BADAN GEOLOGI - ESDM
Studi Kasus Merapi 2006 : Peranan Pengukuran Deformasi dalam Prediksi Erupsi
A. Ratdomopurbo Kepala BPPTK-PVMBG
Sosialisasi Bidang Geologi “-----------------------------------------------------------------------” Bandung, 17-20 September 2006
Memahami Sumber Bahaya Pendidikan Monitoring KEJADIAN
Planning Penanggulangan Fisik
BPPTK-PVMBG BADAN GEOLOGI - ESDM
Fase kebencanaan
Tindakan
Situation
Tingkat Perhatian
Pra-Bencana
Persiapan
TENANG
Perhatian Rendah (Bisa terlupakan)
Kejadian
Tindakan Darurat
Chaos (Hiruk-pikuk)
Perhatian Penuh
Paska Bencana
Rekonstruksi
adaptasi, frustasi
Berpikir Proporsional? Prioritas ? Menurun ?
BPPTK-PVMBG BADAN GEOLOGI - ESDM
EKSPEKTASI PUBLIK
DOMAIN ILMU PENGETAHUAN
Diskripsi Exact/ Presisi tentang akan datangnya kejadian Kita hanya perlu mengumumkan beberapa saat sebelumnya
Diskripsi tentang Kemungkinan/ Kebolehjadian
Kita perlu tingkatan Peringatan dini
BPPTK-PVMBG BADAN GEOLOGI - ESDM
BPPTK-PVMBG BADAN GEOLOGI - ESDM
13 MEI 06
LEVEL STATUS GUNUNG MERAPI 26/03/06 Inflasi puncak Merapi
15 MARET 06 Anomali telah terpantau di pertengahan th 2005: gempa dan gas vulkanik 1. Normal
15/05/06 Awanpanas pertama – 5 km
4. Awas 12 APRIL 06
Awal episode Awanpanas.
3. Siaga Percepatan Inflasi dan Kegempaan
2. Waspada Gempa vulkanik Inflasi puncak
Instalasi, Monitoring, Riset, KRB 29 Nov 05: Waspada ke Normal 9 Juli 05: Normal ke Waspada
Tindakan Darurat
Estimasi Arah Erupsi Monitoring yang lebih Detail
Penyuluhan Intensifikasi Monitoring Penyiapan sarana Sirine Penyiapan Peta Kemungkinan arah erupsi 1 hari sebelum “3. Siaga”
06 Cumulative Seismic Energy
01
98 97 94 92
BPPTK-PVMBG BADAN GEOLOGI - ESDM
06 Cumulative Seismic Energy
01
98 97 94 92
Penduduk secara kontinyu ter-expose pada ancaman bahaya Erupsi Merapi !!! PETA KAWASAN RAWAN BENCANA DIPERLUKAN
BPPTK-PVMBG BADAN GEOLOGI - ESDM
BPPTK-PVMBG BADAN GEOLOGI - ESDM
HASIL PENGUKURAN JARAK CERMIN DI PUNCAK DARI POS BABADAN (EDM)
BPPTK-PVMBG BADAN GEOLOGI - ESDM
Situasi data dalam Status “3.Siaga” Awal Erupsi Magma bergerak ke atas Pembentukan Kubah Lava Episode Awanpanas
PRA ERUPSI
Episode I
ERUPSI
Episode II
Situasi ketika status Merapi dinaikkan menjadi “4. Awas”. Hampir seluruh bagian kubah lava membara. Deles 12 Mei 2006
BPPTK-PVMBG BADAN GEOLOGI - ESDM
Awanpanas 15.mei..06 arah Krasak. (foto dari Deles)
BPPTK-PVMBG BADAN GEOLOGI - ESDM
BPPTK-PVMBG BADAN GEOLOGI - ESDM
BPPTK-PVMBG BADAN GEOLOGI - ESDM
Awal Erupsi
Puncak mulai mengembang semakin cepat
26-04-‘06
20 mm/ hari 26-03-‘06
1 bulan
BPPTK-PVMBG BADAN GEOLOGI - ESDM
(Pergerakan Tepi Selatan Puncak Merapi; pemendekan jarak reflektor) 2. W
3. S
4. A 0 cm/hari Pergerakan magma ke Permukaan
Erupsi
26 Apr 06
BPPTK-PVMBG BADAN GEOLOGI - ESDM
Nornal
Waspada
Siaga
Awas
Siaga
Waspada
BPPTK-PVMBG BADAN GEOLOGI - ESDM
BPPTK-PVMBG BADAN GEOLOGI - ESDM
TERIMA KASIH
KAWASAN RAWAN BENCANA G. MERAPI
CAPTION-1 (theory): •
Sudah diketahui bahwa kejadian bencana terdiri atas 3 fase:
• Pra-bencana • Kejadian Utama • Paska Bencana •
Di antara ketiganya: hanya fase “pra-bencana” berada dalam situasi TENANG; dalam arti dapat di kelola dalam ritme normal/ biasa.
•
Intensitas atau volume Tindakan Darurat dan Rekonstruksi dapat dikurangi apabila fase Prabencana dikelola dengan baik
• ::
Sukses diukur dari volume Tindakan Darurat dan Rekonstruksi
•
NAMUN: fase Prabencana adalah fase ketika perhatian publik dan berbagai pihak sangat minim. Dan mitigasi menempati fase ini. Demikian sehingga diperlukan fungsi PVMBG
•
Lima (5) kunci pokok pengelolaan Pra-bencana • (1) Pemahaman Sumber Bahaya • (2) Pemahaman (1) menuju pada Planning yang lebih baik; Monitoring yang lebih baik; Sosialisasi/Edukasi yang lebih baik dan rekayasa penanggulangan yang lebih baik. BPPTK-PVMBG BADAN GEOLOGI - ESDM
CAPTION-2: •
Merapi adalah sebuah contoh perulangan kejadian geologi yang dapat menimbulkan bencana pada posisi sumber bahaya yang tetap.
•
Aktivitas dapat dibilang terlalu sering dibanding dengan dengan gunungapi lainnya. Sejak tahun 1990 saja terjadi 6 kali erupsi yang berarti terjadi tiap sekitar 3 tahun sekali.
•
Setiap erupsi ditandai dengan kenaikan energi seismik dan dilengkapi pula dengan kejadian awanpanas sedang atau besar. Tahun 2006 agak spesial karena interval berhentinya cukup lama yaitu sekitar 5 tahun.
•
Dari situasi ini jelas bahwa secara permanen, masyarakat selalu “ter-expose” pada bahaya erupsi Merapi secara terus menerus.
CAPTION-3: •
Ciri khas dari erupsi G. Merapi adalah pembentukan kubah lava
•
Dan apabila kubah lava tidak stabil maka akan longsor dan membentuk awanpanas
•
Awanpanas ini yang merupakan sumber bencana di G. Merapi. Awanpanas bukan awan, dia adalah campuran lava panas dari berbagai ukuran dari bongkah sampai debu. Suhu cukup tinggi dapat mencapai 600 derjd Celcius. Kecepatan luncur sampai 90 kim/jam
CAPTION-4: •
Lalu apa peranan tindakan mitigasi dalam fase pra bencana. Dalam kasus Merapi, tindakan mitigasi adalah seolah menghantar magma dari kedalaman menuju ke permukaan (Episode-I). Disini terletak pentingnya “monitoring” thd sumber bahaya yang dalam hal ini yaitu pergerakan magma ke permukaan.
•
Sesudah sampai dipermukaan, terbentuk kubah lava dengan kemungkinan timbulnya aliran piroklastik (Episode-II)
•
Situasi kritis adalah: – Pada akhir Episode-I ketika magma mencapai permukaan. Letusan Eksplosif dapat terjadi dengan disertai Awanpanas – Pada Episode ke-II ketika kubah/puncak tidak stabil. Dapat terjadi Awanpanas longsoran (dan walaupun jarang mungkin diikuti letusan eksplosif)
•
Sebenarnya yang murni dapat diklasifikasikan ke dalam fase Pra-bencana adalah Episode-I. Rumus ini hampir dapat dikataka berlaku bagi semua gunungapi pada umumnya. Pada umumnya Akhir dari Episode-I adalah awal dari fase Co-bencana.
•
Permasalahan di Merapi adalah bahwa akhir Episode-I tidak langsung kejadian erupsi berhenti; bahkan diikuti oleh Episode-II dengan resiko yang sama besarnya.
CAPTION-5: •
Episode-I memerlukan Kajian: – Riset, Survey, Studi, – Experiment – Planning – Design Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB)
•
Episode-I memerlukan Monitoring: – Seismograf; GPS; EDM; tiltmeter, pengukuran suhu, analisis gas. – Semua itu bertujuan untuk menemukan apa yang disebut sebagai tanda-tanda awal atau “precursoryparameters” – Gejala Jangka Panjang: •
Gejala kenaikan aktivitas Merapi telah dikenali sejak pertengahan 2005 yaitu dengan adanya kenaikan konsentrasi gas HCl yang dibarengi dengan kecenderungan kenaikan gempa vulkanik
•
Gejala awal juga dikenali dengan adanya inflasi (deformasi) di puncak Merapi yang ditunjukkan dengan pemendekan jarak reflektor dari titik tetap di Pos Babadan
•
Itulah mengapa pada 9 Juli 2005 status Merapi ditingkatkan dari Nornal ke “Waspada” walapun turun ke “Normal” lagi di bulan November 2005.
CAPTION-6: •
Episode-I memerlukan Monitoring: – Gejala Jangka Menengah: • Akhir Januari 2006 terjadi inflasi yang semakin kontinyu. • Gempa vulkanik semakin banyak terjadi. Gejala Gerakan magma ke permukaan semakin jelas • 15 Maret 2006 Status dinaikkan menjadi “Waspada” • Laju Gempa vulkanik semakin tinggi. • Inflasi puncak: 26 Maret 2006 terjadi percepatan Inflasi tubuh puncak Merapi • Sisi selatan puncak telah bergeser sebesar 2 meter • 12 April 2006 Status dinaikkan menjadi “Siaga”
CAPTION-6: •
Episode-I memerlukan Monitoring: – Gejala Jangka Pendek: • Awal erupsi terdeteksi terjadi pada 26 April 2006 • Kubah lava tumbuh mulai tanggal 2 Mei 2006 • Musim Awanpanas tiba mulai 12 Mei 2006 • 13 Mei 2006 Status dinaikkan menjadi “Awas” • Awanpanas besar pertama terjadi tanggal 15 Mei 2006 arah Krasak, baratdaya Merapi • Awanpanas besar kedua tanggal 9 Juni 2006 arah Gendol • Awanpanas besar ketiga tanggal 14 Juni 2006 arah Gendol