36
BAB IV PERANCANGAN MODEL 4.1
Karakteristik Sistem
Model simulasi yang akan dikembangkan menggambarkan sistem persaingan yang terjadi antara tiga produsen semen besar di Indonesia dalam memaksimalkan profit penjualan mereka melalui manejemen logistik dan distribusi yang efektif. PT “A” berpusat di Jawa Timur, PT “B” dan PT “C” berpusat di Jawa Barat. Produk yang akan dipasarkan oleh ketiga produsen tersebut merupakan jenis produk yang sama, yaitu semen jenis OPC. Pasar yang dimodelkan mencakup tujuh daerah atau wilayah yang merupakan pasar bagi ketiga produsen semen tersebut, yaitu: Bali, Jawa Timur, D.I.Y Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten. Produk dikirim dari pabrik ke masingmasing wilayah pasar dengan menggunakan moda tranportasi darat (truk). Setiap pasar memiliki karakteristik yang berbeda, demikian juga penguasaan pasar (market share) di masing-masing wilayah. PT ”A” yang berpusat di Jawa Timur menguasai pasar di Jawa Timur, walaupun harga produk ”A” di Jawa Timur lebih mahal dibandingkan pesaingnya. PT ”A” mendapatkan profit margin yang cukup besar di Jawa Timur karena menjual produk dengan harga tinggi namun biaya distribusinya cukup rendah. Demikian juga sebalikknya PT ”B” yang berpusat di Jawa Barat menguasai pasar di Jawa Barat. PT ”B” juga mendapatkan profit margin yang cukup besar di Jawa Barat karena menjual produk dengan harga tinggi namun biaya distribusinya cukup rendah. Simulator ini nantinya hanya akan mensimulasikan keputusan-keputusan logistik dan distribusi yang diambil oleh PT ”A” dalam pendistribusian produk dari pabrik sampai ke gudang
37
distributor, sedangkan keputusan-keputusan dari PT ”B” dan ”C” dihasilkan melalui generate data. Keputusan-keputusan dari PT ”B” dan ”C” ini nantinya akan mempengaruhi hasil keputusan yang diambil oleh PT ”A”. Dalam model simulator ini, PT ”A” digambarkan memiliki sistem distribusi dengan konfigurasi seperti pada gambar berikut : G udang P enyangga
G udang D istributor
P abrik
Gambar 4.1. Konfigurasi Distribusi Semen Perusahaan “A” Sepanjang rantai distribusi produk dari pabrik sampai ke distributor, terdapat sejumlah keputusan yang harus diambil oleh pemain, yaitu : 1. Menentukan besarnya kontrak volume untuk transportasi. 2. Menentukan besarnya kontrak volume untuk masingmasing gudang penyangga 3. Menentukan besarnya alokasi ke setiap wilayah propinsi berdasarkan quota distribusi yang ada. 4. Menentukan proporsi alokasi kesetiap alternative konfigurasi distribusi yang ada berdasarkan besarnya alokasi yang telah diputuskan pada poin (3). 5. Menentukan alokasi akhir ke distributor 6. Menentukan harga produk untuk masing-masing wilayah propinsi. Berikut ini adalah penjabaran dari keputusan-keputusan dalam model simulasi ini, yaitu : 1). Menentukan besarnya kontrak volume untuk transportasi. Penentuan besarnya kontrak volume untuk transportasi ini merupakan tahap awal (initial step) dari simulasi ini.
38
Dalam hal ini terdapat dua konrak transportasi yang harus diputuskan, yaitu kontrak transportasi dari pabrik ke gudang penyangga dan kontrak transportasi dari pabrik langsung ke distributor. Besarnya kontrak yang ditetapkan diawal ini akan berlaku terus sepanjang periode simulasi. Jadi setelah besarnya kontrak transportasi diputuskan, maka pemain tidak dapat merubah kontrak tersebut pada saat periode simulasi telah berjalan. Dampak dari keputusan kontrak transportasi ini yaitu apabila pemain memutuskan untuk memuat barang melebihi kontrak yang telah dibuat, maka kelebihan tersebut akan dikenakan tarif premium yang besarnya lebih tinggi dari tarif yang sesuai kontrak atau tarif regular. Berikut ini adalah besarnya tarif regular dan premium untuk masing-masing konfigurasi distribusi pada setiap wilayah propinsi. Tabel 4.1. Tarif Biaya Transportasi dari ….ke….(Rp/ton)
2)
Menentukan besarnya kontrak volume untuk gudang penyangga Perusahaan “A” memiliki gudang-gudang penyangga yang ditempatkan disetiap wilayah propinsi, kecuali di DKI Jakarta dengan tujuan untuk mendekatkan produk ke pasar sehingga permintaan yang menghendaki untuk dipenuhi pada hari itu juga dapat dipenuhi. Status gudang-gudang penyangga tersebut merupakan gudang kontrak, dimana dalam hal ini terdapat dua tarif yang akan terbeban pada
39
persediaan yang disimpan di gudang tersebut, yaitu tarif regular dan premium. Dikenakan tarif regular jika penyimpanan yang dilakukan tidak melebihi kontrak volume yang dibuat dan akan terbeban tarif premium untuk setiap unit ton produk tersimpan yang melebihi kontrak volume penyimpanan pada suatu gudang. Seperti halnya pada penentuan kontrak transportasi diatas, penentuan kontrak volume ini juga dilakukan pada tahap awal simulasi. Tabel berikut ini merupakan tabel besarnya tarif regular dan premium dari penyimpanan persediaan (inventory stock) pada setiap gudang penyangga. Tabel 4.2. Tarif Biaya Inventory (Rp/ton)
3)
Menentukan besarnya alokasi ke setiap wilayah propinsi berdasarkan quota distribusi yang ada. Penentuan alokasi ke setiap wilayah propinsi ini merupakan alokasi untuk memenuhi perkiraan permintaan pada periode H (sekarang) + lead time delivery. Total alokasi produk keseluruh wilayah propinsi tidak boleh melebihi quota distribusi yang ada dan tidak boleh ada sisa produk yang tidak didistribusikan atau dengan kata lain quota distribusi yang ada tersebut harus terdistribusi seluruhnya. Berikut ini adalah tabel lead time delivery dari pabrik ke setiap wilayah propinsi, quota distribusi per hari, dan perkiraan peramalan
40
Tabel 4.3. Lead Time Delivery (hari)
Tabel 4.4. Quota Distribusi (ton)
Tabel 4.5. Peramalan Permintaan
4)
Menentukan proporsi alokasi kesetiap alternatif konfigurasi distribusi Penentuan proporsi alokasi kesetiap alternatif konfigurasi distribusi ini dilakukan setelah total alokasi untuk suatu wilayah telah ditentukan. Jadi dalam hal ini hanya menentukan jalur distribusi yang akan digunakan, apakah seluruhnya didistribusikan langsung dari pabrik ke gudang distributor ataukah seluruhnya didistribusikan
41
menuju gudang penyangga atau menggunakan proporsi tertentu. Namun dalam penentuan ini harus mempertimbangkan beberapa faktor yang membantu menekan resiko kesalahan pengambilan keputusan. Faktorfaktor yang semestinya diperhatikan yaitu perkiraan permintaan yang terjadi pada periode H + lead time delivery dan besarnya kontrak transportasi dan gudang penyangga yang telah dibuat. 5)
Menentukan alokasi akhir ke distributor Alokasi akhir ke distributor ini merupakan akumulasi dari pasokan yang direlease langsung dari pabrik dengan yang direlease oleh gudang penyangga. Dalam menentukan total produk yang akan direlease ke distributor, pemain atau pengambil keputusan akan dihadapkan pada resiko adanya kemungkinan produk yang direlease tersebut melebihi permintaan sesungguhnya (over supply) dan kemungkinan terjadi pasokan yang lebih rendah dari permintaan. Jika kondisi pertama yang terjadi, maka kelebihan penawaran tersebut tidak dapat ditarik ulang dan akan dijual dengan harga yang jauh lebih rendah dari harga normalnya. Tabel 4.6 merupakan tabel harga rugi untuk setiap wilayah Tabel 4.6. Ketetapan Harga Rugi pada Setiap Wilayah (Rp/zak)
Sedangkan jika kondisi kedua yang terjadi, maka kekurangan pasokan tersebut tetap dapat dipenuhi dengan
42
back order. Dengan terjadinya back order berarti perusahaan harus mengeluarkan biaya tambahan yang dalam hal ini yaitu biaya pendistribusian order tersebut dengan suatu tarif premium. Besarnya back order yang dapat dipenuhi bergantung pada besarnya stock yang tersedia di gudang penyangga. Sedangkan jika back order yang ada lebih besar dari stock yang tersedia di gudang penyangga (on-hand inventory), maka back order yang tidak dapat dipenuhi oleh pasokan dari gudang penyangga akan dipenuhi oleh pesaing sehingga pemain akan mengalami loss sales yang mengakibatkan pada penurunan market share. 6)
Menentukan harga produk Penentuan harga produk ini memiliki interelasi yang kuat dengan daya serap produk di pasar. Harga produk yang ditetapkan rendah dapat menggerakkan pasar untuk menyerap produk yang kita release dengan lebih tinggi dan sebaliknya harga produk yang ditetapkan tinggi dapat menyebabkan kemampuan beli konsumen turun sehingga akan berdampak pada turunnya market share pemain.
4.2
Perhitungan Peramalan Permintaan Pasar
Informasi permintaan pasar pada game simulator ini dihasilkan melalui generate data dengan menggunakan suatu nilai indeks. Nilai indeks tersebut digunakan untuk menggambarkan trend permintaan yang terjadi terhadap produk semen. Data awal yang didapat digunakan sebagai basic demand dalam mengenerate permintaan pasar yang ada adalah sebagai berikut :
43
Tabel 4.7. Total Demand Semen OPC dan PPC
Data pada tabel diatas merupakan data total demand untuk produk semen dari tiga produsen semen yang ada di pulau Jawa. Untuk menentukan demand yang dimiliki oleh masing-masing produsen, maka nilai demand pada tabel 4.7 diatas dikalikan dengan market share pada tabel 4.8 sehingga dihasilkan demand untuk masing-masing produsen semen yang disajikan pada tabel 4.9. Tabel 4.8. Market Share Semen OPC (%)
44
Tabel 4.9. Rata-Rata Demand Harian Semen OPC untuk Masing-Masing Produsen Semen
Dari tabel 4.9 diatas kemudian dilakukan generate data untuk menghasilkan informasi permintaan pasar. Berikut ini merupakan merupakan informasi permintaan pasar hasil generate yang disajikan pada tabel 4.10 dan 4.11. Tabel 4.10 merupakan informasi permintaan yang terjadi sebelum periode simulasi, atau dalam hal ini tabel 4.10 merupakan data history penjualan yang dimiliki oleh setiap produsen tersebut selama 10 hari. Sedangkan tabel 4.11 merupakan tabel yang menyajikan total permintaan yang diramalkan akan terjadi selama periode simulasi dan tabel 4.12 merupakan tabel hasil peramalan permintaan untuk produsen “A”.
45
Tabel 4.10. History Penjualan Semen OPC untuk MasingMasing Produsen Semen
Tabel 4.11. Hasil Peramalan Total Demand
46
Tabel 4.12. Hasil Peramalan Permintaan untuk PT.”A”
4.3
Hasil Rancangan Model
Model simulator ini memiliki tiga lembar kerja utama, yang nantinya digunakan oleh pemain (pengambil keputusan) untuk memasukkan keputusan yang diambil. Lembar kerja tersebut, yaitu : Form Initialization Lembar kerja ini merupakan lembar kerja pertama dan digunakan untuk memasukkan keputusan kontrak transportasi dan gudang. Tampilan (interface) lembar kerja tersebut adalah sebagai berikut :
47
Gambar 4.2. Tampilan Form Initialization Pada lembar kerja diatas, entry keputusan besarnya kontrak dilakukan secara manual pada kotak-kotak berwarna putih. Jika menghendaki untuk tidak melakukan kontrak, maka pada kotak yang ada diisikan dengan nilai 0
48
(nol). Untuk kontrak gudang DKI Jakarta tidak dapat dilakukan karena pada pasar DKI Jakarta tidak terdapat gudang penyangga. Pada lembar kerja ini pula tersaji beberapa informasi data yang dibutuhkan pemain sebelum memasukkan keputusannya. Informasi-informasi data tersebut, yaitu : informasi data-data kinerja masa lalu (past data), informasi hasil peramalan permintaan, dan beberapa parameter yang harus diketahui oleh pemain. Untuk menampilkan masingmasing informasi data tersebut dilakukan dengan mengarahkan kursor pada tombol yang akan anda tampilkan informasinya. Setelah seluruh kotak (box) terisi, selanjutnya tekan tombol OK untuk menuju lembar kerja berikutnya.
Lembar Kerja Alokasi dari Pabrik Lembar kerja ini digunakan untuk memasukkan keputusan alokasi dari pabrik ke masing-masing wilayah pasar dan proporsi alokasi pendistribusian yang menuju gudang penyangga dan langsung menuju gudang distributor. Tampilan lembar kerja ini ditunjukkan pada gambar 4.3. Untuk memasukkan keputusan alokasi dari pabrik ke masing-masing wilayah pasar dilakukan melalui cell yang berwarna kuning. Dalam hal ini seluruh quota distribusi harus didistribusikan habis dan juga total alokasi yang dilakukan tidak bisa melebihi quota distribusi atau kapasitas produksi yang ada. Jika masih terdapat produk yang tersisa di pabrik, maka pemain tidak bisa melanjutkan ke lembar kerja berikutnya. Untuk menentukan proporsi alokasi pendistribusian ke gudang dan ke distributor dilakukan dengan menggeser scroll bar.
49
50
Lembar Kerja Alokasi Untuk Setiap Pasar Lembar kerja ini digunakan untuk memasukkan keputusan alokasi akhir ke gudang distributor dan juga memasukkan nilai harga yang ditetapkan. Tampilan lembar kerja ini ditunjukkan pada gambar 4.4. Pada lembar kerja tersebut, untuk memenuhi alokasi yang diinginkan ke distributor, maka akan diambilkan dari persediaan di gudang penyangga. Pemasukan alokasi dari gudang ke distributor ini dilakukan secara manual melalui cell alokasi yang berwarna kuning. Sedangkan untuk memasukkan harga yang ditetapkan dilakukan melalui cell harga yang berwarna kuning. Jumlah persediaan di gudang (on-hand) pada periode hari H merupakan penjumlahan dari persediaan kemarin (H-1) ditambah dengan jumlah barang yang masuk gudang dikurangi dengan barang yang keluar gudang. Secara matematis dituliskan sebagai berikut : On-Hand H = (on-hand H-1 ) + (jml. barang masuk) – (alokasi + back order) Dalam perhitungan biaya inventory untuk hari H, inventory yang terbebani biaya inventory hanya inventory yang berasal dari inventory pada hari sebelumnya (H-1), sedangkan supply produk yang masuk gudang pada hari-H tidak terbebani biaya inventory.
51
52
4.4
Tahapan Simulasi
Gambar 4.5 adalah tahapan dari simulasi ini, mulai awal sampai dengan akhir. Pertama kali yang harus dilakukan oleh pemain ketika lembar kerja form initialization terbuka adalah membaca informasi data yang ada, baik informasi data-data masa lalu (past data), membaca informasi hasil peramalan permintaan, dan membaca parameter-parameter yang ada. Setelah hal tersebut dilakukan, maka berikutnya pemain dapat melakukan pengambilan keputusan kontrak transportasi dan gudang. Berikutnya pemain akan masuk pada lembar kerja kedua, yaitu lembar kerja alokasi dari pabrik. Pada lembar kerja ini, pemain memasukkan keputusan alokasi untuk periode hari H dari pabrik untuk setiap wilayah pasar, dan juga menentukan proporsi alokasinya yang melalui gudang penyangga dan yang langsung ke gudang distributor. Jika total yang dialokasikan pemain masih dibawah kapasitas produksi atau quota distribusi, maka pemain tersebut harus merevisi alokasinya sehingga quota distribusi tersebut terdistribusi semuanya. Keputusan-keputusan berikutnya ini merupakan keputusan yang dijalankan pemain untuk setiap wilayah. Keputusan yang harus diambil berikutnya tersebut, yaitu keputusan alokasi produk dari gudang ke distributor untuk memenuhi jumlah pasokan yang dikehendaki. Sealain itu pemain juga harus menetapkan harga. Jika dengan alokasi tersebut ternyata permintaan yang ada lebih besar, maka kekurangan pasokan tersebut dapat dipenuhi melalui kebijakan back order. Namun demikian, jika on-hand di gudang tidak mampu memenuhi back order tersebut, maka kekurangannya akan dipenuhi oleh pesaing. Perhitungan keuntungan untuk produk yang over supply adalah jumlah alokasi dikurangi dengan jumlah produk yang terjual dikalikan dengan harga rugi yang berlaku untuk suatu pasar tersebut. Sedangkan perhitungan keuntungan untuk produk yang dipenuhi melalui back order adalah jumlah produk back order dikalikan harga yang ditetapkan dikurangi biaya untuk
53
memenuhi back order tersebut, yaitu jumlah back order dikalikan tarif transportasi premium untuk pendistribusian dari gudang ke distributor. Lost sale terjadi jika permintaan lebih tinggi dari pasokan dan tidak tersedia cukup persediaan untuk memenuhi kekurangan pasokan tersebut.
54
MULAI
Tahap pembacaan informasi data history dan parameter-parameter Informasi Data History Data history penjualan Data history market share Data history on hand inventory Data history harga produk Data history biaya yang dikeluarkan untuk transportasi Data history biaya yang dikeluarkan untuk warehouse Data history profit margin Parameter-parameter Biaya kontrak volume untuk transportasi Biaya kontrak volume untuk gudang Quota distribusi Lead time pengiriman kesetiap wilayah Biaya produksi dan distribusi
Membaca Informasi Peramalan Permintaan
Tahap Inisialisasi Data Tentukan kapasitas kontrak gudang penyangga Tentukan kapasitas distribusi
Tahap pengambilan keputusan alokasi harian dari pabrik untuk setiap wilayah pada periode H Berapa yang di alokasikan pabrik ke setiap wilayah? Tentukan proporsi distribusi yang melalui gudang penyangga dan yang langsung ke distributor
TIDAK
Apakah quota distribusi yang adatelah terserap habis ?
YA A
B
55
Gambar 4.5. Tahapan Simulasi 4.5
Implementasi Model Simulasi
Kriteria performansi yang digunakan untuk mengukur keputusan logistik dan distribusi yang paling efektif yang diambil oleh masing-masing pemain sebagai pengambil keputusan adalah profit margin yang diperoleh. Dari hasil implementasi model simulator terhadap 10 pemain, diperoleh profit margin setiap
56
pemain yang ditunjukkan pada lampiran 1. Grafik 4.1 merupakan total profit margin dari sepuluh pemain tersebut. perbandingan Total Profit Pemain 10000000000 9800000000 9600000000 9400000000 9200000000 Total Profit
9000000000 8800000000 8600000000 8400000000 8200000000 8000000000
PEMAIN
Pemain 1
9559164210
Pemain 2
9677313550
Pemain 3
9370315040
Pemain 4
9834059170
Pemain 5
8658406390
Pemain 6
8980176080
Pemain 7
9638397850
Pemain 8
9090759300
Pemain 9
9017961120
Pemain 10
8960655500
Grafik 4.1. Total Profit Margin Pemain