsumsi singkong dan olahannya dengan konsumsi sebanyak 12,8 gram per orang per hari. 3. Rerata total konsumsi bahan makanan kelompok kacang-kacangan dan olahannya pada penduduk DKI Jakarta sebesar 63,1 gram perorang perhari. Kacang kedele dan olahannya merupakan jenis kacang-kacangan yang dikonsumsi oleh lebih dari separuh (62,1%) penduduk dengan rerata konsumsi paling tinggi dalam kelompok kacangkacangan yaitu sebanyak 56,6 gram per orang per hari. 4. Rerata total konsumsi bahan makanan kelompok sayur dan olahannya penduduk DKI Jakarta sebesar 55,3 gram perorang perhari. Sayuran daun merupakan jenis sayuran yang dikonsumsi oleh sebagian besar penduduk (81,4%)dengan rerata konsumsi paling tinggi dalam kelompok sayur yaitu 55,2 gram perorang perhari 5. Rerata total konsumsi bahan makanan kelompok buah-buahan dan olahannya penduduk DKI Jakarta relativekecil yaitu sebesar 48,2 gram perorang perhari. Pisang merupakan jenis buahan buahan yang hanya dikonsumsi oleh 15,2 persenpenduduk dengan rerata konsumsi 16,3 gram perorang perhari. 6. Rerata total konsumsi bahan makanan kelompok daging dan olahan penduduk DKI Jakarta adalah sebesar 74,6 gram per orang per hari. Daging unggas merupakan kelompok daging dan olahan yang terbanyak dikonsumsi dengan rerata konsumsi 48,0 gram per orang per hari dan dikonsumsi oleh 40,6 persen penduduk DKI Jakarta. 7. Rerata konsumsi total bahan makanan kelompok jenis jeroan dan olahannya pada penduduk DKI Jakarta terlihat sangat kecil yaitu hanya 7,6 gramper orang perhari. Jeroan unggas merupakan jenis jeroan yang dikonsumsi oleh 5,6 persen penduduk DKI Jakarta dengan rerata konsumsi sebesar 4,1 gram per orang per hari. 8. Rerata total konsumsibahan makanan kelompok ikan dan olahan penduduk DKI Jakarta yaitu sebanyak 53,5 gram per orang per hari. Sebanyak 25,5 persen penduduk mengonsumsi ikan laut dengan rerata konsumsi sebesar 29,2 gram per orang per hari. Proporsi terbesar kedua adalah penduduk yang mengonsumsi olahan ikan (11,7%) dengan konsumsi sebesar 4,3 gram per orang per hari, selanjutnya ada pada ikan air tawar (8,2%) dengan rerata konsumsi sebanyak 15 gram per orang per hari. 9. Rerata total konsumsibahan makanan kelompok telur dan olahannya pada penduduk DKI Jakarta sebesar 34,4 gram per orang per hari. Telur ayam merupakan jenis telur dikonsumsi oleh lebih dari separuh (59,4%) penduduk DKI Jakarta dengan rerata berat yang dikonsumsi sebesar 33,1 gramper orang per hari. 10. Rerata total konsumsi bahan makanan kelompok susu dan olahannya pada penduduk DKI Jakarta hanya sebesar25 gram per orang per hari. Susu formula khusus merupakan jenis susu yang hanya dikonsumsi oleh 1,8 persen penduduk dengan rerata konsumsi sebesar 0,8 gram per orang per hari. 11. Rerata total konsumsi bahan makanan kelompok minyak sebesar 60,9 gram per orang per hari, terbanyak dikonsumsi dalam kelompok ini adalah kelapa sawit dan olahan,
71
yaitu sebanyak 35,5 gram per orang per hari. Penduduk DKI paling banyak mengonsumsi minyak kelapa sawit dan minyak kelapa yaitu sebanyak 96,6 gram per orang per hari, diikuti oleh penduduk yang mengonsumsi kelapa dan olahannya (48%) dan minyak lainnya (20,9%). 12. Rerata total konsumsi bahan makanan kelompok gula dan konfeksionari penduduk DKI Jakarta sebesar 18,9 gram per orang per hari, terbanyak dikonsumsi dalam kelompok ini adalah gula (14,3 g/org/hr). Gula tertinggi dikonsumsi oleh sebagian besar penduduk DKI Jakarta (70,1%), diikuti oleh bahan makanan lain, coklat (10,5%) dan terendah sirup (2,1%). 13. Rerata total konsumsi bahan makanan kelompok bumbu penduduk DKI Jakarta sebesar 26,6 gram per orang per hari, terbanyak dikonsumsi dalam kelompok ini adalah bumbu basah yaitu sebanyak 17,8 gram per orang hari, menyusul bumbu instan sebanyak 4,1 gram per org per hari dan terkecil adalah bahan tambahan sebanyak 0,1 gram per orang per hari. Penduduk yang mengonsumsi garam adalah yang tertinggi (97,6%) diikuti dengan bumbu basah (82,6%). Penduduk yang mengonsumsi vetsin, bumbu instan dan bumbu kering relatif sama (31,3 -39,3%). 14. Rerata total konsumsi makanan kelompok makanan komposit (ayam goreng, pizza, burger dll) penduduk DKI Jakarta sangat kecil yaitu hanya 1,7 gram perorang per hari dan hanya 2 macam makanan yang dikonsumsi, yaitu ayam goreng dan pizza. Makanan komposit hanya dikonsumsi oleh kurang dari 1,5 persen penduduk DKI Jakarta. 15. Rerata kecukupan energi penduduk DKI Jakarta adalah sebesar 90 persen AKE dengan kecukupan energi tertinggi pada kelompok umur 0 – 59 tahun (114% AKE). Kecukupan energi tertinggi berikutnya ada pada laki-laki kelompok umur 5-12 tahun dan 13-18 tahun masing-masing sebanyak 107 dan 102 persen AKE. Terendah pada perempuankelompok umur >55 tahun tahun(82% AKE). 16. Kecukupan protein per orang per hari di DKI Jakarta adalah sebesar 121,4 persen AKP. Pada laki-laki, tertinggi ada dikelompok umur 5-12 tahun (144,4% AKP) dan terendah kelompok umur >55 tahun (108,2% AKP). Rerata tertinggi pada perempuan ada pada kelompok umur 5-12 tahun (127,1% AKP) dan terendah pada kelompok umur (90,8% AKP). 17. Pada penduduk DKI Jakarta, tingkat kecukupan asupan energi sangat kurang dari kebutuhan minimal (<70% AKE) adalah sebanyak 28,8persen, tingkat kecukupan asupan energi kurang (70-<100% AKE) sebesar 37,1persen, tingkat kecukupan asupan energi dalam batas sedangatau cukup (100-<130% AKE) sebesar 21,7persen dan tingkat kecukupan asupan energi yang berlebih (>130% AKE) sebesar 12,4 persen. 18. Proporsi penduduk dengan tingkat kecukupan asupan protein sangat kurang dari kebutuhan minimal (<80% AKP) sebanyak21,7persen, tingkat kecukupan asupanprotein kurang (80-<100% AKP) sebanyak 15,3 persen, tingkat kecukupan asupan protein dalam batas sedangatau cukup (100-<120% AKP) sebesar 17,3 persen dan tingkat kecukupan asupanprotein yang berlebih (>120% AKP) sebesar 45,8persen. 19. Rerata asupan lemak per orang per hari adalah sebesar 25,4 gram, paling rendah pada kelompok 0-59 bulan (9,5 gram), kemudian meningkat seiring dengan bertambah umur dan turun pada kelompok umur >55 tahun (24,1 gram). 20. Rerata asupan karbohidrat penduduk laki-laki di DKI Jakarta tertinggi ada pada kelompok umur 13 – 18 tahun (365,7 gram). Pada perempuan terlihat penurunan asupan karbohidrat seiring dengan bertambahnya umur. 21. Asupan natrium pada kelompok balita (0-59 bulan) sebesar 1.064 mg per orang per hari kemudian pada laki-laki dan perempuan asupannya meningkat dan mulai turun pada umur 19 – 55 tahun.
72
22. Konsumsi gula penduduk DKI Jakarta sebesar 14,3 gram per orang per hari. Konsumsi gula terlihat meningkat seiring dengan bertambahnya umur. Padakuintil menengah terlihat yang paling tinggi mengonsumsi gula yaitu sebesar 18,1 gram per orang per hari 23. Rerata asupan garam penduduk DKI relatif kecil yaitu sebesar 3,5 gram per orang per hari. Berdasarkan kelompok umur, mulai kelompok umur 5 – 12 tahun tidak terdapat perbedaan dalam jumlah rerata asupan garam per orang per hari. Sedangkan berdasarkan kelompok kuintil rerata asupan garamnya relatif sama pada semua kelompok. 24. Asupan minyak/lemak penduduk DKI Jakarta sebanyak 25,4 gram per orang per hari. Asupan minyak.lemak meningkat seiring dengan peningkatan umur tetapi terjadi penurunan asupan pada kelompok umur >55 tahun. Berdasarkan kelompok kuintil tidak terlihat adanya perbedaan rerata asupan minyak/lemak. 25. Proporsi penduduk DKI Jakarta dengan asupan gula melebihi batas yang ditetapkan Permenkes nomor 30 tahun 2013 ada sebanyak 4,3 persen, untuk asupan natrium yang melebihi batas ada sebanyak 27,7 persen dan asupan lemak ada sebanyak 48,2 persen.
73
DAFTAR PUSTAKA ATSDR (Agency for Toxic Substances and Disease Registry). 1995. Public Health Statement Polycyclic Aromatic Hydrocarbon. CDC. Tersedia pada [www.atsdr.cdc.gov/ToxProfiles/tp69-c1-b.pdf]. Beaglehole R, Bonita R, Horton R, Adams C, Alleyne G, Asaria P, et al. 2011. Priority actions for the non-communicable crisis. Lancet377: 1438-47. Kementerian Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007: Laporan Nasional. Jakarta: Balitbangkes Kemenkes, 2008. Djaja S, Irianto J, Mulyono L, Soemantri S. Pola Penyakit Penyebab Kematian di Indonesia: Survei Kesehatan Rumah Tangga 2001. Jakarta: Balitbangkes Depkes, 2002. Duffey KJ, Gordon-Larsen P, Steffen LM, Jacobs Jr DR, Popkin BM. 2010. Drinking caloric beverages increases the risk of adverse cardiometabolic outcomes in the Coronary Artery Risk Development in Young Adults (CARDIA) Study. Am J Clin Nutr 92: 954-9. IFST (Institute of Food Science and Technology). 3-MCPD and Glycidyl ester. 2014. Tersedia pada [www.ifst.org/science_technology_resources/for_food_professionals/ information_statements/3mcpd/]. Islam MR, Khan I, Hassan SMN, McEvoy M, D‟Este C, Attia J, et al. 2012. Association between type 2 diabetes and chronic arsenic exposure in drinking water: a cross sectional study in Bangladesh. Environ Health. 11: 38-45. Jorhem L. “Chapter 9: Heavy Metals”. In: D‟Mello JPF, editor. 2003. Food Safety: Contaminants and Toxins. Wallingford: CABI Publishing, p. 199-215. Kementerian Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010: Laporan Nasional. Jakarta: Balitbangkes Kemenkes, 2010. Larsson SC, Bergkvist L, Wolk A. 2006. Consumption of sugar and sugar-sweetened foods and the risk of pancreatic cancer in a prospective study. Am J Clin Nutr 84: 1171-6. Montonen J, Järvinen R, Knekt P, Heliövaara M, Reunanen A. 2007. Consumption of sweetened beverages and intakes of fructose and glucose predict type 2 diabetes occurrence. J Nutr 137: 1447-54. Smith LE, Stoltzfus RJ, Prendergast A. 2012. Food chain mycotoxin exposure, gut health, and impaired growth: a conceptual framework. Adv Nutr 3: 526-31. Soetrisno USS, Atmarita, Jahari AB, Sandjaja, Mudjianto TT, Almasyhuri,et al. 2008. Total Diet Study: Pengembangan di Indonesia. Laporan Akhir Penelitian. Bogor: Puslitbang Gizi dan Makanan Balitbangkes Depkes, 2008. Takachi R, Inoue M, Shimazu T, Sasazuki S, Ishihara J, Sawada N, et al. 2010. Consumption of sodium and salted foods in relation to cancer and cardiovascular disease: the Japan Public Health Center-based Prospective Study. Am J Clin Nutr 91: 456-64.
74
Williams JH, Phillips TD, Jolly PE, Stiles JK, Jolly CM, Aggarwal D. 204. Human aflatoxicosis in developing countries: a review of toxicology, exposure, potential health consequences, and interventions. Am J Clin Nutr 80: 1106-22. World Health Organization (WHO) &Food and Agriculture Organization (FAO) of the United Nations andEuropean Food Safety Authority (EFSA). 2011. Towards a Hormonised Total Diet Study approach: a Guidance document. Geneva: WHO. Ferraro, P. M., et al. 2013. "Soda and Other Beverages and the Risk of Kidney Stones."Clinical Journal of the American Society of Nephrology.doI: 10.2215/CJN/11661112 Malik, V. S., et al. 2010. "Sugar-sweetened beverages and risk of metabolic syndrome and type 2 diabetes: a meta-analysis." Diabetes Care 33(11): 2477-2483. Grace Wyshak, Rose E. Frisch, Carbonated beverages, dietary calcium, the dietary calcium/phosphorus ratio, and bone fractures in girls and boys, 1994. Journal of Adolescent Health, Volume 15, Issue 3, May, Pages 210-215, ISSN 1054-139X, http://dx.doi.org/10.1016/1054-139X(94)90506-1. World Health Organization (WHO) &Food and Agriculture Organization (FAO) of the United Nations andEuropean Food Safety Authority (EFSA). 2011. Towards a Hormonised Total Diet Study approach: a Guidance document. Geneva: WHO. Almatsier Sunita. 2006. Prinsip dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Nyoman Supariasa, Bakri Bachyar, Fajar Ibnu. 2002. Penilaian Status Gizi. ECG, Jakarta. Gibson Rosalind S. 2006. Principles of Nutritional Assessment. Second Edition. Kemenkes RI. Profil Kesehatan profile_pdf.php?.id=31prop.
DKI
Jakarta.
sirs.buk.depkes.go.id/rsonline/report/
http://gambarpetajakarta.blogspot.com/ Badan Pusat Statistik Provinsi DKI http://jakarta.bps.go.id/flip/jda2013/#/678/zoomed
75
Jakarta.
Jakarta
dalam
Angka.
Kontributor PENGARAH: Dr. Siswanto, MHP, DTM Prof.dr. Tjandra Yoga Aditama,Sp.P(K)., MARS., DTM&H, DTCE
EDITOR:
PENYUSUN: Dyah Santi Puspitasari Elisa Diana Julianti Amalia Safitri Yurista Permanasari Ketua Pelaksana Provinsi DKI Jakarta Dyah Santi Puspitasari Koordinator Kluster: 1. Kepulauan Seribu dan Jakarta Utara: Elisa Diana Julianti 2. Jakarta Selatan dan Jakarta Timur: Yurista Permanasari 3. Jakarta Pusat dan Jakarta Barat: Amalia Safitri
76