23
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Pada bab ini akan diuraikan mengenai data-data yang digunakan dalam penelitian serta bagaimana mengolah data tersebut. Terdapat tiga macam data proyek dalam penelitian ini yaitu proyek Pressure Vessel, Heat Exchanger E-402 dan Heat Exchanger E-408. 4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1. Sejarah Perusahaan PT. Boma Bisma Indra (BBI) berdiri pada tahun 1989, sejarah perusahaan ini diawali dari nasionalisasi tiga perusahaan Belanda yaitu NV. De Bromo (1865), NV. De Industries (1878) dan NV. De Vulkan (1918) yang selanjutnya melalui dekrit Presiden dijadikan 3 perusahaan milik negara yaitu : PN. Boma, PN. Bisma dan PN. Indra. Dalam perkembangannya bersama Stork Werkspoor Sugar (Belanda) pada tahun 1974, sebuah perusahaan patungan didirikan dengan nama PT. Bromo Steel Indonesia (PT. Bosto) yang mengkonsentrasikan bisnisnya pada desain, manufaktur dan pembangunan Pabrik Gula, Palm Oil, Steam Boiler dan Pressure Vessel. Selanjutnya sesuai dengan berkembangnya sektor industri minyak dan gas, PT. BBI melakukan kerjasama dengan beberapa kelompok perusahaan untuk mendirikan Panca Perkasa Inti Konstruksi (PPIK) yaitu perusahaan yang bergerak di bidang Engineering, Procurement dan Construction (EPC). Pada tahun 1987, melalui kerja sama teknis dengan Klocker Humboldt-Deutz (KHD), PT. BBI membentuk Divisi baru yang bergerak dalam manufaktur mesin-mesin Diesel berkekuatan 21 sampai 4000 HP. Pada tahun 1989 (28 Agustus 1989) melalui Keppres No. 44, PT. BBI bersama 9 perusahaan milik negara yang lain dikonsolidasikan menjadi
24 Badan Usaha Milik Negara Industri Strategis (BUMNIS) di bawah koordinasi Badan Pengelola Industri Strategis (BPIS). Pada tahun 1998 melalui PP No. 35/1998 dan Inpres No. 15/1998 tentang Penyertaan Modal Negara RI untuk Pendirian Perusahaan Perseroan (persero) di Bidang Iondustri yang sebelumnya 10 BUMNIS di koordinasi oleh BPIS dan sekarang berubah menjadi PT. Pakarya Industri (Persero) atau disingkat PT. PI sebagai Pemegang Saham Eks BUMNIS, sehingga Eks BUMNIS tersebut menjadi Anak Perusahaan PT. PI. Pada tahun 1999 PT. PI berubah nama menjadi PT. BPIS (Bahana Pakarya Industri Strategis) hingga saat ini. 4.1.2. Ruang Lingkup Usaha PT. BBI memiliki kemampuan untuk menghasilkan berbagai jenis produk peralatan industri dan permesinan yang mengkonsentrasikan usahanya pada industri konversi energi baik untuk industri minyak, gas bumi maupun kelistrikan. Adapun Visi dan Misi PT. BBI adalah sebagai berikut: Visi PT. BBI adalah: “Menjadi Perusahaan yang bergerak di bidang Manufaktur Peralatan Industri dalam bidang konversi energi yang berdaya saing dan unggul di kawasan Regional. (Doc..No.130-101 Rev.0, May 13,2004) Sesuai dengan kebutuhan pasar pada masa mendatang, sehingga akan menjadi andalan bagi pendapatan perusahaan secara berkelanjutan. Pusat keunggulan merupakan benchmark company dalam bidang teknologi dan manajemen bagi industri domestik dan regional sejenis dan menguasai pangsa pasar domestik dan global, dan mempersiapkan diri untuk menghadapi pasar bebas yang direncanakan pada tahun 2004.
25 Misi PT. BBI adalah: 1. Mengembangkan perusahaan yang tangguh dan kompetitif untuk menghasilkan keuntungan optimum. 2. Melaksanakan alih teknologi dalam pengembangan industri nasional yang mandiri khususnya di bidang manufaktur peralatan industri Dalam misi diatas disebutkan bahwa PT. BBI melaksanakan alih teknologi dalam pengembangan industri nasional yang mandiri khusunya di bidang manufaktur peralatan industri. Dalam kaitan ini, yang dimaksud adalah industri yang mendukung sektor perkebunan, pertambangan, energi dan perindustrian. Termasuk didalamnya adalah pengertian penguasaan teknologi produk dan teknologi proses produksi untuk menghasilkan produk dengan daya saing tinggi melalui alih teknologi. Tujuan PT.BBI dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Menjadikan perusahaan yang sehat dengan keuntungan yang maksimum. 2. Meningkatkan kepuasan pelanggan baik internal maupun eksternal. 4.1.3. Struktur Organisasi Berdasarkan Skep Direksi No.002/Kpts.Dir/III.2004, struktur organisasi PT. Boma Bisma Indra ditetapkan bahwa perusahaan dikendalikan oleh seorang Direktur Utama dengan dibantu oleh 2 orang direktur yang masing-masing membidangi : 1. Pemasaran dan Operasional 2. Keuangan dan Personalia Dalam menjalankan tugasnya direktur utama dibantu oleh sekretaris Perusahaan dan beberapa fungsi dalam bidang
26 mutu dan bidang strategi bisnis aliansi serta fungsi sistim pengawas intern. PT. BBI dibagi dalam lima (5) Subdit yaitu Subdit Pendukung yang membawahi Divisi Engineering dan Divisi Quality Control, Subdit Pemasaran yang membawahi Divisi Pemasaran dan Divisi Penjualan, Subdit Operasi yang membawahi Divisi Manajemen Proyek , Divisi Peralatan Industri dan Divisi Aneka Jasa Industri dimana bertanggung jawab langsung kepada Direktur Pemasaran, sedangkan Subdit Personalia dan terakhir Subdit Keuangan bertanggung jawab kepada Direktur Keuangan dan Personalia.
27
Direktorat Utama Sekretaris Perusahaan Div.Hukum &
Strategi Aliansi & S.P.I
Ka Perwakilan Sek Per
Direktorat Komersial
Quality Assurance
Direktorat Keuangan & SDM
Div.Logistic Subdit.Pendukung Komersial
Subdit. SDM
Div.Quality
Div.Personalia & HI
Div.Engineering
Ka.Perwakilan SDM
Subdit.Pemasaran & Div.Pemasaran Div.Penjualan
Subdit.Keuangan Divisi Akutansi Ka Perwakilan Keu
Kepala cabang Divisi Subdit.Operasiona APPO Div.Peralatan Industri Div.Manajemen Project Div.Aneka Jasa Industri
Gambar 4.1. Struktur Organisasi PT.Boma Bisma Indra (Skep Direksi No.002/Kpts.Dir/III.2004)
28 4.1.4. Jenis Produk dan Jangkauan Pasar Jenis produk yang mampu dihasilkan dan jangkauan pasar setiap jenis produk dari divisi –divisi yang ada di lingkungan usaha PT. BBI dapat dilihat pada table 4.2. Table 4.1. Jenis Produk dan Pasar PT. BBI Jenis Produk Divisi Peralatan Industri
Unggulan
Samping
Pasar
Pressure Vessel Heat Exchanger Plate Condenser
Piping Work Heavy Steel Structure Erected Tank Machining & Part
PLN, Pertamina (Unit Produksi), Industri Kimia
Divisi Manajemen Proyek & Jasa
BOP system PLTD (Turn Key) CPO
Piping System Construction Work Penstok & Pintu Air
PLN,Pertamina, Perkebunan, Pekerjaan Umum
Aneka Jasa Industri
Pemeliharaan Mesin Diesel
Machining & Part
Industri
Inspeksi (QC) Kalibrasi
Penyewaan Alat Inspeksi
PLN,Pertamina, Industri Kimia, IndustriManufaktur. Dept.Transmigrasi, Pertanian, Perkebunan Pabrik Gula, Industri Otomotif, Cooper Plant
Agriculture Part Mollen Roll Brake drum
Casting &Part Machining & Part
29 4.1.5. Deskripsi Proyek Proyek yang dipergunakan pada penelitian ini adalah Proyek baru yang ditawarkan kepada PT. BBI yaitu dua buah Heat Exchanger dan satu buah proyek yang sedang dikerjakan yaitu Pressure Vessel. Deskripsi dari ketiga proyek tersebut adalah : 1. Proyek Baru (Heat Exchanger) Heat Exchanger adalah peralatan yang digunakan untuk mentransfer panas dari suatu substansi ke lingkungan sekitarnya atau ke substansi lainnya. Uraian aktivitas order filling dan gambar produk Heat Exchanger ditunjukkan pada gambar 4.2 dan 4.3.
Gambar 4.2. Work Breakdown Structure Proyek Heat Exchanger
30
Gambar 4.3. Produk Heat Exchanger
a. Heat Exchanger 1
No. Order
: E-402
Nilai kontrak
: Rp. 363.155.700
Material
: Baja karbon normalize
Diameter
: 1.100 mm
Ketebalan
: 13 mm
Berat
: 10.242 kg
Hydrostatic press
: Shell 23.28 kg/cm2G Tube 26 kg/cm2G
b. Heat Exchanger 2
No. Order
: E-408
Nilai kontrak
: Rp. 357.147.900
Material
: Baja karbon
Diameter
: 950 mm
Ketebalan
: 12 mm
31
Berat
: 6000 kg
Hydrostatic press
: Shell 16.9 kg/cm2G Tube 26.6 kg/cm2G
2. Existing Project Pressure vessel merupakan alat berat yang berfungsi sebagai panahan atau penyimpan gas dan cairan pada tekanan dan temperatur tertentu. Uraian aktivitas order filling dan gambar produk Pressure Vessel ditunjukkan pada gambar 4.4 dan 4.5.
Gambar 4.4. Work Breakdown Structure Proyek Pressure Vessel
32
Gambar 4.5. Produk Pressure Vessel
Terdapat 3 unit produk PV yang sedang dikerjakan oleh PT. BBI yaitu : 1.
62 MBD Merupakan produk Pressure Vessel tipe Closed Drain Vessel. Produk ini difabrikasi oleh BBI mulai tanggal 3 April 2006 sampai dengan 7 Juli 2006.
2.
67 MBL Merupakan produk Pressure Vessel tipe Air Receiver. Produk ini difabrikasi oleh BBI mulai tanggal 21 Februari 2006 sampai dengan 1 Juli 2006.
3.
69 MBE Merupakan produk Pressure Vessel tipe Portable Water Pressure Vessel. Produk ini difabrikasi oleh BBI mulai tanggal 6 Februari 2006 sampai dengan 29 Juni 2006.
Karena fabrikasi produk tipe Pressure Vessel dan Heat Exchanger hampir sama baik proses, mesin dan resource yang digunakan maka kadua tipe produk ini dikerjakan pada area fabrikasi yang sama. Gambar 4.6 merupakan
33 gambar layout lantai fabrikasi dimana area yang ditandai adalah area untuk pengerjaan produk Pressure Vessel dan Heat Exchanger.
Gambar 4.6. Layout Fabrikasi
34 4.2. Pengumpulan Data 4.2.1. Data Saving dan Cost Data saving dan cost disusun ke dalam bentuk tabel untuk memudahkan dalam pembacaan serta pengolahannya. Variabel yang penting adalah price produk karena data-data lainnya (saving dan cost) diketahui dalam bentuk prosentase. Tabel 4.2. Rekap Data Saving dan Cost Proyek Heat Exchanger
E-402
Price (Rp)
363.155.700
Saving 25% (Rp)
90.788.925
Cost (Rp) Material
37,65%
136.728.121
Consumable
6,38%
23.151.175
Detail drawing
0,60%
2.178.934
Fabrication
29,87%
108.483.686
Testing
0,11%
381.313
Painting/finishing
0,40%
Total Cost
E-408
357.147.900
89.286.975
1.443.543 272.366.775
Material
37,39%
133.528.671
Consumable
6,94%
24.777.135
Detail drawing
0,60%
2.142.887
Fabrication
29,65%
105.885.423
Testing
0,14%
508.935
Painting/finishing
0,29%
1.017.871
Total Cost
267.860.925
4.2.2. Data Durasi Aktivitas Data durasi aktivitas diperlukan untuk membuat penjadwalan proyek yang akan dikerjakan. Durasi aktivitas proyek digambarkan melalui network. Terdapat dua network durasi aktivitas yaitu network proyek HE E-
36 402 dan HE E-408. Penggambaran network ini tidak dibuat secara detail karena terdapat banyak breakdown aktivitas dari masing-masing elemen produk. Untuk itu penggambaran network meliputi aktivitas-aktivitas krusial dari order filling HE. Penjadwalan existing project (PV) diperoleh dalam bentuk jadi yang artinya perusahaan telah memiliki project scheduling PV karena proyek tersebut sedang dikerjakan di shop floor dimana progress fabrikasinya hampir mencapai 50%. Project scheduling PV disajikan pada lampiran B.
Gambar 4.7. Network Aktivitas Heat Exchanger E-402
Gambar 4.8. Network Aktivitas Heat Exchanger E-408
37 Progress activity dari pressure vessel ditunjukkan dalam gambar 4.3. Terdapat dua kurva dalam gambar tersebut. Kurva atas menunjukkan perencanaan penjadwalan awal sedangkan kurva bawah (garis lurus) menunjukkan actual progress yang sudah dicapai. Garis putus-putus yang tersambung pada kurva bawah merupakan perencanaan jadwal ulang yang dilakukan akibat adanya keterlambatan pada tahap persiapan. Berdasarkan estimasi, existing project akan terlaksana sebesar 50% saat proyek baru memasuki tahap fabrikasi yaitu sekitar akhir bulan April. Poin estimasi tersebut ditunjukkan melalui batas antara garis lurus dan putusputus pada kurva bawah.
Grafik 4.1. Progress Curve Proyek Pressure Vessel
38 4.2.3. Data Ketersediaan Sumber Daya Tiap-tiap proyek memiliki sumber daya yang digunakan. Dalam proses fabrikasi, HE dan PV menggunakan beberapa sumber daya yang sama. Data sumber daya yang diambil adalah alokasi untuk proyek HE. Resource assignment dan levelling sudah dilakukan pada penjadwalan PV yang diberikan oleh perusahaan. Tabel ketersediaan sumber daya meliputi jenis dan jumlah mesin atau operator yang digunakan serta upah standar dan overtime untuk masing-masing sumber daya. Biaya pada baris kolom mesin merupakan total biaya dari penggunaan mesin dan satu orang operator tiap jam nya. Data tersebut disajikan dalam lampiran A. 4.2.4. Probability of Success Di PT. BBI, tingkat kesuksesan order filling ditentukan berdasarkan dua kriteria yaitu : Keterlambatan Keterlambatan berkaitan dengan time of completion yang diperlukan oleh perusahaan untuk memenuhi order sampai ke tangan customer (termasuk pengiriman). Non Comformity Report (NCR) NCR merupakan laporan mengenai kualitas mutu produk yang diukur melalui beberapa pengujian yang dilakukan sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. Pada penelitian ini dilakukan perhitungan probability of success dari suatu proyek untuk mendapatkan nilai PPI yang akan digunakan sebagai pertimbangan dalam menentukan prioritas proyek yang akan dikerjakan. Proyek yang dipertimbangan adalah proyek baru sehingga probability of success akan didekati dengan melakukan prediksi keterlambatan yang akan terjadi pada suatu proyek berdasarkan critical path nya.
39 NCR tidak digunakan dalam perhitungan tersebut karena nilai NCR hanya akan dapat dihitung jika produk sudah jadi dan melewati tahapan testing. Tabel yang memaparkan akvitas-aktivitas kritis dari produk HE disajikan dalam lampiran A. Beberapa aktivitas kritis tersebut mempunyai durasi aktivitas yang sudah baku yaitu sesuai dengan standarisasi/prosedur dan karena keterbatasan-keterbatasan sumber daya yang digunakan maka durasi aktivitas tidak dapat diperpendek. Data tersebut merupakan hasil wawancara dengan pihak perusahaan yang diwakili oleh Bapak Nur Cholis (Kepala Divisi PPIC PT. BBI Pasuruan). 4.2.5. Aktivitas Crashing Identifikasi critical path pada proyek HE dan PV dilakukan untuk mengetahui aktivitas mana saja yang dapat dimampatkan (crashing) agar waktu penyelesaian (time to completion) proyek berkurang. Pada tabel 4.4. disajikan aktivitas-aktivitas yang durasinya dapat dimampatkan.
40 Tabel 4.3. Rekap Data Aktivitas Kritis Existing Project (PV) HEAT EXCHANGER DAN PRESSURE VESSEL Aktivitas Crashing Keterangan Marking Jika jam kerja ditambah Jika jam kerja ditambah Cutting Prosedur/standarisasi Rolling Tidak Jika mesin ditambah Fit Up Jika jam kerja ditambah Welding & Joining Jika jam kerja ditambah Finishing Prosedur Testing Tidak Prosedur Painting Tidak Expanding Jika jam kerja ditambah Packing Jika jam kerja ditambah Disesuaikan dengan Transport Tidak jarak
Klasifikasi aktivitas tersebut dibuat secara umum karena tiap-tiap aktivitas memiliki sub aktivitas yang beragam. Misalnya welding dan joint dapat dibagi menjadi seal welding, welding circum, welding long dan assembly part. Kemampuan durasi aktivitas-aktivitas tersebut dapat dimampatkan adalah sama karena tipe aktivitasnya sama. Yang membedakan hanya alat, filler welder atau tipe sambungan yang dibuat.
4.3. Pengolahan Data 4.3.1. Time to Completion Dari data durasi aktivitas, dibuat project scheduling yang menghasilkan waktu normal. Karena terdapat overallocation resource maka dilakukan resource levelling. Waktu pada resource levelling digunakan untuk menentukan contract atau due date
41 proyek. Alternatif yang dilakukan pada resource levelling tahap ini adalah dengan mengalokasikan sumber daya yang mengalami overalokasi ke hari lain. Untuk mengantisipasi terjadinya keterlambatan dan overcost maka perusahaan membuat project scheduling dengan mengeliminasi kemungkinan terjadinya overtime. Project scheduling dengan waktu normal dan resource levelling serta grafik overalokasi sumber daya disajikan dalam lampiran B. 4.3.2. Perhitungan Probability of Success Probability of success diukur berdasarkan kemungkinan keterlambatan order filling melalui aktivitas kritis proyek. Dengan mengetahui nilai schedule time (TS), expected project duration (TE), dan variansi dari waktu pesimis (durasi aktivitas terpendek) dan optimis (durasi aktivitas terpanjang) maka akan diperoleh nilai Z. Perumusan yang dipergunakan yaitu :
optimis (4 mostlikely) pesimis te 6 pesimis optimis 6 Z
2
Ts TE t c
2
Probability value diketahui dari tabel distribusi normal berdasarkan nilai Z. Perhitungan nilai variansi dan t e probability of success disajikan dalam lampiran A.
42 Hasil probabilitas untuk kedua jenis HE disajikan dalam tabel 4.8. Tabel 4.4. Perhitungan Probability of Success
TS TE TS-TE ² z P
E-402
E-408
90.16
85.92
85.15
83.54
4.760
2.38
2.098
1.616
2.27
1.47
0.9916
0.9292
Nilai T S diperoleh melalui project scheduling dari masing-masing produk dengan melakukan resource levelling untuk membuat prediksi time to completion yang tepat dengan pertimbangan resource yang ada. 4.3.3. Prioritas Proyek yang dikerjakan Metode yang digunakan untuk menentukan prioritas proyek baru yang akan dikerjakan adalah dengan menggunakan Pareto Priority Index (PPI). Terdapat empat variabel yang dipertimbangan dalam memperoleh nilai PPI. Perumusan yang dipergunakan adalah : PPI
Saving Pr obabilityo fSuccess Cost TimetoComp letion
Pengolahan data prioritas proyek disajikan dalam tabel 4.5.
43 Tabel 4.5. Pareto Priority Index Heat Exchanger
Saving (Rp)
Cost (Rp)
E-402 E-408
90.788.925 89.286.975
272.366.775 267.860.925
Time to Completion (year) 90,16 85,92
Probability of Success (%) 98,84 92,92
PPI 0,37 0,36
4.3.4. Project Crashing Project crashing dilakukan dengan membuat reschedule dari semua proyek yang ada yaitu PV dan HE. Tujuan dari dilakukannya crashing ini adalah untuk memendekkan time to completion proyek terdahulu agar proyek baru dapat dikerjakan. Hal ini sebagai dampak keterbatasan space lantai produksi perusahaan. Crashing dilakukan pada aktivitas-aktivitas kritis dengan menambahkan operator yang berkompeten dari proyek lain. Misalnya dengan menambahkan welder pada proyek PV akan mengurangi durasi aktivitas sampai 50%. Maka jadwal kerja semua operator welder akan diperiksa. Jika terdapat welder menganggur (baik welder dari group PV maupun HE) yang pada saat itu, akan diperbantukan pada pekerjaan yang mengalami overalokasi. Namun alokasi welder tersebut juga harus memperhatikan spesifikasi yang diperlukan. Welder SMAW tidak bisa digantikan tugasnya oleh seal welder ataupun sebaliknya. Dari project crashing akan didapatkan time to completion yang baru dari ketiga proyek. Finish date proyek baru akan dibandingkan dengan due date nya. Schedule hasil project crashing beserta grafik resource overallocation dan critical path disajikan dalam lampiran B.