Buku
Studi Diet Total Survei Konsumsi Makanan Individu DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 2014
Tim Penulis : Sugianto, SKM, M.Sc.PH M. Faozan, SKM, MPH Asih Setyani, SP, MPH
Lembaga Penerbit BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN 2014 i
Kata Pengantar
Assalamu‟alaikum Wr. Wb. Puji syukur kepada Allah SWT kami panjatkan, karena hanya dengan rahmat dan karunia Allah, kami dapat menyelesaikan Laporan Hasil Studi Diet Total (SDT) tahun 2014 Daerah Istimewa Yogyakarta SDT terdiri dari Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI). Pelaksanaan pengumpulan data SDT yang diawali SKMI 2014 di Daerah Istimewa Yogyakarta dilakukan di bulan Mei - Juli 2014 di 5 kabupaten/kota. Sebanyak 52 enumerator disebar di seluruh Daerah Istimewa Yogyakarta, dan 3 koordinator klaster yang berasal dari peneliti
Badan
Penelitian
dan
Pengembangan
Kesehatan
(Balitbangkes)
serta
1
Penanggung Jawab Operasional Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebanyak 575 rumah tangga dapat dikunjungi dan sebanyak 1805 individu dapat di wawancara. Sebelum pelaksanaan pengumpulan data dilakukan terlebih dahulu pelatihan koordinator klaster dan enumerator. Proses manajemen data dimulai dari pengumpulan dan entri data ke komputer data di lapangan. Selanjutnya, proses „data cleaning‟ dilakukan oleh Tim Manajemen Data (mandat) dan Tim Teknis di Balitbangkes. Masih terbatasnya ketersediaan komposisi zat gizi dalam bahan makanan menyebabkan hasil SKMI belum dapat mencakup semua zat gizi. Perkenankanlah kami menyampaikan penghargaan yang tinggi serta terima kasih yang tulus atas semua kerja cerdas dan penuh dedikasi dari seluruh enumerator, koordinator klaster, penanggung jawab operasional peneliti dari Dinas Kesehatan Provinsi serta Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, rekan sekerja dari Badan Pusat Statistik (BPS), para pakar dari Perguruan Tinggi, para Dosen Politeknik Kesehatan dan semua pihak yang telah berpartisipasi mensukseskan SDT ini. Secara khusus, perkenankan ucapan terima kasih kami dan para peneliti kepada Ibu Menteri Kesehatan yang telah memberi kepercayaan kepada kita semua, anak bangsa, dalam menunjukkan karya baktinya. Billahi taufiq walhidayah, wassalamu‟alaikum wr. wb. Jakarta, Desember 2014 Kepala Pusat Teknologi Terapan Kesehatan Dan Epidemiologi Klinik
Dr. Siswanto, MHP
ii
Kata Sambutan Assalamu‟alaikum Wr. Wb. Puji syukur kepada Allah SWT kami panjatkan, karena hanya dengan rahmat dan karunia Nya, kita dapat menyelesaikan Laporan Hasil Survei Konsumsi Makanan Individu tahun 2014. Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI) merupakan bagian dari Studi Diet Total (SDT) bersama dengan kegiatan Analisis Cemaran Kimia Makanan (ACKM). SKMI dilaksanakan di 33 provinsi (Kalimantan Utara masih bergabung Kalimantan Timur). Pelaksanaan SDT yang diawali uji coba kuesioner SKMI 2014 hingga pengumpulan data dilakukan sejak bulan Maret- Juli 2014 di 33 provinsi. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan mengerahkan sekitar 2.372 enumerator yang menyebar di seluruh provinsi, 273 koordinator klaster yang terdiri dari peneliti Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) dan dosen Poltekkes Jurusan Gizi serta 134 Penanggung Jawab Operasional Dinas Kesehatan Provinsi. Sebanyak 51.127 rumah tangga dapat dikunjungi dan sebanyak 162.044 individu dapat di wawancara. SDT telah menghasilkan informasi tentang macam hidangan, jenis bahan makanan yang dikonsumsi dan beratnya serta jumlah zat gizi yang dikonsumsinya. Dari jenis dan berat bahan makanan yang dikonsumsi dilakukan ACKM untuk mengetahui paparan dari beberapa zat mungkin menyebabkan penyakit tidak menular. Masih terbatasnya ketersediaan komposisi zat gizi dalam bahan makanan menyebabkan hasil SKMI belum dapat mencakup semua zat gizi. Proses manajemen data dimulai dari pengumpulan data di lapangan, kemudian dilakukan entry data ke komputer yang dilaksanakan di lapangan. Selanjutnya, proses „data cleaning‟ dilakukan oleh Tim Manajemen Data (mandat) dan Tim Teknis di Balitbangkes. Format data dibuat untuk keperluan laporan SKMI di 33 provinsi dan ACKM di Yogyakarta.
Proses
pengumpulan data, entri data dan khususnya data cleaning sungguh memerlukan ketelitian, stamina, pikiran dan kesebaran tingkat tinggi.
Demikian pula, rancangan laporan dan
khususnya rancangan tabel juga memerlukan pengalaman. Data konsumsi makanan individu ini harus dapat „go international’. Oleh karena itu, data perlu mengikuti format untuk harmonisasi internasional dalam FAO/WHO Chronic Individual Food Consumption Database seperti yang sudah tersedia di Cina dan Jepang, serta sedang dipersiapkan di Laos dan Myanmar.
Data ini juga perlu harmonisasi kepentingan
iii
stakeholders di bidang gizi dan keamanan pangan dalam format FAO/WHO Global Individual Food Consumption data Tool (FAO/WHO GIFT). Perkenankanlah kami menyampaikan penghargaan yang tinggi serta terima kasih yang tulus atas semua kerja cerdas dan penuh dedikasi dari seluruh peneliti, litkayasa dan staf Balitbangkes, rekan sekerja dari Badan Pusat Statistik (BPS), para pakar dari Perguruan Tinggi, Para Dosen Poltekkes, Penanggung Jawab Operasional dari Jajaran Dinas Kesehatan Provinsi, seluruh enumerator dan semua pihak yang telah berpartisipasi mensukseskan SDT ini. Secara khusus, perkenankan ucapan terima kasih kami dan para peneliti kepada Ibu Menteri Kesehatan yang telah memberi kepercayaan kepada kita semua, anak bangsa, dalam menunjukkan karya baktinya. Billahi taufiq wal hidayah, Wassalamu‟alaikum Wr. wb.
Jakarta, Desember 2014 Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI
Prof.dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P(K)., MARS., DTM&H, DTCE
iv
Ringkasan Eksekutif Studi Diet Total (SDT) 2014 adalah studi berbasis komunitas dengan sampel individu yang dapat mewakili provinsi dan nasional dengan menggunakan sub sampel Riskesdas 2013. SDT 2014 mencakup Survei Konsumsi Makanan Indonesia (SKMI) dan Analisis Cemaran Kimia Makanan (ACKM). SKMI dilakukan karena belum tersedia data konsumsi makanan individu nasional yang lengkap sebagai dasar melakukan ACKM. Penelitian ini merupakan survei berskala nasional dan multi years, dengan disain potong lintang (cross-sectional), non-intervensi/observasi, deskriptif dan analitik. Penelitian Studi Diet Total dilakukan pada tahun 2014 dan 2015. Studi Diet Total terdiri dari SKMI dan ACKM. Dari 26 BS terpilih untuk sampel SDT 2014 Daerah Istimewa Yogyakarta, BS yang berhasil ditemukan dan dikunjungi 26 BS (100%) yang tersebar di 5 Kabupaten/Kota. Adapun dari jumlah target rumah tangga sebesar 642 RT terdapat 575 RT yang berhasil dikunjungi (89,6%). Sedangkan untuk jumlah target ART 2053 orang terdapat 1805 orang yang berhasil diwawncarai (87,9%). Hasil SDT di Daerah Istimewa Yogyakarta menunjukkan bahwa rata-rata penduduk mengonsumsi bahan makanan kelompok serealia dan hasil olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah beras yaitu 143,2 gram per hari. Persentase penduduk yang mengkonsumsi bahan makanan kelompok serealia dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah beras yaitu 97,7 persen. Rerata penduduk mengonsumsi bahan makanan kelompok umbi dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah singkong dan olahan yaitu 19,1 gram per hari, kentang dan olahan 8,9 gram per hari dan ubi jalar 3,4 gram perhari. Persentase penduduk yang mengkonsumsi bahan makanan kelompok umbi dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah singkong dan olahan yaitu 29,5 persen. Rerata penduduk mengkonsumsi bahan makanan kelompok kacang-kacangan dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah kacang kedelai dan olahan yaitu sebesar 72,3 gram per hari. Persentase penduduk mengkonsumsi bahan makanan kelompok kacang-kacangan dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah kacang kedelai dan olahan sebesar 72,0 persen. Rerata penduduk mengonsumsi bahan makanan kelompok sayuran dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah sayuran daun yaitu sebesar 65,5 gram per hari. Persentase penduduk yang mengkonsumsi bahan makanan kelompok sayuran dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah sayuran daun sebesar 85,0 persen. Rerata penduduk mengonsumsi bahan makanan kelompok buah-buahan dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah pisang yaitu sebesar 20,3 gram per hari. Persentase penduduk yang mengkonsumsi bahan makanan kelompok buah-buahan dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah pisang sebesar 20,4 persen. Rerata penduduk mengonsumsi bahan makanan kelompok daging dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah daging unggas yaitu sebesar 42,5 gram per hari, Persentase penduduk yang mengkonsumsi bahan makanan kelompok daging dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah daging unggas sebesar 36,9 persen. Rerata penduduk mengonsumsi bahan makanan kelompok jeroan dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah jeroan unggas yaitu sebesar 1,6 gram per hari, Persentase penduduk yang mengkonsumsi bahan makanan kelompok jeroan dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah jeroan lainnya sebesar 4,0 persen. Rerata penduduk mengkonsumsi bahan makanan kelompok ikan dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah ikan air tawar yaitu sebesar 15,6 gram per hari. Persentase penduduk yang mengkonsumsi bahan makanan kelompok ikan dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah ikan laut sebesar 6,9 persen. Rerata penduduk mengkonsumsi bahan makanan kelompok telur dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah telur ayam yaitu sebesar 25,20 gram per hari. Persentase penduduk yang mengkonsumsi bahan makanan kelompok telur dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah telur ayam sebesar 51,5 persen.
v
Rerata penduduk mengonsumsi bahan makanan kelompok susu dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah susu cair yaitu sebesar 4,9 gram per hari. Persentase penduduk yang mengkonsumsi bahan makanan kelompok susu dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah susu kental manis sebesar 12,3 persen. Rerata penduduk mengonsumsi bahan makanan kelompok minyak, lemak dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah minyak kelapa dan olahan yaitu sebesar 28,5 gram per hari. Persentase penduduk yang mengkonsumsi bahan makanan kelompok minyak, lemak dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah minyak kelapa sawit dan minyak kelapa sebesar 94,5 persen. Rerata penduduk mengonsumsi bahan makanan kelompok gula dan konfeksionari di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah gula yaitu sebesar 28,96 gram per hari. Persentase penduduk yang mengkonsumsi bahan makanan kelompok gula dan konfeksionari di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah gula sebesar 92,3 persen. Rerata penduduk mengonsumsi bahan makanan kelompok bumbu di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah bumbu basah yaitu sebesar 14,56 gram per hari. Persentase penduduk yang mengkonsumsi bumbu di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah garam sebesar 98,9 persen. Rerata konsumsi kelompok minuman jenis minuman serbuk, tertinggi adalah teh instan/daun kering (3.8 gram). Persentase penduduk yang mengkonsumsi kelompok minuman menurut kelompok umur tertinggi tertinggi adalah minuman serbuk (74,1%). Rerata tertinggi konsumsi air minum pada kelompok uisa 19-55 tahun (1.330,6 ml). Rerata tertinggi konsumsi air minum kemasan bermerek adalah pada kelompok usia 19-55 tahun (248,6 ml). Rerata tertinggi konsumsi minuman cair kemasan pabrikan adalah pada kelompok usia 5-12 tahun (38,7 ml). Persentase tertinggi penduduk yang mengonsumsi air minum berdasarkan sumber air adalah mengonsumsi air minum (97,7%). Rerata konsumsi suplemen tertinggi pada semua kelompok usia adalah minuman suplemen (0,4 ml). Rerata konsumsi jamu tradisional (0,54 ml) lebih tinggi dibanding konsumsi jamu pabrikan (0,02 mg) pada semua kelompok usia. Persentase tertinggi penduduk yang mengonsumsi suplemen adalah mengonsumsi suplemen multivitamin (1%). Persentase penduduk mengonsumsi jamu tradisional (0,9%) lebih tinggi dibanding jamu pabrikan (0,6%). Rerata asupan energi penduduk laki-laki baik di daerah perkotaan, perdesaan maupun secara keseluruhan lebih tinggi dibanding penduduk perempuan. Rerata asupan energi penduduk lakilaki di daerah perkotaan maupun daerah pedesaan, paling tinggi pada kelompok usia 13-18 tahun. Rerata asupan energi penduduk laki-laki di daerah pedesaan, tertinggi pada kelompok usia 19-55 tahun. Sedangkan rerata asupan energi penduduk perempuan di daerah pedesaan, tertinggi pada kelompok usia 5-12 tahun. Rerata kecukupan energi pada laki-laki berdasarkan kelompok usia, tertinggi pada kelompok usia 5-12 tahun (99%). Rerata kecukupan energi pada perempuan berdasarkan kelompok usia, tertinggi pada kelompok usia 5-12 tahun (96%). Berdasarkan tempat tinggal, rerata kecukupan energi penduduk perkotaan lebih tinggi dibanding pedesaan. Berdasarkan kuintil indeks kepemilikan, kelompok teratas memiliki rerata kecukupan energi tertinggi, dan kelompok menengah bawah memiliki rerata kecukupan energi terendah. Proporsi penduduk yang defisit energi menurut jenis kelamin, menunjukkan bahwa perempuan lebih mengalami defisit energi dibanding laki-laki. Berdasarkan tempat tinggal, penduduk daerah perkotaan lebih mengalami defisit energi dibanding pedesaan. Berdasarkan kuintil indeks kepemilikan, penduduk kelas menengah bawah mengalami defisit energi tertinggi (49,1% ) dan penduduk kelas teratas mengalami defisit energi terendah. Persentase penduduk yang lebih dari 100 persen AKE menurut jenis kelamin, menunjukkan bahwa laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan. Berdasarkan tempat tinggal, penduduk daerah perkotaan lebih mengalami kelebihan energi dibanding pedesaan. Berdasarkan kuintil indeks kepemilikan, penduduk kelas teratas mengalami kelebihan energi > 100 persen AKE tertinggi (31%) dan penduduk kelas menengah bawah mengalami kelebihan energi > 100% AKE terendah (15,7%). Rerata asupan protein penduduk laki-laki di perkotaan, tertinggi pada kelompok usia 13-18 tahun (78 g). Rerata asupan protein penduduk perempuan di perkotaan, tertinggi pada kelompok usia
vi
5-12 tahun (72 g). Rerata asupan protein penduduk laki-laki di pedesaan, tertinggi pada kelompok usia 19-55 tahun (69 g). Rerata asupan protein penduduk perempuan di pedesaan, tertinggi pada kelompok usia 5-12 tahun (56 g). Rerata kecukupan protein penduduk laki-laki maupun perempuan menurut kelompok usia, tertinggi pada kelompok usia 5-12 tahun (129). Berdasarkan tempat tinggal, penduduk daerah perkotaan lebih tinggi kecukupan proteinnya dibanding penduduk daerah pedesaan. Berdasartkan indeks kepemilikan, rerata kecukupan protein tertinggi pada penduduk menengah teratas (107 persen). Proporsi penduduk yang defisit protein menurut jenis kelamin, menunjukkan bahwa perempuan lebih mengalami defisit protein dibanding laki-laki. Berdasarkan tempat tinggal, penduduk daerah pedesaan lebih mengalami defisit protein dibanding pedesaan. Berdasarkan kuintil indeks kepemilikan, penduduk kelas menengah bawah mengalami defisit energi tertinggi (50,6persen) dan penduduk kelas teratas mengalami defisit energi terendah (26,3%). Proporsi penduduk yang lebih dari 100 persen AKP menurut jenis kelamin, menunjukkan bahwa laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan. Berdasarkan tempat tinggal, penduduk daerah perkotaan lebih mengalami kelebihan protein dibanding pedesaan. Berdasarkan kuintil indeks kepemilikan, penduduk kelas teratas mengalami kelebihan protein > 100 persen AKP tertinggi (56,8%) dan penduduk kelas terbawah mengalami kelebihan protein > 100 persen AKP terendah (30%). Rerata asupan lemak penduduk laki-laki di perkotaan, tertinggi pada kelompok usia 13-18 tahun (81,1 g). Rerata asupan lemak penduduk perempuan di perkotaan, tertinggi pada kelompok usia 13-18 tahun (78,4 g). Rerata asupan lemak penduduk laki-laki di pedesaan, tertinmggi pada kelompok usia 19-55 tahun (70,7 g). Rerata asupan lemak penduduk perempuan di pedesaan, tertinggi pada kelompok usia 5-12 tahun (76,0 g). Rerata asupan karbohidrat penduduk laki-laki di perkotaan, tertinggi pada kelompok usia 13-18 tahun (302,6 g). Rerata asupan karbohidrat penduduk perempuan di perkotaan, tertinggi pada kelompok usia 13-18 tahun (254,2 g). Rerata asupan karbohidrat penduduk laki-laki di pedesaan, tertinggi pada kelompok usia 19-55 tahun (295,3 g). Rerata asupan karbohidrat penduduk perempuan di pedesaan, tertinggi pada kelompok usia 13-18 tahun (245,7 g). Rerata asupan natrium penduduk laki-laki di perkotaan, tertinggi pada kelompok usia 512 tahun (1.553 mg). Rerata asupan natrium penduduk perempuan di perkotaan, tertinggi pada kelompok usia 13-18 tahun (2.126 mg). Rerata asupan natrium penduduk laki-laki di pedesaan, tertinggi pada kelompok usia 13-18 tahun (1.258 mg). Rerata asupan natrium penduduk perempuan di pedesaan, tertinggi pada kelompok usia 5-12 tahun (1.558 mg). Rerata konsumsi gula dan garam, penduduk laki-laki menurut kelompok usia, tertinggi pada kelompok usia 55 + tahun. Rerata konsumsi minyak/lemak, penduduk laki-laki menurut kelompok usia, tertinggi pada kelompok usia 19-55 tahun (24,5 g). Berdasarkan tempat tinggal, penduduk daerah perkotaan lebih rendah rerata konsumsi gula, garam, maupun minyak/lemak dibanding penduduk daerah pedesaan. Seluruh hasil SKMI dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk evaluasi dan perencanaan kesehatan khususnya di bidang gizi di tingkat pusat maupun daerah. Rekomendasi 1. Mengingat sumber makanan pokok lokal (ubi-ubian) masih sedikit dikonsumsi penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta (rerata 32,5 gram per orang per hari) dan masih ada penduduk yang mengalami defisit energy, maka perlu dirumuskan kebijakan penganekaragaman makanan pokok yang berbasis makanan lokal sebagai. 2. Mengingat sumbangan protein dari hasil laut masih sedikit (rerata konsumsi ikan laut 9,3 per orang per hari dan proporsi penduduk yang mengkonsumsi ikan laut hanya 6,9%) dibandingkan dengan potensi yang ada maka perlu kebijakan peningkatan potensi hasil laut sebagai sumber protein hewani bagi penduduk 3. Mengingat konsumsi sayuran dan buah masih sedikit maka perlu dirumuskan kebijakan untuk meningkatkan konsumsi sayur dan buah melalui edukasi dan peningkatan ketersediaan sayuran dan buah dengan harga yang terjangkau
vii
4.
5.
Mengingat konsumsi minuman kemasan baik serbuk maupun cair pada anak mulai meningkat (kelompok usia 5-12 tahun mengkonsumsi minuman kemasan serbuk sebesar 3,6 gram per orang per hari dan mengkonsumsi minuman kemasan cairan sebesar 32,2 ml per orang per hari), maka perlu dirumuskan kebijakan untuk melindungi anak dari konsumsi minuman kemasan yang berlebihan Mengingat sudah terdapat sebagian penduduk yang mengonsumsi gula (31,61 gram per orang per hari), garam (3,7 gram per orang per hari), dan minyak/lemak (50,3 gram per orang per hari), ini melebihi batas yang ditetapkan dalam Permenkes nomor 30 tahun 2013, maka perlu ditingkatkan pemahaman masyarakat tentang risiko mengonsumsi berlebih gula, garam dan minyak/lemak melalui edukasi atau kampanye.
viii
DAFTAR ISI Kata Pengantar ..........................................................................................................ii Kata Sambutan ......................................................................................................... iii Ringkasan Eksekutif .................................................................................................v DAFTAR ISI ............................................................................................................... ix DAFTAR SINGKATAN ............................................................................................. xv BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................................1 1.1.
Latar belakang ........................................................................................................ 1
1.2.
Perumusan Masalah Penelitian ............................................................................... 2
1.3.
Pertanyaan Penelitian ............................................................................................. 2
1.4.
Tujuan Penelitian .................................................................................................... 2
1.5.
Manfaat Penelitian .................................................................................................. 3
BAB II METODE PENELITIAN ...................................................................................4 2.1.
Disain penelitian...................................................................................................... 4
2.2.
Tempat dan Waktu.................................................................................................. 4
2.3.
Populasi dan Sampel .............................................................................................. 4
2.4.
Variabel dan Definisi Operasional ........................................................................... 4
2.5.
Instrumen dan Cara Pengumpulan Data ............................................................... 12
2.5.1.
Instrumen ............................................................................................................12
2.5.2.
Cara Pengumpulan Data .....................................................................................12
2.5.3.
Wawancara ..........................................................................................................12
2.5.4.
Penimbangan Berat Badan ..................................................................................14
2.6.
Bahan dan Prosedur Pengumpulan Data .............................................................. 14
2.7.
Pengawasan Kualitas Data ................................................................................... 18
2.7.1.
Analisis Data .......................................................................................................19
2.8.
Ijin penelitian. ........................................................................................................ 20
2.9.
Pertimbangan etik penelitian ................................................................................. 20
BAB III HASIL ........................................................................................................... 21 3.1.
Gambaran umum lokasi ........................................................................................ 21
3.2.
Jumlah sampel yang terkumpul (Response rates)................................................. 22
3.3. Bahan makanan yang dikonsumsi individu menurut jenis makanan dan kelompok makanan (food group) ..................................................................................................... 23 3.4.
Asupan dan Kecukupan Energi ............................................................................. 59
3.5.
Asupan dan Kecukupan Protein ............................................................................ 62
ix
3.6.
Asupan Lemak ...................................................................................................... 64
3.7.
Asupan karbohidrat ............................................................................................... 65
3.8.
Asupan natrium ..................................................................................................... 66
3.9.
Konsumsi gula, garam dan minyak/lemak ............................................................. 67
3.10. Proporsi penduduk menurut tingkat kecukupan protein ......................................... 69
BAB IV. KESIMPULAN ............................................................................................. 70 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 73
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Variabel dan Definisi Operasional SKMI ................................................................ 6 Tabel 3.1 Distribusi BS, RT dan ART yang berhasil dikunjungi (response rate) berdasarkan Kabupaten/Kota, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ........................................................... 22 Tabel 3.2 Distribusi ART yang Distribusi berhasil dikunjungi (response rate) berdasarkan Jenis Kelamin, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014............................................................... 22 Tabel 3.3 Distribusi ART yang berhasil dikunjungi (response rate) berdasarkan umur dan Jenis Kelamin, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014............................................................... 22 Tabel 3.4 Distribusi ART yang dapat dikunjungi (response rate) menurut karakteristik, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ...................................................................................... 23 Tabel 3.5 Rerata Konsumsi Kelompok Serealia dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................ 24 Tabel 3.6 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Serealia dan Olahan Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 .......................................................... 25 Tabel 3.7 Rerata Konsumsi Kelompok Umbi dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ........................................................... 26 Tabel 3.8 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Umbi dan Olahan Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ........................................................... 27 Tabel 3.9 Rerata Konsumsi Kelompok Kacang-Kacangan dan Olahan per orang perhari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 .................................. 28 Tabel 3.10 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Kacang-Kacangan dan Olahan Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ................................. 29 Tabel 3.11 Rerata Konsumsi Kelompok Sayuran dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................. 30 Tabel 3.12 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Sayur dan Olahan Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ........................................................... 31 Tabel 3.13 Rerata Konsumsi Kelompok Buah- Buahan dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 .................................. 32 Tabel 3.14 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Buah-buahan dan Olahan Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................. 33 Tabel 3.15 Rerata Konsumsi Kelompok Daging dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................ 34 Tabel 3.16 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Daging dan Olahan Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ........................................................... 35 Tabel 3.17 Rerata Konsumsi Kelompok Jeroan dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakart 2014 ............................................... 36 Tabel 3.18 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Jeroan dan Olahan Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ........................................................... 37
xi
Tabel 3.19 Rerata Konsumsi Kelompok Ikan dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ........................................................... 38 Tabel 3.20 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Ikan dan Olahan Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ........................................................... 39 Tabel 3.21 Rerata Konsumsi Kelompok Telur dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ........................................................... 40 Tabel 3.22 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Telur dan Olahan Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ........................................................... 41 Tabel 3.23 Rerata Konsumsi Kelompok Susu dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ........................................................... 41 Tabel 3.24 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Susu dan Olahan Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ........................................................... 42 Tabel 3.25 Rerata Konsumsi Kelompok Minyak, Lemak dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 .................................. 43 Tabel 3.26 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Minyak, Lemak dan Olahan Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................. 44 Tabel 3.27 Rerata Konsumsi Kelompok Gula dan Konfeksionari per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................. 45 Tabel 3.28 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Gula dan Konfeksionari Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................. 46 Tabel 3.29 Rerata Konsumsi Kelompok Bumbu per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................................................ 46 Tabel 3.30 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Bumbu Menurut Kelompok Umur Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ...................................................................................... 48 Tabel 3.31 Rerata Konsumsi Kelompok Minuman per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ........................................................... 49 Tabel 3.32 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Minuman Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ...................................................................................... 50 Tabel 3.33 Rerata Konsumsi Kelompok Makanan Komposit per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................. 51 Tabel 3.34 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Makanan Komposit Menurut Kelompok Umur Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................................................. 52 Tabel 3.35 Rerata Konsumsi Kelompok Air per orang per hari (ml) Menurut Kelompok Umur Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ...................................................................................... 52 Tabel 3.36 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Air Menurut Kelompok UmurDaerah Istimewa Yogyakarta 2014 ................................................................................................... 53 Tabel 3.37 Rerata Konsumsi Kelompok Suplemen dan Jamu per orang per hari (mg) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................. 54 Tabel 3.38 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Suplemen dan Jamu Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................................................ 55
xii
Tabel 3.39 Rerata Konsumsi Serealia, Umbi/Pati, Kacang, Sayur, Buah, Daging dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 .... 56 Tabel 3.40. Rerata Konsumsi Jeroan, Ikan, Telur, Susu, Minyak, olahannya, Gula dan konfeksionari per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ................................................................................................................. 57 Tabel 3.41 Rerata Konsumsi Bumbu, Minuman, Makanan Komposit, Air dan Suplemen per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ........... 58 Tabel 3.42 Rerata Asupan Energi Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ................................................................................................... 59 Tabel 3.43 Rerata Kecukupan Energi Menurut Karakteristik Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ..................................................................................................................................... 60 Tabel 3.45 Rerata Asupan Protein Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ................................................................................................... 62 Tabel 3.46 Rerata Kecukupan Protein Menurut Karakteristik Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ..................................................................................................................................... 63 Tabel 3.47 Rerata Asupan Lemak Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ................................................................................................... 64 Tabel 3.48 Rerata Asupan Karbohidrat Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ................................................................................................... 65 Tabel 3.49 Rerata Asupan Natrium Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ................................................................................................... 66 Tabel 3.50 Rerata Konsumsi Gula, Garam, Minyak/Lemak Pada Penduduk Menurut Karakteristik, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ................................................................. 67 Tabel 3.51 Proporsi penduduk mengonsumsi gula, natrium dan lemak melebihi pesan Permenkes No 30 Tahun 2013 menurut karakteristik, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 .. 68 Tabel 3.52 Proporsi penduduk menurut karakteristik demografi dan status kepemilikan asset, dan menurut tingkat kecukupan asupan protein, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ........... 69
xiii
DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1 Rerata Konsumsi Kelompok Serealia dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................. 24 Gambar 3.2 Rerata Konsumsi Kelompok Umbi dan Olahan per orang per hari (gram)Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ........................................................... 26 Gambar 3.3 Rerata Konsumsi Kelompok Kacang-Kacangan dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur,Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ................................... 28 Gambar 3.4 Rerata Konsumsi Kelompok Sayuran dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................. 30 Gambar 3.5 Rerata Konsumsi Kelompok Buah-buahan dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur,Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 .............................................. 32 Gambar 3.6 Rerata Konsumsi Kelompok Daging dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................. 34 Gambar 3.7 Rerata Konsumsi Kelompok Jeroan dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................. 36 Gambar 3.8 Rerata Konsumsi Kelompok Ikan dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ........................................................... 38 Gambar 3.9Rerata Konsumsi Kelompok Telur dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ........................................................... 40 Gambar 3.10 Rerata Konsumsi Kelompok Susu dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................. 42 Gambar 3.11 Rerata Konsumsi Kelompok Minyak, Lemak dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 .................................. 43 Gambar 3.12 Rerata Konsumsi Kelompok Gula dan Konfeksionari per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................. 45 Gambar 3.13 Rerata Konsumsi Kelompok Bumbu per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................................ 47 Gambar 3.14 Rerata Konsumsi Kelompok Minuman per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ........................................................... 49 Gambar 3.15 Rerata Konsumsi Kelompok Makanan Komposit per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................. 51 Gambar 3.16 Rerata Konsumsi Kelompok Air per orang per hari (ml), Menurut Kelompok Umur Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................................................. 53 Gambar 3.17 Rerata Konsumsi Kelompok Suplemen dan Jamu per orang per hari (mg) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................. 54
xiv
DAFTAR SINGKATAN
ACKM
:
Analisis Cemaran Kimia Makanan
ADI
:
Acceptable Daily Intake
AKG
:
Angka Kecukupan Gizi
ART
:
Anggota Rumah Tangga
Badan PPSDMK
:
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manumur Kesehatan
Balita
:
Bawah Lima Tahun
Balitbangkes
:
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
BB
:
Berat Badan
BDD
:
Berat Dapat Dimakan
BPOM
:
Badan Pengawasan Obat dan Makanan
BPS
:
Badan Pusat Statistik
BS
:
Blok Sensus
BTP
:
Bahan Tambahan Pangan
DKBM
:
Daftar Komposisi Bahan Makanan
DS SDT
:
Daftar Sampel Studi Diet Total
EFSA
:
European Food Safety Authority
FAO
:
Food and Agriculture Organization
FAO/WHO GIFT
:
FAO/WHO Global Individual Food Consumption Data Tool
JECFA
:
Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives
KEPK
:
Komisi Etik Penelitian Kesehatan
Korwil
:
Koordinator Wilayah
Lansia
:
Lanjut Umur
Mandat
:
Manajemen Data
xv
MDG‟s
:
Millenium Development Goals
MSG
:
Mono Sodium Glutamat
PAM
:
Perusahaan Air Minum
Poltekkes
:
Politeknik Kesehatan
PSP
:
Persetujuan Sesudah Penjelasan
PTDI
:
Provisional Tolerable Daily Intake
PTM
:
Penyakit Tidak Menular
PTMI
:
Provisional Tolerable Montly Intake
PTWI
:
Provisional Tolerable Weekly Intake
RAN
:
Rencana Aksi Nasional
RSE
:
Relative Standard Error
RT
:
Rumah Tangga
SDT
:
Studi Diet Total
SKMI
:
Survey Kesehatan Masyarakat Indonesia
WHO
:
World Health Organization
xvi
BAB I. PENDAHULUAN 1.1.
Latar belakang
Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI) merupakan survei yang bertujuan untuk mengumpulkan data makanan yang dikonsumsi penduduk. Survei ini menjadi dasar bagi pelaksanaan Studi Diet Total (SDT). Studi Diet Total penting dilaksanakan karena berdasarkan data yang diperoleh dari Riskesdas (2010), makanan yang dikonsumsi masyarakat Indonesia belum sesuai dengan kebutuhan. Masih terdapat mayarakat yang kurang gizi, namun terdapat juga masyarakat yang menghadapi kelebihan gizi terutama di perkotaan. Konsumsi makanan dan atau minuman bergula, bergaram dan berlemak jenuh tinggi disertai dengan konsumsi sayuran dan buah yang rendah, merupakan salah satu faktor risiko utama PTM terkait-gizi (Beaglehole et al, 2011). Selain itu tingkat pencemaran kimia pada bahan makanan dan minuman cukup tinggi ditemukan didaerah industri pertambangan dan pertanian hortikultura (Kemenkes 2012) berkaitan dengan penyakit tidak menular. Data mortalitas menurut kelompok penyakit berdasarkan kajian hasil survei kesehatan nasional 1995-2007 (Atmarita, 2011) menunjukkan terjadinya pergeseran pola penyakit penyebab kematian pada berbagai golongan umur. Kasus kematian akibat penyakit tidak menular (PTM) seperti hipertensi, kanker dan diabetes melitus semakin meningkat dibandingkan dengan kasus kematian akibat penyakit menular. Angka kematian akibat penyakit diabetes melitus meningkat dari 1,1 persen menjadi 2,1 persen, hipertensi dari 7,6 persen menjadi 9,5 persen, dan stroke dari 8,3 persen menjadi 12,1 persen (Depkes, 2008 dan Kemenkes, 2014). Prevalensi gizi kurang, kependekan dan prevalensi gizi lebih di tahun 2013 cenderung tidak berubah dibandingkan dengan tahun 2007. Masalah gizi lebih sangat berkaitan dengan kejadian PTM, sehingga peningkatan angka kematian akibat PTM diduga berhubungan erat dengan pola konsumsi pangan (bahan makanan atau minuman) yang mencakup jumlah, mutu dan keamanan. Saat ini telah terdapat banyak data SDT yang berasal dari negara-negara yang telah melakukan studi ini, antara lain Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru, Kanada, Itali, Inggris, Perancis dan negara-negara Asia seperti Cina dan Malaysia. Saat ini SDT dilakukan di seluruh dunia dengan mengikuti pedoman umum yang dikembangkan oleh WHO terutama dari segi metode, sehingga pada akhirnya dapat diperoleh suatu informasi tingkat internasional yang terharmonisasi. Di Indonesia sampai saat ini belum pernah dilakukan SDT yang mencakup survei konsumsi pangan dan analisis senyawa kimia di dalam bahan pangan. Data konsumsi makanan tingkat nasional dari Susenas, Riskesdas 2007, dan Riskesdas 2010, belum memenuhi syarat untuk digunakan dalam pelaksanaan SDT sesuai pedoman umum harmonisasi dari WHO. Data konsumsi dari Susenas merupakan hasil pendekatan dari biaya pengeluaran rumah tangga untuk pembelian pangan sehingga tidak bisa menunjukkan jumlah pangan yang sebenarnya dikonsumsi dan masuk ke dalam tubuh. Data konsumsi dalam Riskesdas 2007 juga merupakan data konsumsi rumah tangga, sehingga tidak bisa dihubungkan dengan data kejadian penyakit yang mewakili data individu, sedangkan Riskesdas 2010 sudah mempunyai data konsumsi individu tetapi tidak memiliki informasi tentang proses pengolahan yang diperlukan dalam menyiapkan sampel bahan makanan untuk keperluan analisis senyawa kimia. Dengan tidak adanya data nasional kecukupan dan keamanan konsumsi pangan serta kajiaan risikonya, maka Indonesia belum memiliki data sebagai evidence based yang dapat mewakili mayoritas penduduk Indonesia yang dapat digunakan sebagai informasi dalam forum-forum di tingkat internasional dan sebagai dasar pengambilan kebijakan.
1
Sampai saat ini belum ada data konsumsi pangan terkini dan lengkap dengan cara pengolahan makanan dan data paparan senyawa kimia pada populasi yang sangat terbatas, sehingga tidak dapat dihubungkan dan menjelaskan meningkatnya prevalensi PTM di Indonesia. Oleh karena itu untuk mendapatan data yang sangat penting ini, perlu dilakukan Studi Diet Total tingkat nasional. SDT yang dilakukan pada tahun 2014-2015 mempunyai dua kegiatan yaitu kegiatan SKMI pada tahun 2014 bertujuan untuk mendapatkan data perubahan tingkat konsumsi gizi dan status gizi serta keragaman hidangan dan bahan makanan yang dikonsumsi penduduk dibandingkan dengan data Riskesdas 2010 dan kegiatan ACKM pada tahun 2015 untuk mengumpulkan data tingkat cemaran kimia dalam makanan yang dikonsumsi oleh penduduk. Oleh karena itu SDT dilaksanakan di Indonesia dimulai dengan kegiatan SKMI yang dilakukan di seluruh propinsi pada tahun 2014 termasuk di Daerah Istimewa Yogyakarta
1.2.
Perumusan Masalah Penelitian
Seperti telah dikemukakan di atas bahwa kejadian PTM semakin meningkat dari tahun ke tahun, demikian juga halnya dengan angka kematian yang diakibatkan PTM. Prevalensi masalah gizi tidak banyak mengalami perbaikan dari tahun 2007 sampai tahun 2013. Ada kecenderungan peningkatan prevalensi pendek (stunting), gizi kurang (underweight) dan kegemukan (obesity). Gambaran kesehatan dan gizi seseorang sangat erat kaitannya dengan jumlah, mutu dan keamanan makanan yang dikonsumsinya dikenal dengan istilah “you are what you eat”. Prinsip ketahanan pangan bertumpu pada tiga hal, yaitu : tersedianya jumlah pangan yang cukup, bermutu dan aman bagi penduduk. Meningkatnya kejadian PTM dan tetap tingginya masalah gizi di Indonesia memberikan indikasi adanya masalah dalam makanan yang dikonsumsi oleh penduduk Indonesia baik dari segi jumlah, mutu maupun keamanannya.
1.3.
Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian untuk SKMI 2014 Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu : 1. Berapakah jumlah makanan dan bahan makanan yang dikonsumsi penduduk menurut jenis dan kelompok makanan di Daerah Istimewa Yogyakarta? 2. Berapa tingkat asupan zat gizi individu dari semua kelompok umur di Daerah Istimewa Yogyakarta? 3. Apa saja zat gizi yang konsumsinya kurang dan apa saja zat gizi yang konsumsinya lebih di Daerah Istimewa Yogyakarta? 4. Berapa jumlah garam, gula dan minyak yang dikonsumsi penduduk di Daerah Istimewa Yogyakarta? 5. Makanan apa saja yang merupakan komponen sedikitnya 90 persen dari diet yang dikonsumsi penduduk di Daerah Istimewa Yogyakarta?
1.4. Tujuan Penelitian Tujuan umum Tersedianya data tentang kecukupan dan keamanan makanan yang di konsumsi oleh penduduk di Daerah Istimewa Yogyakarta.
2
Tujuan khusus 1. Memperoleh informasi rata-rata berat bahan makanan yang dikonsumsi individu menurut jenis makanan dan kelompok makanan (food group) di Daerah Istimewa Yogyakarta 2. Memperoleh informasi tentang tingkat asupan zat gizi (makro dan mikronutrien) individu di Daerah Istimewa Yogyakarta 3. Mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan konsumsi zat gizi individu dibandingkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk Daerah Istimewa Yogyakarta 4. Memperoleh konsumsi garam, gula dan minyak yang dikonsumsi penduduk di Daerah Istimewa Yogyakarta 5. Memperoleh daftar makanan (food list) yang merupakan komponen sedikitnya 90 persen dari diet yang dikonsumsi penduduk di Daerah Istimewa Yogyakarta
1.5. Manfaat Penelitian 1.
Mendapat informasi pola konsumsi bahan makanan penduduk di Daerah Istimewa Yogyakarta
2.
Mendapat informasi konsumsi zat gizi penduduk di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta
3.
Memperoleh daftar makanan (foodlist) untuk keperluan Analisis Cemaran Kimia Makanan (ACKM) di Daerah Istimewa Yogyakarta
4. Mampu merencanakan penelitian lanjutan sesuai dengan permasalahan kesehatan
3
BAB II METODE PENELITIAN 2.1. Disain penelitian Penelitian ini merupakan survei berskala nasional. Oleh karena itu disain SKMI 2014 di Daerah Istimewa Yogyakarta mengikuti disain nasional yaitu dengan disain potong lintang (cross-sectional), non-intervensi/observasi, deskriptif dan analitik.
2.2. Tempat dan Waktu Studi Diet Total (SDT) Daerah Istimewa Yogyakarta dilaksanakan di seluruh Kabupaten/Kota Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan Mei-Juni 2014.
2.3. Populasi dan Sampel Populasi dalam SKMI Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2014 adalah seluruh rumah tangga biasa yang mewakili 5 kabupaten/kota. Besar sampel Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan kerangka sampling nasional terpilih 26 BS di 5 kabupaten/kota dan 642 RT dengan perkiraan indviidu sebesar 2.053 orang.
Kriteria Inklusi dan Ekslusi Sampel adalah semua rumah tangga yang sudah didatangi dan terdaftar pada data Riskesdas 2013 dan semua anggota rumah tangga yang ada pada saat pengumpulan data SKMI di Daerah Istimewa Yogyakarta berlangsung. Kriteria eksklusi adalah rumah tangga tidak diambil datanya bila tidak memungkinkan untuk dikunjungi karena berbagai kendala dan rumah tangga serta anggota rumah tangga yang menolak berpartisipasi dalam SKMI di Daerah Istimewa Yogyakarta
Cara Pemilihan Sampel Rumah tangga yang akan dikunjungi adalah rumah tangga yang menjadi sampel dalam Riskesdas 2013 di Daerah Istimewa Yogyakarta. Untuk mendapatkan sampel individu, rumah tangga di BS yang sudah dikunjungi Riskesdas 2013 akan diambil secara acak sebanyak 642 rumah tangga. Dalam satu rumah tangga terdapat rata-rata 4,5 individu
2.4. Variabel dan Definisi Operasional Jenis data yang dikumpulkan secara lengkap dapat dilihat pada kuesioner, yaitu terdiri dari blok pertanyaan sebagai berikut: Tingkat Rumah Tangga Blok I Blok II
: Pengenalan Tempat : Keterangan Rumah Tangga
4
Blok III Blok IV Blok V Blok VI
: Keterangan Pengumpul Data : Keterangan Anggota Rumah Tangga : Daftar Hidangan Makanan/Minuman yang Dimasak di RT (Quicklist) : Persiapan dan Cara Mengolah Makanan/Minuman di Rumat Tangga
Tingkat Individu Blok VII Blok VIII Blok IX Blok X
:Keterangan Pengumpul Data : Keterangan Individu : Daftar Makanan yang Dikonsumsi ART dalam Satu Hari Kemarin : Konsumsi Makanan Individu Recall 1 x 24 Jam
5
Tabel 0.1 Variabel dan Definisi Operasional SKMI No
Variabel
Penjelasan tentang variabel
Metoda pengukuran
Skala ukur
Pengkategorian
1
Zat Gizi
Diperoleh dari DKBM berdasarkan berat bahan makanan yang dikonsumsi
Analisis DKBM
Rasio
Rerata dan standar deviasi
2
Konsumsi serealia
Berat bahan makanan kelompok serealia yang dikonsumsi
Wawancara
Rasio
Rerata dan standar deviasi
3
Konsumsi umbiumbian
Berat bahan makanan kelompok umbi-umbian yang dikonsumsi
Wawancara
Rasio
Rerata dan standar deviasi
4
Konsumsi kacangkacangan, biji
Berat bahan makanan kelompok kacang-kacangan yang dikonsumsi
Wawancara
Rasio
Rerata dan standar deviasi
5
Konsumsi sayuran
Berat bahan makanan kelompok sayuran yang dikonsumsi
Wawancara
Rasio
Rerata dan standar deviasi
6
Konsumsi buah
Berat bahan makanan kelompok buah yang dikonsumsi
Wawancara
Rasio
Rerata dan standar deviasi
7
Konsumsi daging
Berat bahan makanan kelompok daging yang dikonsumsi
Wawancara
Rasio
Rerata dan standar deviasi
8
Konsumsi jeroan/non daging
Berat bahan makanan kelompok jeroan, non daging yang dikonsumsi
Wawancara
Rasio
Rerata dan standar deviasi
9
Konsumsi ikan
Berat bahan makanan kelompok ikan yang dikonsumsi
Wawancara
Rasio
Rerata dan standar deviasi
10
Konsumsi telur
Berat bahan makanan kelompok telur yang dikonsumsi
Wawancara
Rasio
Rerata dan standar deviasi
11
Konsumsi susu
Berat bahan makanan kelompok susu yang dikonsumsi
Wawancara
Rasio
Rerata dan standar deviasi
12
Konsumsi minyak, lemak
Berat bahan makanan kelompok minyak, lemak yang dikonsumsi
Wawancara
Rasio
Rerata dan standar deviasi
13
Konsumsi gula, sirup, konfeksionari
Berat bahan makanan kelompok gula, sirup, konfeksionari yang dikonsumsi
Wawancara
Rasio
Rerata dan standar deviasi
6
No
Variabel
Penjelasan tentang variabel
Metoda pengukuran
Skala ukur
Pengkategorian
14
Konsumsi bumbu
Berat bahan makanan kelompok bumbu yang dikonsumsi
Wawancara
Rasio
Rerata dan standar deviasi
15
Konsumsi minuman
Berat bahan makanan kelompok minuman yang dikonsumsi
Wawancara
Rasio
Rerata dan standar deviasi
16
Konsumsi makanan komposit
Berat bahan makanan kelompok makanan komposit yang dikonsumsi
Wawancara
Rasio
Rerata dan standar deviasi
17
Konsumsi air
Berat bahan makanan kelompok air yang dikonsumsi
Wawancara
Rasio
Rerata dan standar deviasi
18
Konsumsi suplemen
Berat bahan makanan kelompok suplemen yang dikonsumsi
Wawancara
Rasio
Rerata dan standar deviasi
19
Asupan energi
Jumlah energi yang dikonsumsi
Perhitungan berat bahan makanan yang dikonsumsi dengan kandungan zat gizinya
Rasio
Rerata, standar deviasi dan proporsi
20
Asupan protein
Jumlah protein yang dikonsumsi
Perhitungan berat bahan makanan yang dikonsumsi dengan kandungan zat gizinya
Rasio
Rerata, standar deviasi dan proporsi
21
Tingkat Kecukupan Asupan Energi
Persentase asupan energi per orang per hari terhadap Angka Kecukupan Energi (AKE) yang dianjurkan untuk setiap kelompok umur dan jenis kelamin. AKE yang digunakan adalah didasarkan Permenkes No 75 Tahun 2013.
Ordinal
1. < 70 % AKE 2. 70 -100% AKE 3. 100-130% AKE 4. >130% AKE
22
Tingkat Kecukupan Asupan Protein
Persentase asupan protein per orang per hari terhadap Angka Kecukupan Protein (AKP) yang dianjurkan untuk setiap kelompok umur dan jenis kelamin. AKP yang digunakan adalah didasarkan Permenkes No 75 Tahun 2013.
Ordinal
1. < 80 % AKP 2. 80 -100% AKP 3 100-120% AKP 4 >120% AKP
23
Asupan natrium
Jumlah natrium yang dikonsumsi individu sehari kemarin
7
Dihitung berdasarkan kandungan natrium bahan makanan yang ada dalam DKBM
Rasio
No
Variabel
Penjelasan tentang variabel
Metoda pengukuran
Skala ukur
24
Asupan lemak
Jumlah lemak yang dikonsumsi individu sehari kemarin
Dihitung berdasarkan kandungan lemak bahan makanan yang ada dalam DKBM
Rasio
25
Asupan karbohidrat
Jumlah karbohidrat yang dikonsumsi individu sehari kemarin
Dihitung berdasarkan kandungan karbohidrat bahan makanan yang ada dalam DKBM
Rasio
26
Berat badan
Berat badan seluruh responden, bayi, balita, remaja, dewasa dan lansia, baik perempuan dan laki-laki
Dengan menggunakan timbangan badan dengan ketelitian 0,1 kg
Ordinal
27
Makanan yang dikonsumsi ART
Nama makanan dan minuman yang dikonsumsi individu sesuai waktu dalam satu hari kemarin
Wawancara
Nominal
28
Konsumsi makanan individu
Jenis bahan makanan/minuman yang dikonsumsi individu anggota rumah tangga baik yang dimasak di rumah maupun yang diperoleh/dibeli di luar rumah selama sehari kemarin
Wawancara dan penimbangan hidangan
Nominal
29
Kode Hidangan
Kode hidangan menurut daftar makanan yang telah disiapkan dalam buku pedoman SKMI
Buku kode hidangan
Nominal
30
Asal hidangan
Bagaimana cara mendapatkan hidangan
Wawancara
Nominal
31
Nama dagang/merek
Nama produk atau pembuat hidangan/makanan rumah tangga maupun pabrikan
Wawancara dan pengamatan
Nominal
32
Spesifikasi rasa
Rasa yang tertera dalam kemasan pabrikan
Wawancara dan pengamatan
Nominal
33
Alamat tempat makanan dijual
Alamat tempat hidangan /makanan yang dikonsumsi individu di luar
Wawancara
Nominal
8
Pengkategorian
1. Di rumah tangga 2. dibeli 3. diberi
No
Variabel
Penjelasan tentang variabel
Metoda pengukuran
Skala ukur
Pengkategorian
34.
URT/porsi hidangan/makanan
Ukuran yang dipakai rumah tangga untuk menyatakan jumlah hidangan atau bahan makanan
Wawancara
Ordinal
sendok makan (sdm) sendok teh (sdt) centong, potong, biji, buah, piring
35.
Sumber air
Tempat memperoleh air yang digunakan untuk memasak dan minum
Wawancara
Nominal
1.Air kemasan 2.Air isi ulang 3.Air ledeng/PDA 4.Air ledeng eceran/beli 5.Sumur bor/pompa 6.Sumur gali terlindung 7.Mata air tak terlindung 8.Penampungan air Hujan 9.Air danau/sungai/irigasi 10.Tidak tahu
36
Perlakuan pada bahan makanan mentah
Tindakan yang dilakukan terhadap makanan yang dikonsumsi mentah
Wawancara
Nominal
1.Dicuci dan dikupas 2.Dicuci, tidak dikupas 3.Tidak dicuci, dikupas 4.Tidak dicuci dan tidak dikupas 8.Tidak berlaku
37
Cara pengolahan
Bagaimana cara hidangan/makanan tersebut dimasak yang paling berisiko terhadap adanya cemaran.
Wawancara
Nominal
1.Bakar/asap 2.Goreng 3.Panggang/sangan/ sangrai 4.Rebus/Ungkep/presto 5.Tumis 6.Kukus 7.Seduh 9.Tidak diolah
9
No
Variabel
Penjelasan tentang variabel
Metoda pengukuran
Skala ukur
Pengkategorian
38
Status responden terkini
Informasi atau keberadaan responden (KK dan ART) sebagai sampel individu SKMI 2014 pada saat pengumpulan data masih sama atau ada perubahan dibandingkan dengan data yang dikumpulkan dalam Riskesdas 2013.
Wawancara
Nominal
1.Tidak ada perubahan 2.Ada perubahan 3.Meninggal 4.Pindah 5.Lahir 6.ART baru 7.Tidak pernah ada dalam RT (fiktif)
39
Umur
Umur anggota rumah tangga
Wawancara
Nominal
a. < 1 bln isikan hari b. < 5 thn isikan bulan c. ≥ 5 thn isikan tahun
40
Status Pekerjaan
Pekerjaan utama anggota rumah tangga yang berumur diatas 10 tahun
Wawancara
Nominal
1.Tidak bekerja 2.Bekerja 3.Sekolah
41
Persiapan cara memasak makanan/minuman di rumahtangga
Diperoleh keterangan tentang asal, siapa yang memasak, berat bahan makanan, sumber air cara perlakuan dan pengolahan termasuk bahan bakar yang dipergunakan untuk memasak hidangan yang dimasak di rumah tangga
Wawancara
42
Bahan Dasar Alat Masak yang digunakan
Bahan dasar alat masak yang dipakai untuk memasak makanan dan minuman yang dikonsumsi keluarga. Contoh aluminium, gerabah, gelas
Wawancara/ pengamatan
Nominal
1.Aluminium 2.Seng 3.Besi 4.Kaca 5.Tanah/gerabah 6.Plastik 7.Keramik 8.Tembaga 9.Stainless steel 10.Enamel 11.Tidak pakai alat
10
No
Variabel
Penjelasan tentang variabel
Metoda pengukuran
43
Asal hidangan
Asal bahan makanan/minuman tersebut diperoleh sebelum dimasak di rumah tangga
Wawancara
44
Air minum
Jumlah air yang diminum individu selama satu hari (24 jam) kemarin
Wawancara
45
Perlakuan pada bahan mentah
Perlakuan terhadap setiap rincian bahan makanan yang digunakan dalam proses pemasakan hidangan makanan/minuman di rumah tangga
Wawancara
46
Pengolahan/pemasa kan
Cara pengolahan dan pemasakan responden terhadap setiap hidangan yang dimasak di rumah tangga yang dapat menimbulkan cemaran dan rincian bahan makanannya
Skala ukur Nominal
1.Di rumah tangga 2. Dibeli 3. Diberi Mililiter
Nominal
1.Dicuci 2.Dikupas 3.tidak dicuci 4.Tidak dikupas 5.Tidak dicuci & tidak dikupas 7.Tidak berlaku
Nominal
Kukus
47
Rincian bahan makanan
Rincian bahan sesuai resep yang digunakan dalam memasak hidangan makanan/minuman di rumah tangga termasuk bumbu dan air.
Wawancara
Nominal
48
Siapa yang memasak
Orang yang memasak makanan atau minuman dari masing-masing makanan/minuman yang dimasak di rumah tangga
Wawancara
Nominal
49
Merek Pabrik dalam Kemasan
Tulisan atau label yang dibuat oleh pabrik/industri yang berada pada pembungkus atau kemasan makanan jadi/pabrikan yang dikonsumsi responden yang dibuat di rumah tangga
Wawancara dan pengamatan
11
Pengkategorian
1. KK 2. Istri/suami 3. Anak kandung 4. Anak angkat/tiri 5. Menantu 6. Cucu 7. Orangtua/mertua 8. Famili lain 9. Pembantu 10. Lainnya
2.5. Instrumen dan Cara Pengumpulan Data 2.5.1. Instrumen Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut: 1. Daftar Sampel SDT (DS SDT) Daerah Istimewa Yogyakarta (dari Daftar Sampel Rumah Tangga yang sudah tersedia pada saat Riskesdas 2013) 2. Kuesioner RT dan Kuesioner Individu 3. Buku foto makanan 4. Timbangan makanan dan penggaris 5. Peralatan antropometri timbangan berat badan digital
2.5.2. Cara Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan penimbangan berat badan. Wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data : pengenalan tempat, keterangan rumah tangga dan anggota rumah tangga, daftar hidangan, keterangan individu, konsumsi makanan individu (recall 1x24 jam), Daftar makanan yang dikonsumsi 24 jam terakhir, URT/porsi serta sumber air. Wawancara dan penimbangan bahan makanan dilakukan untuk mengumpulkan data : berat rincian hidangan yang dimakan. Wawancara dan pengamatan dilakukan untuk mengambil data : persiapan, bahan dasar alat masak dan cara mengolah makanan dan keadaan biologis pada saat recall. Wawancara dan membeli bahan makanan dilakukan untuk mengambil data : jenis bahan makanan. Penimbangan menggunakan timbangan digital dilakukan untuk mengambil data berat badan dengan ketelitian 0,1 kg.
2.5.3. Wawancara Pengumpulan data di tingkat rumah tangga dan individu dilakukan dengan metode wawancara secara tatap muka. Wawancara dilakukan oleh tenaga pengumpul data yang berlatar belakang pendidikan gizi dan telah mendapat pelatihan sebelum pengumpulan data dilakukan. Wawancara dengan menggunakan instrumen yaitu 2 kuesioner yang berbeda: a. Kuesioner rumah-tangga, terutama ditujukan untuk mendapatkan informasi proses penyediaan makanan yang dikonsumsi keluarga. Mulai dari sumber bahan makanan diperoleh, proses persiapan sebelum pemasakan, cara pengolahan hingga alat masak dan bahan bakar yang digunakan dalam pemasakan. b. Kuesioner individu, terutama ditujukan untuk mendapatkan informasi jenis dan kuantitas (berat) makanan dikonsumsi oleh setiap anggota rumah-tangga. Termasuk minuman, bumbu, suplemen makanan, gula, garam dan minyak individu juga dikumpulkan. Tehnik wawancara Teknik wawancara untuk mengumpulkan data jenis dan kuantitas makanan yang dikonsumsi individu serta proses penyediaan makanan yang dikonsumsi keluarga, digunakan metode Recall 1 x 24 jam. Metode Recall adalah cara pengumpulan data individu dan keluarga yang
12
prinsipnya meminta responden mengingat kembali semua makanan yang dikonsumsi selama 24 jam yang lalu dengan cara probing (penggalian). Teknik metode Recall yang digunakan adalah 5-Step Multiple-Pass Method secara detail diuraikan dalam buku pedoman umum dan buku pedoman pengisian kuesioner. Kunjungan ulangan Recall 1 x 24 jam hanya dipilih secara purposive 3 RT dalam 1 BS, RT yang dipilih yang dapat ditentukan dalam 3 hari pertama pengumpulan data dalam setiap BS. Proses wawancara Persiapan Satu hari sebelum tim turun ke lapangan, ketua tim pengumpul data berkewajiban untuk memeriksa ulang semua rumah tangga di BS sesuai dengan DS-SDT Daerah Istimewa Yogyakarta, sedangkan anggota tim lainnya mempersiapkan instrumen dan peralatan serta kalibrasi alat. Apabila rumah tangga tersebut sudah tidak ada karena berbagai alasan dan tidak mungkin dikunjungi, tidak perlu dicarikan penggantinya. Tim pengumpul data mengunjungi rumah tanggal terpilih untuk membuat janji kapan wawancara untuk pengumpulan data konsumsi dapat dilakukan. Hari Pengumpulan data Wawancara dilakukan sesuai dengan waktu yang telah disepakati antara tenaga pengumpul data dan ART yang akan diwawancarai. Setelah memperkenalkan diri, kemudian menjelaskan naskah penjelasan yang intinya menerangkan maksud dan tujuan survei dilakukan, penggunaan hasil, metoda yang digunakan, risiko yang ditimbulkan, manfaat termasuk kompensasi yang diberikan atau yang akan diterima sebagai pengganti terganggunya waktu responden karena harus diwawancarai, jaminan kerahasiaan, hak mengundurkan diri serta alamat kontak yang dapat dihubungi dan waktu yang dibutuhkan untuk wawancara. Setelah diberikan waktu responden berfikir menerima atau menolak, kemudian ditanyakan kesediaan responden untuk diwawancarai. Responden diminta untuk menandatangani informed consent jika bersedia. Setelah itu apabila responden bersedia untuk diwawancarai, setiap responden diminta untuk menandatangani formulir persetujuan setelah penjelasan (informed consent) Pewawancara melakukan penggalian informasi (probing) makanan dan minuman yang dikonsumsi dan rinci, untuk mendapatkan data yang akurat dan lengkap dengan cara membantu mengingat kembali makanan dan minuman yang dikonsumsi sehari kemarin dengan tidak mengarahkan pertanyaan yang dapat menggiring responden ke suatu jawaban. Wawancara dapat dilakukan secara serempak pada suatu rumah tangga dimana setiap anggota tim bertanya pada masing-masing individu yang hadir secara bersamaan atau dapat dilakukan satu demi satu jika ART tidak hadir secara bersamaan. Mekanisme wawancara dapat disesuaikan dengan kondisi dan situasi yang paling sesuai dilakukan pada rumah tangga tersebut. Seperti telah disebutkan di atas, ada dua kuesioner yang digunakan sebagai alat pengumpulan data, yaitu kuesioner yaitu rumah tangga dan individu. Untuk kuesioner rumah tangga, ART yang diwawancarai adalah ART yang paling mengerti tentang pengolahan makanan yang dilakukan di rumah tangga, biasanya adalah ibu. Untuk kuesioner individu, wawancara dilakukan kepada seluruh ART di dalam rumah tangga tersebut, termasuk bayi dan anak-anak. Untuk bayi, wawancara dilakukan terhadap ibu, sedangkan pada anak-anak berusia < 15 tahun, wawancara dilakukan dengan pendampingan. Akan terdapat ART yang
13
diwawancarai lebih dari sekali,yaitu sebagai responden kuesioner rumah tangga dan sebagai responden kuesioner individu, atau sebagai responden yang mewakili bayi. Keseluruhan proses pengambilan data akan memerlukan waktu selama kurang lebih 45 menit/orang untuk kuesioner individu, dan 45 menit untuk kuesioner rumah tangga, sehingga hal ini cukup menyita waktu responden. Setelah selesai wawancara, teliti lagi apa ada informasi yang kurang lengkap atau terlewatkan. Sebelum meninggalkan rumah responden, sebagai ucapan terima kasih dan pengganti terganggunya waktu responden, maka akan diberikan kompensasi (bahan kontak) berupa uang sebesar Rp. 50.000,00 untuk setiap ART yang diwawancarai untuk kuesioner rumah tangga, dan Rp. 20.000,00 untuk setiap individu yang diwawancara. Partisipasi responden bersifat sukarela tanpa paksaan, dan bila tidak berkenan dapat menolak, dan sewaktu-waktu selama proses pengumpulan data dapat mengundurkan diri tanpa sanksi apapun.
2.5.4. Penimbangan Berat Badan Penimbangan berat badan dilakukan dengan penimbangan berat badan dilakukan pada seluruh anggota rumah tangga menggunakan timbangan berat badan digital dengan tingkat ketelitian 0,1 kg. Rincian cara penimbangan berat badan terdapat di buku pedoman pengisian kuesioner.
2.6. Bahan dan Prosedur Pengumpulan Data Bahan pengumpulan data yaitu berupa instrumen dan peralatan yang telah disebutkan diatas, dilengkapi juga dengan : 1. Daftar Sampel SDT (DS SDT) Daerah Istimewa Yogyakarta (dari Daftar Sampel Rumah Tangga sudah tersedia pada saat Riskesdas 2013) 2. Kuesioner RT dan Kuesioner Individu 3. Buku pedoman umum 4. Buku pedoman kode bahan pangan 5. Buku pedoman pengisian kode hidangan 6. Buku pedoman perkiraan jumlah garam dan penyerapan minyak goreng 7. Buku pedoman konversi berat matang-mentah, berat dapat dimakan (BDD) dan resep makanan siap saji dan jajanan 8. Buku foto makanan 9. Buku pedoman pengisian kuesioner 10. Buku pedoman pengorganisasian dan manajemen 11. Buku pedoman manajeman data 12. Timbangan makanandan penggaris 13. Peralatan antropometri timbangan berat badan digital 14. Peralatan manajemen data: Laptop, CD, flashdisk, program data entri 15. Perlengkapan lapangan enumerator: tas, 14andat, alat tulis, rompi, topi.
14
Rekrutmen Petugas Pelaksanaan Pengumpulan Data yang valid didapatkan dengan cara melakukan proses seleksi tenaga pengumpul data yang mempunyai keahlian khusus dengan latar belakang pendidikan ahli gizi (minimal D3 gizi). Proses seleksi tenaga enumerator bekerjasama dengan Poltekkes dan Perguruan Tinggi dibantu Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta. Persyaratan bagi petugas lapangan adalah sebagai berikut: Laki-laki dan perempuan lulusan D3 Gizi- S1 Gizi Diutamakan yang mempunyai dasar pendidikan D3 Gizi (menyertakan fotokopi ijazah) dan yang sudah berpengalaman melakukan wawancara recall 24 jam (menyertakan fotokopi sertifikat/tanda bukti) Mempunyai kemampuan mengoperasikan aplikasi office dan internet Menyerahkan fotokopi kartu tanda penduduk (KTP) Usia tidak lebih dari 40 tahun Menyertakan surat keterangan berbadan sehat dari dokter Menandatangani kontrak kerja (tidak hamil selama menjalani kontrak kerja) bersedia ditempatkan di lapangan. Satu tim pengumpul data menangani tiga BS, oleh karena Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai 26 BS maka diperlukan sebanyak 13 tim dengan jumlah anggota 4 orang per tim. Proses rekrutmen: Proses rekrutmen di Daerah Istimewa Yogyakarta dilakukan dengan koordinasi antara Korwil I (Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik) dan Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta Peminat/pelamar menyampaikan dokumen persyaratan tersebut diatas ke alamat: Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta untuk menjadi dokumentasi dan bahan dasar seleksi Pelamar yang telah memenuhi semua dokumen persyaratan akan diberitahu dan diseleksi oleh Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam pelatihan tenaga, Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta berkoordinasi dengan Badan Litbang Kesehatan
15
Tenaga enumerator yang telah terpilih dalam proses seleksi diharuskan mengikuti pelatihan selama 10 hari yang meliputi: Latar belakang dan tujuan Studi Diet Total (SDT) Metode SDT Cara wawancara dan mengisi formulir/kuesioner Penimbangan berat Praktek lapangan Cara kerja dan pembagian tugas di lapangan Menyusun jadwal pelaksanaan pengumpulan data Rapat Koordinasi Teknis (Rakornis) dilaksanakan tanggal 5-7 Mei 2014 di Hotel Mutiara Malioboro Yogyakarta diikuti 25 orang yang berasal dari Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, lintas sektor terkait di Daerah Istimewa Yogyakarta, Poltekkes Kementerian Kesehatan Yogyakarta dan Badan Litbang Kesehatan. Training Center (TC) untuk pengumpul data rumah tangga dan individu dilaksanakan tanggal 8-16 Mei 2014 diikuti 65 orang di Hotel Mutiara, Malioboro Yogyakarta. Pelaksanaan Pengumpulan Data Pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 21 Mei sampai dengan 6 Juni 2014. Pengumpulan data yang dilakukan di BS dilakukan oleh tim yang terdiri dari 4 orang yaitu: 1 orang ketua tim sekaligus sebagai koordinator lapangan dan bertanggungjawab untuk melaksanakan data entry 3 orang pewawancara konsumsi makanan (recall 24 jam) sekaligus melakukan penimbangan berat badan Setiap tim bertanggung jawab pada tiga BS yang akan diselesaikan dalam waktu 20 hari hari. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengunjungi RT dan BS yang terpilih. Kegiatan tenaga pengumpul data di RT yang dikunjungi adalah : Melakukan wawancara dengan individu ART dari RT yang ada dalam daftar sampel Daerah Istimewa Yogyakarta. Mengisi kuesioner/formulir wawancara individu sesuai dengan pedoman Melakukan konfirmasi komposit bahan makanan (jenis dan berat) Melakukan penimbangan berat badan individu yang di wawancara Melakukan data entry hasil wawancara Melakukan editing dan cleaning data yang telah di entry Mengirim data yang telah diedit/ dicleaning ke alamat yang telah ditetapkan oleh tim mandat Bertanggung jawab pada barang-barang perlengkapan penelitian Proses seleksi tenaga enumerator bekerjasama dengan Poltekkes, Perguruan Tinggi dan Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta
16
Koordinator Klaster Petugas lapangan lainnya yang dibutuhkan adalah koordinator klaster, yang bertanggung jawab pada tim yang bertugas mengumpulkan data. Setiap koordinator klaster bertanggungjawab pada 2 kabupaten yang berdekatan. Tugas penanggungjawab klaster Mengikuti pelatihan Training of Trainer (TOT) selama 10 hari. Melakukan pelatihan kepada tenaga pengumpul data Melakukan koordinasi dengan tenaga pengumpul data dalam pelaksanaan pengumpulan data di lapangan. Melakukan editing kuesioner yang telah diisi oleh petugas pengumpul data. Syarat-syarat koordinator klaster : Laki-laki atau perempuan Berpendidikan S1/S2/S3 menyertakan fotocopi ijazah Diutamakan yang berlatarbelakang pendidikan jurusan gizi dan atau yang sudah berpengalaman menjadi penanggungjawab teknis kabupaten/kota Mempunyai kemampuan mengoperasikan aplikasi office dan internet Menyerahkan fotocopi KTP Usia tidak lebih dari 55 tahun Menyerahkan persetujuan/ijin atasan Dokumen berkas lamaran diserahkan kepada Kordinator Wilayah (Korwil) yang menjadi penanggungjawab di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Korwil akan berkoordinasi dengan Poltekkes Kementerian Kesehatan Yogyakarta
17
Pelatihan petugas Pelatihan direncanakan secara berjenjang. Pelatihan pertama yaitu melatih para koordinator klaster, yaitu koordinator yang bertanggung langsung kepada tim. Pelatihan dilaksanakan selama 10 hari, dengan materi semua bahan yang diperlukan untuk mengumpulkan data. Metode yang digunakan adalah pemaparan materi, praktek dikelas dan praktek di lapangan. Koordinator klaster yang telah mendapatkan pelatihan (TOT) akan melakukan pelatihan kepada seluruh tim enumerator (TC) diwilayah kordinasinya. Selesai pelatihan tim enumerator langsung melaksanakan pengumpulan data. Pelatihan Pengumpul dan Manajemen Data Pelatihan pengumpul data ditujukan kepada enumerator yang direkrut sebagai pengumpul data dan penimbang berat badan. Dalam pelatihan ini termasuk juga pelatihan ketua tim pengumpul data serta mekanisme kerjasama tim pengumpul data. Tujuan pelatihan pengumpul dan manajemen data di lapangan: 1. Untuk memperoleh keseragaman dalam pemahaman materi kuesioner, pemeriksaan, pengukuran, dan manajemen data. 2. Untuk memperoleh kesepakatan antar anggota tim mengenai pembagian tugas, jadwal dan mekanisme pelaksanaan. 3. Untuk memperoleh kesepakatan tentang mekanisme pengelolaan data di lapangan. 4. Untuk memperoleh kesepakatan tentang mekanisme pengaturan administrasi dan logistik.
Pelaksanaan di lapangan Pengumpulan data Daerah Istimewa Yogyakarta dilakukan oleh enumerator yang terbagi menjadi 13 tim. Masing-masing tim terdiri dari empat orang enumerator yang bertanggung jawab terhadap dua BS. Tiga orang sebagai pengumpul data, satu orang bertanggung jawab untuk data entry. Satu enumerator setiap hari bertanggung jawab mengumpulkan data di satu rumah tangga. Satu BS terdiri dari 25 rumah tangga dan dipilih secara acak 3 rumah tangga yang diwawancara ulang setidaknya satu minggu kemudian. Waktu yang diperlukan selama 8-10 hari. Dibutuhkan 3 orang koordinator klaster, masing-masing koordinator klaster bertanggung jawab terhadap 2 kabupatan/kota atau 4-5 BS. Sebelum tim dilepas untuk mengambil data, perlu dilakukan pengecekan ulang keberadaan RT (pemutakhiran), menyiapkan seluruh kelengkapan yang diperlukan yaitu kuesioner, alat tulis, perlengkapan lapangan, serta peralatan untuk menimbang. Setiap selesai pengumpulan data, tim harus melakukan pengecekan kelengkapan pengisian kuesioner; melakukan „data editing‟, melakukan „data entri‟; mengirimkan data setiap selesai „data entri‟ di setiap BS. Supervisi substansi dan administrasi dilakukan oleh tim Badan Litbangkes dan tim korwil.
2.7. Pengawasan Kualitas Data Untuk menjamin kualitas data yang dikumpulkan dilakukan beberapa kegiatan sebelum pengumpulan data (quality assurance), proses pengumpulan data (quality control) dan manjemen data sebagai berikut: 1. Penyediaan pedoman dan alat bantu wawancara, termasuk buku foto makanan, konversi bahan makanan matang ke mentah, perhitungan serapan minyak dan garam,
18
2. 3. 4.
5.
6.
7. 8.
perhitungan umur, timbangan makanan dan timbangan berat badan, serta pedoman editing dan entry data di lapangan Pelatihan bagi ketua pelaksana propinsi, koordinator klaster, dan petugas pengumpul data (enumerator) dalam teknik wawancara dan penggunaan alat bantu wawancara Koordinator klaster melakukan supervisi/pendampingan dalam proses pengumpulan data yang dilakukan oleh enumerator. Dilakukan editing data setiap hari setelah selesai pengumpulan data oleh enumerator yang dikoordinir oleh ketua tim, agar bila diperlukan konfirmasi ulang maka enumerator masih 19and mengunjungi ulang responden. Sebelum dientry ke 19andate19 data sudah harus melalui proses editing. Dilakukan spot-check (validasi data isian kuesioner) oleh koordinator klaster terhadap 6 RT dalam 1 Tim pengumpul data. Dilakukan pemeriksaan terhadap konsistensi data, data yang tidak masuk akal, dan kelengkapan informasi dalam kuesioner. Setelah data selesai di entry di lapangan untuk setiap BS, harus dikirim ke Mandat Badan Litbangkes untuk segera dilakukan cek receiving dan batching, dan data cleaning agar bila diperlukan konfirmasi dapat segera menghubungi petugas di lapangan. Selain itu entry data juga dikirimkan ke koordinator klaster. Koordinator klaster melakukan supervisi dan pendampingan terhadap pengumpulan data yang dilakukan oleh enumerator. Semua kegiatan koster : supervisi/pendampingan, validasi data isian kuesioner enumerator, mengecek hasil entry dan form kontrol yang dilakukan enumerator dicatat dalam log book yang dikirimkan setiap 5 hari sekali ke Ketua Pelaksana provinsi dan Manajemen Data Pusat untuk dilakukan penggabungan, data cleaning dan pengolahan data.
2.7.1. Analisis Data Hasil wawancara recall makanan pada individu, diperoleh berat masing-masing bahan makanan yang dikonsumsi dalam satuan gram dan ml, kemudian setiap jenis bahan makanan dikelompokkan dalam 17 grup makanan menurut pengelompokkan ASEAN yaitu: 1. Sereal dan hasil olahannya 2. Umbi-umbian dan hasil olahannya 3. Kacang-kacangan, biji 4. Sayuran dan hasil olahannya 5. Buah dan hasil olahannya 6. Daging dan hasil olahannya 7. Jeroan/non daging dan olahannya 8. Ikan, hewan laut lainnya dan hasil olahannya 9. Telur dan hasil olahannya 10. Susu dan hasil olahannya 11. Minyak, lemak dan olahan 12. Gula, sirup, dan konfeksioneri 13. Bumbu dan olahannya 14. Minuman 15. Makanan komposit 16. Air 17. Suplemen
19
Sehubungan terbatasnya data zat gizi pada daftar komposisi bahan makanan, maka hanya 5 jenis zat gizi yang dianalisi yaitu : 1. Energi 2. Protein 3. Lemak 4. Karbohidrat 5. Natrium Hasil analisis oleh tim mandat pusat dikirim ke masing-masing provinsi untuk penyusun laporan
2.8. Ijin penelitian. Izin penelitian diajukan pada Kementerian Dalam Negeri diteruskan sampai Pemerintah Daerah di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota sesuai dengan waktu penelitian. Ijin penelitian untuk Daerah Istimewa Yogyakarta dikeluarkan oleh Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta.
2.9. Pertimbangan etik penelitian Pelaksanaan SDT tahun 2014, telah memperoleh persetujuan etik dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan (KEPK), Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan RI dengan Nomor LB.02.01/5.2/KE.189/2014. Persetujuan etik, naskah penjelasan serta formulir Informed Consent (Persetujuan Setelah Penjelasan) dapat dilihat pada Lampiran.
20
BAB III HASIL 3.1.
Gambaran umum lokasi
Daerah Istimewa Yogyakarta terletak di bagian tengah-selatan Pulau Jawa, secara astronomis terletak pada 7°33‟-8°12‟ Lintang Selatan dan 110°00‟-110°50‟ Bujur Timur, dengan luas 2 2 3.185,80 km atau 0,17 persen dari luas Indonesia (1.890.754 km ) (Sumber: RPJMD). Daerah Istimewa Yogyakarta bagian selatan dibatasi Lautan Indonesia, sedangkan di bagian Timur Laut, Tenggara, Barat dan Barat Laut dibatasi Provinsi Jawa Tengah. Batas-batas wilayah DIY meliputi : a. Sebelah Timur Laut berbatasan dengan Kabupaten Klaten b. Sebelah Tenggara berbatasan dengan Kabupaten Wonogiri c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Purworejo d. Sebelah Barat Laut berbatasan dengan Kabupaten Magelang Secara administratif terdiri dari 1 kota dan 4 kabupaten, 78 kecamatan dan 438 kelurahan/desa, yaitu : 2 a. Kota Yogyakarta (luas 32,50 km , 14 kecamatan, 45 kelurahan); 2 b. Kabupaten Bantul (luas 506,85 km , 17 kecamatan dan 75 desa); 2 c. Kabupaten Kulon Progo (luas 586,27 km , 12 kecamatan dan 88 desa); 2 d. Kabupaten Gunungkidul (luas 1.485,36 km , 18 kecamatan, 144 desa); e. Kabupaten Sleman (luas 574,82 km 2, 17 kecamatan dan 86 desa). Daerah Istimewa Yogyakarta terbagi menjadi daerah dengan ketinggian < 100 m, 100-500 m dan 500–1.000 m (sebagian besar di Kabupaten Bantul), 1.000–2000 m diatas permukaan laut terletak di Kabupaten Sleman. Secara fisiografi Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dikelompokkan menjadi empat satuan wilayah : a) Satuan fisiografi Gunungapi Merapi, mulai dari kerucut gunung hingga bentang lahan vulkanik, meliputi Sleman, Kota Yogyakarta dan sebagian Bantul. Daerah kerucut dan lereng gunung api merupakan daerah hutan lindung sebagai kawasan resapan air daerah bawahan. Wilayah ini memiliki luas kurang lebih 582,81 km2 dengan ketinggian 80 – 2.911 m. b) Satuan Pegunungan Seribu Gunungkidul, merupakan kawasan perbukitan batu gamping dan bentang karst tandus dan kurang air permukaan, di bagian tengah merupakan cekungan Wonosari yang terbentuk menjadi Plato Wonosari. Wilayah pegunungan ini 2 memiliki luas kurang lebih 1.656,25 km dengan ketinggian 150-700 m. c) Satuan Pegunungan di Kulon Progo bagian utara, merupakan bentang lahan struktural denudasional dengan topografi berbukit, kemiringan lereng curam dan potensi air tanah kecil. Luas wilayah ini mencapai kurang lebih 706,25 km 2 dengan ketinggian : 0 – 572 m. d) Satuan Dataran Rendah, merupakan bentang lahan fluvial (hasil proses pengendapan sungai) yang didominasi oleh dataran aluvial, membentang mulai dari Kulon Progo sampai Bantul yang berbatasan dengan Pegunungan Seribu. Wilayah ini memiliki luas 215,62 2 km dengan ketinggian 0 – 80 m. Kondisi fisiografi tersebut membawa pengaruh terhadap persebaran penduduk, ketersediaan sarana prasarana, sosial, ekonomi, serta ketimpangan kemajuan pembangunan. Daerah-daerah yang relatif datar, (dataran faluvial meliputi Sleman, Kota, dan Bantul) adalah wilayah padat penduduk, memiliki intensitas sosial ekonomi tinggi, maju dan berkembang namun juga banyak terjadi pencemaran lingkungan.
21
Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki iklim tropis dengan curah hujan berkisar 0,00 mm – 13,00 mm per hari. Suhu udara rata-rata berkisar antara 21-350 C. Kelembaban udara berkisar antara 30 - 97 persen dan tekanan udara 1.005,3 – 1.017,2 mb dengan arah angin antara 180 – 240 o dan kecepatan angin antara 0 knot sampai 29 knot.
3.2.
Jumlah sampel yang terkumpul (Response rates)
Dari 26 BS terpilih untuk sampel SDT 2014 Daerah Istimewa Yogyakarta, BS yang berhasil ditemukan dan dikunjungi 26 BS (100%) yang tersebar di 5 Kabupaten/Kota. Adapun dari jumlah target rumah tangga sebesar 642 RT terdapat 575 RT yang berhasil dikunjungi (89,6 %). Sedangkan untuk jumlah target ART 2053 orang terdapat 1805 orang yang berhasil diwawancarai (87,9%).
Tabel 0.1 Distribusi BS, RT dan ART yang berhasil dikunjungi (response rate) berdasarkan Kabupaten/Kota, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 Kabupaten/ Kota Kulon Progo Bantul Gunung Kidul Sleman Kota Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta
Target 4 5 6 6 5
BS Kunj 1
26
4 5 6 6 5
Kunj 2 4 5 6 6 5
Target 100 124 150 143 125
RUTA Kunj 1 98 115 147 115 100
26
26
642
575
Kunj 2 12 15 18 18 15 78
Target 372 411 481 421 368
ART Kunj 1 341 355 467 358 284
Kunj 2 41 38 45 37 29
2053
1805
190
ART yang berhasil dikunjungi (response rate) berdasarkan jenis kelamin Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dilihat pada Tabel 3.2
Tabel 0.2 Distribusi ART yang Distribusi berhasil dikunjungi (response rate) berdasarkan Jenis Kelamin, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 Jumlah
Jenis kelamin
N
Laki-laki Perempuan Daerah Istimewa Yogyakarta
persen 836 858 1.694
49,3 50,7 100,0
Distribusi ART yang berhasil dikunjungi (response rate) berdasarkan jenis kelompok umur Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dilihat pada Tabel 3.3
Tabel 0.3 Distribusi ART yang berhasil dikunjungi (response rate) berdasarkan umur dan Jenis Kelamin, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 Jumlah
Kelompok Umur
N
0 – 59 bulan 5 – 12 tahun 13 – 18 tahun 19 – 55 tahun > 55 tahun Daerah Istimewa Yogyakarta
persen 79 167 162 877 409 1.694
22
4,7 9,9 9,6 51,8 24,1 100,0
Tabel 3.4 Distribusi ART yang dapat dikunjungi (response rate) menurut karakteristik, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 Karakterisitik Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Kelompok umur 0 – 59 bln 5 – 12 thn 13 – 18 th 19 – 55 thn >55 thn Kuintil indeks kepemilikan Terbawah Menengah bawah Menengah Menengah atas Teratas
Jumlah (N= 1694 ) N % 836 858
49.3 50.7
79 167 162 877 409
4.7 9.9 9.6 51.8 24.1
226
13.4
340
20.1
319
18.8
335
19.8
474
28.0
3.3. Bahan makanan yang dikonsumsi individu menurut jenis makanan dan kelompok makanan (food group)
23
Tabel 0.5 Rerata Konsumsi Kelompok Serealia dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 Jenis Serealia dan Olahan (g) Kelompok Umur 0 – 59 5 - 12 13 –18 19 –55 > 55 Semua umur 160
bln thn thn thn thn
Beras Rerata 56,8 130,9 176,5 155,0 126,5 143,2
Olahan Beras
SD 49,4 69,7 109,2 97,8 73,8 92,7
Rerata 8,0 5,9 9,4 8,6 8,7 8,4
SD 19,5 21,0 29,6 27,4 29,1 27,2
Terigu Rerata 6,4 10,6 17,4 16,1 13,4 14,6
Olahan Terigu
SD 13,1 19,8 32,8 23,6 22,1 23,7
Rerata
SD
19.4 28.5 18.8 9.3 9.4
12.6
25.4 50.4 54.7 24.9 26.0 33.0
Mie Rerata 32,9 45,7 77,6 39,0 12,8 36,7
SD 60,8 85,2 125,9 82,2 43,5 81,6
Jagung dan Olahan Rerata SD 2,0 7,1 2,9 13,2 2,2 9,9 3,7 16,4 2,5 15,1 3,1 14,9
Lainnya Rerata 0,9 2,3 0,3 0,2 0,0 0,4
SD 4,3 8,0 2,2 2,4 0,7 3,3
Total Rerata 126 227 302 232 173 219
143,2
140 120 100 80
60 36,7
40 20
8,4
14,6
11,9
3,1
0,4
0 Beras
olahan beras
terigu
olahan terigu
mie
jagung lainnya dan olahannya
Gambar 0.1 Rerata Konsumsi Kelompok Serealia dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
24
SD 80.4 107.5 151.8 124.1 95.5 124.3
Rerata penduduk mengonsumsi bahan makanan kelompok serealia dan hasil olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah beras yaitu 143,2 gram per hari. Penduduk mengonsumsi serealia dan hasil olahannya kedua terbanyak adalah mie dengan rerata 36,7 gram per hari, diikuti terigu 14,6 gram perhari. Berdasarkan kelompok umur, rata-rata penduduk mengonsumsi beras tertinggi pada kelompok umur 13-18 tahun yaitu sebesar 176,5 gram per hari. Rerata penduduk mengonsumsi mie tertinggi pada kelompok umur usia 13-18 tahun yaitu sebesar 77,6 gram. Rerata penduduk mengonsumsi tertinggi terigu pada kelompok umur 13-18 tahun yaitu sebesar 9,4 gram per hari. Rerata konsumsi olahan terigu tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun yaitu sebesar 28,5 gram per hari. Jagung dan olahannya paling banyak dikonsumsi oleh penduduk umur 19-55 tahun sebesar 3,7 gram gram per hari.
Tabel 0.6 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Serealia dan Olahan Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 Jenis Serealia dan Olahan Kelompok Umur 0 – 59 bln 5 - 12 thn 13 –18 thn 19 –55 thn > 55 thn Semua umur
Beras 84,8 98,8 98,1 97,8 99,3 97,7
Olahan Beras 20,3 14,4 21,6 22,5 20,0 20,9
Terigu
Olahan Terigu 49.4 50.3 24.7 20.5 19.6 25.0
27,8 40,7 51,2 54,8 48,7 50,4
Mie 32,9 35,3 42,0 30,3 12,2 27,7
Jagung dan Olahan 10,1 9,0 6,8 13,8 9,3 11,4
Lainnya 3,8 9,6 2,5 0,8 0,2 1,8
Proporsi penduduk yang mengkonsumsi bahan makanan kelompok serealia dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah beras yaitu 97,7 persen, diikuti terigu 50,5 persen dan mie 27,7 persen. Berdasarkan kelompok umur proporsi penduduk mengonsumsi beras tertinggi pada kelompok umur > 55 tahun yaitu sebesar 99,3 persen dan terendah kelompok umur 0 – 59 bulan sebesar 84,8 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi terigu tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun sebesar 54,8 persen dan terendah 0-50 bulan sebesar 27,8 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi mie tertinggi pada kelompok umur 13-18 tahun sebesar 42,0, terendah kelompok umur > 55 tahun sebesar 12,2 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi olahan beras tertinggi pada kelompuk umur 19-55 tahun sebesar 22,5 persen dan terendah umur 5-12 tahun sebesar 14,4 persen.
25
Tabel 0.7 Rerata Konsumsi Kelompok Umbi dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 Jenis Umbi dan olahan (g) Kelompok Umur 0 – 59 bln 5 - 12 thn 13 –18 thn 19 –55 thn > 55 thn Semua umur
Singkong dan Olahan Rerata SD 4,7 19,2 8,0 22,3 9,7 43,5 18,2 65,4 32,1 90,6 19,1 67,2
Ubi jalar Rerata 0,1 2,7 0,0 4,1 4,2 3,4
SD 1,9 23,5 0,0 26,2 28,5 24,6
Kentang dan Olahan Rerata SD 7,9 28,3 9,3 53,3 8,8 29,0 10,4 44,0 5,8 23,2 8,9 39,1
Sagu dan Olahan Rerata SD 0,2 2,2 0,4 4,1 0,7 8,7 0,2 1,7 0,1 1,1 0,2 3,3
Umbi lainnya Rerata 0,0 0,1 0,0 0,8 1,7 0,8
Total
SD Rerata 0,0 13,0 1,8 20,4 0,0 19,3 11,7 33,7 15,1 43,8 11,2 32,5
SD 33,4 61,1 52,8 85,6 97,1 82,6
Gambar 0.2 Rerata Konsumsi Kelompok Umbi dan Olahan per orang per hari (gram)Menurut Kelompok Umur,
Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Rerata penduduk mengonsumsi bahan makanan kelompok umbi dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah singkong dan olahan yaitu 19,1 gram per hari, kentang dan olahan 8,9 gram per hari dan ubi jalar 3,4 gram perhari. Berdasarkan kelompok umur, rata-rata penduduk mengonsumsi singkong dan olahan tertinggi pada kelompok umur > 55 tahun tahun yaitu sebesar 32,1 gram per hari dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 4,7 gram per hari. Rata-rata penduduk mengonsumsi kentang dan olahan tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun sebesar 10,4 gram perhari dan terendah kelompok umur > 55 tahun sebesar 5,8 gram per hari. Rata-rata penduduk mengonsumsi tertinggi ubi jalar pada kelompok umur > 55 tahun tahun yaitu sebesar 4,2 gram per hari dan terendah kelompok umur 13-18 tahun sebesar 0,0 gram per hari.
26
Tabel 0.8 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Umbi dan Olahan Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 Jenis Umbi dan olahan Kelompok Umur 0 – 59 bln 5 - 12 thn 13 –18 thn 19 –55 thn > 55 thn Semua umur
Singkong dan Olahan 16,5 24,0 25,9 29,4 35,7 29,5
Ubi jalar 0,0 2,4 0,0 3,2 2,9 2,6
Kentang dan Olahan 17,7 14,4 16,7 13,9 12,5 14,0
Sagu dan Olahan 2,5 1,8 2,5 1,8 1,2 1,8
Umbi lainnya 0,0 0,6 0,0 1,3 1,5 1,1
Proporsi penduduk yang mengkonsumsi bahan makanan kelompok umbi dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah singkong dan olahan yaitu 29,5 persen diikuti kentang dan olahannya sebesar 14,0 persen serta ubi jalar sebesar 2,6 persen. Berdasarkan kelompok umur proporsi penduduk mengkonsumsi umbi dan olahan tertinggi pada kelompok umur > 55 tahun yaitu sebesar 35,7 persen dan terendah kelompok umur 0–59 bulan sebesar 16,5 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi kentang dan olahan tertinggi pada kelompuk umur 0-59 bulan sebesar 17,7 persen dan terendah kelompok umur > 55 tahun sebesar 12,5 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi ubi jalar tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun sebesar 3,2 persen dan terendah pada kelompok umur 13-18 tahun sebesar 0,0 persen.
27
Tabel 0.9 Rerata Konsumsi Kelompok Kacang-Kacangan dan Olahan per orang perhari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 Jenis Kacang kacangan dan olahan (g) Kelompok Umur 0 – 59 bln 5 - 12 thn 13 –18 thn 19 –55 thn > 55 thn Semua umur
Kacang Tanah Kacang Kedelai dan Olahan dan Olahan Rerata SD Rerata SD 0,4 1,8 23,2 45,8 6,3 17,0 44,9 61,2 4,6 15,7 56,6 59,0 5,0 13,5 74,9 80,0 4,8 15,7 93,7 93,9 4,8 14,4 72,3 81,0
Biji-bijian dan Olahan Rerata SD 0,06 0,35 0,05 0,48 0,03 0,49 0,56 5,21 0,62 6,58 0,45 4,96
Kacang lainnya dan Olahan Rerata SD 0,6 1,9 1,7 8,0 1,1 6,2 1,2 6,9 1,9 7,6 1,4 7,0
Total Rerata 24,2 53,0 62,3 81,6 101,0 79,0
SD 46,0 67,4 62,6 81,0 95,6 82,9
Gambar 0.3 Rerata Konsumsi Kelompok Kacang-Kacangan dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut
Kelompok Umur,Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 Rerata penduduk mengonsumsi bahan makanan kelompok kacang-kacangan dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah kacang kedelai dan olahan yaitu sebesar 72,3 gram per hari, kacang tanah dan olahan sebesar 4,8 gram per hari serta kacang lainnya dan olahan sebesar 1,4 gram perhari. Berdasarkan kelompok umur, rata-rata penduduk mengonsumsi kacang kedelai dan olahan tertinggi pada kelompok umur > 55 tahun tahun yaitu sebesar 93,7 gram per hari dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 23,2 gram per hari. Rata-rata penduduk mengonsumsi kacang tanah dan olahan tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun sebesar 5,0 gram perhari dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 0,4 gram per hari. Rata-rata penduduk mengonsumsi kacang lainnya dan olahan pada kelompok umur > 55 tahun tahun yaitu sebesar 1,9 gram per hari dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 0,6 gram per hari.
28
Tabel 0.10 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Kacang-Kacangan dan Olahan Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 Jenis Kacang kacangan dan olahan Kelompok Umur 0 – 59 bln 5 - 12 thn 13 –18 thn 19 –55 thn > 55 thn Semua umur
Kacang Tanah dan Olahan 6,3 22,8 18,5 19,3 15,4 18,0
Kacang Kedelai dan Olahan 40,5 61,7 66,7 74,0 80,2 72,0
Biji-bijian dan Olahan 3,8 1,8 0,6 2,3 1,5 1,9
Kacang lainnya dan Olahan 10,1 9,6 4,9 7,6 12,2 8,8
Proporsi penduduk mengkonsumsi bahan makanan kelompok kacang-kacangan dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah kacang kedelai dan olahan sebesar 72,0 persen diikuti kacang tanah dan olahan sebesar 18,0 persen dan kacang lainnya dan olahan sebesar 8,8 persen. Berdasarkan kelompok umur proporsi penduduk mengonsumsi kacang kedelai dan olahan tertinggi pada kelompok umur > 55 tahun yaitu sebesar 80,2 persen dan terendah kelompok umur 0 – 59 bulan sebesar 40,5 persen. Proporsi mengonsumsi kacang tanah dan olahan tertinggi pada kelompuk umur 5-12 tahun sebesar 22,8 persen dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 6,3 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi kacang lainnya dan olahan tertinggi pada kelompok umur > 55 tahun sebesar 12,2 persen dan terendah pada kelompok umur 13-18 tahun sebesar 4,9 persen.
29
Tabel 0.11 Rerata Konsumsi Kelompok Sayuran dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 Jenis Sayuran dan olahan (g) Kelompok Umur 0 – 59 bln 5 – 12 thn 13 –18 thn 19 –55 thn > 55 thn Semua umur
Sayuran Daun
Sayuran Buah/ Sayuran Akar
Sayuran Polong
Sayuran lainnya
Rerata
Rerata
Rerata
Rerata
25,0 44,9 52,0 73,6 69,7 65,5
SD
29,4 58,2 49,3 67,7 63,6 64,2
0,00 0,30 0,58 0,24 0,02 0,21
SD
0,00 1,83 4,94 2,47 0,23 2,42
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
SD
0,00 0,00 0,00 0,18 0,00 0,13
0,00 0,00 0,00 0,36 0,01 0,19
SD
0,00 0,00 0,00 3,74 0,22 2,70
Total Rerata
25,0 45,2 52,6 74,2 69,7 65,9
SD
29,4 58,1 49,9 69,6 63,6 65,3
Gambar 0.4 Rerata Konsumsi Kelompok Sayuran dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok
Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Rerata penduduk mengonsumsi bahan makanan kelompok sayuran dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah sayuran daun yaitu sebesar 65,5 gram per hari, diikuti sayuran buah dan akar sebesar 0,21 gram per hari serta sayuran lainya sebesar 0,19 gram per hari. Berdasarkan kelompok umur, rata-rata penduduk mengonsumsi sayuran daun tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun yaitu sebesar 73,6 gram per hari dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 25,0 gram per hari. Rata-rata penduduk mengonsumsi sayuran buah/sayuran akar tertinggi pada kelompok umur 13-18 tahun sebesar 0,58 gram perhari dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 0,0 gram per hari. Rata-rata penduduk mengonsumsi sayuran lainnya tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun yaitu sebesar 0,36 gram per hari.
30
Tabel 0.12 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Sayur dan Olahan Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 Jenis Sayuran dan olahan Kelompok Umur 0 – 59 bln 5 – 12 thn 13 – 18 thn 19 – 55 thn > 55 thn Semua umur
Sayuran Daun 64,6 67,1 85,8 89,4 86,6 85,0
Sayuran Buah/ Sayuran Akar 0,0 3,6 1,2 1,1 0,5 1,2
Sayuran Polong
Sayuran lainnya 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
0,0 0,0 0,0 1,5 0,5 0,9
Proporsi penduduk yang mengkonsumsi bahan makanan kelompok sayuran dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah sayuran daun sebesar 85,0 persen diikuti sayuran buah/sayuran akar 1,2 persen dan sayuran lainnya 0,9 persen. Berdasarkan kelompok umur proporsi penduduk mengonsumsi sayuran daun tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun yaitu sebesar 89,4 persen dan terendah kelompok umur 0 – 59 bulan sebesar 64,6 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi sayuran buah/sayuran akar tertinggi pada kelompuk umur 5-12 tahun sebesar 3,6 persen dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 0,0 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi sayuran lainnya tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun sebesar 1,5 persen.
31
Tabel 0.13 Rerata Konsumsi Kelompok Buah- Buahan dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 Jenis Buah buahan dan olahan (g) Kelompok Umur 0 – 59 bln 5 – 12 thn 13 – 18 thn 19 – 55 thn > 55 thn Semua umur
Pisang Rerata 2,7 4,9 13,0 19,7 34,2 20,3
SD 12,3 17,2 36,3 49,1 87,0 57,7
Jeruk Rerata 13,8 3,6 5,5 6,7 6,3 6,5
Mangga SD 36,0 16,1 13,3 22,9 32,3 25,1
Rerata 0,0 0,3 0,8 1,1 0,0 0,7
SD 0,0 3,7 5,5 11,8 0,0 8,7
Pepaya Rerata 5,2 1,6 1,5 5,2 7,1 4,9
SD 23,9 17,0 7,7 28,0 37,6 28,5
Semangka Rerata 2,5 3,0 2,1 5,4 1,5 3,8
SD 14,3 16,5 11,7 34,4 15,9 26,9
Buah lainnya Rerata 9,5 17,2 22,4 17,4 4,1 14,3
SD 32,9 59,1 56,4 56,0 32,8 51,1
Buah Olahan Rerata 0,00 0,00 0,01 0,00 0,00 0,00
SD 0,00 0,00 0,43 0,00 0,00 0,13
Total Rerata 33,7 30,6 45,5 55,5 53,1 50,5
SD 57,8 68,4 71,8 102,8 113,2 98,6
Gambar 0.5 Rerata Konsumsi Kelompok Buah-buahan dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur,Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
32
Rata-rata penduduk mengonsumsi bahan makanan kelompok buah-buahan dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah pisang yaitu sebesar 20,3 gram per hari, diikuti buah lainnya sebesar 14,3 gram per hari serta jeruk sebesar 6,5 gram perhari. Berdasarkan kelompok umur, rata-rata penduduk mengonsumsi pisang tertinggi pada kelompok umur > 55 tahun yaitu sebesar 34,2 gram per hari dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 2,7 gram per hari. Rata-rata penduduk mengonsumsi buah lainnya tertinggi pada kelompok umur 1318 tahun sebesar 22,4 gram perhari dan terendah kelompok umur > 55 tahun sebesar 4,1 gram per hari. Rata-rata penduduk mengonsumsi jeruk tertinggi pada kelompok umur 0-59 bulan yaitu sebesar 13,8 gram per hari.
Tabel 0.14 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Buah-buahan dan Olahan Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 Jenis Buah buahan dan olahan Kelompok Umur 0 – 59 bln 5 – 12 thn 13 – 18 thn 19 – 55 thn > 55 thn Semua umur
Pisang
Jeruk
Mangga
Pepaya
Semangka
Buah lainnya
5,1 10,8 15,4 21,7 26,4 20,4
13,9 10,2 20,4 14,7 6,8 12,9
0,0 1,2 3,1 1,9 0,0 1,4
5,1 1,8 4,3 5,5 5,6 5,0
3,8 3,0 3,7 5,5 1,2 4,0
11,4 13,8 19,1 14,3 3,7 12,0
Buah Olahan 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
Proporsi penduduk yang mengkonsumsi bahan makanan kelompok buah-buahan dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah pisang sebesar 20,4 persen diikuti jeruk 12,9 persen dan buah lainnya 12,0 persen. Berdasarkan kelompok umur proporsi penduduk mengonsumsi pisang tertinggi pada kelompok umur >55 tahun yaitu sebesar 26,4 persen dan terendah kelompok umur 0 – 59 bulan sebesar 5,1 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi jeruk tertinggi pada kelompok umur 13-18 tahun sebesar 20,4 persen dan terendah kelompok umur >55 tahun sebesar 6,8 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi buah lainnya tertinggi pada kelompok umur 13-18 tahun sebesar 19,1 persen dan terendah pada kelompok umur >55 tahun sebesar 3,7 persen.
33
Tabel 0.15 Rerata Konsumsi Kelompok Daging dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 Jenis Daging dan olahan (g) Kelompok Umur
Daging Unggas Rerata
0 – 59 bln 5 – 12 thn 13 – 18 thn 19 – 55 thn > 55 thn Semua umur
22,6 53,4 63,1 46,9 24,3 42,5
SD 61,0 81,8 109,5 77,7 60,9 78,4
Daging Sapi, Kerbau Rerata SD 4,1 4,7 13,9 8,6 6,3 7,9
24,2 24,0 68,9 36,2 27,7 37,4
Daging Kambing, domba Rerata SD 1,1 5,0 3,7 2,4 1,7 2,6
9,1 27,0 17,9 17,3 12,8 17,3
Olahan Daging Unggas Rerata SD 11,6 5,9 5,1 1,2 0,2 2,3
40,7 20,6 24,8 8,9 2,1 15,0
Olahan Daging sapi,Kerbau Rerata SD 2,0 7,9 7,5 5,2 0,9 4,5
10,6 19,3 16,9 17,1 9,5 15,7
Daging Babi dan Olahan Rerata SD 0,0 0,0 0,0 0,3 0,0 0,2
0,0 0,0 0,0 11,4 0,0 8,2
Daging Lainnya Rerata SD 0,0 0,1 0,0 0,0 0,0 0,0
0,0 1,1 0,0 0,0 0,0 0,4
Total Rerata 41,4 76,9 93,2 64,6 33,4 59,9
SD 76,4 95,7 128,1 90,1 69,1 91,7
Gambar 0.6 Rerata Konsumsi Kelompok Daging dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
34
Rerata penduduk mengonsumsi bahan makanan kelompok daging dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah daging unggas yaitu sebesar 42,5 gram per hari, diikuti daging sapi, kerbau sebesar 7,9 gram per hari serta olahan daging sapi kerbau sebesar 4,5 gram perhari. Berdasarkan kelompok umur, rata-rata penduduk mengonsumsi daging unggas tertinggi pada kelompok umur 13-18 tahun yaitu sebesar 63,1 gram per hari dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 22,6 gram per hari. Rata-rata penduduk mengonsumsi daging sapi kerbau tertinggi pada kelompok umur 13-18 tahun sebesar 13,9 gram perhari dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 4,1 gram per hari. Rata-rata penduduk mengonsumsi olahan daging sapi kerbau tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun yaitu sebesar 7,9 gram per hari dan terendah pada kelompok umur > 55 tahun sebesar 0,9 gram per hari.
Tabel 0.16 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Daging dan Olahan Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 Jenis Daging dan Olahan Kelompok Umur 0 – 59 bln 5 – 12 thn 13 – 18 thn 19 – 55 thn > 55 thn Semua umur
Daging Unggas 29,1 39,5 47,5 40,8 24,7 36,9
Daging Sapi, Kerbau 5,1 4,2 4,9 9,4 7,6 7,8
Daging Kambing, domba 1,3 4,2 4,3 2,5 2,0 2,7
Olahan Daging Unggas 15,2 13,2 6,8 2,9 1,5 4,5
Olahan Daging sapi,Kerbau 5,1 19,8 22,2 14,5 2,4 12,4
Daging Babi dan Olahan 0,0 0,0 0,0 0,1 0,0 0,1
Daging Lainnya 0,0 0,6 0,0 0,0 0,0 0,1
Proporsi penduduk yang mengkonsumsi bahan makanan kelompok daging dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah daging unggas sebesar 36,9 persen diikuti olahan daging sapi kerbau 12,4 persen dan daging sapi kerbau 7,8 persen. Berdasarkan kelompok umur proporsi penduduk mengonsumsi daging unggas tertinggi pada kelompok umur 13-18 tahun yaitu sebesar 47,5 persen dan terendah kelompok umur > 55 tahun sebesar 24,7 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi olahan daging sapi kerbau tertinggi pada kelompok umur 13-18 tahun sebesar 22,2 persen dan terendah kelompok umur > 55 tahun sebesar 2,4 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi daging sapi kerbau tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun sebesar 9,4 persen dan terendah pada kelompok umur 5-12 tahun sebesar 4,2 persen.
35
Tabel 0.17 Rerata Konsumsi Kelompok Jeroan dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakart 2014 Jenis Jeroan dan olahan (g) Kelompok Umur 0 – 59 bln 5 – 12 thn 13 – 18 thn 19 – 55 thn > 55 thn Semua umur
Jeroan hewan berkaki Jeroan Unggas empat Rerata SD Rerata SD 0,0 0,0 2,6 12,8 0,0 0,0 2,4 12,5 1,4 9,2 2,2 9,6 0,1 2,6 1,8 12,3 1,1 10,2 0,3 5,0 0,5 6,1 1,6 10,8
Lainnya Rerata 0,1 1,0 0,4 1,3 0,6 1,0
Total SD 1,9 4,4 3,4 10,0 4,4 7,7
Rerata 2,7 3,4 3,9 3,2 2,0 3,0
SD 13,0 14,7 13,4 16,1 12,1 14,7
Gambar 0.7 Rerata Konsumsi Kelompok Jeroan dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur,
Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 Rerata penduduk mengonsumsi bahan makanan kelompok jeroan dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah jeroan unggas yaitu sebesar 1,6 gram per hari, diikuti jeroan lainnya sebesar 1,0 gram per hari dan jeroan hewan berkaki empat sebesar 0,5 gram perhari. Berdasarkan kelompok umur, rata-rata penduduk mengonsumsi jeroan unggas tertinggi pada kelompok umur 0-59 bulan yaitu sebesar 2,6 gram per hari dan terendah kelompok umur >55 tahun sebesar 0,3 gram per hari. Rata-rata penduduk mengonsumsi jeroan laiinya tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun sebesar 1,3 gram perhari dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 0,1 gram per hari. Rata-rata penduduk mengonsumsi jeroan hewan berkaki empat tertinggi pada kelompok umur 13-18 tahun yaitu sebesar 1,4 gram per hari dan terendah pada kelompok umur 0-12 tahun sebesar 0,0 gram per hari.
36
Tabel 0.18 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Jeroan dan Olahan Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 Jenis Jeroan dan Olahan Kelompok Umur 0 – 59 bln 5 – 12 thn 13 – 18 thn 19 – 55 thn > 55 thn Semua umur
Jeroan hewan berkaki empat 0,0 0,0 2,5 0,2 1,2 0,6
Jeroan Unggas 3,8 4,2 6,2 3,2 0,5 3,0
Lainnya 0,0 5,4 1,2 4,3 4,4 4,0
Proporsi penduduk yang mengkonsumsi bahan makanan kelompok jeroan dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah jeroan lainnya sebesar 4,0 persen diikuti jeroan unggas 3,0 persen dan jeroan hewan berkaki empat 0,6 persen. Berdasarkan kelompok umur proporsi penduduk mengonsumsi jeroan lainnya tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun yaitu sebesar 5,4 persen dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 0,0 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi jeroan unggas tertinggi pada kelompok umur 13-18 tahun sebesar 6,2 persen dan terendah kelompok umur > 55 tahun sebesar 0,5 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi jeroan hewan berkaki empat tertinggi pada kelompok umur 13-18 tahun sebesar 2,5 persen dan terendah pada kelompok umur 0-12 tahun sebesar 0,0 persen.
37
Tabel 0.19 Rerata Konsumsi Kelompok Ikan dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 Jenis Ikan dan Olahan (g) Kelompok Umur
0 – 59 5 – 12 13 – 18 19 – 55 > 55 Semua umur
bln thn thn thn thn
Ikan Laut
Olahan Ikan
Ikan Air Tawar
Udang, Kepiting dan Olahan
Rerata 1,3 6,2 13,3 10,4 8,3
SD 8,3 37,1 66,4 42,8 40,0
Rerata 0,5 2,5 3,4 2,6 2,4
SD 5,0 10,8 22,8 18,3 12,6
Rerata 15,0 32,1 12,0 16,1 9,4
SD 63,6 96,5 58,3 71,6 57,9
Rerata 0,0 2,7 2,1 0,9 0,5
SD 0,0 17,2 20,6 7,8 5,1
9,3
43,5
2,5
16,6
15,6
70,1
1,1
10,4
Cumi, Kerang, Keong dan Olahan Rerata SD 0,0 0,0 1,1 7,2 1,3 7,7 0,4 5,1 0,4 5,2 0,6
5,5
Hewan Air lainnya
Total
Rerata 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
SD 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
Rerata 16,8 44,7 32,1 30,4 20,9
SD 63,9 110,3 94,9 83,8 70,5
0,0
0,0
29,1
84,4
Gambar 0.8 Rerata Konsumsi Kelompok Ikan dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur,
Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Rerata penduduk mengonsumsi bahan makanan kelompok ikan dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah ikan air tawar yaitu sebesar 15,6 gram per hari, diikuti ikan laut sebesar 9,3 gram per hari dan olahan ikan sebesar 2,5 gram per hari. Berdasarkan kelompok umur, rata-rata penduduk mengonsumsi ikan air tawar tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun yaitu sebesar 32,1 gram per hari dan terendah kelompok umur > 55 tahun sebesar 9,4 gram per hari. Rata-rata penduduk mengonsumsi ikan laut tertinggi pada kelompok umur 13-18 tahun sebesar 13,3 gram per hari dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 1,3 gram per hari. Rata-rata penduduk mengonsumsi olahan ikan tertinggi pada kelompok umur 13-18 tahun yaitu sebesar 3,4 gram per hari dan terendah pada kelompok umur 0-59 bulan sebesar 1,3 gram per hari.
38
Tabel 0.20 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Ikan dan Olahan Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 Jenis Ikan dan Olahan Kelompok Umur 0 – 59 bln 5 – 12 thn 13 – 18 thn 19 – 55 thn > 55 thn Semua umur
Ikan Laut 2,5 4,2 7,4 8,6 5,1 6,9
Olahan Ikan 1,3 10,2 5,6 5,9 6,8 6,3
Ikan Air Tawar 5,1 11,4 6,2 7,1 4,2 6,6
Udang, Kepiting dan Olahan 0,0 3,0 3,7 4,7 3,7 4,0
Cumi, Kerang, Keong dan Olahan 0,0 2,4 3,1 0,9 0,5 1,1
Hewan Air lainnya 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok ikan dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah ikan laut sebesar 6,9 persen diikuti ikan air tawar 6,6 persen dan olahan ikan sebesar 6,3 persen. Berdasarkan kelompok umur proporsi penduduk mengonsumsi ikan laut tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun yaitu sebesar 8,6 persen dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 2,5 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi ikan air tawar tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun sebesar 11,4 persen dan terendah kelompok umur > 55 tahun sebesar 4,2 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi olahan ikan tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun sebesar 10,2 persen dan terendah pada kelompok umur 0-59 bulan sebesar 1,3 persen.
39
Tabel 0.21 Rerata Konsumsi Kelompok Telur dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 Jenis Telur dan Olahan (g) Kelompok Umur 0 – 59 5 – 12 13 – 18 19 – 55 > 55 Semua umur
bln thn thn thn thn
Telur Ayam
Telur Bebek
Olahan Telur
Telur Lainnya
Total
Rerata 32,99 33,13 24,55 27,25 16,32
SD 37,55 38,09 30,15 37,32 29,84
Rerata 0,00 0,56 0,63 0,43 0,00
SD 0,00 5,68 5,52 5,33 0,02
Rerata 0,00 0,10 0,21 0,46 0,40
SD 0,00 1,64 2,98 5,49 4,94
Rerata 1,22 0,84 0,75 0,41 0,06
SD 6,31 4,38 5,63 3,59 1,35
Rerata 34,21 34,63 26,14 28,55 16,78
SD 36,99 38,23 31,15 38,16 30,94
25,20
35,49
0,34
4,56
0,36
4,75
0,44
3,73
26,34
36,29
Gambar 0.9 Rerata Konsumsi Kelompok Telur dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 Rerata penduduk mengonsumsi bahan makanan kelompok telur dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah telur ayam yaitu sebesar 25,20 gram per hari, diikuti olahan telur sebesar 0,36 gram per hari dan telur bebek sebesar 0,34 gram perhari. Berdasarkan kelompok umur, rata-rata penduduk mengonsumsi telur ayam tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun yaitu sebesar 33,13 gram per hari dan terendah kelompok umur >55 tahun sebesar 16,32 gram per hari. Rata-rata penduduk mengonsumsi olahan telur tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun sebesar 0,46 gram perhari dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 0,0 gram per hari. Rata-rata penduduk mengonsumsi telur bebek tertinggi pada kelompok umur 13-18 tahun yaitu sebesar 0,63 gram per hari dan terendah pada kelompok umur 0-59 bulan sebesar 0,0 gram per hari.
40
Tabel 0.22 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Telur dan Olahan Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 Jenis Telur dan Olahan Kelompok Umur 0 – 59 5 – 12 13 – 18 19 – 55 > 55 Semua umur
Telur Ayam
bln thn thn thn thn
Telur Bebek
Olahan telur
Telur Lainnya
60,8 58,7 53,7 55,4 37,7
0,0 1,2 1,2 1,5 0,0
0,0 0,6 0,6 0,7 0,7
3,8 3,6 1,9 1,7 0,2
51,5
1,0
0,6
1,7
Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok telur dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah telur ayam sebesar 51,5 persen diikuti telur bebek sebesar 1,0 persen dan olahan telur sebesar 0,6 persen. Berdasarkan kelompok umur proporsi penduduk mengonsumsi telur ayam tertinggi pada kelompok umur 0-59 bulan yaitu sebesar 60,8 persen dan terendah kelompok umur > 55 tahun sebesar 37,7 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi telur bebek tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun sebesar 1,5 persen dan terendah kelompok umur 0-59 bulan dan > 55 tahun sebesar 0,0 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi olahan telur tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun dan > 55 tahun sebesar 0,7 persen dan terendah pada kelompok umur 0-59 bulan sebesar 0,0 persen.
Bahan makanan kelompok susu dan olahan Bahan makanan kelompok susu dan olahan menurut kelompok umur dibagi menjadi 6 kelompok yaitu : 1) susu kental manis, 2) susu bubuk 3) susu cair, 4) susu formula balita, 5) susu formula khusus, 6) susu olahan. Informasi secara lengkap bahan makanan kelompok susu dan olahan dapat dilihat pada Tabel 3.22 dan Tabel 3.23.
Tabel 0.23 Rerata Konsumsi Kelompok Susu dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 Jenis susu dan olahannya Kelompok umur
0 – 59 5 – 12 13 – 18 19 – 55 > 55 Semua umur
bln thn thn thn thn
Susu kental manis
Susu bubuk
Rerata
Rerata
SD
SD
Susu formula balita Rerata
SD
Susu formula khusus
Olahan susu
Susu cair
Rerata
SD
Rerata
23,3 6,8 4,2 3,2 2,3
48,9 16,9 11,8 11,3 9,3
2,1 5,4 2,4 0,8 0,5
9,6 18,9 8,5 10,1 3,0
41,5 4,0 0,2 0,0 0,2
54,4 19,2 2,2 0,9 2,6
0,0 0,0 0,0 0,6 0,9
0,0 0,0 0,0 6,3 5,6
7,0 5,5 3,2 2,0 0,1
25,1 20,1 14,0 12,9 0,8
Rerata 95,1 21,6 10,4 5,9 3,0
SD 95,3 35,3 21,2 20,3 9,5
Rerata 16,7 21,1 8,0 2,3 0,9
SD 59,1 70,7 55,4 21,5 8,9
4,4
16,1
1,4
10,1
2,4
15,9
0,5
5,3
2,2
13,3
11,4
34,5
5,0
35,2
41
SD
Total
Gambar 0.10 Rerata Konsumsi Kelompok Susu dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur,
Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Rerata penduduk mengonsumsi bahan makanan kelompok susu dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah susu cair yaitu sebesar 5,0 gram per hari, diikuti susu kental manis sebesar 4,4 gram per hari dan susu formula balita sebesar 2,4 gram per hari. Berdasarkan kelompok umur, rata-rata penduduk mengonsumsi susu cair tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun yaitu sebesar 21,1 gram per hari dan terendah kelompok umur > 55 tahun sebesar 0,9 gram per hari. Rerata penduduk mengonsumsi susu kental manis tertinggi pada kelompok umur 0-59 bulan sebesar 23,3 gram per hari dan terendah kelompok umur > 55 tahun sebesar 2,3 gram per hari. Rerata penduduk mengonsumsi susu formula balita tertinggi pada kelompok umur 0-59 bulan yaitu sebesar 41,5 gram per hari dan terendah pada kelompok umur 5-12 tahun sebesar 4,0 gram per hari.
Tabel 0.24 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Susu dan Olahan Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 Jenis Susu dan Olahan Kelompok Umur 0 – 59 bln 5 – 12 thn 13 – 18 thn 19 – 55 thn > 55 thn Semua umur
Susu Kental manis 25,3 19,8 14,8 11,3 7,8 12,3
Susu Bubuk 10,1 16,2 9,9 5,6 6,8 7,6
Susu Cair 10,1 10,2 3,1 3,2 2,7 4,1
Susu Formula Balita 46,8 4,8 1,2 0,1 1,5 3,2
Susu Formula Khusus 0,0 0,0 0,0 1,4 3,4 1,5
Olahan Susu 11,4 13,8 6,2 3,8 0,7 4,6
Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok susu dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah susu kental manis sebesar 12,3 persen diikuti susu bubuk sebesar 7,6 persen dan susu cair sebesar 4,1 persen. Berdasarkan kelompok umur proporsi
42
penduduk mengonsumsi susu kental manis tertinggi pada kelompok umur 0-59 bulan yaitu sebesar 25,3 persen dan terendah kelompok umur > 55 tahun sebesar 7,8 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi susu bubuk tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun sebesar 16,2 persen dan terendah kelompok umur 19-55 sebesar 5,6 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi olahan susu tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun sebesar 13,8 persen dan terendah pada kelompok umur > 55 tahun sebesar 0,7 persen.
Tabel 0.25 Rerata Konsumsi Kelompok Minyak, Lemak dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 Minyak, Lemak dan Olahan (g) Kelompok Umur 0 – 59 bln 5 – 12 thn 13 – 18 thn 19 – 55 thn > 55 thn Semua umur
Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Kelapa Rerata SD 10,6 10,0 16,5 13,1 20,6 14,0 23,7 16,4 18,6 15,2 20,8 15,7
Kelapa dan Olahan
Minyak Lainnya, lemak dan Olahan
Rerata 19,3 25,1 13,1 28,2 38,3 28,5
Rerata 0,7 1,1 1,0 0,9 1,0 0,9
SD 45,2 52,7 28,6 50,6 57,5 51,1
SD 2,8 3,0 6,1 3,3 3,5 3,7
Total Rerata 30,6 42,8 34,7 52,8 57,9 50,3
SD 47,6 54,9 33,4 54,4 58,2 54,0
Gambar 0.11 Rerata Konsumsi Kelompok Minyak, Lemak dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut
Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
43
Rerata penduduk mengonsumsi bahan makanan kelompok minyak, lemak dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah minyak kelapa dan olahan yaitu sebesar 28,5 gram per hari, diikuti minyak kelapa sawit dan minyak kelapa sebesar 20,8 gram per hari dan minyak lainnya, lemak dan olahan sebesar 0,9 gram per hari. Berdasarkan kelompok umur, rerata penduduk mengonsumsi kelapa dan olahan tertinggi pada kelompok umur > 55 tahun yaitu sebesar 38,3 gram per hari dan terendah kelompok umur 13-18 tahun sebesar 13,1 gram per hari. Rata-rata penduduk mengonsumsi minyak kelapa sawit dan minyak kelapa tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun sebesar 23,7 gram per hari dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 10,6 gram per hari. Rata-rata penduduk mengonsumsi minyak lainnya, lemak dan olahan tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun yaitu sebesar 1,1 gram per hari dan terendah pada kelompok umur 0-59 bulan sebesar 0,7 gram perhari.
Tabel 0.46 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Minyak, Lemak dan Olahan Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 Minyak, Lemak dan Olahan Kelompok Umur 0 – 59 bln 5 – 12 thn 13 – 18 thn 19 – 55 thn > 55 thn Semua umur
Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Kelapa 81,0 93,4 98,8 96,8 91,0 94,5
Kelapa dan Olahan 26,6 38,3 27,8 50,2 61,6 48,5
Minyak Lainnya, lemak dan Olahan 10,1 16,2 10,5 13,9 14,4 13,8
Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok minyak, lemak dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah minyak kelapa sawit dan minyak kelapa sebesar 94,5 persen diikuti kelapa dan olahan sebesar 48,5 persen dan minyak lainnya, lemak dan olahan sebesar 13,8 persen. Berdasarkan kelompok umur proporsi penduduk mengonsumsi minyak kelapa sawit dan minyak kelapa tertinggi pada kelompok umur 13-18 tahun yaitu sebesar 98,8 persen dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 81,0 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi kelapa dan olahan tertinggi pada kelompok umur > 55 tahun sebesar 61,6 persen dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 26,6 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi olahan minyak lainnya, lemak dan olahan tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun sebesar 16,2 persen dan terendah pada kelompok umur 0-59 bulan sebesar 10,1 persen.
44
Tabel 0.57 Rerata Konsumsi Kelompok Gula dan Konfeksionari per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 Gula dan Konfeksionari (g) Kelompok Umur
0 – 59 bln 5 – 12 thn 13 – 18 thn 19 – 55 thn > 55 thn Semua umur
Gula Rerat a 12,55 21,85 21,19 31,59 32,48 28,96
Permen SD
17,37 23,32 18,55 27,05 27,90 26,39
Rera ta 1,13 1,45 0,69 0,05 0,04 0,30
SD 3,32 3,59 2,72 0,67 0,44 1,73
Sirup Rera ta 0,00 0,76 0,86 0,47 0,06 0,42
Coklat SD
0,00 4,33 4,75 3,42 0,88 3,21
Rera ta 0,29 1,95 1,30 0,39 0,27 0,60
SD
Lainnya (madu,Selai agaragar, jely) Rerata SD
2,02 8,09 5,08 2,64 1,79 3,71
4,50 7,18 2,13 0,33 0,17 1,34
15,12 31,51 10,92 4,39 1,56 11,60
Total Rerata 18,48 33,18 26,17 32,84 33,02 31,61
SD 22,11 39,75 23,31 28,46 28,21 29,19
Gambar 0.12 Rerata Konsumsi Kelompok Gula dan Konfeksionari per orang per hari (gram) Menurut Kelompok
Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 Rerata penduduk mengonsumsi bahan makanan kelompok gula dan konfeksionari di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah gula yaitu sebesar 28,96 gram per hari, diikuti lainnya (madu, selai agar-agar, jely) sebesar 1,34 gram per hari dan coklat sebesar 0,60 gram per hari. Berdasarkan kelompok umur, rerata penduduk mengonsumsi gula tertinggi pada kelompok umur > 55 tahun yaitu sebesar 32,48 gram per hari dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 12,55 gram per hari. Rata-rata penduduk mengonsumsi lainnya (madu, selai agar-agar, jely) tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun sebesar 7,18 gram per hari dan terendah kelompok umur > 55 tahun sebesar 0,17 gram per hari. Rata-rata penduduk mengonsumsi coklat tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun yaitu sebesar 1,9 gram per hari dan terendah pada kelompok umur > 55 tahun sebesar 0,27 gram per hari.
45
Tabel 0.28 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Gula dan Konfeksionari Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 Gula dan Konfeksionari Kelompok Umur
Gula
0 – 59 bln 5 – 12 thn 13 – 18 thn 19 – 55 thn > 55 thn Semua umur
Permen
68,4 85,6 92,6 94,4 94,9 92,3
Sirup
13,9 19,2 8,0 0,8 0,7 3,9
Coklat 0,0 4,8 3,1 2,5 0,5 2,2
2,5 10,2 9,9 3,6 2,4 4,5
Lainnya (madu,Selai agaragar, jely) 11,4 12,0 6,2 3,4 2,4 4,7
Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok gula dan konfeksionari di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah gula sebesar 92,3 persen diikuti lainnya (madu, selai agar-agar, jely) sebesar 4,7 persen dan coklat sebesar 4,5 persen. Berdasarkan kelompok umur proporsi penduduk mengonsumsi gula tertinggi pada kelompok umur > 55 tahun yaitu sebesar 94,9 persen dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 68,4 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi lainnya (madu, selai agar-agar, jely) tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun sebesar 12,0 persen dan terendah kelompok umur > 55 tahun sebesar 2,4 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi coklat tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun sebesar 10,2 persen dan terendah pada kelompok umur > 55 tahun sebesar 2,4 persen.
Tabel 0.29 Rerata Konsumsi Kelompok Bumbu per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 Jenis Bumbu (g) Kelompok Umur 0 – 59 5 – 12 13 – 18 19 – 55 > 55 Semua umur
bln thn thn thn thn
Garam Rerata 1,43 2,89 3,57 3,90 4,11
SD 1,35 2,58 4,47 3,47 3,71
3,70
3,54
Vetsin/ MSG/ Bumbu Instan Mecin Rerata SD Rerata SD 0,12 0,44 0,37 1,09 0,25 0,52 0,98 3,23 0,32 0,72 1,35 4,00 0,42 2,64 1,27 8,53 0,38 0,88 0,39 1,42 0,37
1,97
0,99
Bumbu Kering Rerata SD 0,20 0,63 0,82 3,30 0,69 1,33 0,81 2,40 0,63 1,40
6,39
0,73
46
2,18
Bumbu Basah Rerata 4,86 12,67 14,99 14,88 16,33
SD 7,56 15,04 14,06 17,19 19,53
14,55
17,14
Bahan Tambahan Rerata SD 0,00 0,07 0,00 0,02 0,01 0,05 0,02 0,54 0,00 0,07 0,01
0,39
Total Rerata 6,99 17,61 20,93 21,30 21,85
SD 8,86 17,24 16,20 21,86 21,88
20,37
20,75
Gambar 0.13 Rerata Konsumsi Kelompok Bumbu per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur Daerah
Istimewa Yogyakarta 2014
Rerata penduduk mengonsumsi bahan makanan kelompok bumbu di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah bumbu basah yaitu sebesar 14,56 gram per hari, diikuti garam sebesar 3,70 gram per hari dan bumbu instan sebesar 0,99 gram perhari. Berdasarkan kelompok umur, rata-rata penduduk mengonsumsi bumbu basah tertinggi pada kelompok umur > 55 tahun yaitu sebesar 16,33 gram per hari dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 4,86 gram per hari. Rerata penduduk mengonsumsi garam, tertinggi pada kelompok umur > 55 tahun sebesar 4,11 gram per hari dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 1,43 gram per hari. Rerata penduduk mengonsumsi bumbu instan tertinggi pada kelompok umur 13-18 tahun yaitu sebesar 1,35 gram per hari dan terendah pada kelompok umur 0-59 bulan sebesar 0,37 gram per hari.
47
Tabel 0.30 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Bumbu Menurut Kelompok Umur Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 Jenis Bumbu Kelompok Umur 0 – 59 bln 5 – 12 thn 13 – 18 thn 19 – 55 thn > 55 thn Semua umur
Garam 88,6 97,6 100,0 99,5 99,8 98,9
Vetsin/ MSG/ Mecin 17,7 29,9 34,0 29,0 33,3 30,0
Bumbu Instan 20,3 22,2 32,1 26,0 15,9 23,5
Bumbu Kering 24,1 28,1 39,5 35,0 30,6 33,2
Bumbu Basah 59,5 80,2 84,6 79,2 80,4 79,2
Bahan Tambahan 0,0 0,6 1,9 0,9 0,7 0,9
Proporsi penduduk yang mengonsumsi bumbu di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah garam sebesar 98,9 persen diikuti bumbu basah sebesar 79,2 persen dan bumbu kering sebesar 33,2 persen. Berdasarkan kelompok umur proporsi penduduk mengonsumsi garam tertinggi pada kelompok umur 13-18 tahun yaitu sebesar 100 persen dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 88,6 persen. Proporsi penduduk penduduk mengonsumsi bumbu basah tertinggi pada kelompok umur 13-18 tahun yaitu sebesar 84,6 persen dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 59,5 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi bumbu kering tertinggi pada kelompok umur 13-18 tahun sebesar 39,5 persen dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 24,1 persen.
48
Tabel 0.31 Rerata Konsumsi Kelompok Minuman per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 Jenis Minuman Serbuk (g) Kelompok Umur 0 – 59 bln 5 – 12 thn 13 – 18 thn 19 – 55 thn > 55 thn Semua umur
Teh Instan / Daun Kering
Kopi Bubuk
Minuman Serbuk
Jenis Minuman cairan (ml) Minuman Kemasan Cairan
Total
Minuman Berkarbonasi
Rerata 0.6 7.0 1.3 3.4 4.9
SD 1.3 35.4 2.0 10.8 5.7
Rerata 0.00 0.57 1.90 4.95 1.82
SD 0.0 4.5 6.5 12.3 5.8
Rerata 0.6 3.6 2.1 1.0 0.3
SD 3.7 9.4 6.8 8.1 2.5
Rerata 1.2 11.2 5.4 9.4 6.9
SD 3.8 37.2 9.6 18.0 8.1
Rerata 25.2 32.2 20.6 16.5 2.3
SD 96.4 109.4 80.0 87.8 32.9
Rerata 0.2 6.3 0.7 6.4 0.2
3.8
13.9
3.24
9.8
1.2
7.1
8.2
18.3
15.4
80.9
4.1
SD
Minuman Beralkohol
Minuman Lainnya
Total
1.5 59.7 13.4 49.2 3.7
Rerata 0.00 0.13 0.00 0.02 0.00
SD 0.00 2.22 0.00 0.63 0.00
Rerata 0.03 3.74 2.58 3.43 0.01
SD 0.25 14.82 23.20 28.70 0.11
Rerata 25.4 42.4 23.9 26.3 2.5
SD 96.3 126.2 83.6 104.0 33.1
40.4
0.02
0.83
2.39
22.39
21.9
93.1
Gambar 0.14 Rerata Konsumsi Kelompok Minuman per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
49
Rerata konsumsi kelompok minuman jenis minuman serbuk, tertinggi adalah teh instan/ daun kering (3.8 g) dan terendah adalah minuman serbuk (1.2 g). Konsumsi minuman teh instan/ daun kering tertinggi pada kelompok usia 5-12 tahun (7 g) dan terendah pada kelompok usia 0-59 bulan (0.6 g). Konsumsi kopi bubuk tertinggi pada kelompok usia 19-55 tahun (4.95 g) dan terendah pada kelompok usia 5-12 tahun (0.57 g). Sedangkan pada minuman serbuk, konsumsi tertinggi pada kelompok usia 5-12 tahun (3.6 g) dan terendah pada kelompok usia > 55 tahun (0.3 g). Konsumsi jenis minuman cair pada semua kelompok usia, tertinggi adalah konsumsi minuman kemasan cair (15.4 ml), terendah adalah minuman beralkohol (0.02 ml). Konsumsi minuman berkarbonasi tertinggi pada kelompok usia 19-55 tahun (6.4 ml) dan terendah pada kelompok usia 0-58 bulan dan > 55 tahun (0.2 ml). Konsumsi minuman beralkohol hanya pada kelompok usia 5-12 tahun (0.13 ml) dan kelompok usia 19-55 tahun (0.02 ml). Konsumsi tertinggi minuman lainnya pada kelompok usia 5-12 tahun (3.74 ml) dan terendah pada kelompok usia > 55 tahun (0.01 ml). Proporsi penduduk yang mengonsumsi minuman menurut kelompok umur di Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dilihat pada Tabel 3.32.
Tabel 0.32 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Minuman Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Kelompok Umur 0 – 59 5 – 12 13 – 18 19 – 55 > 55
bln thn thn thn thn
Semua umur
Jenis Minuman Serbuk Teh Instan / Kopi Minuman Daun Bubuk Serbuk Kering
Jenis Minuman cairan Minuman Kemasan Cairan
Minuman Berkarbonasi
Minuman Beralkohol
Minuman Lainnya
26.6
0.0
29.1
10.1
2.5
0.0
1.3
42.5
3.0
54.5
12.6
1.2
0.6
9.6
50.0
8.6
57.4
8.6
1.9
0.0
4.3
72.1
22.7
79.8
7.6
3.4
0.1
3.5
81.7
12.5
85.3
1.5
0.7
0.0
0.7
67.2
15.9
74.1
6.8
2.4
0.1
3.4
Tabel 3.32 menunjukkan proporsi penduduk yang mengonsumsi minuman menurut kelompok umur. Proporsi tertinggi penduduk mengonsumsi jenis minuman serbuk adalah minuman serbuk (74.1%) dan terendah adalah jenis minuman kopi bubuk (15.9%). Proporsi tertinggi penduduk mengonsumsi teh instan pada kelompok usia > 55 tahun (81.7%) dan terendah pada kelompok usia 0-59 bulan (26.6%). Proporsi tertinggi penduduk mengonsumsi kopi bubuk pada kelompok usia 19-55 tahun (22.7%), dan terendah mengonsumsi kopi bubuk pada kelompok usia 5-12 tahun (3%), sedangkan penduduk kelompok usia 0-59 bulan tidak mengonsumsi kopi bubuk. Proporsi tertinggi penduduk mengonsumsi jenis minuman cairan adalah minuman kemasan cairan (6.8%), disusul minuman berkarbonasi (2.4%), sedangkan terendah adalah minuman beralkohol (0.1%). Proporsi tertinggi penduduk mengonsumsi minuman kemasan cairan pada kelompok usia 5-12 tahun (12.6%), terendah pada kelompok usia >55 tahun (1.5%). Proporsi tertinggi penduduk mengonsumsi minuman berkarbonasi adalah pada kelompok usia 0-59 bulan (2.5%) dan terendah pada kelompok usia > 55 tahun (0.7%). Penduduk yang mengonsumsi minuman beralkohol hanya pada 2 kelompok usia yaitu 5-12 tahun dan 19-55 tahun. Proporsi penduduk mengonsumsi minuman beralkohol pada kelompok usia 5-12 tahun (0.6%) lebih tinggi dibanding usia 19-55 tahun (0.1%).
50
Tabel 0.33 Rerata Konsumsi Kelompok Makanan Komposit per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 Jenis Makanan Komposit (g) Kelompok Umur 0 – 59 bln 5 – 12 thn 13 – 18 thn 19 – 55 thn > 55 thn Semua umur
Ayam goreng Rerata 2.3 0.0 2.4 0.2 0.0 0.4
SD 13.7 0.2 16.3 7.2 0.0 7.8
Pizza Rerata 0.0 0.0 3.8 0.8 0.0 0.8
SD 0.00 0.00 27.48 13.04 0.00 12.69
Burger Rerata 0.00 0.00 0.00 0.04 0.00 0.02
SD 0.00 0.00 0.00 1.96 0.00 1.41
Kentang Goreng Rerata 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
SD 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
Total Rerata 2.3 0.0 6.2 1.1 0.0 1.3
SD 13.7 0.2 31.7 15.0 0.0 15.0
Gambar 0.15 Rerata Konsumsi Kelompok Makanan Komposit per orang per hari (gram) Menurut Kelompok
Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 Rerata tertinggi konsumsi makanan komposit pada semua kelompok usia adalah pizza (0.8 g), disusul ayam goreng (0.4 g) dan terendah adalah burger (0.02 g). Sedangkan kentang goreng tidak ada yang mengonsumsi. Konsumsi pizza hanya pada kelompok usia 13-55 tahun. Konsumsi ayam goreng tertinggi pada kelompok usia 13-18 tahun (2.4 g), terendah pada kelompok usia 19-55 tahun (0.2 g), sedangkan pada kelompok usia 5-12 tahun dan > 55 tahun tidak mengonsumsi ayam goreng. Konsumsi burger hanya pada kelompok usia 19-55 tahun (0.04 g).
51
Proporsi penduduk yang mengonsumsi makanan komposit menurut kelompok umur di Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dilihat pada Tabel 3.34.
Tabel 0.34 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Makanan KompositMenurut Kelompok Umur Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 Jenis Makanan Komposit Kelompok Umur
Ayam goreng
Pizza
Burger
Kentang Goreng
2.5 0.0 1.9 0.1 0.0 0.4
0.0 0.0 1.9 0.3 0.0 0.4
0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
0 – 59 bln 5 – 12 thn 13 – 18 thn 19 – 55 thn > 55 thn Semua umur
Penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan survey ini hanya mengonsumsi ayam goreng dan pizza, masing-masing sebanyak 0.4 persen. Proporsi tertinggi penduduk yang makan ayam goreng adalah pada kelompok usia 0-59 bulan (2.5%), dan terendah pada kelompok usia 19-55 tahun (0.1%), kelompok usia 5-12 tahun dan > 55 tahun tidak mengonsumsi ayam goreng. Penduduk yang mengonsumsi pizza hanya pada kelompok usia 13-18 tahun (1.9%) dan kelompok usia 19-55 tahun (0.3%).
Tabel 0.35 Rerata Konsumsi Kelompok Air per orang per hari (ml) Menurut Kelompok Umur Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 Sumber Air (ml)
Kelompok Umur
Air Minum
Rerata
0 – 59 bln 5 – 12 thn 13 – 18 thn 19 – 55 thn > 55 thn Semua umur
729.7 1.076.7 1.239.5 1.330.6 1.282.7 1.257.3
SD
402.5 748.3 650.4 782.9 708.1 748.2
Air Minum Kemasan Bermerek
Rerata 87.9 204.8 141.5 248.6 94.9 189.4
SD
Minuman cair kemasan pabrikan (jus cair, kopi cair, teh cair, minuman berkarbonasi, berenergi, isotonik, beralkohol dan minuman lain) Rerata
250.5 510.3 352.9 517.9 356.7 463.0
52
SD 25.4 38.7 21.4 23.0 2.5 19.6
96.3 123.0 80.9 100.8 33.1 90.4
Total
Rerata 843.0 1.320.2 1.402.5 1.602.1 1.380.1 1.466.2
SD 433.5 703.5 623.5 750.6 731.3 739.3
Gambar 0.16 Rerata Konsumsi Kelompok Air per orang per hari (ml), Menurut Kelompok Umur Daerah Istimewa
Yogyakarta 2014 Rerata tertinggi konsumsi air minum pada kelompok uisa 19-55 tahun (1.330,6 ml), terendah pada kelompok usia 0-59 bulan (729,7 ml). rerata tertinggi konsumsi air minum kemasan bermerek adalah pada kelompok usia 19-55 tahun (248,6 ml), terendah pada kelompok usia 0-59 bulan (87.9 ml). Rerata tertinggi konsumsi minuman cair kemasan pabrikan adalah pada kelompok usia 5-12 tahun (38.7 ml) dan terendah pada kelompok usia > 55 tahun (2.5 ml). Proporsi penduduk yang mengonsumsi air menurut kelompok umur di Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dilihat pada Tabel 3.36
Tabel 0.36 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Air Menurut Kelompok UmurDaerah Istimewa Yogyakarta 2014 Sumber Air Kelompok Umur
0 – 59 bln 5 – 12 thn 13 – 18 thn 19 – 55 thn > 55 thn Semua umur
Air Minum
Air Minum Kemasan Bermerek
Minuman cair kemasan pabrikan (jus cair, kopi cair, teh cair, ,minuman berkarbonasi, berenergi, isotonik, beralkohol dan minuman lain)
92.4 98.2 98.8 97.8 97.8 97.7
13.9 21.6 20.4 27.5 11.0 21.6
12.7 13.8 11.1 11.2 2.0 9.3
53
Proporsi tertinggi penduduk yang mengonsumsi air minum berdasarkan sumber air adalah mengonsumsi air minum (97.7%) dan terendah mengonsumsi minuman cair kemasan pabrikan (9.3%). Proporsi tertinggi penduduk mengonsumsi air minum adalah pada kelompok usia 13-18 tahun (98.8%), dan terendah pada kelompok usia 0-59 bulan (92.4%). Proporsi tertinggi penduduk mengonsumsi air minuman kemasan bermerek adalah pada kelompok usia 19-55 tahun (27.5%), dan terendah pada kelompok usia > 55 tahun (11.0%). Proporsi tertinggi penduduk mengonsumsi minuman cair kemasan pabrikan adalah pada kelompok usia 5-12 tahun (13.8%) dan terendah pada kelompok usia > 55 tahun (2.0%).
Tabel 0.37 Rerata Konsumsi Kelompok Suplemen dan Jamu per orang per hari (mg) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 Suplemen Kelompok Umur
0 – 59 5 – 12 13 – 18 19 – 55 > 55 Semua umur
Multi Vitamin (mg)
bln thn thn thn thn
Rerat a 3.30 0.03 0.00 0.05 0.47 0.30
Jamu
Non Multi Vitamin (mg)
Minuman Suplemen (ml) Rerata
31.70 0.30 0.04 0.60 6.90
Rerat a 0.00 0.00 0.00 0.04 0.00
7.60
0.02
SD
SD
SD
Total
0.0 0.0 0.0 0.5 0.00
0.00 0.00 0.00 0.60 0.50
0.00 0.00 0.00 11.0 15.01
Rerat a 3.3 0.03 0.00 0.7 0.9
0.3
0.40
10.8
0.7
Jamu Tradisional (ml)
Jamu Pabrikan (mg) Rerata
31.65 0.26 0.04 11.02 16.49
Rerat a 0.00 0.00 0.00 0.62 0.91
13.23
0.54
SD
SD
SD
Total
0.00 0.03 0.03 12.74 8.64
0.02 0.04 0.06 0.01 0.00
0.08 0.42 0.92 0.20 0.00
Rerat a 0.02 0.04 0.06 0.63 0.91
10.10
0.02
0.34
0.56
Gambar 0.17 Rerata Konsumsi Kelompok Suplemen dan Jamu per orang per hari (mg) Menurut Kelompok
Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
54
SD 0.08 0.43 0.92 12.74 8.64 10.11
Rerata konsumsi suplemen tertinggi pada semua kelompok usia adalah minuman suplemen (0.4 ml) disusul multivitamin (0.3 mg) dan terendah non multivitamin (0.02 mg). Rerata konsumsi jamu tradisional (0.54 ml) lebih tinggi dibanding konsumsi jamu pabrikan (0.02 mg) pada semua kelompok usia. Konsumsi jamu tradisional hanya pada kelompok usia 19-55 tahun (0.62 ml) dan > 55 tahun (0.91 ml), sedangkan pada usia 0-59 bulan dan 5-18 tahun tidak mengonsumsi jamu tradisional. Rerata konsumsi jamu pabrikan tertinggi adalah pada kelompok usia 13-18 tahun (0.06 mg) dan terendah pada kelompok usia 19-55 tahun (0.01 mg). Proporsi penduduk yang mengonsumsi suplemen dan jamu menurut kelompok umur di Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dilihat pada Tabel 3.38.
Tabel 0.38 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Suplemen dan Jamu Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 Suplemen Kelompok Umur 0 – 59 bln 5 – 12 thn 13 – 18 thn 19 – 55 thn > 55 thn Semua umur
Jamu
Multi Vitamin
Non Multi Vitamin
Minuman Suplemen
Jamu Tradisional
Jamu Pabrikan
2.5 1.8 0.0 0.9 1.0 1.0
0.0 0.0 0.0 0.9 0.2 0.5
0.0 0.0 0.0 0.3 0.0 0.2
0.0 0.6 0.6 0.8 1.7 0.9
3.8 0.6 0.6 0.6 0.0 0.6
Proporsi tertinggi penduduk yang mengonsumsi suplemen adalah mengonsumsi suplemen multivitamin (1%), disusul suplemen non multivitamin (0.2%), dan terendah minuman suplemen (0.2%). Proporsi penduduk mengonsumsi jamu tradisional (0.9%) lebih tinggi dibanding jamu pabrikan (0.6%). Proporsi tertinggi penduduk mengonusmsi multivitamin pada kelompok usia 059 bulan (2.5%) dan terendah pada kelompok usia 19-55 tahun (0.9%). Penduduk yang mengonsumsi suplemen non multi vitamin hanya pada kelompok usia 19-55 tahun dengan proporsi sebesar (0.9%) dan pada kelompok usia > 55 tahun (0.2%). Penduduk yang mengonsumsi minuman suplemen hanya pada kelompok usia 19-55 tahun dengan proporsi sebesar 0.3 persen. Proporsi tertinggi penduduk yang mengonsumsi jamu tradisional adalah pada kelompok usia > 55 tahun (1.7%) dan terendah pada kelompok usia 0-59 bulan (0.6%). Proporsi tertinggi penduduk yang mengonsumsi jamu pabrikan adalah pada kelompok usia 0-59 bulan (3.8%) dan sedangkan proporsi kelompok usia 5-55 tahun mengonsumsi jamu pabrikan sebesar (0.6%).
55
Tabel 0.39 Rerata Konsumsi Serealia, Umbi/Pati, Kacang, Sayur, Buah, Daging dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 Bahan Makanan (g) Kelompok Umur 0 – 59 bln 5 – 12 thn 13 – 18 thn 19 – 55 thn > 55 thn Semua umur
Serealia dan Olahan Rerata SD
Umbi/pati dan Olahan Rerata SD
Kacang dan Olahan Rerata SD
Sayur dan Olahan Rerata SD
Buah dan Olahan Rerata SD
Daging dan Olahan Rerata SD
245.3 340.2 417.0 350.8 294.4
78.8 102.1 150.2 122.1 93.6
13.0 20.4 19.3 33.7 43.8
33.4 61.1 52.8 85.6 97.1
0.4 6.3 4.6 5.0 4.8
1.8 17.0 15.7 13.5 15.7
25.0 45.2 52.6 74.2 69.7
29.4 58.1 49.9 69.6 63.6
33.7 30.6 45.5 55.5 53.1
57.8 68.4 71.8 102.8 113.2
41.4 76.9 93.2 64.6 33.4
76.4 95.7 128.1 90.1 69.1
337.6
121.7
32.5
82.6
4.8
14.4
65.9
65.3
50.5
98.6
59.9
91.7
Rerata tertinggi pada semua kelompok usia adalah serealia dan olahan (337.6 g), disusul sayur dan olahan (65.9 g), daging dan olahan (59.9 g), buah dan olahan (50.5 g), umbi/pati dan olahan (32.5 g), dan terendah kacang dan olahan (4.8 g). Rerata tertinggi konsumsi serealia dan olahan, adalah pada kelompok usia 13-18 tahun (417 g), dan terendah pada kelompok usia 0-59 bulan (245.3 g). Rerata tertinggi konsumsi sayur dan olahan adalah pada kelompok usia 19-55 tahun (74.2 g) dan terendah pada kelompok usia 0-59 bulan (25 g). rerata tertinggi konsumsi daging dan olahan adalah pada kelompok usia 13-18 tahun (93.2 g) dan terendah pada kelompok usia > 55 tahun (33.4 g). rerata tertinggi konsumsi buah dan olahan adalah pada kelompok usia 19-55 tahun (55.5 g) dan terendah pada kelompok usia 5-12 tahun (30.6 g). rerata tertinggi konsumsi umbi/pati dan olahan adalah pada kelompok usia > 55 tahun (43.8 g) dan terendah pada kelompok usia 0-59 bulan (13 g). Rerata tertinggi konsumsi kacang dan olahan adalah pada kelompk usia 5-12 tahun (6.3 g) dan terendah pada kelompok usia 0-59 bulan (0.4 g).
56
Tabel 0.40. Rerata Konsumsi Jeroan, Ikan, Telur, Susu, Minyak, olahannya, Gula dan konfeksionari per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 Bahan makanan (g) Kelompok umur
Jeroan dan olahannya Rerata
0 – 59 5 – 12 13 – 18 19 – 55 > 55 Semua umur
bln thn thn thn thn
SD
Ikan dan olahannya Rerata
SD
Susu bubuk dan olahannya Rerata SD
Telur dan olahannya Rerata
SD
Susu cair Rerata
SD
Minyak dan olahannya
Gula dan konfeksionari
Rerata
Rerata
SD
SD
2.7 3.4 3.9 3.2 2.0
13.0 14.7 13.4 16.1 12.1
16.8 44.7 32.1 30.4 20.9
63.9 110.3 94.9 83.8 70.5
34.2 34.6 26.1 28.5 16.8
37.0 38.2 31.1 38.2 30.9
95,1 21,6 10,4 5,9 3,0
95,3 35,3 21,2 20,3 9,5
16,7 21,1 8,0 2,3 0,9
59,1 70,7 55,4 21,5 8,9
30.6 42.8 34.7 52.8 57.9
47.6 54.9 33.4 54.4 58.2
18.5 33.2 26.2 32.8 33.0
22.1 39.7 23.3 28.5 28.2
3.0
14.7
29.1
84.4
26.3
36.3
11,4
34,5
5,0
35,2
50.3
54.0
31.6
29.2
Tabel 3.40. menunjukkan rerata konsumsi jeroan, ikan, telur, susu, minyak olahannya, gula dan konfeksionari penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta. Rerata konsumsi tertinggi adalah konsumsi minyak dan olahan (50.3 g), disusul gula dan konfeksionari (31.6 g), ikan dan olahan (29.1 g), telur dan olahan (26.3 g), susu bubuk dan dan olahannya (11.4 g) dan terendah jeroan dan olahan (3 g). Rerata tertinggi konsumsi minyak dan olahan adalah pada kelompok usia > 55 tahun (57.9 g) dan terendah pada kelompok usia 0-59 nbulan (30.6 g). Rerata tertinggi konsumsi gula dan konfeksionari adalah pada kelompok usia 5-12 tahun (33.2 g) dan terendah pada kelompok usia 0-59 bulan (18.5 g). Rerata tertinggi konsumsi ikan dan olahan pada kelompok usia 5-12 tahun (44.7 g) dan terendah pada kelompok usia 0-59 bulan (16.8 g). Rerata tertinggi konsumsi telur dan olahan adalah pada kelompok usia 5-12 tahun (34.6 g) dan terendah pada kelompok usia > 55 tahun (16.8 g). Rerata tertinggi konsumsi susu bubuk dan olahannya adalah pada kelompok usia 0-59 bulan (95,1 g) dan terendah pada kelompok usia > 55 tahun (3,0 g). Rerata tertinggi konsumsi jeroan dan olahan pada kelompok usia 13-18 tahun (3.9 g) dan terendah pada kelompok usia > 55 tahun (2.0 g).
57
Tabel 0.41 Rerata Konsumsi Bumbu, Minuman, Makanan Komposit, Air dan Suplemen per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 Bahan Makanan (g) Kelompok Umur
Bumbu Rerata
0 – 59 bln 5 – 12 thn 13 – 18 thn 19 – 55 thn > 55 thn Semua umur
7.0 17.6 20.9 21.3 21.8 20.4
SD 8.9 17.2 16.2 21.9 21.9 20.7
Minuman serbuk Rerata SD 1.2 11.2 5.4 9.4 6.9 8.2
3.8 37.2 9.6 18.0 8.1 18.3
Minuman cair Rerata 25.4 38.7 21.4 23.0 2.5 19.6
SD
Makanan komposit Rerata SD
96.3 123.0 80.9 100.8 33.1 90.4
2.3 0.0 6.2 1.1 0.0 1.3
13.7 0.2 31.7 15.0 0.0 15.0
Air Rerata 26.6 53.6 29.3 35.7 9.4 30.1
Suplemen SD 97.1 129.3 84.9 107.9 34.9 96.2
Rerata 3.3 0.0 0.0 0.7 0.9 0.7
SD 31.6 0.3 0.0 11.0 16.5 13.2
Jamul Rerata 0.02 0.04 0.06 0.63 0.91 0.56
SD 0.08 0.43 0.92 12.74 8.64 10.11
Tabel 3.41. menunjukkan rerata konsumsi bumbu, minuman, makan komposit, air dan suplemen menurut kelompok umur, penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta. Rerata tertinggi pada semua kelompok usia adalah konsumsi air (30.1 g), disusul konsumsi konsumsi bumbu (20.4 g), minuman cair (19.6 g), minuman serbuk (8.2 g), makanan komposit (1.3 g), suplemen (0.7 g), dan terendah konsumsi jamu (0.56 g). rerata tertinggi konsumsi air pada kelompok usia 5-12 tahun (53.6 g) dan terendah pada kelompok usia > 55 tahun (9.4 g). rerata tertinggi konsumsi bumbu pada kelompok usia > 55 tahun (21.8 g) dan terendah pada kelompok usia 0-59 bulan (7 g). rerata tertinggi konsumsi minuman cair pada kelompok usia 5-12 tahun (38.7 g) dan terendah pada kelompok usia > 55 tahun (2.5 g). rerata tertinggi konsumsi minuman serbuk pada kelompok usia 5-12 tahun (11.2 g) dan terendah pada kelompok usia 0-59bulan (1.2 g). Rerata tertinggi konsumsi makanan komposit pada kelompok usia 13-18 tahun (6.2 g) dan terendah pada kelompok usia 19-55 tahun (1.1 g), kelompok usia 5-12 tahun dan > 55 tahun tidak mengonsumsi makanan komposit. Konsumsi suplemen tertinggi pada kelompok usia 0-59 bulan (3.3 g), terendah pada kelompok usia 19-55 tahun (0.7 g), sedangkan pada kelompok usia 5-18 tahun tidak mengonsumsi suplemen. Rerata tertinggi konsumsi jamu pada kelompok uusia > 55 tahun dan terendah pada kelompok usia 0-59 bulan.
58
3.4.
Asupan dan Kecukupan Energi
Rerata asupan energi menurut kelompok umur dan jenis kelamin penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dilihat pada Tabel 3.42
Tabel 0.42 Rerata Asupan Energi Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 Asupan Energi (Kkal) Kelompok Umur
Perkotaan Rerata
Laki laki 5 – 12 thn 13 – 18 thn 19 – 55 thn > 55 thn Perempuan 5 – 12 thn 13 – 18 thn 19 – 55 thn > 55 thn
Perkotaan dan
Perdesaan
SD
Rerata
Perdesaan
SD
Rerata
SD
1.886 2.235 2.000 1.622 1.932
581 756 713 644 711
1.665 1.783 2.048 1.707 1.882
378 576 729 578 663
1.822 2.081 2.014 1.656 1.916
538 729 717 618 695
1.846 1.931 1.546 1.291 1.553
541 586 588 515 599
1.732 1.598 1.476 1.340 1.468
515 657 573 446 548
1.806 1.821 1.524 1.311 1.523
532 626 584 487 583
Rerata asupan energi penduduk laki-laki baik di daerah perkotaan, perdesaan maupun secara keseluruhan lebih tinggi dibanding penduduk perempuan. Rerata asupan energi penduduk lakilaki di daerah perkotaan maupun daerah pedesaan, paling tinggi pada kelompok usia 13-18 tahun dan terendah pada kelompok > 55 tahun. Rerata asupan energi penduduk laki-laki di daerah pedesaan, tertinggi pada kelompok usia 19-55 tahun dan terendah pada kelompok usia 5-12 tahun. Sedangkan rerata asupan energi penduduk perempuan di daerah perdesaan,tertinggi pada kelompok usia 5-12 tahun, dan terendah pada kelompok usia > 55 tahun. Rerata kecukupan energi penduduk menurut karakteristik, Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dilihat pada Tabel 3.43.
59
Tabel 0.43 Rerata Kecukupan Energi Menurut Karakteristik Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 Karakteristik Kelompok Umur 0 – 59 bln Laki laki 5 – 12 thn 13 – 18 thn 19 – 55 thn > 55 thn Perempuan 5 – 12 thn 13 – 18 thn 19 – 55 thn > 55 thn
Kecukupan Energi (% AKG) Rerata SD 109
27
99 81 78 80
29 28 28 28
96 86 72 77
28 30 27 28
Tempat Tinggal Perkotaan Perdesaan
80 78
30 27
Kuintil indeks Kepemilikan Terbawah Menengah Bawah Menengah Menengah atas Teratas
74 71 79 83 85
27 27 28 30 29
Rerata kecukupan energi pada laki-laki berdasarkan kelompok usia, tertinggi pada kelompok usia 0-59 bulan (99%) dan terendah pada kelompok usia 19-55 tahun (78%). rerata kecukupan energi pada perempuan berdasarkan kelompok usia, tertinggi pada kelompok usia 5-12 tahun (96%), terendah pada kelompok usia 19-55 tahun (72%). Berdasarkan tempat tinggal, rerata kecukupan energi penduduk perkotaan lebih tinggi dibanding perdesaan. Berdasarkan kuintil indeks kepemilikan, kelompok teratas memiliki rerata kecukupan energi tertinggi, dan kelompok menengah bawah memiliki rerata kecukupan energi terendah.
60
Tabel 0.44 Proporsi penduduk menurut karakteristik demografi dan status kepemilikan asset,dan menurut tingkat kecukupan asupan energi, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 Tingkat Kecukupan Asupan energi Karakteristik Kelompok umur 0 – 59 bln 5 – 12 thn 13 – 18 thn 19 – 55 thn > 55 thn Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Tempat tinggal Perkotaan Perdesaan Kuintil indeks kepemilikan Terbawah Menengah bawah Menengah Menengah atas Teratas
< 70%
70 - <100%
≥100-<130%
≥130%
0.0 15.2 36.2 48.0 41.3
45.6 45.0 37.4 34.1 36.0
29.8 25.0 20.2 13.7 17.7
24.6 15.0 6.1 4.2 5.0
36,6 46,4
39,3 32,6
17,4 15,5
6,7 5,5
41,8 41,1
35,5 36,8
16,1 17,3
6,6 4,8
47,9 57,8 44,1 35,0 34,3
34,4 34,0 33,5 40,4 36,4
14,4 11,4 16,8 15,6 21,3
3,3 2,7 5,6 9,0 8,0
Tabel 3.44 menunjukkan proporsi penduduk menurut karakteristik demografi dan status kepemilikan asset, dan menurut tingkat kecukupan asupan energi, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014. Proporsi tertinggi penduduk yang defisit energi (< 70 AKE) menurut kelompok usia, tertinggi pada kelompok usia 19-55 tahun (48%), terendah pada kelompok usia 0-59 bulan (0,0%). Proporsi penduduk yang defisit energi menurut jenis kelamin, menunjukkan bahwa perempuan lebih mengalami defisit energi dibanding laki-laki. Berdasarkan tempat tinggal, penduduk daerah perkotaan lebih mengalami defisit energi dibanding perdesaan. Berdasarkan kuintil indeks kepemilikan, penduduk kelas menengah bawah mengalami defisit energi tertinggi (57,8%) dan penduduk kelas teratas mengalami defisit energi terendah. Proporsi tertinggi penduduk yang lebih dari 130 AKE menurut kelompok usia, tertinggi pada kelompok usia 0-59 bulan (24,6%), terendah pada kelompok usia 19-55 tahun (4,2%). Proporsi pendudk yang lebih dari 100 AKE menurut jenis kelamin, menunjukkan bahwa laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan. Berdasarkan tempat tinggal, penduduk daerah perkotaan lebih mengalami kelebihan energi dibanding perdesaan. Berdasarkan kuintil indeks kepemilikan, penduduk kelas teratas mengalami kelebihan energi > 100 AKE tertinggi (9.0%) dan penduduk kelas menengah bawah mengalami kelebihan energi > 100 AKG terendah (3.3%).
61
3.5.
Asupan dan Kecukupan Protein
Rerata asupan protein penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin dan karakteristik tempat tinggal di Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dilihat pada Tabel 3.45
Tabel 0.45 Rerata Asupan Protein Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 Asupan Protein (g) Kelompok Umur 0 – 59 bln Laki laki 5 – 12 thn 13 – 18 thn 19 – 55 thn > 55 thn Perempuan 5 – 12 thn 13 – 18 thn 19 – 55 thn > 55 thn
Perkotaan Rerata 42.2
SD 21.5
Perdesaan Rerata 39.8
SD 26.6
Perkotaan dan Perdesaan Rerata 41.3
SD 23.4
64.0 78.3 70.0 55.1
26.9 31.9 34.9 28.5
46.6 58.7 68.5 58.7
16.4 29.9 29.0 23.7
59.0 71.6 69.6 56.6
25.5 32.4 33.2 26.6
71.8 65.9 54.8 43.2
31.2 26.3 25.5 21.0
56.1 48.1 49.6 47.5
19.8 24.3 21.5 21.3
66.3 60.1 53.1 45.0
28.6 26.8 24.4 21.1
Tabel 3.45 menunjukkan rerata asupan protein penduduk kelompok umur dan jenis kelamin Daerah Istimewa Yogyakarta. Rerata asupan protein penduduk laki-laki di perkotaan, tertinggi pada kelompok usia 13-18 tahun (78 g), dan terendah pada kelompok usia > 55 tahun (55 g). Rerata asupan protein penduduk perempuan di perkotaan, tertinggi pada kelompok usia 5-12 tahun (72 g) dan terendah pada kelompok usia > 55 tahun (55 g). Rerata asupan protein penduduk laki-laki di perdesaan, tertinggi pada kelompok usia 19-55 tahun (69 g) dan terendah pada kelompok usia 5-12 tahun (47 g). rerata asupan protein penduduk perempuan di perdesaan, tertinggi pada kelompok usia 5-12 tahun (56 g) dan terendah pada kelompok usia > 55 tahun (48 g). Rerata kecukupan protein penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin, karakteristik tempat tinggal dan indeks kepemilikan di Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dilihat pada Tabel 3.46
62
Tabel 0.46 Rerata Kecukupan Protein Menurut Karakteristik Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 Karakteristik
Kecukupan Protein (% AKG) Rerata SD
Kelompok Umur 149.3
81.8
129.4 104.8 108.7 89.2
58.9 49.0 51.8 41.4
131.0 94.5 93.7 79.7
58.3 42.3 43.2 37.3
Tempat Tinggal Perkotaan Perdesaan
103.0 93.4
51.8 41.6
Kuintil indeks Kepemilikan Terbawah Menengah Bawah Menengah Menengah atas Teratas
84.5 83.3 96.3 106.6 116.8
40.8 38.6 45.1 52.6 52.2
0 – 59 bln Laki laki 5 – 12 thn 13 – 18 thn 19 – 55 thn > 55 thn Perempuan 5 – 12 thn 13 – 18 thn 19 – 55 thn > 55 thn
Tabel 3.46 menunjukkan rerata kecukupan protein penduduk menurut karakteristik Daerah Istimewa Yogyakarta. Rerata kecukupan protein penduduk laki-laki maupun perempuan menurut kelompok usia, tertinggi pada kelompok usia 5-12 tahun (129,4% dan 131,0%) dan terendah pada kelompok usia > 55 tahun (89,2% dan 79,7%). Berdasarkan tempat tinggal, penduduk daerah perkotaan lebih tinggi kecukupan proteinnya dibanding penduduk daerah perdesaan. Berdasarkan indeks kepemilikan, rerata kecukupan protein tertinggi pada penduduk menengah teratas (116,8%) dan terendah pada kelompok menengah bawah (83,3%)
63
3.6.
Asupan Lemak
Rerata asupan lemak penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin dan karakteristik tempat tinggal di Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dilihat pada Tabel 3.47.
Tabel 0.47 Rerata Asupan Lemak Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 Asupan Lemak (g) Perkotaan
Kelompok Umur Rerata 0 – 59 bln Laki laki 5 – 12 thn 13 – 18 thn 19 – 55 thn > 55 thn Perempuan 5 – 12 thn 13 – 18 thn 19 – 55 thn > 55 thn
Perkotaan dan Perdesaan Rerata SD
Perdesaan
SD
Rerata
SD
55.6
25.8
52.2
38.7
54.3
31.0
66.9 81.1 74.3 52.2
28.1 41.4 36.3 34.8
62.8 58.7 70.7 61.6
24.2 30.6 42.4 34.7
65.7 73.4 73.2 56.1
27.0 39.3 38.3 35.0
75.1 78.4 60.1 45.1
32.9 37.8 33.7 29.4
77.8 60.3 52.9 45.4
62.0 38.8 25.8 20.9
76.0 72.4 57.8 45.2
44.8 38.8 31.6 26.1
Tabel 3.47 menunjukkan rerata asupan lemak penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin Daerah Istimewa Yogyakarta. Rerata asupan lemak penduduk laki-laki di perkotaan, tertinggi pada kelompok usia 13-18 tahun (81.1 g), dan terendah pada kelompok usia > 55 tahun (52.2 g). Rerata asupan lemak penduduk perempuan di perkotaan, tertinggi pada kelompok usia 13-18 tahun (78.4 g) dan terendah pada kelompok usia > 55 tahun (45.1 g). Rerata asupan lemak penduduk laki-laki di perdesaan, tertinmggi pada kelompok usia 19-55 tahun (70.7 g) dan terendah pada kelompok usia 13-18 tahun (58.7 g). rerata asupan lemak penduduk perempuan di perdesaan, tertinggi pada kelompok usia 5-12 tahun (76.0 g) dan terendah pada kelompok usia > 55 tahun (20.9 g).
64
3.7.
Asupan karbohidrat
Rerata asupan karbohidrat penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin dan karakteristik tempat tinggal di Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dilihat pada Tabel 3.48.
Tabel 0.48 Rerata Asupan Karbohidrat Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 Asupan Karbohidrat (g) Kelompok Umur
Perkotaan Rerata
0 – 59 bln Laki laki 5 – 12 thn 13 – 18 thn 19 – 55 thn > 55 thn Perempuan 5 – 12 thn 13 – 18 thn 19 – 55 thn > 55 thn
Perkotaan dan Perdesaan Rerata SD
Perdesaan
SD
Rerata
SD
161.6
74.6
149.0
79.2
157.0
76.1
259.7 302.6 271.9 239.3
92.1 122.9 107.6 96.5
238.0 262.0 295.3 240.2
56.3 88.9 110.0 94.4
253.4 288.8 279.0 239.7
83.6 113.6 108.7 95.4
232.1 254.2 204.7 183.0
96.8 98.8 83.5 76.0
220.0 228.2 209.4 192.5
89.2 91.7 94.8 80.8
227.9 245.7 206.2 187.0
93.8 96.7 87.2 78.0
Tabel 3.48 menunjukkan rerata asupan karbohidrat penduduk kelompok umur dan jenis kelamin Daerah Istimewa Yogyakarta. Rerata asupan karbohidrat penduduk laki-laki di perkotaan, tertinggi pada kelompok usia 13-18 tahun (302.6 g), dan terendah pada kelompok usia > 55 tahun (239.3 g). Rerata asupan karbohidrat penduduk perempuan di perkotaan, tertinggi pada kelompok usia 13-18 tahun (254.2 g) dan terendah pada kelompok usia > 55 tahun (183.0 g). Rerata asupan karbohidrat penduduk laki-laki di perdesaan, tertinggi pada kelompok usia 19-55 tahun (295.3 g) dan terendah pada kelompok usia 5-12 tahun (238 g). rerata asupan karbohidrat penduduk perempuan di perdesaan, tertinggi pada kelompok usia 13-18 tahun (245.7 g) dan terendah pada kelompok usia > 55 tahun (187 g).
65
3.8.
Asupan natrium
Rerata asupan natrium penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin dan karakteristik tempat tinggal di Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dilihat pada Tabel 3.49.
Tabel 0.49 Rerata Asupan Natrium Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 Asupan Natrium (mg) Kelompok Umur
Perkotaan Rerata
Laki laki 5 – 12 thn 13 – 18 thn 19 – 55 thn > 55 thn Perempuan 5 – 12 thn 13 – 18 thn 19 – 55 thn > 55 thn
Perdesaan
SD
Rerata
SD
Perkotaan dan Perdesaan Rerata SD
1554 1381 1221 702
1156 1152 1253 900
1097 1258 1145 812
1191 1894 1416 1189
1422 1339 1198 748
1178 1437 1303 1028
1481 2126 958 556
1054 1864 1358 632
1700 1271 929 538
2210 1308 1100 536
1558 1845 949 549
1548 1741 1281 593
Tabel 3.49 menunjukkan rerata asupan natrium penduduk kelompok umur dan jenis kelamin Daerah Istimewa Yogyakarta. Rerata asupan natrium penduduk laki-laki di perkotaan, tertinggi pada kelompok usia 5-12 tahun (1554 mg), dan terendah pada kelompok usia > 55 tahun (702 mg). Rerata asupan natrium penduduk perempuan di perkotaan, tertinggi pada kelompok usia 13-18 tahun (2126 mg) dan terendah pada kelompok usia > 55 tahun (556 mg). Rerata asupan natrium penduduk laki-laki di perdesaan, tertinggi pada kelompok usia 13-18 tahun (1258 mg) dan terendah pada kelompok usia > 55 tahun (812 mg). Rerata asupan natrium penduduk perempuan di perdesaan, tertinggi pada kelompok usia 5-12 tahun (1700 mg) dan terendah pada kelompok usia > 55 tahun (536 mg).
66
3.9.
Konsumsi gula, garam dan minyak/lemak
Rerata konsumsi gula, garam, minyak/lemak pada penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta menurut karakteristik umur, jenis kelamin, tempat tinggal dan indeks kepemilikan dapat dilihat pada Tabel 3.50.
Tabel 0.50 Rerata Konsumsi Gula, Garam, Minyak/Lemak Pada Penduduk Menurut Karakteristik, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 Karakteristik Kelompok Umur 5 – 12 thn 13 – 18 thn 19 – 55 thn > 55 thn Tempat Tinggal Perkotaan Perdesaan Kuintil indeks Kepemilikan Terbawah Menengah Bawah Menengah Menengah atas Teratas
Gula Rerata
SD
Bahan Makanan (g) Garam Rerata SD
Minyak/lemak Rerata SD
21.8 21.2 31.6 32.5
23.3 18.6 27.1 27.9
2.9 3.6 3.9 4.1
2.5 4.5 3.5 3.7
17.6 21.6 24.5 19.6
13.5 15.1 16.9 15.2
27.3 32.1
24.9 28.8
3.3 4.4
3.1 4.2
21.6 22.0
16.3 15.8
28.9 30.2 29.9 29.3 27.3
25.1 26.1 27.8 26.2 26.4
4.3 4.4 3.8 3.2 3.8
4.0 3.5 4.1 2.6 3.7
21.7 20.9 20.0 22.9 22.7
16.2 15.4 15.9 14.9 17.5
Tabel 3.50 menunjukkan rerata konsumsi gula, garam, minyak/lemak pada penduduk usia ≥ 10 tahun menurut karakteristik, Daerah Istimewa Yogyakarta. Rerata konsumsi gula, menurut kelompok usia, tertinggi pada kelompok usia > 55 tahun dan terendah pada kelompok usia 13-18 tahun. Rerata konsumsi garam, menurut kelompok usia, tertinggi pada kelompok usia > 55 tahun dan terendah pada kelompok usia 5-12 tahun. Rerata konsumsi minyak/lemak, menurut kelompok usia, tertinggi pada kelompok usia 19-55 tahun (24.5 g) dan terendah pada kelompok usia 10-12 tahun (17.6 g). Berdasarkan tempat tinggal, penduduk daerah perkotaan lebih rendah rerata konsumsi gula, garam, maupun minyak/lemak dibanding penduduk daerah perdesaan. Berdasarkan indeks kepemilikan, rerata konsumsi gula tertinggi pada penduduk menengah bawah (30.2 g) dan terendah pada kelompok terbawah (28.9 g). Rerata konsumsi garam tertinggi pada penduduk kelas menengah bawah dan terendah pada penduduk kelas menengah atas. Rerata konsumsi minyak/lemak tertinggi pada penduduk menengah atas (22.9 g) dan terendah pada penduduk kelas menengah (20.0 g).
67
Tabel 0.51 Proporsi penduduk mengonsumsi gula, natrium dan lemak melebihi pesan Permenkes No 30 Tahun 2013 menurut karakteristik, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 Karakteristik
Gula
Natrium
Lemak
>50 gram
>2000 mg
>67 gram
Kelompok Umur 5 – 12 thn
6,3
8,8
19,6
13 – 18 thn
6,6
24,4
47,5
19 – 55 thn
6,2
23,9
46,6
> 55 thn
19
14,9
41,2
55 + thn
21,3
6,2
24,8
Perkotaan
14,2
15
41,3
Perdesaan
20,8
13,7
32,3
Terbawah
15,9
19,1
26,2
Menengah Bawah
18,8
10,5
28,6
Menengah
17,6
14,6
36,8
Menengah atas
17,8
18
38,4
Teratas
13,5
12,6
51,6
Tempat Tinggal
Kuintil indeks Kepemilikan
Tabel 3.51 menunjukkan proporsi penduduk dengan asupan gula, natrium dan lemak, melebihi batas yang ditetapkan Permenkes Nomor 30 tahun 2013 tentang AKG yang dianjurkan menurut karakteristik, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014. Proporsi penduduk mengonsumsi gula ≥ 50 gram menurut kelompok umur tertinggi pada umur > 55 tahun sebesar 21,3 persen. Penduduk perdesaan lebih banyak mengonsumsi gula dibanding perkotaan. Berdasarkan indeks kepemilikan penduduk kelompok menengah bawah mengonsumsi gula ≥ 50 gram tertinggi sebesar 18,8 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi natrium ≥ 2.000 mg menurut kelompok umur tertinggi pada umur 13 – 18 tahun sebesar 24,4 persen. Penduduk perkotaan lebih banyak mengonsumsi natrium dibanding perdesaan. Berdasarkan indeks kepemilikian kelompok terbawah mengonsumsi natrium ≥ 2000 mg tertinggi sebesar 19,1 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi lemak ≥ 67 gram menurut kelompok umur tertinggi pada umur 13 – 18 tahun sebesar 47,5 persen. Penduduk perkotaan lebih banyak mengonsumsi lemak dibanding perdesaan. Berdasarkan indeks kepemilikan kelompok teratas mengonsumsi lemak ≥ 67 gram tertinggi sebesar 51,6 persen.
68
3.10. Proporsi penduduk menurut tingkat kecukupan protein Proporsi penduduk menurut karakteristik demografi dan status kepemilikan asset, dan menurut tingkat kecukupan asupan protein di Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dilihat pada Tabel 3.52. Tabel 3.52 Proporsi penduduk menurut karakteristik demografi dan status kepemilikan asset, dan menurut tingkat kecukupan asupan protein, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 Tingkat Kecukupan Asupan Protein Karakteristik Kelompok Umur 0 – 59 bln 5 – 12 thn 13 – 18 thn 19 – 55 thn > 55 thn Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Tempat Tinggal Perkotaan Perdesaan Kuintil indeks Kepemilikan Terbawah Menengah Bawah Menengah Menengah atas Teratas
< 80 %
80 - <100%
100-120%
≥ 120%
14,3 21,7 44,8 36,4 50,0
17,9 15,0 8,6 22,5 18,6
10,7 11,7 18,4 14,1 13,4
57,1 51,7 28,2 27,0 18,0
32,8 43,3
21,5 17,9
15,4 12,8
30,3 26,1
36,5 41,0
20,4 18,4
13,3 15,5
29,9 25,1
48,4 50,8 40,5 32,2 26,7
21,4 18,4 19,0 23,9 17,4
14,9 13,0 17,4 11,3 13,9
15,3 17,8 23,1 32,5 42,0
Proporsi tertinggi penduduk yang defisit protein (< 80 AKG) menurut kelompok usia, tertinggi pada kelompok usia > 55 tahun (50%), terendah pada kelompok usia 0-59 tahun (13.9%). Berdasarkan jenis kelamin, penduduk perempuan lebih banyak mengalami defisit protein dibanding laki-laki. Berdasarkan tempat tinggal, penduduk daerah perdesaan lebih banyak mengalami defisit protein dibanding perkotaan. Berdasarkan kuintil indeks kepemilikan, penduduk kelas menengah bawah mengalami defisit energi tertinggi (50.8 persen) dan penduduk kelas teratas mengalami defisit energi terendah (26.3%). Proporsi tertinggi penduduk yang lebih dari 120 AKG protein menurut kelompok usia, tertinggi pada kelompok usia 0-59 bulan (57,1%), terendah pada kelompok usia > 55 tahun (18%). Berdasarkan jenis kelamin penduduk laki-laki mangalami yang lebih dari 120 AKG protein dibanding perempuan. Berdasarkan tempat tinggal, penduduk daerah perkotaan lebih mengalami kelebihan protein dibanding perdesaan. Berdasarkan kuintil indeks kepemilikan, penduduk kelas teratas mengalami kelebihan protein ≥ 120 AKG tertinggi (42,0%) dan penduduk kelas terbawah mengalami kelebihan protein ≥ 120 AKG terendah (15,3%).
69
BAB IV. KESIMPULAN
Hasil SKMI Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Kelompok Bahan makanan yang dikonsumsi per orang per hari (gram) a. Rerata berat serealia dan hasil olahannya yang paling banyak dikonsumsi adalah beras sebesar 143,2 gram. b. Rerata berat bahan makanan kelompok umbi dan olahannya yang paling banyak dikonsumsi adalah singkong dan olahannya (19,1 g). c. Rerata berat bahan makanan kelompok kacang-kacangan dan olahannya yang paling banyak dikonsumsi adalah kacang kedelai dan olahannya sebanyak 72,3 gram. d. Sayuran daun merupakan bahan makanan kelompok sayur dan olahan yang paling banyak dikonsumsi dengan rerata seberat 65,5 gram. e. Rerata berat bahan makanan dari kelompok buah-buahan dan hasil olahannya yang paling banyak dikonsumsi adalah pisang (20,3 g ). f. Daging dan hasil olahannya yang paling banyak dikonsumsi adalah daging unggas dengan rerata berat 42,5 gram. g. Jerohan dan olahannya yang paling banyak dikonsumsi adalah jerohan unggas dengan rerata berat 1,6 gram. h. Ikan dan olahannya yang paling banyak dikonsumsi adalah ikan air tawar dengan rerata berat 15,6 gram. i. Telur ayam merupakan bahan makanan yang dikonsumsi dengan berat paling besar (25,2 gram) dibandingkan kategori bahan makanan dari kelompok telur yang lain. Bahan makanan telur ayam dikonsumsi oleh hampir 52% penduduk dengan Proporsi terbesar pada kelompok usia balita (0 – 59 bulan). j. Total rerata konsumsi bahan makanan dari kelompok susu dan hasil olahannya adalah sebesar 11,4 gram dengan rerata konsumsi terbesar berasal dari susu kental manis 4,4 gram. Rerata konsumsi susu menurun seiring dengan peningkatan usia. k. Rerata berat bahan makanan dari kelompok minyak, lemak dan hasil olahannya yang di konsumsi paling banyak adalah minyak kelapa (28,5 gram). Minyak dikonsumsi oleh semua kelompok umur l. Rerata total berat bahan makanan dari kelompok gula, sirup dan konfeksionari yang dikonsumsi adalah 31,61 gram dan 28,96 gram diantaranya berasal dari konsumsi gula. Konsumsi gula meningkat seiring dengan peningkatan usia. m. Rerata berat garam yang dikonsumsi adalah sebesar 3,7 gram dan dikonsumsi oleh 98,9% penduduk. Sepertiga penduduk (30%) mengonsumsi Vetsin/MSG/mecin dengan rerata berat yang dikonsumsi sebesar 0,37 gram. n. Teh instant/daun kering dikonsumsi oleh 67,2 persen penduduk dengan rerata konsumsi sebesar 3,8 gram. o. Kelompok bahan makanan komposit hanya dikonsumsi pada sekelompok kecil penduduk (kurang dari 0,5% penduduk) dan dalam jumlah yang sangat sedikit yaitu rerata 1,3 gram. p. Rerata konsumsi air sebesar 1.466 mililiter dengan sumber terbesar berasal dari air minum. Kelompok penduduk usia anak-anak (5-12 tahun) mempunyai rerata konsumsi minuman cair kemasan pabrikan tertinggi dibandingkan kelompok umur lainnya, yaitu 38,7 mililiter. q. Rerata berat kelompok suplemen dan jamu yang paling banyak dikonsumsi adalah jamu tradisional (0,54 mg), menyusul minuman suplemen (0,40 ml), multi vitamin (0,30 mg), jamu pabrikan dan non multivitamin (0,02 mg dan 0,02 ml). r. Konsumsi Bahan Makanan Menurut Kelompok Bahan Makanan: rerata konsumsi kelompok serealia dan olahan sebanyak 337,6 gram, dengan konsumsi terbanyak pada kelompok usia 13-18 tahun sebesar 417,0 gram. Rerata konsumsi kelompok
70
jeroan dan olahan sebanyak 3,0 gram, dengan konsumsi terbanyak pada kelompok usia 13-18 tahun sebesar 3,9 gram. 2. Asupan dan kecukupan energi a. Pada jenis kelamin laki-laki, rerata asupan energi pada penduduk tinggal di perkotaan, sebesar 1932 Kkal, lebih tinggi dari penduduk yang berdomisili di wilayah perdesaan 1882 Kkal. Demikian juga pada jenis kelamin perempuan, rerata asupan energi pada penduduk tinggal di daerah perkotaan lebih tinggi dari penduduk yang berdomisili di daerah perdesaan. b. Pada jenis kelamin laki-laki rerata kecukupan energi tertinggi sebesar 99 persen berada pada kelompok umur 5-12 tahun. Hal yang sama ditemukan pada jenis kelamin perempuan dengan kecukupan energi sebesar 96 persen pada kelompok umur 5-12 tahun. 3. Asupan dan kecukupan Protein a. Pada jenis kelamin laki-laki yang tinggal di perkotaan, rerata asupan protein tertinggi dijumpai pada kelompok usia 13-18 tahun, sebesar 70,8 gram, sedangkan pada perempuan yang tinggal di daerah perkotaan, rerata asupan protein tertinggi dijumpai pada kelompok usia 5-12 tahun, yaitu sebesar 72 gram. b. Penduduk laki-laki yang tinggal di daerah perdesaan, rerata asupan protein tertinggi dijumpai pada kelompok usia 19-55 tahun, sebesar 69 gram, sedangkan pada perempuan yang tinggal di daerah perdesaan, rerata asupan protein tertinggi dijumpai pada kelompok usia 5-12 tahun, yaitu sebesar 56 gram. c. Pada jenis kelamin laki-laki kecukupan protein tertinggi sebesar 129 persen dijumpai pada kelompok umur 5-12 tahun. Hal yang sama ditemukan pada jenis kelamin perempuan dengan kecukupan protein sebesar 131 persen pada kelompok umur 512 tahun. 4. Asupan Lemak Rerata asupan lemak tertinggi dijumpai pada penduduk yang tinggal di perkotaan (umur 13-18 tahun) sebesar 81,1 gram, lebih tinggi dari konsumsi lemak penduduk berdomisili di wilayah perdesaan pada kelompok umur yang sama (13-18 tahun) sebesar 58,7 gram. 5. Asupan Karbohidrat Rerata asupan karbohidrat tertinggi dijumpai pada penduduk yang tinggal di perkotaan (umur 13-18 tahun) sebesar 302,6 gram, lebih tinggi dibanding konsumsi karbohidrat penduduk yang berdomisili di wilayah perdesaan pada kelompok umur yang sama (1318 tahun) sebesar 262,0 gram. 6. Asupan Natrium Rerata asupan natrium tertinggi dijumpai pada penduduk yang tinggal di perkotaan (umur 5-12 tahun) sebesar 1554 miligram, lebih tinggi dari asupan natrium penduduk yang berdomisili di wilayah pedesaan dengan kelompok umur (5-12 tahun) sebesar 1097 miligram. 7. Konsumsi Gula , Garam dan Minyak/Lemak Rerata konsumsi meningkat seiring dengan meningkatnya usia. Rerata konsumsi gula tertinggi berada pada rentang usia >55 tahun sebesar 32,5 gram dan terendah konsumsi gula pada usia 5-12 tahun (18,8 gram). Sedangkan rerata konsumsi gula menurut
71
wilayah tempat tinggal, penduduk di daerah perdesaan lebih banyak mengonsumsi gula sebesar 33,2 gram, dibanding penduduk didaerah perkotaan (28,4 g). 8. Proporsi Penduduk Menurut Tingkat Kecukupan Energi a. Kekurangan energi (<70%) paling banyak terjadi pada kelompok umur 5-12 tahun (15,2%), sedangkan yang paling sedikit mengalami defisit energi pada kelompok umur 0-59 bulan (0,0%). Penduduk berjenis kelamin perempuan lebih banyak mengalami kekurangan energi (46,4%) dibanding laki-laki (36,6%). Berdasarkan wilayah tempat tinggal, penduduk yang tinggal didaerah perkotaan sedikit lebih banyak mengalami kekurangan energi (41,8%) dibanding yang tinggal di daerah perdesaan sebesar 41,1 persen. Berdasarkan kuintil indeks kepemilikan penduduk kelas menengah bawah mengalami defisit energi paling besar (57,8%). b. Kelebihan asupan energi (≥100% AKG) paling banyak terjadi pada kelompok umur 059 bulan (54,4%), sedangkan yang mengalami kelebihan energi terkecil ada pada kelompok umur 19-55 tahun (17,9%). Penduduk berjenis kelamin laki-laki lebih banyak mengalami kelebihan energi (24,1%) dibanding perempuan (21,0%). Berdasarkan wilayah tempat tinggal, penduduk yang tinggal di daerah perkotaan lebih banyak mengalami kelebihan energi (22,7%) dibanding penduduk di daerah perdesaan sebesar (22,1%) 9. Proporsi Penduduk Menurut Tingkat Kecukupan Protein a. Kekurangan protein (<80%) paling banyak terjadi pada kelompok umur > 55 tahun (50,0%), sedangkan yang paling sedikit mengalami kekurangan protein (<80%) adalah pada kelompok umur 0-59 bulan (14,3%). Penduduk berjenis kelamin perempuan lebih banyak mengalami kekurangan protein (43,3%) dibanding laki-laki (32,8%). Berdasarkan wilayah tempat tinggal, penduduk yang tinggal di daerah perdesaan lebih banyak mengalami kekurangan protein (41,0%) dibanding yang tinggal di daerah perkotaan sebesar 36,5 persen. Kekurangan protein terendah terdapat pada kelompok dengan kuintil indeks kepemilikan teratas (26,7%) dan kekurangan protein paling tinggi berada pada kelompok kuintil indeks kepemilikan menengah bawah (58,0%). b. Kelebihan asupan protein (≥100%) paling banyak terjadi pada kelompok umur 0-59 bulan (67,8%). Penduduk berjenis kelamin laki-laki lebih banyak mengalami kelebihan protein (45,7%) dibanding perempuan (38,9%). Penduduk yang tinggal di daerah perdesaan lebih banyak mengalami kelebihan protein (40,6%) dibanding penduduk di daerah perkotaan sebesar 33,2 persen Semakin rendah tingkat kuintil indeks kepemilikan, semakin rendah pula kelebihan protein. Kelebihan protein terendah terdapat pada kelompok dengan kuintil indeks kepemilikan terbawah yaitu 30,2 persen, dan kelebihan protein paling tinggi berada pada kelompok kuintil indeks kepemilikan teratas sebesar 55,9 persen.
72
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier Sunita. 2006. Prinsip dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Nyoman Supariasa, Bakri Bachyar, Fajar Ibnu. 2002. Penilaian Status Gizi. ECG, Jakarta. ATSDR (Agency for Toxic Substances and Disease Registry). 1995. Public Health Statement Polycyclic Aromatic Hydrocarbon. CDC. Tersedia pada [www.atsdr.cdc.gov/ToxProfiles/tp69-c1-b.pdf]. Beaglehole R, Bonita R, Horton R, Adams C, Alleyne G, Asaria P, et al. 2011. Priority actions for the non-communicable crisis. Lancet377: 1438-47. Djaja S, Irianto J, Mulyono L, Soemantri S. Pola Penyakit Penyebab Kematian di Indonesia: Survei Kesehatan Rumah Tangga 2001. Jakarta: Balitbangkes Depkes, 2002. Duffey KJ, Gordon-Larsen P, Steffen LM, Jacobs Jr DR, Popkin BM. 2010. Drinking caloric beverages increases the risk of adverse cardiometabolic outcomes in the Coronary Artery Risk Development in Young Adults (CARDIA) Study. Am J Clin Nutr 92: 954-9. EFSA, 2009. General Principles for the collection of national food consumption data in the view of a pan European dietary survey. EFSA Journal 2009, 7(12): 1435. Ferraro, P. M., et al. 2013. "Soda and Other Beverages and the Risk of Kidney Stones."Clinical Journal of the American Society of Nephrology.doI: 10.2215/CJN/11661112 Gibson Rosalind S. 2006. Principles of Nutritional Assessment. Second Edition. Grace Wyshak, Rose E. Frisch, Carbonated beverages, dietary calcium, the dietary calcium/phosphorus ratio, and bone fractures in girls and boys, 1994. Journal of Adolescent Health, Volume 15, Issue 3, May, Pages 210-215, ISSN 1054-139X, http://dx.doi.org/10.1016/1054-139X(94)90506-1. IFST (Institute of Food Science and Technology). 3-MCPD and Glycidyl ester. 2014. Tersedia pada [www.ifst.org/science_technology_resources/for_food_professionals/ information_statements/3mcpd/]. Islam MR, Khan I, Hassan SMN, McEvoy M, D‟Este C, Attia J, et al. 2012. Association between type 2 diabetes and chronic arsenic exposure in drinking water: a cross sectional study in Bangladesh. Environ Health. 11: 38-45. Jorhem L. “Chapter 9: Heavy Metals”. In: D‟Mello JPF, editor. 2003. Food Safety: Contaminants and Toxins. Wallingford: CABI Publishing, p. 199-215. Kementerian Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007: Laporan Nasional. Jakarta: Balitbangkes Kemenkes, 2008. Kementerian Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010: Laporan Nasional. Jakarta: Balitbangkes Kemenkes, 2010. Kementerian Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013: Buku 2. Jakarta: Balitbangkes Kemenkes, 2013.
73
Riset
Larsson SC, Bergkvist L, Wolk A. 2006. Consumption of sugar and sugar-sweetened foods and the risk of pancreatic cancer in a prospective study. Am J Clin Nutr 84: 1171-6. Malik, V. S., et al. 2010. "Sugar-sweetened beverages and risk of metabolic syndrome and type 2 diabetes: a meta-analysis." Diabetes Care 33(11): 2477-2483. Montonen J, Järvinen R, Knekt P, Heliövaara M, Reunanen A. 2007. Consumption of sweetened beverages and intakes of fructose and glucose predict type 2 diabetes occurrence. J Nutr 137: 1447-54. Profil Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta. Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta. 2013 Smith LE, Stoltzfus RJ, Prendergast A. 2012. Food chain mycotoxin exposure, gut health, and impaired growth: a conceptual framework. Adv Nutr 3: 526-31. Soetrisno USS, Atmarita, Jahari AB, Sandjaja, Mudjianto TT, Almasyhuri,et al. 2008. Total Diet Study: Pengembangan di Indonesia. Laporan Akhir Penelitian. Bogor: Puslitbang Gizi dan Makanan Balitbangkes Depkes, 2008. Takachi R, Inoue M, Shimazu T, Sasazuki S, Ishihara J, Sawada N, et al. 2010. Consumption of sodium and salted foods in relation to cancer and cardiovascular disease: the Japan Public Health Center-based Prospective Study. Am J Clin Nutr 91: 456-64. Williams JH, Phillips TD, Jolly PE, Stiles JK, Jolly CM, Aggarwal D. 204. Human aflatoxicosis in developing countries: a review of toxicology, exposure, potential health consequences, and interventions. Am J Clin Nutr 80: 1106-22. World Health Organization (WHO) & Food and Agriculture Organization (FAO) of the United Nations and European Food Safety Authority (EFSA). 2011. Towards a Hormonised Total Diet Study approach: a Guidance document. Geneva: WHO.
74