42
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1
Tinjauan Perusahaan 4.1.1
Sejarah Perusahaan PT XYZ didirikan pada tahun 1990 oleh sekumpulan pengusaha Indonesia yang melihat adanya peluang pasar untuk nata de coco, perusahaan ini menjawab tantangan untuk memasok hampir 100% kebutuhan nata de coco ke Taiwan, dan dalam 3 tahun telah mengembangkan sayapnya untuk memenuhi kebutuhan nata de coco ke Jepang. Permintaan nata de coco dari kedua negara tersebut semakin meningkat karena nata de coco merupakan makanan yang menyehatkan. Pada tahun 1995 PT XYZ mulai memproduksi makanan yang memanfaatkan nata de coco sebagai produk dalam kemasan yang higienis dengan mengusung merk “A”. Pada tahun 1996 perusahaan ini mulai memenuhi pasar Indonesia dan Hongkong dengan berbagai variasi produk jajanan nata de coco yang diminati oleh seluruh usia
Teknik Industri UMB
43
sebagai produk makanan sehat. Pada tahun 2000-an awal peusahaan ini mulai mengembangkan produk aloe vera yang juga telah diterima di berbagai negara di dunia dan telah membangun pabrik kedua di Pontianak yang dikhususkan untuk produk aloe vera. Dalam perjalanannya PT XYZ masih terus melakukan penelitian dan pengembangan untuk meningkatkan kualitas dan variasi produk yang dihasilkan Dedikasi untuk keunggulan telah menjadi pertimbangan pokok perusahaan ini untuk memperoleh kemajuan dalam segala hal yang mungkin baik untuk menjalankan perusahaan, pengembangan sumber daya manusia, keadaan fasilitas dalam seni atau kreasi produk yang berkualitas dan sehat. Tetapi sebagian besar dari keseluruhan entitas memiliki misi yang telah diwujudkan dalam hal melayani pelanggan dengan baik dan unggul dalam produk dan pelayanan. Makanan sangat penting bagi keberadaan manusia, namun makanan sehat merupakan unsur penting dari gaya hidup berkualitas. Di sini kita melihat dalam perspektif yang berbeda. Aroma, rasa dan kenyamanan dicampur jadi satu menjadi produk yang menyenangkan untuk seluruh keluarga. Hal itulah yang membuat kami benar- benar mencintai apa yang kami lakukan yaitu membuat makanan yang baik dan sehat.
Teknik Industri UMB
44
4.1.2
Fasilitas Perusahaan Saat ini PT. XYZ telah dilengkapi dengan laboratorium dan tenaga yang berpengalaman dalam bekerja dan menghasilkan Nata De Coco, Jelly dan Aloe Vera yang berkualitas. Perusahaan juga menjalankan quality control yang ketat untuk memastikan bebas dari bakteri dan kontaminan dengan menggunakan teknologi seni dan permesinan. Para pekerja juga diminta untuk membersihkan tangan sebelum dan sesudah bekerja dengan menggunakan air mengalir. PT. XYZ saat ini telah memiliki 2 pabrik yang berlokasi di Pontianak dan Bekasi. Untuk ukuran pabrik di Bekasi adalah 25.000 m2 dengan luas bangunan 4.312 m2, sedangkan untuk ukuran pabrik di Pontianak adalah 3 hektar dengan luas bangunan 3.500 m2.
4.1.3
Produk dan Range Produk PT. XYZ Produk- produk hasil seleksi secara hiegenis terbuat dari : •
Nata De Coco terbuat dari proses fermentasi air kelapa yang pada gilirannya menghasilkan serat tinggi dan non- kolesterol Nata De Coco.
•
Aloe vera berasal dari daun lidah buaya yang kaya akan vitamin dan serat, dilengkapi juga dengan zat anti oksidan tinggi.
•
Jelly dan pudding kami terbuat dari karagenan yang berkualitas tinggi yang dikombinasikan dengan varietas bahan lain yang
Teknik Industri UMB
45
berkualitas tinggi juga. Selain sehat dan lezat, mini jelly dan pudding mengandung serat alami yang baik buat pencernaan manusia. Selain produk utama tersebut, PT. XYZ juga membuat beberapa subproduk berupa : •
Coco drink dan kriuk, dengan dikemas dalam glass yang dicampur dengan Nata De Coco.
•
Aloe jelly, merupakan jelly yang berkualitas tinggi yang dikombinasikan dengan potongan aloe vera segar, bernutrisi buat kesehatan.
Untuk menjamin keamanan produk, PT. XYZ berpedoman pada standarisasi BP POM Indonesia dan telah disetujui sesuai standar internasional oleh Amerika Serikat yaitu FDA (Food and Drug Administration). Khusus untuk menciptakan rasa aman bagi umat Islam perusahaan ini juga telah mendapat sertifikasi halal dari LP POM MUI. PT. XYZ selalu konsisten dengan jaminan kualitas produk yang diproduksi. Kami hanya menggunakan raw material yang berkualitas tinggi sesuai standarisasi BP POM. Bentuk kemasan berupa kemasan kantong, cup dan sebagai tutupnya menggunakan bahan yang aman bagi kesehatan konsumen. PT. XYZ dengan brand “A” dan “B” saat ini banyak memiliki range produk termasuk :
Teknik Industri UMB
46
•
Jelly dan Puding mini jelly isi 5, 15, 25, 40, 50 serta curah 10 Kg (Lychee, Strawberry, Mangga, Nanas dan Anggur). konyaku mix flavor (Lychee, Jambu, Markisa dan Melon) puding mix flavor puding mangga mini jelly (10 pcs)
•
Kelompok Nata De Coco Nata 1 Kg rasa vanilla Nata selasih 1 Kg (Rasa Orange dan Strawberry) Nata cup 200 ml (Rasa Lychee dan Mangga) Nata selasih cup (Rasa Orange dan Strawberry) Nata pouch 360 ml (Rasa Lychee, Mangga, Strawberry, Vanilla dan Cocopandan) Nata crispy 1 Kg rasa Vanilla dalam kemasan bucket/ topples Coco drink cup 200 ml, minuman ringan dengan nata de coco (Rasa Lychee, Orange, Jambu dan Cocopandan) Turtle kriuk cup 200 ml, minuman ringan dengan nata de coco (Rasa Orange, Lychee, dan Jambu)
•
Kelompok Aloe Vera Aloe vera pouch 280 ml (Peach Flavor) Aloe vera cup 200 ml (Peach Flavor) Aloe jelly
Teknik Industri UMB
47
•
Kelompok Kolang kaling Kolang kaling pouch 360 ml (Blackcurrant dan Frambozen)
•
Kelompok Alokasi Ekspor Nata De Coco In Water 15 mm Nata De Coco In Syrup 15 mm Nata De Coco In Syrup 7.5 mm Nata De Coco In Syrup 5 mm
4.1.4
Visi, Misi dan Kebijakan Mutu Perusahaan PT. XYZ sangat berpegang kepada tercapainya kepuasan pelanggan
dengan
memastikan
bahwa
persyaratan-persyaratan
pelanggan telah dipahami dan diterapkan sepenuhnya di seluruh bagian serta menghasilkan produk yang berkualitas, sehat dan halal. Untuk mendukung hal tersebut PT. XYZ mempunyai visi dan misi serta kebijakan mutu. Visi PT. XYZ adalah menjadi produsen makan dan minuman yang berkualitas tinggi dan sehat sedangkan untuk Misi PT. XYZ adalah berfokus pada bisnis utama dalam menghasilkan produk yang berkualitas tinggi dan handal yang dicapai melalui penelitian dan pengembangan yang terbaik. Semua
karyawan
telah
berkomitmen
untuk
membuat,
memproduksi dan mendistribusikan hanya produk yang berkualitas tinggi, bernutrisi dan sehat kepada konsumen. Tidak akan ada pemendekan proses produksi semua dilakukan sesuai SOP (Standar
Teknik Industri UMB
48
Operational Procedure). Setiap langkah yang diperlukan akan diambil untuk memastikan bahwa konsumen hanya akan mendapatkan produk yang terbaik yang berasal dari bahan-bahan pilihan. Dalam menjalankan usahanya, Inaco juga akan mengikuti aturan-aturan pemerintah dalam memperlakukan karyawan dalam hal hak dan kewajiban. Selain visi dan misi diatas PT. XYZ juga mempunyai kebijakan mutu untuk menjamin kualitas produk yang dihasilkan, adapun untuk kebijakan mutu tersebut adalah : “Merupakan kebijakan manajemen PT. XYZ tetap menjadi salah satu pemuka industry pangan Indonesia dengan pasar Export dan Nasional. Dengan
secara
konsisten
melakukan
pengembangan
dalam
memproduksi produk pangan yang berkualitas sesuai refleksi kepuasan pelanggan (termasuk jaringan distribusinya) yang didukung implementasi system HACCP (SNI 01- 4852- 1998). Untuk mencapai hal tersebut, pimpinan puncak beserta jajarannya telah menerapkan kebijakan mutu, yaitu : 1.
Menghasilkan produk pangan berkualitas, sehat, aman dan mampu tertelusur dengan menjamin dan menjaga kahalalan semua produk serta bahan baku yang bersertifikat LP POM MUI
2.
Menyelesaikan pekerjaan sesuai jadwal dengan produktivitas optimum (efisien dan efektif)
Teknik Industri UMB
49
3.
Melaksanakan
pekerjaan
dengan
semangat,
tingkat
profesionalisme yang tinggi, kesadaran akan lingkungan dan keselamatan kerja. Selanjutnya PT. XYZ bertekad untuk melaksanakan kebijakan mutu di setiap level organisasi (dalam arti dimengerti, diterapkan dan dipelihara)”. 4.1.5
Struktur Organisasi Perusahaan a.) Struktur Organisasi PT. XYZ Indonesia PT. XYZ Indonesia adalah perusahaan swasta yang bergerak di industri makanan. Pabrik pertama mulai beroperasi pada tahun 1990 dengan produksi nata de coco. Seiring dengan pengembangan dan perluasan produk, didirikan pabrik baru untuk spesialisasi proses tertentu, di Pontianak untuk aloe vera, dan Sukabumi untuk fermentasi nata de coco, sedangkan pabrik Bekasi
merupakan
unit
produksi
produk
olahan
yang
memanfaatkan nata de coco. Berikut struktur organisasi PT XYZ Indonesia:
Teknik Industri UMB
50
Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. XYZ Indonesia Secara struktur PT XYZ dipimpin oleh seorang direktur utama yang membawahi tiga bagian utama pabrik yang masing-masing dipimpin oleh direktur pabrik, direktur administrasi, dan direktur pemasaran. b) Struktur Organisasi PT. XYZ Bekasi Pimpinan tertinggi pada pabrik PT XYZ Bekasi berada pada seorang direktur pabrik yang bertanggung jawab langsung kepada direktur utama. Seluruh operasi pabrik berada dibawah tanggung jawab kepala pabrik yang berada dibawah direktur pabrik. Kepala pabrik PT XYZ membawahi bagian-bagian pelaksana operasional di pabrik Bekasi, secara langsung kepala
Teknik Industri UMB
51
pabrik membawahi kepala bagian produksi, kepala bagian PPIC, dan kepala bagian QS. 1. Kepala Bagian Produksi Kepala bagian produksi bertanggung jawab atas seluruh kegiatan proses produksi di pabrik, kepala produksi akan melaksanakan produksi sesuai target dan arahan yang telah ditentukan PPIC. Kepala bagian produksi membawahi kepala seksi P1, kepala seksi P2 & PP2, kepala seksi P3 &PP3, dan kepala seksi teknik. 2. Kepala Bagian PPIC Kepala bagian PPIC bertugas untuk mengatur perencanaan produksi sesuai permintaan atau target dari bagian pemasaran, setelah target ditentukan PPIC mengatur rencana produksi berkala hingga target produksi harian untuk mencapai target produksi yang telah direncanakan di awal. Selain itu PPIC juga bertanggung jawab atas ketersediaan bahan baku produksi juga kemasan dan segala barang kebutuhan produksi hingga produk dapat dipasarkan. 3. Kepala Bagian QS Kepala bagian QS bertanggung jawab atas segala aspek kualitas produk
yang
dihasilkan,
seperti
kebersihan,
keamanan,
penampilan, dan rasa dari produk yang dihasilkan. Penjaminan
Teknik Industri UMB
52
kualitas produk dilakukan dalam proses produksi juga dengan analisis kualitas produk jadi. 4. Kasie P1, Kasie P2 & PP2, dan Kasie P3 & PP3 Kepala seksi masing-masing unit produksi bertanggung jawab untuk mengkoordinir proses produksi untuk setiap unit yang dibawahinya, setiap kepala seksi membawahi kepala regu yang mengkoordinir masing-masing proses dalam setiap unit produksi. 5. Kasie Teknik Kepala seksi teknik bertanggung jawab atas peralatan produksi pabrik secara umum beserta sistem utilitasnya. 6. Staf Perencanaan Produksi Berada di bawah kabag PPIC, bertugas merencanakan jadwal produksi beserta bahan-bahan yang dibutuhkan untuk produksi. 7. Kasie Gudang, Bahan, dan Sparepart Bertanggung jawab untuk memastikan ketersediaan bahan-bahan persediaan yang dibutuhkan juga keluar-masuknya produk. 8. Staf QC Staf QC bertugas membantu kepala bagian QC dalam pelaksanaan evaluasi kualitas produk. 9. Koordinator sanitasi & QS Koordinator sanitasi & QS secara khusus bertugas untuk menjaga kualitas produk dengan memastikan sanitasi dari lingkungan dan proses produksi yang dilakukan.
Teknik Industri UMB
53
Gambar 4.2 Struktur organisasi pabrik PT XYZ Bekasi
4.1.6
Tenaga Kerja Berikut ini adalah beberapa peraturan PT XYZ: 1. Hari kerja dan waktu kerja Waktu kerja di PT XYZ dibedakan untuk karyawan shift dan nonshift (Tabel ). Waktu kerja karyawan dibatasi sebanyak tujuh jam sehari dan 40 jam sehari. Jika lebih dari itu maka akan dihitung lembur.
Teknik Industri UMB
54
Tabel 4.1 Pembagian hari dan jam kerja PT XYZ Sifat Kerja Non-shift
Shift 1
Shift II
Shift III
Hari Kerja
Jam Kerja
Senin – Jumat
08.00 – 16.00
Sabtu
08.00 – 13.10
Senin – Jumat
07.00 – 15.00
Sabtu
07.00 – 12.10
Senin – Jumat
15.00 – 23.00
Sabtu
12.10 – 17.10
Senin – Jumat
23.00 – 07.00
Sabtu
17.10 – 22.10
2. Pengupahan Selain upah yang dibayarkan setiap bulan, tentu saja karyawan PT XYZ mendapat upah lain seperti: i.
Tunjangan hari raya (THR) keagamaan
ii.
Pembayaran kerja lembur Karyawan PT XYZ dikatan bekerja lembur jika melebihi tujuh jam sehari untuk karyawan non-shift atau 40 jam seminggu untuk karyawan shift.
3. Perawatan Kesehatan Perawatan kesehatan tertentu dapat dinikmati oleh karyawan dengan batas biaya tertentu.
Teknik Industri UMB
55
4. Cuti i.
Tahunan
ii.
Khusus
iii.
Sakit
iv.
Bersalin
v.
Tanpa pembayaran gaji
5. Jaminan Sosial
4.1.7
i.
Pakaian kerja
ii.
Jamsostek
iii.
Tunjangan kematian bukan karena kecelakaan kerja
Proses produksi Pabrik PT. XYZ memproduksi berbagai jenis makanan seperti nata de coco, jelly, aloe vera, dan kolang kaling, namun penelitian tugas akhir kali ini hanya berfokus pada pabrik produksi butiran nata de coco eksport 15 mm In Water. Bahan mentah yang digunakan pada pabrik sudah berupa lembaran nata de coco yang di produksi di pabrik Sukabumi, butiran nata yang diproduksi akan dicampur dengan air dalam kemasan plastik dengan berat dan ukuran nata yang bervariasi disesuaikan dengan permintaan pembeli. Secara umum proses yang digunakan untuk menghasilkan butiran nata dalam air dari lembaran nata merupakan proses fisik.
Teknik Industri UMB
56
Gambar 4.3 Keseluruhan tahapan proses nata de coco di pabrik Bekasi Urutan proses produksi nata de coco butiran dari lembaran nata diuraikan sebagai berikut: 1. Penerimaan nata de coco 2. Penyortiran lembaran nata 3. Pemotongan lembaran nata menjadi butiran 4. Perendaman nata dalam bak sirkulasi 5. Perebusan nata de coco 6. Hot filling 7. Pasteurisasi 8. Inkubasi
Teknik Industri UMB
57
a. Penerimaan nata de coco Pada tahap ini nata de coco yang berasal dari pabrik di Sukabumi diterima di ruang penerimaan nata de coco, nata yang diterima berupa nata lembaran yang disimpan dalam tong-tong. Nata yang diterima memiliki grade yang bervariasi sesuai keperluannya. Nata yang masuk akan diperiksa kesesuaiannya dengan standar grade seharusnya, pemeriksaan dilakukan oleh QC dengan metode sampling dari masing-masing tong, kualitas utama yang dilihat adalah ketebalan kemudian tekstur dan warnanya, ketebalan untuk nata ekspor harus berada antara 9 mm - 12 mm dengan tipe S 1.1 atau S 1.2 C, setelah memeriksa grade nata selanjutnya dilakukan sampling untuk menentukan rata-rata berat lembaran nata yang selanjutnya akan digunakan untuk menentukan jumlah lembaran nata yang akan digunakan dalam satu partai. Satu partai dalam produksi nata de coco ekspor ditargetkan untuk memperoleh 420 kg produk. Untuk mencapai target tersebut dalam penentuan jumlah lembaran nata yang akan digunakan dalam satu partai digunakan rumus:
Dengan x adalah jumlah lembaran nata yang digunakan dalam satu partai, m adalah berat rata-rata lembaran nata yang diperoleh dari
Teknik Industri UMB
58
sampling, dan k merupakan konstanta perolehan nata minimum yang akan digunakan untuk ekspor dari tiap lembar nata. Nilai k berbeda untuk ukuran potongan nata yang berbeda, nilai ini ditentukan dari jumlah pinggiran nata maksimum yang akan dipisahkan untuk produk lokal dari proses pemotongan nata. Angka 430 kg digunakan dalam perhitungan untuk mengantisipasi adanya nata yang tidak bisa dipakai dalam proses produksi karena kontaminasi atau ukuran yang tidak sesuai juga nata yang diambil untuk sampling, sehingga hasil produksi satu partai tetap dapat mencapai 420 kg. b. Penyortiran Lembaran Nata Lembaran nata dari ruang penerimaan dimasukkan melalui corong ke dalam bak penampungan nata lembaran, terdapat 2 corong dari ruang terima nata dan 2 bak penampungan, bak penampungan akan selalu dialiri air agar nata tetap terendam juga membantu menaikkan pH nata. Lembaran nata kemudian diangkat dari bak dan disortir secara manual oleh petugas secara manual pada meja sortir yang memiliki lampu pada bagian bawahnya, penyortiran dilakukan untuk mencegah adanya kontaminan fisik juga kelainan bentuk fisik yang lolos ke tahap pemotongan. Bagian lembaran nata yang memiliki kontaminan atau bentuk fisik yang tidak sesuai standar akan dipotong dan dipisahkan, data kontaminan dan
Teknik Industri UMB
59
kelainan fisik setiap harinya akan didata dan dievaluasi oleh QC sanitasi. c. Pemotongan Nata Lembaran Menjadi Nata Butiran Lembaran nata yang telah disortir kemudian akan dibawa ke meja potong menggunakan troli, nata dari troli kemudian satu per satu diletakkan di tatakan untuk melalui mesin potong, pemotongan dilakukan 2 kali untuk pemotongan vertikal dan horizontal, pemotong pada mesin berputar dengan kecepatan tinggi agar didapatkan hasil potongan yang halus. Mesin pemotong dan tatakan yang digunakan juga disesuaikan, pada pabrik ini terdapat 8 line mesin potong untuk ukuran potongan 6,5 mm, 8 mm, 12 mm, dan 15 mm. Setelah lembaran nata melalui pemotongan vertikal dan horizontal 1-2 baris bagian terluar nata (17% dari keseluruhan lembaran) dipisahkan untuk menghindari bentuk yang tidak sempurna dan kemudian bagian tengah yang memiliki bentuk lebih baik disortir kembali pada meja sortir nata butiran untuk menghindari adanya bentuk tidak sempurna yang masih terbawa juga adanya kontaminan fisik. Pada bagian ujung meja sortir sebelum memasuki troli terdapat batang magnet untuk mencegah adanya serpihan logam dari mesin pemotong yang terbawa. d. Perendaman Nata Dalam Bak Sirkulasi Nata yang telah melalui sortir kemudian akan dibawa menuju bak sirkulasi menggunakan troli, bagian pinggiran nata yang telah
Teknik Industri UMB
60
dipisahkan ditambah nata yang tidak lolos sortir karena bentuk fisik (bukan kontaminan) juga akan dibawa menuju bak sirkulasi yang terpisah, dan selanjutnya akan menjalani proses sebagai produk lokal. Pada bak sirkulasi nata direndam, ketika satu bak telah terisi oleh tiga troli nata (satu lot), air dialirkan terus menerus ke dalam bak untuk sirkulasi air, selain itu terdapat juga aliran udara (vortex) yang dialirkan dari bagian bawah bak. Proses sirkulasi ini bertujuan untuk menaikkan pH nata hingga rentang 6,5 – <8. Adanya vortex bertujuan untuk meratakan persebaran nata sehingga pH merata pada seluruh bagian. Pada proses sirkulasi zat-zat dalam nata yang larut akan air akan terbawa dan terbuang bersama air sirkulasi. Setelah sirkulasi dimulai, dilakukan pengecekan pH setiap jam, apabila akan siap turun dengan waktu sirkulasi sesuai standar maka dilakukan pengecekan di tiga titik yaitu atas, tengah dan bawah, setelah itu sirkulasi air dan udara dihentikan dan nata kemudian diturunkan melalui saluran yang berada di antara bak sirkulasi menuju bak bilas, pada saluran dialirkan air untuk membilas dan mendorong nata menuju bak bilas. Setelah semua nata berada pada bak bilas, nata kemudian diangkat menuju jaket perebusan melalui mesin pencuci (buntaro) dan corong. Buntaro berfungsi untuk memisahkan antara nata yang memiliki bentuk sesuai standar dan tidak, prinsip kerja buntaro memisahkan nata berdasarkan beratnya, nata yang beratnya sesuai
Teknik Industri UMB
61
akan terbawa aliran dan terlempar menuju corong perebusan, nata yang lebih ringan (bentuknya tidak sempurna) tidak akan terlempar dan terbawa oleh air hingga akhirnya terpisah. Pada bagian ujung mesin pencuci sebelum nata memasuki corong terdapat batang magnet untuk mencegah jika ada serpihan logam dari mesin yang terbawa oleh nata. e. Perebusan Nata De Coco Nata dari corong kemudian akan memasuki jaket perebusan (tangki berpengaduk dengan pemanas steam jacket). Ketika jaket telah terisi setengahnya oleh nata yang terendam air, steam dan pengaduk mulai diaktifkan, perebusan akan diteruskan hingga temperatur 98 0
C tercapai, ketika temperatur ini tercapai air rebusan akan
ditiriskan, tetapi tidak sampai benar-benar kering kemudian ditambahkan air baru untuk perebusan berikutnya, perebusan kedua dilakukan setelah temperatur 98 0C tercapai, proses perebusan ditahan pada temperatur tersebut selama 12 menit. Setelah perebusan selesai pH nata harus berada pada rentang 7-7,5. Jika pH berada dibawah 7, proses perebusan akan dilakukan kembali, jika lebih besar akan dilakukan penambahan bubuk “CO7” untuk menurunkan pH nata. Setelah perebusan selesai nata akan dilewatkan melalui corong unit produksi P2 yang memiliki batang magnet untuk mencegah kontaminasi logam dari jaket perebusan. Nata yang telah melalui corong akan ditampung pada mangkok.
Teknik Industri UMB
62
f. Penyiapan Air atau Sirup Produk Air atau sirup untuk produk akan dipanaskan dalam tangki dengan jaket pemanas dengan temperatur 98 0C selama 10 menit. Untuk sirup pada tangki pemanas akan ditambahkan gula sesuai dengan resep produk, dan dilakukan pengadukan, begitu juga dengan asam sitrat. Setelah 10 menit air atau sirup kemudian dialirkan dengan selang menuju mesin filling. g. Hot Filling Mangkok yang telah berisi nata dibawa menuju ruang press nata, mangkok yang berisi nata yang masih panas tersebut kemudian diletakkan dibawah cooker hood agar uap panas yang dihasilkan terbawa keluar ruangan dan tidak menyebabkan panas berlebih dan uap dalam ruangan. Nata dari dalam mangkok kemudian dikeluarkan dan ditiriskan selama sekitar 30 detik sebelum dimasukkan ke dalam plastik kemasan, setelah nata masuk kemudian dilakukan penimbangan untuk mengoreksi jumlah nata yang seharusnya ada dalam setiap kemasan, setelah itu ditambahkan sirup atau air untuk mencapai berat yang telah ditetapkan. Kemasan yang telah berisi nata dan sirup atau air dengan berat yang sesuai kemudian disegel secara manual menggunakan hot sealer dan diberi nomor kode produksi untuk setiap partai. Proses sealing ini merupakan tahap yang penting, pekerja yang melakukan sealing harus melakukan proses ini dengan benar sehingga tidak ada
Teknik Industri UMB
63
kontaminan yang masuk ke dalam kemasan dalam prosesnya. Nata dalam kemasan kemudian akan kembali melalui meja sortir kemasan untuk mendeteksi adanya kontaminan pada nata dalam kemasan, jika ditemukan butiran nata yang terkontaminasi akan dibuang dan yang tidak akan kembali dikemas dan melalui meja sortir, nata kemasan yang telah melalui penyortiran akan dilewatkan melalui corong menuju unit produksi PP2. h. Pasteurisasi Nata dalam kemasan kemudian akan disusun dalam rak dengan jumlah 12 x 7, nata yang telah tersusun diangkat menggunakan hoist menuju bak pasteurisasi, bak yang digunakan memiliki sistem rotary sehingga rak berisi nata akan berputar di dalam bak pasteurisasi untuk penyebaran panas yang lebih merata dan mempercepat waktu pasteurisasi yang dilakukan selama 40 menit pada temperatur 98 0C, pengecekan temperatur air pasteurisasi dilakukan setiap 5 menit untuk melakukan koreksi pada bukaan valve steam jika terjadi kelebihan atau kekurangan panas. Setelah 40 menit rak berisi nata kembali diangkat menggunakan hoist menuju bak pendingin, temperatur air pendingin yang digunakan sekitar 23 0C - 26 0C, bak pendingin yang digunakan juga memiliki sistem rotary, namun selama masa pengamatan sistem tersebut sedang tidak bekerja sehingga hanya dilakukan perendaman pada aliran air pendingin, rak sesekali diputar secara manual oleh
Teknik Industri UMB
64
operator. Pendinginan tanpa sistem rotary dilakukan selama 30 menit, temperatur keluaran produk yang tercatat pada logger menunjukkan temperatur 38
0
C, sedangkan temperatur air
pendingin 23 0C. Produk yang belum benar-benar dingin akan dipindahkan ke bak pendingin lainnya karena bak pendingin utama harus digunakan oleh hasil pasteurisasi berikutnya. Nata dalam kemasan yang telah dingin kemudian dibawa oleh conveyor menuju metal detector, kemasan pada conveyor masih berada dalam kondisi basah keluar dari bak pendingin, petugas akan melap kemasan secara manual sebelum melalui metal detector. Metal detector berfungsi untuk mendeteksi adanya serpihan logam pada produk yang diperiksa, jika terdapat serpihan logam dengan ukuran lebih besar dari tert kit selanjutnya produk akan dipisahkan dan jika diragukan, produk tersebut dilewatkan kembali melalui metal detector. Setelah melalui metal detector produk akan kembali disortir pada meja sortir untuk kembali memastikan tidak adanya kontaminan pada produk. i. Inkubasi Nata dalam kemasan yang telah melalui sortir kemudian akan ditempatkan dalam kardus sementara dan dibawa ke gudang untuk diinkubasi selama 7 hari sebelum diberangkatkan untuk eksport. Seluruh produk nata akan diambil sampel dari masing-masing batchnya untuk diuji organoleptik (aroma dan rasanya), pH, dan
Teknik Industri UMB
65
aktivitas mikrobiologisnya pada 1 hari setelah produksi. Pengujian kembali dilakukan 7 hari setelah produksi, pengujian yang dilakukan
meliputi
pengujian
pH
dan
organoleptik
untuk
memastikan kualitas produk setelah 7 hari. Setelah hasil pengujian QC menunjukkan kelayakan produk, nata dalam kemasan akan dipindahkan dari kardus sementara ke kardus untuk dieksport, dalam proses pemindahan semua nata dalam kemasan akan kembali melalui meja sortir untuk terakhir kalinya untuk pengecekan kontaminan fisik. j. Pengujian Produk Sebagian produk yang telah selesai diproduksi akan diuji terlebih dahulu selama masa inkubasi, pengujian pertama dilakukan 1 hari setelah produksi kemudian dilakukan pengujian kembali 7 hari setelah produksi, sebelum produk siap diberangkatkan. Pengujian yang dilakukan adalah: •
Pengujian pH
•
Uji organoleptik
•
Pengujian brix (untuk produk nata dalam sirup)
•
Pengujian mikroba dan jamur
•
Pengujian E. coli
•
Pengujian berat kering nata
Teknik Industri UMB
66
Semua pengujian dilakukan sehari setelah produksi, untuk pengujian pada 7 hari setelah produksi hanya beberapa pengujian yang dilakukan, yaitu pengujian pH, organoleptik, brix, dan berat kering. Pengujian dilakukan di laboratorium mikrobiologi PT XYZ dengan peralatan yang disediakan. Pengujian pH dilakukan menggunakan pH-meter, setiap produk memiliki standar pH tertentu. Uji organoleptik dilakukan oleh panel ahli di laboratorium, panel akan menilai parameter warna, aroma, dan rasa dari produk. Pengujian brix dilakukan untuk produk yang mengandung gula, kadar gula akan diukur menggunakan refraktometer, standar untuk setiap jenis produk berbeda dan telah ditentukan dari bagian penelitian dan pengembangan. Pengujian mikroba dan jamur dilakukan dengan uji platting TPC dan PDA. Pengujian E. Coli dilakukan dengan pengujian pada koliform, pengujian dilakukan satu kali setiap minggu untuk setiap jenis produk. Pengujian berat tuntas dilakukan dengan penirisan, nata dalam air atau sirup akan ditiriskan menggunakan penyaring selama waktu tertentu lalu ditimbang menggunakan timbangan digital. Penyimpangan hasil pengujian dari standar akan ditindaklanjuti dengan melakukan pending terhadap 1 lot dari sampel yang ditemukan untuk dievaluasi dan diuji kembali, jika hasil pengujian kembali tetap tidak memenuhi
Teknik Industri UMB
67
standar maka produk akan diblokir. Penyimpangan pada berat kering akan menjadi evaluasi untuk proses produksi berikutnya, kelebihan berat akan menyebabkan pengeluaran berlebih dari perusahaan, kekurangan dapat menyebabkan timbulnya komplain dari pembeli.
4.2
Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengamati produk akhir dari proses produksi nata ce coco untuk alokasi ekspor 15 mm In Water yang tidak sesuai (reject). Jumlah Critical of Quality yang terdapat pada produk tersebut dapat dikategorikan menjadi 4 macam sebagai berikut : a. Spot, yang terbagi menjadi 7 jenis : 1) Bintik hitam sedang 2) Bintik hitam besar 3) Bintik hitam halus (dlm nata) 4) Bintik hitam mengkilat 5) Bintik merah kecil 6) Bintik coklat kesil 7) Bintik biru b. Benang halus, yang terbagi menjadi 2 jenis : 1) Benang hitam
Teknik Industri UMB
68
2) Benang biru c. Kondisi Kemasan, yang terbagai menjadi 10 jenis : 1) Print kurang jelas 2) Pack kotor 3) Pack keriput 4) Seal supplier geser 5) Seal produksi bocor 6) Seal keriput (over heat) 7) Seal bergeser (bagian atas) 8) Bocor tertusuk 9) Bocor getas sudut 10) Bocor tergores d. Penyimpangan lain, yang terbagi menjadi 11 jenis : 1) Potongan moulding 2) Jamur 3) Seperti lumut hitam dalam nata 4) Potongan nata kecil 5) Potongan nata tipis panjang 6) Selaput nata panjang 7) Serangga dalam nata 8) Rambut 9) Bulu mata 10) Serpihan silver
Teknik Industri UMB
69
11) Kontaminan lain Dari keempat kategori di atas hanya beberapa jenis saja yang terkadang muncul dalam kegiatan proses produksi produk ekspor nata de coco 15 mm In Water. Banyaknya produk yang tidak sesuai atau reject dapat mempengaruhi biaya produksi. Dari hasil pengambilan data yang ada dari Januari – November 2011 dapat dilihat data ketidaksesuaian produk ekspor nata de coco 15 mm In Water pada tabel berikut : Tabel 4.2 Data Jumlah Produk Yang Tidak Sesuai Jenis ketidaksesuaian Benang Kondisi Penyimpangan Halus Kemasan Lain 2 2 5
No
Minggu ke-
Unit yang diperiksa (Bags)
Banyak unit yang gagal (bags)
Spot
1
1
600
13
4
2
2
1632
9
2
0
3
4
3
3
2712
13
3
1
3
6
4
4
336
8
3
1
2
2
5
5
624
10
4
2
1
3
6
6
1872
17
5
3
3
6
7
7
1824
15
6
2
0
7
8
8
1512
12
5
1
2
4
9
9
3048
13
4
2
1
6
10
10
2184
12
5
3
0
4
11
11
1824
14
5
2
2
5
12
12
2112
17
6
2
4
5
13
13
1968
13
4
2
2
5
14
14
2160
15
5
1
3
6
15
15
1272
11
4
1
1
5
16
16
1200
10
4
0
2
4
17
17
1704
11
3
1
2
5
18
18
2136
13
5
1
2
5
Teknik Industri UMB
70
Jenis ketidaksesuaian Benang Kondisi Penyimpangan Halus Kemasan Lain 0 0 4
No
Minggu ke-
Unit yang diperiksa (Bags)
Banyak unit yang gagal (bags)
Spot
19
19
312
6
2
20
20
2352
18
6
2
3
7
21
21
2304
13
7
1
0
5
22
22
744
7
3
0
0
4
23
23
2184
14
5
1
2
6
24
24
1968
11
5
1
1
4
25
25
1536
13
4
1
2
6
26
26
1032
10
3
1
2
4
27
27
2184
10
4
1
1
4
28
28
1968
12
5
1
2
4
29
29
1536
9
3
1
1
4
30
30
1032
8
4
0
0
4
31
31
1104
11
4
1
1
5
32
32
2040
16
5
2
4
5
33
33
912
7
3
1
0
3
34
34
504
7
4
0
1
2
35
35
1944
15
5
2
3
5
36
36
2040
15
4
2
2
7
37
37
1296
12
5
1
1
5
38
38
432
9
3
1
2
3
39
40
576
9
4
0
2
3
40
41
360
4
1
0
1
2
41
42
72
2
1
0
0
1
42
43
264
5
2
0
1
2
43
44
720
7
2
1
1
3
44
45
1752
13
5
2
1
5
45
46
984
9
4
0
0
5
46
47
168
7
3
0
0
4
47
48
744
9
3
0
2
4
48
49
144
5
1
1
0
3
49
50
264
7
3
0
1
3
50
51
144
7
4
0
0
3
66336
533
194
51
72
216
Total
Teknik Industri UMB
71
4.3
Pengolahan Data 4.3.1 Tahap Define Tahap define ini merupakan langkah pertama dalam fase DMAIC yang bertujuan untuk mengidentifikasi produk dan/atau proses yang akan diperbaiki dan sumber daya yang dibutuhkan. Produk Nata De Coco alokasi Ekspor 15 mm In Water merupakan produk yang banyak di produksi dibanding produk ekspor lainnya, sehingga secara umum kualitas untuk produk inipun harus sesuai dengan keinginan pelanggan. Fokus permasalahan yang akan dibahas adalah cacat atau ketidaksesuaian pada proses produksi produk nata de coco alikasi ekspor 15 mm in water. Dengan adanya ketidaksesuaian ini dapat menciptakan ketidakpuasan pelanggan dan sangat berpengaruh di mata pelanggan. Target atau tujuan dari proses perbaikan ini sendiri adalah untuk mengurangi jumlah produk yang tidak sesuai hingga zero defect dan agar tidak terulang kembali kesalahan yang sama yang menyebabkan ketidaksesuaian semakin bertambah. 4.3.2 Tahap Measure Dalam penerapan Six Sigma, pada tahap kedua adalah tahap measure dimana dalam tahap ini yang harus dilakukan adalah :
Teknik Industri UMB
72
a) Memilih atau menentukan karakteristik kualitas (CTQ) kunci Dalam tahap ini akan dijelaskan mengenai karakteristik kualitas produk nata de coco alokasi ekspor 15 mm in water yang dipersyaratkan oleh perusahaan. Sebagaimana telah dijelaskan di depan bahwa CTQ yang disyaratkan ada 4 jenis yaitu Spot Benang halus Kondisi kemasan Penyimpangan lain-lainnya b) Mengukur kinerja proses pada proyek six sigma Peningkatan kualitas Six Sigma yang ditetapkan akan berfokus pada upaya-upaya dalam peningkatan kualitas menuju kegagalan nol (zero defect) sehingga memberikan kepuasan kepada pelanggan, maka sebelum perbaikan dimulai kita harus mengetahui tingkat kinerja proses awal atau dalam terminologi Six Sigma disebut baseline kinerja. Baseline dalam Six Sigma biasanya diterapkan
menggunakan
satuan
pengukuran
DPMO
dan
tingkat/level kapabilitas sigma. Pengukuran baseline pada tingkat proses akan memberikan gambaran yang jelas tentang segala hal yang terjadi dalam proses dapat dilihat pada contoh perhitungan nilai DPMO dan kapabilitas sigma untuk data 1 sebagai berikut :
Teknik Industri UMB
73
1. Menentukan jumlah unit yang diperiksa (n) adalah unit sampel yang diambil pada pemeriksaan ini sebanyak 600 bags. Menentukan jumlah cacat (x) yaitu jumlah yang tak memenuhi karakteristik produk dimana untuk data pertama berjumlah 33 bags. 2. Menentukan ringkat kegagalan produk (opportunities)
3. Menentukan
peluang
tingkat
kegagalan
produk
per
karakteristik CTQ (DPO = Defect Per Opportunities)
4. Menghitung tingkat kemungkinan kegagalan per sejuta kesempatan (Defect Per Million Opportunities) 5. Konversi DPMO untuk mencari nilai kapabilitas sigma Dari table konversi DPMO ke nilai sigma pada lampiran dapat dilihat bahwa untuk pendekatan nilai DPMO 5416.67 nilai kapabilitas sigma-nya adalah 4.05. Nilai DPMO sebesar 5416.67 ini dapat diartikan bahwa dari sejuta kesempatan proses akan terdapat 5416.67 kemungkinan akan menimbulkan produk cacat (reject)
Teknik Industri UMB
74
Dengan cara perhitungan yang sama seperti data 1 di atas maka untuk data lainnya nilai DPMO dan kapabilitas sigma dapat dilihat pada table sebagai berikut : Tabel 4.3 Data DPMO dan Sigma Level PT. XYZ
Teknik Industri UMB
No
Minggu ke-
Unit yang diperiksa (Bags)
Banyak unit yang gagal (bags)
CTQ potensial penyebab kegagalan
DPMO
Sigma Level
1
1
600
13
4
5416.67
4.05
2
2
1632
10
4
1531.86
4.46
3
3
2712
13
4
1198.38
4.54
4
4
336
8
4
5952.38
4.01
5
5
624
10
4
4006.41
4.15
6
6
1872
17
4
2270.3
4.34
7
7
1824
15
4
2055.92
4.37
8
8
1512
12
4
1984.13
4.38
9
9
3048
13
4
1066.27
4.57
10
10
2184
12
4
1373.63
4.5
11
11
1824
14
4
1918.86
4.39
12
12
2112
17
4
2012.31
4.38
13
13
1968
13
4
1651.42
4.44
14
14
2160
15
4
1736.11
4.42
15
15
1272
11
4
2161.95
4.35
16
16
1200
10
4
2083.33
4.37
17
17
1704
11
4
1613.85
4.44
18
18
2136
13
4
1521.54
4.46
19
19
312
6
4
4807.69
4.09
20
20
2352
18
4
1913.27
4.39
21
21
2304
13
4
1410.59
4.49
22
22
744
7
4
2352.15
4.33
23
23
2184
14
4
1602.56
4.45
24
24
1968
11
4
1397.36
4.49
25
25
1536
13
4
2115.89
4.36
26
26
1032
10
4
2422.48
4.32
75
Banyak unit yang gagal (bags)
CTQ potensial penyebab kegagalan
DPMO
Sigma Level
No
Minggu ke-
Unit yang diperiksa (Bags)
27
27
2184
10
4
1144.69
4.55
28
28
1968
12
4
1524.39
4.46
29
29
1536
9
4
1464.84
4.48
30
30
1032
8
4
1937.98
4.39
31
31
1104
11
4
2490.94
4.31
32
32
2040
16
4
1960.78
4.38
33
33
912
7
4
1918.86
4.39
34
34
504
7
4
3472.22
4.2
35
35
1944
15
4
1929.01
4.39
36
36
2040
15
4
1838.24
4.4
37
37
1296
12
4
2314.81
4.33
38
38
432
9
4
5208.33
4.06
39
40
576
9
4
3906.25
4.16
40
41
360
4
4
2777.78
4.28
41
42
72
2
4
6944.44
3.96
42
43
264
5
4
4734.85
4.09
43
44
720
7
4
2430.56
4.32
44
45
1752
13
4
1855.02
4.4
45
46
984
9
4
2286.59
4.34
46
47
168
3
4
4464.29
4.42
47
48
744
9
4
3024.19
4.24
48
49
144
3
4
5208.33
4.06
49
50
264
5
4
4734.85
4.09
50
51
144
2
4
3472.22
4.2
521
4
1963.49
4.38
Total
66336
Setelah table di atas maka selanjutnya data-data tersebut kemudian diplot dalam bentuk grafik yang nantinya akan dijadikan parameter dan indikator untuk melakukan program perbaikan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik dibawah :
Teknik Industri UMB
76
8000 7000
DPMO
6000 5000 4000 DPMO periode DPMO proses
3000 2000 1000 0 1
5
9
13 17 21 25 29 33 37 42 46 50
Periode Pengukuran (minggu)
Gambar 4.4 Grafik Nilai DPMO PT. XYZ 5 4
SIGMA
3 Sigma periode Sigma proses
2 1 0 1
5
9
13
17
21
25
29
33
37
42
46
50
Periode Pengukuran (minggu)
Gambar 4.5 Grafik Sigma Level PT. XYZ Fungsi dari grafik di atas adalah untuk mengevaluasi jumlah perjalanan siklus produksi. Jika terdapat garis yang signifikan,
Teknik Industri UMB
77
maka ada beberapa faktor penyebab khusus. Untuk lebih jelasnya berikut penjelasan dari gambar di atas : Nilai DPMO dan kapabilitas Sigma di atas menunjukkan pola DPMO dan siklus produksi jumlah cacat per unit kurang sempurna, ini terlihat dari beberapa titik dalam grafik yang nilainya jauh dari rata-rata DPMO proses. Hal ini menunjukkan bahwa proses produksi untuk produk nata de coco alokasi ekspor 15 mm in water belum dikelola dengan baik, apabila dilakukan perbaikan terus menerus maka akan menunjukkan pola DPMO dan kapabilitas Sigma siklus produksi jumlah kecacatan per unit akan menurun.
Teknik Industri UMB