Buku
Studi Diet Total: Survei Konsumsi Makanan Individu Provinsi Sulawesi Selatan 2014
Tim Penulis : Hadjar Siswantoro Armaji Kamaludi Syarif Primasari Nurhayati
Lembaga Penerbit BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN 2014 i
KATA PENGANTAR Assalamu‟alaikum Wr. Wb. Puji syukur kepada Allah SWT kami panjatkan, karena hanya dengan rahmat dan karunia Allah, kami dapat menyelesaikan Laporan Hasil Studi Diet Total (SDT) tahun 2014 Provinsi Sulawesi Selatan SDT terdiri dari Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI) dan Analisis Cemaran Kimia Makanan (ACKM).
Pelaksanaan pengumpulan data SDT yang diawali SKMI 2014 di provinsi Sulawesi Selatan dilakukan di bulan Mei - Juli 2014 di 24 kabupaten/kota. Sebanyak 112 enumerator disebar di seluruh provinsi, dan 12 koordinator klaster yang terdiri dari peneliti Balitbangkes dan dosen Poltekkes Jurusan Gizi serta satu orang penanggung jawab operasional Dinas Kesehatan Provinsi. Sebanyak 2.169 rumah tangga dapat dikunjungi dan sebanyak 6.987 individu dapat di wawancara. Sebelum pelaksanaan pengumpulan data dilakukan terlebih dahulu pelatihan koordinator klaster dan enumerator.
Proses manajemen data dimulai dari pengumpulan dan entri data ke komputer data di lapangan. Selanjutnya, proses „data cleaning‟ dilakukan oleh Tim Manajemen Data (mandat) dan Tim Teknis di Balitbangkes. Masih terbatasnya ketersediaan komposisi zat gizi dalam bahan makanan menyebabkan hasil SKMI belum dapat mencakup semua zat gizi.
Perkenankanlah kami menyampaikan penghargaan yang tinggi serta terima kasih yang tulus atas semua kerja cerdas dan penuh dedikasi dari seluruh enumerstor, koordinator klaster, penanggung jawab operasional peneliti dari Dins kesehatan Provinsi serta Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, rekan sekerja dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan BPS Provinsi Sulawesi Selatan, para pakar dari Perguruan Tinggi, Para Dosen Poltekkes dan semua pihak yang telah berpartisipasi mensukseskan SDT ini.
Secara khusus, perkenankan ucapan terima kasih kami dan para peneliti kepada Ibu Menteri Kesehatan yang telah memberi kepercayaan kepada kita semua, anak bangsa, dalam menunjukkan karya baktinya. Billahi taufiq walhidayah, wassalamu‟alaikum wr. wb.
Jakarta, Desember 2014 Kepala Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik
Dr. Siswanto, MHP, DTM NIP. 196005271988031001 i
KATA SAMBUTAN
ii
RINGKASAN EKSEKUTIF Studi Diet Total (SDT) 2014 termasuk dalam Riset Kesehatan Nasional (Riskesnas) berbasis komunitas, dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI. Studi Diet Total terdiri dari dua kegiatan besar, yaitu Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI) dan Analisis Cemaran Kimia Makanan (ACKM). Survei Konsumsi Makanan Individu merupakan kegiatan mengumpulkan informasi data konsumsi makanan individu yang lengkap, sebagai dasar untuk melakukan kegiatan ACKM untuk menentukan tingkat keterpaparan senyawa kimia pada makanan yang dikonsumsi penduduk. Laporan ini difokuskan pada hasil SKMI.
Riskesdas 2013 menunjukkan peningkatan penyakit degeneratif dan masih tingginya masalah gizi di masyarakat yang diduga berkaitan dengan perubahan pola konsumsi makanan di masyarakat. Oleh karena itu, penting untuk dilakukan SKMI sebagai bagian dari kegiatan SDT.
Survei konsumsi makanan individu bertujuan untuk memperoleh informasi tentang gambaran pola konsumsi makanan dan tingkat kecukupan zat gizi penduduk, dan untuk menyediakan informasi tentang cara, proses dan alat yang digunakan untuk memasak makanan serta daftar bahan makanan untuk keperluan ACKM di Provinsi Sulawesi Selatan.
Disain penelitian SKMI adalah kroseksional yang mencakup 7.753 individu pada 2.180 rumah tangga dan tersebar di 97 blok sensus di seluruh kabupaten/kota di Sulawesi Selatan. Survei konsumsi makanan individu dilaksanakan pada tahun 2014 dan pada tahun 2015 dilanjutkan dengan kegiatan ACKM.
SKMI menggunakan cara pengumpulan data yang sudah digunakan secara universal. Data yang dikumpulkan meliputi menu dan jenis makanan, cara memasak dan alat yang digunakan untuk memasak. Data dikumpulkan dengan cara wawancara tentang konsumsi makanan individu sehari sebelumnya. Wawancara dibantu dengan menggunakan pedoman pengumpulan data konsumsi makanan.
Dalam proses pengumpulan data dihadapi berbagai kendala antara lain mobilitas penduduk, tidak ditemukan alamat dan tidak bersedia diwawancara sehingga tidak memungkinkan untuk menjangkau lokasi blok sensus.
Dari 97 BS terpilih untuk sampel SDT 2014 di Sulawesi Selatan, berhasil ditemukan dan dikunjungi sebanyak97 BS (100%) yang tersebar di 24 Kabupaten/Kota. Adapun dari jumlah target rumah tangga sebesar 2.180 RT terdapat 2.169 RT yang berhasil dikunjungi (99,5%). Sedangkan untuk jumlah target ART 7.753 orang terdapat 6.987orang yang berhasil diwawancarai (90,1%).
iii
Hasil analisis SKMI 2014 menunjukkan berat bahan makanan yang dikonsumsi menurut jenis dan kelompok makanan, mempengaruhi asupan zat gizi dan kecukupan energi dan protein individu, hasil secara lengkap sebagai berikut: 1. Pada makanan pokok penduduk Sulawesi Selatan, beras terbanyak dikonsumsi oleh sebagian besar penduduk (98,2%) dengan konsumsi sebesar 223,3 gram per orang per hari diikuti terigu dan olahannya yang dikonsumsi oleh sekitar 56,6 persen penduduk dengan konsumsi sebesar 54,7 gram per orang per hari. 2. Konsumsi protein hewani penduduk Sulawesi Selatan, terbanyak berasal dari kelompok ikan dan olahan, yaitu sebesar 110,5 gram per orang per hari. Disusul oleh kelompok daging dan olahan sebanyak 30,6 gram per orang per hari, dan tiga kelompok lain yang sedikit dikonsumsi, secara berurutan yaitu telur dan olahan sebesar 18,4 gram per orang per hari, susu dan olahan sebanyak 4,5 gram per orang per hari, dan kelompok jeroan sebesar 0,38 gram per orang perhari. 3. Konsumsi sayur dan olahan dan buah-buahan dan olahan penduduk masih kecil yaitu 53,7gram per orang per hari dan 18,4 gram per orang per hari. Dalam kelompok sayur, sayuran hijau dikonsumsi paling banyak (74,5 %) dibandingkan sayur lainnya. Sebaliknya dalam kelompok buah-buahan dan olahan, buah pisang terbanyak dikonsumsi oleh penduduk (17,7%). Konsumsi sayur dan olahan dan buah-buahan dan olahan yang belum memadai berpengaruh terhadap suplai vitamin dan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh. 4. Konsumsi minyak, lemak dan olahan sebesar 24,9 gram per orang per hari, terbanyak dikonsumsi dalam kelompok ini adalah minyak kelapa dan olahan (12,3 gram/orang/hari) dan minyak kelapa sawit dan minyak kelapa(12,1 gram/orang/hari). Minyak kelapa sawit dan minyak kelapa tertinggi dikonsumsi oleh penduduk Sulawesi Selatan (82,2%), menyusul kelapa dan olahannya (26,1%) dan minyak lainnya (9,7%). 5. Konsumsi gula dan konfeksionari penduduk Sulawesi Selatan sebesar 16,7 gram per orang per hari, terbanyak dikonsumsi dalam kelompok ini adalah gula putih/gula pasir (14,7 gram/orang/hari). Gula pasir dikonsumsi oleh sebagian besar penduduk (63 %), diikuti oleh coklat dan permen dengan kisaran antara 3,1 sampai 3,5 persen dan terendah sirup (1,6%). 6. Konsumsi kelompok bumbu penduduk Sulawesi Selatan sebesar 13,1 gram per orangper hari, terbanyak dikonsumsi dalam kelompok ini adalah bumbu basah (7,6 gram/orang/hari), menyusul garam (3,7 gram/orang/hari) dan terkecilbahan tambahan (0,05 garam/orang/hari). Garam tertinggi dikonsumsi penduduk (95,6%) diikuti dengan vetsin (74%) dan terendah bahan tambahan (5,5%). 7. Konsumsi minuman serbuk penduduk Sulawesi Selatan sebesar 5,9 gram per orang per hari. Teh instan/daun kering dikonsumsi terbanyak (28 %) diikuti kopi bubuk (25,1%) dan terendah minuman serbuk (2,1%), dengan konsumsi terbanyak adalah kopi bubuk (6,0 gram/orang/hari), menyusul teh instan daun kering (3,9 gram/orang/hari) dan terendah adalah minuman serbuk (1,2 gram/orang/hari). Minuman serbuk sudah dikonsumsi oleh balita (kelompok umur 0-59 bulan), dan konsumsi tertinggi ditemukan pada kelompok 5-12 tahun (6,5%). 8. Konsumsi total kelompok air minum penduduk Sulawesi Selatan 1.379,6 ml per orang per hari. Air minum dikonsumsi terbanyak yaitu oleh 99,4 persen penduduk iv
diikuti minuman cair kemasan pabrikan (14,9%) dan terendahair minum kemasan bermerek (11,2%). 9. Konsumsi kelompok makanan komposit, suplemen termasuk jamu penduduk Sulawesi Selatan amat kecil yaitu dibawah 1,0 gram per orang per hari. Asupan dan kecukupan gizi 10. Secara provinsi, rerata kecukupan energi per orang per hari tertinggi terlihat pada penduduk kelompok umur 0-59 bulan (103,6 % AKE), diikuti kelompok umur 5-12 tahun (88,2 % AKE), kelompok umur >55 tahun (81,5% AKE), kelompok umur 19-55 tahun (76,4% AKE) dan terendah, kelompok umur 13-18 tahun (71,7% AKE). 11. Secara provinsi kecukupan protein per orang per hari tertinggi terlihat pada kelompok umur 0-59 bulan (128,0% AKP), diikuti kelompok umur 5-12 tahun (117,5% AKP), kelompok umur 19-55 tahun (115,4% AKP), kelompok umur >55 tahun (104,0% AKP) dan terendah kelompok umur 13-18 tahun (93,5% AKP). 12. Secara provinsi, penduduk dengan tingkat kecukupan energi sangat kurang (<70% AKE) berkisar9,3 hingga 51,1 persen dan kecukupan energi melebihi 130 % AKEberkisar 4,4 hingga15,8 persen. 13. Secara provinsi, penduduk dengan tingkat kecukupan protein sangat kurang (<80% AKP) sebesar24,8 - 46 persen dan kecukupan protein normal (>120% AKP) sebesar 20,4 - 50 persen. 14. Secara provinsi, penduduk dengan asupan gula, garam, natrium dan lemak yang melebihi batas yang ditetapkan permenkes nomor 30 tahun 2013 tentang AKG yang dianjurkan adalah berkisar antara 1,0 hingga 30,9 persen. Seluruh hasil SKMI dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk evaluasi dan perencanaan kesehatan khususnya di bidang gizi di tingkat pusat maupun daerah. Rekomendasi 1. Mengingat sumber makanan pokok lokal (ubi-ubian) sedikit dikonsumsi penduduk dibandingkan dengan makanan pokok impor (terigu dan olahannya) dan tingginya jumlah penduduk yang tidak mampu memenuhi kecukupan energinya maka perlu dirumuskan kebijakan penganekaragaman makanan pokok yang berbasis makanan lokal. 2. Mengingat sumbangan protein dari hasil laut masih sedikit dibandingkan dengan potensi yang ada maka perlu kebijakan peningkatan potensi hasil laut sebagai sumber protein hewani bagi penduduk 3. Mengingat konsumsi sayuran dan buah masih sedikit maka perlu dirumuskan kebijakan untuk meningkatkan konsumsi sayur dan buah melalui edukasi dan peningkatan ketersediaan sayuran dan buah dengan harga yang terjangkau 4. Mengingat konsumsi minuman kemasan baik serbuk maupun cair pada anak mulai meningkat maka perlu dirumuskan kebijakan untuk melindungi anak dari konsumsi minuman kemasan yang berlebihan 5. Mengingat sudah terdapat sebagian penduduk yang mengonsumsi gula, garam dan minyak/lemak melebihi batas yang ditetapkan dalam Permenkes nomor 30 tahun 2013 maka perlu ditingkatkan pemahaman masyarakat tentang risiko mengonsumsi berlebih gula, garam dan minyak/lemak melalui edukasi atau kampanye. v
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i KATA SAMBUTAN .................................................................................................................ii RINGKASAN EKSEKUTIF .................................................................................................... iii DAFTAR ISI ..........................................................................................................................vi DAFTAR TABEL ................................................................................................................. viii DAFTAR GRAFIK .................................................................................................................xi DAFTAR SINGKATAN ......................................................................................................... xii BAB 1. PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1 1.1 Latar belakang ............................................................................................................ 1 1.2 Perumusan Masalah Penelitian ................................................................................... 2 1.3 Pertanyaan Penelitian ................................................................................................. 2 1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................................................ 3 1.5 Manfaat Penelitian....................................................................................................... 3 BAB 2. METODE PENELITIAN ............................................................................................. 4 2.1 Disain penelitian .......................................................................................................... 4 2.2 Tempat dan Waktu ...................................................................................................... 4 2.3 Populasi dan Sampel .................................................................................................. 4 2.4 Variabel dan Definisi Operasional ............................................................................... 4 2.5 Instrumendan Cara Pengumpulan Data .................................................................... 13 2.5.1 Instrumen ........................................................................................................... 13 2.5.2 Cara Pengumpulan Data .................................................................................... 13 2.5.3 Wawancara ........................................................................................................ 13 2.5.4 Proses wawancara ............................................................................................. 14 2.5.5 Penimbangan Berat Badan................................................................................. 15 2.6 Bahan dan Prosedur Pengumpulan Data .................................................................. 15 2.7 Pengawasan Kualitas Data ....................................................................................... 19 2.7.1 Analisis Data ...................................................................................................... 20 2.8 Izin penelitian ............................................................................................................ 20 2.9 Pertimbangan etik penelitian ..................................................................................... 20 Bab 3. HASIL ...................................................................................................................... 22 3.1.
Gambaran Umum Provinsi Sulawesi Selatan ........................................................ 22
3.1.1
Letak Geografis ............................................................................................. 22
3.1.2.
DataKependudukan ....................................................................................... 22
3.1.3.
Sosial Ekonomi .............................................................................................. 23
3.1.4.
Keadaan Kesehatan Lingkungan ................................................................... 23
3.1.5.
Status Gizi ..................................................................................................... 24
3.2.
Hasil Survei Konsumsi Makanan Individu ............................................................. 24 vi
3.2.1
Sebaran sampel menurut karakteristik ........................................................... 24
3.2.2.
KonsumsiBahanMakananMenurut Kelompok Makanan ................................. 26
3.3
Asupan dan Kecukupan Energi ............................................................................ 65
3.4
Asupan dan Kecukupan Protein ............................................................................ 67
3.5
Asupan Lemak ...................................................................................................... 69
3.6
Asupan karbohidrat ............................................................................................... 70
3.7
Asupan natrium..................................................................................................... 71
3.8
Konsumsi gula, garam dan minyak/lemak ............................................................. 72
3.9
Proporsi penduduk menurut tingkat kecukupan energi .......................................... 73
3.10 Proporsi penduduk menurut tingkat kecukupan protein ......................................... 74 BAB 4.
KESIMPULAN ................................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 77 DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................................... 79 Lampiran 1 Surat Izin Etik ................................................................................................... 79 Lampiran 2 Surat Izin Kementerian Dalam Negri ................................................................ 80 Lampiran 3 Rekomendasi Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan ....................................... 82 Lampiran 4 Naskah Penjelasan .......................................................................................... 84 Lampiran 5 Kuesioner Rumah Tangga................................................................................ 86 Lampiran 6 Kuesioner Individu ............................................................................................ 98 Lampiran 7 Kontributor...................................................................................................... 105
vii
DAFTAR TABEL NAMA TABEL
HALAMAN
Tabel 2.1 Variabel dan definisi operasional SKMI ................................................................. 6 Tabel 3.2.2 Distribusi BS, RT dan ART yang dapat dikunjungi (response rate) menurut kabupaten/kota, Sulawesi Selatan 2014 ............................................................................. 25 Tabel 3.2.3 Distribusi ART yang berhasil dikunjungi (response rate) menurutkarakteristik, Sulawesi Selatan 2014........................................................................................................ 26 Tabel 3.2.4 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok serealia dan olahannya perorang perhari (gram) menurut kelompok Umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 ......................... 27 Tabel 3.2.5 Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok serelia dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014...................................... 28 Tabel 3.2.6 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok umbi/pati dan olahannya perorang perhari (gram) menurut kelompok umur, provinsi Sulawesi Selatan 2014 ........................... 29 Tabel 3.2.7 Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok umbi dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014....................................... 30 Tabel 3.2.8 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok kacang-kacangan dan olahannya perorang perhari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 ............ 31 Tabel 3.2.9 Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok kacangkacangan dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 ............... 32 Tabel 3.2.10 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok sayur dan olahannyaper orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 ................................ 32 Tabel 3.2.11 Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok sayur dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014....................................... 33 Tabel 3.2.12 Rerata konsumsi kelompok buah- buahan dan olahannya per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 ....................................... 34 Tabel 3.2.13 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok buah - buahan dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 .................................................. 35 Tabel 3.2.14 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok daging dan olahannya per orang per hari (gram)menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 ........................... 37 Tabel 3.2.15 Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok daging dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014....................................... 39 Tabel 3.2.16 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok jeroan dan olahannya per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 .......................... 39 Tabel 3.2.17 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Bahan Makanan Kelompok Jeroan dan Olahan Menurut Kelompok Umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 .............................. 40 Tabel 3.2.18 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok ikan dan olahannya per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 ................................ 41 Tabel 3.2.19 Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok Ikan dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014....................................... 43 Tabel 3.2.20 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok telur dan olahannyaper orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 ................................ 44 Tabel 3.2.21 Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok telur dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014....................................... 46 Tabel 3.2.22 Rerata konsumsi kelompok susu dan olahannya per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, provinsi Sulawesi Selatan 2014 .................................................. 47 viii
Tabel 3.2.23 Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok susu dan olahannya menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 ................................. 48 Tabel 3.2.24 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok minyak, lemak dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 .................................................. 49 Tabel 3.2.25 Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok minyak, lemak dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 ..................... 50 Tabel 3.2.26 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok gula dan konfeksionari menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 ................................................................ 51 Tabel 3.2.27 Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok gula dan konfeksionari menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 ............................ 52 Tabel 3.2.28 Rerata konsumsi kelompok bumbu menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014....................................................................................................................... 53 Tabel 3.2.29 Proporsi penduduk yang mengonsumsi bumbu menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 .......................................................................................... 54 Tabel 3.2.30 Rerata konsumsi kelompok minumanmenurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014........................................................................................................ 55 Tabel 3.2.31 Proporsi penduduk yang mengonsumsi minuman menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 .......................................................................................... 57 Tabel 3.2.32 Rerata konsumsi kelompok makanan komposit menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 .......................................................................................... 58 Tabel 3.2.33 Proporsi penduduk yang mengonsumsi makanan komposit menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 ................................................................................ 58 Tabel 3.2.34 Rerata konsumsi kelompok air menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014....................................................................................................................... 59 Tabel 3.2.35 Proporsi penduduk yang mengonsumsi air menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014........................................................................................................ 60 Tabel 3.2.36 Rerata konsumsi kelompok suplemen dan jamumenurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 .......................................................................................... 60 Tabel 3.2.37 Proporsi penduduk yang mengonsumsi suplemen dan jamu menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 ................................................................................ 61 Tabel 3.2.38 Rerata konsumsi serelia, umbi/pati, kacang, sayur, buah, daging dan olahannya per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, provinsi Sulawesi Selatan 2014.................................................................................................................................... 62 Tabel 3.2.39 Rerata konsumsi jeroan, ikan, telur, susu, minyak, olahannya, gula dan konfeksionari menurut kelompok umur, provinsi Sulawesi Selatan2014 .............................. 63 Tabel 3.2.40 Rerata konsumsi bumbu, minuman, makanan komposit, air dan suplemen dan jamu per orang per hari menurut kelompok umur, provinsi Sulawesi Selatan2014 ............. 64 Tabel 3.3.41 Rerata asupan energi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 .......................................................................................... 65 Tabel 3.3.42 Rerata kecukupan energi penduduk menurut karakteristik, Provinsi Sulawesi Selatan2014........................................................................................................................ 66 Tabel 3.4.43 Rerata asupan protein penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 .......................................................................................... 67 Tabel 3.4.44 Reratakecukupan protein penduduk menurut karakteristik, provinsi Sulawesi Selatan 2014....................................................................................................................... 68 ix
Tabel 3.5.45 Rerata asupan lemak penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin,Provinsi Sulawesi Selatan2014 .............................................................................. 69 Tabel 3.6.46 Rerata asupan karbohidrat penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin Provinsi Sulawesi Selatan2014 .............................................................................. 70 Tabel 3.7.47 Rerata asupan natrium penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin Provinsi Sulawesi Selatan 2014 .......................................................................................... 71 Tabel 3.8.48 Proporsi penduduk mengonsumsi gula, natrium dan lemak, melebihi pesan permenkes nomor 30 tahun 2013 menurut karakteristik, provinsi Sulawesi Selatan 2014 ... 72 Tabel 3.9.49 Proporsi penduduk menurut karakteristik demografi dan status kepemilikan asset,dan menurut tingkat kecukupan asupan energi, provinsi Sulawesi Selatan 2014....... 73 Tabel 3.10.50 Proporsi penduduk menurut karakteristik demografi dan status kepemikian asset,dan menurut tingkat kecukupan asupan protein, provinsi Sulawesi Selatan 2014...... 74
x
DAFTAR GRAFIK NAMA GRAFIK
HALAMAN
Grafik 3.2.1 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok serealia dan olahannya perorang perhari (gram), Provinsi Sulawesi Selatan 2014 ................................................................. 28 Grafik 3.2.2 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok umbi dan olahannya perorang perhari (gram), Provinsi Sulawesi Selatan 2014 ................................................................. 30 Grafik 3.2.3 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok kacang-kacangan dan olahannya perorang perhari (gram), Provinsi Sulawesi Selatan 2014 .................................................. 31 Grafik 3.2.4 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok sayur dan olahannya perorang perhari (gram), Provinsi Sulawesi Selatan 2014 .................................................................. 33 Grafik 3.2.5 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok buah-buahan dan olahannya perorang perhari (gram), Provinsi Sulawesi Selatan 2014 ................................................... 35 Grafik 3.2.6 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok daging dan olahannya perorang perhari (gram), Provinsi Sulawesi Selatan 2014 .................................................................. 38 Grafik 3.2.7 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok jeroan dan olahannya perorang perhari (gram), Provinsi Sulawesi Selatan 2014 .................................................................. 40 Grafik 3.2.8 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok ikan dan olahannya perorang perhari (gram), Provinsi Sulawesi Selatan 2014 .................................................................. 42 Grafik 3.2.9 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok telur dan olahan perorang perhari (gram), Provinsi Sulawesi Selatan 2014 .............................................................................. 45 Grafik 3.2.10 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok minyak, lemak dan olahan perorang perhari (gram), Provinsi Sulawesi Selatan 2014 ................................................... 50 Grafik. 3.2.11 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok gula dan konfeksionari perorang perhari (gram), Provinsi Sulawesi Selatan 2014 .................................................................. 52 Grafik 3.2.12 Rerata konsumsi kelompok bumbu perorang perhari (gram), Provinsi Sulawesi Selatan 2014....................................................................................................................... 53 Grafik 3.2.13 Rerata konsumsi kelompok minuman perorang perhari (ml), Provinsi Sulawesi Selatan 2014....................................................................................................................... 56 Grafik 3.2.14 Rerata konsumsi kelompok air perorang perhari (ml), Provinsi Sulawesi Selatan 2014....................................................................................................................... 59
xi
DAFTAR SINGKATAN ACKM
:
Analisis Cemaran Kimia Makanan
AKG
:
Angka Kecukupan Gizi
ART
:
Anggota Rumah Tangga
Badan PPSDMK
:
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manumur Kesehatan
Balita
:
Bawah Lima Tahun
Balitbangkes
:
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
BB
:
Berat Badan
BDD
:
Berat Dapat Dimakan
BPOM
:
Badan Pengawasan Obat dan Makanan
BPS
:
Badan Pusat Statistik
BS
:
Blok Sensus
BTP
:
Bahan Tambahan Pangan
DKBM
:
Daftar Komposisi Bahan Makanan
DKI
:
Daerah Khusus Ibukota
DS SDT
:
Daftar Sampel Studi Diet Total
EFSA
:
European Food Safety Authority
FAO
:
Food and Agriculture Organization
FAO/WHO GIFT
:
FAO/WHO Global Individual Food Consumption Data Tool
JECFA
:
Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives
KK
:
Kepala Keluarga
Mandat
:
Manajemen Data
MDG‟s
:
Millenium Development Goals
MSG
:
Mono Sodium Glutamat
PAM
:
Perusahaan Air Minum
xii
Poltekkes
:
Politeknik Kesehatan
PSP
:
Persetujuan Sesudah Penjelasan
PTM
:
Penyakit Tidak Menular
RAN
:
Rencana Aksi Nasional
RSE
:
Relative Standard Error
RT
:
Rumah Tangga
SDT
:
Studi Diet Total
SKMI
:
Survey Kesehatan Masyarakat Indonesia
WHO
:
World Health Organization
xiii
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI) merupakan survei yang bertujuan untuk mengumpulkan data makanan yang dikonsumsi penduduk. Survei ini menjadi dasar bagi pelaksanaan Studi Diet Total (SDT). Studi Diet Total penting dilaksanakan karena berdasarkan data yang diperoleh dari Riskesdas (2010), makanan yang dikonsumsi masyarakat Indonesia belum sesuai dengan kebutuhan. Masih terdapat mayarakat yang kurang gizi, namun terdapat juga masyarakat yang menghadapi kelebihan gizi terutama di perkotaan. Konsumsi makanan dan atau minuman bergula, bergaram dan berlemak-jenuh tinggi disertai dengan konsumsi sayuran dan buah yang rendah, merupakan salah satu faktor risiko utama PTM terkait-gizi (Beaglehole et al, 2011). Selain itu tingkat pencemaran kimia pada bahan makanan dan minuman cukup tinggi ditemukan didaerah industri pertambangan dan pertanian hortikultura (Kemenkes 2012) berkaitan dengan penyakit tidak menular.
Data mortalitas menurut kelompok penyakit berdasarkan kajian hasil survei kesehatan nasional 1995-2007 (Atmarita, 2011) menunjukkan terjadinya pergeseran pola penyakit penyebab kematian pada berbagai golongan umur. Kasus kematian akibat penyakit tidak menular (PTM) seperti hipertensi, kanker dan diabetes melitus semakin meningkat dibandingkan dengan kasus kematian akibat penyakit menular. Angka kematian akibat penyakit diabetes melitus meningkat dari 1,1 persen menjadi 2,1 persen, hipertensi dari 7,6 persen menjadi 9,5 persen, dan stroke dari 8,3 persen menjadi 12,1 persen (Depkes, 2008 dan Kemenkes, 2014). Prevalensi gizi kurang, kependekan dan prevalensi gizi lebih di tahun 2013 cenderung tidak berubah dibandingkan dengan tahun 2007. Masalah gizi lebih sangat berkaitan dengan kejadian PTM, sehingga peningkatan angka kematian akibat PTM diduga berhubungan erat dengan pola konsumsi pangan (bahan makanan atau minuman) yang mencakup jumlah, mutu dan keamanan.
Saat ini telah terdapat banyak data SDT yang berasal dari negara-negara yang telah melakukan studi ini, antara lain Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru, Kanada, Itali, Inggris, Perancis dan negara-negara Asia seperti Cina dan Malaysia. Saat ini SDT dilakukan di seluruh dunia dengan mengikuti pedoman umum yang dikembangkan oleh WHO terutama dari segi metode, sehingga pada akhirnya dapat diperoleh suatu informasi tingkat internasional yang terharmonisasi.Di Indonesia sampai saat ini belum pernah dilakukan SDT yang mencakup survei konsumsi pangan dan analisis senyawa kimia di dalam bahan pangan. Data konsumsi makanan tingkat nasional dari Susenas, Riskesdas 2007, dan Riskesdas 2010, belum memenuhi syarat untuk digunakan dalam pelaksanaan SDT sesuai pedoman umum harmonisasi dari WHO. Data konsumsi dari Susenas merupakan hasil pendekatan dari biaya pengeluaran rumah tangga untuk pembelian pangan sehingga tidak bisa menunjukkan jumlah pangan yang sebenarnya dikonsumsi dan masuk ke dalam tubuh. Data konsumsi dalam Riskesdas 2007 juga merupakan data konsumsi rumah tangga, sehingga tidak bisa dihubungkan dengan data kejadian penyakit yang mewakili data individu, sedangkan Riskesdas 2010 sudah mempunyai data konsumsi individu tetapi tidak 1
memiliki informasi tentang proses pengolahan yang diperlukan dalam menyiapkan sampel bahan makanan untuk keperluan analisis senyawa kimia. Dengan tidak adanya data nasional kecukupan dan keamanan konsumsi pangan serta kajiaan risikonya, maka Indonesia belum memiliki data sebagai evidence based yang dapat mewakili mayoritas penduduk Indonesia yang dapat digunakan sebagai informasi dalam forum-forum di tingkat internasional dan sebagai dasar pengambilan kebijakan.
Sampai saat ini belum ada data konsumsi pangan terkini dan lengkap dengan cara pengolahan makanan dan data paparan senyawa kimia pada populasi yang sangat terbatas, sehingga tidak dapat dihubungkan dan menjelaskan meningkatnya prevalensi PTM di Indonesia. Oleh karena itu untuk mendapatan data yang sangat penting ini, perlu dilakukan Studi Diet Total tingkat nasional.
SDT yang dilakukan pada tahun 2014-2015 mempunyai dua kegiatan yaitu kegiatan SKMI pada tahun 2014 bertujuan untuk mendapatkan data perubahan tingkat konsumsi gizi dan status gizi serta keragaman hidangan dan bahan makanan yang dikonsumsi penduduk dibandingkan dengan data Riskesdas 2010 dan kegiatan ACKM pada tahun 2015 untuk mengumpulkan data tingkat cemaran kimia dalam makanan yang dikonsumsi oleh penduduk.
Oleh karena itu SDT dilaksanakan di Indonesia dimulai dengan kegiatan SKMI yang dilakukan di seluruh provinsi pada tahun 2014 termasuk di provinsi Sulawesi Selatan.
1.2 Perumusan Masalah Penelitian Seperti telah dikemukakan di atas bahwa kejadian PTM semakin meningkat dari tahun ke tahun, demikian juga halnya dengan angka kematian yang diakibatkan PTM. Prevalensi masalah gizi tidak banyak mengalami perbaikan dari tahun 2007 sampai tahun 2013. Ada kecenderungan peningkatan prevalensi pendek (stunting), gizi kurang (underweight) dan kegemukan (obesity). Gambaran kesehatan dan gizi seseorang sangat erat kaitannya dengan jumlah, mutu dan keamanan makanan yang dikonsumsinya dikenal dengan istilah “you are what you eat”. Prinsip ketahanan pangan bertumpu pada tiga hal, yaitu: tersedianya jumlah pangan yang cukup, bermutu dan aman bagi penduduk. Meningkatnya kejadian PTM dan tetap tingginya masalah gizi di Indonesia memberikan indikasi adanya masalah dalam makanan yang dikonsumsi oleh penduduk Indonesia baik dari segi jumlah, mutu maupun keamanannya.
1.3 Pertanyaan Penelitian Pertanyaan penelitian untuk SKMI 2014 Provinsi Sulawesi Selatan yaitu :
1. 2.
Berapakah jumlah makanan dan bahan makanan yang dikonsumsi penduduk menurut jenis dan kelompok makanan di tingkat provinsi? Berapa tingkat asupan zat gizi individu dari semua kelompok umur di tingkat provinsi? 2
3. 4. 5.
Apa saja zat gizi yang konsumsinya kurang dan apa saja zat gizi yang konsumsinya lebih di tingkat provinsi? Berapa jumlah garam, gula dan minyak yang dikonsumsi penduduk di tingkat provinsi? Makanan apa saja yang merupakan komponen sedikitnya 90 persen dari diet yang dikonsumsi penduduk di tingkat provinsi?
1.4 Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tersedianya data tentang kecukupan dan keamanan makanan yang di konsumsi oleh penduduk di Provinsi Sulawesi Selatan. Tujuan Khusus 1.
Memperoleh informasi reratakonsumsi bahan makanan individu menurut jenis dan kelompok makanan (food group) di Provinsi Sulawesi Selatan
2.
Memperoleh informasi tentang tingkat asupan zat gizi (makro dan mikronutrien) individu di Provinsi Sulawesi Selatan Mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan konsumsi zat gizi individu dibandingkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk Provinsi Sulawesi Selatan Memperoleh konsumsi garam, gula dan minyak yang dikonsumsi penduduk di Provinsi Sulawesi Selatan Memperoleh daftar makanan (food list) yang merupakan komponen sedikitnya 90 persen dari diet yang dikonsumsi penduduk Provinsi Sulawesi Selatan
3. 4. 5.
1.5 Manfaat Penelitian 1.
Mendapat informasi pola konsumsi bahan makanan penduduk di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan
2.
Mendapat informasi konsumsi zat gizi penduduk di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan
3.
Memperoleh daftar makanan (foodlist) untuk keperluan Analisis Cemaran Kimia Makanan (ACKM) di Provinsi Sulawesi Selatan
4.
Mampu merencanakan penelitian lanjutan sesuai dengan permasalahan kesehatan
3
BAB 2. METODE PENELITIAN 2.1 Disain penelitian Penelitian ini merupakan survei berskala nasional. Oleh karena itu disain SKMI 2014 di Provinsi Sulawesi Selatan mengikuti disain nasionalyaitu dengan disain potong lintang (cross-sectional), non-intervensi/observasi,deskriptif dan analitik.
2.2 Tempat dan Waktu Pelaksanaan penelitian dilakukan di24 kabupaten/kota di provinsi Sulawesi Selatan pada tanggal 5 Mei 2014 hingga 18 Juni 2014.
2.3 Populasi dan Sampel Populasi dalam SKMI Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2014 adalah seluruh rumah tangga biasa yang mewakili 24 kabupaten/kota. Besar sampel Provinsi Sulawesi Selatan berdasarkan kerangka sampling nasional terpilih 97 BS di 24 kabupaten/kota dan 2.180 RT dengan perkiraan individu sebesar 7.753 individu.
Kriteria Inklusi dan Ekslusi Sampel adalah semua rumah tangga yang sudah didatangi dan terdaftar pada data Riskesdas 2013 dan semua anggota rumah tangga yang ada pada saat pengumpulan data SKMI di Provinsi Sulawesi Selatan berlangsung.Kriteria eksklusi adalah rumah tangga tidak diambil datanya bila tidak memungkinkan untuk dikunjungi karena berbagai kendala; dan rumah tangga serta anggota rumah tangga yang menolak berpartisipasi dalam SKMI di Provinsi Sulawesi Selatan.
Cara Pemilihan Sampel Rumah tangga yang akan dikunjungi adalah rumah tangga yang menjadi sampel dalam Riskesdas 2013 di Provinsi Sulawesi Selatan. Untuk mendapatkan sampel individu, rumah tangga di BS yang sudah dikunjungi Riskesdas 2013 akan diambil secara acak sebanyak 2.180 rumah tangga. Dalam satu rumah tangga terdapat rata-rata 4,5 individu
2.4 Variabel dan Definisi Operasional Jenis data yang dikumpulkan secara lengkap dapat dilihat pada kuesioner, yaitu terdiri dari blok pertanyaan sebagai berikut:
Tingkat Rumah Tangga Blok I
: Pengenalan Tempat
Blok II
: Keterangan Rumah Tangga
Blok III
: Keterangan Pengumpul Data 4
Blok IV
: Keterangan Anggota Rumah Tangga
Blok V
: Daftar Hidangan Makanan/Minuman yang Dimasak di RT (Quicklist)
Blok VI
: Persiapan dan Cara Mengolah Makanan/Minuman di Rumat Tangga
Tingkat Individu Blok VII
:Keterangan Pengumpul Data
Blok VIII
: Keterangan Individu
Blok IX
: Daftar Makanan yang Dikonsumsi ART dalam Satu Hari Kemarin
Blok X
: Konsumsi Makanan Individu Recall 1 x 24 Jam
5
Tabel 2.1 Variabel dan definisi operasional SKMI No
Variabel
1
Zat Gizi
2
Konsumsi serealia
3
Penjelasan tentang variabel
Metoda pengukuran
Skala ukur
Pengkategorian
Diperoleh dari DKBM berdasarkan berat bahan makanan yang dikonsumsi Berat bahan makanan kelompok serealia yang dikonsumsi
Analisis DKBM
Rasio
Rerata dan standar deviasi Rerata dan standar deviasi
Wawancara
Rasio
Konsumsi umbiumbian
Berat bahan makanan kelompok umbi-umbian yang dikonsumsi
Wawancara
Rasio
Rerata dan standar deviasi
4
Konsumsi kacangkacangan, biji
Berat bahan makanan kelompok kacang-kacangan yang dikonsumsi
Wawancara
Rasio
Rerata dan standar deviasi
5
Konsumsi sayuran
Berat bahan makanan kelompok sayuran yang dikonsumsi
Wawancara
Rasio
Rerata dan standar deviasi
6
Konsumsi buah
Berat bahan makanan kelompok buah yang dikonsumsi
Wawancara
Rasio
Rerata dan standar deviasi
7
Konsumsi daging
Berat bahan makanan kelompok daging yang dikonsumsi
Wawancara
Rasio
Rerata dan standar deviasi
8
Konsumsi jeroan/non daging
Berat bahan makanan kelompok jeroan, non daging yang dikonsumsi
Wawancara
Rasio
Rerata dan standar deviasi
9
Konsumsi ikan
Berat bahan makanan kelompok ikan yang dikonsumsi
Wawancara
Rasio
Rerata dan standar deviasi
10
Konsumsi telur
Berat bahan makanan kelompok telur yang dikonsumsi
Wawancara
Rasio
Rerata dan standar deviasi
11
Konsumsi susu
Berat bahan makanan kelompok susu yang dikonsumsi
Wawancara
Rasio
Rerata dan standar deviasi
12
Konsumsi minyak, lemak
Berat bahan makanan kelompok minyak, lemak yang dikonsumsi
Wawancara
Rasio
Rerata dan standar deviasi
13
Konsumsi gula,
Berat bahan makanan kelompok gula, sirup,
Wawancara
Rasio
Rerata dan standar 6
No
Variabel
Penjelasan tentang variabel
Metoda pengukuran
Skala ukur
Pengkategorian
sirup, konfeksionari
konfeksionari yang dikonsumsi
14
Konsumsi bumbu
Berat bahan makanan kelompok bumbu yang dikonsumsi
Wawancara
Rasio
Rerata dan standar deviasi
15
Konsumsi minuman
Berat bahan makanan kelompok minuman yang dikonsumsi
Wawancara
Rasio
Rerata dan standar deviasi
16
Konsumsi makanan komposit
Berat bahan makanan kelompok makanan komposit yang dikonsumsi
Wawancara
Rasio
Rerata dan standar deviasi
17
Konsumsi air
Berat bahan makanan kelompok air yang dikonsumsi
Wawancara
Rasio
Rerata dan standar deviasi
18
Konsumsi suplemen
Berat bahan makanan kelompok suplemen yang dikonsumsi
Wawancara
Rasio
Rerata dan standar deviasi
19
Asupan energi
Jumlah energi yang dikonsumsi
Rasio
Rerata, standar deviasi dan proporsi
20
Asupan protein
Jumlah protein yang dikonsumsi
Perhitungan berat bahan makanan yang dikonsumsi dengan kandungan zat gizinya Perhitungan berat bahan makanan yang dikonsumsi dengan kandungan zat gizinya
Rasio
Rerata, standar deviasi dan proporsi
21
Tingkat Kecukupan Asupan Energi
Ordinal
1. < 70 % AKE 2. 70 -100% AKE 3. 100-130% AKE 4.>130% AKE
22
Tingkat Kecukupan Asupan Protein
Persentase asupan energi per orang per hari terhadap Angka Kecukupan Energi (AKE) yang dianjurkan untuk setiap kelompok umur dan jenis kelamin. AKE yang digunakan adalah didasarkan Permenkes No 75 Tahun 2013. Persentase asupan protein per orang per hari terhadap Angka Kecukupan Protein (AKP) yang dianjurkan untuk setiap kelompok umur dan jenis kelamin. AKP yang digunakan adalah didasarkan Permenkes No 75 Tahun 2013. Jumlah natrium yang dikonsumsi individu sehari
Ordinal
1. < 80 % AKP 2. 80 -100% AKP 3 100-120% AKP
23
Asupan natrium
deviasi
4 >120% AKP Dihitung berdasarkan
Rasio 7
No
Variabel
Penjelasan tentang variabel
Metoda pengukuran
kemarin
kandungan natrium bahan makanan yang ada dalam DKBM
Skala ukur
24
Asupan lemak
Jumlah lemak yang dikonsumsi individu sehari kemarin
Dihitung berdasarkan kandungan lemak bahan makanan yang ada dalam DKBM
Rasio
25
Asupan karbohidrat
Jumlah karbohidrat yang dikonsumsi individu sehari kemarin
Rasio
26
Berat badan
Berat badan seluruh responden, bayi,balita,remaja,dewasa dan lansia, baik perempuan dan laki-laki
27
Makanan yang dikonsumsi ART Konsumsi makanan individu
Nama makanan dan minuman yang dikonsumsi individu sesuai waktu dalam satu hari kemarin Jenis bahan makanan/minuman yang dikonsumsi individu anggota rumahtangga baik yang dimasak dirumah maupun yang diperoleh/dibeli diluar rumah selama sehari kemarin Kode hidangan menurut daftar makanan yang telah disiapkan dalam buku pedoman SKMI Bagaimana cara mendapatkan hidangan
Dihitung berdasarkan kandungan karbohidrat bahan makanan yang ada dalam DKBM Dengan menggunakan timbangan badan dengan ketelitian 0,1 kg Wawancara Wawancara dan penimbangan hidangan
Nominal
Buku kode hidangan
Nominal
Wawancara
Nominal
Wawancara dan pengamatan Wawancara dan pengamatan
Nominal
28
29
Kode Hidangan
30
Asal hidangan
31
Nama dagang/merek
32
Spesifikasi rasa
Nama produk atau pembuat hidangan/makanan rumahtangga maupun pabrikan Rasa yang tertera dalam kemasan pabrikan
Pengkategorian
Ordinal
Nominal
1.Di rumah tangga 2. dibeli 3. diberi
Nominal
8
No
Variabel
Penjelasan tentang variabel
Metoda pengukuran
Skala ukur
Pengkategorian
33
Alamat tempat makanan dijual
Alamat tempat hidangan /makanan yang dikonsumsi individu di luar
Wawancara
Nominal
34.
URT/porsi hidangan/makanan
Ukuran yang dipakai rumahtangga untuk menyatakan jumlah hidangan atau bahan makanan
Wawancara
Ordinal
sendok makan(sdm) sendok teh (sdt) centong, potong, biji, buah, piring
35.
Sumber air
Tempat memperoleh air yang digunakan untuk memasak dan minum
Wawancara
Nominal
1.Air kemasan 2.Air isi ulang 3.Air ledeng/PDA 4.Air ledeng eceran/beli 5.Sumur bor/pompa 6.Sumur gali terlindung 7.Mata air tak terlindung 8.Penampungan air Hujan 9.Air danau/sungai/irigasi 10.Tidak tahu
36
Perlakuan pada bahan makanan mentah
Tindakan yang dilakukan terhadap makanan yang dikonsumsi mentah
Wawancara
Nominal
1.Dicuci dan dikupas 2.Dicuci, tidak dikupas 3.Tidak dicuci, dikupas 4.Tidak dicuci dan tidak dikupas 8.Tidak berlaku
37
Cara pengolahan
Bagaimana cara hidangan/makanan tersebut dimasak yang paling berisiko terhadap adanya cemaran.
Wawancara
Nominal
1.Bakar/asap 2.Goreng 3.Panggang/sangan/sang rai 4.Rebus/Ungkep/presto 5.Tumis 6.Kukus 7.Seduh 9.Tidak diolah
9
No
Variabel
Penjelasan tentang variabel
Metoda pengukuran
Skala ukur
Pengkategorian
38
Status responden terkini
Informasi atau keberadaan responden (KK dan ART) sebagai sampel individu SKMI 2014 pada saat pengumpulan data masih sama atau ada perubahan dibandingkan dengan data yang dikumpulkan dalam Riskesdas 2013.
Wawancara
Nominal
1.Tidak ada perubahan 2.Ada perubahan 3.Meninggal 4.Pindah 5.Lahir 6.ART baru 7.Tidak pernah ada dalam RT (fiktif)
39
Umur
Umur anggota rumahtangga
Wawancara
Nominal
a. < 1 bln isikan hari b. < 5 thn isikan bulan c. >= 5 thn isikan tahun
40
Status Pekerjaan
Pekerjaan utama anggota rumah tangga yang berumur diatas 10 tahun
Wawancara
Nominal
1.Tidak bekerja 2.Bekerja 3.Sekolah
41
Persiapan cara memasak makanan/minuman di rumahtangga
Wawancara
42
Bahan Dasar Alat Masak yang digunakan
Diperoleh keterangan tentang asal, siapa yang memasak, beratbahan makanan, sumber air cara perlakuan dan pengolahan termasuk bahan bakar yang dipergunakan untuk memasak hidangan yang dimasak di rumah tangga Bahan dasar alat masak yang dipakai untuk memasak makanan dan minuman yang dikonsumsi keluarga. Contoh aluminium, gerabah, gelas
Nominal
1.Aluminium 2.Seng 3.Besi 4.Kaca 5.Tanah/gerabah 6.Plastik 7.Keramik 8.Tembaga 9.Stainless steel 10.Enamel 11.Tidak pakai alat
Wawancara/pengamat an
10
No
Variabel
Penjelasan tentang variabel
Metoda pengukuran
43
Asal hidangan
Asal bahan makanan/minuman tersebutdiperoleh sebelum dimasak di rumahtangga
Wawancara
44
Air minum
Wawancara
45
Perlakuan pada bahan mentah
Jumlah air yang diminum individu selama satu hari (24 jam) kemarin Perlakuan terhadap setiap rincian bahan makanan yang digunakan dalam proses pemasakan hidangan makanan/minuman di rumahtangga
46
Pengolahan/pemasa kan
47
Rincian bahan makanan
48
Siapa yang memasak
Cara pengolahan dan pemasakan responden terhadap setiap hidangan yang dimasak di rumahtangga yang dapat menimbulkan cemaran dan rincian bahan makanannya Rincian bahan sesuai resep yang digunakan dalam memasak hidangan makanan/minuman di rumah tangga termasuk bumbu dan air. Orang yang memasak makanan atau minuman dari masing-masing makanan/minuman yang dimasak di rumahtangga
Wawancara
Skala ukur
Nominal
Pengkategorian
1.Di rumah tangga 2. Dibeli 3. Diberi Mililiter
Nominal
1.Dicuci 2.Dikupas 3.tidak dicuci 4.Tidak dikupas 5.Tidak dicuci&tidak dikupas 7.Tidak berlaku
Nominal
Kukus
Wawancara
Nominal
Wawancara
Nominal
1. KK 2. Istri/suami 3. Anak kandung 4. Anak angkat/tiri 5. Menantu 6.Cucu 7. Orangtua/mertua 8.Famili lain 11
No
Variabel
Penjelasan tentang variabel
Metoda pengukuran
Skala ukur
Pengkategorian 9. Pembantu 10. Lainnya
49
Merek Pabrik dalam Kemasan
Tulisan atau label yang dibuat oleh pabrik/industri yang berada pada pembungkus atau kemasan makanan jadi/pabrikan yang dikonsumsi responden yang dibuat di rumahtangga
Wawancara dan pengamatan
12
2.5 Instrumendan Cara Pengumpulan Data 2.5.1 Instrumen Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut: 1. Daftar Sampel SDT (DS SDT) Provinsi Sulawesi Selatan (dari Daftar Sampel Rumah Tangga yang sudah tersedia pada saat Riskesdas 2013) 2. Kuesioner RT dan Kuesioner Individu 3. Buku foto makanan 4. Timbangan makanandan penggaris 5. Peralatan antropometri timbangan berat badan digital
2.5.2 Cara Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan penimbangan berat badan. Wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data : pengenalan tempat, keterangan rumah tangga dan anggota rumah tangga, daftar hidangan, keterangan individu, konsumsi makanan individu (recall 1x24 jam), Daftar makanan yang dikonsumsi 24 jam terakhir, URT/porsi serta sumber air. Wawancara dan penimbangan bahan makanan dilakukan untuk mengumpulkan data : berat rincian hidangan yang dimakan. Wawancara dan pengamatan dilakukan untuk mengambil data : persiapan, bahan dasar alat masak dan cara mengolah makanan dan keadaan biologis pada saat recall. Wawancara dan membeli bahan makanan dilakukan untuk mengambil data : jenis bahan makanan. Penimbangan menggunakan timbangan digital dilakukan untuk mengambil data berat badan dengan ketelitian 0,1 kg.
2.5.3 Wawancara Pengumpulan data di tingkat rumah tangga dan individu dilakukan dengan metode wawancara secara tatap muka. Wawancara dilakukan oleh tenaga pengumpul data yang berlatar belakang pendidikan gizi dan telah mendapat pelatihan sebelum pengumpulan data dilakukan. Wawancara dengan menggunakan instrumen yaitu 2 kuesioner yang berbeda: a. Kuesioner rumah-tangga, terutama ditujukan untuk mendapatkan informasi proses penyediaan makanan yang dikonsumsi keluarga. Mulai dari sumber bahan makanan diperoleh, proses persiapan sebelum pemasakan, cara pengolahan hinggaalat masak dan bahan bakar yang digunakan dalam pemasakan. b. Kuesioner individu, terutama ditujukan untuk mendapatkan informasi jenis dan kuantitas (berat) makanan dikonsumsi oleh setiap anggota rumah-tangga. Termasuk minuman, bumbu, suplemen makanan, gula, garam dan minyak individu juga dikumpulkan.
Tehnik wawancara Tehnik wawancara untuk mengumpulkan data jenis dan kuantitas makanan yang dikonsumsi individu serta proses penyediaan makanan yang dikonsumsi keluarga, digunakan metode Recall 1 x 24 jam. Metode Recall adalah cara pengumpulan data individu dan keluarga yang prinsipnya meminta responden mengingat kembali semua makanan yang 13
dikonsumsi selama 24 jam yang lalu dengan cara probing (penggalian). Tehnik metode Recall yang digunakan adalah 5-Step Multiple-Pass Method secara detail diuraikan dalam buku pedoman umum dan buku pedoman pengisian kuesioner. Kunjungan ulangan Recall 1 x 24 jam hanya dipilih secara purposive 3 RT dalam 1 BS, RT yang dipilih yang dapat ditentukan dalam 3 hari pertama pengumpulan data dalam setiap BS. 2.5.4 Proses wawancara Persiapan Satu hari sebelum tim turun ke lapangan, ketua tim pengumpul data berkewajiban untuk memeriksa ulang semua rumah tangga di BS sesuai dengan DS-SDT Provinsi Sulawesi Selatan, sedangkan anggota tim lainnya mempersiapkan instrumen dan peralatan serta kalibrasi alat. Apabila rumah tangga tersebut sudah tidak ada karena berbagai alasan dan tidak mungkin dikunjungi, tidak perlu dicarikan penggantinya.Tim pengumpul data mengunjungi rumah tanggal terpilih untuk membuat janji kapan wawancara untuk pengumpulan data konsumsi dapat dilakukan. Hari Pengumpulan data Wawancara dilakukan sesuai dengan waktu yang telah disepakati antara tenaga pengumpul data dan ART yang akan diwawancarai.Setelah memperkenalkan diri, kemudian menjelaskan naskah penjelasan yang intinya menerangkan maksud dan tujuan survei dilakukan, penggunaan hasil, metoda yang digunakan, risiko yang ditimbulkan, manfaat termasuk kompensasi yang diberikan atau yang akan diterima sebagai pengganti terganggunya waktu responden karena harus diwawancarai, jaminan kerahasiaan, hak mengundurkan diri serta alamat kontak yang bisa dihubungi dan waktu yang dibutuhkan untuk wawancara. Setelah diberikan waktu responden berfikir menerima atau menolak, kemudian ditanyakan kesediaan responden untuk diwawancarai. Responden diminta untuk menanda tangai informed consent jika bersedia. Setelah itu apabila responden bersedia untuk diwawancarai, setiap responden diminta untuk menandatangani formulir persetujuan setelah penjelasan (informed consent) Pewawancara melakukan penggalian informasi (probing) makanan dan minuman yang dikonsumsi dan rinci, untuk mendapatkan data yang akurat dan lengkap dengan cara membantu mengingat kembali makanan dan minuman yang dikonsumsi sehari kemarin dengan tidak mengarahkan pertanyaan yang dapat menggiring responden ke suatu jawaban. Wawancaradapat dilakukan secara serempak pada suatu rumah tangga dimanasetiap anggota tim bertanya pada masing-masing individu yang hadir secara bersamaan atau dapat dilakukan satu demi satu jika ART tidak hadir secara bersamaan. Mekanisme wawancara dapat disesuaikan dengan kondisi dan situasi yang paling sesuai dilakukan pada rumah tangga tersebut. Seperti telah disebutkan di atas, ada dua kuesioner yang digunakan sebagai alat pengumpulan data, yaitu kuesioner yaitu rumah tangga dan individu. Untuk kuesioner rumah tangga, ART yang diwawancarai adalah ART yang paling mengerti tentang pengolahan makanan yang dilakukan di rumah tangga, biasanya adalah ibu. Untuk kuesioner individu, wawancara dilakukan kepada seluruh ART di dalam rumah tangga tersebut, termasuk bayi 14
dan anak-anak. Untuk bayi, wawancara dilakukan terhadap ibu, sedangkan pada anak-anak berusia < 15 tahun, wawancara dilakukan dengan pendampingan.Akan terdapat ARTyang diwawancarai lebih dari sekali,yaitu sebagai responden kuesioner rumah tangga dan sebagai responden kuesioner individu, atau sebagai responden yang mewakili bayi. Keseluruhan proses pengambilan dataakan memerlukan waktu selama kurang lebih 45 menit/orang untuk kuesioner individu, dan 45 menit untuk kuesioner rumah tangga, sehingga hal ini cukup menyita waktu responden. Setelah selesai wawancara, teliti lagi apa ada informasi yang kurang lengkap atau terlewatkan. Sebelum meninggalkan rumah responden, sebagai ucapan terima kasih dan pengganti terganggunya waktu responden, maka akan diberikan kompensasi (bahan kontak) berupa uang sebesar Rp.50.000 untuk setiap ART yang diwawancarai untuk kuesioner rumah tangga, dan Rp.20.000,- untuk setiap individu yang diwawancara.
Partisipasi responden bersifat sukarela tanpa paksaan, dan bila tidak berkenan dapat menolak, dan sewaktu-waktu selama proses pengumpulan data dapat mengundurkan diri tanpa sanksi apapun.
2.5.5 Penimbangan Berat Badan Penimbangan berat badan dilakukan dengan penimbangan berat badan dilakukan pada seluruh anggota rumah tangga menggunakan timbangan berat badan digital dengan tingkat ketelitian 0,1 Kg. Rincian cara penimbangan berat badan terdapat di buku pedoman pengisian kuesioner.
2.6 Bahan dan Prosedur Pengumpulan Data Bahan pengumpulan data yaitu berupa instrumen dan peralatan yang telah disebutkan diatas, dilengkapi juga dengan : 1. Daftar Sampel SDT (DS SDT) Provinsi Sulawesi Selatan – (dari Daftar Sampel Rumah Tangga sudah tersedia pada saat Riskesdas 2013) 2. Kuesioner RT dan Kuesioner Individu 3. Buku pedoman umum 4. Buku pedoman kode bahan pangan 5. Buku pedoman pengisian kode hidangan 6. Buku pedoman perkiraan jumlah garam dan penyerapan minyak goreng 7. Buku pedoman konversi berat matang-mentah, berat dapat dimakan (BDD) dan resep makanan siap saji dan jajanan 8. Buku foto makanan 9. Buku pedoman pengisian kuesioner 10. Buku pedoman pengorganisasian dan manajemen 11. Buku pedoman manajeman data 12. Timbangan makanandan penggaris 15
13. Peralatan antropometri timbangan berat badan digital 14. Peralatan manajemen data: Laptop, CD, flashdisk, program data entri 15. Perlengkapan lapangan enumerator: tas, payung, alat tulis, rompi, topi.
Rekrutmen Petugas Pelaksanaan Pengumpulan Data yang valid didapatkan dengan cara melakukan proses seleksi tenaga pengumpul data yang mempunyai keahlian khusus dengan latar belakang pendidikan ahli gizi (minimal D3 gizi).Proses seleksi tenaga enumerator bekerjasama dengan Poltekkes dan Perguruan Tinggi dibantu Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan. Persyaratan bagi petugas lapangan adalah sebagai berikut:
Laki-laki dan wanita lulusan D3 Gizi- S1 Gizi Diutamakan yang mempunyai dasar pendidikan D3 Gizi (menyertakan fotokopi ijazah) dan yang sudah berpengalaman melakukan wawancara recall 24 jam(menyertakan fotokopi sertifikat/tanda bukti) Mempunyai kemampuan mengoperasikan aplikasi office dan internet Menyerahkan fotokopi kartu tanda penduduk (KTP) Usia tidak lebih dari 40 tahun Menyertakan surat keterangan berbadan sehat dari dokter Menandatangani kontrak kerja (tidak hamil selama menjalani kontrak kerja) bersedia ditempatkan di lapangan.
Satu tim pengumpul data menangani tiga BS, oleh karena provinsi Sulawesi Selatan mempunyai 97 BS maka diperlukan sebanyak 28 tim dengan jumlah anggota 4 orang per tim.
Proses rekrutmen:
Proses rekrutmen di provinsi Sulawesi Selatan dilakukan dengan koordinasi antara korwil satu(Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik) dan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan serta Poltekes Makasar, Sulawesi Selatan. Peminat/pelamar menyampaikan dokumen persyaratan tersebut diatas ke alamat: Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan untuk menjadi dokumentasi dan bahan dasar seleksi Pelamar yang telah memenuhi semua dokumen persyaratan akan diberitahu dan diseleksi oleh Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan Dalam pelatihan tenaga, Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan berkoordinasi dengan Badan Litbang Kesehatan
Tenaga enumerator yang telah terpilih dalam proses seleksi diharuskan mengikuti pelatihan selama 10 hari yang meliputi:
Latar belakang dan tujuan Studi Diet Total (SDT) Metode SDT Cara wawancara dan mengisi formulir/kuesioner Penimbangan berat 16
Praktek lapangan Cara kerja dan pembagian tugas di lapangan Menyusun jadwal pelaksanaan pengumpulan data
Rapat Koordinasi Teknis (Rakornis) dilaksanakan tanggal 5– 7 Mei 2014 diikuti 48 orang yang berasal dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan dan 24 dinas kesehatan kabupaten/kota provinsi Sulawesi Selatan di Makasar
Training Center (TC) untuk pengumpul data rumah tangga dan individu dilaksanakan tanggal 9 – 18 Mei 2014 diikuti 43 orang di Hotel Kenari Sulawesi Selatan.
Pelaksanaan Pengumpulan Data Pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 19 Mei 2014 sampai dengan 18 Juni 2014. Pengumpulan data yang dilakukan di BS dilakukan oleh tim yang terdiri dari 4 orang yaitu:
1 orang ketua tim sekaligus sebagai koordinator lapangan dan bertanggungjawab untuk melaksanakan data entry
3 orang pewawancara konsumsi makanan (recall 24 jam) sekaligus melakukan penimbangan berat badan
Setiap tim bertanggung jawab pada tiga BS yang akan diselesaikan dalam waktu 30 hari hari. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengunjungi RT dan BS yang terpilih. Kegiatan tenaga pengumpul data di RT yang dikunjungi adalah : Melakukan wawancara dengan individu ART dari RT yang ada dalam daftar sampel provinsi Sulawesi Selatan Mengisi kuesioner/formulir wawancara individu sesuai dengan pedoman Melakukan konfirmasi komposit bahan makanan (jenis dan berat) Melakukan penimbangan berat badan individu yang di wawancara Melakukan data entry hasil wawancara Melakukan editing dan cleaning data yang telah di entry Mengirim data yang telah di edit/ di cleaning ke alamat yang telah ditetapkan oleh tim mandat Bertanggung jawab pada barang-barang perlengkapan penelitian Proses seleksi tenaga enumerator bekerjasama dengan Poltekkes, Perguruan Tinggi dan DinasKesehatan Provinsi Sulawesi Selatan. Koordinator Klaster Petugas lapangan lainnya yang dibutuhkan adalah koordinator klaster, yang bertanggung jawab pada tim yang bertugas mengumpulkan data. Setiap koordinator klaster bertanggungjawab pada 2 kabupaten yang berdekatan. Tugas penanggungjawab klaster
Mengikuti pelatihan Training of Trainer (TOT) selama 10 hari. 17
Melakukan pelatihan kepada tenaga pengumpul data Melakukan koordinasi dengan tenaga pengumpul data dalam pelaksanaan pengumpulan data di lapangan. Melakukan editing kuesioner yang telah diisi oleh petugas pengumpul data.
Syarat-syarat koordinator klaster :
Laki-laki atau perempuan Berpendidikan S1/S2/S3 menyertakan fotocopi ijazah Diutamakan yang berlatarbelakang pendidikan jurusan gizi dan atau yang sudah berpengalaman menjadi penanggungjawab teknis kabupaten/kota dalam Riskesdas Mempunyai kemampuan mengoperasikan aplikasi office dan internet Menyerahkan fotocopi KTP Usia tidak lebih dari 55 tahun Menyerahkan persetujuan/ijin atasan
Dokumen berkas lamaran diserahkan kepada Kordinator Wilayah (Korwil) yang menjadi penanggungjawab di provinsi Sulawesi Selatan dan Korwil akan berkoordinasi dengan Poltekkes Makasar. Pelatihan petugas Pelatihan direncanakan secara berjenjang. Pelatihan pertama yaitu melatih para koordinator klaster, yaitu koordinator yang bertanggung langsung kepada tim. Pelatihan dilaksanakan selama 10 hari, dengan materi semua bahan yang diperlukan untuk mengumpulkan data. Metode yang digunakan adalah pemaparan materi, praktek dikelas dan praktek di lapangan.
Koordinator klaster yang telah mendapatkan pelatihan (TOT) akan melakukan pelatihan kepada seluruh tim enumerator (TC) diwilayah kordinasinya. Selesai pelatihan tim enumerator langsung melaksanakan pengumpulan data.
Pelatihan Pengumpul dan Manajemen Data Pelatihan pengumpul data ditujukan kepada enumerator yang direkrut sebagai pengumpul data dan penimbang berat badan. Dalam pelatihan ini termasuk juga pelatihan ketua tim pengumpul data serta mekanisme kerjasama tim pengumpul data. Tujuan pelatihan pengumpul dan manajemen data di lapangan: 1. Untuk memperoleh keseragaman dalam pemahaman materi kuesioner, pemeriksaan, pengukuran, dan manajemen data. 2. Untuk memperoleh kesepakatan antar anggota tim mengenai pembagian tugas, jadual dan mekanisme pelaksanaan. 3. Untuk memperoleh kesepakatan tentang mekanisme pengelolaan data di lapangan. 4. Untuk memperoleh kesepakatan tentang mekanisme pengaturan administrasi dan logistik.
Pelaksanaan di lapangan Pengumpulan data provinsi Sulawesi Selatan dilakukan oleh enumerator yang terbagi menjadi 28 tim. Masing-masing tim terdiri dari empat orang enumerator yang bertanggung jawab terhadap tiga BS. Tiga orang sebagai pengumpul data, satu orang bertanggung jawab 18
untuk data entry. Satu enumerator setiap hari bertanggung jawab mengumpulkan data di satu rumah tangga.
Satu BS terdiri dari 25 rumahtangga dan dipilih secara acak 3 rumah tangga yang diwawancara ulang setidaknya satu minggu kemudian. Waktu yang diperlukan selama 8-10 hari.Dibutuhkan 12 orang koordinator klaster, masing-masing koordinator klasterbertanggung jawab terhadap 2 kabupatan/kota atau 5-6 BS. Sebelum tim dilepas untuk mengambil data, perlu dilakukan pengecekan ulang keberadaan RT (pemutakhiran),menyiapkan seluruh kelengkapan yang diperlukan yaitu kuesioner,alat tulis, perlengkapan lapangan, serta peralatan untuk menimbang. Setiap selesai pengumpulan data, tim harus melakukan pengecekan kelengkapan pengisian kuesioner; melakukan „data editing‟,melakukan „data entri‟; mengirimkan data setiap selesai „data entri‟ di setiap BS. Supervisi substansi dan administrasi dilakukan oleh tim Pusat dan tim korwil.
2.7 Pengawasan Kualitas Data Untuk menjamin kualitas data yang dikumpulkan dilakukan beberapa kegiatan sebelum pengumpulan data (quality assurance), proses pengumpulan data (quality control)dan manjemen datasebagai berikut: 1.
2. 3. 4.
5.
6.
7. 8.
Penyediaan pedoman dan alat bantu wawancara, termasuk buku foto makanan, konversi bahan makanan matang ke mentah, perhitungan serapan minyak dan garam, perhitungan umur, timbangan makanan dan timbangan berat badan, serta pedoman editing dan entry data di lapangan Pelatihan bagi ketua pelaksana provinsi, koordinator klaster, dan petugas pengumpul data (enumerator) dalam teknik wawancara dan penggunaan alat bantu wawancara Koordinator klaster melakukan supervisi/pendampingan dalam proses pengumpulan data yang dilakukan oleh enumerator. Dilakukan editing data setiap hari setelah selesai pengumpulan data oleh enumerator yang dikoordinir oleh ketua tim, agar bila diperlukan konfirmasi ulang maka enumerator masih bisa mengunjungi ulang responden. Sebelum dientry ke komputer data sudah harus melalui proses editing. Dilakukan spot-check(validasi data isian kuesioner) oleh koordinator klaster terhadap 6 RT dalam 1 Tim pengumpul data. Dilakukan pemeriksaan terhadap konsistensi data, data yang tidak masuk akal, dan kelengkapan informasi dalam kuesioner. Setelah data selesai di entry di lapangan untuk setiap BS, harus dikirim ke Mandat Badan Litbangkes untuk segera dilakukan cek receiving dan batching, dan data cleaning agar bila diperlukan konfirmasi dapat segera menghubungi petugas di lapangan. Selain itu entry data juga dikirimkan ke koordinator klaster. Koordinator klaster melakukan supervisi dan pendampingan terhadap pengumpulan data yang dilakukan oleh enumerator. Semua kegiatan koster: supervisi/pendampingan, validasi data isian kuesioner enumerator, mengecek hasil entry dan form kontrol yang dilakukan enumerator dicatat dalam log book yang dikirimkan setiap 5 hari sekali ke Ketua Pelaksana provinsi dan Manajemen Data Pusat untuk dilakukan penggabungan, data cleaning dan pengolahan data.
19
2.7.1 Analisis Data Analisis data dilakukan di Laboratorium Manajemen Data, Jakarta. Tim teknis akan melakukan analisis data didampingi oleh tim mandat untuk mengeluarkan output sesuai dengan dummy table yang telah dibuat. Hasil wawancara recall makanan pada individu, diperoleh berat masing-masing bahan makanan yang dikonsumsi dalam satuan gram dan ml, kemudian setiap jenis bahan makanan dikelompokkan dalam 17 grup makanan menurut pengelompokkan ASEANyaitu: 1. Sereal dan hasil olahannya 2. Umbi-umbian dan hasil olahannya 3. Kacang-kacangan, biji 4. Sayuran dan hasil olahannya 5. Buah dan hasil olahannya 6. Daging dan hasil olahannya 7. Jeroan/non daging dan olahannya 8. Ikan, hewan laut lainnya dan hasil olahannya 9. Telur dan hasil olahannya 10. Susu dan hasil olahannya 11. Minyak, lemak dan olahan 12. Gula, sirup, dan konfeksioneri 13. Bumbu dan olahannya 14. Minuman 15. Makanan komposit 16. Air 17. Suplemen
a. Sehubungan terbatasnya data zat gizi pada daftar komposisi bahan makanan, maka hanya 5 jenis zat gizi yang dianalisi yaitu : 1. Energi 2. Protein 3. Lemak 4. KH 5. Natrium Hasil analisis oleh tim mandat pusat dikirim ke masing-masing provinsi untuk penyusun laporan
2.8 Izin penelitian Izin penelitian diajukan pada Depdagri Pusat diteruskan sampai Pemerintah Daerah di tingkat Provinsi dan Kabupaten sesuai dengan waktu penelitian. Izin penelitian dari Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah, Unit Pelaksana Teknis – Pelayanan Terpadu (UPT – P2T) pemerintah provinsi Sulawesi Selatan dengan nomor 0091/P2TBKPMD/18.25N/VII/05/2014.
2.9 Pertimbangan etik penelitian Pelaksanaan SDT tahun 2014, telah memperoleh persetujuan etik dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan (KEPK), Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan RI dengan nomor 20
LB.02.01/5.2/KE.189/2014. Persetujuan etik, naskah penjelasan serta formulir Informed Consent (Persetujuan Setelah Penjelasan) dapat dilihat pada Lampiran.
21
Bab 3. HASIL 3.1. 3.1.1
Gambaran Umum Provinsi Sulawesi Selatan Letak Geografis
Provinsi Sulawesi Selatan yang beribukota di Makassar terletak antara 0°12‟ - 8° Lintang Selatan dan 116°48‟ - 122°36‟ Bujur Timur, yang berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Barat di sebelah utara, Teluk Bone dan Sulawesi Tenggara di sebelah timur, batas sebelah barat dan timur masing-masing adalah Selat Makassar dan Laut Flores. Jumlah sungai yang mengaliri wilayah Sulawesi Selatan tercatat sekitar 65 aliran sungai dengan jumlah aliran terbesar di Kabupaten Luwu, yakni 25 aliran sungai. Sungai terpanjang tercatat ada satu sungai yakni Sungai Saddang dengan panjang 150 km yang mengalir meliputi Kabupaten Tator, Enrekang, Pinrang dan Polmas. Sulawesi Selatan memiliki empat danau yakni Danau Tempe dan Sidenreng yang berada di Kabupaten Wajo, serta Danau Matana dan Towuti yang berlokasi di Kabupaten Luwu Timur. Adapun jumlah gunung tercatat sebanyak 7 gunung dengan gunung tertinggi adalah Gunung Rantemario dengan ketinggian 3.470 m di atas permukaan air laut. Gunung ini berdiri tegak di perbatasan Kabupaten Enrekang dan Luwu. Luas wilayah Provinsi Sulawesi Selatan tercatat 45.519,24 km2 yang secara administrasi pemerintahan terbagi menjadi 21 kabupaten dan 3 kota, dengan 304 kecamatan dan 2.953 desa/kelurahan. Kabupaten Luwu Utara merupakan kabupaten terluas dengan luas 7.502,68 km2 atau luas kabupaten tersebut merupakan 16,48% dari seluruh wilayah Sulawesi Selatan. 3.1.2.
Data Kependudukan
Masalah utama kependudukan di Indonesia pada dasarnya meliputi tiga hal pokok, yaitu: jumlah penduduk yang besar, komposisi penduduk yang kurang menguntungkan dimana Proporsi penduduk berusia muda masih relatif tinggi, dan persebaran penduduk yang kurang merata. a. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Penduduk Sulawesi Selatan berdasarkan estimasi penduduk yang diterbitkan oleh pusat data dan informasi Kementerian Kesehatan RI tahun 2014 berjumlah 8.395.747 jiwa terdiri dari laki-laki sebanyak 4.098.674 jiwa dan perempuan sebanyak 4.297.073 jiwa yang tersebar di 24 kabupaten/kota, dengan jumlah penduduk terbesar yakni 1.410.783 jiwa (16.94%) mendiami Kota Makassar. Tingginya tingkat pertumbuhan penduduk di Kota Makassar dimungkinkan karena terjadinya arus urbanisasi dari daerah lainnya di Sulawesi Selatan terutama untuk melanjutkan pendidikan, disamping daerah ini merupakan pusat pemerintahan dan konsentrasi kegiatan ekonomi tingkat provinsi. Laju pertumbuhan penduduk di Indonesia pada periode 1990-2000 rerata sebesar 1,35% per tahun, sedangkan laju pertumbuhan penduduk di Provinsi Sulawesi Selatan pada periode 2004-2008 rerata sebesar 1,32%, sedangkan antara tahun 2008-2009 melaju sebesar 6,69% per tahun. Hal ini terjadi karena sumber data yang berbeda, yaitu dari Bagian Kependudukan Setda Provinsi Sulawesi Selatan. b. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Secara keseluruhan, jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak dari penduduk yang berjenis kelamin laki-laki, hal ini tercermin dari angka rasio jenis kelamin yang lebih kecil dari 100. Hanya di daerah Kabupaten Enrekang, Tana Toraja, Luwu Utara, 22
Luwu Timur, Makassar dan Toraja Utara yang menunjukkan angka rasio jenis kelamin lebih besar dari 100, yang berarti penduduk laki-laki di enam daerah tersebut lebih besar dari jumlah penduduk perempuan. c. Persebaran dan Kepadatan Penduduk Penduduk Sulawesi Selatan pada tahun 2008 tercatat sebanyak 7.771.671 jiwa (BPS) tersebar di 21 kabupaten dan 3 kota. Namun persebaran tersebut tidak merata, sekitar 32,86% penduduk Sulawesi Selatan tinggal di tiga daerah kabupaten/kota yaitu Kabupaten Gowa (7,76%), Bone (9,03%), dan Kota Makassar (16,06%). Sedangkan jumlah penduduk pada tahun 2009 tercatat sebanyak 8.328.957 jiwa (kependudukan). Persebarannya sekitar 33,75% diantaranya tinggal di tiga daerah kabupaten/ kota Sulawesi Selatan, yaitu Kota Makassar (16,94%), Kab. Bone (9,12%), dan kab. Gowa (7,70%). Daerah yang sangat menonjol jumlah penduduknya adalah Kota Makassar yaitu lebih dari satu juta jiwa atau sekitar 16,94% dari jumlah penduduk Sulawesi Selatan padahal luas wilayahnya hanya meliputi 0,39% dari luas Provinsi Sulawesi Selatan, yaitu 175,77 km2 dari 45.519,24 km². 3.1.3. Sosial Ekonomi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu pencerminan kemajuan ekonomi suatu daerah, yang didefinisikan sebagai keseluruhan nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dalam waktu satu tahun diwilayah tersebut. PDRB Sulawesi Selatan atas dasar harga berlaku pada tahun 2006 sekitar 60.902,82 milyar rupiah dengan kontribusi terbesar diberikan oleh sektor pertanian yakni sebesar 30,40% dan disusul oleh sektor perdagangan, restoran dan hotel dengan sumbangan sebesar 15,61%. Sektor industri pengolahan Sulawesi Selatan yang diharapkan mampu menunjang sektorpertanian dengan berorientasi pada agroindustri pada tahun 2006 memberikan sumbangan sebesar 13,54%, menurun 0,24% dibandingkan dengan tahun 2005. PDRB Sulawesi Selatan atas dasar harga konstan tahun 2000 pada tahun 2006 sebesar 38.867,68 milyar rupiah atau meningkat sekitar 6,71%, lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2005. Selain dari itu, keadaan perekonomian suatu wilayah dapat diukur dari banyaknya penduduk miskin. Kemiskinan menjadi isu yang cukup menjadi perhatian berbagai kalangan termasuk kesehatan. Keterjangkauan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan terkait dengan daya beli ekonomi. Data Profil Kesehatan Kab./Kota di Sulawesi Selatan pada tahun 2008 mencatat sebanyak 1.532.074 penduduk miskin, mengalami peningkatan pada tahun 2009 yaitu sebanyak 2.538.212 penduduk miskin. Dari jumlah penduduk miskin tersebut, yang mendapat pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan mencapai 65,66 %. Kab./kota yang Proporsi penduduk miskinnya tertinggi yaitu Kab. Toraja Utara, sedangkan terendah pada Kab. Bone. 3.1.4. Keadaan Kesehatan Lingkungan Berdasarkan Hasil riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, rumah tangga yang bisa akses ke sumber air minum meningkat dari 60,3% tahun 2007 menjadi 61,3% tahun 2013 di provinsi Sulawesi Selatan. Demikian pula halnya untuk rumah tangga yang memiliki akses ke fasilitas sanitasi juga meningkat dari 44,8% (2007) menjadi 54,9% (2013).
23
3.1.5. Status Gizi Dari hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan prevalensi gizi kurang pada balita memberikan gambaran peningkatan dari 17,6 persen (2007) menjadi 25,0 persen (2010) dan25,6 persen (2013) di Sulawesi Selatan. Masalah stunting/pendek pada balita masih cukup serius, angka provinsi 40,9 persen, bervariasidari yang terendah di Soppeng (30,6%) sampai yang tertinggi di Enrekang (53,7%).
3.2.
Hasil Survei Konsumsi Makanan Individu
3.2.1
Sebaran sampel menurut karakteristik
Total dari 97 BS terpilih untuk sampel SDT 2014 di Sulawesi Selatan, BS yang berhasil ditemukan dan dikunjungi adalah 97 BS (100%) yang tersebar di 24 Kabupaten/Kota. Adapun dari jumlah target rumah tangga sebesar 2180 RT terdapat 2169 RT yang berhasil dikunjungi (99,5%). Sedangkan untuk jumlah target ART 7.753 orang terdapat 6.987 orang yang berhasil diwawancarai (90,1%).
24
Tabel 3.2.2 Distribusi BS, RT dan ART yang dapat dikunjungi (response rate) menurut kabupaten/kota, Sulawesi Selatan 2014 BS Kode
Kab/kota
RT
Dikunjungi
Response Rate (%)
Sampel
ART
Dikunjungi
Response Rate (%)
Sampel
Didata
Response Rate (%)
7301
Selayar
4
100
88
88
100,0
269
246
91,5
7302
Bulukumba
4
100
86
86
100,0
279
250
89,6
7303
Bantaeng
3
100
69
69
100,0
240
215
89,5
7304
Jeneponto
4
100
85
83
97,6
260
246
94,6
7305
Takalar
5
100
122
120
98,3
437
398
91,1
7306
Gowa
4
100
100
100
100,0
397
371
93,5
7307
Sinjai
4
100
94
93
98,9
317
263
82,9
7308
Maros
4
100
85
84
98,8
303
256
84,5
7309
Pangkep
4
100
97
97
100,0
331
310
93,7
7310
Barru
4
100
89
89
100,0
329
299
90,9
7311
Bone
4
100
87
87
100,0
276
252
91,3
7312
Soppeng
5
100
112
112
100,0
367
346
94,3
7313
Wajo
4
100
95
93
97,9
327
293
89,6
7314
SidRap
4
100
95
95
100,0
340
317
93,2
7315
Pinrang
4
100
92
92
100,0
347
321
92,5
7316
Enrekang
4
100
91
91
100,0
356
321
90,2
7317
Luwu
4
100
98
98
100,0
353
314
88,9
7318
Tana Toraja
3
100
74
74
100,0
266
213
80,1
7322
Luwu Utara
4
100
97
96
98,9
309
273
88,4
7325
Luwu Timur
5
100
92
91
98,9
326
297
91,1
7326
Toraja Utara
3
100
72
72
100,0
307
249
81,1
7371
Kota Makassar
6
100
109
109
100,0
413
386
93,5
7372
Kota Pare-pare
4
100
84
83
98,8
320
282
88,1
7373
Kota Palopo
3
100
67
67
100,0
284
269
94,7
Sulawesi Selatan
97
100
2.18
2.169
99,5
7.753
6.987
90,1
25
Tabel 3.2.3 Distribusi ART yang berhasil dikunjungi (response rate) menurutkarakteristik, Sulawesi Selatan 2014 Jumlah (N=6.987)
Karakteristik
n
%
Laki-laki
3.431
48,8
Perempuan
3.574
51,2
0 – 59 bulan
249
4,7
5 – 12 tahun
1.019
14,6
13 – 18 tahun
906
13,0
19 – 55 tahun
3.654
52,3
> 55
1.08
15,5
Terbawah
1.056
15,1
Menengah Bawah
1.286
18,4
Menengah
1.469
21,0
Menengah Atas
1.582
22,6
Teratas
1.593
22,8
Jenis kelamin
Kelompok Umur
tahun
Status Ekonomi
Tabel 3.2.3 memperlihatkan bahwa yang banyak dikunjungi dan dilakukan wawancara selama kegiatan SDT adalah perempuan (51,2%) dibandingkan laki-laki (48,8%). Total individu dalam kelompok umur 0-59 bulan adalah 249 orang, yang terdiri atas 28 orang pada kelompok umur 0-5 bulan, 23 orang pada kelompok umur 6-11 bulan, 82 orang pada kelompok umur 12-35 bulan dan 117 orang pada kelompok umur 36-59 bulan. Sementara berdasarkan kelompok umur, individu yang terbanyak berhasil dikunjungi adalah kelompok umur 19-55 tahun (52,3%) dan terendah adalah kelompok umur 0-59 bulan (4,7%). Sementara berdasarkan status ekonomi terbanyak yang berhasil dikunjungi adalah kelompok teratas (22,8%) dan terendah adalah kelompok terbawah (15,1%). 3.1.6. Konsumsi BahanMakanan Menurut Kelompok Makanan
26
Tabel3.2.4 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok serealia dan olahannya perorang perhari (gram) menurut kelompok Umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 Jenis Serealia dan Olahan (gram) Kelompok Umur
Beras Rerata
0- 59 bln
Olahan Beras SD
Rerata
Terigu SD
Rerata
Olahan Terigu SD
Mie
Jagung dan Olahan
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
Lainnya Rerata
Total SD
Rerata
SD
86,6
71,7
2,0
9,0
4,6
13,6
22,5
38,8
32,6
64,0
2,2
13,0
2,3
7,8
152,8
109,7
thn
183,2
92,6
1,4
7,5
10,9
22,4
17,8
32,2
71,3
146,6
5,3
25,7
1,9
8,3
291,8
155,8
13 – 18 thn
204,1
112,2
1,5
8,0
10,8
24,6
15,8
33,7
74,6
111,1
5,1
26,6
0,8
5,5
312,7
149,0
19 – 55 thn
252,2
125,7
3,3
14,5
11,3
25,2
10,7
29,7
35,9
80,5
6,5
33,8
0,2
2,5
320,2
146,2
>55
220,5
119,0
4,3
17,0
6,7
17,6
8,2
24,1
13,9
47,4
6,6
33,1
0,0
0,2
260,4
126,8
223,3
123,2
2,9
13,3
10,1
23,3
12,6
30,6
42,5
95,2
5,9
31,1
0,6
4,6
297,9
148,8
5 -12
thn
Seluruh umur
27
Tabel 3.2.4 menunjukkan bahwa total rerata bahan makanan kelompok serealia oleh penduduk provinsi Sulawesi Selatan adalah sebesar 416,8 gram perorang perhari. Grafik 3.2.1memperlihatkanjenis serealia dan olahan, beras merupakan jenis makanan yang paling banyak dikonsumsi oleh penduduk Sulawesi Selatan dengan rerata 223,3 gram perorang perhari, diikuti oleh mie (42,5 g) danolahan terigu (12,2 gr). Sementara menurut kelompok umur, rerata konsumsi beras tetap terbesar dalam kelompok serealia dan olahannya, diikuti mie dan olahan terigu.Kelompok umur yang terbanyak mengkonsumsi beras terdapat pada kelompok umur 19 - 55 tahunsebesar 252,2 gram perorang perhari, sementara pada kelompok umur 0 – 59 bulan mengonsumsi beras denganrerata sebanyak 86,6 gramperorang perhari (lihat tabel 3.2.5). Grafik 3.2.1 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok serealia dan olahannya perorang perhari (gram), Provinsi Sulawesi Selatan 2014 250
223,3
rerata (gram)
200 150 100 42,5
50
12,2
10,1
5,9
0 Beras
Mie
Olahan Terigu Jagung dan Terigu Olahan Serealia dan olahannya
2,9
0,6
Olahan Beras
Lainnya
Tabel 3.2.5 Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok serelia dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 Jenis Serealia dan Olahan (%) Kelompok Umur
Beras
Olahan Beras
Terigu
Olahan Terigu
0- 59 bln
86,9
6,7
18,3
43,3
5 -12
thn
98,5
7,5
34,2
13 – 18 thn
98,2
6,6
19 – 55 thn
99,0
>55
thn
Seluruh umur
Mie
Jagung dan Olahan
Lainnya
33,5
7,3
10,1
39,6
51,5
11,1
7,7
32,3
30,4
48,5
9,2
3,2
11,4
34,3
20,6
26,9
12,8
1,0
98,8
11,1
25,0
17,3
12,5
11,8
0,1
98,2
10,0
31,8
25,2
31,4
11,7
2,5
Tabel 3.2.5 menunjukkan bahwa dalam kelompok serealia dan olahannya, beras dikonsumsi terbanyak oleh 98,2 persen penduduk Sulawesi Selatan, diikuti terigu (31,8%) dan mie 28
(31,4%) dan terendah bahan makanan lainnya (2,5%). Pada semua kelompok umur, beras tetap dikonsumsi tertinggi, diikuti oleh terigu dan mie. Berdasarkan kelompok umur Proporsi penduduk mengonsumsi beras tertinggi pada kelompok umur 19 - 55 tahun yaitu sebesar 99,0% dan terendah kelompok umur 0 – 59 bulan sebesar 86,9%. Proporsi penduduk mengonsumsi terigu tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun sebesar 34,3% dan terendah 0-59 bulan sebesar 18,3%. Proporsi penduduk mengonsumsi mie tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun sebesar 51,5% dan terendah kelompok umur > 55 tahun sebesar 12,5 %. Proporsi penduduk mengonsumsi jagung dan olahan tertinggi pada kelompuk umur 19-55 tahun sebesar 12,8 % dan terendah umur 0-59 bulan sebesar 7,3 %.
Tabel 3.2.6 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok umbi/pati dan olahannya perorang perhari (gram) menurut kelompok umur, provinsi Sulawesi Selatan 2014 Jenis Umbi/Pati dan olahan (gram) Kelompok Umur
Singkong dan Olahan
Ubi jalar
Kentang dan Olahan
Sagu dan Olahan
Umbi lainnya
Total
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
0-59
bln
6,6
23,5
0,1
0,5
3,5
13,2
0,6
6,4
0,0
0,0
10,8
28,7
5 -12
thn
10,6
36,9
1,8
18,9
3,7
17,2
1,3
15,5
0,2
2,7
17,6
47,9
13 – 18 thn
10,2
45,6
1,4
12,4
3,5
25,1
1,5
16,8
0,2
3,6
16,8
55,7
19 – 55 thn
8,5
45,4
3,5
32,4
2,0
11,8
2,6
25,0
0,1
1,6
16,6
61,4
>55
6,8
48,6
3,3
27,0
0,9
6,2
2,2
21,5
0,1
3,4
13,3
59,2
8,6
44,0
2,8
27,1
2,4
14,6
2,1
21,7
0,1
2,4
16,0
57,4
thn
Seluruh umur
Tabel 3.2.6 memperlihatkan bahwa total rerata konsumsibahan makanan kelompok umbi dan olahannya oleh penduduk provinsi Sulawesi Selatan adalah sebesar 16,0 gram perorang perhari. Grafik 3.2.2 memperlihatkan jenis umbi dan olahannya, singkong dan olahan merupakan jenis makanan yang paling banyak dikonsumsi oleh penduduk Sulawesi Selatan dengan rerata 8,6 gram perorang perhari, diikuti oleh ubi jalar (2,8 gr) dan kentang dan olahannya (2,4 gr). Sementara menurut kelompok umur, rerata konsumsi singkong dan olahan tetap terbesar dalam kelompok umbi dan olahannya, diikuti ubi jalar,dan kentang dan olahan. Kelompok umur yang terbanyak mengonsumsi singkong dan olahannya terdapat pada kelompok umur 5 – 12tahun sebesar 10,6 gram perorang perhari, sedangkan terendah adalah kelompok umur 0 – 59 bulan sebesar 6,6 gram perorang perhari.
29
rerata (gram)
Grafik 3.2.2 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok umbi dan olahannya perorang perhari (gram), Provinsi Sulawesi Selatan 2014 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
8,6
2,8
2,4
2,1 0,1
Singkong dan Olahan
Ubi jalar
Kentang dan Sagu dan Olahan Olahan Umbi dan olahannya
Umbi lainnya
Tabel 3.2.7 Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok umbi dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 Jenis Umbi dan olahan (%) Kelompok Umur
Singkong dan Olahan
Ubi jalar
Kentang dan Olahan
Sagu dan Olahan
Umbi lainnya
0-59
bln
13,4
0,9
12,8
2,4
0
5 -12
thn
19,7
2,6
11,5
2,5
0,3
13 – 18 thn
12,9
3,2
8,8
1,7
0,3
19 – 55 thn
7,6
3,4
5,9
2,5
0,3
>55
thn
4,8
2,3
3,1
2,6
0,1
Seluruh umur
9,9
3,0
7,0
2,4
0,2
Tabel 3.2.7 memperlihatkan bahwa Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanankelompok umbi dan hasil olahannya di Provinsi Sulawesi Selatan, Proporsi terbanyak adalahsingkong dan olahannya sebesar 9,9%, diikuti kentang dan olahan (7,0 %) dan ubi jalar (3,0 %),sedangkanterendah adalah umbi lainnya sebesar 0,2%. Berdasarkan kelompok umur,Proporsi penduduk mengonsumsi singkong dan olahannya tertinggi pada kelompok umur 5 –12tahun sebesar 19,7% danterendah adalah kelompok umur > 55tahun sebesar 4,8%.Proporsi penduduk mengonsumsi tertinggi kentang dan olahan tertinggi pada kelompok umur 0-59 bulan sebesar 12,8% dan terendah pada kelompok >55tahun sebesar 3,1%.
30
Tabel 3.2.8 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok kacang-kacangan dan olahannya perorang perhari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 Jenis Kacang- kacangan dan olahannya (gram) Kelompok Umur
Kacang Tanah dan Olahan
Kacang Kedelai dan Olahan
Biji-bijian dan Olahan
Kacang lainnya dan Olahan
Total
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
0-59
bln
1,2
7,8
4,5
20,4
0,02
0,4
0,3
2,5
6,0
21,8
5 -12
thn
1,0
5,5
21,1
62,5
0,2
2,3
0,6
3,6
22,9
63,0
13 – 18 thn
1,5
7,9
22,7
58,8
0,1
1,3
1,6
9,0
25,8
60,1
19 – 55 thn
1,3
6,9
15,7
52,2
0,3
3,8
1,7
10,1
19,0
53,7
>55
0,9
5,8
6,9
35,2
0,1
1,2
2,3
13,4
10,2
37,6
1,2
6,7
15,5
51,7
0,2
3,0
1,6
9,7
18,5
53,1
thn
Seluruh umur
Tabel 3.2.8 memperlihatkan bahwa total rerata konsumsi bahan makanan jenis kacangkacangan dan olahannya oleh penduduk provinsi Sulawesi Selatan adalah sebesar 18,5 gram perorang perhari. Berdasarkan grafik 3.2.3 terlihatjenis kacang - kacangandan hasil olahannya,kacang kedelai dan olahan jenis makanan yang paling banyak dikonsumsi oleh penduduk Sulawesi Selatandengan rerata15,5 gram perorang perhari, diikuti oleh kacang lainnya (1,6 gram) dankacang tanah dan olahansebesar 1,2 gram. Sementarakelompok umur yang terbanyak mengonsumsi kacang kedelai dan olahannyaadalah kelompok umur 13 – 18tahun dengan rerata sebanyak22,7 gram perorang perhari dan terendah kelompok umur 0 – 59 bulansebanyak 4,5 gramperorang perhari (lihat tabel 3.2.8). Grafik 3.2.3 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok kacang-kacangan dan olahannya perorang perhari (gram), Provinsi Sulawesi Selatan 2014 18 16
15,5
Rerata (gram)
14 12 10 8 6 4
1,6
2
1,2
0,2
0 Kacang Kedelai dan Olahan
Kacang lainnya dan Olahan
Kacang Tanah dan Olahan
Kelompok Kacang dan Olahannya
31
Biji-bijian dan Olahan
Tabel 3.2.9 Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok kacangkacangan dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 Jenis Kacang kacangan dan olahan (%) Kelompok Umur
Kacang Tanah dan Olahan
Kacang Kedelai dan Olahan
Biji-bijian dan Olahan
Kacang lainnya dan Olahan
0-59
bln
4,9
8,2
0,3
3,0
5 -12
thn
7,2
23,5
0,7
4,6
13 – 18 thn
7,9
24,7
0,9
7,1
19 – 55 thn
9,3
16,3
1,2
7,5
>55
thn
6,3
8,7
0,4
6,9
Seluruh umur
8,2
16,9
0,9
6,7
Tabel 3.2.9 menunjukkan bahwa dalam kelompok jenis kacang-kacangan dan olahan, kacang kedelai dan olahannyadikonsumsi terbanyak oleh 16,9% penduduk Sulawesi Selatan, diikuti kacang tanah dan olahan (8,2%) dan kacang lainnya dan olahan (6,7%).Berdasarkan kelompok umurProporsi penduduk mengonsumsi kacang kedelai dan olahan tertinggiadalah pada kelompok umur 13 –18 tahun sebesar 24,7% danterendah kelompok umur 0- 59 bulan sebesar 8,2 %.Proporsi penduduk mengonsumsi kacang tanah dan olahan tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun sebesar 9,3% dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 4,9 %. Proporsi penduduk mengonsumsi kacang lainnya dan olahan tertinggi pada kelompuk umur 19-55 tahun sebesar 7,5 % dan terendah umur 059 bulan sebesar 3,0 %. Tabel 3.2.10 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok sayur dan olahannya per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 Jenis Sayuran dan olahannya (g) Kelompok Umur
Sayuran Daun
Sayuran Buah/ Sayuran Akar
Sayuran Polong
Sayuran lainnya
Total
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
0-59
bln
14,8
32,7
0,2
1,8
0,00
0,00
0,00
0,00
14,9
32,7
5 -12
thn
29,3
47,3
0,2
2,6
0,00
0,00
0,01
0,44
29,5
47,3
13 – 18 thn
38,8
52,6
0,4
5,3
0,00
0,00
0,00
0,00
39,2
53,2
19 – 55 thn
64,2
78,3
0,6
6,7
0,00
0,11
0,00
0,14
64,8
78,5
>55
thn
65,7
84,5
1,0
10,5
0,03
0,61
0,00
0,00
66,7
84,8
Seluruh umur
53,7
72,8
0,6
6,7
0,01
0,25
0,00
0,19
54,3
73,1
Tabel 3.2.10 memperlihatkan bahwa total rerata konsumsi bahan makanankelompok sayur dan hasil olahannya di Provinsi Sulawesi Selatan adalah sebesar 54,3 gram perorang perhari. Grafik 3.2.4 memperlihatkan jenis sayuran dan olahan, sayuran daun merupakan jenis sayuran yang paling banyak dikonsumsi oleh penduduk Sulawesi Selatan dengan rerata 53,7 gram perorang perhari, diikuti oleh sayuran buah/ sayuran akar (0,6 gram)dan 32
sayuran polong (0,01 gram). Kelompok umur yang terbanyak mengonsumsi sayuran daun terdapat pada kelompok umur >55 tahunsebesar 65,7 gram perorang perhari dan kelompok umur yang terendah adalah 0 – 59 bulan sebesar 14,8 gram perorang perhari.
Grafik 3.2.4 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok sayur dan olahannya perorang perhari (gram), Provinsi Sulawesi Selatan 2014 60
53,7
Rerata (gram)
50 40 30 20 10 0,6
0,01
0
Sayuran Buah/ Sayuran Akar
Sayuran Polong
Sayuran lainnya
0 Sayuran Daun
Jenis Sayuran dan olahannya
Tabel 3.2.11 Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok sayur dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 Jenis Sayuran dan olahan (%) Kelompok Umur
Sayuran Daun
Sayuran Buah/ Sayuran Akar
Sayuran Polong
Sayuran lainnya
0-59
bln
43,0
0,9
0
0
5 -12
thn
60,1
1,1
0
0,1
13 – 18 thn
72,4
1,0
0
0
19 – 55 thn
80,1
1,8
0,1
0
>55
80,6
2,0
0,3
0
74,5
1,6
0,1
0
thn Seluruh umur
Tabel 3.2.11 menunjukkan proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanankelompok sayur dan hasil olahannya di Provinsi Sulawesi Selatan, proporsi paling besar adalah sayuran daun sebesar 74,5%, diikuti sayuran buah/ sayuran akar (1,6%) dan sayuran polong (0,1%). Sementara berdasarkan kelompok umur, proporsi penduduk mengonsumsi sayuran daun tertinggi pada kelompok umur > 55tahun sebesar 80,6% dan terendah pada kelompok umur 0 – 59 bulansebesar 43,0%. Proporsi penduduk mengonsumsi sayuran buah/ sayuran akar tertinggi pada kelompok >55 tahun sebesar 2% dan terendah pada kelompok umur 0-59 bulan sebesar 0,9%. 33
Tabel 3.2.12 Rerata konsumsi kelompok buah- buahan dan olahannya per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 Jenis Buah buahan dan olahan (g) Kelompok Umur (Tahun)
Pisang
Jeruk
Mangga
Pepaya
Semangka
Buah lainnya
Buah Olahan
Total
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
6,0
22,6
1,1
9,1
0,2
1,6
0,1
1,6
0,3
5,7
1,0
10,2
0,00
0,00
8,7
30,6
0-59
bln
5 -12
tahun
14,7
50,5
2,2
19,4
3,5
29,3
0,3
3,6
0,4
9,4
4,9
29,0
0,00
0,00
25,9
69,4
13 – 18
tahun
12,3
42,5
2,6
21,6
1,4
14,6
1,1
13,2
0,0
0,9
5,4
49,4
0,00
0,00
22,8
70,9
19 – 55
tahun
20,8
60,4
2,7
19,4
3,7
40,1
2,2
20,0
0,6
10,5
3,7
27,2
0,05
2,09
33,7
86,9
>55
tahun
22,6
61,9
1,6
20,1
2,5
17,0
1,7
16,8
0,3
6,2
3,4
32,5
0,00
0,00
32,2
84,2
18,4
56,1
2,4
19,5
3,0
32,3
1,6
16,7
0,4
8,8
3,9
31,5
0,03
1,51
29,7
80,5
Seluruh umur
34
Tabel 3.2.12 memperlihatkan bahwa total rerata konsumsi bahan makanan kelompok buahbuahan dan olahan oleh penduduk provinsi Sulawesi Selatan adalah sebesar 29,7 gram perorang perhari. Grafik 3.2.5 memperlihatkan kelompok buah-buahan dan olahannya, pisang merupakan kelompok buah-buahan yang paling banyak dikonsumsi oleh penduduk Sulawesi Selatan dengan rerata 18,4 gram perorang perhari, diikuti oleh buah lainnya (3,9 gram) dan mangga (3 gram). Sementara menurut kelompok umur, rerata konsumsi pisang tetap terbesar dalam kelompok buah-buahan dan olahannya, diikuti buah lainnya dan mangga. Kelompok umur yang terbanyak mengkonsumsi pisang terdapat pada kelompok umur > 55 tahun sebesar 22,6 gram perorang perhari, sementara pada kelompok umur 0 – 59 bulan mengonsumsi pisang dengan rerata sebanyak 6,0 gram perorang perhari (lihat tabel 3.2.12). Grafik 3.2.5 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok buah-buahan dan olahannya perorang perhari (gram), Provinsi Sulawesi Selatan 2014 20
18,4
18
Rerata (gram)
16 14 12 10 8 6
3,9
4
3
2,4
1,6
2
0,4
0,03
Semangka
Buah Olahan
0
Pisang
Buah lainnya
Jeruk Mangga
Pepaya
Jenis Buah-buahan dan olahannya
Tabel 3.2.13 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok buah - buahan dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 Jenis Buah buahan dan olahan (%) Kelompok Umur
Pisang
Jeruk
Mangga
Pepaya
Semangka
Buah lainnya
Buah Olahan
0-59
bln
11,0
4,3
4,6
1,2
0,3
2,4
0
5 -12
thn
14,4
6,5
9,4
1,3
0,2
5,4
0
13 – 18 thn
12,8
9,7
9,4
1,0
0
4,7
0
19 – 55 thn
19,1
9,7
11,7
2,1
0,4
4,6
0,2
>55
22,1
7,0
13,5
1,8
0,4
4,6
0
17,7
8,6
11,0
1,7
0,3
4,6
0,1
thn
Seluruh umur
Tabel 3.2.13 memperlihatkan bahwa Proporsi penduduk yangmengonsumsi kelompok buahbuahan dan olahannya di Provinsi Sulawesi Selatan, paling besar adalah pisang sebesar 17,7%, diikuti mangga (11%) dan jeruk (8,6%), sedangkan terendah adalah buah olahan 35
sebesar 0,1%. Berdasarkan kelompok umur, Proporsi penduduk yang mengonsumsi pisang terbanyak pada kelompok umur >55 tahun sebesar 22,1 % dan terendah kelompok umur 0 – 59 bulansebesar 11,0%.Proporsi penduduk yang mengonsumsi mangga terbanyak pada kelompok umur >55 tahun sebesar 13,5 % dan terendah kelompok umur 0 – 59 bulansebesar 4,6 %. Proporsi penduduk yang mengonsumsi jeruk terbanyak pada kelompok umur 13-18 tahun dan 19-55 tahun masing-masing sebesar 9,7 % dan terendah kelompok umur 0 – 59 bulansebesar 4,3 %
36
Tabel 3.2.14 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok daging dan olahannya per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 Jenis Daging dan olahan (g) Kelompok Umur
Daging Unggas
Daging Sapi, Kerbau
Daging Kambing, domba
Olahan Daging Unggas
Olahan Daging sapi,Kerbau
Daging Babi dan Olahan
Daging Lainnya
Total
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
0-59
bln
14,1
61,6
0,9
12,0
0,3
3,7
2,0
10,3
6,3
26,2
0,8
8,4
0,0
0,0
24,4
67,4
5 -12
thn
20,7
64,9
2,9
24,1
0,5
6,6
3,2
16,2
8,6
34,4
1,2
14,7
0,2
4,0
37,3
80,1
13 – 18
thn
17,3
55,7
3,4
31,1
0,2
5,0
2,0
13,7
9,4
32,6
2,0
21,8
0,1
2,8
34,5
80,4
19 – 55
thn
18,5
61,6
5,8
44,3
0,9
17,7
1,0
10,3
5,7
29,0
1,5
18,9
0,6
10,7
34,0
88,9
>55
thn
7,0
35,8
2,5
25,8
0,1
3,4
0,0
1,0
0,3
4,0
1,7
20,4
0,0
0,0
11,6
49,2
16,7
58,2
4,3
36,7
0,6
13,3
1,4
11,1
5,8
28,2
1,5
18,6
0,3
8,0
30,6
81,0
Seluruh umur
37
Tabel 3.2.14 memperlihatkan bahwa total rerata konsumsi bahan makanan kelompok daging dan olahan oleh penduduk provinsi Sulawesi Selatan adalah sebesar 30,6 gram perorang perhari. Grafik 3.2.6 memperlihatkan jenis daging dan olahan, daging unggas merupakan jenis daging yang paling banyak dikonsumsi oleh penduduk Sulawesi Selatan dengan rerata 16,7 gram perorang perhari, diikuti oleh olahan daging (5,8 g) dan daging sapi, kerbau (4,3 gr). Sementara menurut kelompok umur, rerata konsumsi daging unggas tetap terbesar dalam kelompok daging dan olahannya, diikuti olahan daging sapi, kernau dan daging sapi, kerbau. Kelompok umur yang terbanyak mengonsumsi daging unggas terdapat pada kelompok umur 5 - 12 tahun sebesar 20,7 gram perorang perhari, sementara pada kelompok umur >55 tahun mengonsumsi daging unggas dengan rerata sebanyak 7,0 gram perorang perhari (lihat tabel 3.2.14).
Rerata (gram)
Grafik 3.2.6 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok daging dan olahannya perorang perhari (gram), Provinsi Sulawesi Selatan 2014 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
16,7
5,8 4,3 1,5 Daging Unggas
1,4
Olahan Daging Sapi, Daging Babi Olahan Daging Kerbau dan Olahan Daging sapi,Kerbau Unggas Kelompok Daging dan olahannya
38
0,6
0,3
Daging Kambing, domba
Daging Lainnya
Tabel 3.2.15 Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok daging dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 Jenis Daging dan Olahan (%) Daging Unggas
Kelompok Umur
0-59
bln
9,8
Daging Sapi, Kerbau 1,2
Daging Kambing, domba
Olahan Daging Unggas
0,6
4,6
Olahan Daging sapi,Kerbau 11,0
Daging Babi dan Olahan 1,2
Daging Lainnya 0
5 -12 thn
15,3
2,9
0,5
6,3
12,0
0,9
0,2
13 – 18 thn
14,1
2,4
0,2
3,2
12,3
1,5
0,2
19 – 55 thn
14,0
3,3
0,5
1,3
6,4
0,8
0,4
5,7
1,8
0,1
0,1
0,6
0,9
0
12,7
2,8
0,4
2,2
7,3
1,0
0,3
>55
thn
Seluruh umur
Tabel 3.2.15 menunjukkan bahwa proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok daging dan olahandi Provinsi Sulawesi Selatan, Proporsipaling besar adalah daging unggas sebesar 12,7 %, diikuti olahan daging sapi, kerbau (7,3%) dan paling rendah adalah daging lainnyasebesar 0,3 %. Berdasarkan kelompok umur, Proporsi penduduk yang terbanyak mengonsumsi daging unggas terdapat pada kelompok umur 5-12 tahun sebesar 15,3 % dan terkecil pada kelompok umur >55tahun sebesar 5,7%.Proporsi penduduk yang terbanyak mengonsumsi olahan daging sapi, kerbau terdapat pada kelompok umur 13-18 tahun sebesar 12,3% dan terendah pada kelompok umur >55 tahun sebesar 0,6%. Tabel 3.2.16 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok jeroan dan olahannya per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 Jenis Jeroan dan olahan (g) Kelompok Umur
Jeroan hewan berkaki empat
Jeroan Unggas
Lainnya
Total
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
0 – 59 bln
0,00
0,00
0,02
0,84
0,01
0,21
0,03
0,87
5 -12
thn
0,00
0,00
0,11
3,18
0,03
0,71
0,15
3,25
13 – 18 thn
0,07
1,91
0,34
5,55
0,14
1,79
0,56
6,12
19 – 55 thn
0,16
4,21
0,28
5,02
0,11
2,14
0,54
7,93
>55
0,03
0,99
0,00
0,00
0,00
0,00
0,03
0,99
0,10
3,15
0,21
4,32
0,08
1,70
0,38
6,28
thn
Seluruh umur
Tabel 3.2.16 memperlihatkan bahwa total rerata konsumsi bahan makanan kelompok jeroan dan olahan oleh penduduk provinsi Sulawesi Selatan adalah sebesar 0,38 gram perorang perhari. Grafik 3.2.7 memperlihatkan jenis jeroan dan olahan, jeroan unggas merupakan jenis jeroan yang paling banyak dikonsumsi oleh penduduk Sulawesi Selatan dengan rerata 0,21 gram perorang perhari, diikuti oleh jeroan hewan berkaki empat (0,1 g) dan lainnya 39
(0,08 gr). Sementara menurut kelompok umur, rerata konsumsi jeroan unggas tetap terbesar dalam kelompok jeroan dan olahannya, diikuti jeroan hewan berkaki empat dan lainnya. Kelompok umur yang terbanyak mengonsumsi jeroan unggas terdapat pada kelompok umur 13 - 18 tahun sebesar 0,34 gram perorang perhari, sementara pada kelompok umur >55 tahun tidak mengonsumsi jeroan unggas (lihat tabel 3.2.16). Grafik 3.2.7 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok jeroan dan olahannya perorang perhari (gram), Provinsi Sulawesi Selatan 2014 0,25 0,21 Rerata (gram)
0,2 0,15 0,1
0,1
0,08
0,05 0 Jeroan Unggas
Jeroan hewan berkaki empat
Lainnya
Jenis jeroan dan olahannya
Tabel 3.2.17 Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok jeroan dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 Jenis Jeroan dan Olahan (%) Kelompok Umur
Jeroan hewan berkaki empat
Jeroan Unggas
Lainnya
0- 59 bln
0
0
0,3
5 -12 thn
0
0,1
0,3
13 – 18 thn
0,1
0,4
0,8
19 – 55 thn
0,2
0,5
0,4
>55
0,1
0
0
0,2
0,3
0,4
thn
Seluruh umur
Tabel 3.2.17 memperlihatkan bahwa proporsi penduduk yang mengonsumsi jenis jeroan dan olahan di Provinsi Sulawesi Selatan, paling besar adalah jenis jeroan dan olahanlainnya sebesar 0,4% dan paling rendah adalah jeroan hewan berkaki empat sebesar 0,2%. Proporsi kelompok umur yang terbanyak mengonsumsi jenis jeroan dan olahanlainnya terdapat pada kelompok umur 13-18tahun sebesar 0,8 %, sedangkan kelompok umur >55 tahun tidak mengonsumsi jenis jeroan dan olahan lainnya.
40
Tabel 3.2.18 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok ikan dan olahannya per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 Jenis Ikan dan Olahan (g) Kelompok Umur
Olahan Ikan
Ikan Laut
Udang, Kepiting dan Olahan
Ikan Air Tawar
Cumi, Kerang, Keong dan Olahan
Hewan Air lainnya
Total
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
0-59
bln
29,3
49,8
1,4
6,4
6,4
27,4
0,7
5,8
0,3
3,6
0,0
0,0
38,2
55,4
5 -12
thn
57,2
81,7
3,8
15,7
10,3
44,9
3,1
24,6
0,7
8,3
0,0
0,0
75,1
90,4
13 – 18 thn
64,6
87,2
4,3
17,0
13,1
50,7
2,6
14,5
0,4
5,5
0,0
0,0
85,0
94,1
19 – 55 thn
98,8
109,6
4,7
21,2
18,3
71,1
4,0
28,4
0,6
9,1
0,0
0,0
126,5
123,1
103,1
116,3
4,2
16,4
23,7
88,0
1,4
13,2
0,3
7,4
0,0
0,0
132,8
128,6
85,7
104,4
4,3
18,8
16,8
67,3
3,1
23,8
0,5
8,1
0,0
0,0
110,5
117,0
>55
thn
Seluruh umur
41
Tabel 3.2.18 memperlihatkan bahwa total rerata konsumsi bahan makanan kelompok ikan dan olahan oleh penduduk provinsi Sulawesi Selatan adalah sebesar 110,5 gram perorang perhari. Grafik 8 memperlihatkan jenis ikan dan olahannya, ikan laut merupakan jenis makanan yang paling banyak dikonsumsi oleh penduduk Sulawesi Selatan dengan rerata 85,7 gram perorang perhari, diikuti oleh ikan air tawar (16,8 gram) dan olahan ikan (4,3 gr). Sementara menurut kelompok umur, rerata konsumsi ikan laut tetap terbesar dalam kelompok ikan dan olahannya, diikuti ikan air tawar dan olahan ikan. Kelompok umur yang terbanyak mengonsumsi ikan laut terdapat pada kelompok umur >55 tahun sebesar 103,1 gram perorang perhari, sementara pada kelompok umur 0 – 59 bulan mengonsumsi ikan laut dengan rerata sebanyak 29,3 gram perorang perhari (lihat tabel 18).
Rerata (gram)
Grafik 3.2.8 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok ikan dan olahannya perorang perhari (gram), Provinsi Sulawesi Selatan 2014 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
85,7
16,8
Ikan Laut
Ikan Air Tawar
4,3
3,1
0,5
Olahan Ikan
Udang, Kepiting dan Olahan
Cumi, Kerang, Keong dan Olahan
Jenis Ikan dan olahannya
42
Tabel 3.2.19 Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok Ikan dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 Kelompok Umur
Jenis Ikan dan Olahan (%) Ikan Laut
Olahan Ikan
Ikan Air Tawar
Udang, Kepiting dan Olahan
Cumi, Kerang, Keong dan Olahan
0-59
bln
38,4
6,1
8,2
2,4
0,9
5 -12
thn
50,1
9,7
8,5
3,5
1,1
13 – 18 thn
52,2
11,1
9,9
4,4
0,8
19 – 55 thn
67,6
11,2
11,3
3,8
0,7
>55
67,0
10,5
13,1
2,3
0,4
61,6
10,6
10,8
3,6
0,7
thn
Seluruh umur
Tabel 3.2.19 memperlihatkan bahwa proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok ikan dan olahan di Provinsi Sulawesi Selatan, Proporsipaling besar adalah konsumsi ikan lautsebesar 61,6%, diikuti ikan air tawar sebesar 10,8% dan paling rendah adalah cumi, kerang, keong dan olahan (0,7%). Kelompok umur yang terbanyak mengonsumsi ikan laut terdapat pada kelompok umur 19-55 tahun (67,6%), sedangkan kelompok umur 0 – 59 bulan adalah terendah (38,4 gram).
43
3.3.9
Bahan makanan kelompok telur dan olahan
Bahan makanan kelompok telur dan olahan menurut kelompok umur dibagi menjadi 4 kelompok yaitu : 1) telur ayam, 2) telur bebek 3) olahan telur, 4) telur lainnya. Informasi secara lengkap bahan makanan kelompok telur dan olahan dapat dilihat pada Tabel 3.2.20, grafik 3.2.9 dan Tabel 3.2.21. Tabel 3.2.20 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok telur dan olahannyaper orang per hari (gram) menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 Jenis Telur dan Olahan (g) Kelompok Umur
Telur Ayam
Olahan Telur
Telur Bebek
Telur Lainnya
Total
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
0-59
bln
15,1
30,7
1,1
11,2
0,7
11,4
0,02
0,60
16,9
33,8
5 -12
thn
24,6
38,1
1,9
13,3
0,6
5,6
0,11
3,50
27,2
39,9
13 – 18 thn
21,7
38,2
1,8
12,6
0,2
2,5
0,01
0,54
23,7
39,3
19 – 55 thn
15,1
31,3
1,2
9,9
0,3
4,7
0,08
2,89
16,6
33,0
>55
10,5
27,8
1,0
8,4
0,3
3,3
0,00
0,00
11,7
28,9
16,6
33,1
1,3
10,7
0,3
5,0
0,06
2,49
18,4
34,8
thn
Seluruh umur
Tabel 3.2.20 memperlihatkan bahwa total rerata berat bahan makanan kelompok telur dan olahan yang dikonsumsi oleh penduduk provinsi Sulawesi Selatan adalah sebesar 18,4 gram perorang perhari. Grafik 3.2.9 memperlihatkan jenis telur dan olahannya, telur ayam merupakan jenis makanan yang paling banyak dikonsumsi oleh penduduk Sulawesi Selatan dengan rerata 16,6 gram perorang perhari, diikuti oleh telur bebek (1,3 g) dan olahan telur (0,3 gr). Sementara menurut kelompok umur, rerata konsumsi telur ayam tetap terbesar dalam kelompok telur dan olahannya, diikuti telur bebek dan olahan telur. Kelompok umur yang terbanyak mengonsumsi telur ayam terdapat pada kelompok umur 5 - 12 tahun sebesar 24,6 gram perorang perhari, sementara pada kelompok umur >55 tahun mengonsumsi telur ayam dengan rerata sebanyak 10,5 gram perorang perhari (lihat tabel 3.2.20).
44
Grafik 3.2.9 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok telur dan olahan perorang perhari (gram), Provinsi Sulawesi Selatan 2014 18
16,6
16 14
Rerata (g)
12 10 8 6 4 1,3
2
0,3
0,06
Olahan Telur
Telur Lainnya
0 Telur Ayam
Telur Bebek
Bahan Makanan Kelompok Telur dan Olahan
45
Tabel3.2.21 Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok telur dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 Jenis Telur dan Olahan (%) Kelompok Umur Telur Ayam
Telur Bebek
Olahan Telur
Telur Lainnya
bln
31,7
1,5
0,3
0,3
5 -12 thn
47,9
3,1
1,3
0,1
13 – 18 thn
39,5
3,3
0,6
0,1
19 – 55 thn
34,8
2,1
0,4
0,1
>55
26,4
1,8
0,7
0
35,9
2,3
0,6
0,1
0-59
thn
Seluruh umur
Tabel 3.2.21 memperlihatkan bahwa proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok telur dan olahan di Provinsi Sulawesi Selatan, Proporsi yang terbesar adalah telur ayam sebesar 35,9%, diikuti telur bebek (2,3%) dan paling rendah adalah telur lainnya (0,1%). Berdasarkan kelompok umur, Proporsi penduduk yang terbanyak mengonsumsi telur ayamadalah kelompok umur 5-12 tahun sebesar 47,9% dan yang terendah pada kelompok umur > 55tahun sebesar 26,4%. Proporsi penduduk yang terbanyak mengonsumsi telur bebek adalah kelompok umur 13-18 tahun sebesar 3,3 % dan yang terendah pada kelompok umur 0-59 bulan sebesar 1,5 %.
46
Tabel 3.2.22 Rerata konsumsi kelompok susu dan olahannya per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, provinsi Sulawesi Selatan 2014 Jenis susu dan olahannya Kelompo k umur
0-59 bln
Susu kental manis
Susu bubuk
Susu formula khusus
Susu formula balita
Olahan susu
Susu cair
Total
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
9,9
32,6
3,3
17,9
20,1
43,5
0,3
5,7
1,2
7,5
36,4
53,9
7,0
34,3
5 -12 thn
3,1
14,6
0,9
8,7
0,2
4,1
0,0
0,0
1,9
15,9
6,2
23,6
3,8
27,5
13 – 18 thn
1,1
6,7
0,5
4,9
0,1
1,3
0,1
1,5
0,3
3,9
2,1
10,3
5,2
56,9
19 – 55 thn
1,6
8,6
0,1
1,8
0,0
0,6
0,2
2,8
0,5
8,1
2,4
12,4
1,3
15,4
>55 thn
0,9
5,3
0,1
1,3
0,2
1,8
0,5
3,2
0,1
2,0
1,7
6,9
0,2
2,5
Seluruh umur
2,0
11,5
0,5
5,6
1,0
10,5
0,2
2,8
0,6
8,8
4,4
19,3
2,3
26,7
Tabel 3.2.22 menunjukkan bahwa total rerata konsumsi bahan makanan kelompok susu kental manis, susu bubuk, susu formula balita, susu formula khusus dan olahan susu oleh penduduk provinsi Sulawesi Selatan adalah sebesar 4,8 gram perorang perhari. Sementara rerata berat kelompok susu cair yang dikonsumsi oleh penduduk Sulawesi Selatan adalah sebesar 2,3 gram perorang perhari.Jenis susu cair merupakan jenis susu yang paling banyak dikonsumsi oleh penduduk Sulawesi Selatan dengan rerata 2,3 gram perorang perhari, diikuti oleh susu kental manis (2,1 g) dan susu formula balita (1,0 gr). Sementara menurut kelompok umur, kelompok umur yang terbanyak mengonsumsi susu cair terdapat pada kelompok umur 0 – 59 bulan sebesar 7,0 gram perorang perhari, sementara pada kelompok umur >55tahun mengonsumsi susu cair dengan rerata sebanyak 0,2 gram perorang perhari (lihat tabel 3.2.22).
47
Tabel 3.2.23 Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok susu dan olahannya menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 Jenis Susu dan Olahan (%) Kelompok Umur
Susu Kental manis
Susu Bubuk
Susu Formula Balita
Susu Formula Khusus
Olahan Susu
Susu Cair
0-59
bln
14,6
7,6
23,5
0,3
4,0
5,5
5 -12
thn
9,4
5,3
0,6
0
2,7
3,3
13 – 18 thn
4,1
3,4
0,3
0,1
0,7
1,7
19 – 55 thn
6,3
2,4
0,1
0,5
1,1
1,6
>55
5,9
2,4
0,9
1,9
0,4
1,0
6,8
3,2
1,4
0,6
1,3
1,9
thn
Seluruh umur
Tabel 3.2.23 menunjukkan proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok susu dan olahan di Provinsi Sulawesi Selatan, Proporsipaling besar adalah susu kental manissebesar 6,8%, diikuti susu bubuk (3,2%) dan paling rendah adalah susu formula khusus sebesar 0,6%. Proporsi penduduk mengonsumsi susu kental manis tertinggi pada kelompok umur 0-59bulansebesar 14,6 % dan terendah pada kelompok umur >55 tahun sebesar 5,9 %.
48
Tabel 3.2.24 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok minyak, lemak dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 Minyak, Lemak dan Olahan (g) Kelompok Umur
Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Kelapa
Minyak Kelapa dan Olahan
Minyak Lainnya, lemak dan Olahan
Total
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
0-59
bln
5,8
7,9
3,6
14,0
0,3
1,3
9,6
16,4
5 -12
thn
13,1
12,6
8,2
23,7
0,7
3,2
21,9
26,8
13 – 18 thn
13,0
12,4
9,5
28,1
0,4
2,2
22,9
31,5
19 – 55 thn
13,0
13,6
14,3
45,9
0,5
2,4
27,8
48,6
9,4
11,1
14,4
40,4
0,4
1,9
24,2
41,9
12,1
12,9
12,3
39,5
0,5
2,4
24,9
42,1
>55
thn
Seluruh umur
Tabel 3.2.24 menunjukkan bahwa total rerata konsumsi bahan makanan kelompok minyak, lemak dan olahan oleh penduduk provinsi Sulawesi Selatan adalah sebesar 24,9 gram perorang perhari. Grafik 3.2.10menunjukkan jenis minyak, lemak dan olahan, minyak kelapa dan olahan merupakan jenis minyak yang paling banyak dikonsumsi oleh penduduk Sulawesi Selatan dengan rerata 12,3 gram perorang perhari, diikuti oleh minyak kelapa sawit dan minyak kelapa (12,1 g) dan minyak lainnya, lemak dan olahan (0,5 gr). Sementara menurut kelompok umur, kelompok umur yang terbanyak mengonsumsi minyak kelapa dan olahan terdapat pada kelompok umur >55 tahun sebesar 14,4 gram perorang perhari, sementara pada kelompok umur 0 – 59 bulan mengonsumsi minyak kelapa dan olahan dengan rerata sebanyak 3,6 gram perorang perhari (lihat tabel 3.2.24).
49
Grafik 3.2.10 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok minyak, lemak dan olahan perorang perhari (gram), Provinsi Sulawesi Selatan 2014 14
12,3
12,1
Rerata (gram)
12 10 8 6 4 2
0,5
0 Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Kelapa
Minyak Kelapa dan Olahan
Minyak Lainnya, lemak dan Olahan
Kelompok Minyak, lemak dan olahan
Tabel 3.2.25 Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok minyak, lemak dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 Minyak, Lemak dan Olahan (%) Kelompok Umur
Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Kelapa
Kelapa dan Olahan
Minyak Lainnya, lemak dan Olahan
0- 59
bln
61,6
14,9
7,0
5 -12
thn
88,1
24,8
12,3
13 – 18 thn
88,3
22,6
7,6
19 – 55 thn
83,5
27,7
10,3
>55
73,4
28,1
8,1
82,2
26,1
9,7
thn
Seluruh umur
Berdasarkan tabel 3.2.25 terlihat bahwa proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok minyak, lemak dan olahan di Provinsi Sulawesi Selatan, Proporsipaling besar adalah konsumsi minyak kelapa sawit dan minyak kelapa sebesar 82,2 %, diikuti kelapa dan olahan (26,1%) dan paling rendah adalah minyak lainnya, lemak dan olahan (9,7 %). Kelompok umur yang terbanyak mengonsumsi minyak kelapa sawit dan minyak kelapa terdapat pada kelompok umur 13 - 18 tahun sebesar 88,3 % dan terendah pada kelompok umur 0-59 bulan sebesar 61,6 %.
50
Tabel 3.2.26 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok gula dan konfeksionari menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 Gula dan Konfeksionari (g) Kelompok Umur
Permen
Gula
Sirup
Lainnya (madu,Selai agaragar, jely)
Coklat
Total
Rerata
SD
Rera ta
SD
Rera ta
SD
Rera ta
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
bln
5,6
12,4
1,1
3,9
0,1
1,8
0,8
4,9
2,5
18,8
10,1
24,9
5 -12 thn
7,8
13,1
0,8
3,4
0,2
2,2
0,7
3,0
2,8
21,0
12,2
24,9
13 – 18 thn
6,9
12,8
0,4
3,1
0,5
8,0
0,6
4,2
0,9
10,1
9,4
19,2
19 – 55 thn
17,9
20,1
0,1
0,9
0,3
2,7
0,2
1,7
0,4
4,1
18,8
21,2
>55
19,8
19,5
0,0
0,4
0,3
3,4
0,1
1,0
1,7
21,3
22,0
28,8
14,7
18,8
0,3
2,1
0,3
3,8
0,3
2,6
1,1
13,2
16,7
23,4
0-59
Seluruh umur
thn
Tabel 3.2.26 menunjukkan bahwa total rerata konsumsi bahan makanan kelompok gula dan konfeksionari oleh penduduk provinsi Sulawesi Selatan adalah sebesar 16,7 gram perorang perhari. Grafik 3.2.11menunjukkan jenis gula dan konfeksionari, gula merupakan jenis gula dan konfeksionari yang paling banyak dikonsumsi oleh penduduk Sulawesi Selatan dengan rerata 14,7 gram perorang perhari, diikuti oleh lainnya (1,1 g) dan permen (0,3 gram), sirup (0,3 gram) dan coklat (0,3 gr). Sementara menurut kelompok umur, kelompok umur yang terbanyak mengonsumsi gula terdapat pada kelompok umur >55 tahun sebesar 19,8 gram perorang perhari, sementara pada kelompok umur 0 – 59 bulan mengonsumsi gula dengan rerata sebanyak 5,6 gram perorang perhari (lihat tabel 3.2.26).
51
Grafik. 3.2.11 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok gula dan konfeksionari perorang perhari (gram), Provinsi Sulawesi Selatan 2014 16
14,7
14
Rerata (g)
12 10 8 6 4 2
1,1
0,3
0,3
0,3
Permen
Sirup
Coklat
0 Gula
Lainnya (madu,Selai agaragar, jely)
Bahan Makanan Kelompok Gula dan Konfensionari
Tabel 3.2.27 Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok gula dan konfeksionari menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 Gula dan Konfeksionari Kelompok Umur Gula
Permen
Sirup
Coklat
Lainnya (madu,Selai agar-agar, jely)
0-59
bln
33,8
11,6
1,2
5,2
3,7
5 -12
thn
46,7
8,5
1,6
7,5
4,3
13 – 18 thn
42,2
5,2
1,2
4,4
2,0
19 – 55 thn
70,8
1,1
1,7
2,5
2,5
>55
78,4
0,6
1,7
1,9
2,4
63,0
3,1
1,6
3,5
2,8
thn
Seluruh umur
Tabel 3.2.27 menunjukkan bahwa proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok gula dan konfeksionari di Provinsi Sulawesi Selatan, paling besar adalah gula sebesar 63,0 %, diikuti coklat (3,5%) dan paling rendah adalah sirup sebesar 1,6 %. Kelompok umur yang terbanyak mengonsumsi gula terdapat pada kelompok umur >55 tahun (78,4 %) dan terendah pada kelompok umur 0-59 bulan sebesar 33,8 %.
52
Tabel 3.2.28 Rerata konsumsi kelompok bumbu menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 Jenis Bumbu (g) Kelompok Umur
Garam
Vetsin/ MSG/ Mecin
Bumbu Instan
Bumbu Kering
Bumbu Basah
Bahan Tambahan
Total
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
0-59
bln
1,3
1,9
0,3
0,7
0,4
2,6
0,1
0,4
3,7
6,1
0,01
0,09
5,9
7,8
5 -12
thn
3,0
2,8
0,5
1,0
0,9
3,4
0,2
2,1
6,7
9,3
0,02
0,1
11,6
12,2
13 – 18 thn
3,2
3,0
0,5
1,2
1,1
3,5
0,3
1,4
7,0
9,3
0,07
1,0
12,3
12,5
19 – 55 thn
4,1
3,8
0,6
2,2
0,8
3,8
0,4
1,6
8,2
10,6
0,06
0,6
14,5
14,4
>55
4,0
4,0
0,6
1,1
0,3
1,3
0,3
1,1
7,6
11,5
0,04
0,4
13,1
14,0
3,7
3,6
0,6
1,7
0,8
3,4
0,3
1,6
7,6
10,3
0,05
0,6
13,1
13,7
thn
Seluruh umur
Tabel 3.2.28 menunjukkan bahwa total rerata konsumsi bahan makanan kelompok bumbu oleh penduduk provinsi Sulawesi Selatan adalah sebesar 13,1 gram perorang perhari. Grafik 3.2.12menunjukkan rerata jenis bumbu yang dikonsumsi, bumbu basah merupakan jenis bumbu yang paling banyak dikonsumsi oleh penduduk Sulawesi Selatan dengan rerata 7,6 gram perorang perhari, diikuti oleh garam (3,7 g) dan bumbu instan (0,8 gr). Sementara menurut kelompok umur, kelompok umur yang terbanyak mengonsumsi bumbu basah terdapat pada kelompok umur 19 - 55 tahun sebesar 8,2 gram perorang perhari, sementara pada kelompok umur 0 – 59 bulan mengonsumsi bumbu basah dengan rerata sebanyak 3,7 gram perorang perhari (lihat tabel 28). Grafik 3.2.12 Rerata konsumsi kelompok bumbu perorang perhari (gram), Provinsi Sulawesi Selatan 2014 7,6
8 7
Rerata (g)
6 5 4
3,7
3 2 0,6
1
0,8 0,3
0,05
0 Garam
Vetsin/ MSG/ Mecin
Bumbu Instan
Bumbu Kering
Bumbu
53
Bumbu Basah Bahan Tambahan
Tabel 3.2.29 Proporsi penduduk yang mengonsumsi bumbu menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 Jenis Bumbu (%) Kelompok Umur Garam 0-59
Vetsin/ MSG/ Mecin
Bumbu Instan
Bumbu Kering
Bumbu Basah
Bahan Tambahan
bln
78,7
56,4
15,9
13,7
57,3
4,0
5 -12 thn
94,7
71,1
25,0
20,3
75,3
5,0
13 – 18 thn
93,5
73,2
25,8
19,9
78,7
4,1
19 – 55 thn
97,5
76,7
22,8
25,0
83,4
6,2
>55
97,2
73,4
16,0
23,7
79,3
5,2
95,6
74,0
22,1
22,9
79,7
5,5
thn
Seluruh umur
Tabel 3.2.29 menunjukkan Proporsi penduduk yang mengonsumsi bumbu di Provinsi Sulawesi Selatan, Proporsi jenis bumbu paling besar dikonsumsi adalah garam sebesar 95,6 %, diikuti bumbu basah (79,7%) dan paling rendah adalah bahan tambahan sebesar 5,5 %. Berdasarkan kelompok umur, Proporsi penduduk mengonsumsi garam terbanyak pada kelompok umur>55 tahun sebesar 97,2 % dan terendahpada kelompok umur 0-59 bulan sebesar 78,7 %.
54
Tabel 3.2.30 Rerata konsumsi kelompok minuman menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 Jenis Minuman Serbuk (g) Kelompok Umur (tahun)
Jenis Minuman cairan (ml) Minuman Kemasan Cairan
Minuman Berkarbonasi
Minuman Beralkohol
Minuman Lainnya
Teh Instan / Daun Kering
Kopi Bubuk
Rerata
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
Minuman Serbuk Total
SD
Total
0-59
bln
2,8
20,9
0,2
1,7
0,8
12,2
4,0
24,1
56,4
126,9
0,3
4,8
0,2
4,2
0,5
3,9
57,4
126,7
5 -12
thn
1,0
9,2
0,2
1,9
2,0
12,0
3,3
15,1
68,9
128,5
4,8
41,2
0,0
0,0
0,9
7,3
74,8
139,9
13 – 18 thn
1,4
13,0
1,3
8,4
1,9
19,8
4,7
25,2
68,7
152,5
6,6
48,0
0,1
3,0
0,8
8,6
76,2
157,8
19 – 55 thn
1,2
7,8
5,3
12,3
0,3
3,2
6,8
14,6
15,5
65,6
3,4
35,0
6,2
94,3
1,6
21,7
26,8
122,6
>55
1,2
5,8
5,8
11,0
0,1
2,2
7,1
12,4
2,0
19,8
0,8
12,7
6,8
111,6
0,8
11,9
10,5
114,8
1,2
9,6
3,9
10,6
0,7
9,2
5,9
16,7
30,0
95,7
3,5
34,8
4,3
81,1
1,2
16,9
39,1
131,6
Seluruh umur
thn
55
Tabel 3.2.30 menunjukkan bahwa total rerata konsumsi bahan makanan kelompok minuman serbuk dan minuman cair oleh penduduk provinsi Sulawesi Selatan adalah sebesar 5,9 gram dan 39,1 ml perorang perhari. Grafik 3.2.13 menunjukkanrerata jenis minuman serbuk dan minuman cairan yang dikonsumsi, kopi bubuk dan minuman kemasan cairan merupakan jenis minuman yang paling banyak dikonsumsi oleh penduduk Sulawesi Selatan dengan rerata 3,9 gram dan 30 ml perorang perhari. Sementara menurut kelompok umur, kelompok umur yang terbanyak mengonsumsi kopi bubuk terdapat pada kelompok umur >55 tahun sebesar 5,8 gram dan terkecil pada kelompok umur 0-59 bulan sebesar 0,2 gram perorang perhari. Sedangkan kelompok umur terbanyak mengonsumsi minuman kemasan cairan adalah kelompok umur 5-12 tahun sebesar 68,9 ml dan terendah pada kelompok umur >55 tahun dengan rerata sebanyak 2,0ml perorang perhari (lihat tabel 3.2.30). Grafik 3.2.13 Rerata konsumsi kelompok minuman perorang perhari (ml), Provinsi Sulawesi Selatan 2014 Rerata, serbuk (g), cairan (ml)
35 30 30 25 20 15 10 5
3,9 1,2
3,5
4,3 1,2
0,7
0 Teh Instan / Daun Kering
Kopi Bubuk
Minuman Serbuk
Minuman Kemasan Cairan
Minuman
56
Minuman Berkarbonasi
Minuman Beralkohol
Minuman Lainnya
Tabel 3.2.31 Proporsi penduduk yang mengonsumsi minuman menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 Jenis Minuman Serbuk (%) Kelompok Umur
Jenis Minuman cairan (%)
Teh Instan / Daun Kering
Kopi Bubuk
Minuman Serbuk
Minuman Kemasan Cairan
Minuman Berkarbonasi
Minuman Beralkohol
Minuman Lainnya
bln
18,3
3,4
1,2
21,6
0,6
0,3
1,5
5 -12 thn
20,0
3,8
6,5
29,4
2,0
0,0
3,2
13 – 18 thn
18,2
7,9
3,1
26,2
2,8
0,2
3,0
19 – 55 thn
32,2
33,0
1,1
7,3
1,6
0,8
2,4
>55
32,2
39,4
0,6
1,6
0,8
0,6
1,8
28,0
25,1
2,1
12,7
1,7
0,6
2,5
0-59
thn
Seluruh umur
Tabel 3.2.21 menunjukkan bahwa proporsi penduduk yang mengonsumsi jenis minuman serbuk di Provinsi Sulawesi Selatan paling besar adalah teh instan/ daun kering sebesar 28,0 % dan paling rendah adalah minuman serbuk sebesar 2,1 %. Sementara Proporsi jenis minuman cairan terbesar adalah minuman kemasan cairan sebesar 12,7% dan terendah minuman beralkohol sebesar 0,6%. Berdasarkankelompok umur, Proporsi penduduk mengonsumsi the instan/ daun kering terbanyak pada kelompok umur 19 -55 tahun dan > 55 tahun masing-masing sebesar 32,2 %, sedangkan terendah pada kelompok umur 13-18 tahun sebesar 18,3%. Sementarakelompok umur yang terbanyak mengonsumsi minuman kemasan cairan terdapat pada kelompok umur 5 - 12 tahun sebesar 29,4% dan terendah pada kelompok umur >55 tahun sebesar 1,6%.
57
Tabel 3.2.32 Rerata konsumsi Provinsi Sulawesi Selatan 2014
kelompok makanan komposit menurut kelompok umur,
Jenis MakananKomposit (g) Kelompok Umur
Ayam goreng
Pizza
Burger
Kentang Goreng
Total
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
0-59
bln
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
5 -12
thn
0,4
7,0
0,2
4,4
0,0
0,0
0,0
0,0
0,6
8,3
13 – 18 thn
0,1
2,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,1
2,0
19 – 55 thn
0,2
4,8
0,0
1,1
0,0
0,0
0,0
0,0
0,2
4,9
>55
0,0
1,1
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
1,1
0,2
4,5
0,0
1,8
0,0
0,0
0,0
0,0
0,2
4,8
thn
Seluruh umur
Tabel 3.2.32 menunjukkan bahwa total rerata konsumsi bahan makanan kelompok makanan komposit oleh penduduk provinsi Sulawesi Selatan adalah sebesar 0,2 gram perorang perhari. Jenis makanan komposit yang paling banyak dikonsumsi oleh penduduk Sulawesi Selatan adalah ayam goreng dengan rerata 0,2 gram perorang perhari. Sementara berdasarkan kelompok umur, kelompok umur yang terbanyak mengonsumsi ayam gorang terdapat pada kelompok umur 5-12 tahun sebesar 0,4 gram perorang perhari, sementara pada kelompok umur 0 – 59 bulan dan >55 tahun tidak mengonsumsi ayam goreng (lihat tabel 3.2.32). Tabel 3.2.33 Proporsi penduduk yang mengonsumsi makanan komposit menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 Jenis Makanan Komposit (%)
Kelompok Umur
Ayam goreng
Pizza
0- 59
bln
0,0
0,0
5 -12
thn
0,4
0,1
13 – 18 thn
0,1
0,0
19 – 55 thn
0,2
0,1
>55
0,1
0,0
0,2
0,1
thn
Seluruh umur
Tabel 3.2.33 menunjukkan bahwa proporsi penduduk yang mengonsumsi makanan komposit di Provinsi Sulawesi Selatan paling besar adalah ayam goreng sebesar 0,2 % dan paling rendah adalah Pizza sebesar 0,1 %. Sementara berdasarkan kelompok umur, Proporsi konsumsi ayam goreng terbesar pada kelompok umur 5-12 tahun sebesar 0,4% dan kelompok umur 0-59 bulan tidak mengkonsumsi ayam goreng. 58
Tabel 3.2.34 Rerata konsumsi kelompok air menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 Sumber Air (ml)
Kelompok Umur
Air Minum Kemasan Bermerek
Air Minum
Minuman cair kemasan pabrikan (jus cair, kopi cair, teh cair, ,minuman berkarbonasi, berenergi, isotonik, beralkohol dan minuman lain)
Total
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
0-59
bln
722,7
504,4
11,0
64,0
57,0
126,8
790,6
518,9
5 -12
thn
934,4
502,2
43,5
153,1
73,8
139,5
1.051,7
524,7
13 – 18 thn
1.094,1
583,2
76,9
269,7
75,6
157,8
1.246,6
634,6
19 – 55 thn
1.458,2
798,2
69,7
279,2
25,4
120,4
1.553,3
826,8
>55
1.340,1
769,8
41,6
240,6
9,8
114,3
1.391,5
810,8
1.281,8
755,7
59,7
251,0
38,0
130,4
1.379,6
783,5
thn
Seluruh umur
Tabel 3.2.34 menunjukkan bahwa total rerata konsumsi air yang diminum oleh penduduk provinsi Sulawesi Selatan adalah sebesar 1.379,6ml perorang perhari. Grafik 3.2.14menunjukkanrerata sumber air yang diminum, air minum merupakan sumber air yang paling banyak diminum oleh penduduk Sulawesi Selatan dengan rerata 1.281,8ml perorang perhari, diikuti oleh air minum kemasan bermerek (59,7 ml) dan minuman cair kemasan (38ml). Sementara menurut kelompok umur, kelompok umur yang terbanyak minumair minum terdapat pada kelompok umur 19-55 tahun sebesar 1.43.58,2 ml perorang perhari, sementara pada kelompok umur 0 – 59 bulan minumair minum dengan rerata sebanyak 722,7ml perorang perhari (lihat tabel 3.2.34).
Rerata (ml)
Grafik 3.2.14 Rerata konsumsi kelompok air perorang perhari (ml), Provinsi Sulawesi Selatan 2014 1.400,00 1.200,00 1.000,00 800,00 600,00 400,00 200,00 0,00
1.281,80
Air Minum
59,7
38
Air Minum Kemasan Bermerek
Minuman cair kemasan pabrikan (jus cair, kopi cair, teh cair, ,minuman berkarbonasi, berenergi, isotonik, beralkohol dan minuman lain)
Kelompok Air
59
Tabel 3.2.35 Proporsi penduduk yang mengonsumsi air menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 Sumber Air (%) Kelompok Umur
Air Minum
Air Minum Kemasan Bermerek
Minuman cair kemasan pabrikan (jus cair, kopi cair, teh cair, ,minuman berkarbonasi, berenergi, isotonik, beralkohol dan minuman lain)
0-59
bln
90,9
4,6
22,6
5 -12
thn
99,7
14,0
30,2
13 – 18 thn
99,7
17,4
28,9
19 – 55 thn
99,9
11,2
10,0
>55
99,7
5,1
3,0
99,4
11,2
14,9
thn
Seluruh umur
Tabel 3.2.35 menunjukkan bahwa proporsi penduduk yang mengonsumsi air di Provinsi Sulawesi Selatan, jenis konsumsi sumber air paling besar adalah sumber air minum sebesar 99,4 % dan paling rendah adalah air minum kemasan bermerek sebesar 11,2 %. Berdasarkan kelompok umur, Proporsiyang terbanyak mengonsumsi air minum terdapat pada kelompok umur 19 - 55 tahun sebesar 99.9 % dan terkecil pada kelompok umur 0-59 bulan sebesar 90,9%.
Tabel 3.2.36 Rerata konsumsi Provinsi Sulawesi Selatan 2014
kelompok suplemen dan jamumenurut kelompok umur,
Suplemen Kelompok Umur
Multi Vitamin (mg) Rerata SD
Jamu
Minuman Suplemen (ml)
Jamu Tradisional (ml)
Total
Jamu Pabrikan (mg)
Total
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
0-59 bln
0
0,5
0
0
0,1
1,2
0
0
0
0
0
0
5 -12 thn
0,1
1,9
0
2,7
0,1
3,3
0,3
5
0
0
0,3
5
13 – 18 thn
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0,7
0
0,7
19 – 55 thn
0
1
0,4
8,7
0,5
8,7
0,4
7,4
0,1
1,3
0,4
7,5
>55
0
0
0
0
0
0,1
0,4
5,9
0,1
1,1
0,5
6
0
1
0,2
6,3
0,3
6,4
0,3
6,2
0
1
0,3
6,2
thn
Seluruh umur
60
Tabel 3.2.36 menunjukkan bahwa total rerata konsumsi berat bahan makanan kelompok suplemen dan jamu oleh penduduk provinsi Sulawesi Selatan adalah sebesar 0,3 ml dan 0,3 ml perorang perhari. Berdasarkan konsumsi jenis suplemen, minuman suplemen merupakan jenis suplemen yang paling banyak dikonsumsi oleh penduduk Sulawesi Selatan dengan rerata 0,2 ml. Sementara pada kelompok jamu, jamu tradisional merupakan jenis jamu yang banyak dikonsumsi dengan rerata sebesar 0,3 ml perorang perhari.
Tabel 3.2.37 Proporsi penduduk yang mengonsumsi suplemen dan jamu menurut kelompok umur, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 Suplemen Kelompok Umur
Jamu
Multi Vitamin
Non Multi Vitamin
Minuman Suplemen
Jamu Tradisional
Jamu Pabrikan
0-59
bln
0,6
0,0
0,0
0,0
0,0
5 -12
thn
0,3
0,0
0,0
0,7
0,0
13 – 18 thn
0,2
0,0
0,1
0,0
0,2
19 – 55 thn
0,7
0,3
0,3
0,5
0,6
>55
0,0
0,7
0,0
0,7
0,6
0,5
0,3
0,2
0,5
0,4
thn
Seluruh umur
Tabel 3.2.37 menunjukkan proporsi penduduk yang mengonsumsi suplemendan jamu di Provinsi Sulawesi Selatan, jenis suplemen tertinggi dikonsumsi adalah multi vitamin sebesar 0,5 % dan terendah adalah minuman suplemen sebesar 0,2 %. Sementara pada kelompok jamu, jamu tradisonal (0,5%) lebih banyak dikonsumsi dibandingkan jamu pabrikan (0,4 %). Berdasarkan kelompok umur, jenis suplemen multivitamin terbanyak dikonsumsi pada kelompok umur 19-55 tahun sebesar 0,7% dan kelompok umur >55 tahun tidak mengonsumsi. Sementarakelompok umur yang terbanyak mengonsumsi jamu tradisional terdapat pada kelompok umur 5 - 12 tahunsebesar 0,7% dan kelompok umur 0-59 bulan dan 13-18 tahun tidak mengonsumsi jamu tradisional.
61
Tabel 3.2.38 Rerata konsumsi serelia, umbi/pati, kacang, sayur, buah, daging dan olahannya per orang per hari (gram) menurut kelompok umur, provinsi Sulawesi Selatan 2014 Bahan makanan Kelompok umur
Serealia dan olahannya
Umbi/pati dan olahannya
Kacang dan olahannya
Sayur dan olahannya
Buah dan olahannya
Daging dan olahannya
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
0-59
bln
269,8
107,3
10,8
28,7
6,0
21,8
14,9
32,7
8,7
30,6
24.4
67.4
5 -12
thn
406,0
154,2
17,6
47,9
22,9
63,0
29,5
47,3
25,9
69,4
37.3
80.1
13 – 18 thn
426,5
144,8
16,8
55,7
25,8
60,1
39,2
53,2
22,8
70,9
34.5
80.4
19 – 55 thn
441,3
145,3
16,6
61,4
19,0
53,7
64,8
78,5
33,7
86,9
34.0
88.9
>55
380,6
122,4
13,3
59,2
10,2
37,6
66,7
84,8
32,2
84,2
11.6
49.2
416,8
147,1
16,0
57,4
18,5
53,1
54,3
73,1
29,7
80,5
30.6
81.0
Seluruh umur
thn
Tabel 3.2.38 menunjukkan bahwa rerata berat serealia dan olahan, umbi/pati dan olahan, kacang dan olahan, sayur dan olahan, buah dan olahan, daging dan olahan yang dikonsumsi oleh penduduk Sulawesi Selatan adalah sebesar 416,8 gram, 16,0 gram, 18,5 gram, 54,3 gram, 29,7 gram dan 30,6 gram perorang perhari. Dari konsumsi serealia dan olahan dan umbi/pati dan olahan, terlihat bahwa makanan pokok penduduk Indonesia masih didominasi oleh kelompok serealia dan olahannya. Kelompok kacang dan olahan dan kelompok daging yang dikonsumsi penduduk merupakan sumber protein nabati dan hewani dalam makanan sehari-hari. Sedangkan kelompok sayur dan olahan serta buah dan olahan yang dikonsumsi peduduk merupakan sumber vitamin dan mineral serta serat. Pada semua kelompok umur konsumsi serealia mendominasi dalam makanan pokok penduduk.
62
Tabel 3.2.39 Rerata konsumsi jeroan, ikan, telur, susu, minyak, olahannya, gula dan konfeksionari menurut kelompok umur, provinsi Sulawesi Selatan2014
Bahan makanan Kelompok umur
Jeroan dan olahannya
Ikan dan olahannya
Telur dan olahannya
Susu bubuk olahannya
Susu cair
Minyak dan olahannya
Gula dan konfeksionari
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
bln
0,03
0,87
38,2
55,4
16,9
33,8
47,6
61,1
7,0
34,3
9,6
16,4
10,1
24,9
5 -12 thn
0,15
3,25
75,1
90,4
27,2
39,9
6,2
23,6
3,8
27,5
21,9
26,8
12,2
24,9
13 – 18 thn
0,56
6,12
85,0
94,1
23,7
39,3
2,2
10,3
5,2
56,9
22,9
31,5
9,4
19,2
19 – 55 thn
0,54
7,93
126,5
123,1
16,6
33,0
2,3
12,3
1,3
15,4
27,8
48,6
18,8
21,2
>55
0,03
0,99
132,8
128,6
11,7
28,9
1,4
6,6
0,2
2,5
24,2
41,9
22,0
28,8
0,38
6,28
110,5
117,0
18,4
34,8
4,8
21,2
2,3
26,7
24,9
42,1
16,7
23,4
0-59
Seluruh umur
thn
Tabel 3.2.39 menunjukkan bahwa rerata konsumsi jeroan dan olahan, ikan dan olahan, telur dan olahan, susu bubuk dan olahan, susu cair, minyak dan olahan serta gula dan konfeksionari yang dikonsumsi oleh penduduk Sulawesi Selatan adalah sebesar 0,38 gram, 110,5 gram, 18,4 gram, 4,8 gram, 2,3 gram, 4,5 gram, 24,9 gram dan 16,7 gram perorang perhari. Dari konsumsi kelompok bahan makanan sumber protein hewani, terlihat yang banyak dikonsumsi penduduk adalah ikan dan olahan diikuti telur dan olahan, sedangkan konsumsi susu bubuk olahannya, susu cair dan jeroan dan olahannya termasuk yang rendah.
Tabel 3.2.40 dibawah ini menunjukkan bahwa rerata konsumsi air minum penduduk Indonesia adalah air sebesar 1.379,6 ml perorang perhari, kemudian minuman cair (39,1ml/org/hr) dan bumbu (13,1 gr/org/hr). Sedangkan rerata berat suplemen dan jamu yang dikonsumsi penduduk sangat kecil yaitu dibawah 1 gram perorang perhari.
63
Tabel 3.2.40 Rerata konsumsi bumbu, minuman, makanan komposit, air dan suplemen dan jamu per orang per hari menurut kelompok umur, provinsi Sulawesi Selatan 2014
Bahan makanan Kelompok umur
Bumbu
Minuman serbuk
Minuman cair
Makanan komposit
Air
Suplemen
Jamu
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
0-59
bln
5,9
7,8
4,0
24,1
57,4
126,7
0,0
0,0
790,6
518,9
0,1
1,2
0
0
5 -12
thn
11,6
12,2
3,3
15,1
74,8
139,9
0,6
8,3
1.051,7
524,7
0,1
3,3
0,3
5
13 – 18 thn
12,3
12,5
4,7
25,2
76,2
157,8
0,1
2,0
1.246,6
634,6
0
0
0
0,7
19 – 55 thn
14,5
14,4
6,8
14,6
26,8
122,6
0,2
4,9
1.553,3
826,8
0,5
8,7
0,4
7,5
>55
13,1
14,0
7,1
12,4
10,5
114,8
0,0
1,1
1.391,5
810,8
0
0,1
0,5
6
13,1
13,7
5,9
16,7
39,1
131,6
0,2
4,8
1.379,6
783,5
0,3
6,4
0,3
6,2
thn
Seluruh umur
64
3.3
Asupan dan Kecukupan Energi
Rerata asupan energi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin dan rerata kecukupan energi menurut karakteristik penduduk Sulawesi Selatan dapat dilihat pada Table 3.3.41 dan tabel 3.3.42. Tabel 3.3.41 Rerata asupan energi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 Asupan Energi (Kkal) Kelompok Umur
Perkotaan
Perdesaan
Perkotaan dan Perdesaan
Rerata
SD
Rerata
SD
Rerata
SD
1.217
478
1.079
445
1.131
462
5 – 12 thn
1.820
580
1.644
610
1.703
602
13 – 18 thn
1.925
686
1.781
619
1.835
745
19 - 55 thn
2.056
772
1.945
620
1.989
744
>55
1.805
685
1.659
479
1.705
672
5 – 12 thn
1.756
611
1.510
566
1.594
593
13 – 18 thn
1.757
619
1.489
627
1.593
637
19 - 55 thn
1.648
620
1.564
607
1.596
613
>55
1.360
479
1.264
510
1.294
502
0 – 59 bln Laki laki
Tahun
Perempuan
Tahun
Tabel 3.3.41 menunjukkan bahwa rerata asupan energi penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin, dan tempat tinggal di Provinsi Sulawesi Selatan, pada kelompok usia 0-59 bulan, rerata asupan energi di pedesaan (1.079 Kkal) lebih rendah dibandingkan di perkotaan (1.217 Kkal). Pada laki-laki kelompok usia 19-55 tahun dan tinggal di perkotaan, rerata asupan energinya tertinggi (2.056 Kkal) dibandingkan dengan perempuan, kelompok usia di bawah dan di atas 19-55 tahun dan tinggal di pedesaan. Pada perempuan kelompok usia >55 tahun dan tinggal di pedesaan mempunyai rerata asupan energi terendah (1.264 Kkal).
65
Tabel 3.3.42 Rerata kecukupan energi penduduk menurut karakteristik, Provinsi Sulawesi Selatan2014 Karakteristik
Kecukupan Energi (% AKE) Rerata
SD
Kelompok Umur 0 – 59 bln
103,6
28,7
5 – 12 thn
88,2
32,3
13 – 18 thn
71,7
29,2
19 - 55 thn
76,4
28,5
>55 Tahun
81,5
32,5
5 – 12 thn
84,6
31,6
13 – 18 thn
75,0
30,0
19 - 55 thn
74,8
28,6
>55 Tahun
75,8
29,1
Perkotaan
81,0
30,2
Perdesaan
75,3
29,5
Terbawah
71,3
29,5
Menengah Bawah
74,4
29,7
Menengah
75,8
28,4
Menengah atas
80,2
30,3
Teratas
82,5
30,1
Laki laki
Perempuan
Tempat Tinggal
Kuintil indeks Kepemilikan
Tabel 3.3.42 memperlihatkan rerata kecukupan energi penduduk menurut karakteristik di Provinsi Sulawesi Selatan, pada kelompok usia 0-59 bulan, rerata kecukupan energi mencapai 103,6% AKG. Pada laki-laki, rerata kecukupan energi tertinggi pada kelompok usia 5-12 tahun (88,2% AKG) dan rerata kecukupan energi terendah pada kelompok usia 13-18 tahun (71,7% AKG). Pada perempuan, rerata kecukupan energi tertinggi juga sama pada kelompok usia 5-12 tahun (84,6% AKG) dan kecukupan energi terendah pada kelompok usia 19-55 tahun (75,0% AKG). Di wilayah perkotaan kecukupan energi lebih tinggi dibandingkan di perdesaan. Berdasarkan kuintil indeks kepemilikan, kecukupan energi cenderung naik dari kuintil terbawah sampai teratas.
66
3.4
Asupan dan Kecukupan Protein Rerata asupan protein penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin dan rerata kecukupan proteinmenurut karakteristik tempat tinggal dan kuintil indeks kepemilikan di Sulawesi Selatan dapat dilihat pada Tabel 3.4.43 dan 3.4.44. Tabel3.4.43 Rerata asupan protein penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 Asupan Protein (g) Kelompok Umur
Perkotaan Rerata
0 – 59 bln
Perdesaan SD
Rerata
Perkotaan dan Perdesaan SD
Rerata
SD
41,1
25,7
32,1
22,0
35,5
23,8
5 – 12 thn
62,6
23,6
56,7
26,3
58,7
25,5
13 – 18 thn
72,3
33,5
60,2
27,8
64,7
30,5
19 - 55 thn
78,2
36,0
71,2
30,2
73,9
32,8
>55
74,6
38,6
62,2
29,8
66,1
33,3
5 – 12 thn
59,7
22,0
49,5
22,1
53,0
22,6
13 – 18 thn
64,1
26,8
50,5
21,6
55,8
24,6
19 - 55 thn
65,4
30,7
59,2
27,6
61,6
29,0
>55
52,0
26,6
49,1
22,7
50,0
24,0
Laki laki
Tahun
Perempuan
Tahun
Tabel 3.4.43 memperlihatkan rerata asupan protein penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin, dan tempat tinggal di Provinsi Sulawesi Selatan, pada kelompok usia 0-59 bulan, rerata asupan protein di pedesaan (32,1 g) lebih rendah dibandingkan di perkotaan (41,1 g). Pada laki-laki kelompok usia 19-55 tahun dan tinggal di perkotaan, rerata asupan proteinnya tertinggi (78,2 g) dibandingkan dengan perempuan, kelompok usia di bawah dan di atas 1955 tahun dan tinggal di pedesaan. Pada perempuan kelompok usia >55 tahun dan tinggal di pedesaan mempunyai rerata asupan proteinnya terendah (49,1 g).
67
Tabel 3.4.44 Rerata kecukupan protein penduduk menurut karakteristik, provinsi Sulawesi Selatan 2014 Karakteristik
Kecukupan Protein (% AKP) Rerata
SD
Kelompok Umur 0 – 59 bln
128,0
75,8
5 – 12 thn
117,5
52,6
13 – 18 thn
93,5
44,3
19 - 55 thn
115,4
51,2
>55
104,0
51,9
5 – 12 thn
103,6
48,9
13 – 18 thn
86,9
39,5
19 - 55 thn
108,6
51,1
88,5
42,4
Perkotaan
115,0
54,0
Perdesaan
100,9
47,2
Terbawah
89,3
45,1
Menengah Bawah
97,6
46,1
Menengah
103,7
46,2
Menengah atas
113,2
50,4
Teratas
119,3
55,3
Laki laki
Tahun
Perempuan
>55
Tahun
Tempat Tinggal
Kuintil indeks Kepemilikan
Tabel 3.4.44 menunjukkan bahwa rerata kecukupan protein penduduk menurut karakteristik di Provinsi Sulawesi Selatan, pada kelompok usia 0-59 bulan, rerata kecukupan protein mencapai 128% AKG. Pada laki-laki, rerata kecukupan protein tertinggi pada kelompok usia 5-12 tahun (117,5% AKG) dan rerata kecukupan protein terendah pada kelompok usia 13-18 tahun (93,5% AKG). Pada perempuan, rerata kecukupan protein tertinggi pada kelompok usia 19-55 tahun (108,6% AKG) dan kecukupan protein terendah pada kelompok usia >55 tahun (88,5% AKG). Di wilayah perkotaan kecukupan protein lebih tinggi dibandingkan di pedesaan. Berdasarkan kuintil indeks kepemilikan, kecukupan protein tertinggi pada kuintil teratas (119,3% AKG).
68
3.5
Asupan Lemak
Rerata asupan lemak penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin dan karakteristik tempat tinggal di Sulawesi Selatan dapat dilihat pada Tabel 3.6.45. Tabel 3.5.45 Rerata asupan lemak penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin, Provinsi Sulawesi Selatan 2014 Asupan Lemak (g) Kelompok Umur
Perkotaan Rerata
0 – 59 bln
Perdesaan SD
Rerata
Perkotaan dan Perdesaan SD
Rerata
SD
39,2
23,7
30,8
23,8
34,0
24,1
5 – 12 thn
57,6
31,9
45,4
30,7
49,5
31,6
13 – 18 thn
63,0
38,1
45,6
38,3
52,1
39,1
19 - 55 thn
57,9
40,3
40,4
34,6
47,3
37,9
>55
41,6
28,8
30,2
25,5
33,7
27,1
5 – 12 thn
60,0
36,9
42,5
29,6
48,5
33,3
13 – 18 thn
61,3
45,6
43,0
32,9
50,1
39,3
19 - 55 thn
47,3
33,9
34,9
30,0
39,7
32,1
>55
31,4
22,7
24,6
22,2
26,7
22,6
Laki laki
Tahun
Perempuan
Tahun
Tabel 3.5.45 menunjukkan bahwa rerata asupan lemak penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin, dan tempat tinggal di Provinsi Sulawesi Selatan, pada kelompok usia 0-59 bulan, rerata asupan lemak di pedesaan (30,8 g) lebih rendah dibandingkan di perkotaan (39,2 g). Pada laki-laki kelompok usia 13-18 tahun dan tinggal di perkotaan, rerata asupan lemak tertinggi (63,0 g) dibandingkan dengan perempuan, kelompok usia di bawah dan di atas 13-18 tahun dan tinggal di pedesaan. Pada perempuan kelompok usia >55 tahun dan tinggal di pedesaan mempunyai rerata asupan lemak terendah (24,6 g).
69
3.6
Asupan karbohidrat
Rerata asupan karbohidrat penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin dan karakteristik tempat tinggal di Sulawesi Selatan dapat dilihat pada Tabel 3.6.46. Tabel 3.6.46 Rerata asupan karbohidrat penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin Provinsi Sulawesi Selatan 2014 Asupan Karbohidrat (g) Kelompok Umur
Perkotaan Rerata
0 – 59 bln
Perdesaan SD
Rerata
Perkotaan dan Perdesaan SD
Rerata
SD
164,8
76,0
152,6
92,0
157,2
86,4
5 – 12 thn
265,9
88,3
255,1
95,9
258,8
93,4
13 – 18 thn
276,5
106,4
286,8
131,3
283,0
122,6
19 - 55 thn
310,4
122,5
328,1
126,7
321,1
125,3
>55
284,0
106,6
287,3
118,7
286,3
115,0
5 – 12 thn
253,2
96,0
237,1
91,9
242,6
93,5
13 – 18 thn
247,0
96,1
230,1
102,9
236,7
100,6
19 - 55 thn
245,5
95,1
256,9
102,7
252,5
100,0
>55
218,0
84,0
214,2
90,2
215,4
88,2
Laki laki
Tahun
Perempuan
Tahun
Tabel 3.6.46 menunjukkan bahwa rerata asupan karbohidrat penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin, dan tempat tinggal di Provinsi Sulawesi Selatan, pada kelompok usia 059 bulan, rerata asupan karbohidrat di pedesaan (152,6 g) lebih rendah dibandingkan di perkotaan (164,8 g). Pada laki-laki kelompok usia 19-55 tahun dan tinggal di pedesaan, rerata asupan karbohidrat tertinggi (328,1 g) dibandingkan dengan perempuan, kelompok usia di bawah dan di atas 19-55 tahun dan tinggal di perkotaan. Pada perempuan kelompok usia >55 tahun dan tinggal di pedesaan mempunyai rerata asupan karbohidrat terendah (214,2 g).
70
3.7 Asupan natrium Rerata asupan natrium penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin dan karakteristik tempat tinggal di Sulawesi Selatan dapat dilihat pada Tabel 3.8.47.
Tabel 3.7.47 Rerata asupan natrium penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin Provinsi Sulawesi Selatan 2014 Asupan Natrium (mg) Kelompok Umur
Perkotaan Rerata
0 – 59 bln
Perdesaan
SD
Rerata
Perkotaan dan Perdesaan SD
Rerata
SD
1.088
862
933
1.078
991
1.003
5 – 12 thn
1.579
1.322
1.606
1.387
1.596
1.364
13 – 18 thn
1.891
1.761
1.787
1.830
1.826
1.804
19 - 55 thn
1.641
1.834
1.319
1.454
1.445
1.621
>55
1.157
993
908
879
986
922
thn
1.782
1.487
1.402
1.277
1.532
1.363
13 – 18 thn
1.956
1.512
1.447
1.526
1.644
1.539
19 - 55 thn
1.303
1.322
1.074
1.113
1.161
1.202
868
674
776
819
805
776
Laki laki
Tahun
Perempuan 5 – 12
>55
Tahun
Tabel 3.7.47 memperlihatkan bahwa rerata asupan natrium penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin, dan tempat tinggal di Provinsi Sulawesi Selatan, pada kelompok usia 0-59 bulan, rerata asupan natrium di pedesaan (933 mg) lebih rendah dibandingkan di perkotaan (1.088 mg). Pada laki-laki kelompok usia 13-18 tahun dan tinggal di perkotaan, rerata asupan natrium tertinggi (1.891 mg) dibandingkan dengan perempuan, kelompok usia di bawah dan di atas 1318 tahun dan tinggal di pedesaan. Pada perempuan kelompok usia >55 tahun dan tinggal di pedesaan mempunyai rerata asupan natrium terendah (776 mg).
71
3.8 Konsumsi gula, garam dan minyak/lemak Rerata konsumsi gula, garam, minyak/lemak pada penduduk usia ≥ 10 tahun menurut karakteristik:kelompok umur, tempat tinggal dan kuintil indeks kepemilikan di Sulawesi Selatan dapat dilihat pada Tabel 3.9.48.
Tabel 3.8.48 Proporsi penduduk mengonsumsi gula, natrium dan lemak, melebihi pesan permenkes nomor 30 tahun 2013 menurut karakteristik, provinsi Sulawesi Selatan 2014 Bahan makanan (%) Karakteristik KelompokUmur 0 – 59 bln 5-12 thn 13 – 18 thn 19 – 55 thn 55 + thn Tempat Tinggal Perkotaan Perdesaan Kuintil indeks Kepemilikan Terbawah Menengah Bawah Menengah Menengah atas Teratas
Gula > 50 gram
Natrium > 2000 mg
Lemak > 67 gram
2,1 1,4 1,0 6,6 7,1
12,9 28,7 30,9 18,4 8,5
8,2 22,2 24,7 18,1 7,8
4,7 5,1
24,6 16,7
26,4 12,5
6,8 4,4
13,0 17,4
6,0 12,1
4,8 4,9 4,5
20,1 18,6 26,2
15,0 21,4 28,5
Tabel 3.8.48 menunjukkan bahwa proporsi penduduk Sulawesi Selatan yang mengonsumsi gula, natrium dan lemak melebihi batas yang ditetapkan Permenkes nomor 30 tahun 2013 tentang AKG yang dianjurkan menurut karakteristik. Proporsi tertinggi konsumsi gula > 50 gram adalah pada kelompok usia 55 tahun ke atas (7,1 %), di wilayah perdesaan (5,1 %), dan pada kuintil terbawah (6,8 %). Sedangkan proporsi terendah konsumsi gula > 50 gram adalah pada kelompok usia 13-18 tahun (1 %), di wilayah perkotaan (4,7 %), dan pada kuintil menengah bawah (4,4 %). Proporsi tertinggi asupan natrium > 2000 mg adalah pada kelompok usia 13-18 tahun (30,9%), di wilayah perkotaan (24,6%), dan pada kuintil teratas (26,2%).Sementara proporsi terendah asupan natrium > 2000 mg adalah pada kelompok usia 55 tahun ke atas (8,5%), di wilayah perdesaan (16,7%), dan pada kuintil terbawah (13%). Proporsi tertinggi asupan lemak > 67 gramadalahpada kelompok usia 13-18 tahun (24,7%), di wilayah perkotaan (26,4%), dan pada kuintil teratas (28,5%). Sedangkan proporsi terendah asupan lemak > 67 gram adalah pada kelompok usia 55 tahun ke atas (7,8%), di wilayah perdesaan (12,5%), dan pada kuintil terbawah (6,0%).
72
3.9 Proporsi penduduk menurut tingkat kecukupan energi Proporsi penduduk defisit dan lebih dari 100 AKG energi menurut karakteristik umur, jenis kelamin, tempat tinggal dan indeks kepemilikan di Sulawesi Selatan dapat dilihat pada Tabel 3.10.49.
Tabel 3.9.49 Proporsi penduduk menurut karakteristik demografi dan status kepemilikan asset,dan menurut tingkat kecukupan asupan energi, provinsi Sulawesi Selatan 2014 Tingkat Kecukupan asupan energi Karakteristik
< 70% AKE
70 - <100% AKE
≥100-<130% AKE
≥130% AKE
Kelompok umur 0 – 59 bln
9,3
50,5
24,4
15,8
thn
31,7
38,6
17,1
12,6
13 – 18 thn
51,1
31,0
13,6
4,4
19 – 55 thn
47,0
33,9
14,2
4,9
55 +
45,0
31,8
16,0
7,2
Laki-laki
42,5
35,4
15,2
7,0
Perempuan
45,5
33,6
15,1
5,8
Perkotaan
39,9
35,1
17,4
7,6
Perdesaan
46,4
34,1
13,8
5,7
Terbawah
53,6
30,0
11,0
5,5
Menengah bawah
47,1
33,4
14,2
5,2
Menengah
44,5
37,6
12,7
5,2
Menengah atas
40,9
34,4
16,6
8,1
Teratas
38,0
35,4
19,2
7,4
5-12
thn
Jenis kelamin
tempat tinggal
Kuintil indeks kepemilikan
Tabel 3.9.49 menunjukkan proporsi penduduk berdasarkan tingkat kecukupan asupan energi menurut karakteristik demografi dan status kepemilikan asset di Provinsi Sulawesi Selatan. Pada tingkat kecukupan asupan energi <70% AKE, proporsi tertinggi pada kelompok umur 1318 tahun sebesar 51,1%, perempuan (45,5%), di perdesaan (46,4%), dan pada kuintil terbawah (53,6%). Sedangkan proporsi terendah pada kelompok umur 0-59 bulan (9,3%), lakilaki (42,5%), di perkotaan (39,9%), dan pada kuintil teratas (38%). Pada tingkat kecukupan energy >=100% - <130% AKE, proporsi tertinggi pada kelompok 0-59 bulan (24,4%), laki-laki (15,2%), di perkotaan (17,4%), dan pada kuintil teratas (19,2%). Sementara proporsi terendah tingkat kecukupan energi>=100% - <130% AKE pada kelompok umur 13-18 tahun (13,6%), perempuan (15,1%), di perdesaan (13,8%), dan pada kuintil terbawah sebesar 11 %. Pada tingkat kecukupan energy >=130% AKE, proporsi tertinggi pada kelompok 0-59 bulan (15,8%),laki-laki (7%), di perkotaan (7,6%), dan pada kuintil menengah atas (8,1%). Sementara proporsi terendah tingkat kecukupan energy >=130% AKE pada kelompok umur 13-18 tahun (4,4%), perempuan (5,8%), di pedesaan (5,7%), dan pada kuintil menengah bawah dan menengah masing-masing sebesar 5,2%.
73
3.10 Proporsi penduduk menurut tingkat kecukupan protein Proporsi penduduk defisit dan lebih dari 100 AKG protein menurut karakteristik umur, jenis kelamin, tempat tinggal dan indeks kepemilikan di Sulawesi Selatan dapat dilihat pada Tabel 3.11.50.
Tabel 3.10.50 Proporsi penduduk menurut karakteristik demografi dan status kepemikian asset,dan menurut tingkat kecukupan asupan protein, provinsi Sulawesi Selatan 2014 Tingkat Kecukupan Asupan Protein Karakteristik
<80% AKP
80-<100% AKP
≥100-<120% AKP
≥120% AKP
Kelompok umur 0 – 59 bln
24,8
10,1
15,1
50,0
5-12
thn
31,0
16,9
15,4
36,7
13 – 18 thn
46,0
19,4
14,2
20,4
19 – 55 thn
28,3
19,2
15,6
36,9
55 +
43,3
17,8
12,5
26,4
Laki-laki
28,8
18,4
15,6
37,2
Perempuan
36,5
18,4
14,3
30,8
Perkotaan
27,0
17,4
14,8
40,8
Perdesaan
36,2
19,0
15,0
29,8
Terbawah
48,7
17,1
11,5
22,7
Menengah bawah
38,5
18,7
15,4
27,4
Menengah
32,6
19,9
16,5
31,0
Menengah atas
27,0
17,1
15,7
40,2
Teratas
23,6
18,9
14,6
42,9
thn
Jenis kelamin
Tempat tinggal
Kuintil indeks kepemilikan
Tabel 3.10.50 menunjukkan proporsi penduduk dengan tingkat kecukupan asupan protein menurut karakteristik demografi dan status kepemilikan asset di Provinsi Sulawesi Selatan. Pada tingkat kecukupan asupan protein <80% AKP, proporsi tertinggi pada kelompok umur 13-18 tahun (46%), perempuan (36,5%), di perdesaan (36,2%), dan pada kuintil terbawah (48,7%). Sedangkan proporsi terendah pada kelompok umur 0-59 bulan (24,8%), laki-laki (28,8%), di perkotaan (27%), dan pada kuintil teratas (23,6%). Pada tingkat kecukupan protein >=100% - <120% AKP, proporsi tertinggi pada kelompok 19-55 tahun (15,6%), laki-laki (15,6%), di perdesaan (15%), dan pada kuintil menengah (16,5%). Sementara proporsi terendah tingkat kecukupan protein >=100% - <120% AKP pada kelompok umur 55 tahun keatas (12,5%), perempuan (14,3%), di perkotaan (14,8%), dan pada kuintil terbawah sebesar 11,5 %. Pada tingkat kecukupan protein >=120% AKP, proporsi tertinggi pada kelompok 0-59 bulan (50%), laki-laki (37,2%), di perkotaan (40,8%), dan pada kuintil teratas (42,9%). Sementara proporsi terendah tingkat kecukupan protein >=120% AKP pada kelompok umur 13-18 tahun (20,4%), perempuan (30,8%), di perdesaan (29,8%), dan pada kuintil terbawah sebesar 22,7%.
74
BAB 4.
KESIMPULAN
1. Pada makanan pokok penduduk Sulawesi Selatan, beras terbanyak dikonsumsi oleh sebagian besar penduduk (98,2%) dengan konsumsi sebesar 223,3 gram per orang per hari diikuti terigu dan olahannya yang dikonsumsi oleh sekitar 56,6 persen penduduk dengan konsumsi sebesar 54,7 gram per orang per hari. 2. Konsumsi protein hewani penduduk Sulawesi Selatan, terbanyak berasal dari kelompok ikan dan olahan, yaitu sebesar 110,5 gram per orang per hari. Disusul oleh kelompok daging dan olahan sebanyak 30,6 gram per orang per hari, dan tiga kelompok lain yang sedikit dikonsumsi, secara berurutan yaitu telur dan olahan sebesar 18,4 gram per orang per hari, susu dan olahan sebanyak 4,5 gram per orang per hari, dan kelompok jeroan sebesar 0,38 gram per orang perhari. 3. Konsumsi sayur dan olahan dan buah-buahan dan olahan penduduk masih kecil yaitu 53,7gram per orang per hari dan 18,4 gram per orang per hari. Dalam kelompok sayur, sayuran hijau dikonsumsi paling banyak (74,5 %) dibandingkan sayur lainnya. Sebaliknya dalam kelompok buah-buahan dan olahan, buah pisang terbanyak dikonsumsi oleh penduduk (17,7%). Konsumsi sayur dan olahan dan buah-buahan dan olahan yang belum memadai berpengaruh terhadap suplai vitamin dan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh. 4. Konsumsi minyak, lemak dan olahan sebesar 24,9 gram per orang per hari, terbanyak dikonsumsi dalam kelompok ini adalah minyak kelapa dan olahan (12,3 gram/orang/hari) dan minyak kelapa sawit dan minyak kelapa(12,1 gram/orang/hari). Minyak kelapa sawit dan minyak kelapa tertinggi dikonsumsi oleh penduduk Sulawesi Selatan (82,2%), menyusul kelapa dan olahannya (26,1%) dan minyak lainnya (9,7%). 5. Konsumsi gula dan konfeksionari penduduk Sulawesi Selatansebesar 16,7 gram per orang per hari, terbanyak dikonsumsi dalam kelompok ini adalah gula putih/gula pasir (14,7 gram/orang/hari). Gula pasir dikonsumsi oleh sebagian besar penduduk (63 %), diikuti oleh coklat dan permen dengan kisaran antara 3,1 sampai 3,5 persen dan terendah sirup (1,6%). 6. Konsumsi kelompok bumbu penduduk Sulawesi Selatan sebesar 13,1 gram per orangper hari, terbanyak dikonsumsi dalam kelompok ini adalah bumbu basah (7,6 gram/orang/hari), menyusul garam (3,7 gram/orang/hari) dan terkecilbahan tambahan (0,05 garam/orang/hari). Garam tertinggi dikonsumsi penduduk (95,6%) diikuti dengan vetsin (74%) dan terendah bahan tambahan (5,5%). 7. Konsumsi minuman serbuk penduduk Sulawesi Selatan sebesar 5,9 gram per orang per hari. Teh instan/daun kering dikonsumsi terbanyak (28 %) diikuti kopi bubuk (25,1%) dan terendah minuman serbuk (2,1%), dengan konsumsi terbanyak adalah kopi bubuk (6,0 gram/orang/hari), menyusul teh instan daun kering (3,9 gram/orang/hari) dan terendah adalah minuman serbuk (1,2 gram/orang/hari). Minuman serbuk sudah dikonsumsi oleh balita (kelompok umur 0-59 bulan), dan konsumsi tertinggi ditemukan pada kelompok 5-12 tahun (6,5%). 8. Konsumsi total kelompok air minum penduduk Sulawesi Selatan 1.379,6 ml per orang per hari. Air minum dikonsumsi terbanyak yaitu oleh 99,4 persen penduduk diikuti minuman cair kemasan pabrikan (14,9%) dan terendahair minum kemasan bermerek (11,2%). 9. Konsumsi kelompok makanan komposit, suplemen termasuk jamu penduduk Sulawesi Selatan amat kecil yaitu dibawah 1,0 gram per orang per hari. 10. Secara provinsi, rerata kecukupan energi per orang per hari tertinggi terlihat pada penduduk kelompok umur 0-59 bulan (103,6 % AKE), diikuti kelompok umur 5-12 tahun
75
(88,2 % AKE), kelompok umur >55 tahun (81,5% AKE), kelompok umur 19-55 tahun (76,4% AKE) dan terendah, kelompok umur 13-18 tahun (71,7% AKE). 11. Secara provinsi kecukupan protein per orang per hari tertinggi terlihat pada kelompok umur 0-59 bulan (128,0% AKP), diikuti kelompok umur 5-12 tahun (117,5% AKP), kelompok umur 19-55 tahun (115,4% AKP), kelompok umur >55 tahun (104,0% AKP) dan terendah kelompok umur 13-18 tahun (93,5% AKP). 12. Secara provinsi, penduduk dengan tingkat kecukupan energi sangat kurang (<70% AKE) berkisar9,3 hingga 51,1 persen dan kecukupan energi melebihi 130 % AKEberkisar 4,4 hingga15,8 persen. 13. Secara provinsi, penduduk dengan tingkat kecukupan protein sangat kurang (<80% AKP) sebesar24,8 - 46 persen dan kecukupan protein normal (>120% AKP) sebesar 20,4 - 50 persen. 14. Secara provinsi, penduduk dengan asupan gula, natrium dan lemak yang melebihi batas yang ditetapkan permenkes nomor 30 tahun 2013 tentang AKG yang dianjurkan adalah berkisar antara 1,0 hingga 30,9 persen.
76
DAFTAR PUSTAKA ATSDR (Agency for Toxic Substances and Disease Registry). 1995. Public Health Statement Polycyclic Aromatic Hydrocarbon. CDC. Tersedia pada [www.atsdr.cdc.gov/ToxProfiles/tp69-c1b.pdf]. Beaglehole R, Bonita R, Horton R, Adams C, Alleyne G, Asaria P, et al. 2011. Priority actions for the non-communicable crisis. Lancet377: 1438-47.
Kementerian Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007: Laporan Nasional. Jakarta: Balitbangkes Kemenkes, 2008.
Djaja S, Irianto J, Mulyono L, Soemantri S. Pola Penyakit Penyebab Kematian di Indonesia: Survei Kesehatan Rumah Tangga 2001. Jakarta: Balitbangkes Depkes, 2002.
Duffey KJ, Gordon-Larsen P, Steffen LM, Jacobs Jr DR, Popkin BM. 2010. Drinking caloric beverages increases the risk of adverse cardiometabolic outcomes in the Coronary Artery Risk Development in Young Adults (CARDIA) Study. Am J Clin Nutr 92: 954-9.
EFSA, 2009. General Principles for the collection of national food consumption data in the view of a pan European dietary survey. EFSA Journal 2009, 7(12): 1435.
IFST (Institute of Food Science and Technology). 3-MCPD and Glycidyl ester. 2014. Tersedia pada [www.ifst.org/science_technology_resources/for_food_professionals/ information_statements/3mcpd/]. Islam MR, Khan I, Hassan SMN, McEvoy M, D‟Este C, Attia J, et al. 2012. Association between type 2 diabetes and chronic arsenic exposure in drinking water: a cross sectional study in Bangladesh. Environ Health. 11: 38-45. Jorhem L. “Chapter 9: Heavy Metals”. In: D‟Mello JPF, editor. 2003. Food Safety: Contaminants and Toxins. Wallingford: CABI Publishing, p. 199-215.
Kementerian Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010: Laporan Nasional. Jakarta: Balitbangkes Kemenkes, 2010.
Larsson SC, Bergkvist L, Wolk A. 2006. Consumption of sugar and sugar-sweetened foods and the risk of pancreatic cancer in a prospective study. Am J Clin Nutr 84: 1171-6.
Montonen J, Järvinen R, Knekt P, Heliövaara M, Reunanen A. 2007. Consumption of sweetened beverages and intakes of fructose and glucose predict type 2 diabetes occurrence. J Nutr 137: 1447-54.
Smith LE, Stoltzfus RJ, Prendergast A. 2012. Food chain mycotoxin exposure, gut health, and impaired growth: a conceptual framework. Adv Nutr 3: 526-31.
77
Soetrisno USS, Atmarita, Jahari AB, Sandjaja, Mudjianto TT, Almasyhuri,et al. 2008. Total Diet Study: Pengembangan di Indonesia. Laporan Akhir Penelitian. Bogor: Puslitbang Gizi dan Makanan Balitbangkes Depkes, 2008.
Takachi R, Inoue M, Shimazu T, Sasazuki S, Ishihara J, Sawada N, et al. 2010. Consumption of sodium and salted foods in relation to cancer and cardiovascular disease: the Japan Public Health Center-based Prospective Study. Am J Clin Nutr 91: 456-64.
Williams JH, Phillips TD, Jolly PE, Stiles JK, Jolly CM, Aggarwal D. 204. Human aflatoxicosis in developing countries: a review of toxicology, exposure, potential health consequences, and interventions. Am J Clin Nutr 80: 1106-22.
World Health Organization (WHO) &Food and Agriculture Organization (FAO) of the United Nations andEuropean Food Safety Authority (EFSA). 2011. Towards a Hormonised Total Diet Study approach: a Guidance document. Geneva: WHO.
Ferraro, P. M., et al. 2013. "Soda and Other Beverages and the Risk of Kidney Stones."Clinical Journal of the American Society of Nephrology.doI: 10.2215/CJN/11661112
Malik, V. S., et al. 2010. "Sugar-sweetened beverages and risk of metabolic syndrome and type 2 diabetes: a meta-analysis." Diabetes Care 33(11): 2477-2483.
Grace Wyshak, Rose E. Frisch, Carbonated beverages, dietary calcium, the dietary calcium/phosphorus ratio, and bone fractures in girls and boys, 1994. Journal of Adolescent Health, Volume 15, Issue 3, May, Pages 210-215, ISSN 1054-139X, http://dx.doi.org/10.1016/1054139X(94)90506-1.
World Health Organization (WHO) &Food and Agriculture Organization (FAO) of the United Nations andEuropean Food Safety Authority (EFSA). 2011. Towards a Hormonised Total Diet Study approach: a Guidance document. Geneva: WHO.
Almatsier Sunita. 2006. Prinsip dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Nyoman Supariasa, Bakri Bachyar, Fajar Ibnu. 2002. Penilaian Status Gizi. ECG, Jakarta.
Gibson Rosalind S. 2006. Principles of Nutritional Assessment. Second Edition.
78
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Surat Izin Etik
79
Lampiran 2 Surat Izin Kementerian Dalam Negri
80
81
Lampiran 3 Rekomendasi Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan
82
83
Lampiran 4 Naskah Penjelasan
NASKAH PENJELASAN
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI akan mengadakan Survei Konsumsi Makanan, Studi DietTotal (SDT) di seluruh wilayah Indonesia yang dimulai bulan Februari sampai dengan Agustus 2014. Dilakukan dua tahap kegiatan yaitu Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI) dan Analisis Cemaran Kimia Makanan. SKMI bertujuan untuk mendapatkan data mengenai konsumsi baik yang ada di rumah tangga maupun individu. Hasil dari riset ini akan didapatkan daftar makanan/minuman yang banyak dikonsumsi oleh individu di Indonesia. Sasaran dari survei ini adalah rumah tangga yang terpilih beserta seluruh anggota rumah tangga. Pengambilan data dilakukanolehtenagapengumpul data yang sudahterlatih. TerhadapkeluargaBapak/Ibu/Sdr/Sdriakandilakukancarawawancaratentang, keterangan diri, keterangan cara pengolahan hidangan dan makanan/minuman yang dikonsumsi oleh masingmasing anggota rumah tangga pada satu hari sebelum wawancaradanmenimbangberatbadan (BB). Manfaat dari survei ini adalah diketahuinya konsumsi makanan Bapak/Ibu/Sdr/Sdri berdasarkan hasilwawancara, dan tidak ada risiko yang ditimbulkan. Wawancara, danpenimbanganBBakanmemerlukanwaktu selama kurang lebih 45 menit/orang, sehingga hal ini cukup menyita waktu Bapak/Ibu/Sdr/Sdri. Oleh karena itu kami akan memberikan kompensasi berupa uang pada tiap rumah tanggasebesar Rp.50.000/RT dan Rp.20.000/orang yang diwawancara. Partisipasi Bapak/Ibu/Sdr/Sdri bersifat sukarela tanpa paksaan dan bila tidak berkenan dapat menolak dan sewaktu-waktu dapat mengundurkan diri tanpa sanksi apapun. Semua informasiwawancaradan pengukuran yang Bapak/Ibu/Sdr/Sdri berikan kepada kami akan dijaga kerahasiaannya dan apabila ada pertanyaan yang terkait survei ini dapat menghubungi : DR. Ir. Dewi Permaesih, M.Kes (HP 08129090334) DR. Astuti Lamid, M.Sc (HP 085282844196) Yuniar Rosmalina, M.Sc (HP 08568603999) DR. Fitrah Ernawati, M.Sc (HP 082110069069) Drs.Almasyhuri, Apt., M.Si (HP 081310650750) DR. Nelis Imaningsih, M.Sc (HP 08121017565) Dinas Kesehatan provinsi Setempat
84
PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)
Saya telah mendapatkan penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai hal yang berkaitan dengan Riset Kesehatan Nasional 2014 Survei Konsumsi MakananIndividu yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Saya memutuskan setuju untuk ikut berpartisipasi dalam riset ini secara sukarela tanpa paksaan. Bila saya inginkan maka saya dapat mengundurkan diri sewaktu-waktu tanpa sanksi apapun.
No. Urut ART
Nama Responden
Nama Saksi*
Tgl/Bln/Thn
Tanda Tangan/Cap JempolDiri Sendiri
Tgl/Bln/Thn
Tanda Tangan/Cap Jempol Wali Sah/Pendamping
Tanda Tangan
Keterangan : Responden yang menandatangani PSP adalah responden yang telah berumur 18 tahun Bagi responden yang berumur kurang dari 18 tahun, PSP ditandatangani oleh wali yang sah *saksi : diluar tim pengumpul data, bisa oran yang mempunyai hubungan keluarga, tetangga atau Ketua RT
85
Lampiran 5 Kuesioner Rumah Tangga
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
CATATAN
97
Lampiran 6 Kuesioner Individu
98
99
100
101
102
103
CATATAN PENGUMPUL DATA KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU RECALL 1 X 24 JAM
104
Lampiran 7
Kontributor
PENGARAH Kepala Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik EDITOR Dr. Djoko Kartono, M.Sc PENYUSUN: dr. Hadjar Siswantoro, MSc. dr. Armaji Kamaludi Syarif Dr. Nurhayati, SKM, MKM Primasari, S.Kep, MKP Kontributor dan Pelaksana Lapangan: Kepala Dinas Kesehatan Provinsi: Dr. dr. H. Rachmat Latief, Sp.PD, M.Kes., FINASIM
Kepala Seksi Gizi, Dinkes Provinsi (PJO Provinsi): Astati Made Amin, S.SiT.,M.Kes
PAL Provinsi: Ahmad Ismail, SKM.,M.Kes.
SAL Provinsi: Manji Lala, S.Gz.,M.Gizi
Koordinator Kabupaten/Kota: Sarianti, S.Si., Apt, Rifai, SKM, Dedy Hardy Hamzah, SKM, M.Kes, Amirullah, SKM.,M.Kes, Hj. Nursyamsi, SKM.,M.Kes, Asmini Yuddin, SKM.M.Si, Magawati Baso,
SKM.M.Si.,,M.Kes.,
Hj.
Rusmawatiah,
SKM.,M.Kes,
A.
Bau
Ratna,
SKM.,M.Kes, H.S Zainuddin, SKM.,M.Kes, Hajerah, SKM, Muriyani, SKM.,M.Kes, Paulina Pumpun, SKM, H. Huslan, S.SiT.,M.Kes, Andi Heriati Zainal, St. Chadijah, SKM, Adriyani, SKM, Tajuddin Kaddaso, SKM.,M.Kes, Mariany Sampe, SKM.,M.Kes, Monica A Buttu, SKM.,MPH, Nurjannah, SKM, Irmalia Syafruddin, SKM, Julaeha Talib, Amd.Keb, Muhammad Ridwan Gus, SKM.,M.Kes.
105
Koster: Primasari, S.Kep, MKP, Sirajudin, SP, Suriani Rauf, Ir. Sukar, DR. Aria Kusuma, Nur Azizah, SKM, Hendrik Edison, S.Si, Drg. Rudi Hendro, M.Kes., Wibowo, SKM, Tamri, SKM, M.Kes, Ir. Sehatman, Meyke Cynthia, SKM.
Enumerator: Ria Qadariah Arief, Muh Kabir Wahab, Dg.Ningai, Ashap Taufik, Achiani Asra, Syamsul Alam, Rosniyastuti Hasim, Dian Permata Sari, Murni, Muh. Ridzal, Yuniar Raslianty J., Susmi Akhriani, Suriyanti, Randa Inka Saputra, Annisa, Andi Tenri Awani, Ferawati Budiman, Muhammad Amin, Sri Sunarti, Rizka Purnama Sari, Nurlina, Rahmat Fijai, Nurlis, Musfirah, Fahmi Hafid, Desti Sagita Putri, Kurnia Yusuf, Jihan Fadillah Arsyad, Susanti, Bakar Sidik, Risdamayanti, Rahmadani Purnama Azis, Wahyuni, Ishak Yunus, Fajriani, Hajirah, Muh. Ridwan Zaini, Raodathul Jannah, Ardiyanti Limpo, Wa Ode Amelia, Fitri Irianti, Sahwin Permadi Yahya, Puspita Sari, Marlina Sari, M.D. Akmal Nasution, Sumarni, Andi Riska Arsyad, Ittang, Nasyithah Usman, Andi Syam Haeru, Andi Purnamasari, Nursyafitri Ramadani, Faradillah Astri Utami, Andi Muhammad Asrul Irawan, Reski Amalia, Hasmirawati Nur, Asni Rahayu, Ahmad, Reski Amalia Umar, Vera Anrina, Harna, Sigit Angriawan, Suryani Mansyur, Indasari, Renny Nursaidah, Hermansyah, Fitri Herman, Nurzakiah, Eka Merdeka Wati Nawir, Asdar H, Marina, Humairah, Nurhikmah, Soleman, Azizah Sudirman, Nurpadilah, Brigitte Sarah Renyoet, Adhyanti, Anita Caroline, Diana Parending, Andi Ade Ula Saswini, Aswat, Andi Musdalifah Tenri Engka, Lisna Yanti,Tanty Rachmawaty, Irwan, St. Maulidia Djuddawi, Rosmiati, Andi Musfirah Usman, Sulfitriadi, Maryatun, Fatimah Zahrah, Burhan, Guruh Amir Putra, Anisa Ishak, Yesiche Marseline, Siti Hardiyanti Ilham, Nurul Fauziah, Bohari, Hermawati, Balfas, Herawati Amin, Musdalifah Dahlan,Asrie Abu, Kridayanti, Desti Cici Pilomangalik, Erna Magga, Kasmir, Irawati, Nikmah, Anugrah Roswita Anggraini, Allauddin, Rina Adriana, Islah H.Ilyas.
106