Buku edisi ke-2: “Bergerak dengan Energi Terbarukan menyajikan:
Energi diwujudkan dalam bentuk pancaran energi berwarna kuning terbuat dari material berlapis emas 18 karat setebal 2 mikron
Kisah Sukses Pengembangan, Penyediaan dan Pemanfaatan Energi Terbarukan” merupakan bacaan inspiratif, menggugah kesadaran kita untuk bertindak dan mengelola kekayaan sumber daya energi sekitar dan memanfaatkan sebesar-besarnya untuk meningkatkan perekonomian masyarakat.
Planet bumi yang mengandung energi yang harus dikelola secara baik diwujudkan dalam bentuk setengah bola dunia berwarna chrome Pada bagian depan landasan mencantumkan nama penerima Penghargaan Energi, jenis penghargaan dan tahun perolehan.
Keteladanan para Penerima Penghargaan Energi Tahun 2013, sebagai perintis, pelopor dan inovator yang telah berhasil memfasilitasi, mengembangkan, mengelola, dan menyediakan energi secara mandiri dan dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar, serta ikut menggerakan tumbuhnya ekonomi kerakyatan. Peran aktif masyarakat dan pemangku kepentingan untuk secara nyata melakukan diversifikasi, konservasi, dan budaya hemat energi secara berkesinambungan, utamanya energi baru terbarukan.
Badan Litbang ESDM, Jalan Ciledug Raya Kav. 109 Jakarta Telp. 021-72798311, Faks. 021-72797968 Email :
[email protected] Websiten : www.litbang.esdm.go.id www.penghargaanenergi.esdm.go.id © 2014
BERGERAK DENGAN ENERGI TERBARUKAN EDISI KEDUA
“PENGHARGAAN ENERGI”
Penerima Penghargaan Energi 2013
Hak cipta © Badan Litbang ESDM, 2014 Cetakan 1, Desember 2014 Pengarah: F.X. Sutijastoto
Kisah Sukses Pengembangan, Penyediaan dan Pemanfaatan Energi Terbarukan
Penanggung Jawab: Yanni Kussuryani
Edisi Kedua
Bergerak dengan
energi
terbarukan CATUR DHARMA ENERGI Tingkatkan Produksi MIGAS Kurangi impor BBM Dorong pengembangan EBT Hemat energi
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ESDM KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA
Penulis: Hermansyah Mufdi ‘ed’ Firdaus I Wayan Lugra Arfi Ikhsan Firmansyah M. Indra Al Irsyad Moris Tanto Imam Prayitno Nandang Jumarudin Umar Dani M. Irsan Emi Yuliarita Dewi Istiyanie Marlin Pandin Herdiana Prasetyaningrum Editor: Islaminur Pempasa Diterbitkan oleh: Badan Litbang ESDM Jalan Ciledug Raya Kav. 109 Jakarta
[email protected] www.litbang.esdm.go.id www.penghargaanenergi.esdm.go.id
Penghargaan Energi Prakarsa 2012
Chevron Geothermal Operations Overview
© 2013 Chevron
1
Kisah Sukses Pengembangan, Penyediaan dan Pemanfaatan Energi Terbarukan
Bergerak dengan
energi
terbarukan
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ESDM KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA
Bergerak dengan Energi Terbarukan Editor Cover/Layout Dicetak oleh Edisi Cetakan
: Islaminur Pempasa : Mufdi ‘ed’ Firdaus : Badan Litbang ESDM : Kedua : Pertama
Hak cipta pada Badan Litbang ESDM, 2014 -----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Data katalog dalam terbitan -----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Hermansyah, dkk. Bergerak dengan Energi Terbarukan Kisah Pengembangan, Penyediaan dan Pemanfaatan Energi Terbarukan oleh Hermansyah, dkk. - Jakarta, Badan Litbang ESDM, 2014 viii, 104h., 21,5 cm
1. Bergerak dengan Energi Terbarukan
2. Judul
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Badan Litbang ESDM, Jalan Ciledug Raya Kav. 109 Jakarta, Telp. 021-72798311, Faks. 021-72797968 Email:
[email protected] Website: www.litbang.esdm.go.id dan www.penghargaanenergi.esdm.go.id
ii
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
“....menggugah kesadaran kita memanfaatkan anugerah sumber energi terbarukan serta mendorong kita memanfaatkan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat...”
Bergerak dengan Energi Terbarukan
|
iii
Kisah Sukses Pengembangan, Penyediaan dan Pemanfaatan Energi Terbarukan di Indonesia ______________________________________
Penerbit : Badan Litbang ESDM Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral ______________________________________
Hak cipta dilindungi oleh undang-undang Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa seizin tertulis dari penerbit. ______________________________________
iv
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
daftar isi 1. 2. 3. 4. 5.
Daftar Isi ........................................................... v Pengantar ................................................ vi Ucapan Terima Kasih ............................... viii Pendahuluan ................................................ ix Ferdinandus Bongga Palulun Tandy vii Oga, Kampungku Mandiri Hutanku Lestari ................................................................ 2 6. Agus Sebayang, Pengelolaan Partisipatif Menjadi Kunci ................... 10 7. I Wayan Nyarke, Menapis Limbah Menjadi Berkah .......................................... 16 8. Sudirman, Kincir Penerang Kebun Kakao ................................................................. 26 9. Supar, Instalasi Pengolahan Limbah Menjadi Sumber Energi ........................ 34 10. Koperasi Agro Niaga Jabung, Olah Limbah Jadi Berkah ................................ 40 11. Koperasi Tuah Sabeena Sejahtera, Mendulang Listrik Dari Air Terjun Suhom .............................................................. 48 12. PT. PJB Unit Pembangkit Gresik, Makin Efisien Setelah Menggunakan Gas ................................... 58 13. Chevron Geothermal Salak (CGS), Inisiatif Hijau Lumbung Energi ......... 66 14. PT. Metropolitan Bayu Industri, Pelopor AC Hemat Energi Indonesia 74 15. Kalimantan Timur, Membangun Lumbung Energi Nasional .................. 80 16. Nusa Tenggara Barat, Potensi dan Aksi Pengembangan EBT .................... 86 17. Sulawesi Selatan, Desa Mandiri dan Elektrifikasi Daerah Terpencil .............. 92 18. Kabupaten Malang, Langkah Terobosan “Kampung Metan” dan “Kuning Emas ............................................... 98 19. Tanjung Jabung Barat, Gigih Memanfaatkan Yang “Terbuang” ..... 106 Bergerak dengan Energi Terbarukan
|
v
Pengantar
MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA
Pengantar Mengikuti kisah demi kisah dalam buku ini, siapapun akan optimis bahwa, asal mau bergeliat mengatasi keterbatasan, maka kata “krisis energi” menjadi tidak relevan lagi. Betapa tidak, alam Indonesia telah dianugerahi berlimpah-ruah materi energi, utamanya energi terbarukan. Indonesia memiliki total potensi panas bumi sekitar 28.910 MW di 300-an titik lokasi. Tenaga hidro, kapasitas terpasangnya baru 7.573 MW dari 75.000-an MW total potensi. Potensi biomassa sekitar 32.654 MW, sementara kapasitas terpasangnya baru 1.700-an MW. Belum lagi potensi tenaga surya, bayu, laut, dan sebagainya. Potensi-potensi itu lantas dibangkitkan dalam banyak rupa. Dalam skala kecil, ada pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH), surya (PLTS), atau bayu (PLTB). Limbah manusia, ternak, dan pakan/tanaman pun diolah menjadi biogas atau biofuel. Untuk skala yang lebih besarnya ada pembangkit listrik tenaga air (PLTA) atau panasbumi (PLTP). Kita tahu pasti bahwa semua itu sebagian besar sudah tergelar di hadapan kita. Tinggal kita mau mengolahnya atau tidak. Kalaupun mau, berani atau tidak. Sayangnya, orang yang memiliki kombinasi antara mau dan berani—”nekad” dan “gila”—tidaklah banyak. Sedemikian rupa sehingga wajarlah jika salut dan hormat saya sampaikan kepada para pionir energi terbarukan di segenap pelosok Tanah Air. Seperti kita sadari, kapasitas pasokan energi nasional kita selalu menjadi isu penting karena keterbatasannya. Isu keterbatasan itu sayangnya belum diimbangi dengan konsumsi yang kian hari kian meningkat tajam. Artinya, sudah seyogianya kita dituntut untuk jauh lebih hemat, efisien, dan juga mengonservasi energi. Pada titik inilah arti penting para perintis energi terbarukan tersebut: menjadi penawar solusi. Alih-alih terdepan dalam pengembangan, mereka adalah inspirator pemberdaya, penggugah, dan juga revitalisator local wisdom masyarakat. Mereka adalah agen peubah dalam transformasi paradigma pengelolaan energi nasional dari energi berbasis fosil ke diversifikasi (dan konservasi-efisiensi) energi, serta dari listrik sebagai penghambat menjadi penggerak pembangunan. vi
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Pengantar Atas ridho Tuhan YME, pada kesemuanyalah nilai kepatutan sebagai penerima “Penghargaan Energi 2013” dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) tersebut kita alamatkan. Jatuh-bangun kegigihan mereka kita dokumentasikan dalam buku “Bergerak dengan Energi Terbarukan: Kisah Sukses Pengembangan, Penyediaan, dan Pemanfaatan Energi Terbarukan”, yang tahun ini merupakan penerbitan edisi kedua. Ditinjau dalam konteks yang lebih luas, keseluruh penerima penghargaan itu sejatinya adalah pendukung pemerintah dalam menyediakan dan menguatkan ketahanan energi bagi rakyat Indonesia. Salah satu sasaran utama dari penguatan ketahanan energi 2015-2019, sebagaimana termaktub dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019, adalah terpenuhinya rasio elektrifikasi hingga 96,6% melalui pendekatan yang adil, tersedia, dan berkesinambungan. Untuk itu, arah kebijakan yang akan ditempuh antara lain dengan meningkatkan peranan energi terbarukan dalam bauran energi dan aksesibilitas energi. Wujud riilnya, memberikan dukungan tarif, penyediaan lahan dan penyederhanaan perizinan untuk mempercepat pengembangan energi terbarukan dalam bauran energi nasional guna mencapai 23% (92 juta TOE) pada 2025 (sesuai target Kebijakan Energi Nasional yang tertuang dalam Peraturan Presiden RI Nomor: 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional). Hari-hari ini KESDM tengah dan telah bergerak cepat menggalang sinergi-koordinasi dengan kementerian/lembaga atau pemangku kepentingan terkait, seperti Badan Pelaksana REDD+, Badan Nasional Pengelola Perbatasan, dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Bersama Badan Pelaksana REDD+, KESDM mendorong elektrifikasi di wilayah-wilayah terdepan/perbatasan dan memanfaatkan lahan terdegradasi untuk mengembangkan energi terbarukan. Bersama BKPM dan kementerian terkait, KESDM membangun Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dalam rangka mempercepat proses perizinan pembangunan infrastruktur energi, khususnya pembangkit listrik. Tantangan kita sekarang adalah, bagaimana mengeskalasi dan mengapitalisasi ikhtiar mulia seperti ini agar tidak mandek pada sekadar penerbitan buku, anugerah penghargaan, serta seremoni-seremoni lainnya. Pemanfaatan energi terbarukan serta pelaksanaan efisiensi dan konservasi energi harus bisa menjadi gaya hidup kita semua. la adalah keniscayaan, sehingga harus dimulai sejak dini. la harus menjadi virus yang mampu menjangkiti masyarakat secara lebih luas-massif. Dengan demikian, kami, pemerintah, pun secara otomatis akan terpacu untuk mengimbanginya dan mengubah kecenderungan paradigma kerja birokrasi selama ini: dari tabiat menunggu menjadi menjemput.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Sudirman Said Bergerak dengan Energi Terbarukan
| vii
Ucapan Terima Kasih
Ucapan Terima Kasih Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mengucapkan terima kasih kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral yang telah memberikan kepercayaan kepada kami untuk menjadi Ketua Panitia Pelaksana Penghargaan Energi Tahun 2013. Ucapan terimakasih dan apresiasi setinggi-tingginya juga kami sampaikan kepada Panitia Pelaksana dan Tim Teknis Penghargaan Energi Tahun 2013. Berkat kerja keras seluruh panitia dan tim teknis, kegiatan ini – mulai dari sosialisasi, penjaringan, seleksi dan evaluasi administrasi calon penerima hingga berlangsungnya Malam Penganugerahan Penghargaan Energi Ketiga Tahun 2013 di The Dharmawangsa Jakarta, 22 Oktober 2013 – terselenggara dengan baik. Penghargaan yang tulus dan ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Dewan Juri Penghargaan Energi 2013, Ir. Herman Afif Kusumo (Ketua), Rachmat Gobel (Wakil Ketua), Sammy Hamzah (Sekretaris), dan para anggota Dewan Juri, Dr. Ir. Surya Darma MBA, Prof. Dr. Hotman Siahaan, Prof. Dr. Ir. Widodo Wahyu Purwanto DEA, Anton S. Wahjosoedibjo, Sandiaga Salahuddin Uno, dan Prof. Ir. Rinaldy Dalimi, M.Sc, Ph.D. Melalui sidang-sidang pada malam hari, proses penilaian sejak calon yang masuk hingga terpilihnya para Penerima Penghargaan Energi 2013 dilaksanakan. Terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada seluruh peserta Penghargaan Energi 2013. Lebih dari sekadar berpartisipasi, para peserta telah memberi inspirasi, perhatian dan jerih payah dalam penguatan budidaya penganekaragaman (diversifikasi) dan konservasi energi. Kepada para Penulis dan Penyunting, Islaminur ‘Kang Ipe’ Pempasa, kami ucapkan terima kasih atas kontribusinya baik pada saat penulisan, penyuntingan, revisi hingga terbitnya buku ini. Terimakasih dan rasa hormat juga kami sampaikan kepada semua pihak yang turut berkontribusi dan memberikan saran serta masukan, sehingga buku ini ada di tangan kita semua.
Panitia Pelaksana Penghargaan Energi Tahun 2013
viii
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Pendahuluan
Pendahuluan
E
nergi merupakan kebutuhan esensial dan mempunyai peran sangat penting dalam meningkatkan kesejahteraan. Saat ini kebutuhan energi di negara kita sebagian besar dipenuhi dari sumber energi fosil tidak terbarukan, khususnya minyak bumi. Namun, dari tahun ke tahun, cadangan minyak bumi menipis. Sementara kebutuhan energi di Indonesia meningkat, ditambah dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk yang mendorong konsumsi energi sektor rumah tangga juga semakin tinggi. Kondisi ini tentu memerlukan pengeloaan energi secara berkelanjutan dan berkesinambungan. Pemerintah, industri dan masyarakat selayaknya beriringan mengelola energi, khususnya energi terbarukan dalam mencapai kemandirian energi yang ramah lingkungan. Potensi energi terbarukan di Indonesia berupa panas bumi, angin, arus gelombang, surya, biomassa, mikrohidro, dan biogas belum banyak dimanfaatkan. Jika dikelola dengan baik, pemanfaatan energi terbarukan melalui teknologi sederhana akan bermanfaat bagi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan energi dengan harga terjangkau dan ramah lingkungan. Fakta menunjukkan, keberhasilan pengelolaan energi terbarukan mendorong terciptanya kemandirian energi sekaligus kesadaran masyarakat menjaga kelestarian lingkungan, mengingat keberlanjutan suplai
energi terbarukan bergantung dari keberlanjutan proses alam. Semua ini sejalan dengan kebijakan energi nasional yaitu pengelolaan energi berdasarkan prinsip berkeadilan, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan. Menjaga lingkungan dan melestarikan alam Ketersediaan energi baru terbarukan, seperti sumber daya air mampu menghilangkan ketergantungan terhadap bahan bakar minyak. “Kampungku Mandiri Hutanku Lestari” adalah bukti nyata dari ide besar Ferdinandus mewujudkan itu. Melalui kegiatan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidronya, selain mendapat energi listrik, kelestarian sumber air dan hutan pun terjaga. Di Bangli, Provinsi Bali, dilandasi filosofi “Jengah”, I Wayan Nyarke membuat digester biogas. Limbah kotoran ternak yang tadinya mengeluarkan bau sangat tidak sedap dan mencemari lingkungan diubahnya menjadi energi. Aktivitas dua Penerima Penghargaan Energi 2013 ini, selain menghasilkan energi listrik dan gas, juga secara tidak langsung melestarikan alam dan lingkungan. Hal ini jualah yang dilakukan Pak Supar dengan memanfaatkan air limbah industri pengolahan tapioka miliknya di Desa Bangun Sari, Kabupaten Pesawaran, Lampung. Awalnya pada 2008, Bergerak dengan Energi Terbarukan
|
ix
Pendahuluan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dan Universitas Negeri Lampung melakukan penelitian untuk mengubah limbah pengolahan tapioka menjadi biogas di daerahnya. Biogas hasil penelitian ini asalnya dirancang hanya untuk mensuplai biogas warga di sekitar pabriknya untuk keperluan memasak. Berkat inovasi yang dilakukan Pak Supar, biogas limbah tapioka kemudian mampu mensuplai kebutuhan energi pabrik pengolahan jagung menjadi tepung maizena dengan mengadopsi sistem Cover Lagoon Anaerobic Reactor (CoLAR). Inovatif dan kreatif Selain tiga contoh inovasi tersebut, dikisahkan bagaimana inovasi dan kreativitas lahir dari pengalaman sehari-hari dan kendala yang dihadapi. Ferdinandus memodifikasi bagian turbin yang selama ini sering menjadi kendala pengoperasian PLTMH. Agar peralatan lebih awet dan mempermudah pemeliharaan turbin, ia menambahkan piringan (disk) pada kedua pinggir luar side disk runner. Rekayasa teknologi ini membuat turbin jarang sekali mengalami masalah atau kerusakan. Sudirman, memperoleh ide kreatif membangun pembangkit listrik kincir air akibat kondisi malam yang gelap gulita tanpa penerangan di kampungnya. Mesin diesel yang dibelinya, ternyata tidak banyak menolong, karena sangat menguras uang ketika dioperasikan. Usai bekerja di kebun kakaonya, Sudirman beristirahat sambil x
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
duduk di pinggir sungai. Ia termenung dan berpikir, “Mungkinkah aliran sungai ini dapat membuat listrik dari air?” Terdorong pikiran itu, ia melakukan eksperimen kecil-kecilan yang lebih sering gagal karena terbentur modal. Namun, upaya kerasnya berbuah hasil, sampai akhirnya ia dapat membangun sebuah pembangkit listrik. Awalnya pembangkit listrik kincir air miliknya hanya berkapasitas 3 kilowatt, sebelum berkembang menjadi 5 unit dengan kapasitas 56 kWh. Berkat suplai listrik dari kincir tersebut, sudah banyak manfaat dirasakan masyarakat setempat. Meski masih bersifat skala kecil dengan pembuatan yang sangat sederhana, namun terbukti telah mampu memberi harapan penghidupan yang lebih baik. Partisipatif dan mendorong tumbuhnya ekonomi kerakyatan Dalam proses dan pengelolaan energi alternatif, keterlibatan dan peran serta masyarakat, menjadi kunci keberhasilan. Oleh karena itu, masyarakat harus benarbenar dilibatkan dalam merencanakan, memutuskan, dan mengelola sumber daya lokal yang dimiliki melalui tindakan bersama dan networking. Hingga pada akhirnya mereka memiliki kemampuan untuk menjadikan desa mandiri energi. Hal inilah yang digagas Agus Sebayang dalam model “Pengelolaan Partisipatif” yang menjadi kunci keberlangsungan PLTMH yang dibangunnya. Pria kelahiran Medan, Sumatera Utara ini melibatkan perempuan desa dalam mengelola PLTMH.
Pendahuluan Para perempuan terlibat langsung mulai dari musyawarah hingga pengumpulan material lokal, membersihkan lokasi, serta pekerjaan konstruksi PLTMH. Energi listrik yang dihasilkan kemudian mendorong tumbuhnya industri lokal setempat, seperti pengeringan coklat dan kemiri, bengkel sepeda motor, dan bentuk usaha lainnya. Dari sisi peningkatan pendidikan yang dinikmati oleh masyarakat adalah meningkatnya aktivitas belajar anak-anak pada malam hari, sekaligus menunjang penggunaan sarana pendidikan. Dalam skala organisasi, Koperasi Agro Niaga (KAN) Jabung memfasilitasi pembangunan sebanyak 505 unit Reaktor Biogas bagi 631 kepala keluarga di Desa Kemiri, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang. Untuk menjaga keberlangsungan unit biogas yang telah dibangun, KAN Jabung juga melakukan berbagai kegiatan, seperti penyuluhan, bimbingan dan monitoring. Buku ini juga menceritakan peran serta industri nasional dan daerah dalam mendukung dan menciptakan kemandirian dan ketahanan energi nasional. Melalui kebijakan ekonomi kerakyatan, pemerintah berupaya memperluas akses energi untuk masyarakat melalui pengelolaan dan pengusahaan energi terbarukan di seluruh Indonesia, sekaligus mendorong para pemangku kepentingan untuk berkontribusi dalam pengembangan energi terbarukan.
Penghargaan diberikan kepada Chevron Geothermal Salak, Ltd (CGS), sebagai salah satu operator pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) terbesar di Indonesia. CGS telah mempelopori program konservasi dan peningkatan efisiensi energi dengan total penghematan energi sebesar 36,2 MW, serta turut meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar dengan menyerap sebanyak 1.300 tenaga kerja lokal. Upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi dan Kabupaten dalam pengembangan, penyediaan dan pemanfaatan energi dengan prinsip Konservasi Energi dan Diversifikasi Energi melalui kebijakan dan regulasi pun patut diapresiasi. Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat mampu memanfaatkan gas flare yang biasanya terbuang percuma. Pemerintah Kabupaten Malang menerapkan berbagai instrumen kebijakan dan peraturan daerah, terutama melalui program ketahanan dan kemandirian energi untuk desa di wilayahnya dengan memanfaatkan gas metana dari TPA dan biogas kotoran ternak. Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan Program Bumi Sejuta Sapi (BSS) mendorong tumbuhnya biogas rumah tangga (BIRU). Partisipasi masyarakat, industri dan pemerintah menggerakkan pengelolaan energi baru dan terbarukan telah ikut mendorong kesadaran menjaga lingkungan dan tumbuhnya ekonomi kerakyatan.* Bergerak dengan Energi Terbarukan
|
xi
Penghargaan Energi Prakarsa 2012
xii
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Penghargaan Energi Prakarsa 2012
Sebagian wilayah Kabupaten Tana Toraja dengan karakteristik bukit dan gunung dengan tingkat vegetasi cukup terjaga, dan air cukup melimpah sepanjang tahun, menginspirasi ia untuk memanfaatkan potensi sumber daya air sebagai sumber energi bagi pemukiman masyarakat yang terpencar dan membentuk kelompokkelompok kecil itu. Bergerak dengan Energi Terbarukan
|
1
Penghargaan Energi Prakarsa
Ferdinandus Bongga Palulun Tandy Oga
Kampungku Mandiri Hutanku Lestari SEBAGIAN wilayah Kabupaten Tana Toraja memiliki karakteristik bukit dan gunung. Pemukiman masyarakat di wilayah tersebut terpencar dan membentuk kelompok-kelompok kecil pemukiman. Sementara prasarana jaringan listrik dari Perusahaan Listrik Negara masih sangat terbatas dan tidak menjangkau ke seluruh wilayah.
Untungnya, bukit dan gunung tersebut masih mempunyai tingkat vegetasi atau tutupan pohon cukup terjaga, sehingga air cukup melimpah sepanjang tahun. Kelebihan ini menginspirasi Ferdinandus Bongga Palulun Tandy Oga memanfaatkan potensi sumber daya air sebagai sumber energi terbarukan melalui pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH).
Ferdinandus B.P. Tandy Oga
2
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Penghargaan Energi Prakarsa malam hari, dan wilayah pedesaan semakin terang. Tak kalah pentingnya adalah masyarakat dapat mengakses berbagai teknologi informasi lewat televisi atau internet, misalnya informasi teknologi di bidang pertanian, peternakan, perikanan.
Sejak 1995, Sarjana Agronomi ini aktif mempromosikan, memperkenalkan dan membangun PLTMH ramah lingkungan dari sumber energi baru terbarukan (EBT). Kemudian, pada kurun 1996 hingga 1999, Ferdinandus bergabung dalam tenaga teknis Yayasan Turbin Desa Sulselra. Yayasan ini bergerak memberikan pelayanan teknis dan pembangunan PLTMH di desanya. Tahun 1999 merupakan babak baru baginya, dengan mulai menularkan pembangunan PLTMH khususnya di Pulau Sulawesi. Melalui program Pengembangan Kecamatan (PPK) Saluputti Kabupaten Tana Toraja, ia mencoba membangun tiga unit PLTMH di Desa Bettuang dan Desa Malimbong. Informasi keberhasilan pembangunan dua PLTMH tersebut, dalam waktu singkat menyebar ke desa sekitar. Bahkan sampai kabupaten maupun provinsi tetangga. Dampak semakin berkembangnya pemanfaatan PLTMH di pedesaan adalah kemajuan perekonomian masyarakat. Aktivitas masyarakat semakin panjang di malam hari, anak-anak bisa belajar di
Pada siang hari energi dimanfaatkan untuk penggerak alat-alat produktif end use berupa huller padi, perontok padi, gilingan tepung/kopi, pertukangan kayu, mesin jahit. Industri kecil dan industri rumah tangga yang pada umumnya dilakukan kaum perempuan, misalnya menenun, membuat kue dan lain-lain bahkan mendorong masyarakat dan kelompok kerja, diantaranya pertukangan kayu, pandai besi, bengkel motor turut bertumbuh. Ketersediaan energi baru terbarukan dari sumber daya air ini, secara otomatis telah ikut melestarikan sumber air, melestarikan alam secara umum, serta menghilangkan ketergantungan kebutuhan energi khususnya bahan bakar minyak yang selama ini disubsidi oleh pemerintah.
Pemasangan turbin PLTMH di lokasi
Bergerak dengan Energi Terbarukan
|
3
Penghargaan Energi Prakarsa Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Utara. Ia juga dapat diajak berkonsultasi mengenai perencanaan PLTMH dan menjadi narasumber dan pemateri Pelatihan Pengelola dan Operator PLTMH pada program Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Dinas Pertambangan dan Energi. Inovasi Turbin Salah satu PLTMH yang siap commissioning
Kini, Ferdinandus terus disibukkan dengan kegiatan memfasilitasi masyarakat melaksanakan pembangunan dan pengembangan PLTMH di lima provinsi, yaitu Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat,
Selain membangun PLTMH, Ferdinandus juga mengembangkan manufaktur turbin. Inovasi dan rekayasa teknologi diperolehnya dari hasil berbagai pelatihan ketrampilan yang pernah diikuti di bidang PLTMH di tingkat nasional maupun lokal.
Bengkel manufaktur turbin kelompok multiguna
4
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Penghargaan Energi Prakarsa Dengan peralatan bengkel yang serba terbatas, Ferdinandus dibantu tenaga setempat telah menghasilkan 124 unit terpasang. Kapasitas produknya sebesar 1,565 MW dan total kapasitas unit terpasang sebesar 2,221 MW. Produk yang dihasilkan tersebut telah dimanfaatkan sebanyak 10.686 rumah. Bengkel yang ada dikelola sendiri dengan fokus memproduksi turbin PLTMH, perbaikan dan pemeliharaan serta penyediaan alatalat suku cadang turbin Kemanfaatan yang dirasakan masyarakat membuat Ferdinandus semakin dikenal luas dan membuat ia kewalahan memenuhi permintaan pembangunan PLTMH. Kendala yang dihadapi adalah peralatan yang masih sederhana serta sumber daya manusia yang masih terbatas. Tahapan-tahapan kegiatan dalam pembangunan PLTMH dimulai dari survei, sosialisasi, desain dan RAB, pembuatan turbin, pemasangan, pelatihan pengelola dan operator PLTMH, serta commissioning. Semua itu hingga saat ini masih terus dikerjakan Ferdinandus. Dalam melaksanakan kegiatan khususnya survei potensi, ia masih menggunakan alat-alat manual yang sederhana. Ia menggunakan alat pelampung dan stop watch untuk mengukur debit air, slang waterpass untuk ketinggian jatuh air, meteran gulung untuk mengukur panjang saluran dan panjang untuk bentangan kabel transmisi/distribusi.
Sedangkan untuk kegiatan pembuatan mekanikal turbin dan transmisi serta komponen pelengkap elektrikal, ia juga menggunakan alat milik sendiri yang masih sederhana seperti mesin bubut horizontal, travo welding, las karbit, bor, gurinda, air compressor, dan toolskit. Kelebihan inovasi Ferdinandus dalam rekayasa teknologi yaitu dengan melakukan modifikasi pada bagian turbin yang selama ini sering menjadi kendala pengoperasian. Agar peralatan lebih awet dan mempermudah pemeliharaan turbin, ia menambahkan piringan (disk) pada kedua pinggir luar side disk runner. Hal ini dilakukan untuk lebih melindungi bearing yang terkena air sehingga umur pemakaian beraing lebih awet. Lubang bagian atas housing juga dibuat untuk lebih memudahkan mengambil benda-benda lain yang masuk ke dalam turbin dan runner karena tanpa harus membongkar turbin. Rekayasa teknologi inilah yang membuat turbin jarang sekali menimbulkan masalah/kerusakan.
Kegiatan pembuatan turbin di bengkel kelompok multi guna
Bergerak dengan Energi Terbarukan
|
5
Penghargaan Energi Prakarsa
Bengkel manufaktur turbin kelompok multi guna
Kampungku Mandiri Hutanku Lestari Untuk lebih memajukan pengembangan PLTMH di Sulawesi Selatan dan sekitarnya, masih sangat dibutuhkan fasilitas-fasilitas pendukung pembuatan, pemeliharaan dan penyediaan suku cadang turbin. Kelengkapan alat-alat bengkel dan pendampingan alih teknologi diperlukan untuk dapat memproduksi berbagai jenis dan tipe turbin skala piko maupun mikro. Selain dapat meningkatkan efisiensi daya, waktu, dan biaya pembangunan PLTMH di kemudian hari, hal ini dapat menghilangkan ketergantungan dari luar akan pembuatan dan pengembangan turbin, pengendali beban PLTMH.
6
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Pengembangan PLTMH di Indonesia mempunyai prospek yang cukup baik, mengingat masih banyak terdapat pemukiman penduduk yang terpencil dan rasio elektrifikasi rendah. Dan, Ferdinandus siap membantu memecahkan masalah tersebut, dengan melakukan sosialisasi, survei, desain, pengorganisasian, dalam rangka mendorong memanfaatan PLTMH. Cita-cita luhur seorang anak kampung Toraja ini dalam mengembangkan energi baru terbarukan melalui PLTMH adalah “kampungku mandiri hutanku lestari”. (UD)
Penghargaan Energi Prakarsa
Pemrakarsa, motivator dan berkomitmen tinggi dengan mewujudkan 124 Unit PLTMH berkapasitas 1.565 kW yang mampu melistriki 10.686 KK sekaligus mengelola bengkel turbin secara berkelanjutan selama 18 tahun di Pulau Sulawesi, sehingga berdampak besar terhadap perekonomian masyarakat sekitar seperti usaha penggilingan padi, pengolahan kopi, pertukangan kayu, dan meningkatnya kesadaran masyarakat sekitar dalam pemanfaatan energi terbarukan serta menjaga kelestarian sumber daya air.
Bergerak dengan Energi Terbarukan
|
7
Penghargaan Energi Prakarsa 2012
8
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Penghargaan Energi Prakarsa 2012
Masalah utama untuk pembangunan PLTMH bukan sekadar alat, teknologi dan uang. Tetapi hal yang juga penting menjadi kunci adalah keterlibatan dan peran serta masyarakat, terutama pendekatan kepada tokoh masyarakat. Bahkan membangun konstruksi sampai mengurus PLTMH pun ikut melibatkan para perempuan desa.
Bergerak dengan Energi Terbarukan
|
9
Penghargaan Penghargaan Energi Energi Prakarsa Prakarsa 2012
Agus Sebayang
Pengelolaan Partisipatif Menjadi Kunci SEJAK awal, Agus Sebayang meyakini maju mundurnya masa depan dunia tergantung pada ketersediaan energi. Apalagi bagi penduduk desa, energi mampu mengubah tatanan kehidupan untuk menjadi lebih baik di masa depan, mulai dari penghidupan, tingkat pendidikan, pengetahuan, maupun tingkat budaya dan sosial-kemasyarakatan. Di sisi lain, pria kelahiran Medan, 52 tahu lalu ini melihat masih banyaknya pedesaan yang belum teraliri listrik. Padahal desadesa di sepanjang pegunungan Bukit Barisan kaya sumber daya air. Besarnya potensi sumber daya air tersebut membuat lulusan Teknik Sipil Politeknik Medan tersebut melirik pembangkit listrik mikro hidro sebagai jawabannya. Setelah lulus dari Politeknik, ia melanjutkan studi pada jurusan Pembangunan Infrastruktur Air di Universitas Nommensen Medan. Mulai tahun 1986 aktif di bidang Micro Hydro Power (MHP) Bagian Pengembangan GBKP Sumatra Utara. Kemudian pada 1993, Agus mendapat kesempatan mengikuti Training Course MHP di Swiss. Pada 1996, alumni Universitas Sumatera Utara dan Universitas Nomensen ini, mulai terjun menekuni rekayasa turbin jenis cross flow kapasitas 10 KW hingga 70 KW.
10
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Pada awalnya pengetahuan tentang mikro hidro diperoleh melalui pelatihan menggunakan turbin jenis cross flow tipe 7. Inovasi terus dilakukan mulai dari turbin cross flow type 7 sampai sekarang sudah generasi cross flow tipe 12. Perubahan mendasar dari setiap tipe adalah pengembangan teknologi peningkatan ketahanan dan efisiensi. Tipe 7 memiliki efisiensi 40% sedangkan tipe 12 sudah memiliki efisiensi 80% sampai 85%.
Penghargaan Energi Prakarsa
Alat Kontrol PLTMH
Setiap tahun, ayah dari dua putri ini ratarata menghasilkan 5 unit produk cross flow turbin. Sampai sekarang sudah diproduksi sebanyak 47 unit. Sebanyak 40 unit di antaranya terpasang dengan kapasitas listrik 1.450 KW. Energi listrik baru dan terbarukan ini dimanfaatkan oleh 2.500 kepala keluarga masyarakat desa Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Aceh.
dari proses pembangunan sampai pengelolaan perlu pelibatan dan peran serta masyarakat, terutama pendekatan kepada tokoh masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat benar-benar dilibatkan dalam merencanakan, memutuskan, dan mengelola sumber daya lokal yang dimiliki melalui tindakan bersama dan networking. Hingga pada akhirnya mereka memiliki kemampuan untuk menjadikan desa mandiri energi. Keunikan yang disampaikan oleh pria pekerja keras ini adalah bagaimana keterlibatan perempuan desa dalam proses membangun dan mengurus PLTMH desa. Para perempuan terlibat langsung mulai dari musyawarah hingga pelaksanaan pembangunan. Mereka ikut serta dalam pengumpulan material lokal, membersihkan lokasi, serta pekerjaan konstruksi dari PLTMH.
Selain membangun turbin jenis cross flow, ia juga mampu mendesain dan membangun konstruksi sipil, mulai dari bendungan sampai bak pengendap dan penenang, serta pipa pesat (penstock). Anggaran yang digunakan untuk pembangunan mikro hidro bersumber dari APBN Kementerian ESDM, PNPM Pemerintah Daerah, dan hibah dari CSR PLN, Lutheran World Relief Amerika, dan EED Jerman. Pengelolaan Partisipatif Namun, Agus menyadari bahwa masalah utama untuk pembangunan PLTMH bukan sekadar alat dan teknologi. Mulai Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 11
Penghargaan Energi Prakarsa yang diperoleh selain untuk membayar operator dan perawatan PLTHM dapat juga dimanfaatkan oleh masyarakat untuk keperluan membeli pupuk tanaman dan bibit tanaman pertanian. Dana tersebut juga digunakan untuk simpan pinjam masyarakat desa.
Mesin turbin PLTMH
Dampak yang paling signifikan dari kehadiran mikro hidro ini adalah meningkatnya kehidupan sosial dan kesejahteraan warga desa, serta kepedulian masyarakat terhadap kelestarian lingkungan. Energi listrik yang dihasilkan mendorong tumbuhnya industri, seperti pengeringan coklat dan kemiri, bengkel sepeda motor, dan bentuk usaha lainnya. Dari sisi peningkatan pendidikan yang dinikmati oleh masyarakat adalah meningkatnya aktivitas belajar anak-anak pada malam hari, sekaligus menunjang penggunaan sarana pendidikan (komputer). Salah satu contoh pemanfaatan energi listrik PLTMH di Guntung Malaha di Kabupaten Asahan untuk memompa air minum ke desa pada siang hari. Masyarakat desa membayar ke kas PLTMH untuk air yang digunakan dengan tarif yang sudah dimusyawarahkan oleh masyarakat desa tersebut. Sementara, pengumpulan tarif listrik sekitar Rp 30.000-Rp 40.000/bulan/ KK disimpan di Koperasi Desa. Iuran 12
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Dengan konsep tersebut, PLTMH yang dibangun tidak sekadar menjadi sumber energi bagi masyarakat. Tetapi, yang paling utama adalah tumbuhnya kesadaran masyarakat sekitar untuk bergotong royong memelihara kondisi lingkungan di sepanjang sungai dan hutan sekitarnya, sehingga sumber air secara kontinu tetap tersedia sepanjang musim.
Dua Harapan Penerima Penghargaan Energi Prakarsa ini berharap Pemerintah maupun pemangku kepentingan lain untuk meningkatkan dan melanjutkan pembangunan PLTMH di desa-desa yang belum teraliri listrik. Hal ini dapat terlaksana apabila ada dukungan dari pemerintah daerah dan
Penghargaan Energi Prakarsa pusat berupa kebijakan, pendanaan untuk pembangunan PLTMH, termasuk peningkatan kemampuan perbengkelan. Setidaknya, ada dua harapan masyarakat terkait PLTMH. Kelompok pertama berharap agar desa yang sudah mendapatkan listrik dari PLTMH tidak padam kembali. Mereka khawatir beberapa MHP yang sudah beroperasi sekitar 20 tahun tidak berjalan akibat mengalami kerusakan. Secara teknis menurut Agus, banyak perangkat yang sudah mengalami penurunan, sehingga efisiensinya
menurun hingga mencapai sekitar 60%. Kemampuan masyarakat sangat terbatas untuk membiayai penggantian. Namun, jika tidak ada uluran tangan pemerintah atau donatur, masyarakat tinggal menunggu waktu kembali mempergunakan BBM dan kayu bakar. Sedangkan kelompok kedua adalah masyarakat yang desanya sama sekali belum ada listrik. Mereka sangat berharap dibangun PLTMH seperti desa tetangganya yang sudah menikmati terangnya listrik. (NJ)
Pemrakarsa, penggerak, dan berkomitmen tinggi dengan mewujudkan 55 Unit PLTMH berkapasitas 1.450 kW bagi 2.500 KK selama 25 tahun, sebagai hasil inovasi sendiri di Provinsi Sumatera Utara, sehingga berdampak besar terhadap perekonomian masyarakat sekitar, seperti usaha bengkel sepeda motor, sumur pompa, pengering coklat, dan peningkatan wawasan masyarakat sekitar terhadap pelestarian kawasan hutan lindung.
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 13
Penghargaan Energi Prakarsa 2012
14
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Penghargaan Energi Prakarsa 2012
Umumnya manusia jijik melihat kotoran hewan. Selama kotoran hewan tersebut dibenci, akan terus menjadi masalah bagi manusia dan lingkungan. Namun bila diterima dan dikelola dengan baik, akan mendatangkan rejeki. Dengan filosofi ‘jengah’ mampu mengatasi limbah kotoran ternak yang mencemari lingkungan Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 15
Penghargaan Energi Prakarsa
I Wayan Nyarke
Menapis Limbah Menjadi Berkah “JENGAH” adalah ungkapan Bahasa Bali yang artinya terpacu. Ungkapan tersebut merasuki jiwa I Wayan Nyarke (47 tahun) dari Dusun Delod Umah, Desa Pengotan, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali. Sebagai seorang petani dan juga peternak, ia selalu dipusingkan keluhan tetangga soal limbah kotoran ternak yang mencemari lingkungan.
16
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Kegelisahan terus melanda sampai suatu hari, ia menonton siaran televisi lokal. Materi “Pebligbagan” atau pembahasan di televisi tersebut adalah bagaimana memanfaatkan biogas dari kotoran ternak. “Inilah informasi yang saya butuhkan,” kata Pak Nyarke dalam hati. Esok harinya Pak Nyarke mendatangi sebuah yayasan di Denpasar, salah satu narasumber acara “pebligbagan” tersebut.
Penghargaan Energi Prakarsa Perjalanan selama 2,5 jam dari kampung ke Denpasar menjadi tidak sia-sia, karena membuahkan hasil yang sangat menggembirakan. Di samping mendapatkan bimbingan cara mengolah limbah ternak, ia juga mendapatkan bantuan digester fiberglass dengan kapasitas 4 meter kubik dengan taksiran harga belasan juta rupiah. Namun kegembiraan Pak Nyarke tidak berlangsung lama, karena setelah digunakan selama kurang lebih satu bulan digester tersebut tidak lagi berfungsi dengan baik. Terjadi penyumbatan pada outlet dan juga produksi gas sangat kecil. Hal ini membuat Pak Nyarke kembali memutar otak, bagaimana membuat digester murah, berkapasitas besar dan sesuai dengan karakteristik kotoran ternaknya. Dengan “jengah”, ia terus menggali infomasi, baik melalui bertanya kepada para ahli, menghadiri seminar seraya terus melakukan percobaan. Setelah
Proses pembuatan digester
Digester kapasitas 12m2
sekian lama, akhirnya ia berhasil membuat digester berkapasitas 10-12m3 yang menghabiskan biaya sekitar Rp. 5.000.000,(lima juta rupiah) termasuk pemipaan dan kompor gas. Teknologi yang digunakan cukup sederhana seperti penggalian lubang di tanah sesuai dengan kebutuhan volume yang diinginkan dan penyambungan pipa pipa instalasi biogas. Bila tekstur tanahnya bagus maka langsung diplester. Namun bila tekstur tanahnya gembur dilakukan penembokan dengan sisa material bangunan yang tidak berguna. Pembuatan kubah juga menggunakan karung bekas pakan ternak dan serbuk gergaji kayu dengan campuran khusus. Bahan untuk pembuatan digester adalah pasir, semen, limbah batu padas, limbah batako, serbuk gergaji kayu, karung bekas pakan ternak, pipa, bambu, papan, kayu kaso. Untuk peternakan sekitar 200 ekor luas tanah yang dibutuhkan tanah seluas
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 17
Penghargaan Energi Prakarsa biaya jasa, kecuali biaya transportasi ke lokasi tempat pembuatan digester serta biaya makan selama memberi bimbingan dan pengerjaan digester.
Limbah ternak dialirkan ke bak penampungan
10 x 30m2, dan untuk peternak dengan 4 ekor sapi dibutuhkan tanah seluas 9 x 6m2. Sejak digagas pada 2008, pembuatan digester biaya murah dengan volume besar ini mengalami perkembangan pesat dan menyebar di desa-desa sekitar. Pak Nyarke telah membangun 15 digester di Dusun Delod Umah, Ujung Desa (1 digester), Jebeh (2) dan Dangin Desa (20). Semua berlokasi di Kabupaten Bangli. Sementara di Kabupaten Tabanan dan Gianyar, masing-masing telah dibangun 3 buah digester. Selain itu, Pak Nyarke juga diundang memberikan bimbingan dan pembuatan digester di Manado, Sulawesi Utara masing-masing tiga buah. Di Palangkaraya, Lampung, Sorong, dan Bontang masing masing satu kelompok peternak. Bagi masyarakat yang ingin membangun dengan biaya swadaya, Pak Nyarke dengan sukarela membina dan mengajari cara pembuatan digester tanpa dipungut 18
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Hal yang paling menggembirakan dan membanggakan bagi Pak Nyarke, adalah fakta bahwa sampai tahun 2013 belum ada keluhan ataupun informasi kegagalan digester dari para pengguna baik di Bali maupun di luar Bali. Walaupun berhasil mengatasi masalah limbah kotoran ternak dengan memanfaatkan biogas melalui digester, Pak Nyarke merasa bahwa persoalan limbah yang dihadapi belum tuntas seratus persen. Masih ada limbah lain seperti kencing ternak, limbah air pembilas kandang yang bercampur kotoran serta sisa kotoran padat. Berbekal tekad “mengatasi masalah dan mendatangkan rejeki”, Pak Nyarke terus berjuang sampai akhirnya mendapat kehormatan menghadiri sebuah seminar bagaimana memanfaatkan semua limbah untuk memberi nilai tambah. Hasil seminar secara sederhana dan sedikit dimodifikasi diaplikasikan untuk kebutuhan sendiri. Hingga akhirnya ia menemukan metode yang praktis dan tepat bagaimana memanfaatkan seluruh limbah kotoran ternak. Limbah padat kotoran ternak dipadukan dengan daun gugur diolah menjadi pupuk organik (kompos kering). Pupuk
Penghargaan Energi Prakarsa
Pemanfaatan limbah ternak untuk pupuk organik
organik padat yang dihasilkan dari digester volume 10-12 m3 adalah satu truk engkel per minggu, dan dijual dengan harga Rp100.000,- per truk. Dalam sebulan, ia bisa menghasilkan uang tambahan sebesar Rp400000,-. Sementara, limbah cair atau bioslurry yang dihasilkan digester kapasitas 10-12m3 sekitar 1.500 liter per minggu dengan nilai Rp150.000/tangki. Limbah cair ini bisa dijadikan pupuk cair yang langsung disiramkan atau diinjeksikan di sekitar pangkal. Nilai tambah dari bio slurry sekitar Rp600.000,-/bulan.
Selain mampu meningkatkan kesuburan tanah, pupuk organik maupun limbah cair kotoran ternak, hasil tanaman yang menggunakan pupuk organik pun jauh lebih mahal di pasaran dari pada tanaman menggunakan pupuk anorganik.
Harmonis dan Produktif Pak Nyarke bisa berbangga hati karena bau limbah tidak lagi mengganggu tetangga. Peternak lain yang tadinya belum memanfaatkan limbah ternak, berusaha meniru perilaku positif Pak Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 19
Penghargaan Energi Prakarsa Nyarke dalam menciptakan lingkungan bersih dan hubungan harmonis dalam masyarakat. Hal tersebut dibenarkan oleh Wayan Arsana (44 tahun) Kepala Desa Pengotan, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli yang membawahi lima dusun. Bapak tiga anak tersebut mengisahkan, sebelum Pak Nyarke mengembangkan pemanfaatan limbah ternak, di desanya sering terjadi masalah antara peternak dengan tetangganya. Perselisihan tersebut seringkali berujung hingga pada rembuk dusun bahkan rembuk desa. Tidak sedikit permasalahan tersebut menjadi berkepanjangan karena tidak ditemukan solusi yang menguntungkan kedua belah pihak.
Limbah Ternak dialirkan ke bak penampungan
20
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Masalahnya adalah limbah ternak mengeluarkan bau sangat tidak sedap dalam jangkauan yang cukup jauh dari pusat ternak. Makin banyak jumlah ternak, makin jauh jangkauan baunya. Selain bau yang tidak sedap, limbah cair dan limbah padat juga sangat mencemari lingkungan. Limbah cair ada yang dibuang ke sungai dan mencemari air sungai sehingga mendapatkan pengaduan dari masyarakat yang memanfaatkan sungai tersebut. Sedangkan limbah padatnya menumpuk di sekitar peternakan, sehingga menjadi sumber penyakit. “Sejak pemanfaatan limbah ternak yang digagas Pak Nyarke, lingkungan desa menjadi bersih serta hubungan antar anggota masyarakat peternak dengan
Penghargaan Energi Prakarsa non peternak menjadi harmonis,” kata Arsana. Sebagai kepala desa Arsana mengaku bangga atas kreativitas dari Pak Nyarke dalam mengelola limbah ternak. Selain menjaga kebersihan lingkungan, pemanfaatan limbah ternak juga memberikan nilai tambah ekonomi bagi masyarakat peternak dan petani. Dampak positifnya, antara lain penurunan pengeluaran keluarga untuk bahan bakar minyak hingga Rp 1.000.000,- per tahun per keluarga atau sekitar Rp. 83.500,-/ bulan. Ibu rumah tangga yang mau berdagang dapat memproduksi kue, nasi bungkus dan camilan seperti kripik singkong dan pisang dengan menggunakan bahan bakar biogas. Mereka memperoleh penghasilan sekitar Rp. 30.000,- per hari sampai Rp. 40.000,- per hari. Nilai tersebut sangat berarti untuk ukuran desa. Sementara ibu rumah tangga lain, mempunyai waktu luang yang lebih banyak untuk mengurus keluarga dan membantu suami berladang, karena tidak lagi mencari kayu bakar. Oleh karena itu, Kepala Desa Pengotan berharap pemerintah dapat memberikan bantuan teknis agar pemanfaatan limbah ternak dapat lebih maksimal dengan biaya murah serta bantuan biaya kredit lunak untuk pembuatan digester. Besaran biaya angsuran kredit lunaknya, kata Arsana, bisa disesuaikan dengan pengeluaran
pembelian gas elpiji yang dikeluarkan oleh setiap keluarga. Menurut seorang warga, Nyoman Sumiati (25 tahun) yang berjualan nasi di dusun Delod Umah Kecamatan Bangli, dia dapat menekan pengeluaran untuk gas elpiji sekitar Rp 170.000,-/bulan dengan memanfaatkan biogas dari peternakan di belakang rumahnya. Penurunan biaya penggunaan gas elpiji untuk kebutuhan rumah tangga dan juga jualan nasi tentunya menambah keuntungan yang diperoleh setiap harinya.
Model digester mengikuti tekstur tanah
Kisah serupa juga disampaikan oleh Nengah Yasta dari Dusun Dajan Desa, Kecamatan Bangli. Bapak dua anak tersebut memiliki 100 ekor ternak dengan digester berkapasitas enam meter kubik sejak tahun 2010. Istrinya dapat menekan biaya penggunaan elpiji sampai dengan Rp 135.000,-/bulan. Sebelumnya, keluarganya membutuhkan sekitar 10 tabung elpiji 3 kg setiap bulannya Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 21
Penghargaan Energi Prakarsa untuk memasak kebutuhan keluarga dan ternaknya. Disamping menghemat biaya elpiji, Pak Yasta juga memperoleh keuntungan tambahan kompos dan bioslurry untuk pertanian. Pak Yasta tidak bisa memberikan nilai nominal yang bisa dihemat dari biaya pupuk kompos dan bioslurry, karena dia belum pernah membeli atau menggunakan pupuk kimia. “Namun hasil pertanian seperti sayuran, cabe, tomat dengan menggunakan pupuk organik laku keras di pasaran dengan harga yang lebih tinggi dari hasil pertanian yang menggunakan pupuk anorganik,” tuturnya bangga. Lain lagi cerita Ni Kadek Rusniati (32 tahun). Dulu kegiatan sehari-harinya sebagai ibu rumah tangga adalah membantu suami beternak, berkebun dan mencari kayu bakar. Namun setelah memiliki digester dia bisa memanfaatkan waktu luangnya untuk berjualan nasi bungkus dan makanan kecil di sekolah anaknya. Ia mendapatkan keuntungan sekitar empat puluh hingga lima puluh ribu rupiah perharinya.
Masih Penasaran Sebagai seorang peternak dan petani yang otodidak, hanya mengandalkan keuletan dan keinginan untuk terus
22
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
belajar, Pak Nyarke tentunya menjadi sangat bangga. Peternakannya sering menjadi rujukan bagi para pemerhati energi baru terbarukan khususnya biogas, pecinta tanaman pupuk organik, siswa sekolah kejuruan maupun mahasiswa dari perguruan tinggi yang ada di Bali maupun luar Bali serta mancanegara seperti Thailand dan Malaysia, dengan jumlah kunjungan 3 - 5 rombongan per tahun. Pak Nyarke masih ingin terus berinovasi dan memiliki suatu keinginan yang belum dapat diimplementasikan dengan baik yaitu bagaimana mengurangi kadar air dari biogas yang dihasilkan agar dapat digunakan untuk bahan bakar generator listrik. Di samping itu kandungan air yang tinggi dari biogas mempercepat kerusakan suku cadang kompor gas. Hal lain yang juga masih menggelitik pikirannya adalah bagaimana menampung biogas yang berlebih agar dapat dibawa ke mana-mana untuk kebutuhan di tempat lain. Harapannya tentu semua yang menjadi keinginannya dapat dijawab atau dipenuhi oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral yang telah memberikan penghargaan yang sangat membanggakan bagi dirinya maupun desanya. Semoga harapan tersebut terkabul. (IWL)
Penghargaan Energi Prakarsa
Pemrakarsa, motivator, dan berkomitmen tinggi untuk mewujudkan 36 Unit Digester di Provinsi Bali dengan memanfaatkan potensi setempat berbasis bahan limbah sisa material bangunan, serbuk gergaji kayu dan karung bekas pakan ternak, sehingga berdampak besar pada pemanfaatan energi terbarukan oleh masyarakat sekitar.
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 23
Penghargaan Energi Prakarsa 2012
24
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Penghargaan Energi Prakarsa 2012
“Tidak mungkin saya menerima keadaan begini terus, di tengah perkebunan kakao yang sunyi dan tanpa hiburan. Malam hari selalu gelap hanya diterangi dengan lampu minyak tanah. Harus ada perubahan”. Sebuah keprihatinan yang mendorong langkah awal untuk bereksperimen kecil-kecilan membangun kincir air
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 25
Penghargaan Energi Prakarsa
Sudirman
Kincir Penerang Kebun Kakao DUSUN III Kawerewere tempat Sudirman tinggal -- beserta 17 kepala keluarga lainnya – terletak di Desa Rejeki. Desa ini berjarak 25 km dari ibukota Kecamatan Palolo Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi Tengah.
26
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Ketika awal Sudirman bermukim di dusun tersebut, daerah ini merupakan hutan belantara dengan kondisi gelap gulita di malam hari. Belum ada listrik sama sekali. Untuk penerangan di malam hari, penduduk dusun menggunakan pelita berbahan bakar minyak tanah.
Penghargaan Energi Prakarsa “Tidak mungkin saya menerima keadaan begini terus, di tengah perkebunan kakao yang sunyi dan tanpa hiburan. Malam hari selalu gelap hanya diterangi dengan lampu minyak tanah. Harus ada perubahan,” begitu tekad Sudirman. Dalam satu bulan tiap keluarga bisa menghabiskan 15 liter minyak tanah untuk menyalakan pelita berharga Rp 7.000,-. Hanya untuk kebutuhan minyak tanah, selama sebulan penduduk dusun membutuhkan Rp 105.000,-. Jumlah tersebut sungguh memberatkan bagi kebanyakan warga dusun Kawerewere. “Kemudian saya membeli mesin diesel untuk membuat listrik. Berjalan selama 2 tahun, pengeluaran bahan bakar setiap bulan sebanyak kurang lebih 40 liter kami rasakan sangat boros,” kata Sudirman. Mesin diesel tersebut pun hanya bisa melayani listrik untuk dua kepala keluarga dari jam 6 sore sampai jam 12 malam. Suatu saat pada tahun 2003. Setelah selesai bekerja, Sudirman duduk-duduk di pinggir sungai. Ia termenung dan berpikir, “Mungkinkah aliran sungai ini dapat membuat listrik dari air.” Menerangi Kebun Kakao Sudirman mulai dengan eksperimen kecil-kecilan dan sering gagal karena tidak ada modal. “Saya mengutarakan niat saya membangun kincir kepada Bapak saya, malah dia membentak saya,” kata
Sudirman. “Kamu jangan bicara yang tidak betul, bikin malu saja. Kata bapak ketika itu.” Tetapi Sudirman tidak patah semangat. Berbekal modal sebesar Rp 2 juta dari kantongnya sendiri, ia pun mulai melakukan survei lokasi. “Setelah itu saya coba mempengaruhi beberapa tetangga, akhirnya saya berhasil mengajak empat orang tetangga untuk membangun kincir. Mereka hanya membantu tenaga saja,” katanya. Sudirman dan empat orang warga membuat pembangkit itu dimulai dengan menggunakan kincir berdiameter 50 cm. “Suatu hari pada saat kami sedang bekerja, datang Bapak saya. Kemudian dia menyuruh kami pulang sambil berkata, ‘ini pekerjaan gila, orang rumah yang disemen. Ini, sungai yang disemen’,” papar Sudirman. Pembangunan kincir tidak berhenti dan dilanjutkan dengan langkah-langkah teknis mengukur dan menggambar penggalian tempat pembuatan bak air penampung. Mengukur dan menggambar kincir air, menggunting, memotong plat besi, mengelas, menyambung bagian demi bagian. Pekerjaan dilanjutkan dengan menyiapkan kayu untuk landasan atau dudukan kincir dan dinamo hingga memasukan air ke dalam bak penampung. Hingga terbangun sebuah pembangkit listrik yang awalnya hanya berkapasitas sebesar 3 kilowatt. Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 27
Penghargaan Energi Prakarsa Setelah itu, sang Bapak kemudian berbalik mendukung, dan banyak warga lain meminta sambungan listrik. “Akibatnya tegangan turun, hingga diameter kincir saya perbesar menjadi 80 cm. Namun semakin banyak warga yang minta untuk disambungkan sehingga saya harus memperbesar diameter kincir menjadi 250 cm. Terakhir saya perbesar diameter kincir menjadi tiga meter,” paparnya.
kapasitas 56 kWh. Kapasitas masingmasing unit sebesar 15 kWh dan telah mampu mengaliri daya listrik pada 350 Kepala Keluarga. Pengguna listrik yang tersebar hingga ke dusun tetangga dibebankan biaya sekitar Rp 65.000 per bulan dalam bentuk iuran pemeliharaan perangkat pembangkit dan kebutuhan teknis lainnya.
Sebanyak 50 rumah memanfaatkan listrik dari kincir air ini. Ada juga warga yang berjarak 4 km dari lokasi kincir ikut memanfaatkan listrik dari pembangkit ini. Dan untuk kelancaran operasional serta pemeliharaan kincir, ketika itu warga ditarik iuran Rp 50.000 per bulan.
Kesejahteraan Meningkat
Kini, PLTMH gagasan Sudirman sudah berkembang menjadi 5 unit dengan
28
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Berkat adanya listrik dari kincir tersebut, sudah banyak manfaat dirasakan masyarakat setempat. Meski masih bersifat skala kecil dengan pembuatan yang sangat sederhana, namun terbukti telah mampu memberi harapan penghidupan yang lebih baik. PLTMH kapasitas 15 kWh di dusun III Kawerewere
Penghargaan Energi Prakarsa
Rumah kincir air sederhana yang dibangun
Di malam hari, jika dulunya hanya menghabiskan waktu bediam diri di rumah, sekarang masyarakat dapat saling mengunjungi dan bersilahturahmi sehingga hubungan sosial masyarakat jauh lebih baik. Demikian pula dari aspek ekonomi. Berkat ketersediaan listrik, warga tidak ragu membuka usaha baru, antara lain perbengkelan, mebel atau parutan kelapa. Setelah berhasil mewujudkan tekadnya menjadi sumber perubahan bagi diri sendiri dan masyarakat banyak, Sudirman masih menyimpan keinginan untuk meningkatkan kemampuan pembangkitnya. Ia berharap bisa menambah satu kincir lagi, untuk bekerja secara paralel dalam satu as, sehingga dapat memutar motor buatan Jepang dengan kapasitas listrik 30 kW.
Ia juga bertekad menyempurnakan hasil produksi listriknya dengan menggunakan semacam sistem kontrol, agar hasil keluaran listriknya lebih stabil. Terlebih untuk beban atau pemakai yang jaraknya sampai dengan satu kilometer. Selain itu Sudirman juga ingin menyempurnakan konstruksi pembangkitnya yang sebelumnya hanya menggunakan konstruksi kayu untuk bisa menjadi konstruksi beton bertulang. “Saya berkeinginan setiap aliran air sungai besar atau kecil harus kita manfaatkan untuk menghasilkan listrik. Energi yang mengalir di sungai, besar atau kecil, dapat menghasilkan listrik yang sangat kita butuhkan untuk kesejahteraan rakyat. Agar anak-anak di desa dapat belajar pada malam hari,” tegasnya. (MI)
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 29
Penghargaan Energi Prakarsa
Saat ini listrik yang ada hanya dapat digunakan untuk penerangan dan televisi. Di harapkan ke depannya listrik ini dapat digunakan untuk peralatan rumah tangga lainnya, seperti setrika, pelaratan menanak nasi dan juga untuk sumber listrik peralatan perkayuan, seperti: alat scarp, mesin bor, dan lain-lain. Karena hampir semua peralatan di dusun ini terbuat dari kayu dan kayu banyak terdapat di sekitar kita.
Setelah Pak Sudirman berhasil membangun kincir, kami beberapa tetangga meminta untuk disambung listrik. Karena jarak yang cukup jauh dengan rumah Pak Sudirman dan kapasitas terbatas, maka kami meminta untuk juga dibangunkan kincir. Kincir yang kami miliki berdiameter 1,5 meter dan digunakan oleh tiga kepala keluarga.
30
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Penghargaan Energi Prakarsa
Pemrakarsa, berkomitmen tinggi dengan mewujudkan 5 Unit PLTMH berkapasitas 56 kW yang mampu melistriki 350 KK secara berkelanjutan selama 10 tahun di Kabupaten Sigi dengan memanfaatkan sumber/potensi air setempat, sehingga berdampak besar terhadap pengurangan pemanfaatan minyak tanah serta meningkatkan perekonomian dan kesadaran masyarakat sekitar dalam pemanfaatan energi terbarukan.
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 31
Penghargaan Energi Prakarsa 2012
32
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Penghargaan Energi Prakarsa 2012
Air limbah industri tapioka banyak mengandung bahan organik sehingga sangat potensial dijadikan bahan baku pembuatan biogas. Perubahan sistem IPAL industri tapioka dengan mengadopsi teknologi CoLAR menjadi solusi dan pemecah masalah yang dialaminya, yaitu bau tidak sedap dan tercemarnya air permukaan.
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 33
Penghargaan Energi Prakarsa
Supar
Instalasi Pengolahan Limbah Menjadi Sumber Energi DESA Bangun Sari, Kecamatan Negeri Katon terletak di Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung. Perjalanan menuju Desa Bangun Sari memakan waktu dua jam berkendara dari Bandar Lampung, ibukota Provinsi Lampung. Sepanjang perjalanan, mata dimanjakan hamparan hijau sawah dan palawija. Masyarakat Kecamatan Negeri Katon dan khususnya Desa Bangun Sari memang berprofesi sebagai petani. Komoditas hasil pertanian dari Kecamatan ini di antaranya padi, singkong dan jagung.
34
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Di kecamatan ini juga terdapat pabrik pengolahan bahan pangan setengah jadi seperti pengolahan tepung tapioka. Salah seorang pemilik dan pengelola pabrik pengolahan tepung adalah H. Supar. Pria berusia lebih dari setengah abad ini, membangun usahanya dari nol hingga kini dapat mengekspor tepung tapioka setiap hari ke Pulau Jawa. Di balik keberhasilan itu, membangun usaha pengolahan tepung tapioka menyimpan masalah terkait limbah hasil proses produksi PD Semangat
Penghargaan Energi Prakarsa Jaya miliknya. “Pengolahan singkong menjadi tepung tapioka setiap harinya menghasilkan air limbah yang cukup besar mencapai 4-5 meter kubik per ton singkong. Kadang satu hari kami dapat produksi hingga lebih dari tiga ton tergantung ketersedian bahan baku,” kata H. Supar. “Air limbah ini mengeluarkan bau yang tidak sedap.” Pada tahun 2008, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) dan Universitas Negeri Lampung (Unila) melakukan penelitian untuk mengubah limbah pengolahan tapioka menjadi biogas. Biogas hasil penelitian ini awalnya hanya untuk mensuplai biogas warga di sekitar pabrik untuk keperluan memasak. Namun, berkat inovasi yang dilakukan H. Supar, biogas tidak dimanfaatkan untuk keperluan rumah tangga semata, tetapi sudah bisa mensuplai kebutuhan biogas pabriknya. Biogas digunakan untuk mengolah jagung untuk menjadi tepung maizena. Biogas dari limbah tapioka Proses pembuatan biogas dipabrik milik H. Supar mengadopsi sistem Cover Lagoon Anaerobic Reactor (CoLAR) yang diperkenalkan oleh para peneliti KESDM dan Unila. Secara sederhana pengembangan Sistem CoLAR adalah memodifikasi sistem instalasi pengolahan air limbah (IPAL) milik H. Supar sebagai tempat produksi biogas.
Pemanfaatan Biogas pada alat pemanas jagung.
Sistem IPAL yang dimiliki sebelumnya merupakan kolam terbuka biasa. Kolam terbuka berisi limbah cair ini menimbulkan bau tidak sedap, dan menurut H. Supar pernah ada protes dari warga sekitar karena bau tidak sedap ini tercium sampai pemukiman warga. Selain itu, limbah cair pengolahan tapioka juga menurunkan kualitas air permukaan karena tercemar. Perubahan sistem IPAL industri tapioka dengan teknologi CoLAR menjadi solusi dan pemecah masalah yang dialami PD Semangat Jaya. Sekaligus pula, teknologi tersebut menghasilkan energi baru dan terbarukan yaitu biogas. Limbah anaerobik yang selama ini menggunakan sistem kolam terbuka, direkayasa dan dimodifikasi menjadi kolam sistem tertutup yang berfungsi sebagai bioreaktor. Bioreaktor sistem tertutup tersebut didesain sebagai unit penghasil biogas dan sekaligus dapat menampung biogas yang dihasilkan.
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 35
Penghargaan Energi Prakarsa Teknologi CoLAR merupakan teknologi yang tepat untuk penanganan limbah cair dari industri tapioka yang memiliki limbah yang cukup besar. Selain memiliki kapasitas yang besar, konstruksi pembuatannya relatif mudah dan tentunya harganya terjangkau. Bahan penutup kolam terbuka dibuat dari bahan geomembrane HDPE yang memiliki jaminan kekuatan hingga lebih dari 20 tahun dengan pemeliharaan cukup mudah. Geomembrane HDPE ini mudah didapat di pasar. Penggunaan teknologi CoLAR tidak banyak membutuhkan peralatan lain yang membutuhkan energi. Kebutuhan mesin adalah sebuah kompresor untuk mempercepat laju alir biogas menuju ruang pembakaran.
Keuntungan biogas Biogas yang dihasilkan dari modifikasi IPAL ini digunakan untuk memanaskan 12 ton jagung. “Lumayanlah saya bisa menghemat Rp. 400.000,- setiap harinya,” kata H. Supar seraya mengaku mengeluarkan uang sejumlah itu untuk kayu bakar. Penghematan tersebut dialokasikan untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan. Selain itu biogas juga digunakan warga sekitar pabrik PD Semangat Jaya miliknya untuk memasak. “Saya persilahkan saja bagi warga sekitar kalau mau menggunakan asal mau tarik pipa sendiri,” kata H. Supar.
Dome dari Bahan Geomembrane HDPE
36
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Penghargaan Energi Prakarsa Selain menjadi pengusaha dan pemilik pabrik tepung tapioka, H. Supar sekarang terkenal dengan konsultan maupun pemborong bagi pabrik-pabrik sejenis seperti miliknya, apabila berencana membuat fasilitas pengolahan limbah menjadi biogas. “Ya lumayanlah jadi konsultan dan pemborong, jadi ada pemasukan tambahan,” kata H. Supar sambil tertawa. Tak jarang pula, H. Supar menjadi narasumber dan pembicara di beberapa acara pengembangan energi terbarukan di Indonesia.
Dalam waktu dekat H. Supar akan mendapatkan mesin baru pemanas pati. Untuk itu, ia berencana membangun tiga reaktor baru untuk mensuplai gas pemanas pati tersebut. “Saya mau coba dari sumber lain yang berasal dari kotoran sapi kebetulan saya punya 40 ekor sapi,” katanya. Baiklah Pak Supar, kami tunggu inovasiinovasi lainnya. (RV)
Pemrakarsa dan inisiator dengan mewujudkan 1 Unit Biogas dengan teknologi CoLAR (Cover Lagoon Anaerobic Reactor) berskala besar yang memanfaatkan limbah industri tapioka secara swadaya/ swakelola dan berhasil mendukung pembangunan 12 Unit Biogas yang sama di berbagai tempat, sehingga berdampak besar terhadap penyerapan tenaga kerja serta meningkatkan perekonomian dan kesadaran masyarakat sekitar dalam pemanfaatan energi terbarukan.
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 37
Penghargaan Energi Prakarsa 2012
38
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Penghargaan Energi Prakarsa 2012
Membuat drainase limbah kotoran ternak tidak akan memecahkan masalah, karena untuk 'menggelontorkan' kotoron dibutuhkan air yang cukup banyak. Pembangunan biodigester dianggap paling sesuai. Limbah ternak yang semula menjadi masalah justru menjadi berdaya guna karena dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan bakar kompor sekaligus pupuk. Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 39
Penghargaan Energi Pratama
Koperasi Agro Niaga Jabung
Olah Limbah Jadi Berkah MELALUI proses penggodokan anggota dan para tokoh masyarakat, Koperasi Unit Desa (KUD) Jabung yang berdiri pada 28 Februari 1980, berubah nama menjadi Koperasi Agro Niaga Jabung atau KAN Jabung pada 1998. KAN Jabung yang saat ini dimiliki sekitar 1.600 anggota memiliki visi menjadi koperasi agribisnis kompetitif dalam mengembangkan kualitas hidup anggota, karyawan dan masyarakat berdasarkan nilai-nilai koperasi. Dengan 205 karyawan, KAN Jabung menjalankan bisnis inti dan bisnis penunjang. Bisnis Inti terdiri dari P4 (Peningkatan Produksi dan Penyelamatan Populasi). Bisnis inti ini bertanggungjawab
40
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
meningkatkan kompetensi dan skala usaha peternak serta menyelamatkan serta meningkatkan jumlah populasi populasi sapi perah di KAN Jabung. Bisnis ini membawahi beberapa unit, yaitu unit Quality Control (QC) yang bertugas mengelola penerimaan susu segar berkualitas dan siap dipasarkan. Unit Susu Olahan mengolah susu segar menjadi produk susu kemasan merk JAB MILK dengan varian rasa orisinil, strawberi, coklat dan Yoghurt. Unit Kesehatan Hewan (Keswan) memberikan pelayanan teknis kesehatan sapi perah agar produktifitas sapi perah dalam kondisi optimal. Sedangkan Unit Pengolahan Limbah
Penghargaan Energi Pratama cukup banyak,” kata Wahyudi, Ketua II KAN Jabung. Dari berbagai opsi yang ada, pembangunan biodigester dianggap paling sesuai. Limbah ternak yang semula menjadi masalah justru menjadi berdaya guna karena dapat dimanfaatkan sebagai meliputi Biogas dan pupuk organik padat serta pupuk organik cair. Sedangkan bisnis penunjang, berupa sarana produksi ternak, sarana produksi pertanian, jasa angkutan, toko bangunan, swalayan, toko pecah belah, bengkel bahkan hingga bisnis penunjang kolaborasi berupa bank simpan pinjam (BMT), Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU), dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Mengolah Limbah Terkait dengan bisnis inti, khususnya pada unit pengolahan limbah, KAN Jabung mengembangkan unit biogas bagi para peternak untuk diupayakan sebagai sumber energi untuk kompor biogas. Pemanfaatan biogas dari kotoran sapi ini berawal dari para peternak yang kewalahan menangani kelebihan kotoran ternaknya. Awalnya, KAN Jabung bermaksud membuat drainase limbah kotoran ternak. “Namun hal ini tidak akan memecahkan masalah, karena untuk ‘menggelontorkan’ kotoron tersebut dibutuhkan air yang
Unit pengolahan susu KAN Jabung
sumber bahan bakar kompor sekaligus pupuk. Dengan demikian masalah lain, yaitu kelangkaan dan naiknya harga minyak tanah yang menyebabkan penduduk Jabung semakin banyak menggunakan kayu bakar pun terpecahkan. Pembangunan reaktor biogas ini tak serta merta mudah. Pak Santoso, yang akrab dipanggil dengan Pak San, seorang staf KAN Jabung yang berlatar belakang seorang tukang, mencoba memformulasikan sendiri digesternya. Ia mulai belajar dan studi banding ke Pujon yang memiliki biogas aktif dan belajar bagaimana cara kerja dan pembangunan biodigester beserta penyalurannya melalui pipa ke kompor biogas. Pembuatan digester biogas pertama yang merupakan pilot project di Desa Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 41
Penghargaan Energi Pratama Kemiri, Kecamatan Jabung pada tahun 2006 dipesan oleh KAN Jabung melalui sebuah lembaga di Malang. Pilot project ini ternyata menghabiskan banyak biaya untuk pembangunan satu buah biodigester skala besar. Pak Wahyudi salah satu Ketua KAN Jabung berpesan kepada Pak San untuk terus mendampingi pembangunan biodigester tersebut agar program terus berlanjut setelah terselesaikannya pilot project.
Penggalian tanah untuk pembuatan reaktor biogas
Sembari mendampingi pembangunan tersebut, Pak San mencoba mempelajari dan berbagi dengan para anggota yang saat itu merasa tidak tertarik dengan harga “fantastik” pembangunan pilot project. Pak San memperkecil ukuran dan volume biodigester untuk meminimalkan biaya yang semula 14 juta rupiah menjadi 2,5 juta rupiah untuk menyelesaikan seluruh pembangunannya. Pak San semula mengerjakan tanpa diketahui anggota lain dan ternyata penyelesaian pembangunan biodigester hasil rekayasanya sendiri justru lebih cepat dari pilot project yang sedang dikerjakan oleh koperasi. 42
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Pada awalnya, penduduk ragu bagaimana dari kotoran sapi yang dingin setelah tersimpan di dalam biodigester bisa menjadi gas. “Adem ditambah adem kok iso (bisa) dadine geni (api),” kata Pak San mengutip pernyataan warga dengan nada tak percaya. Keraguan ini bertambah karena gas metana yang dihasilkan ternyata tidak membuat kompor langsung menyala. Pak San kembali mencoba menyelidiki, ternyata pipa yang digunakan untuk menyalurkan gas dari biodigester ke kompor tidak boleh sembarang pipa baik ukuran maupun bahannya. Ruang pencampuran gas metana dan udara yang tidak tepat membuat warna api menjadi kuning. Artinya pembakaran tidak sempurna sehingga menghasilkan panas yang kurang sempurna. Pak San kembali mencari pipa dengan material terbaik, serta mendapatkan bahwa api biru terbaik dihasilkan dari pipa besi. Keberhasilan pembangunan biodigester buatannya terus berlanjut hingga tiga tahun setelah pilot project pertama. Hingga terbangun 117 unit digester model fixed
Penghargaan Energi Pratama dome. Peminat semakin banyak karena anggota koperasi mendapat kemudahan pinjaman lunak dari koperasi. Pada tahun 2009, KAN Jabung bekerjasama dengan HIVOS, dalam program BIRU (Biogas Rumah). Setelah mendapatkan bantuan dari HIVOS, untuk membangun satu unit biogas, KAN Jabung memberi harga sesuai dengan ukuran biodigester. Khusus untuk anggota mendapatkan subsidi dan cara pembayarannya pun dapat diangsur 72 atau 108 kali. Sampai dengan Mei 2013 ini, KAN Jabung telah membangun 505 unit biogas untuk 631 KK. Program Biogas Rumah Tangga untuk peternak yang dilaksanakan oleh KAN Jabung ini mencakup penyuluhan dan bimbingan teknis bagi calon dan pengguna biogas, pinjaman murah dengan pengembalian selama maksimal tiga tahun dengan besar pinjaman dan angsuran tergantung kemampuan anggota. Terdapat subsidi dari total biaya pembangunan instalasi biogas, desain dan konstruksi dilakukan oleh tenaga ahli KAN Jabung yang memiliki sertifikat dari HIVOS, serta monitoring dan perawatan secara berkala. Pak San selaku anggota dan staf KAN JAbung berharap ada bantuan berupa pemikiran maupun infrastruktur untuk gas-gas yang berlebih dari gas yang dihasilkan dari masing-masing digester, karena saat ini KAN Jabung juga sedang mencoba memanfaatkan biogas untuk
proses pembuatan reaktor biogas
listrik. Sosialisasi yang selama ini dilakukan KAN Jabung tentang biogas melalui buletin ataupun penyuluhan masih terbatas bagi anggota koperasi saja. Sehingga untuk warga bukan anggota yang ingin membangun digester masih memperoleh kesulitan cara pemasangannya. Apalagi untuk membangun digester tidak mendapatkan pinjaman dari koperasi. Warga yang tidak memiliki sapi dan kurang mampu seringkali membeli gas kepada tetangganya yang memiliki digester. “Sebelum menggunakan biogas, warga masih menggunakan kayu atau elpiji yang langka dan cukup mahal. Alhamdulillah setelah menggunakan biogas yang dibangun oleh KAN Jabung, pengeluaran lebih irit, memasak lebih mudah dan lebih lama, bahkan kami dapat memenuhi Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 43
Penghargaan Energi Pratama pesanan kue untuk lebaran setiap tahunnya yang omsetnya semakin meningkat. Hasil dari penjualan kue ini memudahkan saya untuk membantu mertua dan suami serta saya bisa kuliah lagi. Kami mengucapkan terima kasih kepada KAN Jabung yang telah membantu dari awal pembangunan hingga dapat dimanfaatkan bahkan terus berkunjung dan mendampingi kami,” kata Sita Desi, salah seorang warga pengguna biogas. Kesejahteraan Peternak Di Jabung ini, terdapat keunikan ketika musim kemarau tiba. Para peternak sapi yang mengalami krisis rumput akan mencari alternatif pakan ternak, yaitu daun tebu. Di sinilah kolaborasi dimulai. Petani tebu akan merelakan daun tebunya untuk peternak secara gratis sembari tebu mereka dipanenkan tanpa mengeluarkan upah. Pengurus KAN Jabung berharap peternak tak akan pernah kekurangan pakan untuk sapinya sehingga sapi tetap ada, susu tetap dihasilkan, dan biogas serta pupuk pun tetap lancar. Oleh karena itu, pengurus tetap memperhatikan kesejahteraan para peternak sapi. “Bagaimana jadinya jika sapi habis? Olah Limbah Jadi Berkah yang menjadi semboyan kami bisa-bisa tak ada lagi,” kata Wahyudi. Kini, KAN Jabung mempunyai omset sebesar Rp 130 miliar per tahun. Dari omset sebesar itu mereka mempunyai keuntungan sebesar Rp 2 miliar per tahun. 44
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Layaknya perusahaan, KAN Jabung juga mewujudkan Tanggung Jawab Sosial (Cooperative Social Responsibility/CSR) yang salah satunya adalah Biogas Rumah Tangga dan menyediakan ambulance untuk masyarakat kecamatan Jabung dan sekitarnya. KAN Jabung juga memberikan beasiswa untuk para karyawan sebagai program peningkatan kapasitas SDM. Beasiswa ini diberikan kepada karyawan yang berprestasi untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. “Kami menyadari bahwa keberadaan sumber daya manusia merupakan aset yang berharga dan sebagai wujud rasa syukur kami melakukan aktivitas pengembangan SDM mulai sejak 2011. Pelatihan dan pengembangan meliputi pelatihan softskill maupun teknis, pendidikan formal, studi banding, menghadiri seminar-seminar baik yang difasilitasi sendiri maupun pihak luar, mengadakan knowledge worker forum,” kata Ali Suhadi, Ketua I KAN Jabung.(HS/ HP).
Mobil ambulan CSR KAN Jabung
Penghargaan Energi Pratama
Pemrakarsa, penggerak masyarakat, dan berkomitmen tinggi dalam mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan energi fosil di Kabupaten Malang dengan mewujudkan dan/atau memfasilitasi pembangunan Reaktor Biogas 505 Unit bagi 631 KK serta menjaga keberlangsungannya melalui penyuluhan, bimbingan dan monitoring, sehingga berdampak besar terhadap peningkatan perekonomian, Iptek, serta kesadaran masyarakat sekitar dalam menjaga kelestarian lingkungan.
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 45
Penghargaan Energi Prakarsa 2012
46
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Penghargaan Energi Prakarsa 2012
Bangkit dari kesedihan musibah bencana tsunami yang meluluh lantakkan seluruh infrastruktur, tanpa berlamalama warga dan tokoh masyarakat bergotong royong membangun kembali desanya, termasuk listrik penerang desa. “Bersyukur, desa kami memiliki sumber daya air yang melimpah untuk dapat dimanfaatkan sebagai penggerak turbin pembangkit listrik.” Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 47
Penghargaan Energi Pratama
Koperasi Tuah Sabeena Sejahtera
Mendulang Listrik Dari Air Terjun Suhom SUDAH tidak tampak kesedihan terpancar dari wajah penduduk Desa Krueng Kala pasca dilanda gelombang dahsyat tsunami sembilan tahun lalu. Saat kami memasuki desa, wajah ceria penduduk desa yang duduk di kedai kopi sambil menikmati siaran televisi melalui layar datar 29 inch menyambut kami. Obrolan diwarnai canda dimulai sejak kami menyapa Bapak Yusni I.S (52), tokoh masyarakat setempat. “Saya membuka kedai ini setelah ada listrik masuk ke desa kami tahun 2007. Sebelum membuka
48
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
kedai, disamping mengabdi sebagai geuchik (kepala desa) saya bertani dibantu oleh istri saya. Sejak membuka kedai ada penghasilan tambahan yang kami terima antara 50 – 75 ribu per hari disamping hasil pertanian dari kebun,” kata mantan geuchik Desa Teunong Krueng Kala. “Tambahan pemasukan per hari dari kedai bisa lebih besar dari itu bila ada siaran pertandingan sepak bola baik lokal maupun internasional,” imbuh Ibu Yusni I.S yang mendampingi suaminya di kedai.
Penghargaan Energi Pratama Setiap bencana pasti membawa hikmah, demikian juga yang dialami oleh Bapak Zaifudin. Setelah desanya diterjang tsunami, seluruh infrastruktur musnah, gelap tanpa penerangan. Bersama penduduk lain yang selamat ayah dua anak itu mengumpulkan warga dan tokoh masyarakat untuk bangkit dari kesedihan dan bergotong royong membangun kembali desanya tanpa berlama-lama menunggu bantuan dari Pemerintah. Masalah utama yang dihadapi adalah penerangan, di samping masalah infrastruktur lain yang luluh lantak. “Kami bersyukur, desa kami memiliki sumber daya air yang melimpah untuk dapat dimanfaatkan sebagai penggerak turbin pembangkit listrik,” kata tokoh masyarakat Dusun Ateuh Cot, Desa Baroh Krueng Kala yang berusia 47 tahun ini. Kekuatan Musyawarah Dalam rembuk para tokoh tiga desa, yaitu desa Baro, Teunong dan Meunasah, semuanya sepakat untuk mencari bantuan pendanaan pembangunan Pembangkit Listrik Mikro Hidro (PLTMH) dengan memanfaatkan air terjun Sungai Suhom yang terletak tidak jauh dari ketiga desa tersebut. Tidak perlu waktu lama, pembangunan PLTMH berkapasitas produk 25-35 KW, total kapasitas unit terpasang 50 KVA, dapat terwujud pada 2006 berkat bantuan
Rumah Pembangkit PLTMH
dana dari Coca Cola dan Yayasan Nurani Dunia. Sekitar 300 rumah yang dihuni lebih dari 1.500 jiwa di tiga desa terang benderang mendapat aliran listrik yang ditenagai air terjun Suhom. Pada awal beroperasi, pengelolaan PLTMH masih bersifat kekeluargaan dengan manajemen sederhana. Sampai pertengahan tahun 2008, PLTMH mengalami masalah teknis dan pengelolaan keuangan sehingga tidak dapat beroperasi. Desa kembali gelap tanpa listrik dan masyarakat mulai gundah karena beberapa kegiatan positif masyarakat seperti pengajian malam, waktu belajar anak sekolah, informasi media elektronik dan hiburan terhenti. Tokoh masyarakat dari tiga desa kembali berkumpul untuk mencari jalan keluar. Hasil rembukan tokoh masyarakat menelorkan solusi sangat brilian, yaitu membentuk koperasi untuk mencari bantuan dana untuk Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 49
Penghargaan Energi Pratama perbaikan dan mengelola PLTMH secara semi professional. Pembentukan Koperasi Tahun 2009 berdirilah Koperasi Tuah Sabeena Sejahtera, dengan Badan Hukum Nomor: 59/BH/1.2/XII/2009 beranggotakan 45 orang dari desa Baroh dan Tunong. Tugas utama koperasi adalah menghidupkan kembali PLTMH dan bertanggung jawab terhadap kelangsungan operasionalnya. Usaha koperasi membuahkan hasil dengan memperoleh pinjaman dari Yayasan IBEKA Bandung sebesar Rp 400.000.000,- yang digunakan untuk biaya perbaikan sampai
PLTMH dapat beroperasi normal. Pinjaman tersebut diangsur setiap bulan sebesar Rp 8.000.000,- termasuk pokok dan bunga pinjaman. Dalam perjalanannya, pengurus koperasi kembali menghadapi tantangan baru, kesulitan memungut iuran listrik kepada 50
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
warga karena banyak warga tidak disiplin dalam membayar iuran sehingga mengganggu biaya operasional PLTMH. Rembuk desa dan koperasi digelar untuk mencari cara agar masyarakat disiplin dalam membayar iuran listrik. Akhirnya disepakati bahwa listrik yang dihasilkan dari PLTMH dijual kepada Perusahaan Listrik Negara, dan masyarakat membeli listrik dari PLN. Kesepakatan ini membuahkan hasil yang sangat mengagumkan, karena hasil penjualan listrik kepada PLN sebesar Rp. 1.204,08 per KWh dapat menutup biaya operasional PLTMH, mengangsur utang setiap bulan, serta gaji pengelola koperasi. Di samping memberikan sisa hasil usaha tahunan kepada anggota, koperasi juga membayar biaya listrik Kantor Desa Tunong, Meunasah (Pesantren) serta sebuah rumah pintar sebesar kurang lebih Rp 350.000,- per bulan. Koperasi juga memberikan sumbangan insidentil untuk kegiatan sosial dan keagamaan masyarakat, seperti perayaan hari hari keagamaan, pengajian, dan perayaan hari kemerdekaan. Selain mengelola PLTMH, koperasi juga memiliki usaha di bidang pupuk organik untuk melayani kebutuhan pupuk petani di desa desa sekitar koperasi. Secara rutin koperasi mengadakan Rapat Anggota Tahunan (RAT), di mana hasil RAT dituang dalam keputusan RAT sebagai
Penghargaan Energi Pratama
Turbin PLTMH Desa Kreung Kala dalam kondisi terawat
landasan operasional dan rencana kerja koperasi. Dalam rencana kerja jangka panjang koperasi di bidang PLTMH dituangkan rencana membangun PLTMH baru dengan kapasitas lebih besar di sungai yang sama agar dapat memasok daya listrik lebih besar kepada PLN. “Setiap air terjun di Kabupaten Aceh Besar harus dapat mengalirkan listrik,” kata Ketua Koperasi, Erinaldi. Untuk itu, Erinaldi terus membangun komunikasi yang intens dengan Kepala Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Kabupaten Aceh Besar, Fauzi, ST., MT., untuk dapat merealisasikan tekad tersebut.
Sebagai pejabat yang membidangi energi, Fauzi sangat menyambut baik tekad pak Erinaldi dan akan terus memberikan dorongan serta bantuan kepada Koperasi Tuah Sabeena Sejahtera agar bisa lebih maju. “Kebijakan energi di daerah selalu diselaraskan dengan pusat untuk terus menekan penggunaan energi fosil dan digantikan dengan energi terbarukan,” katanya. Kabupaten Aceh Besar, menurut Fauzi, memiliki potensi besar bidang PLTMH.“Saat ini sedang dilakukan pemetaan potensi. Hasil pemetaan akan dikomunikasikan dengan Pusat sehingga dapat dilakukan Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 51
Penghargaan Energi Pratama kerjasama untuk membangun PLTMH khususnya di Kabupaten Aceh Besar,” ujarnya. Berkah dari Listrik Setelah desa dialiri listrik, perilaku kehidupan masyarakat mengalami perubahan, baik itu kehidupan sosial, ekonomi dan juga keagamaan. Usman Ali (47 tahun) geuchik Baroh Krueng Kala di Dusun Ateuh Cot menuturkan, sebelum listrik masuk tahun 2008, hampir semua warga desanya adalah petani. “Hanya ada dua warga yang membuka warung di pagi hari sampai jam sepuluhan dan sore hari setelah ashar sampai magrib tiba,” katanya. Namun sejak tahun 2008 sampai sekarang pola hidup masyarakat mengalami perubahan yang drastis. Warga banyak yang membuka warung maupun toko kelontong kecil menjual makanan, pulsa, es batu, barang kelontong dan juga reparasi alat elektronik. Pertumbuhan warung meningkat hampir lima kali lipat sejak lima tahun terakhir. Jam buka pun dari pagi hingga malam hari, dan hanya jeda pada saat saat kumandang azan. Hal ini mengindikasikan bahwa ada diversifikasi mata pencaharian masyarakat dari murni agraris menjadi pedagang sehingga meningkatkan pendapatan masyarakat. Kegiatan sosial masyarakat juga meningkat, seperti pengajian ibu-ibu, pola hidup bersih dan hemat, serta sadar akan kelestarian lingkungan. 52
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Masyarakat desa sudah tidak terbebani biaya penerangan lampu minyak tanah karena sudah ada listrik. Sebelum listrik masuk desa biaya untuk penerangan rumah perbulan mencapai 20 liter minyak tanah. Dengan harga eceran di kampung berkisar sembilan sampai dua belas ribu rupiah per liter, beban sudah mencapai sekitar Rp 200.000,- sampai Rp. 240.000,-. Namun sekarang masyarakat hanya cukup mengeluarkan biaya Rp 50.000,- sampai Rp 100.000,- untuk biaya listrik. Beban biaya sebelum ada listrik bertambah berat dengan kebutuhan gas elpiji untuk memasak, yaitu sekitar Rp. 60.000,- per bulan. Hal ini mendorong masyarakat memilih kayu bakar sebagai alternatif pengganti gas. Konsekuensinya adalah terjadi perambahan hutan secara pelan tapi pasti, sehingga hutan menjadi gundul. Padahal warga Desa Baroh menjadi kunci kelestarian hutan lindung Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Suhom karena desa ini paling dekat dengan lokasi PLTMH dan hutan lindung. Namun saat ini kondisi sudah terbalik, tercipta integritas masyarakat sekitar PLTMH untuk lebih peduli terhadap keberlangsungan dan kelestarian lingkungan. Terbentuknya solidaritas masyarakat setempat untuk saling membantu dalam mengatasi berbagai kendala terkait operasional PLTMH. Tradisi pengelolaan hutan yang arif bijaksana telah dipraktekkan secara turun
Penghargaan Energi Pratama temurun dalam masyarakat Aceh. Hal ini diselenggarakan melalui lembaga adat uteun yang dipimpin oleh Penglima Uteun. Panglima Uteun merupakan aparat pemerintahan Mukim yang bertanggungjawab kepada Imam Mukim. Khazanah adat budaya ini masih melekat dalam kehidupan masyarakat Aceh sebagai sebuah kearifan lokal yang masih dipertahankan. Panglima Uteun yang bertanggung jawab akan kelestarian hutan di sekitar desa dengan aturan adat khusus. Bila ada warga masyarakat yang melanggar Panglima Uteun yang memimpin persidangan untuk mengadili pelanggar peraturan adat, serta menjatuhkan sangsi sangsi adat sesuai dengan pelanggarannya. Hasilnya sangat luar biasa, sekitar 15 hektar hutan di DAS Suhom dapat dikonservasi. PLTMH Suhom berjarak sekitar 48 km dari kota Banda Aceh juga menjadi salah satu tujuan wisata yang banyak dikunjungi pada hari libur, sehingga dapat menghidupkan ekonomi masyarakat paling tidak delapan hari dalam sebulan. Disamping sebagai daerah tujuan wisata juga sebagai rujukan pelajar dan mahasiswa yang ingin tahu lebih dekat masalah PLTMH. Sebagai sekretaris desa Tunong Krueng Kala yang melek teknologi Sukardi (28 tahun) sangat terbantu dalam
menyampaikan program desa kepada masyarakat. “Kalau dulu mau rapat saja harus mengedarkan undangan kepada perangkat desa, kepala dusun, tokoh agama dan masyarakat bisa setengah hari. Sekarang cukup dengan bermain jari di atas tombol HP, dalam hitungan detik informasi telah diterima masyarakat,” katanya. Kantor desanya juga telah dilengkapi seperangkat komputer dan internet sebagai wahana untuk menerima dan mengakses informasi. Sebagai anak muda, kebanggaan lain yang dirasakan adalah mampu menghidupkan kegiatan agama anak-anak sekolah di kampungnya. Setiap Jumat malam seluruh siswa di kampung Tunong diwajibkan ke masjid untuk mengikuti pendalaman agama dan pengajian rutin. Hal ini dilakukan untuk menekan penyalahgunaan teknologi serta pengaruh informasi yang ditonton melalui televisi di kalangan remaja. Sebagai sekdes, ia sangat sadar bahwa teknologi bisa bermuka dua. Bila digunakan sebagai alat bantu untuk mempermudah dalam kehidupan itu sangat bermanfaat, namun kalau digunakan sebagai alat kejahatan atau mengumbar hawa nafsu itu yang sangat berbahaya. Kehadiran PLTMH Suhom juga membawa berkah tersendiri buat Pak Dar, panggilan akrab Darmansyah (25 tahun) di Dusun Bak Kulu, Desa Menunasah Krueng Kala. Pak Dar dipercaya sebagai operator atau Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 53
Penghargaan Energi Prakarsa 2012
penjaga PLTMH dengan gaji sebesar Rp 450.000,- per bulan. Sebelum ada PLTMH di kampungnya, sebagai keluarga muda dan petani kecil dengan penghasilan yang tidak tentu, ia sangat terbebani oleh biaya pembelian minyak tanah untuk lampu penerangan dan juga untuk memasak bila gas elpiji langka. Rata rata untuk penerangan menggunakan minyak tanah dia menghabiskan Rp 90.000,- sampai Rp 100.000,- per bulan, belum termasuk elpiji untuk memasak. Sekarang hanya dengan Rp. 70.000,- per bulan, rumah sudah terang benderang, dan bisa nonton televisi bersama keluarga. “Ekonomi keluarga saya agak tenang dengan penghasilan tambahan
54
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
menjaga PLTMH dan juga hasil pertanian di kebun, sehingga dapat mengatur nafas kehidupan rumah tangga lebih baik,” katanya bangga. Banyak harapan yang menggelantung di benak masyarapat dan tokoh masyarakat Kreung Kala kepada pemerintah. Mereka mengharap bantuan dan bimbingan teknis agar pemeliharaan PLTMH tetap efisien dan menambah PLTMH baru agar pasokan listrik terus terjamin di saat musim kemarau tiba. Selain itu, mereka menginginkan jaringan PLN tersendiri untuk Desa Baro Tunong, Meunasah Krueng Kala yang bersumber dari PLTMH Suhom, sehingga bila terjadi gangguan listrik di desa lain tidak berpengaruh terhadap desa mereka. (IWL)
Penghargaan Energi Prakarsa 2012
Pemrakarsa, penggerak masyarakat, dan berkomitmen tinggi dengan mewujudkan pembangunan dan pengelolaan PLTMH 50 kW bagi 300 KK secara swadaya/swakelola di Kecamatan Lhoong, Kabupaten Aceh Besar dan mampu memasok listrik kepada PT PLN (Persero), sehingga berdampak besar meningkatkan perekonomian melalui kegiatan usaha kecil dan meningkatkan kesadaran masyarakat sekitar terhadap kelestarian lingkungan.
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 55
Penghargaan Energi Prakarsa 2012
56
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Penghargaan Energi Prakarsa 2012
Melalui Program Gasifikasi, keandalan dan efisiensi suplai energi listrik juga meningkat, dan hal ini berdampak dalam menggerakkan ekonomi masyarakat maupun industri secara global. Kasus yang sering terjadi ketika boiler masih menggunakan BBM, adalah banyak ditemukan jelaga menempel pada tube boiler maupun air heater.
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 57
Penghargaan Energi Pratama
PT. PJB Unit Pembangkit Gresik
Makin Efisien Setelah Menggunakan Gas KOTA Gresik terletak 20 km sebelah utara Kota Surabaya yang menjadi Ibukota Provinsi Jawa Timur. Selain tempat produsen semen dan petrokimia, di Gresik terdapat pembangkit listrik di bawah PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB) Unit Pembangkit Gresik yang mensuplai energi listrik se-Jawa Bali. PJB UP Gresik memproduksi tenaga listrik dengan total daya terpasang 2.218,98 MW. Energi listrik yang dihasilkan UP Gresik rata – rata per tahun yang disalurkan melalui jaringan transmisi tegangan ekstra tinggi 150 kV dan 500 kV sebesar 10.859 GWh. PJB UP Gresik terdiri 4 unit PLTU, 2 unit PLTG dan 3 unit PLTGU. Dilandasi oleh semangat konservasi energi untuk menghemat pemakaian Bahan Bakar Minyak (BBM) dan semangat diversifikasi energi untuk menganekaragamkan bahan bakar yang digunakan pembangkit, dilakukan improvement pada PLTU Gresik. Peningkatan ini memungkinkan PLTU Gresik yang awalnya hanya bisa beroperasi dengan bahan bakar minyak (BBM) 58
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
menjadi dapat beroperasi dengan BBM dan bahan bakar gas (BBG). . Konversi ke BBG Pada program Repelita IV (1984/1985 – 1989/1990), Pemerintah berencana untuk mengurangi ketergantungan BBM sedini mungkin, ditambah suplai BBG Ir. Heru Sriwidodosari, MM General Manager UP Gresik “Melalui Program Gasifikasi ini keandalan dan efisiensi suplai energi listrik juga meningkat, dan hal ini berdampak dalam menggerakkan ekonomi masyarakat maupun industri secara global. Selain itu, melalui Program Gasifikasi ini, PT PJB UP Gresik mendukung Sistem Jawa Bali di jaringan 150 kV, terutama di Sistem Kelistrikan Jawa Timur sehingga dapat meningkatkan sarana pertumbuhan Industri dan perekonomian”.
Penghargaan Energi Pratama 2 dilakukan pada tahun 1997. Pada unit 1 dan 2 beberapa modifikasi dilakukan agar dapat melakukan pembakaran dengan jenis bahan bakar yang berbeda yaitu BBG atau BBM. Modifikasi yang dilakukan, adalah: 1. Penggantian 6 burner yang ada dengan ABB Radially Stratified Flame Core (RSFC) burner yang mampu melakukan pembakaran dengan BBM atau BBG. 2. Instalasi semua pipa, valve dan hardware untuk gas firing.
Kondisi Tube Boiler dan air heater sebelum dan sesudah gasifikasi
sangat berlimpah saat itu. Oleh karena itu, muncul prakarsa konversi pembangkit dari BBM menjadi BBG. Kebijakan tersebut membuka peluang PT PJB UP Gresik, yang saat itu dikenal sebagai PLN Sektor Gresik untuk melakukan improvement pemenuhan kebutuhan jaringan listrik untuk industri dan konsumen lainnya. Pada saat itu dimulai program gasifikasi yang bertujuan mengurangi pemakaian BBM di PLTU Gresik.
3. Instalasi control system baru, yaitu Burner Management dan Boiler Analog Control type MOD 300.
Pada unit 3 dan 4 juga dilakukan beberapa modifikasi antara lain : 1. Instalasi pipa Gas dan aksesoris 2. Instalasi Burner Gas dan aksesoris 3. Instalasi Gas Receiving Measuring System
dan
4. Penggantian Force Draft Fan (FDF) 5. Modifikasi dan penambahan Fire Protection System 6. Modifikasi Automatic Boiler Control (ABC) dan Automatic Burner System (ABS) 7. Modifikasi beberapa pressure parts
Program gasifikasi di unit 3 dan 4 dilakukan pada tahun 1994 sedangkan di unit 1 dan Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 59
Penghargaan Energi Pratama
Dampak gasifikasi Program gasifikasi ini mampu meningkatkan efisiensi secara signifikan, terutama pada boiler. Kasus yang sering terjadi ketika boiler masih menggunakan BBM, adalah banyak ditemukan jelaga menempel pada tube boiler maupun air heater. Jelaga ini sangat menggangu dan menghambat laluan gas buang hingga menyebabkan kenaikan tekanan pada
60
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
ruang bakar. Masalah tersebut sangat berpengaruh pada saat turun naiknya beban dari minimum ke maksimum maupun sebaliknya. Perubahan tiba-tiba yang sering berlangsung ini menyebabkan penyumbatan pada air heater akibat jelaga yang menumpuk. Penyumbatan ini menurunkan daya terbangkitkan hingga 20%. Namun, setelah menggunakan BBG masalah ini teratasi.
Penghargaan Energi Pratama
Efisiensi PLTU UP Gresik
Program gasifikasi ini juga menghemat biaya produksi tenaga listrik menjadi Rp 810 milyar per tahun. Penghematan ini diperoleh dari meningkatnya produksi energi listrik dibandingkan sebelum program gasifikasi dilaksanakan.
Selain itu, penghematan juga terjadi karena selisih biaya pembelian bahan bakar sebelum dan sesudah program gasifikasi. Program gasifikasi juga menurunkan konsumsi penggunaan air di PLTU yang merupakan dampak program ini juga. Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 61
Penghargaan Energi Prakarsa Program gasifikasi juga menurunkan tingkat emisi pencemaran ditunjukkan hasil pengujian kualitas udara emisi cerobong pada saat PLTU Unit 1 UP Gresik menggunakan BBG. Hasil uji menunjukkkan emisi yaitu Sulfurdioksida (SO2) melewati batas baku mutu udara emisi pada saat mengunakan BBM tidak terjadi lagi saat menggunakan BBG. Tantangan dan Rencana Sejak program gasifikasi bergulir pada 1994 dan 1997, PLTU milik PT PJB UP Gresik mampu beroperasi dengan bahan bakar gas. Kendati mengalami pasang surut
terkait ketersediaan gas – mengingat suplai gas bersifat berada di luar kendali manajemen, PT PJB UP Gresik selalu siap mendukung kebijakan pemerintah dalam efisiensi energi. Terbukti sejak tahun 2012 sampai sekarang, PLTU milik PT PJB UP Gresik secara kontinu beroperasi dengan bahan bakar gas, di saat PLTU berbahan bakar minyak lain harus berhenti beroperasi. “Bahkan sebagai pengayaan selanjutnya, saat ini kami juga merencanakan pembangunan CNG plant di PT PJB UP Gresik dan PLTMG di Bawean,” kata Heru Sriwidodosari menambahkan. (RV)
Area nampak bersih dan tertata dengan program 5S
62
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Penghargaan Energi Prakarsa
Perusahaan pembangkit listrik pertama yang berkomitmen tinggi dan berpartisipasi aktif mempelopori diversifikasi energi secara swadaya/ swakelola sejak tahun 1994 melalui program konversi BBM menjadi BBG yang mampu mengurangi pemakaian BBM 883,9 ton/tahun atau setara Rp 6,35 triliun/tahun, sehingga berdampak besar pada pembangunan maupun peningkatan peran dan kinerja sektor energi dan sumber daya mineral.
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 63
Penghargaan Energi Prakarsa 2012
64
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Penghargaan Energi Prakarsa 2012
Peraturan perundangan yang membatasi perluasan wilayah produksi tidak menghentikan perusahaan pembangkit listrik panas bumi terbesar di Indonesia ini untuk mengembangkan usaha peningkatan produksi listrik energi panas bumi. Melakukan berbagai terobosan penghematan pemakaian tenaga listrik dalam operasionalnya demi menambah pasokan listrik nasional.
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 65
Penghargaan Energi Pratama 2013
Chevron Geothermal Salak (CGS)
Inisiatif Hijau Lumbung Energi GUNUNG Salak, yang terletak 130 km di selatan Jakarta, dikenal memiliki hutan yang alami, untaian kebun teh yang indah dan udara yang sejuk menyegarkan. Selain itu, Gunung Salak juga menyimpan potensi panas bumi yang telah dimanfaatkan untuk menghasilkan tenaga listrik. Salah satu operator pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) di Gunung Salak adalah Chevron Geothermal Salak, Ltd (CGS). Sejak 1982, CGS dengan total produksi listrik 377 NW dialirkan untuk jaringan Jawa-Bali. Lapangan panas bumi Gunung Salak berada di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak, tempat di mana peraturan pelestarian lingkungan hidup diterapkan dengan ketat. Sejalan dengan peraturan perundangan di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak, CGS melakukan berbagai inovasi untuk meningkatkan produksi listriknya. Inovasi yang dilakukan mencakup penghematan pemakaian energi sendiri hingga melakukan perbaikan mesin pembangkit. Manfaat yang didapat dari strategi tersebut setara 66
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Bambang Widjanarko Asset Manager Selain berkontribusi pada ketahanan energi nasional, keberadaan CGS di Gunung Salak telah meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar dengan menyerap tenaga kerja lokal sebanyak 1300 orang serta program corporate social responsibility (CSR) yang difokuskan pada pendidikan, kesehatan dan usaha kerakyatan. CGS pun mempunyai komitmen tinggi dalam menjaga ekosistem sekitar melalui program Green Corridor Initiative. dengan penambahan pasokan energi listrik nasional sebesar 1.598 MWh/tahun dan penurunan penggunaan solar sebesar 182 ribu liter/ tahun.
Penghargaan Energi Pratama Substitusi Genset dengan Panel Surya Dalam upaya menghindari pembukaan lahan hutan untuk membangun jaringan listrik tegangan rendah, CGS sempat memilih berinvestasi dengan menyediakan generator set (genset) untuk kebutuhan penerangan pos keamanan. Namun, setelah melalui kajian, CGS mengganti penggunaan genset dengan memasang panel surya demi menghindari penggunaan bahan bakar solar dan adanya emisi buang. Keberhasilan penggunaan panel surya ini diteruskan dengan memanfaatkan teknologi tersebut untuk keperluan listrik alat deteksi gas yang terpasang di sumur panas bumi. Secara langsung pemakaian solar untuk genset dapat dihemat hingga 7.358 liter/ tahun. Pada 2011, inovasi CGS berlanjut pada pemasangan panel surya di kendaraan operasional tim geochemist. Kendaraan tersebut membawa peralatan survei yang membutuhkan listrik. Sumber listrik sebelumnya adalah aki (accu) yang mengakibatkan mobil kendaraan perlu pulang pergi untuk mengisi ulang aki di kantor. Namun saat ini, aki tersebut diisi oleh panel surya yang terpasang di atas kendaraan sehingga penggunaan BBM kendaraan dapat dihemat.
Nuhsin Hidayatullah Team Leader Health Environmental and Safety CGS mempunyai komitmen tinggi untuk selalu menjaga kelestarian lingkungan hidup. Substitusi Photo Cell dengan Saklar Waktu Dengan wilayah kerja seluas 283,7 ha yang berada di kawasan hutan lindung, penerangan jalan lingkungan menjadi infrastruktur vital untuk menjaga keselamatan dan keamanan kerja di malam hari. Lampu penerangan jalan yang dimiliki CGS mencapai 288 unit. Lampu penerangan tersebut dilengkapi dengan sensor photo cell sehingga lampu menyala secara otomatis sesuai kondisi alam. Namun, kondisi alam yang berkabut hampir setiap harinya membuat sensor bekerja menyalakan Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 67
Penghargaan Energi Pratama
Basuki Nugroho Team Leader Engineering Dengan adanya panel surya, mobil survei tidak harus kembali ke kantor untuk mengisi ulang aki yang diperlukan alat survei. lampu penerangan walau pekerjaan masih bisa dilakukan tanpa bantuan lampu. Dengan pertimbangan tersebut, CGS mengganti photo cell dengan saklar waktu (timer) sehingga nyala lampu dapat dikurangi selama 1 jam per hari. Langkah ini menghemat pemakaian tenaga listrik sebesar 39,35 MWh/tahun dari 288 unit lampu penerangan jalan. Substitusi Lampu Konvensional dengan Lampu LED dan Teknologi Optik Tidak cepat puas dengan penghematan energi penerangan outdoor, CGS juga melakukan penghematan energi 68
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
penerangan indoor. Kegiatan renovasi gedung perkantoran disinergikan dengan komitmen penghematan konsumsi listrik di perkantoran. Kegiatan yang dilakukan adalah penggantian lampu konvensional dengan lampu LED yang mengkonsumsi daya listrik lebih rendah namun memiliki tingkat pencahayaan yang tidak jauh berbeda. Penggantian lampu tersebut dilakukan secara bertahap sejak 2012, mulai dari gedung workshop dan gedung pembangkit PGF lantai 3 yang kemudian akan dilanjutkan pada gedung perkantoran lainnya. Estimasi penghematan energi yang didapat bila program ini selesai dilakukan mencapai 45,38 MWh/ tahun. Inovasi mutakhir yang dilakukan CGS adalah penerangan gudang tanpa menggunakan listrik. Hal ini dilakukan dengan memanfaatkan teknologi optik untuk mentransfer cahaya matahari ke
Penghargaan Energi Pratama MWh/tahun. Teknologi yang dikenal dengan nama solatube tersebut juga dapat menyaring radiasi sinar ultraviolet yang dapat merusak komponen dan material yang disimpan dalam warehouse. Substitusi Sistem Sistem Grativasi
Setyoadi Engineering Penggunaan atap transparan biasa memang dapat mengurangi pemakaian lampu di warehouse namun radiasi ultraviolet yang masuk akan merusak komponen dan material yang disimpan. dalam bangunan. Untuk mendapatkan efisiensi dan kestabilan cahaya, teknologi optik tersebut dirancang dengan memperhatikan variasi intensitas cahaya matahari pada pagi, siang dan sore dalam kondisi cuaca yang berbeda-beda serta menghitung kebutuhan iluminasi di dalam gudang. Dengan rancangan tersebut, teknologi optik yang dibuat mampu menggantikan 25 unit lampu 400 watt yang bekerja selama 8 jam per hari atau setara dengan penghematan energi listrik sebesar 28,8
Pompa
dengan
Dalam operasinya, CGS juga menghasilkan air kondensat dari menara pendingin untuk kemudian diinjeksikan ke sumur Awi 14 dan sebagian harus dibuang ke kolam penampung Awi 13. Dari kolam penampung, air kondensat tersebut dipindahkan ke sumur Awi 12 untuk diinjeksikan kembali. Pemindahan air tersebut memerlukan pompa diesel dengan bahan bakar solar sebanyak 175.200 liter per tahun. Melihat tantangan tersebut, CGS kemudian mengubah sistem pemipaan air kondensat langsung dari pembangkit ke Aw 12 dan Awi 20 sehingga air dapat dialirkan tanpa bantuan pompa lagi dengan memanfaatkan kontur perbedaan elevasi. Sistem serupa juga diterapkan untuk suplai air ke perumahan pegawai (housing) nomor 10 dan 11. Sistem pemipaan air sebelumnya menggunakan 2 buah pompa dengan daya masing-masing 1,8 kW dan 2,1 kW yang beroperasi terus menerus.
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 69
Penghargaan Energi Pratama memiliki rentang nilai efisiensi terbaik yaitu 19º – 20º. Kualitas air pendingin pun dikontrol agar tidak menimbulkan efek gesekan aerodinamik akibat deposit yang dapat menyebabkan kenaikan konsumsi energi listrik. Manfaat dari program ini adalah penurunan konsumsi listrik kipas pendingin sebesar 1,45 GWh/ tahun. Pengaturan Tekanan Uap pada Sistem Ejektor Uap Teknologi optik Solatube untuk penerangan warehouse
CGS kemudian melakukan kajian teknis untuk mengubah jalur pemipaan distribusi air bersih dengan sistem gravitasi yang kemudian diterapkan sejak Desember 2010. Hasilnya, CGS dapat mengurangi pemakaian dayanya sendiri sebesar 34 MWh/ tahun. Perbaikan Pendingin
Sudu
Kipas
Menara
Upaya konservasi energi lainnya adalah optimasi penggunaan daya listrik pada tiga unit kipas menara pendingin yang ada yaitu pada unit 4, 5 dan 6. Setiap kipas mengkonsumsi daya 150 kW per jam. Untuk mengurangi pemakaian daya tersebut, setiap 6 bulan, sudu kipas kemudian diatur pada sudut yang 70
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Sistem pembuangan gas unit 4, 5 dan 6 juga tidak luput dari inovasi yang dilakukan CGS. Pengaturan tekanan di sistem ejektor uap diubah sehingga dapat menurunkan pemakaian uap rata-rata sebesar 6,3 kilo pound per jam. Target yang diharapkan dari perubahan sistem pengaturan uap tersebut adalah penurunan pemakaian uap sebesar 8% setiap jamnya atau setara dengan penghematan energi sebesar 1,1 MWh/ tahun. Pencampuran 2 Jenis Uap Lapangan uap CGS terbagi menjadi 2 wilayah utama yaitu wilayah barat dan wilayah timur. Uap dari wilayah timur mempunyai karakteristik kandungan non condensable gas (NCG) lebih tinggi
Penghargaan Energi Pratama dibandingkan dengan uap dari wilayah barat. Kadar NCG yang lebih tinggi di dalam uap akan menurunkan efisiensi turbin uap. Untuk meningkatkan kembali efisiensi tersebut, pada Juli 2012, CGS menerapkan metoda pencampuran uap dari wilayah barat dan timur sehingga menurunkan kadar NCG di dalam uap yang dikirim ke pembangkit. Manfaat yang dirasakan adalah efisiensi uap meningkat rata-rata sekitar 0,1 – 0,2 Kph atau 72 kilo pound uap selama 20 hari yang setara dengan produksi listrik sebesar 4,2 MW.
“Selain berkontribusi pada ketahanan energi nasional, keberadaan CGS di Gunung Salak telah meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar dengan menyerap tenaga kerja lokal sebanyak 1300 orang serta program corporate social responsibility (CSR) yang difokuskan pada pendidikan, kesehatan dan usaha kerakyatan. CGS pun mempunyai komitmen tinggi dalam menjaga ekosistem sekitar melalui program Green Corridor Initiative,” kata Bambang Widjanarko, Asset Manager CGS. (IAR)
Perusahaan pembangkit listrik panas bumi terbesar di Indonesia yang berkomitmen tinggi dan berpartisipasi aktif mempelopori program konservasi/peningkatan efisiensi energi dengan total penghematan energi sebesar 36,2 MW secara swadaya/swakelola, sehingga berdampak besar pada pembangunan maupun peningkatan peran dan kinerja sektor energi dan sumber daya mineral.
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 71
Penghargaan Energi Prakarsa 2012
72
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Penghargaan Energi Prakarsa 2012
Paten EZONE yang diperoleh pada tahun 2008 ini terbukti mampu menghemat konsumsi listrik sampai dengan 30% dibandingkan AC biasa yang menggunakan electric heatei. Teknologi heat pipe yang digunakan ini sangat cocok diterapkan di daerah yang beriklim tropis dengan tingkat kelembaban yang relatif tinggi seperti Indonesia. Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 73
Penghargaan Energi Pratama
PT. Metropolitan Bayu Industri
Pelopor AC Hemat Energi Indonesia PT Metropolitan Bayu Industri (MBI) adalah perusahaan manufaktur air conditioning (AC) pertama di Indonesia yang menggunakan teknologi heat pipe. Perusahaan yang didirikan pada tahun 1997 mulai beroperasi secara komersial pada tahun 2001. MBI yang mempunyai 95 orang karyawan telah mengantungi tiga paten pembuatan sistem AC yang dapat mengatur temperatur dan kelembaban ruangan (RH) secara aktif bersamaan. AC produksi MBI menggunakan merk EZONE yang dilengkapi dengan Heat Pipe System dan Active Heat Pipe System. Kombinasi heat pipe ini memiliki keunggulan yang secara signifikan mendorong konservasi energi di bangunan gedung dan industri. Teknologi heat pipe ini sangat cocok diterapkan di daerah yang beriklim tropis dengan tingkat kelembaban yang relatif tinggi seperti Indonesia. Perusahaan yang berlokasi di Jalan Raya Narogong Km. 27 Klapanunggal Cileungsi Kabupaten Bogor ini menjadi penerima Penghargaan Energi Tahun 2013 dalam kategori Pratama. MBI seperti diutarakan Presiden Direktur MBI, Ir. John Budi Harjanto, memiliki prestasi sebagai
74
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
perusahaan yang mempunyai komitmen tinggi dan telah berpartisipasi secara aktif mempelopori program konservasi dan peningkatan efisiensi energi serta diversifikasi energi secara swadaya dan swakelola. Konservasi Energi Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan di lapangan, porsi pemakaian energi listrik untuk AC pada bangunan gedung dan industri mencapai 50 – 60% dari total biaya listrik. Kondisi inilah yang pertama kali mengilhami munculnya beragam upaya untuk menurunkan biaya operasional perusahaan.
Penghargaan Energi Pratama Kondisi AC yang beredar di Indonesia saat ini kebanyakan berasal dari negara-negara subtropis seperti Jepang. Korea Selatan, dan China. Desain AC yang diproduksi tersebut umumnya menyesuaikan dengan kondisi iklim di daerah subtropis yang panas dan kering. Desain umum AC subtropis mempunyai sensible heat factor/ratio atau SHF/R sebesar 0.7~0.85 dengan jumlah baris di evaporator coil maksimal tiga baris. Konsekuensi umum pemakaian AC subtropis di daerah tropis seperti Indonesia adalah tingkat kelembaban udara masih di atas 60%. Tidak mengherankan di dalam AC atau ruangan ber-AC banyak ditumbuhi jamur dan mikroorganisme lainnya. Untuk mengatasi permasalahan tersebut biasanya dipasang electric heater atau heating coil sesudah cooling coil. Penambahan electric heater ini akan menambah beban listrik sehingga biaya operasinya akan menjadi lebih besar sekitar 20% - 55%. Melalui serangkaian uji coba dan pengukuran di lapangan, pemasangan AC Ezone dengan Passif Heat Pipe System dapat menghemat listrik sebesar 20% hingga 30% jika dibandingkan dengan menggunakan AC biasa di pasaran. Sedangkan dengan menggunakan AC EZONE yang dilengkapi dengan Active Heat Pipe System dapat menghemat pemakaian energi listrik 25% hingga 55%
dibanding AC biasa. Pemakaian AC Ezone tetap ini tidak mengurangi kenyamanan pemakainya atau tetap memenuhi Standart Nasional Indonesia (SNI) dengan suhu 25ºC ± 1ºC serta relative humidity (RH) 55% ± 5%. Pada tanggal 10 Mei 2005, Ir. John Budi Harjanto Listijono mengusulkan paten sistem tata udara yang dilengkapi dengan pipa panas aktif seperti diilustrasikan pada gambar. Usulan tersebut memperoleh paten dari Kementeriaan Hukum dan HAM pada tanggal 28 November 2008. Paten EZONE tersebut terbukti mampu menghemat konsumsi listrik sampai dengan 30% dibandingkan AC biasa yang menggunakan electric heater. Prestasi tersebut juga telah diakui secara internasional dan berhasil menjadi
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 75
Penghargaan Energi Pratama pemenang ASEAN Energy Awards sebanyak 7 kali. Prestasi ini mampu menjadikan Indonesia sebagai satusatunya peserta di ASEAN Energy Awards yang menang 7 kali dalam waktu yang hampir berurutan hingga saat ini. Konservasi dan Efisiensi Energi Sejak tahun 2004 MBI telah menjadi satusatunya perusahaan AC di Indonesia berteknologi heat pipe. AC produksi MBI saat ini telah digunakan pada lebih dari 150 gedung komersiil dan industri serta mampu mengurangi kebutuhan listrik sebesar 0,3 MW. Salah satu perusahaan terkemuka di Indonesia yang memakai AC Ezone adalah PT Angkasa Pura Bandara Soekarno Hatta Jakarta.
Total unit AC terpasang yang memakai teknologi heat pipe saat ini sudah lebih dari 1.000 AC dengan total kapasitas terpasang 10,000 hp dan total cooling capacity 28MW atau total power input berkisar 10 MW. Apabila kita mengasumsikan
Perakitan komponen AC
76
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Penghargaan Energi Pratama rata-rata penghematannya adalah 30%, total penghematan seluruhnya adalah mencapai 0,3 MW. Dengan kata lain kita dapat mengurangi beban 0.3 MW atau membangun pembangkit listrik sebesar 0,3 MW tanpa mengeluarkan biaya sepersen pun.
Unit AC Ezone yang terpasang di anjungan lepas pantai
Oleh karenanya, sangatlah tepat jika dikatakan bahwa MBI telah berkontribusi secara nyata melalui penggunaan AC heat pipe dan sangat mendukung program Konservasi dan Efisiensi Energi di Indonesia. (MT)
Berkomitmen tinggi dan berpartisipasi aktif mempelopori efisiensi dan konservasi energi sejak tahun 2004 secara swadaya/ swakelola serta menjadi satu-satunya perusahaan AC berteknologi heat pipe di Indonesia yang beriklim tropis, yang telah digunakan pada lebih dari 150 gedung dan mampu mengurangi kebutuhan listrik sebesar 0,3 MW, sehingga ber dampak besar pada pembangunan maupun peningkatan peran dan kinerja sektor energi dan sumber daya mineral.
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 77
Penghargaan Energi Prakarsa 2012
78
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Penghargaan Energi Prakarsa 2012
Menjadi “Lumbung Energi Nasional” adalah target yang ingin diwujudkan dengan melakukan pengembangan pada Pembangkit Listrik dan pemanfaatan sumber energi baru terbarukan. Peningkatan daya listrik dijalankan melalui dua sistem, yaitu Sistem Mahakam dan Sistem Isolated, serta Pengembangan Energi Baru Terbarukan.
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 79
Penghargaan Energi Prabawa
Kalimantan Timur
Membangun Lumbung Energi Nasional ENERGI adalah merupakan kebutuhan dasar manusia dalam menunjang kehidupan, terutama pendidikan, kesehatan dan ekonomi masyarakat. Dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar masyarakat dan meningkatkan rasio elektrifikasi, Pemerintah Kalimantan Timur secara konsisten melakukan pembangunan, perluasan dan pengembangan energi baru terbarukan yang tersedia melimpah di Wilayah Kalimantan timur. Perhatian besar Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur dalam upaya pemenuhan energi listrik hingga daerahdaerah pedesaan mendapat apresiasi pemerintah pusat. Wujud apresiasi pemerintah itu diberikan dalam bentuk Penghargaan Energi Prabawa Tahun 2013 melalui kementrian ESDM bidang pemenuhan energi listrik dan audit energi untuk meningkatkan rasio desa terlistrik dan rasio eletrifikasi. Menjadikan Kalimantan Timur Sebagai “Lumbung Energi Nasional” di Indonesia seperti yang dinyatakan oleh Gubernur Kalimantan Timur Awang Faroek Ishak adalah target yang harus terwujud dengan melakukan pengembangan pada pembangkit pembangkit Listrik dan 80
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
PLTGB MelaK
pemanfaatan sumber sumber energi baru terbarukan yang tersebar di wilayah Kalimantan Timur.
Peningkatan Daya Listrik Untuk mewujudkan Visi dan Misi Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur tersebut Gubernur Kalimantan Timur Awang Faroek Ishak menegaskan bahwa upaya utama yang dilakukan adalah Peningkatan daya listrik. Peningkatan daya listrik di Kalimantan Timur melalui dua sistem yaitu sistem Mahakam dan sistem Isolated serta Pengembangan Energi Baru Terbarukan.
Penghargaan Energi Pratama (PLTU) dengan bahan bakar Batubara dengan total kapasitas 85 MW. Pembangunan ini tersebar di wilayah Provinsi Kalimantan Timur seperti di Melak, Malinau, sistim Tanjung Selor, system Berau dan Tarakan. Khusus di Kota Tarakan telah diberlakukan Tarif Dasar Listrik secara Regional (TDL Regional) sejak tahun 2003 dibangun PLTMG 3 (2x1,5) MW yang dibangun oleh swasta yang COD pada awal tahun 2012.
1) Sistem Mahakam membangun berbagai jenis pembangkit listrik skala besar berupa Pembangkit Listrik Tenaga Uap dan Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG). Sejak tahun 2006 Pemerintahan Provinsi Kaltim bekerjasama dengan PT Kaltim Elektric Power membangun pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbahan bakar batubara dengan kapasitas 2 x 25 MW. Selain itu, Pemerintah Provinsi Kaltim juga bekerja sama dengan PT PLN (Persero) dan swasta/IPP melaksanakan peningkatan daya listrik, melalui pembangunan pembangkit pembangkit listrik PLTU dan PLTG seperti PLTU berkapasitas 2x110 MW di Kariangau (Teluk Balikpapan) dan PLTG Senipah yang berkapasitas 2x41 MW. Semua pembangunan itu direncanakan Commercial Operation Date (COD) akhir tahun 2014. Dengan terealisasinya pembangunan pembangkit tenaga listrik tersebut pada akhir 2014 Sistem Mahakam akan mendorong penambahan daya pembangkit tenaga listrik lebih kurang 482 MW. 2) Sistem Isolated Pada sistem Isolated akan dibangun berbagai jenis pembangkit listrik skala kecil berupa Pembangkit Listrik Tenaga Gas Batubara (PLTGB), Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) dan Pembangkit Listrik Tenaga Uap
Unit reaktor biogas yang terpasang di Desa Long Mesangat
3). Pengembangan Terbarukan
Energi
Baru
Energi baru terbarukan di Kalimantan Timur terus dikembangkan baik melalui pembangunan Pembangkit Listrtik Tenaga Gas (PLTG) berbasis limbah sawit, PLTG Gas Metana Batubara (GMB), Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), digester biogas dan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH).
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 81
Penghargaan Energi Pratama Pengembangan EBT yang telah direalisasikan seperti Pembangunan PLTG berbasis limbah sawit 4x1 MW oleh PT Rea Kaltim Plantation yang telah menandatangani MoU tentang excess power sebesar 3 MW dengan PT PLN (Persero) Wilayah Kaltimra akan dapat melistriki 15 desa (± 784 KK) yang belum berlistrik.
memenuhi kebutuhan listrik 2.200 KK, Pembangunan PLTS sebanyak 27.651 unit (KK) pada 490 desa dengan atau 34% dari total desa di Provinsi Kalimantan Timur. Selanjutnya pembangunan PLTMH pada 11 desa (± 1.392 KK) dan Pembangunan digester Biogas sebanyak 546 unit (KK). Peningkatan Rasio Elektrifikasi dan Desa Berlistrik
Panel Surya yang terpasang dirumah warga di Desa Tanjung Karya
Selain PT. Rea Kaltim Plantation masih banyak lagi pembangunan PLTG yang berbasis limbah sawit seperti 4,9 MW di Muara Kaman, Kab. Kutai Kartanegara oleh PT. Prima Mitra Mandiri yang dapat memenuhi kebutuhan listrik mencapai 5.400 KK.
Pembangunan PLTG berbasis limbah sawit 200 kW di Segah, Kab. Berau oleh PT. Hutan Hijau Mas (MoU dengan PT. PLN) yang akan memenuhi kebutuhan listrik sebanyak 440 KK, PLTG (CBM) 2x1 MW di Kutai Kartanegara yang 82
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Dalam situasi keterbatasan daya listrik, perusahaan perkebunan Sawit yang tersebar di beberapa kabupaten juga diharapkan memberikan access power. Upaya ini diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan, sehingga krisis listrik dan pemerataan perolehan listrik masyarakat Kaltim dapat teratasi. Kaltim terus melakukan pendirian pembangkit listrik yang tidak mengandalkan sumber daya fosil. Di antaranya adalah membangun Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH). Jika pada 2009 jumlahnya masih sekitar 7 unit, pada 2013 ini jumlahnya sudah mencapai 399 unit. Demikian pula dengan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Jika pada 2009 jumlahnya mencapai 22.867 unit di 415 desa, pada 2012 meningkat menjadi 24.798 unit dan tahun ini dilakukan penambahan 2.939 unit di 28 desa.
Penghargaan Energi Pratama Gubernur Kaltim, Awang Faroek Ishak menjelaskan, rasio elektrifikasi (RE) atau rasio rumah tangga berlistrik di Kaltim terus mengalami peningkatan. Jika pada 2009 lalu rasionya masih sekitar 61,75 persen, pada Juni 2013 meningkat menjadi 65,45 persen. Sedangkan rasio desa berlistrik meningkat dari 74% menjadi 82,06% (2007 – 2013). Perhatian besar Pemprov Kaltim dalam upaya pemenuhan energi listrik hingga daerah pedesaan mendapat apresiasi pemerintah pusat. Wujud apresiasi pemerintah itu diberikan dalam bentuk Penghargaan Energi Prabawa Tahun 2013
bidang pemenuhan energi listrik dan audit energi untuk meningkatkan rasio desa terlistriki dan rasio elektrifikasi. “Alhamdulillah Kaltim sukses meraih Penghargaan Energi Prabawa tahun ini. Selain rasa senang dan bangga, penghargaan ini tentu harus menjadi penyemangat kita semua untuk terus memberikan yang terbaik bagi rakyat Kaltim,” kata Gubernur Awang Faroek Ishak usai menerima penghargaan yang diserahkan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jero Wacik di Grand Ballroom The Dharmawangsa Jakarta, Selasa malam (22/10). (EY)
Mengimplementasikan peran, tanggung jawab, dan wewenang Pemerintah Provinsi sebagai penggerak perubahan dalam mewujudkan kebijakan konservasi dan diversifikasi energi nasional dengan cara menerapkan berbagai instrumen kebijakan/peraturan di daerah yang berbasis sumber daya alam pro rakyat dan berdaya saing, terutama melalui pemenuhan energi listrik dan audit energi untuk meningkatkan Rasio Desa Terlistriki dan Rasio Elektrifikasi, sehingga berdampak besar terhadap peningkatan perekonomian, pendidikan, kesejahteraan masyarakat, bangsa, dan negara.
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 83
Penghargaan Energi Prakarsa 2012
84
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Penghargaan Energi Prakarsa 2012
Menerapkan strategi implementasi melalui Forum Ketenagalistrikan dan Energi Daerah untuk merumuskan kebijakan umum di bidang ketenagalistrikan dan energi secara terpadu. Langkah Nusa Tenggara Barat untuk mewujudkan rasio elektrifikasi (RE) 90% pada tahun 2025 dan target energy mix yang didominasi penggunaan sumber energi panas bumi dan air. Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 85
Penghargaan Energi Prabawa
Nusa Tenggara Barat
Potensi dan Aksi Pengembangan EBT MEMPUNYAI peraturan dan kebijakan daerah sebagai implementasi kebijakan dan regulasi pemerintah pusat pada sektor energi, Provinsi Nusa Tenggara Barat di bawah kepemimpinan Gubernur Dr. TGH. M. Zainul Majdi jauh berkembang menjadi provinsi yang mempunyai daya saing di segala bidang khususnya energi. Dukungan luas dari pemerintah kabupaten-kota dan kelompok strategis masyarakat mutlak dibutuhkan untuk merealisasikan program pemerintah provinsi mewujudkan masyarakat Nusa Tenggara Barat yang beriman dan berdaya saing (NTB bersaing). Dalam buku Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Gubernur juga menuturkan bahwa NTB memerlukan terobosan kreatif dan inovatif dalam melakukan akselerasi pembangunan. Buku RPJMD juga menjadi rujukan untuk bekerja dan berkarya demi kesejahteraan empat juta lebih rakyat NTB. Kebijakan Energi Daerah Seputar kebijakan yang diusung oleh Gubernur NTB saat ini, Kepala Dinas Pertambangan dan Energi NTB, Muhammad Husni menyatakan Kebijakan
86
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Energi Daerah bertujuan mengarahkan upaya-upaya dalam mewujudkan penyediaan tenaga listrik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan sebagai pedoman dalam pembangunan dan pengembangan ketenagalistrikan guna mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat di NTB. Sasaran kebijakan ini adalah rasio elektrifikasi (RE) pada 2025 mencapai 90% dan target energy mix yang didominasi penggunaan sumber energi panas bumi dan air. Strategi Implementasi Selain kebijakan tersebut Zainul Majdi beserta aparatnya juga membuat beberapa strategi implementasi. Pertama adalah pembentukan Forum Ketenagalistrikan dan Energi Daerah untuk merumuskan kebijakan umum pemerintah daerah
Penghargaan Energi Prabawa di bidang ketenagalistrikan dan energi secara terpadu, merumuskan program pengembangan dan pemanfaatan listrik dan energi regional serta mengkoordinasikan pelaksanaan program dan kebijakan di bidang ketenagalistrikan dan energi dengan unit terkait.
Pembuatan Unit Biogas dirumah warga
Kedua adalah pengembangan kerja sama multipihak. Muhammad Husni menjelaskan, beberapa pihak yang telah dirangkul dalam upaya pengembangan energi terbarukan seperti PT PLN (Persero) Wilayah NTB. Upaya ini berbentuk bantuan pembangkit listrik 5 MW guna mengatasi krisis listrik pada Sistem Lombok selama 8 tahun dengan dana rata-rata Rp 6 milyar per tahun. Selain itu dibangun kerja sama dengan HIVOS dalam pengembangan 1.000 unit Digester Biogas Rumah (BIRU) yang mendukung dan terintegrasi dengan program Bumi Sejuta Sapi (BSS) serta pemberian kemudahan izin prinsip pengembangan infrastruktur EBT oleh swasta.
Strategi Implementasi berikutnya yang diusung oleh pemerintah NTB adalah pemantapan koordinasi dengan pemerintah kabupaten/kota dengan melakukan sinkronisasi pelaksanaan program pengembangan infrastruktur tenaga listrik dan pengembangan energi baru terbarukan serta pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program. Dinas Pertambangan dan Energi menjadi ujung tombak program gubernur dalam percepatan pembangunan daerah melalui sosialisasi dan edukasi yang meliputi produk kebijakan, program dan kegiatan, konversi bahan bakar minyak ke bahan bakar alternatif dan penghematan energi dan air serta pengendalian bahan bakar minyak bersubsidi. Potensi dan Terbarukan
Aksi
Bidang
Energi
Muhammad Husni menuturkan kegiatan membangun sarana dan prasarana
Unit PJU yang menggunakan energi surya di daerah Selenaik Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 87
Penghargaan Energi Prabawa pengembangan energi baru terbarukan dilaksanakan secara terus menerus dan berkesinambungan dalam jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Sinergi dilakukan hampir di seluruh kabupaten meliputi Lombok Timur, Lombok Tengah, Lombok Barat, Lombok Utara, Bima, Dompu dan Sumbawa.
pengembangan dan pemanfaatan energi baru terbarukan dapat dirasakan langsung manfaatnya dan menjadi budaya di kalangan masyarakat. Pengembangan biogas rumah (Biru) program 1000 unit merupakan langkah awal untuk pengembangan yang lebih besar pada tahap selanjutnya. Upaya mewujudkan Desa Mandiri Energi secara berkesinambungan bertujuan agar masyarakat desa memiliki kemampuan memenuhi lebih dari 60% kebutuhan energinya dari energi terbarukan melalui pendayagunaan potensi sumberdaya setempat. Contoh konkretnya adalah Desa Lantan, Lombok Tengah sebagai Desa Mandiri Energi yang 75% masyarakatnya menggunakan listrik dari PLTMH swakelola.
Untuk itu, telah dibangun 16 unit PLTMH dengan kapasitas antara 25 s/d 800 kW meliputi Lombok Timur, Tengah, Barat, Utara, Bima, Dompu dan Sumbawa dengan total kapasitas 1.409 MW. Sebanyak empat PLTMH yang dikembangkan oleh swasta telah beroperasi dengan kapasitas 5.6 mW. Sementara PLTS 50 Wp sebanyak 10.771 unit, biogas rumah (Biru) ukuran digester 4 meter kubik sebanyak 1.619 unit. Penerangan jalan umum (PJU) akses Bandara Internasional Lombok sepanjang 24 km menggunakan tenaga surya, ditambah 13 lokasi Desa Mandiri Energi. Prospek inovasi sampai saat ini tetap berlanjut di tahun mendatang hingga 88
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Aliran air untuk PLTMH Pemasir
Penghargaan Energi Prabawa Pada 2012 Desa Lantan memperoleh penghargaan peringkat ketiga dalam pemanfaatan EBT yang dilaksanakan Dirjen EBTKE. Sementara tahun ini diusulkan mendapat penghargaan tingkat ASEAN. Prestasi tersebut diharapkan bisa dicontoh masyarakat desa lainnya hingga nantinya persentase elektrifikasi masyarakat NTB semakin tinggi. Penghargaan Energi FaKtor kunci keberhasilan upaya percepatan program pengembangan energi, khususnya energi baru dan terbarukan adalah sosialisasi dan edukasi.
Program ini terus menerus dilakukan oleh seluruh jajaran aparat pemerintah provinsi sampai tingkat daerah kabupaten/ kota dengan melakukan pemantapan koordinasi dalam perencanaan dan pengelolaan sumber daya energi. Atas dasar prestasi dan komitmennya tersebut Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menganugerahkan Penghargaan Energi Prabawa Tahun 2013. Penghargaan yang hanya diberikan kepada mereka yang menjadi teladan dan pelopor pembangunan energi di daerahnya. (IP)
Mengimplementasikan peran, tanggung jawab, dan wewenang Pemerintah Provinsi sebagai penggerak perubahan dalam mewujudkan kebijakan konservasi dan diversifikasi energi nasional dengan cara menerapkan berbagai instrumen kebijakan/peraturan di daerah, terutama melalui program Prioritas Unggulan Biogas Rumah (BIRU) sebagai pendukung program Bumi Sejuta Sapi (BSS), sehingga berdampak besar terhadap perekonomian, kesejahteraan masyarakat, bangsa, dan negara.
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 89
Penghargaan Energi Prakarsa 2012
90
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Penghargaan Energi Prakarsa 2012
Mereplikasikan Program Desa Mandiri dan Program Elektrifikasi Daerah Terpencil yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten, LSM, ataupun Badan Usaha di seluruh Provinsi, adalah wujud nyata keinginan pimpinan daerah ini untuk memenuhi kebutuhan energi masyarakatnya.
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 91
Penghargaan Energi Prabawa
Sulawesi Selatan
Desa Mandiri dan Elektrifikasi Daerah Terpencil
GUBERNUR Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo memberikan perhatian khusus terhadap pemanfaatan energi baru terbarukan dengan mengeluarkan kebijakan Program Desa Mandiri dan Elektrifikasi Desa Terpencil yang tertuang di dalam Renstra DESDM Tahun 2008-2013. Berdasarkan kebijakan yang dikeluarkan 92
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
tersebut, terwujudlah produk nyata hasil inovasi dan pengembangan teknologi baru yang berdampak positif terhadap pembangunan maupun peningkatan peran kinerja sektor energi dan sumber daya mineral dalam pengelolaan energi yang berkelanjutan dan efisien.
Penghargaan Energi Prabawa Keberhasilan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan merupakan hasil dari perjalanan yang tidak singkat. Pengembangan dan pemanfaatan energi baru terbarukan untuk memenuhi kebutuhan energi masyarakat telah dimulai sejak tahun 2008. Keberlanjutan program pemanfaatan energi baru terbarukan ini terus dilakukan hingga Tahun 2020. Keberhasilan yang diraih antara lain melalui Program Desa Mandiri Energi, pemerintah provinsi Sulawesi Selatan meningkatkan elektrifikasi dari 64% pada Tahun 2008 menjadi 85,5% pada Tahun 2012. Peningkatan rasio elektrifikasi di Sulawesi Selatan ini menunjukkan upaya
untuk menyeimbangkan sumber energi fosil dan energi baru terbarukan. Program Desa Mandiri dan Program Elektrifikasi Daerah Terpencil merupakan bentuk peranan dan kepedulian pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dalam memenuhi kebutuhan energi listrik, yang diharapkan direplikasi oleh pemerintah kabupaten, LSM, ataupun badan usaha di Provinsi Sulawesi Selatan. Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan membangun infrastruktur EBT, yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH), Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 93
Penghargaan Energi Prabawa Mengeluarkan
Perda No.1/2008, 2009, 2010, 2011, dan 2012, a.l. pada Lampiran III yang menyebut Dinas ESDM mengembangkan Program Pengembangan Desa Mandiri Energi dan Elektrifikasi Daerah Terpencil;
Mengeluarkan
Perda No.9/2009 tentang Tata Ruang, a.l. memuat peningkatan kualitas dan jangkauan energi yang merata di seluruh Sulsel, strategi meningkatkan jaringan energi, peta potensi sumber energi primer, dan pembangkit existing;
PLTM daerah Lero
(PLTMS), Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB), dan Instalasi Biogas di berbagai daerah di Provinsi Sulawesi Selatan. Selain itu, pemerintah provinsi Sulawesi Selatan juga menginspirasi para pemangku kepentingan untuk menggalakkan pembangunan dan pemanfaatan EBT. Keberhasilan Pemerintah provinsi Sulawesi Selatan membangun pembangkit listrik telah berhasil mengundang provinsi/ kabupaten/Dinas ESDM daerah lain untuk “meniru” Program Desa Mandiri yang kelak akan diterapkan di daerahnya masingmasing.
Mengeluarkan Perda No. 12/2008 tentang RPJMD, a.l. Memuat peningkatan kualitas sarana dan prasarana wilayah, termasuk energi dan listrik;
Rencana Umum Kelistrikan Daerah 2011-2015 yang akan disahkan oleh DPRD Sulsel;
Mengeluarkan
dokumen Rencana Umum Energi Daerah (RUED)
Pada usaha pengelolaan energi dikeluarkan produk kebijakan-kebijakan untuk mendukung pemenuhan kebutuhan energi di Provinsi Sulawesi Selatan sebagai berikut:
94
|
Mengeluarkan Peraturan Gubernur No.140/2009 tentang Tarif Biaya Pemasangan Instalasi Pemanfaatan Tenaga Listrik untuk Konsumen Tegangan Rendah; Bergerak dengan Energi Terbarukan
PLT Biomassa
Penghargaan Energi Prabawa
Mengajak partisipasi pemkab/pemkot untuk membangun pembangkit listrik di daerahnya.
Peta Potensi PLTM di Sulawesi Selatan Program Desa Mandiri Energi telah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, baik secara ekonomi, sosial, dan budaya. Masyarakat mengalami peningkatan akses informasi melalui TV dan radio, peningkatan kualitas belajar dan ibadah, selain itu kesadaran masyarakat terhadap lingkungan juga semakin meningkat.
Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan juga memikirkan keberlanjutan program pemanfaatan Energi Baru Terbarukan. Hingga tahun 2020 program ini akan menjadi fokus perhatian Provinsi Sulawesi Selatan di sektor energi dan sumber daya mineral terutama pengembangan dan pemanfaatan EBT, yang menjadi prioritas. Keberlanjutan program ini tertuang dalam draft RPJMD 2013-2018 Provinsi Sulawesi Selatan dan draft Renstra DESDM serta RAD GRK Provinsi Sulawesi Selatan. (DI)
Mengimplementasikan peran, tanggung jawab, dan wewenang Pemerintah Provinsi sebagai penggerak perubahan dalam mewujudkan kebijakan konservasi dan diversifikasi energi nasional dengan cara menerapkan berbagai instrumen kebijakan/peraturan di daerah, terutama melalui program Desa Mandiri Energi sejak tahun 2008 dengan prioritas pengembangan Pembangkit Listrik Skala Kecil paralel bersama usaha pendukungnya sekaligus membangun infrastruktur di desa tidak terjangkau jaringan listrik PT PLN (Persero), sehingga berdampak besar terhadap peningkatan perekonomian, kesejahteraan masyarakat, bangsa, dan negara.
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 95
Penghargaan Energi Prakarsa 2012
96
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Penghargaan Energi Prakarsa 2012
Gas metana yang digunakan sebagai sumber energi untuk kebutuhan sehari-hari oleh masyarakat, mampu mengurangi ketergantungan pada elpiji ataupun listrik. Warga yang telah mendapat layanan gas metan dari TPA, dapat dilihat dari rumah yang berstiker hijau, bertuliskan "Kampung Metan".
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 97
Penghargaan Energi Prabawa
Kabupaten Malang
Langkah Terobosan “Kampung Metan” dan “Kuning Emas” SEBAGIAN besar wilayah kabupaten Malang – yang merupakan kabupaten kedua terbesar di provinsi Jawa Timur – adalah pegunungan berhawa sejuk yang memiliki potensi agraris dan wisata. Sebagai sumber ekonomi sebagian besar masyarakatnya, pemerintah daerah Kabupaten Malang secara konsisten mengelola potensi tersebut sehingga kabupaten Malang telah menjadi salah satu sentra pertanian dan peternakan serta pariwisata di Indonesia.
98
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Penjabaran visi dan misi Pemerintah Kabupaten menjadi roh rencana strategis Bupati Kepala Daerah, yakni peningkatan kualitas infrastruktur, peningkatan fungsi dan kualitas lingkungan hidup dan peningkatan produktivitas dan ekonomi masyarakat. “Permasalahan penyediaan dan pemerataan energi merupakan prioritas bagi Pemerintah Kabupaten Malang,” kata Kepala Dinas Energi dan Sumber
Penghargaan Energi Prabawa Daya Mineral Kabupaten Malang, Drs. AR Firdaus M.Si. Lebih lanjut, Firdaus menjelaskan bahwa Pemerintah Kabupaten Malang melalui dinas-dinas teknis terkait senantiasa berusaha untuk mengembangkan inovasi baru dalam rangka penyediaan dan pemerataaan energi bagi masyarakat desa. Berbagai upaya yang dilakukan termasuk diversifikasi sumber energi yang disesuaikan dengan potensi desa yang tersedia.
Regulasi Pendorong Demi mewujudkan tujuan pemenuhan dan pemerataan energi, Pemkab Malang menelurkan berbagai regulasi. Melalui regulasi tersebut pemerintah berupaya mendorong penyusunan dan pelaksanaan program kerja pemerintah serta partisipasi aktif berbagai pihak dalam penyediaan energi baik di perkotaan maupun di perdesaan. Kebijakan pendorong yang berkaitan dengan pengembangan, penyediaan, dan pemanfaatan energi dengan prinsip diversifikasi dan konservasi di Kabupaten Malang diatur dalam berbagai kebijakan yang secara garis besar dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1. Peningkatan ketersedian dan kualitas infrastruktur daerah termasuk infrastruktur energi serta peningkatan kualitas dan fungsi lingkungan hidup serta pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan;
2. Penetapan Desa Mandiri Energi dalam rangka mendorong pemanfaatan sumber-sumber energi setempat yang berkelanjutan dalam pemenuhan kebutuhan energi suatu desa; 3. Pengelolaan sampah dan sanitasi mendorong pemanfaatan gas metan dari berbagai TPA di lingkungan kabupaten malang; 4. Penghematan Listrik dan Air di baik di lingkup pemerintah kabupaten Malang dan di lingkungan masyarakat. Implementasi regulasi tersebut terbukti mendorong kreativitas pihak pemerintah dan masyarakat dalam penyediaan energi melalui diversifikasi energi. Hingga 2013, telah hampir 10.000 kepala keluarga di Kabupaten Malang yang menikmati energi baik berupa gas maupun listrik yang berasal dari sumber-sumber energi berkelanjutan setempat.
Pemanfaatan biogas untuk rumah tangga di Kab. Malang
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 99
Penghargaan Energi Prabawa Pemanfaatan gas metana untuk penyediaan dan pemerataan energi bagi masyarakat di sekitar lokasi TPA dilakukan melalui penangkapan, pemurnian, dan pendistribusian gas metana ke rumahrumah warga. Gas metana dipergunakan sebagai sumber energi untuk kebutuhan sehari-hari masyarakat sehingga mengurangi ketergantungan pada elpiji ataupun listrik. Pemanfaatan Gas Metana TPA Melalui peraturan daerah dan instruksi Bupati mengenai pengelolaan sampah, Kabupaten Malang merintis TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Sampah Talangagung Kec. Kepanjen, dan TPA Paras Kec. Poncokusumo untuk melaksanakan pengelolaan sampah berwawasan lingkungan. Regulasi ini memberikan keleluasan dinas teknis untuk melakukan inovasi pemanfaatan gas metan TPA. Diawali upaya penangkapan dan uji coba pemanfaatan saja, kini sudah meningkat dengan distribusi ke rumah tangga. “Untuk pengembangan, Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Malang akan terus berupaya untuk memaksimalkan distribusi gas metana ke rumah tangga sekitar TPA. Untuk TPA Talangagung, angka awal sambungan rumah gas metan sekitar 65 KK. Pada pertengahan 2013 telah disambungkan kepada total 95 KK. Sementara, untuk TPA Paras, gas metan telah disalurkan kepada 85 KK dan hingga akhir tahun 2013 ditargetkan telah tersambung tambahan 100 KK,” kata Kepala Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Malang, Romdhoni. 100
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Warga yang telah mendapat layanan gas metan dari TPA bisa dilihat dari rumah berstiker hijau bertuliskan "Kampung Metan." Dan, kini Pemkab Malang tengah mengembangkan inovasi teknologi AMEG (accumulator of metana gas) untuk memampatkan gas metana yang dihasilkan ke dalam tabung. Pemanfaatan Kotoran Ternak untuk Biogas Pemerintah Kabupaten Malang juga menggalakkan pemanfaatan kotoran ternak sebagai sumber energi rumah tangga di desa melalui pembangunan digester biogas sehingga masyarakat di perdesaan memiliki sumber energi yang murah, dan terbarukan. Bantuan pembangunan digester biogas kepada masyarakat ternyata memperoleh respon positif. Biogas yang dibangun secara massal oleh Pemerintah Kabupaten Malang adalah digester biogas tipe fixed dome. Kapasitas rata-rata digester fixed dome adalah 6-10m3. Kantor dinas terkait menggunakan anggaran yang bersumber dari dana APBD murni Kabupaten Malang-
Penghargaan Energi Prabawa telah membangun sebanyak 1.710 unit digester biogas yang dimanfaatkan oleh sekitar 2000 KK. Tidak hanya itu, jika dijumlahkan dengan digester yang dibangun oleh pihak lain seperti koperasi, LSM, dan lain-lain, jumlah unit digester biogas yang ada di Kabupaten Malang telah mencapai 4.557 unit untuk penyediaan energi bagi sekitar 6.000 KK yang setara dengan 10.684 m3 gas metana/hari Berbagai dampak positif dirasakan dari pemanfaatan limbah dan sampah sebagai sumber biogas adalah berkurangnya pencemaran udara akibat tumpukan kotoran sapi atau pembuangan kotoran ke saluran air terdekat. Disamping itu, ketergantungan penggunaan energi fosil dapat ditekan begitu juga kegiatan penebangan pohon di hutan semakin berkurang.
Pemanfaatan Sumber-sumber Energi Lainnya Selain memanfaatkan limbah sebagai sumber energi, pemerintah kabupaten Malang juga berupaya melaksanakan pemenuhan energi melaui sumbersumber lainnya yang tersedia di lingkungan sekitar seperti air dan matahari. Melalui Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral, telah dibangun PLTMH (Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro) sebanyak enam unit, meliputi PLTMH Wringinsongo (kapasitas 14 KVA), PLTMH Kalisukun (2 x 50 KVA), PLTMH Dau (10 KVA), PLTMH Bendosari (26 KVA), PLTMH Sumber Maron (27 KVA). Kondisi geografis Kabupaten Malang yang berbukit-bukit terutama di daerah Malang Selatan, menyebabkan jaringan listrik PLN sulit untuk memasuki daerah-daerah terpencil di wilayah Kabupaten Malang. Untuk mengatasi kekurangan jaringan
Instalasi gas metana Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 101
Penghargaan Energi Prabawa mandiri secara energi, penetapan DME dimaksudkan untuk pemberdayaan masyarakat melalui pemanfaatan energi untuk kegiatan ekonomi produktif. Gerakan Hemat Energi dan Air Berbagai upaya juga dilakukan pemkab Malang dalam mendorong penghematan energi dan air di lingkungan Kabupaten Malang. Pemkab melaksanakan gerakan hemat listrik dan air di perkantoran lingkup Pemerintahan Kabupaten Malang. Selanjutnya gerakan ini diperluas untuk menjangkau masyarakat. listrik tersebut, Pemerintah Kabupaten memasang instalasi PLTS untuk daerah yang tidak terjangkau aliran listrik PLN. Sampai saat ini telah membangun PLTS sebanyak 1.357 unit tersebar di Kabupaten Malang dengan daya masing-masing 50 Wp. Merintis Desa Mandiri Energi Agar masyarakat di desa dapat memenuhi kebutuhan energinya tanpa tergantung terhadap suplai energi dari luar, masyarakat perlu memanfaatkan potensi yang ada di daerah tersebut. Dengan memanfaatkan aliran sungai yang terdapat di desa Panggunrejo kecamatan Kepanjen pemkab telah membangun PLTMH Kalisukun kapasitas 2 x 50 KVA. Selanjutnya, Bupati menetapkan desa Panggunrejo menjadi Desa Mandiri Energi (DME) “KUNING EMAS” (Kampung Unggulan Niaga Industri Nuansa Gender Emban Masyarakat Andalan Sejahtera) berbasis energi terbarukan. Selain 102
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Tidak berhenti pada kegiatan sosialisasi penghematan listrik pemerintah secara aktif dan nyata mendorong konservasi energi dalam masyarakat baik di perkotaan maupun perdesaan. Salah satu contoh nyata keseriusan pemkab Malang melaksanakan konservasi energi adalah melalui pemberian bantuan lampu hemat energi kepada masyarakat. Dengan memanfaatkan lampu hemat energi, diharapkan mengurangi penggunaan energi di Kabupaten Malang. “Pemerintah dan masyarakat Kabupaten Malang terus berupaya agar ketergantungan terhadap energi fosil maupun kayu bakar dapat dikurangi melalui upaya-upaya diversifikasi dan konservasi energi. Potensi yang ada di lingkungan kabupaten Malang memungkinkan upaya-upaya tersebut dapat dilaksanakan. Pemerintah akan terus melakukan inovasi dan terobosan demi memanfaatkan potensi-potensi tersebut,” kata Bupati Kabupaten Malang, H. Rendra Kresna. (MP)
Penghargaan Energi Prabawa
Mengimplementasikan peran, tanggung jawab, dan wewenang Pemerintah Kabupaten sebagai penggerak perubahan dalam mewujudkan kebijakan konservasi dan diversifikasi energi nasional dengan cara menerapkan berbagai instrumen kebijakan/ peraturan di daerah, terutama melalui program ketahanan dan kemandirian energi untuk desa di wilayahnya dengan memanfaatkan gas metana dari TPA dan biogas kotoran ternak yang berdampak besar terhadap peningkatan perekonomian, kesejahteraan masyarakat, bangsa, dan negara.
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 103
Penghargaan Energi Prakarsa 2012
104
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Penghargaan Energi Prakarsa 2012
Yang pertama memanfaatkan gas terbuang dari pengeboran minyak bumi menjadi energi listrik bagi masyarakat. Kini malam yang gelap gulita dan risau seringnya pemadaman listrik tidak menjadi kendala. Inisiatif di tahun 2001 ini jauh sebelum program konversi minyak tanah ke LPG pada tahun 2005 – 2006 lalu.
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 105
Penghargaan Energi Prabawa
Tanjung Jabung Barat
Gigih Memanfaatkan Yang “Terbuang” ADA yang khas setiap kita melihat instalasi pengeboran minyak dan gas bumi, selalu terlihat obor raksasa menyala 24 jam sehari. Pada malam hari nyala apinya lebih terlihat jelas, dari kejauhan sekalipun. Seakan-akan menjadi pelita bagi kehidupan malam yang gulita. Obor raksasa yang berasal dari flare gas atau dikenal dengan istilah gas buang (sebagian lagi menyebutkan gas suar) terbakar dan terbuang dengan percuma. Dengan memanfaatkan gas buang tersebut, di saat sebagian penduduk negeri ini mengeluhkan terjadinya pemadaman listrik bergilir, hampir sebagian besar masyarakat Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi malah hidup tenang. Mereka memiliki listrik yang dihasilkan olahan gas buang dari Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Tanjung Jabung Power. Gas buang yang diolah PLTG Tanjung Jabung Power adalah gas ikutan yang terkandung dalam reservoir minyak bumi. Dinamakan flare gas karena umumnya dalam pengeboran minyak bumi, gas ini dimanfaatkan untuk mengeluarkan minyak mentah karena tekanannya yang kuat. Gas buang dari pengeboran perut
106
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
bumi ini umumnya langsung dibuang dan dibakar agar tidak meracuni dan membahayakan lingkungan sekitar. Berangkat dari kisah keprihatinan sebagian masyarakatnya yang masih hidup dalam gelap gulita, dan seringnya pemadaman listrik yang terjadi di daerahnya, Bupati Tanjung Jabung Barat Drs. H. Usman Ermulan MM, berinisiatif untuk menyediakan listrik dari obor raksasa yang dilihatnya saat pergi dan pulang ke luar daerah. Inspirasi muncul saat mobil dinasnya mogok di malam hari di daerah antara Kota Jambi – Kuala Tungkal yang sepi yang gelap gulita karena tak ada penerangan jalan. Ketika beristirahat di rumah penduduk, ia merasa prihatin karena tidak adanya titik cahaya dalam rumah. Namun dari kejauhan terlihat nyala api yang menyala-nyala dari obor raksasa itu yang cukup terang. Lalu terlintas di benak Bupati untuk memanfaatkan api yang terbakar percuma dari obor raksasa itu, seandainya dapat digunakan sebagai penerang jalan dan menjadi pelita bagi penduduk yang
Penghargaan Energi Prabawa masih menikmati malam gelap gulita di daerahnya. Sejak itu, mulailah ia berusaha untuk mewujudkan listrik dari pemanfaatan gas terbuang itu. Langkahnya dimulai dari meyakinkan dan mendorong Petrochina International Jabung Ltd agar bersedia menyalurkan gas flarenya untuk Pembangkit Listrik Tenaga Gas yang akan dibangun di daerahnya. Proses panjang ini harus dilalui Bupati Tanjabar ini. Berulang kali pula ia meyakinkan Kepala BP Migas yang awalnya
tidak merespon positif. Hingga kemudian Bupati melakukan pendekatan kepada Wakil Presiden Hamzah Haz pada 2011. Permintaannya terkait ijin pemberian flare gas ini pun akhirnya disetujui. Kemudian ia bersama-sama jajaran aparat pemerintah serta dukungan DPRD Kabupaten Tanjung Jabung Barat mendirikan BUMD yang akan mengelola PLTG Tanjung Jabung Power (TJP). Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat pun menyediakan lahan seluas 2 hektar.
Mesin pembangkit gas PLTG Tanjung Jabung Power Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 107
Penghargaan Energi Prabawa Dengan kepemilikan saham Pemkab sebesar 20% (penyertaan modal sekitar 12 milyar rupiah) dan mengundang PT Navigat untuk mengelola PLTG Tanjung Jabung Power (TJP) dengan kepemilikan saham 60%, akhirnya pembangunan jaringan transmisi PLTG sepanjang 20 km dapat diwujudkan dengan dana hampir 20 miliar rupiah. Potensi, Kapasitas dan Komitmen Penyediaan Energi Menurut Manajer Operasional PLTG Tanjung Jabung Power I, pasokan gas buang mencapai 1.300 juta MMBTU setiap hari. Dari jumlah itu, dapat dihasilkan sekitar 100.000 kilowatt jam (kWh) listrik per hari. Jumlah ini dapat menyediakan listrik bagi ribuan kepala keluarga dan penerangan jalan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, khususnya di sekitar Kota Kuala Tungkal.
PLTG Tanjung Jabung Power
108
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Dimulai pengoperasian sejak tahun 2006, yang awalnya hanya 5,5 MW, hingga saat ini dengan kekuatan berupa tujuh buah mesin gas berkapasitas masing-masing 2,1 MW – 3,4 MW per mesin gas, dapat dihasilkan total kapasitas unit terpasang sebesar 21 MW. Keberadaan PLTG ini telah mengurangi penggunaan PLTD di PLN dan masyarakat. Terjadi pula peningkatan jaringan transmisi dan distribusi. Jumlah pelanggan listrik PLN pun naik dari 14.729 rumah tangga di tahun 2007 menjadi 24.171 rumah tangga di tahun 2012. Menurut pejabat PLTG Tanjung Jabung Power, penggunaan gas buang sebagai sumber alternatif penghasil listrik, jauh lebih hemat dibandingkan bahan bakar batubara dan minyak bumi. Dengan memanfaatkan gas buang, pihaknya menjual listrik Rp 550 per kWh ke PLN. Harga ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan penggunaan solar yang menghabiskan biaya Rp 2.000 sampai Rp 2.500 per kWh. PLTG yang memanfaatkan gas flare yang diinisiasi Pemkab Tanjung Jabung Barat merupakan yang pertama di Sumatera. PT Chevron Pacific di Riau dan Pertamina berniat menggunakan metoda yang sama untuk suplai kebutuhan tenaga listriknya. PLTG tersebut telah banyak dikunjungi dalam rangka studi banding. Survei dari PT Navigat sebagai salah salah satu
Penghargaan Energi Prabawa pemilik saham, saat ini telah ada 250 unit gas engine yang dioperasikan berdasarkan PLTG tersebut.
total kapasitas unit terpasang minimum 1400 Wp dan pembangunan 42 unit instalasi biogas.
Dengan makin luasnya akses listrik tersebut, masyarakat dapat lebih beraktivitas secara produktif di malam hari. Kondisi ini mendorong peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari Rp 22 miliar pada 2011 menjadi Rp 50 miliar pada 2013.
Langkah lain yang dilakukan pemkab adalah mengupayakan pembagian converter kit bahan bakar minyak (BBM) ke bahan bakar gas (BBG) untuk perahu nelayan. Converter kit yang dibagikan ini berasal dari program community development Petrochina dan swasta lainnya serta program Ditjen Migas Kementerian ESDM. Pemda Tanjung Jabung Barat juga menyiapkan program konversi BBM ke BBG pada kendaraan perkebunan, pertambangan dan angkutan umum.
Meski begitu, pasokan listrik 21 MW dari pengoperasian PLTG Tanjung Jabung Power I ini belum memenuhi kebutuhan seluruh warga di Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Beberapa langkah lain diupayakan oleh Bupati Usman Ermulan dalam penyediaan energi bagi masyarakatnya. Hingga tahun 2013, dibangun satu unit PLTG Purwodadi yang sedang dalam tahap pra-pembangunan berupa 2 mesin gas ber kapasitas 6 MW per mesin gas dan total kapasitas 12 MW, 1 unit PLTU Tungkal Ilir yang sedang dalam tahap pembangunan berupa 2 mesin uap berkapasitas 7 MW per mesin uap dengan total kapasitas unit terpasang 14 MW. Selain itu, Pemkab Tanjung Jabung Barat juga telah memasang 28 unit PLTS dengan kapasitas masing-masing 50 Wp dengan
Sedang dibangun pula PLTMH kapasitas 32 kW dengan memanfaatkan tenaga air dari irigasi Suban, kecamatan Batang Asam, kabupaten Tanjung Jabung Barat, dan diharapkan dapat melistriki desa-desa sekitar yang selama ini belum mendapat listrik. Bupati juga mendorong PT Inti Indo Sawit Subur untuk memanfaatkan fiber dan cangkang kelapa sawit sebagai bahan bakar boiler yang uapnya dimanfaatkan untuk proses produksi dan bahan baku produksi listrik.
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 109
Penghargaan Energi Prabawa Pendorong Perubahan Saat memasuki usianya yang ke-34 dan seiring dengan bergulirnya era desentralisasi, Kabupaten Tanjung Jabung memekarkan diri menjadi dua wilayah, yaitu Kabupaten Tanjung Jabung Barat sebagai Kabupaten Induk dengan Ibukota Kuala Tungkal, dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur sebagai Kabupaten hasil pemekaran dengan Ibukota Muara Sabak. Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang beribukota di Kuala Tungkal ini memiliki masyarakat yang heterogen. Suku Banjar, Minang, Melayu, Jawa, Bugis dan berbagai etnis berbaur di kabupaten yang terkenal dengan julukan "Serengkuh Dayung Serentak ke Tujuan". Dengan
110
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
hasil pertanian dan perkebunan yang cukup melimpah, Kabupaten ini terus berkembang. Kelapa, sawit, pinang, dan beraneka buah-buahan adalah sumber daya alam yang banyak terdapat di daerah ini. Juga kekayaan minyak bumi dan gas yang saat ini dikelola oleh perusahaan BUMN dan asing juga merupakan kekayaan asli dari daerah ini. Menyadari pentingnya pemenuhan energi bagi masyarakatnya, Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat terus melakukan serangkaian kegiatan yang menghasilkan produk serta mengeluarkan beberapa kebijakan dan regulasi yang dapat dilaksanakan dengan cepat. (MF)
Penghargaan Energi Prabawa
Mengimplementasikan peran, tanggung jawab, dan wewenang Pemerintah Kabupaten sebagai penggerak perubahan dalam mewujudkan kebijakan konservasi dan diversifikasi energi nasional dengan cara menerapkan berbagai instrumen kebijakan/peraturan di daerah, terutama melalui penerapan program energi unggulan dalam rangka mewujudkan akses/fasilitatif listrik rakyat dari Instalasi Biogas, PLTS, dan jaringan transmisi/ distribusi PLTG, PLTU, serta optimalisasi pemanfaatan gas flare, sehingga berdampak besar terhadap peningkatan perekonomian, kesejahteraan masyarakat, bangsa, dan negara.
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 111
Buku edisi ke-2: “Bergerak dengan Energi Terbarukan menyajikan:
Energi diwujudkan dalam bentuk pancaran energi berwarna kuning terbuat dari material berlapis emas 18 karat setebal 2 mikron
Kisah Sukses Pengembangan, Penyediaan dan Pemanfaatan Energi Terbarukan” merupakan bacaan inspiratif, menggugah kesadaran kita untuk bertindak dan mengelola kekayaan sumber daya energi sekitar dan memanfaatkan sebesar-besarnya untuk meningkatkan perekonomian masyarakat.
Planet bumi yang mengandung energi yang harus dikelola secara baik diwujudkan dalam bentuk setengah bola dunia berwarna chrome Pada bagian depan landasan mencantumkan nama penerima Penghargaan Energi, jenis penghargaan dan tahun perolehan.
Keteladanan para Penerima Penghargaan Energi Tahun 2013, sebagai perintis, pelopor dan inovator yang telah berhasil memfasilitasi, mengembangkan, mengelola, dan menyediakan energi secara mandiri dan dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar, serta ikut menggerakan tumbuhnya ekonomi kerakyatan. Peran aktif masyarakat dan pemangku kepentingan untuk secara nyata melakukan diversifikasi, konservasi, dan budaya hemat energi secara berkesinambungan, utamanya energi baru terbarukan.
Badan Litbang ESDM, Jalan Ciledug Raya Kav. 109 Jakarta Telp. 021-72798311, Faks. 021-72797968 Email :
[email protected] Websiten : www.litbang.esdm.go.id www.penghargaanenergi.esdm.go.id © 2014
BERGERAK DENGAN ENERGI TERBARUKAN EDISI KEDUA
“PENGHARGAAN ENERGI”
Penerima Penghargaan Energi 2013
Hak cipta © Badan Litbang ESDM, 2014 Cetakan 1, Desember 2014 Pengarah: F.X. Sutijastoto
Kisah Sukses Pengembangan, Penyediaan dan Pemanfaatan Energi Terbarukan
Penanggung Jawab: Yanni Kussuryani
Edisi Kedua
Bergerak dengan
energi
terbarukan CATUR DHARMA ENERGI Tingkatkan Produksi MIGAS Kurangi impor BBM Dorong pengembangan EBT Hemat energi
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ESDM KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA
Penulis: Hermansyah Mufdi ‘ed’ Firdaus I Wayan Lugra Arfi Ikhsan Firmansyah M. Indra Al Irsyad Moris Tanto Imam Prayitno Nandang Jumarudin Umar Dani M. Irsan Emi Yuliarita Dewi Istiyanie Marlin Pandin Herdiana Prasetyaningrum Editor: Islaminur Pempasa Diterbitkan oleh: Badan Litbang ESDM Jalan Ciledug Raya Kav. 109 Jakarta
[email protected] www.litbang.esdm.go.id www.penghargaanenergi.esdm.go.id