BAB IV PENGEMBANGAN MODEL
4.1 Perkembangan Industri Elektronika di Indonesia (LIPI, 2004) Perkembangan industri elektronika di Indonesia erat dengan perkembangan perekonomian Indonesia pada umumnya. Keberadaan industri dan perdagangan elektronika di Indonesia sudah ada sejak tahun 1950-an atau tidak lama setelah kemerdekaan Indonesia. Namun perkembangan industri elektronika benar-benar dipacu oleh pemerintah mulai dekade 1970 an sampai dekade pertengahan 1980 an dengan kebijakan substitusi impornya. Ini tidak terlepas dari perkembangan ekonomi internasional dan arah perkembangan ekonomi Indonesia masa-masa kejayaan dari harga minyak pada dekade 1970. Turunnya sumber-sumber pendapatan pemerintah dari hasil minyak dan gas mendorong pemerintah untuk mengaktifkan sumber-sumber pendapatan di luar sektor minyak dan gas.
Perubahan pola pembangunan dalam mendorong pendapatan pemerintah di luar sektor minyak dan gas ini memberikan dampak pada dipacunya sektor-sektor ekonomi di luar minyak dan gas. Sektor industri dalam hal ini industri elektronika juga menerima dampak positif dari kebijakan pemerintah untuk mengaktifkan sumber-sumber pendapatan di luar minyak dan gas. Konsep REPELITA (Rencana Pembangunan Lima Tahun) untuk pelaksanaan program-program pembangunan juga membawa industri elektronika menjadi salah satu target andalan pendapatan negara dalam jangka panjang. Aktivitas perdagangan luar negeri serta meningkatnya kebutuhan-kebutuhan dalam negeri yang harus dipenuhi dari impor mendorong pemerintah melakukan kebijakan-kebijakan pembangunan sektor industri dalam kerangka subtitusi impor (import substitution). Paradigma pembangunan sektor industri sebagai substitusi impor ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan terhadap barang-barang luar negeri, berkembangnya pasar domestik, serta penghematan devisa dari aktivitas perdagangan luar negeri tersebut. Kebutuhan akan barang-barang elektronika di pasar domestik juga sangat terkait dengan paradigma pembangunan industri sebagai subtitusi impor. Meningkatnya
20
kebutuhan akan barang-barang elektronika domestik sejak masa-masa setelah kemerdekaan juga berperan dalam penentuan kebijakan pemerintah untuk mengembangkan industri elektronika dalam negeri. Perkembangan industri elektronika di Indonesia mulai dekade 50-an beberapa waktu setelah kemerdekaan RI sampai pada kondisi industri elektronika Indonesia seperti sekarang ini dapat terlihat pada Tabel 4.1.
4.2 Industri Komponen Elektronika (KBLI 321) 4.2.1 Gambaran Umum Industri elektronika berada di bawah pembinaan Direktorat Industri Elektronika Ditjen Industri Alat Transportasi dan Telematika Departemen Perindustrian. Menurut Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) yang ditetapkan oleh Badan Pusat Statistik, industri elektronika berada dalam KBLI 32, yaitu Radio, televisi, dan peralatan komunikasi, serta perlengkapannya. KBLI 32 dibagi menjadi beberapa kategori yaitu: 1. KBLI 321 Industri Tabung dan katup elektronik dan komponen elektronik. 2. KBLI 322 Industri Alat Komunikasi. 3. KBLI 323 Industri Radio, televisi, alat rekaman suara dan gambar, dan sejenisnya.
Selanjutnya, penelitian ini akan fokus pada industri komponen elektronika (321). Pada tahun 2001 terdapat 131 perusahaan dan pada tahun 2004 terdapat 158 perusahaan yang memproduksi komponen elektronika dengan komposisi 70 % merupakan perusahaan dengan status PMA (BPS, 2004).
Statistik industri
komponen elektronika terlihat pada Tabel 4.2.
21
Tabel 4.1 Sejarah Perkembangan Industri Elektronika Periode Peristiwa
Pelaku
Kebijakan
Dekade 50 an
Dekade 60 an
Terbentuknya Persatuan Pedagang Radio Indonesia - Philip Nederland - PT.Transistor Radio Mfg.Co - PT.Nusantara Polar Proteksi dan subsidi
- Asian Games mendorong kebutuhan akan Televisi - Berdirinya TVRI - Philip Nederland - PT.Transistor Radio Mfg.Co - PT.Nusantara Polar - UU No.1 Tahun 1967 tentang PMA - UU No.6 Tahun 1968 tentang PMDN
Dekade 70 an Substitusi impor
-
-
Dampak kebijakan
Semua produk diimpor
masih
Munculnya patungan
perusahaan
PT.Hartono Istana Teknik PT.Yasonta PT.Sanyo PT.Telesonic Proteksi produk domestik dengan pembatasan produk impor Rangsangan penanaman modal asing Pelarangan impor CBU Pemberlakuan tarif impor lebih rendah untuk CKD Deletion Program untuk merangsang pengembangan industri komponen
- Terdapat 15 Agen Tunggal Pemegang Merek - Rangsangan penanaman modal asing - Munculnya perusahaan lokal seperti PT.Hartono Istana Teknik dengan produknya Polytron. - Berdiri perusahaan pembuat komponen dari US
Dekade 80 an
Dekade 90 an
Penggalakan ekspor non migas
- Pemberlakuan kerjasama AFTA ASEAN
- PT.Samsung - PT.Goldstar
- SK Menperin No. 346/M/S/7/1982 tentang
Keagenan tunggal alatalat listrik dan rumah tangga - Inpres No.4 Tahun 1985 tantang Perubahan bea masuk impor dan PPn BM
- Munculnya perusahaan dari Korea dan Taiwan - Jumlah perusahaan elektronika meningkat menjadi 58 - Perusahaan komponen asal US pindah ke Malaysia
Perusahaan elektronika dari Jepang, Korea, Eropa dan Lokal - Paket Mei 1990 tentang pencabutan tata niaga impor dan diganti dengan tarif bea masuk - Paket Mei 1995 tentang Pemangkasan tarif bea masuk dan penghapusan Bea Masuk Tambahan - Paket Juni 1996 tentang Penghapusan bea masuk impor bahan baku komponen - Peningkatan nilai produksi dan ekspor - Kuatnya posisi perusahaan prinsipal sehingga local content tidak diperhatikan
Sumber: Gabel, 2004
22
Tabel 4.2 Statistik Industri Komponen Elektronika Nasional (2000 – 2004) Jumlah Nilai Tahun Tenaga Produksi Kerja (Trilyun Rp) (orang) 2000 77.188 25 2001 61.589 13,9 2002 55.441 7,5 2003 76.109 19,8 2004 87.213 25,5 Sumber: BPS (2004)
Ekspor (Trilyun Rp)
Impor (Trilyun Rp)
9,4 8,2 7,3 9,5 10,2
0,9 1,9 6,9 7,5 1,03
% Bahan baku Lokal
Impor
16,28 14,42 8,75 32,34 41,85
83,72 85,58 91,25 67,66 58,15
Pertumbuhan tenaga kerja adalah sebesar 0,025 % per tahun dan pertumbuhan nilai produksi sebesar 0,0031 % per tahun. Pertumbuhan ekspor sebesar 0,007 % per tahun lebih kecil dibandingkan dengan pertumbuhan impor yang mencapai 0,014 % per tahun. Terjadi ketimpangan dalam pemakaian bahan baku antara impor dan dalam negeri, tetapi pada 2 (dua) tahun terakhir ada kecenderungan semakin kecil persentase pemakaian bahan baku impor.
Karakteristik industri komponen elektronika dalam negeri sebagai berikut (Depperin,2006): Untuk industri komponen aktif seperti semikondukstor, CRT, LCD, PCB multi layer dan komponen tertentu pendukung (mekanik) presisi tinggi hanya mampu dibuat oleh perusahaan PMA. Komponen elektromekanik, seperi PCB, loudspeaker, antena dan switch telah mampu diproduksi dengan tingkat teknologi produksi yang cukup baik.
Industri komponen elektronika terkonsentrasi di 4 propinsi yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten dan Kepulauan Riau (Batam). Menurut data BPS tahun 2000, propinsi pengekspor terbesar adalah Jawa Timur, diikuti oleh DKI Jakarta dan Sumatera Utara dan pada tahun 2006 terjadi pergeseran propinsi pengekspor produk komponen elektronika yaitu, DKI Jakarta, Kepulauan Riau dan Jawa Timur. Total ekspor produk komponen elektronika pada tahun 2000 sebesar 0,39
23
milyar US $ dan tahun 2006 sebesar 1,19 milyar US $, dengan pertumbuhan per tahun sebesar 0,014 % dan Negara tujuan ekspor produk komponen elektronika terbesar adalah Singapura dengan nilai sebesar 641 juta US $ (BPS, 2006). Pada Tabel 4.3 menunjukkan daftar 5 besar urutan negara tujuan ekspor produk komponen elektronika dari Indonesia.
Tabel 4.3 Negara Tujuan Ekspor Produk Komponen Elektronika Tahun 2006 No Negara tujuan 1 Singapura 2 Jepang 3 Malaysia 4 Hongkong 5 Turki Sumber: BPS, 2006
Nilai (juta US $) 641,8 151,5 78,5 75,9 42,8
Selain gencar melakukan ekspor ke luar negeri, industri ini juga melakukan impor terhadap produk yang sama. Tabel 4.4 dan Tabel 4.5 berturut-turut menunjukkan daftar 5 urutan teratas produk-produk yang diekspor dan diimpor berdasarkan nomor Harmonized System (HS).
Tabel 4.4 Produk komponen elektronika yang diekspor No
No HS
1 2 3
852190000 853400000 854011000
5 851829000 4 853229000 Sumber: BPS, 2006
Nilai (juta US $) Other Reproducing Apparatus 270,14 Printed Circuits 215,02 Colour Cathode - Ray Television picture 164,85 Tubes Other Loudspeaker 92,86 Other Fixed Capacitors 84,16 Uraian
24
Tabel 4.5 Produk komponen elektronika yang diimpor No
No HS
Uraian
1
854011000
Colour Cathode - Ray Television picture Tubes Other Loudspeaker Other Reproducing Apparatus Printed Circuits Other Parts Of No: 8519 To 8521
2 851829000 3 852190000 4 853400000 5 852290990 Sumber: BPS, 2006
Nilai (juta US $) 26,5 22,6 20,9 14,5 7,7
Produk komponen elektronika sebagian besar diimpor dari negara-negara Asia seperti China, Jepang, Singapura, Malaysia dan India.
4.2.2 Kebijakan-Kebijakan Industri Komponen Elektronika Untuk mendorong berkembangnya industri komponen di dalam negeri, pemerintah melalui Kep. Menkeu No. 98/KMK.5/2000 tanggal 9 Oktober 2002, telah memberikan fasilitas dalam bentuk keringanan bea masuk bahan baku dan bahan penolong (seperti sheet steel) bagi industri komponen elektronika sampai dengan 5%. Selain itu juga ada Permenkeu No. 620/PKM.03/2004 tanggal 31 Desember 2004 tentang Jenis barang kena pajak yang tergolong mewah selain kendaraan bermotor yang dikenakan pajak penjualan atas barang mewah (PPn.BM) sebesar 10% - 20 % (semula 10% - 50%).
4.2.3
Penentuan Ukuran Performansi dan Waktu Simulasi
Sebelum dilakukan pengembangan terhadap model, perlu ditetapkan dulu ukuran performansi model dan horizon waktu simulasi.
Ukuran Performansi Dalam penelitian ini, variabel yang dijadikan sebagai ukuran performansi sistem adalah: Tingkat pertumbuhan industri, ditunjukkan oleh nilai produksi yang diukur dengan harga konstan pada tahun 2000.
25
Tingkat pertumbuhan pasar, ditunjukkan oleh tingkat permintaan pasar domestik dan pasar ekspor. Neraca perdagangan yang merupakan selisih antara nilai ekspor dan nilai impor produk komponen elektronika.
Variabel Kebijakan Variabel kebijakan yang akan diterapkan adalah kebijakan-kebijakan yang bisa dikendalikan oleh Departemen Perindustrian. Variabel kebijakan tersebut adalah tarif bea masuk, local content, produktivitas tenaga kerja.
Horison Waktu Horison waktu merupakan periode simulasi sistem dinamis yang menggambarkan. perilaku sistem. Perubahan horison waktu akan mengubah penilaian terhadap suatu permasalahan dan akan mempengaruhi evaluasi kebijakan yang diambil. Jika horison waktu terlalu pendek, kita tidak dapat melihat perilaku sistem secara rinci. Sementara itu, jika horison waktu yang dipilih terlalu panjang, dikhawatirkan model yang dibangun sudah tidak relevan lagi karena adanya beberapa perubahan pada struktur dan parameter dari sistem yang dimodelkan. Pada penelitian ini, simulasi dilakukan dalam kurun waktu 20 tahun. Pemilihan horison waktu ini didasarkan pada rata-rata umur kapital.
4.3 Pengembangan Diagram Sub Sistem Industri komponen elektronika tidak berdiri sendiri tapi terkait dengan industriindustri di hulu maupun di hilirnya. Di bagian hulunya didukung oleh industri dasar seperti industri logam, karet, kimia dan di bagian hilirnya merupakan industri elektronika yang terdiri dari industri alat komunikasi dan industri radio, televisi dan perekam gambar (assembler). Bahan baku dipasok dari domestik dan luar negeri melalui mekanisme impor. Selain untuk memenuhi kebutuhan komponen untuk industri elektronika domestik, produk komponen yang dihasilkan juga diekspor. Industri elektronika domestik juga melakukan impor produk komponen elektronika. Gambar 4.2 menunjukkan struktur industri komponen elektronika.
26
Gambar 4.1 Struktur industri komponen elektronika (Depperin, 2005)
Di dalam industri akan terjadi mekanisme permintaan dan penawaran. Permintaan agregat terhadap produk akan terbentuk dari konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah dan negara lain (ekspor) (Boediono, 1993). Untuk menghasilkan produk maka industri memerlukan faktor-faktor produksi seperti barang kapital, tenaga kerja dan bahan baku. Tenaga kerja dipasok dari rumah tangga (Cakravastia, 1997). Sementara industri menghasilkan barang dan jasa yang ditawarkan kepada konsumen.
Hunt (2006) mengembangkan model GEM untuk meneliti pengaruh kenaikan harga energi terhadap inflasi. Pada model ini digambarkan bahwa permintaan energi timbul dari pemakaian energi oleh rumah tangga, pemerintah dan industri. Untuk memenuhi kekurangan suplai energi maka terjadi mekanisme impor. Kapital dan tenaga kerja merupakan faktor produksi untuk menghasilkan barang dan jasa oleh industri. Investasi digunakan untuk melakukan penambahan kapital. Gambar 4.2 menunjukkan model GEM.
Berdasarkan pada struktur industri komponen elektronika dan penelitianpenelitian sebelumnya maka model yang dibentuk untuk menganalisis pertumbuhan industri komponen elektronika terdiri dari tujuh sub sistem, yaitu: 1. Sub sistem industri komponen. Sub sistem ini sebagai sub sistem yang menghasilkan produk komponen elektronika.
27
2. Sub sistem industri elektronika, merupakan industri yang menggunakan output industri komponen elektronika sebagai input produksi. 3. Sub sistem permintaan domestik merupakan representasi dari konsumsi rumah tangga. Pada model ini diasumsikan bahwa permintaan domestik merupakan gabungan antara permintaan industri elektronika dan rumah tangga. 4. Sub sistem tenaga kerja. 5. Sub sistem bahan baku. 6. Sub sistem pemerintah. 7. Sub sistem ekspor impor.
Terdapat beberapa sub sistem yang tidak dibahas dalam penelitian ini seperti investasi (Hunt,2006) karena kapasitas terpasang industri komponen elektronika saat ini hanya mencapai 70%.
Sedangkan aliran-aliran yang terjadi pada model berdasarkan pada kondisi nyata di lapangan. Sub sistem secara lengkap terdapat pada Gambar 4.3 dan interaksi antar sub sistem terlihat pada Tabel 4.6.
I
C
G
I : Investasi C : Konsumsi rumah tangga G : Pengeluaran Pemerintah A : Barang yang tidak dijual N : Barang antara yang tidak dijual Q : Barang antara yang dijual M : Impor K : Kapital L : Tenaga Kerja E : Energi
A
N
Q
K
L
M
E
Gambar 4.2 Model GEM (Hunt, 2006)
28
Tabel 4.6 Interaksi antar sub sistem
Ke Dari Industri komponen Industri elektronika Bahan baku Tenaga kerja Permintaan domestik Ekspor Impor Pemerintah
Industri Komponen
Industri elektronika Material (Produk jadi)
Bahan baku - Informasi - Uang
Tenaga kerja - Informasi - Uang
Permintaan domestik Material (Produk jadi)
- Informasi - Uang Material (bahan baku) Orang -
Informasi Uang Informasi Uang Informasi Uang
Ekspor Impor Material (Produk jadi) - Informasi - Uang - Informasi - Uang
Pemerintah - Uang - Uang
- Uang - Uang Material (Produk jadi) Material (Produk jadi)
Material (bahan baku) Material (bahan baku)
- Uang - Informasi (peraturan)
- Informasi (peraturan)
- Informasi (peraturan)
29
4.3.1 Diagram Sub Sistem
Sub Sistem Tenaga Kerja
Sub Sistem Bahan Baku
Sub Sistem Industri Elektronika
Sub Sistem Industri Komponen
Permintaan Domestik
Pemerintah
Ekspor Impor
Keterangan: Aliran Uang Aliran Material Aliran Tenaga Kerja Aliran Informasi
Gambar 4.3 Diagram Sub Sistem
Sub Sistem Industri Komponen Pada sub sistem ini terjadi proses produksi komponen elektronika. Sub sistem ini akan menghasilkan produk yang akan digunakan oleh sub sistem industri elektronika (assembler) dan sub sistem ekspor impor. Sebagian besar produk komponen diekspor ke negara-negara Asia seperti Singapura, Jepang, Malaysia, Hongkong dan juga Turki. Produk komponen yang terbesar di ekspor adalah Other Reproducing Apparatus dan ikuti oleh Printed Circuit, Colour CathodeRay Television Picture Tubes, Other Loudspeaker dan Other Fixed Capacitor. Dalam rangka menghasilkan produk, sub sistem ini akan memerlukan ketersediaan tenaga kerja untuk menggerakkan barang kapital dan bahan baku untuk melakukan proses produksi. Sub sistem ini akan memberikan informasi tentang kebutuhan bahan baku dan kebutuhan tenaga kerja. Kemudian masingmasing sub sistem tersebut akan merespon permintaan tersebut.
30
Sub Sistem Permintaan Domestik Sub sistem permintaan domestik menggambarkan pertemuan antara permintaan pasar dan tingkat penawaran oleh industri yang akan menentukan harga. Tingkat permintaan di pasar domestik akan ditentukan oleh market share produk yang diwakili oleh harga, kualitas dan ketersediaan produk di pasaran. Pada penelitian ini kualitas diasumsikan sama. Produk dipasaran akan tergantung kepada tingkat pengiriman produk sesuai dengan permintaan. Permintaan pasar produk komponen elektronika terbagi atas tiga pasar, yaitu permintaan pasar ekspor, permintaan industri elektronika dan permintaan rumah tangga. Permintaan domestik merupakan gabungan antara permintaan rumah tangga dan permintaan industri elektronika.
Sub Sistem Ekspor Impor Produk-produk yang beredar di dalam negeri tidak hanya diproduksi di dalam negeri itu sendiri tetapi juga dipasok dari luar negeri dan sebaliknya. Sub sistem ini merupakan penyuplai keperluan sub sistem industri komponen, sub sistem bahan baku dan sub sistem industri elektronika. Keluaran dari sub sistem ini adalah jumlah permintaan untuk eskpor.
Sub Sistem Industri Elektronika Sub sistem ini merupakan konsumen utama dari industri komponen elektronika. Industri elektronika adalah bagian hilir dari rantai nilai industri elektronika. Yang termasuk ke dalam sub sistem ini ialah industri alat komunikasi (KBLI 322) dan industri radio, televisi, alat rekam suara dan gambar (KBLI 323). Selain dipasok dari industri dalam negeri, kebutuhan industri elektronika juga dipasok dari luar negeri melalui mekanisme impor. Impor datang dari negara China, Jepang, Singapura, Malaysia dan India. Adapun produk yang diimpor sebagian besar adalah Other Reproducing Apparatus dan ikuti oleh Colour Cathode-Ray Television Picture Tubes, Other Loudspeaker, Other Reproducing Apparatus, Printed Circuit, dan Other Parts of No: 8519 to 8521.
31
Sub Sistem Tenaga Kerja Untuk menggerakkan sektor produksi maka diperlukan tenaga kerja. Sub sistem ini menggambarkan mekanisme penambahan dan pengurangan jumlah tenaga kerja di industri. Penambahan tenaga kerja akan dipengaruhi oleh kebutuhan produksi dan kebutuhan tenaga kerja per output produksi pada sektor industri komponen dan industri elektronika. Keluaran dari sub sistem ini adalah output potensial tenaga kerja.
Sub Sistem Pemerintah Pemerintah merupakan pemilik dari permasalahan ini yang berperan sebagai pengambil kebijakan. Berbagai alat kebijakan dapat digunakan oleh pemerintah untuk mempengaruhi kondisi industri. Pada sub sistem ini juga akan tergambar mekanisme pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB). Keluaran dari sub sistem ini adalah tingkat konsumsi masyarakat.
Sub Sistem Bahan Baku Bahan baku memegang peranan penting pada proses produksi. Pada sub sistem ini menggambarkan mekanisme pemesanan bahan baku baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri kepada sub sistem produksi komponen. Besarnya bahan baku yang dibutuhkan berdasarkan jumlah kebutuhan untuk produksi. Rasio pemakaian bahan baku lokal dan impor adalah 0,23 : 0,77. Keluaran dari sub sistem ini adalah output potensial material yang menggambarkan tingkat pemakaian material oleh industri.
32
4.3.2
Diagram Hubungan Kausal
4.3.2.1 Sub Sistem Industri Komponen Sub sistem ekspor impor
Sub sistem Permintaan Domestik
_
Tingkat permintaan domestik
Tingkat permintaan ekspor
_
+
_
+
Tingkat permintaan konsumen
+ Kebutuhan produksi
-
+ Tingkat produksi
Kebutuhan kapasitas
+
+ Sub sistem bahan baku
Inventori bahan baku
+ +
Produktivitas tenaga kerja
+ Gap Kapasitas
Kapasitas produksi
+
-
+
Sub sistem tenaga kerja Penambahan investasi
+
Utilitas kapital
Gambar 4.4 Diagram Hubungan Kausal Sub Sistem Industri Komponen
Mekanisme yang terjadi pada sub sistem industri komponen terlihat pada Gambar 4.4. Kebutuhan sub sistem permintaan domestik dan kebutuhan sub sistem ekspor impor akan terakumulasi menjadi kebutuhan total yang merupakan permintaan yang akan dipenuhi oleh sub sistem industri komponen. Adanya kebutuhan produksi akan mengakibatkan timbulnya kebutuhan akan kapasitas produksi, tenaga kerja dan bahan baku. Apabila kebutuhan produksi lebih besar dari kapasitas terpasang maka akan timbul gap kapasitas. Gap ini akan disesuaikan dengan penambahan investasi kapital supaya kapasitas produksi sama dengan
33
kebutuhan produksi. Aliran yang terjadi berdasarkan fungsi produksi Cobb Douglas dengan mengasumsikan faktor teknologi konstan.
4.3.2.2 Sub Sistem Permintaan Domestik
Gambar 4.5 Diagram Hubungan Kausal Sub Sistem Permintaan Domestik
Mekanisme yang terjadi pada sub sistem permintaan domestik terlihat pada Gambar 4.5. Tingkat permintaan domestik akan meningkatkan kebutuhan produksi. Tingkat permintaan domestik ditentukan oleh market share produk di pasar domestik, sedangkan market share dipengaruhi oleh harga produk dan kualitas. Dalam model ini diasumsikan bahwa market share hanya dipengaruhi oleh harga produk. Peningkatan ketersediaan produk di pasar akan meningkatkan tingkat market share (looping positif). Apabila jumlah ketersediaan produk melebihi permintaan pasar maka industri akan mengurangi tingkat produksi (looping negatif). Permintaan pasar domestik juga dipenuhi dari impor yang akan
34
menambah persediaan produk di pasar domestik. Produk impor ini akan bersaing dengan produk domestik.
4.3.2.3 Sub Sistem Ekspor Impor
Gambar 4.6 Diagram Hubungan Kausal Sub Sistem Ekspor Impor
Mekanisme yang terjadi pada sub sistem ekspor impor terlihat pada Gambar 4.6. Permintaan akan produk komponen untuk pasar ekspor direspon oleh sub sistem industri komponen dengan melakukan produksi. Industri elektronika domestik juga memerlukan produk yang dipasok dari pasar ekspor. Sub sistem ekspor impor ini juga memasok faktor produksi berupa bahan baku. Rendahnya tingkat pemakaian bahan baku lokal berarti perlu adanya pasokan bahan baku dari pasar impor. Kebutuhan bahan baku dan kebutuhan produk komponen akan meningkatkan
pasar impor. Dan dengan adanya impor akan menurunkan
kebutuhan bahan baku dan kebutuhan produk komponen domestik. Sementara itu kondisi pasar ekspor akan dipengaruhi oleh output industri untuk pasar ekspor. Tingkat permintaan untuk pasar ekspor ini akan meningkatkan kebutuhan produksi untuk memenuhi permintaan tersebut. Tingkat permintaan ekspor akan dipengaruhi oleh market share produk ekspor.
35
4.3.2.4
Sub Sistem Industri Elektronika
Gambar 4.7 Diagram Hubungan Kausal Sub Sistem Industri Elektronika
Untuk melakukan perakitan menjadi produk elektronika maka sub sistem ini memerlukan komponen yang berasal dari dua sumber yaitu impor dan produksi dalam negeri. Apabila permintaan produk tidak mampu dipenuhi sub sistem produksi komponen maka akan terjadi mekanisme impor dari sub sistem luar negeri. Penambahan permintaan akan meningkatkan produksi dan impor. Sementara impor akan mengurangi tingkat produksi dan sebaliknya.
36
4.3.2.5 Sub Sistem Tenaga Kerja
Gambar 4.8 Diagram Hubungan Kausal Tenaga Kerja
Kebutuhan produksi akan menimbulkan kebutuhan kapasitas dan tenaga kerja. Tingkat kebutuhan tenaga kerja diindikasikan dengan kebutuhan tenaga kerja per output produksi. Apabila tenaga kerja yang ada belum mencukupi maka akan terjadi gap tenaga kerja. Peningkatan produksi akan meningkatkan kebutuhan kapital yang harus dioperasikan oleh tenaga kerja. Akibat peningkatan kapital ini maka akan terjadi penambahan tenaga kerja. Penambahan jumlah tenaga kerja akan mengurangi gap tenaga kerja (looping negatif). Ketersediaan tenaga kerja dan tingkat produktivitas tenaga kerja akan meningkatkan output tenaga kerja yang pada akhirnya akan meningkatkan output industri.
37
4.3.2.6 Sub Sistem Pemerintah Belanja pemerintah
Ekspor
+
Impor
+ Permintaan agregat
Investasi
+ +
+
+ +
Konsumsi masyarakat
+
PDB
+ Pendapatan yang dibelanjakan
Pajak pendapatan
Gambar 4.9 Diagram Hubungan Kausal Sub Sistem Pemerintah
Pada sub sistem ini terjadi mekanisme pembentukan Produk Domestik Bruto. Komponen-komponen pembentuk PDB adalah konsumsi masyarakat, investasi, pengeluaran pemerintah, ekspor dan impor. Pemerintah berperan untuk menetapkan kebijakan dengan berbagai perangkat seperti tarif bea masuk dan tarif ekspor.
Peningkatan PDB akan menambah permintaan agregat dan akan meningkatkan impor, sementara impor akan mengurangi permintaan agregat (looping negatif). Dengan meningkatnya pendapatan nasional maka akan meningkatkan pendapatan
38
masyarakat yang dibelanjakan. Akibat kenaikan konsumsi masyarakat ini akan terjadi peningkatan permintaan agregat (looping positif).
4.3.2.7
Sub Sistem Bahan Baku
Gambar 4.10 Diagram Hubungan Kausal Sub Sistem Bahan Baku
Kebutuhan bahan baku timbul karena adanya kebutuhan produksi. Apabila persediaan bahan baku lebih kecil dari kebutuhan produksi maka industri akan melakukan pemesanan bahan baku sehingga gap bahan baku akan terpenuhi. Ketersediaan bahan baku akan mengurangi gap bahan baku (looping negatif). Peningkatan ketersediaan bahan baku akan meningkatkan tingkat produksi. Bahan baku dipasok dari pasar domestik dan luar negeri, dengan persentase pemakaian bahan baku impor lebih besar.
Diagram hubungan kausal secara keseluruhan ditunjukkan pada Gambar 4.12.
39
Gambar 4.11 Diagram Hubungan Kausal Keseluruhan 40
4.3.2.8 Umpan Balik Utama Hubungan kausal yang menghubungkan antara ukuran performansi dengan variabel kebijakan tergambar sebagai berikut: Tarif impor (+) bahan baku domestik (+) inventori bahan baku (+) kapasitas produksi (+) tingkat produksi (+) Output industri Produktivitas tenaga kerja (+) kapasitas produksi (+) tingkat produksi (+) Output industri Local content (-) harga produk domestik (-) market share produk domestik (+) tingkat permintaan domestik (+) tingkat permintaan pasar 4.3.3 Formulasi Model Langkah selanjutnya setelah terbentuk diagram sub sistem, diagram hubungan kausal dan diagram stock & flow maka dibuat persamaan matematis. Kemudian persamaan matematis ini diterapkan pada simulasi komputer. Formulasi pada model diambil dari Sterman (2000). 4.3.3.1 Sub sistem industri komponen Berdasarkan definisi BPS, yang dimaksud dengan nilai output industri adalah keluaran yang dihasilkan dari proses kegiatan industri yang berupa barang yang dihasilkan, tenaga listrik yang dijual, jasa industri, keuntungan jual beli dan penerimaan. Dalam penelitian ini variabel yang dipakai sebagai nilai output industri adalah barang yang dihasilkan. Output industri ditentukan oleh kapasitas aktual dan tingkat produksi. Jika tingkat produksi berada di bawah kapasitas aktual maka seluruh kebutuhan akan dapat dipenuhi tetapi apabila kebutuhan produksi berada di atas kapasitas maka kapasitas aktual sebagai pembatas output industri yang dihasilkan.
41
Output Industri aux Output_Ind Output_Ind Tk_Prod
= Tk_Prod : Output Industri (Rp/Tahun) : Tingkat Produksi (Rp/Tahun)
Tingkat produksi dimodelkan dengan delay untuk menggambarkan distribusi proses produksi selama waktu siklus manufaktur selama 0,1 tahun. Tingkat Produksi aux Tk_Prod const Wkt_siklus_mfg Tk_Prod Prod_Aktual Wkt_siklus_mfg
= DELAYMTR(Prod_Aktual,Wkt_siklus_mfg,1) = 0,1 : Tingkat Produksi [Rupiah/Tahun] : Produksi Aktual [Rupiah/Tahun] : Waktu siklus manufaktur (Tahun)
Tingkat produksi aktual adalah tingkat produksi yang mungkin dilakukan oleh industri dengan mempertimbangkan pengaruh ketersediaan bahan baku. Dan tingkat produksi yang mungkin dilakukan adalah perkalian antara kapital terpasang dengan ketersediaan tenaga kerja.
Tingkat Produksi Aktual aux
Kap_Aktual
= Efek_Mat*Prod_yg_ mungkin
Prod_Aktual Efek_Mat Prod_yg_ mungkin
: Produksi Aktual [Rupiah/Tahun] : Efek Ketersediaan Bahan Baku : Tingkat produksi yang mungkin dilakukan (Rp/Tahun)
Tingkat Produksi yang Mungkin Dilakukan aux
Prod_yg_mungkin
= Efek_Labor*Pot_Out_Kapital
Prod_yg_ mungkin
: Tingkat produksi yang mungkin dilakukan (Rp/Tahun) : Pengaruh ketersediaan tenaga kerja pada tingkat produksi : Output potensial produksi dari kapital (Rp/Tahun)
Efek_Labor Pot_Out_Kapital
Kegiatan produksi dilakukan untuk memenuhi permintaan pasar keseluruhan yang didapatkan dari penjumlahan peramalan permintaan pasar domestik dan
42
permintaan pasar ekspor. Permintaan pasar ini dihitung berdasarkan data permintaan untuk memenuhi domestik dan ekspor yang didapatkan dari data BPS tahun 2000 – 2004.
Kebutuhan Produksi aux
Keb_Prod
= MAX(0,Permintaan_Total+Inv_Adj)
Keb_Prod Permintaan_Total Inv_Adj
: Kebutuhan produksi(Rp/Tahun) : Tingkat Permintaan Total (Rupiah/Tahun) : Penyesuaian gap persediaan produk jadi (Rp/Tahun)
Koreksi Kebutuhan Produksi aux Kor_Keb_Prod = MAX(0,Keb_Prod) Kor_Keb_Prod Keb_Prod
: Koreksi kebutuhan produksi(Rp/Tahun) : Kebutuhan produksi(Rp/Tahun)
Selama waktu siklus manufaktur, harus ada produk yang sedang dalam proses. Produk dalam proses merupakan perkalian antara siklus manufaktur dan kebutuhan produksi. Produk Dalam Proses flow WIP = -dt*Tk_Prod+dt*Prod_Aktual init WIP = Keb_WIP WIP Tk_Prod Prod_Aktual Keb_WIP
: Produk dalam proses (Rupiah) : Tingkat Produksi (Rupiah/Tahun) : Produksi Aktual (Rupiah/Tahun) : Kebutuhan produk dalam proses (Rp)
Kebutuhan Produk dalam Proses aux Keb_WIP = Kor_Keb_Prod*Wkt_Siklus_mfg Keb_WIP Keb_Prod Wkt_siklus_mfg Total Permintaan Pasar aux Permintaan_Total Permintaan_Total Pasar_Exp
: Kebutuhan produk dalam proses (Rp) : Kebutuhan produksi (Rp/Tahun) : Waktu siklus manufaktur (Tahun)
= Keb_Exp+Keb_Dom : Tingkat Permintaan Total (Rupiah/Tahun) : Permintaan pasar ekspor (Rp/Tahun)
43
Pasar_Dom
: Permintaan pasar domestik (Rp/Tahun)
Penyesuaian gap persediaan produk jadi dilakukan supaya produk jadi selalu berada pada level yang diharapkan. Waktu penyesuaian gap persediaan produk jadi sama dengan waktu siklus manufaktur.
Penyesuaian Gap Persediaan Produk Jadi aux Inv_Adj = (Keb_Inv-Finish_Prod)/Wkt_Adj_Inv const Wkt_Adj_Inv = 1 Inv_Adj Keb_Inv Finish_Prod Wkt_Adj_Inv
: Penyesuaian gap persediaan produk jadi (Rp/Tahun) : Kebutuhan persediaan produk jadi (Rp) : Total persediaan produk jadi (Rp) : Waktu penyesuaian gap persediaan produk jadi (Tahun)
Kebutuhan Persediaan Produk Jadi aux
Finish_Prod = Fin_Inv_Dom+Fin_Inv_Exp Finish_Prod : Total persediaan produk jadi (Rp) Fin_Inv_Dom : Persediaan produk jadi pasar domestik (Rp) Fin_Inv_Exp : Persediaan produk jadi pasar ekspor (Rp)
Kapasitas terpasang yang merupakan hasil perkalian antara kapasitas produksi dari kapital terpasang dengan utilitas kapasitas. Utilitas kapasitas merupakan nilai rata-rata utilitas dari kapasitas terpasang dari tahun 2000 – 2004 (BPS).
Output Potensial dari Kapasitas aux Pot_Out_kapital const Utilitas_Kapasitas
= Kapital_Terpasang *Utilitas_Kapasitas = 0,73
Pot_Out_kapital Kapital_Terpasang Utilitas_Kapasitas
: Output Potensial dari Kapasitas (Rp/Tahun) : Kapital Terpasang (Rp) : Utilitas Kapasitas
Nilai awal kapital terpasang diperoleh dengan mengalikan realisasi kapasitas dengan nilai output yang dihasilkan industri pada tahun 2000 (BPS, 2000). Nilai kapital terpasang merupakan tingkat akuisisi kapital yang dilakukan dikurangi dengan tingkat depresiasi kapital.
44
Kapital Terpasang flow Kapital_Terpasang init Kapital_Terpasang
= +dt*Penambahan_Kapital-dt*Dep_Kapital = 30600000000000
Kapital_Terpasang : Kapital Terpasang (Rp) Penambahan_Kapital : Tingkat penambahan Kapital (Rp) Dep_Kapital : Tingkat Depresiasi Kapital (Rp/Tahun) Tingkat penambahan kapital terjadi karena terjadi penyusutan kapital terpasang dan penambahan tingkat produksi. Besarnya penambahan kapital sama dengan kebutuhan akuisisi capital.
Tingkat Penambahan Kapital aux
Penambahan_Kapital
Penambahan_Kapital Keb_Akuisisi_Kapital Tingkat Depresiasi Kapital aux Dep_Kapital const Rata2_Umur_Kapital
= Keb_Akuisisi_Kapital
: Tingkat penambahan Kapital (Rp) : Kebutuhan Akuisisi Kapital (Rp/Tahun)
= Kapital_Terpasang/Rata2_Umur_Kapital = 20
Dep_Kapital : Tingkat Depresiasi Kapital (Rp/Tahun) Kapital_Terpasang : Kapital Terpasang (Rp) Rata2_Umur_Kapital : Rata-rata Umur Kapital (Tahun) Penyesuaian Gap Kapital aux Adj_Kapital const Wkt_Adj_Kapital Adj_Kapital Keb_Kapital Kapital_Terpasang Wkt_Adj_Kapital
= (Keb_Kapital-Kapital_Terpasang)/ Wkt_Adj_Kapital =1 : Penyesuaian Gap Kapital (Rp/Tahun) : Kebutuhan Kapital (Rp) : Kapital Terpasang (Rp) : Waktu Penyesuaian Gap Kapital (Tahun)
Kebutuhan kapital merupakan hasil perkalian antara tingkat produksi dengan nilai ICOR. Diasumsikan bahwa besarnya kapital yang dibutuhkan oleh industri akan selalu bisa terpenuhi.
45
Kebutuhan Kapital aux Keb_Kapital const ICOR Keb_Kapital ICOR Tk_Prod
= ICOR*Tk_Prod =3 : Kebutuhan Kapital (Rp/Tahun) : Incremental Capital Output Ratio : Tingkat Produksi (Rp/Tahun)
4.3.3.2 Sub Sistem Permintaan Domestik Pada sub sistem ini akan terbentuk mekanisme permintaan industri domestik terhadap produk komponen elektronika. Tingkat permintaan pasar domestik ditunjukkan oleh indikasi permintaan domestik.
Tingkat Permintaan Pasar Domestik aux
Pasar_Dom
= Indikasi_Pasar_Dom
Pasar_Dom Indikasi_Keb_Dom
: Permintaan pasar domestik (Rp/Tahun) : Indikasi Kebutuhan Domestik (Rp/Tahun)
Indikasi permintaan pasar domestik merupakan jumlah produk yang diminta oleh pasar atas respon terhadap perubahan harga. Pada saat harga produk di pasar domestik sama dengan harga referensi yang merepresentasikan harga produk substitusi, maka indikasi permintaan akan sama dengan referensi permintaan pasar domestik. Referensi permintaan pasar domestik sama dengan konsumsi domestik. Diasumsikan bahwa kurva permintaan berbentuk garis lurus.
Indikasi Permintaan Pasar Domestik aux
Indikasi_Pasar_Dom = Ref_Pasar_Dom*MAX(0,1+Slope_Kurva_Pasar_Dom* (Hrg_Dom-Hrg_Imp_di_Dom)/Ref_Pasar_Dom)
Indikasi_Pasar_Dom Ref_Pasar_Dom Slope_Kurva_Pasar_Dom Hrg_Dom Hrg_Imp_di_Dom
: Indikasi Kebutuhan Domestik (Rp/Tahun) : Referensi permintaan Domestik (Rp/Tahun) : Kemiringan kurva permintaan domestik : Harga Produk di pasar domestik (Rp/Unit) : Harga produk impor di pasar domestik (Rp/Unit)
46
Konsumsi domestik diperoleh dari data produksi tahun 2000 – 2004 (BPS, 2000 – 2004).
Konsumsi Domestik aux Konsumsi_Dom = GRAPHCURVE(TIME,2000,1,[15690800000000,123750000000,5702670000000,98662 10000000,15318500000000"Min:118400000000;Max:17000000000000"])
Konsumsi_Dom
: Permintaan pasar domestik (Rp/Tahun)
Kemiringan kurva permintaan didapatkan setelah diperoleh koefisien elastisitas permintaan domestik pada harga referensi. Koefisien elastisitas permintaan adalah angka yang menggambarkan besarnya perubahan jumlah barang yang diminta dibandingkan dengan perubahan harga (Boediono, 1993). Dalam model ini koefisien elastisitas permintaan domestik berdasarkan estimasi Dep. Perdagangan (2003).
Kemiringan Kurva Permintaan Pasar Domestik aux
Slope_Kurva_Pasar_Dom
const Elastisitas_Dom
= (Ref_Pasar_Dom*Elastisitas_Dom)/ Hrg_Imp_di_Dom
= 0,01
Slope_Kurva_Pasar_Dom Ref_Pasar_Dom
: Kemiringan kurva permintaan domestik : Referensi permintaan Domestik (Rp/Tahun) Elastisitas_Dom : Elastisitas permintaan domestik Hrg_Imp_di_Dom : Harga produk impor di pasar domestik (Rp/Unit) Tingkat market share produk ditentukan oleh harga. Sementara itu variabel ongkos produksi, ekspektasi produsen terhadap harga dan proporsi pemakaian bahan baku domestik atau impor akan mempengaruhi ongkos produksi. Harga produk merupakan perkalian antara ongkos produksi total dan proporsi margin keuntungan industri.
Harga Produk di Pasar Domestik aux Hrg_Dom const Profit_Margin Hrg_Dom Ongkos_prod_Tot
= Ongkos_Prod_Total*Profit_Margin = 0,05 : Harga Produk di Pasar Domestik (Rp/Unit) : Ongkos produksi total (Rp/Unit)
47
Profit_Margin
Ekspektasi Ongkos Variabel aux Ekspekt_Ongkos_Var const Wkt_Adj_Ongkos_Var Ekspekt_Ongkos_Var Ongkos_Var Wkt_Adj_Ongkos_Var
: Margin keuntungan (%)
= DELAYINF(Ongkos_Var, Wkt_Adj_Ongkos_Var,1) =1 : Ekspektasi Ongkos Variabel (Rp/Unit) : Ongkos Variabel (Rp/Unit) : Waktu Penyesuaian Ongkos Variabel (Tahun)
Ongkos variabel dibentuk oleh komponen ongkos bahan baku dan ongkos variabel lain. Bahan baku terbagi 2 yaitu bahan baku domestik dan bahan baku impor. Harga bahan baku domestik dinyatakan dengan perubahan harga bahan baku domestik. Pada Gambar 4.13 terlihat tingkat inflasi yang berpengaruh terhadap perubahan harga bahan baku domestik. Proporsi ongkos variabel di luar bahan baku terhadap ongkos total sama dengan 0,19 % yang diperoleh dari rata-rata pada tahun 2000 – 2004 (BPS, 2000 – 2004).
Ongkos Variabel aux Ongkos_Var const Proporsi_Ongkos_Var Ongkos_Var Hrg_Mat_Dom Hrg_Mat_Imp Proporsi_Ongkos_Var Hrg_Dsr
= Hrg_Mat_Dom + Hrg_Mat_Imp + Proporsi_Ongkos_Var*Hrg_Dsr = 0.19 : Ongkos Variabel (Rp/Unit) : Harga Bahan Baku Domestik (Rp/Unit) : Harga Bahan Baku Impor (Rp/Unit) : Proporsi Ongkos Variabel di Luar Bahan Baku terhadap Ongkos Total : Harga Dasar Produk (Rp/Unit)
Harga Bahan Baku Domestik flow Hrg_Mat_Dom = +dt*Prbhn_Hrg_Mat_Dom init Hrg_Mat_Dom = Hrg_Mat_Awal*Rasio_Mat_Dom const Rasio_Mat_Dom = 0,23 Hrg_Mat_Dom : Harga Bahan Baku Domestik (Rp/Unit) Prbhn_Hrg_Mat_Dom : Perubahan Harga Bahan Baku Domestik (Rp/Unit/Tahun) Hrg_Mat_Awal : Harga awal bahan baku (Rp/Unit) Rasio_Mat_Dom : Proporsi pemakaian bahan baku domestik
48
Perubahan Harga Bahan Baku Domestik aux
Prbhn_Hrg_Mat_Dom = Hrg_Mat_Dom*Tk_Inflasi Prbhn_Hrg_Mat_Dom : Perubahan Harga Bahan Baku Domestik (Rp/Unit/Tahun) Hrg_Mat_Dom : Harga Bahan Baku Domestik (Rp/Unit) Tk_Inflasi : Tingkat Inflasi (1/Tahun)
Tingkat Inflasi aux
Tk_Inflasi
Tingkat In flasi (% per Tahun)
TIME
= GRAPH(TIME,2000,1, [0.13,0.1255,0.1003,0.0506,0.06401, 0.1711,0.0660"Min:0.0400;Max:0.20"]) : Waktu Simulasi
0.18 0.16 0.14 0.12 0.1 0.08 0.06 0.04 0.02 0 2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
Tahun
Gambar 4.12 Tingkat Inflasi (BPS)
Harga Bahan Baku Awal aux
Hrg_Mat_Awal
= Hrg_Dsr*Proporsi_Ongkos_Var
Hrg_Mat_Awal : Harga awal bahan baku (Rp/Unit) Hrg_Dsr : Harga Dasar Produk (Rp/Unit) Proporsi_Ongkos_Var : Proporsi Ongkos Variabel di Luar Bahan Baku terhadap Ongkos Total Pada industri komponen elektronika, proporsi pemakaian bahan baku impor sangat tinggi yang akhirnya akan sangat mempengaruhi harganya. Faktor kurs
49
rupiah terhadap US $ juga berpengaruh terhadap harga bahan baku impor. Gambar 4.13 menunjukkan perkembangan kurs selama enam tahun. Proporsi pemakaian bahan baku impor dihitung berdasarkan data BPS dari tahun 2000 – 2004.
Harga Bahan Baku Impor aux
Hrg_Mat_Imp
= Hrg_Mat_Awal*Rasio_mat_Imp* Imp_Tax*KursMtplier = 0,77 = 0,1
const Rasio_Mat_Imp const Imp_Tax Hrg_Mat_Imp Hrg_Mat_Awal Rasio_Mat_Imp Imp_Tax KursMtplier
: Harga bahan baku impor (Rp/Unit) : Harga awal bahan baku (Rp/Unit) : Proporsi pemakaian bahan baku impor : Pajak Impor : Pengali Nilai Tukar Rupiah terhadap US $
Kurs Rupiah (Rupiah/US$)
12000 10000 8000 6000 4000 2000 0 2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
Tahun
Gambar 4.13 Nilai Tukar Rupiah terhadap US $ (BPS) Pengali Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika aux KursMtplier = Kurs/INIT(Kurs) aux Kurs = GRAPH(TIME,2000,1,[9385,10450,8929, 8528,9361,9850,9197"Min:8000;Max:10500"]) KursMtplier Kurs TIME
: Pengali Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika (Tanpa Satuan) : Nilai Tukar terhadap US$ (Rp/$) : Waktu Simulasi
50
Ekspektasi ongkos produksi digambarkan sebagai delay orde 1 dari ongkos produksi. Diperlukan waktu penyesuaian oleh produsen untuk membentuk persepsi ongkos produksi selama 0,3 tahun. Ongkos produksi total merupakan penjumlahan ongkos variabel dan ongkos tetap. Ekspektasi Ongkos Produksi aux Ekspekt_Ongkos_Prod const Wkt_Adj_Ongkos
= DELAYINF(Ongkos_Prod_Tot, Wkt_Adj_Ongkos,1) = 0,3
Ekspekt_Ongkos_Prod_Tot : Ekspektasi Total Ongkos Produksi (Rp/Unit) Ongkos_Prod_Tot : Ongkos Produksi Total (Rp/Unit) Wkt_Adj_Ongkos : Waktu penyesuaian ongkos produksi (Tahun)
Ongkos Produksi Total aux Ongkos_Prod_Tot Ongkos_Prod_Tot Ongkos_Var Ongkos_Tetap
= Ongkos_Var+Ongkos_Tetap : Ongkos Produksi Total (Rp/Unit) : Ongkos Variabel (Rp/Unit) : Ongkos Tetap (Rp/Unit)
Ongkos Tetap aux Ongkos_Tetap const Proporsi_Ongkos_Lab Ongkos_Tetap Proporsi_Ongkos_Lab Hrg_Dsr
= Hrg_Dsr*Proporsi_Ongkos_Lab = 0,05 : Ongkos Tetap (Rp/Unit) : Ongkos Variabel (%) : Harga Dasar Produk (Rp/Unit)
Persediaan produk jadi untuk pasar domestik ditentukan oleh output industri yang dialokasikan untuk pasar domestik dikurangi dengan tingkat pengiriman produk.
Persediaan Produk Jadi untuk Pasar Domestik flow init
Fin_Inv_Dom = -dt*Tk_Kirim_Dom+dt*Out_Ind_Dom Fin_Inv_Dom = Init_Fin_Inv_Dom Fin_Inv_Dom Tk_Kirim_Dom Out_Ind_Dom
: Persediaan produk jadi untuk pasar domestik (Rp) : Tingkat pengiriman produk ke pasar domestik (Rp/Tahun) : Output industri untuk pasar domestik (Rp/Tahun)
51
Init_Fin_Inv_Dom
: Nilai awal persediaan produk jadi untuk pasar domestik (Rp)
Inisialisasi Persediaan Produk Jadi untuk Pasar Domestik const Init_Fin_Inv_Dom = INIT(Keb_Dom*Ref_Cakupan_Inv) const Ref_Cakupan_Inv = 0,5 Init_Fin_Inv_Dom Keb_Dom Ref_Cakupan_Inv
: Nilai awal persediaan produk jadi untuk pasar domestik (Rp) : Permintaan pasar domestik (Rp/Tahun) : Referensi waktu cakupan inventori (Tahun)
Nilai Produksi Untuk Pasar Domestik aux Out_Ind_Dom = Output_Ind*(Pasar_Dom/Permintaan_Total) Out_Ind_Dom Output_Ind Pasar_Dom Permintaan_Total
: Output industri untuk pasar domestik (Rp/Tahun) : Output Industri (Rp/Tahun) : Permintaan pasar domestik (Rp/Tahun) : Permintaan total (Rp/Tahun)
Tingkat pengiriman produk ke pasar domestik sama dengan tingkat permintaan pasar domestik. Tingkat Pengiriman Produk ke Pasar Domestik aux Tk_Kirim_Dom = Pasar_Dom Tk_Kirim_Dom Pasar_Dom
: Tingkat pengiriman produk ke pasar domestik (Rp/Tahun) : Permintaan pasar domestik (Rp/Tahun)
4.3.3.3 Sub Sistem Ekspor Impor Pada sub sistem ini mekanisme yang terjadi adalah pembentukan harga ekspor dan impor produk komponen elektronika. Faktor pajak impor akan sangat berpengaruh terhadap harga yang terbentuk.
Permintaan pasar ekspor ditunjukkan oleh indikasi permintaan pasar ekspor.
Permintaan Pasar Ekspor aux
Pasar_Exp = Indikasi_Keb_Exp
Pasar_Exp
: Permintaan Pasar Ekspor (Rp/Tahun)
52
Indikasi_Pasar_Exp
: Indikasi Permintaan pasar ekspor ke industri (Rp/Tahun)
Referensi Permintaan Pasar Ekspor aux
Ref_Pasar_Exp
= Konsumsi_Exp
Ref_Pasar_Exp Konsumsi_Exp
: Referensi permintaan pasar ekspor (Rp/Tahun) : Peramalan kebutuhan ekspor (Rp/Tahun)
Kebutuhan ekspor diperoleh dari data ekspor dan tahun 2000 – 2004 (BPS, 2000 – 2004).
Konsumsi Ekspor aux Konsumsi_Exp = GRAPHCURVE(TIME,2000,1,[9449890000000,7425160000000,8208850000000,95316 30000000,10212900000000"Min:7000000000000;Max:11000000000000"])
Konsumsi_Exp
: Permintaan pasar Ekspor (Rp/Tahun)
Kemiringan kurva permintaan didapatkan setelah diperoleh koefisien elastisitas permintaan domestik pada harga referensi. Dalam model ini koefisien elastisitas permintaan domestik berdasarkan Dep. Perdagangan (2003).
Kemiringan Kurva Permintaan Pasar Domestik aux
Slope_Kurva_Pasar_Exp = (Ref_Keb_Dom*Elastisitas_Exp)/ Ref_Hrg_Exp
const Elastisitas_Exp
= 1,0005
Slope_Kurva_Keb_Exp : Kemiringan kurva permintaan ekspor Ref_Pasar_Exp : Referensi permintaan ekspor (Rp/Tahun) Elastisitas_Exp : Elastisitas permintaan ekspor Ref_Hrg_Exp : Harga pasar untuk produk ekspor ($/Unit) Referensi Harga Pasar untuk Produk Ekspor aux Ref_Hrg_Exp const Hrg_Dsr Ref_Hrg_Exp Hrg_Dsr
= Hrg_Dsr =1 : Harga pasar untuk produk ekspor ($/Unit) : Harga produk luar negeri ($/Unit)
53
Harga produk untuk pasar ekspor dipengaruhi oleh ekspektasi produsen terhadap harga produk di pasar ekapor dan ongkos produksi. Pengaruh ongkos produksi terhadap harga ditunjukkan pada Gambar 4.14.
Pengaruh Ongkos Produksi pada Harga Produk di Pasar Ekspor aux
Eff_Hrg_Exp = GRAPH((Ekspekt_Ongkos_Prod/Ekspekt_Hrg_Exp),0,0.5, T_Eff_OP_thd_HD)
dim T_Eff_OP_thd_HD = (1..7) const T_Eff_OP_thd_HD = [0.28,0.33,0.36,0.38,0.41,0.43,0.46] : Pengaruh ongkos produksi terhadap harga ekspor : Tabel Pengaruh ongkos produksi terhadap harga ekspor Ekspekt_Hrg_Exp : Ekspektasi Harga di Pasar Ekspor (Rp/Unit) Ekspekt_Ongkos_Prod : Ekspektasi Total Ongkos Produksi (Rp/Unit)
Eff Ongkos Prod thd hrg
Eff_Hrg_Exp T_Eff_OP_thd_HD
0.5 0.45 0.4 0.35 0.3 0.25 0.2 0.15 0.1 0.05 0 1.015136 1.080952 1.1283 1.166115 1.198662 1.231878 1.262346 Eksp_Ong_Prod/Eksp_Hrg_Prod
Gambar 4.14 Pengaruh ongkos produksi terhadap harga ekspor
Harga Produk di Pasar Ekspor aux
Harga_Exp = Ekspekt_Hrg_Exp*Efek_Hrg_Exp Hrg_Exp Ekspekt_Hrg_Exp Efek_Hrg_Exp
: Harga Produk di Pasar Ekspor (Rp/Unit) : Ekspektasi Harga di Pasar Ekspor (Rp/Unit) : Pengaruh ongkos produksi terhadap harga produk ekspor
54
Persediaan produk jadi untuk pasar ekspor ditentukan oleh output industri yang dialokasikan untuk pasar ekspor dikurangi dengan tingkat pengiriman produk.
Ekspektasi produsen terhadap harga produk di pasar ekspor dinyatakan oleh perubahan ekspektasi harga. Nilai awal diasumsikan sebesar Rp. 9.385 nilainya setara dengan 1$ US pada tahun 2000 yang menggambarkan bahwa harga ekspor sama dengan harga produk impor pada awal simulasi. Ekspektasi Harga di Pasar Domestik flow Ekspekt_Hrg_Exp = +dt*Perbhn_Ekspekt_Hrg_Exp init Ekspekt_Hrg_Exp = Hrg_Dsr Ekspekt_Hrg_Exp Perbhn_Ekspekt_Hrg_Exp Hrg_Dsr
: Ekspektasi Harga di Pasar ekspor (Rp/Unit) : Perubahan Ekspektasi Harga di Pasar ekspor (Rp/Unit) : Harga Dasar Produk (Rp/Unit)
Perubahan ekspektasi harga produsen terjadi karena adanya perbedaan antara ekspektasi harga dengan indikasi harga produk. Indikasi harga produk merupakan nilai maksimum antara harga minimum dari ongkos variabel dan harga produk di pasar ekspor. Perubahan Ekspektasi Harga di Pasar Ekspor aux Perbhn_Ekspekt_Hrg_Exp = (Indikasi_Hrg_Expekspekt_Hrg_Exp)/Wkt_Adj_Hrg_Exp const Wkt_Adj_Hrg_Exp =1 Perbhn_Ekspekt_Hrg_Exp Indikasi_Hrg_Exp Ekspekt_Hrg_Exp Wkt_Adj_Hrg_Exp
Indikasi Harga di Pasar Ekspor aux Indikasi_Hrg_Dom Indikasi_Hrg_Exp Hrg_Exp Hrg_Exp_Min Harga Minimum di Pasar Ekspor aux Hrg_Exp_Min
: Perubahan Ekspektasi Harga di Pasar ekspor (Rp/Unit/Tahun) : Indikasi Harga di Pasar ekspor (Rp/Unit) : Ekspektasi Harga di Pasar ekspor (Rp/Unit) : Waktu penyesuaian Perubahan Ekspektasi harga (Tahun)
= MAX(Hrg_Dom_Min,Hrg_Dom) : Indikasi harga di pasar ekspor (Rp/Unit) : Harga Produk di Pasar ekspor (Rp/Unit) : Harga Minimum di Pasar ekspor (Rp/Unit)
= Ekspekt_Ongkos_Var
55
Hrg_Exp_Min Ekspekt_Ongkos_Var
: Harga Minimum di Pasar ekspor (Rp/Unit) : Ekspektasi Ongkos Variabel (Rp/Unit)
Ekspektasi ongkos variabel dimodelkan dengan delay informasi orde 1 dari ongkos variabel. Waktu penyesuaian ekspektasi ongkos variabel adalah waktu yang diperlukan oleh produsen untuk membentuk persepsi mengenai ongkos variabel konstan selama 1 tahun.
Persediaan Produk Jadi untuk Pasar ekspor flow init
Fin_Inv_Exp = +dt*Out_Ind_Exp-dt*Kirim_Exp Fin_Inv_Exp = init_ Fin_Inv_Exp Fin_Inv_Exp Kirim_Exp Out_Ind_Exp Init_Fin_Inv_Exp
: Persediaan produk jadi untuk pasar ekspor (Rp) : Tingkat pengiriman produk ke pasar domestik (Rp/Tahun) : Output industri untuk pasar ekspor (Rp/Tahun) : Nilai awal persediaan produk jadi untuk pasar ekspor (Rp)
Inisialisasi Persediaan Produk Jadi untuk Pasar Ekspor const Init_Fin_Inv_Exp = INIT(Pasar_Exp*Ref_Cakupan_Inv) const Ref_Cakupan_Inv = 0,5 Init_Fin_Inv_Exp Pasar_Exp Ref_Cakupan_Inv
: Nilai awal persediaan produk jadi untuk pasar ekspor (Rp) : Permintaan pasar ekspor (Rp/Tahun) : Referensi waktu cakupan inventori (Tahun)
Nilai Produksi Untuk Pasar Ekspor aux Out_Ind_Exp = Output_Ind*(Keb_Exp/Keb_Total) Out_Ind_Exp Output_Ind Keb_Exp Keb_Total
: Output industri untuk pasar ekspor (Rp/Tahun) : Output Industri (Rp/Tahun) : Permintaan pasar ekspor (Rp/Tahun) : Permintaan total (Rp/Tahun)
Tingkat pengiriman produk ke pasar ekspor sama dengan tingkat permintaan pasar ekspor. Tingkat Pengiriman Produk ke Pasar Ekspor aux Tk_Kirim_Exp = Pasar_Exp Tk_Kirim_Exp
: Tingkat pengiriman produk ke pasar ekspor (Rp/Tahun)
56
Pasar_Exp
: Permintaan pasar ekspor (Rp/Tahun)
Tingkat persaingan produk di pasar domestik juga dipengaruhi oleh produk impor. Harga produk impor di pasar domestik sangat dipengaruhi oleh nilai tukar Rupiah terhadap US $. Sementara harga produk domestik di pasar ekspor dipengaruhi oleh tarif bea masuk yang dikenakan oleh negara tujuan. Dalam model ini tidak dibahas mengenai bea masuk ke negara tujuan ekspor.
Harga Produk di Pasar Luar Negeri aux
Hrg_Prod_di_Luar_Negeri
= (Harga_Exp/Kurs)
Hrg_Prod_di_Luar_Negeri
: Harga Produk di Pasar Luar Negeri ($/Unit) : Nilai Tukar Rupiah terhadap US $ (Rp/$)
Kurs
Harga Produk Impor di Pasar Domestik aux Hrg_Imp_di_Dom = DELAYINF(Hrg_Imp_AftTax, Ref_Hrg_Prod_Imp_di_Dom 1) Hrg_Imp_di_Dom
: Harga Produk Impor di Pasar Domestik (Rp/Unit) Hrg_Imp_AftTax : Harga Produk Impor di Pasar Domestik setelah diKenai Pajak Impor (Rp/Unit) Ref_Hrg_Prod_Imp_di_Dom : Referensi Harga Produk Impor di Pasar domestik (Rp/Unit) Harga Produk Impor di Pasar Domestik Setelah Dikenai Pajak Impor aux Hrg_Imp_AftTax = Ref_Hrg_Prod_Imp*(1+Imp_Tax)*Kurs const Ref_Hrg_Prod_Imp = 1 const Imp_Tax = 0,1 Hrg_Imp_AftTax Imp_Tax Kurs Ref_Hrg_Prod_Imp
: Harga Produk Impor di Pasar Domestik setelah diKenai Pajak Impor (Rp/Unit) : Bea Impor : Nilai Tukar Rupiah terhadap US $ (Rp/$) : Referensi Harga Produk Impor ($/Unit)
Referensi harga produk impor di pasar domestik dihitung berdasarkan referensi harga produk impor dikalikan dengan nilai tukar rupiah awal terhadap US $ pada tahun 2000.
57
Referensi Harga Produk Impor di Pasar Domestik const Ref_Hrg_Prod_Imp_di_Dom = INIT(Ref_Hrg_Prod_Imp*Kurs) Ref_Hrg_Prod_Imp_di_Dom : Referensi Harga Produk Impor di Pasar Domestik (Rp/Unit) Ref_Hrg_Prod_Imp : Referensi Harga Produk Impor ($/Unit) Kurs : Nilai Tukar Rupiah terhadap US $ (Rp/$) Pada perdagangan terbuka akan terjadi mekanisme ekspor impor sehingga tercipta neraca perdagangan. Neraca perdagangan merupakan selisih antara tingkat ekspor dan tingkat impor. Tingkat impor dihitung berdasarkan data impor produk komponen elektronika tahun 2000 – 2004 (BPS).
Neraca Perdagangan Komoditi aux
Neraca_Perdagangan = Tk_Exp-Tk_Imp Neraca_Perdagangan : Neraca Perdagangan Komoduiti (Rp/Tahun) Tk_Exp : Tingkat Ekspor (Rp/Tahun) Tk_Imp : Tingkat Impor (Rp/Tahun)
Tingkat Ekspor aux
Tk_Exp
= Permintaan_Exp
Tk_Exp Permintaan_Exp
: Tingkat Ekspor (Rp/Tahun) : Permintaan Pasar Ekspor (Rp/Tahun)
Tingkat Impor aux Tk_Impor = GRAPHCURVE(TIME,2000,1,[965000000000,1200000000000,1040000000000, 947000000000,1030000000000"Min:940000000000;Max:21000000000000"]) Tk_Imp
: Tingkat Impor (Rp/Tahun)
4.3.3.4 Sub Sistem Bahan Baku Peranan bahan baku akan sangat menentukan pada suatu industri manufaktur. Ukuran performansi sub sistem ini adalah output potensial bahan baku dan pengaruh rasio pemakaian bahan baku domestik dan bahan baku impor. Kebutuhan bahan baku ditentukan oleh tingkat permintaan pasar total yang
58
merupakan jumlah tingkat produksi yang dilakukan. Diasumsikan bahwa industri akan selalu bisa memenuhi kebutuhan bahan baku sebesar tingkat produksi yang akan dilakukan.
Kebutuhan Bahan Baku aux
Keb_Mat
= Keb_Total
Keb_Mat Keb_Total
: Tingkat Kebutuhan Bahan Baku (Rp/Tahun) : Tingkat permintaan pasar total (Rp/Tahun)
Industri komponen elektronika menggunakan bahan baku sebagian besar dari impor dengan proporsi impor dan domestik 0,77 % : 0,23 %. Sehingga tingkat pemesanan bahan baku berasal dari 2 tempat yang berbeda.
Tingkat Pemesanan Bahan Baku merupakan perkalian antara kebutuhan bahan baku dengan rasio bahan baku. Sementara kedatangan bahan baku merupakan delay material dari tingkat pemesanan dan waktu kirim. Waktu kirim bahan baku domestik diasumsikan 0,2 tahun dan bahan baku impor 0,5 tahun. Tingkat material yang diorder diperoleh dari jumlah pemakaian bahan baku domestik dan impor pada tahun 2000 (BPS, 2000).
Tingkat Pemesanan Bahan Baku Impor aux Order_Mat_Imp const Rasio_mat_Imp
= Keb_Mat*Rasio_Mat_Imp = 0,77
Order_Mat_Imp : Tingkat Pemesanan Bahan Baku Impor (Rp/Tahun) Keb_Mat : Tingkat Kebutuhan Bahan Baku (Rp/Tahun) Rasio_Mat_Imp : Proporsi Pemakaian Bahan Baku impor Tingkat Bahan Baku Impor flow Tk_Mat_Imp_Diorder = +dt*Order_Mat_Imp-dt*Mat_Imp_Datang init Tk_Mat_Imp_Diorder = 1.041.190.000.000 Tk_Mat_Imp_Diorder : Tingkat Bahan Baku Impor (Rp/Tahun) Order_Mat_Imp : Tingkat Pemesanan Bahan Baku Impor (Rp/Tahun) Mat_Imp_Datang : Pengiriman Bahan Baku Impor (Rp/Tahun)
59
Pengiriman Bahan Baku Impor aux
Mat_Imp_Datang
= DELAYMTR(Order_Mat_Imp, Wkt_Kirim_Mat_Imp,1) const Wkt_Kirim_Mat_Imp = 0,5
Mat_Imp_Datang Order_Mat_Imp Wkt_Kirim_Mat_Imp
: Pengiriman Bahan Baku Impor (Rp/Tahun) : Tingkat Pemesanan Bahan Baku Impor (Rp/Tahun) : Waktu Pengiriman Bahan Baku Impor (Tahun)
Tingkat Pemesanan Bahan Baku Domestik aux Order_Mat_Dom const Rasio_Mat_Dom
= Keb_Mat*(1-Rasio_Mat_Imp) = 0,23
Order_Mat_Dom : Tingkat Pemesanan Bahan Baku Domestik (Rp/Tahun) Keb_Mat : Tingkat Kebutuhan Bahan Baku (Rp/Tahun) Rasio_Mat_Dom : Proporsi Pemakaian Bahan Baku Domestik Tingkat Bahan Baku Domestik flow Tk_Mat_Dom_Diorder = +dt*Order_Mat_Dom-dt*Mat_Dom_Datang init Tk_Mat_Dom_Diorder = 237.004.000.000 Tk_Mat_Dom_Diorder : Tingkat Bahan Baku Domestik (Rp/Tahun) Order_Mat_Dom : Tingkat Pemesanan Bahan Baku Domestik (Rp/Tahun) Mat_Dom_Datang : Pengiriman Bahan Baku Domestik (Rp/Tahun) Pengiriman Bahan Baku Impor aux
Mat_Dom_Datang
= DELAYMTR(Order_Mat_Dom, Wkt_Kirim_Mat_Dom,1) const Wkt_Kirim_Mat_Dom = 0,2
Mat_Dom_Datang Order_Mat_Dom
: Pengiriman Bahan Baku Domestik (Rp/Tahun) : Tingkat Pemesanan Bahan Baku Domestik (Rp/Tahun) Wkt_Kirim_Mat_Dom : Waktu Pengiriman Bahan Baku Domestik (Tahun) Total inventori bahan baku merupakan akumulasi tingkat pengiriman bahan baku impor dan bahan baku domestik.
60
Total Inventori Bahan Baku aux
Tot_Inv_Mat
= Mat_Dom_Datang+Mat_Imp_Datang
Tot_Inv_Mat Mat_Dom_Datang Mat_Imp_Datang
: Total Inventori Bahan Baku (Rp/Tahun) : Pengiriman Bahan Baku Domestik (Rp/Tahun) : Pengiriman Bahan Baku Impor (Rp/Tahun)
Koreksi Inventori Material Delay pengiriman bahan baku menyebabkan jumlah bahan baku yang tersedia tidak selalu mencukupi kebutuhan sehingga inventori bertindak sebagai pembatas pemakaian bahan baku.
Koreksi Inventori Bahan Baku aux
Kor_Inv_Mat
= MAX(0,Tot_Inv_Mat)
Kor_Inv_Mat Tot_Inv_Mat
: Koreksi Inventori Material : Total Inventori Bahan Baku (Rp/Tahun)
Tingkat Pemakaian Bahan Baku aux
Pemakaian_Mat
= MIN(Kor_Inv_Mat,Keb_Mat)
Pemakaian_Mat Keb_Mat
: Tingkat Pemakaian Bahan Baku (Rp/Tahun) : Tingkat Kebutuhan Bahan Baku (Rp/Tahun)
Output Potensial Bahan Baku aux
Pot_Out_Mat
= Pemakaian_Mat
Pot_Out_Mat Pemakaian_Mat
: Output Potensial Bahan Baku (Rp/Tahun) : Tingkat Pemakaian Bahan Baku (Rp/Tahun)
Kapasitas yang ada tidak akan bisa berjalan apabila bahan baku tidak tersedia. Oleh karena itu perlu adanya efek bahan baku terhadap kapasitas efektif. Efek Ketersediaan Bahan Baku aux
Efek_Mat
= Pot_Out_Mat/Kap_Efektif
Efek_Mat : Efek Ketersediaan Bahan Baku Pot_Out_Mat : Output Potensial Bahan Baku (Rp/Tahun) Kap_efektif : Kapasitas produksi yang mungkin dilakukan (Rp/Tahun)
61
4.3.3.5 Sub Sistem Tenaga Kerja Ukuran performansi sub sistem ini adalah output potensial tenaga kerja sebagai faktor yang menggerakkan kapital yang telah ada. Perbandingan antara output potensial tenaga kerja dengan outpot potensial kapital merupakan rasio ketersediaan tenaga kerja. Output tenaga kerja adalah hasil perkalian jumlah tenaga kerja dan produksitivitas tenaga kerja. Produktivitas tenaga kerja diperoleh dari rata-rata produktivitas tenaga kerja tahun 2000 – 2004 dibagi dengan output industri (BPS, 2000 – 2004). Diasumsikan bahwa jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan oleh industri akan selalu terpenuhi dengan pertimbangan tingkat pengangguran di Indonesia yang tinggi.
Efek Ketersediaan Tenaga Kerja aux
Efek_Labor
= Pot_Out_Lab/Pot_Out_Kapital
Efek_Labor : Efek Ketersediaan Tenaga Kerja Pot_Out_Lab : Output Potensial Tenaga Kerja (Rp/Tahun) Pot_Out_Kapital : Output Potensial Kapital (Rp/Tahun) Output Potensial Tenaga Kerja aux Pot_Out_Lab = Labor*Produktivitas_Labor const Produktivitas_Labor = 335.000.000 Pot_Out_Lab : Output Potensial Tenaga Kerja (Rp/Tahun) Labor : Jumlah Tenaga Kerja (Orang) Produktivitas_Labor : Produktivitas Tenaga Kerja (Rp/Tahun/Orang) Data jumlah tenaga kerja pada awal simulasi adalah jumlah tenaga kerja industri komponen elektronika pada tahun 2000 (BPS, 2000). Jumlah tenaga kerja akan bertambah dengan adanya perekrutan dan berkurang karena pensiun.
Jumlah Tenaga Kerja flow init
Labor Labor
= +dt*Tk_Perekrutan_Labor-dt*Tk_Labor_pensiun = 77188
Labor : Jumlah Tenaga Kerja (Orang) Tk_Perekrutan_Labor : Tingkat Perekrutan Tenaga Kerja (Orang) Tk_Pensiun_Labor : Tingkat Tenaga Kerja Pensiun (Orang/Tahun)
62
Tingkat pensiun tenaga kerja merupakan hasil pembagian antara jumlah tenaga kerja dan lamanya rata-rata bekerja yang diasumsikan 20 tahun sesuai umur kapital. Rata-rata pensiun tenaga kerja dimodelkan dengan delay informasi dengan waktu untuk meratakan pensiun diasumsikan selama 1 tahun. Tingkat Pensiun Tenaga Kerja aux Tk_Pensiun_Labor = Labor/Lama_Rata2_Bekerja const Lama_Rata2_Bekerja = 20 Tk_Pensiun_Labor : Tingkat Tenaga Kerja Pensiun (Orang/Tahun) Labor : Jumlah Tenaga Kerja (Orang) Lama_Rata2_Bekerja : Lama Tenaga Kerja Bekerja (Tahun) Rata-rata Pensiun Tenaga Kerja aux
Rata2_Pensiun_Lab = DELAYINF(Tk_Pensiun_Labor,Wkt_Rata2_Pensiun,1)
const Wkt_Rata2_Pensiun = 1 Rata2-Pensiun_Lab : Rata-rata Tenaga Kerja Berhenti (Orang/Tahun) Tk_Pensiun_Labor : Tingkat Tenaga Kerja Pensiun (Orang/Tahun) Wkt_Rata2_Pensiun : Waktu untuk merata-ratakan Tenaga Kerja Pensiun (Tahun) Penambahan tenaga kerja merupakan penjumlahan rata-rata tenaga kerja yang pensiun dengan selisih antara kebutuhan tenaga kerja dan tenaga kerja yang ada saat ini. Selanjutnya indikasi penambahan tenaga kerja ini yang menjadi acuan perekrutan tenaga kerja baru dengan mempertimbangkan waktu proses perekrutan yang diasumsikan selama 0,3 tahun. Indikasi Penambahan Tenaga Kerja aux
Indikasi_Tambah_Lab = (Keb_Lab + Labor )-Rata2_Pensiun_Lab Indikasi_Tambah_Lab : Indikasi Penambahan Tenaga Kerja (Orang/Tahun) Labor : Jumlah Tenaga Kerja (Orang) Keb_Lab : Kebutuhan Tenaga Kerja (Orang/Tahun) Rata2-Pensiun_Lab : Rata-rata Tenaga Kerja Berhenti (Orang/Tahun)
Tingkat Perekrutan Tenaga Kerja aux
Tk_Perekrutan_Lab
= Indikasi_Tambah_Lab * Delay_Perekrutan
63
const Delay_Perekrutan
= 0,3
Tk_Perekrutan_Lab : Tingkat Perekrutan Tenaga Kerja (Orang/Tahun) Indikasi_Tambah_Lab : Indikasi Penambahan Tenaga Kerja (Orang/Tahun) Delay_Perekrutan : Waktu untuk melakukan Proses Perekrutan (Tahun) Tingkat kebutuhan tenaga kerja adalah perkalian antara tingkat produksi dan kebutuhan tenaga kerja per output produksi. Kebutuhan tenaga kerja per output produksi didapatkan dengan membagi antara jumlah tenaga kerja dengan jumlah barang yang dihasilkan oleh industri dari tahun 2000 – 2004 (BPS, 2000 – 2004). Tingkat Kebutuhan tenaga Kerja aux Keb_Lab = Keb_Lab_per_Output*Kapital_Terpasang Keb_Lab : Tingkat kebutuhan tenaga kerja (Orang) Keb_Lab_per_Output : Kebutuhan tenaga kerja per output barang yang diproduksi (Orang/Rp/Tahun) Kapital_Terpasang : Tingkat kapital terpasang (Rp)
4.3.3.6 Sub Sistem Industri Elektronika Pada sub sistem ini akan terbentuk akumulasi permintaan produk komponen. Apabila industri dalam negeri tidak bisa memenuhi permintaan tersebut maka akan terjadi impor dari sub sistem luar negeri. Industri elektronika akan memilih produk dengan harga yang lebih murah dengan asumsi tidak mempertimbangkan faktor lain, seperti kualitas.
Kebutuhan Produk Komponen Total aux Keb_Komponen_Total = Out_Ind_Dom+Tk_Imp Keb_Komponen_Total Out_Ind_Dom Tk_Imp
: Permintaan total produk komponen (Rp/Tahun) : Output industri untuk pasar domestik (Rp/Tahun) : Tingkat permintaan impor )Rp/Tahun)
Inventori Komponen flow init
Inv_Komponen = -dt*Produksi_Elektronika +dt*Pemesanan_komponen Inv_Komponen = Keb_komponen
64
Inv_Komponen Prod_Elektronika Pemesanan_Komponen
: Inventori komponen (Rp/Tahun) : Tingkat produksi elektronika (Rp/Tahun) : Tingkat pemesanan komponen (Rp/Tahun)
4.3.3.7 Sub Sistem Pemerintah Pada sub sistem ini akan terjadi mekanisme pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB). Komponen pembentuk PDB adalah tingkat ekspor, tingkat impor, tingkat investasi dan pengeluaran pemerintah. Akumulasi PDB riil dinyatakan oleh besarnya pertumbuhan PDB riil pada setiap tahun. Nilai awal PDB riil didapat dari data pembentukan PDB riil tahun 2000 (BPS, 2000).
Produk Domestik Bruto Riil flow init
PDB_Riil PDB_Riil
= +dt*Perbhn_PDB_Riil = PDB_Riil_Awal
PDB_Riil Perbhn_PDB_Riil PDB_Riil_Awal
: Produk Domestik Riil (Rp) : Perbahan PDB Riil (Rp/Tahun) : PDB Riil Awal (Rp)
Nilai Awal PDB Riil aux
PDB_Riil _Awal = (Invest_Awal+Gov_Expend_Awal+Exp_Nasional_Awal)* Mon_Multiplier
const Exp_Nasional_Awal = 583.033.740.000.000 const Gov_Expend_Awal = 221.468.000.000.000 const Invest_Awal = 244.767.000.000.000 PDB_Riil_Awal Exp_Nasional_Awal Gov_Expend_Awal Invest_Awal Mon_Multiplier
: PDB Riil Awal (Rp) : Ekspor Nasional Awal (Rp) : Pengeluaran Pemerintah Awal (Rp) : Investasi Awal (Rp) : Money Multiplier
PDB dibagi dengan jumlah populasi akan terbentuk PDB per kapita yang menggambarkan kemampuan masyarakat untuk membelanjakan pendapatan (disposible
income)
kecenderungan
untuk
setelah
dikurangi
mengkonsumsi
dengan marginal
pajak
penghasilan
(MPC).
MPC
dan
adalah
65
bperbandingan antara pertambahan konsumsi yang dilakukan dengan adanya pertambahan pendapatan disposible (Sukirno, 1999). Nilai MPC didapat dari ratarata persentase perbandingan antara pertambahan konsumsi dan pertambahan pendapatan dari data pembentukan PDB riil tahun 2000 – 2004 (BPS, 2000 – 2004).
Money Multiplier dihitung berdasarkan tingkat kecenderungan impor dan MPC. Tingkat kecenderungan impor diperoleh dari rata-rata persentase impor terhadap PDB riil tahun 2000 – 2004 (BPS, 2000 – 2004).
Konsumsi Masyarakat aux Konsumsi const MPC Konsumsi Disp_Inc MPC
= Disp_Inc*MPC = 0,71 : Konsumsi Masyarakat (Rp) : Pendapatan yang dibelanjakan (Rp) : Kecenderungan Mengkonsumsi Marginal
Pendapatan yang Dibelanjakan aux Disp_Inc const Inc_Tax Disp_Inc Ekspekt_Inc Inc_Tax
= Ekspekt_Inc-(Ekspekt_Inc *Inc_Tax) = 0,2 : Pendapatan yang dibelanjakan (Rp) : Ekspektasi Pendapatan (Rp) : Pajak Pendapatan
Ekspektasi Pendapatan init flow
Ekspekt_Inc Ekspekt_Inc
= PDB_Riil_Awal = +dt*Perbhn_ Ekspekt_Inc
Ekspekt_Inc : Ekspektasi Pendapatan (Rp) PDB_Riil_Awal : PDB Riil Awal (Rp) Perbhn_ Ekspekt_Inc : Perubahan Ekspektasi Pendapatan (Rp/Tahun)
Money Multiplier aux Mon_Multiplier const P_Imp const MPC
= 1/(1-MPC+MPC*Inc_Tax+P_Imp) = 0.12 = 0,71
66
const Inc_Tax Mon_Multiplier MPC P_Imp Inc_Tax
= 0,2 : Money Multiplier : Kecenderungan Mengkonsumsi Marginal : Persentase Pendapatan untuk Impor : Pajak Pendapatan
Nilai pertumbuhan PDB riil merupakan penjumlahan pengaruh nilai ekspor, pengeluaran pemerintah dikalikan dengan money multiplier. Pertumbuhan ekspor, pengeluaran
pemerintah
dan
investasi
diasumsikan
konstan.
Nilai
pertumbuhannya dihitung berdasarkan rata-rata pertumbuhan menurut tahun konstan 2000 (BPS, 2000 – 2004).
Perubahan PDB Riil aux
Perbhn_PDB_Riil
= Efek_Exp+Efek_Gov_Expend+Efek_Invest
Perbhn_PDB_Riil Efek_Exp
: Perubahan PDB Riil (Rp/Tahun) : Pengaruh Kenaikan Ekspor pada Pendapatan Nasional (Rp/Tahun) : Pengaruh Kenaikan Pengeluaran Pemerintah pada Pendapatan Nasional (Rp/Tahun) : Pengaruh Kenaikan Investasi pada Pendapatan Nasional (Rp/Tahun)
Efek_Gov_Expend Efek_Invest
Pengaruh Kenaikan Ekspor pada Pendapatan Nasional aux
Efek_Exp
= Perbhn_Exp_Nasional*Mon_Multiplier
Efek_Exp
: Pengaruh Kenaikan Ekspor pada Pendapatan Nasional (Rp/Tahun) Perbhn_Exp_Nasional : Perubahan Ekspor Nasional (Rp/Tahun) Mon_Multiplier : Money Multiplier Pengaruh Kenaikan Pengeluaran Pemerintah pada Pendapatan Nasional aux
Efek_Gov_Expend
= Perbhn_Gov_Expend*Mon_Multiplier
Efek_Gov_Expend
: Pengaruh Kenaikan Pengeluaran Pemerintah pada Pendapatan Nasional (Rp/Tahun) Perbhn_Gov_Expend : Perubahan Pengeluaran Pemerintah (Rp/Tahun) Mon_Multiplier : Money Multiplier
67
Pengaruh Kenaikan Investasi pada Pendapatan Nasional aux
Efek_Invest
= Perbhn_Invest_Nasional*Mon_Multiplier
Efek_Invest
: Pengaruh Kenaikan Investasi pada Pendapatan Nasional (Rp/Tahun) : Perubahan Investasi Nasional (Rp/Tahun) : Money Multiplier
Perbhn_Invest Mon_Multiplier Ekspor Nasional flow init
Exp_Nasional Exp_Nasional
= +dt*Perbhn_Exp_Nasional = Exp_Nasional_awal
Exp_Nasional : Ekspor Nasional (Rp) Exp_Nasional_awal : Nilai Awal Ekspor Nasional (Rp) Perbhn_Exp_Nasional : Perubahan Ekspor Nasional (Rp/Tahun) Perubahan Ekspor Nasional aux Perbhn_Exp_Nasional const Pert_Exp_Nasional
= Exp_Nasional*Pert_Exp_Nasional = 0,057
Perbhn_Exp_Nasional : Perubahan Ekspor Nasional (Rp/Tahun) Exp_Nasional : Ekspor Nasional (Rp) Pert_Exp_Nasional : Pertumbuhan Ekspor Nasional (1/Tahun)
Pengeluaran Pemerintah flow init
Gov_Expend Gov_Expend
= +dt*Perbhn_Gov_Expend = Gov_Expend_Awal
Gov_Expend : Pengeluaran Pemerintah (Rp) Perbhn_Gov_Expend : Perubahan Pengeluaran Pemerintah (Rp/Tahun) Gov_Expend_Awal : Nilai Awal Pengeluaran Pemerintah (Rp)
Perubahan Pengeluaran Pemerintah aux Perbhn_Gov_Expend const Pert_Gov_Expend
= Gov_Expend*Pert_Gov_Expend = 0,145
Perbhn_Gov_Expend : Perubahan Pengeluaran Pemerintah (Rp/Tahun) Gov_Expend : Pengeluaran Pemerintah (Rp) Pert_Gov_Expend : Pertumbuhan Pengeluaran Pemerintah (1/Tahun)
68
Investasi Nasional flow init
Invest Invest
= +dt*Perbhn_Invest_Nasional = Invest_Awal
Invest Perbhn_Invest Invest_Awal
: Investasi Nasional (Rp) : Perubahan Investasi Nasional (Rp/Tahun) : Nilai Awal Pembentukan Modal Tetap (Rp)
Perubahan Investasi Nasional aux Perbhn_Invest_Nasional const Pert_Invest Perbhn_Invest Invest Pert_Invest
4.4
= Invest*Pert_Invest = - 0,11
: Perubahan Investasi Nasional : Investasi Nasional (Rp) : Pertumbuhan Investasi (1/Tahun)
VALIDASI MODEL
4.4.1 Validasi Model Proses validasi pada model dinamika sistem terbagi 2, yaitu: 1.
Validasi struktur Validasi ini dilakukan untuk mengukur tingkat obyaktivitas model. Kemampuan pemodel sangat berperan dalam mempersepsikan gejala-gejala di lapangan.
2.
Validasi Perilaku Validasi ini dilakukan untuk menilai kecukupan struktur model melalui validasi perilaku yang dihasilkan oleh struktur tersebut.
4.4.1.1
Validasi Struktur
Uji Kesesuaian Struktur Uji ini berkaitan dengan batasan sistem, variabel pembentuk sistem dan asumsiasumsi yang pakai (Forrester, 1961). Untuk melakukan perancangan model, maka harus dikumpulkan data dan informasi sebanyak mungkin sehingga akan menambah validitas dari model yang dibentuk.
69
Model penelitian ini dibangun berdasarkan studi literatur penelitian sebelumnya dan tinjauan terhadap kondisi nyata di lapangan. Berdasarkan hal tersebut dapat dinyatakan bahwa struktur model telah relevan dan tidak relevan dengan kondisi nyata. Selain berdasarkan pada sistem nyata, model ini juga dibangun berdasarkan pada studi literatur sebagai berikut:
1.
Studi Kebijakan Industri Nasional Dengan Metodologi Dinamika Sistem (Cakravastia, 1997) Dalam penelitian ini mengkaji kebijakan industri produk plastik dengan metodologi dinamika sistem. Terdapat delapan sub sistem yang diamati, yaitu:
Produksi Menghasilkan produk yang akan dikonsumsi oleh pasar domestik dan pasar ekspor. Sub sistem ini juga didukung oleh kapital, tenaga kerja dan bahan baku sebagai faktor-faktor produksi. Mekanisme ini direspresentasikan dalam model sebagai sub sistem industri komponen elektronika.
Tenaga kerja Dari segi pendidikan, tenaga kerja terbagi atas tiga kategori berdasarkan tingkat pendidikan, yaitu SMA, diploma dan universitas. Sedangkan dari segi keahlian terbagi atas dua, yaitu terampil dan tidak terampil. Mekanisme ini direspresentasikan dalam model sebagai sub sistem tenaga kerja.
Barang Kapital Kapital berasal dari dalam dan luar negeri melalui mekanisme impor. Kapital timbul karena adanya penambahan produksi. Mekanisme ini direspresentasikan dalam model sebagai sub sistem industri komponen elektronika.
70
Bahan baku Bahan baku merupakan salah satu faktor produksi. Sebagian besar bahan baku masih didatangkan dari luar negeri. Kebutuhan bahan baku dipengaruhi oleh kebutuhan produksi. Mekanisme ini direspresentasikan dalam model sebagai sub sistem bahan baku.
Finansial Pada sub sistem ini terbentuk akumulasi dana yang diperlukan untuk investasi kapital. Melalui tabungan dan pasar uang maka dana investasi disuplai ke industri untuk memenuhi kapital.
Rumah tangga Pertumbuhan penduduk akan memicu pertumbuhan tenaga kerja yang akan disuplai ke sektor tenaga kerja. Penduduk merupakan pasar yang sangat potensial sehingga sektor ini merupakan penyumbang bagi permintaan pasar. Mekanisme ini direspresentasikan dalam model sebagai sub sistem permintaan domestik.
Perdagangan Internasional Mekanisme ekspor dan impor merupakan kegiatan pada sistem ekonomi terbuka. Aliran yang terjadi berupa uang, barang dan informasi. Sektor ini berhubungan dengan barang kapital, bahan baku dan produksi. Mekanisme ini direspresentasikan dalam model sebagai sub sistem ekspor impor.
2.
Oil price shocks and the US stagflation of the 1970s: Some insight from GEM (Hunt, 2006) Pada penelitian ini dibahas pengaruh harga bahan bakar minyak terhadap makroekonomi. Dengan menggunakan Global Economic Model (GEM), maka terbentuk beberapa sektor yang berpengaruh, diantaranya adalah:
71
Konsumsi Rumah tangga Rumah tangga merupakan sektor yang mengkonsumsi barang dan jasa yang dihasilkan oleh industri. Selain itu juga sebagai penyuplai angkatan kerja yang dibutuhkan oleh industri sebagai penggerak kapital untuk produksi. Mekanisme ini direpresentasikan dalam model sebagai sub sistem permintaan domestik.
Industri/perusahaan Terdapat tiga kategori produk yang dihasilkan, yaitu produk yang dijual, produk yang tidak dijual dan energi yang dijual. Produk diasumsikan akan meningkatkan kekuatan pasar dan memicu keuntungan. Mekanisme ini direspresentasikan dalam model sebagai sub sistem industri komponen elektronika.
Pemerintah Sama seperti sektor rumah tangga, pemerintah juga mengkonsumsi barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor industri. Selain itu juga berperan untuk menciptakan iklim usaha dengan berbagai kebijakan yang menjadi wewenangnya. Mekanisme ini direspresentasikan dalam model sebagai sub sistem pemerintah.
3.
Teori Makro atas Pasar yang melakukan kegiatan ekonomi (Boediono, 1993). Dalam kegiatan ekonomi makro terdapat lima kelompok yang melakukan kegiatan ekonomi, yaitu:
Rumah tangga Rumah tangga merupakan pembentuk permintaan agregat atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh industri. Rumah tangga juga memasok tenaga kerja sebagai faktor produksi pada industri. Mekanisme ini direpresentasikan dalam model sebagai sub sistem permintaan domestik.
72
Produsen Produsen merupakan industri yang melakukan produksi. Produsen melakukan permintaan tenaga kerja kepada rumah tangga dan investasi untuk penambahan kapital kepada lembaga keuangan. Mekanisme ini direpresentasikan dalam model berupa sub sistem industri komponen elektronika.
Lembaga keuangan Lembaga keuangan berfungsi sebagai tempat terakumulasinya modal baik dari tabungan rumah tangga atau pemerintah.
Pemerintah Pemerintah berperan sebagai pihak yang menetapkan dan menarik pajak baik dari rumah tangga atau dari produsen. Dari hasil penarikan pajak kemudian pemerintah akan melakukan pembelanjaan yang akan membentuk permintaan agregat. Mekanisme ini direpresentasikan dalam model sebagai sub sistem pemerintah.
Negara-negara lain Arus globalisasi menuntut setiap negara untuk melakukan perdagangan dengan negara lain. Apabila ketersediaan barang di dalam negeri kurang maka akan terjadi mekanisme impor dan sebaliknya. Mekanisme ini direspresentasikan dalam model sebagai sub sistem ekspor impor.
Uji Konsistensi Dimensi Uji ini dilakukan untuk memeriksa dimensi pada seluruh persamaan dalam model untuk memastikan konsistensinya. Semua dimensi yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada sistem nyata dan telah dilakukan pemeriksanaan sehingga bisa dinyatakan bahwa dimensi yang dipakai telah sesuai dengan sistem nyata.
73
4.5.1.1 Validasi Perilaku Validasi perilaku dilakukan untuk mengamati kesesuaian perilaku model terhadap sistem nyata. Validasi perilaku meliputi uji reproduksi perilaku, uji model pada kondisi ekstrim, uji kesalahan integrasi dan uji prediksi perilaku.
Uji Reproduksi Perilaku Uji ini dilakukan dengan membandingkan output model terhadap nilai nyata dari variabel yang dianggap penting. Tool yang dipakai untuk
menguji validitas
kinerja model adalah statistik Theil Inequality (U-Theil). Dengan tool ini akan dapat diketahui perbedaan output model terhadap data aktual disebabkan oleh kesalahan sistematis atau efek random (Sterman, 2000).
Pengujian ini menggunakan beberapa tool pengujian seperti Mean Square Error (MSE), Mean Absolute Error (MAE), bias (UM ), unequal variation (US ), unequal covariation (UC) dan koefisien korelasi (r). Bias terjadi jika output model dan data aktual memiliki rataan yang berbeda. Unequal variation terjadi jika ada perbedaan variansi antara output model dan data aktual. Unequal covariation terjadi jika output model dan data aktual berkorelasi dengan sempurna tetapi berbeda pada setiap titik-titiknya. Berikut adalah formulasi uji statistik Theil Inequality:
U
M
X sm
U S
X d MSE
m
2
UM : Bias
sd 2
US : Unequal Variation
MSE
2 1 r sm sd UC MSE
UC : Unequal Covariation
U M U S U C 1
1 X X d X X m r d x m n sd sm 1 X X n
r : Correlation Corefficient
X : Mean
74
s
1 X X n
2
s : Standard Deviation
1 2 MSE X m X d n
MSE : Mean Square Error
n : Data Size m
: Index for Model Output
d
: Index for Data Series
Tingkat Produksi Validasi model dilakukan pada output dari performansi sistem yaitu Tingkat
Tingkat Produksi (Rupiah)
Produksi ditunjukkan pada Gambar. 4.15. 4.00E+13 3.50E+13 3.00E+13 2.50E+13 2.00E+13 1.50E+13 1.00E+13 5.00E+12 0.00E+00 2000
2001
2002
2003
2004
Tahun Model
Aktual
Gambar 4.15 Validasi tingkat produksi
Hasil uji statistik Theil Inequality untuk tingkat produksi adalah: MSE = 9,604 x 1024 UM = 0,153 US = 0,289 UC = 0,579 UM : Bias US : Unequal variation UC : Unequal covariation
75
Berdasarkan uji variabel tingkat produksi, error terkonsentrasi pada unequal covariation (UC ). Hal ini berarti secara statistik output model memiliki rata-rata dan tren yang sama dengan data. Error yang terjadi antara output model dengan data aktual bukan merupakan kesalahan yang sistematis.
Permintaan Domestik
Permintaan Pasar Domestik (Rupiah)
Hasil uji reproduksi perilaku permintaan domestik ditunjukkan pada Gambar 4.16. 4.00E+13 3.50E+13 3.00E+13 2.50E+13 2.00E+13 1.50E+13 1.00E+13 5.00E+12 0.00E+00 2000
2001
2002
2003
2004
Tahun Model
Aktual
Gambar 4.16 Validasi permintaan domestik
Hasil uji statistik Theil Inequality untuk permintaan domestik adalah: MSE = 1,224 x 1025 UM = 7,85.10-5 US = 9,579.10-4 UC = 0,825 UM : Bias US : Unequal variation UC : Unequal covariation Berdasarkan uji variabel permintaan domestik, error terkonsentrasi pada unequal covariation (UC ). Hal ini berarti secara statistik output model memiliki rata-rata dan tren yang sama dengan data. Error yang terjadi antara output model dengan data aktual bukan merupakan kesalahan yang sistematis.
76
Permintaan Ekspor
Permintaan Pasar Ekspor (Rupiah)
Hasil uji reproduksi perilaku permintaan ekspor ditunjukkan pada Gambar 4.17.
4.00E+13 3.50E+13 3.00E+13 2.50E+13 2.00E+13 1.50E+13 1.00E+13 5.00E+12 0.00E+00 2000
2001
2002
2003
2004
Tahun Model
Aktual
Gambar 4.17 Validasi permintaan ekspor Hasil uji statistik Theil Inequality untuk permintaan ekspor adalah: MSE = 9,306 x 1023 UM = 0,413 US = 0,038 UC = 0,49 UM : Bias US : Unequal variation UC : Unequal covariation Berdasarkan uji variabel permintaan ekspor, error terkonsentrasi pada unequal covariation (UC). oleh karena itu secara statistik output model memiliki rata-rata dan tren yang sama dengan data. Error yang terjadi antara output model dengan data aktual bukan merupakan kesalahan yang sistematis.
77
Neraca Perdagangan Hasil uji reproduksi perilaku neraca perdagangan ditunjukkan pada Gambar 4.18.
Neraca Perdagangan Komoditi (Rupiah)
4.00E+13 3.50E+13 3.00E+13 2.50E+13 2.00E+13 1.50E+13 1.00E+13 5.00E+12 0.00E+00 2000
2001
2002
2003
2004
Tahun Model
Aktual
Gambar 4.18 Validasi neraca perdagangan
Hasil uji statistik Theil Inequality untuk neraca perdagangan adalah: MSE = 4,782 x 1023 UM = 0,015 US = 5,672.10-3 UC = 0,98 UM : Bias US : Unequal variation UC : Unequal covariation Berdasarkan uji variabel neraca perdagangan, error terkonsentrasi pada unequal covariation (UC ). Hal ini berarti secara statistik output model memiliki rata-rata dan tren yang sama dengan data. Error yang terjadi antara output model dengan data aktual bukan merupakan kesalahan yang sistematis.
Uji Model Pada Kondisi Ekstrim Hasil uji kondisi ekstrim terlihat pada Gambar 4.19. Uji ini dilakukan dengan memberikan lonjakan permintaan pasar sebesar 5 trilyun Rupiah/Tahun.
78
Permintaan pasar yang naik drastis mengakibatkan pertumbuhan kapital dan juga kemampuan tenaga kerja. Penambahan kapital memerlukan waktu delay untuk melakukan pemasangan kapital yang berakibat pada penurunan produksi. Penurunan ini disebabkan industri tidak sanggup memenuhi kebutuhan bahan baku untuk melakukan proses produksi. Faktor keahlian tenaga kerja juga menjadi sebab terjadinya penurunan. Dengan penambahan kapital akan membutuhkan tenaga kerja baru. Penambahan dan peningkatan keahlian tenaga kerja memerlukan delay sehingga tidak secara cepat bisa merespon permintaan pasar.
1E+14
Rupiah
8E+13 6E+13 4E+13 2E+13
18 20
16 20
14 20
20
12
10 20
08 20
06 20
20
04
02 20
20
00
0
Tahun Tingkat Produksi
Tingkat Permintaan Pasar
Kapital Terpasang
Gambar 4.19 Hasil simulasi kondisi pada kondisi ekstrim
Uji Pemilihan Time Step Uji ini dilakukan dengan cara melakukan simulasi model dasar pada beberapa time step yang berbeda seperti terlihat pada Tabel 4.7. Tujuan uji ini adalah untuk mengetahui seberapa jauh perbedaan perilaku model dengan time step yang berbeda tersebut. Berikut adalah beberapa time step yang dipilih, yaitu:
Tabel 4.7 Uji time step Simulasi ke 1 2 3
Time Step 1 0,5 0,25
79
18 20
16 20
14 20
12 20
20
10
08 20
06 20
04 20
02 20
20
00
Tingkat Produksi (Rupiah)
4.00E+13 3.50E+13 3.00E+13 2.50E+13 2.00E+13 1.50E+13 1.00E+13 5.00E+12 0.00E+00
Tahun Time Step = 0,25
Time Step = 0,5
Time Step = 1
Gambar 4.20 Uji perilaku model terhadap pemilihan time step
Hasil uji pada Gambar 4.20 menunjukkan bahwa rentang time step 0,25 tahun sampai dengan 0,5 tahun, model tidak sensitif terhadap pemilihan time step. Pada time step 1 tahun terlihat adanya perbedaan hasil tetapi tidak terlalu signifikan dan menunjukkan tren yang sama. Jadi pemilihan time step 0,25 pada model dapat diterima.
Uji Kesalahan Pemilihan Metode Integrasi Uji ini akan menggunakan beberapa metode integrasi yang berbeda, diantaranya Euler, Runge Kutta orde 2 dan Runge Kutta orde 3 dengan fixed step. Tabel 4.8 menunjukkan pemilihan metode integrasi.
Tabel 4.8 Pemilihan metode integrasi Simulasi ke
Metode Integrasi (fixed step)
1
Euler
2
Runge Kutta orde 2 (RK2)
3
Runge Kutta orde 3 (RK3)
80
18 20
16 20
14 20
12 20
20
10
08 20
06 20
04 20
02 20
20
00
Tingkat Produksi (Rupiah)
4.00E+13 3.50E+13 3.00E+13 2.50E+13 2.00E+13 1.50E+13 1.00E+13 5.00E+12 0.00E+00
Tahun Euler
RK 2
RK 3
Gambar 4.21 Hasil simulasi uji perilaku model terhadap pemilihan metode integrasi
Hasil simulasi pada Gambar 4.21 menunjukkan bahwa output dan perilaku model dengan metode integrasi yang berbeda tidak ada perbedaan yang signifikan. Dengan demikian, pemilihan metode integrasi Euler pada model dasar dapat diterima.
Analisis Sensitivitas Analisis ini digunakan untuk mengetahui apakah model sensitif terhadap perubahan yang terjadi pada model. Pada analisis ini akan dilakukan perubahanperubahan terhadap angka kurs dan inflasi. Tingkat kurs ditunjukkan pada Tabel 4.9 dan tingkat inflasi ditunjukkan pada Tabel 4.10.
Tabel 4.9 Tingkat kurs Simulasi ke
Kurs (US $/Rp)
1
8.528
2
9.000
3
15.000
81
3E+13 3E+13 2E+13 2E+13
20 18
20 16
20 14
20 12
20 10
20 08
20 06
20 04
20 02
1E+13 5E+12 0 20 00
Tingkat Produksi (Rupiah)
4E+13 4E+13
Tahun 1 US $ = Rp. 8.528
1 US $ = Rp.9.000
1 US $ = Rp.15.000
Gambar 4.22 Uji sensitivitas terhadap nilai kurs
Dari hasil simulasi tingkat kurs yang terlihat pada Gambar 4.22 menunjukkan bahwa model tidak sensitif terhadap perubahan kecil pada nilai tukar mata uang Rupiah terhadap US $. Tetapi pada saat nilai tukar Rupiah melemah sampai Rp. 15.000/US $ terjadi penurunan tingkat produksi yang signifikan. Hal ini berarti perubahan nilai tukar Rupiah yang besar akan mengakibatkan industri menjadi tidak kompotitif. Penyebabnya adalah penggunaan bahan baku impor yang berimbas kepada ongkos produksi dan harga jual produk.
Tabel 4.10 Tingkat inflasi Simulasi ke
Kurs (US $/Rp)
1
8.528
2
9.000
3
15.000
82
4E+13 3E+13 3E+13 2E+13 2E+13 1E+13 5E+12
20 18
20 16
20 14
20 12
20 10
20 08
20 06
20 04
20 02
0 20 00
Tingkat Produksi (Rupiah)
4E+13
Tahun Tingkat inflasi = 5%
Tingkat inflasi = 15%
Tingkat inflasi = 50%
Gambar 4.23 Uji sensitivitas terhadap tingkat inflasi
Hasil simulasi model terhadap beberapa tingkat inflasi terlihat pada Gambar 4.23 menunjukkan bahwa perubahan tingkat inflasi yang besar akan menyebabkan daya saing industri menjadi rendah. Hal ini disebabkan oleh tingginya harga jual akibat naiknya ongkos produksi sebagai respon terhadap tingkat inflasi. Pada saat perubahan tingkat inflasi kecil model tidak sensitif.
83