BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Kondisi Umum Instalasi Pengolahan Air Limbah Instalasi pengolahan air limbah (IPAL) yang ada di Central Park menggunakan sistem pengolahan air limbah Enviro RBC. Proses ini menggunakan proses Fixed Bed Reactor (pertumbuhan melekat) sistem Rotating Biological Contactor (RBC). RBC didesain untuk mengolah limbah sebesar 850 m3 / hari yang berasal dari unit retail. Sekarang ini IPAL ini mengolah limbah sebanyak 1300 m3/hari. Metode penentuan stasiun pengambilan sampel air dilakukan dengan cara purposive sampling yaitu penentuan stasiun pengamatan dilakukan dengan memperhatikan berbagai pertimbangan kondisi dan keadaan tempat penelitian seperti kondisidominan pemanfatan Intalasi Pengolahan Air Limbah, aktivitas pada lokasi penelitian yang diduga berpengaruh terhadap kualitas air hasil pengolahan air limbah.
47
http://digilib.mercubuana.ac.id/
48
Teknik pengambilan sampel air untuk pengukuran parameter fisik, kimia dan mikrobiologi pada masing-masing tempat penelitian dengan cara mengambil di bagian kanan, tengah dan kiri bak penampungan air hasil pengolahan air limbah pada kedalaman 30 cm kemudian dicampur sehingga menjadi komposit sampel Pengambilan sampel juga dilakukan pada outlet yang terdekat dengan STP Tabel 4.1 Variable yang diukur , analisanya dan alat yang digunakan No
Variabel
Satuan
Metode Analisis
Peralatan
1
pH
-
Elektrode glass
pH meter
2
BOD5
Mg/L
Winkler
Cod meter
3
COD
Mg/L
Winkler
Cod meter
4
ammoniac NH3-n
Mg/L
Winkler
Cod Meter
5
Minyak &Lemak
Mg/L
Gravimetri
Timbangan Analitik
Gambar 4.1 Alat pengukur PH Meter
http://digilib.mercubuana.ac.id/
49
Gambar 4.2 Alat pengukur COD/BOD
Pengolahan limbah di Central Park melalui beberapa proses dengan tahapan sebagai berikut : 1.
Pretreatment berlangsung di Grease Trap Khusus air limbah yang berasal dari kichen atau restoran dilakukan pretretment untuk memisahkan miyak dan lemak yang ada di air limbah. Keberadaan minyak serta lemak ini akan mengganggu kontak antara bakteri dengan oksigen sehingga pengolahan air akan menjadi tidak efektif. Untuk itu di dalam grease trap, minyak dan lemak harus diambil secara rutin. Air limbah yang telah bebas minyak dan lemak kemudian masuk ke dalam sistem primary clarifier.
2.
Primary Clarifier Di dalam primary clarifier terjadi pemisahan padatan, pengendapan awal dan flotasi. Sebagian besar padatan akan mengendap pada dasar bak primary clarifier dan sebagian akan mengapung berupa skim.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
50
3.
Pengolahan secara Biologis pada RBC Air limbah yang keluar dari primary clarifier selanjutnya akan dilakukan pengolahan secara biologis pada ENVIRO RBC. Senyawa polutan diurai oleh mikroorganisme yang tumbuh pada media yang berupa piringan (disk) atau biasa disebut juga sebagai biomas. Secara bertahap air limbah masuk ENVIRO RBC yang terbagi dalam 3 zone. Lubang masuk limbah ke dalam tangki steel poligon yang terletak secara diagonal pada jarak terjauh dari limbah dari STP. Limbah mengalir dari zone 1 ke zone 2 dan zone 3 secara zigzag. Pengaliran limbah pada tangki polygon terjadi secara gravitasikarena pada zone 3 tinggi muka air akan lebih rendah dibanding zone 2 dan zone pertama. Pada masing-masing zona, limbah diolah oleh biomass yang tumbuh pada disk bank yang terdapat pada zona itu dan selanjutnya mengalir pada zona berikutnya. Secara bergantian biomass yang tumbuh pada ENVIRO RBC akan mengalami kontak dengan oksigen di udara bebas pada waktu berada di atas air, dan pada saat berikutnya mengalami kontak dengan air dan senyawa polutan. Pada saat tersebut oksigen ditransfer ke badan air pada zone tersebut. Pertumbuhan biomass tertinggi terjadi pada disk bank di zona 1 dan secara berangsur berkurang pada zona berikutnya. Pada. Secara fisik biasanya pada zona 1 pertumbuhan biomass tebal dan sering berbentuk filament. Pada zona berikutnya biomass yang terbentuk lebih tipis dan kompak. Warna biomass pada zona 1 biasanya berwarna coklat tua sampai hitam. Pada zona 2-3 biasanya akan berwarna coklat samapai coklat mudah atau kecoklatan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
51
Air limbah yang keluar dari zona 3 biasanya sudah cukup jernih, tidak mengandung bahan tersuspensi serta mempunyai BOD rendah. Kadar BOD biasanya kurang lebih 20 ppm. Pada zone ini sebagian air akan disirkulasi kembali ke Primary Clarifier. Adapun tujuan dari sirkulasi ini adalah memberikan kontak langsung dari air yang mengandung BOD rendah dan kandungan O2 yang cukup tinggi dengan air limbah fresh (BOD tinggi dan O2 rendah). 4.
Final Clarifier Air hasil olahan yang dilakukan secara biologis pada tahap 3, sudah cukup jernih, tidak mengandung bahan tersuspensi dan mempunyai BOD yang rendah.
Tahap
selanjutnya
dilakukan
pengendapan
akhir
untuk
menurunkan padatan tersuspensi yang masih terikut dalam aliran. Air yang tertampung pada Final Clarifier ini sudah memenuhi baku mutu air limbah sehingga bisa dibuang ke dalam saluran air kotor atau diolah dan dimanfaatkan lebih lanjut. 5.
Desinfectan Penambahan desinfectan dilakukan pada air limbah yang akan dibuang ke badan air adalah untuk membunuh mikroorganisme pathogen yang berada di dalam effluent STP sehingga tidak menggangu ataupun membahayakan pemakai air effluent selanjutnya. Air effluent ini dapat digunakan kembali sebagai air flushing toilet atau air siram tanaman dengan terlebih dahulu dilewatkan pada sand filter dan carbon filter.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
52
Gambar 4.3 Process Flow Diagram STP dari Enviro RBC 4.1.2 Data Laporan Harian Effluent Limbah Data harian effluent limbah pada unit STP merupakan record jumlah limbah serta beban limbah yang masuk serta hasil olahan yang keluar RBC. Hasil kualitas air limbahmerupakan indikator bahwa proses pengolahan limbah yang diproses pada RBC berjalan sesuai perancangan awalnya. Data harian ini juga dapat digunakan sebagai acuan terhadap penyimpangan pada sistem. Pada penelitian ini data yang digunakan adalah data dari bulan Maret sampai bulan Juni 2016 (sampel 3 bulan operasi). Adapun hasil pengolahan limbah dinyatakan pada tabel berikut : dilampiran 1 , lampiran 2 , lampiran 3
4.1.3 Batas Baku Mutu Limbah Domestik Baku mutu air limbah domestik adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar dan atau jumlah unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air limbah domestik yang akan dibuang atau dilepas ke air permukaan. Nilai baku mutu limbah domestik untuk wilayah DKI dinyatakan pada Tabel 4.2 di bawah ini.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
53
Tabel 4.2 Baku Mutu Limbah Cair Domestik menurut Peraturan Gubernur DKI No 122 Tahun 2005 No. 1. 2. 3. 4. 5.
Parameter Ph Amoniak BOD COD Minyak & Lemak
Satuan mg/L mg/L mg/L mg/L
Kadar Maksimum 6-9 10 50 80 10
4.2 Pengolahan Data Dalam perkembangan peruntukkan tenant yang ada di Central Park mengalami perubahan yang signifikan disesuaikan dengan hasil pemasaran yang diminati konsumen. Desain awal STP yaitu diperuntukkan untuk mengolah limbah dengan debit 850 m3/ hari kini menjadi hampir mencapai 1300 m3/hari. Hal ini berdampak pada beban limbah yang harus diolah pada unit STP mengalami kelebihan beban yang jauh menyimpang dari desain awalnya. Dalam pengolahan data mengunakan metode statistic dengan mengunakan Microsoft excel kemudian di analisa dengan mengunakan diagram pareto dan diagram sebab akibat untuk mengetahui penyimpangan yang terjadi.
4.2.1 Efisiensi Pengolahan Limbah dan Penyimpangan Baku Mutu Limbah Bulan Maret Hasil pengolahan data dari hasil rekaman laporan harian bulan Maret, dinyatakan pada tabel-tabel berikut. Lampiran 4 – 15
http://digilib.mercubuana.ac.id/
54
Tabel 4.3 Resume Efisiensi Rata-Rata Penghilangan Limbah di Bulan Maret 2016 No.
Parameter
1. 2. 3. 4.
Amoniak BOD COD Oil & Grase
Efisiensi Rata-Rata Penghilangan Limbah (%) 56 63 76 66
Gambar 4.4 Efisiensi Penghilangan Limbah di Bulan Maret 2016 Tabel 4.4 Resume Rata-Rata Tingkat Penyimpangan Nilai Ambang Batas Limbah di Bulan Maret 2016 No.
Parameter
1. 2. 3. 4.
Amoniak BOD COD Oil & Grase
Tingkat Penyimpangan Nilai Ambang Batas (%) 140 43 112 138
Gambar 4.5 Tingkat Penyimpangan Nilai Baku Mutu Limbah Keluar STP di Bulan Maret 2016
http://digilib.mercubuana.ac.id/
55
4.2.2 Efisiensi Pengolahan Limbah dan Penyimpangan Baku Mutu Limbah Bulan April Hasil pengolahan data dari hasil rekaman laporan harian bulan April dinyatakan pada tabel-tabel berikut. Tabel 4.5 Resume Efisiensi Rata-Rata Penghilangan Limbah di Bulan April 2016 No.
Parameter
1. 2. 3. 4.
Amoniak BOD COD Oil & Grase
Efisiensi Rata-Rata Penghilangan Limbah (%) 48 64 74 64
Gambar 4.6 Efisiensi Penghilangan Limbah di Bulan April 2016 Tabel 4.6 Resume Rata-Rata Tingkat Penyimpangan Nilai Ambang Batas Limbah di Bulan April 2016 No.
Parameter
1. 2. 3. 4.
Amoniak BOD COD Oil & Grase
Tingkat Penyimpangan Nilai Ambang Batas (%) 196 42 127 144
http://digilib.mercubuana.ac.id/
56
Gambar 4.7 Tingkat Penyimpangan Nilai Baku Mutu Limbah Keluar STP di Bulan April 2016 4.2.3
Efisiensi Pengolahan Limbah dan Penyimpangan Baku Mutu Limbah Bulan Mei Hasil pengolahan data dari hasil rekaman laporan harian bulan Mei
dinyatakan pada tabel-tabel berikut. Tabel 4.7 Resume Efisiensi Rata-Rata Penghilangan Limbah di Bulan Mei 2016 No.
Parameter
1. 2. 3. 4.
Amoniak BOD COD Oil & Grase
Efisiensi Rata-Rata Penghilangan Limbah (%) 54 65 77 67
Gambar 4.8 Efisiensi Penghilangan Limbah di Bulan Mei 2016
http://digilib.mercubuana.ac.id/
57
Tabel 4.8 Resume Rata-Rata Tingkat Penyimpangan Nilai Baku Mutu Limbah di Bulan Mei 2016 No. 1. 2. 3. 4.
Parameter Amoniak BOD COD Oil & Grase
Tingkat Penyimpangan Nilai Baku Mutu (%) 149 43 101 135
Gambar 4.9 Tingkat Penyimpangan Nilai Baku Mutu Limbah Keluar STP di Bulan Mei 2016 4.2.4
Rata-rata Tingkat Efisiensi Pengolahan Penyimpangan Baku Mutu Limbah Sistem STP
Limbah
dan
Tingkat efisiensi hasil pengolahan limbah dan penyimpangan baku mutu limbah untuk setiap parameternya dapat dilihat dari rata-ratanya pada tabel-tabel berikut.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
58
Tabel 4.9 Tingkat Efisiensi Hasil Pengolahan Limbah pada STP No.
Parameter
Tingkat Penghilangan Limbah (%) Maret
April
Mei
Rata-rata
1.
Amoniak
56
48
54
53
2.
BOD
63
64
65
64
3.
COD
76
74
77
76
4.
Oil & Grase
66
64
67
66
Tabel 4.10 Tingkat Penyimpangan dari Baku Mutu Limbah pada STP No.
Parameter
Tingkat Penyimpangan Baku Mutu (%) Maret
April
Mei
Rata-rata
1.
Amoniak
140
196
149
162
2.
BOD
43
42
43
43
3.
COD
112
127
101
113
4.
Oil & Grase
138
144
135
139
4.2.5
Diagram Pareto Tingkat Penyimpangan Baku Mutu Limbah pada Sistem STP Diagram Pareto adalah grafik batang yang menunjukan masalah
berdasarkan urutan banyaknya kejadian. Kegunaan diagram pareto menurut Gasperz (1998) adalah untuk menentukan frekuensi relatif dari urutan pentingnya masalah-masalah atau penyebab-penyebab dari masalah yang ada dan memfokuskan perhatian pada isu-isu kritis dan penting melalui pembuatan ranking terhadap masalah-masalah atau penyebab-penyebab dari masalah itu dalam bentuk yang signifikan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
59
Pada data Tabel 4.24 yaitu tingkat penyimpangan parameter limbah dari nilai baku mutu standarnya selanjutnya kita urutkan nilainya dari yang tertinggi ke yang paling rendah. Data untuk pembuatan diagram pareto selanjutnya dibuatkan pada Tabel 4.25 berikut. Tabel 4.11 Rangking Penyimpangan Parameter Limbah dari Nilai Maksimum Baku Mutu Standar Tiap Parameternya No.
Parameter
Tingkat Penyimpangan dari Baku Mutu Prosentase
1.
Amoniak
162
35%
2.
Oil & Grase
139
30%
3.
COD
113
25%
4.
BOD
43
10%
Gambar 4.10 Diagram Pareto Penyimpangan Nilai Baku Mutu Limbah
4.2.6 Diagram Sebab Akibat Diagram sebab-akibat adalah suatu diagram yang menunjukan hubungan antara sebab dan akibat. Diagram sebab-akibat dipergunakan untuk menunjukan faktor-faktor penyebab (sebab) dan karakteristik kualitas (akibat) yang disebabkan oleh faktor-faktor penyebab itu.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
60
RBC
METODE
Kurangnya waktu tinggal limbah
Beban melebihi kapasitas desain
ASUPAN LIMBAH
Kesalahan program pada peralatan
Kurangnya kandungan oksigen
Skill tidak memadai
Tingginya kandungan minyak dan lemak Baku mutu limbah tidak sesuai
Sikap jelek
Suhu udara panas Asupan oksigen yang terbatas
Kurang teliti MANUSIA
Tiingginya kandungan bahan organik
LINGKUNGAN
Gambar 4.11 Diagram Sebab- Akibat Terjadi Disperi Baku Mutu Limbah
4.2.7 Hasil Braintstroming Penyimpangan Baku Mutu Limbah Permasalahan penyimpangan baku mutu limbah yang terjadi secara spesifik untuk masing-masing parameternya menunjukkan penyimpangan yang signifikan. Hal ini karena debit limbah yang sudah jauh melebih kapasitas awal (dari 850 m3/hari menjadi 1300 m3/hari). Oleh kareana itu pihak manajemen membentuk tim untuk menangani permasalahan tersebut. Hasil pertemuan Tim dan pihak Badan Pengolah Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) memberikan rumusan solusi sebagai berikut : 1. Harus dilakukan perbaikan sistem pengolahan limbah RBC secara menyeluruh. 2. Perlu penambahan volume grease trap. 3. Perlu penambahan disc pada RBC. 4. Memperbaiki neraca air. 5. Melakukan sampling ulang untuk inlet serta outlet setelah memperbaiki IPAL.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
61
6. Ijin pembuangan air limbah akan disetujui jika semua parameter telah memenuhi baku mutu. Hasil braintstroming di atas dapat disimpulkan bahwa sistem IPAL pada STP Cetral Park harus dilakukan perbaikan desain.
4.2.8 Desain Ulang RBC Debit limbah yang ada sekarang sekitar 1300 m3/hari.
Untuk
melakukan perbaikan desain harus dilakukan antisipasi penambahan jumlah limbah yang diolah, maka desain baru didesain untuk mengolah limbah sampai 1600 m3/hari (sekitar excess 20 % dari debit limbah). Assumsi debit limbah 1600 m3/hari juga disesuaikan dengan spesifikasi ENVIRO RBC yang ada yaitu type RBC 3800. Assumsi yang digunakan untuk desain ulang adalah sebagai berikut : “ Debit limbah yang akan diolah adalah 1600 m3/hari dengan kandungan ammonia rata-rata 60 mg/L, RBC akan menghilangkan ammonia nitrogen (Total Ammonia Nitrogen/TAN) sebanyak 0,75 g TAN/m2. hari (Miller dan Libey, 1985) “
4.2.8.1 Luas Permukaan Media RBC Ammonia yang dihasilkan dari limbah per hari adalah : Produksi ammonia
= Volume limbah x Kandungan ammonia = 1600 m3/hari x 60 mg/L = 96 kg/hari
http://digilib.mercubuana.ac.id/
62
Luas permukaan media RBC yang dibutuhkan dihitung dengan formulasi sebagai berikut :
Luas Permukaan Media
= = = 128.000 m2
4.2.8.2
Modul RBC Media RBC umumnya dibuat dari bahan plastik atau bahan polimer
yang ringan seperti poly vinyl clorida
(PVC), polypropylene (PP),
polyethyle (PE). poly styrene dan lainnya. Media RBC dirakit dalam sebuah bentuk modul dalam berbagai type. Bentuk yang sering digunakan adalah type bergelombang, plat cekung-cembung ataupun plat datar.
Gambar 4.12 Bentuk Modul Media RBC Assumsi diameter plat (disk) yang diproduksi secara komersial dipilih ukuran Φ 3 m, maka jumlah plat (disk) yang diperlukan adalah :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
63
Luas area plat = π (jari-jari)2 ( 2 sisi plat) = π (1,5)2 (2) = 14,2 m2 Maka jumlah plat yang dibutuhkan adalah : Jumlah plat
= Luas Media RBC / Luas Plat = 128.000 m2 / 14.2 m2 =
9014 plat
4.2.8.3 Volume RBC Assumsi jarak antar plat/disk adalah 1 cm dan ketebalam plat 1 mm, maka panjang RBC dapat dihitung sebagai berikut : Panjang RBC = (Jumlah plat) (Tebal+Jarak Plat) = (9014) (1,1) cm = 9916 cm = 99,16 m Volume RBC = π (jari-jari)2 ( Panjang RBC) = π (1,5)2 (99,16) = 704 m3 Menurut Easter (1992) volume tangki RBC direkomendasikan sebesar 2,14 kali volume RBC, maka volume tangki RBC 1507 m3. Volume tangki RBC memiliki volume hampir 2 kali volume awal (756 m3). 4.2.8.4 Kecepatan Putaran Disk Kecepatan putaran disk didasarkan pada kecepatan peripheral disk yaitu 0,3 m/detik. Maka kecepatan putaran disk adalah:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
64
RPM RBC
= = 1,91 RPM
4.2.9 Desain Grease Trap Desain grease trap menurut EPA (Environmental Protection Agency) Design Manual, didasarkan pada jumlah tempat duduk yang ada di tenantt resto. Data jumlah tenantt serta banyaknya tempat duduk disarikan pada Tabel 4.25 berikut. Tabel 4.12 Jumlah Tenant dan Banyak Tempat Duduk No
Posisi Lantai
Jumlah Tenant Jumlah Tempat Duduk
1
Lt. LG
31
1622
2
Lt. LGF
8
433
3
Lt. UG
2
133
4
Lt. 1
6
597
5
Lt. 2
3
548
6
Lt. 3
4
196
7
Lt. 8
1
56
55
3.585
Jumlah Total
Volume Grease Trap = (D) x (GL) x (ST) x (HR/12) x (LF)
Dimana : D
= Jumlah tempat duduk.
GL
= Jumlah limbah per tempat duduk, normal 5 gallon.
ST
= Storage capacity factor. nilainya 1,7.
HR = Jumlah jam buka. LF
= Loading factor. nilainya 1,25.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
65
Maka volume grase trap adalah ; Volume Grease Trap = (D) x (GL) x (ST) x (HR/2) x (LF) = 3.585 x 5 x 1,7 x 10/12 x 1,25 = 31.742 gallon. = 120.144 liter. (1 gallon US = 3,785 liter) = 120,144 m3.
http://digilib.mercubuana.ac.id/