BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Hatchery dan Laboratorium Akuakultur Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran (FPIK Unpad) pada bulan Juni sampai September 2013. Tahapan yang dilakukan dalam melakukan penelitian ini dimulai dari persiapan, pelaksanaan dan pengamatan (Lampiran 1). Tahapan persiapan dan pelaksaan dilaksanakan di Hatchery FPIK Unpad sedangkan tahapan pengamatan kematangan gonad dan pengamatan telur dilaksanakan di Laboratorium Akuakultur FPIK Unpad.
3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat Penelitian 1. Alat pencetak pelet untuk mencetak pakan dari campuran pelet komersial dan tepung testis sapi. 2. Blender untuk menghancurkan pelet atau pakan ikan komersial. 3. Botol kaca untuk menyimpan larutan alcohol 99%, larutan formadehid 40%, larutan asam asetat 100% dan larutan sera. 4. Cawan petri digunakan sebagai wadah gonad dan hati ikan saat ditimbang. 5. DO meter untuk mengukur oksigen terlarut (DO) air dalam Akuarium. 6. Fiber berbentuk silinder dengan diameter 100 cm dan tinggi 100 cm sebanyak 3 unit yang berisi air sebagai wadah pemeliharaan induk ikan nilem dengan volume air 235.5 liter. 7. Gelas ukur untuk mengukur volume larutan bahan pembuat larutan sera. 8. Handcounter untuk menghitung telur. 9. Kamera digital digunakan untuk dokumentasi selama kegiatan penelitian. 10. Mikroskop yang dilengkapi micrometer untuk mengamati ukuran dan posisi inti telur. 11. Object glass digunakan sebagai tempat menyimpan sampel telur yang akan diamati melalui mikroskop. 22
23 12. Peralatan aerasi (blower, selang aerasi, kran aerasi dan batu aerasi) untuk memasok oksigen ke dalam air pada setiap fiber. 13. Perlengkapan bedah untuk membedah perut ikan untuk kemudian diambil gonadnya. 14. Peralatan pengukuran kualitas air (pH meter, DO meter dan Thermometer) untuk mengukur kualitas air dalam Akuarium. 15. Toples plastik untuk menyimpan pelet atau pakan tiap perlakuan. 16. Timbangan digital untuk mengukur bobot ikan, testis sapi segar, tepung testis sapi, pellet, hati ikan dan gonad ikan.
3.2.2 Bahan Penelitian 1. Boster merk dagang progol sebagai pengikat atau binder campuran pakan komersial dengan tepung testis sapi. 2. Induk ikan nilem betina ukuran 100 – 230 g sebanyak 12 ekor sebagai ikan uji. 3. Larutan sera yang terbuat dari larutan alkohol 99%, larutan formaldehid 40% dan larutan asam asetat 100 % dengan perbandingan 6 : 3: 1 (Nurmadi 2005). 4. Pelet atau pakan komersial yang memiliki kandungan protein sebanyak 31% sebagai pakan induk ikan nilem. 5. Testis sapi segar yang diperoleh dari limbah rumah pemotongan hewan.
3.3 Tahapan Penelitian Tahapan penelitian yang dilakukan terdiri dari dua tahap yaitu tahapan persiapan dan tahapan pelaksanaan. Tahapan persiapan terdiri dari pembuatan tepung testis sapi, pembuatan pelet campuran yang terbuat dari pelet komersial dengan tepung testis sapi, persiapan induk ikan nilem, dan persiapan wadah. Sedangkan tahapan pelaksanaan terdiri dari pemberian pakan campuran, pembersihan sisa pakan dan sisa metabolisme (penyifonan), pengukuran kualitas air, pemeriksaan perkembangan gonad induk ikan nilem dan pemeriksaan fekunditas induk ikan nilem.
24 3.3.1 Persiapan Penelitian Tahapan persiapan terdiri dari pembuatan tepung testis sapi, pembuatan pelet campuran yang terbuat dari pelet komersial dengan tepung testis sapi, persiapan induk ikan nilem betina, dan persiapan alat dan wadah penelitian. a. Pembuatan Tepung Testis Sapi. Tahapan ini dilakukan untuk mendapatkan tepung testis sapi yang selanjutnya digunakan sebagai bahan penelitian. Tepung testis sapi berasal dari testis sapi segar yang merupakan limbah pemotongan sapi qurban. Testis sapi diolah menggunakan alat freeze dry (Gambar 4) dengan proses sebagai berikut: 1. Testis sapi dikuliti dan dipotong kecil-kecil. 2. Potongan testis sapi dimasukkan ke dalam labu bulat (d). 3. Bekukan etanol yang berada pada bak etanol (c) sampai suhu -80°C dengan cara menyalakan mesin (a) pada posisi "on" dan biarkan sampai mencapai suhu -80°C (dapat dilihat pada penunjuk digital yang terdapat pada mesin). Sebelum mesin dinyalakan, pastikan semua katup (e) pada ruang silinder stainless sudah pada posisi "vent" (tertutup). 4. Selanjutnya pasang labu bulat frezeedry yang berisi sampel pada slot-slot yang tersedia, kemudian katup yang sebelumnya berada pada posisi "vent" diputar hingga posisi "vacum" 5. Biarkan sampai sampel benar-benar kering (lebih kurang 20-24 jam). 6. Testis sapi yang sudah kering dikeluarkan dari gelas frezee dry dan dihaluskan menggunakan blender sampai berbentuk seperti tepung. 7. Tepung testis sapi kemudian dimasukkan ke dalam wadah (toples) dan ditutup rapat dan disimpan dalam lemari pendingin sebelum digunakan.
Gambar 5. Alat freeze dry
25 b. Pembuatan Pelet atau Pakan Campuran Tahapan ini dilakukan untuk mendapatkan pakan campuran yang selanjutnya digunakan sebagai bahan penelitian. Pakan berasal dari campuran antara pakan komersial dengan tepung testis sapi dengan dosis sesuai dengan perlakuan pada penelitian. Tahapan pembuatan pakan campuran adalah sebagai berikut: 1. Pakan komersial dihaluskan menggunakan blender. 2. Pakan komersial yang sudah halus kemudian ditambahkan dengan tepung testis sapi sesuai dengan jumlah pada setiap perlakuan. 3. Campuran pakan dan tepung testis sapi kemudian ditambahkan binder atau pengikat menggunakan boster merk dagang progol sebanyak 3% per kilogram campuran bahan pakan. 4. Campuran
adonan
kemudian
dicetak
kembali
menjadi
pelet
menggunakan alat pencetak pelet. 5. Pelet campuran kemudian disimpan pada wadah untuk selanjutnya diberikan kepada induk ikan nilem selama penelitian
c. Persiapan Induk Ikan Nilem Tahapan ini dilakukan untuk mendapatkan induk ikan nilem yang selanjutnya digunakan sebagai bahan penelitian. Induk ikan nilem yang digunakan selama penelitian yaitu induk ikan nilem betina dengan bobot 100 – 230 gram. Induk tersebut didapatkan dari Balai Pelestarian Perikanan Perairan Umum (BPPPU) Cianjur. Induk yang digunakan dalam penelitian dipijahkan terlebih dahulu secara buatan dengan menyuntikkan hormon merk dagang ovaprim dengan dosis 0,2 ml / kg bobot induk ke dalam tubuh induk ikan nilem. Sepuluh jam setelah proses penyuntikan dilakukan proses pengurutan (stripping) perut induk ikan nilem untuk mengeluarkan telur-telur yang ada pada tubuh ikan nilem tersebut. Hal tersebut bertujuan agar induk yang digunakan mempunyai tingkat kematangan gonad yang sama. Tahapan selanjutnya setelah induk ikan nilem tersebut distripping adalah tahap pemulihan kondisi ikan nilem. Tahapan tersebut bertujuan agar indukan
26 ikan nilem yang akan digunakan berada pada kondisi yang sehat dan tidak mengalami kematian pada saat dilangsungkannya penelitian. Tahapan tersebut terdiri dari pemberokan selama dua hari dan pemberian pakan selama dua minggu setelahnya.
d. Persiapan Alat dan Wadah Penelitian Tahapan ini dilakukan untuk mempersiapkan alat – alat dan wadah yang dibutuhkan selama melakukan penelitian. Alat – alat yang akan digunakan dikumpulkan pada suatu tempat agar penelitian dapat berjalan semestinya. Sebelum digunakan alat – alat penelitian dibersihkan terlebih dahulu. Wadah yang digunakan dalam penelitian terdiri dari dua jenis wadah yaitu wadah untuk menyimpan pakan berupa plastik dan wadah untuk pemeliharaan induk ikan nilem berupa tabung fiber sebanyak 3 unit dengan diameter 100 cm dan tinggi 100 cm. Sebelum digunakan fiber untuk pemeliharaan dicuci agar bebas dari kotoran dengan menggunakan deterjen, kemudian dibilas dengan air bersih dan didiamkan selama 24 jam. Masingmasing fiber kemudian diisi air. Air media penelitian kemudian diberi perlengkapan aerasi untuk menjaga agar kualitas air di dalam fiber tetap stabil.
3.3.2 Pelaksanaan Penelitian Tahapan pelaksanaan terdiri dari pemberian pakan campuran TTS dan pakan uji, pembersihan sisa pakan dan sisa metabolisme (penyifonan), pengukuran kualitas air, pemeriksaan perkembangan gonad induk ikan nilem dan pemeriksaan fekunditas induk ikan nilem. a. Pemberian Pakan Pemberian pakan untuk pemeliharaan induk ikan nilem pada penelitian kali ini dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama merupakan pemberian pakan yang merupakan campuran dari pakan uji dengan Tepung Testis Sapi (TTS) dengan jumlah yang berbeda pada setiap perlakuan sesuai dengan metode penelitian. Sedangkan pemberian pakan bagian kedua yaitu pemberian pakan uji biasa dengan kandungan protein 31 %.
27 Pemberian pakan bagian pertama dilakukan dengan frekwensi pemberian pakan satu minggu sekali yang dilakukan selama 8 minggu. Jumlah pakan yang diberikan setiap minggunya yaitu hasil dari perhitungan campuran pakan uji dan TTS masing-masing perlakuan dibagi jumlah minggu penelitian (Perhitungan pemberian pakan terdapat pada Lampiran 6, 7 dan 8). Sedangkan pemberian pakan bagian kedua dilakukan setiap hari. Pemberian pakan dilakukan 2 kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari dengan jumlah pakan yang diberikan yaitu 3% dari bobot tubuh ikan uji. Pemberian pakan campuran kepada ikan uji diaklimatisasi terlebih dahulu satu minggu sebelum penelitian. Hal tersebut bertujuan agar induk ikan nilem merespon pakan uji yang diberikan.
b. Pembersihan Sisa Pakan dan Sisa Metabolisme Ikan (Penyifonan) Ikan nilem merupakan salah satu ikan yang sensitif terhadap sanitasi lingkungan habitatnya. Jika kadar ammonia tinggi maka ikan nilem akan mengalami kematian. Oleh karena itu dalam penelitian kali ini penulis melakukan penyifonan untuk mengeluarkan sisa pakan dan sisa metabolisme yang merupakan sumber dari ammonia. Hal tersebut bertujuan untuk mengurangi kadar ammonia dalam media penelitian dan meminimalisir terjadinya kematian yang diakibatkan oleh kadar ammonia yang tinggi. c. Pengukuran Kualitas Air Parameter lingkungan yang penting pada habitat ikan nilem yaitu suhu, DO dan pH. Kelebihan maupun kekurangan nilai dalam standar parameter tersebut dapat menyebabkan kematian pada ikan tersebut. Oleh karena itu pada penelitian ini dilakukan pengukuran kualitas air untuk menjaga lingkungan ikan tersebut sesuai nilai standar yang dibutuhkan ikan tersebut untuk hidup.
d. Pemeriksaan Tingkat Kematangan Gonad Pemeriksaan tingkat kematangan gonad dilakukan dengan pengamatan terhadap posisi inti telur dan diameter >50 butir telur dari masing – masing induk betina. Diameter oosit diukur menggunakan mikroskop yang dilengkapi
28 micrometer, sebaran frekuensi oosit yang diamati kemudian dipetakan kedalam grafik. Kriteria betina yang matang gonad dan siap dilakukan pemijahan apabila modus diameter oosit sudah mencapai kisaran 1,1 mm (Subagja et al. 2006b).
3.4 Metode Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), yang terdiri dari tiga perlakuan termasuk kontrol dan empat kali ulangan. Perlakuan yang digunakan adalah sebagai berikut :
Perlakuan A (kontrol)
: Tepung testis sapi dengan jumlah 0g/kg induk. (Perhitungan terdapat pada Lampiran 6)
Perlakuan B
: Tepung testis sapi dengan jumlah 10g/kg induk. (Perhitungan terdapat pada Lampiran 7)
Perlakuan C
: Tepung testis sapi dengan jumlah 20g/kg induk. (Perhitungan terdapat pada Lampiran 8)
Model percobaan yang digunakan adalah sebagai berikut (Gaspersz 1991): Yij = µ + τi + εij Keterangan: Yij
= Nilai pengamatan perlakuan ke-i, ulangan ke-j
µ
= Rata-rata umum
τi
= Pengaruh perlakuan ke-i (A, B, C)
εij
= Pengaruh galat percobaan pada perlakuan ke-i, ulangan ke-j Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap respon parameter yang
diukur, digunakan analisis sidik ragam atau analysis of varians (ANOVA). 3.5 Parameter yang Diamati 3.5.1
Indeks Kematangan Gonad Indeks kematangan gonad (IKG) atau Gonado Somatic Indeks (GSI)
merupakan suatu metoda yang dilakukan untuk mengetahui perubahan yang
29 terjadi dalam gonad secara kuantitatif. IKG dihitung dengan rumus yang telah dikemukakan oleh Effendie (1979). IKG = Bg / Bt X 100 % Dimana
3.5.2
: IKG = Indeks Kematangan Gonad Bg
= Berat gonad ikan dalam gram
Bt
= Berat tubuh dalam gram
Hepatosomatic Index Hepatosomatic Indeks (HSI) merupakan suatu metoda yang dilakukan
untuk mengetahui perubahan yang terjadi dalam hati secara kuantitatif. HSI dihitung dengan rumus yang telah dikemukakan oleh Busacker et al. (1990) dalam Indriastuti (2000) berikut ini. HSI = (Bh / Bt) x 100 % Dimana
3.5.3
: HSI = Hepatosomatic index Bh
= Berat hati ikan dalam gram
Bt
= Berat tubuh dalam gram
Diameter Telur Pengamatan mengenai respon pemberian tepung testis sapi pada pakan
ikan terhadap perkembangan diameter telur dilakukan pada akhir penelitian dengan cara membedah perut ikan, mengambil gonad ikan, mengambil sampel telur sebanyak 60 butir kemudian mengukur diameter telur-telur sampel tersebut menggunakan mikrometer pada mikroskop. Nilai yang tertera dalam mikroskop dikonversi dengan tingkat pembesaran 10 kali. Hasil konversi tersebut kemudian di konversi menjadi millimeter. Keseluruhan diameter telur yang teramati tersebut kemudian dicari nilai tengahnya dengan menggunkan rumus: d rata-rata = Σdi/n Keterangan
: di = diameter telur yang diamati n = jumlah telur yang diamati
30 3.5.4
Persentase Tingkat Kematangan Telur Ikan Persentase tahap kematangan telur dihitung berdasarkan kriteria sebagai
berikut (Nurmadi 2005): TKT fase vitelogenik
=
x 100 %
TKT fase awal matang
=
x 100%
TKT fase akhir matang
=
x 100 %
Kematangan telur dapat dilihat secara mikroskopik dengan menentukan inti – inti telur tersebut telah menuju tepi kemudian terjadi pemecahan membran nutfah atau germinal vesicle breakdown (GVBD). Pengamatan inti telur dilakukan dengan meneteskan larutan sera pada telur – telur tersebut. Komposisi larutan sera terdiri atas larutan alkohol 99 %, larutan formaldehid 40 % dan larutan asam asetat 100 % dengan perbandingan 6 : 3 : 1 (Nurmadi 2005).
3.5.5
Fekunditas Ikan Perhitungan fekunditas induk ikan nilem selama penelitian menggunakan
metode gravimetrik dengan rumus sebagai berikut: F= Keterangan: F
= Jumlah telur di dalam gonad yang akan dicari (Fekunditas)
W
= Berat seluruh gonad
w
= Berat sampel sebagian kecil gonad
n
= Jumlah telur dari sampel sebagian kecil gonad (w) (Effendie 1979)
3.5.6
Pengukuran Kualitas Air Pengukuran kualitas air meliputi kandungan oksigen terlarut (DO),
temperatur dan pH air yang dilakukan setiap minggu. Data yang didapat kemudian dicatat dan dibandingkan dengan literatur.
31 Tabel 4. Standar Kualitas Air Pemeliharaan Ikan Nilem. Parameter
Alat Ukur
Standar
Sumber
DO meter
Metode Pengukuran Potensiometrik
Oksigen terlarut (DO) Derajat keasaman (pH) Suhu
5 – 6 ppm
Wiloughby 1999
pH meter
Potensiometrik
6,0-7,0
Termometer
Potensiometrik
18 – 28 0C
Cholik et al. 2005 dalam Mulyasari 2010 Cahyono 2001
3.6 Analisis Data Data hasil pengamatan terhadap Indeks Kematangan Gonad (IKG), Hepatosomatic index (HSI), diameter telur, Tingkat Kematangan Telur (TKT), Tingkat Kematangan Gonad (TKG) dan fekunditas akan disajikan dalam bentuk tabel dan gambar. Data tersebut kemudian akan dianalisis menggunakan analisis sidik ragam (Analysis of varians/ANOVA) uji F dengan nilai probabilitas 0,05 atau taraf kepercayaan 95 % untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung testis sapi (TTS) pada pakan terhadap HSI, IKG, diameter telur, TKT, dan fekunditas ikan nilem dan jika terdapat perbedaan nyata maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan pada taraf kepercayaan 95%. Data yang sudah dianalisis kemudian disajikan dalam bentuk grafik dan dibahas secara deskriptif sesuai dengan parameter uji yang diamati. Sedangkan data terhadap pengamatan kualitas air disajikan dalam bentuk tabel dan kemudian dianalisis secara deskriptif.