IV.
BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN IV.1. Pengembangan Model Pengembangan model pada penelitian ini disusun seperti tampak pada gambar berikut :
Gambar IV-1 Alur pengembangan model dan ruang lingkup penelitian
Model penelitian ini terdiri dari karakteristik Value Engineering berdasarkan penerapannya di Amerika serikat dan beberapa negara lainnya (dijelaskan pada sub-bab II.4 s.d II.8). Selanjutnya berdasarkan karakteristik tersebut dianalisis prinsip-prinsip yang mempengaruhi kesuksesan penerapan Value Engineering. Dengan asumsi Value Engineering belum cukup dikenal di Nanggroe Aceh Darussalam selanjutnya prinsip-prinsip tersebut diadaptasikan menjadi prinsipprinsip penelitian yang akan diteliti di NAD. Prinsip-prinsip tersebut lalu dikelompokkan dalam faktor-faktor prasyarat penerapan VE di Nanggroe Aceh Darussalam. Prinsip-prinsip dan faktor-faktor prasyarat tersebut nantinya akan dikaji lebih lanjut dengan menggunakan kuesioner pada sampel-sampel yang telah ditentukan. IV.1.1. Karakteristik VE Karakteristik VE sebagaimana yang telah dijelaskan pada sub-bab II.4 s.d II.8 adalah sebagai berikut: 1. Pendekatan yang sistematis 2. Pendekatan yang terorganisasi 3. Penggunaan analisis fungsi 4. Adanya objek berupa proyek, produk atau proses 5. Bertujuan meningkatkan value
73
Karakteristik VE diatas diekstraksi dari definisi VE yang dirumuskan oleh Zimmerman & Hart (1982). Lihat sub-bab II-3. IV.1.2.
Prinsip-Prinsip Sukses Penerapan VE Di Amerika Dan Negara-Negara Lain
Dari karakteristik tersebut di atas selanjutnya dapat ditarik prinsip-prinsip kesuksesan penerapan VE berdasarkan aplikasinya di Amerika Serikat dan prinsip-prinsip yang harus terpenuhi jika VE akan diterapkan di NAD yaitu: 1. Kesamaan pandangan para pihak terlibat akan pentingnya pertimbangan penciptaan nilai (value creation) dan peningkatan nilai (value improvement) dalam pelaksanaan proyek, khususnya yang didanai oleh dana publik. Disamping itu pertimbangan-pertimbangan lain yang sejalan dengan pelaksanaan program VE juga perlu dipertimbangkan seperti kecenderungan pada efisiensi dan kecenderungan melakukan investasi jangka panjang dan komitmen untuk menghindari praktik KKN. 2. Value Engineering adalah usaha bersama pihak-pihak terlibat (stakeholder), karena itu dibutuhkan komitmen para pihak terlibat untuk saling bekerja sama dalam penerapannya. (SAVE International, (1998), Zimmerman (1982), Shen & Liu, (2003)) 3. Value Engineering dilaksanakan secara sistematis melalui rencana kerja terarah dan penggunaan teknik-teknik manajemen (FAST diagram, LCC analysis), karena itu perlu dilihat budaya perusahaan bekerja dalam tim dan terorganisasi dengan baik, serta kebiasaan instansi/perusahaan mencatat hasilhasil yang dicapai pasca pelaksanaan proyek dimasa lalu dan rencana yang akan dilakukan di masa depan. Dan kemampuan adaptasi instansi terhadap perubahan proses pelaksanan proyek (Dell’Isola, (1975), Zimmerman (1982), Kelly, et.all (1996), Shen & Liu, (2003)). 4. Hasil studi VE berupa rekomendasi kepada project manager (owner) dan hasil studi tersebut tidak berarti jika tidak diimplementasikan oleh owner. Karena itu perlu dilihat proses pelaksanaan redesain selama ini baik yang diminta oleh owner maupun yang diusulkan oleh penyedia jasa dan kriteria apa saja yang menjadi pertimbangan pihak manajemen (dari owner, konsultan, kontraktor) menyetujui perubahan desain tersebut. (SAVE International, 1998)
74
5. Keterlibatan manajemen (project manager & team) sangat mempengaruhi kesuksesan VE, karena itu perlu dilihat dukungan manajemen terhadap pelaksanaan proyek yang efektif dan efisien selama ini, komitmen untuk terlibat dalam pelaksanaan workshop/pelatihan dan dalam rapat-rapat teknis baik dalam instansi/perusahaan maupun antar instansi/perusahaan. (Shen & Liu, (2003), Rains, (2005)). 6. Studi VE dilaksanakan oleh tim VE yang berkompeten dan bersertifikasi, karena itu perlu dilihat minat masyarakat konstruksi untuk terus belajar, akses terhadap inovasi baru dibidang konstruksi, gradasi tenaga ahli dalam instansi/perusahaan, pendidikan dan pelatihan sertifikasi yang pernah diikuti dan kemampuan berkomunikasi dalam forum. (SAVE International, (1998), Shen & Liu, (2003)). 7. Value Engineering diterapkan pada proyek yang sesuai. Kategori proyek yang sesuai ditentukan oleh besarnya biaya dan kompleksitas proyek. (Dijelaskan pada sub-bab II.7) 8. Motivasi penerapannya adalah untuk memenuhi persyaratan regulasi dan persyaratan pendanaan, karena itu perlu dinilai peluang penerapan VE dalam regulasi yang ada selama ini. Pemahaman masyarakat jasa konstruksi terhadap regulasi terkait dengan konstruksi dan sumber pembiayaan perusahaan jasa konstruksi dan persyaratan pembiayaan dari kreditur. (NCHRP,2005) 9. VE sebaiknya terintegrasi dalam kultur kerja perusahaan, hal ini dinilai dari integrasi program-program manajemen mutu (Q/A) dan program lainnya dalam organisasi. Disamping itu juga perlu dinilai perbaikan sistem pengambilan kebijakan instansi, perbaikan sistem pemberian insentif, dan perbaikan sistem komunikasi internal maupun eksternal. (Shibayama, 2000) Prinsip-prinsip tersebut terangkum dalam tabel berikut: Tabel IV-1 Prinsip-prinsip sukses penerapan VE di Amerika
No 1 2 3
PRINSIP-PRINSIP KESUKSESAN PENERAPAN VE BERDASARKAN APLIKASI DI AMERIKA Adanya kesamaan pandangan para pihak terlibat akan pentingnya value dalam pelaksanaan konstruksi VE adalah usaha bersama pihak-pihak terlibat (stakeholder) VE dilaksanakan secara sistematis melalui rencana kerja terarah dan penggunaan teknik-teknik manajemen (FAST diagram, LCC analysis) dan intensif 40 h workshop
75
No 4 5 6 7 8 9
PRINSIP-PRINSIP KESUKSESAN PENERAPAN VE BERDASARKAN APLIKASI DI AMERIKA Studi VE hanya memberikan rekomendasi redesain kepada manajer proyek (owner) efektifitasnya tergantung dari dilaksanakan atau tidak usulan redesain tersebut Keterlibatan manajemen (project manager & team) sangat mempengaruhi kesuksesan VE Studi VE dilaksanakan oleh tim VE yang berkompeten dan bersertifikasi VE dilaksanakan pada proyek yang sesuai Motivasi penerapannya adalah untuk memenuhi persyaratan regulasi VE sebaiknya terintegrasi dalam kultur kerja perusahaan
Sumber: SAVE International (1999), Zimmerman & Hart (1982), Shen & Liu (2003), Kelly, et all (1996), Rains (2005), NCHRP (2005), Shibayama (2000).
IV.1.3. Prinsip-Prinsip Value Engineering Yang Akan Diteliti Dengan Asumsi Value Engineering Belum Cukup Dikenal Di NAD Dengan asumsi bahwa Value Engineering belum cukup dikenal di Nanggroe Aceh Darussalam, maka prinsip-prinsip VE yang akan diteliti dalam penelitian ini dilakukan melalui pendekatan penciptaan value (value creation) dan peningkatan value (value improvement) pada pelaksanaan proyek infrastruktur. Hal ini mengingat pendekatan value creation dan value improvement adalah pendekatan yang umum digunakan oleh pihak terlibat dalam pelaksanaan konstruksi. Pada dasarnya para pihak yang terlibat dalam pelaksanaan proyek secara sadar maupun tidak telah mempertimbangkan value creation dan value improvement pada setiap kebijakannya. Namun pertimbangan tersebut tidak dilakukan melalui proses generik Value Engineering seperti pelaksanaan workshop, analisis fungsi, analisis life cycle cost dan lain-lain. Prinsip-prinsip Value Engineering yang akan diteliti di NAD dikelompokkan dalam dua puluh enam kategori sebagai berikut:
Tabel IV-2 Prinsip-prinsip Value Engineering yang akan diteliti
NO
1
PRINSIP-PRINSIP VALUE ENGINEERING YANG AKAN DITELITI DENGAN ASUMSI VE BELUM DIKENAL DI NAD
Menjadikan value sebagai dasar pengambilan kebijakan
RUJUKAN
Prinsip 1 Prinsip-prinsip sukses penerapan VE di Amerika (Lihat sub-bab IV.1.2)
PERTIMBANGAN
Keberhasilan pelaksanaan VE sangat tergantung dari seberapa tingginya penghargaan para pihak terlibat terhadap value. Semakin tinggi penghargaan terhadap value maka semakin besar potensi keberhasilan penerapan Value Engineering.
76
2
kecenderungan pada efisiensi dalam pelaksanaan konstruksi
Prinsip 1 Prinsip-prinsip sukses penerapan VE di Amerika (Lihat sub-bab IV.1.2)
3
Komitmen menghindari praktik KKN
Prinsip 1 Prinsip-prinsip sukses penerapan VE di Amerika (Lihat sub-bab IV.1.2)
4
kecenderungan pada investasi yang bersifat fundamental jangka panjang
Prinsip 1 Prinsip-prinsip sukses penerapan VE di Amerika (Lihat sub-bab IV.1.2)
5
Mindset owner terhadap faktor-faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam proses pelaksanaan infrastruktur
Prinsip 4 Prinsip-prinsip sukses penerapan VE di Amerika (Lihat sub-bab IV.1.2)
6
Cara pandang para pihak terhadap keberadaan pihak lainnya yang terlibat dalam mewujudkan proyek yang dilaksanakan
Prinsip 4 Prinsip-prinsip sukses penerapan VE di Amerika (Lihat sub-bab IV.1.2)
7
mengetahui model proses project delivery yang pernah diterapkan
Prinsip 3 Prinsip-prinsip sukses penerapan VE di Amerika (Lihat sub-bab IV.1.2)
8
Owner mampu berdamai dengan tuntutan penambahan waktu dan biaya dari konsultan desain dan kontraktor
Prinsip 4 Prinsip-prinsip sukses penerapan VE di Amerika (Lihat sub-bab IV.1.2)
9
Konsultan desain bersikap terbuka terhadap usulan-usulan yang diberikan demi perbaikan mutu desain
Prinsip 4 Prinsip-prinsip sukses penerapan VE di Amerika (Lihat sub-bab IV.1.2)
Kecenderungan terhadap value berjalan paralel dengan kecenderungan pada efisiensi. Pihak yang menyatakan telah menjadikan value sebagai dasar pertimbangan pengambilan kebijakan semestinya juga telah cenderung pada efisiensi KKN adalah salah satu penghambat dalam penerapan VE. KKN telah memangkas biaya konstruksi yang menyebabkan penurunan value. Mengingat program VE ini relatif baru di Indinesia umumnya dan NAD khususnya maka penerapan VE belum pasti akan segera memberi efek positif terhadap peningkatan value. Karena itu dibutuhkan kesabaran para pelaksana mengingat program ini adalah investasi jangka panjang yang hasilnya akan baik jika perbaikan terus-menerus dilakukan Program VE akan sangat baik jika dilaksanakan pada tahap-tahap awal pelaksanaan proyek. Dalam kasus pembangunan infrastruktur di NAD yang baru mengalami bencana, perlu diketahui bagaimana mindset owner khususnya terhadap prioritasisasi faktor-faktor penting yang harus dipertimbangkan Kerja sama yang baik antar pihak yang terlibat sangat dibutuhkan dalam penerapan VE. Kerja sama yang baik akan terjalin jika para pihak memandang pihak lainnya dengan cara pandang mitra kerja yang sejajar Penerapan VE nantinya akan merubah proses project delivery konvensional yang selama ini dilaksanakan. Kemampuan para pihak pelaksana beradaptasi dengan perubahan proses project delivery akan sangat bermanfaat bagi kesuksesan penerapan Value Engineering. Konsekuensi penerapan Value Engineering adalah owner harus membayar insentif kepada pihak yang mampu mengusulkan rekomendasi peningkatan nilai. Besar insentif tersebut disesuaikan dengan expected monetary value penghematan yang dihasilkan jika melaksanakan rekomendasi tersebut. karena itu perlu diketahui bagaimana tingkat adaptasi owner terhadap tuntutan pembayaran insentif. Mengingat program VE ini pada dasarnya adalah melakukan reanalisis terhadap desain yang telah disiapkan oleh konsultan desain, maka perlu diketahui bagaimana penerimaan konsultan desain jika hasil desainnya direanalisis oleh pihak lain dan bagaimana tingkat partisipasi konsultan dalam proses reanalisis.
77
10
Motivasi owner untuk meningkatkan mutu desain
Prinsip 4 Prinsip-prinsip sukses penerapan VE di Amerika (Lihat sub-bab IV.1.2)
11
koordinasi yang baik dan pengaturan waktu pelaksanaan yang terencana khususnya dengan pihak penyedia jasa
Prinsip 2 Prinsip-prinsip sukses penerapan VE di Amerika (Lihat sub-bab IV.1.2)
12
upaya owner menggiatkan penerapan value improvement
Prinsip 9 Prinsip-prinsip sukses penerapan VE di Amerika (Lihat sub-bab IV.1.2)
13
pelaporan kegiatan proyek selama ini
Prinsip 3 Prinsip-prinsip sukses penerapan VE di Amerika (Lihat sub-bab IV.1.2)
14
pencatatan dan pengarsipan laporan kegiatan proyek selama ini
Prinsip 3 Prinsip-prinsip sukses penerapan VE di Amerika (Lihat sub-bab III.1.2)
15
proses belajar dan kebijakan peningkatan kinerja instansi selama ini
Prinsip 3 Prinsip-prinsip sukses penerapan VE di Amerika (Lihat sub-bab IV.1.2)
16
integrasi program-program yang bertujuan meningkatkan value dalam struktur organisasi
Prinsip 9 Prinsip-prinsip sukses penerapan VE di Amerika (Lihat sub-bab IV.1.2)
17
Keterlibatan manajemen pada proses pelaksanaan rapat teknis
Prinsip 5 Prinsip-prinsip sukses penerapan VE di Amerika (Lihat sub-bab IV.1.2)
Motivasi owner meningkatkan mutu desain menunjukkan preferensi owner terhadap faktor-faktor yang dianggap penting dalam pelaksanaan konstruksi. Faktor-faktor tersebut harus sejalan dengan semangat efisiensi dan bukan hanya untuk meningkatkan daya serap anggaran pada pelaksanaan proyek Penerapan VE sangat membutuhkan koordinasi antar instansi yang terlibat didalamnya, baik pihak owner, konsultan desain, kontraktor, konsultan VE, user dan stakeholder lainnya. Hal ini untuk menjamin pelaksanaan program VE dapat berjalan on schedule dan within budget Jika selama ini owner memberi penghargaan terhadap pihak yang mampu memberi usulan peningkatan value berupa reward dalam berbagai bentuk, maka hal itu menunjukkan komitmen owner yang tinggi pada program value improvement dan hal ini menjadi faktor positif bagi penerapan VE. Pelaporan kegiatan proyek selama ini menunjukkan iklim kerja instansi/perusahaan. Semakin baik pelaporan berjalan maka semakin kondusif iklim kerja yang berlangsung dan hal ini berdampak positif bagi upaya penerapan program VE. Pencatatan dan pengarsipan kegiatan proyek selama ini menunjukkan iklim kerja instansi/perusahaan. Semakin baik pencatatan dan pengarsipan berjalan maka semakin kondusif iklim kerja yang berlangsung dan semakin lengkap data-data yang tersedia guna pelaksanaan program VE. Hal ini berdampak positif bagi upaya penerapan program VE. Harus ada proses pembelajaran yang berkelanjutan untuk dapat mensukseskan penerapan VE. Hal ini karena efek penerapan program ini besar kemungkinan tidak akan segera memberi dampak positif bagi peningkatan value akibat kurangnya pengalaman dan pengetahuan pihak pelaksana. Integrasi program yang bertujuan meningkatkan value menunjukkan minat instansi/perusahaan terhadap value improvement. Hal ini sangat baik untuk menciptakan iklim value oriented bagi staf perusahaan/instansi yang sangat bermanfaat bagi penerapan program VE nantinya Dalam pelaksanaan progam VE, pihak manajemen sangat dibutuhkan keterlibatannya dalam pelaksanaan workshop. Karena itu perlu diketahui bagaimana tingkat keterlibatan manajemen pada pelaksanaan rapat teknis selama ini
78
18
Gradasi tenaga kerja pada perusahaan/Instansi
Prinsip 6 Prinsip-prinsip sukses penerapan VE di Amerika (Lihat sub-bab IV.1.2)
19
Training dan pelatihan yang pernah diselenggarakan/diikuti
Prinsip 6 Prinsip-prinsip sukses penerapan VE di Amerika (Lihat sub-bab IV.1.2)
20
akses terhadap perkembangan teknologi dan metoda baru dalam konstruksi
Prinsip 6 Prinsip-prinsip sukses penerapan VE di Amerika (Lihat sub-bab IV.1.2)
21
Jenis dan besar anggaran proyek infrastruktur yang pernah dilaksanakan
Prinsip 7 Prinsip-prinsip sukses penerapan VE di Amerika (Lihat sub-bab III.1.2)
22
pekerjaan kompleks dan kategori kompleksitas yang digunakan
Prinsip 7 Prinsip-prinsip sukses penerapan VE di Amerika (Lihat sub-bab IV.1.2)
23
Prioritas pembangunan infrastruktur di NAD
Prinsip 1 Prinsip-prinsip sukses penerapan VE di Amerika (Lihat sub-bab IV.1.2)
24
Pemahaman masyarakat jasa konstruksi terhadap regulasi terkait dengan pelaksanaan konstruksi
Prinsip 8 Prinsip-prinsip sukses penerapan VE di Amerika (Lihat sub-bab IV.1.2)
Tim VE adalah pihak yang secara khusus melaksanakan workshop VE ditambah beberapa partisipan yang berkompeten. Tim VE terdiri dari profesional yang ahli dibidangnya yang dipih sesuai karakteristik proyek yang dianalisis. Untuk itu perlu dilihat bagaimana gradasi tenaga kerja pada masingmasing instansi/perusahaan Tim VE terdiri dari individu-individu yang telah menyelesaikan training dan bersertifikasi untuk melaksanakan studi Value Engineering. Sertifikat tersebut dikeluarkan oleh lembaga Value Engineering, seperti Society of American Value Engineer (SAVE) di Amerika Serikat, IVM di Inggris dan Himpunan Ahli Value Engineering Indonesia (HAVEI) di Indonesia Para pihak pelaksana studi VE dituntut kreatif dan berfikir terbuka. Tidak boleh hanya mengandalkan kebiasaan dalam mengusulkan alternatif-alternatif penyelesaian masalah. Kemampuan berfikir kreatif juga dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimiliki khususnya terkait dengan metoda-metoda terbaru dalam pelaksanaan konstruksi. Karena itu akses terhadap informasi dan pengetahuan tersebut mutlak diperlukan Penerapan program VE selama ini hanya dilaksanakan pada proyek yang menyerap baiaya besar. Hal ini karena biasanya konstruksi itu bersifat unik dan tidak dapat menjeneralisasi satu penyelesaian masalah pada proyek konstruksi yang berbeda. Penerapan VE pada proyek yang berbiaya kecil akan memebebani anggaran proyek dan proyek akan menjadi sangat mahal Kompleksitas pekerjaan menjadi salah satu pertimbangan penerapan program VE. Seringkali proyek yang berbiaya tidak besar tetap membutuhkan analisis Value Engineering karena kompleksitasnya, seperti pertimbangan savety yang tinggi, kebijakan pelestarian lingkungan , dll. Prioritas pembangunan infrastruktur menunjukkan tingkat kepentingan jenis infrastruktur yang harus segera dibangun di NAD pasca benca. Jenis infrastruktur tersebut nantinya akan terkait dengan kompleksitas pekerjaan yang ada didalamnya. Di seluruh negara yang saat ini telah menerapkan program Value Engineering, peranan regulasi yang menjamin kepastian hukum bagi para pelaksananya sangat besar. Dalam upaya untuk mengetahui tingkat penerimaan masyarakat jasa konstruksi terhadap regulasi terkait pelaksanaan VE di Indonesia,maka diperlukan informasi tingkat pemahaman dan penerapan regulasi terkait konstruksi selama ini.
79
25
Tanggapan owner terhadap wewenang menyusun regulasi yang mensyaratkan reanalisis terhadap desain awal untuk mendapatkan kualitas desain yang lebih baik
Prinsip 8 Prinsip-prinsip sukses penerapan VE di Amerika (Lihat sub-bab IV.1.2)
26
Tanggapan masyarakat jasa konstruksi terhadap pembatasan wewenang dalam menyusun regulasi yang mensyaratkan reanalisis terhadap desain awal untuk mendapatkan kualitas desain yang lebih baik
Prinsip 8 Prinsip-prinsip sukses penerapan VE di Amerika (Lihat sub-bab IV.1.2)
owner memegang peranan sangat penting dalam sukses atau tidaknya pelaksanaan Value Engineering. Sebaik apapun rekomendasi yang dihasilkan jika tidak disetujui oleh owner maka tidak akan memberi manfaat bagi peningkatan value. Tanggapan owner terhadap wewenang menyusun regulasi yang mensyaratkan reanalisis terhadap desain awal menunjukkan komitmen owner untuk selalu berorientasi pada value improvement. Pembatasan wewenang dalam menyusun regulasi terkait reanalisis terhadap desain awal adalah suatu hal yang tidak selaras dengan upaya percepatan penerapan VE. Semakin besar wewenang daerah menyusun regulasi yang mensyaratkan reanalisisis terhadap desain awal sesuai dengan kapasitas daerah akan semakin mempercepat akselarasi penerapan Value Engineering di daerahdaerah lainnya.
Keberadaan kedua puluh enam prinsip tersebut diatas dianggap mengindikasikan keberadaan faktor prasyarat penerapan VE pada pembangunan infrastruktur di NAD dan selanjutnya akan dijadikan indikator dalam penelitian ini. IV.1.4. Faktor-faktor Prasyarat Penerapan VE di NAD Prinsip-prinsip penerapan Value Engineering yang akan diteliti dengan asumsi VE belum cukup dikenal di NAD yang dipaparkan pada sub-bab IV.1.3 diatas selanjutnya dikelompokkan dalam beberapa variabel sesuai dengan kesamaan karakteristik yang dimilikinya. Marzuki (2006), merangkum 4 variabel penting yang mempengaruhi kesuksesan penerapan Value Engineering, yaitu: 1. Integrasi studi VE dalam proses project delivery; 2. Kesiapan regulasi pemerintah yang mengatur tentang penerapan VE pada pelaksanaan proyek; 3. Kesiapan komunitas berupa dukungan yang positif dari pihak manajemen, kualifikasi tim VE yang bersertifikasi, dan kualifikasi pihak-pihak terlibat lainnya; 4. Ketersediaan proyek yang layak bagi studi VE dan ketersediaan sumber daya
yang cukup untuk mewujudkan proyek tersebut.
80
Dalam penelitian ini prinsip-prinsip Value Engineering yang akan dianalisis kelompokkan dalam variabel-variabel berdasarkan kesamaan karakteristiknya sebagai berikut: a. Komitmen masyarakat jasa konstruksi dalam mendukung upaya peningkatan value pada pembangunan infrastruktur di NAD; b. Pandangan masyarakat jasa konstruksi terhadap pentingnya upaya peningkatan value dalam proses project delivery; c. Dukungan dan partisipasi manajemen dalam upaya peningkatan value pada proyek infrastruktur di NAD; d. Kualitas dan kapasitas sumber daya manusia di NAD; e. Ketersediaan proyek infrastruktur yang krusial bagi analisis peningkatan value; f. Kesiapan pihak terkait dalam melaksanakan regulasi terkait dengan upaya peningkatan value; Secara lengkap variabel berikut indikator yang termasuk di dalamnya diperlihatkan pada tabel di bawah ini: Tabel IV-3 Kelompok Variabel Berdasarkan Prinsip-Prinsip VE yang akan diteliti
VARIABEL
NO
1 2 A KOMITMEN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI DALAM MENDUKUNG UPAYA PENINGKATAN VALUE PADA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI NANGGROE ACEH DARUSSALAM
B PANDANGAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI TERHADAP PENTINGNYA UPAYA PENINGKATAN VALUE DALAM PROSES PROJECT DELIVERY
3 4
PRINSIP-PRINSIP VALUE ENGINEERING YANG TERKAIT DENGAN VARIABEL
Menjadikan value sebagai dasar pengambilan kebijakan kecenderungan pada efisiensi dalam pelaksanaan konstruksi Komitmen menghindari praktik KKN kecenderungan pada investasi yang bersifat fundamental jangka panjang
5
Mindset owner terhadap faktor-faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam proses pelaksanaan infrastruktur
6
Cara pandang para pihak terhadap keberadaan pihak lainnya yang terlibat dalam mewujudkan proyek yang dilaksanakan
7
8
mengetahui model proses project delivery yang pernah diterapkan
Owner mampu berdamai dengan tuntutan penambahan waktu dan biaya dari konsultan desain dan kontraktor
81
VARIABEL
NO
PRINSIP-PRINSIP VALUE ENGINEERING YANG TERKAIT DENGAN VARIABEL
9
Konsultan desain bersikap terbuka terhadap usulan-usulan yang diberikan demi perbaikan mutu desain
10
Motivasi owner untuk meningkatkan mutu desain
11
koordinasi yang baik dan pengaturan waktu pelaksanaan yang terencana khususnya dengan pihak penyedia jasa
12 13 C
14
DUKUNGAN DAN PARTISIPASI MANAJEMEN DALAM UPAYA PENINGKATAN VALUE PADA PROYEK INFRASTRUKTUR DI NANGGROE ACEH DARUSSALAM
15 16 17
upaya owner menggiatkan penerapan value improvement pelaporan kegiatan proyek selama ini pencatatan dan pengarsipan laporan kegiatan proyek selama ini proses belajar dan kebijakan peningkatan kinerja instansi selama ini integrasi program-program yang bertujuan meningkatkan value dalam struktur organisasi keterlibatan manajemen pada proses pelaksanaan rapat teknis
19 KUALITAS DAN KAPASITAS SUMBER DAYA MANUSIA DI NAD
Gradasi tenaga kerja pada perusahaan/Instansi Training dan pelatihan yang pernah diselenggarakan/diikuti
20
akses terhadap perkembangan teknologi dan metoda baru dalam konstruksi
E
21
Jenis dan besar anggaran proyek infrastruktur yang pernah dilaksanakan
22
pekerjaan kompleks dan kategori kompleksitas yang digunakan
18 D
KETERSEDIAAN PROYEK INFRASTRUKTUR YANG KRUSIAL BAGI ANALISIS PENINGKATAN VALUE
23 24
prioritas pembangunan infrastruktur di NAD pemahaman masyarakat jasa konstruksi terhadap regulasi terkait dengan pelaksanaan konstruksi
25
tanggapan owner terhadap wewenang menyusun regulasi yang mensyaratkan reanalisis terhadap desain awal untuk mendapatkan kualitas desain yang lebih baik
26
tanggapan masyarakat jasa konstruksi terhadap pembatasan wewenang dalam menyusun regulasi yang mensyaratkan reanalisis terhadap desain awal untuk mendapatkan kualitas desain yang lebih baik
F KESIAPAN PIHAK TERKAIT DALAM MELAKSANAKAN REGULASI TERKAIT DENGAN UPAYA PENINGKATAN VALUE
IV.1.4.1. Komitmen Masyarakat Jasa Konstruksi Dalam Mendukung Upaya Peningkatan Value Pada Pembangunan Infrastruktur Di Nanggroe Aceh Darussalam Dalam Undang-Undang Jasa Konstruksi Nomor 18 tahun 1999 disebutkan, masyarakat jasa konstruksi adalah bagian dari masyarakat yang mempunyai
82
kepentingan dan/atau kegiatan yang berhubungan dengan usaha dan pekerjaan jasa konstruksi yang diwakili oleh: a. asosiasi perusahaan jasa konstruksi; b. asosiasi profesi jasa konstruksi; c. asosiasi perusahaan barang dan jasa mitra usaha jasa konstruksi; d. masyarakat intelektual; e. organisasi kemasyarakatan yang berkaitan dan berkepentingan di bidang jasa konstruksi dan/atau yang mewakili konsumen jasa konstruksi; f. instansi pemerintah; g. unsur-unsur lain yang dianggap perlu.
Penerapan VE pada pembangunan fasilitas publik haruslah menjadi usaha bersama yang didukung oleh seluruh masyarakat jasa konstruksi. Dalam penerapan VE terjadi interaksi yang erat dan sinergis antara pihak-pihak yang terlibat. Secara langsung pihak-pihak yang terlibat adalah: masyarakat selaku pengguna (user), instansi pemerintah atau owner (selaku pemilik), tim VE, konsultan desain, kontraktor dan manajer konstruksi, seperti dijelaskan pada subbab II.7 sd II.8. Tidak adanya dukungan salah satu pihak yang ada dalam rantai interaksi tersebut akan mengganggu efektivitas pelaksanaan VE.
Pada penelitian ini masyarakat jasa konstruksi yang menjadi responden di batasi oleh 3 elemen saja yaitu: 1. owner selaku pemilik proyek dan pemberi tugas kepada konsultan VE untuk melaksanakan studi VE; 2. konsultan desain selaku tim pelaksana desain proyek; 3. kontraktor selaku pelaksana proyek dan pemberi tugas studi VE kepada konsultan VE terkait dengan penerapan Value Engineering Change Proposal (VECP); IV.1.4.2. Pandangan Masyarakat Jasa Konstruksi Terhadap Pentingnya Upaya Peningkatan Value Dalam Proses Project delivery Program VE perlu dipandang sebagai bagian integral dari keseluruhan proses project delivery, jadi bukan sebagai suatu entitas yang terpisah. Dengan demikian
83
penerapan VE sebaiknya direncanakan dan dijadwalkan pada pelaksanaan proyek untuk mendukung delivery of services yang tepat waktu, efisien dan efektif. Untuk mencapai efek yang maksimum tanpa dampak yang tidak diinginkan terhadap jadwal proyek, VE harus dimulai pada saat dini di dalam proses desain, sebaiknya pada desain konsep, dan kemudian berlanjut pada tahap desain dan penyiapan dokumen konstruksi bila diperlukan. Perhatian utama dipusatkan pada pencapaian nilai life-cycle yang maksimum untuk pengeluaran biaya awal (firstcost) dari anggaran proyek. Selanjutnya diusahakan adanya penurunan biaya awal sebagai hasil penerapan program (Marzuki, 2006). Disamping itu integrasi VE juga dapat dilihat dari Pola kerja dan improvement policy Perusahaan dalam proses pelaksanaan proyek serta integrasi program VE dalam struktur perusahaan. IV.1.4.3. Dukungan Dan Partisipasi Manajemen Dalam Upaya Peningkatan Value Pada Proyek Infrastruktur Di Nanggroe Aceh Darussalam Dukungan manajemen sangat menentukan kesuksesan pelaksanaan program VE. Rains, (2005) menganjurkan keterlibatan yang tinggi tidak hanya top management dari pihak owner, namun juga level middle management. Top dan middle manager tidak cukup sebatas mendukung pelaksanaan program VE, namun mereka harus ikut terlibat dalam proses pelaksanaannya, seperti mengarahkan proyek yang akan dianalisis, pemilihan anggota tim VE, curah pikiran dalam workshop, ikut serta dalam memecahkan kebuntuan dan implementasi rekomendasi yang dihasilkan. Selain manajemen dari pihak owner, dukungan dan partisipasi manajemen konsultan desain dan kontraktor juga tidak kalah penting. Partisipasi manajemen konsultan akan mempengaruhi reaksi penerimaan konsultan terhadap perubahan yang dilakukan pada desain awal mereka dan partisipasi manajemen kontraktor akan mempengaruhi keaktifan kontraktor melaksanakan VECP meskipun tidak disyaratkan dalam kontrak kerja konstruksi. IV.1.4.4. Kualitas Dan Kapasitas Sumber Daya Manusia Di NAD Pihak terkait studi Value Engineering dibatasi hanya pada owner/instansi pemerintah, konsultan, kontraktor di bidang konstruksi saja. Kualitas pihak terkait ditinjau dari aspek internal seperti : kepribadian, kreativitas, kemampuan bekomunikasi dan aspek eksternal seperti : pendidikan, pengalaman kerja di
84
bidang konstruksi, pelatihan-pelatihan yang pernah diikuti, dll. Kapasitas pihak terkait
ditinjau
dari
segi
peran
masing-masing
pihak
terkait
tersebut
mempengaruhi penerapan metode VE di NAD. Peran owner tentunya berbeda dari peran konsultan, kontraktor dan profesional, demikian pula sebaliknya. IV.1.4.5. Ketersediaan Proyek Infrastruktur Yang Krusial Bagi Analisis Peningkatan Value Tidak semua proyek layak bagi penerapan VE. Penerapan VE pada proyek yang tidak tepat bukannya akan meningkatkan nilai (value) proyek tersebut, melainkan sebaliknya. Penerapan VE mempunyai konsekuensi penambahan biaya dan waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan studi VE disamping potensi penghematan yang nantinya akan diraih. Karena itu pemilihan proyek yang sesuai menjadi satu hal yang penting. Dalam penelitian ini project selection hanya diarahkan pada ketersediaan proyek yang potensial untuk nantinya diterapkan VE. Proyek tersebut haruslah memenuhi kriteria-kriteria, sebagai berikut : kriteria biaya proyek, kompleksitas proyek dan sumber anggaran. IV.1.4.5.1. Biaya Proyek Di Amerika Serikat, VE wajib diterapkan pada proyek yang menelan biaya lebih besarr 25 juta dolar Amerika dan pada proyek jembatan yang menelan anggaran lebih besar 20 juta dolar Amerika. bagi proyek-proyek yang nilainya dibawah 20 juta dolar penerapan VE masih mungkin dilaksanakan jika pada proyek tersebut diperkirakan akan ada potensi penghematan dan adanya permintaan penerapan VE dari manajer proyek.
Mengingat penelitian ini bersifat ekploratif dan berupaya mengekplorasi faktorfaktor yang mempengaruhi kesuksesan pelaksanaan VE di NAD, maka batasan biaya proyek dibatasi lebih besar 3 milyar rupiah dengan pertimbangan pada batasan anggaran ini perusahaan tidak kecil dan besar dapat ikut serta mengikuti pelelangan. IV.1.4.5.2. Kompleksitas Pekerjaan Kompleksitas pekerjaan juga merupakan dasar pertimbangan penerapan VE pada proyek-proyek konstruksi khususnya fasilitas infrastruktur. Kompleksitas
85
pekerjaan sangat terkait dengan jenis konstruksi yang akan dibangun. Prinsipprinsip yang melandasi kompleksitas pekerjaan menurut Clark (1999), adalah: a. metode pelaksanaan pekerjaan yang spesifik; b. pemecahan masalah pelaksanaan proyek yang mahal; c. pengaruh eksternal proyek yang besar; d. persyaratan-persyaratan yang sangat komplek dan mengikat.
Di Indonesia, kompleksitas pekerjaan diatur berdasarkan Keputusan Menteri Pemukiman Dan Prasarana Wilayah (Kepmen Kimpraswil) nomor 339 tahun 2003 dijelaskan mengenai pekerjaan komplek sebagai berikut: 1. Pekerjaan kompleks adalah pekerjaan yang memerlukan teknologi tinggi dan/atau mempunyai resiko tinggi dan/atau menggunakan peralatan yang didesain khusus dan/atau bernilai di atas Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah). 2. Kriteria teknologi tinggi adalah mencakup pekerjaan konstruksi yang menggunakan banyak peralatan berat dan banyak memerlukan tenaga ahli dan tenaga trampil. 3. Kriteria resiko tinggi adalah mencakup pekerjaan konstruksi yang pelaksanaannya berisiko sangat membahayakan keselamatan umum, harta benda, jiwa manusia dan lingkungan. 4. Pekerjaan komplek dengan kriteria teknologi tinggi dan resiko tinggi dan/atau menggunakan peralatan yang didesain khusus ditetapkan oleh pejabat Eselon I selaku pembina teknis bidang pekerjaan terkait. IV.1.4.5.3. Sumber Pembiayaan Pada penelitian ini sumber pembiayaan proyek yang akan dikaji adalah sumber pembiayaan yang berasal dari APBN atau APBD yang dilaksanakan di Nanggroe Aceh Darussalam. Hal ini terkait dengan tanggung jawab pemerintah selaku penyedia fasilitas infrastruktur. IV.1.4.6. Kesiapan Pihak Terkait Dalam Melaksanakan Regulasi Terkait Dengan Upaya Peningkatan Value Peranan regulasi yang berkaitan dengan pelaksanaan VE di Indonesia dirasa penting untuk memberi landasan yang kuat bagi pelaksana proyek menerapkan
86
metode VE dengan resiko-resiko yang mungkin dapat muncul seperti, penambahan waktu dan biaya dan mendorong kreatifitas dikalangan pelaksana proyek menciptakan inovasi-inovasi baru yang menghasilkan nilai tambah bagi seluruh stakeholder. IV.1.4.6.1. Studi Regulasi VE Di Negara-Negara Lain Di Amerika Serikat regulasi yang dikeluarkan pemerintah mengenai aplikasi VE telah sangat lengkap dan mendetail. Rangkuman ketentuan tersebut dihimpun dalam tabel berikut : Tabel IV-4 Rangkuman regulasi terkait pelaksanaan VE di Amerika Serikat Instansi Kongres Amerika Serikat American Association Of State Highway Anf Transportation Official (AASTHO) Office of Management and Budget (OMB)
US Departemen Of Transportation (USDOT)
Federal Highway Administration (FHWA) West Virginia Departemen of Transportation (WVDOT) California Department Of Transportation (Caltrans) New Jersey Departement Of Transportation (NJDOT) Utah (UDOT)
Regulasi
Nomor
Undangundang
Tahun 1970
1985
surat edaran
A-131
order
DOT 1395.1A
21 Mei 2003
23 CFR part 627
VE manual
2004
Materi Memberi kuasa pada federal secretary of transportation untuk mewajibkan penerapan VE pada proyek-proyek yang dananya bersumber dari dana federal Membentuk sebuah task force Value Engineering dalam upaya untuk mengembangkan, memelihara dan merevisi guidelines untuk membantu negara-negara bagian dalam melaksanakan dan mengatur program Value Engineering Mensyaratkan departemen federal dan agensiagensi menggunakan Value Engineering sebagai alat manajemen Prosedur untuk mengimplementasikan surat edaran yang dikelurkan OMB dan kerangka kerja bagi departemen yang mengelola program VE, dalam order 1395.1A dijelaskan dua kategori VE, yaitu Value Engineering proposal (VE proposal) dan Value Engineering Change Proposal (VECP). Tujuan dari program VE, definisi VE yang lebih spesifik, prinsip-prinsip dan prosedur pelaksanaan program VE Konsep dasar VE, dari filosofi VE sampai petunjuk pelaksanaan teknis
VE manual
Konsep dasar VE, dari filosofi VE sampai petunjuk pelaksanaan teknis
VE manual
konsep dasar VE, dari filosofi VE sampai petunjuk pelaksanaan teknis
VE manual
Konsep dasar VE, dari filosofi VE sampai petunjuk pelaksanaan teknis
87
Instansi Virginia (VDOT)
Regulasi
Nomor
Tahun
VE manual
Contractor’s Guide To Value Engineering Sumber : Clark, (1999), VDOT, NCHRP.
Department of Defense (DoD)
2003
Materi Konsep dasar VE, dari filosofi VE sampai petunjuk pelaksanaan teknis Mengenai konsep dasar VE, VECP, proses pemasukan usulan VE, pembagian Keuntungan yang dihasilkan studi VE dan lain-lain
IV.1.4.6.2. Regulasi Terkait Dengan VE Di Indonesia Saat Ini Di Indonesia regulasi yang mengatur tentang konstruksi dan regulasi komplementarisnya tersusun dalam susunan sebagai berikut : a.
Undang-Undang.
Undang-undang di Indonesia yang mengatur tentang pelaksanaan konstruksi tampak pada tabel-tabel berikut :
Tabel IV-5 UU dilingkungan Kimpraswil Jenis Peraturan
Nomor
Tahun
Undang-Undang
72
1957
Undang-Undang Undang-Undang Undang-Undang
11 13 16
1974 1980 1985
Undang-Undang
4
1992
Undang-Undang 24 Undang-undang 18 Undang-Undang 28 Sumber : Website Kimpraswil
1992 1999 2002
Tentang Penjualan Rumah Negara kepada PNS Pengairan Jalan Rumah Susun Perumahan dan Pemukiman Penataan Ruang Jasa Konstruksi Bangunan Gedung
Materi Terkait VE Nihil Nihil Nihil Nihil Nihil Nihil Nihil Nihil
Tabel IV-6 UU di lingkungan Bappenas Tentang
Materi Terkait VE Nihil
Jenis Peraturan
Nomor
Tahun
Undang-undang
22
1999
Undang-Undang
25
1999
Undang-Undang
20
2001
Perubahan atas UU No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Nihil
Undang-Undang Undang-Undang
17 1
2003 2004
Keuangan Negara Perbendaharaan Negara
Nihil Nihil
Undang-Undang
25
2004
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN)
Nihil
Pemerintah Daerah Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah
Nihil
88
Jenis Peraturan
Nomor
Tahun
Undang-Undang
32
2004
Undang-Undang
33
2004
Undang-Undang
15
2004
Undang-Undang
17
2007
Tentang Pemerintahan Daerah Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025
Materi Terkait VE Nihil Nihil
Nihil
Nihil
Sumber : Website Bappenas
b. Peraturan Pemerintah Disamping Undang-undang, Indonesia juga memiliki Peraturan Pemerintah, seperti tampak pada tabel berikut :
Tabel IV-7 Peraturan Pemerintah terkait pelaksanaan konstruksi Materi Terkait VE
Jenis Peraturan
Nomor
Peraturan Pemerintah
28
2000
Usaha Dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi
Nihil
Peraturan Pemerintah
29
2000
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
Nihil
Tahun
Tentang
Materi Lainnya
Pembinaan Jasa Konstruksi adalah wewenang Pemerintah pusat dan pemerintah daerah
Peraturan Pemerintah
Keppres
30
80
2000
mengenai Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi
2003
Pedoman pelaksanaan pengadaan barang dan jasa pemerintah
Nihil
Nihil
Pembinaan jasa konstruksi dilaksanakan dalam bentuk: pengaturan, pemberdayaan dan pengawasan Pemerintah pusat berwenang menerbitkan dan menyebarluaskan peraturan terkait jasa konstruksi, pemerintah daerah berwenang menyebarluaskan peraturan terkait jasa konstruksi Penyelenggaraan pembinaan jasa konstruksi dapat didekonsentrasikan atau tugaspembantuankan kepada pemerintah daerah sesuai ketentuan yang berlaku Petunjuk pelaksanaan pengadaan jasa konstruksi yang efektif, efisien , terbuka, bersaing, transparan dan tidak diskriminatif
89
Jenis Peraturan
Instruksi Presiden
Nomor
5
Tahun
Tentang
2004
Materi Terkait VE
Materi Lainnya
Nihil
Setiap penanggungjawab penyelenggaraan pekerjaan jasa konstruksi harus melaksanakan Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah secara konsisten untuk mencegah berbagai macam kebocoran dan pemborosan penggunaan keuangan negara baik yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Sumber: Website Kimpraswil
c.
Keputusan Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah
Keputusan Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah terkait dengan konstruksi tampak pada tabel berikut :
Tabel IV-8 Kepmen Kimpraswil terkait pelaksanaan konstruksi Jenis Peraturan
Nomor
Tahun
Kepmen Kimprawil
257/kpts/m/2004
2004
Kepmen Kimprawil
339 /kpts/m/2003
2003
Kepmen 332/kpts/m/2002 Kimprawil Sumber : Website Kimpraswil
2002
Tentang Standar Dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan Jasa Konstruksi Oleh Instansi Pemerintah Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara
Materi Terkait VE Nihil Nihil Nihil
IV.2. Penyusunan Kuesioner Berdasarkan variabel dan indikator penelitian di atas selanjutnya disusun tiga jenis kuesioner untuk tiga kelompok sampel. Perbedaan umum ketiga kuesioener hanya pada perbedaan arah pertanyaan dan cara pandang sampel terhadap permasalahan yang sama yang ditanyakan pada keseluruhan kelompok sampel. Ada beberapa pertanyaan spesifik yang hanya sesuai ditanyakan pada kelompok sampel tertentu dan tidak ditanyakan pada kelompok sampel yang lain. Pertanyaan-pertanyaan untuk masing-masing kelompok sampel disajikan secara lengkap pada kuesioner penelitian di lembar lampiran. Secara umum pilihan jawaban setiap pertanyaan pada kuesioner disusun
90
dengan mengklasifikasikan respon responden kedalam tiga wilayah, (Saaty, dikutip dari Syadaruddin, 2004), yaitu: 1. wilayah penolakan (rejection); 2. wilayah ketidakpedulian (indifference); 3. wilayah penerimaan (acceptance).
Sasaran pertanyaan adalah untuk menelusuri track record sampel terkait dengan: 1. kebiasaan (habit) yang dijalankan setiap kelompok sampel; 2. sikap (attitute) terhadap suatu permasalahan, dan 3. informasi-informasi terkait lainnya. Pengembangan variabel, indikator dan pertanyaan selengkapnya ditampilkan pada tabel berikut: Tabel IV-9 Variabel A dan Indikator-Indikatornya
Variabel A
MELIHAT GAMBARAN KOMITMEN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI DALAM MENDUKUNG UPAYA PENINGKATAN VALUE PADA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI NANGGROE ACEH DARUSSALAM
Owner Value sebagai dasar pengambilan kebijakan A1, A2, A3a, A3b, A3c, A3d Kecenderungan pada efisiensi dalam pelaksanaan konstruksi A4 Menghindari praktik KKN A5, A6, A7, A8 Kecenderungan pada investasi yang bersifat fundamental jangka panjang A9a, A9b, A9c, A9d Mindset owner terhadap faktor-faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam proses pelaksanaan infrastruktur A10
Konsultan Value sebagai dasar pengambilan kebijakan A1, A2, A3a, A3b, A3c, A3d Kecenderungan pada efisiensi dalam pelaksanaan konstruksi A4 Menghindari praktik KKN A5, A6, A7, A8 Kecenderungan pada investasi yang bersifat fundamental jangka panjang A9a, A9b, A9c, A9d
Kontraktor Value sebagai dasar pengambilan kebijakan A1, A2, A3a, A3b, A3c, A3d Kecenderungan pada efisiensi dalam pelaksanaan konstruksi A4 Menghindari praktik KKN
Tidak ditanyakan
Tidak ditanyakan
Indikator 1.6
Cara pandang owner terhadap keberadaan penyedia jasa dan masyarakat pengguna dalam mewujudkan proyek yang dilaksanakan
Cara pandang konsultan terhadap owner dan peranan user dalam mewujudkan proyek yang dilaksanakan
Pertanyaan
A11, A12
Indikator 1.1 Pertanyaan Indikator 1.2 Pertanyaan Indikator 1.3 Pertanyaan Indikator 1.4 Pertanyaan
Indikator 1.5
Pertanyaan
A10, A11
A5, A6, A7, A8 Kecenderungan pada investasi yang bersifat fundamental jangka panjang A9a, A9b, A9c, A9d
Cara pandang kontraktor terhadap owner dalam mewujudkan proyek yang dilaksanakan A10, A11
91
Tabel IV-10 Variabel B dan Indikator-Indikatornya
Variabel B
Indikator 2.1
Pertanyaan
Indikator 2.2
Pertanyaan
Indikator 2.3
MENGETAHUI PANDANGAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI TERHADAP PENTINGNYA PENINGKATAN VALUE DALAM PROSES PROJECT DELIVERY
Owner Model proses project delivery yang pernah diterapkan B13a, B13b, B13c, B13d, B13e, B14, B15a, B15b, B15c,B15d, B15e, Mampu berdamai dengan tuntutan penambahan waktu dan biaya penyedia jasa B16, B17, B18, B19, B20a, B20b, B20c
Tidak ditanyakan
Pertanyaan Indikator 2.4 Pertanyaan
Indikator 2.5
Pertanyaan Indikator 2.6 Pertanyaan
Motivasi owner untuk meningkatkan mutu desain B21a, B21b, B21c, B21d, B21e, B21f Koordinasi yang baik dan pengaturan waktu pelaksanaan yang terencana khususnya dengan pihak penyedia jasa B22, B23a, B23b, B23c, B23d, B23e, B23f Upaya owner menggiatkan penerapan value improvement B24
Konsultan Model proses project delivery yang pernah diterapkan B12a B12b, B12c, B12d, B12e, B13, B14a, B14b, B14c, B14d, B14e Mampu berdamai dengan tuntutan perbaikan mutu pekerjaan tanpa pembayaran insentif B15, B16, B17a, B17b, B17c, B18 Bersikap terbuka terhadap usulan-usulan yang diberikan demi perbaikan mutu desain B19, B20 Motivasi konsultan untuk meningkatkan mutu desain B21a, B21b, B21c, B21d, B21e, B21f Koordinasi yang baik dan pengaturan waktu pelaksanaan yang terencana khususnya dengan pihak owner B22, B23a, B23b, B23c, B23d, B23e, B23f Upaya owner menggiatkan penerapan value improvement B24
Kontraktor Model proses project delivery yang pernah diterapkan B12a B12b, B12c, B12d, B12e, B13, B14a, B14b, B14c, B14d, B14e Mampu berdamai dengan tuntutan perbaikan mutu pekerjaan tanpa pembayaran insentif B15, B16, B17a, B17b, B17c, B18
Tidak ditanyakan
Motivasi kontraktor untuk meningkatkan mutu desain B19 Koordinasi yang baik dan pengaturan waktu pelaksanaan yang terencana khususnya dengan pihak owner B20, B21a, B21b, B21c, B21d, B21e, B21f Upaya owner menggiatkan penerapan value improvement B22
Tabel IV-11 Variabel C dan Indikator-Indikatornya
Variabel C Indikator 3.1 Pertanyaan Indikator 3.2 Pertanyaan
MENGETAHUI DUKUNGAN DAN PARTISIPASI MANAJEMEN DALAM UPAYA PENINGKATAN VALUE PADA PROYEK INFRASTRUKTUR DI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Owner Konsultan Kontraktor Pelaporan kegiatan Pelaporan kegiatan Pelaporan kegiatan proyek proyek selama ini proyek selama ini selama ini C25, C26 C25, C26 C23, C24 Pencatatan dan Pencatatan dan Pencatatan dan pengarsipan laporan pengarsipan laporan pengarsipan laporan kegiatan proyek selama ini kegiatan proyek kegiatan proyek C27 C27 C25
92
Variabel C
Indikator 3.3 Pertanyaan Indikator 3.4 Pertanyaan Indikator 3.5 Pertanyaan
MENGETAHUI DUKUNGAN DAN PARTISIPASI MANAJEMEN DALAM UPAYA PENINGKATAN VALUE PADA PROYEK INFRASTRUKTUR DI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Owner Konsultan Kontraktor Proses belajar dan Proses belajar dan Proses belajar dan kebijakan peningkatan kebijakan peningkatan kebijakan peningkatan kinerja perusahaan selama kinerja perusahaan kinerja instansi selama ini selama ini ini C28, C29, C30, C31a, C28, C29, C30, C31a, C26, C27, C28, C29a, C31b, C31c, C31d C31b, C31c, C31d C29b, C29c, C29d Integrasi program-program Integrasi programIntegrasi programyang bertujuan program yang bertujuan program yang bertujuan meningkatkan value dalam meningkatkan value meningkatkan value dalam struktur organisasi dalam struktur organisasi struktur organisasi C32 C32 C30 Keterlibatan manajemen Keterlibatan manajemen Keterlibatan manajemen pada proses pelaksanaan pada proses pelaksanaan pada proses pelaksanaan rapat teknis rapat teknis rapat teknis C33 C33 C31
Tabel IV-12 Variabel D dan Indikator-Indikatornya MENGETAHUI KUALITAS DAN KAPASITAS SUMBER DAYA MANUSIA Variabel D DI NAD Owner Konsultan Kontraktor Indikator Gradasi tenaga kerja Gradasi tenaga kerja Gradasi tenaga kerja pada 4.1 pada perusahaan/Instansi pada perusahaan/Instansi perusahaan/Instansi D34a, D34b, D34c, D34a, D34b, D34c, D32a, D32b, D32c, D32d, Pertanyaan D34d, D35a, D35b, D34d, D35a, D35b, D33a, D33b, D33c D33d D35c, D35d D35c, D35d Training dan pelatihan Training dan pelatihan Training dan pelatihan Indikator yang pernah yang pernah yang pernah 4.2 diselenggarakan/diikuti diselenggarakan/diikuti diselenggarakan/diikuti D36a, D36b, D36c, D36a, D36b, D36c, D34a, D34b, D34c, D34d, D36d, D36e, D36f, D36d, D36e, D36f, D34e, D34f, D35a, D35b, D37a, D37b, D37c, D37a, D37b, D37c, D35c, D35d, D36a, D36b, Pertanyaan D37d, D38a, D38b, D37d, D38a, D38b, D37a, D37b, D37c, D37d, D39a, D39b, D39c, D39a, D39b, D39c, D37e, D37f D39d, D39e, D39f D39d, D39e, D39f Akses terhadap Akses terhadap Akses terhadap perkembangan teknologi perkembangan teknologi perkembangan teknologi Indikator 4.3 dan metoda baru dalam dan metoda baru dalam dan metoda baru dalam konstruksi konstruksi konstruksi D38, D39, D40a, D40b, D40, D41, D42a, D42b, D40, D41, D42a, D42b, D40c, D40d, D40e, D41a, D42c, D42d, D42e, D42c, D42d, D42e, Pertanyaan D41b, D41c, D41d, D41e D43a, D43b, D43c, D43a, D43b, D43c, D43d, D43e D43d, D43e Tabel IV-13 Variabel E dan Indikator-Indikatornya
Variabel E Indikator 5.1 Pertanyaan
KETERSEDIAAN PROYEK INFRASTRUKTUR YANG KRUSIAL BAGI ANALISIS PENINGKATAN VALUE Owner Konsultan Kontraktor Jenis dan besar anggaran Jenis dan besar anggaran Jenis dan besar anggaran proyek infrastruktur yang proyek infrastruktur yang proyek infrastruktur yang pernah dilaksanakan pernah dilaksanakan pernah dilaksanakan E44a, E44b, E44c, E44a, E44b, E44c, E42a, E42b, E42c, E42d,
93
Variabel E
Indikator 5.2 Pertanyaan Indikator 5.3 Pertanyaan
KETERSEDIAAN PROYEK INFRASTRUKTUR YANG KRUSIAL BAGI ANALISIS PENINGKATAN VALUE Owner Konsultan Kontraktor E44d, E44e, E44f, E44d, E44e, E44f, E44g, E42e, E42f, E42g, E43a, E44g, E45a, E45b, E45a, E45b, E45c, E43b, E43c, E43d, E43f, E45c, E45d, E5e, E45f, E45d, E5e, E45f, E45g, E43g, E43h E45g, E45h E45h Pekerjaan kompleks dan Pekerjaan kompleks dan Pekerjaan kompleks dan kategori kompleksitas kategori kompleksitas kategori kompleksitas yang digunakan yang digunakan yang digunakan E46, E47a, E47b, E47c, E46, E47a, E47b, E47c, E44, E45a, E45b, E45c, E47d, E47e, E47f E47d, E47e, E47f E45d, E45e, E45f Prioritas pembangunan Prioritas pembangunan Prioritas pembangunan infrastruktur di NAD infrastruktur di NAD infrastruktur di NAD E48a, E48,b, E48c, E48a, E48,b, E48c, E46a, E46b, E46c, E46d, E48d, E48e, E48f, E48g E48d, E48e, E48f, E48g E46e, E46f, E46g
Tabel IV-14 Variabel F dan Indikator-Indikatornya MENGETAHUI KESIAPAN PIHAK TERKAIT DALAM MELAKSANAKAN REGULASI TERKAIT DENGAN UPAYA Variabel F PENINGKATAN VALUE Owner Konsultan Kontraktor Pemahaman masyarakat Pemahaman masyarakat Pemahaman masyarakat Indikator jasa konstruksi terhadap jasa konstruksi terhadap jasa konstruksi terhadap regulasi terkait dengan regulasi terkait dengan 6.1 regulasi terkait dengan pelaksanaan konstruksi pelaksanaan konstruksi pelaksanaan konstruksi F49a, F49b, F49c, F49a, F49b, F49c, F49d, F47a, F47b, F47c, F47d, F49d, F49e, F49f, F49g, F49e, F49f, F49g, F49h, F47e, F47f, F47g, F47h, Pertanyaan F49h, F50a, F50b, F50a, F50b, F50c, F50d, F48a, F48b, F48c, F48d, F50c, F50d, F50e, F50f, F50e, F50f, F50g, F50h F48e, F48f, F48g, F48h F50g, F50h Tanggapan kontraktor Tanggapan konsultan Tanggapan owner terhadap wewenang terhadap wewenang terhadap wewenang menyusun regulasi yang menyusun regulasi yang menyusun regulasi yang mensyaratkan reanalisis mensyaratkan reanalisis mensyaratkan reanalisis Indikator terhadap desain awal untuk terhadap desain awal terhadap desain awal 6.2 mendapatkan kualitas untuk mendapatkan untuk mendapatkan desain yang lebih baik kualitas desain yang kualitas desain yang lebih baik lebih baik Pertanyaan F51, F52, F53 F51 F49 Tanggapan kontraktor Tanggapan konsultan Tanggapan owner terhadap pembatasan terhadap pembatasan terhadap pembatasan wewenang dalam wewenang dalam wewenang dalam menyusun regulasi yang menyusun regulasi yang menyusun regulasi yang Indikator mensyaratkan reanalisis mensyaratkan reanalisis mensyaratkan reanalisis 6.3 terhadap desain awal untuk terhadap desain awal terhadap desain awal mendapatkan kualitas untuk mendapatkan untuk mendapatkan desain yang lebih baik kualitas desain yang kualitas desain yang lebih baik lebih baik Pertanyaan F54 F52 F50 Tingkat kepentingan Tingkat kepentingan Tingkat kepentingan Indikator variabel dari sudut variabel dari sudut variabel dari sudut 6.4 pandang owner pandang konsultan pandang kontraktor desain Pertanyaan F55 F53 F51
94
Kaitan indikator, pertanyaan dan penjelasan setiap pertanyaan dirumuskan dengan pertimbangan sebagaimana dipaparkan pada tabel berikut:
Tabel IV-15 Pertanyaan dan dasar pertimbangannya
Indikator
Deskripsi Pertanyaan
Pertimbangan
Indikator 1.1 Value sebagai dasar pengambilan kebijakan
Apa gambaran yang terlintas di benak anda tatkala mendengar kata “peningkatan value (value improvement/value added)” dari suatu proyek pembangunan fasilitas infrastruktur?
Pertanyaan ini diarahkan untuk menyamakan persepsi antara responden dan peneliti terkait dengan value improvement.
Indikator 1.1 Value sebagai dasar pengambilan kebijakan
Ketika instansi anda ingin mengambil kebijakan terkait dengan proyek infrastruktur yang dilaksanakan apakah “peningkatan value (value improvement/value added)” dijadikan sebagai dasar pertimbangan?
Pertanyaan ini untuk memilah antara responden yang menjadikan value improvement sebagai dasar pengambilan kebijakan dan yang tidak menjadikan value improvement sebagai dasar pengambilan kebijakan
Indikator 1.1 Value sebagai dasar pengambilan kebijakan
Jika instansi anda menjadikan value improvement sebagai dasar pengambilan kebijakan terkait dengan suatu proyek infrastruktur , bagaimana proses analisis value improvement tersebut dilaksanakan?
Pertanyaan ini untuk menggali lebih dalam proses pelaksanaan analisis value improvement yang dilaksanakan
Indikator 1.2 Kecenderungan pada efisiensi dalam pelaksanaan konstruksi
Terkait dengan efisiensi sumber daya dalam pelaksanaan proyek, pernyataan di bawah ini manakah yang sangat mencerminkan sikap instansi anda
Pertanyaan ini adalah pelengkap pertanyaan di atas guna melihat konsistensi jawaban, karena efisiensi dan value oriented seharusnya berjalan selaras
Indikator 1.3 Menghindari praktik KKN
Apakah anda memahami maksud dari pakta integritas yang tercantum dalam Keppres 80 tahun 2003 tentang pedoman pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah yang bebas dari praktik KKN
Petanyaan ini menyelaraskan pemahaman peneliti dan responden terkait praktik KKN yang dimaksud
Indikator 1.3 Menghindari praktik KKN
Apakah anda sepakat dengan semangat yang terkandung dalam pakta integritas yaitu untuk menghindari praktik KKN dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah?
Indikator 1.3 Menghindari praktik KKN
Menurut anda, apakah praktik memberi/menerima komisi/kick back/uang terima kasih pada proses pengadaan penyedia jasa masih berlangsung sampai saat ini?
Indikator 1.3 Menghindari praktik KKN
Jika “ya”, Menurut anda, apakah praktik memberi/menerima komisi/kick back/uang terima kasih pada proses proses pengadaan penyedia jasa mungkin untuk dihilangkan?
Pertanyaan ini adalah inti dari indikator 1.3 yaitu melihat komitmen responden untuk menghindari praktik KKN. Diharapkan jawaban yang diberikan adalah sepakat Pertanyaan ini untuk melihat kondisi praktik KKN saat ini di NAD. Gambaran jawaban disini adalah simplifikasi mengenai praktik KKN sebenarnya Pertanyaan ini untuk melihat harapan dan keyakinan responden terhadap pemberantasan KKN di NAD
95
Indikator
Deskripsi Pertanyaan
Pertimbangan
Indikator 1.4 Kecenderungan pada investasi yang bersifat fundamental jangka panjang
Jika anda dihadapkan untuk memilih satu dari dua pilihan di bawah ini manakah yang akan anda jadikan pilihan, beri tanda (3) pada kotak di masing-masing pernyataan yang anda pilih
Mengingat VE adalah sebuah program yang memerlukan proses untuk mengembangan dan penyempurnaan maka dibutuhkan sikap kesabaran dan komitmen terhadap perubahan yang sifatnya fundamental jangka panjang, pertanyan ini ditujukan untuk melihat gambaran sikap tersebut
Indikator 1.5 Mindset owner terhadap faktor-faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam proses pelaksanaan infrastruktur (Khusus Owner)
Pada tahap Perencanaan dimana anda dihadapkan untuk memutuskan membangun atau tidak suatu infrastruktur di lingkungan instansi anda. Ada 7 faktor yang umumnya menjadi pertimbangan dalam memutuskan suatu kebijakan, yaitu: faktor kualitas konstruksi, waktu, biaya, keamananankeselamatan dan kesehatan kerja (K3), pelestarian lingkungan, tuntutan donatur (pemberi dana), mampu mengakomodasi tuntutan stakeholder. Isilah kotak-kotak kosong pada matriks di bawah ini berdasarkan pengalaman anda selama ini
Pertanyaan ini diujukan untuk melihat mindset owner selaku pemilik proyek terhadap faktorfaktor penting yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan dan pelaksanaan suatu proyek konstruksi. Pertanyaan ini selaras dengan pertanyaan untuk indikator 2.4. sehingga dapat dipastikan konsistensi jawaban responden terhadap materi pertanyaan yang sama
Bagaimanakah anda memandang penyedia jasa (konsultan desain, kontraktor, konsultan pengawas dan supplier) yang bekerjasama dengan anda?
Pertanyaan ini ditujukan untuk melihat pandangan yang antara masyarakat jasa konstuksi diperlukan untuk. Pandangan yang setara sangat dibutuhkan untuk menimbulkan sikap saling menghargai dan bekerja sama
Apakah anda/instansi anda sepakat jika perwakilan masyarakat pengguna fasilitas infrastruktur harus dilibatkan pada perencanaan proyek agar pencapaian sasaran proyek berjalan lebih baik
Pertanyaan ini ditujukan untuk melihat tanggapan masyarakat jasa konstruksi terhadap pelibatan perwakilan user dalam perencanaan proyek-proyek infrastruktur.
Indikator 1.6 Cara pandang owner terhadap keberadaan penyedia jasa dan masyarakat pengguna dalam mewujudkan proyek Indikator 1.6 Cara pandang owner terhadap keberadaan penyedia jasa dan masyarakat pengguna dalam mewujudkan proyek
Indikator 2.1 Model Proses project delivery yang pernah diterapkan
Ada beberapa model proses pelaksanaan konstruksi, masing-masing model memiliki karakteristik yang spesifik baik dari tahapan pelaksanaannya, pihak pelaksana, waktu pelaksanaan, sumber pembiayaan, dll. Dari model-model dibawah ini manakah yang pernah anda terapkan di instansi anda
Indikator 2.1 Model proses project delivery yang pernah diterapkan
Apakah anda mengalami kesulitan ketika melaksanakan model proses pelaksanaan konstruksi yang tidak lazim anda terapkan sebelumnya?
Pertanyaan ini ditujukan untuk melihat model proses project delivery yang pernah dilaksanakan. Tujuan mengetahui hal ini adalah untuk melihat tingkat adaptasi responden terhadap perubahanperubahan proses project delivery yang akan terjadi dengan penerapan VE nantinya Pertanyaan ini ditujukan untuk melihat model proses project delivery yang pernah dilaksanakan. Tujuan mengetahui hal ini adalah untuk melihat tingkat adaptasi responden terhadap perubahanperubahan proses project delivery yang akan terjadi dengan penerapan VE nantinya
96
Indikator
Deskripsi Pertanyaan
Pertimbangan
Indikator 2.1 Model proses project delivery yang pernah diterapkan
Jika kesulitan, menurut anda apakah penyebabnya?
Pertanyaan ini ditujukan untuk melihat model proses project delivery yang pernah dilaksanakan. Tujuan mengetahui hal ini adalah untuk melihat tingkat adaptasi responden terhadap perubahanperubahan proses project delivery yang akan terjadi dengan penerapan VE nantinya
Indikator 2.2 Mampu berdamai dengan tuntutan penambahan waktu dan biaya dari penyedia jasa
Pada proses pelaksanaan desain, apakah anda pernah meminta/memerintahkan konsultan desain untuk merevisi desain yang telah dibuat dengan pertimbangan untuk lebih meningkatkan value, meskipun desain awal telah sesuai dengan kerangka acuan kerja awal yang anda berikan?
Pertanyaan ini ditujukan untuk melihat sejauhmana inisiatif owner mengupayakan peningkatan value pada tahap desain (hal ini nantinya akan terkait dengan pelaksaanaan program value engineering proposal)
Indikator 2.2 Mampu berdamai dengan tuntutan penambahan waktu dan biaya dari penyedia jasa
Pada proses pelaksanaan konstruksi, apakah anda pernah meminta/memerintahkan kontraktor merubah beberapa pekerjaan yang telah dibuat (change order) meskipun pekerjaan tersebut telah sesuai dengan desain awal yang tercantum dalam dokumen kontrak?
Indikator 2.2 Mampu berdamai dengan tuntutan penambahan waktu dan biaya dari penyedia jasa
Apakah konsultan desain pernah mengusulkan kepada anda perubahanperubahan desain yang lebih baik dari yang anda rencanakan sebelumnya?
Indikator 2.2 Mampu berdamai dengan tuntutan penambahan waktu dan biaya dari penyedia jasa
Apakah kontraktor pernah mengusulkan kepada anda untuk merubah beberapa bagian pekerjaan sehingga hasil pekerjaan menjadi lebih baik meskipun berbeda dengan desain awal yang tercantum dalam dokumen kontrak?
Pertanyaan ini ditujukan untuk melihat sejauhmana inisiatif kontraktor mengupayakan peningkatan value pada tahap konstruksi (hal ini nantinya akan terkait dengan pelaksanaan program Value Engineering change proposal)
Indikator 2.2 Mampu berdamai dengan tuntutan penambahan waktu dan biaya dari penyedia jasa
Untuk setiap perubahan desain yang terjadi apakah anda sertai dengan perubahan (addendum kontrak), membayar tiap penambahan pekerjaan dan penambahan waktu pelaksanaan sesuai kesepakatan?
Pertanyaan ini ditujukan untuk melihat komitmen para pihak mengikat diri dalam kontrak dan kemampuan owner berdamai dengan tuntutan penambahan waktu dan biaya dari penyedia jasa
Indikator 2.4 Motivasi owner untuk meningkatkan mutu desain
Apa dasar pertimbangan instansi anda memerintahkan atau menerima perubahan desain konstruksi baik dari konsultan desain dan/atau kontraktor?
Pertanyaan ini ditujukan untuk melihat mindset owner dan penyedia jasa terhadap hal-hal penting dalam proses pelaksanaan proyek konstruksi. Pertanyaan ini selaras dengan pertanyaan untuk indkator 1.5 di atas.
Indikator 2.5 Koordinasi yang baik dan pengaturan waktu pelaksanaan yang terencana khususnya dengan pihak penyedia jasa
Apakah selama ini telah terjalin koordinasi yang baik antara owner dengan penyedia jasa (konsultan desain dan kontraktor)?
Pertanyaan ini ditujukan untuk melihat tingkat koordinasi yang terjalin antara owner dan penyedia jasa. Diharapkan koordinasi yang terjalin telah baik sehingga memperbesar percepatan penerapan VE nantinya.
Pertanyaan ini ditujukan untuk melihat sejauhmana inisiatif owner mengupayakan peningkatan value pada tahap konstruksi (hal ini nantinya akan terkait dengan pelaksanaan program value engineering change proposal) Pertanyaan ini ditujukan untuk melihat sejauhmana inisiatif konsultan mengupayakan peningkatan value pada tahap desain (hal ini nantinya akan terkait dengan pelaksaanaan program Value Engineering proposal)
97
Indikator
Deskripsi Pertanyaan
Pertimbangan
Indikator 2.5 Koordinasi yang baik dan pengaturan waktu pelaksanaan yang terencana khususnya dengan pihak penyedia jasa
Bagaimana koordinasi tersebut dilaksanakan?
Pertanyaan ini merupakan lanjutan dari pertanyaan sebelumnya, guna menggali lebih dalam proses koordinasi yang dilakukan antar para pihak terkait.
Indikator 2.6 upaya owner menggiatkan penerapan value improvement
Apakah selama ini owner pernah memberi reward kepada penyedia jasa, baik dalam bentuk insentif, pengurangan pajak, pembebasan biaya perijinan, dll. Apabila penyedia jasa tersebut dapat mengusulkan inovasi-inovasi baru yang dapat mempercepat pelaksanaan proyek dan/atau meningkatkan kualitas dan/atau menghemat biaya proyek?
Reward bermakna minat owner yang besar terhadap peningkatan value disatu sisi dan juga bermakna upaya owner melakukan perubahan disisi yang lain. Perubahan dapat dilakukan dengan memberi pemahaman atau dengan paksaan, atau dengan hadih (drum, stick and carrot)
Indikator 3.1 Pelaporan kegiatan proyek selama ini
Apakah pelaporan pelaksanaan proyek dari sesama staf internal di instansi anda selama ini berjalan dengan baik
Pertanyaan ini untuk melihat iklim kerja internal masing-masing instansi
Indikator 3.1 Pelaporan kegiatan proyek selama ini
Apakah penyedia jasa menyerahkan laporan harian, mingguan dan bulanan sebagaimana yang diharuskan
Pertanyaan ini untuk melihat iklim kerja internal masing-masing instansi
Indikator 3.2 Pencatatan dan pengarsipan laporan kegiatan proyek selama ini
Apakah data-data pelaksanaan proyek (spesifikasi teknis, dokumen kontrak, permasalahan yang terjadi dilapangan, solusi pemecahan yang dilakukan dan data-data lainnya) tercatat dengan rapi di instansi anda
Pertanyaan ini untuk melihat iklim kerja internal masing-masing instansi dan ketersediaan literatur/material bagi penerapan program VE nantinya.
Indikator 3.3 Proses belajar dan kebijakan peningkatan kinerja instansi selama ini
Berdasarkan laporan akhir dan data-data pelaksanaan proyek, apakah anda/instansi anda mengadakah rapat untuk mengevaluasi hasil-hasil yang telah dicapai, dan merumuskan kebijakan untuk meningkatkan kinerja instansi di masa yang akan datang
Indikator 3.3 Proses belajar dan kebijakan peningkatan kinerja instansi selama ini
Jika rapat evaluasi dilaksanakan dan dihasilkan suatu kebijakan untuk meningkatkan kinerja instansi dimasa akan datang, apakah kebijakan tersebut ditindak lanjuti dengan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis dan dipahami oleh seluruh staf perusahaan yang terlibat?
Indikator 3.3 Proses belajar dan kebijakan peningkatan kinerja instansi selama ini Indikator 3.3 Proses belajar dan kebijakan peningkatan kinerja instansi
Apakah kebijakan berikut juklak dan juknis tersebut dilaksanakan oleh staf terlibat sesuai kapasitasnya? Jika tidak dilaksanakan dengan baik, menurut anda apakah alasan/penyebabnya
Pertanyaan ini ditujukan untuk melihat proses belajar yang terjadi di setiap instansi. Karena program VE nantinya akan menjadi proses yang harus terus direvisi dan disempurnakan. Proses belajar dapat dilihat dari upaya peningkatan kinerja instansi melalui rapat-rapat dan evaluasi peningkatan kinerja. Pertanyaan ini ditujukan untuk melihat sejauhmana upaya peningkatan kinerja dilakukan, apakah hanya sebatas aktivitas rutin yang tidak bermanfaat atau aktivitas rutin yang ditindak lanjuti dengan langkah-langkah nyata dan bermanfaat Pertanyaan ini ditujukan untuk melihat tingkat kepatuhan dan loyalitas staf melaksanakan kesepakatan yang diputuskan dalan rapat instansi Pertanyaan ini untuk menggali lebih dalam mengapa staf tidak melaksanakan keputusan yang dihasilkan dalam rapat instansi
98
Indikator Indikator 3.4 Integrasi programprogram yang bertujuan meningkatkan value dalam struktur organisasi
Deskripsi Pertanyaan Apakah di Instansi anda saat ini telah ada bagian dari struktur organisasi (biro/ bagian/ departemen) yang khusus bertugas untuk mengevaluasi mutu pekerjaan baik pada level proyek maupun pada level instansi (mis. Departemen quality assurance/ bagian value improvement, dll)
Indikator 3.5 Keterlibatan manajemen pada proses pelaksanaan rapat teknis
Bagaimana tingkat keterlibatan manajemen puncak pada rapat-rapat teknis yang membahas permasalahan operasional di lapangan, dimana rapat tersebut sebenarnya tidak menuntut kehadiran manajemen puncak
Indikator 4.1 Gradasi tenaga kerja pada perusahaan/Instansi
Jumlah tenaga kerja yang ada di instansi anda
Indikator 4.1 Gradasi tenaga kerja pada perusahaan/Instansi
Tingkat pendidikan tenaga kerja yang ada di instansi/perusahaan anda
Indikator 4.2 Training dan pelatihan yang pernah diselenggarakan/diikuti
Apakah anda pernah melaksanakan training/pelatihan di instansi anda atau mengikut sertakan karyawan anda pada training/pelatihan berikut ini?
Indikator 4.2 Training dan pelatihan yang pernah diselenggarakan/diikuti
Dari berbagai level manajer dan staf di bawah ini, seberapa seringkah mereka mengikuti pelatihan/training tersebut diatas?
Indikator 4.2 Training dan pelatihan yang pernah diselenggarakan/diikuti
Bagaimana dukungan manajer puncak dan manajer menengah dalam pelaksanaan workshop/training/pelatihan selama ini
Pertimbangan Keberadaan departemen khusus yang menangani masalah peningkatan nilai (value improvement) dalam struktur organisasi menunjukkan komitmen dan kecenderungan masing-masing instansi terhadap peningkatan value Rapat teknis adalah rapat yang membahas persoalan operasional organisasi dimana umumnya jarang dihadiri oleh manajemen puncak. Rapat teknis ini menjadi titik kritis untuk melihat bagaimana tingkat keterlibatan manajemen pada kegiatan operasional organisasi. Jika pada rapat teknis manajemen puncak hadir maka dapat diasumsikan pada kegiatan workshop VE juga manajemen puncak berpotensi akan hadir Pertanyaan ini ditujukan untuk melihat jumlah tenaga kerja yang ada di instansi. Jumlah tenaga kerja sebenarnya tidak signifikan mempengaruhi keberhasilan penerapan VE. Tingakat pendidikan akan mempengaruhi wawasan dan kemampuan belajar staf terhadap hal-hal baru khususnya yang terkait dengan VE. Semakin tinggi tingkat pendidikan tenaga kerja akan semakin baik Training adalah salah satu proses transfer ilmu pengetahuan dan wawasan baru terkait dengan program value improvement, semakin sering training diadakan atau diikuti oleh berbagai jenjang level kepemimpinan maka akan semakin baik. Training adalah salah satu proses transfer ilmu pengetahuan dan wawasan baru terkait dengan program value improvement, semakin sering training diadakan atau diikuti oleh berbagai jenjang level kepemimpinan maka akan semakin baik. Dukungan manajemen puncak dan menengah pada pelaksanaan training akan sangat mempengaruhi keberhasilan training tersebut, karena itu dukungan manajemen puncak dan menengah sangat diperlukan
99
Indikator
Deskripsi Pertanyaan
Indikator 4.2 Training dan pelatihan yang pernah diselenggarakan/diikuti
Bagaimana wujud dukungan yang diberikan manajer puncak dan manajer menengah pada pelaksanaan training/workshop/pelatihan di instansi anda selama ini?
Indikator 4.3 Akses terhadap perkembangan teknologi dan metoda baru dalam konstruksi
Menurut anda seberapa besar minat seluruh personil instansi anda (manajemen puncak, manajemen menengah dan staf operasional) mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan dalam rangka meningkatkan pengetahuan terhadap inovasi-inovasi baru di bidang konstruksi dan meningkatkan ketrampilan mereka dalam melaksanakan proyek
Indikator 4.3 Akses terhadap perkembangan teknologi dan metoda baru dalam konstruksi
Apakah anda melakukan pembaruan (up dating) informasi/pengetahuan /inovasi/teknologi baru terkait dengan pelaksanaan konstruksi
Indikator 4.3 Akses terhadap perkembangan teknologi dan metoda baru dalam konstruksi Indikator 4.3 Akses terhadap perkembangan teknologi dan metoda baru dalam konstruksi
Jika “Tidak”, mengapa hal itu bisa terjadi
Jika “Ya”, bagaimana anda melaksanakan pembaruan (up dating) tersebut
Indikator 5.1 Jenis dan besar anggaran proyek infrastruktur yang pernah dilaksanakan
Proyek infrastruktur apa yang pernah instansi/Anda kelola ?
Indikator 5.1 Jenis dan besar anggaran proyek infrastruktur yang pernah dilaksanakan
Berapakah nilai proyek infrastruktur atau proyek yang dananya bersumber dari dana publik yang pernah instansi Anda tangani
Pertimbangan Pertanyaan ini bertujuan menggali lebih dalam wujud dukungan yang diberikan manajemen puncak dan menengah pada pelaksanaan training selama ini Keberhasilan penerapan VE sangat tergantung dari kecakapan pelaksana. Kecakapan tersebut didapat melalui proses belajar khususnya pada hal-hal dan inovasi baru. Oleh karena itu akses terhadap hal-hal baru tersebut mutlak dibutuhkan. Agar lebih efektif maka dibutuhkan minat yang tinggi untuk terus belajar dan mengakses informasi terbaru yang lebih baik Pertanyaan ini adalah lanjutan pertanyaan sebelumnya. Jika minat telah ada apakah minat tersebut dilanjutkan dengan melakukan pembaruan inovasi/teknologi baru dibidang konstruksi Pertanyaan ini adalah lanjutan pertanyaan sebelumnya. Jika minat tidak ada tentu ada alasan-alasan yang harus diperhatikan untuk selanjutnya dapat menjadi masukan guna perbaikan Proses melakukan up dating mempengaruhi hasil up dating yang didapat, semakin beragam proses yang dilakukan akan semakin baik, dimana antar sesama proses tersebut akan terjadi saling koreksi. Karena VE nantinya akan diterapkan untuk menganalisis peningkatan value pada suatu proyek, maka jenis proyek infrastruktur yang dikelola perlu diketahui Besar anggaran proyek juga akan mempengaruhi kelayakan penerapan VE, semakin besar nilai proyek maka akan semakin besar peluang penerapan VE
Indikator 5.2 Pekerjaan kompleks dan kategori kompleksitas yang digunakan
Apakah instansi anda pernah menangani proyek yang pekerjaannya masuk kategori pekerjaan komplek?
Kompleksitas menjadi salah satu dasar pemikiran penerapan VE di luar negeri. Meskipun nilai proyek tidak terlalu besar namun jika kompleksitasnya tinggi maka peluang penerapan VE juga akan semakin besar
Indikator 5.2 Pekerjaan kompleks dan kategori kompleksitas yang digunakan
Jika pernah, kriteria-kriteria apakah yang anda gunakan untuk menilai suatu pekerjaan masuk kategori pekerjaan kompleks atau tidak
Pertanyaan ini untuk melihat keselarasan pemahaman kompleksitas antara responden dan peneliti
100
Indikator
Deskripsi Pertanyaan
Pertimbangan Pertnyaan ini untuk melihat mindset masyarakat jasa konstruksi di NAD mengenai jenis-jenis infrastruktur yang krusial untuk segera diselesaikan Mengingat salah satu motivasi penerapan VE adalah untuk memenuhi persyaratan regulasi, maka pertanyaan ini ditujukan untuk melihat pemahaman masyarakat jasa konstruksi di NAD terhadap regulasi yang ada. Selain pemahaman juga diperlukan implementasi dari regulasi tersebut. Pertanyaan ini ditujukan untuk melihat bagaimana implementasi regulasi terkait konstruksi pada masyarakat jasa konstruksi di NAD Mengingat penyusunan regulasi menyangkut pelaksanaan konstruksi memerlukan tingkat approval secara nasional maka hal itu akan memperlambat penerapan VE. Karena itu perlu dicari peluang-peluang menyusun regulasi yang menjadi kewenangan otonom suatu instansi daerah tanpa harus menunggu dikeluarkannya regulasi nasional. Pertanyaan ini ditujukan untuk menggali potensipotensi tersebut
Indikator 5.3 Prioritas pembangunan infrastruktur di NAD
Dari fasilitas infrastruktur di bawah ini urutkanlah prioritas konstruksi yang harus segera dibangun dalam rangka rehabilitasi dan rekonstruksi di NAD
Indikator 6.1 Pemahaman masyarakat jasa konstruksi terhadap regulasi terkait dengan pelaksanaan konstruksi
Bagaimanakah tingkat pemahaman anda/staff instansi anda terhadap regulasi pemerintah terkait pelaksanaan konstruksi di bawah ini
Indikator 6.1 Pemahaman masyarakat jasa konstruksi terhadap regulasi terkait dengan pelaksanaan konstruksi
Apakah dalam proses pengadaan penyedia jasa konstruksi ( konsultan dan kontraktor) di lingkungan instansi anda, anda/instansi anda selalu berpedoman pada peraturan pemerintah berikut ini?
Indikator 6.2 Tanggapan owner terhadap wewenang menyusun regulasi yang mensyaratkan reanalisis terhadap desain awal untuk mendapatkan kualitas desain yang lebih baik
Apakah selama ini instansi anda diberi wewenang mengeluarkan kebijakan/peraturan khusus yang tidak diatur dalam kebijakan umum pemerintah pusat menyangkut pelaksanaan konstruksi, seperti: mensyaratkan penyedia jasa memberi usulan perbaikan desain sebelum pengumuman pelelangan, atau pada saat pelaksanaan proyek
Indikator 6.2 Tanggapan owner terhadap wewenang menyusun regulasi yang mensyaratkan reanalisis terhadap desain awal untuk mendapatkan kualitas desain yang lebih baik Indikator 6.2 Tanggapan owner terhadap wewenang menyusun regulasi yang mensyaratkan reanalisis terhadap desain awal untuk mendapatkan kualitas desain yang lebih baik
Jika anda/instansi anda memiliki otoritas untuk membuat suatu peraturan yang mensyaratkan penerapan program value improvement (program yang berusaha meningkatkan value suatu proyek seperti peningkatan kualitas, pengurangan waktu dan penghematan biaya, peningkatan keamanan, dll), maka anda akan
Pertanyaan ini untuk melihat sikap owner jika memiliki wewenang otonom menyusun regulasi yang mensyaratkan penerapan VE pada pelaksanaan proyek infrastruktur.
Bagaimanakah tanggapan anda jika pemerintah baik pemerintah pusat atau pemerintah daerah mengeluarkan suatu peraturan yang mensyaratkan pihak pelaksana dan penyedia jasa melakukan analisis kembali terhadap desain awal untuk mendapatkan kualitas, mencapai waktu pelaksanaan dan penghematan biaya yang lebih baik
Pertanyaan ini untuk melihat sikap masyarakat jasa konstruksi terhadap regulasi nasional yang mensyaratkan penerapan program value improvement pada pelaksanaan proyek infrastruktur/ proyek yang dibiayai pemerintah
101
Indikator
Deskripsi Pertanyaan
Indikator 6.3 Tanggapan owner terhadap pembatasan wewenang dalam menyusun regulasi yang mensyaratkan reanalisis terhadap desain awal untuk mendapatkan kualitas desain yang lebih baik
Dalam PP nomor 30 tahun 2000 terkait dengan pembinaan jasa konstruksi disebutkan bahwa wewenang pembinaan jasa konstruksi dalam hal penerbitan peraturan yang berkaitan dengan jasa konstruksi adalah wewenang pemerintah pusat dan bukan wewenang pemeritah daerah. Bagaimana tanggapan anda
Indikator 6.4 Tingkat kepentingan variabel dari sudut pandang owner
Faktor-faktor dibawah ini adalah faktorfaktor yang diperkirakan akan sangat mempengaruhi kesuksesan penerapan program peningkatan nilai (value improvement) pada proyek infrastruktur di NAD. Isilah pada kotak putih sesuai petunjuk pengisian dibawah ini
Pertimbangan Pemerintah pusat telah membatasi penerbitan regulasi dengan maksud untuk menseragamkan proses pelaksanaan konstruksi di seluruh Indonesia. Disatu sisi hal ini baik, namun disisi lain hal ini menutup peluang berkembangnya inovasi dan kreatifitas daerah karena tidak adanya payung hukum yang menjamin pelaksana dalam melaksanakan suatu hal baru. Karena itu perlu sikap pelopor pada setiap daerah sehingga dapat saling menstimulasi demi perbaikan Pertanyaan ini ditujukan untuk mengukur tingkat kepentingan variabel dari sudut pandang masyarakat jasa konstruksi di NAD. Hasil dari pertanyaan ini adalah skor persentase tingkat kepentingan yang akan dimanfaatkan pada perhitungan tingkat kepentingan variabel secara menyeluruh.