Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Press Release
PREDIKSI DAMPAK DINAMIKA IKLIM DAN EL-NINO 2014-2015 TERHADAP PRODUKSI PANGAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN I.
Prediksi Iklim hingga Akhir 2014/Awal 2015
1.
Prediksi berbagai lembaga penelitian internasional, BMKG (2014) dan Balitbangtan mengindikasikan adanya kecenderungan peningkatan peluang kejadian anomali iklim ElNino, yaitu 45-52%, terutama pada periode Juni-Juli-Agustus hingga Oktober-November-Desember 2014. Walaupun durasi kejadiannya belum terlalu dipahami dengan jelas, namun diperkirakan bahwa sifat El-Nino 2014/2015 tersebut adalah lemah hingga moderate, terutama sejak Agustus 2014 (Gambar 1).
2.
Dinamika iklim pada MT I (MH) 2014/2015 diprediksi cenderung ke arah El-Nino lemah sampai moderate. Walaupun tidak terlalu signifikan pengaruhnya terhadap jumlah/intensitas curah hujan menjelang akhir tahun 2014 sebagai dampak dari menghangatnya suhu muka laut di perairan Indonesia, namun diperkirakan adanya kecenderungan mundurnya awal musim hujan 2014/2015. Data historis menggambarkan bahwa keterlambatan awal musim hujan karena El-Nino umumnya terjadi selama 2 – 4 dasarian.
II. Potensi Dampak Dinamika Iklim dan El-Nino Terhadap Sistem Produksi Pangan A.
Musim Tanam MT III 2014 (Mei Dasarian III – September Dasarian II)
1.
Pada musim tanam ke III kondisi iklim tergolong baik (sifat hujan Normal sampai Atas Normal) untuk menanam padi, jagung, dan kedelai di lahan sawah, karena memiliki yang ada di sebagian besar kecamatan d Indonesia (71% = 4937 Kecamatan). Di mana sekitar 51% dari jumlah kecamatan tersebut lahan sawahnya dapat ditanami padi, sekitar 17% dapat ditanami jagung atau kedelai, dan sekitar 11% dapat ditanami kedalai saja.
2.
Wilayah-wilayah sentra produksi yang dapat bertanam padi, jagung, dan kedelai karena berada pada sifat hujan Normal sampai dengan Atas Normal adalah di Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Selatan.
3.
Sedangkan wilayah sentra produksi yang tidak dapat ditanami ketiga komoditas tersebut karena diprediksi berada pada sifat Bawah Normal ada di 830 kecamatan yang tersebar di Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Kalimantan Barat, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Selatan.
Science . Innovation . Networks
1
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
4.
Awal waktu tanam sudah dapat dilakukan sejak Mei dasarian III, dengan luas tanam terluas untuk padi, jagung, dan kedelai dapat dilakukan pada Juni dasarian II hingga Juni dasarian III.
5.
Total luas tanam potensial untuk padi di lahan sawah pada MT III 2014 adalah 1.455.825 ha. Sedangkan total luas tanam potensial untuk jagung atau kedelai adalah 3.761.673 ha, dan untuk kedelai saja adalah 677.245 ha. Dengan kata lain bahwa total lahan sawah yang potensial ditanami mencapai 5.894.743 ha. Total luas tanam tersebut jika dibandingkan dengan musim yang sama pada tahun 2013, naik sebesar 0.8 %.
6.
Dengan produktivitas rata-rata nasional yang telah dapat dicapai untuk padi sekitar 5,15 ton/ha, jagung sekitar 4,84 ton/ha, dan kedelai sekitar 1,42 ton/ha (Dirjen Tanaman Pangan, 2013), maka pada MT III total potensi produksi padi mencapai 7,50 juta ton, jagung mencapai 18,21 juta ton, dan kedelai mencapai 0,95 juta ton. Terjadi peningkatan produksi secara nasional untuk padi sekitar 0,8%, jagung 100.5%, dan kedelai 24.2% dibandingkan dengan musim yang sama pada tahun 2013.
B.
Musim Tanam MT I 2014/2015 (September Dasarian III – Januari Dasarian III)
7.
Sesuai prediksi iklim global dan prediksi sementara BMKG, hingga akhir 2014/awal 2015 (El-Nino lemah hingga moderate), dan berdasarkan analisis data historikal melalui perbandingan potensi luas tanam pada tahun-tahun kering terhadap tahun normal pada MT I, maka dampak El-Nino pada MT-1 2014/2015 dapat diperkirakan sebagai berikut :
8.
Potensi luas tanam padi secara nasional pada MT I (MH) 2014/2015 adalah 7.249.313 ha atau 87,9% dari luas baku lahan sawah, atau menurun 6.0% dibanding potensi luas tanam pada MT I 2013/2014. Propinsi yang paling besar penurunan potensi luas tanamnya adalah Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan dan Lampung.
9.
Potensi luas tanam jagung atau kedalai serta kedelai saja secara nasional pada MT I (MH) 2014/2015 masing-masing adalah 245.205 ha dan 602 ha atau sama dengan potensi luas tanam pada MT I 2013/2014.
10. Potensi produksi padi pada MT I 2014/2015, dengan dengan asumsi produktivitas padi rata-rata nasional 5,15 ton/ha, maka potensi produksi dapat mencapai sekitar 34,80 juta ton. 11. Sedangkan potensi produksi jagung dan kedelai masing-masing sekitar 4,84 ton/ha dan 1,42 ton/ha (Dirjen Tanaman Pangan, 2013), maka pada MT I 2014/2015 total potensi produksi jagung mencapai 1.19 juta ton dan kedelai mencapai 854,8 ton.
Science . Innovation . Networks
2
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
12. Total seluruh lahan sawah yang potensial ditanami padi, jagung dan kedelai pada MT I 2014/2015 adalah 7.495.120 ha. Angka tersebut dibandingkan tahun lalu pada MT yang sama (7.961.689 ha), mengalami penurunan sekitar 6.0%. C.
Implikasi Kebijakan
13. Pemanfaatan potensi luas tanam produksi padi, jagung dan kedelai pada MT III 2014 berpotensi untuk meningkatkan produksi pangan nasional tahun 2014 dan sekaligus untuk kompensasi penurunan produksi akibat El-Nino terhadap produksi MT I 2014/2015. Upaya tersebut harus didukung dengan kebijakan penyediaan saprodi, terutama benih jagung dan kedelai, antisiapasi ancaman kekeringan melalui program pompanisasi untuk pemanfaatan sumberdaya air alternatif, terutama air tanah. 14. Antisipasi MT I 2014/2015: Untuk mengurangi dampak El-Nino terhadap produksi pangan pada MT I 2014/2015 perlu dilakukan beberapa langkah antisipatif, antara lain: (a) mengintensifkan pemantauan dan pemutakhiran informasi prediksi iklim dan Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu, (b) melakukan advokasi secara intensif pemanfaatan Informasi Iklim dan kalender Tanam, (c) mengindentfikasi wilayah-wilayah rawan kekeringan, (d) menyiapkan saprodi cadangan (terutama benih varietas tahan kekeringan dan berumur genjah) bagi pertanaman yang mengalami kekeringan (bagi petani yang terlanjur menamam dan atau pertanaman sisa MT-III 2014), (e) menyiapkan program pengembangan pompanisasi dan teknologi hemat air untuk penanggulangan kekeringan. 15. Penanggulangan MT I 2014/2015: (a) penyiapan kajian cepat (quick yielding assessment) dan pemantauan dampak dan identifikasi potensi sumberdaya air alternatif (oleh Tim Gugus Tugas), (b) penanggulangan teknis berupa pemanfaatan sumberdaya air alternatif, (c) penyiapan saprodi untuk mendukung percepatan tanam (pasca El-Nino) untuk pemulihan dan kompensasi dampak penurunan produksi pangan, dan (d) mengoptimalkan pompanisasi dan teknologi hemat air untuk penanggulangan kekeringan. 16. Pada kondisi El-Nino, ada kecenderungan peningkatan potensi lahan rawa untuk perluasan areal tanam pangan, terutama lahan rawa lebak. Oleh sebab itu, perluasan areal tanam pada lahan rawa perlu diprogramkan dengan dukungan penyediaan saprodi dan insentif bagi petani.
Science . Innovation . Networks
3
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
17. Berdasarkan data historis, serangan OPT dominan yang harus diwaspadai pada MT III dan MT I adalah tikus, penggerek batang dan wereng batang coklat. Pengalaman menunjukkan bahwa setiap kejadian El-Nino sering diikuti oleh kejadian La-Nina yang menyebabkan kemaraunya basah. Oleh sebab itu, antisipasi peningkatan/ekplositasi OPT, terutama wereng batang coklat dan penggerek batang perlu dilakukan, terutama melalui advokasi, meningkatkan kewaspadaan terhadap perkembangan OPT dan penyediaan varietas unggul toleran OPT. April 2014 Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Dr. Haryono, M. Sc.)
Science . Innovation . Networks
4
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Tabel 1.
Sebaran prediksi curah hujan dan sifat hujan menurut jumlah kecamatan dan luas baku sawah pada MT III (MK II) 2014 (Tim Katam, 2014).
Tabel 2.
Rangkuman waktu tanam padi, jagung dan kedelai di lahan sawah berdasarkan analisis Katam Terpadu MT III 2014 (Tim Katam, 2012).
Science . Innovation . Networks
5
Tabel 3.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Rangkuman potensi luas tanam, perkiraan produksi padi di lahan sawah, serta peningkatannya terhadap prediksi tahun sebelumnya berdasarkan analisis Katam Terpadu MT III 2014 (Tim Katam, 2012).
Science . Innovation . Networks
6
Tabel 4.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Rangkuman potensi luas tanam, perkiraan produksi jagung/kedelai di lahan sawah, serta peningkatannya terhadap prediksi tahun sebelumnya berdasarkan analisis Katam Terpadu MT III 2014 (Tim Katam, 2012).
Science . Innovation . Networks
7
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Tabel 5.
Rangkuman potensi luas tanam, perkiraan produksi jagung/kedelai di lahan sawah, serta peningkatannya terhadap prediksi tahun sebelumnya berdasarkan analisis Katam Terpadu MT III 2014 (Tim Katam, 2012).
Tabel 6.
Rangkuman prediksi potensi luas tanam MT I (MH) 2014/2015 dibawah skenario El-Nino moderate (Tim Katam, 2014).
Science . Innovation . Networks
8
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Gambar 1.
Prediksi peluang ENSO pada periode Februari-Maret-April hingga OktoberNovember-Desember 2014 (IRI Columbia, 2014).
Science . Innovation . Networks
9