BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 MULTI STEP FLOW Model aliran dua tahap ternyata tidak begitu efektif pada masyarakat yang tingkat buta hurufnya kecil. Masyarakat dengan kemampuan membaca dan mengintrepetasikan pesan yang di dengar dan di lihat sangat memungkinkan untuk menerima pesan-pesan dari media massa secara langsung. Meskipun itu tidak berarti mereka tidak menerima pesan-pesan dari opinion leader. Oleh karena itu untuk menyempurnakannya, muncullah model aliran banyak tahap (multi step flow model). Model ini mengatakan bahwa hubungan timbal balik dari media ke khalayak (yang juga berinteraksi satu sama lain), kembali ke media, kemudian kembali lagi ke khalayak dan seterusnya (Nuruddin, 2004:134). Lewat model aliran banyak tahap ini, pemirsa menerima pesan-pesan media massa bisa langsung, bisa juga tidak langsung. Tidak langsung berarti mereka menerima pesan-pesan media melalui pemimpin opini atau kontak langsung dengan media massa. Bahkan individu bisa mendapatkan informasi dari individu yang lain. Misalnya, seorang individu menerima pesan melalui pemimpin opininya (setelah disebarkan lewat kelompok ), kemudian individu itu mencari informasi lain dari individu yang lain. Atau bisa juga seorang individu menerima pesan dari kelompoknya tetapi ia juga bisa mendapatkan informasi lain dari kelompok yang lain pula (Nuruddin, 2004:135).
Universitas Sumatera Utara
Pada tahap pertama, para pemuka pendapat akan mengakses informasi kemudian tahap keduanya para pemuka pendapat berbagi opini dengan anggota lingkaran dalam sosial mereka. Anggota yang tergabung dalam lingkaran sosial itu memiliki kelompok sosial lainnya, termasuk keluarga, bawahan dan anggota kelompok lain yang akan dipengaruhi oleh mereka. Kita dipengaruhi dan mempengaruhi orang lain. Misalnya, seseorang mungkin mendengar dari radio bahwa pasar saham akan guncang. Kawan dari orang tersebut mungkin memperkuat keyakinan ini. Surat kabar sore justru mengemukakan keraguan atas keyakinan anda, atau malah barangkali memberikan alasan-alasan yang kuat bagi anda untuk mengubah keyakinan tersebut. Diskusi dengan keluarga atau orang lain mungkin akan membuat seseorang itu mempertimbangkan kembali keyakinannya .Setiap tahapan dalam proses pengaruh sosial dimodifikasi oleh norma-norma dan kesepakatan dari setiap lingkaran sosial baru itu. Opini-opini ini akan dicampur dengan opini-opini lain yang asli dari sumber elit lainnya dan secara perlahan melebihi informasi yang disampaikan oleh media massa (Ardianto, 2004:61). Apabila variasi volume informasi dari opinion leader menyebabkan efek yang positif pada khalayak, maka akan menguntungkan pihak sumber, namun jika variasi dari opinion leader bersifat negatif, maka hal ini akan menyebabkan terjadinya pengikisan volume informasi. Dengan kata lain para opinion leader menjadi kunci atau penjaga gawang. Jadi model aliran multi tahap ini sangat berbeda dengan model aliran satu tahap yang menganggap individu tidak ada hubungan antara satu dengan yang lain. Sehingga terpaan media massa dianggap begitu besarnya. Intinya adalah, model alir
Universitas Sumatera Utara
banyak tahap ini merupakan gabungan dari beberapa model (model alir satu tahap dan model alir dua tahap). Model aliran multi tahap ini tampaknya lebih akurat dalam menjelaskan apa yang terjadi dalam pembentukan opini dan sikap. Paling tidak, model ini penting untuk mengilustrasikan bahwa setiap orang itu dipengaruhi baik oleh media itu sendiri atau komunikasi antarpribadi dan bahkan mempengaruhi media dan orang lain (Nuruddin, 2004:136). Pada seluruh proses ini, seseorang mempunyai pengaruh atau dipengaruhi oleh orang lain. Bahkan seseorang juga bisa mempengaruhi media dengan berbagai cara. Bahkan Kathleen Hall Janieson dan Karlyn Campbell dalam The Interplay Influence (1998) mengatakan bahwa kita dapat secara efektif mempengaruhi media dengan empat cara utama, yaitu: 1. Menyampaikan keluhan individual (misalnya menulis surat pembaca atau kepada pihak yang berwenang) 2. Mengorganisasikan tekanan
masyarakat
untuk
memboikot
stasiun
pemancar atau produk yang bersangkutan atau melakukan tindakan hukum 3. Mendesak pihak yang berwenang untuk mengambil tindakan tertentu 4. Mengadu ke DPRD atau ke DPR Intinya adalah model alir banyak tahap ini boleh dikatakan lebih akurat dibanding model yang lain dalam menggambarkan arus media massa kepada khalayak (Nuruddin, 2004:137).
Universitas Sumatera Utara
2.2 JARINGAN KOMUNIKASI Organisasi adalah komposisi sejumlah orang-orang yang menduduki posisi atau peranan tertentu. Diantara orang-orang ini saling terjadi pertukaran pesan. Pertukaran pesan ini melalui jalan tertentu yang dinamakan jaringan komunikasi. Suatu jaringan komunikasi berbeda dalam besar dan strukturnya misalnya mungkin hanya diantara dua orang, tiga atau lebih dan mungkin juga diantara keseluruhan orang dalam organisasi. Bentuk struktur dan jaringan itupun juga akan berbeda-beda (Muhammad 2007:102). Jaringan komunikasi adalah penggambaran “how say to whom”(siapa berbicara kepada siapa) dalam suatu sistem sosial. Jaringan komunikasi menggambarkan komunikasi interpersonal, dimana terdapat pemuka-pemuka opini dan pengikut yang saling memiliki hubungan komunikasi pada suatu topik tertentu, yang terjadi dalam suatu sistem sosial tertentu seperti sebuah desa,sebuah organisasi, ataupun sebuah perusahaan (Gonzales, 1993). Pengertian jaringan komunikasi menurut Rogers (1983) adalah suatu jaringan yang terdiri dari individu-individu yang saling berhubungan, yang dihubungkan oleh arus komunikasi yang terpola. Knoke dan Kuklinski (1982) melihat jaringan komunikasi sebagai suatu jenis hubungan yang secara khusus merangkai individu-individu. obyek-obyek dan peristiwa-peristiwa. Sedangkan Farace (Berberg dan Chaffee, 1987) melihat jaringan komunikasi sebagai suatu pola yang teratur dari kontak antara person yang dapat diidentifikasi sebagai pertukaran informasi yang dialami seseorang di dalam sistem sosialnya. Dari berbagai pengertian tersebut di atas, yang dimaksudkan dengan jaringan komunikasi dalam makalah ini adalah rangkaian hubungan diantara individu sebagai akibat terjadinya pertukaran informasi, sehingga membentuk pola-pola atau model-model
Universitas Sumatera Utara
jaringan komunikasi tertentu. http://communicator12.blogspot.com/2010/08/analisisjaringan-komunikasi.html Peranan individu dalam sistem komunikasi ditentukan oleh hubungan struktur antara satu individu dengan individu lainnya dalam organisasi. Hubungan ini ditentukan oleh hubungan struktur antara satu individu dengan individu lainnya dalam organisasi. Hubungan ini ditentukan oleh pola hubungan interaksi individu dengan arus informasi dalam jaringan komunikasi. Untuk mengetahui jaringan komunikasi serta peranannya dapat digunakan analisis jaringan. Dari hasil analisis jaringan ini dapat diketahui bentuk hubungan atau koneksi orang-orang dalam organisasi serta dalam kelompok tertentu (klik), keterbukaan satu kelompok dengan kelompok lainnya dan orang-orang yang memegang peranan utama dalam suatu organisasi. Ada enam peranan jaringan komunikasi yaitu: 1. Opinion leader adalah pimpinan informal dalam organisasi. Mereka ini tidaklah selalu orang yang mempunyai otoritas formal dalam organisasi tetapi membimbing tingkah laku anggota organisasi dan mempengaruhi keputusan mereka. 2. Gate Keepers adalah individu yang mengontrol arus informasi diantara anggota organisasi. Mereka berada ditengah suatu jaringan dan menyampaikan pesan dari satu orang kepada orang lain atau tidak memberikan informasi. Gate Keepers dapat menolong anggota penting dari organisasi seperti pimpinan, menghindarkan informasi yang terlampau banyak dengan jalan hanya memberikan informasi yang terlampau banyak dengan jalan hanya memberikan informasi yang penting-penting saja terhadap mereka. Dalam hal ini gate keepers mempunyai kekuasaan dalam memutuskan apakah suatu informasi itu penting atau tidak. Jika, gate
Universitas Sumatera Utara
keepers memutuskan bahwa informasi tersebut tidak penting, kemudian seseorang harus mendapatkan informasi tersebut, maka mungkin informasi tersebut tidak diberikan. Nyatalah bahwa peranan gate keepers ini sangat penting dalam jaringan komunikasi. 3. Cosmopolites adalah individu yang menghubungkan organisasi dengan lingkungannya. Mereka ini mengumpulkan informasi dari sumber-sumber yang ada dalam lingkungan dan memberikan informasi mengenai organisasi kepada orang-orang tertentu pada lingkungannya. 4. Bridge adalah anggota kelompok atau klik dalam suatu organisasi yang menghubungkan kelompok itu dnegan anggota kelompok lainnya. Individu ini membantu saling memberi informasi diantara kelompok-kelompok dan mengkoordinasi kelompok. 5. Liaison adalah sama peranannya dengan bridge tetapi individu itu sendiri bukanlah anggota dari satu kelompok tetapi dia merupakan penghubung diantara satu kelompok dengan kelompok lainnya. Individu ini juga membantu dalam membagi informasi yang relevan diantara kelompokkelompok dalam organisasi. 6. Isolate adalah anggota organisasi yang mempunyai kontak minimal dengan orang lain dalam organisasi. Orang-orang ini menyembunyikan diri dalam organisasi atau diasingkan oleh teman-temannya. Ada bermacam-macam studi yang dilakukan orang mengenai jaringan komunikasi ini diantaranya studi Schwarth (Goldhaber, 1986) yang mempelajari karakteristik dari liaison atau orang yang sebagai pengantara dalam jaringan arus informasi formal. Hasil dari studinya memperlihatkan bahwa orang yang sebagai pengantara memegang posisi atau status yang lebih tinggi dari orang-orang lain yang
Universitas Sumatera Utara
bukan sebagai pengantara dan merupakan wakil-wakil yang kuat dalam struktur pimpinan. Orang yang sebagai pengantara ini terlibat lebih banyak dalam aktivitas komite daripada temannya dan juga menjadi anggota kelompok koordinasi pada tingkat yang lebih tinggi dalam organisasi. Menurut persepsi temannya orang yang sebagai pengantara mempunyai kontak yang banyak
dan berbeda-beda dalam
organisasi. Berinteraksi dengan orang sebagai pengantara adalah untuk mendapatkan lebih banyak pengaruh dalam struktur kekuasaan dari organisasi. Penemuan ini menunjukkan bahwa peranan komunikasi sebagai yang diidentifikasikan dari sosiometri mempunya konsekuensi nyata pada tingkatan kekuasaan (power) dan pengaruh individual dalam suatu organisasi dan konsekuensi ini tampak bagi yang lain (Muhammad 2007:103). Mac Donald mempelajari persepsi orang yang sebagai pengantara terhadap sistem komunikasi dalam organisasi dan persepsi diri dari mereka. Hasil dari penelitian
tersebut
menunjukkan
bahwa
orang
yang
sebagai
pengantara
mempersepsikan diri mereka, mempunyai kontak yang lebih banyak dan lebih berpengaruh didalam organisasi dibandingkan dengan teman lainnya yang bukan pengantara. Orang yang sebagai pengantara dan koneksi mereka mempunyai persepsi bahwa mereka mengenal banyak arus pesan sebelumnya mereka tidak mempersepsi diri mereka mempunyai banyak pesan tetapi karena koneksi mereka mengatakan demikian mereka terima. Persepsi orang yang sebagai pengantara ini terhadap sistem komunikasi mengatakan bahwa sistem komunikasi adalah bersifat terbuka dan mereka menyatakan lebih puas dengan sistem dibandingkan daripada temannya yang bukan sebagai pengantara.
Universitas Sumatera Utara
Selain daripada penelitian diatas ada pula penelitian diatas ada pula penelitian yang mempelajari peranan jaringan komunikasi dalam arus informasi informal. Davis (1953) mempelajari pemindahan desas desus dalam suatu organisasi. Hasil penelitian sebelumnya menyatakan bahwa ada kekompakan kelompok dalam menyampaikan pesan yang bersifat desas-desus ini. Individu mempunyai informasi yang relevan dengan kelompoknya mengkomunikasikan dengan cepat pesan itu kepada anggota kelompokknya yang lain, tetapi tidak dikomunikasikan kepada orang dari kelompok lain. Davis menemukan bahwa beberapa individu secara konsisten keluar dari arus pesan yang bersifat desas-desus dan tidak mengambilnya sebagai sumber informasi. Ini menunjukkan bahwa ada perbedaan peranan informasi dalam suatu organisasi. Ada informasi yang saling dibagi dalam kelompok ada pula yang memngasingkan diri dari informasi. Studi selanjutnya mengenai desas-desus menunjukkan bahwa orang yang suka memindahkan desas-desus adalah orang yang berperan sebagai pengantara, dan orang yang banyak menerima desas-desus adalah orang yang berorientasi kepada tugas, dan orang yang tidak mau mengirimkan dan menerima desas-desus adalah orang yang mengasingkan diri dalam organisasi (Muhammad 2007: 105). Analisis jaringan komunikasi bertujuan untuk mengetahui bagaimana arus informasi terpolakan mengalir dalam individu-individu pada sebuah sistem. Analisis jaringan menganggap perilaku manusia paling esensi adalah interaksi dimana individu-individu bertukar informasi satu sama lain. Ada individu yang lebih suka melakukan kontak dengan individu tertentu dan mengesampingkan individu lainnya (misalnya si A lebih suka berbagi informasi dengan si B daripada dengan si C, si C lebih suka berbagi informasi dengan si D, dan seterusnya), yang akhirnya
Universitas Sumatera Utara
membentuk pola arus komunikasi interpersonal. Bila terjadi cukup lama akan memunculkan sebuah struktur komuniaksi (jaringan) yang relatif stabil dan dapat memprediksi perilaku individu (Kriyantono 2008:318). Gagasan dasar yang sangat penting mengenai jaringan adalah “keterhubungan” atau “keterkaitan” yaitu ide bahwa terdapat jalur komunikasi yang relatif stabil diantara individu-individu anggota organisasi. Para individu yang saling berkomunikasi satu sama lain akan terhubung bersama-sama ke dalam kelompokkelompok yang pada gilirannya kelompok-kelompok itu akan saling berhubungan membentuk jaringan keseluruhan. Setiap orang memiliki seperangkat hubungan yang unik dengan orang lain yang disebut “ jaringan personal” (personal network). Dengan kata lain, jaringan personal anda adalah hubungan yang anda miliki diantara banyak hubungan lainnya dengan siapa anda berkomunikasi dalam suatu organisasi, dan jaringan personal anda tidak akan persis sama dengan jaringan personal yang dimiliki rekan sejawat anda. Jaringan dalam kelompok terbentuk karena individu cenderung berkomunikasi lebih sering dengan anggota organisasi tertentu lainnya. Organisasi pada dasarnya terbentuk dari kelompok-kelompok yang lebih kecil yang terhubung bersama-sama dalam
kelompok-kelompok
yang
lebih
besar
dalam
jaringan
organisasi
(organizational network). Dalam menganalisis suatu jaringan maka kita dapat melihat beberapa hal, misalnya : 1. Kita dapat melihat cara-cara setiap dua orang saling berinteraksi atau berhubungan, hal ini disebut dengan analisis dyad 2. Kita
dapat
memperhatikan
bagaimana
setiap
tiga
orang
saling
berhubungan, hal ini disebut dengan analisis triad
Universitas Sumatera Utara
3. Kita dapat melakukan analisis kelompok dan bagaimana kelompok kemudian terbagi-bagi ke dalam beberapa subkelompok 4. Kita dapat melihat cara-cara bagaimana berbagai kelompok itu saling berhubungan satu sama lain dalam suatu jaringan global (global network) Dalam melakukan analisis jaringan, kita dapat menganalisis suatu jaringan ke dalam bagian-bagian yang membentuknya, namun selain mengidentifikasi bagianbagian, kita juga dapat melihat pada kualitas atau sifat bagian-bagian itu atau menjelaskan fungsi-fungsi lain yang terdapat pada suatu hubungan dalam jaringan, seperti persahabatan yang terbentuk, bagaimana individu saling menukar informasi atau pengaruh-pengaruh dalam kelompok dan aspek jaringan semacam ini disebut multiplexity. Unit organisasi yang paling dasar menurut teori jaringan adalah hubungan diantara dua orang. Sistem organisasi terdiri atas hubungan yang tak terhitung jumlahnya yang membentuk kelompok-kelompok yang terhubung dengan organisasi. Suatu hubungan dapat ditentukan melalui jumlah tujuan yang ingin dicapai (apakah memiliki satu atau beberapa tujuan), berapa banyak orang yang terlibat, dan fungsi suatu hubungan dalam organisasi. Pada umumnya, suatu hubungan memiliki lebih dari satu hubungan. Misalnya, anda dapat menggunakan suatu hubungan untuk tidak saja saling berbagi informasi, tetapi juga untuk menjalin persahabatan (Morissan 2009: 52). Kita juga dapat melihat pada derajat hubungan di antara para anggota organisasi yang terdiri atas derajat kedalam (in-degree) dan derajat keluar (outdegree). Derajat kedalam menunjukkan jumlah hubungan yang dilakukan orang lain terhadap anda. Dengan kata lain, hubungan antara anda dengan orang lain yang terjadi karena inisiatif orang lain itu. Derajat keluar menunjukkan jumlah hubungan
Universitas Sumatera Utara
yang anda lakukan terhadap orang lain, inisiatif hubungan dimulai dari diri anda sendiri. Para peneliti juga dapat meneliti kualitas hubungan tertentu diantara orangorang dalam organisasi. Dalam hal ini, misalnya hubungan langsung dan hubungan tidak langsung. Hubungan dapat bersifat langsung (direct), yaitu hubungan secara langsung diantara dua orang atau tanpa melalui perantara. Hubungan tidak langsung (indirect) yaitu hubungan antara dua orang yang diperantarai atau dimediasi oleh orang ketiga (Morissan 2009: 53). Suatu jaringan juga dapat dicirikan melalui sejumlah kualitas yang dimilikinya. Peneliti jaringan harus melihat berbagai variabel yang terkait dengan keterhubungan berbagai individu dalam jaringan. Dalam hal ini, kita dapat melihat pada: 1. Fungsi jaringan Suatu organisasi tidak pernah terdiri atas hanya satu jaringan, tetapi memiliki banyak jaringan yang saling tumpang tindih. Namun, walaupun sebagian besar jaringan bersifat multifungsi (multiplex), tetapi jaringan pada umumnya lebih berkonsentrasi atau lebih terfokus pada satu fungsi tertentu dibandingkan fungsi-fungsi lainnya. Misalnya, kita mungkin menemukan jaringan yang lebih menggunakan pendekatan kekuasaan atau pengaruh, sering kali dinamakan jaringan kewenangan atau instrumental (misalnya organisasi militer). Jaringan lain lebih menggunakan persahabatan atau afiliasi (misalnya organisasi pecinta alam), informasi, produksi dan inovasi. 2. Tingkat keterhubungan Kualitas lain adalah keterhubungan (connectedness), yaitu rasio antara hubungan yang sebenarnya dengan kemungkinan hubungan. Jaringan yang
Universitas Sumatera Utara
memiliki keterhubungan tinggi adalah jaringan yang kuat dan dekat. Jaringan semacam ini dapat memasukkan banyak pengaruh ke dalam hubungan dengan membangun norma-norma bagi pikiran dan perilaku. Seseorang akan merasa lebih dekat dan lebih terpengaruh dengan rekan-rekannya di kantor dibandingkan dengan tetangga mereka. 3. Sentralitas dan desentralitas Sifat lain jaringan adalah sentralitas atau derajat keterhubungan antara individu dan kelompok. Organisasi yang sangat sentralistis memiliki garis hubungan dimulai dari kelompok hingga ke sejumlah pusat hubungan. Sistem terdesentralisasi memiliki keterhubungan lebih besar diantara para anggota secara keseluruhan dan tidak ada kelompok yang mengontrol hubungan tersebut. Jika sesorang harus selalu berhubungan dengan satu kelompok kecil individu, setiap kali kita membutuhkan sesuatu, maka orang itu akan terhubung secara kuat dengan anggota organisasi lainnya. Sebaliknya jika seseorang memiliki kebebasan untuk berhubungan dengan siap saja, maka orang itu akan terhubung dengan organisasi secara keseluruhan. 4. Derajat Pemisah Jumlah hubungan yang terdapat antara seseorang dengan orang lain dinamakan “derajat pemisahan” (degrees of separation). Misalnya si A ingin bertemu dengan si B, namun si A tidak tahu si B dimana dan si A tidak tahu bagaimana cara menghubunginya. Dalam hal ini, si A akan bertanya kepada sejumlah orang yang dapat membantunya mengetahui keberadaan orang yang dicarinya. Setelah bertanya kepada empat orang, barulah si A dapat menemuinya. Dalam hal ini, derajat pemisahan yang A butuhkan ada empat
Universitas Sumatera Utara
hubungan, yaitu jumlah hubungan yang A butuhkan untuk dapat menemui orang yang dicarinya.
Hubungan dan jaringan dapat dicirikan melalui sejumlah kualitas lain yang dimilikinya seperti berikut: a. Ada kalanya suatu hubungan bersifat aksklusif, tetapi umumnya hubungan bersifat terbuka (inklusif). b. Konsep lain adalah sentralitas (centrality), yang menunjukkan seberapa luas seseorang terhubung dengan orang lain. c. Hubungan juga sangat beragam dalam hal frekuensi dan stabilitasnya, yaitu seberapa sering hubungan itu terjadi dan seberapa besar hubungan itu dapat diperkirakan atau diprediksi d. Hubungan juga dapat ditinjau dari ukurannya, yaitu banyak sedikitnya jumlah anggota. Pada intinya, peneliti jaringan harus melihat berbagai variabel yang terkait dengan keterhubungan berbagai individu dalam jaringan. Terdapat cukup banyak pemikiran yang membahas cara-cara jaringan berfungsi dalam organisasi, diantaranya: 1. Mengontrol aliran informasi 2. Menyatukan orang-orang dengan kepentingan yang sama 3. Membangun interpretasi yang sama 4. Mendorong pengaruh sosial 5. Memungkinkan terjadinya tukar menukar sumber daya (Morissan 2009: 54).
Universitas Sumatera Utara
Banyak faktor yang mempengaruhi hakikat dan luasnya jaringan komunikasi, diantaranya hubungan dalam organisasi, arah dari arus pesan, hakikat seri dari arus pesan, dan isi dari pesan. Beberapa jaringan ditentukan oleh mekanisme yang sangat formal seperti jaringan yang digambarkan dalam struktur organisasi. Sementara itu ada juga jaringan komunikasi yang timbul tanpa perhatian dan perencanaan lebih dahulu, seperti jaringan komunikasi informal (Muhammad 2007:106). Perubahan dan dinamika sosial di masyarakat tidak pernah menyangsikan sumbangan yang diberikan oleh komunikasi. Jaringan komunikasi mengawal perubahan, di samping pemberdayaan dan peran bidang yang lainnya seperti ekonomi, politik, dan budaya. Semua peranan bidang-bidang tersebut diletakkan dalam kemasan informasi sebagai upaya mendorong masyarakat ke arah perubahan yang lebih baik. Jadi, jaringan komunikasi perlu dianggap sebagai kanalisator yang sebuah aliran informasi yang membawa ide-ide multikultural baru (Purwasito 2002:327).
2.3 TEORI INFORMASI
The Mathematical Theory Of Communication-nya Shannon dan Weaver (1949) didasarkan pada konsep statistik transimisi sinyal, yang pertama kali diajukan oleh Weaver. Setelah itu, mereka memberi sumbangan yang sangat penting dan berpengaruh bagi perkembangan model-model lain dan teori-teori dalam komunikasi. Pada bagian kedua Teori Matematis Komunikasi (The Mathematical Theory Of Communication), Warren Weaver menyajikan sebuah diagram skematik komunikasi (Gambar 2.1), yang membuahkan banyak model lain dalam proses komunikasi.
Universitas Sumatera Utara
Sumber Informasi
pengirim
penerima sinyal
sasaran
sinyal diterima
Pesan
pesan
Sumber gangguan
Gambar 2.1. Diagram Skematik Sistem Komunikasi Umum dari Shannon Sumber: C.Shannon dan W. Weaver, 1949:98
Dalam Proses ini, sumber informasi menghasilkan sebuah pesan yang harus dikomunikasikan dari serangkaian kemungkinan pesan. Pesan itu bisa dalam bentuk kata lisan atau tulisan, musik, gambar dan sebagainya. Transmitter (alat pengirim) mengubahnya menjadi sinyal yang cocok dengan saluran (channel) yang digunakan. Saluran adalah media untuk mengirimkan sinyal dan transmitter ke penerima. Dalam percakapan, sumber informasiya adalah otak, transmitternya adalah mekanisme suara yang menghasilkan sinyal (kata-kata lisan), yang di kirim lewat udara (saluran). Penerima melakukan kebalikan kerja yang dilakukan transmiter dengan cara merekontruksi pesan dan sinyal. Sasaran (destination) adalah orang atau benda yang dituju oleh pesan itu. Claude Shannon mengembangkan teori matematis pengiriman sinyal ketika dia menjadi ahli matematika riset di Bell Telephone Laboratories dan seorang guru besar sains di MIT. Akibat langsung dari teori informasi Shannon ini adalah teknologi informasi digital yang menjadi hal biasa di tahun 1980-an (Severin, 2008:56). Teori informasi, ketika teori matematis komunikasi menjadi terkenal, digambarkan ”mempunyai cakupan (scope) yang bersifat sangat umum, penanganan
Universitas Sumatera Utara
masalahnya fundamental, capaiannya mempunyai kesederhanaan dan kekuatan klasik” (Shannon dan Weaver, 1949:114). Weaver mengatakan teori ini cukup umum sifatnya sehingga bisa diaplikasikan ke bahasa tulis, partitur musik, bahasa lisan, musik, gambar dan banyak sinyal komunikasi yang lain. Istilah komunikasi digunakan dalam “arti yang sangat luas untuk menampung semua prosedur yang bisa digunakan oleh satu pikiran untuk mempengaruhi pikiran lain”(Weaver, 1949:95). Tujuan komunikasi adalah sebagai suatu usaha untuk mempengaruhi tingkah laku sasaran (tujuan) komunikasi (atau penerima pesan);di sini arti tingkah laku bersifat luas. Konsep teori informasi memberi wawasan dan itu sudah diaplikasikan dalam situasi komunikasi massa. Seperti yang sudah disebutkan, teori ini telah memberikan landasan bagi banyak teori lain dalam proses komunikasi. Teori ini memberi wawasan tentang hubungan dalam banyak bentuk komunikasi. Weaver mengatakan bahwa teori ini begitu imajinatif, ia menyentuh inti komunikasi, hubungan yang terjadi dengan bentuk komunikasi apapun. Teori informasi secara esensi adalah sebuah teori pengiriman sinyal. Pada awalnya mungkin agak mengecewakan bagi mahasiswa media massa karena teori ini tidak berkaitan dengan makna dan mungkin kelihatan agak aneh karena teori informasi menyamakan informasi dengan ketidakpastian. Seperti yang akan kita lihat, itulah aset terbesar dari teori ini, yang dengan aset ini teori komunikasi memberikan cara baru dan berhasil dalam memandang proses komunikasi. Proses komunikasi (lihat Gambar 2.1) dimulai dengan sumber memilih sebuah pesan dari beberapa kemungkinan pesan. Pesan ini bisa dalam bentuk lisan atau tulisan, notasi musik, musik itu sendiri, gambar, notasi matematis, logika simbolis,
Universitas Sumatera Utara
gerakan tubuh, ekspresi wajah atau banyak bentuk lainyang sudah kita miliki.pengirim mengolah pesan untuk menghasilkan sinyal yang sesuai untuk pengirimannya lewat sebuah saluran. Pesan itu hanya ada antara sumber dan pengirim dan antara penerima dan tujuan. Hanya sebuah sinyal yang bergerak di antara pengirim dan penerima. Sinyal mempunyai bentuk yang berbeda-beda, bergantung pada sistem komunikasi yang berlangsung. Kita telah mengetahui bahwa dalam berbicara yang menjadi sinyal adalah aneka tekanan suara yang berjalan melalui udara (saluran). Saluran adalah media yang digunakan unruk mengirim sinyal dari pengirim ke penerima. Kapasitas saluran adalah informasi yang bisa dikirimkan oleh sebuah saluran atau kemampuan sebuah saluran untuk mengirimkan apa yang dikeluarkan oleh sumber informasi (Weaver, 1949:106). Begitu penerima menyandikan (encode) sebuah pesan untuk dikirimkan lewat sebuah saluran, penerima harus merekontruksi pesan itu dari sinyal yang dikirimkan. Biasanya operasi penerima adalah kebalikan operasi pengirim; yaitu, penerima mengubah sinyal yang dikirimkan kembali menjadi sebuah pesan dan menyalurkan pesan itu ke tujuan. Tujuan atau sasaran (destination) adalah orang atau benda yang menjadi sasaran pesan. Dengan media massa, sasarannya adalah audiens (pembaca), pendengar atau pemirsa. Di media massa, kita mempunyai banyak bentuk umpan balik dari sasaran ke sumber untuk membantu komunikator membetulkan output yang dihasilkan. Umpan balik mempunyai banyak bentuk misalnya tanggapan-tanggapan terhadap iklan, televisi dan sumber-sumber informasi lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Informasi menjadi ukuran tingkat kebebasan kita untuk memilih dalam menyeleksi pesan yang akan di kirim. Dalam teori informasi, informasi serupa dengan
entropi
dalam
ilmu
fisika.
Entropi
adalah
ketidakpastian
atau
ketidakteraturan suatu situasi. Dalam teori informasi kita menghubungkannya dengan tingkat kebebasan memilih yang dimiliki seseorang dalam membangun sebuah pesan. Pesan yang sangat teratur tidak mempunyai tingkat keacakan, ketidakpastian, pilihan yang tinggi. Dalam hal ini entropi suatu informasi rendah karena suatu bagian dari pesan itu yang hilang saat diterima mempunyai tingkat probabilitas yang tinggi untuk diisi oleh penerima. Bagian pesan yang bukan entropi atau informasi disebut redudancy (redudansi). Redudansi adalah bagian dari pesan yang ditentukan oleh aturan yang mengatur penggunaan lambang/simbol atau yang tidak ditentukan dari kebebasan memilih pengirim. Redudansi tidak diperlukan; artinya jika tidak ada redudansi sekalipun, pesan itu secara esensi sudah lengkap atau bisa dilengkapi (Weaver, 1949:104). Redudansi adalah ukuran kepastian atau kemampuan memprediksi. Semakin besar redudansi suatu pesan, semakin sedikit pesan yang dibawa. Tetapi kadang-kadang peningkatan redudansi akan meningkatkan pula efisiensi suatu sistem komunikasi. Gangguan (noise) didefinisikan sebagai segala tambahan pada sinyal yang tidak diperlukan oleh sumber informasi. Gangguan meningkatkan ketidakpastian baik secara paradoks atau teknis, dalam pemahaman teori informasi, gangguan meningkatkan informasi. Menurut Weaver, (1949:109) “informasi” dalam teori informasi bisa menimbulkan konotasi buruk maupun baik. Gangguan adalah informasi palsu. Bagi pengirim atau sumber, tingkatan yang tinggi dari ketidakpastian atau kebebasan memilih (entropi) disenangi, tetapi dari sudut
Universitas Sumatera Utara
pandang sasaran, ketidakpastian karena kesalahan atau gangguan tidak disukai. Untuk mendapatkan informasi yang berguna, sasaran harus mengurangi informasi palsu (gangguan) dari pesan yang diterima. Setiap komunikasi manusia terdiri dari serangkaian sistem yang digabung menjadi rantai. Sistem tidak hanya meliputi saluran informasi tetapi juga sumber, pengirim (transmitter), penerima dan sasaran. Sistem harus digabungkan dengan yang lain untuk mengirim informasi. Komunikasi manusia berisi banyak gabungan sistem ini. Penggabungan atau “antarmuka” antara dua sistem ini adalah titik penjaga gawang (gatekeeper). Penjaga gawang akan menentukan informasi apa yang bisa lolos dan seberapa tepat reproduksinya. Prinsip ini berlaku bagi wartawan, editor, fotografer, komentator dan semuanya yang memutuskan informasi apa yang akan digunakan dalam media dari sekian banyak informasi yang tersedia. Sasaran manusia (pembaca, pendengar, pemirsa) juga bertindak sebagai penjaga gawang dengan cara memilih dan menerjemahkan bahan sesuai dengan kebutuhan mereka sendiri. Schramm (1955:143) mencatat sejumlah ukuran yang diambil dari teori informasi yang menyodorkan cara baru untuk mempelajari aktivitas komunikasi dalam kelompok kecil. Beberapa diantaranya adalah: traffic (lalu lintas), siapa yang bertugas berbicara dan seberapa banyak pembicaraan dilakukan, closure (penutupan), seberapa terbuka kelompok itu pada orang luar dan pemikiran dari luar; dan congruence (kongruensi), persoalan apakah para anggota adalah pastisipan yang setara dalam komunikasi kelompok atau beberapa anggota adalah penggagas komunikasi sementara yang lain adalah penerima saja.
Universitas Sumatera Utara
2.4 SIMBOLIC CONVERGENCE THEORY
Teori konvergensi simbolik yang dikembangkan oleh Ernest Bormann dengan kelompok mahasiswa dari Universitas Minnesota (1960-1970), menemukan proses sharing fantasi. Jadi konsep Teori Konvergensi Simbolik adalah tema fantasi. Tema fantasi adalah pesan yang didramatisi seperti permainan kata-kata, cerita, analogi, dan pidato yang menghidupkan interaksi dalam kelompok. Tema fantasi juga terfokus pada cerita suatu tokoh dengan karakter secara naratif. Setiap individu akan saling berbagi fantasi karena kesamaan pengalaman atau karena orang yang mendramatisi pesan memiliki kemampuan retoris yang baik. Suatu cerita, lelucon, atau permainan kata-kata yang sering terjadi dalam suatu kelompok tampaknya tidak bermakna apa-apa. Semuanya tidak memiliki efek dalam interaksi selanjutnya. Akan tetapi, kadang-kadang salah seorang dari anggota kelompok mengambil pesan tersebut kemudian membumbui cerita itu dan mungkin mendramatisi pesan dengan gaya cerita masing-masing. Dalam teori konvergensi simbolik, partisipasi ini dikenal dengan rantai fantasi dan saat hal itu terjadi, individu-individu tersebut telah berbagi kelompok fantasi. Symbolic Convergence Theory (SCT) bisa juga disebut teori komunikasi umum. SCT menjelaskan bahwa makna, emosi, nilai, dan motif untuk tindakan di retorika yang dibuat bersama oleh orang yang mencoba untuk memahami dari pengalaman yang umum, seperti keragaman kehidupan. Symbolic Convergence Theory adalah teori komunikasi umum karena menjelaskan bahwa fantasi oleh masyarakat umum tentang sebuah pengalaman yang memproduksi visi retorik dalam semua
masyarakat.
http://www.scribd.com/doc/52881349/Teori-konvergensi-
simbolik
Universitas Sumatera Utara
Teori ini mengupas tentang fenomena pertukaran pesan yang memunculkan kesadaran kelompok yang berimplikasi pada hadirnya makna, motif, dan perasaan bersama. Artinya teori ini berusaha menerangkan bagaimana orang –orang secara kolektif membangun kesadaran simbolik bersama melalui suatu proses pertukaran pesan. Kesadaran simbolik yang terbangun dalam proses tersebut kemudian menyediakan semacam makna, emosi dan motif untuk bertindak bagi orang-orang atau kumpulan orang yang terlibat didalamnya. Gagasan pokok dari teori ini adalah bertukar fantasi yang terdiri dari lelucon, analogi, ritual atau sekedar permainan kata-kata akan membawa pada pemusatan makna dan perasaan dari orang-orang yang terlibat (Hamid, 2007:68). Fungsi dari teori ini adalah menganalisa interaksi yang terjadi di dalam skala kelompok kecil. Kelompok di sini dapat berupa kelompok sosial, kelompok tugas, atau kelompok dalam sebuah pergaulan. Ernest G Bormann dalam Communication and Organizations: an intepretive approach (Putnam and Pacanowsky, 1983: 110) menjelaskan konvergensi simbolik akan menghasilkan tema-tema fantasi dramadrama besar yang panjang dan rumit dari sebuah cerita yang dipaparkan visiretorik. Sebuah visiretorik merupakan sebuah pandangan berbagi, bagaimana sesuatu terjadi dan apakah mungkin terjadi? Bentuk impian merupakan asumsi pengetahuan kelompok yang didasarkan pada penciptaan strukturasi penguasaan realitas. http://www.scribd.com/doc/52881349/Teori-konvergensi-simbolik Tema-tema fantasi dan visi retorik terdiri atas karakter-karakter, alur cerita, skenario dan sanksi dari agen (induk organisasi). Karakter dapat berupa pahlawan,penjahat,atau hanya tokoh pelengkap saja. Alur cerita adalah aksi atau pengembangan cerita, sedangkan skenarionya merupakan latar setting-an, termasuk
Universitas Sumatera Utara
lokasi pelengkap dalam lingkungan sosiokultural. Sanksi agen adalah sumber yang melegitimasi cerita dan menjadi otoritas pada kredibilitas cerita. Biasanya unsur ini diarahkan pada kepercayaan yang bersifat dogma. Sanksi agen biasanya berupa komitmen pada keadilan, demokrasi, bahkan agama. Stephen W Littlejohn dan Foss dalam Theories of Human Communication menambahkan bahwa cerita atau tema- tema fantasi diciptakan melalui interaksi simbolik dalam kelompok kecil dan kemudian dihubungkan dari satu orang ke orang lain dan dari satu kelompok ke kelompok lain untuk menciptakan sebuah pandangan dunia yang terbagi (2008:165). Dalam konvergensi simbolik dibutuhkan adanya visi retorik, saga, dan consciousness sustaining. Jadi jelas dalam membuat konvergensi simbolik tidak perlu komunikasi besar-besaran seperti layaknya promosi yang menghabiskan biaya. Cukup melalui kelompok kecil yang memiliki kredibilitas menyebarkan informasi ke masyarakat. Dari sanalah diciptakan cerita-cerita fantasi kenegaraan melalui sosok presiden, wakil presiden dan pejabat pemerintah. Mereka harus membawa saga-saga dalam cerita. http://www.scribd.com/doc/52881349/Teorikonvergensi-simbolik Contoh aplikasi dari teori ini antara lain: 1. Dalam dunia politik Atau yang paling minim adalah tidak menggunakan hak suara (golput) saat pemilu. Sikap apatis tersebut adalah bentuk penolakan yang paling kentara oleh rakyat dalam menanggapi kondisi negara yang tidak jelas dengan dunia politik yang bobrok. Padahal seharusnya, melalui berbagai pesta demokrasi, rakyat dibuai dan diberikan fantasi-fantasi politik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pemilu politik, entah itu pemilu legislatif, presiden atau
Universitas Sumatera Utara
pemilihan kepala daerah, merupakan momen penting di mana semua mata tertuju pada keriaan tersebut dan panggung politik digelar dengan dramaturgi yang jelas dalam upaya perbaikan,kemajuan, dan kesejahteraan rakyat. Kenyataan menunjukkan sebaliknya. Para politisi bukan menciptakan fantasi yang menyejukkan,malah memuakkan: banyak kecurangan dalam kampanye,klaim tuntutan perhitungan suara ulang alasan tidak fair sampai kepada tindakan-tindakan kriminal dalam pemilu. 2. Dalam dunia seni bila kita menganggap fantasi itu ”omong kosong”, mungkin tidak akan ada karya-karya sastra, musik, dan film yang mampu membuai dan menciptakan fantasi di benak pemirsa, pendengar, dan pembaca. Berdasarkan insting sebagai organisme, manusia akan selalu berusaha keluar, menghindar dari tekanan dan ancaman pada dirinya. Wajar bila ada tekanan dan impitan hidup yang kian berat, banyak orang yang berusaha lari dari kenyataan yang ada. Sinetron (opera sabun) merupakan media murah meriah yang mampu mengisi khayalan-khayalan yang ada di benak orang. Karena itu, terlepas pada adanya kepentingan ekonomi politik dan bias selebritas, penulis begitu menghargai kehadiran sinetron dan film di masyarakat sebagai penghibur dan penciptaan fantasi masyarakat. Teori ini termasuk kedalam ranah Objektif karena orang lain atau manusia itu dianggap
pasif
dan
dapat
dikendalikan
atau
diarahkan.http://pebatan.blogspot.com/2009/05/teori-konvergensisimbolik-1.html
Universitas Sumatera Utara