BAB VII SIMPULAN DAN REKOMENDASI 7.1 Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi praktik penerapan konvergensi IFRS dan membandingkan laporan keuangan PT Telkom Indonesia yang telah mengadopsi IFRS dengan laporan keuangan PT Telkom Indonesia konvergensian IFRS. Penelitian ini didasari perubahan adopsi standar yang ditetapkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan dari sebelumnya U.S. GAAP menjadi IFRS yang mulai diimplementasikan dalam laporan keuangan perusahaan pada tahun 2011. Penelitian ini berfokus pada proses penerapan konvergensi IFRS dan perbandingan dua pedoman standar akuntansi yang dilaksanakan PT Telkom Indonesia dalam laporan keuangan perusahaan selama periode 2010 - 2013. Berdasarkan hasil analisis data peneliti melalui analisa dokumen dan wawancara dengan bagian kebijakan akuntansi menunjukkan terdapat beberapa pedoman standar akuntansi yang berpengaruh signifikan dan tidak signifikan akibat pelaksanaan proses konvergensi IFRS pada laporan keuangan perusahaan. Pedoman standar akuntansi yang berpengaruh signifikan dalam laporan keuangan PT Telkom Indonesia adalah sebagai berikut: 1. PSAK 1 (Revisi 2009), "Penyajian Laporan Keuangan" 2. PSAK 22 (Revisi 2010), "Kombinasi Bisnis" 3. PSAK 60, "Instrumen Keuangan: Pengungkapan" 84
85
4. PSAK 7 (Revisi 2010), "Pengungkapan Pihak-pihak Berelasi" 5. ISAK 25, "Hak Atas Tanah" 6. PSAK 38 (Revisi 2012), "Kombinasi Bisnis Entitas Sepengendali" 7. ISAK 16 "Perjanjian Konsesi Jasa" Penelitian ini menemukan beberapa standar IFRS yang menjadi perhatian utama pada perbandingan dua pedoman standar yang dilaksanakan dalam laporan keuangan PT Telkom Indonesia. Standar-standar tersebut menjadi perhatian utama dikarenakan menghasilkan rekonsiliasi antara laporan keuangan PT Telkom Indonesia berdasarkan IFRS dan PSAK yang dapat dilihat pada lampiran penelitian. Standar IFRS menjadi tolok ukur dalam perbandingan ini dikarenakan proses pengadopsian IFRS secara penuh yang ditetapkan oleh DSAK IAI. Standar-standar IFRS yang menjadi perhatian utama peneliti adalah sebagai berikut: 1. IFRIC 12 "Service concession arrangements" Standar ini berperan pada rekonsiliasi beberapa akun laporan keuangan PT Telkom Indonesia periode 2011 -2013. Akun-akun laporan keuangan tersebut adalah piutang usaha, aset tetap, pendapatan, beban operasi dan beban depresiasi. Standar ini memberikan penjelasan pedoman perjanjian konsesi jasa. Pada perjanjian konsesi jasa untuk setiap aset konsesi dianggap oleh perusahaan tidak sebagai aset tetap perusahaan. Aset konsesi dimaksudkan sebagai aset yang digunakan untuk kepentingan publik. Pengakuan pendapatan dan beban pada perjanjian ini merujuk pada IAS 11 dan IAS 18.
86
Perbedaan pengakuan pendapatan dan beban antara laporan keuangan perusahaan berdasarkan IFRS dan PSAK terjadi pada periode 2011 dan 2012 dikarenakan belum diterapkannya SAK yang sama dengan IFRS pada laporan keuangan perusahaan. 2. IAS 17 "Land rights" Standar ini berperan pada rekonsiliasi beberapa akun laporan keuangan PT Telkom Indonesia periode 2011 - 2013. Akun-akun yang terpengaruh adalah aset tetap dan beban depresiasi perusahaan. Standar ini memberikan penjelasan bahwa untuk hak atas tanah diakui sebagai bagian penyusutan aset tetap perusahaan. PT Telkom Indonesia pada laporan keuangan berdasarkan IFRS mengakui hak atas tanah sebagai sewa pembiayaan dan diamortisasi selama masa sewa hak atas tanah. Pada SAK hak atas tanah diakui sebagai aset tetap dan tidak diamortisasi kecuali dapat diprediksi bahwa tak mungkin atau kecil kemungkinan bahwa perpanjangan atau pembaharuan hak dapat diperoleh. 3. IAS 19 "Employee benefits - actuarial gains and losses" Standar ini berperan pada rekonsiliasi beberapa akun laporan keuangan PT Telkom Indonesia periode 2011 - 2013. Akun-akun tersebut adalah yaitu beban pensiun, liabilitas diestimasi imbalan kesehatan pasca kerja, beban karyawan dan rugi/laba aktuaria program pensiun manfaat pasti. Standar ini menjelaskan pedoman pengakuan keuntungan dan kerugian aktuaria. PT
87
Telkom Indonesia berdasarkan laporan keuangan berdasarkan IFRS langsung mengakui laba atau rugi aktuaria pada penghasilan komprehensif lainnya periode tahun berjalam. Pada laporan keuangan berdasarkan PSAK mengakui keuntungan dan kerugian aktuaria pada penghasilan atau beban dengan kondisi akumulasi keuntungan dan kerugian aktuarial bersih yang belum diakui pada akhir tahun pelaporan sebelumnya melebihi 10% dari nilai kini imbalan pasti. 4. IFRS 1 "First-time Adoption of International Financial Reporting Standards" Standar ini berperan pada rekonsiliasi beberapa akun laporan keuangan PT Telkom Indonesia periode 2011-2013. Akun-akun tersebut adalah selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan dan aset pensiun. Standar ini memberikan beberapa pengecualian dalam pencatatan akuntansi perusahaan kepada perusahaan yang pertama kali mengadopsi IFRS. Pada akun selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan dan aset pensiun dianggap menjadi nihil dikarenakan pengecualian yang diberikan oleh IFRS 1 untuk laporan keuangan perusahaan yang bertransisi ke IFRS pertama kali. 5. IFRS 3 "Business Combination" Standar ini berperan pada rekonsiliasi akun aset tak berwujud PT Telkom Indonesia pada tahun 2011. Pada standar ini menetapkan bahwa untuk perusahaan yang pertama kali mengadopsi IFRS ini maka amortisasi goodwill
88
dari kombinasi bisnis sebelumnya dihentikan dan menguji penurunan goodwill sesuai dengan IAS 36. 6. IAS 1 "Presentation of Financial Statement" Standar ini menjelaskan pedoman dasar dalam mempresentasikan laporan keuangan perusahaan bagi perusahaan yang pertama kali mengadopsi IFRS. Standar ini berperan pada akun cadangan lainnya (other reserves) laporan keuangan PT Telkom Indonesia periode 2011-2013. Pada laporan keuangan perusahaan periode 2011-2013 berdasarkan IFRS terdapat pencatatan cadangan lainnya perusahaan beserta sifat dan tujuannya. Pada laporan keuangan perusahaan tahun 2011 berdasarkan PSAK tidak terdapat pencatatan cadangan lainnya. Pada laporan keuangan perusahaan tahun 2012 dan 2013 akun cadangan lainnya dicatat sebagai komponen ekuitas lainnya pada pos ekuitas perusahaan. Penjelasan sifat dan tujuan komponen ekuitas lainnya tidak terdapat pada catatan laporan keuangan perusahaan berdasarkan PSAK. Pada hasil penelitian ini juga menemukan bahwa selama proses konvergensi IFRS yang dilaksanakan, laporan keuangan PT Telkom Indonesia menunjukkan peningkatan untuk nilai aset, liabilitas, ekuitas, penghasilan dan laba komprehensif selama periode 2011-2013. Hasil analisis rasio yang dilaksanakan pada penelitian ini juga menunjukkan tren positif selama periode laporan keuangan PT Telkom Indonesia mengaplikasikan standar akuntansi konvergensian IFRS. Hal ini ditunjukkan pada meningkatnya angka analisis rasio pengukuran likuiditas,
89
solvabilitas, profitabilitas dan kinerja operasi PT Telkom Indonesia dari periode tahun 2010-2013. Penelitian ini juga menemukan dampak diaplikasikannya beberapa standar IFRS dalam jumlah saldo beberapa akun laporan keuangan PT Telkom Indonesia. Standar IFRS dan akun perusahaan yang dipengaruhi adalah sebagai berikut: 1. IFRIC 12 "Service concession arrangements" Pada pengaplikasian IFRIC 12 dalam laporan keuangan perusahaan berdasarkan IFRS, untuk akun aset tetap, pendapatan, biaya operasi dan biaya amortisasi menunjukkan jumlah saldo yang lebih kecil dibandingkan dengan jumlah saldo akun yang sama dalam laporan keuangan perusahaan berdasarkan PSAK selama periode belum diaplikasikannya ISAK yang sama dengan IFRIC 12. Perbedaan ini dikarenakan perbedaan pengakuan aset tetap sebagai aset konsesi antara laporan keuangan berdasarkan PSAK dan IFRS. Pada laporan keuangan berdasarkan PSAK masih menganggap aset konsesi sebagai aset tetap perusahaan. Beban dan pendapatan yang terkait dengan aset konsesi masih diakui di dalam laporan keuangan berdasarkan PSAK. 2. IAS 17 "Land Rights" Pada pengaplikasian IAS 17 dalam laporan keuangan perusahaan berdasarkan IFRS untuk akun aset tetap dan biaya amortisasi perusahaan menunjukkan jumlah saldo yang lebih kecil dibandingkan dengan jumlah saldo akun yang sama dalam laporan keuangan perusahaan berdasarkan PSAK selama periode
90
2011-2013. Perbedaan ini dikarenakan perbedaan pengakuan hak atas tanah sebagai biaya amortisasi dalam laporan keuangan PT Telkom Indonesia. Pada laporan keuangan perusahaan berdasarkan IFRS mencatat hak atas tanah sebagai bagian biaya penyusutan aset tetap. Pada laporan keuangan perusahaan berdasarkan PSAK tidak mencatat hak atas tanah sebagai bagian biaya penyusutan aset tetap 3. IAS 19 "Employee benefits - actuarial gains and losses" Pada pengaplikasian IAS 19 dalam laporan keuangan perusahaan berdasarkan IFRS untuk akun liabilitas diestimasian imbalan kesehatan pasca kerja dan liabilitas diestimasian pensiun dan imbalan pasca kerja lainnya menunjukkan jumlah saldo yang lebih besar dibandingkan dengan jumlah saldo akun yang sama dalam laporan keuangan perusahaan berdasarkan PSAK selama periode 2011-2013. Perbedaan ini dikarenakan perbedaan pencatatan rugi (laba) aktuaria yang belum diakui dalam laporan keuangan perusahaan. Pada laporan keuangan berdasarkan PSAK mencatat rugi (laba) aktuaria yang belum diakui dalam laporan keuangan perusahaan sebagai bagian dari biaya sedangkan pada laporan keuangan berdasarkan IFRS tidak mencatat rugi (laba) aktuaria yang belum diakui dalam laporan keuangan perusahaan sebagai bagian dari biaya.
91
7.2 Rekomendasi Penelitian ini mengeksplorasi praktik penerapan konvergensi dalam laporan keuangan perusahaan dan memperbandingkan antara laporan keuangan perusahaan yang sedang menjalankan konvergensi IFRS dan laporan keuangan yang telah mengadopsi IFRS. Pada wawancara penelitian menemukan bahwa standar yang mengadopsi IFRS memberikan satu bahasa kepada penggunanya sehingga perlakuan akuntansi pada laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di satu negara dapat diperbandingkan dengan laporan keuangan perusahaan di negara yang berbeda. Pengungkapan yang diatur dalam IFRS lebih detail dibandingkan dengan pedoman U. S. GAAP dikarenakan lebih banyak terdapat ruang referensi dalam mengambil keputusan. Hasil temuan peneliti juga konsisten dengan apa yang diungkapkan oleh Jermakowicz dan Tomaszewski (2006) yang dilakukan di Inggris mengungkapkan bahwa dampak pengadopsian IFRS akan cenderung menjadi positif dibandingkan negatif, hal ini ditunjukkan dengan hasil penelitian sebagai berikut: 1. Ekuitas perusahaan yang mengadopsi IFRS diharapkan lebih tinggi daripada ekuitas perusahaan yang mengadopsi US GAAP. 2. Meningkatkan keterbandingan diantara perusahaan-perusahaan yang terdaftar, dan 3. Meningkatkan transparansi keuangan.
92
Berdasarkan temuan penelitian, disarankan DSAK IAI untuk meneruskan usahanya dalam mengkonvergensi standar akuntansi IFRS sehingga dapat diaplikasikan pada laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di Indonesia. Penelitian ini juga menyarankan untuk mengaplikasikan IFRS pada perusahaan yang belum mengaplikasikan standar tersebut dalam laporan keuangan perusahaan. Penelitian ini memiliki beberapa batasan yaitu: 1. Perusahaan yang diteliti hanya satu dari beberapa perusahaan yang bergerak di dalam bidang industri yang sama sehingga hasil ini tidak dapat digeneralisasi secara keseluruhan. 2. Periode pada penelitian ini hanya selama empat tahun yaitu dari 2010-2013. Laporan
keuangan
tahun
2014
tidak
diteliti
dikarenakan
belum
dikeluarkannya laporan keuangan tersebut pada saat penelitian ini dimulai. Hal ini menyebabkan SAK konvergensian IFRS yang mulai diterapkan pada tahun 2014 tidak menjadi bagian dari penelitian ini. 3. Wawancara yang dilakukan hanya dengan beberapa orang di bagian kebijakan akuntasi perusahaan sehingga tidak semua standar yang menjadi temuan peneliti dapat dijelaskan secara terperinci. 4. Standar
akuntansi
yang
berkaitan
dengan
pajak
tidak
dijelaskan
perbandingannya dalam proses konvergensi IFRS dan adopsi IFRS pada laporan keuangan PT Telkom Indonesia.