Laporan Tugas Akhir
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Sejarah singkat perusahaan OSRAM adalah salah satu dari tiga perusahaan manufaktur lampu terbesar didunia (bersama Phillips dan General Electrics) dengan jumlah 54 pabrik produksi tersebar di 18 negara dengan 91 negara kantor penjualan dan melayani konsumen lebih dari 150 negara di dunia, dan mempekerjakan lebih dari 38.000 tenaga kerja di seluruh dunia. OSRAM berpusat di Munich Jerman dengan nama resmi Osram GmbH. Nama OSRAM berasal dari kata Osmium Wolfram yang merupakan bahan dasar utama pembuatan lampu pijar yang ditemukan pada awal abad 20 yang merupakan penemuan penting yang revolusioner dalam sejarah perkembangan lampu pijar modern. Hingga kini OSRAM telah mengembangkan lebih dari 5.000 jenis lampu dan sistem penerangan yang dikategorikan menjadi: penerangan
umum,
otomotif,
Photo-Optic,
Control
Gear
dan
Opto-
Semiconductor. Seluruh produk hasil produksi OSRAM di seluruh dunia dijamin memiliki kualitas yang sama dan ramah lingkungan karena eratnya hubungan dengan model
Universitas Mercu Buana 52
53 Laporan Tugas Akhir
pabrik Eropa, yakni penerapan standar ISO 9002 dan Total Quality Management (TQM). OSRAM memiliki komitmen yang tinggi terhadap riset dan pengembangan produk. Lebih dari 5% hasil penjualan (sales) diinvestasikan untuk menemukan solusi-solusi yang dihasilkan pusat-pusat penelitian OSRAM yang tersebar di AS, Eropa, dan Asia. Di Indonesia, OSRAM mempunyai pabrik produksi lampu dengan nama PT. OSRAM Indonesia yang didirikan pada bulan Oktober tahun 1997. Beralamat di jalan Siliwangi Km. 1 Jati Uwung, Kota Tangerang, Propinsi Banten dengan Presiden direkturnya yang sekarang adalah Michael Flieger. PT. OSRAM Indonesia didirikan dengan cara mengakuisisi pabrik yang sedang diambang kebangkrutan yaitu PT. Comet Star Electrindo. Pada awalnya PT. OSRAM Indonesia hanya memproduksi sebagian kecil jenis lampu karena produksi lampu hanya memanfaatkan mesin peninggalan perusahaan terdahulu. Dengan seiring perkembangan zaman, PT. OSRAM Indonesia mulai bersaing dengan perusahaan lampu yang lainnya, sehingga perusahaan ini mulai diperhitungkan oleh perusahaan lampu lain. Sekarang, PT. OSRAM Indonesia lebih berkembang dibanding dengan tahun-tahun yang lalu, dengan teknologi Jerman menciptakan lampu yang berkualitas dan tahan lama sehingga sebagian besar hasil produksinya di ekspor ke wilayah Asia, Eropa, dan USA. Kini lampu Osram menjadi lampu yang sangat terkenal baik di Indonesia maupun diluar negeri.
Universitas Mercu Buana
54 Laporan Tugas Akhir
4.1.2 Visi dan Misi PT. OSRAM Indonesia Visi dan misi PT. OSRAM Indonesia tercermin pada ”Global Positioning Model” yaitu suatu model mengenai cara pandang/ kedudukan OSRAM secara global yang meliputi : 1. Core Passion for light – Solutions for life (keinginan besar untuk cahaya – solusi untuk kehidupan). Merupakan jati diri OSRAM serta
menegaskan
tujuan dari perusahaan dan merk (brand), dimana dalam pengaplikasiannya tidak terbatasi oleh waktu dan bersifat global dengan semboyan “kami membuat cahaya lebih bagus untuk kehidupan yang lebih baik”. 2. Values Leading
(memimpin),
Pioneering
(mempelopori),
Inspiring
(menginspirasi), Responsible (bertanggung jawab). Merupakan mindset
bagi setiap individu dan kelompok yang menjadi
dasar terhadap setiap tindakan yang dilakukan untuk perusahaan dan merk (brand). 3. Vision OSRAM – We are the preferred choice of our customers and employees because we deliver breakthrough lighting innovations and create sustainable value (kami merupakan pilihan utama para pelanggan dan karyawan karena
Universitas Mercu Buana
55 Laporan Tugas Akhir
kami memberikan terobosan inovasi lampu dan menciptakan nilai yang berkesinambungan) Vision merupakan pandangan untuk masa depan yang menggambarkan cita-cita utama OSRAM dengan tanpa menyebutkan cara mencapainya. Visi (vision) OSRAM memiliki jangka waktu 10-30 tahun dan terus berkembang seiring perkembangan jaman. 4. Strategy What : Applications / solutions, technologies, regions (Apa : penerapan / pemecahan, teknologi, bagian) How
:
Customer
focus,
innovation,
cost
leadership,
global
competitiveness, total quality, corporate responsibility, people excellence (Bagaimana : fokus terhadap pelanggan, inovasi, kepemimpinan dalam biaya, berdaya saing, kualitas menyeluruh, tanggung jawab perusahaan, keunggulan orang).
Gambar 4.1 Strategi PT. OSRAM Indonesia
Universitas Mercu Buana
56 Laporan Tugas Akhir
Strategy memberikan ketahanan dan cara serta pendekatan langsung untuk menghadapi tantangan dan mengenali kesempatan dalam mencapai tujuan yang terfokus pada kepuasan pelanggan. 5. Guiding Topic Sustainability (berkesinambungan), dalam hal ini OSRAM mendukung perlindungan terhadap lingkungan. Guiding Topic merupakan fokus sementara dalam membangun kerangka kerja dan tindakan untuk semua aktivitas bisnis di seluruh organisasi. Dalam penerapannya Guiding Topic memiliki jangka waktu 1-3 tahun.
Gambar 4.2 OSRAM Global Positioning Model
Universitas Mercu Buana
57 Laporan Tugas Akhir
4.1.3 Struktur Organisasi
PT. OSRAM Indonesia beroperasi dengan menganut struktur organisasi fungsional, dimana unit-unit dikelompokkan berdasarkan fungsinya. Sehingga pengawasan dapat dilakukan dengan mudah. Struktur organisasi perusahaan PT. OSRAM Indonesia dapat dilihat pada Gambar 4.3 :
Gambar 4.3 Struktur Organisasi PT OSRAM Indonesia
Universitas Mercu Buana
58 Laporan Tugas Akhir
Gambar 4.4 Struktur Organisasi Departemen Professional Lamp 4.1.4
Hasil Produksi Proses produksi di PT. OSRAM Indonesia dibagi menjadi dua departemen
yaitu Departemen Consumer Lamp (CL), dan Departemen Profesional Lamp (PL). Pembagian departemen tersebut berdasarkan jenis lampu yang diproduksi. Hasil produksi lampu di PT. OSRAM Indonesia dapat dilihat pada tabel 4.1
Universitas Mercu Buana
59 Laporan Tugas Akhir
Tabel 4.1 Jenis Produk di PT OSRAM Indonesia No 1
2
Departemen
Hasil produksi
Consumer Lamp
A55, P45, B35, G40 Halogen
Professional Lamp
Fluorescent Lamp (FL), Fluorescent Circular Lamp(FCL), CFLi (Energy Saving)
Sumber:PPIC PT. OSRAM Indonesia
Gambar 4.5 Hasil Produksi Departemen Consumer Lamp
Gambar 4.6 Hasil Produksi Departemen Profesional Lamp 4.1.5
Proses Produksi Fluorescent Lamp Pada proses manufaktur lampu Fluorescent Lamp atau yang sering kita
dengar dengan sebutan lampu neon/ lampu TL, melalui proses yang cukup panjang dan sudah terotomasi. Dimana prosesnya harus secara berurutan dan di setiap prosesnya dilakukan pengecekan proses.
Universitas Mercu Buana
60 Laporan Tugas Akhir
Lini F6 merupakan salah satu lini yang memproduksi lampu Fluorescent ini. Sistem produksi lini F6 termasuk dalam flow line production, dimana terdapat stasiun-stasiun kerja yang disusun secara berurutan. Komponen atau produk rakitan secara fisik berpindah melewati urutan proses yang ada hingga selesai menjadi lampu yang dapat menyala. Dengan kapasitas produksi 2000 pcs/jam, dan beroperasi 24 jam setiap hari, lini F6 mampu memproduksi rata-rata 1.088.000 lampu setiap bulan. Sistem manufaktur di lini F6 dikendalikan dengan menggunakan Programmable Logic Controllers (PLC), sehingga penggunaan tenaga manusia dapat dikurangi. Proses manufaktur Fluorescent Lamp secara umum terdiri dari beberapa tahap, yaitu: 1. Proses End Forming Merupakan proses awal perlakuan glass tube dimana pada ujung-ujung dari glass tube dibentuk lekukan yang disebut kolar. Kolar digunakan sebagai dudukan base cap dan pada ujung kolar nantinya akan disambung dengan flange flare pada proses sealing. Kualitas hasil proses end forming akan mempengaruhi kualitas proses-proses selanjutnya terutama pada proses sealing.
sebelum
Gambar 4.7 Hasil Proses End Forming
Universitas Mercu Buana
sesudah
61 Laporan Tugas Akhir
2. Proses Washing Merupakan proses untuk membersihkan bagian dalam glass tube dari jamur dan kelembaban dengan menggunakan air panas dengan suhu 80o-90o C. Karena di bagian dalam inilah akan dilapisi phosphor, sehingga permukaannya harus bersih dari kotoran. Kemudian bagian dalam glass tube di keringkan dengan ditiupkan udara panas dengan suhu 130o-140o C. 3. Proses Coating Proses Coating merupakan proses pelapisan permukaan bagian dalam glass tube dengan suspensi phosphor. Phosphor merupakan cairan yang berwarna putih yang berfungsi membiaskan sinar ultra violet yang dihasilkan mercury menjadi sinar yang dapat ditangkap oleh mata. Kualitas proses coating akan mempengaruhi output cahaya nantinya pada lampu.
sebelum
sesudah
Gambar 4.8 Hasil Proses Coating 4. Proses End Cleaning Merupakan proses pembersihan kolar dari sisa-sisa proses coating. Kolar dibersihkan untuk persiapan proses sealing agar proses penyambungan kolar
Universitas Mercu Buana
62 Laporan Tugas Akhir
dengan flange flare dapat terlaksana dengan baik (sambungan sempurna/tidak terjadi lubang). 5. Proses Baking Merupakan proses untuk menghilangkan unsur-unsur pencair phosphor dari dalam lampu. Pada proses ini lampu di masukkan ke dalam oven dengan suhu mencapai 700o C. Dimana pada suhu tersebut pencair phosphor diharapkan sudah menguap. Untuk membantu mengeluarkan uap dari unsur pencair tersebut ditiupkan udara panas dari samping, sehingga phosphor benar-benar bersih dari unsur yang tidak dibutuhkan lagi untuk berada di dalam lampu. 6. Proses Flare Sama halnya dengan proses end forming, pada proses ini ujung dari flare tube dibentuk sedemikian rupa sehingga terbentuklah flange flare. Flange flare ini nantinya yang akan disambung dengan kolar pada proses sealing. Hasil dari proses Flare selanjutnya disebut flare.
Flange flare
Gambar 4.9 Hasil Proses Flare 7. Proses Stem Proses stem perupakan proses perakitan antara flare, batang exhaust, lead in wire (LIW), dan support wire. Dimana proses perakitan dilakukan dengan
Universitas Mercu Buana
63 Laporan Tugas Akhir
melelehkan bagian ujung flare sehingga dapat menyatu dengan batang exhaust, dumet (yang merupakan bagian dari LIW), dan support wire. Hasil pada proses stem disebut stem. Pada pembuatan lampu FL, terdiri dari dua jenis stem, yaitu stem A dengan batang exhaust dan stem B tanpa batang exhaust.
A
B
Gambar 4.10 Hasil Mesin Stem 8. Proses Mounting Proses mounting adalah proses perakitan filament pada ujung-ujung LIW, lalu filament di celupkan ke dalam cairan emitter. Kemudian pada support wire di tempelkan hilumen untuk melindungi filament. Tingkat viskositas cairan emitter sangat berpengaruh pada proses penyalaan lampu. Hasil dari proses mounting selanjutnya disebut mounting.
Gambar 4.11 Hasil Mesin Mounting
Universitas Mercu Buana
64 Laporan Tugas Akhir
9. Proses Sealing Proses sealing merupakan proses penyambungan antara flange flare dengan kolar. Proses ini dilakukan dengan memanaskan bagian bawah flange flare sampai meleleh, kemudian dirapatkan dengan proses mekanik. Hasil flare dan kolar yang baik sangat mempengaruhi keberhasilan proses sealing. Hasil proses sealing selanjutnya disebut sealing. 10. Proses Exhaust Proses exhaust merupakan proses utama dalam proses pembuatan lampu. Pada proses ini dilakukan pemvacuman udara di dalam lampu, pemasakan emitter dengan dialiri arus pada filament, pengisian gas mulia dan pengisian mercury pil. Setelah semua proses diatas dilakukan, maka proses terakhir untuk proses exhaust adalah proses pemotongan batang exhaust untuk menjaga kondisi tekanan di dalam lampu tetap vakum dan stabil dan tidak terkontaminasi udara luar. 11. Proses Semen Filler Proses ini merupakan proses pengisian semen ke dalam base cap. Semen terbuat dari bahan yang dapat mengembang bila dipanaskan dan dapat lengket pada glass dan metal. 12. Proses Cap Threading Proses Cap Threading merupakan proses pemasangan base cap pada ujung-ujung lampu. Juga dilakukan pemotongan sisa kawat LIW dan penjepitan kawat pada pin.
Universitas Mercu Buana
65 Laporan Tugas Akhir
Gambar 4.12 Letak Base Cap pada Lampu 13. Proses Basing Proses Basing merupakan proses untuk memasak semen agar lengket pada glass bagian sealing dan base cap. Proses ini hanya boleh dilakukan satu kali pada setiap lampu, karena jika semen dipanaskan berulang kali dapat mengakibatkan semen keropos dan base cap akan mudah lepas. Jika hal ini terjadi akan membahayakan keselamatan konsumen. 14. Proses Activating Proses activating merupakan proses penyalaan lampu dengan tegangan sedikit diatas tegangan normal yang bertujuan untuk menyempurnakan emitter agar dapat mengeluarkan elektron dengan mudah. Diakhir proses activating juga juga terdapat sensor cahaya untuk menyeleksi lampu yang dapat hidup atau mati pada tegangan normal (220 V).
Universitas Mercu Buana
66 Laporan Tugas Akhir
Glass Tube
End Forming Flare tube
Washing
Suport Exhaust LIW tube Wire
Coating Flare End Cleaning
Filament Emitter Hilumen
Stem Munting Base Cap
Baking Mercury Argon pill Crypton
Cemen Sealing
Cemen Filler
Exhaust
Cap Threading
Basing
Activating Pre Packing
Gambar 4.13 Flow Chart Proses Manufaktur Fluorescent Lamp 4.1.6
Proses Sealing
4.1.6.1 Bahan Baku Proses Sealing Proses sealing merupakan proses penyambungan antara flange flare dengan kolar. Keduanya merupakan bahan yang terbuat dari glass atau sering disebut kaca. Glass dipakai dalam pembuatan lampu karena glass memiliki sifat-sifat unik diantaranya: •
Tembus pandang/dapat meneruskan cahaya dengan baik
•
Daya hantar listrik jelek (isolator)
Universitas Mercu Buana
67 Laporan Tugas Akhir
•
Tahan terhadap bahan kimia
•
Mempunyai daerah pelelehan/melting range (tidak mempunyai titik cair)
•
Kekuatan glass lemah bila mempunyai tegangan tarik dan kuat bila mempunyai tegangan tekan
•
Daya hantar panas jelek pada temperatur rendah, dan daya hantar panas baik pada temperatur tinggi.
Gambar 4.14 Posisi Mounting dan Kolar Yang Akan di Asembling Proses penyambungan antara flange flare dengan kolar dilakukan dengan melelehkan bagian flange flare yang akan disambung. Karena yang akan disambung merupakan bahan dari glass/kaca, sedangkan glass mempunyai susunan atom yang tidak teratur, maka pemanasan yang dilakukan harus secara bertahap. Jika dipanasi secara mendadak dengan temperatur tinggi, glass akan retak karena timbul tegangan berlebih. Glass dapat berubah bentuk dalam keadaan softening point dimana pada kondisi ini glass cukup lunak untuk dibentuk. Sedangkan dalam keadaan working point, glass dapat lengket dengan benda lain.
Universitas Mercu Buana
68 Laporan Tugas Akhir
4.1.6.2 Tahapan Pemanasan Proses Sealing Agar glass dapat dibentuk dan disambung, maka pada proses sealing dilakukan tahapan pemanasan yang bertingkat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik temperatur proses sealing pada gambar 4.15
Gambar 4.15 Tahapan Pemanasan Proses Sealing •
Pada posisi 1 dan 2 merupakan tahap penyalaan burner pemanas.
•
Pada posisi 3, 4, dan 5 merupakan tahap pemanasan awal, dimana suhu glass mulai naik mencapai suhu Annealing point dimana tegangan sudah mulai hilang.
•
Pada posisi 6, 7 dan 8 merupakan tahap pemanasan. Pada tahapan ini glass mencapai suhu softening point dimana glass sudah tidak bertegangan.
•
Pada posisi 9 merupakan tahap kontak. Dimana glass sudah mencapai suhu working point dan sudah siap untuk diproses. Pada posisi ini flange
Universitas Mercu Buana
69 Laporan Tugas Akhir
flare yang sudah meleleh akan di lengketkan dengan ujung kolar dengan bantuan mekanik yang disebut batting untuk membantu proses pelengketan. •
Pada posisi 10 dan 11 merupakan tahap pelengketan. Proses dimana terjadi penyatuan antara flange flare dengan ujung kolar. Pada posisi ini juga dibantu dengan batting agar proses lebih sempurna.
•
Pada posisi 12 dan 13 merupakan tahap pembentukan. Dimana hasil sambungan antara flare dan kolar dibentuk dengan pemanasan agar struktur sambungan dapat homogen.
•
Pada posisi 14 dan 15 merupakan tahap annealing, yaitu pendinginan secara perlahan.
Gambar 4.16 Pemanasan pada Proses Sealing 4.1.6.3 Tahapan proses sealing Pada mesin sealing terjadi dua proses utama, yaitu pembentukan sealing A dan pembentukan sealing B. Diantara kedua proses tersebut ada mekanik
Universitas Mercu Buana
70 Laporan Tugas Akhir
pembalik glass tube yang disebut turn over unit yang berfungsi memutar glass tube untuk diproses pada ujung yang lain. Pada masing-masing proses melalui proses mekanik yang sama yaitu: 1. Loading mounting ke mountip sebagai dudukan mounting 2. Loading glass tube ke chuck head mesin sealing 3. Perata glass tube 4. Pelurus mounting 5. Perapat glass tube dan mounting 6. Batting 1, 2, dan 3 Proses penyambungan antara kolar dengan flange flare dilakukan secara vertikal yang berarti posisi glass tube berdiri. Glass tube dipegang oleh chuck head sedangkan mounting duduk di mountip. Head sealing terdiri dari 42 posisi yang terpasang pada piringan yang berputar pada sumbu mesin sealing. Dalam proses sealing tidak jarang terjadi kegagalan proses sealing. Salah satunya yaitu sealing lubang. Sealing lubang terjadi karena ada bagian yang seharusnya tersambung namun karena tidak memenuhi sarat pemanasan proses sealing sehingga mengakibatkan sebagian ujung kolar dan flange flare tidak menyatu. Hal ini dapat disebabkan antara lain karena: penyetingan api tidak sesuai tahapan proses api kurang panas burner kotor
Universitas Mercu Buana
71 Laporan Tugas Akhir
Head mesin sealing tidak senter Kolar tidak senter Kolar bergelombang Kolar miring Flange flare tidak senter Flange flare bergelombang Sudut flange flare terlalu besar Posisi mounting tidak pas ketika duduk di mountip
Gambar 4.17 Tahapan Proses Sealing
Universitas Mercu Buana
72 Laporan Tugas Akhir
Berikut ini merupakan gambar hasil sealing yang bagus, dimana flange flare dan kolar tersambung sempurna.
Gambar 4.18 Hasil Sealing Bagus Dalam upaya untuk mengurangi biaya manufaktur, PT. OSRAM Indonesia melakukan konsep DFMA dengan mengurangi bahan baku pendukung yang tidak secara langsung mempengaruhi kualitas produk lampu, yaitu batang exhaust yang terdapat pada stem B. Batang exhaust ini berfungsi sebagai pegangan waktu stem di pindah dari mesin stem ke konveyor annealing, dari konveyor annealing ke mesin mounting, dan dari mesin mounting ke konveyor mounting. Dan setelah keluar dari mesin sealing, batang exhaust ini dibuang. Untuk menangani penghilangan batang exhaust tersebut, maka proses pemindahan produk stem dilakukan dengan memegang pada ujung LIW dengan dilakukannya modifikasi penjepit dibeberapa posisi transfer tersebut diatas. Namun, proses penghilangan material batang exhaust tersebut tidak serta merta berjalan lancar. Justru menimbulkan masalah baru yaitu meningkatnya cacat sealing lubang di mesin sealing. Hal ini dapat dilihat pada chek sheet laporan produksi mesin sealing yang telah dikelompokkan dan diakumulasikan dalam tiap shift selama dua minggu (17 shift/minggu) pada bulan Januari 2010 setelah dilakukannya pengurangan material batang exhaust tersebut.
Universitas Mercu Buana
73 Laporan Tugas Akhir
Tabel 4.2 Check Sheet Defect Mesin Sealing Defect
retak stem
retak flare
Patah exhaust
Sealing lubang
No Mount loading
Kawat satu
Pecah
Filament rusak
Efisiensi
1
112
93
26
497
81
43
115
25
93.80%
2
61
36
47
440
60
16
50
23
95.42%
3
58
29
31
406
41
74
78
30
95.33%
4
64
62
27
456
30
41
274
26
93.88%
5
51
48
19
430
17
24
235
12
94.78%
6
44
59
22
473
25
57
115
15
94.94%
7
62
48
50
457
30
25
85
19
95.15%
8
46
51
34
422
28
32
64
21
95.64%
9
56
49
20
496
62
43
51
22
95.01%
10
72
52
17
459
44
34
60
30
95.20%
11
90
39
9
408
34
26
54
29
95.69%
12
55
44
11
407
30
33
45
24
95.94%
13
56
40
14
451
21
28
40
23
95.79%
14
61
51
31
475
26
33
43
27
95.33%
15
75
39
72
440
27
31
52
21
95.27%
16
67
32
68
492
29
29
39
36
95.05%
17
69
47
26
440
34
51
46
19
95.43%
18
93
34
32
428
32
34
30
12
95.66%
19
59
54
24
473
26
41
48
29
95.29%
20
62
45
19
448
36
33
57
41
95.37%
21
72
46
25
497
45
31
59
30
94.97%
22
64
39
19
436
41
25
66
29
95.51%
23
68
40
15
431
37
30
63
23
95.58%
24
72
50
20
425
31
27
58
25
95.58%
25
54
41
17
488
33
21
51
29
95.41%
26
71
42
20
419
44
26
61
24
95.58%
27
64
41
17
515
23
19
60
26
95.22%
28
73
45
12
460
26
23
48
38
95.47%
29
59
36
13
502
34
27
51
34
95.28%
30
52
33
10
439
43
35
57
32
95.62%
31
66
37
12
491
28
39
52
27
95.30%
32
74
38
15
448
35
51
58
30
95.32%
33
64
35
17
469
32
40
55
62
95.16%
34
68
47
14
500
47
36
60
31
94.98%
Total
2234
1522
825
15518
1212
1158
2380
924
95.26%
No
Sumber: Laporan Produksi Mesin Sealing F6 PT. OSRAM Indonesia
Universitas Mercu Buana
74 Laporan Tugas Akhir
4.2
Pengolahan Data Dari tabel check sheet waste sealing dapat dilihat bahwa cacat lubang
sealing mempunyai jumlah terbanyak untuk tiap shift nya. Dan dari keseluruhan data tersebut diperoleh ringkasan data dan diagram pareto rangking cacat pada proses sealing sebagai berikut: Tabel 4.3 Data Cacat Mesin Sealing Berdasarkan Rangking No Jenis Defect Frekuensi Akumulasi % % Akumulasi 1
Sealing lubang
15518
15518
60.21%
60.21%
2
Pecah
2380
17898
9.23%
69.44%
3
Retak stem
2234
20132
8.67%
78.11%
4
Retak flare
1522
21654
5.91%
84.02%
5
No Mount loading
1212
22866
4.70%
88.72%
6
Kawat satu
1158
24024
4.49%
93.21%
7
Filament rusak
924
24948
3.59%
96.80%
8
Patah exhaust
825
25773
3.20%
100.00%
Jumlah
25773
100.00%
25000
100
20000
80
15000
60
10000
40
5000
20
0
st tu ak ng au sa di us fl h r a t k t a lo ex ak ta g en h aw nt et re in a l r K u m t a o la Pa M Fi Se No Jumlah 15518 2380 2234 1522 1212 1158 924 825 Percent 60.2 9.2 8.7 5.9 4.7 4.5 3.6 3.2
Jenis Cacat
g an b lu
h ca Pe
em st
e ar
Gambar 4.19 Diagram Pareto Jenis Cacat Mesin Sealing
Universitas Mercu Buana
0
Percent
Jumlah
Diagram Pareto Jenis Cacat Mesin Sealing
75 Laporan Tugas Akhir
Berdasarkan pada informasi Tabel 4.3 dan analisa Diagram Pareto jenis cacat pada mesin sealing pada Gambar 4.19 diatas, maka penulis akan membahas lebih lanjut mengenai cacat sealing lubang tersebut mulai dari kemungkinan penyebab masalah dan langkah-langkah perbaikan.
Universitas Mercu Buana