90
Bab IV Pengembangan Model Pengukuran Kinerja IV.1 Studi Lapangan Menurut Sushil dan Shankar (2004), SCOR mencakup semua indikator kinerja yang diperlukan dalam sistem rantai pasok dan mencoba mencakup rantai pasok keseluruhan dalam perangkat standar dari proses-proses. Oleh karena itu penelitian dilakukan pada PT. Dirgantara Indonesia, karena SCOR sebaiknya diterapkan pada perusahaan besar yang memiliki proses rantai pasok standar tersebut. Untuk usaha kecil dan menengah, aplikasinya masih dipertanyakan karena biaya ekstra untuk memelihara sistem yang sangat lengkap seperti itu.
Pendekatan studi lapangan dilakukan pada produk komponen karena produk pesawat terbang sangat kompleks dan waktu pembuatannya sangat lama. Pengerjaan detail part manufacturing dan subassembly komponen pesawat terbang dilakukan oleh Direktorat Aerostructure yang merupakan Satuan Usaha PT. Dirgantara Indonesia.
IV.1.1 Profil PT. Dirgantara Indonesia (PT.DI) Berikut ini dijelaskan keadaan umum PT.Dirgantara Indonesia serta struktur organisasinya.
IV.1.1.1 Keadaan Umum PT. Industri Pesawat Terbang Nurtanio (PT. Nurtanio) didirikan pada tahun 1976, dengan dua hanggar kecil seluas 11.000 m2 pada tanah seluas 45.000 m2, beberapa mesin tua, dan karyawan sebanyak 500 orang termasuk 17 insinyur. Program awal PT. Nurtanio dimulai dengan pembuatan pesawat terbang C-212 dengan lisensi dari CASA dan helikopter BO-105 dengan lisensi dari MBB, kemudian diikuti dengan pembuatan helikopter Puma/Super Puma-332 dengan lisensi dari Aerospatiale dan Bell-412 dengan lisensi dari Bell Helicopter.
Pada tahun 1983 dalam program joint-venture antara PT. Nurtanio dengan CASA (50:50) telah dibuat pesawat terbang CN-235. PT. Nurtanio yang berubah menjadi
91
PT. Industri Pesawat Terbang Nusantara atau IPTN pada tahun 1986, yang kemudian telah mampu mendesain dan memproduksi pesawat terbang sendiri yaitu N-250 yang mulai terbang bulan Agustus 1995.
Tahun 1998 Pemerintah RI memberhentikan bantuan dana kepada IPTN. Hal ini mengakibatkan timpang antara volume kerja dan SDM yang ada. Dalam situasi sulit, perusahaan memfokuskan program pada produk-produk terkontrak. Pada bulan Oktober 1998 dibentuk Tim Restrukturisasi IPTN, yang implementasinya dimulai April 1999.
IPTN berganti nama menjadi PT. Dirgantara Indonesia pada tahun 2000. Kondisi PT.DI di tahun 2000, termasuk dalam 10 BUMN paling merugi, namun di tahun 2001 dapat membukukan keuntungan 11 miliar dengan menjual pesawat dinas dan memperbaiki gaji karyawan. Pergantian direksi dan tuntutan dari Serikat Pekerja pada tahun 2002 tidak membuat situasi dan kondisi membaik, sehingga PT.DI kembali merugi. Pada tahun 2003 kondisi keuangan semakin parah sehingga Direksi melakukan suatu langkah penyelamatan perusahaan dengan merumahkan seluruh karyawan. Tahap selanjutnya untuk penyembuhan, para karyawan yang terlibat dalam pengerjaan program-program terkontrak secara bertahap dipanggil untuk bekerja kembali.
Dalam situasi yang belum menggembirakan Direksi baru mengarahkan perusahaan dengan tujuan: “Mampu menguasai dan mengembangkan teknik kedirgantaraan yang memiliki “cost competitiveness” dalam bersaing di pasar internasional/global, agar dapat memberikan keuntungan dan dapat meningkatkan shareholder value, serta menjadi perusahaan yang mendiri secara bisnis guna mengurangi ketergantungan terhadap luar negeri.”
Visi Perusahaan saat itu adalah menjadi perusahaan kelas dunia dalam industri dirgantara yang berbasis pada penguasaan teknologi tnggi dan mampu bersaing dalam pasar global, dengan mengandalkan keunggulan biaya.
92
Misi Perusahaan adalah: - Menjalankan usaha dengan selalu berorientasi pada aspek bisnis dan komersil dan dapat menghasilkan produk dan jasa yang memiliki keunggulan biaya. - Sebagai pusat keunggulan di bidang industri dirgantara, terutama dalam rekayasa, rancang bangun, manufaktur, produksi dan pemeliharaan untuk kepentingan komersial dan militer serta aplikasi di luar Industri Dirgantara. - Menjadikan Perusahaan sebagai pemain kelas dunia di industri global yang mampu bersaing dan melakukan aliansi strategis dengan industri dirgantara kelas dunia lainnya.
PT. Dirgantara Indonesia memfokuskan bisnisnya pada 5 (lima) pilar: •
Aircraft, yang meliputi pembuatan pesawat terbang dan helikopter
•
Aerostructure yang menangani pembuatan single part dan komponenkomponen pesawat terbang
•
Aircraft Service yang meliputi pemeliharaan, perawatan dan perbaikan pesawat
•
Engineering Services yang memproduksi simulator untuk pesawat sayap tetap dan helikopter, sistem visualisasi elektronik, dll
•
Defence yang meliputi pembuatan launchers, roket FFAR 2,75” dan Surface Underwater Target Torpedo.
Pada tahun 2004 bisnis PT.DI menunjukkan adanya kemajuan dan di tahun 2005 kontrak-kontrak kerjasama terus meningkat, yaitu dengan BAE Systems (Inggris), EADS-CASA (Eropa). Order pembuatan komponen pesawat bertambah untuk Boeing 777 (USA), Bombardier (Kanada), untuk Airbus A400M (Eropa), dan lain-lain. Tahun 2006, kunjungan Presiden RI memperkuat komitmen pemerintah terhadap kelangsungan industri-industri strategis, khususnya PT. Dirgantara Indonesia. Selama 30 tahun pula PT.DI telah berhasil menyerahkan pesawat sebanyak lebih dari 400 pesawat.
93
IV.1.1.2 Struktur Organisasi Sturktur organisasi PT. Dirgantara Indonesia (PT.DI) dan struktur organisasi Direktorat Aerostructure PT.DI adalah sebagaimana terlihat pada gambar berikut ini:
94
DIREKTUR UTAMA
Direktorat Aerostructure
Sekretariat Perusahaan
Satuan Pengawasan Intern
Divisi Pengamanan
Divisi Perencanaan & Pengembangan Perusahaan
Direktorat Aircraft Integration
Direktorat Aircraft Services
Asisten Direktur Utama Sistem Manajemen Mutu Perusahaan
Direktorat Teknologi dan Pengembangan
Direktorat Keuangan dan Administrasi
Divisi Integrasi Usaha
Asisten Direktur Bidang Produk Militer
Divisi Pemasaran & Penjualan Aircraft Services
Divisi Pusat Bisnis Teknologi
Divisi Perbendaharaan
Divisi Operasi Aerostructure
Divisi Pemasaran & Penjualan Aircraft Integration
Divisi Perawatan & Modifikasi
Divisi Keselamatan & Sertifikasi
Divisi Akuntansi
Divisi Rekayasa
Divisi Operasi Aircraft Integration
Divisi Manajemen Logistik
Divisi Pusat Pengembangan Produk
Divisi Sumber Daya Manusia
Divisi Manajemen Sumber Daya Aerostructure
Divisi Logistik & Dukungan Pelanggan
Divisi Manajemen Sumber Daya Aircraft Services
Divisi Pusat Uji Terbang
Divisi Jasa Material & Fasilitas
Divisi Engineering Services
Divisi Sistem Senjata
Gambar IV.1. Struktur organisasi PT. Dirgantara Indonesia
95
DIREKTORAT AEROSTRUCTURE
Dept. Quality Assurance
Divisi Business Integration
Divisi Engineering
Divisi Operation Aerostructure
Divisi Resource Management Aerostructure
Dept. Sales & Marketing
Dept. Manufacturing Engineering
Dept. Production Control
Dept. Human Resource Management & ADM. AE
Dept. Spirit Aerosystem Program
Dept. Configuration Management
Dept. Machining
Dept. Logistic Aerostructure
Dept. Aircraft Program
Dept. Tooling Engineering
Dept. Metal Forming & Heat Treatment
Dept. Accounting Aerostructure
Dept. Subcontract Program
Dept. Engineering Liaison
Dept. Bocom & Surface Treatment
Dept. C212-400 Program
Dept. Sub & Major Assembly
Dept. Eurocopter Program
Dept. Tool Manufacturing & Services
Dept. Production Planning
Dept. Facility Maintenance
Gambar IV.2. Struktur organisasi Direktorat Aerostructure – PT. Dirgantara Indonesia
96
IV.1.2 Proses Bisnis Direktorat Aerostucture PT.DI (Ae-PT.DI) PT. Dirgantara Indonesia (PT.DI) memfokuskan kepada empat satuan usaha yang menjadi tulang punggung bagi pendapatan perusahaan yaitu Satuan-satuan Usaha (dalam
bentuk
Direktorat-Direktorat):
Aircraft,
Aerostructure,
Aircraft
Maintenance dan Engineering Services.
Satuan Usaha Aerostructure merupakan unit pendukung dalam pembuatan pesawat terbang produksi PT.DI, dan juga merupakan satuan usaha yang melakukan hubungan kerja secara langsung dengan pihak luar PT.DI, dalam hal pembuatan Parts/Components untuk industri pesawat terbang.
Ae-PT.DI mendefinisikan proses bisnis sebagai rangkaian proses atau aktifitas dari fungsi pada suatu organisasi, yang mentransformasikan input menjadi output yang mempunyai nilai tambah, yang menggambarkan hubungan satu aktifitas dengan aktifitas lainnya melalui input yang dibutuhkan dan output yang dihasilkan, serta aturan-aturan yang harus ditaati (kontrol) dan dukungan (mekanisme) yang diperlukan.
Proses bisnis Ae-PT.DI digambarkan menggunakan metode IDEF0 (gambar IV.3), yang merupakan metode pemodelan aktivitas (fungsi), salah satu metode dari IDEF (ICAM DEFinition kemudian berubah nama menjadi Integrated DEFinition). IDEF pada awalnya dikembangkan oleh program US Airforce Integrated Computer Aided Manufacturing untuk perancangan sistem (Noran, 2004). Control
Input
Function / Activity
Output
Mechanism
Gambar IV.3 Diagram generik IDEF0
Proses bisnis Ae-PT.DI adalah sebagaimana terlihat pada Gambar IV.4 berikut:
97
Cistomer Order
Perform Marketing & Sales
Project Assignment & Plan
1
Work Order and Project Milestone
Management
Perform Project Management Manufacturing Bills of Material
2
Project Status Report
Process Sheets
Perform Engineering
Management
Incoming Material from Supplier
Issue Material
3 Engineering Status Report
Ship Product to Customer
Perform Logistic
Production Order Status Report
Management
4
Perform Production & Quality
Management
5
Logistic Status Report
Production Order Status Report & Quality Status Report
Management dan fasilitas
Manage Resources 6
Project Finance Report and Daily Facility Report
NODE:
A0
TITLE:
Released Product
PROSES BISNIS AE-PT.DI
Gambar IV.4. Proses bisnis Direktorat Aerostructure - PT.DI
Management
NO.:
1
98
Satuan
Usaha
Ae-PT.DI
melaksanakan
pembuatan/manufaktur
Aircraft
Parts/Components yang prosesnya meliputi semua kegiatan yang melibatkan seluruh fungsi di dalam Satuan Usaha Aerostructure, mulai dari pelaksanaan kegiatan Sales, Project Management, Manufacturing Engineering, Logistic, Production/Manufacturing, Quality Control dan pengelolaan Resources yang meliputi Financial Management, Facility Maintenance, Personnel dan General Facility Services. Adapun definisi kegiatan dalam proses bisnis Satuan Usaha Aerostructure
PT.DI
untuk
“Manufacture
Aircraft
Parts/Components”
sebagaimana terlihat pada Gambar IV.3. di atas, adalah sebagai berikut.
Proses Bisnis Marketing & Sales Melaksanakan kegiatan Pemasaran, Penjualan dan Administrasi Bisnis mulai dari evaluasi kapabilitas dan kapasitas seluruh sumber daya yang tersedia di Direktorat Aerostructure dan kegiatan mempromosikan dan menjual produk dan jasa unggulan yang dilakukan dengan menjalankan administrasi bisnis yang efektif dan efisien.
Dalam proses bisnis ini
juga terdapat kegiatan “Analyze Capacity”, yaitu
melaksanakan analisa kapasitas produksi Aerostructure terhadap beban yang direncanakan, membuat jadual projek baru yang direncanakan dengan mengacu pada beban yang tersedia, menganalisa beban aktual dibandingkan dengan pembebanan yang direncanakan dan mengusulkan pemerataan beban (load balancing) yang diperlukan.
Proses Bisnis Project Management Melaksanakan pengelolaan proyek sesuai dengan kontrak yang telah disepakati untuk dapat mencapai quality, cost dan delivery yang direncanakan. Dalam pelaksanaan pekerjaannya maka Project Manager akan: 1. Memberi masukan pada Contract Review jika diperlukan. 2. Membuat Program Planning/Project Milestone/Production Schedule dan Project Budget Plan sebagai alat pengendali penyelesaian proyek.
99
3. Melaksanakan koordinasi rutin dengan fungsi terkait (Manufacturing Engineering, Aero Production, Quality Assurance, Finance dan Logistic). 4. Melakukan Pengendalian dan Evaluasi terhadap jadual penyelesaian dan budget proyek. 5. Make or Buy Analysis/Decision jika terjadi kerusakan fasilitas atau overload. 6. Melaksanakan business/program review setiap bulan. 7. Improvement Planning (Recovery Schedule). 8. Mengelola Budget Plan (Manufacturing cost, termasuk lembur, rejection, material, dan lain-lain). 9. Membantu persiapan delivery jika diperlukan.
Proses Bisnis Engineering Melaksanakan rekayasa rencana
pembuatan produk mulai dari menentukan
metoda dan rangkaian manufaktur (manufacturing method and sequences), rekayasa
proses
baru,
membuat
instruksi
kerja
untuk
setiap
tahapan
manufaktur/assy, menentukan waktu dan biaya pengerjaan untuk masing-masing tahapan manufaktur/assy, manufacturing assy development, method and time study, melaksanakan Configuration Control (Engineering Data Control and Distribution).
Proses Bisnis Logistic Melaksanakan kegiatan: 1. Contract review bersama Sales and Business Administration. 2. Material Planning (net requirement, order policy, procurement lead time). 3. Procurement (outsourcing, quotation evaluation). 4. Receiving from Supplier. 5. Storage (inventory control and cycle counting), preservation. 6. Precutting. 7. Packaging & Shipping.
100
Proses Bisnis Production & Quality Melaksanakan kegiatan: 1. Production Order Release & Scheduling (PORS), Production, Quality Control. 2. Load Planning. 3. Production activity. 4. Production Planning and Control (Shop Package). 5. Internal Handling. 6. Production Data Collecting, Productivity Measurement. 7. House Keeping. 8. Facility Qualification. 9. Personnel Qualification.
Proses Bisnis Resources Melaksanakan kegiatan: Finance: 1. Budgeting (Planning, Control and Analysis). 2. Verifikasi (termasuk Negosiasi pembelian, Penagihan). 3. Treasury (Payment, Receipment & Cash Management). 4. Accounting (Cost & Financial).
Facilities: 1. Maintenance engineering. 2. Maintenance planning. 3. Spare-parts & consumable planning. 4. Maintenance control. 5. Work order of services and repairs. 6. Corrective maintenance. 7. Facility engineering. 8. Modifikasi. 9. Instalasi.
101
Personnel: 1. Human Resources Development. 2. Personnel Services. 3. Fasilitas Umum (Listrik, Lampu, Kamar Basah, dan lain-lain). 4. Compile and maintain system & procedure (non-quality). 5. Personnel Recruitment.
IV.1.3 Pengukuran Kinerja (Quality Objective) Pengukuran kinerja di Direktorat Aerostructure PT.DI menggunakan indikatorindikator kinerja yang ditetapkan dalam Quality Objective. Quality Objective mulai berlaku sejak tahun 2006 dan masih digunakan hingga sekarang. Quality Objective pada tingkat direktorat adalah sebagai berikut:
- Pengiriman yang tepat waktu
: 90% (minimum) berdasarkan Customer Vendor Schedule
- Pengiriman total
: 100% berdasarkan Customer Vendor Schedule
- Production Efficiency
: 85% (minimum)
- Rejection Rate of part/komponen manufaktur : 1,1% (maksimum)
Quality Objective pada setiap divisi dinyatakan dalam Quality Objective pada tingkat departemen sebagai berikut:
Divisi Integrasi Bisnis Divisi Integrasi Bisnis melaksanakan tugas-tugas bagi kepentingan Direktorat Aerostructure secara menyeluruh, yaitu dalam hal Marketing & Sales, Production Planning serta pengendalian program-program yang ada di Direktorat Aerostructure (Ae-PT.DI), melalui departemen-departemen di bawah ini:
Departemen Pemasaran dan Penjualan Departemen Pemasaran dan Penjualan melaksanakan kegiatan Pemasaran, Penjualan dan Administrasi Bisnis mulai dari evaluasi kapabilitas dan kapasitas seluruh sumber daya yang tersedia di Direktorat Aerostructure dan kegiatan
102
mempromosikan dan menjual produk dan jasa unggulan yang dilakukan dengan menjalankan administrasi bisnis yang efektif dan efisien.
- Kontrak yang ditargetkan
: Rp. 272,51 Milyar
o Pesanan internal
: Rp. 71,05 Milyar
o Pesanan eksternal
: Rp. 201,45 Milyar
- Penjualan yang ditargetkan : Rp. 244,55 Milyar o Pesanan internal
: Rp. 71,05 Milyar
o Pesanan eksternal
: Rp. 173,49 Milyar
Departemen Program Manajemen Spirit Aerosystems: Departemen ini melaksanakan pengelolaan projek Spirit Aerosystem sesuai dengan kontrak yang telah disepakati untuk dapat mencapai quality, cost dan delivery yang direncanakan, dengan target indikator kinerja sebagai berikut: - Pengiriman tepat waktu
: 90% (minimum) berdasarkan Customer Vendor Schedule
- Pengiriman total
: 100% berdasarkan customer vendor schedule
- Penjualan eksternal yang ditargetkan: Rp. 74,51 Milyar
Departemen Program Manajemen Aircraft Parts & Components Departemen ini melaksanakan pengelolaan projek CN-235 sesuai dengan kontrak yang telah disepakati untuk dapat mencapai quality, cost dan delivery yang direncanakan, dengan target indikator kinerja sebagai berikut: - Pengiriman tepat waktu
: 90% (minimum) berdasarkan Customer Vendor Schedule
- Pengiriman total
: 100% berdasarkan customer vendor schedule
- Penjualan eksternal yang ditargetkan: Rp. 61,99 Milyar - Pesanan internal yang ditargetkan
: Rp. 70,79 Milyar
103
Departemen Program Manajemen Subkontrak Departemen ini melaksanakan pengelolaan projek SMEA, CTRM A380, KAL B777, dan Bombardier sesuai dengan kontrak yang telah disepakati untuk dapat mencapai quality, cost dan delivery yang direncanakan, dengan target indikator kinerja sebagai berikut: - Pengiriman tepat waktu
: 90% (minimum) berdasarkan Customer Vendor Schedule
- Pengiriman total
: 100% berdasarkan customer vendor schedule
- Penjualan eksternal yang ditargetkan: Rp. 25,52 Milyar
Departemen Perencanaan Produksi Departemen ini membuat dan mengeluarkan rencana produksi yang terintegrasi dan seimbang serta mengeluarkan order produksi yang siap dikerjakan serta membuat dan mengeluarkan grafik rencana kapasitas dan beban produksi setiap dua minggu sekali, dengan target indikator kinerja sebagai berikut: - Pengeluaran ‘Perencanaan Produksi’ yang terintegrasi dan seimbang: 2 hari maksimum setelah pesanan pekerjaan diterima. - Pengeluaran Pesanan Produksi: 3 hari maksimum sebelum tanggal mulai produksi (berdasar pada rencana produksi yang terntegrasi dan seimbang)
Divisi Rekayasa Melaksanakan rekayasa rencana
pembuatan produk, melalui departemen-
departemen di bawah ini.
Departemen Rekayasa Manufaktur Departemen ini menentukan metoda dan rangkaian manufaktur, rekayasa proses baru, membuat instruksi kerja untuk setiap tahapan manufaktur/assy, menentukan waktu dan biaya pengerjaan untuk masing-masing tahapan manufaktur/assy, manufacturing assy development, method and time study, dengan target indikator kinerja sebagai berikut: - Rejection rate karena Perencanaan Manufaktur dan Program NC: 0,2% maksimum
104
- Program waktu proses menggunakan mesin NC : 95% dari standar waktu yang sudah ada - Perbaikan proses yang ditargetkan: minimum 1 untuk setiap proses manufaktur.
Departemen Manajemen Konfigurasi Departemen ini melaksanakan Configuration Control (Engineering Data Control and Distribution), dengan target indikator kinerja sebagai berikut: - Keakuratan konfigurasi data: 100% - Penerbitan perencanaan pendahuluan
maksimum 3 hari setelah menerima
gambar teknik Departemen Engineering Liaison Departemen ini merupakan wakil engineering dan menjadi penghubung antara engineering dengan manufaktur dalam koordinasi untuk mengevaluasi perubahanperubahan spesifikasi apakah dapat disetujui, untuk mengganti spesifikasi awal dengan spesifikasi lain yang dianggap memenuhi persyaratan, misalnya untuk penggantian material dalam proses produksi. Target indikator kinerjanya adalah sebagai berikut: a. Waktu dari evaluasi engineering sampai setuju adanya label penolakan: 2 hari kerja maksimum b. Waktu dari evaluasi engineering sampai setuju adanya permintaan koordinasi engineering: 1 hari kerja maksimum c. Waktu untuk penggantian material: 1 hari kerja maksimum
Divisi Operasi Melaksanakan perencanaan dan pengendalian produksi, melalui DepartemenDepartemen di bawah ini.
Departemen Production Control Melaksanakan kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pesanan produksi, kegiatan, kapasitas, pengukuran kinerja produksi, dan mempunyai target indikator kinerja sebagai berikut:
105
- Siklus produksi: diatur minimal 75% atau 1 hari maksimum seperti yang tertera
pada rencana produksi (menggunakan sistem kanban dan kartu yang dapat terlihat)
Departemen Machining Departemen ini melaksanakan pekerjaan-pekerjaan dengan proses machining, dan mempunyai target indikator kinerja sebagai berikut: - Rejection rate karena kesalahan kerja manusia: 0,35% maksimum - Rata-rata efisiensi produksi: 85% minimum
Departemen Metal Forming & Heat Treatment Departemen ini melaksanakan pekerjaan-pekerjaan dengan proses metal forming dan proses heat treatment, dan mempunyai target indikator kinerja sebagai berikut: - Rejection rate karena kesalahan kerja manusia: 0,35% maksimum - Rata-rata efisiensi produksi: 85% minimum
Departemen Bonding Composite & Surface Treatment Departemen ini melaksanakan pekerjaan-pekerjaan dengan proses bonding untuk material composite dan proses surface treatment, dan mempunyai target indikator kinerja sebagai berikut: - Rejection rate karena kesalahan kerja manusia: 0,35% maksimum - Rata-rata efisiensi produksi: 85% minimum
Departemen Sub & Major Assembly Departemen ini melaksanakan pekerjaan-pekerjaan sub-assembly dan major assembly, dan mempunyai target indikator kinerja sebagai berikut: - Rejection rate karena kesalahan kerja manusia: 0,35% maksimum - Rata-rata efisiensi produksi: 85% minimum
106
Divisi Resource Management Divisi ini melaksanakan pekerjaan-pekerjaan dalam bidang keuangan, logistik, fasilitas, personil, melalui departemen-departemennya di bawah ini.
Departemen Manajemen dan Administrasi Sumber Daya Manusia Departemen ini melaksanakan pengelolaan dan administrasi personil, dengan target indikator kinerja sebagai berikut: - Pelaksanaan pelatihan: 100% seperti yang direncanakan - Mengatur ketidakadaan perkembangan kenaikan jumlah pekerja: 95% dari rencana - Pencapaian Keamanan, Kesehatan dan standar lingkungan: setidaknya bernilai 3 (dasar) Departemen Logistik Departemen ini melaksanakan pekerjaan dalam bidang logistik dengan target indikator kinerja sebagai berikut: - Keakuratan penyimpanan data inventory (rata-rata): 95% minimum - Keberadaan material: 100% mengacu pada Master Production Schedule (Tier 3) dibahas oleh Manajemen Program - Waktu tunggu jasa material: maksimum 2 hari dari menerima permintaan produksi - Pengepakan dan pengiriman: 2 hari setelah menerima semua dokumen dari program
Departemen Keuangan Depatemen ini melaksanakan pekerjaan dalam bidang keuangan dengan target indikator kinerja sebagai berikut: - Waktu tunggu Letter of Credit atau proses pembayaran dengan transfer: 3 hari maksimum setelah menerima permintaan pembayaran dari Logistik - Menerima pembayaran konsumen (account receivable): 1 bulan maksimum setelah waktu yang ditetapkan.
107
Departemen Quality Control Departemen ini melaksanakan penjaminan dan pemeriksaan kualitas pada proses produksi dan materialnya, serta melaksanakan kualifikasi/sertifikasi fasilitas dan personil produksi, dengan target indikator kinerja sebagai berikut: - Ketidak-sesuaian persyaratan pelanggan: 0,5% maksimum untuk produk yang akan dikirim - Kesiapan melakukan pengukuran dan pengujian peralatan: maksimum 3 hari sebelum waktunya - Proses realisasi jadwal yang mendukung sertifikasi: minimum 95% sesuai yang
telah direncanakan.
IV.2 Pengembangan Model Pengukuran Kinerja Sistem Rantai Pasok Berbasis SCOR Pengembangan model pengukuran kinerja sistem rantai pasok dilakukan dengan mengacu pada indikator kinerja SCOR, dengan memodifikasinya menurut indikator kinerja di Direktorat Aerostructure PT.Dirgantara Indonesia (Ae-PT.DI) dan dengan mempertimbangkan kemudahan segi implementasinya. Sistem pengukuran kinerja yang dibangun adalah untuk Ae-PT.DI dengan tidak memasukkan Quality Objective departemen sebagai unit fungsional tetapi Quality Objective tingkat Direktorat karena Ae-PT.DI dianggap sebagai sebuah sistem rantai pasok yang terdiri dari proses-proses SCOR.
Sistem rantai pasok Ae-PT.DI mencakup lima proses SCOR, yaitu Plan, Source, Make, Deliver dan Return. Plan dilaksanakan oleh departemen program masingmasing di Divisi Business Integration. Source, Delivery dan Return dilaksanakan oleh departemen logistik di Divisi Resource Management. Sementara Make dilaksanakan oleh departemen-departemen di Divisi Operation. Sistem rantai pasok Ae-PT.DI selain dilaksanakan oleh departemen-departemen tersebut juga didukung oleh departemen-departemen lainnya sebagai suatu kesatuan sistem rantai pasok. Khusus untuk proses Source Return dan Deliver Return pelaksanaannya tergantung dari efisiensi biaya. Untuk material cacat dengan nilai relatif kecil, pemasok memilih untuk menggantinya dengan material yang baru
108
dan tidak meminta material cacat yang seharusnya dikirim kembali. Demikian pula untuk produk Ae-PT.DI yang seharusnya dikembalikan karena cacat, untuk efisiensi maka pelanggan yang memperbaiki sendiri produk cacat tersebut atas biaya Ae-PT.DI, namun bisa juga atas permintaan pelanggan dikirim teknisi untuk memperbaiki produk yang cacat tersebut.
Pengembangan model pengukuran kinerja sistem rantai pasok berbasis SCOR di Ae-PT.DI dilakukan dengan melakukan penyederhanaan, penambahan dan penyesuaian indikator-indikator kinerja agar model pengukuran kinerja sistem rantai pasok berbasis SCOR untuk Ae-PT.DI tersebut dapat lebih implementatif dalam melakukan pengukuran kinerjanya. Usulan modifikasi pada indikator kinerja tingkat 1 dan indikator kinerja tingkat 2 disampaikan pada Tabel IV.1. di bawah ini.
109
Tabel IV.1. Penyesuaian Model Pengukuran Kinerja Sistem Rantai Pasok Ae-PT.DI Berbasis SCOR SCOR
No. Indikator Tingkat 1
1
Perfect Order Fulfillment
Indikator Tingkat 2 % of Orders Delivered in Full Delivery Performance to Customer Commit Date Documentation Accuracy
Ae-PT.DI Indikator Tingkat 1
Indikator Tingkat 2 Total Delivery On Time Delivery
Perfect Order Fulfillment
Perfect Condition
2
Order Fulfillment Cycle Time
Upside Supply Chain Flexibility
3
Upside Supply Chain Adaptability
Source Cycle Time Make Cycle Time Deliver Cycle Time Upside Source Flexibility Upside Make Flexibility Upside Deliver Flexibility Upside Source Return Flexibility Upside Deliver Return Flexibility Upside Source Adaptability Upside Make Adaptability Upside Deliver Adaptability Upside Source Return Adaptability Upside Deliver Return Adaptability
Order Fulfillment Cycle Time
Source Cycle Time Make Cycle Time Deliver Cycle Time
Available Assembly Capacity
Available Capacity
Penyesuaian yang Dilakukan
Available Fabrication Capacity
Indikator Kinerja % of Orders Delivered in Full di Ae-PT.DI dinamakan Total Delivery Indikator Kinerja Delivery Performance to Costumer Commit Date di Ae-PT.DI dinamakan On Time Delivery Dalam ke 2 indikator kinerja di atas, yang dihitung dalam Total Delivery dan On Time Delivery adalah yang mempunyai dokumen yang benar/akurat karena pada saat produk dikirim dokumentasi harus akurat. Jika dokumentasi tidak lengkap produk tidak akan dikirim. Dalam ke 2 indikator kinerja di atas, yang dihitung dalam Total Delivery dan On Time Delivery adalah yang mempunyai kondisi produk yang sempurna, karena sebelum pengiriman kualitas sudah diperiksa dan disetujui sehingga produk yang dikirim adalah produk yang bagus. Ae-PT.DI sama dengan SCOR Ae-PT.DI sama dengan SCOR Ae-PT.DI sama dengan SCOR Agilitas (ketangkasan/kegesitan) rantai pasok adalah respon perusahaan dalam menanggapi perubahan pasar untuk mendapatkan atau memelihara keunggulan kompetitif. Indikator kinerja SCOR untuk Fleksibilitas Rantai Pasok Bagian Atas (Hulu) adalah jumlah hari yang diperlukan untuk mencapai peningkatan kuantitas sebesar persentase tertentu yang tidak terencana dalam kuantitas yang dikirim. Sedangkan untuk Adaptabilitas Rantai Pasok Bagian Atas (Hulu) adalah maksimum peningkatan persentase dalam kuantitas yang dikirim yang dapat dicapai dalam jumlah hari tertentu. Indikator Kinerja Fleksibilitas/Adaptabilitas Rantai Pasok Bagian Atas dimodifikasi dengan menggunakan Available Capacity. Apabila terjadi penambahan permintaaan pasar dilakukan perhitungan Available Capacity, jika masih mencukupi, maka sistem rantai pasok perusahaaan masih mempunyai agilitas yang baik terhadap penambahan permintaan pelanggan dan permintaan penambahan pesanan tersebut akan diterima. Dalam menentukan pesanan tersebut diterima atau tidak, ada 2 jenis Available Capacity yang dihitung yaitu untuk Assembly yang kemudian dilanjutkan perhitungan Available Fabrication Capacity.
110
Tabel IV.1. (Lanjutan) SCOR
No.
Indikator Tingkat 1
Downside Supply Chain Adaptability
4
Supply Chain Management Cost
Cost of Goods Sold
Indikator Tingkat 2 Downside Source Adaptability Downside Make Adaptability Downside Deliver Adaptability
Management Cost to Plan Management Cost to Source Management Cost to Make Management Cost to Deliver Management Cost to Return Cost to Make
Ae-PT.DI Indikator Tingkat 1
Penyesuaian yang Dilakukan
Indikator Tingkat 2 Adaptabilitas Rantai Pasok Bagian Bawah (Hilir) adalah pengurangan dalam kuantitas pesanan pada jumlah hari tertentu sebelum pengiriman dengan tanpa kerugian persediaan atau biaya. Di Ae-PT.DI pesanan tidak pernah dikurangi karena rate pesanan relatif konstan sesuai kontrak, dan pengurangan kuantitas pesanan ini diatur dalam persyaratan kontrak sehingga bila hal di atas terjadi tidak merugikan masing-masing pihak. Oleh karena itu indikator ini dihilangkan karena di Ae-PT.DI tidak pernah terjadi kasus pengurangan pesanan. Marketing and Sales Expensess
Operating Expenses General and Administration Expenses
Cost of Goods Sold
Rejection Rate of Part/Component Manufacturing
Production Efficiency
Biaya Manajemen Rantai Pasok di Ae-PT.DI sulit dipisahkan untuk Plan, Source, Make, Deliver dan Return. Indikator ini di Ae-PT.DI dinamakan Operating Expenses, yang merupakan biaya pelayanan yang terdiri dari biaya pemasaran dan penjualan serta biaya umum dan administrasi.
Rejection Rate dimasukkan sebagai indikator kinerja tingkat 2 karena hubungannya dengan biaya adalah banyak part/komponen yang harus dilakukan perbaikan (rework) atau tidak dipakai (scrap) sehingga terjadi pemborosan material, tenaga kerja, mesin dan waktu, serta keterlambatan pengiriman untuk penggantian yang terjadi mengakibatkan Ae-PT.DI dikenai denda oleh pelanggan. Production Efficiency ditambahkan juga karena jika produksi efisien terjadi penghematan biaya.
111
Tabel IV.1. (Lanjutan)
No.
Indikator Tingkat 1
SCOR Indikator Tingkat 2
Ae-PT.DI Indikator Indikator Tingkat Tingkat 1 2
Penyesuaian yang Dilakukan
Ae-PT.DI sama dengan SCOR Cash-to-Cash Cycle Time
5 Return on Supply Chain Fixed Assets
Return on Working Capital
Days Sales Outstanding Inventory Days of Supply Days Payable Outstanding Supply Chain Revenue Cost of Goods Sold Supply Chain Fixed Assets Supply Chain Management Costs Accounts Receivable (Sales Outstanding) Accounts Payable (Payables Outstanding) Inventory Supply Chain Managementt Costs Supply Chain Revenue Cost of Goods Sold
Cash-to-Cash Cycle Time
Return on Supply Chain Fixed Assets
Return on Working Capital
Days Sales Outstanding Inventory Days of Supply Days Payable Outstanding Supply Chain Revenue Cost of Goods Sold Supply Chain Fixed Assets Operating Expenses Accounts Receivable (Sales Outstanding) Accounts Payable (Payables Outstanding) Inventory Operating Expenses Supply Chain Revenue Cost of Goods Sold
Ae-PT.DI sama dengan SCOR Ae-PT.DI sama dengan SCOR Indikator ini di Ae-PT.DI sama dengan Sales Ae-PT.DI sama dengan SCOR Indikator ini di Ae-PT.DI sama dengan Ae-PT.DI Fixed Assets Indikator ini di Ae-PT.DI dinamakan Operating Expenses Ae-PT.DI sama dengan SCOR
Ae-PT.DI sama dengan SCOR
Ae-PT.DI sama dengan SCOR Indikator ini di Ae-PT.DI dinamakan Operating Expenses Indikator ini di Ae-PT.DI sama dengan Sales Ae-PT.DI sama dengan SCOR
112
Usulan framework pengembangan model pengukuran kinerja sistem rantai pasok berbasis SCOR untuk Ae-PT.DI digambarkan dalam gambar IV.4 di bawah ini.
Total Delivery Perfect Order Fulfillment
Reliability
Order Fulfillment Cycle Time
Responsiveness
Available Capacity
Agility
On Time Delivery
Source Cycle Time
Make Cycle Time
Deliver Cycle Time Available Assembly Capacity Available Fabrication Capacity Marketing and Sales Expenses General and Administration Expenses Rejection Rate of Part/ Component
Operating Expense Supply Chain Costs
Cost of Goods Sold Supply Chain Performance
Production Efficiency
Days Sales Outstanding Supply Chain Revenue
Cost of Goods Sold
Operating Expense
Supply Chain Revenue
Cost of Goods Sold
Inventory Days of Supply
Cash-to-Cash Cycle Time
Days Payable Outstanding Net Income
Return on Supply Chain Fixed Assets
Supply Chain Fixed Assets
Net Income Supply Chain Asset Management
Operating Expense Return on Working Capital
Account Receivable (Sales Outstanding) Inventory
Working Capital
Account Payable (Payable Outstanding)
Keterangan: Atribut atau indikator kinerja yang dilakukan pembobotan
Gambar IV.5. Framework model pengukuran kinerja sistem rantai pasok Ae-PT.DI berbasis SCOR
113
IV.2.1 Model Matematis Pada sub-bab ini akan dibangun model matematis yang dilakukan melalui tahapan yang dimulai dari penentuan asumsi, notasi yang terdiri dari parameter dan variabel dan dilanjutkan dengan langkah – langkah pembentukan model matematis.
IV.2.1.1 Asumsi Model Asumsi yang digunakan adalah: 1. Pengaruh indikator kinerja (variabel) bersifat satu arah, yaitu dari tingkat yang di bawah ke tingkat di atasnya dan tidak ada pengaruh di antara indikator kinerja dalam satu tingkat (independen). 2. Tidak ada pengaruh inflasi pada nilai dari data keuangan sehingga jika terjadi peningkatan biaya disebabkan oleh peningkatan biaya dari Ae-PT.DI sendiri.
IV.2.1.2 Notasi (Parameter, Variabel) Notasi parameter yang digunakan untuk mengembangkan model:
Tabel IV.2 Parameter yang Digunakan dalam Model No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Deskripsi Bobot Reliability terhadap Supply Chain Performance Bobot Responsiveness terhadap Supply Chain Performance Bobot Agility terhadap Supply Chain Performance Bobot Supply Chain Costs terhadap Supply Chain Performance Bobot Supply Chain Asset Management terhadap Supply Chain Performance Bobot Cash-to-Cash Cycle Time terhadap Supply Chain Asset Management Bobot Return on Supply Chain Fixed Assets terhadap Supply Chain Asset Management Bobot Return on Working Capital terhadap Supply Chain Asset Management Bobot Total Delivery terhadap Perfect Order Fulfillment Bobot On Time Delivery terhadap Perfect Order Fulfillment Bobot Available Assembly Capacity terhadap Available Capacity Bobot Available Fabrication Capacity terhadap Available Capacity Bobot Rejection Rate of Part/Component Manufacturing terhadap Cost of Goods Sold Bobot Production Efficiency terhadap Cost of Goods Sold
Notasi a1 a2 a3 a4 a5 b1 b2 b3 c1 c2 d1 d2 e1 e2
114
Notasi yang digunakan untuk menjelaskan variabel dalam model matematis:
Tabel IV.3 Variabel yang Digunakan dalam Model No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Deskripsi Supply Chain Performance Reliability Responsiveness Agility Supply Chain Costs Supply Chain Asset Management Perfect Order Fulfillment Order Fulfillment Cycle Time Available Capacity Operating Expenses Cost of Goods Sold Cash-to-Cash Cycle Time Return on Supply Chain Fixed Assets Return on Working Capital Total Delivery On Time Delivery Source Cycle Time Make Cycle Time Deliver Cycle Time Available Assembly Capacity Available Fabrication Capacity Marketing and Sales Expenses General and Administration Expenses Rejection Rate of Part/Component Manufacturing Production Efficiency Days Sales Outstanding Inventory Days of Supply Days Payable Outstanding Supply Chain Revenue Supply Chain Fixed Assets Accounts Receivable Accounts Payable Inventory
Notasi F RL RS AG CO AM RL1 RS1 AG1 CO11 CO12 AM11 AM12 AM13 RL21 RL22 RS21 RS22 RS23 AG21 AG22 CO21 CO22 CO23 CO24 AM21 AM22 AM23 AM24 AM25 AM26 AM27 AM28
IV.2.1.3 Langkah-langkah Pembentukan Model Matematis Dari framework pengembangan pengukuran kinerja sistem rantai pasok pada gambar IV.4 dibuat model matematisnya dengan langkah – langkah sebagai berikut:
115
1. Menentukan performansi rantai pasok. Supply Chain Performance (F) merupakan fungsi dari atributnya yaitu Reliability (RL), Responsiveness (RS), Agility (AG), Supply Chain Costs (CO) dan Supply Chain Asset Management (AM) yang ditentukan dengan menggunakan bobot (a) untuk menentukan derajat kepentingannya.
F = f(RL, RS, AG, CO, AM)
.... (IV.1)
F = (a1 x RL) + (a2 x RS) + (a3 x AG) + (a4 x CO) + (a5 x AM)
.... (IV.2)
2. Menentukan performansi atribut dan indikator kinerja tingkat 1. a. Menentukan Reliability Reliability (RL) = Perfect Order Fulfillment (RL1) RL = RL1 •
.... (IV.3)
Perfect Order Fulfillment (RL1) = (bobot (c1) x Total Delivery (RL21)) + (bobot (c2) x On Time Delivery (RL22)) RL1 = (c1 x RL21) + (c2 x RL22)
.... (IV.4)
b. Menentukan Responsiveness Responsiveness (RS) = Order Fulfillment Cycle Time (RS1) RS = RS1 •
.... (IV.5)
Order Fulfillment Cycle Time (RS1) = Source Cycle Time (RS21) + Make Cycle Time (RS22) + Deliver Cycle Time (RS23) RS1 = RS21 + RS22 + RS23
…. (IV.6)
c. Menentukan Agility Agility (AG) = Available Capacity (AG1) AG = AG1 •
.... (IV.7)
Available Capacity (AG1) = (bobot (d1) x Available Assembly Capacity (AG21)) + (bobot (d2) x Available Fabrication Capacity (AG22)) AG1 = (d1 x AG21) + (d2 x AG22)
.... (IV.8)
116
d. Menentukan Supply Chain Costs Costs (CO) = Operating Expenses (CO11) + Cost of Goods Sold (CO12) CO = CO11 + CO12 •
.... (IV.9)
Operating Expenses (CO11) = Marketing and Sales Expenses (CO21) + General and Adiministration Expenses (CO22) CO11 = CO21 + CO22
•
....( IV.10)
Cost of Goods Sold (CO12) = (bobot (e1) x Rejection Rate of Part/Component Manufacturing (CO23)) + (bobot (e2) x Production Efficiency (CO24)) CO12 = (e1 x CO23) + (e2 x CO24)
....( IV.11)
e. Menentukan Supply Chain Asset Management Asset (AM) = (bobot (b1) x Cash-to-Cash Cycle Time (AM11)) + (bobot (b2) x Return on Supply Chain Fixed Assets (AM12)) + (bobot (b3) x Return on Working Capital (AM13)) AM = (b1 x AM11) + (b2 x AM12) + (b3 x AM13) •
.... (IV.12)
Cash-to-Cash Cycle Time (AM11) = Days Sales Outstanding (AM21) + Inventory Days of Supply (AM22) - Days Payable Outstanding (AM23) AM11 = AM21 + AM22 - AM23
•
.... (IV.13)
Return on Supply Chain Fixed Assets (AM12) = (Supply Chain Revenue (AM24) - Cost of Goods Sold (CO12) – Operating Expenses (CO11)) : Supply Chain Fixed Assets (AM25) AM12 = (AM24 - CO12 – CO11) : AM25
•
.... (IV.14)
Return on Working Capital (AM13) = (Supply Chain Revenue (AM24)) - Cost of Goods Sold (CO12) – Operating Expenses (CO11)) : (Accounts Receivable (AM26) + Inventory (AM28) - Accounts Payable (AM27)) AM13 = (AM24 – CO12 – CO11) : (AM26 + AM28 – AM27)
.... (IV.15)
3. Indikator kinerja tingkat 2 memiliki satuan yang berbeda-beda, oleh karena itu, diperlukan penyetaraan satuan dengan mengubah indikator kinerja tingkat 1 menjadi rasio (%) agar terdapat persamaan dimensi pada model matematis dimana atribut akan mengikuti menjadi rasio dan supply chain performance
117
juga dinyatakan dalam %. Indikator kinerja tingkat 2 tetap pada satuan semula karena merupakan variabel yang dicari nilainya melalui pengumpulan data. Selain itu perlu dilakukan normalisasi agar terdapat interpretasi yang sama untuk keseluruhan indikator kinerja maupun atribut agar nilai yang diperoleh semakin besar maka supply chain performance akan semakin baik yaitu dengan menggunakan rumus 1/x dimana x adalah indikator kinerja tingkat 1 yang dinormalisasi.
Tabel IV.4 Normalisasi Indikator Kinerja Tingkat 1 No.
Atribut
1.
Reliability
2.
Responsiveness
3.
Agility
Indikator Tingkat 1 Perfect Order Fulfillment Order Fulfillment Cycle Time
Available Capacity
Operating Expenses 4.
Supply Costs
Chain
Cost of Goods Sold
Indikator Tingkat 2
Normalisasi
Total Delivery On Time Delivery Source Cycle Time Make Cycle Time Deliver Cycle Time
-
Satuan Indikator Tingkat 1 % %
Order Fulfillment Cycle Time = 1 x 100 % {(Source Cycle Time + Make Cycle Time + Deliver Cycle Time) : Standard Order Fulfillment Cycle Time} -
Available Assembly Capacity Available Fabrication Capacity Marketing and Operating Expenses = Sales Expenses 1
%
%
%
% x 100 %,
General and {(Marketing and Sales Expenses + General and Administration Expenses) Administration : Sales} Expenses dimana Operating Expenses : Sales merupakan rumus Operating Expenses Ratio (Willis, 2003). Rejection Rate of 1 Part/ Component Rejection Rate of Part/Component Production Efficiency
% %
118
Tabel IV.4 (Lanjutan) No.
Atribut
Indikator Tingkat 1
Cash-to-Cash Cycle Time
Return on Supply Chain Fixed Assets 5.
Supply Chain Asset Management
Return on Working Capital
Indikator Tingkat 2
Normalisasi
Days Sales Outstanding Inventory Days of Supply Days Payable Outstanding Supply Chain Revenue Cost of Goods Sold Supply Chain Fixed Assets Operating Expenses Accounts Receivable (Sales Outstanding) Accounts Payable (Payables Outstanding) Inventory Operating Expenses Supply Chain Revenue Cost of Goods Sold
Satuan Indikator Tingkat 1
Cash-to-Cash Cycle Time = 1 x 100 % {(Days Sales Outstanding + Inventory Days of Supply - Days Payable Outstanding) : Standard Cash-to-Cash Cycle Time}
%
% -
%
-
4.2.1.4 Formulasi Model Matematis Dari persamaan (V.1) sampai (V.15) serta tabel IV.4, maka model matematisnya adalah sebagai berikut:
a. Indikator Kinerja Tingkat 1 RL1 = (c1 x RL21) + (c2 x RL22) RS1 =
1 (RS21 + RS22 + RS23) : Waktu Standar Siklus Pemenuhan Pesanan
AG1 = (d1 x AG21) + (d2 x AG22) CO11 =
1
x 100%
{(CO21 + CO22) : Sales} CO12 = (e1 x 1/CO23) + (e2 x CO24)
x 100 %
119
AM11 =
1
x 100 %
{(AM21 + AM22 - AM23) : Waktu Standar Siklus Kas-ke-Kas} AM12 = {(AM24 - CO12 – CO11) : AM25} x 100 % AM13 = {(AM24 – CO12 – CO11) : (AM26 + AM28 – AM27)} x 100 %
b. Atribut RL = RL1 RS = RS1 AG = AG1 CO = CO11 + CO12 AM = (b1 x AM11) + (b2 x AM12) + (b3 x AM13)
c. Supply Chain Performance F = (a1 x RL) + (a2 x RS) + (a3 x AG) + (a4 x CO) + (a5 x AM)
IV.2.2 Menghitung Bobot dengan AHP Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dihitung nilai bobot yang ada dengan menggunakan pairwise comparison pada metode AHP seperti yang telah dijelaskan pada sub-bab II.6 dan diselesaikan dengan menggunakan software expert choice.