BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan (Nokia Solution and Networks, PT) Nokia Solution and Networks adalah perusahaan yang bergerak dibidang telekomunikasi
yaitu sebagai perusahaan penyedia perangkat dan jasa
pembagunan jaringan terlekomunikasi atau sering juga disebut dengan perusahaan vendor telekomunikasi. Nokia Solution and Networks (NSN) sendiri adalah perusahaan hasil penggabungan atau merger dari dua perusahaan vendor telekomunikasi terbesar PT. Nokia dengan Siemens Communication division yang resmi diumumkan pada april 2008 dan menamakan dirinya dengan Nokia Siemens Networks. Sebelum memutuskan untuk merger, PT. Nokia dan Siemens merupakan dua perusahaan besar yang juga memiliki pasar / proyek terbesar di dunia termasuk Indonesia. Khusus di Indonesia, Nokia sudah mendapat pasar pembangunan jaringan telekomunikasi dari perusahaan – perusahaan operator Indonesia seperti Telkomsel, Indosat, dan Xl di daerah Jakarta dan Jawa Barat, sedangkan Siemens sudah menguasai pasar di area Sumatera Selatan, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.
32
33
Namun dengan munculnya kompetitor – kompetitor baru yang juga mulai masuk ke dalam pasar International termasuk Indonesia seperti Huawei, ZTE, dll. Mulai mempengaruhi dan mengurangi lahan pasar yang sebelumnya dikuasai oleh kedua perusahaan tersebut. Karena muncul nya perusahaan kompetitor dari Cina tersebut dengan cepat mempengaruhi perusahaan-perusahaan operator di dunia karena menawarkan harga perangkat dan jasa yang jauh lebih murah dan juga strategi – strategi lain yang pada saaat itu didukung juga dengan kondisi ekonomi dunia yang membuat banyak perusahaan operator telekomunikasi tidak ada pilihan lain untuk memakainya sehingga mengurangi lahan pasar dari Nokia, Siemens dan vendor-vendor lainnya seperti ericsson, alcatel, motorola, dll. Rencana merger sendiri sudah dicanangkan oleh Nokia dan Siemens sejak 2007, khususnya dari sisi kondisi Siemens pada saat itu yang memang menganggap scope bisnis atau divisi Communication sudah tidak menguntungkan dan siap untuk dilepas. Dan kondisi ini dilihat dengan cermat oleh Nokia yang juga sudah mulai kekurangan pasar dan akhirnya terjalinlah suatu kerjasama dan kesepakatan untuk bergabung dan merger dengan nama PT. Nokia Siemens Networks. Namun pada tahun 2011, Nokia Siemens Networks mulai melepas atribut siemens dan kembali hanya menggunakan atribut Nokia dan mengubah namanya menjadi PT. Nokia Solution and Networks. Di Indonesia PT. Nokia Solution and Networks masih mengerjakan jaringan telekomunikasi untuk operator – operator telekomunikasi Indonesia seperti Telkomsel, Indosat, HCPT (3), dan Xl. Dan sampai 2011 Telkomsel masih menjadi Customer terbesar yaitu mengerjakan hampir 60 persen dari total proyek pembangunan jaringan Telkomsel di seluruh Indonesia.
34
4.1.2 Struktur Organisasi PT. Nokia Solution and Networks (Indonesia) 4.1.2.1 Bentuk Susunan Organisasi Secara Global
Gambar 4.1 Bentuk Organisasi Global NSN Pada gambar 4.1 diatas menunjukkan bagaimana bentuk organisasi Global dari NSN. Bentuk ini adalah gambaran secara keseluruhan setiap bagian-bagian atau Departemen yang membawahi dan mengembangkan seluruh scope bisnis yang ada di NSN. Bagian-bagian tersebut antara lain: - Customer Operations - Business Solutions - Network System - Global Services - Operations - Strategy and business development
35
- Human Resources - Marketing and Corperate affair - Legal and Compliance - Corporate development office - Chief finance office - Chief technology office, dan - Academy atau training center 4.1.2.1 Struktur Organisasi PT. Nokia Solution and Networks untuk Projek Telkomsel di Indonesia
Gambar 4.2. Struktur Organisasi Utama NSN Projek Telkomsel
36
Organisasi dipimpin oleh seorang Head of Project yang membawahi semua bagian-bagian dibawahnya yang terdiri dari:
1. National Project Support. Merupakan bagian atau divisi yang berfungsi sebagai pendukung / support semua kebutuhan implementasi projek secara nasional. Bagian ini terdiri dari subsub bagian yang akan melaksanakan semua scope yang dibutuhkan untuk pelaksanaan projek dilapangan secara nasional. Bagian-bagian itu terdiri dari: - Site Acquisition (SITAC) Merupakan divisi uang mensupport dalam hal perijinan dan pembebasan lahan yang akan dipakai nantinya untuk pembangunan suatu jaringan telekomunikasi.
- Construction Works (CW) Merupakan divisi yang mensupport segala kebutuhan projek dari sisi pelaksanaan pekerjaan Sipil, misalnya pembangunan tower, pondasi, penyediaan kebutuhan tenaga listrik, dll. Divisi ini akan mensupport secara nasional dan menyediakan semua kebutuhan standard pengerjaan, spesifikasi teknis, dan semua hal yang akan dibutuhkan dalam projek pekerjaan sipil.
- Telecom Implementation (TI) Merupakan divisi yang mensupport segala kebutuhan projek dari sisi pelaksanaan pekerjaan Telecom Implementasi, misalnya Instalasi perangkat,
37
antena, Radio dll. Divisi ini akan mensupport secara nasional dan menyediakan semua kebutuhan standard pengerjaan, spesifikasi teknis, dan semua hal yang akan dibutuhkan dalam projek pekerjaan TI.
- Network Integration Center (NIC) Mensupport segala pekerjaan aktifasi perangkat dan integrasi network.
- Quality Specialist Yang mengkoordinir segala aktifitas Quality secara Nasional. Juga menggordinir semua aktifitas Quality Audit ke area dan regional. Memastikan semua pelaksanaan pekerjaan dilapangan sudah sesuai dengan standard yang sudah ditetapkan.
- Berita Acara Serah Terima (BAST) Divisi yang mengurus segala dokumen serah terima (Acceptance) pekerjaan ke Customer.
- Cost and Progress Management Adalah divisi yang berfungsi untuk mengkontrol semua Biaya (Cost) dan progress di projek
- Contract Management Adalah divisi yang mengurus semua yang berkaitan dengan kontrak kerja dengan Customer, dalam hal ini dengan pihak Telkomsel.
38
- Service Procurement Divisi yang berfungsi untuk mensupport dan menyediakan segala kebutuhan projek baik material maupun resource.
Untuk masing masing Divisi tersebut diatas memiliki susunan struktur organisasi tersendiri seperti berikut:
Eka Tarigan (TI) Murhadi
Gambar 4.3. Struktur Organisasi National Project Support
39
Gambar 4.4. Struktur Organisasi Cost and Progress Management Department
Gambar 4.5 Struktur Organisasi Contract Management Departement
40
Gambar 4.6. Struktur Organisasi Service Procurement Departement
4.1.3 Tahapan Pekerjaan di Proyek Jaringan Telkomsel Secara keseluruhan, proses tahapan pekerjaan proyek dari Telkomsel ke NSN, adalah seperti yang terlihat pada gambar 4.7 berikut:
41
Gambar 4.7 Tahapan Proses Pekerjaan Telecom Implementation (TI) proyek Telkomsel
Pekerjaan atau proyek yang didapat oleh NSN dari telkomsel adalah pembangunan jaringan telekomunikasi yang mencakup penyediaan perangkat, pemasangan, aktifasi, performance monitoring, sampai troubleshoot. Pekerjaan dimulai dari proses Survey untuk melihat kesiapan site, Penyediaan equipment dan
material
(di
di
warehouse),
persiapan
dan
pembuatan
Telecom
Implementation Planning Data, Instalasi dan commissioning, Pre Acceptance Testing dan aktifasi, Performance monitoring dan fine tuning, sampai kepada serah terima kepada Telkomsel (BAST – Berita Acara Serah Terima). NSN bertanggung jawab untuk menyelesaikan seluruh tahapan proyek dari awal sampai selesai.
42
Namun dari semua proses tahapan pekerjaan tersebut, tidak semua bagian pekerjaan dilakukan sendiri oleh NSN. Untuk melakukan pekerjaan pembangunan atau instalasi di site, NSN menyerahkan atau menggunakan jasa subkontraktor yang sudah dipilih melalui proses perekrutan oleh bagian departemen procurement. Puchase Order (PO) kepada subkontraktor adalah untuk jasa instalasi atau pemasangan perangkat dan aktifasi nya (Bagian A dan B pada gambar 4.7). Sedangkan untuk penyediaan seluruh perangkat dan material tetap disediakan oleh NSN. Adapun
gambaran
proses tahapan
subkontraktor adalah sebagai berikut:
pekerjaan
yang dilakukan oleh
43
Gambar 4.8 Proses Tahapan Pekerjaan Site oleh Subkontraktor
44
Pekerjaan dimulai dari penerimaan PO dari NSN, setelah PO diterima dan disetujui kemudian material dikirim oleh NSN ke site. Kemudian tim subcontraktor dan NSN melakukan Pre Installation Site Meeting (PISM), yaitu pengecekan secara bersama untuk memastikan kembali apakah site sudah benarbenar siap untuk dikerjakan atau masih ada yang harus dikerjakan dan dilengkapi dari pekerjaan sebelumnya (contoh pekerjaan tower) dan juga kesiapan dan kelengkapan material. Setelah semuanya dipastikan siap dan dokumen PISM diisi dan ditandatangani bersama baru kemudian pekerjaan instalasi dilakukan. Setelah pekerjaan instalasi selesai tim subkontraktor wajib melakukan Self Assessment, yaitu pengecekan kualitas instalasi sendiri dengan menggunakan Quality Checklist NSN yang nantinya akan di cek kembali oleh inspektor lapangan NSN, untuk memastikan bahwa pekerjaan Instalasi memang sudah benar-benar dilakukan dan tidak ada kesalahan. Setelah itu kemudian baru site tersebut dicoba diintegrasikan (disambungkan) dan diaktifasi. Kemudian setelah semua pekerjaan dilapangan selesai, dan semua dokumentasi dan data dikumpulkan, baru kemudian dilakukan proses ATP (Acceptance Test Protocol) kembali oleh tim subkontraktor dengan tim NSN, yaitu pengecekan dan pengetesan kembali semua pekerjaan dilapangan sebelum nantinya di serah terimakan dari subkontraktor ke NSN.
45
4.1.4 Proses Pengendalian Kualitas site NSN di Proyek Telkomsel Seperti yang dijelaskan diatas, pekerjaan instalasi di site hampir secara keseluruhan dikerjakan oleh tim subkontraktor, artinya kualitas pekerjaan hasil instalasi tentunya sangat ditentukan juga oleh kualitas workmanship atau sumber daya manusia dari subkontraktor itu sendiri. Namun ada juga faktor-faktor lain yang mempengaruhi kualitas instalasi seperti faktor material, permintaan customer, atau faktor lain yang diluar dari tanggung jawab subkontraktor. Pada awal nya proses pengendalian kualitas tersebut sudah dilakukan dengan tahap-tahap dan proses, antara lain: - Pelatihan di Academy atau Training Center NSN NSN memiliki fasilitas training center yang disebut dengan departement Academy, yaitu sebagai tempat untuk melakukan pelatihan-pelatihan mengenai perangkat-perangkat dan teknologi-teknologi yang ada dan dijual oleh NSN ke Customer nya. Namun ada kendala-kendala yang mengakibatkan akhirnya pelatihan di training center tidak begitu diminati dan menjadi suatu keberatan khususnya bagi subkontraktor, antara lain: 1. Biaya yang mahal. Biaya yang harus dikeluarkan untuk mengikuti pelatihan di training center NSN tidak bisa dikatakan murah yaitu sekitar 400 Euro / orang. Hal itu disebabkan karena memang training center NSN merupakan satu divisi tersendiri dan memiliki cost center sendiri yang langsung dibawah koordinasi NSN global, sehingga semua fasilitas dan trainer nya pun merupakan orang-orang yang didatangkan langsung dari NSN global. Sebenarnya sudah ada usaha yang
46
dilakukan untuk mengurangi biaya training khususnya untuk subkontraktor, antara lain melalui subsidi dari cost center departement project yang akan menggunakan jasa subkontraktor tersebut. Namun karena dari sisi nilai proyek yang juga terus menerus dikurangi maka subkontraktor masih tetap merasa keberatan untuk membayar biaya pelatihan tersebut. 2. Materi Pelatihan yang tidak sepenuhnya mencakup pekerjaan di site Materi pelatihan di training center memang lebih kepada pengenalan teknis mengenai perangkat dan teknologi yang akan dikerjakan, dan juga lebih banyak sisi teori dibanding praktis nya. Sehingga ketika dilakukan pekerjaan sebenarnya di site, tidak semua materi training tersebut bisa dilakukan dan juga banyak pekerjaan-pekerjaan lain yang tidak diajarkan di training center. Kedua hal tersebut yang mengakibatkan proses dan metode training yang ada di training center tidak begitu efektif dalam usaha peningkatan kualitas site. - Pembuatan Guide line atau buku panduan mengenai standar-standar instalasi - Pengecekan Self Assessment oleh tim subkontraktor dengan menggunakan checklist Quality NSN - Inspeksi Quality oleh site inspector NSN dengan menggunakan checklist quality NSN - Pengecekan bersama-sama ketika ATP dengan menggunakan checklist quality NSN dan ATP form.
47
Untuk penilaian atau indikasi mengenai bagus atau tidaknya kualitas akhir pekerjaan di site akan dikeluarkan berupa bentuk quality score (index) yang akan didapatkan dari penilaian melakukan checklist quality NSN. Dari checklist quality tersebut akan dibedakan mana score quality untuk keseluruhan pekerjaan di site (SQI = Site Quality Index), dan score quality untuk yang merupakan hasil pekerjaan atau tanggung jawab dari tim subkontraktor saja (SeQI = Service Quality Index).
4.1.5 Sistem Penilaian Kualitas Pekerjaan Site 4.1.5.1 Quality Checklist Seperti yang disebutkan di bagian sebelumnya, sistem penilaian kualitas pekerjaan site di NSN akan dilakukan menggunakan checklist quality yang berisi semua item-item pekerjaan yang dilakukan di site. Pengecekan kualitas menggunakan checklist quality dilakukan dengan mengecek setiap item yang ada didalam checklist dengan kondisi hasil instalasi apakah sudah sesuai standar spesifikasi atau tidak, dan menentukan pihak yang bertanggung jawab atas kesalahan / defect yang terjadi, apakah kesalahan subkontraktor (man and method), atau NSN (material). Dan dari hasil pengecekan tersebut akan dikonversikan kedalam bentuk score yang disebut dengan SQI (Site Quality Index) dan SeQI (Service Quality Index). Tampilan Checklist Quality dan Hasil Score SQI dan SeQI tersebut seperti yang terlihat pada gambar 4.8 dan gambar 4.9.
48
Gambar 4.9. Contoh Quality Checklist NSN
Gambar 4.10. Contoh tampilan Score SQI dan SeQI pada Checklist Quality
49
4.1.5.2 Site Quality Index dan Service Quality Index Site Quality Index (SQI) adalah indeks penilaian kualitas suatu site secara keseluruhan, artinya merupakan gabungan dari semua penilaian item pekerjaaan baik yang dilakukan atau tanggung jawab dari NSN dan juga yang dilakukan oleh tim Subkontraktor. Service Quality Index (SeQI) adalah indeks penilaian kualitas dari hasil pekerjaan yang merupakan tanggung jawab dari tim subkontraktor saja. - Cara Dasar Penilaian SQI dan SeQI Nilai SQI dan SeQI didapat dari hasil pengecekan item pekerjaan, dan didapat dari kerusakan / kesalahan atau ketidak sesuaian dengan spesifikasi standar project. Nilai dari masing-masing item pekerjaan tersebut telah di bagi berdasarkan tingkat kerusakan atau resiko (severity) yang kemudian akan dikonversikan kedalam bentuk score. Jadi semakin banyak ketidaksesuaian atau kesalahan yang terjadi, maka nilai SQI akan semakin tinggi, yang artinya kualitas site tersebut semakin buruk. Dan untuk standar Kualitas dari NSN sendiri adalah nilai SQI ≤ 3.5
- Pembagian Tingkat Severity Pada Item Pekerjaan (Severity Level) Tingkat severity atau keparahan pada masing-masing item pekerjaan di checklist quality di bagi menjadi 4 (empat) level severity, sebagai berikut:
50
- Contoh hasil Penilaian SQI dan SeQI contoh simulasi penghitungan nilai SQI dan SeQI adalah sebagai berikut:
51
Dari contoh diatas dapat dilihat ada 5 (lima) item kesalahan yang terjadi di satu site. Kelima item tersebut sudah ditentukan tingkat severity nya didalam checklist sesuai standar NSN global. Dan juga dari masing-masing kesalahan tersebut di tentukan pihak yang bertanggung jawab (N = NSN ; NS = NSN Subcontractors; C = Customer). Sehingga rumus penghitungannya adalah: Jumlah item dengan masing-masing level severity nya dikalikan dengan point dari level severity item tersebut. Jadi untuk nilai SQI adalah jumlah secara keseluruhan (N+NS+C) = 21, sedangkan SeQI dihitung dari item-item yang merupakan kesalahan dari subkontraktor saja (NS) = 13.
4.1.6 Hasil Penilaian Kualitas Site NSN Hasil penilaian kualitas site didapat dari data hasil inspeksi quality yang dilakukan oleh divisi quality NSN di proyek telkomsel diseluruh regional sepanjang tahun 2010. Hasil tersebut menunjukkan hasil pencapaian kualitas yang direpresentasikan dengan skor SQI dan SeQI untuk setiap site yang dikerjakan.
52
Tabel 4.1 Hasil skor SQI dan SeQI per Regional periode January – December 2010 Region
#Site Visited
SQI score (Avg)
SeQI score (Avg)
Acceptance Delayed (avg day)
R1-PADANG
32
10,34
9,25
9
R2-SUMBAGSEL
56
10,64
9,50
8
R3-JABOTABEK
68
11,66
10,50
9
R4-WEST JAVA
85
11,54
10,53
9
R5-CENTRAL JAVA
46
11,98
10,50
10
R6-EAST JAVA R7-BALI & NUSA TENGGARA
56
11,70
11,23
11
103
11,74
10,83
9
86
13,21
12,30
8
R9-SUMALPUA
102
11,55
10,82
9
Grand Total
634
11,72
10,77
9
R8-KALIMANTAN
KPI SQI score ≤ 3,5
Dari tabel 4.1 dapat dilihat hasil rata-rata skor index kualitas masingmasing regional selama tahun 2010. Secara total jumlah site yang diinspeksi yaitu sebanya 634 lokasi, dengan total rata-rata skor kualitas SQI = 11,72. Hasil tersebut sangat jauh dari nilai standar yang seharusnya yaitu ≤ 3,5. Dan dari hasil tersebut juga didapat bahwa buruknya skor kualitas sangat dominan disebabkan oleh kesalahan atau kekurangan dari subkontraktor yaitu SeQI = 10,77. Kondisi tersebut sangat merugikan perusahaan (project) karena secara keseluruhan mengakibatkan delay dalam proses acceptance rata-rata sebanyak 9 hari.
53
Tabel 4.2 Hasil skor SQI dan SeQI per Subkontraktor periode January – December 2010 Subcont Name
#Site Visited
SQI score (Avg)
SeQI score (Avg)
Acceptance Delayed (avg day)
ARS
14
12,93
11,21
10
Biosron
55
11,51
10,55
8
Intisel
144
11,43
10,32
9
KMS
71
12,42
11,25
10
Media Intertel Graha
32
10,78
10,66
9
Nexwave
74
11,81
11,19
10
103
11,07
10,06
8
PKM
44
11,07
9,98
9
Soonpoh Technologies
58
11,03
10,28
9
39
15,44
14,46
8
634
11,72
10,77
9
PCOM
UCE Grand Total KPI SQI score ≤ 3,5
Jika melihat ke tabel 4.2, ditunjukkan bahwa ada 10 perusahaan subkontraktor yang dipakai oleh NSN untuk proyek telkomsel. Dan dari data tersebut dapat dilihat bahwa kualitas pekerjaan semua subkontraktor tersebut tidak ada yang memenuhi standar NSN. Dari hasil-hasil inspeksi selama tahun 2010 tersebut, bisa terlihat juga hal-hal atau items yang sering menjadi defect, seperti pada tabel 4.3. Dari 10 jenis kesalahan (defect) yang ditemukan dengan jumlah total temuan sebanyak 655 kali, dan dari total tersebut 561 kali (85,6%) merupakan akibat kesalahan atau tanggung jawab dari subkontraktor.
54
Tabel 4.3 Daftar temuan Defect pekerjaan instalasi List Of Common Defects
Responsible Party NSN Subcon
Grand Total
Waterproof on connectors according to specifications
2
106
108
Grounding kits installed according to specification
5
92
97
Antennas properly mounted and secured
12
79
91
Feeder installed correctly (bending, clamps, radius, etc…)
11
70
81
Labeling done according to specifications
16
50
66
Jumper installed correctly
10
35
45
45
45
6
38
44
All connector tightened according to specification
15
28
43
Cabinet installed according to specifications
17
18
35
Grand Total
94
561
655
Tilting (mechanical &/or electrical) done according to specifications Cabinet (and all its elements) grounding done correctly (cable, position, stops washer, etc…)
4.2 Pegolahan Data Selama tahun 2010, ada sebanyak 655 kali temuan defect dengan jenis variasi defect yang beragam. Dan dari 655 temuan tersebut 561 diantaranya merupakan akibat kesalahan dari subkontraktor, sisanya sebanyak 94 terjadi akibat kesalahan dari sisi NSN sendiri. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa faktor terbesar yang mengakibatkan buruknya kualitas instalasi adalah dari sisi subkontraktor. Hal ini sangat merugikan project karena dengan banyak temuan-temuan kesalahan tersebut mengakibatkan proses acceptance atau penyelesaian proyek menjadi terhambat sehingga mengakibatkan ada cost penalty yang harus dibayarkan kepada customer (Telkomsel)
55
Total Temuan Defects selama 2010 600
561
500 400 300
Total Defects
200 94
100 0
Nokia Solution Networks
Partner/Subcontractor
Grafik 4.1 Jumlah Total Temuan defects tahun 2010
Tabel 4.4 Data Common Defects proyek Telkomsel tahun 2010 Defects
NSN
Frekuensi Subkontraktor
NSN
Persentase Subkontraktor
Waterproof on connectors according to specifications
2
106
0%
16%
Grounding kits installed according to specification
5
92
1%
14%
Antennas properly mounted and secured
12
79
2%
12%
Feeder installed correctly (bending, clamps, radius, etc…)
11
70
2%
11%
Labeling done according to specifications
16
50
2%
8%
Jumper installed correctly
10
35
2%
5%
45
0%
7%
31% 45%
68% 75%
81% 6
38
1%
6% 88%
All connector tightened according to specification
15
28
2%
4%
Cabinet installed according to specifications
17
18
3%
3%
94
561
14%
86%
Grand Total
16%
58%
Tilting (mechanical &/or electrical) done according to specifications Cabinet (and all its elements) grounding done correctly (cable, position, stops washer, etc…)
Akumulasi
655
100%
95% 100%
56
Pareto Common Defect Subcontractors 2010 120
120%
106 92
100
79
80
100% 70
80% 50
60 40
45
60% 38
35
28
20
40% 18
Cabinet installed according to specifications
All connector tightened according to specification
Jumper installed correctly
Tilting (mechanical &/or electrical) done according to specifications Cabinet (and all its elements) grounding done correctly (cable, position, stops washer, etc…)
Labeling done according to specifications
Feeder installed correctly (bending, clamps, radius, etc…)
Antennas properly mounted and secured
Grounding kits installed according to specification
0% Waterproof on connectors according to specifications
0
20%
Frekuensi…
Grafik 4.2 Diagram Pareto Common Defects Pekerjaan Instalasi Tahun 2010 Berdasarkan grafik diatas, dapat dilihat hal-hal yang paling sering terjadi kesalahan dalam pekerjaan instalasi dan frekuensi ditemukannya kesalahankesalahan tersebut selama tahun 2010. Masalah pemasangan konektor merupakan yang paling banyak ditemukan kesalahan, dan hal tersebut terjadi hampir semuanya karena kesalahan dari subkontraktor. Pemasangan konektor merupakan hal yang vital dan sangat mempengaruhi kualitas sinyal yang akan dihasilkan. Oleh karena itu instalasi konektor ini benarbenar harus dilakukan dengan benar menggunakan tools yang benar dan juga dilakkukan oleh orang yang berkompeten dan berpengalaman. Namun hal-hal lain juga tidak kalah penting untuk menjamin kualitas pekerjaan yang akan dihasilkan. Dan jika dilihat dari grafik tersebut, frekuensi kesalahan tersebut sangat lebih banyak terjadi karena kesalahan dari tim subkontraktor. Oleh karena itu peningkatan kualitas dan kemampuan tim instalasi subkontraktor akan sangat berpengaruh untuk mengeliminasi kesalahan-kesalahan tersebut.
57
Kualitas pekerjaan yang dilakukan oleh subkontraktor tidak memenuhi standar yang diharapkan NSN disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain seperti: kondisi lingkungan, metode kerja, material, tools, dan juga sumber daya manusia nya. Secara terperinci hal-hal yang berkaitan dengan faktor tersebut seperti yang tergambar pada gambar 4.9 diagram fishbone faktor penyebab hasil instalasi yang buruk.
Gambar 4.11 fishbone faktor penyebab hasil instalasi yang buruk.