BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Pengumpulan Data 4.1.1. Profil Perusahaan PT. BiRU Construction adalah Perusahaan EPC (Engineering, Procurement & Construction) Nasional, yang didirikan pada tahun 2011 dan dikelola oleh insinyur, spesialis, dan tenaga terampil lainnya yang memiliki pengalaman dibidangnya. Sejak Agustus 2011, PT. BiRU Construction memiliki alamat di Gd.Perkantoran 88 Lt.6 Unit A & H Kota Kasablanka, Jakarta Selatan Jl.Casablanca 12870. PT. BiRU Construction memiliki pengalaman proyek yang luas di engineering dan pekerjaan konstruksi terutama dalam konstruksi minyak dan gas baik itu offshore atau onshore. Tim eksekusi Proyek terdiri dari bagian berikut: Engineering
ik.
Struktur organisasi dapat dilihat pada Lampiran 1. PT. BiRU Construction sudah mendapatkan sertifikat 3 sistem manajemen yaitu ISO 9001:2008 mengenai sistem manajemen mutu, ISO 14001:2004 mengenai sistem manajemen lingkungan dan OHSAS 18001:2007 mengenai sistem
88
89
manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). PT. BiRU Construction sudah menerapkan 3 sistem manajemen tersebut sejak bulan Juli 2013, kemudian dilakukan audit oleh WQA (World Quality Assurance) sebagai pihak auditor eksternal pada bulan Januari 2014 dan sudah dilakukan audit surveillance yang pertama pada bulan Agustus 2014. Komitmen perusahaan untuk dapat bersaing dengan perusahaan kontraktor lain menjadi alasan untuk diterapkannya 3 sistem manajemen tersebut. Persyaratan klien atau pelanggan yang ingin menggunakan jasa konstruksi pada perusahaan kami yang pada akhirnya dilaksanakan implementasi 3 Sistem Manajemen (Sistem Manajemen Mutu, Sistem Manajemen Lingkungan dan Sistem Manajemen K3). Untuk mendukung penerapan 3 sistem manajemen tersebut, top manajemen atau manajemen puncak menunjuk seseorang dari pihak internal perusahaan untuk dijadikan Management Representative (MR) atau perwakilan manajemen yang bertanggung jawab atas penerapan 3 sistem manajemen tersebut dengan mengeluarkan surat penunjukkan perwakilan manajemen. 4.1.2. Business Process Mapping (Peta Proses Bisnis) Pemetaan proses adalah visualisasi dari rangkaian seluruh aktivitas dari suatu organisasi, yang mendemonstrasikan bagaimana pekerjaan di dalam organisasi tersebut dilakukan, sehingga menjadikan pekerjaan tergambar dengan jelas atau eksplisit (Robert Damelio, 1996). Dalam organisasi satu rangkaian input-processoutput yang satu bersambung kepada rangkaian input-process-output yang lainnya sehingga membentuk bisnis proses. Dalam pemetaan proses dapat dimulai dengan menggambarkan seluruh aktivitas yang terjadi dalam suatu organisasi menjadi kelompok besar aktivitas yang disebut dengan peta proses bisnis. PT. BiRU Construction menjalankan proses bisnisnya mulai dari desain, pembelian material hingga pembuatan konstruksi. Alur proses bisnis PT. BiRU Construction dapat dilihat pada business process mapping. Di dalam business process mapping ini terlihat jelas sekali alur proses mulai dari awal mula persiapan tender proyek hingga penyerahan dokumen proyek ke klien. Berikut ini business process mapping PT. BiRU Construction :
90
MAPPING OF CONSTRUCTION FLOW BIRU CONSTRUCTION
MANAGEMENT PROCESSES
CLIENT SATISFACTION SURVEY
QHSE INTERNAL AUDIT
PREVENTIVE ACTION
CORRECTIVE ACTION
COMMUNICATION
CORRECTIVE ACTION REPORT
SUPPORTING PROCESSES IDENTIFICATION OF ENVIRONMENTAL ASPECT & IMPACT
CONTROL OF QUALITY & ENVIRONMENTAL RECORD
SUBCONTRACTOR SELECTION & EVALUATION
EMERGENCY RESPONSE
DOCUMENTS CONTROL
- CLIENT*S MANUAL - CORRESPONDENCE DOCUMENTS - DRAWING - OTHER DOCUMENTS
REGISTERED & CONTROLLED : - CLIENT*S MANUAL - CORRESPONDENCE DOCUMENTS - DRAWING - OTHER DOCUMENTS
CLIENT RELATED PROCESSES ( CORE PROCESS)
CONTROL OF NC PRODUCT
SERVICES REPORT
PROCUREMENT PROCESS
EVIDENCE NC PRODUCT
HANDLING CLIENT COMPLAIN
- COMPLAINT LETTER - PUNCH LIST
PART / MATERIAL
REQUEST FOR SUBCONTRACTOR - NC PRODUCT
- MTO - SPECIFICATION
- ACCEPTED FACILITIES
- APPROVED TENDER DOCUMENTS - DELIVERY CHECK LIST & TRANSMITTAL - RECEIVING LETTER FROM CLIENT
CLIENT
- CONTRACT AGREEMENT - SOW DISTRIBUTION
- QUOTATION REQUEST - PRE SPECIFICATION
APPROVED : - ENG. DOCUMENT - SAFETY PROCESS
CONSTRUCTION & INSTALLATION
- INSPECTION REPORT - PROGRESS REPORT
COMMISSIONING / START UP
- HSE PERFORMANCE
IDENTIFICATION OF POTENTIAL CLIENT
- BID DOCUMENT - PRICE - SPECIFICATION - HSE REQUIREMENTS
TENDER PREPARATION
CONTRACT REVIEW
-DETAIL PROJECT SCHEDULE & COST CONTROL -WORK BREAKDOWN DESCRIPTION
- SCOPE OF WORK - SCHEDULE PLAN - MAN HOUR CALCULATION - BUDGET PLAN
REGISTERED CHANGE REQUEST
CHANGE PROPOSAL
TRAINING
-UNDER PROJECT WARRANTY PERIOD
HANDOVER TO CLIENT
CHANGE MANAGEMENT
PROJECT PLANNING CONTROL
SUPPORTING PROCESSES
RECRUITNMENT
-FACILITY ACCEPTANCE NOTICE
- QUALIFIED & TRAINED MANPOWER - QUALIFICATION LETTER / CV
IDENTIFICATION ENV. LEGAL AND OTHER RELATED REQUIREMENTS
PROJECT COMPLETION NOTICE
CLIENT
APPROVED PROGRESS REPORT (FINAL)
- APPOINTMENT LETTER - ORG. STRUCTURE
LETTER OF CONTRACT
MAN POWER REQUEST
ENGINEERING PROJECT EXECUTION
WASTE HANDLING
Gambar 4.1. Business Process Mapping
MONITORING OF ENVIRONMENTAL PERFORMANCE
PREVENTIVE & CORRECTIVE MAINTENANCE
CHANGES REQUEST
91
4.1.3. Kebijakan QHSE (Quality, Healthy, Safety and Environment) Kebijakan adalah pernyataan mengenai komitemen manajemen puncak PT. BiRU Construction terhadap mutu, lingkungan dan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja). Kebijakan disahkan oleh Director. Kebijakan yang dibuat harus sesuai dengan sifat dan tujuan organisasi serta sesuai dengan sifat, skala dan dampak dari aktifitas, produknya terhadap lingkungannya. Kebijakan QHSE berisi komitmen perusahaan dalam memenuhi persyaratan pelanggan, komitmen dalam mencegah pencemaran, serta komitemen dalam menjalankan peraturan, meliputi mutu pelayanan, proses, K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) dan lingkungan . Kebijakan merupakan kerangka kerja perusahaan dalam membuat sasaran, kemudian harus dilakukan tinjauan terhadap kesesuaiannya. Kebijakan QHSE PT. BiRU Construction diantaranya : 1. Jelas memahami kebutuhan klien 2. Operasi berdasarkan Integrasi Sistem Manajemen komprehensif yang memenuhi persyaratan ISO 9001: 2008, ISO 14001: 2004 dan OSHAS 18001: 2007 3. Mencegah cedera dan sakit yang ditimbulkan karena bekerja serta mematuhi semua Kualitas yang berlaku, Kesehatan, Keselamatan, & aturan Lingkungan, peraturan, dan persyaratan klien 4. Minimalkan konsumsi sumber daya alam 5. Terus Meningkatkan Kualitas, Kesehatan & Keselamatan, dan kinerja lingkungan 6. Membuat semua karyawan dan pihak terkait mengetahui kebijakan ini
4.1.4. Prosedur, Instruksi Kerja dan Records/Catatan a. Prosedur Prosedur menjabarkan proses-proses/aktivitas-aktivitas utama yang ada di PT. BiRU Construction dengan ruang lingkup antar department. Prosedur yang dibuat harus memuat prosedur operasional secara rinci yang mendukung pernyataan kebijakan perusahaan dan ringkasan prosedur yang termuat dalam manual. Jumlah prosedur yang ada di PT. BiRU Construction berjumlah 50 prosedur yang
92
tercantum dalam “Register Status Dokumen Revisi” agar mengetahui revisi atau perubahan prosedur dan dikontrol oleh Docon ISO. Prosedur Quality/Safety/Environmental harus memiliki informasi berikut : (1) Judul Dokumen / Deskripsi (2) Penomoran (3) Tanda Tangan/ pengesahan dokumen (4) Nomor Halaman (5) Isi (6) Tingkat Revisi (7) Halaman Cover Isi prosedur harus mengikuti format berikut ini : (2) Isi Isi tabel prosedur (3) Tujuan Untuk
mendefinisikan
aktifitas
prosedur
(tujuan
prosedur
untuk
menggambarkan proses untuk…) (4) Lingkup Untuk menggambarkan dan mendefinisikan batasan prosedur (Prosedur ini berlaku untuk ….) (5) Referensi Untuk menggambarkan seluruh dokumen yang terkait dan standar (6) Definisi / Singkatan Untuk mendefiniskan kata atau singkatan yang digunakan pada prosedur. (7) Tanggung Jawab Untuk menjelaskan siapa yang bertanggung jawab terhadap aktivitas. (8) Prosedur (9) Diagram alir kerja dan lampiran lainnya (jika ada)
93
b. Instruksi Kerja Instruksi kerja adalah dokumen yang berisikan penjelasan dari pelaksanaan suatu aktivitas suatu aktivitas dalam prosedur yang pada umumnya dilakukan oleh satu jabatan atau posisi dengan mempertimbangkan kecakapan personel dan pengaruh aktivitas
terhadap
mutu.
Format
yang
digunakan
berupa
narasi
dan
gambar/foto/video yang dilengkapi dengan flowchart. Perbandingan antara prosedur dan instruksi kerja dapat dilihat pada tabel 4.1 : Tabel 4.1. Perbandingan antara prosedur dan instruksi kerja Prosedur
Instruksi Kerja
Memberikan gambaran umum suatu Secara rinci menjelaskan tugas yang proses
harus dikerjakan
Membutuhkan dokumen penunjang dalam pelaksanaannya
Dapat berdiri sendiri
Digunakan oleh banyak personel dari Digunakan oleh satu posisi di bagian berbagai bagian/posisi
tertentu
c. Records/Catatan Catatan adalah dokumen pendukung berjenis khusus, pada pelaksanaannya records/catatan ini dalam bentuk form dan checklist. Records/catatan ini merupakan bukti implementasi sistem yang sesuai dengan persyaratan standard yang juga merupakan bentuk komunikasi antar department. Perbandingan Jumlah Dokumen di PT. BiRU Construction dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini : Tabel 4.2. Perbandingan jumlah prosedur, instruksi kerja dan form No
Department
Prosedur
Instruksi Kerja
Form
1
HRD
2
1
14
2
GA & IT
1
1
11
3
Purchasing
1
-
17
4
Document Control ISO
6
2
31
5
HSE
29
6
25
6
Cost Control
1
1
2
94
7
Marketing
5
3
3
8
Engineering
5
5
10
Aspek pengendalian catatan adalah identitas, penyimpanan, pemeliharaan, dan pemusnahan. Identitas terdiri dari siapa yang membuat catatan dan kapan dibuatnya. Aspek penyimpanan terdiri dari masa simpan, metode simpan, metode indeks, lokasi penyimpanan dan tanggung jawab. Aspek pemeliharaan yaitu dapat dibaca, dapat ditelusuri, dan dapat diperoleh dengan mudah. Sedangkan aspek pemusnahan terdiri atas metode pemusnahan dan status kerahasiaan. Contoh form dapat dilihat pada Lampiran 2.
4.1.5. Identifikasi Bahaya Potensial Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat kerja. Potensi bahaya adalah segala sesuatu yang berpotensi menyebabkan terjadinya kerugian, kerusakan, cidera, sakit, kecelakaan atau bahkan dapat mengakibatkan kematian yang berhubungan dengan proses dan sistem kerja. Potensi bahaya mempunyai potensi untuk mengakibatkan kerusakan dan kerugian kepada : 1. Manusia yang bersifat langsung maupun tidak langsung terhadap pekerjaan 2. Properti termasuk peralatan kerja dan mesin-mesin 3. Lingkungan, baik lingkungan di dalam perusahaan maupun di luar perusahaan 4. Kualitas produk barang dan jasa 5. Nama baik perusahaan. Pengertian tempat kerja menurut Undang-undang No.1 Tahun 1970 Pasal 1 tentang keselamatan kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber-sumber bahaya. Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut.
95
Langkah pertama manajemen risiko kesehatan di tempat kerja adalah identifikasi atau pengenalan bahaya kesehatan. Pada tahap ini dilakukan identifikasi faktor risiko kesehatan yang dapat tergolong fisik, kimia, biologi, ergonomik, dan psikologi yang terpajan pada pekerja. Untuk dapat menemukan faktor risiko ini diperlukan pengamatan terhadap proses dan simpul kegiatan produksi, bahan baku yang digunakan, bahan atau barang yang dihasilkan termasuk hasil samping proses produksi, serta limbah yang terbentuk dari proses produksi. Risiko adalah probabilitas suatu bahaya menjadi nyata, yang ditentukan oleh frekuensi dan durasi pejanan, aktivitas kerja, serta upaya yang telah dilakukan untuk pencegahan dan pengendalian tingkat pajanan. Termasuk yang perlu diperhatikan juga adalah perilaku bekerja, higiene perorangan, serta kebiasaan selama bekerja yang dapat meningkatkan risiko gangguan kesehatan. Untuk menghindari dan meminimalkan kemungkinan terjadinya potensi bahaya di tempat kerja, pengenalan potensi bahaya di tempat kerja merupakan dasar untuk mengetahui pengaruhnya terhadap tenaga kerja, serta dapat dipergunakan untuk mengadakan upaya-upaya pengendalian dalam rangka pencegahan penyakit akibat kerja yang mungkin terjadi. Secara umum, potensi bahaya lingkungan kerja dapat berasal atau bersumber dari berbagai faktor, antara lain : 1. Faktor teknis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau terdapat pada peralatan kerja yang digunakan atau dari pekerja itu sendiri 2. Faktor lingkungan, yaitu potensi bahaya yang berasal dari atau berada di dalam lingkungan, yang bisa bersumber dari proses produksi termasuk bahan baku, baik produk antara maupun hasil akhir 3. Faktor manusia, merupakan potensi bahaya yang cukup besar terutama apabila manusia yang melakukan pekerjaan tersebut tidak berada dalam kondisi kesehatan yang prima baik fisik maupun psikis. Berikut ini identifikasi bahaya potensial di lingkungan kerja (area kantor, onshore dan offshore) yang bersumber dari konsultan perusahaan yang dijelaskan dalam bentuk tabel :
96
Tabel 4.3. Identifikasi Bahaya Potensial di Lingkungan Kerja a) Mengoperasikan Komputer dan Peralatan Kantor Sumber Menggerakan kursi (baik yang
Penyebab Karyawan tidak mampu
Kejadian Jatuh dari
Dampak Luka memar,
Pengendalian Sosialisasi bekerja
beroda maupun yang tidak
menjaga keseimbangan tubuh
tempat yang
kepala benjol
yang aman dan
beroda) terlalu berlebihan
datar,
sosialisasi tentang
terjungkal,
duduk ergonomis
tertimpa, terbentur Kabel sedikit terkelupas dan
Kurangnya perawatan,
Tersengat
Luka bakar dan
Pemeriksaan listrik,
menghubungkan kabel ke
kurangnya inspeksi dan
listrik
kematian
komputer dan
terminal dengan keadaan tangan kecerobohan karyawan
peralatan kantor yg
basah
baik, pembuatan warning sign
Posisi leher yang tidak
Mengangkat telepon
Tegang pada
Letih dan nyeri
Melakukan relaksasi
ergonomis saat menggunakan
bersamaan dengan melakukan
otot leher
pada leher
pada otot leher dan
telepon
kegiatan yang lain
fokus pada satu pekerjaan terlebih dahulu
97
Radiasi sinar dari display PC
Bekerja lebih dari 3 jam di
Paparan sinar
Iritasi mata (panas,
Menggunakan lapisan
depan komputer tanpa
ke mata
pedih, berair) dan
pelindung layar anti
pusing
radiasi
Bersin-bersing,
Housekeeping secara rutin
diselingi relaksasi Debu yang menempel di alat
Tidak dilakukan
komputer dan meja kerja
housekeeping pada komputer
batuk dan sesak
dan meja kerja
nafas
Tidak melakukan relaksasi tubuh
Bekerja lebih dari 3 jam di depan komputer tanpa diselingi relaksasi
Terhirup
Kelelahan, cedera punggung dan otot
Nyeri pinggang, punggung dan kaki
Jam kerja yang tidak berlebihan dan senam penghilang rasa lelah serta sosialisasi mengenai relaksasi saat bekerja
b) Bekerja di Ruangan Ber-AC Sumber AC kotor (tempat bakteri dan
Penyebab Perawatan rutin tidak
Kejadian Terhirup
Dampak Gangguan
Pengendalian Pembersihan AC
kuman)
dilakukan
bakteri dari
kesehatan
secara berkala
Kerja tidak nyaman
Maintenance AC
udara ke pernafasan Suhu AC ruangan disetting
Maintenance AC tidak rutin Daya tahan
terlalu tinggi
(AC sentral)
tubuh
secara rutin
98
menurun
c) Penggunaan Pantry dan Toilet
Sumber
Penyebab
Kejadian
Dampak
Pengendalian
Membuat minuman dan makan Kurang kewasapadaan dan
Tersiram air
Luka, memar dan
Pemeriksaan kondisi
di pantry
panas,
benjol
alat-alat pantry
Heater atau
Konsleting lisrik /
Memberikan warning
dispenser
overheating
sign di pantry
Jatuh dari
Luka memar,
Menggunakan alat
tempat yang
terpleset, terbentur
penahan
datar
dan terkilir
jatuh/penghalang &
kecerobohan
terpleset, dan terjatuh Penggunaan heater atau
Kerusakan alat
dispenser
tidak tersetting otomatis mati jika air habis Menggunakan toilet
Kurang berhati-hati
handrail
99
Wastafel yang tersumbat
Kurang kepedulian
Air tergenang
Kurang
Housekeeping toilet
di lantai
kenyamanan
secara rutin
d) Site Visit Onshore
Sumber Cuaca di area lokasi
Penyebab
Kejadian
Dampak
Pengendalian
Tidak menggunakan APD
Terpapar
Pusing,
Personel yang menuju
dan peralatan yang
langsung
pingsan, dan
lapangan haruslah sehat
disyaratkan oleh perusahaan
dengan
dehidrasi
kondisinya serta
matahari
menempatkan tenaga medis di area lokasi
Mesin kendaraan yang kotor
Kurangnya perawatan
Mesin
Aktivitas
Melakukan pemeriksaan
kendaraan
terhenti
kendaraan sebelum
rusak Kabel yang berserakan
Personel kurang berhati-hati
menggunakan kendaraan
Tersandung
Cedera dan
Memastikan semua kabel
dan tersengat
luka
dan peralatan listrik
listrik
diperiksa, memastikan semua grounding terpasang dengan baik
100
e) Site Visit Offshore
Sumber Kondisi lingkungan dan cuaca
Penyebab
Kejadian
Kurangnya
Terpleset, jatuh
kewaspadaan
dan tertimpa
Dampak Cedera
Pengendalian Adanya training tentang prosedur tanggap darurat serta P3K
Mesin dari speed boat
Maintenance yang
Mesin speed boat
kurang baik
yang rusak
Kegiatan terhenti
Pemeriksaan kondisi speed boat sebelum digunakan dan juga inspeksi secara berkala
Sumber : Konsultan Perusahaan
4.1.6. Identifikasi Aspek dan Dampak Lingkungan Sesuai dengan ISO 14001:2004 klausul 4.3.1. mengenai aspek lingkungan yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi aspek lingkungan dan untuk menentukan aspek lingkungan penting yang seharusnya dijadikan sebagai prioritas oleh sistem manajemen lingkungan organisasi. Aspek lingkungan adalah unsur dari suatu kegiatan, produk atau jasa dari organisasi yang dapat berinteraksi dengan lingkungan. Sedangkan dampak lingkungan adalah setiap perubahan yang memberikan keuntungan ataupun kerugian seluruhnya atau sebagian yang dihasilkan oleh kegiatan, produk atau jasa dari organisasi.
101
Aspek lingkungan terbagi menjadi 2, yaitu : Aspek Langsung dan Aspek Tidak Langsung. Aspek langsung berkaitan dengan kegiatan operasional di lokasi, insiden dan kondisi darurat yang potensial, dan kegiatan di waktu lampau dan sedang dalam perencanaan. Aspek tidak langsung berkaitan dengan penggunaan air dan energi dari suplier, transportasi limbah oleh jasa pengangkut, pengolahan dan pembuangan limbah oleh subkontraktor dan produk terkait dengan kemasan, transportasi, serta pembuangan akhir. Kondisi aktivitas pada aspek dan dampak lingkungan terbagi menjadi 3, yaitu : 1. Normal ialah aspek yang biasa timbul akibat adanya aktifitas, produk dan jasa yang dilakukan. 2. Tidak Normal ialah aspek yang tidak biasa timbul akibatnya adanya aktifitas, produk dan jasa. 3. Darurat ialah bahaya aktual atau berpotensi terjadi di luar aktifitas rutin, tidak rutin, normal dan tidak normal yang menimbulkan resiko dan berdampak fatal terhadap manusia, bangunan dan lingkungan. Berikut ini tabel yang berisi tentang aspek dan dampak lingkungan kerja yang bersumber dari konsultan perusahaan: Tabel 4.4. Aspek dan Dampak Lingkungan Kerja 1) Penggunaan Komputer Aspek Lingkungan
Kondisi
Dampak Lingkungan
Peraturan
Listrik
Normal
Mengurangi sumber daya
Tidak ada
Monitor
Normal
Radiasi cahaya
Tidak ada
2) Penggunaan Printer dan Mesin Fotokopi Aspek Lingkungan
Kondisi
Dampak Lingkungan
Peraturan
Listrik
Normal
Mengurangi sumber daya
Tidak ada
102
Pemakaian kertas
Normal
Mengurangi sumber daya
Tidak ada Peraturan
Sampah Catridge
Darurat
Kontaminasi tanah
pemerintah No. 18 tahun 1999
3) Penggunaan Mesin Fax Aspek Lingkungan
Kondisi
Dampak Lingkungan
Peraturan
Listrik
Normal
Mengurangi sumber daya
Tidak ada Peraturan
Sampah kertas
Darurat
Kontaminasi tanah
pemerintah No. 18 tahun 1999
4) Penggunaan Kendaraan Operasional Aspek Lingkungan
Kondisi
Tumpahan BBM atau
Tidak
oli
Normal
Dampak Lingkungan
Peraturan
Kontaminasi tanah
UU No. 32/2009 PERDA DKI No. 2 thn 2005
Emisi kendaraan
Darurat
Polusi udara
Tentang Pengendalian Pencemaran Udara
5) Penggunaan Telepon, Dispenser, dan AC Aspek Lingkungan
Kondisi
Dampak Lingkungan
Peraturan
Listrik
Normal
Mengurangi sumber daya
Tidak ada
6) Penggunaan Lampu Aspek Lingkungan
Kondisi
Dampak Lingkungan
Peraturan
Listrik
Normal
Mengurangi sumber daya
Tidak ada
Sampah lampu
Darurat
Kontaminasi tanah
Peraturan
103
pemerintah No. 18 tahun 1999 7) Penggunaan Baterai Aspek Lingkungan
Kondisi
Dampak Lingkungan
Peraturan Peraturan
Sampah Baterai
Darurat
Mengurangi sumber daya
pemerintah No. 18 tahun 1999
Sumber : Konsultan Perusahaan
4.1.7. Peraturan Perundangan dan Persyaratan Lainnya Perusahaan atau organisasi perlu untuk mengidentifikasi persyaratan perundangundangan yang berlaku untuk aspek lingkungan dan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja). Persyaratan peraturan perundang-undangan tersebut dapat mencakup : 1. Persyaratan peraturan perundang-undangan nasional dan internasional 2. Persyaratan peraturan perundang-undangan provinsi/departmen 3. Persyaratan peraturan perundang-undangan pemerintah setempat Berikut ini daftar peraturan perundangan dan persyaratan lain yang mengatur tentang lingkungan dan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) : Tabel 4.5. Peraturan Perundang-Undangan No
Peraturan
Isi Peraturan Pelaksanaan Audit Sistem
1
Kepmenaker No. Kep 96/M/BW/97
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
2 3
Permenakertrans Per.18/MEN/XI/2008 Kepmen LH No. 48 Tahun 1996
Penyelenggara audit sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja Baku tingkat kebisingan
104
4 5
Kepmen LH No. 50 Tahun 1996
Baku Tingkat kebauan
Keputusan Menakertrans Nomor
Waktu kerja lembur dan upah kerja
Kep.102/MEN/VI/2004
lembur
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Per6
02/MEN/19, Peraturan Presiden Nomor 21 Tahun 2010
7 8 9 10 11 12 13
Permenakertrans Nomor 7 Tahun
Tata cara penunjukan kewajiban dan wewenang ahli keselamatan dan kesehatan kerja, Pengawasan ketenagakerjaan Upah minimum
2013 Permenaker Per.04/MEN/1993 BP Migas PTK No. 007 Revisi II/PTK/1/2011
Jaminan kecelakaan kerja Pedoman Pengelolaan Rantai Supplai Kontraktor Kontrak Kerja Sama
OSHA 29 CFR 1910.134
Respiratory Protection Standard
OSHA 29 CFR 1910.135 (aniasi Z-
Head Protection Standard
89.1-1986) OSHA 29 CFR 1910.136 (anisi Z41-
Foot Protection Standard
1991) OSHA 29 CFR 1910.138
Hand Protection Standard Besarnya jaminan kecelakaan kerja
14
Kepres No.28 Tahun 1988
dan jaminan kematian asuransi sosial tenaga kerja
15
UU No. 3 Tahun 1992
16
PP RI Nomor 14 Tahun 1993
17
Kepmenaker RI Kep-187/MEN/1999
18 19 20
Jaminan sosial tenaga kerja Penyelenggara program jaminan sosial tenaga kerja Pengendalian bahan kimia berbahaya di tempat kerja
Peraturan Pemerintah Nomor 28
Penyelenggara program jaminan
Tahun 2002
sosial tenaga kerja
SE Dirjen Binawas No. SE.
Pengujian hepatitis B dalam
07/BW/1997
pemeriksaan kesehatan tenaga kerja
Keputusan Mentri Kesehatan Nomor
persyaratan kesehatan lingkungan
105
1405 Tahun 2002 21
22
23
Keputusan Menakertrans Nomor 609 Tahun 2012 Keputusan Mentri Pekerjaan Umum Nomor 02/KPTS/1985 Keputusan Mentri Pekerjaan Umum No.10/KPTS/2000
24
NFPA 10
25
NFPA 72
26
NFPA 13
27
NFPA 14
kerja perkantoran dan industri Pedoman penyelesaian kasus kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja Ketentuan pencegahan penanggulangan kebakaran pada bangunan gedung Ketentuan teknis pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan Standard For Portable Fire Extinguishers Fire Detection and Fire Alarm Systems Standard For The Instalation Of Sprinkler System Standard For The Instalation Of Standpipe and Hose Systems Tata cara perancangan pencahayaan
28
SNI-03-6574-2001
darurat, tanda arah dan sistem peringatan bahaya pada bangunan gedung Tata Cara Perencanaan dan
29
SNI-03-3989-2000
pemasangan sistem sprinkler otamatik untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung Tata cara perencanaan dan pemasangan sarana jalan keluar
30
SNI-03-1746-2000
untuk penyelamatan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung
31
Undang-Undang Nomor 24 Tahun
Penanggulangan bencana
106
2007 32 33
Peraturan Pemerintah No.21 Tahun
Penyelenggara penanggulangan
2008
bencana
Keputusan Kepala Bapedal Nomor
Simbol dan label limbah bahan
Kep-05/Bapeda/09/1995
berbahaya dan beracun
34
PP No. 18 Tahun 1999
35
PP No.41 Tahun 1999
36
PP. No. 74 Tahun 2001
Pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun Pengendalian pencemaran udara Pengolahan bahan berbahaya dan beracun Ambang batas emisi gas buang
37
Kepmen LH No.141 Tahun 2003
kendaraan bermotor tipe baru dan kendaraan bermotor yang sedang diproduksi
38 39 40
41
Permen LH No. 03 Tahun 2008
Tata cara pemberian simbol dan label bahan berbahaya dan beracun
Kepmenkes RI No.
Persyaratan kesehatan lingkungan
261/Menkes/SK/1/1/1998
kerja
Peraturan Pemerintah RI Nomor 27
Persyaratan kesehatan lingkungan
Tahun 2012
kerja
Peraturan Pemerintah RI Nomor 81 Tahun 2012
Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga Pemberlakuan Standar Nasional
42
Kepmenakertrans No.75 Tahun 2002
Indonesia (SNI) mengenai persyaratan umum instalasi listrik di tempat kerja
43
44
SKB Menaker No.174 Tahun 1986
Keselamatan dan kesehatan kerja
dan Men PU No.104 Tahun 1986
pada tempat kegiatan konstruksi
Peraturan Pemerintah No.36 Tahun 2005
Peraturan pelaksanaan undangundang nomor 28 tahun 2002 tentang bangunan gedung
107
45
UU RI. Nomor 28 Tahun 2002
Bangunan gedung
4.1.7.1. PERDA dan PERGUB Tabel 4.6. PERDA dan PERGUB DKI Jakarta No 1
PERDA / PERGUB Perda DKI No. 31 tahun 1988
Isi PERDA / PERGUB Kebersihan lingkungan dalam wilayah DKI Jakarta Petunjuk pelaksanaan izin
2
Kepgub DKI No. 57 tahun 2003
pembuangan limbah cair di provinsi DKI Jakarta
3
Perda DKI No. 2 tahun 2005
Pengendalian pencemaran udara
4
Pergub DKI No. 52 tahun 2006
5
Pergub DKI No. 92 tahun 2007
6
Pergub DKI No. 170 tahun 2007
7
Perda DKI No. 8 tahun 2008
8
Pergub DKI No. 31 tahun 2008
9
Pergub DKI No. 76 tahun 2009
10
Perda DKI No. 9 tahun 2011
11
Pergub DKI No. 135 tahun 2011
Bahan perusak ozon
12
Pergub DKI No. 38 tahun 2012
Bangunan gedung hijau
13
Pergub DKI No. 155 tahun 2012
14
Pergub DKI No. 156 tahun 2012
Penghematan energi dan air
15
Pergub DKI No. 215 tahun 2012
Pengintegrasian dan optimalisasi
Pedoman pengendalian kualitas udara dalam ruangan Uji emisi dan perawatan kendaraan bermotor Pedoman pemeriksaan penyebab kebakaran Pencegahan dan penganggulangan bahaya kebakaran Ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor Pelaksanaan pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun Badan penanggulangan bencana daerah
Tarif pelayanan ambulans gawat darurat 118
108
pengelolaan sampah Arah, kebijakan dan strategi
16
Pergub DKI No. 162 tahun 2012
17
Pergub DKI No. 131 tahun 2012
18
Kepgub DKI No. 20 tahun 2013
19
Pergub DKI No. 20 tahun 2013
20
Pergub DKI No. 69 tahun 2013
21
Pergub DKI No. 77 tahun 2013
Standardisasi peralatan kerja
22
Pergub DKI No. 157 tahun 2013
Izin lingkungan
23
Pergub DKI No. 90 tahun 2014
pengelolaan sumber daya air Rencana aksi daerah penurunan emisi gas rumah kaca Penetapan status tanggap darurat bencana banjir Sumur resapan Baku mutu air limbah bagi kegiatan dan/atau usaha
Pedoman penetapan status keadaan darurat bencana Persyaratan teknis dan tata cara
24
Pergub DKI No. 92 tahun 2014
pemasangan sistem pipa tegak dan slang kebakaran serta hidran halaman
4.1.8. Pelaksanaan Audit Internal Ada dua tipe audit yang dibutuhkan dalam meregistrasi standar, yaitu audit oleh suatu badan sertifikasi eksternal yang biasa disebut sebagai audit eksternal, dan audit oleh staff internal yang telah diberikan pelatihan untuk mengaudit yang disebut sebagai audit internal. Tujuannya adalah untuk meninjau perbaikan proses, menguji bahwa sistem berjalan dengan semestinya, mencari perbaikan dan memperbaiki atau mencegah masalah-masalah yang teridentifikasi (Anonim, 2007). Teknik audit dapat dilakukan beberapa tahap, yaitu rapat pembukaan audit, mengidentifikasi proses, mengaudit, mengumpulkan dan memverifikasi informasi, temuan
audit,
pertemuan
tim
audit,
rapat
penutupan,
mendokumentasikan ketidaksesuaian dan tindakan perbaikan.
pelaporan
audit,
109
Audit internal yang dilakukan di PT. BiRU Construction diaudit oleh staff atau karyawan dari bagian Docon ISO, Busdev atau marketing dan purchasing yang memiliki kemampuan terbaik setelah dilakukan pelatihan audit internal. Tanggung jawab dan kemampuan dari masing-masing auditor dapat dilihat pada gambar 4.2 dibawah ini :
Gambar 4.2. Matriks Tanggung Jawab dan Kemampuan Auditor Audit internal yang dilakukan sebanyak 2 kali dalam satu tahun yaitu pada bulan Juni dan Desember 2014. Jadwal pelaksanaan audit internal dapat dilihat pada tabel rencana audit internal tahun 2014 berikut ini :
Gambar 4.3. Jadwal Rencana Audit Internal
110
4.1.9. Pelaksanaan Audit Eksternal Sebagai perusahaan kontraktor Migas yang menerapkan 3 Sistem Manajemen (Sistem Manajemen Mutu, Sistem Manajemen Lingkungan dan Sistem Manajemen K3) maka PT. BiRU Construction melakukan evaluasi terhadap implementasi 3 sistem manajemen tersebut oleh pihak eksternal. Setelah audit internal dilaksanakan maka langkah selanjutnya adalah melaksanakan audit eksternal yang diaudit oleh auditor yang kompeten dalam mengaudit perusahaan dan telah mendapat sertifikat internasional yang diakui secara global. PT. BiRU Construction telah melaksanakan audit sertifikasi pertama yang dilaksanakan oleh auditor WQA (World Quality Assurance) pada bulan Februari 2014 dan dilanjut dengan surveillance audit pada bulan Agustus 2014. Berikut ini gambar dari sertifikat integrasi ISO yang diberikan oleh WQA :
Gambar 4.4. Sertifikat Integrasi Sistem Manajemen Oleh WQA WQA memberikan waktu satu minggu untuk melakukan perbaikan setelah hasil temuan audit diberikan. Jika ada temuan mayor maka perusahaan wajib untuk melakukan audit ulang dengan memperbaiki temuan audit tersebut. Jika ditemukan temuan minor maupun improvement maka perusahaan cukup mengirimkan CAR (Corrective Action Request) kepada WQA dengan tenggang waktu yang diberikan. Beberapa auditor eksternal yang khusus untuk mengaudit sistem manajemen ISO yaitu : - SGS Certification
- QA International Certification
- WQA Certification
- ASR Certification
- Tuv Nord certification
- BVI Certification
- EQA Certification
- URS Certification
- DAS Certification
- ACM Certification
111
Tahap-tahap yang dilakukan ketika audit eksternal dilaksanakan ialah sebagai berikut : 1. Rapat pembukaan yang dihadiri oleh QHSE-MR, DC ISO, Direktur sebagai top management dan perwakilan dari setiap bagian. 2. Auditor mulai melakukan audit dengan mewawancarai QHSE-MR dan perwakilan dari setiap bagian tersebut dengan meminta bukti dokumen telah dijalankannya sistem manajemen tersebut. 3. Audit dilakukan selama 2 hari dengan jadwal pelaksanaan yang telah auditor tetapkan. 4. Jika seluruh bagian sudah diaudit maka auditor membuat laporan hasil temuan audit. 5. Terakhir dilakukan rapat penutupan yang dihadiri oleh QHSE-MR, DC ISO, Direktur sebagai top management dan perwakilan dari setiap bagian untuk mereview hasil dari audit yang telah dilaksanakan.
4.1.10. Penyebaran Kuesioner Untuk melihat keefektifan dari implementasi 3 Sistem Manajemen (Sistem Manajemen Mutu, Sistem Manajemen Lingkungan dan Sistem Manajemen K3) yang telah dilakukan oleh perusahaan, maka peneliti melakukan penyebaran kuesioner yang berisikan 6 pertanyaan mengenai pemahaman ISO 9001:2008 sebagai Sistem Manajemen Mutu; ISO 14001:2004 sebagai Sistem Manajemen Lingkungan dan OHSAS 18001:2007 sebagai Sistem Manajemen K3. Kuesioner yang diberikan kepada responden untuk diminta memberi tanda ( √ ) pada jawaban kuesioner. Kuesioner disebar dengan jumlah sampel 61 orang dari populasi karyawan sejumlah 72 orang. Semua pertanyaan dalam kuesioner ini menggunakan skala guttman dengan jawaban “ya” atau “tidak” dengan jenis kuesioner tertutup. Berikut ini adalah tabel yang berisikan pertanyaan-pertanyaan pada kuesioner :
112
Tabel 4.7. Pertanyaan Pada Kuesioner No
Jawaban
Pertanyaan
YA
TIDAK
Apakah anda mengetahui tentang ISO 1
9001:2008, ISO 14001:2004 dan OHSAS 18001:2007?
2
3
4
5
Apakah anda mengetahui letak posisi APAR yang terdekat? Apakah anda sudah menerapkan posisi ergonomi saat menggunakan komputer? Apakah anda mengetahui jalur evakuasi dan titik kumpul ? Apakah
mengetahui
kebijakan
QHSE perusahaan? Apakah
6
anda
anda
mengetahui
cara
penanganan limbah catridge dan baterai bekas di area kantor?
Pertanyaan diurutkan dari yang mudah hingga yang sulit untuk memudahkan dalam perhitungan uji validitas kuesioner yang menggunakan skala guttman tersebut.
4.2. Pengolahan Data 4.2.1. Penjelasan Alur Peta Proses Bisnis (Business Process Mapping) Pada peta proses bisnis (business process mapping) terdapat 3 bagian yaitu proses manajemen, proses inti dan proses pendukung. Pada proses inti menjelaskan alur mulai dari
identifikasi tender potensial (QHSE-BIRCON-MKT-101) dengan
melampirkan dokumen lelang (Bid Document), spesifikasi harga dan persyaratan
113
HSE (Healthy Safety Environment). Persiapan tender (QHSE-BIRCON-MKT-102) dengan menyerahkan dokumen yang dibutuhkan kepada klien dan jika disetujui maka klien memberikan surat perjanjian kontrak dan review kontrak (QHSEBIRCON-MKT-103). Setelah kontrak disetujui selanjutnya pelaksanaan proyek (QHSE-BIRCON-ENG-101) dengan membuat lingkup pekerjaan, rencana jadwal, perhitungan man hours dan rencana anggaran. Kemudian anggaran dirinci oleh project planning control (QHSE-BIRCON-PPC-101). Proses pembelian material (QHSE-BIRCON-HRD-104) dengan menunjuk subkontraktor yang sesuai (QHSEBIRCON-ENG-102). Setelah memilih subkontraktor yang sesuai dilakukan konstrusi dan instalasi proyek harus ada kontrol pada saat proses pengerjaan proyek dengan dilakukan inspeksi yang terdokumentasi dalam bentuk laporan inspeksi, laporan progress pengerjaan dan kinerja dari pelaksanaan HSE. Jika ada ketidaksesuaian pada saat proses pengerjaan maka dilakukan control terhadap ketidaksesuaian tersebut (QHSE-BIRCON-QMR-104). Ketika proses pengerjaan dilakukan dan klien meminta perubahan dokumen maka harus dikontrol pula pada manajemen perubahan (QHSE-BIRCON-ENG-105). Harus dilakukan registrasi dan control terhadap dokumen klien yang dikontrol oleh document control engineering (QHSE-BIRCON-QMR-102). Setelah proyek selesai dilakukan penyerahan dokumen kepada klien dan jika ada keluhan atau complain dari klien (QHSEBIRCON-QMR-107) harus segera dilakukan tindakan korektif (QHSE-BIRCONHRD-103). Pada proses pendukung menjelaskan ketika klien meminta tenaga kerja oleh perusahaan kami, maka kami akan melakukan rekrutmen tenaga kerja (QHSEBIRCON-HRD-101) dan setelah itu dilakukan pelatihan (QHSE-BIRCON-HRD102) kepada pekerja baru yang dibutuhkan oleh klien. Pada bagian proses manajemen dilakukan audit internal (QHSE-BIRCON-QMR-103), survey kepuasan pelanggan (QHSE-BIRCON-QMR-108) dan kontrol dokumen QHSE (QHSEBIRCON-QMR-101).
4.2.2. Sasaran QHSE (Quality, Healthy, Safety and Environment) Sasaran QHSE adalah sesuatu yang diinginkan atau dituju terkait dengan mutu, lingkungan dan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja). Dengan kata lain sasaran QHSE merupakan tujuan yang akan dicapai dalam melakukan proses pada suatu
114
perusahaan. Sasaran QHSE secara umum didasari pada kebijakan QHSE perusahaan. Kebijakan QHSE yang telah ditentukan bisa sebagai pembuka jalan dalam pembuatan sasaran QHSE. Penetapan sasaran QHSE dilakukan oleh kepala department atas persetujuan dari top manajemen berdasarkan Business Process Mapping perusahaan. Sasaran QHSE yang telah ditetapkan harus disosialisasikan ke internal department masing-masing agar semua karyawan di dalam department tersebut mengerti kemana sasaran mereka dan bagaimana kontribusinya dalam mencapai sasaran tersebut. Metode pembuatan sasaran QHSE harus mempunyai prinsip SMART yaitu harus Specific (Spesifik), Measurable (Terukur), Achievable (Dapat Dicapai), Relevant (Relevan) dan Time Bound (Batas Waktu). Specific : Target yang ditentukan haruslah spesifik/jelas. Measurable : Target harus terukur. Achievable : Target yang ditentukan haruslah yang masuk akal dan dapat dicapai. Relevant : Sasaran QHSE yang ditetapkan harus relevan atau sesuai dengan proses/ fungsi terkait. Time Bound : Target harus mempunyai batas waktu yang jelas, ini harus memperhatikan faktor “Achievable”. Sasaran QHSE PT. BiRU Construction : Tabel 4.8. Sasaran QHSE PT. BiRU Construction Bagian
Sasaran
Target A = 100%
Strategi Membuat
Dilakukan training minimal A = (jumlah training
jadwal rencana
4 kali dalam setahun
yang sudah dilakukan
training dalam
/ 4) x 100%
setahun
A = 100%
Membuat
Dilakukan penilaian
A = (jumlah karyawan
jadwal rencana
evaluasi kinerja seluruh
yang dievaluasi /
evaluasi kinerja
karyawan setiap tahun
jumlah seluruh
karyawan
HRD
karyawan) x 100%
115
Dilakukan pengecekan emisi kendaraan operasional setiap 6 bulan
Dilakukan pengecekan Membuat emisi kendaraan
jadwal rencana
operasional 2 kali
emisi
dalam setahun
kendaraan
GA
Mengajak Mengurangi penggunaan kertas
bagian lain Reuse kertas bekas
untuk menggunakan kertas bekas
IT
Mengurangi limbah catridge
Dilakukan
pengisian Koordinasi
ulang catridge yang kepada sudah habis
refill-
agent
A = 100%
Purchasing
Pemilihan vendor yang
A = (jumlah vendor Membuat
memiliki nilai minimal
yang memiliki nilai jadwal rencana
70% dari yang
minimal 70% / jumlah audit vendor
dipersyaratkan
keseluruhan vendor) x tahunan 100%
Docon
A = 100%
Membuat
Melakukan audit internal 2
A = (jumlah
jadwal rencana
kali dalam setahun
pelaksanaan audit
audit internal
internal / 2) x 100%
tahunan Melakukan
Tidak terjadi kecelakaan HSE
kerja baik di kantor
ZERO Accident
maupun site project Keseluruhan anggaran Cost Control
operasional proyek tidak menghasbiskan lebih dari 90% anggaran yang disetujui
training K3 kepada seluruh karyawan
A = Kurang dari 90% A = (anggaran yang dikeluarkan untuk proyek / keseluruhan anggaran yang disetujui) x 100%
Melakukan kontrol biaya proyek
116
Membuat Mendapatkan tender Marketing
proyek dengan nilai minimal 10 Miliar
A = 100% A = (nilai tender proyek yang dicapai / 10 Miliar) x 100%
strategi marketing yang baik dengan mencari tender proyek potensial
A = 90% Dilakukan inspeksi 90%
A = (total inspeksi
benar ketika proyek sedang
yang dilakukan
berjalan
dengan benar / total inspeksi) x 100%
Mengetahui spesifikasi yang diberikan klien
A = 100%
Engineering Penyelesaian proyek tepat waktu
A = (waktu
Membuat
pengerjaan proyek
estimasi
pada estimasi waktu
penyelesaian
yang dibuat / waktu
proyek dengan
pengerjaan yang
akurat
diminta klien) x 100% Sumber : Data Perusahaan
4.2.3. Program Tahunan Untuk dapat mencapai target yang diinginkan, PT. BiRU Construction membuat program tahunan. Program tahunan ini meliputi seluruh program yang ingin dilaksanakan pada tahun tersebut dan untuk menunjang pelaksanaan sasaran QHSE yang telah ditetapkan. Berikut ini adalah program tahun 2014 PT. BiRU Construction :
117
Gambar 4.5. Program Tahun 2014 Pada program tahun 2014 tersebut terdapat 16 program yang diantaranya : 1. Training Eksternal Ahli K3 : dilakukan oleh perwakilan manajemen dalam hal ini Management Representative (MR) yang ditunjuk langsung oleh manajemen puncak (Direktur). Direncanakan pada bulan Maret dan sudah terlaksana. 2. Training Auditor Internal : Dilakukan oleh auditor yang dipilih oleh QHSE-MR untuk melaksanakan audit internal. Direncanakan pada bulan Mei dan sudah terlaksana. 3. Pelaksanaan audit internal : Untuk mengevaluasi proses kerja secara keseluruhan, memastikan kesesuaian dengan standar dan menilai efektivitas sistem manajemen. Audit internal yang dilaksanakan di PT. BiRU Construction sebanyak 2 kali dalam setahun. 4. QHSE Management Review : Setelah dilaksanakan audit internal, QHSE-MR bertanggung jawab untuk melakukan QHSE Management Review yang dihadiri oleh manajemen puncak dan perwakilan dari bagian yang terkait. 5. Pengujian emisi kendaraan operasional : Bagian GA bertanggung jawab untuk melaksanakan pengecekan emisi kendaraan operasional yang mengacu pada ISO 14001:2004. Jadwal pelaksanaan pengecekan emisi kendaraan dilakukan pada bulan Juni dan Desember 2014.
118
6. Simulasi APAR : Dilakukan kepada seluruh karyawan untuk mengetahui cara pemakaian APAR (Alat Pemadam Api Ringan) dan lokasi penempatan APAR agar mudah untuk menggunakan jika terjadi kebakaran. 7. Simulasi Alarm dan Jalur Evakuasi : Mengacu pada OHSAS 18001:2007 klausul 4.4.7 mengenai kesiapsiagaan dan tanggap darurat. Seluruh karyawan harus mengetahui jalur evakuasi yang dibuat oleh perusahaan atau manajemen building dan titik kumpul jika terjadi keadaan darurat. 8. Training safety riding (Pelatihan aman dalam berkendara) : Dilakukan agar seluruh karyawan mengetahui cara berkendara yang aman dan untuk memastikan keselamatan karyawan dari rumah ke kantor ataupun sebaliknya. 9. Sosialisasi Aspek dan Dampak Lingkungan : Agar seluruh karyawan mengetahui aspek lingkungan yang memiliki dampak penting terhadap lingkungan. Diatur dalam klausul 4.3.1 ISO 14001:2004 mengenai aspek lingkungan. 10. Training Refresh Ergonomi di Area Kerja : Untuk menerapkan posisi ergonomi dalam menggunakan komputer untuk menghindari sakit yang diakibatkan karena kesalahan posisi duduk. 11. Training Angkat Angkut : Untuk mengetahui posisi mengangkut yang benar dimulai dengan posisi jongkok terlebih dahulu untuk menghindari cedera pada tulang belakang. Pelatihan diberikan agar seluruh karyawan yang melakukuan pekerjaannya dengan mengangkat barang lebih mengetahui posisi yang benar. 12. Safety Talk Untuk Karyawan Baru : Pelatihan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) untuk mendukung sasaran HSE dengan target “Zero Accident”. 13. Survei Kepuasan Pelanggan : Untuk mengetahui pelayanan yang diberikan kepada pelanggan, maka perusahaan melakukan survei kepuasan pelanggan untuk meningkatkan pelayanan yang diberikan kepada klien atau pelanggan. 14. Audit Evaluasi Supplier : Sesuai dengan sasaran bagian purchasing dengan melakukan audit evaluasi supplier untuk melihat kinerja supplier atau vendor.
119
15. Training Eksternal P3K : Dilakukan oleh QHSE-MR sebagai perwakilan perusahaan untuk melakukan pelatihan P3K. Tujuan setelah mengikuti pelatihan P3K ialah dapat meningkatkan pengetahuan, pengertian dan pemahaman mengenai pelaksanaan P3K di tempat kerja dan juga meningkatkan keterampilan melakukan pertolongan pertama terhadap penyakit mendadak dan kecelakaan kerja. 16. Evaluasi Kinerja Karyawan : Sesuai dengan sasaran bagian HRD untuk melakukan evaluasi penilaian karyawan tiap tahun. Dengan dibuatkan program ini dapat mendukung pencapaian dari sasaran QHSE yang dibuat oleh perusahaan. Program yang dibuat ini harus dijalankan sebagaimana mestinya dan harus sesuai dengan jadwal rencana pelaksanaannya.
4.2.4. Kontrol Dokumen QHSE (Quality, Healthy, Safety And Environment) Pada dasarnya ketiga sistem manajemen yang terintegrasi tersebut sangat berbeda, namun ada persyaratan-persyaratan/klausul-klausul yang penerapannya dapat diintegrasikan, yaitu kebijakan, obyektif dan target, tugas dan tanggung jawab, pelatihan dan kompetensi, pengendalian dokumen, pengendalian catatan, tindakan perbaikan dan tindakan pencegahan, audit dan tinjauan manajemen. Pengendalian dokumen diatur dalam klausul 4.2.3. ISO 9001:2008, klausul 4.4.5. ISO 14001:2004 dan klausul 4.4.5. OHSAS 18001:2007 mengenai pengendalian dokumen. Harus ada prosedur yang menjelaskan tentang pengendalian dokumen. Pengendalian dokumen di PT. BiRU Construction mengacu pada prosedur pengendalian dokumen QHSE dengan nomor dokumen QHSE-BIRCON-QMR101. 4.2.4.1. Jenis Dokumen yang mengacu pada prosedur pengendalian dokumen QHSE Ada banyak jenis dokumen yang ada di PT. BiRU Construction sebagai contoh : dokumen produk (Deliverables), surat, standar dan kode, dokumen lelang, prosedur yang khusus untuk proyek, perundang-undangan HSE dan persyaratan lain, prosedur
120
(WI, SOP, Manual), dll. Untuk dokumen produk (Deliverables) khusus dikontrol menggunakan QP-ENG-104 Delivery & Design validation. a. Dokumen klien Dalam hal permintaan klien kepada PT. BiRU Construction untuk menerapkan dokumen yang mereka tetapkan selama pekerjaan, mereka akan mematuhi dan menggunakan dokumen yang ditetapkan (Prosedur, Standar & Kode, dll) dari klien. Dalam kondisi ini dokumen internal terkait sebagaimana yang sudah diatur dapat diabaikan. b. Dokumen untuk project Ketika dokumen tertentu diminta oleh klien berdasarkan pada persyaratan bid, bagian busdev/marketing akan menyiapkan dokumen terkait dengan mengikuti persyaratan klien (Bid) masih mengacu pada dokumen master yang sudah dikembangkan dan dibuat sebagai sistem manajemen QHSE PT. BiRU Construction. Master dokumen didaftarkan dalam QMR-101-06 Dokumen revisi status register dan dokumen bid didaftarkan dalam daftar prosedur (nomor bid/nama project). Format dan penomoran dokumen untuk bid mengikuti standar prosedur internal PT. BiRU Construction, tetapi jika ada form strandar dari klien untuk diikuti, PT. BiRU Construction akan mematuhi standar klien. 4.2.4.2. Persiapan atau Pembuatan dokumen yang mengacu pada prosedur pengendalian dokumen QHSE QHSE-MR bertanggung jawab untuk menyiapkan QHSE Manual dan koordinasi dengan manager setiap bagian untuk menyiapkan QHSEP (Quality, Healthy, Safety and Environment prosedur) dan WI (Work Instruction) yang dibutuhkan. Docon (Document Control ISO) harus memelihara dan mengupdate daftar prosedur yang berlaku dan Work Instruction (Menggunakan form QMR-101-06 Document Revision Status Register). HSE bertanggung jawab untuk menyiapkan HSE Manual dan koordinasi dengan manager setiap bagian untuk menyiapkan prosedur HSE dan instruksi kerja yang dibutuhkan.
121
4.2.4.3. Penomoran Dokumen yang mengacu pada prosedur pengendalian dokumen QHSE Sistem penomoran berisi persyaratan identifikasi yang berkaitan dengan sistem pengisian. Namun untuk dokumen proyek yang membutuhkan penomoran tertentu sesuai permintaan klien, Manajer Proyek dapat mengembangkan penomoran unik yang berkaitan dengan proyek. Prosedur penomoran proyek akan disiapkan dan dikeluarkan untuk setiap proyek. Penomoran Sistem Dokumen Mutu dijelaskan sebagai berikut : 1) Prosedur : QHSE - BiRCON - DEPARTMENT – Nomor yang berurutan (dimulai dari 101) 2) Instruksi Kerja (WI) : WI – DEPARTMENT – Nomor yang berurutan (dimulai dari 101) 3) Form : Kode Dokumen
– Nomor prosedur yang berurutan – Nomor yang
berurutan (dimulai dari 01) – Nomor revisi (dimulai dari 1) 4.2.4.4. Distribusi Dokumen yang mengacu pada prosedur pengendalian dokumen QHSE Dokumen sistem
manajemen QHSE akan
diupload pada server oleh
QMR/HSE/Docon sebagai folder sistem manajemen QHSE dan seluruh karyawan dapat mengakses dokumen yang ada di folder tersebut. Soft copy tersebut dipelihara oleh QMR, HSE dan docon. Seluruh dokumen sistem QHSE pada folder sistem manajemen QHSE harus dipertimbangkan sebagai “Controlled Copy”. Sedangkan hard copy dari folder tersebut ialah “Uncontrolled Copy”. Jika distribusi hard copy dibutuhkan, dokumen harus diberikan cap stempel “Controlled Copy” pada dokumen. Seluruh distribusi dokumen harus disimpan pada “Form Daftar Distribusi Dokumen” (QMR-101-10). Ketika dokumen yang sudah didistribusikan dilakukan revisi dokumen, maka docon harus memastikan bahwa seluruh dokumen yang lama maupun dokumen yang sudah kadaluarsa harus ditarik, distempel “Obsolete” dan dimusnahkan.
122
Alur pembuatan dokumen dapat dilihat pada flowchart berikut ini : START
REQUEST NEW QMS DOCUMENT
APPROVAL
YES
MAKE DOCUMENT
NUMBERING & REGISTER DOCUMENT NO
REVISE DOCUMENT
NO
APPROVAL
YES DISTRIBUTE CONTROLLED DOCUMENT
END
Gambar 4.6. Alur Pembuatan Dokumen Setiap karyawan dapat memulai pembuatan sebuah dokumen baru. Permintaan dimulai dengan melengkapi form permintaan dokumen baru (QMR-101-01). Form tersebut didapat dari docon ISO. Setelah diisi, form tersebut diberikan kepada supervisor yang bersangkutan untuk ditandatangani yang sebelumnya akan direview terlebih dahulu.Setelah disetujui oleh supervisor yang bersangkutan, form pembuatan dokumen baru tersebut diserahkan kepada docon ISO dan direview oleh QHSE-MR yang selanjutnya diberikan kepada Direktur. Jika Permintaan tersebut ditolak, pembuatan dokumen baru diakhiri. Jika disetujui maka langkah selanjutnya ialah memberikan nomor dokumen oleh docon ISO. Docon ISO harus memperbarui “Register Status Dokumen Revisi” jika ada dokumen yang dilakukan revisi atau perubahan dokumen. Tahap akhir ialah distribusi kepada bagian yang terkait. 4.2.5. HIRA (Hazard Identification and Risk Assessment) Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko merupakan suatu program kerja yang di dalamnya terdapat proses mengenali bahaya pada suatu pekerjaan, membuat
123
identifikasi bahaya dan nilai dari resiko bahaya tersebut kemudian melakukan pengendalian terhadap resiko bahaya yang telah teridentifikasi. Salah satu syarat elemen sistem manajemen keselamatan kerja OHSAS 18001:2007 klausul 4.3.1. Identifikasi bahaya dilaksanakan guna menentukan rencana penerapan K3 di lingkungan perusahaan. Dalam membuat HIRA, terdapat perhitungan perkalian antara peluang dengan resiko. Peluang (P) merupakan suatu nilai yang ditetapkan untuk menentukan tingkat keseringan terhadap kejadian kecelakaan. Sedangkan resiko merupakan suatu nilai yang ditetapkan untuk menentukan suatu tingkatan dampak/akibat berdasarkan keparahan yang disebabkan oleh kecelakaan kerja. Tingkat bahaya merupakan hasil perkalian dari Peluang (P) dan Resiko (R) sehingga dapat ditetapkan sebagai tingkat bahaya dari suatu pekerjaan yang dilakukan. Hazard Identification and Risk Assessment Register dapat dilihat pada Lampiran 3. Tingkat Peluang : Tabel 4.9. Tingkat Peluang Dalam HIRA Peluang Sering Agak Sering Jarang Sangat Jarang
Deskripsi
Nilai
Kemungkinan sangat sering dan berulang-ulang
4
Mungkin terjadi beberapa kali
3
Kemungkinan jarang atau satu kejadian waktu
2
Kemungkinan kecil tapi masih mungkin
1
Sumber : Konsultan Perusahaan Tingkat Resiko : Tabel 4.10. Tingkat Resiko Dalam HIRA Resiko
Deskripsi
Nilai
Malapetaka
Kecelakaan yang menyebabkan banyak kematian
5
Kematian
Kecelakaan yang menyebabkan kematian dari satu orang
4
124
Kecelakaan yang menyebabkan cedera atau sakit parah Luka Berat
untuk waktu yang lama tidak dapat bekerja atau
3
menyebabkan cacat permanen Luka Ringan
Kecelakaan yang mengakibatkan cedera atau minor nyeri dan segera dapat bekerja lagi atau tidak menyebabkan
2
cacat permanen
Hampir
Peristiwa yang tidak menyebabkan cedera atau perawatan
Cedera
medis
1
Sumber : Konsultan Perusahaan Matriks Resiko : Tabel 4.11. Matriks Resiko Dalam HIRA Tingkat Peluang Tingkat Resiko Sering (4)
Agak Sering (3)
Jarang (2)
Sangat Jarang (1)
Malapetaka (5)
Urgent (20)
Urgent (15)
High (10)
Medium (5)
Kematian (4)
Urgent (16)
High (12)
Medium (8)
Low (4)
High (12)
Medium (9)
Medium (6)
Low (3)
Medium (8)
Medium (6)
Low (4)
Low (2)
Low (4)
Low (3)
Low (2)
None (1)
Luka Berat (3)
Luka Ringan (2) Hampir Cidera (1)
Sumber : Konsultan Perusahaan
125
Skala Prioritas : Tabel 4.12. Skala Prioritas Dalam HIRA Prioritas
Inisial
Nilai
Urgent
U
15-20
High
H
`10-12
Medium
M
5-9
Low
L
2-4
None
N
1
Sumber : Konsultan Perusahaan
4.2.6. Sasaran, Target dan Program Aspek dan Dampak Lingkungan Setelah dilakukan identifikasi terhadap aspek dan dampak lingkungan di area kerja maka langkah selanjutnya ialah menentukan sasaran, target dan program untuk menunjang pencapaian dari kebijakan lingkungan. Sesuai dengan ISO 14001:2004 klausul 4.3.3 mengenai tujuan, sasaran dan program yaitu organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara tujuan dan sasaran lingkungan yang terdokumentasi, pada fungsi dan tingkatan yang sesuai dalam organisasi tersebut. Tujuan dan sasaran tersebut harus dapat diukur bila memungkinkan dan konsisten dengan kebijakan lingkungannya, termasuk komitmen pada pencegahan pencemaran, penataan persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan persyaratan lainnya yang diikuti organisasi, serta perbaikan berkelanjutan. Berikut ini tabel yang berisi sasaran, target dan program aspek dan dampak lingkungan yang bersumber dari konsultan perusahaan :
126
Tabel 4.13. Sasaran, Target dan Program Aspek dan Dampak Lingkungan Kerja 1) Penggunaan Komputer Sasaran Mengurangi pemakaian listrik Mengurangi efek radiasi cahaya monitor
Target Reduce
Program
Indikator
Sosialisai penghematan
Konsumsi listrik
listrik
bulanan
Menggunakan lapisan Reduce
pelindung layar anti
-
radiasi
2) Penggunaan Printer dan Mesin Fotokopi Sasaran Mengurangi pemakaian listrik
Target Reduce
Mengurangi pemakaian
Re-use
kertas
kertas
Recycle Catridge
100% Recycle
Program
Indikator
Sosialisai penghematan
Konsumsi listrik
listrik
bulanan
Pemakaian kertas bekas
-
Koordinasi dengan pihak
Laporan telah
luar untuk recycle sampah
dilaksanakan
catridge
program
Program
Indikator
Sosialisai penghematan
Konsumsi listrik
listrik
bulanan
3) Penggunaan Mesin Fax Sasaran Mengurangi pemakaian listrik
Target Reduce
Mengurangi
Pemisahan
kontaminasi tanah
sampah
Penerapan dan kontrol prosedur “Penanganan
Laporan Audit
Sampah”
4) Penggunaan Kendaraan Operasional Sasaran
Target
Program
Tidak ada tumpahan
Tingkat
Preventive maintenance
BBM atau oli
kejadian =
dan checklist kendaraan
Indikator Inspeksi harian
127
0
sebelum digunakan Pelaksanaan pengecekan
Mengurangi polusi
Mengikuti
emisi kendaraan setiap 6
udara
peraturan
bulan dan preventive maintenance
Jadwal pengecekan emisi kendaraan
5) Penggunaan Telepon, Dispenser, dan AC Sasaran Mengurangi pemakaian listrik
Target Reduce
Program
Indikator
Sosialisai penghematan
Konsumsi listrik
listrik
bulanan
Program
Indikator
Sosialisai penghematan
Konsumsi listrik
listrik
bulanan
6) Penggunaan Lampu Sasaran Mengurangi pemakaian listrik
Target Reduce
Mengurangi
Pemisahan
kontaminasi tanah
sampah
Penerapan dan kontrol prosedur “Penanganan
Laporan Audit
Sampah”
7) Penggunaan Baterai Sasaran
Target
Mengurangi
Pemisahan
kontaminasi tanah
sampah
Program
Indikator
Penerapan dan kontrol prosedur “Penanganan
Laporan Audit
Sampah”
Sumber : Konsultan Perusahaan
4.2.7. Temuan Audit Internal Audit internal pada bulan Juni dilakukan pada tanggal 2-3 Juni 2014, diawali dengan pemberitahuan kepada bagian terkait mengenai pelaksanaan audit internal pada tanggal yang sudah ditetapkan tersebut. Pada saat pelaksanaan audit internal, penilaian terhadap pemenuhan dokumen adalah 100%, observasi 75% dan interview
128
75%. Temuan atau finding terdiri dari mayor, minor dan improvement. Temuan mayor adalah ketika ada klausal dari persyaratan ISO yang tidak ditetapkan oleh auditee. Temuan ini dapat menyebabkan auditee tidak lolos sertifikasi, sebab apabila ditemukan satu saja temuan mayor, maka auditor tidak dapat meloloskan auditee. Suatu temuan dikatakan minor apabila klausal dari persyaratan ISO sudah diterapkan, namun pada kenyataannya tidak diterapkan secara maksimal. Temuan minor pada saat audit yang selanjutnya dapat berubah menjadi temuan mayor. Temuan improvement berupa temuan yang hanya dilakukan continual improvement. Semua temuan yang ada harus dibuatkan Corrective Action Request (CAR) yang berisikan perbaikan dari setiap temuan yang ada. Diberikan waktu tenggang 1 minggu setelah audit dilaksanakan untuk membuat CAR tersebut. Berikut ini adalah hasil temuan dari audit internal :
Gambar 4.7. Laporan Ketidaksesuaian Audit Internal
129
Penjelasan dari tabel diatas ialah sebagai berikut : 1. Bagian HRD Penjalasan temuan
: Ditemukan belum dibuatkan tabel rencana pelatihan karyawan namun sudah dilaksanakan pelatihan internal.
Kategori temuan
: Minor
Klausul ISO
: ISO 9001:2008 klausul 6.2.2 ; ISO 14001:2004 klausul 4.4.2 ; dan OHSAS 18001:2007 klausul 4.4.2 berisikan mengenai pelatihan.
Tindakan Perbaikan : Dibuatkan training program tahunan. 2. Bagian QMR Penjelasan Temuan : Belum dibuatkan matrik kapabilitas untuk masing-masing auditor internal yang sudah memenuhi spesifikasi setelah dilakukan pelatihan sebagai auditor internal. Kategori Temuan
: Minor
Klausul ISO
: ISO 9001:2008 klausul 8.2.2 ; ISO 14001:2004 klausul 4.5.5 ; dan OHSAS 18001:2007 klausul 4.5.5 berisikan mengenai audit internal.
Tindakan Perbaikan : Dibuatkan matrik kapabilitas auditor internal menggunakan form yang sudah ditetapkan. 3. Bagian GA Penjelasan Temuan : Belum dilaksanakan uji emisi kendaraan secara berkala serta belum dibuatkan jadwal rencana uji emisi tahunan. Kategori Temuan
: Mayor
Klausul ISO
: ISO 14001:2004 klausul 4.3.1 berisikan mengenai aspek lingkungan dan PERDA DKI No. 2 tahun 2005 berisikan mengenai pencemaran udara.
Tindakan Perbaikan : Dilakukan pemeriksaan emisi kendaraan dan dibuatkan jadwal pemeriksaan emisi kendaraan setiap 6 bulan sekali.
130
4. Bagian Purchasing Penjelasan Temuan : Belum adanya jadwal rencana audit supplier tahunan dan belum lengkapnya daftar supplier yang telah dibuat. Kategori Temuan
: Minor
Klausul ISO
: ISO 9001:2008 klausul 7.4 berisikan mengenai pembelian.
Tindakan Perbaikan : Dibuatkan rencana audit supplier tahun 2014 dan melengkapi vendor list yang sudah dibuat. 5. Bagian Document Control (Docon) Penjelasan Temuan : Belum dibuatkan CAR (Corrective Action Request) list index dari CAR yang sudah ada untuk mengetahui perkembangan dari pelaksanaan CAR tersebut. Kategori Temuan
: Minor
Klausul ISO
: ISO 9001:2008 klausul 8.5.2 ; ISO 14001:2004 klausul 4.5.3 ; dan OHSAS 18001:2007 klausul 4.5.3 bersikan mengenai corrective action.
Tindakan Perbaikan : Dibuatkan CAR list index untuk CAR yang sudah selesai dibuat agar lebih termonitoring. 6. Bagian HSE (Healthy, Safety and Environment) Penjelasan Temuan : Belum ditunjuk PIC (Person In Charge) sebagai koordinator HSE. Kategori Temuan
: Minor
Klausul ISO
: ISO 9001:2008 klausul 6.2 ; ISO 14001:2004 klausul 4.4.1 ; dan OHSAS 18001:2007 klausul 4.4.1 berisikan mengenai sumber
daya
manusia,
peran,
tanggung
jawab
dan
wewenang. Tindakan Perbaikan : Dibuatkan Man Power Mobilization Planning. 7. Bagian Cost Control Penjelasan Temuan : Tidak diisi form monitoring pencapaian target per 3 bulan. Kategori Temuan
: Minor
131
Klausul ISO
: ISO 9001:2008 klausul 4.2.3 ; ISO 14001:2004 klausul 4.4.5 ; dan OHSAS 18001:2007 klausul 4.4.5 berisikan mengenai pengendalian dokumen.
Tindakan Perbaikan :
Ditingkatkan
pengawasan
dalam
pengisian
form
monitoring pencapaian target. 8. Bagian Engineering Penjelasan Temuan : Belum dilakukan kalibrasi alat ukur yang dipakai. Kategori Temuan
: Mayor
Klausul ISO
:
ISO
9001:2008
klausul
7.6
berisikan
mengenai
pengendalian sarana pemantauan dan pengukuran. Tindakan Perbaikan : Dilakukan kalibrasi alat ukur. 9. Bagian Marketing Penjelasan Temuan : Belum dibuatkan jadwal rencana survei kepuasan pelanggan tahunan. Kategori Temuan
: Minor
Klausul ISO
: ISO 9001:2008 klausul 8.2.1 berisikan mengenai kepuasan pelanggan.
Tindakan Perbaikan : Dibuatkan jadwal rencana survei kepuasan pelanggan tahun 2014. 10. Bagian IT Penjelasan Temuan : Tidak adanya MSDS catridge dari supplier Kategori Temuan
: Minor
Klausul ISO
: ISO 14001:2004 klausul 4.5.1 berisikan mengenai pemantauan dan pengukuran.
Tindakan Perbaikan : Dimintakan MSDS catridge kepada supplier.
132
4.2.8. Temuan Audit Eksternal Setelah dilakukan audit eksternal oleh auditor WQA (World Quality Assurance) didapatkan temuan audit dari ketidaksesuaian yang dilakukan perusahaan selama penerapan integrasi sistem manajemen. Temuan yang didapat dari hasil audit terbagi menjadi tiga kategori, yaitu temuan mayor, minor dan improvement. Temuan mayor diperoleh apabila ada klausul dalam ISO maupun OHSAS yang tidak dipenuhi. Temuan ini sangat mempengaruhi mutu produk maupun jasa. Temuan minor diperoleh apabila klausul-klausul sudah terpenuhi hanya saja pelaksanaannya tidak efektif, sedangkan temuan improvement berupa temuan yang tidak begitu berpengaruh terhadap mutu produk maupun jasa hanya saja akan lebih baik apabila temuan ini dilakukan sebagaimana semestinya. Dalam pelaksanaan audit, keefektifan implementasi integrasi sistem manajemen diukur dengan tiga hal, yaitu dokumentasi, wawancara dan observasi. Persentasi dokumentasi yang harus dipenuhi adalah 100%, wawancara sebanyak 75% dari target, serta 75% untuk observasi. Berikut ini tabel hasil audit eksternal pertama dan surveillance audit yang dilaksanakan di PT. BiRU Construction : Audit Pertama Tabel 4.14. Hasil Temuan Audit Eksternal Pertama No.
Temuan Audit
Kategori Temuan
Ditemukan ketidaksesuaian ditemukan tidak adanya struktur 1
organisasi
P2K3L
(Panitia
Pembina
Kesehatan
&
Minor
Keselamatan Kerja, dan Lingkungan 2 3 4
Ditemukan tidak tersedianya PIC ahli K3 dalam struktur organisasi perusahaan Ditemukan tidak adanya identifikasi & evaluasi peraturan perundangan terkait QHSE di perusahaan Ditemukan tidak adanya keterangan ijin lingkungan terkait persyaratan QHSE di perusahaan
Minor Minor Minor
133
5 6 7
Ditemukan tidak dibuatkan HIRA dalam mengawasi pelaksanaan kerja di perusahaan
Minor
Ditemukan tidak adanya bukti pelaksanaan MCU periode 2013
Minor
Ditemukan tidak adanya bukti peraturan perusahaan yang telah tersedia di perusahaan
Minor
Surveillance Audit Tabel 4.15. Hasil Temuan Surveillance Audit No.
Temuan Audit
Kategori Temuan
Perbaikan 1
dokumen
manual
QHSE
untuk
tidak
memasukkan lampiran nomor 1 mengenai daftar peraturan
Improvement
perundang-undangan Perbaikan struktur organisasi PT. Biru Construction dengan 2
menambahkan bagian engineering yang meliputi multi
Improvement
disiplin engineering, QA/QC, Cost Control dll 3 4
Perbaikan prosedur kontrol dokumen untuk memisahkan antara dokumen ISO dengan dokumen milik engineering Perbaikan untuk membuat Dokumen Revisi Status Register untuk mengkontrol terjadinya perubahan nomor dokumen
Improvement
Improvement
Perbaikan dokumen audit internal untuk melampirkan 5
penulisan "Audit Checklist" dalam bentuk ketikan komputer
Improvement
dan tulisan tangan 6 7 8
Perbaikan daftar peraturan perundang-undangan untuk menambahkan PERDA dan PERGUB Perbaikan "Job Description" untuk menjelaskan secara lebih spesifik bukan hanya deskripsi secara umum Penambahan referensi dokumen eksternal engineering seperti peraturan, desain konsumen dll
Improvement
Improvement
Improvement
134
Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa terdapat perbedaan kategori temuan antara audit pertama dengan surveillance audit. Terjadi kenaikan kategori temuan dari minor menjadi improvement. Ini menandakan bahwa implementasi 3 Sistem Manajemen (Sistem Manajemen Mutu, Sistem Manajemen Lingkungan dan Sistem Manajemen K3) sudah sesuai dengan penilaian auditor eksternal dan hanya perlu adanya continual improvement dari sistem yang sudah diterapkan tersebut agar dapat berjalan dengan efektif. 4.2.9. Uji Validitas Validitas adalah ketepatan atau kecermatan suatu instrumen dalam pengukuran (Sulistyo, 2010:40). Dalam penelitian ini pengujian validitas menggunakan koefisien reprodusibilitas dan koefisien skalabilitas. Koefisien reprodusibilitas dengan ketentuan Kr > 0,90 dianggap baik (Singarimbun dan effendi, 2014 : 118-119) dan kriteria uji koefisien skalabilitas adalah apabila Ks > 0,60 maka dianggap baik (Nazir, 2005: 343). Untuk keperluan perhitungan validitas tersebut maka disajikan tabel Guttman, yaitu : Tabel 4.16. Tabel Guttman Hasil Kuesioner Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Pertanyaan 3 4 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0
5 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
6 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah
Error
3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 2
0 0 0 0 2 2 0 2 2 0 0 0 0 0 0 0
135
17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1
1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0
0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
4 3 4 2 3 3 3 4 3 3 4 2 4 3 3 4 3 4 3 2 2 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 2 4 3 4 4 4 2 4 3
0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 2 2 0 2 2 0 0 0 2 2 2 0 0 0 2 0
136
60 61 Jumlah
1 1 56
1 1 59
1 0 45
0 1 30
0 0 7
0 1 5
3 4 202
0 2 32
Perhitungan Kr dan Ks : n
= 61 x 6 = 366
Kr
= 1- (e/n) = 1 – (32/366) = 0,913
Dalam perhitungan di atas terlihat bahwa nilai Kr lebih besar dari 0,90 yaitu didapatkan nilai 0,913 sehingga disimpulkan bahwa Koefisien Reprodubilitas baik untuk digunakan dalam survei atau penyebaran kuesioner. Ks
= 1 – (e/p) = 1 – {32/0,5 (366-202)} = 0,61
Dalam perhitungan di atas terlihat bahwa nilai Ks lebih besar dari 0,60 yaitu didapatkan nilai 0,61 sehingga disimpulkan bahwa Koefisien skalabilitas baik untuk digunakan dalam survei atau penyebaran kuesioner. Hasil perhitungan Kr maupun Ks menunjukkan bahwa semua item pertanyaan adalah valid. 4.2.10. Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah tingkat ketepatan suatu instrumen dalam mengukur apa yang harus diukur. Menurut Sugiyono (2012:121) instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Setelah instrumen di uji validitasnya maka langkah selanjutnya yaitu menguji reliabilitas. Reliabilitas instrumen diperlukan untuk mendapatkan data yang sesuai dengan tujuan pengukuran. Suatu instrument memiliki tingkat reliabilitas yang memadai bila instrumen tersebut digunakan untuk mengukur aspek yang diukur beberapa kali hasilnya tetap sama atau relatif sama. Sifat reliabilitas dari sebuah instrumen berhubungan dengan sejauh mana kemampuan alat ukur itu memberikan hasil yang konsisten.
137
Perhitungan koefisien reliabilitas pada hasil penyebaran kuesioner dengan menggunakan skala guttman ini ialah koefisien reliabilitas dari Kuder-Richardson (Kr – 20). Adapun bentuk formula dari Kr-20 tersebut sebagai berikut : r Kr-20 =
k
∑ pq
k-1
S2
Keterangan : p
= Np / Jumlah responden
Np
= Jumlah nilai pada butir soal tertentu
q
=1–p
r Kr-20 = Koefisien reliabilitas dengan Kr-20 k
= Jumlah pertanyaan
p
= Proporsi jawaban benar pada butir tertentu
q
= Proporsi jawaban salah pada butir tertentu
S2
= Varians skor total
S2
= ∑ X2 – ( ∑ X)2 N N
N
= Jumlah Responden Perhitungan p dan q menggunakan perhitungan excel untuk mempermudah dalam
perhitungan, berikut ini tabel perhitungan dengan menggunakan microsoft excel : Tabel 4.17. Perhitungan Dengan Menggunakan Excel Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pertanyaan
1
2
3
4
5
6
1 1 1 1 1 1 1 0 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 0 0 1 1 1
0 1 0 0 0 0 0 1 1
0 0 0 0 1 1 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 1
2
X
X
3 4 3 3 3 3 3 3 4
9 16 9 9 9 9 9 9 16
138
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1
0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
4 4 3 3 3 3 2 4 3 4 2 3 3 3 4 3 3 4 2 4 3 3 4 3 4 3 2 2 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 2 4 3 4 4 4 2 4 3
16 16 9 9 9 9 4 16 9 16 4 9 9 9 16 9 9 16 4 16 9 9 16 9 16 9 4 4 9 16 9 16 16 9 16 16 16 16 9 16 16 4 16 9 16 16 16 4 16 9
139
60 61 Np p q pq ∑ pq
1 1 56 0.918 0.082 0.075
1 1 59 0.967 0.033 0.032
1 0 0 1 45 30 0.738 0.492 0.262 0.508 0.193 0.250 0.727
0 0 7 0.115 0.885 0.102
0 1 5 0.082 0.918 0.075
3 4 202
9 16 696
= 696 – ( 202 )2
S2
61 61 = 0,443 r Kr-20 =
6
0,727
6-1
0,443
= 1,2 x 0,641 = 0,769
Dari hasil perhitungan didapatkan nilai koefisien reliabilitas Kr-20 sebesar 0,769 sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen reliabel dengan kriteria reliabilitas tinggi. Adapun kriteria koefisien reliabilitas adalah sebagai berikut : 0,80 < r Kr-20 ≤ 1,00 : Reliabilitas sangat tinggi 0,60 < r Kr-20 ≤ 0,80 : Reliabilitas tingi 0,40 < r Kr-20 ≤ 0,60 : Reliabilitas sedang 0,20 < r Kr-20 ≤ 0,40 : Reliabilitas rendah 0,00 < r Kr-20 ≤ 0,20 : Reliabilitas sangat rendah
137