BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Sejarah Perusahaan Divisi Mikro Business, pada bulan Februari 2005 menciptakan produk Kredit Mikro Mandiri. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk memberikan perhatian yang besar dan berperan aktif dalam pengembangan usaha kecil di Indonesia, dengan : Menyediakan berbagai fasilitas pembiayaan yang sesuai kebutuhan UMKM dengan syarat ringan dan bunga yang kompetitif. Meningkatkan kualitas pelayanan kepada nasabah melalui dukungan teknologi dan tenaga profesional yang berpengalaman dalam berbagai pembiayaan kepada UMKM. Memberikan kemudahan bagi UMKM dalam mendapatkan informasi yang transparan, melalui jaringan Kantor Cabang yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Kredit Segmen Micro adalah kredit-kredit untuk tujuan bisnis/usaha yang bersifat produktif maupun konsumtif yang diberikan kepada usaha perorangan maupun badan usaha, dengan batasan sebagai berikut:
39
40
Perorangan atau badan usaha perorangan untuk tujuan produktif atau konsumtif dengan limit s.d Rp. 100 Juta, atau yang diatur dalam Kredit Program. A. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) B. Nasabah pegadaian melalui pola chanelling. C. Nasabah dengan pola pembiayaan aliansi Secara umum produk inti kredit segmen Micro dapat dibedakan menjadi kreditber basis agunan dan kredit tanpa agunan. 1. Kredit Berbasis Agunan Kredit Usaha Mikro (KUM) adalah kredit atau pembiayaan dari bank untuk multiguna usaha kepada semua sektor usaha/ekonomi yang bersifat produktif kepada usaha mikro perorangan dan kelompok dengan mensyaratkan agunan. Kredit Serbaguna Mikro (KSM) adalah kredit yang diberikan untuk pembiayaan berbagai macam keperluan (serbaguna) kepada usaha mikro perorangan dan kelompok yang memiliki penghasilan tetap dengan mensyaratkan agunan. Kredit kepada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah kredit yang diberikan kepada BPR, baik yang dilakukan secara executing maupun chanelling dengan mensyaratkan agunan. 2. Kredit Tanpa Agunan Kredit Usaha Mikro (KUM) adalah kredit atau pembiayaan dari Bank untuk mutiguna usaha kepada semua sektor usaha/ekonomi yang
41
bersifat produktif kepada usaha mikro perorangan dengan agunan berupa asuransi jiwa. Kredit Serbaguna Mikro (KSM) adalah kredit yang diberikan untuk pembiayaan berbagai macam keperluan (serbaguna) kepada usaha mikro perorangan dan kelompokyang memiliki penghasilan tetap dengan agunan berupa asuransi jiwa. Kredit Usaha Mikro Layak Tanpa Agunan (KUM-LTA) adalah kredit yang diberikan kepada perorangan untuk membiayai usaha mikro yang bersifat produktif, tanpa agunan kebendaan. Sebagai mitigasi risiko bagi bank, dalam pemberiannya agar diupayakan adanya agunan kebendaan dari debitur. Program Kemitraan & Bina Lingkungan (PKBL) adalah kredit yang diberikan kepada usaha kecil dan koperasi yang belum memiliki kemampuan akses perbankan (belum bankable) dan mempunyai asset/omzet dibawah Rp. 50 juta per tahun atau tidak mempunyai agunan yang cukup untuk memperoleh kredit perbankan.
4.1.2 Struktur Organisasi Mikro Business Cluster Jakarta Gambir Dalam menjalankan kegiatannya, PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk Cluster Gambir memerlukan struktur organisasi serta uraian yang jelas tentang tugas dan tanggung jawab masing-masing elemen yang bergerak dalam sistem manajemen perusahaan, sehingga kegiatan operasional perusahaan dapat berjalan normal dan mempunyai produktivitas yang tinggi. Berikut gambar struktur organisasi pada PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk Cluster Gambir:
42
Cluster Manager
CAO
CQO
MMM
CA
MM
MKS
MKA
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Cluster Gambir Dari struktur di atas dapat dijelaskan bahwa tugas dan tanggung jawab pada masing-masing jabatan dalam struktur organisasi pada PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk Cluster Gambir sebagai berikut: 1. Cluster Manager ( CM ) adalah kepala unit kerja Micro Business Cluster yang memegang kewenangan memutus kredit. Bertanggung jawab terhadap pengembangan dan pengelolaan portofolio bisnis mikro yang berkualitas (a.l. usaha mikro, Bank Perkreditan Rakyat/ BPR dan pinjaman Program Kemitraan/PK), melalui jaringan distribusi internal maupun pihak ketiga sesuai dengan target yang telah ditetapkan,
dengan
melakukan
supervisi
terhadap
pegawai
dibawahnya, meliputi pemetaan potensi usaha yang dapat dibiayai, pengembangan jaringan mikro, pemasaran produk, meyakini proses dan administrasi kredit dilakukan dengan benar, memutus permohonan kredit, serta mengoptimalkan dan meningkatkan produktivitas pegawai. 2. Cluster Admin Officer (CAO) Melakukan review dan monitoring pelaksanaan administrasi kredit di jaringan bisnis mikro sesuai dengan
43
sistem dan prosedur yang berlaku, melaksanakan fungsi pelaporan, kesekretariatan, dan logistik di Cluster, serta bertindak sebagai pengganti sementara MMM / Kepala Cabang Mikro. 3. Credit Quality Officer (CQO) Melakukan review dan monitoring pelaksanaan
pemasaran,
proses
kredit,
portofolio
bisnis
dan
pemeliharaan kualitas bisnis sesuai dengan sistem dan prosedur yang berlaku serta mendeteksi kemungkinan terjadinya penyimpangan di jaringan bisnis mikro. 4. Cluster Admin (CA) Membantu dalam pelaksanaan review dan monitoring administrasi kredit di jaringan bisnis mikro sesuai dengan sistem dan prosedur yang berlaku, serta melaksanakan fungsi kesekretariatan, logistik, pelaporan dan administrasi lainnya di Cluster. 5. Mikro Mandiri Manager (MMM) adalah kepala Unit MMU yang memiliki kewenangan untuk memutus kredit mikro. 6. Mikro Kredit Analis (MKA) adalah pihak yang melakukan analisa kredit, membuat nota analisa, melakukan compliance review sebelum aktivasi rekening pinjaman,serta melakukan verifikasi ulang bila diperlukan atas perintah Cluster Manager. 7. Mikro Kredit Sales (MKS) adalah pihak yang melakukan proses pemasaran kreditserta penagihan kepada pihak debitur kolektibilitas 1 namun dapat dimungkinkan untuk menagih debitur kolektibilitas 2A. 8. Mitra Mandiri (MM) adalah pihak yang melakukan penagihan atas debitur mikro yang menunggak mulai kolektibilitas 2A.
44
4.1.3 Kriteria Pemberian Insentif Dalam upaya meningkatkan produktivitas kerja marketingnya, Bank Mandiri memberlakukan beberapa kriteria pemberian insentif yaitu sebagai berikut : Table 4.1 Kriteria Pemberian Insentif No
Booking Fee
Besar Insentif
1
< Rp 500 jt
Rp
-
2
500 jt - 750 jt
Rp
500,000
3
750 jt - 1 M
Rp
750,000
4
1 M - 1.5 M
Rp
1,500,000
5
> 1.5 M
Rp
2,000,000
(sumber : data Divisi Mikro tahun 2013)
4.1.4 Rancangan Kuesioner Dalam membuat rancangan pertanyaan kuesioner akan disesuaikan dengan teori variabel insentif dan produktivitas kerja sebagai berikut
45
Table 4.2 Pernyataan Rancangan Kuesioner Variabel No
Independen
Indikator
Pernyataan
(X) - Insentif yang saya terima sesuai dengan kinerja yang saya capai - Insentif yang saya terima dari - Kinerja perusahaan memuaskan - Keadilan dan Kelayakan 1.
Insentif
- Insentif yang saya dapatkan - Semangat Kerja meningkatkan semangat kerja - Kebutuhan saya - Insentif
yang saya terima
mampu memenuhi kebutuhan pokok Variabel No
Indikator
Pernyataan
Dependen (Y)
Produktivitas
- Efektifitas
- Saya mampu bekerja sesuai
- Efisiensiirm good repon
dengan target perusahaan
- Kualitas
- Saya mampu menyelesaikan
1. Kerja
pekerjaan tepat pada waktunya - Kualitas kerja saya sesuai dengan standar perusahaan
46
4.2 Pengolahan Data 4.2.1 Uji Validitas Validitas data penelitian ditentukan oleh proses pengukuran yang akurat. Validitas menunjukkan pengujian seberapa baik instrument mengukur apa yang seharusnya diukur (Sekaran dan Bougie, 2010:157). Sehingga butir pertanyaan dalam kuesioner layak untuk digunakan. Uji validitas dapat dilakukan dengan membandingkan antara r hitung dan r table, r hitung dapat dilihat pada kolom Corrected item-total correlation (Sugiyono, 2008:179). 1) Jika r hitung positif dan r hitung > r table, maka butir pertanyaan tersebut dinyatakan valid. 2) Jika r hitung tidak positif dan r hitung < r table, maka butir pertanyaan tersebut dinyatakan tidak valid. Jika butir pertanyaan dalam kuesioner dinyatakan valid, maka kuesioner tersebut layak untuk digunakan dan dapat diinterpretasikan dalam penelitian karena mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. Tetapi jika butir pertanyaan dalam kuesioner dinyatakan tidak valid, maka kuesioner tersebut tidak layak digunakan karena tidak mampu mengukur apa yang seharusnya diukur.
4.2.2 Uji Reliabilitas Konsep reliabilitas dapat dipahami sebagai konsistensi instrumen dalam mengukur apa yang seharusnya diukur. Dikatakan konsisten jika beberapa pengukuran terhadap objek yang sama diperoleh hasil yang tidak berbeda (Sekaran dan Bougie, 2010:157). Untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistik Cronbach Alpha (α). Dimana :
47
1) Jika nilai Cronbach Alpha > 0.60 maka variabel tersebut reliabel 2) Jika nilai Cronbach Alpha < 0.60 maka variabel tersebut tidak reliabel Jika instrumen reliabel, maka kuesioner tersebut layak digunakan karena bersifat konsisten. Dan sebaliknya, jika instrumen tidak reliabel, maka kuesioner tersebut tidak layak digunakan karena tidak bersifat konsisten.
4.2.3 Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel memiliki distribusi normal. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Dasar pengambilan keputusan : 1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. 2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.