Laporan Tugas Akhir
FTI Teknik Industri
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 Gambaran Umum Perusahaan PT. JST Indonesia adalah merupakan sebuah perusahaan industri manufactur yang bergerak dalam bidang industri komponen elektronik berupa conector dan terminal. Connector dan terminal ini adalah merupakan sebuah komponen elektronik yang dapat digunakan dalam bidang industri elektronik dan otomotip. Sebelum connector dan terminal ini diproses lebih lanjut untuk dapat digunakan, maka terlebih dahulu dilakukan proses pelapisan atau disebut dengan plating process pada connector dan terminal. Departemen Plating adalah merupakan bagian dari perusahaan PT. JST Indonesia yang khusus untuk memproduksi bahan connector dan terminal. Departemen Plating memiliki peranan yang sangat penting dalam menghasilkan sebuah connector dan terminal yang berkualitas bagus untuk dijadikan sebagai bahan dasar dari bagian sebuah connector dan terminal.
62
Laporan Tugas Akhir
FTI Teknik Industri
4.1.1 Sejarah Perusahaan Pada kalinya
9 September 1957 adalah merupakan untuk pertama
PT. JST (Japan Solderless Terminal) didirikan di Jepang.
Seiring dengan perkembangan zaman, sampai saat ini PT. JST telah mengalami perkembangan di beberapa negara termasuk di Indonesia. Jepang adalah merupakan sebagai pusat dari perusahaan-perusahaan cabang JST di seluruh dunia. Perusahaan ini adalah merupakan perusahaan multi internasional. Adapun bentuk dari perkembangan dalam badan perusahaan ini adalah dengan ditandai telah berdirinya perusahaan-perusahaan JST cabang di beberapa negara lain di dunia yang antara lainnya adalah Korea, Cina, Taiwan, Thailand, Malaysia, Singapura, Indonesia, Australia, Inggris, Prancis, Belgia, Italia, Jerman, Austria, Ceko, Spanyol, Amerika dan Brazilia. PT.
JST
adalah
merupakan
sebuah
perusahaan
industri
manufacturing yang bergerak dalam bidang industri komponen elektronik berupa conector dan terminal. Perusahaan ini mulai berdiri di Indonesia pada tanggal 23 Juli 1994 dengan nama JST Plant atau sering dikenal dengan sebutan JST Batam yang berlokasi di Batam. Pada tanggal 1 Juli 2002 PT. JST Batam ditutup dan dipindahkan ke Jakarta dengan nama PT. JST Indonesia yang berlokasi di Cibitung – Bekasi ( kawasan MM2100 ).
63
Laporan Tugas Akhir
FTI Teknik Industri
Untuk nama JST yang lainnya di tiap-tiap negara, disesuaikan dengan nama negara dimana JST tersebut didirikan. Status perusahaan ini di Indonesia adalah merupakan sebagai perusahaan penanam modal asing (PMA), dimana sahamnya adalah gabungan antara Jepang dan Indonesia. Produk yang dihasilkan olah PT. JST Indonesia adalah merupakan komponen elektronik berupa conector dan terminal yang sebagian ada yang bisa di solder dan ada pula yang tidak di solder. Untuk menghadapi persaingan dengan perusahaan conector dan terminal lainnya baik dalam negeri maupun luar negeri, manajemen PT. JST secara terus menerus mengupayakan dalam peningkatan dari berbagai hal. Dan sampai saat ini, perusahaan PT. JST telah memiliki standar internasional yang diantaranya adalah : a)
QMS (Quality Management System) yaitu ISO – 9001 E. 2000,
b)
EMS (Enviromental Management System) yaitu ISO – 14000 E. 1996, dan
c)
Produk Safety seperti CSA (Canadian Standard Associated), UL (Under Wraite Labolatorium), JIS (Japan Industrial Standard), dan masih banyak lagi.
64
Laporan Tugas Akhir
FTI Teknik Industri
4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan Untuk menjadi No. 1 di Industri manufacturing komponen electronik secara global, PT. JST Indonesia berkomitmen terhadap kebijakan kesehatan, keselamatan dan lingkungan sebagai berikut : 1. Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan ”Kami berkomitment dan mengimplementasikan proses kerja yang sehat dan aman untuk menghasilkan produk yang ramah lingkungan dengan mengurangi penggunaan sumber daya alam, mencegah polusi serta mentaati peraturan dan persyaratan – persyaratan terkait.” 2. Komunikasi ”Kami mengkomunikasikan program dan kebijakan HSE (Health, Safety and Environmental policy) kepada seluruh karyawan dan pihak – pihak terkait.” 3. Perbaikan Berkelanjutan ”Kami meningkatkan kesadaran karyawan dan pihak – pihak terkait mengenai program dan kebijakan dengan cara melakukan pelatihan, sosialisasi dan pengembangan dari implementasi Sistem Manajemen Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan .” Dalam pelaksanaannya, kebijakan kesehatan, keselamatan dan lingkungan akan di tinjau setiap bulan. Adapun untuk slogan yang diterapkan untuk setiap karyawan adalah ”Kami berkomitmen untuk 65
Laporan Tugas Akhir
FTI Teknik Industri
menjamin semua produk dan jasa yang di berikan kepada pelanggan di internal maupun eksternal perusahaan dengan memenuhi semua persyaratan yang ada. Ini merupakan tanggungjawab semua karyawan untuk
meningkatkan
kepuasan
pelanggan
melalui
perbaikan
berkesinambungan”. PT. JST Indonesia juga melaksanakan kegiatan
kualitas
berdasarkan penhormatan terhadap kemanusian dan bersama – sama menciptakan nilai baru guna menciptakan kesejahteraan masyarakat dengan cara: 1. Menentukan dan melaksanakan perbaikan secara terus menerus berdasarkan sistem manajemen mutu ISO 9001 dan persyaratan pelanggan. 2. Mentaati
semua peraturan
yang telah
ditetapkan
dan
akan
menciptakan produk yang sesuai dengan persyaratan pelanggan. Oleh karena itu dibutuhkan sistem perbaikan secara terus menerus yang dapat meningkatkan sumber daya secara effectiv. 3. Menjalankan kegiatan bisnis dengan menetukan sasaran mutu yang memenuhi semua persyaratan dan meningkatkan kualitas secara tepat. 4. Maninjau secara berkala sistem manajemen mutu dan sasaran mutu oleh internal auditor dan oleh komite manajemen lainnya. 5. Kebijakan mutu harus disampaikan dan dapat dimengerti oleh seluruh karyawan misalnya dengan mengadakan QC conference, meeting pagi, papan informasi dan lin – lain. 66
Laporan Tugas Akhir
FTI Teknik Industri
4.1.3 Jenis Produk Adapun jenis produk yang telah di hasilkan oleh perusahaan adalah berupa conector dan terminal sebagai komponen elektronik. Beberapa contoh bagian conector dan terminal : 1. Wire to Board Crimp style Connectors 2. Wire to Board Insulation Displacement Connectors 3. Board to Board Connectors 4. Card Edge Connectors 5. FFC/FPC Connectors 6. FLAT Cable Connectors 7. Card Connectors 8. Interface Connection Connectors 9. Wire to Wire Connectors 10. Chain Terminal and Splices 11. Application Toolings 12. Other Connector & Terminal
67
Laporan Tugas Akhir
FTI Teknik Industri
2.1.4 Lokasi Perusahaan Perusaan PT. JST Indonesia terletak di Kawasan MM2100 Blok GG-4 Cikarang Barat Bekasi, Indonesia 17530. Luas tanah yang dimiliki oleh perusahaan adalah seluas 8 Hektar yang terdiri dari 6 Gedung (6 FASE). Untuk saat ini, perusahaan masih dalam tahap pembangunan untuk memperluas area gedung dalam memenuhi kapasitas produksinya.
4.1.5 Struktur Organisasi Perusahaan Struktur Organisasi yang digunakan PT. JST Indonesia adalah bentuk fungsional, dimana struktur dibagi menjadi bagian-bagian berdasarkan fungsinya masing-masing. Struktur Organisasi merupakan suatu bentuk kerangka hubungan pekerjaan antara orang-orang atau kelompok didalam menjalankan tugas sesuai dengan bidang masingmasing. Dalam menjalankan aktivitas perusahaan yang dilakukan oleh pusat-pusat yang terlibat, manajemen seringkali menemukan berbagai kesulitan dalam mengatur hubungan antara orang-orang tersebut. Semakin banyak orang yang terlibat dan semakin banyak aktivitas yang dilakukan maka akan semakin kompleks pula hubungan yang terjadi.
68
Laporan Tugas Akhir
FTI Teknik Industri
Untuk mengatasi itu semua, maka diperlukan suatu bagan yang mengatur dan menjelaskan hubungan antara berbagai bagian dan juga mengatur pelimpahan tanggungjawab antar masing-masing bagian. Struktur organisasi disusun guna membantu pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.
4.1.6 Uraian Jabatan PT. JST Indonesia 1. President Director President Director mempunyai tugas, wewenang dan tanggung jawab sebagai berikut: a. Mengelola sumber daya yaitu man, money, material, machinery, methode, market, dan informasi. b. Bertindak sebagai pimpinan dalam semua aktivitas perusahaan. c. Memberikan pengarahan umum dan menetapkan wewenang, tugas, dan tanggung jawab pada setiap personil yang berada dibawah pimpinannya. d. Mengawasi, menjaga, dan mengevaluasi kegiatan perusahaan agar sesuai dengan strategi, rencana, dan kebijakan untuk kepentingan pengembangan perusahaan.
69
Laporan Tugas Akhir
FTI Teknik Industri
2. General Manager Bertanggung jawab memimpin produksi, perencanaan produksi, perawatan peralatan produksi dan engineering, mengadakan negosiasi dengan pihak buyer baik tentang produksi maupun tentang operasional produksi. Tugas utamanya adalah : a. Merumuskan dan merekomendasikan proposal kebijakan produksi, menyediakan fasilitas produksi dan peralatannya. b. Merumuskan dan merekomendasikan proposal kebijakan produksi. c. Mengadakan dan melaksanakan proses kegiatan produksi. d. Menyetujui pembelian barang tertentu yang telah dikuasakan dan tidak melebihi dari jurnal yang dibutuhkan. e. Menetapkan dan melaksanakan serta mencatat rute produksi dan jadwal operasi perusahaan. f. Merekomendasikan persetujuan perubahan struktur organisasi perusahaan. g. Merekomendasikan
penempatan
posisi
karyawan
dalam
perusahaan dalam batas wewenang yang diberikan kepadanya. h. Merekomendasikan promosi dan demosi jabatan tertentu serta memberhentikan seorang karyawan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
70
Laporan Tugas Akhir
FTI Teknik Industri
3. Manager Bertanggung jawab memproduksi hasil yang memenuhi standar yang tepat waktu dengan biaya yang serendah mungkin, memanfaatkan sepenuhnya teknologi mutakhir dalam memproduksi atau melakukan kegiatan
produksi,
mengatur
perawatan
dan
perlengkapan-
perlengkapan produksi agar selalu berfungsi dengan normal, merencanakan,
mengkoordinasi,
mengarahkan
dan
mengawasi
produksi dan fungsi-fungsi penunjang produksi perusahaan dan menyerahkan produk dengan biaya serendah mungkin, bertanggung jawab terhadap kesinambungan, peningkatan dan pemeliharaan program untuk mengurangi biaya-biaya operasi, kerja ekstra, lembur, dan bahan-bahan sisa. Tugas Utamanya adalah: a. Memajukan dan melaksanakan rencana kebijakan dan prosedur yang telah disetujui untuk fasilitas produksi perusahaan dan berhubungan dengan produksi. b. Mencapai keuntungan optimal perusahaan melebihi anggaran tahunan dan dalam jangka panjang melalui manajemen yang efisien, perencanaan dan pengawasan serta mengadakan evaluasi terhadap sumber-sumber tenaga kerja. c. Menyediakan semua bahan baku yang dibutuhkan dan bahan baku penunjang dengan harga rendah dan mutu yang terjamin.
71
Laporan Tugas Akhir
FTI Teknik Industri
d. Membuat jadwal perawatan dan pelayanan mesin yang baik untuk mempertahankan mesin-mesin agar tetap beroperasi secara baik dalam memperlancar kegiatan operasi perusahaan. e. Memajukan metode dan prosedur yang baru untuk mengurangi biaya peoduksi dan pelayanan. f. Mempertahankan hubungan yang efektif dan aktivitas yang saling menunjang antar departemen. g. Membuat perencanaan dan pengawasan anggaran biaya yang efektif dalam pencapaian tujuan perusahaan. h. Menyeleksi,
melatih,
mengembangkan,
memotivasi
dan
mengevaluasi perencanaan dan pengawasan terhadap karyawan untuk meyakinkan kesinambungan pengoperasian produksi yanf efisien. i. Membuat semua laporan dan data-data penting yang dikehendaki manajemen untuk menunjang penilaian dan keputusan yang dibuat.
4. Assistant Manager Bertanggung jawab dalam pengaturan dan perancanaan serta membantu manajer
semua kegitan departemen. Tugas utamanya
adalah : a. Menentukan target produksi berdasarkan strategi dan perencanaan produksi,
72
Laporan Tugas Akhir
FTI Teknik Industri
b. Merencanakan dan membuat waktu produksi, c. Memastikan bahwa semua kegiatan produksi dari semua sub section sudah berdasarkan setandar kualitas, safety, dan semua yang berkaitan dengan pengaturan dan permintaan customer, d. Memastikan semua proses sudah terkontrol dengan methode dan terjamin sesuai dengan permintaan costomer, e. Memperhatikan, menganalisa dan mengawasi semua proses dan kegiatan perbaikan yang dibutuhkan untuk mencapai target yang objektif serta melakukan perbaikan yang berkelanjutan, f. Merencanakan pelatihan terhadap semua karyawan, g. Bertanggung jawab terhadap kemampuan atau skill semua karyawan, h. Memelihara keselamatan kerja, prasarana dan lingkunan pekerjaan, i. Melakukan perencanaan terhadap perbaikan mesin, j. Menganalisa
penyebab
atau
permasalahan
dan
mengambil
keputusan yang efektif dalam melakukan kegiatan perbaikan dan mencegahannya.
5. Senior Chief Bertanggung jawab terhadap pengaturan dan kontrol terhadap semua kegiatan aktivitas semua sub section yang ada di setiap departemen. Tugas utamanya adalah :
73
Laporan Tugas Akhir
FTI Teknik Industri
a. Memastikan bahwa semua kegiatan dari pekerjaan sub section tidak terjadi penyimpangan/kesalahan dari prosedur kerja yang ada, b. Memastikan masing-masing section telah bekerja dengan efektif dan efisien, c. Melakukan pengecekan dan kontrol terhadap semua kegiatan dalam peraturan kerja semua section, d. Mengambil keputusan dalam perbaikan untuk setiap section.
6. Chief Bertanggung jawab dalam merencanakan dan mempersiapkan bahan-bahan, mesin dan peralatan produksi, mengarahkan dan memimpin bahannyadalam melakukan kegiatan produksi dan kegiatan penunjang serta menjamin hasil produksi dengan kualitas baik dan tepat waktu. Tugas utamanya adalah : a. Merencanakan dan mempersiapkan bahan-bahan dan mesin-mesin serta peralatan produksi untuk menjamin kelancaran kegiatan produksi. b. Merawat dan mempersiapkan mesin dan peralatan lainnya agar tidak mengalami kemacetan dan selalu siap ketika proses prosuksi berlangsung. c. Memimpin dan mengarahkan karyaean dalam melakukan kegiatan produksi sehingga mereka terampil dan profesional dalam melakukan kegiatan produksi. 74
Laporan Tugas Akhir
FTI Teknik Industri
d. Menerima orderan untuk proses produksi harian dari bagian PPIC kemudian merealisasikan order tersebut pada produksi. e. Menandatangani setiap order untuk proses produksi baik pada waktu penerimaan, pada waktu diproses maupun pada waktu akan ditransfer kesection (bagian) lain untuk diproses lebih lanjut. f. Bertanggung jawab atas kelancaran dan ketertiban proses produksi. g. Menyetujui dan menandatangani ijin-ijin, surat sakit, cuti, lembur dan lain-lainnya. h. Mengajukan usulan prestasi kerja, upah, dan intensif. i. Menjamin ketertiban dan kelancaran administrasi dan dokumentasi departemennya.
7. Assistant Chief Bertanggung jawab dalam merencanakan dan mempersiapkan semua kebutuhan untuk proses produksi serta membantu tugas dari chief. Tugas utamanya adalah : a. Melakuakan pengontrolan terhadap kerja staff, b. Memastikan tidak ada pengoperasian mesin yang tidak berdasarkan dengan WI (Work Instruction), c. Memastikan semua kegiatan sub section yang efektif dan efisien, d. Memberikan penilaian/evaluasi terhadap semua kinerja operator,
75
Laporan Tugas Akhir
FTI Teknik Industri
8. Staff Operational Bertanggung jawab dalam mempersiapkan, melaksanakan dan melakukan pengawasan terhadap semua kegiatan pengoperasian mesin dalam proses produksi. Tugas utamanya adalah : a. Melakukan kordinasi dengan sub section yang terkait dalam meningkatkan mutu dari proses produksi, b. Bertanggung jawab atas quality produk, c. Melakukan perbaikan (kizen) terhadap proses produksi, d. Melakukan pengecekan dan control terhadap kegiatan operasional, e. Memastikan bahwa semua tugas operasional tentang pekerjaannya agar sesuai dengan prosedur dokumen yang di tulis dalam WI ( Work Instruction ), f. Memberikan laporan tertulis dalam proses produksi untuk diserahkan kepada atasan.
9. Operator Bertangung jawab terhadap kelangsungan dari sebuah proses produksi. Seorang operator harus mengetahui lebih dini akan kondisi lapangan, jika ditemukan terhadap ketidaksesuaiaan pada saat proses produksi. Tugas utama dari seorang operator adalah : a. Menjaga, merawat dan mengoperasikan mesin sesuai dengan WI (Work Instruction) yang ada, 76
Laporan Tugas Akhir
FTI Teknik Industri
b. Mengetahui qualitas dari sebuah produk yang telah dihasilkannya, c. Memastikan keamanan dan kebersihan diarea tempat bekerja, d. Memastikan bahwa chek sheet (dokumentasi record) yang ada di mesin sudah terisi, e. Menginformasikan kepada staff operasional atau atasan yang berkaitan jika ditemukan permasalahan yang berhubungan dengan qualitas produk dan mesin untuk dilakukan perbaikan selanjutnya, f. Bertanggung jawab atas semua kegiatan pengoperasian mesin dengan prosedur yang telah tertuliskan dalam WI (Work Instruction) dan membantu staff operasional dalam pembuatan dokumentasi untuk laporan kepada atasan.
4.1.7 Proses Produksi di PT. JST Indonesia PT. JST Indonesia adalah merupakan perusahaan industri manufacturing
yang
padat
karya
dalam
melaksanakan
proses
produksinya. Hal ini ditandai dengan banyaknya proses dalam produksinya. Untuk memudahkan dalam proses produksinya, PT. JST Indonesia terbagi ke dalam beberapa manufacturing dan departemen yang diantara lainnya adalah: a. Manufacturing I (Assembling) Assembly I ( Auto 1 ) Assembly II ( Auto 2 )
77
Laporan Tugas Akhir
FTI Teknik Industri
Assembly III ( Hand Made ) Assembly IV ( Clean Room ) b. Manufacturing II (Stamping) Stamping I ( Connector ) Stamping II ( Terminal ) c. Manufacturing III (Molding) Molding I ( Auto ) Molding II ( Vertikal ) d. Manufacturing IV (Plating) Plating ( Connector ) Barrel ( Terminal ) Brazing ( Terminal ) e. Logistic Control (LC) LC I ( Purchasing dan Traiding ) LC II ( Ware House dan Paking ) LC III ( PPIC ) f. Quality Control (QC) QC I ( Production ) QC II ( Final Insfection ) QC III ( Selection ) g. General Affairs (GA) GA I ( Administrasi ) GA II ( Human Resourceh ) GA III ( System ) 78
Laporan Tugas Akhir
FTI Teknik Industri
h. Production Engineering (PE) i. Accounting dan Finance j. Sales Mengingat banyaknya proses produksi yang dilakukan di perusahaan ini di tiap-tiap manufacturing, maka penulis hanya memberikan penjelasan untuk proses produksi yang di lakukan di manufacturing IV (Plating) khususnya bagian Line Operational. Manufacturing IV (Plating) adalah merupakan bagian proses produksi yang mengerjakan pelapisan/plating untuk bahan material sebagai bahan dasar dalam pembuatan conector dan terminal. Untuk memudahkan pengerjaan antara Connector dan Terminal, Plating dibagi dalam 3 sub departemen, yaitu : Line Operational (Connector), Barrel dan Brazing (Terminal). Proses plating yang dilakukan pada bagian Line Operational ini secara garis besar terbagi kedalam tiga tahapan proses produksi, yaitu: proses pretreatment, proses treatment, dan proses after treatment. Berikut akan saya gambarkan mengenai proses plating suatu material yang dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan connector. Besi adalah merupakan bahan material yang cepat berkarat. Lama kelamaan kalau dibiarkan begitu saja akan mengalami korosi yang dimulai dari permukaan kemudian akan menyebar sampai kebagian dalam. Kondisi seperti ini akan mengakibatkan kondisi logam menjadi jelek, dan akhirnya bentuk asalnya akan rusak. 79
Laporan Tugas Akhir
FTI Teknik Industri
Hal seperti ini akan terjadi bukan hanya terhadap besi saja, tetapi juga akan terjadi pada tembaga, kuningan, alumunium, dan permukaan logam lainya pun akan mengalami oksidasi, perubahan warna dan karat. Untuk mempertahankan keindahan permukaan logam sampai kapanpun, maka perlu dilakukan penutupan terhadap bagian luar logam dari karat dan perubahan warna yang disebut dengan pelapisan (plating). Proses pelapisan (plating) bukan hanya untuk melindungi semua logam dari karat saja, akan tetapi membuat permukaan menjadi indah sehingga nilai barang produksi menjadi tinggi. Pelapisan dapat juga dilakukan untuk mewarnai permukaan logam dengan macam-macam warna, dan juga untuk mencegah aus pada permukaan, serta dapat mengembalikan benda yang sudah aus ke ukuran semula. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam melakukan proses pelapisan (plating). Diantaranya adalah seperti pelapisan listrik, pelapisan yang dilakukan terhadap logam dengan melakukan penguraian dengan arus listrik. Selain pelapisan listrik, ada juga yang melakukan pelapisan dengan memasukan barang kedalam logam yang sudah di cairkan (merupakan pelapisan cair/lebur) atau pelapisan dalam bejana hampa udara serta pelapisan dengan proses elektroplating. Di perusahaan JST Indonesia, proses yang dipakai adalah dengan menggunakan proses elektroplating. Dasar dari proses elektroplating adalah proses elektrolisa. Prinsip sel elektrolisa adalah KNAP (Katoda Negatif, Anoda Positif) dan KRAO (Katoda Reduksi, Anoda Oksidasi). 80
Laporan Tugas Akhir
FTI Teknik Industri
Bahan dasar material yang digunakan untuk pelapisan di plating adalah tembaga (bronze) dan kuningan (brass). Pelapisan yang dilakukan di Manufacturing IV adalah bertujuan agar conector dan terminal memiliki daya hantar listrik yang bagus, menghindari terjadinya oksidasi dan mencegah timbulnya corrosive (berkarat). Umur dari pada logam yang sudah dilapisi akan mempunyai perbedaan yang mencolok dengan logam yang tidak dilapisi.
1. Proses pretreatment a. Ultra Sonic Degreasing Ultra Sonic Degreasing adalah merupakan proses penetralisasi daya/tenaga pada larutan dipercepat dengan menggunakan energi gelombang suara frekuensi tinggi. b. Anodic Degreasing dan Katodik Degreasing Anodic Degreasing dan Katodik Degreasing adalah merupakan proses pencucian material yang bertujuan untuk menghilangkan debu, heavy oils, greases, dan kotoran-kotoran lainnya yang menempel pada material yang berasal dari mesin stamping, spinning, pressing atau polishing. Larutan yang digunakan dalam proses ini adalah PAKUNA 105 dengan kandungan utamanya adalah NaOH.
81
Laporan Tugas Akhir
FTI Teknik Industri
c. Pikling Pikling adalah merupakan proses pencucian yang bertujuan untuk menghilangkan kerak dan karat yang mungkin terdapat pada material dengan menggunakan larutan asam. Larutan yang digunakan adalah Sulfuric Acid, CPB 40 dan 45, Actane, dan Ebasolder Sn. Tujuan dari proses pretreatment ini adalah untuk membersihkan dan membebaskan permukaan connector dari segala kotoran agar tidak menghambat proses plating selanjutnya. Proses ini memberikan pengaruh yang sangat besar dalam mutu hasil platingan. Hal-hal yang menjadikan produk yang memiliki mutu yang tidak bagus adalah adanya ketidaksempurnaan dalam proses pretreatment, diantara lainnya adalah : a. Hasil platingan mengelupas dan terjadi gelembung udara, b. Hasil plating tidak mengkilap dan merata, c. Banyaknya lubang-lubang kecil diatas permukaan material dan mengurangi daya tahan karatnya, d. Sama sakali tidak terjadi pelapisan/plating, e. Kotoran yang menempel pada material bercampur dengan larutan plating, sehingga terjadi pengotoran dalam larutan plating.
82
Laporan Tugas Akhir
FTI Teknik Industri
2. Proses treatment a. Ni (Nikel) Plating Berdasarkan larutan yang digunakan, ada beberapa tipe Ni-Plating antara lain adalah Bright Nikel, Bright Nikel Iron Alloy, Semi Bright Levelling Nikel, Dull Nikel, Bareel Nikel, Satin Nikel, Sulphamate Nikel dan Electroless Nikel. Yang digunakan adalah larutan Sulphamate Nikel dengan komposisi larutannya adalah Nikel sulphamate concentrate (SG = 1, 47), Boric Acid dan Nikel Chlorid. b. Cu (Copper) Plating Berdasarkan larutan yang digunakan, ada beberapa tipe Cu-Plating antara lain adalah Cyanide Copper solution, Acid Copper Sulphate solution, Pyrophospate Copper solution, Neutral Copper solution, Barrel Copper Plating dan Functional Sulphate Solution. Yang digunakan adalah larutan Acid Copper Sulphate solution dengan komposisi larutan Copper sulphate dan Sulphuric Acid (SG = 1, 84). Kandungan chlorid dalam air yang dipakai untuk pembuatan larutan dasar ini harus dicek, dan untuk menjaga jumlah kandungan chloride dalam air tersebut ditambahkan NaCl atau HCl. c. Au (Gold) Plating Gold adalah logam kuning yang bisa ditemukan dalam bentuk asli dimana ia adalah logam terlunak dari semua logam. Logam emas 83
Laporan Tugas Akhir
FTI Teknik Industri
murni dapat digulung dan ditempa menjadi sangat tipis, dengan ketebalan lapisan ± 100 nm (< dibanding λ cahaya tampak ). Gold sangat tahan terhadap korosi tetapi dapat dilarutkan dengan ”aquaregia”, yaitu campuran NHO3 dan HCl pekat. Gold juga larut dalam larutan KCN dan larutan halogen encer (Bromine dan Lodine). Logam tersebut tidak membentuk lapisan film oksida pada permukaannya pada temperatur yang sangat tinggi oleh karena itu ia mempunyai ketahanan yang sangat rendah dalam bersinggungan. Gold dapat dielectroplating dalam larutan asam, basa, dan netral menjadi lapisan yang keras, lembut, mengkilap atau tidak mengkilap tergantung pada cara pengolahan yang dipilih. d. Sn-Cu - Plating Berdasarkan larutan yang digunakan, ada dua tipe antara lain adalah Bronze (dengan warna emas yang menarik, keuntungannya tidak terjadi flow jika komponen dipanaskan) dan Speculum (dengan warna perak putih). Larutan dasar yang digunakan adalah Sodium Stannate dan Copper Cyanide. Pada proses ini dilakukan apabila proses pembersihan (proses pretreatment) sudah dilakukan. Untuk mendapatkan hasil yang baik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
84
Laporan Tugas Akhir
FTI Teknik Industri
a. Kebersihan logam/material, b. Kebersihan larutan/chemical. Larutan tidak boleh mengandung pengotor, baik ion logam maupun non logam. Jika diperlukan, larutan disirkulasikan dan menggunaan filter/saringan, c. Kebersihan peralatan yang menggunakan listrik. Menjaga aliran listrik agar dapat berlangsung dengan baik ( meminimalisir hambatan daya ), d. Menjaga kesetabilan komposisi larutan. Pemeriksaan secara berkala akan sangat membantu dalam mencegah terjadinya kejenuhan larutan dan
yang
dapat
menyebabkan
kegagalan
dalam
proses
plating/pelapisan. Pemeriksaan yang dilakukan adalah analisa komposisi larutan. Hull cell test dilakukan untuk mengetahui apakah konsentrasi dalam larutan masih cukup baik atau perlu dilakukan renewal (pergantian dengan chemical yang baru) atau hanya perlu di supply (penambahan) chemical. e. Menjaga kesetabilan temperatur. Temperatur yang tidak bagus (terlalu panas/kurang panas) dapat menyebabkan berkurangnya kilap lapisan. f. Menjaga kesetabilan arus listrik. Rapat arus yang cukup tinggi akan mengganggu pengendapan dan akan menurunkan kilap lapisan.
3. Proses aftertreatment a. Antioxidant Antioxidant adalah larutan yang terdiri dari komponen UTB 55, Ebafine dan demin water. Larutan ini bertujuan agar connector 85
Laporan Tugas Akhir
FTI Teknik Industri
yang sudah terplating tidak mudah teroksidasi sehingga memiliki daya tahan yang cukup lama. b. Sealing Larutan yang menjadi komponen dalam sealing adalah Tetra Sealing no 4. Pada proses ini bertujuan agar connector yang sudah terplating dengan Au (Gold) menjadi licin pada saat diproses selanjutnya saat dimasukan kedalam housing (proses perakitan selanjutnya) dalam pembuatan connector lebih spesifik. c. Hot Rinse Water Hot Rinse Water adalah merupakan proses pencucian terakhir pada proses platingan. Kandungan yang ada dalam hot rinse water ini adalah demin water. Hot Rinse Water dikondisikan dengan menggunakan pemanas (heater) agar mendapatkan kondisi suhu mencapai ± 58 °C. Dengan kondisi air yang panas, maka connector akan lebih bersih serta menghilangkan sisa-sisa platingan sebelumnnya. Kesimpulan dari pada proses aftertretmen ini adalah material sudah dalam keadaan terplating secara semuanya. Dimana kondisi material untuk pembuatan connector siap untuk diproses selanjutnya di manufacturing lainnya seperti assembling, molding, stamping.
86
Laporan Tugas Akhir
FTI Teknik Industri
4.1.8 Ketenaga Kerjaan Menurut golongan atau status, tenaga kerja di PT JST Indonesia dapat di bedakan menjadi 3 golongan, yaitu: 1. Karyawan Tetap Karyawan tetap adalah karyawan yang memeiliki hubungan kerja untuk jangka waktu yang tidak ditentukan dan menerima imbalan gaji setiap bulannya. 2. Karyawan Kontrak Karyawan kontrak adalah karyawan yang memiliki hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan menerima gaji setiap bulannya dengan ketentuan yang berlaku. Karyawan kontak adalah merupakan karyawan yang langsung di kontak olah perusahaan dengan ketentuan-ketentuan yang telah di tetapkan antara perusahaan dan karyawan. 3. Karyawan Trainning (karyawan magang) Karyawan
training adalah merupakan karyawan yang memiliki
hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan menerima gaji setiap bulannya dengan ketentuan yang berlaku. Karyawan training adalah merupakan karyawan yang diminta oleh perusahaan terhadap sebuah lembaga penyaluran kerja. Semua peraturan yang berlaku adalah sepenuhnya diserahkan kepada lembaga penyaluran kerja. Karyawan
training
memiliki
kontrak
kerja
dengan
lembaga 87
Laporan Tugas Akhir
FTI Teknik Industri
penyaluran kerja untuk jangka waktu yang telah disepakati antara karyawan dan lembaga penyalur kerja. Tingkat pendidikan para karyawan kontrak dan karyawan training rata-rata adalah lulusan SMU dan sederajatnya. Dalam rangka memperlancar jalannya kerja dalam proses produksi, perusahaan membagi waktu kerja sebagai berikut: 1. Karyawan non produksi ( Non shift ) Mulai masuk kerja dari jam 07. 20 – 16. 50 WIB, dengan waktu istirahat 80 menit. 2. Karyawan bagian produksi Dibagi dalam 2 kelompok jam kerja secara bergantian dalam seminggu: a. Shift 1 : Pukul 07. 20 – 16. 50 WIB (istirahat 80 menit) b. Shift 2 : Pukul 19. 20 – 04. 30 WIB (istirahat 65 menit) 3. Untuk jam over time ( lemburan ) : a. Shift 1 : Pukul 16. 50 – 19. 20 WIB (istirahat 25 menit) b. Shift 2 : Pukul 04. 30 – 07. 20 WIB (istirahat 25 menit) Dalam seminggu terdapat 5 hari kerja, yaitu mulai dari hari senin sampai hari jum’at. Dimana pada hari sabtu dan minggu atau hari libur nasional adalah merupakan hari jam kerja over time (lemburan) untuk
88
Laporan Tugas Akhir
FTI Teknik Industri
karyawan yang memang harus masuk kerja. Adapun jumlah karyawan PT JST Indonesia pada akhir tahun 2008 berjumlah 1983 orang karyawan. Fasilitas yang diberikan perusahaan berupa jaminan social dan kesejahteraan karyawan yang diberikan perusahaan adalah: 1. Sistem pengupahan yang diatur menurut Perjanjian Kerja Bersama (KPB). 2. Jamsostek (Jaminan Sosial Tenaga Kerja) berupa: a. Jaminan Hari Tua (JHT) sebesar 5,7% ( 2,5% dari karyawan dan 3,5% dari perusahaan yang dibayarkan ke Jamsostek) b. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) 0,89% c. Jaminan Kematian (JKM) 0,2% 3. Perlengkapan kerja berupa seragam (baju dan celana), topi, sepatu dan peralatan safety seperti masker, sarung tangan, sepatu boot, air flag, dan kacamata. 4. Koperasi Karyawan. 5. Asuransi Kesehatan. 6. Kantin, loker, dan toilet. 7. Tempat ibadah, sarana olah raga dan first aid (ruang kesehatan). 8. Jemputan Karyawan. 9. Medical Check Up untuk seluruh karyawan/i dalam satu tahun satu kali.
89
Laporan Tugas Akhir
FTI Teknik Industri
4.2 Data Penjadwalan Produksi Connector Kapasitas produksi adalah merupakan kemampuan suatu stasiun kerja dalam memproduksi suatu conector pada satu satuan waktu tertentu dalam setiap line operational. Dalam hal ini, kapasitas produksi di tiap line sangatlah berbeda sesuai dengan kebutuhan produksi. Kapasitas produksi suatu lintasan nilainya adalah tetap, tidak naik, tidak pula kurang, kecuali jika terjadi penambahan atau pengurangan jam kerja. Dalam PT JST Indonesia khususnya yang terdapat di manufacturing IV (Plating), kapasitas produksi suatu line belum tentu sama dengan line yang lainnya. Semakin banyak line plating yang mendukung untuk proses plating, maka semakin besar kapasitas produksi . Sebaliknya, semakin sedikit line plating yang mendukung untuk proses plating, maka semakin sedikit pula kapasitas produksi line plating tersebut. Kapasitas produksi line Plating PT JST Indonesia memiliki 3 mesin yang terbagi kedalam dua sub line, yaitu Line A dan Line B. Line A yang memiliki panjang mesin 115 meter tentulah akan lebih lama jika dibandingkan dengan Line B yang memiliki panjang 100 meter dalam waktu proses yang dibutuhkan oleh satu jenis connector yang sama. Perbedaan ini mengacu pada jarak antara line yang memiliki selisih 15 meter. Dari perbandingan jarak ini, diperoleh selisih waktu berdasarkan kecepatan dari tiap-tiap connector dalam satu proses yang sama.
90
Laporan Tugas Akhir
FTI Teknik Industri
Berikut adalah merupakan data planning produksi untuk connector pada bulan April 2010 sebanyak 30 pekerjaan yang terdiri dari 102. 235. 000 pin yang diambil dari data Production Planning Table (PPT) di PT. JST Indonesia Manufacturing IV (Plating).
Tabel 1.8 Data Production Planning Table
No
Series Connector
1
IJT – SS 100
2
Bannyaknya
Tanggal
Tanggal
Connector
Kedatangan
Pengiriman
(Pin)
Material
Produk
7.200.000
23 – Maret – 2010
27 – April – 2010
SCV – H – C312PB – LF (SN)
100.000
30 – Maret – 2010
14 – April – 2010
3
FMT – 1. OX – GW – 3
490.000
23 – Maret – 2010
16 – April – 2010
4
FMT – 1. OX – 3 – LF (SN)
2.100.000
25 – Maret – 2010
21 – April – 2010
5
FMT – 1. OF – 3 – LF (SN)
210.000
25 – Maret – 2010
9 – April – 2010
6
FMT – 1. OA – 4 – LF (SN)
280.000
22 – Maret – 2010
13 – April – 2010
7
FMT – 1. OB – 4 – LF (SN)
140.000
26 – Maret – 2010
28 – April – 2010
8
HASS – SFCD12 – 5 – LF (SN)
11.008.000
22 – Maret – 2010
22 – April – 2010
9
ICM – CP111 – D – LF (SN)
17.500.000
19 – Maret – 2010
28 – April – 2010
10
ICMG – CHP – D11T – LF (SN)
520.000
18 – Maret – 2010
7 – April – 2010
11
JPSLPT – 23. O – LF (SN)
2.260.000
15 – Maret – 2010
26 – April – 2010
12
JPSLRT – 23. O – LF(SN)
4.000.000
22 – Maret – 2010
29 – April – 2010
13
PSO. 5T – 5.8A – LF (SN)
760.000
25 – Maret – 2010
5 – April – 2010
14
PSO. 5T – 5.8B – LF (SN)
650.000
15 – Maret – 2010
7 – April – 2010
15
SCV – C412 – B
408.000
24 – Maret – 2010
14 – April – 2010
16
SCV – C312 – D1 – LF (SN)
6.400.000
26 – Maret – 2010
16 – April – 2010
17
SCV – C312 – A1 – LF(SN)
7.232.000
23 – Maret – 2010
19 – April – 2010
18
SDK – RSNS – 310 LF (SNA)
2.840.000
24 – Maret – 2010
15 – April – 2010
19
SDK – 9SNS – R313 – LF (SNA)
21.960.000
24 – Maret – 2010
27 – April – 2010 91
Laporan Tugas Akhir
FTI Teknik Industri
20
SDK – TMNS – 330
2.880.000
19 – Maret – 2010
24 – April – 2010
21
SDK – CSNS – 330
2.970.000
17 – Maret – 2010
23 – April – 2010
22
UB – MDR414 – LF (SN)
140.000
25 – Maret – 2010
8 – April – 2010
23
UBA – DR310S – LF (SN)
60.000
26 – Maret – 2010
6 – April – 2010
24
UBA – DR314S – LF (SN)
480.000
30 – Maret – 2010
7 – April – 2010
25
UBA – HDIT – LF (SN)
420.000
29 – Maret – 2010
12 – April – 2010
26
UBA – DR334S
30.000
29 – Maret – 2010
9 – April – 2010
27
UBA – DR314 – LF (SN)
9.000.000
30 – Maret – 2010
16 – April – 2010
28
UBAL – DR314 – A – LF (SN)
48.000
19 – Maret – 2010
25 – April – 2010
29
UBAL – DR314 – B – LF (SN)
49.000
25 – Maret – 2010
23 – April – 2010
30
UBBS – DR314 – LF (SN)
200.000
24 – Maret – 2010
6 – April – 2010
(Sumber PT. JST Indonesia)
Tabel 1.9 Data Penjadwalan Produksi Connector di PT. JST Indonesia
No
Series Connector
1
IJT – SS 100
2
Jumlah
Tanggal
Tanggal
Lama
Connector
Kedatangan
Pengiriman
Pembuatan
(Pin)
Material
Connector
(hari)
7.200.000
23 – Maret – 2010
27 – April – 2010
16
SCV – H – C312PB – LF (SN)
100.000
30 – Maret – 2010
14 – April – 2010
2
3
FMT – 1. OX – GW – 3
490.000
23 – Maret – 2010
16 – April – 2010
6
4
FMT – 1. OX – 3 – LF (SN)
2.100.000
25 – Maret – 2010
21 – April – 2010
13
5
FMT – 1. OF – 3 – LF (SN)
210.000
25 – Maret – 2010
9 – April – 2010
4
6
FMT – 1. OA – 4 – LF (SN)
280.000
22 – Maret – 2010
13 – April – 2010
5
7
FMT – 1. OB – 4 – LF (SN)
140.000
26 – Maret – 2010
28 – April – 2010
4
8
HASS – SFCD12 – 5 – LF (SN)
11.008.000
22 – Maret – 2010
22 – April – 2010
14
9
ICM – CP111 – D – LF (SN)
17.500.000
19 – Maret – 2010
28 – April – 2010
16
10
ICMG – CHP – D11T – LF (SN)
520.000
18 – Maret – 2010
7 – April – 2010
6
11
JPSLPT – 23. O – LF (SN)
2.260.000
15 – Maret – 2010
26 – April – 2010
11
12
JPSLRT – 23. O – LF(SN)
4.000.000
22 – Maret – 2010
29 – April – 2010
14
13
PSO. 5T – 5.8A – LF (SN)
760.000
25 – Maret – 2010
5 – April – 2010
6
14
PSO. 5T – 5.8B – LF (SN)
650.000
15 – Maret – 2010
7 – April – 2010
7
92
Laporan Tugas Akhir
15
SCV – C412 – B
16
FTI Teknik Industri
408.000
24 – Maret – 2010
14 – April – 2010
3
SCV – C312 – D1 – LF (SN)
6.400.000
26 – Maret – 2010
16 – April – 2010
10
17
SCV – C312 – A1 – LF(SN)
7.232.000
23 – Maret – 2010
19 – April – 2010
12
18
SDK – RSNS – 310 LF (SNA)
2.840.000
24 – Maret – 2010
15 – April – 2010
9
19
SDK – 9SNS – R313 – LF (SNA)
21.960.000
24 – Maret – 2010
27 – April – 2010
18
20
SDK – TMNS – 330
2.880.000
19 – Maret – 2010
24 – April – 2010
12
21
SDK – CSNS – 330
2.970.000
17 – Maret – 2010
23 – April – 2010
14
22
UB – MDR414 – LF (SN)
140.000
25 – Maret – 2010
8 – April – 2010
3
23
UBA – DR310S – LF (SN)
60.000
26 – Maret – 2010
6 – April – 2010
2
24
UBA – DR314S – LF (SN)
480.000
30 – Maret – 2010
7 – April – 2010
6
25
UBA – HDIT – LF (SN)
420.000
29 – Maret – 2010
12 – April – 2010
5
26
UBA – DR334S
30.000
29 – Maret – 2010
9 – April – 2010
1
27
UBA – DR314 – LF (SN)
9.000.000
30 – Maret – 2010
16 – April – 2010
12
28
UBAL – DR314 – A – LF (SN)
48.000
19 – Maret – 2010
25 – April – 2010
2
29
UBAL – DR314 – B – LF (SN)
49.000
25 – Maret – 2010
23 – April – 2010
3
30
UBBS – DR314 – LF (SN)
200.000
24 – Maret – 2010
6 – April – 2010
5
(Sumber PT. JST Indonesia)
4.2.1 Penjadwalan Produksi Berdasarkan data diatas, maka akan dilakukan perhitungan dengan menggunakan metode job squenching yaitu : FISFS (first in system, first served), FCFS (first come, first served), SPT (shortest processing time), EDD (earliest due date), LPT (longest processing time), LSF (least stock first).
93
Laporan Tugas Akhir
FTI Teknik Industri
4.2.2 Perhitungan Dengan Metode Job Squenching Sebelum melakukan perhitungan dengan menggunakan metode job squenching, maka perlu diketahui rumus yang digunakan pada perhitungan penjadwalan adalah sebagai berikut:
Tabel 1.10 Rumus Untuk Perhitungan Metode Job Squenching
Jumlah total waktu alur Waktu penyelesaian rata-rata
= Jumlah pekerjaan Total waktu pemrosesan pekerjaan
Utilitas (%)
= Jumlah total waktu alur Jumlah total waktu alur
Jumlah job rata-rata
= Total waktu pemrosesan pekerjaan Total hari terlambat
Keterlambatan job rata-rata
= Jumlah pekerjaan
Sumber : Prinsip-prinsip Manajemen Operasi, Barry Render & Jay Heizer
94
Laporan Tugas Akhir
FTI Teknik Industri
4.2.2.1 Metode FISFS FISFS (first in system, first served) adalah pemberian prioritas pekerjaan kepada pekerjaan yang pertama tiba di factory (bukan mesin). Tahapan untuk mengolah data dengan menggunakan metode FISFS yaitu: a. Mengurutkan penjadwalan pada tiap line dengan memberikan prioritas pekerjaan kepada pekerjaan yang pertama tiba di factory (bukan mesin) untuk dikerjakan terlebih dahulu. b. Mencatat jumlah keterlambatan (lateness) terbesar. c. Menghitung total kelambatan. d. Menghitung rata – rata kelambatan dengan membagi total kelambatan dengan jumlah job terlambat.
Tabel 1.11 Urutan Pekerjaan Berdasarkan Metode FISFS
Pekerjaan
Kedatangan
Waktu Proses
Batas Waktu
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
23 30 23 25 25 22 26 22 19 18 15 22 25 15
16 2 6 13 4 5 4 14 16 6 11 14 6 7
27 14 16 21 9 13 28 22 28 7 26 29 5 7 95
Laporan Tugas Akhir
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
FTI Teknik Industri
24 26 23 24 24 19 17 25 26 30 29 29 30 19 25 24
3 10 12 9 18 12 14 3 2 6 5 1 12 2 3 5
14 16 19 15 27 24 23 8 6 7 12 9 16 25 23 6
96
Laporan Tugas Akhir
FTI Teknik Industri
Tabel 1.12 Perhitungan Dengan Metode FISFS Untuk Di 3 Mesin
Mesin
Pekerjaan
11 10 7 12 17 1 19 5 29 23 2 14 9 6 1 15 2 30 13 7 25 24 21 20 8 3 18 3 4 22 16 26 27 Jumlah
Waktu Proses
Waktu Penyelesaiaan
Batas Waktu
Keterlambata n
11 6 2 14 12 18 4 3 2 2 7 16 5 16 3 5 6 4 5 6 14 12 14 6 9 13 3 10 1 12 241
11 17 19 33 45 63 67 70 72 74 7 23 28 44 47 52 58 62 67 73 14 26 40 46 55 68 71 81 82 94 1509
26 7 25 29 19 27 9 23 6 14 7 28 13 27 14 6 5 28 12 7 23 24 22 16 15 21 8 16 9 16 502
0 10 0 4 26 36 58 47 66 60 0 0 15 17 33 46 53 34 55 66 0 2 18 30 40 47 63 65 73 78 1042
97
Laporan Tugas Akhir
FTI Teknik Industri
Perhitungan dengan menggunakan metode FISFS dapat terlihat dengan jumlah pekerjaan yang terlambat adalah sebanyak 25 pekerjaan dengan keterlambatan maksimum adalah 78 hari dan keterlambatan rata – rata ( average of latenes ) sebesar 34,73 hari.
Tabel 1.13 Hasil Perhitungan Dengan Metode FISFS Jumlah total waktu alur
Waktu penyelesaian rata-rata
=
Utilitas (%)
=
1509 =
Jumlah pekerjaan
Keterlambatan job ratarata
Jumlah total waktu alur
1509
Jumlah total waktu alur
1509 =
Total waktu pemrosesan pekerjaan
241
Jumlah hari keterlambatan
1042
=
= Jumlah pekerjaan
=
0,15%
=
6,2 Job
=
34,73 hari
241 =
=
50,3 hari
30
Total waktu pemrosesan pekerjaan
Jumlah job rata-rata
=
30
98
Laporan Tugas Akhir
FTI Teknik Industri
4.2.2.2 Metode FCFS FCFS (first come, first served) adalah yang pertama datang, yang pertama dilayani. Tahapan untuk mengolah data dengan menggunakan metode FCFS yaitu: a. Mengurutkan penjadwalan pada tiap line dengan mengerjakan job pertama yang datang diproses terlebih dahulu. b. Mencatat jumlah keterlambatan (lateness) terbesar. c. Menghitung total kelambatan. d. Menghitung rata – rata kelambatan dengan membagi total kelambatan dengan jumlah job terlambat.
Tabel 1.14 Urutan Pekerjaan Berdasarkan Metode FCFS Pekerjaan
Waktu Proses
Batas Waktu
1
16
27
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
2 6 13 4 5 4 14 16 6 11 14 6
14 16 21 9 13 28 22 28 7 26 29 5 99
Laporan Tugas Akhir
FTI Teknik Industri
14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
7 3 10 12 9 18 12 14 3 2 6 5 1 12 2 3 5
7 14 16 19 15 27 24 23 8 6 7 12 9 16 25 23 6
100
Laporan Tugas Akhir
FTI Teknik Industri
Tabel 1.15 Perhitungan Dengan Metode FCFS Untuk Di 3 Mesin
Pekerjaan
Waktu Proses
Waktu Penyelesaiaan
Batas Waktu
Keterlambatan
1
16
16
27
0
4 7 10 13 1 16 19 22 25 28 2 5 8 11 14 2 17 20 23 26 29 3 6 9 12 15 3 18 21 24 27 30 Jumlah
13 4 6 6 10 18 3 5 2 2 4 14 11 7 12 12 2 1 3 6 5 16 14 3 9 14 6 12 5 241
29 33 39 45 55 73 76 81 83 2 6 20 31 38 50 62 64 65 68 6 11 27 41 44 53 67 73 85 90 1433
21 28 7 5 16 27 8 12 25 14 9 22 26 7 19 24 6 9 23 16 13 28 29 14 15 23 7 16 6 502
8 5 32 40 39 46 68 69 58 0 0 0 5 31 31 38 58 56 45 0 0 0 12 30 38 44 66 69 84 972
Mesin
101
Laporan Tugas Akhir
FTI Teknik Industri
Perhitungan dengan menggunakan metode FCFS dapat terlihat dengan jumlah pekerjaan yang terlambat adalah sebanyak 23 pekerjaan dengan keterlambatan maksimum adalah 84 hari dan keterlambatan rata – rata ( average of latenes ) sebesar 32,4 hari.
Tabel 1.16 Hasil Perhitungan Dengan Metode FCFS Jumlah total waktu alur
Waktu penyelesaian rata-rata
=
Utilitas (%)
=
1433 =
Jumlah pekerjaan
Keterlambatan job rata-rata
Jumlah total waktu alur
1433
Jumlah total waktu alur
1433 =
Total waktu pemrosesan pekerjaan
241
Jumlah hari keterlambatan
972
=
= Jumlah pekerjaan
=
0,16%
=
5,94 Job
=
32,4 hari
241 =
=
47,77 hari
30
Total waktu pemrosesan pekerjaan
Jumlah job ratarata
=
30
102
Laporan Tugas Akhir
FTI Teknik Industri
4.2.2.3 Metode SPT SPT (shortest processing time) adalah waktu pemrosesan terpendek. Tahapan untuk mengolah data dengan menggunakan metode SPT yaitu: a. Mengurutkan penjadwalan pada tiap line dengan prioritas job yang memiliki waktu pemrosesan terpendek diselesaikan terlebih dahulu. b. Mencatat jumlah keterlambatan (lateness) terbesar. c. Menghitung total kelambatan d. Menghitung rata – rata kelambatan dengan membagi total kelambatan dengan jumlah job terlambat.
Tabel 1.17 Urutan Pekerjaan Berdasarkan Metode SPT Pekerjaan
Waktu Proses
Batas Waktu
26
1
9
2 23 28 15 22 29 5 7 6 25 30 3 10 13
2 2 2 3 3 3 4 4 5 5 5 6 6 6
14 6 25 14 8 23 9 28 13 12 6 16 7 5 103
Laporan Tugas Akhir
FTI Teknik Industri
24 14 18 16 11 17 20 27 4 8 12 21 1 9 19
6 7 9 10 11 12 12 12 13 14 14 14 16 16 18
7 7 15 16 26 19 24 16 21 22 29 23 27 28 27
104
Laporan Tugas Akhir
FTI Teknik Industri
Tabel 1.18 Perhitungan Dengan Metode SPT Untuk Di 3 Mesin
Mesin
Pekerjaan
Waktu Proses
Waktu Penyelesaiaan
Batas Waktu
Keterlambatan
26
1
1
9
0
28 29 6 3 24 16 20 8 1 2 15 5 25 10 14 11 27 12 9 23 22 7 30 13 18 17 4 21 19
2 3 5 6 6 10 12 14 16 2 3 4 5 6 7 11 12 14 16 2 3 4 5 6 9 12 13 14 18 241
3 6 11 17 23 33 45 59 75 2 5 9 14 20 27 38 50 64 80 2 5 9 14 20 29 41 54 68 86 910
25 23 13 16 7 16 24 22 27 14 14 9 12 7 7 26 16 29 28 6 8 28 6 5 15 19 21 23 27 502
0 0 0 1 16 17 21 37 48 0 0 0 2 13 20 12 34 35 52 0 0 0 8 15 14 22 33 45 59 504
1
2
3
Jumlah
105
Laporan Tugas Akhir
FTI Teknik Industri
Perhitungan dengan menggunakan metode SPT dapat terlihat dengan jumlah pekerjaan yang terlambat adalah sebanyak 23 pekerjaan dengan keterlambatan maksimum adalah 84 hari dan keterlambatan rata – rata ( average of latenes ) sebesar 32,4 hari.
Tabel 1.19 Hasil Perhitungan Dengan Metode SPT Jumlah total waktu alur
Waktu penyelesaian rata-rata
=
Utilitas (%)
=
910 =
Jumlah pekerjaan
30
Total waktu pemrosesan pekerjaan
Jumlah job rata-rata
Keterlambatan job ratarata
= 30, 3 hari
241 =
Jumlah total waktu alur
910
Jumlah total waktu alur
910
=
= Total waktu pemrosesan pekerjaan
241
Jumlah hari keterlambatan
504
=
= Jumlah pekerjaan
=
0,26%
=
3,77 Job
=
16,8 hari
30
106
Laporan Tugas Akhir
FTI Teknik Industri
4.2.2.4 Metode EDD EDD (earliest due date) adalah batas waktu paling awal. Tahapan untuk mengolah data dengan metode EDD yaitu: a. Mengurutkan penjadwalan pada tiap line dengan prioritas job dengan batas waktu yang paling awal dikerjakan terlebih dahulu. b. Mencatat jumlah keterlambatan (lateness) terbesar. c. Menghitung total kelambatan. d. Menghitung rata – rata kelambatan dengan membagi total kelambatan dengan jumlah job terlambat.
Tabel 1.20 Urutan Pekerjaan Berdasarkan Metode EDD Pekerjaan
Waktu Proses
Batas Waktu
13
6
5
23 30 10 14 24 22 5 26 25 6 2 15 18 3 16
2 5 6 7 6 3 4 1 5 5 2 3 9 6 10
6 6 7 7 7 8 9 9 12 13 14 14 15 16 16 107
Laporan Tugas Akhir
FTI Teknik Industri
27 17 4 8 21 29 20 28 11 1 19 7 9 12
12 12 13 14 14 3 12 2 11 16 18 4 16 14
16 19 21 22 23 23 24 25 26 27 27 28 28 29
108
Laporan Tugas Akhir
FTI Teknik Industri
Tabel 1.21 Perhitungan Dengan Metode EDD Untuk Di 3 Mesin
Mesin
Pekerjaan
Waktu Proses
Waktu Penyelesaiaan
Batas Waktu
Keterlambatan
13
6
6
5
1
6 3 5 3 10 13 3 11 4 2 7 4 5 9 12 14 12 16 16 5 6 1 2 6 12 14 2 18 14 241
12 15 20 23 33 46 49 60 64 2 9 13 18 27 39 53 65 81 97 5 11 12 14 20 32 46 48 66 80 1066
7 8 12 14 16 21 23 26 28 6 7 9 13 15 16 22 24 27 28 6 7 9 14 16 19 23 25 27 29 502
5 7 8 9 17 25 26 34 36 0 2 4 5 12 23 31 41 54 69 0 4 3 0 4 13 23 23 39 51 569
10 22 25 15 1 16 4 29 11 7 23 14 5 6 18 2 27 8 20 1 9 30 24 26 2 3 3 17 21 28 19 12 Jumlah
109
Laporan Tugas Akhir
FTI Teknik Industri
Perhitungan dengan menggunakan metode EDD dapat terlihat dengan jumlah pekerjaan yang terlambat adalah sebanyak 27 pekerjaan dengan keterlambatan maksimum adalah 69 hari dan keterlambatan rata – rata ( average of latenes ) sebesar 18,96 hari.
Tabel 1.22 Hasil Perhitungan Dengan Metode EDD
Waktu penyelesaian rata-rata
Utilitas (%)
Jumlah job rata-rata
Jumlah total waktu alur =
1066 =
Jumlah pekerjaan
30
Total waktu pemrosesan pekerjaan
241
=
= Jumlah total waktu alur
1066
Jumlah total waktu alur
1066 =
= Total waktu pemrosesan pekerjaan
Keterlambatan job rata-rata
=
0,22%
=
4,42 Job
=
18,96 hari
569 =
Jumlah pekerjaan
35,53 hari
241
Jumlah hari keterlambatan =
=
30
110
Laporan Tugas Akhir
FTI Teknik Industri
4.2.2.5 Metode LPT LPT (longest processing time) adalah waktu pemrosesan terpanjang. Tahapan untuk mengolah data dengan metode LPT yaitu : a. Mengurutkan penjadwalan pada tiap line dengan prioritas job yang memiliki waktu pemrosesan lebih panjang, diutamakan terlebih dahulu. b. Mencatat jumlah keterlambatan (lateness) terbesar. c. Menghitung total kelambatan. d. Menghitung rata – rata kelambatan dengan membagi total kelambatan dengan jumlah job terlambat.
Tabel 1.23 Urutan Pekerjaan Berdasarkan Metode LPT Pekerjaan
Waktu Proses
Batas Waktu
19
18
27
1 9 8 12 21 4 17 20 27 11 16 18 14 3 10
16 16 14 14 14 13 12 12 12 11 10 9 7 6 6
27 28 22 29 23 21 19 24 16 26 16 15 7 16 7 111
Laporan Tugas Akhir
FTI Teknik Industri
13 24 6 25 30 5 7 14 22 29 2 23 28 26
6 6 5 5 5 4 4 3 3 3 2 2 2 1
5 7 13 12 6 9 28 14 8 23 14 6 25 9
112
Laporan Tugas Akhir
FTI Teknik Industri
Tabel 1.24 Perhitungan Dengan Metode LPT Untuk Di 3 Mesin
Mesin
Pekerjaan
Waktu Proses
Waktu Penyelesaiaan
Batas Waktu
Keterlambatan
19
18
18
27
0
8 4 27 18 10 6 5 22 23 1 12 17 11 14 13 25 7 29 28 9 21 20 16 3 24 30 14 2 26
14 13 12 9 6 5 4 3 2 16 14 12 11 7 6 5 4 3 2 16 14 12 10 6 6 5 3 2 1 241
32 45 57 66 72 77 81 84 86 16 30 42 53 60 66 71 75 78 80 16 30 42 52 58 64 69 72 74 75 1741
22 21 16 15 7 13 9 8 6 27 29 19 26 7 5 12 28 23 25 28 23 24 16 16 7 6 14 14 9 502
10 24 41 51 65 64 72 76 80 0 1 23 27 53 61 59 47 55 55 0 7 18 36 42 57 63 58 60 66 1271
1
2
3
Jumlah
113
Laporan Tugas Akhir
FTI Teknik Industri
Perhitungan dengan menggunakan metode LPT dapat terlihat dengan jumlah pekerjaan yang terlambat adalah sebanyak 27 pekerjaan dengan keterlambatan maksimum adalah 80 hari dan keterlambatan rata – rata ( average of latenes ) sebesar 41,3 hari.
Tabel 1.25 Hasil Perhitungan Dengan Metode LPT Jumlah total waktu alur
Waktu penyelesaian rata-rata
=
Utilitas (%)
=
1741 =
Jumlah pekerjaan
Keterlambatan job rata-rata
Jumlah total waktu alur
1741
Jumlah total waktu alur
1741 =
Total waktu pemrosesan pekerjaan
241
Jumlah hari keterlambatan
1271
=
= Jumlah pekerjaan
=
0,13%
=
7,22 Job
=
42,36 hari
241 =
=
58,03 hari
30
Total waktu pemrosesan pekerjaan
Jumlah job rata-rata
=
30
114
Laporan Tugas Akhir
FTI Teknik Industri
4.2.2.6 Metode LSF LSF (least stock first) adalah merupakan pemberian prioritas kepada pekerjaan yang waktu senggangnya terkecil. Tahapan untuk mengolah data dengan menggunakan metode LSF yaitu: a. Waktu senggang (slack) adalah selisih antara waktu jatuh tempo (due date) dan lama pengerjaan pekerjaan. b. Mencatat jumlah keterlambatan (lateness) terbesar. c. Menghitung total kelambatan. d. Menghitung rata – rata kelambatan dengan membagi total kelambatan dengan jumlah job terlambat.
Tabel 1.26 Urutan Pekerjaan Berdasarkan Metode LSF Pekerjaan
Waktu Proses
Batas Waktu
1
16
27
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
2 6 13 4 5 4 14 16 6 11 14 6 7 3
14 16 21 9 13 28 22 28 7 26 29 5 7 14 115
Laporan Tugas Akhir
FTI Teknik Industri
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
10 12 9 18 12 14 3 2 6 5 1 12 2 3 5
16 19 15 27 24 23 8 6 7 12 9 16 25 23 6
116
Laporan Tugas Akhir
FTI Teknik Industri
Tabel 1.27 Perhitungan Dengan Metode LSF Untuk Di 3 Mesin
Mesin
Pekerjaan
Waktu Proses
Waktu Penyelesaiaan
Batas Waktu
Keterlambatan
13
6
6
5
1
6 12 10 5 14 14 3 12 3 7 5 4 9 13 1 6 2 11 2 6 2 3 12 5 18 16 16 14 4 241
12 24 34 39 53 67 70 82 85 7 12 16 25 38 39 45 47 58 60 6 8 11 23 28 46 62 78 92 96 1269
7 16 16 12 22 23 14 24 23 7 6 9 15 21 9 16 14 26 25 7 6 8 19 13 27 27 28 29 28 502
5 8 18 27 31 44 56 58 62 0 6 7 10 17 30 29 33 32 35 0 2 3 4 15 19 35 50 63 68 768
24 27 16 25 1 8 21 15 20 29 14 30 5 18 4 2 26 3 2 11 28 10 23 22 17 6 3 19 1 9 12 7 Jumlah
117
Laporan Tugas Akhir
FTI Teknik Industri
Perhitungan dengan menggunakan metode LSF dapat terlihat dengan jumlah pekerjaan yang terlambat adalah sebanyak 29 pekerjaan dengan keterlambatan maksimum adalah 68 hari dan keterlambatan rata – rata ( average of latenes ) sebesar 25,6 hari.
Tabel 1.28 Hasil Perhitungan Dengan Metode LSF Jumlah total waktu alur
Waktu penyelesaian rata-rata
=
Utilitas (%)
=
1269 =
Jumlah pekerjaan
Keterlambatan job rata-rata
Jumlah total waktu alur
1269
Jumlah total waktu alur
1269 =
Total waktu pemrosesan pekerjaan
241
Jumlah hari keterlambatan
768
=
= Jumlah pekerjaan
=
0,18%
=
5,26 Job
=
25,6 hari
241 =
=
42,3 hari
30
Total waktu pemrosesan pekerjaan
Jumlah job rata-rata
=
30
118