BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1
Gambaran Umum Perusahaan PT. Pratama Abadi Industri merupakan sebuah industri manufaktur yang
memproduksi sepatu untuk berlari (running shoes) yang berlokasi di Jalan Raya Serpong KM. 7, Pakulonan Tangerang 4941. Data umum mengenai perusahaan dapat digambarkan sebagai berikut : Nama Perusahaan
: PT. Pratama Abadi Industri
Bentuk Badan Usaha : Perseroan Terbatas (PT) Status
: Penanaman Modal Asing (PMA)
Pemilik
: Yeong Yul, Seo
Status Pemilik
: Presiden Direktur
Tanggal Berdiri
: 12 Juli 1989
Alamat
: Jl. Raya Serpong Km. 7, Pakulonan. Tangerang, Banten Indonesia
Usaha Inti
: Nike Contractor, manufaktur sepatu Nike untuk pasar Internasional
Produk
: Nike Running Shoes
Sepatu Dewasa
: Street Max Cat, Kennedy XC, Xecellerator, dll.
Sepatu Anak
: A. Max Iconic, Nike Impax Turn, Nike Sharksin, dll.
Didirikan pertama kali pada tanggal 12 Juni 1989 berdasarkan akta pendirian yang telah disetujui oleh menteri kehakiman Republik Indonesia dengan surat keputusan tanggal 3 Oktober 1989 No. 02-9337.HT.01.01.0989 yang diubah dengan
akta No. 94 tanggal 23 November 1992, dan terakhir diubah dengan akta Berita Acara Rapat No. 7 tanggal 2 Februari 1993 No. 02-7344.HT.01.04.1993. PT. Pratama Abadi Industri merupakan sebuah perusahaan yang berstatus Penanaman Modal Asing (PMA) yang dipimpin oleh seorang presiden direktur, yang merupakan pemilik perusahaan. Perusahaan ini merupakan perusahaan pembuat sepatu olahraga dengan merek NIKE dengan spesialisasi sepatu untuk berlari atau running shoes. PT. Pratama Abadi Industri merupakan sebuah industri padat karya yang bergerak dibidang industri sepatu olahraga. Perusahaan ini mulai beroperasi pada tahun 1989 tepatnya pada tanggal 12 juni 1989. PT. Pratama Abadi Industri bukanlah pemegang lisensi dari merek sepatu yang diproduksi, karena hubungan keduanya merupakan hubungan penjual dan pembeli. Dengan jumlah karyawan sebanyak 10.610 karyawan, dengan 8.638 karyawan wanita (81,41%) dan 1.972 karyawan pria (18,59%). Status perusahaan ini yaitu sebagai perusahaan penanaman modal asing ( PMA ), dimana sahamnya gabungan antara Korea dan Indonesia. Produk yang dihasilkan berupa sepatu olahraga (atletik) yang berjenis running shoes dengan merk NIKE yang merupakan hasil lisensi dari perusahaan yang
berpusat di Amerika
Serikat dimana produk yang dihasilkan di PT. Pratama Abadi Industri di ekspor ke luar negeri dan tidak membuat produk untuk dikonsumsi didalam negeri. Sampai saat ini telah lebih dari 80 negara tujuan ekspor PT. Pratama Abadi Industri. Untuk masalah pemasaran sepenuhnya merupakan tugas dan wewenang dari Pembeli pemegang lisensi yang mempunyai kantor perwakilan di Indonesia. Nilai ekspor sepatu olahraga PT. Pratama Abadi Industri dari tahun ketahun terus mengalami peningkatan, hal ini
tentunya merupakan prestasi tersendiri bagi
perusahaan karena secara langsung menunjukan bahwa pihak pemegang merek tetap
memberikan kepercayaan pada PT. Pratama Abadi Industri
untuk memproduksi
sepatu olahraga. Untuk menghadapi persaingan dengan pabrik lain baik dalam negeri maupun luar negeri manajemen PT. Pratama Abadi Industri secara terus menerus mengupayakan peningkatan dari berbagai hal. Latar belakang berdirinya perusahaan adalah: a. adanya era industrialisasi yang dicanangkan pemerintah dalam mewujudkan Indonesia sebagai Negara industri yang maju. b. Adanya izin dan kesempatan yang diberikan pemerintah Indonesia kepada investor asing yang berminat menanamkan modalnya di Indonesia dengan berbagai fasilitas dan kemudahaan. c. Jumlah tenaga kerja yang semakin lama-semakin besar di Indonesia dan dengan biaya yang relatif murah. d. Kebutuhan sepatu olahraga yang semakin meningkat.
4.2
Visi dan Misi Perusahaan PT. Pratama Abadi Industri memiliki komitmen terhadap kualitas dan
teknologi yang tercermin dalam Visi perusahaan yaitu : “CREATE VALUE FOR OUR CUSTOMER “ dan Misinya : (Lean Enterprise, Craftmanship, Competitive price, Respected by Community). Dengan strategi pengembangan dari : NOS production system (NIKE Lean System based on Toyota Production System), Enterprise Resource Planning (ERP) System, Human Resource Management System dan Corporate Responsibility (CR) program.
4.3
Struktur Organisasi PT. Pratama Abadi Industri telah melakukan restrukturisasi organisasi sebagai
upaya pembenahan organisasi dalam menghadapi persaingan dan tantangan di dunia industri sepatu. Upaya ini juga bertujuan untuk meningkatkan sistem manajemen dan kinerja seluruh komponen pada PT. Pratama Abadi Industri. Presiden direktur dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, terutama dalam mendukung pelaksanaan proses produksi secara independen dibantu oleh tiga wakil presiden, yaitu : 1. Pratama Vice President 2. Indonesia Development Center Department Vice President 3. Mold Shop Vice President Ketiga Vice President di atas merupakan pimpinan tertinggi untuk tiga komponen, dimana masing-masing komponen membawahi bidang khusus yang mempunyai tanggung jawab yang khusus. Pembentukan tiga orang wakil presiden tersebut merupakan restrukturisasi manajemen yang semula presiden direktur dibantu oleh Indrustrial Engineering Department dan Quality Assurance Department. Tugas dari Pratama Vice President yaitu memimpin Operational Division dan Manufacturing Division pada Pt. Pratama Abadi Industri, atau dengan kata lain tugas utama dari Vice President adalah memimpin jalannya proses produksi di PT. Pratama Abadi Industri. Indonesia Devolpment Center merupakan designer sepatu NIKE yang akan diproduksi oleh PT. Pratama Abdi Industri. Sesuai dengan peran tersebut, maka tugas dari IDC Vice President yaitu memimpin NIKE Designer Team. Dalam mendesain sepatu diperlukan studi market, bagaimanakah permintaa desain sepatu yang
diinginkan oleh internasional market dengan memperhatikan fungsi Art dan Ergonomy. Mold Shop bekerja sama dengan IDC membuat cetakan (Molding) sesuai dengan permintaan IDC. Cetakan baru untuk setiap inovasi baru tersebut diberikan pada Pratama untuk pembuatan sepatu. Berdasarkan peran tersebut, maka tugas dari Mold Shop Vice President yaitu memimpin Mold Shop atas Mold Shop Adm Department, Mold Shop Production Department, dan Mold Shop Supporting Department. IDC Vice President dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh Head Of IDC, Development Team 1, Development Team 2, Development Team 3, dan Sampel Work Shop. Pratama Vice President dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh CR Department, Bussiness Unit Department, dan Costing Department. Secara umum Pratama Terdiri atas dua divisi utama, yaitu : 1. Manufacturing Division 2. Operational Division Manufacturing Division yaitu divisi pada Pratama yang bertugas bertanggung jawab terhadap kegiatan manufaktur di PT. Pratama Abadi Industri. Dalam menjalankan tugasnya, Manufacturing Division dibantu oleh QA Department, MPE Department, NOS Team, dan PPIC Department. Manufacturing Division terbagi-bagi menjadi dua bagian, yaitu Manufacturing Operation, dan Manufacturing Support. Manufacturing Operation yaitu bagian dari manufaktur yang bertanggung jawab terhadap operasi kegiatan produksi di PT. Pratama Abadi Industri. Manufacturing Operation terdiri atas 5 Factory, dimana setiap factory ada yang terdapat Direct Line, NOS Line, gabungan Direct Line dan NOS Line, dan Bottom.
4.4
Uraian Jabatan pada PT. Pratama Abadi Industri 1. Managing Director Bertanggung jawab kepada Director di PT.Pratama Abadi Industri
membawahi Administration operational Assistant Departement, Functional leader Departementl, Shoes Category dan Supporting Departement.
Tugas, wewenang dan tanggung jawab Managing Director yaitu : a. Mengelola sumber daya yaitu man, money, material, machinery, peluang dan informasi. b. Bertindak sebagai pimpinan dalam aktivitas PCC. c. Memberikan pengarahan umum dan menetapkan wewenang, tugas, dan tanggung jawab pada setiap personil yang berada dibawah pimpinannya. d. Mengawasi, menjaga, dan mengevaluasi kegiatan perusahaan agar sesuai dengan strategi, rencana, dan kebijakan untuk kepentingan pengembangan perusahaan. 2. General manager Bertanggung jawab memimpin produksi, perencanaan produksi, perawatan peralatan produksi dan engineering, mengadakan negoisasi dengan pihak buyer baik tentang produksi maupun tentang standar operasional produksi. Tugas utamanya adalah: a. Merumuskan dan merekomendasikan proposal kebijakan produksi, menyediakan fasilitas produksi dan peralatannya. b. Merumuskan dan merekomendasikan proposal kebijakan produksi. c. Mengadakan dan melaksanakan proses kegiatan produksi.
d. Menyetujui pembelian barang tertentu yang telah dikuasakan dan tidak melebihi dari jumlah yang dibutuhkan. e. Menetapkan dan melaksanakan serta mencatat rute produksi dan jadwal operasi perusahaan. f. Merekomendasikan persetujuan perubahan struktur organisasi perusahaan. g. Merekomendasikan penempatan posisi karyawan dalam perusahaan dalam batas wewenang yang diberikan kepadanya. h. Merekomendasikan
promosi
dan
demosi
jabatan
tertentu
serta
memberhentikan seseorang karyawan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 3. Manager Bertanggung jawab memproduksi hasil yang memenuhi standar yang tepat waktu dengan biaya yang serendah mungkin, memanfaatkan sepenuhnya teknologi mutakhir dalam memproduksi atau melakukan kegiatan produksi, mengatur perawatan dan perlengkapan–perlengkapan produksi agar selalu berfungsi dengan normal, merencanakan, mengkoordinasi, mengerahkan dan mengawasi produksi dan fungsifungsi penunjang produksi perusahaan dan menyerahkan produk sepatu dengan biaya serendah mungkin, bertanggung jawab terhadap kesinambungan, peningkatan dan pemeliharaan program untuk mengurangi biaya-biaya operasi, kerja ekstra, lembur, dan bahan-bahan sisa. Tugas utamanya adalah: a. Memajukan dan melaksanakan rencana kebijakan dan prosedur yang telah disetujui untuk fasilitas produksi perusahaan dan berhubungan dengan produksi.
b. Mencapai keuntungan optimal perusahaan melebihi anggaran tahunan dan dalam jangka panjang melalui manajemen yang efisien, perencanaan dan pengawasan serta mengadakan evaluasi terhadap sumber-sumber tenaga kerja. c. Menyediakan semua bahan baku yang dibutuhkan dan bahan baku penunjang dengan harga rendah dan mutu terjamin. d. Membuat jadwal perawatan dan pelayanan mesin yang baik untuk mempertahankan mesin-mesin agar tetap beroperasi secara baik dalam memperlancar kegiatan operasi perusahaan. e. Memajukan metode dan prosedur yang baru untuk mengurangi biaya produksi dan pelayanan. f. Mempertahankan hubungan yang efektif dan aktivitas yang saling menunjang antar departemen. g. Membuat perencanaan dan pengawasan anggaran biaya yang efektif dalam pencapaian tujuan perusahaan. h. Menyeleksi, melatih, mengembangkan, memotivasi dan mengevaluasi perencanaan dan pengawasan terhadap karyawan untuk meyakinkan kesinambungan pengoperasian produksi yang efisien. i. Membuat semua laporan dan data-data penting yang dikehendaki manajemen untuk menunjang penilaian dan keputusan yang dibuat. 4. Supervisor Bertanggung jawab dalam merencanakan dan mempersiapkan bahan-bahan, mesin dan peralatan produksi, mengarahkan dan memimpin bawahannya dalam melakukan kegiatan produksi dan kegiatan penunjang serta menjamin hasil produksi dengan kualitas baik dan tepat waktu.
Tugas utamanya adalah: a. Merencanakan dan mempersiapkan bahan-bahan dan mesin-mesin serta peralatan produksi untuk menjamin kelancaran kegiatan produksi. b. Merawat dan mempersiapkan mesin dan peralatan lainnya agar tidak mengalami kemacetan dan selalu siap ketika proses produksi berlangsung. c. Memimpin dan mengarahkan karyawan dalam melakukan proses produksi sehingga trampil dan profesional dalam melakukan kegiatan produksi. d. Menerima order untuk proses produksi harian dari bagian PPIC kemudian merealisasikan order tersebut pada produksi. e. Menandatangani setiap order untuk proses produksi baik pada waktu penerimaan, pada waktu akan diproses maupun pada waktu akan ditransfer keseksi lain untuk proses lebih lanjut. f. Bertanggung jawab atas kelancaran dan ketertiban proses produksi. g. Menyetujui dan menandatangani ijin, surat sakit, cuti, lembur dan lainnya. h. Mengajukan usulan prestasi kerja, upah, insentif. i. Menjamin ketertiban dan kelancaran administrasi dan dokumentasi departemennya. Adapun susunan Manufacturing Operation adalah sebagai berikut : 1. Factory 1 (Direct Line 1-4), terdiri atas : Production Department dan Production Supporting Department 2. Factory 2 (Direct Line 5-8) 3. Factory 3 (NOS Line 1-15) 4. Factory 4 (NOS Line 7-10 & Direct Line 9-10), terdiri atas : Production Department
5. Factory 5 (Bottom), terdiri atas : Mixing Department, Outsole Press Department, Phylon Department, PU Department, PU Puck Department dan Pre Stockfit Department Sedangkan Manufacturing Support yaitu manufacturing yang mendukung kegiatan operational manufacturing. Susunan dari Manufacturing Support yaitu : CE Department, E2 Department, Maintenance Department dan UPS Department Operational Division sebagai bagian dari Pratama, yaitu divisi yang menangani kegiatan operasional dari kegiatan manufaktur, seperti keuangan, persediaan, ekspor, teknologi informasi, personalia, pengembangan sumber daya manusia, dan departemen urusan umum. Secara umum, struktur dari Operational Division Pratama adalah : a. Human Resource General Affairs Department, terdiri atas : Human Resource Department, Personal Department dan General Affairs Department b. Accounting Department c. Logistic Department d. Information Technology Department (Export Import Department).
Gambar struktur organisasi PT. Pratama Abadi Industri yaitu sebagai berikut :
Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT Pratama Abadi Industri
4.5
Proses Produksi Sepatu Proses produksi sangat penting sekali didalam industri manufaktur terutama
pada proses pembuatan sepatu di PT. Pratama Abadi Industri untuk menghasilkan produk sepatu yang diharapkan. Disini akan dijelaskan bagaimana proses pembuatan sepatu dari mulai bahan baku, setengah jadi sampai bahan jadi. Proses penyimpanan sepatu dibagi menjadi 3 yaitu : 1. Material uppershoes 2. Material bahan-bahan kimia 3. Material bottom shoes A. Proses material uppershoes Proses material uppershoes terdiri dari :
a. Cutting, yaitu proses pemotongan bahan-bahan baku sepatu sesuai dengan bentuk komponennya dengan menggunakan mesin cutting hidraulik. Proses cutting terdiri dari :
Skyping, yaitu untuk menipiskan bahan agar waktu dilem tidak terjadi jendolan pada waktu dijahit.
Buffing, yaitu membuat kasar bahan sepatu yang akan dilem
b. Laminating, yaitu proses pelapisan dari beberapa kain menjadi beberapa lapis, sesuai dengan permintaan ketebalan (demand) buyer c. Sewing, yang terdiri dari 2 proses, yaitu :
Preparation, yaitu proses persiapan sebelum komponen siap masuk line.
Stitching proses, yaitu proses penjahitan masing-masing komponen yang telah dipotong, dalam proses ini dilakukan proses perakitan bahan-bahan yang telah dipotong sesuai dengan jenis sepatu atau komponen lainnya.
B. Proses material bottom shoes Proses material bottom shoes ini terdiri dari : a. Midsole, yaitu bagian tengah sepatu yang dibuat dari 2 buah macam bahan baku EVA (ethyle vinny acetate) yang mengalami proses sebagai berikut : 1. Kneader, yaitu proses pencampuran bahan baku EVA dan bahan baku pembantu lainnya. Di dalam mesin kneader dengan cara difiling dalam ruangan tertutup dan hasil akhirnya akan berupa gumpalan bahan baku. 2. Rolling, yaitu gumpalan-gumpalan tersebut dilanjutkan dengan proses pembuatan gumpalannya menjadi sempurna. 3. Calendaring, yaitu proses penyempurnaan dan akan menghasilkan lembaran-lembaran EVA compound.
4. Proses sponge, yaitu dari beberapa lembaran ini dilakukan proses press untuk memperoleh lembaran-lembaran yang berbentuk sponge. 5. Skyping, yaitu proses menghilangkan bagian yang tidak terpakai lagi. 6. Cutting sponge, yaitu proses setelah skyping, dan kemudian dilakukan proses cutting sesuai dengan jenis komponennya. 7. Grinding buffing, yaitu proses untuk menghilangkan sudut-sudut hasil sponge cutting, gunanya untuk memperoleh berat yang ideal, yang merupakan syarat untuk mengepres phylon. 8. Press phylon, yaitu proses pengepresan dari beberapa lembar ini untuk menghasilkan hasil yang lebih baik. 9. Washing phylon, setelah terbentuknya phylon, maka setelah itu baru dilakukan pencucian, agar bentuk dan warnanya dapat terlihat dengan bagus dan sempurna. b. Outsole adalah bagian akhir sepatu yang dibuat dari 1 macam bahan baku yaitu rubber sole, yaitu proses pembuatannya bagian bawah sepatu yang mengalami proses sebagai berikut : 1. Banbury mixer, yaitu pengadukan bahan-bahan kimia untuk membuat cetakan bagian bawah sepatu. 2. Rolling 1, yaitu penggilingan bahan baku yang sudah diaduk untuk dibuat menjadi cetakan-cetakan rubber. 3. Cooling 1, yaitu proses pendinginan setelah cetakan sudah jadi. 4. Rolling 2, yaitu proses penggilingan bahan baku dan dicampur dengan sulfur agar hasilnya terlihat lebih sempurna. 5. Sheeting, yaitu pembuatan lembaran-lembaran yang sudah jadi yang berbentuk segi empat.
6. Cooling 2, dilakukan pendinginan kembali. 7. Cutting compound, setelah dilakukan cooling yang kedua, kemudian dilakukan proses cutting sesuai dengan jenis atau komponennya. 8. Hot press, setelah dipotong sesuai dengan komponennya maka tahap selanjutnya adalah dipress panas agar hasilnya tidak berlubang-lubang. 9. Trimming, setelah di hot press maka selanjutnya diberi pelengkap sesuai dengan jenis sepatunya. C.
Proses Assembling Assembling menerima pasokan bahan untuk dirakit dari gudang upper dan
gudang outsole untuk dirakit menjadi sebuah sepatu. Pada bagian ini proses perakitan sepatu bagian kiri dan bagian kanan dilakukan pada jalur yang terpisah. Tahap perakitan dimulai dengan proses lasting yaitu proses pemasangan bagian atas sepatu sesuai dengan nomor sepatu pada mold. Lasting dilakukan secara bertahap mulai dari bagian depan, bagian samping, dan bagian belakang, dengan menggunakan mesin tekan (Press Machine). Setelah proses lasting selanjutnya dipanaskan dengan cara dimasukkan kedalam oven dengan temperatur kurang lebih 40 derajat celcius. Proses ini bertujuan agar bagian atas sepatu benar-benar pas dengan ukuran yang diinginkan serta untuk membakukan bentuk sepatu yang diinginkan. Setelah itu dilakukan proses pengkasaran dari bagian upper sepatu yang akan direkatkan dengan bagian bottom. Proses ini dilakukan dengan mesin dan bertujuan agar lem dapat merekat dengan kuat. Selanjutnya adalah proses merekatkan bagian upper dan bagian bottom dengan menggunakan lem tertentu sesuai dengan jenis bahan sepatu yang digunakan. Pekerjaan penggabungan ini dilakukan dengan mesin (Press Machine). Penekanan dilakukan pada bagian bottom secara bergantian diawali dengan bagian samping,
kemudian bagian muka dan selanjutnya bagian belakang. Setelah proses penekanan selesai maka sepatu tersebut dimasukkan kedalam oven yang bertujuan untuk mempercepat pengeringan lem. Pada proses selanjutnya yaitu Finishing, dilakukan pembersihan terhadap bagian-bagian sepatu yang kotor terkena sisa lem. Selain itu juga dilakukan pemberian tali sepatu serta insole. Sebelum sepatu dikemas didalam kotak atau yang disebut dengan inner box. Sepatu-sepatu yang telah selesai diproduksi harus dicek terlebih dahulu oleh bagian Quality Control apakah warna yang ada pada sepatu tersebut berubah karena diakibatkan oleh suhu pada oven yang terlalu panas, selain itu juga sepatu-sepatu yang siap dikemas tersebut juga di cek apakah ada bagian yang kurang rata dalam pengelemen sehingga menyebabkan ada bagian sepatu yang tidak menempel sempurna. Bila semuanya telah selesai maka dilakukan proses pengepakan menggunakan kemasan (inner box) yang telah disiapkan sesuai dengan ukuran sepatu dan modelnya. Kemasan-kemasan tersebut selanjutnya dimasukkan kedalam outer box dan selanjutnya sepatu-sepatu tersebut siap untuk di distribusikan sesuai dengan jumlah order yang diminta oleh negara-negara pembeli yang merupakan pangsa pasar dari sepatu-sepatu tersebut seperti Amerika, Jepang, Kanada, Jerman, India dan lain-lain
4.6
Sistem Pengadaan Bahan Baku Sistem pengadaan bahan baku pada PT. Pratama Abadi Industri biasanya
diawali dengan kegiatan melihat persediaan yang ada di bagian material, setelah jenis dan jumlah bahan baku diketahui, bagian keuangan akan menghitung besarnya alokasi dana yang diperlukan untuk pengadaan bahan baku tersebut dan kemudian membuat production schedule planning sebagai petunjuk dalam melaksanakan proses produksi.
Bahan baku yang dipakai didatangkan dari negara Korea, yaitu dalam tiap minggu dalam setiap kali datang sesuai dengan pesanan. Bahan baku ini langsung masuk ke purchase order (PO), kemudian dikirim ke bagian material yaitu sebagai pengelola untuk dichek berapa banyak bahan baku yang datang setiap kali pesanan. Bagian cutting memesan bahan baku dan material untuk dilaksanakannya pemotongan yang selanjutnya dikirim ke bagian produksi bahan baku yaitu membuat suatu lempengan kain untuk bahan baku sepatu NIKE dengan menggunakan mesin lempeng, berupa mesin listrik dan mesin uap dan selanjutnya dikirim ke bagian proses assembly sepatu NIKE (proses produksi)
4.7
Ketenaga Kerjaan Pegawai adalah seorang pria / wanita yang telah mempunyai hubungan kerja
dengan perusahaan (bersifat mengikat) serta menerima gaji. Menurut statusnya pegawai di PT Pratama Abadi Industri adalah pegawai Tetap, yaitu seorang pria / wanita yang telah selesai menjalani masa percobaan dan mengikat tetap berdasarkan hasil penilaian sikap dan prestasi kerja selama masa percobaan. Berdasarkan data pada bulan Agustus tahun 2007 perusahaan ini memiliki kapasitas produksi dan jumlah tenaga kerja di perusahaan ini sebanyak 10703 pekerja.
4.8
Pengumpulan Data Untuk penelitian yang dilakukan, maka penulis melakukan pengumpulan data
yang diperlukan untuk pemecahan masalah adalah data proporsi kecacatan pada proses pembuatan sepatu NIKE. Data-data yang diperoleh berdasarkan hasil dari pengukuran dan pengamatan pada perusahaan PT. Pratama Abadi Industri.
Untuk untuk pengumpulan dan pengolahan data, penulis melakukan penelitian yang terbatas pada bulan Febuari 2009. Adapun data yang diperoleh adalah data yang diambil berdasarkan data harian yang dilakukan oleh operator bagian QC setiap harinya. Pengambilan data diambil dari bagian Sewing Line 14 factory 3, dan berdasarkan penelitian 100% dari jumlah. 4.9
Penjelasan Singkat Mengenai Jenis Cacat Berikut ini penjelasan singkat mengenai jenis produk cacat proses sewing : 1. Kurang lem upper dan o/s adalah kurang’y lem pada upper dan o/s yang mengakibatkan kurang maksimumnya perekatan antara upper dengan o/s. 2. Upper kotor adalah terlihatnya kotoran bekas lem, terjadi karena proses pengeleman tidak sempurna. 3. Tinggi lem adalah tingginya kedudukan lem yang melebihi batas yang telah ditentukan. 4. Outsole kotor adalah banyak karet yang kurang bersih dalam penyemprotan akibatnya banyak karet yang tertinggal. 5. Outsole dan midsole russak adalah akibat proses trimming (pembersihan sisa karet) yang tidak sempurna, dan cacat mold (cetakan). 6. Jahitan lepas adalah lepasnya jahitan antara midsole dengan upper yang mengakibatkan penempelan kurang maksimal. 7. Tinggi hell tidak sama adalah dikarenakan midsole dan outsole terlalu tebal. 8. Kurang lem o/s dan midsole adalah kurangnya lem antara outsole dan midsole. 9. Upper keriput adalah ukuran upper dan bottom tidak sesuai.
4.3 Data Produk Cacat (Defect) Pada Bagian Assembling Line 14 Factory 3 PT. Pratama Abadi Industri Pada Bulan January 2009 Tabel 4.1 Data defect pada proses assembling line 14 factory 3 PT. Pratama Abadi Industri Jenis Cacat hari
1
Jumlah Jumlah diperiksa Cacat
1190
Kurang lem upper & o/s
O/s/ Tinggi Jahitan Upper Tinggi O/s Midsole Hell tidak kotor lem kotor lepas rusak sama
Kurang Lem Upper o/s & Keriput midsole
204
119
48
11
14
2
3
1
1
5
31
9
9
0
5
0
0
4
2
1231
98
40
3
1295
220
153
26
17
20
1
2
0
0
1
4
1163
118
50
43
11
8
2
3
0
0
1
5
1034
256
107
89
23
22
1
3
0
0
11
6
1272
92
34
42
0
9
1
2
0
0
4
7
1128
78
35
24
6
7
1
3
0
0
2
8
1178
176
48
34
77
10
1
3
0
1
2
9
1256
104
44
26
8
19
1
4
0
0
2
13
13
10
1
4
0
0
5
10
1213
103
57
11
1242
97
46
25
13
6
5
2
0
0
0
12
1331
111
40
49
8
10
0
0
0
0
4
13
1064
79
36
35
3
0
0
5
0
0
0
14
1163
96
35
43
3
8
0
4
0
3
0
15
1155
171
65
50
18
36
0
1
0
0
1
16
1110
139
58
25
37
9
6
3
0
0
1
17
1301
116
57
20
18
15
1
4
1
10
20
1
0
0 0
0
49
0
1
18
1289
126
45
19
1294
75
24
24
16
9
0
1
1
0
0
20
1136
142
50
58
18
16
0
0
0
0
0
21
1341
113
47
35
20
7
0
2
0
0
2
22
1218
68
37
13
6
11
1
0
0
0
0
23
1296
124
39
51
11
19
1
3
0
0
0
24
1300
120
31
48
19
19
2
1
0
0
0
25
1209
87
30
29
19
7
0
2
0
0
0
36
37
25
1
2
0
1
4
26
1235
140
34
27
1401
123
21
44
26
25
2
0
0
0
5
28
1081
79
26
23
19
3
1
3
0
0
4
Total
34126
3455
1408
1033
476
373
32
65
2
6
60
Dan berikut ini adalah jumlah data produk cacat beserta persentase kecacatannya berdasarkan diagram pareto dengan urutan dari jumlah jenis cacat terbanyak yaitu kurang lem upper & o/s sebesar 40.75% sampai dengan jumlah jenis cacat terkecil yaitu tinggi hel tidak sama dengan presentase sebesar 0.06%. Tabel 4.2 Data jenis defect beserta persentase dan jumlah komulatifnya No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Jenis Cacat Kurang lem upper & o/s Upper kotor Tinggi lem O/s Kotor Jahitan lepas Upper Keriput O/s/ Midsole rusak Kurang Lem O/s & midsole Tinggi Hell tidak sama Total
Jumlah 1408 1033 476 373 65 60 32 6 2 3455
(%) 40,75 29,90 13,78 10,80 1,88 1,74 0,93 0,17 0,06 100
Komulatif 1408 2441 2917 3290 3355 3415 3447 3453 3455
(%) 40,75 70,65 84,43 95,22 97,11 98,84 99,77 99,94 100,00
45
120
40 100 35 30
80
25 60 20 15
40
10 20 5 0
0
Kurang lem Upper kotor Tinggi lem upper & o/s
O/s Kotor
Jahitan lepas
Proporsi produk cacat
Upper Keriput
O/s/ Midsole rusak
Kurang Lem Tinggi Hell O/s & tidak sama midsole
Presentasi produk cacat
Gambar 4.2 Diagram pareto untuk jenis cacat
4.4 Pengolahan Data bagian Assembling Line 14 Factory 3 PT. Pratama Abadi Industri Pada Bulan January 2009 dengan Peta Kendali P 1. Perhitungan untuk grafik Total Jumlah Cacat Untuk menentukan batas kendali atas (UCL) dan batas kendali bawah (LCL), maka diperlukan nilai rata-rata bagian cacat dengan perhitungan sebagai berikut : Tabel 4.3 Perhitungan untuk grafik total jumlah cacat Hari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Total
Jumlah Produksi 1190 1231 1295 1163 1034 1272 1128 1178 1256 1213 1242 1331 1064 1163 1155 1110 1301 1289 1294 1136 1341 1218 1296 1300 1209 1235 1401 1081 34126
Jumlah Ditolak 204 98 220 118 256 92 78 176 104 103 97 111 79 96 171 139 116 126 75 142 113 68 124 120 87 140 123 79 3455
Proporsi P 0,171 0,080 0,170 0,101 0,248 0,072 0,069 0,149 0,083 0,085 0,078 0,083 0,074 0,083 0,148 0,125 0,089 0,098 0,058 0,125 0,084 0,056 0,096 0,092 0,072 0,113 0,088 0,073 0,101
Rata-rata bagian cacat ( ) atau Garis tengah (CL) =
Contoh perhitungan untuk hari ke-1 adalah :
Variabel 0,026 0,026 0,025 0,027 0,028 0,025 0,027 0,026 0,026 0,026 0,026 0,025 0,028 0,027 0,027 0,027 0,025 0,025 0,025 0,027 0,025 0,026 0,025 0,025 0,026 0,026 0,024 0,027
Proporsi P =
=
204 = 0,171 1190
UCL=p+3Sp 0,127 0,127 0,126 0,128 0,129 0,126 0,128 0,127 0,127 0,127 0,127 0,126 0,129 0,128 0,128 0,128 0,126 0,126 0,126 0,128 0,126 0,127 0,126 0,126 0,127 0,127 0,125 0,128
=
LCL=p3Sp 0,075 0,075 0,076 0,074 0,073 0,076 0,074 0,075 0,075 0,075 0,075 0,076 0,073 0,074 0,074 0,074 0,076 0,076 0,076 0,074 0,076 0,075 0,076 0,076 0,075 0,075 0,077 0,074
3455 = 0,101 34126
Batas kendali atas (UCL) =
Batas kendali bawah (LCL) =
Dan seterusnya sampai hari ke 28
+3
–3
= 0,101 + 0,026
= 0,127
= 0,101 - 0,026
= 0,075
Berdasarkan hasil dari perhitungan batas kendali atas (UCL) dan batas kendali bawah (LCL), maka data di atas dapat digambarkan dengan peta kendali sebagai berikut : 0,300
0,250
0,200
0,150
0,100
0,050
0,000 1 2 3 4 5 6 7
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Hari Proporsi P
UCL
LCL
Gambar 4.3 Grafik peta kendali total jumlah cacat Berdasarkan peta kendali di atas, terlihat bahwa pada hari ke
1,3,5,6,
7,8,15,19,22,25 dan 28 berada di luar batas kontrol, sehingga perlu dilakukan revisi dengan mengeluarkan nilai-nilai di hari tersebut dan dilakukan perhitungan ulang. Perhitungan tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 4.4 Perhitungan revisi untuk grafik total jumlah cacat Hari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Total
Jumlah Produksi 1231 1163 1256 1213 1242 1331 1064 1163 1110 1301 1289 1136 1341 1296 1300 1235 1401 62720
Jumlah Ditolak 98 118 104 103 97 111 79 96 139 116 126 142 113 124 120 140 123 6077
Proporsi P 0,080 0,101 0,083 0,085 0,078 0,083 0,074 0,083 0,125 0,089 0,098 0,125 0,084 0,096 0,092 0,113 0,088 0,097
Variabel 0,025 0,026 0,025 0,025 0,025 0,024 0,027 0,026 0,027 0,025 0,025 0,026 0,024 0,025 0,025 0,025 0,024
Rata-rata bagian cacat ( ) atau Garis tengah (CL) =
UCL=p+3Sp 0,122 0,123 0,122 0,122 0,122 0,121 0,124 0,123 0,124 0,122 0,122 0,123 0,121 0,122 0,122 0,122 0,121
=
LCL=p3Sp 0,072 0,071 0,072 0,072 0,072 0,073 0,070 0,071 0,070 0,072 0,072 0,071 0,073 0,072 0,072 0,072 0,073
6077 = 0,097 62720
Contoh perhitungan untuk hari ke-1 adalah : 98 = 0,080 1231
Proporsi P =
Batas kendali atas (UCL) =
Batas kendali bawah (LCL) =
Dan seterusnya sampai hari ke 17
=
+3
–3
= 0,097 + 0,025 = 0,122
= 0,097 - 0,025 = 0,072
Berdasarkan hasil dari perhitungan revisi batas kendali atas (UCL) dan batas kendali bawah (LCL), maka data di atas dapat digambarkan dengan peta kendali sebagai berikut :
0,140
0,120
0,100
0,080
0,060
0,040
0,020
0,000 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Hari Proporsi P
UCL
LCL
Gambar 4.4 Grafik revisi peta kendali total jumlah cacat
Berdasarkan peta kendali di atas, terlihat bahwa pada hari ke 9 dan 12 berada di luar batas kontrol, sehingga perlu dilakukan revisi dengan mengeluarkan nilai-nilai di hari tersebut dan dilakukan perhitungan ulang. Perhitungan tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 4.5 Perhitungan revisi untuk grafik total jumlah cacat Hari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Total
Jumlah Produksi 1231 1163 1256 1213 1242 1331 1064 1163 1301 1289 1341 1296 1300 1235 1401 89255
Jumlah Ditolak 98 118 104 103 97 111 79 96 116 126 113 124 120 140 123 8507
Proporsi P 0,080 0,101 0,083 0,085 0,078 0,083 0,074 0,083 0,089 0,098 0,084 0,096 0,092 0,113 0,088 0,095
Variabel 0,025 0,026 0,025 0,025 0,025 0,024 0,027 0,026 0,024 0,025 0,024 0,024 0,024 0,025 0,024
Rata-rata bagian cacat ( ) atau Garis tengah (CL) =
UCL=p+3Sp 0,120 0,121 0,120 0,120 0,120 0,119 0,122 0,121 0,119 0,120 0,119 0,119 0,119 0,120 0,119
=
LCL=p3Sp 0,070 0,069 0,070 0,070 0,070 0,071 0,068 0,069 0,071 0,070 0,071 0,071 0,071 0,070 0,071
8527 = 0,095 89255
Contoh perhitungan untuk hari ke-1 adalah : 98 = 0,080 1231
Proporsi P =
Batas kendali atas (UCL) =
Batas kendali bawah (LCL) =
Dan seterusnya sampai hari ke 15
=
+3
–3
= 0,095 + 0,025 = 0,120
= 0,095 - 0,025 = 0,070
Berdasarkan hasil dari perhitungan revisi batas kendali atas (UCL) dan batas kendali bawah (LCL), maka data di atas dapat digambarkan dengan peta kendali sebagai berikut :
0,140
0,120
0,100
0,080
0,060
0,040
0,020
0,000 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Hari Proporsi P
UCL
LCL
Gambar 4.5 Grafik revisi peta kendali total jumlah cacat
14
15
2. Perhitungan untuk grafik cacat Kurang Lem Upper & O/s Untuk menentukan batas kendali atas (UCL) dan batas kendali bawah (LCL), maka diperlukan nilai rata-rata bagian cacat dengan perhitungan sebagai berikut : Tabel 4.6 Perhitungan untuk grafik cacat kurang lem upper & o/s Hari
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Total
Jml Produksi 1190 1231 1295 1163 1034 1272 1128 1178 1256 1213 1242 1331 1064 1163 1155 1110 1301 1289 1294 1136 1341 1218 1296 1300 1209 1235 1401 1081 34126
Jml Cacat 119 40 153 50 107 34 35 48 44 57 46 40 36 35 65 58 57 45 24 50 47 37 39 31 30 34 21 26 1408
Proporsi P 0,100 0,032 0,118 0,043 0,103 0,027 0,031 0,041 0,035 0,047 0,037 0,030 0,034 0,030 0,056 0,052 0,044 0,035 0,019 0,044 0,035 0,030 0,030 0,024 0,025 0,028 0,015 0,024 0,041
Variabel 0,017 0,017 0,017 0,017 0,018 0,017 0,018 0,017 0,017 0,017 0,017 0,016 0,018 0,017 0,018 0,018 0,016 0,017 0,017 0,018 0,016 0,017 0,017 0,016 0,017 0,017 0,016 0,018
Rata-rata bagian cacat ( ) atau Garis tengah (CL) =
Contoh perhitungan untuk hari ke-1 adalah :
=
UCL 0,058 0,058 0,058 0,058 0,059 0,058 0,059 0,058 0,058 0,058 0,058 0,057 0,059 0,058 0,059 0,059 0,057 0,058 0,058 0,059 0,057 0,058 0,058 0,057 0,058 0,058 0,057 0,059
LCL 0,024 0,024 0,024 0,024 0,023 0,024 0,023 0,024 0,024 0,024 0,024 0,025 0,023 0,024 0,023 0,023 0,025 0,024 0,024 0,023 0,025 0,024 0,024 0,025 0,024 0,024 0,025 0,023
1408 = 0,041 34126
119 = 0,017 1190
Proporsi P =
Batas kendali atas (UCL)
=
+3
= 0,041 + 0,017
= 0,058
Batas kendali bawah (LCL) =
–3
= 0,041 - 0,017
= 0,024
Dan seterusnya sampai hari ke 28
=
Berdasarkan hasil dari perhitungan batas kendali atas (UCL) dan batas kendali bawah (LCL), maka data di atas dapat digambarkan dengan peta kendali sebagai berikut : 0,140 0,120 0,100 0,080 0,060 0,040 0,020 0,000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Hari Proporsi P
UCL
LCL
Gambar 4.6 Grafik peta kendali untuk cacat kurang lem Berdasarkan peta kendali di atas, terlihat bahwa pada hari ke 1,3,5,19 dan 27 berada di luar batas kontrol, sehingga perlu dilakukan revisi dengan mengeluarkan nilai-nilai di hari tersebut dan dilakukan perhitungan ulang. Perhitungan tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 4.7 Perhitungan revisi untuk grafik cacat kurang lem upper dan o/s Hari
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Total
Jumlah Produksi 1231 1163 1272 1128 1178 1256 1213 1242 1331 1064 1163 1155 1110 1301 1289 1136 1341 1218 1296 1209 1235 1401 1081 28013
Jumlah Ditolak 40 50 34 35 48 44 57 46 40 36 35 65 58 57 45 50 47 37 39 30 34 21 26 974
Proporsi P 0,032 0,043 0,027 0,031 0,041 0,035 0,047 0,037 0,030 0,034 0,030 0,056 0,052 0,044 0,035 0,044 0,035 0,030 0,030 0,025 0,028 0,015 0,024 0,035
Variabel 0,016 0,016 0,015 0,016 0,016 0,016 0,016 0,016 0,015 0,017 0,016 0,016 0,017 0,015 0,015 0,016 0,015 0,016 0,015 0,016 0,016 0,015 0,017
Rata-rata bagian cacat ( ) atau Garis tengah (CL) =
UCL=p+3Sp 0,051 0,051 0,050 0,051 0,051 0,051 0,051 0,051 0,050 0,052 0,051 0,051 0,052 0,050 0,050 0,051 0,050 0,051 0,050 0,051 0,051 0,050 0,052
=
LCL=p3Sp 0,019 0,019 0,020 0,019 0,019 0,019 0,019 0,019 0,020 0,018 0,019 0,019 0,018 0,020 0,020 0,019 0,020 0,019 0,020 0,019 0,019 0,020 0,018
974 = 0,035 28013
Contoh perhitungan untuk hari ke-1 adalah : 40 = 0,032 1231
Proporsi P =
Batas kendali atas (UCL)
=
+3
= 0,035 + 0,016
= 0,051
Batas kendali bawah (LCL) =
–3
= 0,035 - 0,016
= 0,019
Dan seterusnya sampai hari ke 23
=
Berdasarkan hasil dari perhitungan revisi batas kendali atas (UCL) dan batas kendali bawah (LCL), maka data di atas dapat digambarkan dengan peta kendali sebagai berikut :
0,060
0,050
0,040
0,030
0,020
0,010
0,000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Hari Proporsi P
UCL
LCL
Gambar 4.7 Grafik revisi peta kendali untuk cacat kurang lem
Berdasarkan peta kendali di atas, terlihat bahwa pada hari ke 12 dan 22 berada di luar batas kontrol, sehingga perlu dilakukan revisi dengan mengeluarkan nilai-nilai di hari tersebut dan dilakukan perhitungan ulang. Perhitungan tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 4.8 Perhitungan revisi untuk grafik cacat kurang lem upper dan o/s Hari
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Total
Jumlah Produksi 1231 1163 1272 1128 1178 1256 1213 1242 1331 1064 1163 1110 1301 1289 1136 1341 1218 1296 1209 1235 1081 25457
Jumlah Ditolak 40 50 34 35 48 44 57 46 40 36 35 58 57 45 50 47 37 39 30 34 26 888
Proporsi P 0,032 0,043 0,027 0,031 0,041 0,035 0,047 0,037 0,030 0,034 0,030 0,052 0,044 0,035 0,044 0,035 0,030 0,030 0,025 0,028 0,024 0,035
Variabel 0,016 0,016 0,015 0,016 0,016 0,016 0,016 0,016 0,015 0,017 0,016 0,017 0,015 0,015 0,016 0,015 0,016 0,015 0,016 0,016 0,017
Rata-rata bagian cacat ( ) atau Garis tengah (CL) =
UCL=p+3Sp 0,051 0,051 0,050 0,051 0,051 0,051 0,051 0,051 0,050 0,052 0,051 0,052 0,050 0,050 0,051 0,050 0,051 0,050 0,051 0,051 0,052
=
LCL=p3Sp 0,019 0,019 0,020 0,019 0,019 0,019 0,019 0,019 0,020 0,018 0,019 0,018 0,020 0,020 0,019 0,020 0,019 0,020 0,019 0,019 0,018
888 = 0,035 25457
Contoh perhitungan untuk hari ke-1 adalah : 40 = 0,032 1231
Proporsi P =
Batas kendali atas (UCL)
=
+3
= 0,035 + 0,016
= 0,051
Batas kendali bawah (LCL) =
–3
= 0,035 - 0,016
= 0,019
Dan seterusnya sampai hari ke 21
=
Berdasarkan hasil dari perhitungan revisi batas kendali atas (UCL) dan batas kendali bawah (LCL), maka data di atas dapat digambarkan dengan peta kendali sebagai berikut :
0,060
0,050
0,040
0,030
0,020
0,010
0,000 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Hari
Proporsi P
UCL
LCL
Gambar 4.8 Grafik revisi peta kendali untuk cacat kurang lem