BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 Profil Perusahaan Perusahaan ini awalnya didirikan pada tahun 1975 oleh Bapak Chu Sok Sam dengan nama CV. Central Food Industrial Corporation di Jl. Daan Mogot km 12, Cengkareng, Jakarta barat, memulai usaha pertamanya sebagai produsen kecap melakukan
kedelai. Berkat adanya dedikasi yang tinggi dalam
perbaikan-perbaikan
terhadap
produk-produk
konsumen,
perusahaan telah dapat banyak membawa perkembangan dalam menciptakan produk-produk baru pada tahun pertama didirikannya. Pada tahun 1978, status perusahaan adalah swasta nasional dan dipimpin oleh seorang direktur bernama Kogan Mandala. Perusahaan membuat suatu variasi dengan memproduksi squash dan sirup dan kemudian diikuti dengan memproduksi saus sambal pada tahun 1979, saus tomat pada tahun 1980, dan jus buah dalam bentuk kemasan tetra packs pada tahun 1982.
41 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Mengingat keadaan perusahaan yang semakin berkembang, maka para pimpinan perusahaan dan pemegang saham merasa perlu merubah bentuk perusahaan dari CV menjadi PT. Akhirnya mereka bersama-sama mendirikan perusahaan baru dengan nama PT. Aneka Bina Cipta Central Food Industry disingkat dengan nama PT. ABC Central Food tahun 1982. Status perusahaan tetap swasta nasional dengan direktur utama nyonya Erlina. Perusahaan mempunyai tujuan untuk memasarkana produk-produknya dari konsumen tingkat menengah hingga konsumen tingkat atas dengan menekankan pada kualitas yang baik. ABC FOODS menyalurkan produknya melalui kantor pemasarannya dan mengekspor produknya ke negara-negara diseluruh dunia seperti Amerika serikat, Kanada, Australia, Singapura, Malaysia, Brunei Darusalam, Taiwan, Hongkong, Jepang, Republik Maldives, Saudi Arabia, UAE, Rusai, Holland, UK. Denmark, Norway, Czech, Slovak, Yunani, dan lain-lain. Pada tahun 2000, perusahaan mengoperasikan 3 fasilitas manufaktur termutakhir yang dilengkapi dengan teknologi terbaru yang sesuai dengan standar internasional. Pada awal tahun 1999, pemegang saham dari PT ABC Central Food Industry memutuskan untuk membentuk suatu aliansi dengan H.J.Heinz dari Amerika Serikat dengan tujuan untuk memperkuat posisinya dipasaran Asia, dimana aliansi ini kemudian dinamakan PT Heinz ABC Indonesia. PT Heinz ABC Indonesia merupakan salah satu perusahaan produksi makanan terbesar di Asia tenggara dan sangat terkenal karena kualitasnya. Dan merk“ABC” tersebut juga merupakan salah satu merk yang paling terkenal di Asia tenggara, Khususnya pada kategori kecap kedelai dan saus sambal.
42 http://digilib.mercubuana.ac.id/
PT Heinz ABC Indonesia memperkerjakan lebih dari 3500 orang karyawan di 3 pabrik manufaktur diseluruh Indonesia, yaitu Daan Mogot, Karawang, dan Pasuruan, dengan kantor pusat yang berlokasi di Intiland Tower, Jl. Sudirman Kav 32 lantai 3A, Jakarta. Pada saat ini, produk-produk yang dihasilkannya adalah kecap kedelei, saus sambal, saus tomat, saus tiram, kecap manis, kecap asin, bermacam minuman syrup dalam bentuk botol ataupun kemasan terapaks, untuk plant Daan Mogot memproduksi produk jenis kecap dan minuman siap minum. Untuk melayani konsumen yang ada di Indonesia dan Asia tenggara, ABC group mengekspor produknya kelebih dari 30 negara diseluruh dunia, yang dimana produk yang diekspor tersebut dikemas baik secara retail maupun grosir dan dikirimkan dengan merk “ABC” dan jika dibutuhkan dengan label pribadi milik pembeli. Seluruh produk yang diproduksi oleh perusahaan sesuai dengan standart internasional,
dimana
perusahaan
memperkerjakan
team-team
yang
professional dan berdedikasi tinggi, yang dibantu oleh karyawan-karyawan dan staff yang berkualitas, yang bertujuan untuk memastikan bahwa hanya produk-produk yang berkualitaslah yang diproduksi oleh perusahaan. PT Heinz ABC Indonesia dikenal oleh para pelanggannya karena kepercayaan yang telah diberikan oleh pihak perusahaan sebagai organisasi yang berorientasi pada kualitas dan pelayanan. Perusahaan selalu mencari kesempatan-kesempatan baru untuk memenuhi komitmen perusahaan terhadap pelanggannya dan perusahaan juga selalu berusaha untuk memvariasikan produk-produknya serta memperluas jangkauan pasarnya
43 http://digilib.mercubuana.ac.id/
4.1.1 Visi, misi, dan Kebijakan Mutu Visi : Menjadi perusahaan makanan dan minuman terdepan di dunia yang menghasilkan produk yang unggul dalam cita rasa dan bergizi bagi konsumen dimana saja. Misi : Kami berjuang untuk dapat menghasilkan produk makanan dan minuman dengan Brand yang terpercaya, unggul dalam cita rasa, bergizi serta memiliki mutu yang konsisten bagi seluruh keluarga Indonesia agar dapat hidup lebih sehat dan sejahtera. Kebijakan mutu : PT Heinz ABC Indonesia bertanggung jawab untuk menghasilkan produk yang dapat memenuhi kepuasan konsumen, bermutu, aman untuk dikonsumsi, sesuai dengan pereturan yang berlaku serta Halal melalui: 1. Penerapan dan pemenuhan spesifikasi dan persyaratan yang di tetapkan. 2. Peningkatan yang berkesinambungan untuk mencapai mutu yang unggul. 3. Penerapan Quality Risk Management Process ( QRMP) 4. Penerapan
Technical
Policy
T.01
Quality
Foods
and
Manufacturing Standart.
44 http://digilib.mercubuana.ac.id/
4.1.2
Jam kerja Waktu kerja karyawan adalah tujuh hari kerja namun setiap karyawan memiliki waktu libur satu kali dalam tujuh hari kerja tersebut. Apabila karyawan sakit bisa ijin tidak kerja namun harus disertai dengan keterangan dari dokter.
Bila karyawan tiba-tiba ada kepentingan
mendadak, maka karyawan boleh meminta ijin namun hari kerjanya diganti dengan dengan hari libur. Istirahat mingguan tidak selalu jatuh pada hari minggu. Pekerja yang karena sifat pekerjaannya, maka jam kerja dan jam atau jam istirahat atau jam kerja lembur diatur secara tersendiri oleng masing-masing departemen. Jam kerja yang berlaku adalah 40 (empat puluh) jam seminggu, dengan istirahat antara jam kerja sekurang-kurangnya ½ (setengah) jam sehari dan 1 (satu) hari istirahat mingguan dalam seminggu. 1. Pada tenaga kerja dibagian produksi dibagi menjadi 3 shift, yaitu sebagai berikut: a. Shift 1 Senin – Jum’at
: 07:00 – 15:00; jam istirahat 12:00 – 13:00
b. Shift 2 Senin – Jum’at
: 15:00 – 23:00; jam istirahat 18:00 – 19:00
45 http://digilib.mercubuana.ac.id/
c. Shift 3 Senin – Jum’at
: 23:00 – 07:00; jam istirahat 03:00 – 04:00
Sabtu
: 07:00 – 22:00 (untuk 3 shift)
2. Jam kerja karyawan kantor jam operasi kerja adalah sebagai berikut:
4.1.3
Senin – Jum’at
: 07:30 – 16:30; jam istirahat 12:00 – 13:00
Sabtu
: Off
Hari Jum’at
: Istirahat dari 11:30 – 13:00
Pemasaran Ketepatan dalam memilih lokasi distribusi merupakan faktor pendukung perkembangan suatu usaha. Pada PT. Heinz ABC Indonesia produk jadi yang telah dikemas dari pabrik akan dikirim kepusat distribusi untuk dilanjutkan ke penjual produk, dan akhirnya produk dapat dibeli oleh konsumen di seluruh Indonesia. Cabang pabrik Daan Mogot, Kerawang, Pasuruan, serta Co-Packer akan mendistribusikan produk ke Distribution Center Kalideres, DC. Karawang, serta DC. Rungkut. Pabrik Daan Mogot sendiri akan mendistribusikan produk yang sudah dikemas ke DC. Kalideres serta DC. Karawang. Selama Proses pendistribusian keamanan serta kualitas produk harus tetap dijaga dan diutamakan untuk menjaga kepuasan konsumen.
4.2
Pengumpulan Data Pada tahap pengumpulan data ini akan diuraikan dengan menggunakan tahapan DMAIC yaitu Define, Measure, Analyze, Improve dan Control. Berikut adalah penjabaran dari masing-masing tahapan : 46 http://digilib.mercubuana.ac.id/
4.2.1
Tahap Define Pada tahap define ini akan di kumpulkan data untuk mengidentifikasi kecacatan yang terjadi pada produk minuman RTD 90 ml. 1. Penentuan CTQ ( Critical to Quality ) Dalam CTQ ini akan di bahas keterangan jenis cacat produk yang biasanya di sebabkan oleh volume kurang, ketidaksesuaian dimensi, sambungan kemasan dan gagal coding. Jenis cacat volume kurang dan ketidaksesuaian dimensi lebih banyak di sebabkan oleh faktor sistem mesin sedangkan sambungan kemasan dan gagal Coding lebih banyak di sebabkan oleh faktor manual ( dalam hal ini manusia ). Berikut jenis – jenis cacat pada produk minuman RTD 90 ml : 1. Volume kurang Volume kurang terjadi ketika volume bersih minuman RTD 90 ml tidak mencapai standar. Volume kurang dapat mengakibatkan umur kadaluarsa produk menjadi tidak beraturan serta rentan tumbuhnya mikroba dan bisa merugikan pelanggan karena membeli produk yang tidak sesuai content yang dicantumkan pada kemasan. Pengecekan dilakukan dengan cara penimbangan. Berikut gambar penimbangan pada produk RTD 90 ml :
47 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 4.1 Penimbangan Berat Produk RTD 90 ml Sesuai Standar
( Sumber : PT Heinz ABC Indonesia ) Berat standar produk RTD 90 ml adalah 98-102 gram. Berat tersebut lalu dikurangi hasil berat kemasan kosong dan straw. Dimana berat kemasan kosong dan straw adalah 10 gram. Berikut perhitungan isi bersih produk RTD 90 ml : Isi Bersih ( gram ) = Hasil penimbangan (gram ) – 10 ( gram ) Isi Bersih ( gram ) = 101.2 gram - 10 gram Isi Bersih ( gram ) = 91.2 gram Sehingga bisa diartikan isi bersih yang berada di produk RTD 90 ml tersebut adalah 91.2 ml. karena berat jenis isi produk tersebut adalah 1 gram/mililiter. Kemudian berikut gambar penimbangan berat produk RTD 90 ml yang tidak sesuai standar :
48 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 4.2 Penimbangan Berat Produk RTD 90 ml Tidak Sesuai Standar ( Sumber : PT Heinz ABC Indonesia ) Pada gambar diatas menunjukan tidak kesesuaian berat standar kemasan yang mempunyai standar 98 – 102 gram. Hal ini dapat menyebabkan kerugian pada konsumen sehingga akan adanya ketidakpuasan konsumen sehingga beresiko dapat mengakibatkan kerugian pada perusahaan. 2. Ketidaksesuian dimensi Cacat ini terjadi ketika kemasan tidak berbentuk sesuai bentuk standar kemasan pada produk RTD 90 ml. Cacat ini terjadi dikarenakan faktor mesin yang error sehingga mengakibatkan bentuk kemasan menjadi buruk. Berikut gambar ketidaksesuaian dimensi pada produk RTD 90 ml :
49 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 4.3 Ketidaksesuian Dimensi Produk RTD 90 ml ( Sumber : PT Heinz ABC Indonesia ) Dari gambar tersebut bisa dilihat kemasan tidak berbentuk semestinya. Hal ini sangat sering terjadi ketika penyesuian awal kerja mesin karena saat mesin bekerja, mesin membutuhkan pemanasan dan waktu untuk bisa bekerja secara optimal. Hal ini juga mengakibatkan loss produk sehingga terjadi kerugian perusahaan. 3. Sambungan kemasan Cacat ini terjadi apabila mesin tidak bekerja dengan baik sehingga sambungan kemasan tidak sempurna dan dapat menyebabkan kemasan menjadi kembung karena terkontaminasi oleh mikroba. Berikut gambar produk cacat RTD 90 ml yang disebabkan oleh sambungan kemasan :
50 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 4.4 Kesalahan Sambungan Kemasan Produk RTD 90 ml ( Sumber : PT Heinz ABC Indonesia ) Gambar tersebut adalah produk RTD 90 ml yang cacat dikarenakan kurang merekatnya sambungan kemasan sehingga kemasan menjadi lepas / tidak merekat. Hal ini disebabkan oleh kinerja mesin dan kualitas paper kemasan yang kurang baik. Sambungan kemasan ini rentan terjadi ketika operator tidak teliti terhadap pengecekan sehingga membuat banyaknya produk yang terbuang karena gagalnya sambungan kemasan. 4. Gagal Coding Gagal coding merupakan jenis cacat yang terjadi ketika penanggalan produksi dan expired date tidak sempurna. Seperti tejadinya kesalahan
51 http://digilib.mercubuana.ac.id/
dalam penentuan tanggal dan coding tidak terlihat jelas. Berikut gambar kesalahan penanggalan produksi :
Gambar 4.5 Kesalahan Coding Produk RTD 90 ml ( Sumber : PT Heinz ABC Indonesia ) Dari gambar diatas terdapat dua gambar yang mempunyai perbedaan Coding / penanggalan produksi. Pada gambar sebelah kiri merupakan contoh penanggalan produk yang benar sesuai tanggal produk tersebut diproduksi yaitu pada tanggal 27. Namun pada gambar produk sebelah kanan merupakan contoh produk yang salah penanggalan yang seharusnya adalah tanggal produksi produk tersebut yaitu tanggal 27 bukan tanggal 28.
52 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Hal ini terjadi karena kelalaian operator dan kurangnya ketelitian operator dalam bekerja. Gagal Coding sangat jarang terjadi, namun bila terjadi bisa mengakibatkan jumlah cacat produk yang sangat banyak. 2. Diagram Pareto Jumlah Produksi Cacat PT. Heinz ABC Indonesia divisi RTD memiliki jumlah produksi yang banyak sehingga mempunyai jumlah produk cacat yang banyak juga setiap harinya. Hal ini bila dibiarkan akan terus membuat kerugian pada perusahaan
karena
tingginya
defect
produk
akan
mempengaruhi
produktivitas dan provit perusahaan. Oleh karena itu, Diagram Pareto digunakan untuk mengetahui penyumbang terbesar dalam kecacatan produk RTD 90 ml. Berikut tabel 4.1 yang merupakan tabel rekapitulasi jumlah produksi yang diamati selama peneliti melakukan pengamatan dan kemudian dituangkan ke dalam histogram pada gambar 4.6.
53 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Tabel 4.1 Tabel Rekapitulasi Jumlah Produksi RTD 90 ml Januari 2016 Hari ke -
Hasil Produksi ( Unit )
1
660.672
2
600.912
3
694.272
4
661.776
5
417.648
6
393.984
7
472.800
8
718.320
9
393.984
10
562.466
11
661.316
12
523.776
13
417.809
14
544.604
15
516.371
16
401.006
17
633.087
18
475.736
19
664.196
20
575.935 ( Sumber : Pengolahan data )
54 http://digilib.mercubuana.ac.id/
800000 700000
jumlah produksi
600000 500000 400000 300000 200000 100000 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Hari Ke-
Gambar 4.6 Histogram Produk RTD 90 ml Januari 2016 (Sumber : Pengolahan data) Setiap
harinya
jumlah
produksi
berbeda-beda
mengakibatkan
ketidakstabilan produktivitas. Berdasarkan dari diagram pareto diatas maka diketahui bahwa produksi terbanyak pada hari ke- 8 pengamatan sebanyak 718.320 produk dan produksi terendah berada di hari ke- 9 sebanyak 393.984 produk. Terdapat
jumlah
produk
cacat
yang
berbeda-beda
penyebabnya
dikarenakan banyak faktor juga yang mengakibatkan produk cacat itu sendiri. Berikut tabel 4.2 yang merupakan tabel rekapitulasi pengumpulan data kecacatan produk RTD 90 ml yang menerangkan jumlah produk cacat berdasarkan penyebabnya.
55 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Tabel 4.2 Tabel Rekapitulasi Data Kecacatan Produk Minuman RTD 90 ml Jenis Cacat Hari ke -
volume
ketidaksesuaian Sambungan
Gagal
Jumlah Cacat
Jumlah yang diamati
Kurang
Dimensi
Kemasan
Coding
1
172
151
364
161
848
20
2
242
253
319
215
1.029
20
3
228
184
145
297
854
20
4
312
179
338
365
1.194
20
5
325
149
105
267
846
20
6
208
181
225
456
1.070
20
7
284
288
382
156
1.110
20
8
228
146
331
454
1.159
20
9
174
271
304
329
1.078
20
10
170
155
383
397
1.105
20
11
130
271
156
356
913
20
12
128
168
105
441
842
20
13
198
166
377
128
869
20
14
206
230
223
152
811
20
15
205
271
92
150
718
20
16
142
252
112
203
709
20
17
297
97
374
197
965
20
18
192
101
256
368
917
20
19
168
110
270
125
673
20
20
248
104
342
321
1.015
20
TOTAL
4257
3.727
5.203
5.538
18.725
400
(Sumber : Pengolahan data) 56 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Dalam tabel 4.2 bisa diketahui jumlah cacat sebanyak 18.725 produk dengan total cacat yang paling tinggi disebabkan gagal coding, sambungan kemasan, volume kurang dan yang paling rendah adalah ketidaksesuian dimensi. Dalam hal ini produktivitas produk dan yield produk akan terganggu secara signifikan hanya karena besarnya jumlah produk cacat yang terjadi setiap harinya. Kemudian data jumlah cacat ini dituangkan kepada diagram pareto di bawah ini : 15000
100.00%
12000
80.00%
9000
60.00%
6000
40.00%
3000
20.00%
0
0.00% Gagal Coding
Sambungan Kemasan
volume Kurang
ketidaksesuaian Dimensi Jumlah Cacat
Persentase Jumlah Cacat Kumulatif
Gambar 4.7 Diagram Pareto Jumlah Cacat Akumulatif (Sumber : Pengolahan data) Dari gambar diatas dapat diketahui jumlah terbanyak cacat produk disebabkan oleh gagal Coding yaitu sebanyak 5.538 produk, sambungan kemasan sebanyak 5.203 produk, volume kurang sebanyak 4.257 produk dan paling terendah disebabkan oleh ketidaksesuaian dimensi sebanyak 3.727 produk. Data jumlah produksi cacat tersebut kemudian diakumulatifkan seperti dapat dilihat pada tabel berikut ini : 57 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Tabel 4.3 Data Akumulatif Produk Cacat Januari 2016 Jenis Cacat
Jumlah Cacat
Jumlah Cacat Kumulatif
Persentase Persentase Jumlah Cacat Jumlah Cacat Kumulatif
volume Kurang
4.257
4.257
22.73%
22.73%
ketidaksesuaian Dimensi
3.727
7.984
19.90%
42.63%
Sambungan Kemasan
5.203
13.187
27.79%
70.42%
Gagal Coding
5.538
18.725
29.58%
100.00%
(Sumber : Pengolahan data) Dari tabel diatas dapat diketahui persentase jumlah cacat terbesar disebabkan oleh gagal coding sebanyak 29.58% , sambungan kemasan sebanyak 27.79% , volume kurang sebanyak 22.73% dan yang paling terendah disebabkan oleh ketidaksesuaian dimensi sebanyak 19.90%. 3.
Diagram SIPOC (Supplier, Input, Process, Output, Customer) Diagram ini dibuat untuk memahami proses masak RTD 90 ml yang terjadi antara input yang diperlukan, proses yang dijalankan dan output yang dihasilkan. Proses yang dijalankan dalam proses pembuatan produk RTD 90 ml dapat dilihat pada diagram SIPOC dibawah ini.
58 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Tabel 4.4 Diagram SIPOC Proses Masak Minuman RTD 90 ml DIAGRAM SIPOC Proses Masak Minuman RTD 90 ml
Supplier
Input
Proses
Output
Customer
Gudang bahan baku dan gudang bahan kemas
Spesifikasi Bahan Baku dan Bahan kemas
Penerimaan Bahan baku dan kemas
Bahan baku siap diproses & bahan kemas siap digunakan
Operator Formulasi bahan baku Produksi
Operator formulasi
Standar Formula bahan baku
Operator mixing
WI Mixing bahan baku
Operator Sterelisasi
Standar suhu dan waktu sterelisasi
Formulasi Bahan Baku
Bahan formulasi yang siap dimixing
Operator Mixing
Mixing bahan baku dan penyaringan
Hasil mixing siap disaring dan difilling
Operator Filling
Sterelisasi
Produk hasil Sterelisasi
Operator Cooling Product
A 59 http://digilib.mercubuana.ac.id/
DIAGRAM SIPOC Proses Masak Minuman RTD 90 ml
Supplier
Input
Proses
Output
Customer
Produk hasil precooling dan produk cooling
Drying conveyor
A
Operator cooling produk
Drying conveyor
Standar suhu dan waktu pre-cooling dan waktu cooling Standar kecepatan conveyor
Pre- cooling dan cooling
Drying
Produk yang sudah kering
Operator packing
Produk akhir siap disimpan
Operator Finished goods
Operator packing
WI Packing
Packing
Operator Finished Goods
Standar penyimpanan produk jadi
Penyimpanan produk jadi
Produk akhir siap dikirim ke distributor
Transporter
Transporter
Standar pengiriman produk
Pengiriman produk ke distributor
Produk akhir siap dijual
Distributor
http://digilib.mercubuana.ac.id/
60
4.3
Pengolahan Data Tahap ini merupakan tahap untuk mengukur keadaan dan kondisi perusahaan. Pada tahap ini akan diuraikan tentang data-data defect produk minuman RTD 90 ml dan kapabilitas proses produksi saat ini.
4.3.1. Tahap Measure a. Data Cacat Produk RTD 90 ml Berikut adalah data jenis cacat produk RTD 90 ml pada Januari 2016 Tabel 4.5 Data Jenis Cacat RTD 90 ml Januari 2016 Hari ke -
JENIS CACAT PRODUK Jumlah Sampling Cacat Produk Volume Ketidaksesuaian Sambungan Gagal Kurang Dimensi Kemasan Coding Produk
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
3 2 3 2 5 1 0 3 0 1 2 0 2 3 1 1 2 2 1 2
2 1 2 3 2 3 1 2 2 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1 2
1 1 1 0 0 0 0 1 2 1 1 0 0 2 1 2 2 1 2 1
8 0 5 0 7 0 8 6 5 0 0 0 6 0 4 0 0 5 0 0
14 4 11 5 14 4 9 12 9 3 4 2 9 6 8 4 5 10 4 5
TOTAL
400
36
33
19
54
142
(Sumber : Pengolahan data ) 61 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Berdasarkan data tabel diatas, dapat diketahui bahwa jenis cacat yang terjadi pada produk RTD 90 ml adalah volume kurang, ketidaksesuaian dimensi, sambungan kemasan dan Gagal Coding. Defect yang paling banyak terjadi pada produk RTD 90 ml adalah jenis cacat Gagal Coding sebanyak 54 produk cacat dan yang terendah adalah sambungan kemasan sebanyak 19 produk cacat. Walau jarang terjadi untuk cacat Gagal Coding ini setiap harinya namun jika terjadi, perolehan jumlah cacat yang disebabkan Gagal Coding sangat banyak jumlahnya dalam setiap kejadian. Kemudian data tersebut diakumulatifkan seperti tabel dibawah ini . Tabel 4.6 Data Kumulatif Jenis Cacat Produk Jenis Cacat
Jumlah Cacat
Jumlah Cacat Kumulatif
Persentase Jumlah Cacat
Persentase Jumlah Cacat Kumulatif
volume Kurang
36
36
25.35%
25.35%
ketidaksesuaian Dimensi
33
69
23.24%
48.59%
Sambungan Kemasan
19
88
13.38%
61.97%
Gagal Coding
54
142
38.03%
100.00%
( Sumber : Pengolahan data ) Dari tabel diatas dapat diketahui persentase jumlah cacat terbesar disebabkan oleh gagal coding sebanyak 38.03%, volume kurang sebanyak 25.35%, ketidaksesuaian dimensi sebanyak 23.24% dan yang paling terendah disebabkan oleh sambungan kemasan sebanyak 13.38%.
62 http://digilib.mercubuana.ac.id/
b. Pengukuran Baseline Kinerja Pengukuran baseline kinerja dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu produk dapat memenuhi kebutuhan spesifik pelanggan, sebelum produk itu diserahkan kepada pelanggan. Dalam pengukuran baseline kinerja digunakan satuan pengukuran DPMO (Defect Per Million Opportunities). Berikut nilai DPMO dan tingkat sigma proses pembuatan produk minuman RTD 90 ml.
63 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Tabel 4.7 Nilai DPMO ( Defect Per Milion Opportunities ) Minuman RTD 90 ml Hari ke -
Sampling Produk
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 TOTAL
20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 400
Volume Kurang 0 2 1 2 2 1 0 1 0 1 2 0 2 3 1 1 2 0 0 2 23
JENIS CACAT PRODUK Ketidaksesuaian Sambungan Dimensi Kemasan 2 1 1 1 0 1 1 0 0 0 2 0 0 0 0 1 0 2 1 1 1 1 2 0 1 0 1 2 2 1 0 2 1 2 0 1 1 2 1 1 17 19
Gagal Coding 4 0 5 0 4 0 5 4 4 0 0 0 3 0 4 0 0 5 0 0 38
Jumlah Cacat Produk 7 4 7 3 6 3 5 6 6 3 4 2 6 6 8 3 5 6 3 4 97
CTQ Potensi Penyebab Kecelakaan 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
DPMO
SIGMA
87.500 50.000 87.500 37.500 75.000 37.500 62.500 75.000 75.000 37.500 50.000 25.000 75.000 75.000 100.000 37.500 62.500 75.000 37.500 50.000 60.625
2.86 3.14 2.86 3.28 2.94 3.28 3.03 2.94 2.94 3.28 3.14 3.46 2.94 2.94 2.78 3.28 3.03 2.94 3.28 3.14 3.07 64
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sampling produk diambil 20 produk perharinya lalu diamati. Sehingga akan bisa menghasilkan nilai DPMO yang berada di tabel 4.7 tersebut. Nilai DPMO rata – rata proses produksi minuman RTD 90 ml adalah 60625.00 artinya setiap memproduksi sebanyak satu juta produk, terdapat kemungkinan cacat sebanyak 60625.00 produk. Sedangkan rata – rata timgkat Sigmanya adalah 3.07. Tingkat sigma 3.07 merupakan tingkat sigma yang rendah dan perlu lebih diperhatikan untuk meningkatkan tingkat sigma sehingga dapat mengurangi variasi cacat produk dan dapat menaikan produktivitas produksi.
65 http://digilib.mercubuana.ac.id/