50
Laporan Tugas Akhir
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data-data yang nantinya akan digunakan pada tahap pengolahan data yaitu data yang diperoleh dari hasil pengamatan langsung dari proses produksi pembuatan cat pada Divisi Cat. Data-data yang diambil diantaranya adalah sejarah umum perusahaan, data actual hasil produksi dan produk defect yaitu dari
bulan Januari - Juni 2011. Laporan tentang hasil
produksi dan defect ini semuanya tercantum didalam QC Daily Reports . Datadata tersebut merupakan data-data yang diperoleh dari hasil obsrvasi secara langsung di bagian produksi dan wawancara langsung dengan pihak-pihak yang terkait dengan proses produksi pembuatan cat.
4.2 Gambaran Umum Perusahaan 4.2.1 Sejarah Perusahaan PT. Daya Kemindo adalah sebuah perusahaan lokal yang bergerak dalam bidang industri Cat automotive atau lebih di kenal dengan industri car refenishes. Didirikan pada bulan Oktober 2002 dan mulai beroproduksi secara penuh pada Januari 2003.
50
Universitas Mercubuana
51
Laporan Tugas Akhir Awal produksi hanya melayani konsumen area Jabodetabek, tetapi seiring waktu dengan berbagai kebijakan perusahaan,saat ini PT.Daya Kemindo telah mengembangkan pasar penjualan hingga keluar pulau Jawa khususnya daerah Sumatera, juga beberapa daerah di Pulau Jawa dan beberapa daerah di Sulawesi dan beberapa konsumen di Papua. Pabrik PT. Daya Kemindo berlokasi di Jl. Raya Salembaran,Pergudangan 99, Blok EF-EG, Kecamatan Kosambi – Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Sedangkan untuk Office PT.Daya Kemindo berlokasi di Jl. Muara Karang Blok B IX Barat No. 5A Pluit – Jakarta. Dari tahun 2003 sampai sekarang PT. Daya Kemindo telah memproduksi hampir 400 item produk untuk car refenishes yang tergolong dalam 3 jenis kelompok produk yaitu : primercoat, basecoat, dan topcoat. Selain produk cat, PT. Daya Kemindo juga memproduksi produk Thinner sebagai bahan pembantu cat dengan berbagi tipe produk.
4.2.2 Fungsi dan Kedudukan Perusahaan PT. Daya Kemindo merupakan salah satu perusahaan di Indonesia yang bergerak dalam bidang industri cat automotive. Di Indonesia sendiri industri cat automotive lebih banyak dikasai oleh Perusaahaan Asing yang telah berkerjasama dengan industri perakitan mobil dan karoseri di Indonesia untuk menggunakan produk mereka. Oleh karena itu segment pasar PT. Daya Kemindo lebih banyak kepada konsumen langsung di masyarakat yaitu melalui toko – toko cat dan bengkel – bengkel reparasi dan perwatan kendaraan. Target pasar sendiri lebih ditujukan kepada pengguna kendaraan mobil yaitu untuk pengecatan ulang maupun untuk reparasi atau perbaikan. Selain memenuhi
Universitas Mercubuana
52
Laporan Tugas Akhir permintaan cat secara umum, permintaan khusus dari konsumen juga diupayakan untuk tetap dipenuhi misalnya permintaan warna yang khusus, proyek karoseri, bengkel asuransi dan lainnya.
4.2.3 Proses Produksi Dalam menjalankan unit bisnisnya, PT. Daya Kemindo membagi 2 unit divisi proses produksinya,yaitu : 1. Divisi Cat 2. Divisi Thinner Untuk penelitian ini, penulis memfokuskan pengamatan pada Divisi Cat,karena memiliki proses produksi yang lebih kompleks dengan spesifikasi produk yang lebih beragam dibandingkan dengan proses produksi thinner yang lebih mudah dan sederhana karena hanya melewati proses pencampuran solvent.
4.2.3.1 Proses Produksi Cat Pada proses produksi cat memiliki tiga bagian proses pengerjaan : 1. Bagian Grinding Pasta Pasta adalah bahan baku setengah jadi atau WIP yang terdiri dari komponen utama pigment sebagai biang warna pada basecoat dan resin sebagai media pelarut. Adapun alur prosesnya: Mixing
Grinding
Let down
Mesin yang digunakan adalah Dinomill, sebagai mesin yang menggunakan teknologi terkini. Pasta yang sudah melewati proses Let down sudah siap untuk digunakan sebagai bahan campuran pembuatan cat.
Universitas Mercubuana
53
Laporan Tugas Akhir 2. Bagian WIP ( Work In Process ) WIP adalah juga bahan setengah jadi, yang dibuat sebagai bahan utama ataupun sebagai bahan pembantu untuk produksi barang jadi cat. WIP pada umumnya terdiri dari komponen Resin dan bahan Pengisi ( Filler ) serta bahan pembantu yaitu additive. Adapun alur prosesnya : Pre-Mixing
Mixing
Let down
Mesin yang digunakan hanyalah mesin mixer, dan setelah melewati proses Let down, WIP sudah siap digunakan sebagai bahan campuran pembuatan barang jadi cat. 3. Bagian Barang Jadi Pada bagian barang jadi adalah final proses untuk memproduksi suatu jenis cat. Untuk cat automotive sendiri terbagi dalam 3 ( tiga ) jenis produk yaitu :
Primer Coat ( Lapisan dasar )
Base Coat ( Lapisan warna dan protektif )
Top Coat ( Lapisan protektif dan daya kilap )
Komponen cat sendiri atau jenis material penyusun cat dapat dikelompokkan sebagai : Resin Pigment Filler / Extender Solvent Additive
Universitas Mercubuana
54
Laporan Tugas Akhir Umumnya proses produksi barang jadi hanya melalui proses mixing, kecuali untuk jenis primer coat harus melalui proses Grinding menggunakan mesin triple roll.
GUDANG RAW MATERIAL
QC INCOMING MATERIAL
PRODUKSI
QC PROSES
WIP
PASTA
BARANG JADI
TIDAK : ADJUSMENT
QC BARANG JADI
OK ( SIAP PACKING ) PACKING
Gambar 4.1 Flowchart proses produksi dan inspeksi QC
Universitas Mercubuana
55
Laporan Tugas Akhir 4.3 Inspeksi Kualitas terhadap Produk Barang Jadi Pengecekan kualitas pada barang jadi dilakukan oleh QC Barang Jadi untuk menyatakan produk tersebut siap untuk di packing atau tidak. Setiap produk barang jadi memiliki guiden standar kualitas dengan parameter – parameter yang telah ditentukan. Adapun parameter pokok kualitas untuk barang jadi cat yaitu :
Viscositas
Solid Content
Colors
Crater
Flooding
Sagging
Tiap parameter pengetesan memiliki range standar terhadap kualitas produk,yang mana bila dalam pengetesan diperoleh data yang Out of Standart maka dilakukan adjustment supaya bisa masuk range standar, tetapi bila adjustment tidak bisa memperbaiki maka produk tersebut dilakukan reproses untuk di oplos dengan batch produk sejenis berikutnya. Ketidakstabilan kualitas yang sering kali terjadi menghambat produktivitas produksi sehingga menghambat efektivitas kerja produksi dan rentan terhadap complain dari customer.
4.4 Data Quality Control Produk Cat Sebagai bahan pengamatan, penulis menggunakan data Quality Control barang jadi periode Januari sampai Juni 2011. Pada data ini untuk tiap batch produk yang diproduksi memiliki nilai masing – masing parameter kualitas,dan terdapat data – data yang tidak sesuai range standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Universitas Mercubuana
56
Laporan Tugas Akhir Adapun data itu kami sebut dengan batch NG ( No Good ), dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.1 Data NG ( Batch ) produksi bulan Januari – Juni 2011 BULAN
Defect ( OUT OF STD )
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
VISCOSITAS
35
31
40
46
52
55
SOLID CONTENT
6
5
8
9
12
11
COLORS
5
6
5
7
7
8
CRATER
4
3
5
5
6
7
FLOODING
3
2
3
3
4
3
SAGGING
1
1
3
2
2
3
Total NG ( BATCH )
54
48
64
72
83
87
Total Produksi (BATCH)
250
248
262
275
290
315
21,60
19,35
24,43
26,18
28,62
27,62
%Total NG perbulan %rata-rata NG per bulan (BATCH)
24,63
Chart of Total NG (Batch) 90
83
87
80 72
Total NG (Batch)
70 60
64 54 48
50 40 30 20
262 275 Total Produksi
JUN
248
MEI
MAR
250
APR
FEB
0
JAN
10
290
315
Grafik 4.1 Pergerakan Jumlah Batch NG ( Out of Std ) produksi cat Bulan Januari – Juni 2011
Universitas Mercubuana
57
Laporan Tugas Akhir Dari data tersebut diatas, dilakukan pengukuran untuk mengidentifikasi bobot defect yang terjadi untuk diurutkan dari yang terbesar hingga yang terkecil dan disajikan dalam bentuk diagram pareto.
Pareto Chart of Total NG (Batch) 100
400
80
Count
60 200 40 100
0 Total NG (Batch) Count Percent Cum %
Percent
300
20
Visc 259 63.5 63.5
SC 51 12.5 76.0
Colors 38 9.3 85.3
Crater 30 7.4 92.6
Flooding Sagging 18 12 4.4 2.9 97.1 100.0
0
Grafik 4.2 Diagram Pareto untuk NG ( Out of Std ) produksi cat Bulan Januari – Juni 2011
Dari diagram pareto diatas terlihat jelas bahwa jenis defect yang terbesar adalah defect Viscositas dengan nilai 63,5 % sebagai jenis defect yang paling sering terjadi dan rincian persentase defect viscositas setiap bulannya dapat dilihat pada table berikut :
Universitas Mercubuana
58
Laporan Tugas Akhir Tabel 4.2 Data persentase defect Viscositas JUMLAH PRODUKSI
JUMLAH NG
( BATCH )
( BATCH )
JANUARI
250
35
14,00
FEBRUARI
248
31
12,50
MARET
262
40
15,27
APRIL
275
46
16,73
MEI
290
52
17,93
JUNI
315
55
17,46
BULAN
RATA - RATA PER-BULAN
% DEFECT
15,65
Dari data pada table 4.1 terlihat bahwa persentase ketidakstabilan kualitas pada produk dengan terjadinya beberapa batch yang NG rata – rata perbulan sebesar 24,63%. Hal ini tentunya berdampak terhadap efektivitas produksi yang terkendala akibat waktu proses produksi menjadi bertambah karena adanya adjustment dan reproses. Manajemen menargetkan persentase total batch yang NG per-bulan adalah dibawah 5%. Dari data pada grafik 4.2 diketahui bahwa ketidakstabilan viscositas adalah penyumbang terbesar dari total batch yang NG periode Januari – Februari 2011 sebesar 63,5% , dengan nilai rata – rata perbulan sebesar 15,65% seperti yang terlihat pada table 4.2, oleh karena itu permasalahan ini menjadi sasaran utama untuk dilakukan langkah – langkah perbaikan sehingga dapat menurunkan persentase batch yang tidak stabil dalam kualitas. Adapun manajemen menargetkan persentase defect viscositas adalah dibawah 3%, maka atas dasar inilah penulis mencoba melakukan penelitian dengan menggunakan metode Failure Modes and Effect Analysis ( FMEA ).
Universitas Mercubuana
59
Laporan Tugas Akhir 4.5 Pengolahan Data Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode FMEA untuk menganalisis permasalahan yang menjadi fokus dan langkah – langkah perbaikan yang harus di lakukan dan disajikan dalam bentuk pengolahan data. Dalam hal ini permasalahan ketidakstabilan viscositas menjadi fokus untuk mencari langkah – langkah perbaikan yang diperlukan.
4.5.1 Diagram Fishbone Berikut ini diagram fishbone yang menyebabkan output ketidakstabilan viscositas.
MATERIAL
MAN
QC Incoming Material belum optimal
METHODE
Operator kurang teliti saat menimbang
Viscositas bahan Baku tidak stabil
Belum ada SOP
Penguapan saat Proses mixing tinngi
SDM lemah
Belum ada komitmen Tegas terhadap suplier
Pengukuran bahan kurang tepat
Suhu ruang Produksi panas Exhaust dan ventilsi kurang
Proses Mixing Tidak standar
Tutup tanki tidak permanen
Viscosity Unstable Deviasi berat timbangan Jenis Timabangan konvensiona
Sirkulasi udara kurang baik ENVIRONMENT
Pengukuran kurang presisi
MACHINE
Gambar 4.2 Diagram Fishbone defect viscositas
Universitas Mercubuana
60
Laporan Tugas Akhir 4.5.2 Defect Report dengan Metode CFME ( Cause Failure Mode Effect ) Berdasarkan diagram Fishbone diatas, dapat dilakukan Root Cause Analysis untuk mengklarifikasi data dengan lebih jelas sehingga diketahui akar penyebab utama dari permasalahan dengan mengidentifikasi sumber – sumber permasalahan sehingga dapat diambil tindakan yang tepat untuk menghilangkan atau mengurangi setiap akar penyebab terjadinya permasalahan tersebut. Akar penyebab permasalahan dituangkan dalam sebuah diagram CFME yang mana akan menjadi dasar membuat FMEA.
Exhaust dan Ventilasi kurang
Belum ada komitmen tegas dari suplier
Timbangan jenis konvensional
Sirkulasi udara kurang baik
QC incoming Material belum optimal
Pengukuran kurang presisi
Suhu Ruang Produksi panas
Viscositas bahan baku tidak stabil
Deviasi berat timbangan
VISCOSITY UNSTABLE
Penguapan saat proses mixing tinggi
Pengukuran Material kurang tepat
Proses Mixing tidak standar
Tutup tangki tidak permanen
Operator kurang teliti saat menimbang
Belum ada SOP
SDM Lemah
Gambar 4.3 Diagram Cause Failure Mode Effect ( CFME ) untuk defect viscosity
Universitas Mercubuana
61
Laporan Tugas Akhir 4.5.3 Perhitungan Severity, Occurrence dan Detection Pada tahap ini dilakukan penilaian terhadap potensi bentuk kegagalan secara kualitatif untuk mendapatkan nilai severity, serta malakukan pengolahan data untuk mendapatkan nilai occurrence dan detection. Severity Nilai severity diperoleh melalui penilaian dari penulis terhadap dampak dan gangguan yang ditimbulkan dari potensi kegagalan bila terjadi pada proses produksi. Berdasarkan penilaian yang diberikan oleh penulis, kemudian disesuaikan dengan parameter dari Automotive Industry Action Group (AIAG) severity rating, maka diperoleh nilai severity. Occurrence Nilai Occurrence merupakan perbandingan antara jumlah cacat dengan total cacat dengan jumlah output pada masing-masing fungsi proses. Penilaian tersebut bersifat kantitatif berdasarkan pada data pengamatan langsung ke perusahaan. Detection Nilai Detection merupakan kemampuan untuk mendeteeksi potensi dari kegagalan yang dapat terjadi pada proses produksi. Nilai tersebut diperoleh melalui pengolahan terhadap data akumulasi dari hasil pengamatan langsung pada bulan Januari - Juni 2011 terhadap proses produksi dengan suatu parameter tertentu dimana pengolahan tersebut dilakukan untuk mengetahui kemampuan dari system pengukuran pada proses produksi.
Universitas Mercubuana
62
Laporan Tugas Akhir
Tabel 4.3 Nilai Severity, Occurrence, dan Detection Karakteristik produk yang diharapkan
Mode Of Failure
1. Deviasi berat timbangan
Cause Of Failure timbangan jenis konvensional deviasi ± 100 gr
2. Operator kurang teliti saat kurangnya pemahaman tentang menimbang pentingnya ketelitian kerja 3. Viscositas bahan baku tidak stabil Viscositas Stabil
Effect Of Failure
D
O
S
Jumlah bahan tidak tepat guiden formulasi
8
9
6
Jumlah bahan tidak tepat guiden formulasi
5
6
6
9
4
6
6
4
7
3
7
3
7
4
5
5. Suhu ruang produksi panas ( saat musim panas )
Viscositas bahan baku dari suplier ketidakstabilan kualitas tidak stabil dan QC incoming barang hasil proses material yang belum optimal Proses produksi dilakukan Belum ada SOP sangat bergantung dari teknik dan kemampuan operator Ventilasi kurang / sirkulasi udara Suhu ruang yang panas menambah kurang baik efek penguapan bahan
6. Penguapan saat proses mixing tinggi
tidak ada tutup tangki yang permanen
4. Proses yang kurang tepat
Mixing proses dengan mulut tanki yang terbuka menyebabkan penguapan besar
Universitas Mercubuana