BAB IV PERANCANGAN MODEL Perancangan model supply demand komoditas pertanian di Indonesia akan menggunakan hasil dari analisis yang dilakukan di bab sebelumnya.
IV.1 Metode Perancangan Model Dari hasil analisis telah didapatkan elemen-elemen pembentuk model supply demand komoditas pertanian di Indonesia. Selain itu, analisis juga telah menghasilkan hubungan atau relasi antara elemen model dengan sebagian elemen model yang lain, belum menghasilkan hubungan antar seluruh elemen model. Metode perancangan yang dilakukan adalah dengan memasukkan elemen satu per satu dengan mengikuti urutan elemen yang didefinisikan oleh ARCON, kemudian elemen yang baru masuk dihubungkan dengan elemen-elemen yang sudah masuk sebelumnya ke dalam model. Urutan perancangan model supply demand komoditas pertanian adalah: 1. Membuat skema model berdasarkan proses atau operasi pada daur hidup model. 2. Menambahkan elemen struktural ke dalam model. 3. Menambahkan elemen fungsional ke dalam model. 4. Menambahkan dimensi sumber daya informasi ke dalam model. 5. Menambahkan dimensi sistem informasi ke dalam model. 6. Menambahkan dimensi sumber daya manusia ke dalam model. 7. Menambahkan dimensi masyarakat ke dalam model. 8. Melengkapi model.
63
IV.2 Perancangan Relasi Antar Elemen Model IV.2.1 Perspektif Daur Hidup Dari hasil analisis pada bab sebelumnya, telah ditetapkan bahwa daur hidup supply chain yang akan digambarkan pada model yang akan dibangun adalah: 1. Creation a. Penetapan visi, misi, dan tujuan kolaborasi supply chain pertanian Indonesia b. Pembuatan kesepakatan kontrak kerjasama antar partisipan kolaborasi supply chain pertanian Indonesia 2. Operation 1. Perencanaan 2. Pengadaan 3. Produksi 4. Distribusi Tahapan operation akan selalu berulang setiap periode waktu tertentu. Daur hidup supply chain komoditas pertanian Indonesia akan dimodelkan seperti ditunjukkan pada lampiran A gambar A.1. IV.2.2 Perspektif Karakteristik Lingkungan Perspektif karakteristik lingkungan dilihat dari dua aspek yaitu elemen internal (endogenous elements) dan interaksi dengan lingkungan sekitar (exogenous interactions). IV.2.2.1 Endogenous Elements Dari hasil analisis pada bab sebelumnya, telah ditetapkan bahwa endogenous elements yang tercakup pada model ini ada tiga yaitu: 1. Dimensi Struktural 64
Elemen dari dimensi struktural yang terlibat pada model ini ada tiga yaitu regulator, produsen, dan konsumen. Peran regulator dilaksanakan oleh pemerintah pusat (P1), sedangkan peran produsen dan konsumen dilaksanakan oleh pemerintah provinsi (P2). Dilihat dari perspektif daur hidup, berikut adalah partisipan yang terlibat di setiap tahap di daur hidup. a. Creation 1. Penetapan visi, misi, dan tujuan kolaborasi supply chain pertanian Indonesia Partisipan yang terlibat adalah P1 sebagai pihak yang menetapkan visi, misi, dan tujuan kolaborasi supply chain pertanian Indonesia. 2. Pembuatan kesepakatan kontrak kerjasama antar partisipan kolaborasi supply chain pertanian Indonesia Partisipan yang terlibat adalah P1 dan P2. P1 dan P2 menandatangani kontrak kesepakatan kerjasama kolaborasi supply chain pertanian Indonesia. b. Operation 1. Perencanaan Partisipan yang terlibat adalah P1 dan P2. P1 dan P2 bersama-sama melakukan perencanaan dalam menentukan target produksi komoditas pertanian di suatu provinsi. 2. Pengadaan Partisipan yang terlibat adalah P1 dan P2. P1 yang bertanggungjawab untuk mengadakan bibit dan pupuk ke seluruh wilayah di Indonesia yang diterima oleh P2 untuk didistribusikan ke seluruh petani di provinsinya.
65
3. Produksi Partisipan yang terlibat adalah P2 yang memproduksi suatu komoditas pertanian sesuai dengan target yang dicanangkan. 4. Distribusi Partisipan yang terlibat adalah P1 dan P2. P2 bertanggungjawab dalam melakukan distribusi ke wilayah-wilayah tujuan distribusi komoditas yang dihasilkan di provinsinya sesuai dengan target produksi. P1 juga bertanggungjawab dalam melakukan distribusi impor dari manca negara ke wilayah-wilayah tujuan di Indonesia. Tujuan distribusi dapat ke provinsinya sendiri, ke P2 (provinsi) yang lain, atau ke manca negara yang diwakili oleh P1. Dengan adanya elemen-elemen dari dimensi struktural, maka model sementara menjadi seperti pada lampiran A gambar A.2. 2. Dimensi Fungsional Elemen-elemen fungsional yang menjadi bagian dari model ini yang dibagi berdasarkan tahap daur hidupnya adalah: Tahap Creation : Visi, Misi Kolaborasi a. Membuat visi, misi, dan tujuan kolaborasi supply demand pertanian. Tahap Creation : Kontrak Kerjasama b. Membentuk kerjasama kolaborasi Tahap Operation : Perencanaan c.
Identifikasi potensi wilayah (provinsi) yang disertai dengan koreksi
d. Membuat perkiraan demand yang disertai dengan koreksi e.
Identifikasi potensi impor dan kebutuhan ekspor
f.
Identifikasi metode distribusi terbaik
g. Menentukan target produksi
66
Tahap Operation : Pengadaan h. Distribusi bibit dan pupuk Tahap Operation : Produksi i.
Produksi
Tahap Operation : Distribusi j.
Distribusi
Dengan tambahan elemen-elemen pada dimensi fungsional, maka model sementara ditunjukkan pada lampiran A gambar A.3. 3. Dimensi Komponensial Elemen dari dimensi komponensial yang terlibat pada model ini ada tiga yaitu: a. Sumber Daya Informasi (Information Resources) Informasi yang tercakup dalam model adalah: 1. Informasi wilayah secara umum (i1) 2. Informasi tentang karakteristik suatu komoditas (i2) 3. Informasi potensi wilayah terhadap suatu komoditas (i3) 4. Informasi demand wilayah terhadap suatu komoditas (i4) 5. Informasi distribusi antar wilayah (i5) 6. Informasi kuantitas hasil produksi (i6) 7. Informasi kuantitas hasil produksi terserap (i7) 8. Informasi supply demand dari manca negara (i8) Dengan tambahan elemen-elemen informasi ini, maka model sementara ditunjukkan pada lampiran A gambar A.4.
67
b. Sistem Informasi Berbasis Komputer Sistem informasi supply demand komoditas pertanian di Indonesia terdiri atas empat sub sistem, yaitu:: 1. Sub Sistem Pengumpul Data (SPD) 2. Sub Sistem Pendukung Pembuatan Keputusan (SPPK) 3. Sistem Realisasi Produksi dan Konsumsi (SRPK) 4. Portal Informasi Pasar (PIP) Di dalam PIP terjadi sharing knowledge (SK) antar partisipan. Dengan tambahan elemen-elemen sistem informasi ini, maka model sementara ditunjukkan pada lampiran A gambar A.5. c. Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia yang tercakup dalam model ini sesuai dengan hasil analisis adalah: 1. Operator Pemerintah Pusat (OP1) Yaitu operator di bawah koordinasi pemerintah pusat yang bertugas untuk mengelola sejumlah informasi berikut: a. Informasi tentang karakteristik suatu komoditas (i2) b. Informasi distribusi antar wilayah (i5) c. Informasi supply demand dari manca negara (i8) 2. Operator Pemerintah Provinsi (OP2) Yaitu operator di bawah koordinasi pemerintah provinsi yang bertugas untuk mengelola sejumlah informasi berikut: a. Informasi wilayahnya secara umum (i1) b. Informasi potensi wilayah terhadap suatu komoditas (i3) c. Informasi demand wilayah terhadap suatu komoditas (i4) d. Informasi distribusi antar wilayah (i5) e. Informasi kuantitas hasil produksi (i6) 68
f. Informasi kuantitas hasil produksi yang terserap atau telah dikonsumsi (i7) Selain sejumlah informasi tersebut, OP1 dan OP2 melakukan sharing knowledge (SK) tentang supply demand komoditas pertanian Indonesia. Dengan tambahan elemen-elemen sumber daya manusia ini, maka model sementara ditunjukkan pada lampiran A gambar A.6. IV.2.2.2 Exogenous Interactions Dari hasil analisis pada bab sebelumnya, telah ditetapkan bahwa exogenous interactions yang tercakup pada model ini ada dua yaitu: 1. Dimensi Market Dimensi market pada model ini adalah partisipan luar negeri. Akan tetapi, partisipan tersebut berikut interaksinya di dalam model diwakilkan dengan partisipan pemerintah pusat. 2. Dimensi Sosial Partisipan pada dimensi sosial di model ini adalah masyarakat umum (M) dan organisasi masyarakat (O) yang memiliki perhatian dan kepentingan pada supply demand komoditas pertanian Indonesia. Dengan tambahan dari elemen-elemen pada exogenous interactions, maka model sementara ditunjukkan pada lampiran A gambar A.7. IV.3 Finalisasi Model Sebagai pelengkap model, pemerintah pusat (P1) dan pemerintah provinsi (P2) akan dihubungkan ke aktivitas-aktivitas pada model. Pada aktivitas perencanaan, peran dari P1 dan P2 sudah diwakili oleh OP1 dan OP2, sehingga P1 dan P2 cukup dihubungkan ke aktivitas-aktivitas pada tahap visi, kontrak, pengadaan, produksi, dan distribusi. Bentuk terakhir dari model supply demand komoditas pertanian Indonesia ditunjukkan pada gambar IV.1.
69
Membentuk kerjasama
P2
Creation
P1
Vision
Membuat visi, misi, dan tujuan
Contract
P1
Identifikasi potensi wilayah OP2 i4
Memperkirakan demand wilayah
i5
i4 SPD i2
Identifikasi potensi impor dan kebutuhan ekspor
i8 SK
OP1
OP2 Identifikasi metode distribusi terbaik
SK
i6
i7
Operation
i3
SPPK Planning
i3
PIP
M
SK
SK
Menentukan target produksi
i7
Distribusi bibit dan pupuk
P2
Produksi
P2
Production
P1
i6
Distribusi
P2
Distribution
O
SRPK
Sourcing
i1
P1 LN Aktivitas
Siklus
Aliran Aktivitas
Informasi Primer
Partisipan Utama
Partisipan Masyarakat
Keterlibatan Partisipan
Informasi Sekunder
Sub Sistem Informasi
Relasi antar SI
Aktivitas SI
Sharing Knowledge
Gambar IV.1 Model Collaborative Supply Demand Komoditas Pertanian Indonesia 70
Penjelasan Model Berikut akan diresumekan penjelasan dari model supply demand komoditas pertanian Indonesia. Model ini dibagi ke dalam beberapa tahap berdasarkan perspektif daur hidup yaitu: 1. Creation a. Vision (visi, misi, dan tujuan kolaborasi) b. Contract (kontrak kerjasama kolaborasi) 2. Operation a. Planning (perencanaan) b. Sourcing (kontrak kerjasama kolaborasi) c. Production (produksi) d. Distribustion (distribusi) Vision Pada tahap ini, pemerintah pusat (P1) menentukan visi, misi, dan tujuan kolaborasi supply demand komoditas pertanian Indonesia. Contract Pada tahap ini, pemerintah pusat (P1) dan pemerintah provinsi (P2) menyepakati dan menandatangani kontrak kerjasama kolaborasi supply demand komoditas pertanian Indonesia. Planning Pada tahap ini, dilakukan aktivitas perencanaan supply demand komoditas pertanian Indonesia. Periode perencanaan ini adalah satu tahun, sehingga setiap akhir periode, aktivitas perencanaan ini akan dilakukan kembali untuk pelaksanaan tahun berikutnya. Aktivitas perencanaan terdiri dari identifikasi 71
potensi wilayah, memperkirakan demand wilayah, identifikasi potensi impor dan kebutuhan ekspor, identifikasi metode distribusi terbaik, dan menentukan target produksi. Pada tahap inilah terdapat peran dari sistem informasi supply demand komoditas pertanian Indonesia yang terdiri atas empat buah sub sistem, yaitu Sub Sistem Pengumpul Data (SPD), Sub Sistem Pendukung Pembuatan Keputusan (SPPK), Sub Sistem Realisasi Produksi dan Konsumsi (SRPK), dan Portal Informasi Pasar (PIP). Seluruh aktivitas perencanaan akan memanfaatkan saran dari keputusan yang dihasilkan oleh SPPK. SPPK mendapatkan supply data dari SPD dan SRPK sebagai data yang akan diolah oleh SPPK untuk memberikan saran atas suatu keputusan. SPD adalah sub sistem yang berperan dalam mengumpulkan data tentang supply demand komoditas pertanian Indonesia. SPD mendapatkan data primer dari operator pemerintah pusat (OP1) dan operator pemerintah provinsi (OP2), dan mendapatkan data sekunder sebagai pembanding dari organisasi masyarakat (O). informasi yang menjadi input dari SPD adalah: 1. Informasi wilayah secara umum (i1) 2. Informasi tentang karakteristik suatu komoditas (i2) 3. Informasi potensi wilayah terhadap suatu komoditas (i3) 4. Informasi demand wilayah terhadap suatu komoditas (i4) 5. Informasi distribusi antar wilayah (i5) 6. Informasi supply demand dari manca negara (i8) SRPK adalah sistem yang berperan dalam mengumpulkan laporan-laporan update hasil produksi suatu komoditas saat ini dan update jumlah yang telah dikonsumsi dari komoditas tersebut. SRPK mendapatkan data primer dari operator pemerintah provinsi (OP2) dan mendapatkan data sekunder sebagai pembanding dari organisasi masyarakat (O). Informasi yang menjadi input dari SRPK adalah:
72
1. Informasi kuantitas hasil produksi (i6) 2. Informasi kuantitas hasil produksi terserap (i7) PIP merupakan portal informasi yang juga menjadi sarana untuk sharing knowledge (SK) tentang supply demand komoditas pertanian Indonesia. PIP mendapatkan supply informasi dari SPD dan SRPK sebagai informasi bagi masyarakat yang mengunjungi portal tersebut. PIP menjadi sarana sharing knowledge antara operator pemerintah pusat (OP1), operator pemerintah provinsi (OP2), masyarakat umum (M), dan organisasi masyarakat (O). Aktivitas-aktivitas pada tahap ini dilakukan oleh pemerintah pusat (P1) dan pemerintah provinsi (P2) untuk kebutuhan pembuatan keputusan produksi oleh pemerintah pusat (P1) dan pemerintah provinsi (P2), serta kebijakan ekspor-impor oleh pemerintah pusat (P1 LN). Sourcing Pada tahap ini, dilakukan aktivitas distribusi bibit dan pupuk yang dilakukan oleh pemerintah pusat (P1) untuk disalurkan ke setiap pemerintah provinsi (P2), sesuai dengan target produksi setiap komoditas di masing-masing provinsi. Distribution Pada tahap ini, dilakukan aktivitas distribusi hasil produksi dari pemerintah provinsi (P2) yang berperan sebagai produsen, ke pemerintah provinsi lain (P2) yang berperan sebagai konsumen, serta ke pemerintah pusat untuk diekspor ke luar negeri (P1 LN). Setelah satu periode perencanaan (satu tahun) berakhir, maka aktivitas-aktivitas operation akan berulang ke planning kembali.
73
IV.4 Evaluasi Model Untuk mengetahui tingkat kegunaan, kualitas, dan/atau kevalidan dari model supply demand komoditas pertanian di Indonesia, maka harus dilakukan suatu metode evaluasi yang sesuai terhadap model. Metode evaluasi yang akan dilakukan terhadap model supply demand komoditas pertanian di Indonesia adalah dengan mendeskripsikan skenario detail pada model untuk memperlihatkan tingkat kegunaan dari model. Skenario akan dibuat per tahapan daur hidup dari model yang terdiri atas creation (visi dan kontrak) dan operation (perencanaan, pengadaan, produksi, dan distribusi). Sebelumnya akan ditetapkan terlebih dahulu pihak yang mewakili tiap partisipan yang terlibat pada model, ditunjukkan pada tabel IV.1. Tabel IV.1 Perwakilan Partisipan No 1
Partisipan ID
Nama
P1
Regulator
Pihak yang Mewakili Departemen Pertanian Republik Indonesia, Komisi IV DPR RI
2
P2
3
OP1
Produsen dan Konsumen
Dinas Pertanian Provinsi
Operator Pemerintah
Pegawai Departemen Pertanian Republik
Pusat
Indonesia Pegawai Departemen Perdangan Republik Indonesia
4
OP2
Operator Pemerintah
Pegawai Dinas Pertanian Provinsi
Provinsi 5
M
Masyarakat
Ahli di bidang pertanian
6
O
Organisasi Masyarakat
Koperasi Unit Desa, Kelompok Pedagang Pasar
7
P1 LN
Luar Negeri
Departemen Perdagangan Republik Indonesia
Peran dari pihak-pihak yang terlibat terhadap aktivitas-aktivitas di dalam model collaborative supply demand komoditas hasil pertanian di Indonesia ditunjukkan pada tabel IV.2. 74
Tabel IV.2 Peran Pihak yang Terlibat di dalam Model No 1 2
Aktivitas
Pihak yang Terlibat
Penentuan visi, misi
Departemen Pertanian Republik Indonesia, Komisi IV
kolaborasi
DPR RI
Kontrak Kerjasama
Departemen Pertanian Republik Indonesia, Dinas Pertanian Provinsi
3
Perencanaan
Pegawai Departemen Perdagangan Republik Indonesia
Penyiapan Data
Pegawai Departemen Pertanian Republik Indonesia,
Umum
Pegawai Dinas Pertanian Provinsi
Identifikasi Potensi
Pegawai Departemen Pertanian Republik Indonesia,
Wilayah
Pegawai Dinas Pertanian Provinsi, Departemen Pertanian Republik Indonesia, Dinas Pertanian Provinsi KUD
Memperkirakan
Pegawai Departemen Pertanian Republik Indonesia,
Demand Wilayah
Pegawai Dinas Pertanian Provinsi, Departemen Pertanian Republik Indonesia, Dinas Pertanian Provinsi, Kelompok Pedagang Pasar
Identifikasi Potensi
Pegawai Departemen Pertanian Republik Indonesia,
Impor dan
Departemen Perdagangan Republik Indonesia
Kebutuhan Ekspor Identifikasi Metode
Pegawai Departemen Pertanian Republik Indonesia,
Distribusi Terbaik
Pegawai Dinas Pertanian Provinsi, Departemen Pertanian Republik Indonesia, Dinas Pertanian Provinsi
4
Menentukan Target
Departemen Pertanian Republik Indonesia, Dinas
Produksi
Pertanian Provinsi
Pengadaan
Departemen Pertanian Republik Indonesia, Dinas Pertanian Provinsi
5
Produksi
Dinas Pertanian Provinsi, KUD
6
Distribusi
Dinas Pertanian Provinsi, Departemen Perdagangan
Republik Indonesia, Kelompok Pedagang Pasar 7
Luar Negeri
Departemen Perdagangan Republik Indonesia
75
Tahap Creation : Visi, Misi Kolaborasi Partisipan yang terlibat : Departemen Pertanian Republik Indonesia (P1), Komisi IV DPR-RI (P1) Input
: Kebijakan
kolaborasi
supply
demand
komoditas
pertanian antar wilayah di Indonesia Hasil yang diharapkan : Visi, misi, dan tujuan dari kolaborasi supply demand komoditas pertanian di Indonesia terdefinisi dengan baik dan lengkap. Skenario detail
:
Setelah adanya kebijakan bahwa untuk supply demand komoditas pertanian di Indonesia harus dilakukan kolaborasi antar provinsi di Indonesia, maka Departemen Pertanian Pusat (P1) berkoodinasi dengan Komisi IV DPR-RI (P1) menetapkan visi, misi, dan tujuan dari kolaborasi supply demand komoditas pertanian di Indonesia. Tahap Creation : Kontrak Kerjasama Partisipan yang terlibat : Departemen Pertanian Republik Indonesia (P1), Dinas Pertanian Provinsi (P2) Input
: Visi, misi, dan tujuan kolaborasi supply demand komoditas pertanian di Indonesia
Hasil yang diharapkan : Aturan
rinci
tentang
kolaborasi
supply
demand
komoditas pertanian di Indonesia Skenario detail
:
Karena Dinas Pertanian Provinsi (P2) berada di bawah koordinasi Departemen Pertanian Republik Indonesia (P1), maka pada tahap ini tidak diperlukan adanya kontrak yang mengikat karena secara struktur organisasi sudah mengikat antara kedua pihak ini. Pada tahap ini, perwakilan dari seluruh Dinas Pertanian Provinsi (P2) bersama-bersama dengan Departemen Pertanian Republik Indonesia (P1)
76
menentukan aturan rinci tentang bagaimana proses kolaborasi ini dilakukan, apa peran dari masing-masing pihak, bagaimana rencana kerja, dan sebagainya. Tahap Operation : Perencanaan Penyiapan Data Umum Partisipan yang terlibat : Pegawai Departemen Pertanian Republik Indonesia (OP1), Pegawai Dinas Pertanian Provinsi (OP2) Input
: Informasi wilayah secara umum (i1), Informasi tentang karakteristik suatu komoditas (i2).
Hasil yang diharapkan : Karakteristik provinsi dan karakteristik komoditas pertanian teridentifikasi Skenario detail
:
Aktivitas ini sebenarnya bukan bagian dari model karena hanya berupa aktivitas penyiapan data-data penunjang aktivitas perencanaan. Pada aktivitas ini, pegawai di lingkungan Departemen Pertanian Republik Indonesia (OP1) harus menginputkan data karakteristik tiap komoditas pertanian di Indonesia (i2). Data karakteristik tersebut di antaranya adalah masa panen dalam setahun, iklim yang cocok, masa penyimpanan maksimal, metode distribusi yang dapat digunakan, dan lain-lain. Di lain pihak, pegawai di lingkungan Dinas Pertanian Provinsi (OP2) harus menginputkan data karakteristik provinsinya masing-masing (i1). Data karakteristik provinsi tersebut di antaranya adalah luas provinsi, iklim provinsi, luas wilayah yang berpotensi, dan lain-lain. Identifikasi Potensi Wilayah Partisipan yang terlibat : Pegawai Departemen Pertanian Republik Indonesia (OP1), Pegawai Dinas Pertanian Provinsi (OP2), KUD (O), Departemen Pertanian Republik Indonesia (P1), Dinas Pertanian Provinsi (P2)
77
Input
: Informasi potensi wilayah terhadap suatu komoditas (i3), informasi kuantitas hasil produksi (i6)
Hasil yang diharapkan : Potensi provinsi dalam menghasilkan suatu komoditas pertanian bisa diidentifikasi. Skenario detail
:
Pada aktivitas ini, pegawai di lingkungan Dinas Pertanian Provinsi (OP2) harus memutakhirkan data potensi provinsinya untuk setiap komoditas pertanian (i3) di setiap akhir tahun untuk kebutuhan perencanaan di tahun berikutnya. Data potensi tersebut antara lain data luas tanah yang digunakan untuk produksi suatu komoditas, jumlah petani suatu komoditas, data realisasi produksi komoditas dari tahun ke tahun. KUD (O) sebagai lembaga yang dekat dengan petani dapat pula menginputkan data potensi wilayah untuk setiap komoditas (i3) di desanya sebagai bagian dari potensi provinsi sebagai data pembanding dari data yang diinputkan oleh pegawai Dinas Pertanian Provinsi (OP2). Input pemutakhiran data tersebut dilakukan oleh pegawai Dinas Pertanian Provinsi (OP2) maupun KUD (O) dengan dukungan Sub Sistem Pengumpul Data (SPD). Data yang diterima oleh SPD kemudian diteruskan ke Sub Sistem Pendukung Pembuatan Keputusan (SPPK) untuk diolah sehingga dapat membantu dalam penentuan berapa ton suatu komoditas pertanian dapat dihasilkan oleh suatu provinsi tahun depan. Pada saat realisasi produksi suatu komoditas pertanian, pegawai Dinas Pertanian Provinsi (OP2) harus melaporkan kuantitas hasil produksi (i6) suatu komoditas tiap bulannya sebagai koreksi atas perkiraan potensi provinsi terhadap suatu komoditas. Pelaporan ini juga dapat dilakukan oleh KUD (O) sebagai data pembanding dari data yang diinputkan oleh pegawai Dinas Pertanian Provinsi (OP2). Pelaporan realisasi produksi ini dilakukan dengan Sub Sistem Realisasi Produksi dan Konsumsi (SRPK). Dari identifikasi potensi tiap provinsi, maka Dinas Pertanian Provinsi (P2) dapat mengetahui berapa ton perkiraan produksi suatu komoditas di provinsinya, dan Departemen Pertanian Republik Indonesia (P1) dapat mengetahui berapa ton perkiraan produksi suatu komoditas dalam skala nasional.
78
Memperkirakan Demand Wilayah Partisipan yang terlibat : Pegawai Departemen Pertanian Republik Indonesia (OP1), Pegawai Dinas Pertanian Provinsi (OP2), Kelompok Pedagang Pasar (O), Departemen Pertanian Republik Indonesia (P1), Dinas Pertanian Provinsi (P2) Input
: Informasi demand wilayah terhadap suatu komoditas (i4), informasi kuantitas hasil produksi terserap (i7)
Hasil yang diharapkan : Kebutuhan provinsi akan suatu komoditas pertanian bisa diidentifikasi. Skenario detail
:
Pada aktivitas ini, pegawai di lingkungan Dinas Pertanian Provinsi (OP2) harus memutakhirkan data demand provinsinya untuk setiap komoditas pertanian (i4) di setiap akhir tahun untuk kebutuhan perencanaan di tahun berikutnya. Data demand tersebut antara lain jumlah penduduk dan data realisasi konsumsi komoditas dari tahun ke tahun. Kelompok Pedagang Pasar (O) sebagai lembaga yang dekat dengan pasar dapat pula menginputkan data demand wilayah untuk setiap komoditas (i4) di lingkungan pasarnya sebagai bagian dari demand provinsi sebagai data pembanding dari data yang diinputkan oleh pegawai Dinas Pertanian Provinsi (OP2). Input pemutakhiran data tersebut dilakukan oleh pegawai Dinas Pertanian Provinsi (OP2) maupun Kelompok Pedangang Pasar (O) dengan dukungan Sub Sistem Pengumpul Data (SPD). Data yang diterima oleh SPD kemudian diteruskan ke Sub Sistem Pendukung Pembuatan Keputusan (SPPK) untuk diolah sehingga dapat membantu dalam penentuan berapa ton kebutuhan provinsi akan suatu komoditas pertanian di tahun depan. Pada saat realisasi konsumsi suatu komoditas pertanian, pegawai Dinas Pertanian Provinsi (OP2) harus melaporkan kuantitas hasil produksi yang terserap di pasar (i7) untuk suatu komoditas tiap bulannya sebagai koreksi atas perkiraan demand provinsi terhadap suatu komoditas. Pelaporan ini juga dapat dilakukan oleh Kelompok Pedagang Pasar (O) sebagai data pembanding dari data yang diinputkan oleh pegawai Dinas Pertanian Provinsi (OP2). Pelaporan realisasi 79
konsumsi ini dilakukan dengan Sub Sistem Realisasi Produksi dan Konsumsi (SRPK). Dari perkiraan demand tiap provinsi, maka Dinas Pertanian Provinsi (P2) dapat mengetahui berapa ton perkiraan kebutuhan suatu komoditas di provinsinya, dan Departemen Pertanian Republik Indonesia (P1) dapat mengetahui berapa ton perkiraan kebutuhan suatu komoditas dalam skala nasional. Identifikasi Potensi Impor dan Kebutuhan Ekspor Partisipan yang terlibat : Pegawai Departemen Perdagangan Republik Indonesia (OP1), Departemen Perdagangan Republik Indonesia (P1 LN) Input
: Perkiraan produksi suatu komoditas dalam skala nasional (hasil dari aktivitas identifikasi potensi wilayah), perkiraan kebutuhan suatu komoditas dalam skala nasional (hasil dari aktivitas memperkirakan demand wilayah), informasi supply demand dari manca negara (i8)
Hasil yang diharapkan : -
Jumlah yang dapat dipasok untuk kebutuhan ekspor ke tiap negara di luar negeri yang membutuhkan ekspor dari Indonesia untuk tiap komoditas pertanian; atau
-
Jumlah yang harus diimpor dari tiap negara yang ingin mengekspor ke Indonesia untuk tiap komoditas pertanian
Skenario detail
:
Pada aktivitas ini, pegawai di lingkungan Departemen Perdagangan Republik Indonesia (OP1) harus memutakhirkan data potensi impor dan demand ekspor suatu komoditas dari manca negara (i8) di setiap akhir tahun untuk kebutuhan perencanaan di tahun berikutnya. Input pemutakhiran data tersebut dilakukan oleh pegawai Departemen Pertanian Republik Indonesia (OP1) dengan dukungan Sub Sistem Pengumpul Data (SPD). Data yang diterima oleh SPD kemudian 80
diteruskan ke Sub Sistem Pendukung Pembuatan Keputusan (SPPK) untuk diolah dan dikombinasikan dengan data dari dua aktivitas sebelumnya sehingga dapat membantu dalam penentuan berapa ton suatu komoditas dapat diekspor ke manca negara atau berapa ton suatu komoditas harus diimpor dari manca negara. Informasi tersebut akan digunakan oleh Departemen Perdagangan Republik Indonesia (P1 LN) dalam penentuan kebijakan ekspor dan impor. Identifikasi Metode Distribusi Terbaik Partisipan yang terlibat : Pegawai Departemen Pertanian Republik Indonesia (OP1), Pegawai Dinas Pertanian Provinsi (OP2), Departemen Pertanian Republik Indonesia (P1), Dinas Pertanian Provinsi (P2) Input
: Informasi tentang karakteristik suatu komoditas (i2), Informasi distribusi antar provinsi (i5)
Hasil yang diharapkan : Metode distribusi terbaik untuk mendistribusikan suatu komoditas dari suatu provinsi ke provinsi lain. Skenario detail
:
Pada aktivitas ini, pegawai di lingkungan Departemen Pertanian Republik Indonesia (OP1) dan Dinas Pertanian Provinsi (OP2) harus memutakhirkan data metode distribusi provinsinya (i5) ke provinsi-provinsi yang lain di setiap akhir tahun untuk kebutuhan perencanaan di tahun berikutnya. Data distribusi tersebut antara lain metode distribusi yang dapat digunakan, biaya dan waktu yang dibutuhkan untuk tiap metode distribusi, dan sebagainya. Input pemutakhiran data distribusi tersebut dilakukan oleh pegawai Departemen Pertanian Republik Indonesia (OP1) dan Dinas Pertanian Provinsi (OP2) dengan dukungan Sub Sistem Pengumpul Data (SPD). Data yang diterima oleh SPD kemudian diteruskan ke Sub Sistem Pendukung Pembuatan Keputusan (SPPK) untuk diolah bersama informasi karakteristik komoditas (i2) dan hasil dari aktivitas perencanaan sebelumnya, sehingga dapat membantu dalam aktivitas penentuan target produksi.
81
Dari aktivitas ini, maka Dinas Pertanian Provinsi (P2) dapat mengetahui metode distribusi terbaik untuk mengirimkan suatu komoditas ke provinsi yang lain, dan Departemen Pertanian Republik Indonesia (P1) dapat mengetahui metode distribusi terbaik secara umum untuk mengirimkan suatu komoditas dari suatu provinsi ke provinsi yang lain. Menentukan Target Produksi Partisipan yang terlibat : Departemen Pertanian Republik Indonesia (P1), Dinas Pertanian Provinsi (P2) Input -
:
Perkiraan produksi suatu komoditas dalam skala nasional (hasil dari aktivitas identifikasi potensi wilayah)
-
Perkiraan kebutuhan suatu komoditas dalam skala nasional (hasil dari aktivitas memperkirakan demand wilayah)
-
Perkiraan potensi impor dan kebutuhan ekspor manca negara (hasil dari aktivitas identifikasi potensi impor dan kebutuhan ekspor)
-
Metode distribusi terbaik dari suatu provinsi ke provinsi lain (hasil dari identifikasi metode distribusi terbaik)
Hasil yang diharapkan : -
Target produksi komoditas pertanian tiap provinsi
-
Kuantitas yang dipasok untuk kebutuhan internal provinsi
-
Kuantitas yang dipasok untuk kebutuhan provinsi lain
-
Kuantitas yang dipasok untuk kebutuhan ekspor, atau
-
Kuantitas impor yang dibutuhkan
Skenario detail
:
Dengan input dari empat aktivitas sebelumnya, untuk setiap komoditas tertentu, Sub Sistem Pendukung Pembuatan Keputusan (SPPK) dapat menentukan hal-hal sebagai berikut: 1. Berapa ton target produksi dari setiap provinsi 82
2. Berapa ton yang akan dikonsumsi untuk kebutuhan internal provinsi 3. Berapa ton yang akan dipasok ke provinsi lain, ke provinsi apa saja, dan berapa bagian masing-masing provinsi. 4. Jika produksi secara nasional diramalkan akan surplus, berapa ton yang akan diekspor ke manca negara, ke negara apa saja, dan berapa bagian masingmasing negara. 5. Jika produksi secara nasional diramalkan akan kurang dari kebutuhan, berapa ton yang harus diimpor dari manca negara, dari negara apa saja, dan berapa bagian masing-masing negara. Dari aktivitas ini, maka Dinas Pertanian Provinsi (P2) dapat mengetahui berapa ton produksi suatu komoditas yang harus dihasilkan dan bagaimana distribusinya, sedangkan Departemen Pertanian Republik Indonesia (P1) dapat mengetahui bagaimana kondisi supply demand komoditas pertanian dalam lingkup nasional. Knowledge Sharing Partisipan yang terlibat : Pegawai Departemen Pertanian Republik Indonesia (OP1), Pegawai Dinas Pertanian Provinsi (OP2), Ahli di bidang pertanian (M), KUD (O), Kelompok Pedagang Pasar (O) Input
: informasi
seputar
supply
demand
pertanian
atau
pertanian secara umum Hasil yang diharapkan : Terjadinya sharing knowledge di antara partisipan untuk meningkatkan pengetahuan tentang supply demand pertanian atau pengetahuan tentang pertanian secara umum. Skenario detail
:
Aktivitas ini tidak menjadi satu aktivitas terpisah di dalam model, tetapi menjadi aktivitas yang menyertai setiap aktivitas yang lain. Setiap pihak yang terlibat di masa perencanaan, termasuk perseorangan yang ahli atau yang memiliki perhatian 83
di bidang pertanian, dapat melakukan sharing knowledge dengan memanfaatkan Portal Informasi Pasar (PIP), baik melalui forum maupun artikel dan berita. Tahap Operation : Pengadaan Partisipan yang terlibat : Departemen Pertanian Republik Indonesia (P1), Dinas Pertanian Provinsi (P2) Input
: Target produksi sesuai hasil aktivitas perencanaan
Hasil yang diharapkan : Bibit dan pupuk terdistribusi ke setiap provinsi sesuai dengan target dan waktunya Skenario detail
:
Dari hasil aktivitas sebelumnya, maka dengan bantuan SPPK, Departemen Pertanian Republik Indonesia (P1) dapat menentukan berapa banyak bibit dan pupuk yang harus dikirimkan ke setiap Dinas Pertanian Provinsi (P2) untuk didistribusikan ke setiap kabupaten/kota di provinsinya untuk diteruskan ke para petani. Tahap Operation : Produksi Partisipan yang terlibat : Dinas Pertanian Provinsi (P2), KUD (O) Input
: Petani mendapatkan pasokan bibit dan pupuk
Hasil yang diharapkan : Produksi suatu komoditas di suatu provinsi sesuai atau melebihi dari target yang ditetapkan Skenario detail
:
Setelah mendapatkan bibit dan pupuk, ketika mulai musim awal tanam, petani akan melakukan proses produksi. Dinas Pertanian Provinsi (P1) melalui operatornya (OP1) bertanggung jawab dalam melaporkan jumlah yang telah diproduksi oleh petani-petani di provinsinya setiap bulannya melalui SRPK. Pelaporan ini juga dapat dilakukan KUD (O) sebagai data pembanding.
84
Tahap Operation : Distribusi Partisipan yang terlibat : Dinas Pertanian Provinsi (P2), Kelompok Pedagang Pasar (O), Departemen Perdagangan Republik Indonesia (P1 LN) Input
: Hasil produksi (hasil dari aktivitas produksi), target pasok antar wilayah termasuk dari/ke manca negara (hasil dari aktivitas perencanaan)
Hasil yang diharapkan : Hasil produksi suatu komoditas didistribusikan ke internal provinsi, provinsi lain, dan diekspor ke manca negara sesuai dengan target yang telah ditetapkan di tahap perencanaan Skenario detail
:
Jika provinsinya mengalami surplus, maka Dinas Pertanian Provinsi (P2) akan mendistribusikan hasil panen komoditas pertanian tersebut ke internal provinsi, provinsi yang lain, dan ekspor ke manca negara melalui Departemen Perdagangan Republik Indonesia (P1 LN) sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan selalu dikoreksi. Jika hasil produksi provinsinya kurang dari kebutuhan masyarakatnya, maka Dinas Pertanian Provinsi (P2) akan mendistribusikan hasil panen komoditas pertanian yang didapatkan dari produksi internal, pasokan dari provinsi lain, atau impor dari luar negeri melalui Departemen Perdagangan Republik Indonesia (P1 LN) ke interal provinsinya. Selain data demand provinsinya, pegawai Dinas Pertanian Provinsi (P2) juga harus senantiasa memutakhirkan realisasi konsumsi suatu komoditas (i7) per bulan. Data realisasi ini diinput melalui Sub Sistem Realisasi Produksi dan Konsumsi (SRPK) yang kemudian diteruskan ke Sub Sistem Pendukung Pembuatan Keputusan (SPPK) untuk diolah. Data pembanding realisasi konsumsi juga dapat dikontribusi oleh Kelompok Pedagang Pasar (O) sebagai lembaga yang dekat dengan pasar melalui SRPK. Dengan adanya data realisasi konsumsi yang
85
selalu up-to-date, akan menjadi koreksi terhadap perkiraan demand yang telah dibuat sebelumnya. IV.5 Kesimpulan Evaluasi Evaluasi terhadap model dilakukan untuk membuktikan apakah model yang dihasilkan sudah sesuai dengan kebutuhan model yang telah didefinisikan sebelumnya. Dari pelaksanaan evaluasi yang dilakukan dengan metode deskriptif skenario, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Model yang telah dihasilkan sudah mengikuti prinsip pull seperti yang ditunjukkan pada gambar III.2 karena penentuan target produksi untuk setiap provinsi di Indonesia salah satunya berdasarkan pada perkiraan demand dari setiap provinsi. 2. Seperti yang ditunjukkan pada gambar IV.1, model ini fokus pada aktivitas di tahap perencanaan yang melibatkan lebih banyak elemen dibandingkan aktivitas pada tahap yang lain. Tahapan perencanaan yang dilakukan sudah berskala nasional karena dapat melibatkan semua provinsi di Indonesia dan diatur oleh Departemen Pertanian Republik Indonesia. 3. Aktivitas-aktivitas pada tahap perencanaan sudah disertai dengan koreksi, terutama koreksi pada identifikasi potensi wilayah dan koreksi atas demand suatu wilayah. 4. Model yang dibangun telah melibatkan dukungan empat sistem informasi berbasis komputer sesuai dengan kebutuhan atas informasi-informasi untuk mendukung aktivitas supply demand. 5. Aktivitas-aktivitas pada model sudah sesuai dengan kategori operasi supply chain pada bab II.3.4 yang terdiri atas plan (perencanaan), source (pengadaan), make (produksi), dan delivery (distribusi).
86
6. Model yang dibangun telah melibatkan partisipasi masyarakat dan organisasi masyarakat sebagai kontributor informasi yang digunakan sebagai data pembanding yang diinputkan oleh operator Dinas Pertanian Provinsi. 7. Pada model yang dibangun telah dimungkinkan terjadinya aktivitas sharing knowledge antara tiap partisipan (operator Departemen Pertanian Republik Indonesia, operator Dinas Pertanian Provinsi, masyarakat umum, dan organisasi masyarakat). 8. Aktivitas identifikasi atas potensi impor dan kebutuhan ekspor atas suatu komoditas dari/ke manca negara telah menjadi bagian dalam tahapan perencanaan di dalam model yang dibangun. Hal ini akan berpengaruh terhadap target produksi secara keseluruhan. Dan di aktivitas distribusi juga melibatkan Departemen Perdagangan Republik Indonesia yang berperan untuk melakukan ekspor ke manca negara. 9. Dengan adanya penentuan target produksi secara nasional yang dilengkapi dengan penentuan target distribusi dari suatu provinsi yang satu ke provinsi yang lain, maka diharapkan tidak terjadi lagi over supply terhadap suatu komoditas di suatu provinsi dan kekurangan akan komoditas yang sama di provinsi yang lain. Dari sembilan poin tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa model yang dibuat sudah sesuai dengan kebutuhan dari model.
87