BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan sejak bulan Desember 2011 sampai Januari 2012. Lokasi penelitian yaitu di RPH Jatirejo, Desa Gadungan, Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri. Kondisi tegakan penelitian pada 3 (tiga) pola agroforestri di RPH Jatirejo disajikan pada Gambar 1.
A
B
C Gambar 1 Kondisi tegakan penelitian pada 3 (tiga) pola agroforestri di RPH Jatirejo: (A) Pola agroforestri 1; (B) Pola agroforestri 2; (C) Pola agroforestri 3 3.2 Bahan dan Alat Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lahan garapan petani agroforestri (pesanggem) dengan tanaman pokok sengon yang berumur 2 tahun. Sedangkan alat yang digunakan dalam penelitian adalah phiband (pita diameter), haga hypsometer, kompas, patok, tali rafia atau tambang, golok atau parang, tally
14
sheet, ring tanah, cangkul spiracle densiometer, kantong plastik, alat tulis, lembar kuisioner, alat hitung, kamera digital dan komputer. 3.3 Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan terdiri dari dari data primer dan data sekunder. Data primer meliputi pengukuran secara langsung dimensi tanaman pokok, sifat fisik dan kimia tanah, serta sistem pengelolaan lahan yang dilakukan oleh masingmasing petani pada beberapa pola yang dikaji. Sistem pengelolaan lahan yang yang dikaji menekankan pada aspek kegiatan pemeliharaan (penyiangan, pendangiran, pemangkasan, dan pemupukan) melalui wawancara semi terstruktur. Metode pengambilan data primer meliputi: 3.3.1 Pengambilan Data Dimensi Tanaman Pokok Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan teknik plot sampling pada masing-masing lahan petani agroforestri. Plot sampling yang digunakan berbentuk lingkaran dengan ukuran jari-jari 8,92 m dengan jarak antar plot 100 m (Siswanto 2008). Pola yang diteliti sebanyak tiga jenis pola agroforestri, dengan dua buah plot pada masing-masing pola agroforestri. Dimensi tanaman pokok yang diamati adalah tinggi total, tinggi bebas cabang, Live Crown Ratio (LCR), diameter, panjang dan lebar tajuk pohon. Tinggi pohon diukur menggunakan haga hypsometer dan diameter pohon diukur menggunakan pita diameter (phiband). Panjang dan lebar tajuk diukur dengan pita meter pada proyeksi tajuk pohon yang diamati dan arah proyeksi tajuk diamati dengan menggunakan kompas, azimuth proyeksi tajuk yang diukur adalah penyimpangannya dari arah utara. Panjang tajuk merupakan tajuk terpanjang dari pohon sengon yang diukur pada garis proyeksinya yang tegak lurus ke tanah. Lebar tajuk merupakan tajuk terlebar dari pohon sengon yang garis proyeksinya tegak lurus dengan garis imajiner dari proyeksi tajuk terpanjang yang sudah diukur (Wijayanto & Rifa’i 2010). Ilustrasi pengukuran tajuk pohon disajikan pada Gambar 2.
15
Tajuk pohon
Batang pohon
Garis proyeksi
Tajuk terpanjang
Tajuk terlebar Proyeksi tajuk
Gambar 2 Proyeksi tajuk pohon (Wijayanto dan Rifa’i 2010) 3.3.2 Pengambilan Data Biofisik Lingkungan Data yang dikumpulkan meliputi: sifat fisik dan kimia tanah, suhu dan kelembaban, serta persentase penutupan tajuk. Kombinasi berbagai pola agroforestri dan kondisi tegakan diamati secara langsung bersamaan dengan pengambilan data primer. Metode pengambilan data biofisik lingkungan meliputi: 1. Tanah Pegukuran dilakukan terhadap sifat fisik dan sifat kimia tanah. Pengukuran sifat fisik tanah dilakukan menggunakan metode tanah tidak terusik dengan menggunakan ring tanah. Pengambilan contoh tanah untuk sifat fisik ini dilakukan di plot pengamatan pada kelerengan datar. Sifat fisik tanah yang diamati antara lain tekstur tanah, berat isi, ruang pori dan kadar air contoh tanah. Cara pengambilan contoh tanah utuh (Balai Penelitian Tanah 2004). Pertama lapisan tanah diratakan dan dibersihkan dari serasah serta bahan organik lainnya, kemudian tabung diletakkan tegak lurus dengan permukaan tanah. Tabung ditekan sampai 3/4 bagiannya masuk ke dalam tanah. Tabung lainnya diletakkan tepat diatas tabung pertama, kemudian ditekan kembali sampai bagian bawah dari tabung ini masuk ke dalam tanah ± 1 cm. Tanah di sekitar tabung digali dengan sekop. Tanah dikerat dengan pisau sampai hampir mendekati bentuk tabung. Tabung kedua dipisahkan dengan hati-hati, kemudian tanah yang berlebihan pada bagian atas dan bawah tabung dibersihkan. Selanjutnya tabung ditutup dengan tutup plastik dan diberi label.
16
Sifat kimia tanah seperti pH, KTK, dan beberapa unsur hara makro dan mikro diamati dengan cara mengambil contoh tanah komposit menggunakan metode yang dikembangkan oleh Balai Penelitian Tanah (2004). Titik pengambilan contoh tanah individu yang dilakukan yaitu secara sistematik dengan permulaan acak sebanyak 5 titik. Permukaan tanah dibersihkan dari rumput, batu, atau kerikil, dan sisa-sisa tanaman atau bahan organik segar atau serasah. Tanah tersebut dicangkul sedalam lapisan olah (20 cm). Berat contoh tanah yang diambil adalah 500 g dari setiap petak pengamatan. Setelah itu, campur dan aduk contoh tanah individu tersebut dalam satu tempat (ember atau hamparan plastik), kemudian ambil kira-kira 1 kg, dan dimasukkan ke dalam kantong plastik. Selanjutnya beri label yang berisi keterangan: tanggal dan kode pengambilan (nama pengambil), nomor contoh tanah, lokasi (desa/kecamatan/kabupaten), dan kedalaman contoh tanah. Ilustrasi titik pengambilan contoh tanah komposit secara sistematik (zig-zag) sebanyak lima titik disajikan pada Gambar 3.
1
2 3
4
5
Gambar 3 Titik pengambilan contoh tanah komposit 2. Suhu, kelembaban, dan presentase penutupan tajuk Suhu dan kelembaban diukur dengan menggunakan alat termometer bola basah dan termometer bola kering dengan meletakkan alat tersebut di tengahtengah tegakan sampling, digantungkan pada pohon karena alat tidak boleh terkena cahaya matahari secara langsung. Pengamatan dilakukan selama empat hari berturut-turut pada saat pagi hari pukul 07.00‒08.00, siang hari pada pukul 12.00‒13.00, dan pada sore hari pada pukul 16.00‒17.00, dengan selang waktu setiap 10 menit sekali, sehingga dalam sehari dilakukan pengukuran sebanyak 21 kali pada ketiga pola agroforestri.
17
Pengukuran persentase penutupan tajuk dilakukan untuk mengetahui besarnya cahaya matahari yang tertahan oleh tajuk dan yang dapat menembus ke tanah. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan spiracle densiometer pada jarak 30‒45 cm dari badan dengan ketinggian sejajar lengan. Titik pengukuran ditetapkan secara acak sebanyak 4 titik yang mewakili, pada 4 arah mata angin. Masing-masing kotak dihitung persentase bayangan langit yang tertangkap pada cermin kemudian dilakukan pembobotan. Kriteria pembobotan yang dilakukan antara lain: terbuka penuh memiliki bobot 4 (100%), bobot 3 (75%), bobot 2 (50%), bobot 1 (25%), bobot 0 (tidak ada bayangan langit yang bisa dilihat). Bobot rata-rata pada masing-masing pola agroforestri dihitung dengan rumus: Ti= T1+T2+T3+...+Tn x 1.04 N Ti : Keterbukaan tajuk Tn : Bobot pada masing-masing titik pengukuran N
: Jumlah titik pengukuran
1,04: Faktor koreksi Persentase penutupan tajuk (T) pada masing-masing lokasi dihitung dengan rumus: T = 100-Ti (Supriyanto dan Irawan 2001). 3.3.3 Pengumpulan Data Sekunder Data sekunder dikumpulkan dari instansi-instansi pemerintah terkait berupa kondisi sosial ekonomi masyarakat, kondisi biofisik lingkungan (iklim, curah hujan, kelerengan, dan lain-lain). Selain itu juga dilakukan studi pustaka dari buku, jurnal, dan hasil penelitian untuk memperoleh data pendukung lain yang berhubungan dengan penelitian. 3.4 Analisis Data Data yang diperoleh mengenai pengukuran dimensi pohon dianalisa secara deskripif terhadap pertumbuhan tanaman pokok sengon hubungannya dengan pola agroforestri dan teknik pengelolaan yang dikembangkan.