30
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1.
Pengumpulan Data 4.1.1. Profil Perusahaan 4.1.1.1.
Sejarah Perusahaan Bumitama Gunajaya Agro Group (BGA Group) adalah kelompok perusahaan yang bergerak dibidang perkebunan dan pabrik kelapa sawit. BGA Group berkomitmen (sustainable
mewujudkan palm
oil).
kelapa
BGA
sawit
Group
lestari
senantiasa
melakukan kegiatan standarisasi praktek operasional sesuai Prinsip dan Kriteria Roundtable On Sustainable Palm Oil (RSPO) demi terwujudnya kelapa sawit lestari. BGA
menaungi
beberapa
perusahaan
diantaranya PT Windu Nabatindo Lestari, PT Hati Prima Agro, dan PT Surya Barokah. PT Surya Barokah bergerak di bidang pengusahaan kayu yang kemudian beralih ke bidang perkebunan dengan HPK (Hak
31
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
Pengusahaan Kayu). PT Surya Barokah mulai mengusahakan 19 perkebunan untuk mendapatkan IPK (Izin Pemanfaatan Kayu). Pengusahaan ini dilakukan sejak tahun 1996 hingga tahun 2004. PT Surya Barokah mengalami kebangkrutan pada tahun 2004, kemudian di take over dan diakuisisi kepada PT BGA menjadi PT Windu Nabatindo Abadi (PT WNA) dengan luas areal tanam 9.589 Ha. PT WNA menaungi 3 kebun, yaitu Sungai Bahaur Estate (SBHE), Bangun Koling Estate (BKLE) dan Sungai Cempaga Estate (SCME). Sungai Bahaur Estate (SBHE) merupakan kebun take over yang berasal dari PT Surya Barokah yang terletak di Kecamatan Cempaga Hulu Kotawaringin Timur dengan luas areal 3.988 ha. Jumlah karyawan Kebun SBHE adalah 761 karyawan, yang terdiri atas 8 Orang staf, 40 orang karyawan bulanan, 424 KHT, 244 KHL. ITK SBHE adalah 0.18 yang terdiri dari ITK untuk kegiatan perawatan sebesar 0.12 HK/ha kegiatan panen sebesar 0.06 HK/ha.
4.1.1.2.
Lokasi dan Letak Geografis Secara geografis SBHE berada antara 113.01o113.07o BT dan 1.80o-1.86o LS yang terletak di Desa
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
Pundu,
Kecamatan
Kotawaringin
Cempaga
Timur,
Hulu,
Kalimantan
Kabupaten
Tengah.
Batas
wilayah SBHE sebelah utara adalah Sungai Cempaga Estate (SCME) dan sebelah timur berbatasan dengan PT Bisma Darma Kencana.
4.1.1.3.
Kondisi Lahan, Tanah dan Iklim SBHE mempunyai dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau.Puncak musim hujan terjadi pada April dan Desember, sedangkan puncak musim kemarau terjadi pada Februari dan Agustus berdasarkan data curah hujan tahun 2006-2010. Curah hujan ratarata selama 5 tahun terakhir (2006-2010) di SBHE adalah
3.207 mm/tahun dengan rata-rata hari hujan
adalah 133,8 hari/tahun. Rata-rata bulan kering 1,00 bulan/tahun
dan
rata-rata
bulan
basah
10,40
bulan/tahun. Menurut klasifikasi Schimidth-Ferguson, iklim di SBHE termasuk tipe iklim A (sangat basah). Keadaan kondisi lahan di SBHE mayoritas adalah relatif datar dengan tingkat kemiringan 0-8 % dan sedikit daerah bergelombang dengan tingkat kemiringan 9–15 %. Jenis tanah di SBHE terdiri atas tanah inceptisol sebesar 60,28%, kaolin sebesar 19,86%,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
ultisol sebesar 17,73% dan tanah entisol sebesar 0,71%. Menurut Resman, et al. (2006) tanah inceptisol adalah tanah
yang
belum
matang
(immature)
dengan
perkembangan profil yang lebih remah dibanding dengan tanah
yang matang dan masih banyak
menyerupai sifat bahan induk. Warna tanah inceptisol beraneka ragam tergantung dari jenis bahan induknya. Warna kelabu menunjukkan bahan induknya berasal dari endapan sungai. Warna coklat kemerahan terbentuk karena mengalami proses reduksi. Warna hitam mengandung bahan organik yang tinggi. Menurut Jalaluddin dan Jamaluddin T (2005) kaolin adalah salah satu jenis tanah lempung yang tersusun dari mineral. Tanah lempung jenis ini berwarna putih keabu-abuan. Menurut Prasetyo dan Suriadikarta (2006) ultisol berkembang dari berbagai bahan induk, baik yang bersifat masam hingga basa. Ultisol dicirikan oleh adanya akumulasi liat pada horizon bawah permukaan. Menurut Utami dan Handayani (2003) tanah entisol
merupakan
tanah
yang
relatif
kurang
menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman.Tanah ini mempunyai konsistensi lepas-lepas, tingkat agregasi rendah, peka terhadap erosi dan kandungan hara yang tersedia rendah. Kesesuaian lahan aktual untuk tanaman
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
kelapa sawit di SBHE termasuk kedalam lahan kelas S2 (sesuai marjinal) dengan faktor pembatas utama adalah tekstur tanah pasir berlempung. Pemanfaatan tanah berdasarkan kelas lahan ini untuk pengembangan kelapa sawit, khususnya di SBHE harus diikuti dengan upaya untuk memperbaiki tingkat kesuburan tanah. Upaya tersebut
diantaranya
adalah
penanaman
tanaman
kacangan penutup tanah, pemupukan, dan aplikasi bahan organik. Berbagai perbaikan yang dilakukan pada kondisi tanah tersebut diharapkan dapat mencapai protensi produksi yang ingin dicapai sesuai dengan siklus tanaman kelapa sawit.
4.1.1.4.
Struktur Organisasi Pemimpin
tertinggi
SBHE
dipegang
oleh
seorang Estate Manager (EM) yang dibantu oleh seorang Asisten Kepala (Askep). Asisten kepala dibantu oleh lima orang asisten divisi. Seorang asisten divisi dibantu oleh mandor I, kerani divisi, kerani transport, kerani panen, mandor panen, mandor perawatan, mandor
pupuk,
dan
mandor
chemist.
Bagian
administrasi dipegang oleh seorang kepala administrasi (Kasie). Kasie dibantu oleh seorang admin dan mantri tanaman, 23 accounting, kasir dan dibawahnya terdapat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
kerani divisi.Struktur organisasi SBHE dapat Gambar 4.1.
Gambar 4.1. Struktur Organisasi SBHE
Estate Manager (EM) memiliki atasan langsung kepada Kepala Wilayah dan memiliki bawahan langsung kepada Asisten Kepala Kebun, Asisten Divisi, dan Kepala Seksi Administrasi. Seorang EM memiliki tugas-tugas dalam mengelola kebun, meliputi
: 1) melakukan
monitoring pelaksanaan pekerjaan operasional berdasarkan laporan dari divisi atau bagian dari unit kebun serta melaporkannya
secara
komprehensif
http://digilib.mercubuana.ac.id/
kepada
atasan
36
langsung, 2) menyusun anggaran tahunan dan bulanan meliputi aspek area statement, produksi, kapital, Sumber Daya Manusia dan totalitas biaya, 3) mengadakan rapat kerja intern dengan Asisten Divisi dan Kepala Seksi (Kasie) beserta jajaran di bawahnya secara periodik (minimal seminggu sekali) dalam upaya percepatan/peningkatan kinerja. Asisten Kepala (Askep) memiliki atasan langsung kepada Estate Manager dan memiliki bawahan langsung kepada asisten divisi. Seorang Asisten Kepala Kebun memiliki tugas dalam mengelola kebun, diantaranya: 1) membantu manajer kebun dalam pengelolaan seluruh aspek pekerjaan agronomi, 2) bertanggung jawab kepada Manajer Kebun dalam mengelola seluruh aspek pekerjaan non agronomi
untuk
mendukung
operasional
kebun,
3)
melaksanakan kunjungan secara periodik ke setiap divisi Asisten Divisi memiliki atasan langsung kepada Asisten Kepala Kebun dan Manajer Kebun serta memiliki bawahan langsung kepada Mandor I, Mandor dan Kerani. Tugas seorang Asisten Divisi meliputi: 1) membuat dan menjabarkan Rencana Kerja Tahunan (RKT) dalam bentuk Rencana Kerja Bulanan (RxKB), 2) mengadakan rapat kerja intern dengan Mandor I, Mandor dan Kerani beserta jajaran di bawahnya secara periodik (minimal seminggu sekali) dalam upaya peningkatan kinerja, 3) melaksanakan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
kunjungan langsung secara rutin pada setiap kemandoran di lapangan. 4.1.2. Data Hasil Survey Dari hasil survey lapangan dan studi literature diperoleh informasi sebagai berikut : a.
Survey Lapangan Informasi diperoleh melalui survey lapangan berupa kondisi lahan dan faktor – faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas kelapa sawit dari tenaga kerja yang ada di kebun mulai dari Manager sampai ke Karyawan. Kondisi lahan di SBHE dan informasi dari tenaga kerja yang ada di lapangan disajikan pada Tabel 4.1. dan Tabel 4.2. Tabel 4.1. Kondisi Estate SBHE No.
Faktor
Tema
Realisasi
1 Sumber Bibit
Varietas
Untuk Jenis bibit yang ditanam adalah jenis bibit yang berasal dari PPKS dengan varietas D x P PPKS 239
2 Pemupukan
Aplikasi
Pencapaian aplikasi pemupukan b elum 100 % dan masih banyak terdapat losses
3 Curah Hujan
Kebutuhan Air
Rata - rata curah hujan dalam lima tahun terakhir mencukupi untuk kebutuhan air kelapa sawit
4 Umur Tanaman
Potensi Produktivitas
Umur tanaman kelapa sawit sedang dalam masa masa muda dan masih mempunya potensi produktivitas yang cukup besar
5 Kemiringan Lereng
Potensi Produksi
Lahan yang ada di SBHE cenderung datar
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
Tabel 4.2. Informasi yang Diperoleh dari Tenaga Kerja No. 1
Sumber Informasi Manager
Informasi yang diperoleh - Faktor - faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas kelapa sawit - Aplikasi pemupukan belum dapat tercapai 100 % - Peran pemupukan dalam peningkatan produktivitas kelapa sawit adalah besar. Pupuk merupakan nutrisi bagi tanaman untuk menghasilkan dan meningkatkan produktivitas kelapa sawit.
2
Askep dan Asisten
- Faktor - faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas kelapa sawit - Faktor - faktor yang berpengaruh terhadap pemupukan berkualitas - Teknis aplikasi pemupukan yang benar sesuai dengan prinsip pemupukan
3
Karyawan
- Permasalahan yang menjadi kendala dalam aplikasi pemupukan - Pengetahuan dan kemampuan dalam aplikasi pemupukan
b.
Study Literatur Study literature dilakukan untuk memperoleh data primer terkait dengan faktor pengaruh terhadap produktivitas kelapa sawit. Literatur – literature yang digunakan untuk mencari informasi merupakan literature yang membahas tentang budidaya perkebunan kelapa sawit dan peningkatan produktivitas kelapa sawit.
Dari hasil pengumpulan data yang telah dilakukan maka diperoleh data produktivitas kelapa sawit dari tahun 2006 – 2010. Data produktivitas tersebut sebagai input yang menjadi basic data
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
untuk
dilakukan
diolah
dan
dianalisa.
Berdasarkan
data
produktivitas kelapa sawit di Wilayah SBHE dari tahun 2006 – 2010 terus mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai produktivitas tahun 2006 sebesar 4.41 Ton/Ha dan pada tahun 2010 menjadi 19 Ton/Ha. Namun peningkatan tersebut belum sesuai dengan standart yang digunakan, yaitu standart produktivitas PPKS Kelas II Marihat. Apabila dibandingkan antara realisasi dan standart produktivitas sampai dengan tahun 2010 nilai yield gapnya masih cukup tinggi 6,50 Ton/Ha. Tabel 4.3. Historis dan Varian Produksi SBHE dari Tahun 2006 – 2010 Produksi TBS (Tandan Buah Segar) No.
Umur Tanaman
Tahun Produksi
Luas Lahan
Produksi
Produktivitas
(Ha)
(ton)
Ton/Ha
Standar
Varian
1
4
2006
3.988
17.579,05
4,41
13,50
(9,90)
2
5
2007
3.988
29.595,80
7,42
16,00
(8,58)
3
6
2008
3.988
40.828,72
10,24
18,50
(8,26)
4
7
2009
3.988
60.781,83
15,24
23,00
(7,76)
5
8
2010
3.988
75.781,80
19,00
25,50
(6,50)
Sumber : Data Produksi TBS SBHE (2006-2010)
Gambar 4.2. Trend Produktivitas Kelapa Sawit Kelas II Marihat Vs Realisasi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
4.2.
Pengolahan Data 4.2.1. Penentuan Faktor yang Berpangaruh Terhadap Produktivitas Penentuan
faktor
yang
berpengaruh
terhadap
produktivitas dilakukan dengan menggunakan tools TQM, yaitu fishbone diagram dan analisa 5W + 1H.
Data – data yang
diperoleh data hasil pengukuran dan survey lapangan dilakukan amati dan dianalisa untuk mengetahui realisasi operasional di lapangan yang dikaitkan dengan standart operasional prosedur dan untuk mengetahui faktor yang akan paling berpengaruh terhadap produktivitas kelapa sawit. Tahap pemrosesan data dilakukan dengan melalui beberapa tahap, yaitu : 1.
Melalui Survey Lapangan dan Study Literatur Berdasarkan hasil survey lapangan dan study literature dapat diperoleh gambaran terkait faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas. Faktor – faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas kelapa sawit, yaitu sumber bibit, pemupukan, curah hujan, kemiringan lereng dan umur tanaman. a.
Sumber Bibit Sumber bibit memiliki potensi produktivitas yang berbeda – beda. Perbedaan tersebut lebih dipengaruhi
oleh
sifat
genetik/bawaan
dari
induknya, seperti yang disajikan di dalam Tabel 4.4.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
Tabel 4.4. Potensi produktivitas berdasarkan sumber bibit Sumber Bibit
PPKS
SRIWIJAYA
LONSUM
Varietas
Potensi Produktivitas (ton/ha/thn)
D x P PPKS 540
28,1 0
D x P PPKS 718
26,50
D x P PPKS 239
32,00
D X P SJ 1
36,00
D X P SJ 2
35,60
D X P SJ 5
35,30
SUMBIO
25,62
Sumber : Potensi Produktivitas Per Sumber Bibit Potensi produktivitas yang berbeda – beda dari setiap sumber bibit merupakan salah satu penentu sumber bibit yang akan di tanam. Untuk sumber bibit yang di tanam di SBHE adalah sumber bibit dari PPKS dengan varietas D x P PPKS 239. Pengaruh produktivitas dari sumber bibit bersifat
genetic dan
bawaaan
dari
induknya
sehingga untuk menghasilkan produktivitas yang tinggi maka harus dilekukan penentuan yang teliti dan detail dalam penentuan sumber bibit. Treatment untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki dari sumber bibit adalah pada saat di perawatan di pembibitan dan pemeliharaan khususnya dalam pemberian pupuk saat sudah di tanam di lapangan. Dalam penelitian ini sumber bibit yang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
42
produktivitas kelapa sawit dibatasi pada sumber bibit yang sudah di tanam di lapangan dan sudah berstatus tanaman menghasilkan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
43
Socfin
Lempung
Lonsum Material
PPKS
Kualitas Pengetahuan
Pasir
Sriwijaya
Ukuran Manusia
Liat Top Soil
Varietas Bibit
Pengalaman Jenis
Kualitas Polybag
Pupuk Kualitas
Ukuran
Kualitas Alat Penyiraman
Bibit yang berkualitas
Sistem Drainase
Pompa Air
Ukuran
Kualitas
Pengendalian Gulma Mesin
Metode Gambar 4.3. Fishbone Diagram dari Faktor Sumber Bibit
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Ukuran
44
b.
Kemiringan Lereng Karakteristik fisik lahan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas kelapa sawit. Lahan yang miring memiliki potensi terjadinya kerusakan
tanah
akibat
erosi,
seperti
turunnya
kandungan bahan organik tanah yang diikuti dengan berkurangnya kandungan unsur hara dan ketersediaan air tanah bagi tanaman. Tanah - tanah yang mengalami erosi berat umumnya memiliki tingkat kepadatan yang tinggi sebagai akibat terkikisnya lapisan atas tanah yang lebih gembur. (Yahya et al., 2010). Selain itu kemiringan lereng juga berpengaruh pada produksi kelapa sawit, seperti data yang disajikan pada Tabel 4.5. Tabel 4.5. Rerata TBS Kelapa Sawit Pada Berbagai Kemiringan Lereng No.
Klasifikasi Areal
1
Tanah Datar
2
Tanah Bergelombang
3
Tanah Berbukit
4
Tanah Bergunung
Sudut Kemiringan (o )
Lereng (% )
Rerata TBS (Kg)
<5
0-8
23,31
5 - 12
8 - 15
22,41
13 - 27
15 - 30
14,30
> 27
> 30
9,76
http://digilib.mercubuana.ac.id/
45
Apabila dikaitkan dengan kondisi kemiringan lereng di wilayah SBHE yang cenderung datar, maka dapat diketahiu besar pengaruh kemiringan lereng terhadap produktivitas kelapa sawit tidak terlalu signifikan. Hal ini dapat dikatakan demikian, karena pada lahan yang datar banyak mengandung unsur hara dan tidak mudah tererosi sehingga kandungan unsur hara yang diperlukan untuk tanaman kelapa sawit untuk berproduksi akan cukup. Selain itu hal tersebut terlihat dari data BJR dari tahun 2006 – 2010 yang peningkatan berat janjang rata – rata (BJR) tidak terlalu signifikan. Peningkatan data BJR tersebut disajikan pada Table 4.6. Tabel 4.6. Standarat Vs Realisasi BJR Kelapa Sawit BJR (Berat Janjang Rata -Rata) No.
Umur Tanaman Tahun Produksi
Luas Lahan
Standart
Realisasi
Varian
(Ha)
(Kg)
(Kg)
(Kg)
1
4
2006
3.988
5,90
4,20
1,70
2
5
2007
3.988
7,10
5,30
1,80
3
6
2008
3.988
9,40
7,48
1,92
4
7
2009
3.988
11,80
10.47
1,33
5
8
2010
3.988
13,20
11,58
1,62
http://digilib.mercubuana.ac.id/
46
Gambar 4.4. Trend BJR Kelapa Sawit Kelas II Marihat Vs Realisasi
c.
Curah Hujan Curah hujan merupakan salah satu faktor yang memperngaruhi produktivitas. Untuk tanaman kelapa sawit, membutuhkan wilayah yang curah hujannya sekitar 1.250 – 2.500 mm/tahun dengan distribusi merata sepanjang tahun. Apabila hasil pengukuran lapangan dikaitkan dengan standart akan kebutuhan curah hujan untuk tanaman kelapa sawit, maka pengaruh tidak terlalu signifikan sepanjang curah hujan yang turun masih di atas standart. Berdasarkan
hasil
pengukuraan
dilapangan
dapat diketahui historis data curah hujan ( 2006–2010 ).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
47
Curah hujan yang terjadi selama beberapa tahun tersebut menunjukkan curah hujan yang turun di Wilayah SBHE masih di atas standart sehingga pengeruh terhadap produktivitas kelapa sawit yang ada tidak telalu signfikan.
Gambar 4.5. Realisasi Vs Standart Curah Hujan untuk Kelapa Sawit
d.
Umur Tanaman Umur tanaman merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi
produktivitas
yang
bersifat
alamiah. Artinya faktor umur tersebut tidak bisa dilaukan treatment untuk meningkatkan produktivitas. Tinggi rendahnya produktivitas hanya bisa dilihat secara alamiah berdasarkann tingkatan umur dari tanaman kelapa sawit. Produktivitas kelapa sawit
http://digilib.mercubuana.ac.id/
48
semakin tahun akan semakin naik sampai pada saat puncaknya, yaitu pada saat umur 15 tahun. Setelah melewati masa puncak produktivitas maka tanaman kelapa sawit akan menurun produktivitasnya. Apabila dikaitkan dengan data hasil survey lapangan di Wilayah SBHE, produktivitas kelapa sawit di wilayah tersebut masih terus meningkat karena umur tanamannya masih dalam proses menuju masa puncak produktivitas. Namun apabila dibandingkan dengan standart produktivitas berdasakan umur Kelas II Marihat, produktivitas di Wilayah SBHE masih belum maksimal. Hal tersebut dapat dilihat pada data hasil surevy lapangan yang disajikan pada Tabel 4.7. Tabel 4.7. Produktivitas Kelapa Sawit Berdasarkan Umur. Produksi TBS (Tandan Buah Segar) No.
Umur Tanaman
Tahun Produksi
Luas Lahan
Produksi
Produktivitas
(Ha)
(ton)
Ton/Ha
Standar
Varian
4,41
13,50
(9,90)
1
4
2006
3.988
17.579,05
2
5
2007
3.988
29.595,80
7,42
16,00
(8,58)
3
6
2008
3.988
40.828,72
10,24
18,50
(8,26)
4
7
2009
3.988
60.781,83
15,24
23,00
(7,76)
5
8
2010
3.988
75.781,80
19,00
25,50
(6,50)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
49
Gambar 4.6. Hubungan Umur Tanaman Terhadap Produktivitas
e.
Pemupukan Pemupukan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas kelapa sawit. Menurut Adiwiganda dan Siagian (2004) peran pemupukan dalam peningkatan produktivitas kelapa sawit sangat penting. Dalam proses pembentukan buah dan peningkatan produktivitas peran pupuk adalah sebagai nutrisi untuk melaksanakan aktivitas tersebut. Berikut ini adalah fishbone diagram general mengenai tingkat hubungan dari keseluruhan faktor – faktor yang berpengaruh terhadap peningkatakan produktivitas kelapa sawit yang disajikan pada Gambar 4.7.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
50
Takaran Standart
Sifat Mesin (Alat)
Manusia
Fungsi
Keahlian Pupuk
Pengetahuan
Sumisansui
Pupuk
Kiriko
Pengalaman
Sumber Bibit
Pipa Produktivitas Kelapa sawit
Pupuk Kualitas Pupuk
Metode
Sumber Bibit
Organik
Varietas Bibit Material
An - Organik
Kualitas Bibit Unggul
PPKS Sriwijaya
Pupuk
Lingkungan Jenis Dosis Cara Waktu
Afkir Gambar 4.7. Fishbone Diagram Umum Cara Peningkatan Produktivitas Kelapa Sawit
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Curah Hujan Kemiriang Lereng Umur Tanaman
51
Dari fishbone diagram di atas maka dapat diperoleh akar permasalahan atau faktor utama yang paling berpengaruh terhadap produktivitas kelapa sawit. Dalam fishbone diagram pemupukan masuk ke dalam semua aspek yang berpengaruh terhadap produktivitas kelapa sawit baik itu dari sisi manusia, mesin, material maupun metodenya. Selain itu apabila dikaitkan dengan data hasil survey lapangan dengan realisasi produktivitas, pemupukan memberikan kontribusi yang cukup besar dalam produktivitas kelapa sawit. Data realisasi pemupukan tersebut disajikan pada Tabel 4.8. Tabel 4.8. Realisasi pemupukan Tahun
2006
2007
2008
2009
2010
Realisasi
35%
45%
53%
60%
78%
Produktivitas
4,41
7,42
10,24
15,24
19,00
Standart
13,50
16,00
18,50
23,00
25,50
Varian
(9,09)
(8,58)
(8,26)
(7,76)
(6,50)
Gambar 4.8. Pengaruh Realisasi Pemupukan Terhadap Produktivitas
http://digilib.mercubuana.ac.id/
52
2.
Menggunakan analisa 5 W + 1 H Penggunaan analisa 5 W + 1 H dilakuakn untuk menanggulangi atau mempebaiki dari faktor yang paling berpengaruh terhadap produktivitas kelapa sawit. Berdasarkan pemrosesan data menggunakan fishbone diagram maka diperoleh
faktor
yang
paling
berpengaruh
terhadap
produktivitas kelapa sawit adalah pemupukan. Analisa menggunakan 5 W + 1 H adalah sebagai berikut : a. What (Apa Penanggulangaannya) Berdasarkan dari hasil analisa fishbone diagram general dan diperkuat oleh penelitian sebelumnya yang diakukan oleh Dr. Taryo Adiwiganda dalam meneliti pengaruh pemupukan terhadap peningkatan produktivitas kelapa sawit tahun 2004 dapat diketahui bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap produktivitas kelapa sawit adalah pempukan. Selain itu Apabila melihat data hasil survey lapangan yang telah dilakukan dan dikaitkan fishbone diagram aspek yang paling berpangaruh adalah metode aplikasi pemupukan. Berikut ini data hasil survey lapangan terkait dengan aplikasi pempuukan yang disajikan pada Tabel 4.11 – 4.12.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
53
Tabel 4.9. Budget Vs Realisasi Pemupukan Tahun 2010 2010
Jenis Pupuk
Budget
Realisasi
Varian
900,00
755,43
83,94%
RP
1.157,00
842,37
72,81%
MOP
1.435,00
1.145,81
79,85%
KIESERITE
350,00
279,27
79,79%
HGFB
95,00
75,54
79,52%
Chelated Zincopper
5,40
1,91
35,37%
Palmo 14
15,00
3,60
24,00%
3.957,40
3.103,92
78,43%
UREA
Total
Tabel 4.10. Kualitas Aplikasi Pemupukan Aplikasi Pupuk
%
Te rse rap
25%
Losse s - Tidak Te pat A plikasi
35%
- Te rce ce r
25%
- Pe nguapan
15%
Total
100%
b. Why (Mengapa Ditanggulangi) Pemupukan perlu ditanggulangi, karena pemupukan mempunyai
konstribusi
yang
cukup
besar
dalam
peningkatan produktivitas. Alasan paling utama dalam
http://digilib.mercubuana.ac.id/
54
penanggulangan aplikasi pupuk adalah semakin banyak pupuk yang terserap daan semakin sedikit pupuk yang losses (terbuang) maka pemupukan yang berkualitas akan tercapai dan peningkatan produktivitas kelapa sawit akan tercapai dengan maksimal. Selain itu apabila melihat data hasil aplikasi pemupukan, masih banyak pupuk yang tidak tepat. Data aplikasi pemupukan tersebut disajikan pada Tabel 4.11. Tabel 4.11. Realisasi Aplikasi Pemupukan Aplikasi Pupuk
Tahun 2010
2011
2012
25%
30%
45%
- Tidak Tepat Aplikasi
35%
30%
20%
- Tercecer
25%
25%
20%
- Penguapan
15%
15%
15%
100%
100%
100%
Terserap Losses
Total
c. Where (Dimana Ditanggulangi) Penanggulangan aplikasi pemupukan dilakukan di Wilayah SBHE PT WNA – Kalimantan Timur yang merupakan daearah penelitian. Penanggulangan dilakukan di wilayah estate SBHE khususnya pada team pemupukan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
55
dengan cara melakukan standarisasi siatem dan metode pemupukan untuk mencapai pemupukan yang kualitas.
d. When (Kapan Ditanggulanginya) Penanggulangan dilakukan di awal tahun 2011 – 2012 dengan melakukan surevy dan pengamatan langsung ke lapangan.
e. Who (Siapa yang Menanggulanginya) Penggulangan dilakukan oleh peneliti dan beberapa team pemupukan dari karyawan kebun.
f. How (Bagaimana Cara Menanggulanginya) Penanggulangan dilakuan dengan cara sossialisasi dan aplikasi metode pempukan yang baik dan benar sesuai dengan prinsip pemupukan, yaitu tepat dosis, tepat jenis, tepat waktu, tepat cara dan tepat aplikasi. Untuk mencapai pemupukan yang berkualitas ada beberapa aspek yang perlu diperharikan dimana setiap aspek mempunyai pengaruh yang cukup besar untuk mencapai pemupukan yang berkualitas. Aspek – aspek tersebut disajikan dalam fishbone diagram pada Gambar 4.9.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
56
Senior
Pemula Manusia
Mesin (Alat) Keahlian
Fungsi Pupuk Pengetahuan
Takaran Standart
Pengalaman Pemupukan Berkualitas
JenisPupuk Organik
Musim Hujan Kualitas Pupuk
Waktu
Dosis
Musim Kemarau
Non -Organik
Tabur
Material
Cara Tuggal
Piringan Tempat Sekeliling Kanopi
Tunggal
Jenis Metode
Majemuk
Gambar 4.9. Fishbone Diagram dari Faktor yang Berpengaruh Terhadap Pemupukan Berkualitas
http://digilib.mercubuana.ac.id/
57
4.2.2. Peningkatan Produktivitas Kelapa Sawit Dalam perhitungan produktivitas kelapa sawit, data yang menjadi input adalah data luasan lahan tanaman menghasilkan dan outputnya adalah tonase dari TBS yang dihasilkan dari luasan lahan tersebut. Untuk melakukan peningkatan produktivitas kelapa sawit di fokuskan pada peningkatan output/TBS yang dihasilkan. Dalam usaha peningkatan output, dilakukan dengan meningkatkan kebutuhan pupuk sesuai dengan dosis yang dibutuhkan (Material), peningkatan output tenaga tabur dalam aplikasi pupuk (Manusia), perbaikan metode pemupukan (Metode) dan standarisasi takaran pupuk (Mesin/Alat). 4.2.2.1.
Kebutuhan Pupuk Pupuk merupakan salah satu faktor yang paling berpengaruh terhadap produktivitas kelapa sawit. Untuk meningkatkan
produktivitas
kelapa
sawit
perlu
diperhatikan terhadap kebutuhan pupuk. Setiap pupuk yang diberikan kepada pokok kelapa sawit akan sangat berpengaruh terhadap produktivitas kelapa sawit. Kebutuhan
pupuk
pada
setiap
umur
tanaman
mempunyai dosis yang berbeda – beda. Untuk data kebutuhan pupuk disajikan pada Tabel 4.12.
31
http://digilib.mercubuana.ac.id/
58
Tabel 4.12. Kebutuhan Pupuk Sesuai dengan Umur Tanaman
BUDGET
REALISASI
Budget 2010 (umur 8 tahun)
Realisasi 2010 (umur 8 tahun)
1 Ha (SPH)
= 136 Pokok
1 Ha (SPH)
= 136 Pokok
1 Pokok
= 7,297 Kg Pupuk
1 Pokok
= 5,723 Kg Pupuk
Luas SBHE
= 3.988 Ha
Luas SBHE
= 3.988 Ha
Jumlah Pokok
= 542.368 Pokok
Jumlah Pokok
= 542.368 Pokok
Kebutuhan Pupuk
= 3.958 Ton
Kebutuhan Pupuk
= 3.104 Ton
Budget 2011 (umur 9 tahun)
Realisasi 2011 (umur 9 tahun)
1 Ha (SPH)
= 136 Pokok
1 Ha (SPH)
= 136 Pokok
1 Pokok
= 8,027 Kg Pupuk
1 Pokok
= 7,017 Kg Pupuk
Luas SBHE
= 3.988 Ha
Luas SBHE
= 3.988 Ha
Jumlah Pokok
= 542.368 Pokok
Jumlah Pokok
= 542.368 Pokok
Kebutuhan Pupuk
= 4.354 Ton
Kebutuhan Pupuk
= 3.806 Ton
Budget 2012 (umur 10 tahun)
Realisasi 2012 (umur 10 tahun)
1 Ha (SPH)
1 Ha (SPH)
= 136 Pokok
= 136 Pokok
1 Pokok
= 8,178 Kg Pupuk
1 Pokok
= 8,178 Kg Pupuk
Luas SBHE
= 3.988 Ha
Luas SBHE
= 3.988 Ha
Jumlah Pokok
= 542.368 Pokok
Jumlah Pokok
= 542.368 Pokok
Kebutuhan Pupuk
= 4.436 Ton
Kebutuhan Pupuk
= 4.436 Ton
Perhitungan Kebutuhan Pupuk : Kebutuhan Pupuk (Ton)= Dosis Per Pokok x Luas SBHE x SPH Tahun 2010
= 7,297 X 3.988 X 136 = 3.957.659 Kg = 3.958 Ton
http://digilib.mercubuana.ac.id/
59
Tahun 2011
= 8,027 X 3.988 X 136 = 4.353.587 Kg = 4.354 Ton
Tahun 2012
= 8,178 X 3.988 X 136 = 4.435.485 Kg = 4.436 Ton
Dari data di atas dapat diketahui pada tahun 2010 realisasi pemberian pupuk terhadap pokok kelapa sawit belum maksimal. Dari total budget pupuk yang harus diberikan sebesar 3.958 ton, hanya dapat teraplikasi 3.104 ton. Dengan aplikasi pupuk yang belum sesuai dengan kebutuhan mengakibatkan produktivitas kelapa sawit belum sesuai dengan target. Peningkatan
pemenuhan
kebutuhan
pupuk
dilakukan mulai pada tahun 2011-2012. Peningkatan akan pemenuhan
kebutuhan pokok akan
sangat
berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas kelapa sawit. Setiap peningkatan 1 Kg pupuk pada setiap pupuk kelapa sawit dapat meningkatkan produktivitas kelapa sawit ± 3 - 4 ton/ha (Menurut Dr. Taryo Adiwiganda dalam Buku “Tanya Jawab Mengenai Tanah dan Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit”). Peningkatan pemenuhan kebutuhan pupuk disajikan pada Tabel 4.13.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
60
Tabel 4.13. Peningkatan Pemenuhan Kebutuhan Pupuk
4.2.2.2.
Tahun
Budget
Realisasi
Pencapaian
Peningkatan
2010
3.958
3.104
78%
-
2011
4.354
3.806
87%
9%
2012
4.436
4.436
100%
13%
Kebutuhan Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas kelapa sawit namun tidak secara langsung. Tenaga kerja berpengaruh langsung terhadap pemupukan yang berkualitas. Standart tenaga tabur untuk aplikasi pemupukan adalah 0,5 Hk/Ha atau 2 Ha/Hk. Berdasarkan pengamatan survey lapangan, standart ouput dari tenaga kerja pemupukan tahun 2010 belum sesuai standart sehingga aplikasi pemupukan tidak dapat berlangsung maksimal. Untuk data realisasi output dari tenaga kerja disajikan pada Tabel 4.14.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
61
Tabel 4.14. Realisasi Output Tenaga Tabur STANDART
REALISASI
Tenaga Tabur
Tenaga Tabur 2010
1 Ha
= 0,5 Hk/Ha (2 Ha/Hk)
1 Ha
= 0,5 Hk/Ha(2 Ha/Hk)
Luas SBHE
= 3.988 Ha
Luas SBHE
= 3.988 Ha
Kebutuhan Tenaga
= 1.994 Hk
Lahan yang Terpupuk = 2.592 Ha
Luas yang di Pupuk
= 332 Ha/Bulan
Realisasi Output
Kebutuhan Tenaga
= 164 Hk
Tenaga Tabur 2011
Luas yang di Pupuk
= 11 Ha/Hari
1 Ha
= 0,5 Hk/Ha (2 Ha/Hk)
Kebutuhan Tenaga
= 6 Hk
Luas SBHE
= 3.988 Ha
= 0,75 Hk (1,30 Ha/Hk)
Lahan yang Terpupuk = 3.330 Ha Realisasi Output = 0,60 Hk (1,67 Ha/Hk) Tenaga Tabur 2012 1 Ha
= 0,5 Hk/Ha (2 Ha/Hk)
Luas SBHE
= 3.988 Ha
Lahan yang Terpupuk = 3.988 Ha Realisasi Output
= 0,50 Hk (2,00 Ha/Hk)
Perhitungan : Output Tenaga Tabur (Ha/Hk) = Luas yang Terpupuk x Standart Output Luas Areal
Tahun 2010 Output Tenaga Tabur (Ha/Hk) = 2.592 Ha x 2 Ha/Hk
= 1.30 Ha/Hk
3.988 Ha Tahun 2011 Output Tenaga Tabur (Ha/Hk) = 2.330 Ha x 2 Ha/Hk
= 1.67 Ha/Hk
3.988 Ha
Tahun 2012 Output Tenaga Tabur (Ha/Hk)
= 3.988 Ha x 2 Ha/Hk 3.988 Ha
http://digilib.mercubuana.ac.id/
= 2 Ha/Hk
62
Dari data realisasi output tenaga tabur dalam aplikasi pemupukan dapat diketaui pada tahun 2010 ouput tenaga tabur belum sesuai dengan standart, yaitu 0,5 Hk/Ha atau 2 Ha/Hk. Realisasi output pada tahun 2010 adalah 0.75 Hk/Ha atau 1,3 Ha/Hk. Pencapaian output tenaga tabur yang belum mengakibatkan belum maksimalnya aplikasi pupuk dan secara tidak langsung mengkibatkan pencapaian produktivitas kelapa sawit yang belum maksimal. Peningkatan output tenaga tabur terjadi pada 2011 – 2012 atau pada saat dilakukan perbaikan kualitas pemupukan. Dengan adanya peningkatan ouput tenaga tabur tersebut maka aplikasi pupuk pun akan meningkat dan
secara
tidak
langsung
dapat
meningkatkan
produktivitas kelapa sawit.
4.2.2.3.
Perhitungan Produktivitas Kelapa Sawit Setelah dilakukan perbaikan pada aplikasi pupuk dan perhitungan akan kebutuhan pupuk dan realisasi ouput tenaga tabur maka dapat diamati pengaruhnya terhadap
peningkatan
produktivitas
kelapa
sawit.
Peningkatan produktivitas disajikan pada Tabel 4.15.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
63
Tabel 4.15. Peningkatan Produktivitas Kelapa Sawit Produksi TBS (Tandan Buah Segar) No.
1
Umur Tanaman
Tahun Produksi
Luas Lahan
Produksi
Produktivitas
(Ha)
(ton)
Ton/Ha
75.781,80
Standar
Varian
19,00
25,50
(6,50)
8
2010
3.988
2
9
2011
3.988
97.756,88
24,51
28,00
(3,49)
3
10
2012
3.988
112.620,37
28,24
28,00
0,24
Perhitungan : Produktivitas (Ton/Ha)
= Produksi TBS Luas Lahan
Tahun 2010 Produktivitas (Ton/Ha)
= 75.781,80 Ton
= 19,00 Ton/Ha
3.988 Ha Tahun 2011 Produktivitas (Ton/Ha)
= 90.756 Ton
= 24.51 Ton/Ha
3.988 Ha Tahun 2012 Produktivitas (Ton/Ha)
= 112.620,37 Ton
= 28,24 Ton/Ha
3.988 Ha
4.2.3. Implementasi Setelah dilakukan analisa dengan 5 W + 1 H, maka selanjutnya dilakukan implementasi pada awal tahun 2011 – 2012. Implementasi dilakukan dengan melakukan perbaikan pada sistem dan metode aplikasi pemupukan sesuai dengan standart operasional prosedur.
http://digilib.mercubuana.ac.id/