BUKU
STUDI DIET TOTAL: SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI JAWA TENGAH 2014
1. 2. 3. 4.
Tim Penulis : Budi Santoso Eva Sulistiowati Tetra Fajarwati Joko Pambudi
LEMBAGA PENERBIT BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN 2014
i
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur kepada Allah SWT kami panjatkan, karena hanya dengan rahmat dan karunia Allah, kami dapat menyelesaikan Laporan Hasil Studi Diet Total (SDT) tahun 2014 Provinsi Jawa Tengah SDT terdiri dari Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI) dan Analisis Cemaran Kimia Makanan (ACKM). Pelaksanaan pengumpulan data SDT yang diawali SKMI 2014 di Provinsi Jawa Tengah dilakukan di bulan Mei - Juli 2014 di 35 kabupaten/kota. Sebanyak 268 enumerator disebar di seluruh provinsi, dan 18 koordinator klaster yang terdiri dari peneliti Balitbangkes dan dosen Poltekkes Jurusan Gizi serta 1 penanggung jawab operasional Dinas Kesehatan Provinsi. Sebanyak 4.587 (94,85%) rumah tangga dapat dikunjungi dan sebanyak 14.816 (88,81%) individu dapat di wawancara. Sebelum pelaksanaan pengumpulan data dilakukan terlebih dahulu pelatihan koordinator klaster dan enumerator. Proses manajemen data dimulai dari pengumpulan dan entri data ke komputer data di lapangan. Selanjutnya, proses ‘data cleaning’ dilakukan oleh Tim Manajemen Data (mandat) dan Tim Teknis di Balitbangkes. Masih terbatasnya ketersediaan komposisi zat gizi dalam bahan makanan menyebabkan hasil SKMI belum dapat mencakup semua zat gizi. Perkenankanlah kami menyampaikan penghargaan yang tinggi serta terima kasih yang tulus atas semua kerja cerdas dan penuh dedikasi dari seluruh enumerator, koordinator klaster, penanggung jawab operasional peneliti dari Dinas kesehatan Provinsi serta Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, rekan sekerja dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan BPS Provinsi Jawa Tengah, para pakar dari Perguruan Tinggi, Para Dosen Poltekkes dan semua pihak yang telah berpartisipasi mensukseskan SDT ini. Secara khusus, perkenankan ucapan terima kasih kami dan para peneliti kepada Ibu Menteri Kesehatan yang telah memberi kepercayaan kepada kita semua, anak bangsa, dalam menunjukkan karya baktinya. Billahi taufiq walhidayah, wassalamu’alaikum wr. wb.
Jakarta, Desember 2014 Kepala Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik
dr. Siswanto, DTM. MHP
ii
KATA SAMBUTAN KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI Assalamu ‘alaikum Wr. Wb Puji syukur kehadirat Allah SWT yang dengan rahmat dan bimbinganNya, Kementerian Kesehatan kini telah memiliki data konsumsi makanan individu baik pada level nasional dan level provinsi. Data konsumsi makanan individu pada level provinsi mencakup 34 provinsi di Indonesia. Laporan provinsi data konsumsi makanan individu ini merupakan hasil Survei Konsumsi Makanan Individu yang merupakan modal utama dalam Analisis Cemaran Kimia Makanan (ACKM) sebagai bagian integral dari Studi Diet Total (SDT). Laporan SDT provinsi ini baru mencakup hasil SKMI, yang memberikan informasi tentang berat, jenis dan zat gizi dari bahan pangan yang dikonsumsi penduduk. Informasi ini mampu memberikan gambaran tentang tingkat keberagaman konsumsi bahan pangan sebagai sumber karbohidrat, protein, dan lemak. Dalam laporan SDT provinsi ini juga dipaparkan tingkat kecukupan asupan kalori dan protein. Informasi ini akan sangat berguna bagi penetapan kebijakan ketersediaan pangan, kecukupan gizi, dan pencegahan penyakit tidak menular. Penelitian SDT ini telah melibatkan berbagai stakeholder yang meliputi pemegang program, para pakar perguruan tinggi dan para peneliti Badan Litbangkes mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan, sampai dengan penyusunan laporan akhir. Kami berharap informasi hasil penelitian SDT provinsi ini dapat dimanfaatkan oleh stakeholder daerah dalam perbaikan kebijakan ketahanan pangan dan kecukupan gizi. Bersama ini, saya menyampaikan ucapan selamat dan penghargaan yang tinggi kepada para enumerator, para koordinator klaster, penanggung jawab teknis provinsi, penanggung jawab operasional provinsi, tim teknis dan para pakar. Karya anda akan memperbaiki perencanaan kesehatan khususnya di bidang ketahanan pangan, kecukupan gizi dan pencegahan penyakit tidak menular, dan akan mempercepat upaya pencapaian target pembangunan nasional di bidang kesehatan. Billahi taufiq walhidayah, wassalamu’alaikum wr.wb. Jakarta,
Desember 2014
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI
Prof.dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P(K).,MARS.,DTM&H,DTCE
iii
RINGKASAN EKSEKUTIF Studi Diet Total (SDT) 2014 termasuk dalam Riset Kesehatan Nasional (Riskesnas) berbasis komunitas, dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI. Studi Diet Total terdiri dari dua kegiatan besar, yaitu Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI) dan Analisis Cemaran Kimia Makanan (ACKM). Survei Konsumsi Makanan Individu merupakan kegiatan mengumpulkan informasi data konsumsi makanan individu yang lengkap, sebagai dasar untuk melakukan kegiatan ACKM untuk menentukan tingkat keterpaparan senyawa kimia pada makanan yang dikonsumsi penduduk. Laporan ini difokuskan pada hasil SKMI. Riskesdas 2013 menunjukkan peningkatan penyakit degeneratif dan masih tingginya masalah gizi di masyarakat yang diduga berkaitan dengan perubahan pola konsumsi makanan di masyarakat. Oleh karena itu, penting untuk dilakukan SKMI sebagai bagian dari kegiatan SDT. Survei konsumsi makanan individu bertujuan untuk memperoleh informasi tentang gambaran pola konsumsi makanan dan tingkat kecukupan zat gizi penduduk, dan untuk menyediakan informasi tentang cara, proses dan alat yang digunakan untuk memasak makanan serta daftar bahan makanan untuk keperluan ACKM. Survei konsumsi makanan individu merupakan survei berskala nasional pertama di Indonesia yang mengumpulkan data konsumsi individu secara lengkap. Survei ini dilakukan bekerjasama dengan perguruan tinggi, Badan Pusat Statistik, Dinas Kesehatan provinsi dan Kab/Kota dan dibantu secara teknis oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Institute Life Science International (ILSI). Pelaksanaan SKMI dibiayai sepenuhnya oleh Pemerintah Indonesia. Disain penelitian SKMI Provinsi Jawa Tengah sesuai dengan desain nasional adalah potong lintang, mencakup 14.816 individu pada 4.587 rumah tangga dan tersebar di 195 Blok Sensus (BS) di seluruh kabupaten/kota Provinsi Jawa Tengah. Survei konsumsi makanan individu dilaksanakan pada tahun 2014 dan pada tahun 2015 akan dilanjutkan dengan kegiatan ACKM. SKMI menggunakan cara pengumpulan data yang sudah digunakan secara universal. Data yang dikumpulkan meliputi menu dan jenis makanan, cara memasak dan alat yang digunakan untuk memasak. Data dikumpulkan dengan cara wawancara tentang konsumsi makanan individu sehari sebelumnya. Wawancara dibantu dengan menggunakan pedoman pengumpulan data konsumsi makanan. Dalam proses pengumpulan data dihadapi berbagai kendala antara lain mobilitas penduduk sehingga tidak memungkinkan untuk menjangkau seluruh rumah tangga/individu. Hasil analisis SKMI Provinsi Jawa Tengah 2014 menunjukkan konsumsi bahan makanan menurut jenis dan kelompok makanan, asupan zat gizi dan kecukupan energi dan protein individu, hasil secara lengkap sebagai berikut: 1. Pada makanan pokok penduduk Provinsi Jawa Tengah, beras merupakan makanan pokok utama yang dikonsumsi oleh hampir seluruh penduduk (97,9%) dengan konsumsi sebesar 179,2 gram per orang per hari diikuti mie yang dikonsumsi oleh sekitar 24,1 persen penduduk dengan konsumsi sebesar 33,7 gram per orang per hari. Singkong merupakan jenis umbi-umbian dan olahannya yang menempati urutan ketiga dengan konsumsi sebesar 13,3 gram per orang per iv
hari dan dikonsumsi oleh sekitar 28,0 persen penduduk. Dari ketiga jenis makanan pokok tersebut, jenis umbi-umbian yang umumnya merupakan produksi lokal jumlahnya paling sedikit dikonsumsi oleh penduduk. 2. Konsumsi protein hewani penduduk Provinsi Jawa Tengah berasal dari daging, ikan maupun telur. Konsumsi protein hewani daging dan olahannya hampir sama dengan konsumsi ikan dan olahannya, yaitu sebesar 39,9 gram per orang per hari untuk konsumsi daging dan 38,95 gram per orang per hari untuk konsumsi yang berasal dari ikan dan olahannya. Tiga kelompok lain yang sedikit dikonsumsi, secara berurutan yaitu telur dan olahan sebesar 18,2 gram per orang per hari, susu bubuk dan olahan sebanyak 5,7 gram per orang per hari, dan kelompok jeroan sebesar 4,4 gram per orang perhari. Konsumsi protein nabati lebih tinggi dibandingkan konsumsi protein hewani. Hal ini dapat dilihat dari konsumsi kacangkacangan dan olahan yang mencapai 87,6 gram per orang per hari, dimana bahan makanan yang berasal dari kacang kedelai dan olahannya dikonsumsi terbanyak yaitu oleh 72,7 persen penduduk dan dikonsumsi sebesar 83,4 gram per orang per hari. Jenis protein dalam makanan penduduk sangat didominasi oleh protein nabati dan jumlah protein nabati dalam makanan penduduk yang tinggi mempengaruhi kualitas makanan penduduk. 3. Konsumsi sayur dan olahan dan buah-buahan dan olahan penduduk masih kecil yaitu 61,9 gram per orang per hari dan 37,1 gram per orang per hari. Dalam kelompok sayur, sayuran hijau dikonsumsi paling banyak (82,3%) dibandingkan sayur lainnya. Sebaliknya dalam kelompok buah-buahan dan olahan, buah pisang terbanyak dikonsumsi oleh penduduk (18,7%). Konsumsi sayur dan olahan dan buah-buahan dan olahan yang belum memadai berpengaruh terhadap penyediaan vitamin dan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh. 4. Konsumsi minyak, lemak dan olahan sebesar 42,2 gram per orang per hari, terbanyak dikonsumsi dalam kelompok ini adalah minyak kelapa sawit dan minyak kelapa (22,3 gram/orang/hari). Minyak kelapa sawit dan minyak kelapa tertinggi dikonsumsi oleh penduduk Provinsi Jawa Tengah (95,4%), menyusul kelapa dan olahannya (38,4%) dan minyak lainnya (7,6%). 5. Konsumsi gula dan konfeksionari penduduk Provinsi Jawa Tengah sebesar 22,9 gram per orang per hari, terbanyak dikonsumsi dalam kelompok ini adalah gula (gula putih/ gula pasir/ gula aren/ gula kelapa) sebesar 13,6 gram/orang/hari. Gula dikonsumsi oleh sebagian besar penduduk Indonesia (81,0%), diikuti oleh bahan makanan lain, permen, coklat dan sirup dengan kisaran antara 2,3 sampai 3,3 persen. 6. Konsumsi kelompok bumbu penduduk Provinsi Jawa Tengah sebesar 21,3 gram per orang per hari, terbanyak dikonsumsi dalam kelompok ini adalah bumbu basah (14,8 gram/orang/hari), menyusul garam (4,0 gram/orang/hari). Bahan tambahan makanan dikonsumsi dalam jumlah yang sangat kecil yaitu sebesar 0,05 gram dan pada sekelompok kecil penduduk (1,3%). Garam tertinggi dikonsumsi penduduk (97,7%) diikuti dengan bumbu basah (83,4%) dan vetsin (55,3%). 7. Konsumsi minuman serbuk penduduk Provinsi Jawa Tengah sebesar 8,3 gram per orang per hari. Teh instan/daun kering dikonsumsi terbanyak (49,8 %) diikuti kopi bubuk (18,1%) dan terendah minuman serbuk (8,3%), dengan konsumsi terbanyak adalah kopi bubuk (4,0 gram/orang/hari), menyusul teh instan daun kering (2,7 gram/orang/hari) dan terendah adalah minuman serbuk (1,6 gram/orang/hari). Minuman serbuk sudah dikonsumsi oleh balita (kelompok umur 0-59 bulan), dan konsumsi tertinggi ditemukan pada kelompok 5-12 tahun.
v
8. Konsumsi minuman cair penduduk Provinsi Jawa Tengah sebesar 18 mililiter per orang per hari. Dalam kelompok ini, konsumsi penduduk untuk minuman kemasan terbanyak (15 ml/orang/hari), diikuti dengan minuman berkarbonasi (2 ml/orang/hari). Minuman kemasan cairan dikonsumsi oleh penduduk terbanyak (7,7%), diikuti minuman lainnya (1,8%) dan minuman berkarbonasi (1,0%). Minuman kemasan cairan merupakan minuman terbanyak dikonsumsi pada semua kelompok umur. 9. Konsumsi total kelompok air minum penduduk Provinsi Jawa Tengah 1.213 mililiter per orang per hari. Air minum dikonsumsi terbanyak yaitu oleh 98,3 persen penduduk diikuti air minum kemasan bermerek (11,4%) dan terendah minuman cair kemasan pabrikan (9,1%). 10. Konsumsi kelompok makanan komposit, suplemen termasuk jamu penduduk Provinsi Jawa Tengah amat kecil yaitu dibawah 1,0 gram per orang per hari. Kelompok makanan tersebut dikonsumsi oleh sedikit penduduk (kurang dari 1,0%). Asupan dan kecukupan gizi 11. Rerata kecukupan energi per orang per hari pada penduduk kelompok umur 0-59 bulan adalah 101 persen AKE. Pada penduduk laki-laki, kecukupan energi tertinggi terdapat pada kelompok umur 5–12 tahun yaitu 90,7 persen AKE dan terendah pada kelompok umur 13-18 tahun (73,1% AKE). Pada penduduk perempuan, kecukupan energi tertinggi terdapat pada kelompok umur 5-12 tahun yaitu 87,1 persen AKE dan terendah pada kelompok umur 13-18 tahun (72,6% AKE). 12. Rerata kecukupan protein per orang per hari pada penduduk kelompok umur 0-59 bulan adalah 125,4 persen AKP. Pada penduduk laki-laki, kecukupan protein tertinggi terdapat pada kelompok umur 5 – 12 tahun yaitu 119,5 persen AKP dan terendah pada kelompok umur 13-18 tahun (88,5% AKP). Pada penduduk perempuan, kecukupan protein tertinggi terdapat pada kelompok umur 5-12 tahun yaitu 106,3 persen AKP dan terendah pada kelompok umur 13-18 tahun (80,7% AKP). 13. Penduduk dengan tingkat kecukupan asupan energi sangat kurang (<70% AKE) sebesar 44,0 persen, kecukupan asupan energi kurang (70-<100% AKE) sebesar 35,2 persen, kecukupan asupan energi normal atau sesuai AKG (100-<130% AKE) sebesar 14,9 persen dan kecukupan asupan energi lebih dari AKG (≥130% AKE) adalah sebesar 13,7persen. 14. Penduduk dengan tingkat kecukupan asupan protein sangat kurang (<80% AKP) sebesar 40,1 persen, kecukupan asupan protein kurang (80-<100% AKP) sebesar 18,9 persen, kecukupan asupan protein normal (100-<120% AKP) sebesar 14,2 persen dan kecukupan asupan protein lebih dari AKG (≥120% AKP) adalah sebesar 26,9 persen. 15. Rerata asupan lemak per orang per hari pada penduduk Provinsi Jawa Tengah pada kelompok umur 0-59 bulan adalah 42,4 gram. Pada penduduk laki-laki konsumsi lemak tertinggi terdapat pada kelompok umur 19-55 tahun yaitu 63,6 gram dan terendah pada kelompok umur >55 tahun (49,8 g). Pada penduduk perempuan, konsumsi lemak tertinggi terdapat pada kelompok umur 5-12 tahun yaitu 60,9 gram dan terendah pada kelompok umur >55 tahun (42,7 g). 16. Asupan karbohidrat per orang per hari pada penduduk Provinsi Jawa Tengah pada kelompok umur 0-59 bulan adalah 145,5 gram. Pada penduduk laki-laki konsumsi karbohidrat tertinggi terdapat pada kelompok umur 19-55 tahun yaitu vi
296,7 gram dan terendah pada kelompok umur 5-12 tahun (222,6 g). Pada penduduk perempuan, konsumsi karbohidrat tertinggi terdapat pada kelompok umur 19-55 tahun yaitu 223,9 gram dan terendah pada kelompok umur >55 tahun (194,8 g). 17. Rerata asupan natrium per orang per hari pada penduduk Provinsi Jawa Tengah pada kelompok umur 0-59 bulan adalah 798 miligram. Pada penduduk laki-laki konsumsi natrium tertinggi terdapat pada kelompok umur 5-12 tahun yaitu 1.559 miligram dan terendah pada kelompok umur >55 tahun (868 mg). Pada penduduk perempuan, konsumsi natrium tertinggi terdapat pada kelompok umur 5-12 tahun yaitu 1.524 miligram dan terendah pada kelompok umur >55 tahun (782 mg). 18. Rerata konsumsi garam penduduk Provinsi Jawa Tengah yaitu sebesar 3,9 gram, konsumsi gula sebesar 20,2 gram dan minyak sebanyak 22,6 gram. Seluruh hasil SKMI dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk evaluasi dan perencanaan kesehatan khususnya di bidang gizi di tingkat pusat maupun daerah. Rekomendasi 1. Mengingat sumber makanan pokok lokal (umbi-umbian) masih sedikit dikonsumsi penduduk dibandingkan dengan makanan pokok impor (terigu dan olahannya) dan tingginya jumlah penduduk yang tidak mampu memenuhi kecukupan energinya maka perlu diintensifkan kembali kebijakan penganekaragaman makanan pokok yang berbasis makanan lokal yang telah dirumuskan. 2. Mengingat sumbangan protein dari hasil laut masih sedikit dibandingkan dengan potensi yang ada maka perlu kebijakan peningkatan konsumsi hasil laut sebagai sumber protein hewani bagi penduduk 3. Mengingat konsumsi sayuran dan buah masih sedikit maka perlu dirumuskan kebijakan untuk meningkatkan konsumsi sayur dan buah melalui edukasi dan peningkatan ketersediaan sayuran dan buah dengan harga yang terjangkau 4. Mengingat konsumsi minuman kemasan baik serbuk maupun cair pada anak mulai meningkat maka perlu dirumuskan kebijakan untuk melindungi anak dari konsumsi minuman kemasan yang berlebihan 5. Mengingat sudah sebagian penduduk yang mengonsumsi gula, natrium dan lemak melebihi batas yang ditetapkan dalam Permenkes nomor 30 tahun 2013 maka perlu ditingkatkan pemahaman masyarakat tentang risiko mengonsumsi berlebih gula, natrium dan minyak/lemak melalui jalur KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi).
vii
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .......................................................................................................... ii KATA SAMBUTAN ........................................................................................................... iii RINGKASAN EKSEKUTIF ................................................................................................ iv DAFTAR ISI .....................................................................................................................viii DAFTAR TABEL ............................................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... xii DAFTAR SINGKATAN .....................................................................................................xiii BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................... 1 1.1 Latar belakang.......................................................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah Penelitian ................................................................................ 2 1.3 Pertanyaan Penelitian .............................................................................................. 2 1.4 Tujuan Penelitian...................................................................................................... 2 1.5 Manfaat Penelitian.................................................................................................... 3 BAB II METODE PENELITIAN........................................................................................... 4 2.1 Disain penelitian ....................................................................................................... 4 2.2 Tempat dan Waktu ................................................................................................... 4 2.3 Populasi dan Sampel................................................................................................ 4 2.4 Variabel dan Definisi Operasional............................................................................. 4 2.5 Instrumen dan Cara Pengumpulan Data ................................................................ 11 2.5.1 Instrumen ......................................................................................................... 11 2.5.2 Cara Pengumpulan Data.................................................................................. 11 2.5.3 Proses wawancara........................................................................................... 12 2.5.4 Penimbangan Berat Badan .............................................................................. 13 2.6 Bahan dan Prosedur Pengumpulan Data ............................................................... 13 2.7 Pengawasan Kualitas Data .................................................................................... 16 2.7.1 Analisis Data .................................................................................................... 17 2.8 Izin penelitian ......................................................................................................... 17 2.9 Pertimbangan etik penelitian .................................................................................. 17 BAB III HASIL .................................................................................................................. 18 3.1 Gambaran Umum Provinsi Jawa Tengah ............................................................... 18 3.1.1 Gambaran Geografi dan Wilayah Administrasi ................................................. 18 3.1.2 Gambaran Demografis ..................................................................................... 18 3.1.3 Sosial Ekonomi ................................................................................................ 19 3.1.4 Kesehatan Lingkungan .................................................................................... 19 3.1.5 Status Gizi ....................................................................................................... 19 3.2 Jumlah sampel yang terkumpul (Response rates) ................................................ 20 3.3 Konsumsi Bahan Makanan Menurut Kelompok Bahan Makanan ......................... 22 3.4 Asupan dan Kecukupan Energi ........................................................................... 52 3.5 Proporsi Penduduk Menurut Klasifikasi Tingkat Kecukupan Energi ...................... 54 3.6 Asupan dan Kecukupan Protein ........................................................................... 55 3.8 Asupan Lemak ..................................................................................................... 58 3.9 Asupan Karbohidrat .............................................................................................. 59 3.10 Asupan Natrium.................................................................................................... 60 3.11 Konsumsi Gula, Natrium dan Lemak .................................................................... 61 BAB IV KESIMPULAN ..................................................................................................... 62 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 65 viii
DAFTAR TABEL 2.1
Variabel dan Definisi Operasional SKMI ................................................................ 5
3.2.1
Distribusi BS, RT, dan ART yang dapat dikunjungi (response rate) menurut Kabupaten/Kota, Provinsi Jawa Tengah 2014 ..................................................... 20
3.2.2
Distribusi ART yang dapat dianalisis menurut karakteristik, Provinsi Jawa Tengah 2014 ....................................................................................................... 21
3.3.14
Rerata konsumsi kelompok serelia dan olahannya per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi Jawa Tengah 2014 ........................................ 23
3.3.25
Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok serealia dan olahannya menurut kelompok umur, Provinsi Jawa Tengah 2014 ........................................ 23
3.3.36
Rerata konsumsi kelompok umbi dan olahannya per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi Jawa Tengah 2014 ........................................ 24
3.3.47
Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok umbi dan olahannya menurut kelompok umur, Provinsi Jawa Tengah 2014 ........................................ 25
3.3.58
Rerata konsumsi kelompok kacang-kacangan dan olahannya per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi Jawa Tengah 2014 ...................... 25
3.3.69
Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok kacang-kacangan dan olahannya menurut kelompok umur, Provinsi Jawa Tengah 2014 ....................... 26
3.3.710 Rerata konsumsi kelompok sayur dan olahannya per orang per hari (gram), menurut kelompok umur, Provinsi Jawa Tengah 2014 ........................................ 27 3.3.811 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok sayur dan olahannya menurut kelompok umur, Provinsi Jawa Tengah 2014 ........................................ 27 3.3.912 Rerata konsumsi kelompok buah-buahan dan olahannya per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi Jawa Tengah 2014 ............................. 28 3.3.1013Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok buah-buahan dan olahannya menurut kelompok umur, Provinsi Jawa Tengah 2014 ....................... 29 3.3.1114Rerata konsumsi kelompok daging dan olahannya yang dikonsumsi per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi Jawa Tengah 2014 ...... 30 3.3.1215Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok daging dan olahannya menurut kelompok umur, Provinsi Jawa Tengah 2014 ........................................ 31 3.3.1316Rerata konsumsi kelompok jeroan dan olahannya per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi Jawa Tengah 2014 ........................................ 31 3.3.1417Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok jeroan dan olahannya menurut kelompok umur, Provinsi Jawa Tengah 2014 ........................................ 32 3.3.1518Rerata konsumsi kelompok ikan dan olahannya olahannya yang dikonsumsi per orang per hari (gram) menurut kelompok umur,Provinsi Jawa Tengah 2014 .................................................................................................................... 33
ix
3.3.1619Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok ikan dan olahannya menurut kelompok umur, Provinsi Jawa Tengah 2014 ........................................ 34 3.3.1720Rerata konsumsi kelompok telur dan olahannya per orang per hari (gram), menurut kelompok umur, Provinsi Jawa Tengah 2014 ........................................ 34 3.3.1821Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok telur dan olahannya menurut kelompok umur, Provinsi Jawa Tengah 2014 ........................................ 35 3.3.1922Rerata konsumsi kelompok susu dan olahannya per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi Jawa Tengah 2014 ........................................ 36 3.3.2023Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok susu dan olahannya menurut kelompok umur, Provinsi Jawa Tengah 2014 ....................... 37 3.3.2124Rerata konsumsi kelompok minyak, lemak dan olahannya yang dikonsumsi per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi Jawa Tengah 2014 .................................................................................................................... 37 3.3.2225Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok minyak, lemak dan olahannya menurut kelompok umur, Provinsi Jawa Tengah 2014 ..... 38 3.3.2326Rerata konsumsi kelompok gula dan konfeksionari per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi Jawa Tengah 2014 ........................................ 39 3.3.2427Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok gula dan konfeksionari menurut kelompok umur, Provinsi Jawa Tengah 2014 ........................................ 40 3.3.2528Rerata konsumsi kelompok bumbu per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi Jawa Tengah 2014 ...................................................... 41 3.3.2629Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok bumbu menurut kelompok umur, Provinsi Jawa Tengah 2014 ...................................................................... 42 3.3.2730Rerata konsumsi kelompok minuman per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi Jawa Tengah 2014 ...................................................... 43 3.3.2831Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok minuman menurut kelompok umur, Provinsi Jawa Tengah 2014 ...................................................... 43 3.3.2932Rerata konsumsi kelompok makanan komposit per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi Jawa Tengah 2014 ........................................ 44 3.3.3033Proporsi penduduk yang mengonsumsi makanan komposit menurut kelompok umur, Provinsi Jawa Tengah 2014 ...................................................... 45 3.3.3134Rerata konsumsi kelompok air per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi Jawa Tengah 2014 ...................................................................... 46 3.3.3235Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok air menurut kelompok umur, Provinsi Jawa Tengah 2014 ...................................................................... 47 3.3.3336Rerata konsumsi kelompok suplemen dan jamu per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi Jawa Tengah 2014 ........................................ 48 3.3.3437Proporsi penduduk yang mengonsumsi suplemen dan jamu menurut kelompok umur, Provinsi Jawa Tengah 2014 ...................................................... 48
x
3.3.3538Rerata konsumsi serelia, umbi/pati, kacang, sayur, buah, daging dan olahannya per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi Jawa Tengah 2014 ....................................................................................................... 49 3.3.3639Rerata konsumsi jeroan, ikan, telur, susu, minyak dan olahannya, gula dan konfeksionari per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi Jawa Tengah 2014.............................................................................................. 50 3.3.3740Rerata konsumsi bumbu, minuman serbuk, minuman cair, makanan komposit, air, suplemen dan jamu per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi Jawa Tengah 2014 ...................................................... 50 3.3.3841Rerata asupan energi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin, Provinsi Jawa Tengah 2014 ................................................................................ 52 3.3.3942Rerata kecukupan energi penduduk menurut karakteristik, Provinsi Jawa Tengah 2014 ....................................................................................................... 53 3.3.4043Proporsi penduduk menurut klasifikasi tingkat kecukupan energi dan karakteristik, Provinsi Jawa Tengah 2014 ........................................................... 54 3.3.4144Rerata asupan protein penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin, Provinsi Jawa Tengah 2014 .................................................................. 55 3.3.4245Rerata kecukupan protein penduduk menurut karakteristik, Provinsi Jawa Tengah 2014 ....................................................................................................... 56 3.3.4346Proporsi penduduk menurut klasifikasi tingkat kecukupan protein dan karakteristik, Provinsi Jawa Tengah 2014 ........................................................... 57 3.3.4447Rerata asupan lemak penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin, Provinsi Jawa Tengah 2014 ................................................................................ 58 3.3.4548Rerata asupan karbohidrat penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin, Provinsi Jawa Tengah 2014 .................................................................. 59 3.3.4649Rerata asupan natrium penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin,Provinsi Jawa Tengah 2014 ................................................................... 60 3.3.4750Proporsi penduduk mengonsumsi gula, natrium dan lemak melebihi pesan Permenkes No. 30 Tahun 2013 menurut karakteristik, Provinsi Jawa Tengah 2014 .................................................................................................................... 61
xi
DAFTAR GAMBAR 3.3.1 3.3.2
3.3.3 3.3.4 3.3.5 3.3.6
3.3.7
3.3.8
3.3.9 3.3.10
3.3.11 3.3.12 3.3.13 3.3.14 3.3.15
3.3.16 3.3.17
Rerata konsumsi kelompok serelia dan olahannya per orang per hari (gram), Provinsi Jawa Tengah 2014 ................................................................................
22
Rerata konsumsi kelompok umbi dan olahannya per orang per hari (gram), Provinsi Jawa Tengah 2014.................................................................................
24
Rerata konsumsi kelompok kacang-kacangan dan olahannya olahannya per orang per hari (gram), Provinsi Jawa Tengah 2014 ............................................
25
Rerata konsumsi kelompok sayur dan olahannya per orang per hari (gram), Provinsi Jawa Tengah 2014 ................................................................................
26
Rerata konsumsi kelompok buah-buahan dan olahannya per orang per hari (gram), Provinsi Jawa Tengah 2014 ...................................................................
28
Rerata konsumsi kelompok daging dan olahannya per orang per hari (gram), Provinsi Jawa Tengah 2014.................................................................................
30
Rerata konsumsi kelompok jeroan dan olahannya per orang per hari (gram), Provinsi Jawa Tengah 2014 ................................................................................
32
Rerata konsumsi kelompok ikan dan olahannya per orang per hari (gram), Provinsi Jawa Tengah 2014.................................................................................
33
Rerata konsumsi kelompok telur dan olahannya per orang per hari (gram), Provinsi Jawa Tengah 2014 ................................................................................
35
Rerata konsumsi kelompok susu dan olahannya per orang per hari (gram), Provinsi Jawa Tengah 2014 ................................................................................
36
Rerata konsumsi kelompok minyak, lemak dan olahannya per orang per hari (gram), Provinsi Jawa Tengah 2014 ...................................................................
38
Rerata konsumsi kelompok gula dan konfeksionari per orang per hari (gram), Provinsi Jawa Tengah 2014 ................................................................................
39
Rerata konsumsi kelompok bumbu per orang per hari (gram), Provinsi Jawa Tengah 2014........................................................................................................
41
Rerata konsumsi kelompok minuman per orang per hari (gram), Provinsi Jawa Tengah 2014 .......................................................................................................
44
Rerata konsumsi kelompok makanan komposit per orang per hari (gram), Provinsi Jawa Tengah 2014 ................................................................................
45
Rerata konsumsi kelompok air per orang per hari (gram), Provinsi Jawa Tengah 2014 .......................................................................................................
46
Rerata konsumsi kelompok suplemen dan jamu yang dikonsumsi perorang perhari (gram), Provinsi Jawa Tengah 2014 .......................................................
47
xii
DAFTAR SINGKATAN
ACKM
:
Analisis Cemaran Kimia Makanan
AKG
:
Angka Kecukupan Gizi
ART
:
Anggota Rumah Tangga
Balita
:
Bawah Lima Tahun
Balitbangkes
:
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
BB
:
Berat Badan
BDD
:
Berat Dapat Dimakan
BPOM
:
Badan Pengawasan Obat dan Makanan
BPS
:
Badan Pusat Statistik
BS
:
Blok Sensus
BTP
:
Bahan Tambahan Pangan
DKBM
:
Daftar Komposisi Bahan Makanan
DS SDT
:
Daftar Sampel Studi Diet Total
EFSA
:
European Food Safety Authority
FAO
:
Food and Agriculture Organization
FAO/WHO GIFT
:
FAO/WHO Global Individual Food Consumption Data Tool
JECFA
:
Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives
KEPK
:
Komisi Etik Penelitian Kesehatan
Korwil
:
Koordinator Wilayah
Lansia
:
Lanjut Umur
Mandat
:
Manajemen Data
MDG’s
:
Millenium Development Goals
MSG
:
Mono Sodium Glutamat
PAM
:
Perusahaan Air Minum
Poltekkes
:
Politeknik Kesehatan
PSP
:
Persetujuan Sesudah Penjelasan
PTM
:
Penyakit Tidak Menular
RAN
:
Rencana Aksi Nasional
RT
:
Rumah Tangga
SDT
:
Studi Diet Total
SKMI
:
Survei Kesehatan Masyarakat Indonesia
WHO
:
World Health Organization
xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI) merupakan survei yang bertujuan untuk mengumpulkan data makanan yang dikonsumsi penduduk. Survei ini menjadi dasar bagi pelaksanaan Studi Diet Total (SDT). Studi Diet Total penting dilaksanakan karena berdasarkan data yang diperoleh dari Riskesdas (2010), makanan yang dikonsumsi masyarakat Indonesia belum sesuai dengan kebutuhan. Masih terdapat mayarakat yang kurang gizi, namun terdapat juga masyarakat yang menghadapi kelebihan gizi terutama di perkotaan.Konsumsi makanan dan atau minuman bergula, bergaram dan berlemakjenuh tinggi disertai dengan konsumsi sayuran dan buah yang rendah, merupakan salah satu faktor risiko utama PTM terkait-gizi (Beaglehole et al, 2011). Selain itu tingkat pencemaran kimia pada bahan makanan dan minuman cukup tinggi ditemukan didaerah industri pertambangan dan pertanian hortikultura (Kemenkes 2012) berkaitan dengan penyakit tidak menular. Data mortalitasmenurutkelompokpenyakit berdasarkan kajian hasil survei kesehatan nasional 1995-2007 (Atmarita, 2011) menunjukkan terjadinya pergeseran pola penyakit penyebab kematianpada berbagai golongan umur.Kasus kematian akibat penyakit tidak menular (PTM) seperti hipertensi, kanker dan diabetes melitus semakin meningkat dibandingkan dengan kasus kematian akibat penyakit menular. Angka kematian akibat penyakit diabetes melitus meningkat dari 1,1persen menjadi 2,1 persen, hipertensi dari 7,6 persen menjadi 9,5 persen, dan stroke dari 8,3 persen menjadi 12,1 persen (Depkes, 2008 dan Kemenkes, 2014). Prevalensi gizi kurang, kependekan dan prevalensi gizi lebih di tahun 2013 cenderung tidak berubah dibandingkan dengan tahun 2007.Masalah gizi lebih sangat berkaitan dengan kejadian PTM, sehingga peningkatan angka kematian akibat PTM diduga berhubungan erat dengan pola konsumsi pangan (bahan makanan atau minuman) yang mencakup jumlah, mutu dan keamanan. Saat ini telah terdapat banyak data SDT yang berasal dari negara-negara yang telah melakukan studi ini, antara lain Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru, Kanada, Itali, Inggris, Perancis dan negara-negara Asia seperti Cina dan Malaysia. Saat ini SDT dilakukan di seluruh dunia dengan mengikuti pedoman umum yang dikembangkan oleh WHO terutama dari segi metode, sehingga pada akhirnya dapat diperoleh suatu informasi tingkat internasional yang terharmonisasi.Di Indonesia sampai saat ini belum pernah dilakukan SDT yang mencakup survei konsumsi pangan dan analisis senyawa kimia di dalam bahan pangan. Data konsumsi makanan tingkat nasional dari Susenas, Riskesdas 2007, dan Riskesdas 2010, belum memenuhi syarat untuk digunakan dalam pelaksanaan SDT sesuai pedoman umum harmonisasi dari WHO. Data konsumsi dari Susenas merupakan hasil pendekatan dari biaya pengeluaran rumah tangga untuk pembelian pangan sehingga tidak bisa menunjukkan jumlah pangan yang sebenarnya dikonsumsi dan masuk ke dalam tubuh. Data konsumsi dalam Riskesdas 2007 juga merupakan data konsumsi rumah tangga, sehingga tidak bisa dihubungkan dengan data kejadian penyakit yang mewakili data individu, sedangkan Riskesdas 2010 sudah mempunyai data konsumsi individu tetapi tidak memiliki informasi tentang proses pengolahan yang diperlukan dalam menyiapkan sampel bahan makanan untuk keperluan analisis senyawa kimia. Dengan tidak adanya data nasional kecukupan dan keamanan konsumsi pangan serta kajiaan risikonya, maka Indonesia belum memiliki data sebagai evidence based yang dapat mewakili mayoritas penduduk Indonesia yang dapat digunakan sebagai informasi dalam forum-forum di tingkat internasional dan sebagai dasar pengambilan kebijakan.
1
Sampai saat ini belum ada data konsumsi pangan terkini dan lengkap dengan cara pengolahan makanan dan data paparan senyawa kimia pada populasi yang sangat terbatas, sehingga tidak dapat dihubungkan dan menjelaskan meningkatnya prevalensi PTM di Indonesia. Oleh karena itu untuk mendapatan data yang sangat penting ini, perlu dilakukan Studi Diet Total tingkat nasional. SDT yang dilakukan pada tahun 2014-2015 mempunyai dua kegiatan yaitu kegiatan SKMI pada tahun 2014 bertujuan untuk mendapatkan data perubahan tingkat konsumsi gizi dan status gizi serta keragaman hidangan dan bahan makanan yang dikonsumsi penduduk dibandingkan dengan data Riskesdas 2010 dan kegiatan ACKM pada tahun 2015 untuk mengumpulkan data tingkat cemaran kimia dalam makanan yang dikonsumsi oleh penduduk. Oleh karena itu SDT dilaksanakan di Indonesia dimulai dengan kegiatan SKMI yang dilakukan di seluruh provinsi pada tahun 2014 termasuk di Provinsi Jawa Tengah.
1.2 Perumusan Masalah Penelitian Seperti telah dikemukakan di atas bahwa kejadian PTM semakin meningkat dari tahun ke tahun, demikian juga halnya dengan angka kematian yang diakibatkan PTM. Prevalensi masalah gizi tidak banyak mengalami perbaikan dari tahun 2007 sampai tahun 2013. Ada kecenderungan peningkatan prevalensi pendek (stunting), gizi kurang (underweight) dan kegemukan (obesity). Gambaran kesehatan dan gizi seseorang sangat erat kaitannya dengan jumlah, mutu dan keamanan makanan yang dikonsumsinya dikenal dengan istilah “you are what you eat”. Prinsip ketahanan pangan bertumpu pada tiga hal, yaitu: tersedianya jumlah pangan yang cukup, bermutu dan aman bagi penduduk. Meningkatnya kejadian PTM dan tetap tingginya masalah gizi di Indonesia memberikan indikasi adanya masalah dalam makanan yang dikonsumsi oleh penduduk Indonesia baik dari segi jumlah, mutu maupun keamanannya.
1.3 Pertanyaan Penelitian Pertanyaan penelitian untuk SKMI 2014 Provinsi Jawa Tengah yaitu : 1. 2. 3. 4. 5.
Berapakah jumlah makanan dan bahan makanan yang dikonsumsi penduduk menurut jenis dan kelompok makanan di tingkat provinsi? Berapa tingkat asupan zat gizi individu dari semua kelompok umur di tingkat provinsi? Apa saja zat gizi yang konsumsinya kurang dan apa saja zat gizi yang konsumsinya lebih di tingkat provinsi? Berapa jumlah garam, gula dan minyak yang dikonsumsi penduduk di tingkat provinsi? Makanan apa saja yang merupakan komponen sedikitnya 90 persen dari diet yang dikonsumsi penduduk di tingkat provinsi?
1.4 Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tersedianya data tentang kecukupan dan keamanan makanan yang di konsumsi oleh penduduk di Provinsi Jawa Tengah.
2
Tujuan Khusus 1. Memperoleh informasi rerata berat bahan makanan yang dikonsumsi individu menurut jenis makanan dan kelompok makanan (food group) di Provinsi Jawa Tengah. 2. Memperoleh informasi tentang tingkat asupan zat gizi (makro dan mikronutrien) individu di Provinsi Jawa Tengah. 3. Mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan konsumsi zat gizi individu dibandingkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk Provinsi Jawa Tengah. 4. Memperoleh konsumsi garam, gula dan minyak yang dikonsumsi penduduk di Provinsi Jawa Tengah. 5. Memperoleh daftar makanan (food list) yang merupakan komponen sedikitnya 90 persen dari diet yang dikonsumsi penduduk Provinsi Jawa Tengah.
1.5 Manfaat Penelitian 1. Mendapat informasi pola konsumsi bahan makanan penduduk di wilayah Provinsi Jawa Tengah. 2. Mendapat informasi konsumsi zat gizi penduduk di wilayah Provinsi Jawa Tengah. 3. Memperoleh daftar makanan (foodlist) untuk keperluan Analisis Cemaran Kimia Makanan (ACKM) di Provinsi Jawa Tengah. 4. Mampu merencanakan penelitian lanjutan sesuai dengan permasalahan kesehatan
3
BAB II METODE PENELITIAN 2.1 Disain penelitian Penelitian ini merupakan survei berskala nasional. Oleh karena itu disain SKMI 2014 di Provinsi Jawa Tengah mengikuti disain nasional yaitu dengan disain potong lintang (cross-sectional), non-intervensi/observasi, deskriptif dan analitik.
2.2 Tempat dan Waktu SKMI Provinsi Jawa Tengah dilaksanakan selama 25-30 hari mulai tanggal 21 Mei-19 Juni 2014 disesuaikan dengan jumlah BS yang harus diselesaikan oleh masing-masing tim enumerator.
2.3 Populasi dan Sampel Populasi dalam SKMI Provinsi Jawa Tengah tahun 2014 adalah seluruh rumah tangga biasa yang mewakili 35 kabupaten/kota. Besar sampel Provinsi Jawa Tengah berdasarkan kerangka sampling nasional terpilih 195 BS di 35 kabupaten/kota dan 4836 RT dengan perkiraan indvidu sebesar 16683. Kriteria Inklusi dan Ekslusi Sampel adalah semua rumah tangga yang sudah didatangi dan terdaftar pada data Riskesdas 2013 dan semua anggota rumah tangga yang ada pada saat pengumpulan data SKMI di Provinsi Jawa Tengah berlangsung. Kriteria eksklusi adalah rumah tangga tidak diambil datanya bila tidak memungkinkan untuk dikunjungi karena berbagai kendala; dan rumah tangga serta anggota rumah tangga yang menolak berpartisipasi dalam SKMI di Provinsi Jawa Tengah. Cara Pemilihan Sampel Rumah tangga yang akan dikunjungi adalah rumah tangga yang menjadi sampel dalam Riskesdas 2013 di Provinsi Jawa Tengah. Untuk mendapatkan sampel individu, rumah tangga di BS yang sudah dikunjungi Riskesdas 2013 akan diambil secara acak sebanyak 4836 rumah tangga. Dalam satu rumah tangga terdapat 4,5 individu.
2.4 Variabel dan Definisi Operasional Jenis data yang dikumpulkan secara lengkap dapat dilihat pada kuesioner, yaitu terdiri dari blok pertanyaan sebagai berikut: Tingkat Rumah Tangga Blok I : Pengenalan Tempat Blok II : Keterangan Rumah Tangga Blok III : Keterangan Pengumpul Data Blok IV : Keterangan Anggota Rumah Tangga Blok V : Daftar Hidangan Makanan/Minuman yang Dimasak di RT (Quicklist) Blok VI : Persiapan dan Cara Mengolah Makanan/Minuman di Rumat Tangga Tingkat Individu Blok VII : Keterangan Pengumpul Data Blok VIII : Keterangan Individu Blok IX : Daftar Makanan yang Dikonsumsi ART dalam Satu Hari Kemarin Blok X : Konsumsi Makanan Individu Recall 1 x 24 Jam 4
Tabel 2.1 Variabel dan Definisi Operasional SKMI No
Variabel
Penjelasan tentang variabel
Metoda pengukuran
Skala ukur
Pengkategorian
1
Zat Gizi
Diperoleh dari DKBM berdasarkan berat bahan makanan yang dikonsumsi
Analisis DKBM
Rasio
Rerata dan standar deviasi
2
Konsumsi serealia
Berat bahan makanan kelompok serealia yang dikonsumsi
Wawancara
Rasio
Rerata dan standar deviasi
3
Konsumsi umbiumbian
Berat bahan makanan kelompok umbi-umbian yang dikonsumsi
Wawancara
Rasio
Rerata dan standar deviasi
4
Konsumsi kacangkacangan, biji
Berat bahan makanan kelompok kacang-kacangan yang dikonsumsi
Wawancara
Rasio
Rerata dan standar deviasi
5
Konsumsi sayuran
Berat bahan makanan kelompok sayuran yang dikonsumsi
Wawancara
Rasio
Rerata dan standar deviasi
6
Konsumsi buah
Berat bahan makanan kelompok buah yang dikonsumsi
Wawancara
Rasio
Rerata dan standar deviasi
7
Konsumsi daging
Berat bahan makanan kelompok daging yang dikonsumsi
Wawancara
Rasio
Rerata dan standar deviasi
8
Konsumsi jeroan/non daging
Berat bahan makanan kelompok jeroan, non daging yang dikonsumsi
Wawancara
Rasio
Rerata dan standar deviasi
9
Konsumsi ikan
Berat bahan makanan kelompok ikan yang dikonsumsi
Wawancara
Rasio
Rerata dan standar deviasi
10
Konsumsi telur
Berat bahan makanan kelompok telur yang dikonsumsi
Wawancara
Rasio
Rerata dan standar deviasi
11
Konsumsi susu
Berat bahan makanan kelompok susu yang dikonsumsi
Wawancara
Rasio
Rerata dan standar deviasi
12
Konsumsi minyak, lemak
Berat bahan makanan kelompok minyak, lemak yang dikonsumsi
Wawancara
Rasio
Rerata dan standar deviasi
13
Konsumsi gula, sirup, konfeksionari
Berat bahan makanan kelompok gula, sirup, konfeksionari yang dikonsumsi
Wawancara
Rasio
Rerata dan standar deviasi
5
No
Variabel
Penjelasan tentang variabel
Metoda pengukuran
Skala ukur
Pengkategorian
14
Konsumsi bumbu
Berat bahan makanan kelompok bumbu yang dikonsumsi
Wawancara
Rasio
Rerata dan standar deviasi
15
Konsumsi minuman
Berat bahan makanan kelompok minuman yang dikonsumsi
Wawancara
Rasio
Rerata dan standar deviasi
16
Konsumsi makanan komposit
Berat bahan makanan kelompok makanan komposit yang dikonsumsi
Wawancara
Rasio
Rerata dan standar deviasi
17
Konsumsi air
Berat bahan makanan kelompok air yang dikonsumsi
Wawancara
Rasio
Rerata dan standar deviasi
18
Konsumsi suplemen
Berat bahan makanan kelompok suplemen yang dikonsumsi
Wawancara
Rasio
Rerata dan standar deviasi
19
Asupan energi
Jumlah energi yang dikonsumsi
Perhitungan berat bahan makanan yang dikonsumsi dengan kandungan zat gizinya
Rasio
Rerata, standar deviasi dan proporsi
20
Asupan protein
Jumlah protein yang dikonsumsi
Perhitungan berat bahan makanan yang dikonsumsi dengan kandungan zat gizinya
Rasio
Rerata, standar deviasi dan proporsi
21
Tingkat Kecukupan Asupan Energi
Persentase asupan energi per orang per hari terhadap Angka Kecukupan Energi (AKE) yang dianjurkan untuk setiap kelompok umur dan jenis kelamin. AKE yang digunakan adalah didasarkan Permenkes No 75 Tahun 2013.
Ordinal
1. < 70 % AKE 2. 70 -<100% AKE 3. 100-<130% AKE 4. ≥130% AKE
22
Tingkat Kecukupan Asupan Protein
Persentase asupan protein per orang per hari terhadap Angka Kecukupan Protein (AKP) yang dianjurkan untuk setiap kelompok umur dan jenis kelamin. AKP yang digunakan adalah didasarkan Permenkes No 75 Tahun 2013.
Ordinal
1. < 80 % AKP 2. 80 -<100% AKP 3. 100-<120% AKP 4.≥120% AKP
23
Asupan natrium
Jumlah natrium yang dikonsumsi individu sehari kemarin
6
Dihitung berdasarkan kandungan natrium bahan makanan yang ada dalam DKBM
Rasio
No
Variabel
Penjelasan tentang variabel
Metoda pengukuran
Skala ukur
24
Asupan lemak
Jumlah lemak yang dikonsumsi individu sehari kemarin
Dihitung berdasarkan kandungan lemak bahan makanan yang ada dalam DKBM
Rasio
25
Asupan karbohidrat
Jumlah karbohidrat yang dikonsumsi individu sehari kemarin
Dihitung berdasarkan kandungan karbohidrat bahan makanan yang ada dalam DKBM
Rasio
26
Berat badan
Berat badan seluruh responden, bayi,balita,remaja,dewasa dan lansia, baik perempuan dan laki-laki
Dengan menggunakan timbangan badan dengan ketelitian 0,1 kg
Ordinal
27
Makanan yang dikonsumsi ART
Nama makanan dan minuman yang dikonsumsi individu sesuai waktu dalam satu hari kemarin
Wawancara
Nominal
28
Konsumsi makanan individu
Jenis bahan makanan/minuman yang dikonsumsi individu anggota rumahtangga baik yang dimasak dirumah maupun yang diperoleh/dibeli diluar rumah selama sehari kemarin
Wawancara dan penimbangan hidangan
Nominal
29
Kode Hidangan
Kode hidangan menurut daftar makanan yang telah disiapkan dalam buku pedoman SKMI
Buku kode hidangan
Nominal
30
Asal hidangan
Bagaimana cara mendapatkan hidangan
Wawancara
Nominal
31
Nama dagang/merek
Nama produk atau pembuat hidangan/makanan rumah tangga maupun pabrikan
Wawancara dan pengamatan
Nominal
32
Spesifikasi rasa
Rasa yang tertera dalam kemasan pabrikan
Wawancara dan pengamatan
Nominal
33
Alamat tempat makanan dijual
Alamat tempat hidangan /makanan yang dikonsumsi individu di luar
Wawancara
Nominal
7
Pengkategorian
1. Di rumah tangga 2. Dibeli 3. Diberi
No
Variabel
Penjelasan tentang variabel
Metoda pengukuran
34.
URT/porsi hidangan/makanan
Ukuran yang dipakai rumahtangga untuk menyatakan jumlah hidangan atau bahan makanan
Wawancara
Ordinal
sendok makan(sdm) sendok teh (sdt) centong, potong, biji, buah, piring
35.
Sumber air
Tempat memperoleh air yang digunakan untuk memasak dan minum
Wawancara
Nominal
1.Air kemasan 2.Air isi ulang 3.Air ledeng/PDA 4.Air ledeng eceran/beli 5.Sumur bor/pompa 6.Sumur gali terlindung 7.Mata air tak terlindung 8.Penampungan air Hujan 9.Air danau/sungai/irigasi 10.Tidak tahu
36
Perlakuan pada bahan makanan mentah
Tindakan yang dilakukan terhadap makanan yang dikonsumsi mentah
Wawancara
Nominal
1.Dicuci dan dikupas 2.Dicuci, tidak dikupas 3.Tidak dicuci, dikupas 4.Tidak dicuci dan tidak dikupas 8.Tidak berlaku
37
Cara pengolahan
Bagaimana cara hidangan/makanan tersebut dimasak yang paling berisiko terhadap adanya cemaran.
Wawancara
Nominal
1.Bakar/asap 2.Goreng 3.Panggang/sangan/sangrai 4.Rebus/Ungkep/presto 5.Tumis 6.Kukus 7.Seduh 9.Tidak diolah
38
Status responden terkini
Informasi atau keberadaan responden (KK dan ART) sebagai sampel individu SKMI 2014 pada saat pengumpulan data masih sama atau ada
Wawancara
Nominal
1.Tidak ada perubahan 2.Ada perubahan
8
Skala ukur
Pengkategorian
No
Variabel
Penjelasan tentang variabel
Metoda pengukuran
Skala ukur
perubahan dibandingkan dengan data yang dikumpulkan dalam Riskesdas 2013.
Pengkategorian 3.Meninggal 4.Pindah 5.Lahir 6.ART baru 7.Tidak pernah ada dalam RT (fiktif)
39
Umur
Umur anggota rumahtangga
Wawancara
Nominal
a. < 1 bln isikan hari b. < 5 thn isikan bulan c. >= 5 thn isikan tahun
40
Status Pekerjaan
Pekerjaan utama anggota rumah tangga yang berumur diatas 10 tahun
Wawancara
Nominal
1.Tidak bekerja 2.Bekerja 3.Sekolah
41
Persiapan cara memasak makanan/minuman di rumah tangga
Diperoleh keterangan tentang asal, siapa yang memasak, beratbahan makanan, sumber air cara perlakuan dan pengolahan termasuk bahan bakar yang dipergunakan untuk memasak hidangan yang dimasak di rumah tangga
Wawancara
42
Bahan Dasar Alat Masak yang digunakan
Bahan dasar alat masak yang dipakai untuk memasak makanan dan minuman yang dikonsumsi keluarga. Contoh aluminium, gerabah, gelas
Wawancara dan pengamatan
Nominal
1.Aluminium 2.Seng 3.Besi 4.Kaca 5.Tanah/gerabah 6.Plastik 7.Keramik 8.Tembaga 9.Stainless steel 10.Enamel 11.Tidak pakai alat
43
Asal hidangan
Asal bahan makanan/minuman tersebutdiperoleh sebelum dimasak di rumahtangga
Wawancara
Nominal
1.Di rumah tangga 2. Dibeli 3. Diberi
9
No
Variabel
Penjelasan tentang variabel
Metoda pengukuran
44
Air minum
Jumlah air yang diminum individu selama satu hari (24 jam) kemarin
Wawancara
45
Perlakuan pada bahan mentah
Perlakuan terhadap setiap rincian bahan makanan yang digunakan dalam proses pemasakan hidangan makanan/minuman di rumahtangga
Wawancara
46
Pengolahan/pemasa kan
Cara pengolahan dan pemasakan responden terhadap setiap hidangan yang dimasak di rumahtangga yang dapat menimbulkan cemaran dan rincian bahan makanannya
Skala ukur Mililiter Nominal
1.Dicuci 2.Dikupas 3.Tidak dicuci 4.Tidak dikupas 5.Tidak dicuci & tidak dikupas 7.Tidak berlaku
Nominal
Kukus
47
Rincian bahan makanan
Rincian bahan sesuai resep yang digunakan dalam memasak hidangan makanan/minuman di rumah tangga termasuk bumbu dan air.
Wawancara
Nominal
48
Siapa yang memasak
Orang yang memasak makanan atau minuman dari masing-masing makanan/minuman yang dimasak di rumah tangga
Wawancara
Nominal
49
Merek Pabrik dalam Kemasan
Tulisan atau label yang dibuat oleh pabrik/industri yang berada pada pembungkus atau kemasan makanan jadi/pabrikan yang dikonsumsi responden yang dibuat di rumah tangga
Wawancara dan pengamatan
10
Pengkategorian
1. KK 2. Istri/suami 3. Anak kandung 4. Anak angkat/tiri 5. Menantu 6. Cucu 7. Orangtua/mertua 8. Famili lain 9. Pembantu 10. Lainnya
2.5 Instrumen dan Cara Pengumpulan Data 2.5.1 Instrumen Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut: 1. Daftar Sampel SDT (DS SDT) Provinsi Jawa Tengah (dari Daftar Sampel Rumah Tangga yang sudah tersedia pada saat Riskesdas 2013) 2. Kuesioner RT dan Kuesioner Individu 3. Buku foto makanan 4. Timbangan makanan dan penggaris 5. Peralatan antropometri timbangan berat badan digital 2.5.2 Cara Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan penimbangan berat badan. Wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data : pengenalan tempat, keterangan rumah tangga dan anggota rumah tangga, daftar hidangan, keterangan individu, konsumsi makanan individu (recall 1x24 jam), Daftar makanan yang dikonsumsi 24 jam terakhir, URT/porsi serta sumber air. Wawancara dan penimbangan bahan makanan dilakukan untuk mengumpulkan data : berat rincian hidangan yang dimakan. Wawancara dan pengamatan dilakukan untuk mengambil data: persiapan, bahan dasar alat masak dan cara mengolah makanan dan keadaan biologis pada saat recall. Wawancara dan membeli bahan makanan dilakukan untuk mengambil data: jenis bahan makanan. Penimbangan menggunakan timbangan digital dilakukan untuk mengambil data berat badan dengan ketelitian 0,1 kg. Wawancara Pengumpulan data di tingkat rumah tangga dan individu dilakukan dengan metode wawancara secara tatap muka. Wawancara dilakukan oleh tenaga pengumpul data yang berlatar belakang pendidikan gizi dan telah mendapat pelatihan sebelum pengumpulan data dilakukan. Wawancara dengan menggunakan instrumen yaitu 2 kuesioner yang berbeda: a. Kuesioner rumah-tangga, terutama ditujukan untuk mendapatkan informasi proses penyediaan makanan yang dikonsumsi keluarga. Mulai dari sumber bahan makanan diperoleh, proses persiapan sebelum pemasakan, cara pengolahan hingga alat masak dan bahan bakar yang digunakan dalam pemasakan. b. Kuesioner individu, terutama ditujukan untuk mendapatkan informasi jenis dan kuantitas (berat) makanan dikonsumsi oleh setiap anggota rumah-tangga. Termasuk minuman, bumbu, suplemen makanan, gula, garam dan minyak individu juga dikumpulkan. Tehnik wawancara Tehnik wawancara untuk mengumpulkan data jenis dan kuantitas makanan yang dikonsumsi individu serta proses penyediaan makanan yang dikonsumsi keluarga, digunakan metode recall 1 x 24 jam. Metode recall adalah cara pengumpulan data individu dan keluarga yang prinsipnya meminta responden mengingat kembali semua makanan yang dikonsumsi selama 24 jam yang lalu dengan cara probing (penggalian). Tehnik metode recall yang digunakan adalah 5-Step Multiple-Pass Method secara detail diuraikan dalam buku pedoman umum dan buku pedoman pengisian kuesioner. Kunjungan ulangan recall 1 x 24 jam hanya dipilih secara purposive 3 RT dalam 1 BS, RT yang dipilih yang dapat ditentukan dalam 3 hari pertama pengumpulan data dalam setiap BS.
11
2.5.3 Proses wawancara Persiapan Satu hari sebelum tim turun ke lapangan, ketua tim pengumpul data berkewajiban untuk memeriksa ulang semua rumah tangga di BS sesuai dengan DS-SDT Provinsi Jawa Tengah, sedangkan anggota tim lainnya mempersiapkan instrumen dan peralatan serta kalibrasi alat. Apabila rumah tangga tersebut sudah tidak ada karena berbagai alasan dan tidak mungkin dikunjungi, tidak perlu dicarikan penggantinya.Tim pengumpul data mengunjungi rumah tanggal terpilih untuk membuat janji kapan wawancara untuk pengumpulan data konsumsi dapat dilakukan. Hari Pengumpulan data Wawancara dilakukan sesuai dengan waktu yang telah disepakati antara tenaga pengumpul data dan ART yang akan diwawancarai. Setelah memperkenalkan diri, kemudian menjelaskan naskah penjelasan yang intinya menerangkan maksud dan tujuan survei dilakukan, penggunaan hasil, metoda yang digunakan, risiko yang ditimbulkan, manfaat termasuk kompensasi yang diberikan atau yang akan diterima sebagai pengganti terganggunya waktu responden karena harus diwawancarai, jaminan kerahasiaan, hak mengundurkan diri serta alamat kontak yang bisa dihubungi dan waktu yang dibutuhkan untuk wawancara. Setelah diberikan waktu responden berfikir menerima atau menolak, kemudian ditanyakan kesediaan responden untuk diwawancarai. Responden diminta untuk menanda tangai informed consent jika bersedia. Setelah itu apabila responden bersedia untuk diwawancarai, setiap responden diminta untuk menandatangani formulir persetujuan setelah penjelasan (informed consent) Pewawancara melakukan penggalian informasi (probing) makanan dan minuman yang dikonsumsi secara rinci, untuk mendapatkan data yang akurat dan lengkap dengan cara membantu mengingat kembali makanan dan minuman yang dikonsumsi sehari kemarin dengan tidak mengarahkan pertanyaan yang dapat menggiring responden ke suatu jawaban. Wawancara dapat dilakukan secara serempak pada suatu rumah tangga dimanasetiap anggota tim bertanya pada masing-masing individu yang hadir secara bersamaan atau dapat dilakukan satu demi satu jika ART tidak hadir secara bersamaan. Mekanisme wawancara dapat disesuaikan dengan kondisi dan situasi yang paling sesuai dilakukan pada rumah tangga tersebut. Seperti telah disebutkan di atas, ada dua kuesioner yang digunakan sebagai alat pengumpulan data, yaitu kuesioner yaitu rumah tangga dan individu. Untuk kuesioner rumah tangga, ART yang diwawancarai adalah ART yang paling mengerti tentang pengolahan makanan yang dilakukan di rumah tangga, biasanya adalah ibu. Untuk kuesioner individu, wawancara dilakukan kepada seluruh ART di dalam rumah tangga tersebut, termasuk bayi dan anak-anak. Untuk bayi, wawancara dilakukan terhadap ibu, sedangkan pada anak-anak berusia <15 tahun, wawancara dilakukan dengan pendampingan.Akan terdapat ARTyang diwawancarai lebih dari sekali,yaitu sebagai responden kuesioner rumah tangga dan sebagai responden kuesioner individu, atau sebagai responden yang mewakili bayi. Keseluruhan proses pengambilan data akan memerlukan waktu selama kurang lebih 45 menit/orang untuk kuesioner individu, dan 45 menit untuk kuesioner rumah tangga, sehingga hal ini cukup menyita waktu responden. Setelah selesai wawancara, teliti lagi apa ada informasi yang kurang lengkap atau terlewatkan. Sebelum meninggalkan rumah responden, sebagai ucapan terima kasih dan pengganti terganggunya waktu responden, maka akan diberikan kompensasi (bahan kontak) berupa uang sebesar Rp.50.000 untuk 12
setiap ART yang diwawancarai untuk kuesioner rumah tangga, dan Rp.20.000,- untuk setiap individu yang diwawancara. Partisipasi responden bersifat sukarela tanpa paksaan, dan bila tidak berkenan dapat menolak, dan sewaktu-waktu selama proses pengumpulan data dapat mengundurkan diri tanpa sanksi apapun. 2.5.4 Penimbangan Berat Badan Penimbangan berat badan dilakukan dengan penimbangan berat badan dilakukan pada seluruh anggota rumah tangga menggunakan timbangan berat badan digital dengan tingkat ketelitian 0,1 kg. Rincian cara penimbangan berat badan terdapat di buku pedoman pengisian kuesioner.
2.6 Bahan dan Prosedur Pengumpulan Data Bahan pengumpulan data yaitu berupa instrumen dan peralatan yang telah disebutkan diatas, dilengkapi juga dengan : 1. Daftar Sampel SDT (DS SDT) Provinsi Jawa Tengah (dari Daftar Sampel Rumah Tangga sudah tersedia pada saat Riskesdas 2013) 2. Kuesioner RT dan Kuesioner Individu 3. Buku pedoman umum 4. Buku pedoman kode bahan pangan 5. Buku pedoman pengisian kode hidangan 6. Buku pedoman perkiraan jumlah garam dan penyerapan minyak goreng 7. Buku pedoman konversi berat matang-mentah, berat dapat dimakan (BDD) dan resep makanan siap saji dan jajanan 8. Buku foto makanan 9. Buku pedoman pengisian kuesioner 10. Buku pedoman pengorganisasian dan manajemen 11. Buku pedoman manajeman data 12. Timbangan makanandan penggaris 13. Peralatan antropometri timbangan berat badan digital 14. Peralatan manajemen data: Laptop, CD, flashdisk, program data entri 15. Perlengkapan lapangan enumerator: tas, payung, alat tulis, rompi, topi. Rekrutmen Petugas Pelaksanaan Pengumpulan Data yang valid didapatkan dengan cara melakukan proses seleksi tenaga pengumpul data yang mempunyai keahlian khusus dengan latar belakang pendidikan ahli gizi (minimal D3 gizi). Proses seleksi tenaga enumerator bekerjasama dengan Poltekkes dan Perguruan Tinggi dibantu Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Persyaratan bagi petugas lapangan adalah sebagai berikut:
Laki-laki dan wanita lulusan D3 Gizi- S1 Gizi Diutamakan yang mempunyai dasar pendidikan D3 Gizi (menyertakan fotokopi ijazah) dan yang sudah berpengalaman melakukan wawancara recall 24 jam(menyertakan fotokopi sertifikat/tanda bukti) Mempunyai kemampuan mengoperasikan aplikasi office dan internet Menyerahkan fotokopi kartu tanda penduduk (KTP) Usia tidak lebih dari 40 tahun Menyertakan surat keterangan berbadan sehat dari dokter Menandatangani kontrak kerja (tidak hamil selama menjalani kontrak kerja) bersedia ditempatkan di lapangan.
13
Satu tim pengumpul data menangani tiga-empat BS, oleh karena Provinsi Jawa Tengah mempunyai 195 BS maka diperlukan sebanyak 67 tim dengan jumlah anggota 4 orang per tim. Proses rekrutmen:
Proses rekrutmen di Provinsi Jawa Tengah dilakukan dengan koordinasi antara Korwil 1 dan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Peminat/pelamar menyampaikan dokumen persyaratan tersebut diatas ke alamat: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah untuk menjadi dokumentasi dan bahan dasar seleksi Pelamar yang telah memenuhi semua dokumen persyaratan akan diberitahu dan diseleksi oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Dalam pelatihan tenaga, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah berkoordinasi dengan Badan Litbang Kesehatan
Tenaga enumerator yang telah terpilih dalam proses seleksi diharuskan mengikuti pelatihan selama 10 hari yang meliputi: Latar belakang dan tujuan Studi Diet Total (SDT) Metode SDT Cara wawancara dan mengisi formulir/kuesioner Penimbangan berat Praktek lapangan Cara kerja dan pembagian tugas di lapangan Menyusun jadwal pelaksanaan pengumpulan data
Rapat Koordinasi Teknis (Rakornis) dilaksanakan tanggal 4-6 Mei 2014 diikuti 70 orang yang berasal dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Poltekkes Semarang di Hotel Grand Candi Semarang.
Training Center (TC) untuk pengumpul data rumah tangga dan individu dilaksanakan tanggal 8-17 Mei 2014 diikuti 344 orang di Hotel Best Western Star Semarang.
Pelaksanaan Pengumpulan Data Pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 21 Mei sampai dengan 19 Juni 2014. Pengumpulan data yang dilakukan di BS dilakukan oleh tim yang terdiri dari 4 orang yaitu: 1 orang ketua tim sekaligus sebagai koordinator lapangan dan bertanggungjawab untuk melaksanakan data entry 3 orang pewawancara konsumsi makanan (recall 24 jam) sekaligus melakukan penimbangan berat badan Setiap tim bertanggung jawab pada tiga BS yang akan diselesaikan dalam waktu 30 hari hari. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengunjungi RT dan BS yang terpilih. Kegiatan tenaga pengumpul data di RT yang dikunjungi adalah : Melakukan wawancara dengan individu ART dari RT yang ada dalam daftar sampel Provinsi Jawa Tengah Mengisi kuesioner/formulir wawancara individu sesuai dengan pedoman Melakukan konfirmasi komposit bahan makanan (jenis dan berat) Melakukan penimbangan berat badan individu yang di wawancara Melakukan data entry hasil wawancara Melakukan editing dan cleaning data yang telah di entry 14
Mengirim data yang telah di edit/ di cleaning ke alamat yang telah ditetapkan oleh tim mandat Bertanggung jawab pada barang-barang perlengkapan penelitian Proses seleksi tenaga enumerator bekerjasama dengan Poltekkes, Perguruan Tinggi dan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Koordinator Klaster Petugas lapangan lainnya yang dibutuhkan adalah koordinator klaster, yang bertanggung jawab pada tim yang bertugas mengumpulkan data. Setiap koordinator klaster bertanggungjawab pada 2 kabupaten yang berdekatan. Tugas penanggungjawab klaster Mengikuti pelatihan Training of Trainer (TOT) selama 10 hari. Melakukan pelatihan kepada tenaga pengumpul data Melakukan koordinasi dengan tenaga pengumpul data dalam pelaksanaan pengumpulan data di lapangan. Melakukan editing kuesioner yang telah diisi oleh petugas pengumpul data. Syarat-syarat koordinator klaster : Laki-laki atau perempuan Berpendidikan S1/S2/S3 menyertakan fotocopi ijazah Diutamakan yang berlatarbelakang pendidikan jurusan gizi dan atau yang sudah berpengalaman menjadi penanggungjawab teknis kabupaten/kota dalam Riskesdas Mempunyai kemampuan mengoperasikan aplikasi office dan internet Menyerahkan fotocopi KTP Usia tidak lebih dari 55 tahun Menyerahkan persetujuan/ijin atasan Dokumen berkas lamaran diserahkan kepada Kordinator Wilayah (Korwil) yang menjadi penanggungjawab di Provinsi Jawa Tengah dan Korwil akan berkoordinasi dengan Poltekkes Semarang. Pelatihan petugas Pelatihan direncanakan secara berjenjang. Pelatihan pertama yaitu melatih para koordinator klaster, yaitu koordinator yang bertanggung langsung kepada tim. Pelatihan dilaksanakan selama 10 hari, dengan materi semua bahan yang diperlukan untuk mengumpulkan data. Metode yang digunakan adalah pemaparan materi, praktek dikelas dan praktek di lapangan. Koordinator klaster yang telah mendapatkan pelatihan (TOT) akan melakukan pelatihan kepada seluruh tim enumerator (TC) diwilayah kordinasinya. Selesai pelatihan tim enumerator langsung melaksanakan pengumpulan data. Pelatihan Pengumpul dan Manajemen Data Pelatihan pengumpul data ditujukan kepada enumerator yang direkrut sebagai pengumpul data dan penimbang berat badan. Dalam pelatihan ini termasuk juga pelatihan ketua tim pengumpul data serta mekanisme kerjasama tim pengumpul data. Tujuan pelatihan pengumpul dan manajemen data di lapangan: 1. Untuk memperoleh keseragaman dalam pemahaman materi kuesioner, pemeriksaan, pengukuran, dan manajemen data. 15
2. Untuk memperoleh kesepakatan antar anggota tim mengenai pembagian tugas, jadual dan mekanisme pelaksanaan. 3. Untuk memperoleh kesepakatan tentang mekanisme pengelolaan data di lapangan. 4. Untuk memperoleh kesepakatan tentang mekanisme pengaturan administrasi dan logistik. Pelaksanaan di lapangan Pengumpulan data Provinsi Jawa Tengah dilakukan oleh enumerator yang terbagi menjadi 67 tim. Masing-masing tim terdiri dari empat orang enumerator yang bertanggung jawab terhadap tiga BS. Tiga orang sebagai pengumpul data, satu orang bertanggung jawab untuk data entry. Satu enumerator setiap hari bertanggung jawab mengumpulkan data di satu rumah tangga. Satu BS terdiri dari 25 rumahtangga dan dipilih secara acak 3 rumah tangga yang diwawancara ulang dalam periode pengumpulan data di BS tersebut. Waktu yang diperlukan selama 8-10 hari. Dibutuhkan 18 orang koordinator klaster, masing-masing koordinator klaster bertanggung jawab terhadap 2 kabupatan/kota atau 5-6 BS. Sebelum tim dilepas untuk mengambil data, perlu dilakukan pengecekan ulang keberadaan RT (pemutakhiran), menyiapkan seluruh kelengkapan yang diperlukan yaitu kuesioner, alat tulis, perlengkapan lapangan, serta peralatan untuk menimbang. Setiap selesai pengumpulan data, tim harus melakukan pengecekan kelengkapan pengisian kuesioner; melakukan ‘data editing’, melakukan ‘data entry’; mengirimkan data setiap selesai ‘data entry’ di setiap BS. Supervisi substansi dan administrasi dilakukan oleh tim Pusat dan tim korwil.
2.7 Pengawasan Kualitas Data Untuk menjamin kualitas data yang dikumpulkan dilakukan beberapa kegiatan sebelum pengumpulan data (quality assurance), proses pengumpulan data (quality control) dan manajemen data sebagai berikut: 1. Penyediaan pedoman dan alat bantu wawancara, termasuk buku foto makanan, konversi bahan makanan matang ke mentah, perhitungan serapan minyak dan garam, perhitungan umur, timbangan makanan dan timbangan berat badan, serta pedoman editing dan entry data di lapangan 2. Pelatihan bagi ketua pelaksana provinsi, koordinator klaster, dan petugas pengumpul data (enumerator) dalam teknik wawancara dan penggunaan alat bantu wawancara 3. Koordinator klaster melakukan supervisi/pendampingan dalam proses pengumpulan data yang dilakukan oleh enumerator. 4. Dilakukan editing data setiap hari setelah selesai pengumpulan data oleh enumerator yang dikoordinir oleh ketua tim, agar bila diperlukan konfirmasi ulang maka enumerator masih bisa mengunjungi ulang responden. Sebelum dientry ke komputer data sudah harus melalui proses editing. 5. Dilakukan spot-check (validasi data isian kuesioner) oleh koordinator klaster terhadap 6 RT dalam 1 Tim pengumpul data. Dilakukan pemeriksaan terhadap konsistensi data, data yang tidak masuk akal, dan kelengkapan informasi dalam kuesioner. 6. Setelah data selesai di entry di lapangan untuk setiap BS, harus dikirim ke Mandat Badan Litbangkes untuk segera dilakukan cek receiving dan batching, dan data cleaning agar bila diperlukan konfirmasi dapat segera menghubungi petugas di lapangan. Selain itu entry data juga dikirimkan ke koordinator klaster. 7. Koordinator klaster melakukan supervisi dan pendampingan terhadap pengumpulan data yang dilakukan oleh enumerator.
16
8. Semua kegiatan koster: supervisi/pendampingan, validasi data isian kuesioner enumerator, mengecek hasil entry dan form kontrol yang dilakukan enumerator dicatat dalam log book yang dikirimkan setiap 5 hari sekali ke Ketua Pelaksana provinsi dan Manajemen Data Pusat untuk dilakukan penggabungan, data cleaning dan pengolahan data. 2.7.1 Analisis Data Analisis data dilakukan di Laboratorium Manajemen Data, Jakarta. Tim teknis akan melakukan analisis data didampingi oleh tim mandat untuk mengeluarkan output sesuai dengan dummy table yang telah dibuat. Hasil wawancara recall makanan pada individu, diperoleh berat masing-masing bahan makanan yang dikonsumsi dalam satuan gram dan ml, kemudian setiap jenis bahan makanan dikelompokkan dalam 17 grup makanan menurut pengelompokkan ASEAN, yaitu: 1. Sereal dan hasil olahannya 2. Umbi-umbian dan hasil olahannya 3. Kacang-kacangan, biji 4. Sayuran dan hasil olahannya 5. Buah dan hasil olahannya 6. Daging dan hasil olahannya 7. Jeroan/non daging dan olahannya 8. Ikan, hewan laut lainnya dan hasil olahannya 9. Telur dan hasil olahannya 10. Susu dan hasil olahannya 11. Minyak, lemak dan olahan 12. Gula, sirup, dan konfeksioneri 13. Bumbu dan olahannya 14. Minuman 15. Makanan komposit 16. Air 17. Suplemen Sehubungan terbatasnya data zat gizi pada daftar komposisi bahan makanan, maka hanya 5 jenis zat gizi yang dianalis yaitu : 1. Energi 2. Protein 3. Lemak 4. KH 5. Natrium Hasil analisis oleh tim mandat pusat dikirim ke masing-masing provinsi untuk penyusun laporan.
2.8 Izin penelitian Izin penelitian diajukan pada Kementrian Dalam Negeri Pusat diteruskan sampai Pemerintah Daerah di tingkat provinsi dan kabupaten/kota sesuai dengan waktu penelitian. Rekomendasi penelitian di tingkat Provinsi dikeluarkan oleh Badan Penanaman Modal Daerah dengan nomor : 070/995/04.5/2014.
2.9 Pertimbangan etik penelitian Pelaksanaan SDT tahun 2014, telah memperoleh persetujuan etik dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan (KEPK), Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan RI dengan nomor LB.02.01/5.2/KE.189/2014. Persetujuan etik, naskah penjelasan serta formulir Informed Consent (Persetujuan Setelah Penjelasan) dapat dilihat pada Lampiran. 17
BAB III HASIL 3.1 Gambaran Umum Provinsi Jawa Tengah 3.1.1 Gambaran Geografi dan Wilayah Administrasi Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak cukup strategis karena berada diantara dua provinsi besar, yaitu bagian barat berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat, bagian timur berbatasan dengan Provinsi Jawa Timur. Sedangkan bagian utara berbatasan dengan Laut Jawa dan bagian selatan berbatasan dengan Samudra Hindia dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Letaknya antara 5°40' - 8°30' lintang selatan dan antara 108°30' - 111°30' bujur timur (termasuk Pulau Karimunjawa). Luas wilayah Provinsi Jawa Tengah sebesar 32.544,12 km², secara administratif terbagi menjadi 29 kabupaten dan 6 kota, yang tersebar menjadi 573 kecamatan dan 8.576 desa/kelurahan. Wilayah terluas adalah Kabupaten Cilacap dengan luas 2.138,51 km², atau sekitar 6,57% dari luas total Provinsi Jawa Tengah, sedangkan Kota Magelang merupakan wilayah yang luasnya paling kecil yaitu seluas 18,12 km². Secara topografi, wilayah Provinsi Jawa Tengah terdiri dari wilayah daratan yang dibagi menjadi 4 (empat) kriteria : 1. Ketinggian antara 0–100 m dari permukaan air laut, seluas 53,3 persen, yang daerahnya berada di sepanjang pantai utara dan pantai selatan. 2. Ketinggian antara 100–500 m dari permukaan air laut seluas 27,4 persen. 3. Ketinggian antara 500–1.000 m dari permukaan air laut seluas 14,7 persen. 4. Ketinggian diatas 1.000 m dari permukaan air laut seluas 4,6 persen. 3.1.2 Gambaran Demografis Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, jumlah penduduk Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2013 (angka proyeksi sementara dari BPS) sebesar 33.264.339 jiwa, dengan luas wilayah sebesar 32.544,12 kilometer persegi (km²), rerata kepadatan penduduk sebesar 1.022 jiwa untuk setiap km². Wilayah terpadat adalah Kota Surakarta, dengan tingkat kepadatan penduduk sekitar 11.534 jiwa per km². Wilayah terlapang adalah Kabupaten Blora, dengan tingkat kepadatan penduduk sekitar 471 jiwa per km², dengan demikian persebaran penduduk di Jawa Tengah belum merata. Jumlah rumah tangga sebanyak 8.704.482, maka rerata jumlah anggota rumah tangga adalah 3,82 jiwa untuk setiap rumah tangga. Penduduk terbanyak di Kabupaten Brebes 1.764.648 jiwa (5,30%) dan paling sedikit di Kota Magelang 119.935 jiwa (0,36%). Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat dari rasio jenis kelamin, yaitu perbandingan penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan per 100 penduduk perempuan. Berdasarkan penghitungan angka proyeksi penduduk tahun 2013 berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2010 oleh Badan Pusat Statistik, didapatkan angka proyeksi jumlah penduduk laki-laki di Jawa Tengah 16.499.377 jiwa (49,60%) dan jumlah penduduk perempuan di Jawa Tengah 16.764.962 jiwa (50,40%). Sehingga didapatkan rasio jenis kelamin sebesar 98,42 per 100 penduduk perempuan, berarti setiap 100 penduduk perempuan ada sekitar 98 penduduk laki-laki. Komposisi penduduk Provinsi Jawa Tengah menurut kelompok umur dan jenis kelamin menunjukkan bahwa penduduk laki-laki maupun perempuan mempunyai Proporsi terbesar pada kelompok umur 15–64 tahun.
18
3.1.3 Sosial Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada tahun 2012 meningkat sebesar 6,34 persen, lebih tinggi dibanding tahun 2011 sebesar 6,03 persen. Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada tahun 2012 secara agregat cukup dinamis yaitu mencapai 6,34 persen. Produk Domestik Regional Bruto per kapita di Jawa Tengah pada tahun 2012 atas dasar harga berlaku sebesar 556,48 triliun rupiah dan atas dasar harga konstan tahun 2000 sebesar 210,85 triliun rupiah. PDRB Jawa Tengah tahun 2012 atas dasar harga berlaku meningkat menjadi 4,85 kali dan PDRB atas dasar harga konstan menjadi 1,84 kali. Berdasarkan jumlah penduduk menurut kelompok umur, angka beban tanggungan (dependency ratio) penduduk Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2013 sebesar 48,74. Angka tersebut mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan tahun 2012 (48,73), berarti pada tahun 2013 setiap 100 penduduk usia produktif (usia 15-64 tahun) harus menanggung beban hidup sekitar 49 penduduk usia belum produktif (0–14 tahun) dan usia tidak produktif (65 tahun ke atas). Dibandingkan dengan tahun 2011, pada tahun 2012 secara umum telah terjadi peningkatan di bidang pendidikan. Peningkatan terjadi pada tingkat pendidikan SD dan SMP. Hal ini wajar terjadi mengingat semakin digalakkannya program sekolah gratis bagi jenjang SD dan SMP dan program-program pendidikan lainnya. Berikut ini disajikan Proporsi jumlah penduduk usia 10 tahun ke atas menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan di Provinsi Jawa Tengah tahun 2008-2012. Peningkatan tersebut berimbas pada kemampuan baca tulis penduduk yang tercermin dari angka melek huruf. Proporsi penduduk yang dapat membaca dan menulis huruf latin dan huruf lainnya pada tahun 2012 sebesar 91,22 persen, sedangkan yang buta huruf sebesar 8,78%. Bila dilihat dari jenis kelaminnya, maka penduduk laki-laki lebih banyak yang melek huruf dibandingkan dengan penduduk perempuan, angka melek penduduk laki-laki sebesar 94,94% dan perempuan sebesar 87,61 persen. 3.1.4 Kesehatan Lingkungan Hasil Riskesdas Provinsi Jawa Tengah 2013 dalam hal kesehatan lingkungan, ada kecenderungan meningkat untuk rumah tangga yang bisa akses ke sumber air minum ‘improved’ 76,5 persen tahun 2007 menjadi 87,2 persen tahun 2013, dan variasi antar provinsi yang sangat lebar dari yang terendah di Kabupaten Purbalingga (74,2%) dan Purworejo (78,9%), sedangkan yang tertinggi di Kota Magelang dan Kota Surakarta (> 95%). Demikian halnya untuk rumah tangga yang memiliki akses ke fasilitas sanitasi ‘improved’ juga meningkat dari 46,9 persen (2007) menjadi 62,7 persen (2013), walaupun masih ada kabupaten yang hanya 28,0 persen dan 31,9 persen ( Wonosobo dan Banjarnegara). Proporsi rumah tangga yang memenuhi kriteria perilaku hidup bersih dan sehat yang baik mengalami penurunan dari 37,8 persen pada tahun 2007 menjadi 36,2 persen di tahun 2013. 3.1.5 Status Gizi a. Jumlah bayi berat lahir rendah (BBLR) di Jawa Tengah pada tahun 2013 sebanyak 20,912 (3,75%) sama seperti jumlah BBLR tahun 2012 yang sebanyak 21,573 (3,75%). Persentasi Bayi BBLR berjenis kelamin perempuan (3,79%) lebih tinggi dibandingkan pada bayi laki-laki (3,70%). b. Proporsi balita dengan gizi kurang (BB/U) Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 sebesar 3,86 persen, lebih rendah dibandingkan tahun 2012 yang sebesar 4,88 persen. Kejadian gizi kurang lebih banyak pada kelompok balita laki-laki (3,94%) dibandingkan pada kelompok perempuan (3,79%). Proporsi balita dengan gizi kurang tertinggi di Kota Tegal (14,10%) dan terendah di Kabupaten Pekalongan (0,52%). 19
c. Balita Gizi Buruk tahun 2013 berjumlah 2.475 (0,30%) meningkat apabila dibandingkan tahun 2012 sejumlah 1.131 (0,06%). Kejadian gizi buruk lebih banyak terjadi di balita perempuan (1.305 kasus) dibandingkan pada balita lakilaki (1.170 kasus). Sementara Proporsi Balita Gizi Buruk mendapatkan perawatan tahun 2013 sebesar 100 persen.
3.2 Jumlah sampel yang terkumpul (Response rates) Dari 195 BS terpilih untuk sampel SDT Provinsi Jawa Tengah 2014, seluruh BS berhasil ditemukan dan dikunjungi (100%) yang tersebar di 35 kabupaten/kota. Adapun dari jumlah target rumah tangga sebesar 4.836 RT terdapat 4.587 RT yang berhasil dikunjungi (94,85%) dengan jumlah anggota rumah tangga (ART) 14.816 orang (88,81%). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3.2.1. Tabel 3.2.1 Distribusi BS, RT, dan ART yang dapat dikunjungi (response rate) menurut Kabupaten/Kota, Provinsi Jawa Tengah 2014 BS No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Kab/Kota Cilacap Banyumas Purbalingga Banjarnegara Kebumen Purworejo Wonosobo Magelang Boyolali Klaten Sukoharjo Wonogiri Karanganyar Sragen Grobogan Blora Rembang Pati Kudus Jepara Demak Semarang Temanggung Kendal Batang Pekalongan Pemalang Tegal Brebes Kota Magelang Kota Surakarta Kota Salatiga Kota Semarang Kota Tegal Kota Pekalongan Jawa Tengah
Dikunjungi 7 7 6 5 6 5 5 6 6 5 6 5 6 6 7 5 5 6 5 6 5 6 6 5 6 5 6 6 7 4 5 3 8 4 4 195
RT Response Rate (%) 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Sampel
Dikunjungi
175 175 150 125 150 125 125 150 150 125 128 125 149 145 175 125 125 150 125 150 125 150 150 125 150 125 150 147 174 100 120 75 198 100 100 4836
169 170 142 122 143 121 122 149 148 116 119 118 138 141 174 123 118 127 119 147 114 148 149 123 148 123 144 142 163 88 96 63 166 99 95 4587
20
ART Response Rate (%) 96,57 97,14 94,67 97,60 95,33 96,80 97,60 99,33 98,67 92,80 92,97 94,40 92,62 97,24 99,43 98,40 94,40 84,67 95,20 98,00 91,20 98,67 99,33 98,40 98,67 98,40 96,00 96,60 93,68 88,00 80,00 84,00 83,84 99,00 95,00 94,85
Sampel
Didata
640 615 467 347 579 444 485 550 581 395 415 427 513 433 554 383 376 395 449 525 443 474 564 449 592 465 581 582 552 286 476 207 711 372 356 16683
552 551 479 392 454 423 427 514 506 357 379 347 460 400 489 373 354 369 418 486 361 457 524 383 545 414 443 480 454 254 355 175 576 358 307 14816
Response Rate (%) 86,25 89,59 102,57 112,97 78,41 95,27 88,04 93,45 87,09 90,38 91,33 81,26 89,67 92,38 88,27 97,39 94,15 93,42 93,10 92,57 81,49 96,41 92,91 85,30 92,06 89,03 76,25 82,47 82,25 88,81 74,58 84,54 81,01 96,24 86,24 88,81
Tabel 3.2.2 Distribusi ART yang dapat dianalisis menurut karakteristik, Provinsi Jawa Tengah 2014 Karakteristik Kelompok Umur 0 - 59 bln 5 - 12 thn 13 - 18 thn 19 - 55 thn >55 thn Jenis Kelamin Laki - laki Perempuan Kuintil Indeks Kepemilikan Terbawah Menengah Bawah Menengah Menengah Atas Teratas Total
Jumlah
%
668 1.680 1.489 7.386 2.540
4,9 12,2 10,8 53,7 18,5
6.836 6.927
49,7 50,3
2.844 2.808 2.641 2.793 2.676 13.763
20,7 20,4 19,2 20,3 19,4 100,0
Menurut kelompok umur, responden berumur 19-55 tahun merupakan responden terbanyak yang dapat dianalisis sebesar 53,7 persen. Sedangkan berdasarkan jenis kelamin dan kuintil indeks kepemilikan memiliki distribusi jumlah ART yang dapat dianalisis tidak terlalu jauh berbeda.
21
3.3 Konsumsi Bahan Makanan Menurut Kelompok Bahan Makanan Data yang disajikan dalam poin Konsumsi Bahan Makanan Menurut Kelompok Makanan SDT 2014 adalah konsumsi bahan makanan yang dikelompokkan menjadi 17 kelompok bahan makanan: serelia dan hasil olahannya, umbi dan hasil olahannya, kacang-kacangan dan hasil olahannya, sayur dan hasil olahannya, buah-buahan dan hasil olahannya, daging dan hasil olahannya, jeroan dan hasil olahannya, ikan dan hasil olahannya, telur dan hasil olahannya, susu dan hasil olahannya, minyak dan lemak serta hasil olahannya, gula dan sirup serta konfeksionari, bumbu, minuman, makanan komposit, air minum, suplemen dan jamu, dan rerata konsumsi bahan makanan per orang menurut kelompok bahan makanan dan kelompok umur.
Gambar 3.3.1 Rerata konsumsi kelompok serelia dan olahannya per orang per hari (gram), Provinsi Jawa Tengah 2014 Gambar 3.3.1 di atas menunjukkan rerata serealia dan hasil olahannya yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat di Provinsi Jawa Tengah seluruh umur adalah beras sebesar 179,2 gram per hari, diikuti mie 33,7 gram dan terigu 12,4 gram. Dimana berdasarkan kelompok umur, rerata konsumsi kelompok serealia dan olahannya tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun sebesar 384,1 gram per hari. Rerata konsumsi beras meningkat seiring dengan meningkatnya usia dan kemudian menurun setelah berumur lebih dari 55 tahun. Rerata konsumsi beras tertinggi terdapat pada kelompok umur 19-55 tahun sebesar 201,3 gram per hari dan terendah pada kelompok umur 0-59 bulan (64,8 g). Mie merupakan serealia dan olahannya yang paling banyak dikonsumsi oleh kelompok umur 5-12 tahun dengan rerata 58,9 gram per hari (Tabel 3.3.1). Beras masih merupakan makanan utama penduduk di Provinsi Jawa Tengah dengan proporsi penduduk yang mengonsumsi sebesar 97,9 persen. Terigu dan mie merupakan bahan makanan dari kelompok serealia yang banyak dikonsumsi oleh penduduk yaitu sebesar 40,8 dan 24,1 persen. Proporsi penduduk yang mengonsumsi mie terbesar pada kelompok umur 5-12 tahun (40,6%). Hasil ini dapat diihat pada Tabel 3.3.2.
22
Tabel 3.3.14 Rerata konsumsi kelompok serelia dan olahannya per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi Jawa Tengah 2014
Kelompok Umur
Beras
Olahan Beras
Terigu
Jenis Serealia dan Olahannya Olahan Mie Terigu Rerata SD Rerata SD
Jagung dan Olahan Rerata SD
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
0–59 bln 5--12 thn 13–18 thn 19–55 thn >55 thn
64,8 138,9 173,8 201,3 175,0
54,8 76,4 98,8 105,1 98,6
6,7 5,1 4,2 6,0 4,8
25,6 19,5 14,9 20,6 18,8
8,5 12,0 13,3 13,3 10,4
18,3 21,6 21,7 24,3 21,1
14,1 17,4 11,6 5,9 4,7
24,0 30,0 30,0 19,6 17,2
19,6 58,9 54,9 32,3 12,5
45,8 93,8 103,2 76,4 45,0
1,2 2,2 3,6 4,1 3,0
Seluruh umur
179,2
103,6
5,5
19,9
12,4
22,9
8,1
22,7
33,7
77,8
3,5
Lainnya
Total
Rerata
SD
Rerata
SD
7,2 12,2 21,7 24,0 17,8
2,0 3,2 1,7 0,2 0,0
6,7 10,4 9,4 3,1 0,5
116,8 237,8 262,9 263,1 210,6
87,8 111,1 132,6 126,9 109,4
21,0
0,8
5,6
243.2
125,9
Tabel 3.3.25 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok serealia dan olahannya menurut kelompok umur, Provinsi Jawa Tengah 2014 Jenis Serealia dan Olahan
Kelompok Umur 0–59 bln 5--12 thn 13–18 thn 19–55 thn >55 thn Seluruh umur
Beras 80,8 99,1 97,9 98,7 99,1 97,9
Olahan Beras 16,6 13,8 14,0 17,3 13,6 15,8
Terigu 31,4 43,3 45,5 42,1 34,9 40,8
Olahan Terigu 43,3 41,9 27,0 13,4 11,3 19,4
23
Mie 23,5 40,6 33,8 22,7 12,0 24,1
Jagung dan Olahan 6,7 7,9 7,5 8,9 7,4 8,2
Lainnya 11,8 14,4 5,6 0,9 0,4 3,5
Bahan makanan kelompok umbi dan olahan yang paling banyak dikonsumsi adalah singkong dan olahannya (13,3 g) diikuti oleh kentang dan olahannya (5,6 g), ubi jalar (2,6 g), umbi lainnya (1,2 g) dan sagu serta olahannya (0,4 g), seperti tampak pada Gambar 3.3.2.
Gambar 3.3.2. Rerata konsumsi kelompok umbi dan olahannya per orang per hari (gram), Provinsi Jawa Tengah 2014 Tabel 3.3.36 Rerata konsumsi kelompok umbi dan olahannya per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi Jawa Tengah 2014 Jenis Umbi dan olahannya Kelompok Umur 0–59 bln 5--12 thn 13–18 thn 19–55 thn >55 thn Seluruh umur
Singkong dan Olahan Rerata SD 5,2 16,5 8,9 22,8 10,4 26,8 14,6 44,8 16,0 45,8 13,3 40,3
Ubi jalar Rerata 0,6 0,9 0,8 2,8 4,8 2,6
SD 7,2 10,9 8,9 20,8 28,5 20,2
Kentang dan Olahan Rerata SD 3,8 20,2 4,6 35,6 6,2 29,6 6,0 29,1 5,4 27,9 5,6 29,5
Sagu dan Olahan Rerata SD 0,6 7,0 0,4 4,5 0,4 4,1 0,5 6,9 0,1 1,6 0,4 5,7
Umbi lainnya Rerata 0,1 0,2 0,4 1,4 2,2 1,2
SD 1,3 4,9 6,8 20,6 23,1 18,3
Total Rerata 10,2 15,0 18,1 25,3 28,4 23,1
SD 28,1 44,2 41,0 62,0 63,9 57,5
Konsumsi singkong dan olahannya meningkat seiring dengan peningkatan usia. Kelompok umur >55 tahun merupakan kelompok yang paling banyak mengonsumsi singkong dan ubi jalar rerata sebanyak 16,0 dan 4,8 gram. Kentang dan olahannya lebih banyak dikonsumsi oleh kelompok umur 13-18 tahun sebesar 6,2 gram per hari, melebihi rerata konsumsi masyarakat Provinsi Jawa Tengah Sedangkan sagu dan olahannya banyak dikonsumsi oleh kelompok umur 0-59 tahun dengan rerata 0,6 gram (Tabel 3.3.3).
24
. Tabel 3.3.47 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok umbi dan olahannya menurut kelompok umur, Provinsi Jawa Tengah 2014 Jenis Umbi dan olahan (%) Kelompok Umur 0–59 bln 5--12 thn 13–18 thn 19–55 thn >55 thn Seluruh umur
Singkong dan Olahan 18,9 28,2 27,7 29,5 26,1 28,0
Kentang dan Olahan 8,2 8,5 11,2 10,7 8,9 10,0
Ubi jalar 1,0 1,0 1,1 2,7 4,3 2,5
Sagu dan Olahan 1,6 1,8 1,6 1,7 0,9 1,5
Umbi lainnya 0,1 0,2 0,5 1,1 1,6 1,0
Tabel 3.3.4 di atas menunjukkan bahwa proporsi penduduk Provinsi Jawa Tengah yang mengonsumsi singkong dan olahannya sebesar 28,0 persen. Proporsi tertinggi konsumsi bahan makanan singkong dan olahannya terdapat pada kelompok umur 19-55 tahun (29,5%). Proporsi penduduk yang mengonsumsi kentang dan olahannya lebih banyak dari penduduk yang mengonsumsi ubi jalar (10% dibanding 2,5%). Tabel 3.3.58 Rerata konsumsi kelompok kacang-kacangan dan olahannya per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi Jawa Tengah 2014 Kelompok Umur 0–59 bln 5--12 thn 13–18 thn 19–55 thn >55 thn Seluruh umur
Kacang Tanah dan Olahan Rerata SD 1,4 5,6 3,4 11,9 3,4 11,9 3,5 13,3 2,2 10,4 3,1 12,2
Jenis Kacang kacangan dan olahannya Kacang Kedelai Biji-bijian dan Kacang lainnya dan Olahan Olahan dan Olahan Rerata SD Rerata SD Rerata SD 25,6 46,7 0,1 1,4 0,5 3,7 60,4 73,7 0,3 2,9 0,3 2,9 76,9 86,8 0,4 4,6 0,6 4,1 89,7 95,2 0,6 6,0 0,7 5,3 99,1 105,1 0,4 4,2 0,7 5,7 83,4 93,7 0,5 5,1 0,7 5,0
Total Rerata 27,6 64,3 81,2 94,5 102,3 87,6
Gambar 3.3.3.1Rerata konsumsi kelompok kacang-kacangan dan olahannya per orang per hari (gram), Provinsi Jawa Tengah 2014
25
SD 47,0 74,4 87,9 96,5 105,4 94,8
Rerata konsumsi bahan makanan kelompok kacang-kacangan dan olahannya paling tinggi adalah kacang kedelai dan olahannya sebanyak 83,4 gram. Tempe dan tahu merupakan bahan makanan yang termasuk dalam kelompok kacang kedelai dan olahannya. Kelompok umur yang mengonsumsi kacang kedelai tertinggi adalah kelompok umur >55 tahun dengan konsumsi sebesar 99,1 gram. Konsumsi kacang kedelai ini meningkat sesuai dengan bertambahnya umur (Tabel 3.3.5 dan Gambar 3.3.3). Tabel 3.3.69 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok kacang-kacangan dan olahannya menurut kelompok umur, Provinsi Jawa Tengah 2014
Kelompok Umur 0–59 bln 5--12 thn 13–18 thn 19–55 thn >55 thn Seluruh umur
Kacang Tanah dan Olahan 7,9 16,2 14,0 13,8 8,9 12,9
Jenis Kacang kacangan dan olahan Kacang Kedelai Biji-bijian Kacang lainnya dan Olahan dan Olahan dan Olahan 38,3 66,2 72,1 75,6 77,7 72,7
1,0 1,4 1,8 2,2 1,5 1,9
3,6 2,8 3,6 3,9 3,7 3,7
Total 45,4 72,3 76,6 80,0 80,2 77,1
Proporsi penduduk yang mengonsumsi kacang kedelai dan olahannya merupakan proporsi tertinggi yaitu sebesar 72,7 persen. Kelompok umur >55 tahun merupakan kelompok tertinggi yang mengonsumsi kacang kedelai dan olahannya (77,7%), seperti tampak pada Tabel 3.3.6 di atas.
Gambar 3.3.4.2 Rerata konsumsi kelompok sayur dan olahannya per orang per hari (gram), Provinsi Jawa Tengah 2014
26
Tabel 3.3.710 Rerata konsumsi kelompok sayur dan olahannya per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi Jawa Tengah 2014
Kelompok Umur
Sayuran Daun
Jenis Sayuran dan olahannya Sayuran Buah/ Sayuran Polong Sayuran lainnya Sayuran Akar
0–59 bln 5--12 thn 13–18 thn 19–55 thn >55 thn Seluruh umur
Rerata 19,9 35,2 52,3 71,0 68,0 61,6
Rerata 0,01 0,12 0,16 0,24 0,33 0,22
SD 36,5 42,9 56,7 72,7 64,9 67,0
SD 0,21 2,45 2,62 4,31 3,53 3,71
Rerata 0,00 0,01 0,00 0,03 0,05 0,03
SD 0,00 0,44 0,00 0,84 1,60 0,94
Rerata 0,00 0,00 0,01 0,02 0,00 0,01
SD 0,00 0,00 0,32 0,81 0,24 0,61
Total Rerata 19,9 35,4 52,4 71,3 68,4 61,9
SD 36,5 43,1 56,9 72,9 64,9 67,1
Konsumsi sayuran daun merupakan bahan makanan kelompok sayur dan olahan yang paling banyak dikonsumsi dengan rerata sebanyak 61,6 gram, sedangkan kelompok sayuran lainnya (sayuran buah/sayuran akar, sayuran polong dan sayuran lainnya) dikonsumsi sangat sedikit masing-masing sebanyak 0,22; 0,03 dan 0,01 gram (Gambar 3.3.4). Kelompok umur 19-55 tahun merupakan kelompok umur terbanyak yang mengonsumsi sayuran daun sebanyak 71,0 gram (Tabel 3.3.7). Tabel 3.3.811 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok sayur dan olahannya menurut kelompok umur, Provinsi Jawa Tengah 2014 Kelompok Umur 0–59 bln 5--12 thn 13–18 thn 19–55 thn >55 thn Seluruh umur
Sayuran Daun 50,1 68,0 81,6 88,2 83,7 82,3
Jenis Sayuran dan olahan (%) Sayuran Buah/ Sayuran Sayuran Sayuran Akar Polong lainnya 0,1 0,0 0,0 0,5 0,1 0,0 0,6 0,0 0,0 1,0 0,1 0,1 1,3 0,2 0,0 0,9 0,1 0,1
Total 50,1 68,2 81,6 88,3 83,9 82,4
Proporsi penduduk Provinsi Jawa Tengah yang mengonsumsi sayuran daun sebesar 82,3 persen. Kelompok umur 19-55 tahun merupakan kelompok tertinggi yang mengonsumsi sayuran daun sebesar 88,2 persen. Kelompok umur 0-59 bulan merupakan kelompok umur terendah yang mengonsumsi sayuran buah/sayuran akar sebesar 0,1 persen (Tabel 3.3.8).
27
Tabel 3.3.912 Rerata konsumsi kelompok buah-buahan dan olahannya per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi Jawa Tengah 2014
Kelompok Umur 0–59 bln 5--12 thn 13–18 thn 19–55 thn >55 thn Seluruh umur
Pisang Rerata SD 7,8 29,1 8,4 34,3 10,5 44,5 20,6 53,0 24,6 56,9 18,1 50,4
Jeruk Rerata SD 4,0 23,5 4,6 24,0 4,1 21,0 5,1 30,3 4,1 23,4 4,7 27,2
Mangga Rerata SD 0,16 3,5 0,87 10,9 0,45 5,5 0,80 12,8 0,06 2,6 0,60 10,4
Jenis Buah buahan dan olahannya Pepaya Semangka Buah lainnya Rerata SD Rerata SD Rerata SD 1,8 13,8 2,6 17,8 4,4 21,8 2,8 24,3 3,0 24,8 7,0 34,1 1,8 14,3 2,3 23,4 7,8 35,1 3,2 24,0 4,6 31,6 8,2 36,7 3,2 23,5 2,2 19,7 4,2 25,8 2,9 22,7 3,6 27,6 7,1 33,8
Gambar 3.3.5. Rerata konsumsi kelompok buah-buahan dan olahannya per orang per hari (gram), Provinsi Jawa Tengah 2014
28
Buah Olahan Rerata SD 0,00 0,00 0,03 1,03 0,00 0,00 0,06 2,37 0,01 1,00 0,04 1,82
Total Rerata SD 20,7 52,3 26,7 67,7 26,9 68,5 42,6 90,1 38,4 77,0 37,1 81,9
Jenis buah-buahan yang paling banyak dikonsumsi oleh penduduk Provinsi Jawa Tengah adalah pisang, jeruk, semangka, pepaya dan mangga dengan konsumsi tertinggi adalh buah pisang sebesar 18,1 gram (Tabel 3.3.9 dan Gambar 3.3.5). Buah pisang mulai dikonsumsi oleh penduduk umur 0-59 bulan dan paling banyak dikonsumsi penduduk kelompok umur >55 tahun (24,6 g per hari). Tabel 3.3.1013 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok buah-buahan dan olahannya menurut kelompok umur, Provinsi Jawa Tengah 2014 Jenis Buah buahan dan olahannya Kelompok Umur 0–59 bln 5--12 thn 13–18 thn 19–55 thn >55 thn Seluruh umur
Pisang
Jeruk
Mangga
Pepaya
Semangka
10,8 10,0 10,8 21,1 24,3 18,7
5,1 5,1 5,6 6,2 4,4 5,6
0,1 1,1 0,9 0,7 0,1 0,6
2,4 3,0 2,5 2,9 2,9 2,8
2,5 2,7 2,3 3,5 1,7 2,9
Buah lainnya 6,3 8,9 8,9 8,6 4,7 7,8
Buah Olahan 0,0 0,1 0,0 0,1 0,0 0,1
Total 23,1 24,9 25,2 34,0 31,9 31,0
Tabel 3.3.10 di atas menunjukkan proporsi penduduk Provinsi Jawa Tengah yang mengonsumsi buah pisang sebesar 18,7 persen. Proporsi penduduk kelompok umur >55 tahun merupakan kelompok terbanyak yang mengonsumsi pisang (18,7%) namun terendah dalam mengonsumsi buah lainnya (4,7%).
29
Tabel 3.3.1114 Rerata konsumsi kelompok daging dan olahannya yang dikonsumsi per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi Jawa Tengah 2014 Kelompok Umur 0–59 bln 5--12 thn 13–18 thn 19–55 thn >55 thn Seluruh umur
Daging Unggas Rerat SD a 23,6 59,0 36,2 78,0 30,0 70,5 29,7 71,2 21,2 62,8 28,7 70,1
Daging Sapi, Kerbau Rerat SD a 0,4 6,1 2,0 16,7 4,2 37,4 4,3 30,2 3,0 20,6 3,6 27,5
Daging Kambing, domba Rerata SD 0,4 0,9 1,6 1,5 1,5 1,4
9,1 13,6 26,1 18,2 25,0 19,8
Jenis Daging dan olahannya Olahan Daging Olahan Daging Unggas sapi, Kerbau Rerata SD Rerata SD 5,7 6,4 3,3 0,5 0,2 1,8
19,0 21,3 17,0 6,6 3,4 11,6
6,5 8,4 6,2 3,7 1,7 4,3
21,1 24,5 23,9 19,5 16,5 20,4
Daging Babi dan Olahan Rerata SD 0,00 0,06 0,00 0,05 0,22 0,08
Gambar 3.3.6. Rerata konsumsi kelompok daging dan olahannya per orang per hari (gram), Provinsi Jawa Tengah 2014
30
0,00 1,95 0,00 2,34 5,74 3,08
Daging Lainnya
Total
Rerata
SD
Rerata
SD
0,08 0,08 0,12 0,20 0,00 0,13
2,07 1,94 3,78 7,90 0,00 5,98
36,6 54,2 45,4 40,0 27,8 39,9
65,8 86,5 88,3 84,2 73,2 82,5
Tabel 3.3.11 dan Gambar 3.3.6 menunjukkan rerata konsumsi daging dan hasil olahannya yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat di Provinsi Jawa Tengah adalah daging unggas sebesar 28,7 gram. Sedangkan konsumsi daging dan hasil olahannya kedua terbanyak adalah olahan daging sapi dan kerbau dengan rerata 4,3 gram, selanjutnya daging sapi dan kerbau sebesar 3,6 gram. Konsumsi daging unggas, olahan daging sapi dan kerbau tersebut paling banyak pada kelompok umur 5-12 tahun. Sedangkan komsumsi daging sapi dan kerbau paling tinggi pada kelompok umur 13-18 tahun dan 19–55 tahun hampir sama adalah sebesar 4,2 dan 4,3 gram. Tabel 3.3.1215 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok daging dan olahannya menurut kelompok umur, Provinsi Jawa Tengah 2014
Kelompok Umur 0–59 bln 5--12 thn 13–18 thn 19–55 thn >55 thn Seluruh umur
Daging Unggas 22,5 28,3 26,1 24,2 16,7 23,4
Daging Sapi, Kerbau 0,7 2,5 3,4 3,9 3,3 3,4
Jenis Daging dan Olahan (%) Daging Olahan Olahan Kambing, Daging Daging domba Unggas Sapi,Kerbau 0,3 11,7 13,3 0,8 14,0 16,7 0,9 6,0 11,0 1,1 1,2 6,6 0,7 0,5 3,0 0,9 3,6 8,0
Daging Babi dan Olahan 0,0 0,2 0,0 0,1 0,2 0,1
Daging Lainnya 0,1 0,2 0,1 0,1 0,0 0,1
Tabel 3.3.12 di atas menunjukkan proporsi penduduk yang mengonsumsi daging dan hasil olahannya paling tinggi adalah daging unggas sebesar 23,4 persen, selanjutnya olahan daging sapi dan kerbau sebesar 8,0 persen, konsumsi terendah adalah daging babi dan olahannya sebesar 0,1 persen. Kelompok umur 5-12 tahun merupakan kelompok dengan proporsi tertinggi dalam mengonsumsi daging unggas (28,3%), dan olahan daging sapi dan kerbau (16,7%), sedangkan konsumsi terendah daging unggas pada kelompok umur >55 tahun (16,7%), olahan daging sapi dan kerbau (3,0%). Tabel 3.3.1316 Rerata konsumsi kelompok jeroan dan olahannya per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi Jawa Tengah 2014 Jenis Jeroan dan olahannya Kelompok Umur 0–59 bln 5--12 thn 13–18 thn 19–55 thn >55 thn Seluruh umur
Jeroan hewan berkaki empat Rerata SD 0,28 5,94 0,04 1,62 0,33 5,16 0,45 9,97 0,30 5,86 0,35 8,04
Jeroan Unggas Rerata 0,33 1,05 0,67 1,09 0,79 0,95
SD 3,67 10,75 6,43 11,74 10,77 10,71
31
Lainnya Rerata 0,91 0,60 0,98 0,80 0,55 0,75
SD 7,47 6,11 10,61 6,53 5,00 6,85
Total Rerata 1,5 1,7 2,0 2,3 1,6 2,1
SD 10,2 12,4 13,8 16,7 13,2 15,1
Gambar 3.3.7. Rerata konsumsi kelompok jeroan dan olahannya per orang per hari (gram), Provinsi Jawa Tengah 2014 Tabel 3.3.13 dan Gambar 3.3.7 menunjukkan rerata konsumsi jerohan dan olahannya dikonsumsi oleh masyarakat di Provinsi Jawa Tengah adalah jerohan unggas sebesar 0,95 gram sedangkan jeroan hewan berkaki empat sebesar 0,35 gram. Jeroan unggas dikomsumsi paling banyak pada kelompok umur 19-55 tahun sebesar 1,09 gram hampir sama dengan kelompok umur 5-12 tahun sebesar 1,05 gram dan jerohan hewan berkaki empat dikomsumsi paling banyak pada kelompok umur 19-55 tahun sebesar 0,45 gram. Tabel 3.3.1417 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok jeroan dan olahannya menurut kelompok umur, Provinsi Jawa Tengah 2014 Kelompok Umur 0–59 bln 5--12 thn 13–18 thn 19–55 thn >55 thn Seluruh umur
Jeroan hewan berkaki empat 0,3 0,1 0,5 0,7 0,5 0,5
Jenis Jeroan dan Olahan (%) Jeroan Unggas Lainnya 0,9 1,7 1,7 1,7 1,1 1,6
2,4 1,5 2,5 2,8 2,2 2,5
Total 3,4 3,3 4,4 5,0 3,7 4,4
Tabel 3.3.14 menunjukkan proporsi penduduk yang mengonsumsi jeroan dan olahannya dimana proporsi penduduk yang mengonsumsi jerohan unggas lebih besar dari pada jeroan hewan berkaki empat yaitu sebesar 1,6 persen dan 0,5 persen. Konsumsi tertinggi jerohan unggas adalah pada kelompok umur 5-12 tahun, 13-18 tahun dan 19-55 tahun yaitu sebesar 1,7 persen dan jeroan hewan berkaki empat paling tinggi pada kelompok umur 19-55 tahun sebesar 0,7 persen.
32
Tabel 3.3.1518 Rerata konsumsi kelompok ikan dan olahannya olahannya yang dikonsumsi per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi Jawa Tengah 2014
Kelompok Umur 0–59 bln 5--12 thn 13–18 thn 19–55 thn >55 thn Seluruh umur
Ikan Laut Rerata 6,67 13,98 12,80 19,65 13,12 16,38
SD 27,79 46,56 49,52 61,49 47,28 54,98
Olahan Ikan Rerata 1,68 4,93 4,11 8,01 5,92 6,52
SD 10,30 27,38 19,38 33,33 23,44 28,95
Jenis Ikan dan Olahannya Udang, Kepiting Cumi, Kerang, Keong Ikan Air Tawar dan Olahan dan Olahan Rerata SD Rerata SD Rerata SD 11,30 55,52 1,57 19,04 0,88 14,50 16,64 82,56 2,08 18,82 0,80 10,21 9,88 63,45 2,29 20,05 0,96 11,98 14,06 68,40 2,52 20,49 1,33 16,79 8,33 50,14 1,48 11,79 0,77 12,85 12,73 66,32 2,20 18,85 1,10 14,84
Gambar 3.3.8. Rerata konsumsi kelompok ikan dan olahannya per orang per hari (gram), Provinsi Jawa Tengah 2014
33
Hewan Air lainnya Rerata SD 0,21 3,49 0,00 0,01 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,01 0,77
Total Rerata 22,31 38,43 30,04 45,58 29,62 38,95
SD 70,30 98,28 84,84 98,79 72,29 91,97
Tabel 3.3.15 dan Gambar 3.3.8 menunjukkan rerata komsumsi ikan dan olahannya yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat di Provinsi Jawa Tengah adalah ikan laut sebesar 16,38 gram, ikan air tawar sebesar 12,73 gram dan olahan ikan sebesar 6,52 gram. Sedangkan konsumsi ikan dan olahan per kelompok umur adalah ikan air tawar pada kelompok umur 5-12 tahun sebesar 16,64 gram per hari, dan jenis olahan ikan pada kelompok umur 19-55 tahun sebesar 8,01 gram per hari. Tabel 3.3.1619 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok ikan dan olahannya menurut kelompok umur, Provinsi Jawa Tengah 2014
Kelompok Umur
Ikan Laut
Olahan Ikan
0–59 bln 5--12 thn 13–18 thn 19–55 thn >55 thn Seluruh umur
7,9 13,0 10,9 15,1 10,9 13,3
4,0 7,4 7,8 12,3 10,8 10,5
Jenis Ikan dan Olahan (%) Ikan Air Udang, Cumi, Kerang, Tawar Kepiting dan Keong dan Olahan Olahan 5,4 1,9 0,4 5,9 4,2 0,8 4,3 4,7 0,9 6,2 6,5 1,2 4,0 5,6 0,7 5,5 5,6 1,0
Hewan Air lainnya 0,3 0,1 0,0 0,0 0,0 0,0
Tabel 3.3.16 menunjukkan proporsi penduduk yang mengonsumsi ikan dan olahannya yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat di Provinsi Jawa Tengah adalah ikan laut (13,3%), olahan ikan (10,5%) dan jenis udang, kepiting dan olahanya sebesar 5,6 persen hampir sama dengan persentase ikan air tawar (5,5%). Sedangkan proporsi konsumsi ikan dan olahan per kelompok umur tertinggi semua sama yaitu pada kelompok umur 19-55 tahun adalah jenis ikan laut tahun (15,1%), jenis olahan ikan (12,3%) dan jenis udang, kepiting dan olahanya (6,5%) dan jenis ikan air tawar (6,2%). Tabel 3.3.1720 Rerata konsumsi kelompok telur dan olahannya per orang per hari (gram), menurut kelompok umur, Provinsi Jawa Tengah 2014 Kelompok Umur 0–59 bln 5--12 thn 13–18 thn 19–55 thn >55 thn Seluruh umur
Jenis Telur dan Olahan (g) Telur Ayam Rerata SD 21,2 33,5 26,3 39,4 20,4 33,2 17,8 32,4 11,8 26,7 18,2 32,8
Olahan Telur Rerata SD 0,0 1,7 0,3 5,2 0,1 2,2 0,5 5,5 0,2 4,4 0,3 4,9
Telur Bebek Rerata SD 0,2 3,5 0,2 3,4 0,3 4,2 0,5 5,7 0,2 3,6 0,4 4,9
34
Telur Lainnya Rerata SD 1,1 7,5 0,9 7,1 0,4 3,6 0,4 4,3 0,2 3,1 0,4 4,7
Total Rerata SD 22,6 34,6 27,7 40,4 21,2 33,6 19,1 33,7 12,3 27,5 19,3 33,9
Gambar 3.3.9. Rerata konsumsi kelompok telur dan olahannya per orang per hari (gram), Provinsi Jawa Tengah 2014 Tabel 3.3.17 dan Gambar 3.3.9 memperlihatkan rerata berat bahan makanan yang dikonsumsi masyarakat Provinsi Jawa Tengah dari kelompok telur dan hasil olahannya. Telur ayam merupakan bahan makanan yang dikonsumsi dengan berat sebesar 18,2 gram, lebih banyak dibandingkan kategori bahan makanan dari kelompok telur yang lain. Tabel 3.3.1821 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok telur dan olahannya menurut kelompok umur, Provinsi Jawa Tengah 2014 Kelompok Umur 0–59 bln 5--12 thn 13–18 thn 19–55 thn >55 thn Seluruh umur
Telur Ayam 41,8 46,0 39,6 35,8 25,6 35,9
Jenis Telur dan Olahan Olahan Telur Telur Bebek 0,3 0,0 0,5 0,4 0,6 0,2 0,8 0,8 0,3 0,2 0,6 0,5
Telur Lainnya 3,1 2,1 1,3 1,0 0,4 1,2
Bahan makanan kelompok telur dikonsumsi oleh hampir 36 persen penduduk dengan proporsi terbesar pada kelompok usia anak (5–12 tahun). Sedangkan telur bebek dan olahan telur banyak dikonsumsi oleh kelompok umur 19-55 tahun. Hasil ini tampak pada Tabel 3.3.18.
35
Tabel 3.3.1922 Rerata konsumsi kelompok susu dan olahannya per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi Jawa Tengah 2014
Kelompok Umur 0–59 bln 5--12 thn 13–18 thn 19–55 thn >55 thn Seluruh umur
Susu Kental manis Rerata 17,4 7,3 3,2 1,7 1,6 3,3
SD 43,9 21,2 11,9 8,5 8,7 15,2
Jenis Susu dan Olahan (g) Susu Formula Balita Susu Formula Khusus
Susu Bubuk Rerata 2,6 1,7 0,7 0,3 0,1 0,6
SD 14,3 11,2 7,0 4,9 2,0 6,7
Rerata 18,22 0,51 0,05 0,01 0,01 0,96
SD 45,66 6,41 1,06 0,67 0,59 11,03
Rerata 0,00 0,10 0,00 0,29 0,49 0,26
SD 0,02 2,42 0,00 3,78 4,79 3,55
Olahan Susu Rerata 5,0 3,9 1,0 0,3 0,2 1,0
SD 19,4 19,6 9,7 5,3 7,0 10,1
Gambar 3.3.10. Rerata konsumsi kelompok susu dan olahannya per orang per hari (gram), Provinsi Jawa Tengah 2014 36
Susu Cair (ml)
Total Rerata 43,3 13,4 4,9 2,6 2,4 6,1
SD 62,1 32,1 17,4 11,8 12,3 23,0
Rerata 23,2 8,1 2,7 1,0 0,8 3,1
SD 88,0 46,5 24,7 16,2 13,7 30,1
Tabel 3.3.19 dan Gambar 3.3.10 di atas memperlihatkan bahwa total rerata konsumsi bahan makanan dari kelompok susu dan hasil olahannya pada masyarakat Provinsi Jawa Tengah. Total konsumsi susu dan olahannya (tidak termasuk susu cair) adalah sebesar 6,1 gram dengan rerata konsumsi terbesar berasal dari susu kental manis 3,3 gram. Rerata konsumsi susu cair sebesar 3,1 mililiter. Rerata konsumsi susu menurun seiring dengan peningkatan usia. Tabel 3.3.2023 Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok susu dan olahannya menurut kelompok umur, Provinsi Jawa Tengah 2014
Kelompok Umur 0–59 bln 5--12 thn 13–18 thn 19–55 thn >55 thn Seluruh umur
Susu Kental manis
Susu Bubuk
22,2 16,4 9,1 5,3 4,4 7,7
7,2 5,2 4,4 3,3 2,4 3,7
Jenis Susu dan Olahan Susu Susu Cair Formula Balita 14,1 20,6 6,3 1,0 3,3 0,3 2,3 0,1 1,9 0,0 3,4 1,2
Susu Formula Khusus 0 0,2 0 0,9 1,6 0,8
Olahan Susu 7,8 6,0 1,9 0,9 0,3 1,8
Kelompok umur 0-59 bulan bulan merupakan kelompok penduduk dengan proporsi terbesar yang mengonsumsi bahan makanan kelompok susu dan olahannya. Pada kelompok umur ini, jenis susu dan olahannya yang dikonsumsi terbanyak adalah susu kental manis (22%) dan susu formula balita (20,1%). Susu formula khusus dikonsumsi oleh penduduk kelompok umur >19 tahun dan 1,6% penduduk usia >55 tahun telah menggunakan susu jenis ini, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.3.20 di atas. Tabel 3.3.2124 Rerata konsumsi kelompok minyak, lemak dan olahannya yang dikonsumsi per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi Jawa Tengah 2014
Kelompok Umur 0–59 bln 5--12 thn 13–18 thn 19–55 thn >55 thn Seluruh umur
Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Kelapa Rerata SD 9,8 10,8 19,9 14,3 20,9 14,7 24,7 17,8 20,8 16,5 22,3 16,9
Minyak, Lemak dan Olahan (g) Kelapa dan Minyak Lainnya, Olahan lemak dan Olahan Rerata SD Rerata SD 9,4 28,3 0,4 2,0 13,9 35,7 0,4 1,6 15,3 40,3 0,4 2,6 21,3 43,4 0,4 2,6 23,3 47,1 0,3 1,6 19,5 42,5 0,4 2,3
37
Total Rerata 19,6 34,1 36,7 46,4 44,4 42,2
SD 31,2 38,2 43,0 46,5 48,6 45,5
Gambar 3.3.11. Rerata konsumsi kelompok minyak, lemak dan olahannya per orang per hari (gram), Provinsi Jawa Tengah 2014 Tabel 3.3.21 dan Gambar 3.3.11 di atas menunjukkan bahwa rerata total berat bahan makanan dari kelompok minyak, lemak dan hasil olahannya yang di konsumsi masyarakat Provinsi Jawa Tengah, secara berurutan dari paling banyak adalah minyak kelapa sawit dan minyak kelapa (22,3 gram), selanjutnya kelapa dan olahan (19,5 gram), dan minyak lainnya, lemak dan olahan (0,4 gram). Berdasarkan kelompok umur, minyak dikonsumsi oleh semua kelompok umur, dan konsumsinya cenderung meningkat sampai pada kelompok umur dewasa dan kembali menurun pada kelompok umur lansia. Konsumsi bahan makanan kelompok minyak, lemak dan olahan tertinggi pada kelompok umur 19–55 tahun (46,4 gram). Tabel 3.3.2225 Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok minyak, lemak dan olahannya menurut kelompok umur, Provinsi Jawa Tengah 2014 Kelompok Umur 0–59 bln 5--12 thn 13–18 thn 19–55 thn >55 thn Seluruh umur
Minyak, Lemak dan Olahan Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Lainnya, lemak Kelapa dan Olahan Minyak Kelapa dan Olahan 72,2 22,2 8,1 97,7 30,0 8,6 97,2 31,1 7,9 97,2 41,6 7,7 93,7 42,9 6,4 95,4 38,4 7,6
Pada Tabel 3.3.22, minyak kelapa sawit dan minyak kelapa dikonsumsi oleh hampir semua penduduk (lebih dari 95%) di semua kelompok umur, kecuali pada kelompok umur balita (0-59 bulan). Minyak kelapa dan olahannya dikonsumsi meningkat seiring dengan peningkatan umur.
38
Tabel 3.3.2326 Rerata konsumsi kelompok gula dan konfeksionari per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi Jawa Tengah 2014 Gula dan Konfeksionari Kelompok Umur
Gula
0–59 bln 5--12 thn 13–18 thn 19–55 thn >55 thn Seluruh umur
Rerata 9,2 11,6 15,2 22,8 24,4 20,2
Permen SD 18,2 15,1 19,3 24,8 27,5 24,0
Rerata 0,9 1,3 0,4 0,1 0,0 0,3
SD 3,5 4,6 2,4 0,8 0,9 2,1
Sirup Rerata 0,4 0,8 0,8 0,5 0,1 0,5
Coklat SD 3,6 7,3 4,6 4,0 1,8 4,3
Rerata 0,5 0,6 0,6 0,2 0,0 0,3
SD 2,5 4,2 4,6 1,9 0,5 2,6
Lainnya (madu,Selai agar-agar, jely) Rerata SD 4,3 21,9 6,1 31,1 2,4 19,2 0,6 9,9 0,2 3,9 1,6 15,5
Total Rerata 15,2 20,3 19,4 24,2 24,8 22,9
SD 29,3 36,1 28,0 27,2 28,0 28,8
Gambar 3.3.12. Rerata konsumsi kelompok gula dan konfeksionari per orang per hari (gram), Provinsi Jawa Tengah 2014 Pada Tabel 3.3.23 dan Gambar 3.3.12 terlihat bahwa rerata total berat bahan makanan dari kelompok gula, sirup dan konfeksionari yang dikonsumsi masyarakat Provinsi Jawa Tengah adalah 22,9 gram dan 20,2 gram diantaranya berasal dari konsumsi gula. Berdasarkan kelompok umur, konsumsi gula meningkat seiring dengan peningkatan usia, sedangkan konsumsi coklat menurun seiring dengan peningkatan usia. Rerata konsumsi madu, selai, agar-agar dan jeli (kelompok lainnya) tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun yaitu 6,1 gram.
39
Tabel 3.3.2427 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok gula dan konfeksionari menurut kelompok umur, Provinsi Jawa Tengah 2014 Gula dan Konfeksionari
Kelompok Umur
Gula
Permen
Sirup
Coklat
0–59 bln 5--12 thn 13–18 thn 19–55 thn >55 thn Seluruh umur
54,3 72,6 76,2 84,9 85,2 81,0
10,5 13,4 5,2 1,1 0,4 3,3
1,8 3,3 4,2 2,4 0,7 2,3
4,8 4,9 3,7 1,7 0,6 2,3
Lainnya (madu,Selai agar-agar, jely) 8,2 7,3 4,2 2,1 1,4 3,1
Pada Tabel 3.3.24 di atas menunjukkan proporsi penduduk Jawa Tengah yang mengkonsumsi gula adalah sebesar 81,0 persen. Bahan makanan kelompok gula dan konfeksionari yang berupa permen dan kelompok lainnya banyak dikonsumsi oleh kelompok umur anak, yaitu usia 0-59 bulan dan 5-12 tahun. Permen dikonsumsi lebih dari 10 persen penduduk kelompok anak, sedangkan agar-agar dan jelly dikonsumsi oleh 8,2 persen anak Balita dan 7,3 persen anak usia 5-12 tahun.
40
Tabel 3.3.2528 Rerata konsumsi kelompok bumbu per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi Jawa Tengah 2014 Jenis Bumbu (g) Kelompok Umur 0–59 bln 5--12 thn 13–18 thn 19–55 thn >55 thn Seluruh umur
Garam Rerata 1,6 3,3 3,6 4,3 4,2 4,0
Vetsin/ MSG/ Mecin SD 3,7 2,9 3,0 5,1 3,8 4,5
Rerata 0,2 0,6 0,5 0,6 0,6 0,6
SD 0,5 2,9 0,9 1,2 1,2 1,5
Bumbu Instan Rerata 0,5 1,4 1,2 0,9 0,6 0,9
SD 3,1 6,1 6,8 5,0 2,9 5,0
Bumbu Kering Rerata 0,3 0,7 0,9 1,1 1,2 1,0
SD 0,9 1,8 2,0 2,4 2,7 2,3
Bumbu Basah Rerata 5,6 11,7 12,8 16,2 16,2 14,8
SD 7,9 15,5 13,0 15,9 15,5 15,4
Bahan Tambahan Rerata 0,03 0,10 0,04 0,04 0,02 0,05
Gambar 3.3.13. Rerata konsumsi kelompok bumbu per orang per hari (gram), Provinsi Jawa Tengah 2014
41
SD 0,45 1,36 0,84 1,13 0,51 1,02
Total Rerata 8,3 17,7 19,1 23,2 22,8 21,3
SD 10,7 19,1 17,5 20,1 19,3 19,5
Pada Tabel 3.3.25 dan Gambar 3.3.13 terlihat bahwa rerata berat garam yang dikonsumsi masyarakat Provinsi Jawa Tengah adalah sebesar 4 gram. Sedangkan bumbu basah dikonsumsi sebanyak 14,8 gram, kemudian diikuti oleh bumbu kering, bumbu instan dan MSG. Tabel 3.3.2629 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok bumbu menurut kelompok umur, Provinsi Jawa Tengah 2014 Kelompok Umur 0–59 bln 5--12 thn 13–18 thn 19–55 thn >55 thn Seluruh umur
Garam 78,7 98,3 98,1 98,9 98,3 97,7
Vetsin/ MSG/ Mecin 33,2 51,6 56,1 58,4 54,0 55,3
Jenis Bumbu Bumbu Bumbu Instan Kering 16,3 25,9 25,7 43,9 23,4 45,5 22,5 49,7 20,9 49,6 22,4 47,4
Bumbu Basah 58,4 79,9 84,4 86,0 84,4 83,4
Bahan Tambahan 0,7 1,3 0,9 0,6 0,8 0,7
Garam dikonsumsi oleh 97,7 persen penduduk (Tabel 3.3.26). Separuh penduduk (55,3%) penduduk mengkonsumsi Vetsin/MSG/mecin dengan rerata berat yang dikonsumsi sebesar 0,6 gram. Selain bumbu basah yang dikonsumsi oleh 83 persen penduduk, bumbu instant juga telah menjadi pilihan 22,4 persen penduduk untuk digunakan sebagai bahan makanan dari kelompok bumbu.
42
Tabel 3.3.2730 Rerata konsumsi kelompok minuman per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi Jawa Tengah 2014 Jenis Minuman Serbuk (g) Kelompok Umur 0–59 bln 5--12 thn 13–18 thn 19–55 thn >55 thn Seluruh umur
Teh Instan / Daun Kering Rerata 1,0 1,8 2,7 2,8 3,4 2,7
SD 9,3 12,1 18,7 10,1 8,0 11,2
Kopi Bubuk Rerata 0,1 0,4 2,1 5,6 4,1 4,0
SD 0,8 3,1 7,5 13,7 12,7 11,9
Jenis Minuman cairan (ml)
Minuman Serbuk Rerata 1,2 5,6 3,7 0,6 0,5 1,6
SD 6,1 19,4 17,5 6,1 5,6 10,5
Total Rerata 2,3 7,8 8,6 9,0 8,0 8,3
SD 11,2 22,9 26,4 17,9 15,7 19,1
Minuman Kemasan Cairan Rerata SD 21 76 42 107 31 96 10 65 1 19 15 72
Minuman Berkarbonasi Rerata 0 1 2 2 0 2
SD 4 21 29 30 11 25
Minuman Beralkohol Rerata 0,00 0,00 0,00 0,04 0,00 0,02
SD 0,00 0,00 0,00 3,12 0,00 2,28
Minuman Lainnya Rerata 0 1 2 2 0 2
Tabel 3.3.2831 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok minuman menurut kelompok umur, Provinsi Jawa Tengah 2014 Jenis Minuman Serbuk Kelompok Umur 0–59 bln 5--12 thn 13–18 thn 19–55 thn >55 thn Seluruh umur
Teh Instan / Daun Kering 20,2 30,1 40,3 54,9 61,3 49,8
Kopi Bubuk 0,9 2,9 9,5 24,3 19,5 18,1
Minuman Serbuk 8,7 28,9 19,1 3,6 1,8 8,3
Minuman Kemasan Cairan 9,9 19,5 14,8 5,4 1,8 7,7
43
Jenis Minuman cairan Minuman Minuman Berkarbonasi Beralkohol 0,9 0,0 0,8 0,0 1,0 0,0 1,2 0,0 0,5 0,0 1,0 0,0
Minuman Lainnya 0,6 2,2 3,4 1,9 0,4 1,8
SD 4 15 22 26 2 21
Total Rerata 21 44 36 14 2 18
SD 76 110 104 79 25 81
Gambar 3.3.14. Rerata konsumsi kelompok minuman per orang per hari (gram), Provinsi Jawa Tengah 2014 Pada Tabel 3.3.27 dan Gambar 3.3.14 memperlihatkan bahwa teh instant/daun kering merupakan jenis minuman serbuk yang paling banyak dikonsumsi oleh penduduk Provinsi Jawa Tengah dengan rerata sebanyak 2,7 gram. Hampir separuh (49,8%) penduduk di Jawa Tengah menonsumsi teh instant/daun kering. Proporsi terbesar dan berat konsumsi terbesar ada pada kelompok umur >55 tahun yaitu 61,3 persen dengan konsumsi 3,4 gram. Hasil ini dapat dilihat pada Tabel 3.3.28. Tabel 3.3.2932 Rerata konsumsi kelompok makanan komposit per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi Jawa Tengah 2014
Kelompok Umur 0–59 bln 5--12 thn 13–18 thn 19–55 thn >55 thn Seluruh umur
Ayam goreng Rerata 0,12 0,47 0,17 0,18 0,03 0,18
SD 2,94 9,10 5,22 4,80 1,44 5,12
Jenis Makanan Komposit (g) Burger Kentang Goreng SD Rerata SD Rerata SD 0,00 0,09 2,66 0,00 0,00 0,00 0,26 6,27 0,00 0,00 0,00 0,03 1,85 0,03 2,24 4,98 0,09 4,67 0,01 0,98 1,59 0,00 0,00 0,00 0,00 3,71 0,09 4,15 0,01 1,03
Pizza Rerata 0,00 0,00 0,00 0,10 0,04 0,06
44
Total Rerata 0,21 0,74 0,23 0,38 0,07 0,34
SD 3,96 11,36 8,13 8,90 2,15 8,19
Gambar 3.3.15.3Rerata konsumsi kelompok makanan komposit per orang per hari (gram), Provinsi Jawa Tengah 2014 Tabel 3.3.29 menunjukkan bahwa rerata berat total kelompok makanan komposit yang dikonsumsi oleh penduduk Provinsi Jawa Tengah masih rendah yaitu sebesar 8,19 gram perorang perhari. Dari berat total terbanyak yang dikonsumsi adalah ayam goreng (0,18 g/org/hr), disusul burger, pizza dan terendah adalah kentang goreng. Tabel 3.3.3033 Proporsi penduduk yang mengonsumsi makanan komposit menurut kelompok umur, Provinsi Jawa Tengah 2014 Kelompok Umur 0–59 bln 5--12 thn 13–18 thn 19–55 thn >55 thn Seluruh umur
Ayam goreng 0,1 0,4 0,1 0,1 0,0 0,2
Jenis Makanan Komposit Pizza Burger 0,0 0,1 0,0 0,2 0,0 0,0 0,1 0,1 0,0 0,0 0,0 0,1
Kentang Goreng 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
Tabel 3.3.30 terlihat bahwa dalam kelompok makanan komposit, empat jenis makanan yaitu ayam goreng terstandar, pizza, burger dan kentang dikonsumsi oleh penduduk Provinsi Jawa Tengah dengan persentase kecil dibawah 0,5 persen. Pada semua kelompok umur, keempat jenis makanan tersebut juga dikonsumsi dengan persentase kecil dibawah 0,5 persen.
45
Tabel 3.3.3134 Rerata konsumsi kelompok air per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi Jawa Tengah 2014 Sumber Air (ml) Kelompok Umur
0–59 bln 5--12 thn 13–18 thn 19–55 thn >55 thn Seluruh umur
Air Minum Rerata 615 888 1.012 1.213 1.127 1.107
SD 476 449 510 685 604 638
Air Minum Kemasan Bermerek Rerata 51 72 92 111 48 90
SD 224 250 320 379 233 330
Minuman cair kemasan pabrikan (jus cair, kopi cair, teh cair, ,minuman berkarbonasi, berenergi, isotonik, beralkohol dan minuman lain) Rerata SD 21 76 43 109 34 102 12 74 2 25 17 78
Total Rerata 688 1.004 1.138 1.336 1.177 1.213
SD 493 435 521 709 596 654
Gambar 3.3.16. Rerata konsumsi kelompok air per orang per hari (gram), Provinsi Jawa Tengah 2014
Pada Tabel 3.3.31 dan Gambar 3.3.16 terlihat bahwa rerata konsumsi air masyarakat di Provinsi Jawa Tengah adalah sebesai 1.213 mililiter dengan sumber terbesar berasal dari air minum. Berdasarkan kelompok umur, rerata konsumsi air tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun yaitu sebesar 1.336 mililiter. Kelompok penduduk usia anak-anak (0-12 tahun) mempunyai rerata konsumsi minuman cair kemasan pabrikan tertinggi dibandingkan kelompok umur lainnya, yaitu 21 mililiter pada kelompok balita dan 43 mililiter pada kelompok umur 5-12 tahun.
46
Tabel 3.3.3235 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok air menurut kelompok umur, Provinsi Jawa Tengah 2014
Kelompok Umur 0–59 bln 5--12 thn 13–18 thn 19–55 thn >55 thn Seluruh umur
Air Minum 87,1 98,9 98,6 98,7 99,2 98,3
Sumber Air Minuman cair kemasan pabrikan (jus cair, kopi cair, teh cair, ,minuman berkarbonasi, berenergi, isotonik, beralkohol dan minuman lain) 10,8 20,2 16,7 7,2 2,2 9,1
Air Minum Kemasan Bermerek 8,4 11,9 13,2 13,1 6,0 11,4
Sekitar 10 persen penduduk di Provinsi Jawa Tengah mengonsumsi air minum kemasan bermerk dan minuman cair kemasan pabrikan, termasuk jus cair, kopi cair, teh cair, minuman berkarbonasi, berenergi, isotonik, beralkohol dan minuman lain. Proporsi penduduk yang mengonsumsi minuman cair kemasan pabrikan terbesar adalah pada kelompok umur 5-12 tahun diikuti kelompok umur 13-18 tahun, bahkan 10,8 persen balita juga telah mengonsumsi minuman cair kemasan pabrikan. Pada Gambar 3.3.17 memperlihatkan rerata konsumsi kelompok suplemen dan jamu yang paling banyak di penduduk Provinsi Jawa Tengah adalah minuman suplemen (0,37 ml), menyusul jamu tradisional (0,33 mg), non-multi vitamin (0,08 mg), jamu pabrikan (0,03 mg), dan paling sedikit multi vitamin (0,02 mg).
Gambar 3.3.17.4Rerata konsumsi kelompok suplemen dan jamu per orang per hari (gram), Provinsi Jawa Tengah 2014
47
Tabel 3.3.3336 Rerata konsumsi kelompok suplemen dan jamu per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi Jawa Tengah 2014
Kelompok Umur 0–59 bln 5--12 thn 13–18 thn 19–55 thn >55 thn Seluruh umur
Multi Vitamin (mg) Rerata 0,16 0,05 0,01 0,01 0,00 0,02
SD 1,31 0,86 0,26 0,5 0,5 0,5
Suplemen Non Multi Vitamin Minuman Suplemen (mg) (ml) Rerata SD Rerata SD 0,00 0,00 0,59 13,53 0,00 0,00 0,23 5,79 0,01 0,2 0,59 13,88 0,14 7,13 0,45 18,59 0,00 0,00 0,07 3,73 0,08 5,23 0,37 14,9
Total Rerata 0,75 0,28 0,62 0,62 0,07 0,48
SD 13,59 5,86 13,89 19,92 3,74 15,8
Jamu Tradisional (ml) Rerata SD 0,37 6,46 0,03 1,91 0,00 0,00 0,42 9,17 0,46 9,67 0,33 8,05
Jamu Jamu Pabrikan (mg) Rerata SD 0,03 0,56 0,01 0,17 0,01 0,34 0,04 1,42 0,02 0,46 0,03 1,07
Tabel 3.3.3437 Proporsi penduduk yang mengonsumsi suplemen dan jamu menurut kelompok umur, Provinsi Jawa Tengah 2014 Kelompok Umur 0–59 bln 5--12 thn 13–18 thn 19–55 thn >55 thn Seluruh umur
Multi Vitamin
Suplemen (%) Non Multi Vitamin
2,2 0,6 0,3 0,3 0,0 0,4
0,0 0,1 0,1 0,3 0,0 0,2
Minuman Suplemen 0,1 0,4 0,4 0,1 0,0 0,2
48
Jamu (%) Jamu Tradisional Jamu Pabrikan 0,3 0,0 0,0 0,3 0,6 0,3
0,3 0,1 0,1 0,4 0,2 0,3
Total Rerata 0,4 0,04 0,01 0,46 0,47 0,36
SD 6,48 1,92 0,33 9,37 9,67 8,18
Minuman suplemen dikonsumsi merata pada semua kelompok umur. Multi-vitamin dikonsumsi oleh empat kelompok umur namun tidak dikonsumsi oleh kelompok usia >55 tahun. Sedang non multi vitamin dikonsumsi oleh hanya dikonsumsi oleh 2 kelompok umur (13-18 tahun), yaitu 0,01 mg dan 19-55 tahun sebanyak 0,14 mg. Pada kelompok usia >55 tahun lebih banyak mengonsumsi jamu tradisional (0,46 ml), sedangkan jamu pabrikan dikonsumsi oleh semua kelompok umur dengan konsumsi terbanyak (0,04 mg) pada kelompok umur >55 tahun tahun (Tabel 3.3.33). Pada Tabel 3.3.34 terlihat proporsi penduduk terbesar mengkonsumsi multi vitamin sebanyak 0,4 persen, selanjutnya penduduk yang mengonsumsi jamu tradisional dan jamu pabrikan masing-masing sebesar 0,3 persen, serta diikuti oleh konsumsi suplemen non multi vitamin dan dan minuman suplemen masing-masing sebesar 0,2 persen. Proporsi penduduk yang mengkonsumsi multi vitamin terbesar adalah kelompok umur 059 bulan sebesar 2,2 persen. Kemudian proporsi penduduk mengonsumsi jamu tradisional, proporsi terbesar dijumpai pada kelompok usia >55 tahun sebesar 0,6%. Pada konsumsi jamu pabrikan, proporsi tertinggi dijumpai pada kelompok umur 19-55 tahun (0,4%). Proporsi penduduk mengonsumsi non multi vitamin tertinggi sebesar 0,3 persen berada pada kelompok umur 19-55 tahun. Sedangkan proporsi penduduk mengonsumsi minuman suplemen terbesar pada kelompok umur 5-12 tahun dan 13-18 tahun masing-masing sebesar 0,4 persen. Tabel 3.3.3538 Rerata konsumsi serelia, umbi/pati, kacang, sayur, buah, daging dan olahannya per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi Jawa Tengah 2014 Kelompok Umur 0–59 bln 5--12 thn 13–18 thn 19–55 thn >55 thn Seluruh umur
Serealia dan Olahan Rerata SD 239,7 86,3 353,5 109,8 379,4 128,0 384,1 125,0 334,3 108,9 363,7
123,8
Umbi/pati dan Olahan Rerata SD 10,2 28,1 15,0 44,2 18,1 41,0 25,3 62,0 28,4 63,9 23,1
57,5
Bahan Makanan (g) Kacang dan Sayur dan Olahan Olahan Rerata SD Rerata SD 27,6 47,0 19,9 36,5 64,3 74,4 35,4 43,1 81,2 87,9 52,4 56,9 94,5 96,5 71,3 72,9 102,3 105,4 68,4 64,9 87,6
94,7
61,9
67,1
Buah dan Olahan Rerata SD 20,7 52,3 26,7 67,7 26,9 68,5 42,6 90,1 38,4 77,0 37,1
81,9
Daging dan Olahan Rerata SD 36,6 65,8 54,2 86,5 45,4 88,3 40,0 84,2 27,8 73,2 39,9
82,5
Rerata konsumsi serealia dan olahan sebanyak 363,7 gram, dengan konsumsi terbanyak pada kelompok usia 19-55 tahun sebesar 384,1 gram. Untuk rerata konsumsi umbi/pati dan olahan umbi/pati dan olahan sebesar 23,1 gram, adapun konsumsi umbi/pati dan olahan terbesar berada pada kelompok umur >55 tahun (28,4 g). Kelompok umur >55 tahun juga terlihat mengonsumsi terbanyak kacang dan olahan sebanyak 102,3 gram, diatas rerata semua kelompok umur sebesar 87,6 gram. Pada konsumsi sayur dan olahan memperlihatkan konsumsi tertinggi dijumpai pada kelompok umur 19-55 tahun sebesar 71,3 gram, dengan rerata 61,9 gram. Untuk konsumsi buah dan olahan diperoleh rerata sebesar 37,1 gram, dengan kelompok usia 19-55 tahun tertinggi mengkosumsi buah (42,6 g). Sedangkan untuk rerata konsumsi daging dan olahan sebesar 39,9 gram, dengan konnsumsi tertinggi pada kelompok usia 5-12 tahun (54,2 g). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3.3.35.
49
Tabel 3.3.3639 Rerata konsumsi jeroan, ikan, telur, susu, minyak dan olahannya, gula dan konfeksionari per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi Jawa Tengah 2014
Kelompok Umur 0–59 bln 5--12 thn 13–18 thn 19–55 thn >55 thn Seluruh umur
Jeroan dan Olahan (g) Rerata SD 1,5 10,2 1,7 12,4 2,0 13,8 2,3 16,7 1,6 13,2 2,1 15,1
Ikan dan Olahan (g) Rerata SD 22,3 70,3 38,4 98,3 30,0 84,8 45,6 98,8 29,6 72,3 39,0 92,0
Telur dan Olahan (g) Rerata SD 22,6 34,6 27,7 40,4 21,2 33,6 19,1 33,7 12,3 27,5 19,3 33,9
Bahan Makanan Susu Bubuk dan olahannya (g) Rerata SD 57,7 71,2 13,4 32,1 4,9 17,4 2,5 11,6 2,1 11,7 57,7 71,2
Susu cair (ml) Rerata 23,2 8,1 2,7 1,0 0,8 23,2
SD 88,0 46,5 24,7 16,3 13,7 88,0
Minyak dan Olahan (g) Rerata SD 19,6 31,2 34,1 38,2 36,7 43,0 46,4 46,5 44,4 48,6 42,2 45,5
Gula dan Konfeksionari (g) Rerata SD 15,2 29,3 20,3 36,1 19,4 28,0 24,2 27,2 24,8 28,0 22,9 28,8
Tabel 3.3.3740 Rerata konsumsi bumbu, minuman serbuk, minuman cair, makanan komposit, air, suplemen dan jamu per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi Jawa Tengah 2014
Kelompok Umur 0–59 bln 5--12 thn 13–18 thn 19–55 thn >55 thn Seluruh umur
Bumbu (g) Rerata 8,3 17,7 19,1 23,2 22,8 21,3
SD 10,7 19,1 17,5 20,1 19,3 19,5
Minuman serbuk (g) Rerata 2,3 7,8 8,6 9,0 8,0 8,3
SD 11,2 22,9 26,4 17,9 15,7 19,1
Bahan Makanan Makanan Minuman cair (ml) komposit (g) Rerata SD Rerata SD 21 76 0,21 3,96 44 110 0,74 11,36 36 104 0,23 8,13 14 79 0,38 8,90 2 25 0,07 2,15 18 81 0,34 8,19
50
Air (ml) Rerata 688 1.004 1.138 1.336 1.177 1.213
Suplemen (g) SD 493 435 521 709 596 654
Rerata 0,8 0,3 0,6 0,6 0,1 0.5
SD 13,6 5,9 13,9 19,9 3,7 15.8
Jamu (g) Rerata 0,40 0,04 0,01 0,46 0,48 0.36
SD 6,48 1,92 0,34 9,38 9,68 8.19
Tabel 3.3.36 menunjukkan konsumsi per orang per hari menurut kelompok bahan makanan: 1) jeroan dan olahan, 2) ikan dan olahan, 3) telur dan olahan, 4) susu dan olahan, 5) minyak dan olahan, dan 6) gula dan konfeksionari, secara terperinci menurut kelompok umur di Provinsi Jawa Tengah. Rerata konsumsi kelompok jeroan dan olahan sebanyak 2,1 gram, dengan konsumsi terbanyak pada kelompok usia 19-55 tahun sebesar 2,3 gram. Untuk rerata konsumsi ikan dan olahan adalah sebesar 39,0 gram, sedangkan konsumsi ikan dan olahan terbesar berada pada kelompok umur 19-55 tahun (45,6 g). Kelompok umur 5-12 tahun mengonsumsi terbanyak bahan makanan telur dan olahan sebanyak 27,7 gram, diatas rerata semua kelompok umur sebesar 19,3 gram. Pada konsumsi susu dan olahan memperlihatkan konsumsi tertinggi dijumpai pada kelompok umur balita (0-59 bulan) sebesar 47,7 gram, dengan rerata konsumsi susu sebesar 5,9 gram. Untuk konsumsi minyak dan olahan diperoleh rerata sebesar 42,2 gram, dengan konsumsi terendah pada kelompok balita yaitu sebesar 19,6 gram. Rerata konsumsi gula dan konfeksionari sebesar 28,8, dengan konsumsi tertinggi pada kelompok usia >55 tahun (24,8 g). Pada Tabel 3.3.37 memperlihatkan bahwa rerata konsumsi bumbu, minuman, makanan komposit, air dan suplemen menurut kelompok umur. Konsumsi yang tertinggi adalah air (1,213 gram), kelompok umur 19-55 tahun terlihat paling banyak mengonsumsi air (1336 gram). Kemudian diikuti oleh bumbu (21,3 gram), dengan kelompok umur 19-55 tahun mengonsumsi bumbu terbanyak (23,2 gram). Rerata konsumsi minuman cair adalah 18 gram dan kelompok umur 13-18 tahun terbanyak mengonsumsi minuman cair (44 gram). Penduduk mengonsumsi minuman serbuk dengan rerata 8,3 gram, kelompok usia 19-55 tahun paling banyak mengonsumsi yaitu 9,0 gram. Diikuti oleh jenis suplemen (0,5 gram) dengan jumlah terbanyak mengonsumsi suplemen pada rentang umur 0-59 bulan (0,8 gram). Selanjutnya penduduk yang mengonsumsi jamu sebanyak 0,36 gram, dengan jumlah terbanyak pada kelompok umur 19-55 tahun (0,48 gram). Terakhir penduduk yang mengonsumsi makanan komposit sebanyak 0,34 gram, dengan kelompok umur 5-12 tahun terlihat paling banyak mengonsumsi makanan komposit sebanyak 0,74 gram.
51
3.4 Asupan dan Kecukupan Energi Tabel 3.3.38 menunjukkan rerata asupan energi dalam kilo kalori menurut karakteristik kelompok umur dan jenis kelamin pada penduduk yang tinggal baik perkotaan dan perdesaan di Provinsi Jawa Tengah. Informasi tersebut disajikan seperti pada dibawah. Tabel 3.3.3841 Rerata asupan energi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin, Provinsi Jawa Tengah 2014 Asupan Energi (Kkal) Rerata 1157
SD 493
Rerata 1114
SD 456
Perkotaan dan Perdesaan Rerata SD 1135 474
1800 1914 2039 1722
567 754 762 643
1662 1831 1966 1630
542 737 706 639
1723 1869 2000 1669
557 746 733 642
1675 1565 1577 1372
514 587 575 511
1584 1520 1541 1293
540 559 585 496
1624 1542 1558 1327
531 572 580 504
Kelompok Umur 0 – 59 bln Laki laki 5 – 12 thn 13 – 18 thn 19 - 55 thn >55 thn Perempuan 5 – 12 thn 13 – 18 thn 19 - 55 thn >55 thn
Perkotaan
Perdesaan
Berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin dan wilayah tempat tinggal, rerata asupan energi penduduk pada kelompok umur 0-59 bulan didaerah perkotaan yaitu 1.157 Kkal, lebih tinggi dibanding pedesaan (1.114 Kkal). Sedangkan rerata asupan energi gabungan perkotaan dan pedesaan sebesar 1.135 Kkal. Pada jenis kelamin laki-laki, rerata asupan energi tertinggi dijumpai pada penduduk tinggal di perkotaan (umur 19-55 tahun) sebesar 2.039 Kkal, lebih tinggi dari penduduk yang berdomisili di wilayah pedesaan pada kelompok umur yang sama (1.966 Kkal). Rerata asupan energi tertinggi menurut gabungan perkotaan dan pedesaan (jenis kelamin laki-laki), dijumpai pula pada rentang usia 19-55 tahun sebesar 2.000 Kkal. Gambaran berbeda dijumpai pada jenis kelamin perempuan, rerata asupan energi tertinggi penduduk di daerah perkotaan justru terjadi pada kelompok umur 5-12 tahun yaitu sebesar 1.675 Kkal. Demikian pula di daerah pedesaan, rerata asupan energi tertinggi dijumpai pada kelompok umur yang sama (1.584 Kkal). Rerata asupan energi tertinggi menurut gabungan perkotaan dan pedesaan (jenis kelamin perempuan) dijumpai pula pada rentang usia 5-12 tahun sebesar 1.624 Kkal. Pada Tabel 3.3.39 menunjukkan rerata kecukupan energi penduduk menurut karakteristik kelompok umur, jenis kelamin pada penduduk yang tinggal baik perkotaan dan perdesaan serta kuintil indeks kepemilikan di Provinsi Jawa Tengah. Informasi tersebut disajikan pada dibawah.
52
Tabel 3.3.3942 Rerata kecukupan energi penduduk menurut karakteristik, Provinsi Jawa Tengah 2014 Karakteristik Kelompok Umur 0 – 59 bln Laki laki 5 – 12 thn 13 – 18 thn 19 - 55 thn >55 Tahun Perempuan 5 – 12 thn 13 – 18 thn 19 - 55 thn >55 Tahun Tempat Tinggal Perkotaan Perdesaan Kuintil indeks Kepemilikan Terbawah Menengah Bawah Menengah Menengah atas Teratas
Kecukupan Energi (% AKE) Rerata SD 101
26
90,7 73,1 77,4 78,9
30,0 29,0 28,4 29,4
87,1 72,6 73,4 77,8
29,3 26,9 27,4 28,6
78,9 76,2
29,1 28,5
72,7 76,5 78,1 78,8 81,4
27,5 29,1 28,7 28,8 29,2
Tabel 3.3.39 memperlihatkan asupan energi berdasarkan kelompok umur dimana penduduk pada kelompok umur 0-59 bulan mempunyai asupan energi sebesar 101 persen dari kecukupan. Pada jenis kelamin laki-laki kecukupan energi tertinggi sebesar 90,7 persen berada pada kelompok umur 5-12 tahun. Hal yang sama ditemukan pada jenis kelamin perempuan dengan kecukupan energi sebesar 87,1 persen pada kelompok umur 5-12 tahun. Berdasarkan wilayah tempat tinggal, penduduk yang tinggal di pedesaan lebih sedikit kecukupan asupan energinya yaitu sebesar 76,2 persen dibandingkan penduduk yang tinggal di perkotaan (78,9%). Semakin rendah tingkat kuintil indeks kepemilikan, semakin rendah proporsi kecukupan asupan energi. Persentase kecukupan energi paling rendah terjadi pada kelompok dengan kuintil indeks kepemilikan terbawah yaitu 72,7 persen dan yang paling tinggi adalah kelompok dengan kuintil indeks kepemilikan teratas (81,4%).
53
3.5 Proporsi Penduduk Menurut Klasifikasi Tingkat Kecukupan Energi Tabel 3.3.40 menunjukkan proporsi penduduk menurut klasifikasi tingkat kecukupan energi dan karakteristik umur, jenis kelamin, tempat tinggal serta kuintil indeks kepemilikan di Provinsi Jawa Tengah. Penduduk dikategorikan kekurangan asupan energi jika mempunyai asupan energi kurang dari 70 persen dari angka kecukupan gizi yang dianjurkan sesuai umur. Tabel 3.3.4043 Proporsi penduduk menurut klasifikasi tingkat kecukupan energi dan karakteristik, Provinsi Jawa Tengah 2014 Karakteristik Kelompok Umur 0 - 59 bln 6 - 12 thn 13 - 18 thn 19 - 55 thn >55 thn Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Tempat Tinggal Perkotaan Perdesaan Kuintil indeks Kepemilikan Terbawah Menengah Bawah Menengah Menengah atas Teratas
< 70% AKE
Tingkat kecukupan asupan energi 70-<100% AKE 100-<130% AKE
≥130% AKE
6,0 26,1 52,6 47,3 43,6
50,2 40,7 30,6 34,6 34,5
24,6 22,2 12,3 13,4 15,9
19,2 11,0 4,5 4,7 6,0
41,6 46,3
36,1 34,3
15,6 14,2
6,7 5,2
42,4 45,2
35,4 35,0
15,7 14,1
6,4 5,6
49,9 45,3 43,1 42,4 38,6
33,7 35,1 35,2 35,9 36,2
12,2 13,5 15,8 15,3 17,9
4,2 6,1 5,9 6,5 7,2
Berdasarkan kelompok umur, kekurangan energi (<70%AKE) paling banyak terjadi pada kelompok umur 13-18 tahun (52,6%), sedangkan yang paling sedikit mengalami defisit energi pada kelompok umur 0-59 bulan (6,0%). Jika dilihat dari jenis kelamin, penduduk berjenis kelamin perempuan lebih banyak mengalami kekurangan energi (46,3%) dibanding laki-laki (41,6%). Kemudian berdasarkan wilayah tempat tinggal, penduduk yang tinggal didaerah pedesaan lebih banyak mengalami kekurangan energi (45,2%) dibanding yang tinggal didaerah perkotaan sebesar 42,4 persen. Informasi kekurangan energi berdasar kuintil indeks kepemilikan adalah semakin rendah tingkat kuintil indeks kepemilikan, semakin tinggi pula kekurangan energi. Kekurangan energi tertinggi terdapat pada kelompok dengan kuintil indeks kepemilikan terbawah yaitu 49,9 persen, dan kekurangan energi paling rendah berada pada kelompok kuintil indeks kepemilikan teratas sebesar 38,6 persen. Penduduk dikategorikan kelebihan asupan energi jika asupannya 100-<130 persen AKE dan ≥130 persen dari angka kecukupan gizi yang dianjurkan sesuai umur. Proporsi penduduk yang kelebihan asupan energi disajikan pada Tabel 3.3.46. Digambarkan berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin, wilayah tempat tinggal dan kuintil indeks kepemilikan. Penduduk dengan asupan energi 100-<130 persen AKE menurut kelompok umur paling rendah terjadi pada umur 13-18 tahun (12,3%), sedangkan berdasar jenis kelamin lakilaki lebih banyak mengalami kelebihan energi (15,6%) dibanding perempuan (14,2%). 54
Kemudian berdasarkan wilayah tempat tinggal, penduduk yang tinggal didaerah perkotaan lebih banyak mengalami kelebihan energi (15,7%) dibanding yang tinggal didaerah perdesaan sebesar 14,1 persen. Kelebihan energi terendah terdapat pada kelompok dengan kuintil indeks kepemilikan terbawah yaitu 12,1 persen, dan kelebihan energi paling tinggi berada pada kelompok kuintil indeks kepemilikan teratas sebesar 17,9 persen. Kelebihan asupan energi ≥130% AKE paling banyak terjadi pada kelompok umur 0-59 bulan (19,2%), sedangkan yang mengalami kelebihan energi terkecil ada pada kelompok umur 13-18 tahun (4,5%). Jika dilihat dari jenis kelamin, penduduk berjenis kelamin lakilaki lebih banyak mengalami kelebihan energi (6,7%) dibanding perempuan (5,2%). Kemudian berdasarkan wilayah tempat tinggal, penduduk yang tinggal didaerah perkotaan lebih banyak mengalami kelebihan energi (6,4%) dibanding penduduk didaerah pedesaan sebesar 5,6 persen. Jika dilihat kelebihan energi berdasar kuintil indeks kepemilikan, semakin rendah tingkat kuintil indeks kepemilikan, semakin rendah pula kelebihan energinya. Kelebihan energi terendah terdapat pada kelompok dengan kuintil indeks kepemilikan terbawah yaitu 4,2 persen, dan kelebihan energi paling tinggi berada pada kelompok kuintil indeks kepemilikan teratas sebesar 7,2 persen.
3.6 Asupan dan Kecukupan Protein Pada Tabel 3.3.41 menunjukkan rerata asupan protein dalam gram menurut karakteristik kelompok umur dan jenis kelamin pada penduduk yang tinggal baik perkotaan dan perdesaan di Provinsi Jawa Tengah. Informasi tersebut disajikan seperti dibawah. Tabel 3.3.4144 Rerata asupan protein penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin, Provinsi Jawa Tengah 2014 Asupan Protein (g) Kelompok Umur 0 – 59 bln Laki laki 5 – 12 thn 13 – 18 thn 19 - 55 thn >55 thn Perempuan 5 – 12 thn 13 – 18 thn 19 - 55 thn >55 thn
Perkotaan Rerata 36,6
Perdesaan
SD 25,6
Rerata 32,9
SD 22,4
Perkotaan dan Perdesaan Rerata SD 34,6 24,0
61,2 62,6 70,8 60,4
23,8 30,9 32,9 28,7
54,3 60,2 65,7 55,2
26,1 29,4 30,0 27,6
57,3 61,3 68,1 57,4
25,3 30,1 31,5 28,2
56,3 53,6 56,8 47,9
26,5 25,7 28,1 22,2
50,4 49,8 53,6 45,5
21,9 23,2 26,0 22,8
52,9 51,6 55,1 46,5
24,1 24,5 27,0 22,6
Berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin dan wilayah tempat tinggal, rerata asupan protein penduduk pada kelompok umur 0-59 bulan di daerah perkotaan adalah 36,6 gram, lebih tinggi dibanding pedesaan (32,9 g). Sedangkan rerata asupan protein menurut gabungan perkotaan dan pedesaan sebesar 34,6 gram. Pada jenis kelamin laki-laki, rerata asupan protein tertinggi dijumpai pada penduduk yang tinggal di perkotaan (umur 19-55 tahun) sebesar 70,8 gram, lebih tinggi dari penduduk berdomisili di wilayah pedesaan pada kelompok umur yang sama (65,7 gram). Rerata asupan protein tertinggi menurut gabungan perkotaan dan pedesaan (jenis kelamin lakilaki), dijumpai pula pada rentang usia 19-55 tahun sebesar 68,1 gram. 55
Gambaran serupa dijumpai pada jenis kelamin perempuan, rerata asupan protein tertinggi penduduk di daerah perkotaan terjadi pada kelompok umur 19-55 tahun yaitu sebesar 56,8 gram. Demikian pula penduduk di daerah pedesaan, rerata asupan protein tertinggi dijumpai pada kelompok umur yang sama (53,6 gram). Rerata asupan protein tertinggi menurut gabungan perkotaan dan pedesaan (jenis kelamin perempuan) dijumpai pula pada rentang usia 19-55 tahun sebesar 55,1 gram. Pada Tabel 3.3.42 menunjukkan rerata kecukupan protein penduduk menurut karakteristik kelompok umur, jenis kelamin pada penduduk yang tinggal baik perkotaan dan perdesaan serta kuintil indeks kepemilikan di Provinsi Jawa Tengah. Informasi tersebut disajikan pada dibawah. Tabel 3.3.4245 Rerata kecukupan protein penduduk menurut karakteristik, Provinsi Jawa Tengah 2014 Karakteristik
Kecukupan Protein (% AKP) Rerata SD
Kelompok Umur 0 – 59 bln Laki laki 5 – 12 thn 13 – 18 thn 19 - 55 thn >55 thn Perempuan 5 – 12 thn 13 – 18 thn 19 - 55 thn >55 thn Tempat Tinggal Perkotaan Perdesaan Kuintil indeks Kepemilikan Terbawah Menengah Bawah Menengah Menengah atas Teratas
125,4
78,2
119,5 88,5 106,2 90,1
58,2 43,8 49,2 43,7
106,3 80,7 97,0 82,4
54,6 39,3 47,7 39,8
102,3 94,6
50,6 46,7
87,4 94,1 97,6 101,4 111,1
43,0 47,7 48,1 48,2 53,2
Tabel 3.3.42 memperlihatkan berdasarkan kelompok umur, penduduk pada kelompok umur 0-59 bulan telah mengonsumsi protein sebesar 125,4 persen dari angka kecukupan gizi yang dianjurkan (AKP). Pada jenis kelamin laki-laki kecukupan protein tertinggi sebesar 119,5 persen dijumpai pada kelompok umur 5-12 tahun. Hal yang sama ditemukan pada jenis kelamin perempuan dengan kecukupan protein sebesar 106,3 persen pada kelompok umur 5-12 tahun. Sedangkan berdasarkan wilayah tempat tinggal, penduduk yang tinggal di pedesaan lebih rendah kecukupan konsumsi proteinnya yaitu sebesar 94,6 persen dibandingkan penduduk yang tinggal di perkotaan (102,3%). Semakin rendah tingkat kuintil indeks kepemilikan, semakin rendah proporsi kecukupan konsumsi protein. Presentase kecukupan protein paling rendah terdapat pada kelompok dengan kuintil indeks kepemilikan terbawah yaitu 87,4 persen dan yang paling tinggi adalah kelompok dengan kuintil indeks kepemilikan teratas (111,1%).
56
3.7 Proporsi Penduduk Menurut Klasifikasi Tingkat Kecukupan Protein Pada Tabel 3.3.43 menunjukkan proporsi penduduk menurut klasifikasi tingkat kecukupan protein dan karakteristik di Provinsi Jawa Tengah. Penduduk dikategorikan kekurangan asupan protein jika asupan protein kurang dari 80 persen dari angka kecukupan gizi yang dianjurkan sesuai umur. Tabel 3.3.4346 Proporsi penduduk menurut klasifikasi tingkat kecukupan protein dan karakteristik, Provinsi Jawa Tengah 2014 Karakteristik Kelompok Umur 0 - 59 bln 6 - 12 thn 13 - 18 thn 19 - 55 thn >55 thn Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Tempat Tinggal Perkotaan Perdesaan Kuintil indeks Kepemilikan Terbawah Menengah Bawah Menengah Menengah atas Teratas
<80% AKP
Tingkat kecukupan asupan protein 80 -<100% AKP 100-<120% AKP
≥120 % AKP
27,7 29,5 52,4 36,8 51,0
11,7 17,4 19,9 19,6 17,7
10,0 15,8 11,6 15,1 12,9
50,6 37,3 16,0 28,5 18,4
35,5 44,5
19,3 18,4
14,8 13,6
30,4 23,4
37,1 42,6
18,7 19,0
14,5 14,0
29,7 24,5
49,1 43,3 39,6 37,1 30,7
18,1 19,2 21,0 18,8 17,2
13,1 13,9 13,1 15,1 16,0
19,7 23,6 26,3 29,1 36,2
Kekurangan protein (<80% AKP) paling banyak terjadi pada kelompok umur 13-18 tahun (52,4%), sedangkan yang sedikit mengalami kekurangan protein (<80%) adalah pada kelompok umur 0-59 bulan (27,7%). Jika dilihat dari jenis kelamin, penduduk berjenis kelamin perempuan lebih banyak mengalami kekurangan protein (44,5%) dibanding lakilaki (35,5%). Kemudian berdasarkan wilayah tempat tinggal, penduduk yang tinggal didaerah pedesaan lebih banyak mengalami kekurangan protein (42,6%) dibanding yang tinggal didaerah perkotaan sebesar 37,1 persen. Jika dilihat kekurangan protein berdasar kuintil indeks kepemilikan, semakin rendah tingkat kuintil indeks kepemilikan, semakin tinggi kekurangan proteinnya. Kekurangan protein terendah terdapat pada kelompok dengan kuintil indeks kepemilikan teratas yaitu 30,7 persen, dan kekurangan protein paling tinggi berada pada kelompok kuintil indeks kepemilikan terbawah sebesar 49,1 persen. Penduduk dikategorikan kelebihan asupan protein jika asupan protein 100-<120 persen dan ≥120 persen dari angka kecukupan gizi yang dianjurkan sesuai umur. Proporsi penduduk yang kelebihan konsumsi protein disajikan pada Tabel 3.3.47. Kelebihan konsumsi protein digambarkan berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin, wilayah tempat tinggal dan kuintil indeks kepemilikan. Berdasarkan kelompok umur, kelebihan asupan protein (100-<120% AKP) paling banyak terjadi pada kelompok umur 5-12 tahun (15,8%), sedangkan yang mengalami kelebihan protein terkecil berada pada kelompok umur 0-59 bulan (10,0%). Jika dilihat dari jenis kelamin, penduduk berjenis kelamin laki-laki lebih banyak mengalami kelebihan protein (14,8%) dibanding perempuan (13,6%). Kemudian berdasarkan wilayah tempat tinggal, 57
penduduk yang tinggal didaerah perkotaan sedikit lebih banyak mengalami kelebihan protein (14,5%) dibanding penduduk didaerah pedesaan sebesar 14,0 persen. Jika dilihat kelebihan protein berdasar kuintil indeks kepemilikan, semakin rendah tingkat kuintil indeks kepemilikan, semakin rendah pula kelebihan protein. Kelebihan protein terendah terdapat pada kelompok dengan kuintil indeks kepemilikan terbawah yaitu 13,1 persen, dan kelebihan protein paling tinggi berada pada kelompok kuintil indeks kepemilikan teratas sebesar 16,0 persen. Kelebihan asupan protein (≥120% AKP) berdasarkan kelompok umur, paling banyak terjadi pada 0-59 bulan sebanyak 50,6 persen. Jika dilihat dari jenis kelamin, penduduk berjenis kelamin laki-laki lebih banyak mengalami kelebihan protein (30,4%) dibanding perempuan (23,4%). Kemudian berdasarkan wilayah tempat tinggal, penduduk yang tinggal didaerah perkotaan lebih banyak mengalami kelebihan protein (29,7%) dibanding penduduk didaerah pedesaan sebesar 24,5 persen. Jika dilihat kelebihan protein berdasar kuintil indeks kepemilikan, semakin rendah tingkat kuintil indeks kepemilikan, semakin rendah pula kelebihan proteinnya. Kelebihan protein terendah terdapat pada kelompok dengan kuintil indeks kepemilikan terbawah yaitu 19,7 persen, dan kelebihan protein paling tinggi berada pada kelompok kuintil indeks kepemilikan teratas sebesar 36,2 persen.
3.8 Asupan Lemak Pada Tabel 3.3.44 menunjukkan rerata asupan lemak dalam gram menurut karakteristik kelompok umur dan jenis kelamin pada penduduk yang tinggal baik perkotaan dan perdesaan di Provinsi Jawa Tengah. Tabel 3.3.4447 Rerata asupan lemak penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin, Provinsi Jawa Tengah 2014 Asupan Lemak (g) Kelompok Umur 0 – 59 bln Laki laki 5 – 12 thn 13 – 18 thn 19 – 55 thn >55 thn Perempuan 5 – 12 thn 13 – 18 thn 19 - 55 thn >55 thn
Perkotaan
Perdesaan
Perkotaan dan Perdesaan
Rerata 39,3
SD 24,5
Rerata 45,3
SD 107,3
Rerata 42,4
SD 79,5
67,8 63,0 68,1 52,9
31,6 36,2 41,5 32,2
58,7 59,7 59,6 47,5
30,6 36,7 33,8 30,9
62,7 61,2 63,6 49,8
31,9 34,4 34,5 28,7
65,0 57,2 54,9 45,6
33,9 32,7 30,7 26,9
57,7 53,9 49,6 40,4
31,3 30,7 28,6 24,0
60,9 55,4 52,1 42,7
31,9 34,4 34,5 28,7
Berdasarkan kelompok umur, dan wilayah tempat tinggal, rerata asupan lemak penduduk pada kelompok umur 0-59 bulan di daerah perkotaan adalah 39,3 gram, terlihat lebih rendah dibanding pedesaan (45,3 gam). Sedangkan rerata asupan lemak menurut gabungan daerah perkotaan dan pedesaan sebesar 42,4 gram. Berdasarkan kelompok umur dan wilayah tempat tinggal pada penduduk laki-laki, rerata asupan lemak tertinggi dijumpai pada penduduk yang tinggal di perkotaan (umur 19-55 tahun) sebesar 68,1 gram, lebih tinggi dari konsumsi lemak penduduk berdomisili di wilayah pedesaan pada kelompok umur yang sama (19-55 tahun) sebesar 59,6 gram. 58
Rerata asupan lemak tertinggi menurut gabungan perkotaan dan pedesaan dijumpai pula pada rentang usia 19-55 tahun sebesar 63,6 gram. Gambaran berbeda dijumpai pada jenis kelamin perempuan, rerata asupan lemak tertinggi penduduk di daerah perkotaan terjadi pada kelompok umur 5-12 tahun yaitu sebesar 65,0 gram. Demikian pula penduduk di daerah pedesaan, rerata asupan lemak tertinggi dijumpai pada kelompok umur yang sama (57,7 gram). Sedangkan rerata asupan lemak tertinggi menurut gabungan perkotaan dan pedesaan (jenis kelamin perempuan) dijumpai pula pada rentang usia 5-12 tahun sebesar 60,9 gram.
3.9 Asupan Karbohidrat Pada Tabel 3.3.45 menunjukkan rerata asupan karbohidrat dalam gram menurut karakteristik kelompok umur dan jenis kelamin pada penduduk yang tinggal baik perkotaan dan perdesaan di Provinsi Jawa Tengah. Tabel 3.3.4548 Rerata asupan karbohidrat penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin, Provinsi Jawa Tengah 2014 Asupan Karbohidrat (g) Kelompok Umur 0 – 59 bln Laki laki 5 – 12 thn 13 – 18 thn 19 – 55 thn >55 thn Perempuan 5 – 12 thn 13 – 18 thn 19 – 55 thn >55 thn
Perkotaan Rerata SD 148,4 92,3
Perdesaan Rerata SD 142,9 86,8
Perkotaan dan Perdesaan Rerata SD 145,5 89,5
243,3 285,1 293,9 257,5
89,7 126,7 112,7 98,8
235,0 270,7 299,2 252,6
90,0 113,3 111,8 107,2
238,7 277,3 296,7 254,7
89,9 119,7 112,2 103,7
223,2 215,8 221,0 198,1
79,9 88,8 84,8 79,0
222,1 216,3 226,5 192,3
95,3 87,7 89,0 77,6
222,6 216,0 223,9 194,8
88,9 88,2 87,1 78,2
Berdasarkan kelompok umur, dan wilayah tempat tinggal, di Provinsi Jawa Tengah, rerata asupan karbohidrat penduduk pada kelompok umur 0-59 bulan di daerah perkotaan (148,4 gram) terlihat lebih rendah dibanding pedesaan (142,9 gam). Sedangkan rerata asupan karbohidrat menurut gabungan daerah perkotaan dan pedesaan sebesar 145,5 gram. Berdasarkan kelompok umur dan wilayah tempat tinggal pada penduduk laki-laki, rerata asupan karbohidrat tertinggi dijumpai pada penduduk yang tinggal di perkotaan (umur 1955 tahun) sebesar 293,9 gram, sedikit lebih rendah dari konsumsi karbohidrat penduduk yang berdomisili di wilayah pedesaan pada kelompok umur yang sama (19-55 tahun) sebesar 299,2 gram. Sedang menurut gabungan perkotaan dan pedesaan, rerata asupan karbohidrat tertinggi dijumpai pula pada rentang usia 19-55 tahun sebesar 296,7 gram. Gambaran sedikit berbeda dijumpai pada jenis kelamin perempuan, rerata asupan karbohidrat agak merata pada semua kelompok umur. Namun asupan tertinggi penduduk didaerah perkotaan terjadi pada kelompok umur 5-12 tahun yaitu sebesar 223,2 gram. Demikian pula penduduk didaerah pedesaan, rerata asupan karbohidrat tertinggi dijumpai pada kelompok umur yang sama (222,1 gram). Sedangkan menurut gabungan perkotaan dan pedesaan, rerata asupan karbohidrat tertinggi dijumpai pada rentang usia 19-55 tahun sebesar 223,9 gram. 59
3.10 Asupan Natrium Pada Tabel 3.3.46 menunjukkan rerata asupan natrium dalam miligram menurut karakteristik kelompok umur dan jenis kelamin pada penduduk yang tinggal baik perkotaan dan perdesaan di Provinsi Jawa Tengah. Tabel 3.3.4649 Rerata asupan natrium penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin, Provinsi Jawa Tengah 2014 Asupan Natrium (mg) Kelompok Umur 0 – 59 bln Laki laki 5 – 12 thn 13 – 18 thn 19 – 55 thn >55 thn Perempuan 5 – 12 thn 13 – 18 thn 19 – 55 thn >55 thn
Perkotaan
Perdesaan
Perkotaan dan Perdesaan
Rerata 827
SD 868
Rerata 771
SD 823
Rerata 798
SD 844
1685 1462 1352 873
1601 1693 1697 1234
1459 1443 1289 864
1473 1700 1684 1169
1559 1452 1318 868
1534 1696 1690 1197
1574 1393 1086 823
1774 1610 1380 1068
1486 1221 1075 751
1593 1410 1500 1037
1524 1302 1080 782
1673 1509 1445 1051
Berdasarkan kelompok umur, dan wilayah tempat tinggal, di Provinsi Jawa Tengah, rerata asupan natrium penduduk pada kelompok umur 0-59 bulan di daerah perkotaan adalah 827 mg dan terlihat lebih tinggi dibanding pedesaan (771 mg). Sedangkan rerata asupan natrium menurut gabungan daerah perkotaan dan pedesaan sebesar 789 miligram. Berdasarkan kelompok umur dan wilayah tempat tinggal pada penduduk laki-laki, rerata asupan natrium tertinggi dijumpai pada penduduk yang tinggal di perkotaan (umur 5-12 tahun) sebesar 1.685 miligram, lebih tinggi dari asupan natrium penduduk yang berdomisili di wilayah pedesaan dengan kelompok umur 5-12 tahun sebesar 1.459 miligram. Sedang menurut gabungan perkotaan dan pedesaan, rerata asupan natrium tertinggi dijumpai pula pada rentang usia 5-12 tahun sebesar 1.559 miligram. Gambaran serupa dijumpai pada jenis kelamin perempuan, rerata asupan natrium tertinggi penduduk di daerah perkotaan terjadi pada kelompok umur 5-12 tahun yaitu sebesar 1574 miligram. Demikian pula penduduk di daerah pedesaan, rerata asupan natrium tertinggi ditemui pada kelompok umur yang sama (5-12 tahun) sebesar 1.486 miligram. Sedangkan menurut gabungan perkotaan dan pedesaan, rerata asupan natrium tertinggi dijumpai pada rentang usia 5-12 tahun (1.524 mg).
60
3.11 Konsumsi Gula, Natrium dan Lemak Pada Tabel 3.3.47 menunjukkan proporsi penduduk yang mengonsumsi gula, natrium dan lemak melebihi batas yang anjuran Permenkes 30 tahun 2013 menurut karakteristik kelompok umur dan jenis kelamin pada penduduk yang tinggal baik perkotaan dan perdesaan serta kuintil indeks kepemilikan di Provinsi Jawa Tengah. Tabel 3.3.47 50 Proporsi penduduk mengonsumsi gula, natrium dan lemak melebihi pesan Permenkes No. 30 Tahun 2013 menurut karakteristik, Provinsi Jawa Tengah 2014 Karakteristik Kelompok Umur 0 - 59 bln 6 - 12 thn 13 - 18 thn 19 - 55 thn >55 thn Tempat Tinggal Perkotaan Perdesaan Kuintil indeks Kepemilikan Terbawah Menengah Bawah Menengah Menengah atas Teratas
Gula >50 gram
Natrium >2000 mg
Lemak >67 gram
2,1 3,2 4,8 11,0 13,0
8,5 26,0 22,7 17,5 10,2
12,1 35,1 30,6 31,5 18,3
10,9 8,0
17,7 17,0
32,3 25,7
6,8 10,0 9,3 10,7 9,9
16,2 15,9 17,5 18,5 18,5
10,3 15,5 20,4 22,3 29,1
Konsumsi gula, natrium dan lemak merupakan faktor risiko terjadinya penyakit tidak menular (PTM). Tabel 3.3.45 menunjukkan bahwa penduduk yang mengonsumsi gula lebih dari yang dianjurkan proporsinya meningkat seiring dengan bertambahnya umur. Konsumsi natrium dan lemak yang melebihi anjuran tertinggi pada kelompok umur 6-12 tahun masing-masing sebesar 26,0 persen dan 35,1 persen. Berdasarkan tempat tinggal dan kuintil indeks kepemilikan, penduduk yang mengonsumsi gula, natrium mempunyai proporsi yang serupa. Namun, proporsi penduduk yang mengonsumsi lemak lebih besar dari anjuran lebih tinggi pada penduduk di perkotaan dan kuintil indeks kepemilikan teratas.
61
BAB IV KESIMPULAN Hasil analisis SKMI 2014 menunjukkan berat bahan makanan yang dikonsumsi menurut jenis dan kelompok makanan, mempengaruhi asupan zat gizi dan kecukupan energi dan protein individu, hasil dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Kelompok bahan makanan yang dikonsumsi per orang per hari (gram) Kelompok serealia dan hasil olahannya yang paling banyak dikonsumsi adalah beras sebesar 179,2 gram dengan proporsi penduduk yang mengonsumsi sebesar 97,9 persen. Sedangkan rerata konsumsi kelompok umbi dan olahannya yang paling banyak dikonsumsi adalah singkong dan olahannya (13,3 g) dengan proporsi 28,0 persen. Kelompok kacang-kacangan dan olahannya (termasuk tahu dan tempe) yang paling banyak dikonsumsi adalah kacang kedelai dan olahannya sebanyak 83,4 gram dengan proporsi penduduk yang mengonsumsi sebesar 72,7 persen. Sayuran daun merupakan kelompok sayur dan olahan yang paling banyak dikonsumsi dengan rerata seberat 61,6 gram. Rerata konsumsi bahan makanan dari kelompok buah-buahan dan hasil olahannya yang paling banyak dikonsumsi adalah pisang (18,1 g). Daging dan hasil olahannya yang paling banyak dikonsumsi adalah daging unggas dengan rerata berat 28,7 gram. Jerohan dan olahannya yang paling banyak dikonsumsi adalah jerohan unggas dengan rerata berat 0,95 gram. Sedangkan ikan laut merupakan kelompok ikan dan olahannya yang paling banyak dikonsumsi dengan rerata berat 16,38 gram. Telur ayam merupakan bahan makanan yang dikonsumsi dengan berat paling besar (18,2 gram). Bahan makanan kelompok telur dikonsumsi oleh hampir 36 persen penduduk dengan proporsi terbesar pada kelompok usia anak (0 – 12 tahun). Total konsumsi susu dan olahannya (tidak termasuk susu cair) adalah sebesar 6,1 gram dengan rerata konsumsi terbesar berasal dari susu kental manis 3,3 gram. Rerata konsumsi susu cair sebesar 3,1 mililiter. Rerata konsumsi susu menurun seiring dengan peningkatan usia. Minyak kelapa sawit merupakan kelompok minyak, lemak dan hasil olahannya yang di konsumsi paling banyak (22,3 gram). Minyak dikonsumsi oleh semua kelompok umur. Rerata total berat bahan makanan dari kelompok gula, sirup dan konfeksionari yang dikonsumsi adalah 22,9 gram dan 20,2 gram diantaranya berasal dari konsumsi gula. Konsumsi gula meningkat seiring dengan peningkatan usia. Rerata berat garam yang dikonsumsi adalah sebesar 4 gram dan dikonsumsi oleh 97,7 persen penduduk. Separuh penduduk (55,3%) penduduk mengkonsumsi Vetsin/MSG/mecin dengan rerata berat yang dikonsumsi sebesar 0,6 gram. Teh instant/daun kering dikonsumsi oleh 49,8 persen penduduk dengan rerata konsumsi sebesar 2,7 gram. Kelompok bahan makanan komposit hanya dikonsumsi pada sekelompok kecil penduduk (kurang dari 0,5% penduduk) dan dalam jumlah yang sangat sedikit yaitu rerata 8,19 gram. Rerata konsumsi air sebesar 1.213 mililiter dengan sumber terbesar berasal dari air minum. Kelompok penduduk usia anak-anak (0-12 tahun) mempunyai rerata konsumsi minuman cair kemasan pabrikan tertinggi dibandingkan kelompok umur lainnya, yaitu 21 mililiter pada kelompok Balita dan 43 mililiter pada kelompok umur 5-12 tahun. 62
Rerata konsumsi kelompok suplemen dan jamu dan yang paling banyak dikonsumsi adalah minuman suplemen (0,37 ml), menyusul jamu tradisional (0,33 mg), non-multi vitamin (0,08 mg), jamu pabrikan (0,03 mg), dan paling sedikit multi vitamin (0,02 mg). Rerata konsumsi menurut kelompok bahan makanan: kelompok serealia dan olahan sebanyak 363,7 gram, dengan konsumsi terbanyak pada umur 19-55 tahun sebesar 384,1 gram. Rerata konsumsi kelompok jeroan dan olahan sebanyak 2,1 gram, dengan konsumsi terbanyak pada umur 19-55 tahun sebesar 2,3 gram.
2. Asupan dan kecukupan energi Rerata asupan energi penduduk pada kelompok umur 0-59 bulan didaerah perkotaan yaitu 1157 Kkal, lebih tinggi dibanding pedesaan (1114 Kkal). Sedangkan rerata asupan energi gabungan perkotaan dan pedesaan sebesar 1135 Kkal. Pada jenis kelamin laki-laki, rerata asupan energi tertinggi dijumpai pada penduduk tinggal di perkotaan (umur 19-55 tahun) sebesar 2039 Kkal, lebih tinggi dari penduduk yang berdomisili di wilayah pedesaan (1966 Kkal). Pada jenis kelamin perempuan, rerata asupan energi tertinggi penduduk di daerah perkotaan justru terjadi pada kelompok umur 5-12 tahun yaitu sebesar 1675 Kkal. Penduduk dengan kelompok umur 0-59 bulan mengkonsumsi 101 persen dari kecukupan energi. Pada jenis kelamin laki-laki kecukupan energi tertinggi sebesar 90,7 persen berada pada kelompok umur 5-12 tahun. Hal yang sama ditemukan pada jenis kelamin perempuan dengan kecukupan energi sebesar 87,1 persen pada kelompok umur 5-12 tahun. Proporsi penduduk menurut tingkat kecukupan asupan energi o Kekurangan energi (<70%) paling banyak terjadi pada kelompok umur 13-18 tahun (52,6%), jenis kelamin perempuan (46,3%), penduduk yang tinggal didaerah pedesaan (45,2%), dan kuintil indeks kepemilikan terbawah (49,9%). o Penduduk dengan asupan energi 100-<130 persen AKE paling rendah terjadi pada umur 13-18 tahun (12,3%), jenis kelamin laki-laki (15,6%), penduduk yang tinggal didaerah perkotaan (15,7%), dan kuintil indeks kepemilikan teratas (17,9%). o Kelebihan asupan energi ≥130 persen AKE paling banyak terjadi pada kelompok umur 0-59 bulan (19,2%), jenis kelamin laki-laki (6,7%), penduduk yang tinggal didaerah perkotaan (6,4%), dan kuintil indeks kepemilikan teratas (7,2%). 3. Asupan dan kecukupan protein Rerata asupan protein penduduk pada kelompok umur 0-59 bulan didaerah perkotaan yaitu 36,6 gram, lebih tinggi dibanding pedesaan (32,9 g). Sedangkan rerata asupan protein menurut gabungan perkotaan dan pedesaan sebesar 34,6 gram. Pada jenis kelamin laki-laki, rerata asupan protein tertinggi dijumpai pada penduduk yang tinggal di perkotaan (umur 19-55 tahun) sebesar 70,8 gram, lebih tinggi dari penduduk berdomisili di wilayah pedesaan (65,7 gram). Berdasarkan kelompok umur, penduduk dengan kelompok umur 0-59 bulan telah mengonsumsi protein sebesar 125,4 persen dari angka kecukupan gizi yang dianjurkan (AKG). Pada jenis kelamin laki-laki kecukupan protein tertinggi sebesar 119,5 persen dijumpai pada kelompok umur 5-12 tahun. Hal yang sama ditemukan pada jenis kelamin perempuan dengan kecukupan protein sebesar 106,3 persen pada kelompok umur 5-12 tahun. Proporsi penduduk menurut tingkat kecukupan asupan protein
63
o
o
o
Kekurangan protein (<80% AKP) paling banyak terjadi pada kelompok umur 13-18 tahun (52,4%), jenis kelamin perempuan (44,5%), penduduk yang tinggal didaerah pedesaan (42,6%), dan kuintil indeks kepemilikan terbawah (49,1%). Kelebihan asupan protein (100-<120% AKP) paling banyak terjadi pada kelompok umur 5-12 tahun (15,8%), jenis kelamin laki-laki (14,8%), penduduk yang tinggal didaerah perkotaan (14,5%), dan kuintil indeks kepemilikan teratas (16,0%). Kelebihan asupan protein (≥120% AKP) paling banyak terjadi pada 0-59 bulan (50,6%), jenis kelamin laki-laki (30,4%), penduduk yang tinggal didaerah perkotaan (29,7%), dan kuintil indeks kepemilikan teratas (36,2%).
4. Asupan lemak Rerata asupan lemak penduduk pada kelompok umur 0-59 bulan di daerah perkotaan (39,3 gram) lebih rendah dibanding pedesaan (45,3 gam). Rerata asupan lemak tertinggi dijumpai pada penduduk yang tinggal di perkotaan (umur 19-55 tahun) sebesar 68,1 gram, lebih tinggi dari konsumsi lemak penduduk berdomisili di wilayah pedesaan sebesar 59,6 gram. 5. Asupan Karbohidrat Rerata asupan karbohidrat penduduk pada kelompok umur 0-59 bulan di daerah perkotaan (148,4 gram) lebih rendah dibanding pedesaan (142,9 gam). Rerata asupan karbohidrat tertinggi dijumpai pada penduduk yang tinggal di perkotaan (umur 19-55 tahun) sebesar 293,9 gram, sedikit lebih rendah dari konsumsi karbohidrat penduduk yang berdomisili di wilayah pedesaan sebesar 299,2 gram. 6. Asupan Natrium Rerata asupan natrium penduduk pada kelompok umur 0-59 bulan di daerah perkotaan (827 mg) lebih tinggi dibanding pedesaan (771 mg). Rerata asupan natrium tertinggi dijumpai pada penduduk yang tinggal di perkotaan (umur 5-12 tahun) sebesar 1685 miligram, lebih tinggi dari asupan natrium penduduk yang berdomisili di wilayah pedesaan sebesar 1459 miligram. 7. Konsumsi Gula , Natrium dan Lemak Konsumsi natrium dan lemak yang melebihi anjuran tertinggi pada kelompok umur 612 tahun masing-masing sebesar 26,0 persen dan 35,1 persen. Berdasarkan tempat tinggal dan kuintil indeks kepemilikan, penduduk yang mengonsumsi gula, natrium mempunyai proporsi yang serupa. Proporsi penduduk yang mengonsumsi lemak lebih besar dari anjuran lebih tinggi pada penduduk di perkotaan dan kuintil indeks kepemilikan teratas.
64
DAFTAR PUSTAKA
ATSDR (Agency for Toxic Substances and Disease Registry). 1995. Public Health Statement Polycyclic Aromatic Hydrocarbon. CDC. Tersedia pada [www.atsdr.cdc.gov/ToxProfiles/tp69-c1-b.pdf]. Beaglehole R, Bonita R, Horton R, Adams C, Alleyne G, Asaria P, et al. 2011. Priority actions for the non-communicable crisis. Lancet377: 1438-47. Kementerian Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007: Laporan Nasional. Jakarta: Balitbangkes Kemenkes, 2008. Djaja S, Irianto J, Mulyono L, Soemantri S. Pola Penyakit Penyebab Kematian di Indonesia: Survei Kesehatan Rumah Tangga 2001. Jakarta: Balitbangkes Depkes, 2002. Duffey KJ, Gordon-Larsen P, Steffen LM, Jacobs Jr DR, Popkin BM. 2010. Drinking caloric beverages increases the risk of adverse cardiometabolic outcomes in the Coronary Artery Risk Development in Young Adults (CARDIA) Study. Am J Clin Nutr 92: 954-9. EFSA, 2009. General Principles for the collection of national food consumption data in the view of a pan European dietary survey. EFSA Journal 2009, 7(12): 1435. IFST (Institute of Food Science and Technology). 3-MCPD and Glycidyl ester. 2014. Tersedia pada [www.ifst.org/science_technology_resources/for_food_professionals/ information_statements/3mcpd/]. Islam MR, Khan I, Hassan SMN, McEvoy M, D’Este C, Attia J, et al. 2012. Association between type 2 diabetes and chronic arsenic exposure in drinking water: a cross sectional study in Bangladesh. Environ Health. 11: 38-45. Jorhem L. “Chapter 9: Heavy Metals”. In: D’Mello JPF, editor. 2003. Food Safety: Contaminants and Toxins. Wallingford: CABI Publishing, p. 199-215. Kementerian Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010: Laporan Nasional. Jakarta: Balitbangkes Kemenkes, 2010. Larsson SC, Bergkvist L, Wolk A. 2006. Consumption of sugar and sugar-sweetened foods and the risk of pancreatic cancer in a prospective study. Am J Clin Nutr 84: 1171-6. Montonen J, Järvinen R, Knekt P, Heliövaara M, Reunanen A. 2007. Consumption of sweetened beverages and intakes of fructose and glucose predict type 2 diabetes occurrence. J Nutr 137: 1447-54. Smith LE, Stoltzfus RJ, Prendergast A. 2012. Food chain mycotoxin exposure, gut health, and impaired growth: a conceptual framework. Adv Nutr 3: 526-31. Soetrisno USS, Atmarita, Jahari AB, Sandjaja, Mudjianto TT, Almasyhuri,et al. 2008. Total Diet Study: Pengembangan di Indonesia. Laporan Akhir Penelitian. Bogor: Puslitbang Gizi dan Makanan Balitbangkes Depkes, 2008. 65
Takachi R, Inoue M, Shimazu T, Sasazuki S, Ishihara J, Sawada N, et al. 2010. Consumption of sodium and salted foods in relation to cancer and cardiovascular disease: the Japan Public Health Center-based Prospective Study. Am J Clin Nutr 91: 456-64. Williams JH, Phillips TD, Jolly PE, Stiles JK, Jolly CM, Aggarwal D. 204. Human aflatoxicosis in developing countries: a review of toxicology, exposure, potential health consequences, and interventions. Am J Clin Nutr 80: 1106-22. World Health Organization (WHO) &Food and Agriculture Organization (FAO) of the United Nations andEuropean Food Safety Authority (EFSA). 2011. Towards a Hormonised Total Diet Study approach: a Guidance document. Geneva: WHO. Ferraro, P. M., et al. 2013. "Soda and Other Beverages and the Risk of Kidney Stones."Clinical Journal of the American Society of Nephrology.doI: 10.2215/CJN/11661112 Malik, V. S., et al. 2010. "Sugar-sweetened beverages and risk of metabolic syndrome and type 2 diabetes: a meta-analysis." Diabetes Care 33(11): 2477-2483. Grace Wyshak, Rose E. Frisch, Carbonated beverages, dietary calcium, the dietary calcium/phosphorus ratio, and bone fractures in girls and boys, 1994. Journal of Adolescent Health, Volume 15, Issue 3, May, Pages 210-215, ISSN 1054-139X, http://dx.doi.org/10.1016/1054-139X(94)90506-1. World Health Organization (WHO) &Food and Agriculture Organization (FAO) of the United Nations andEuropean Food Safety Authority (EFSA). 2011. Towards a Hormonised Total Diet Study approach: a Guidance document. Geneva: WHO. Almatsier Sunita. 2006. Prinsip dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Nyoman Supariasa, Bakri Bachyar, Fajar Ibnu. 2002. Penilaian Status Gizi. ECG, Jakarta. Gibson Rosalind S. 2006. Principles of Nutritional Assessment. Second Edition.
66
Kontributor
PENGARAH: Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kepala Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik
EDITOR Djoko Kartono
PENYUSUN: Budi Santoso Eva Sulistiowati Tetra Fajarwati Joko Pambudi
Kontributor/ Pelaksana Lapangan Koster: Mualana Hasan, Nova Pramestuti, Tri Ramadani, Joko Pambudi, Tetra Fajarwati, Made Dewi, Nur Endah Pracoyo, Diah Yunitawati, Enik Sulistyowati, Ika Puspita Asturiningtyas, Mutiara, Sri Nuryani Wahyuningrum, Yusi Dwi Nurcahyani, Rabea Pangerti Yekti, Suryati Kumorowulan, Maratu Soleha, Dian Pratiwi, Harly Novriani dan seluruh Enumerator di 35 kabupaten/kota.
67