BAB III DATA PERANCANGAN 3.1. Tabel Data Perancangan
Sifat Data Rincian Data
Manfaat Data
Kesiapan Data
Dalam Perancangan Utama
Sudah
Penunjang
Data Objek Dan Teknik Perancangan Pedoman Spesifikasi
√
Membuat
√
Karya Rak buku Book shelves
multifungsi
Sumber Inspirasi Dalam Referensi Model
√
Menciptakan Karya Desain
Book shelves
Rak buku
√
Belum
Bahan Baku Material Rotan sintetis
Pengolahan √
Rotan sintetis
√
Menentukan Buku Pedoman Ukuran
Ukuran furnitur √
Berdasarkan
√
Ukuran manusia pada aktivitasnya Antropometri dan Ergonomik Di dasarkan pada material Teknik Finishing Rotan sintetis
yang tersedia √
√
Tabel.2 Data proses perancangan Sumber : Suhaela Mustafa, 2014
3.2. Proses Dan Strategi Perancangan Focus utama dari eksplorasi struktur dan kombinasi material yang dilakukan ini adalah untuk mendapatkan inovasi yang mampu mengangkat citra dan nilai produk furnitur rotan sintetis dengan pendekatan desain yang mangacu pada empat faktor utama, yaitu: klasik, efesiensi, estetis dan fungsional. Konsep desain yang dikembangkan dalam eksplorasi ini di buat dengan mempertimbangkan batasan-batasan desain dan segi karakteristik material rotan sintetis itu sendiri. Dalam stratgi desain perancangan ini pengolahan rotan sintetis menjadi gagasan utama dalam perancangan furnitur ini. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dilakukan beberapa metode penelitian, yaitu: eksperimen terhadap struktur dan material, studi literaturterkait, dan survey lapangan. Dengan melakukan metode tersebut maka dapat dilakukan analisis terhadap data-data yang dihasilkan untuk mendapatkan peluang pengembangan desain sesuai tujuan yang diharapkan.
Tabel.3 Proses Dan Strategi Perancangan Sumber : Suhaela Mustafa, 2014
3.3. Identifikasi Rotan Sintetis Rotan sintetis identik dengan bentuknya yang seperti bilah-bilah rotan dan panjangnya dalam satu gulungan bisa mencapai puluhan meter, serta memiliki banyak pilihan tekstur, warna dan bentuk. Rotan sintetis ini menggunakan 100% bahan High Density Polyethylene (HDPE) dan 100% dapat di daur ulang dan non-toxic (tidak beracun). Bahan ini tidak memiliki placticizer (pelembut) seperti PVC sehingga memenuhi standar. Bahan rotan sintetis biasa dijual perkilo, dengan 1 kilogram (tipe tertentu) yang bisa memiliki panjang hingga puluhan meter yang cukup untuk membuat satu set kursi di ruang keluarga. Bahan yang banyak dengan kualitas terjaga, bisa membuat rotan sintetis terlihat konsisten dalam pemakaian warna dan teksturnya. Sistem extrusion dalam pembuatan serat rotan ini membuat kualitas rotan sintetis dapat terhitung dan terkontrol. Karakter rotan sintetis pun harus menjadi perhatian. Misalnya seperti ; memperhatikan beauty, durability, dan consistency, serta memperhatikan detail permukaan serat rotan sintetis yang bisa menimbulkan sensasi yang sama dengan rotan asli pada indera perasa. Bahan ini dijual perkilo, dengan 1 kilogram (tipe tertentu) bisa memiliki panjang hingga puluhan meter. Cukup untuk membuat satu set kursi di ruang keluarga. Bahan yang banyak dengan kualitas terjaga, bisa membuat rotan sintetis terlihat konsisten dalam pemakaian warna dan teksturnya. Sistem extrusion dalam pembuatan serat rotan ini membuat kualitas rotan sintetis dapat terhitung dan terkontrol.
Gambar.4 Jenis warna dan tekstur rotan sintetis Sumber : Jualrotan.wordpress.com
Gambar.5 Jenis warna dan tekstur rotan sintetis Sumber : indonetwork.co.id
Gambar.6 Nama jenis anyaman dan tekstur rotan sintetis Sumber : Suhaela Mustafa, 2014
3.4. Perbedaan Rotan Alam Dan Rotan Sintetis
Tabel.4 Data perbandingan antara bahan rotan sintetis dengan rotan alam Sumber : Suhaela Mustafa, 2014
3.5. Prinsip Desain
Dalam perancangan furniture rak buku multifungsi, yaitu penggabungan antara rak buku dan daybed ini tidak terlepas dari prinsip-prinsip desain,
karena prinsip desain
merupakan aturan dasar yang harus diikuti guna mendapatkan desain yang baik dan benar. Menurut Adi Kusrianto (2007) prinsip-prinsip desain sebagai berikut : a. Keseimbangan Tujuan utama sebuah karya desain adalah menarik dilihat. Bentuk keseimbangan yang sederhana adalah keseimbangan Simetris yang terkesan resmi atau formal, sedangkan keseimbangan Asimetris terkesan informal dan lebih dinamis. Keseimbangan mempunyai 2 pangkal pokok metoda yang biasa dipakai: keseimbangan Simetris yaitu keseimbangan berdasarkan pengukuran dari pusat yang menyebar ke arah sisi dan kanan. Keseimbangan Asimetris yang merupakan pengaturan yang berbeda dengan berat benda yang sama disetiap sisi bentuk. Warna, nilai, ukuran dan tekstur dapat digunakan sebagai unsur balancing. Fungsi dari keseimbangan akan lebih terlihat ketika menyatukan pandangan pada sebuah kesatuan (unity) desain yang utuh, sehingga tidak tertangkap kesan berat sebelah, penuh sebelah, ramai sebelah dan seterusnya. Hal itu disebabkan setiap elemen pada susunan visual telah ditentukan oleh ukurannya, ketebalan atau keringanan. Keseimbangan dipengaruhi berbagai faktor, antara lain yaitu; faktor tempat posisi suatu elemen, perpaduan antar elemen, besar kecilnya elemen, dan kehadiran elemen pada luasnya bidang. Keseimbangan akan terjadi bila elemen-elemen ditempatkan dan disusun dengan serasi atau sepadan. Dengan kata lain, bila bobot elemen-elemen itu setelah disusun memberi kesan mantap dan tepat pada tempatnya.
b. Kesatuan Prinsip kesatuan atau unity ( pakar lain menyebutkan Proximity atau kedekatan ) adalah hubungan antara elemen-elemen desain yang semula berdiri sendiri serta memiliki ciri-ciri sendiri yang disatukan menjadi satu kesatuan yang akan memiliki fungsi baru dan utuh. Kesatuan merupakan prinsip desain yang diartikan sebagai keteraturan tatanan diantara bagian-bagian suatu karya. Kesatuan dalam desain merupakan pembentukan unsur-unsur keseimbangan, keteraturan, kelarasan dan perpaduan yang masing-masing saling mengisi dan menimbang. Kesatuan bertindak sebagai faktor pengaman untuk mencapai keserasian seluruh rancangan penyajian. c. Irama Pola berulang menghasilkan Rhythm / Irama, hal itu dihasilkan dan dibuat oleh unsurunsur yang berbeda-beda dengan pattern yang berirama dan unsur serupa serta konsisten yang mungkin dengan variasi (perubahan dalam bentuk, ukuran, posisi atau elemen) yang menjadi kunci untuk visual ritme. Ritme terjadi karena adanya pengulangan pada bidang/ruang yang dapat merasakan adanya perakan, getaran, atau perpindahan dari unsur satu ke unsur lain. Gerak dan pengulangan tersebut mengajak mata mengikuti arah gerakan yang terjadi pada sebuah karya. d. Penekanan Pada setiap desain dan tata letak mempuyai sebuah stressing (penekanan) dan "keyword" sebagai bagian titik tolak perhatian dari khalayak. Tujuan utama dalam pemberian penekanan (emphasis) adalah untuk mengarahkan pandangan pembaca pada suatu yang ditonjolkan. Emphasis dapat dicapai misalnya mengganti ukuran, bentuk, irama dan arah dari unsur-unsur karya desain. Dalam penciptaan desain tidak seharusnya elemen yang ada menonjol semuanya, dalam artian sama kuatnya, sehingga terlihat ramai dan informasi atau apa yang akan disampaikan/dikomunikasikan akan menjadi tidak jelas.
3.6. Objek Referensi Dan Inspirasi Rak buku
Gambar.7 Referensi bentuk rak buku Sumber : www.bonjourlife.com
Gambar.8 Referensi bentuk rak buku Sumber : www.pinterest.com
Gambar. 9 Referensi bentuk rak buku Sumber : www.hometrendesign.com
Gambar.10 Referensi bentuk rak buku Sumber : www.freshome.com
Gambar.11 Referensi bentuk rak buku Sumber : www.mzvirgo.com
3.7. Teori Antopometri Dalam proses perancangan sebuah desain rak buku yang sekaligus mencakup fasilitas untuk membaca buku, diperlukan pengukuran secara Antropometri. Human Factor Design Handbook yang ditulis oleh E. Wesley Woodson terbitan 1981. perhitungan yang dibutuhkan mencakup beberapa faktor, yaitu tinggi tubuh manusia, panjang kaki, lebar panggul dan lebar pundak. 3.8. Posisi duduk Dalam posisi duduk, tekanan pada tulang punggung 40% lebih besar dibanding saat berdiri. Jika posisi duduk tidak tepat, maka punggung akan lebih menderita. Tulang punggung termasuk dalam bagian tubuh yang bekerja keras setiap hari. Bukti paling nyata adalah kebiasaan duduk dengan postur tubuh yang salah dan cenderung membungkuk. Maka dalam posisi yang baik dan nyaman, biasakan untuk duduk dalam sudut 135 derajat. Posisi tersebut akan mengurangi tekanan pada dis di tulang punggung sehingga kemiringan bisa dicegah dan pastikan kursi dapat mendukung lengkungan yang tepat untuk punggung.
Gambar.12 Bentuk posisi duduk secara antropometri Sumber : Suhaela Mistafa, 2014
3.8.1. Tepmpat Duduk Tempat duduk terdiri atas kursi dan sofa, kursi yang nyaman bergantung pada ketinggian dan kedalaman dudukan serta sandaran punggung yang tepat. Sandaran punggung sebaiknya dibuat tidak rata dan disesuaikan dengan ergonomik tubuh manusia. Perlu diperhatikan bahwa terdapat perbedaan dimensi sandaran antara standar internasional dan standar Indonesia. Tinggi tempat duduk internasional sekitar 90-96 cm, sedangkan untuk Indonesia sekitar 88-90 cm (lebih pendek). Bila penggunaan kursi ditujukan untuk keduanya, dapat diambil ambang tengah sekitar 90 cm. 3.8.2. Sofa Sofa harus memiliki dua fungsi, yaitu untuk tempat duduk dan posisi hampir berbaring. Ukuran kedalaman dudukan sofa sekitar 58 cm, sedangkan tempat untuk posisi hampir berbaring dibutuhkan sekitar 75-85 cm sehingga harus menggunakan bantalan besar atau jok yang dapat dilepas untuk mengurangi kedalaman. Lebar sofa biasanya sekitar 160 cm, untuk lebar dalam ditambah sandaran tangan 15 cm di kedua sisinya. Lebar keseluruhannya menjadi sekitar 190 cm.
Gambar.13 ukuran Sofa Sumber : www.angieparameswari.blogspot.com
3.9. Teknik Rotan Sintetis Rotan sintetis merupakan material yang luas cakupan penggunaanya. Hal ini pasti sangat mempengaruhi bagaimana proses rotan sintetis tersebut diolah guna memenuhi suatu kebutuhan. Teknik rotan sintetis atau teknik pengolahan rotan sintetis merupakan dasar yang perlu diketahui oleh para desainer dan pengerajin rotan sintetis guna membuka peluang sebesar-besarnya untuk mengolah rotan sintetis menjadi sesuatu yang lebih inovatif. Teknik pengolahan rotan sintetis meliputi proses pemilihan, pembentukan, penganyaman hingga proses penyelesaian (finishing). Proses pengolahan rotan sintetis dapat dikatakan sederhana, tetapi hal tersebut sangat bergantung pada tujuan yang ingin dicapai.
3.10.
Proses Produksi Proses produksi bisa dinyatakan sebagai sekumpulan aktivitas yang diperlukan untuk
merubah satu kumpulan masukan (human,resources, material, energy, information dan lain-lain) yang menjadi produk keluaran (finished product atau service) yang memiliki nilai lebih (Wignjosoebroto, 1993). Proses produksi yang dilakukan melaui beberapa tahapan adalah : 3.10.1.
Kerangka Material (Frame)
Proses pertama, aluminium frame diukur dan dipotong-potong sesuai dengan ukuran desain, kemudian proses selanjutnya adalah potongan-potongan aluminium dibentuk dengan cara di las sehingga jadilah kerangka dasar.
Gambar.14 mesin pemotongan besi alumunium Sumber : www.dwimakmurteknik.com
3.10.2. Sambungan Las (Welding) Cara menyambung alumunium adalah dengan menggunakan las listrik yang diarahkan ke permukaan alumunium yang disambung. Bagian yang terkena busur listrik tersebut mencair, demikian juga elektroda yang menghasilkan listrik mencair pada ujungnya dan merambat terus sampai habis. alumunium cair dari elektroda dan dari sebagian benda yang disambung tercampur dan mengisi celah dari kedua alumunium yang disambung, kemudian membeku dan tersambung dengan kuat.
Gambar.15 Mesin las besi untuk pembentukan kerangka dasar Sumber : www.bengkelas-info.com 3.10.3.
Penghalusan (Rarefaction)
Setelah proses pengelasan selesai, dilakukan penghalusan rangka pada bekas-bekas pengelasan dengan mesin gerinda. Mesin gerinda merupakan salah satu jenis alat untuk menghasilkan permukaan yang halus dengan mata potongan yang berjumlah sangat banyak yang digunakan untuk mengasah/mengikis alumunium.
Gambar.16 Mesin penghalus permukaan besi Sumeber : www.rentalalatbengkel.blogspot.com
3.10.4.
Pewarnaan (Coloring)
Setelah proses penghalusan selesai, dilakukan pengecatan rangka aluminium frame, warna cat disesuaikan dengan warna bahan anyaman rotan sintetis yang akan di aplikasikan. Cat untuk rangka alumunium menggunakan Aluminium Paint. Aluminium Paint adalah jenis cat pelapis yang terbuat dari dasar resin yang penuh dengan bintik-bintik aluminium solid. Resin akan membantu cat mengalir dan memberikan kekuatan dan daya tahan, sedangkan serpihan aluminium akan membuat warna cat menjadi mengkilat. Sebelum mengaplikasikan cat aluminium, permukaan yang akan dicat harus benar-benar bersih dari minyak, karat maupun kotoran lainnya. Jika hal ini tidak dilakukan maka cat tidak akan menempel sempurna sehingga lama kelamaan bisa mengelupas.
Gambar.17 Cat pelapis besi alumunium Sumber : www.ukroofingsuppiles.com
Gambar.18 Alat untuk meratakan cat Sumber : www.indonetwork.com
3.10.5.
Anyaman (Weaving)
Rotan sintetis yang sudah siap di proses, kemudian dipotong-potong sesuai dengan ukuran yang telah disesuaikan dengan rangka yang sudah dibentuk. Alat yang digunakan dalam proses ini adalah; tembak steples, gunting, martil, dan tandan. Proses pengayaman rotan sintetis ini dikerjakan secara manual. Setelah dianyam, setiap sudut dipaku menggunakan steples. G ambar.19 Guntung
Gambar.20 Alat tembak steples
Gambar.21 Martil
3.10.6. Finishing Dalam proses finishing ini akan ditambahkan bahan berupa matras untuk lapisan di bagian atas permukaan rak buku yang berfungsi untuk sandaran agar tetap terjaga kenyamanannya, serta ditambahkan bantalan karet pada bagian kaki-kaki supaya saat diletakan pada lantai tidak licin atau mudah tergeser.