BAB II MEMBACA PETA BUTA
Universitas Sumatera Utara
FINDING THE GLASSBOX OF WONDER
Helen Kartika 110406066
Gambar 2.1. Peta lokasi kota Lotu Sumber: www.bpbdkabniasutara.blogspot.com
Universitas Sumatera Utara
FINDING THE GLASSBOX OF WONDER
Helen Kartika 110406066
BAB II MEMBACA PETA BUTA 2.1. Membaca Nama “Finding the Glass Box of Wonder” merupakan judul dari petualangan menemukan desain dari sebuah bangunan yang menjadi tempat peralihan kehidupan ratusan generasi muda. “The glass box” dan “wonder” merupakan dua kata yang membangun karakter desain. Bagaimana desain memberikan sebuah citra ruang berselubung kaca sebagai penguat karakter bangunan selaku kampus pertanian yang identik dengan rumah kaca sebagai media belajar dan berlatih. Kata wonder sendiri dalam bahasa Inggris memiliki berbagai macam arti, mulai dari heran, ingin tahu, ajaib dan misterius. Wonder yang ditampilkan pada judul merupakan kata yang mewakili proses keilmuwan yang sejatinya penuh dengan momen-momen misterius dan ajaib, membuat subjeknya tidak pernah berhenti mencari misteri lainnya.
2.2. Menilik Legenda Membaca peta buta sama halnya dengan membaca secarik kertas yang bergurat lugu. Apa yang terdapat di dalam ruang guratan tak juga diketahui. Mengenali konteks peta sebelum melukiskannya harus menjadi perhatian utama,
Universitas Sumatera Utara
FINDING THE GLASSBOX OF WONDER
Helen Kartika 110406066
untuk itulah kita menilik legenda, mencari tahu apa yang hendak kita lukiskan di peta buta. 2.2.1. Sejarah Budidaya Karet1 Penemuan tanaman karet seperti yang dicatatkan oleh sejarah terjadi pada tahu 1493 oleh Michele de Cuneo saat melakukan pelayaran ekspedisi ke benua Amerika. Pohon-pohonan yang belum teridentifikasi tersebut mengandung getah dan hidup liar di hutan pedalaman Amerika yang lebat. Pada tahun 1524, di daerah Seville, dimulailah pengenalan bahan baku karet. Penelitian kemudian dilakukan terhadap kandungan yang terdapat dalam getah tanaman karet dalam rangka pembuatan alat-alat yang bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari. Tim peneliti dengan bantuan penduduk asli Peru menelusuri setiap daerah yang menjadi tempat tumbuhnya tanaman ini. Penemuan selanjutnya adalah bahwa getah pohon ini dapat diperoleh dengan cara melukai kulit batangnya tanpa perlu menebang pohon tersebut dan proses ini dapat dilakukan berulang-ulang. Tanaman ini kemudian diberi nama Hevea. Orang-orang di benua Eropa kemudian mengembangkan karet untuk aneka barang keperluan sehari-hari seperti pakaian tahan air, pembungkus barang tahan air, botol karet, penghapus dan lainlain. Kata rubber dalam bahasa inggris yang bermakna karet berasal dari kata to rub yang artinya menggosokkan atau menghapus.
1
Sigit, “Sejarah Karet,” scribd.com,diakses 17 Juli 2015, hlm: 21-35.
Universitas Sumatera Utara
FINDING THE GLASSBOX OF WONDER
Helen Kartika 110406066
Tanaman karet mulai diperkenalkan di Indonesia pada masa penjajahan Belanda. Tanaman karet tertua ditanam pada tahun 1862 di Subang, Jawa Barat. Pada tahun 1864 tanaman karet ditanam untuk pertama kalinya di Kebun Raya Bogor sebagai varietas tanaman baru. Perkebunan karet di Indonesia pertama kali dibuka oleh Hofland pada tahun 1864 di daerah Pamanukan dan Ciasem, Jawa barat dengan varietas karet rambung (Ficus elastica) sebagai objek tanam. Pada tahun 1902 varietas karet Hevea Brasiliensis dibudidayakan di daerah Sumatera Timur untuk pertama kalinya, kemudian dibawa ke Sumatera Selatan oleh perusahaan Harrison and Crossfield Company. Selanjutnya perkebunan karet di Sumatera Selatan dikelola secara komersial oleh perusahaan Sociente Financiere des Caoutchoues asal Belgia tahun 1909 dan perusahaan asal Amerika bernama Holands Amerikaanse Plantage Maatschappij tahun 1910-1991. Distribusi karet pada saat itu menggunakan transportasi warisan perkebunan tembakau. Tahun 1910-1911 harga karet membumbung tinggi, namun pada tahun 1920-1921 resesi dunia menyebabkan kemerosotan harga. Tahun 1922 dan 1926 harga karet kembali membumbung tinggi akibat ledakan permintaan produksi karet sebagai bahan baku produksi mobil Amerika. Pada tahun 1922 dan 1926 mulai muncul perkebunan-perkebunan rakyat yang mengakibatkan perluasan lahan perkebunan yang tidak terkendali dan surplus produki yang berlebihan. Tahun 1937-1942 diberlakukan sistem kupon karet sebagai surat izin ekspor kepada petani pemilik karet bukan kepada eksportir. Pada tahun 1944, pada masa kependudukan Jepan di Indonesia,
Universitas Sumatera Utara
FINDING THE GLASSBOX OF WONDER
Helen Kartika 110406066
diterbitkanlah larangan perluasan perkebunan karet. Pajak ekspor karet dinaikkan hingga 50 % dari hasil produksi. Pasca PD II, permintaan produksi karet kembali meningkat. Penanaman karet secara tradisional dimulai pada tahun 1980 di beberapa wilayah di Sumatera Selatan. Keterbatasan pengetahuan petani akan budidaya tanaman karet menyebabkan terjadinya pembukaan lahan secara besar-besaran. Hal ini dikarenakan
petani
lebih
memilih
melakukan
penanaman
pohon
baru
dibandingkan peremajaan pohon karet tua. Tahun 1990-an budidaya tanaman kelapa sawit mulai dipopulerkan oleh perusahaan perkebunan besar. Perkebunan kelapa sawit mulai menggeser popularitas perkebunan karet. Banyak petani karet yang mulai mengalihfungsikan lahan perkebunan karetnya menjadi perkebunan kelapa sawit. Walaupun demikian, pertumbuhan perkebunan karet terus menunjukkan peningkatan hingga saat ini. Perkembangan teknologi dan pendidikan pertanian merupakan salah satu faktor penyebab peningkatan kuantitas dan kualitas produksi karet di Indonesia.
2.2.2. Pendidikan Vokasi di Indonesia UU tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No 20 Tahun 2003 Pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa , bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
Universitas Sumatera Utara
FINDING THE GLASSBOX OF WONDER
Helen Kartika 110406066
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan di Indonesia diarahkan pada tercapainya cita-cita pendidikan yang ideal dalam rangka mewujudkan peradaban bangsa Indonesia yang bermartabat. Secara umum, ada 2 hal yang memperngaruhi pendidikan nasional yaitu, kebijakan politik dan dinamika sosial. Kebijakan politik yang berkenaan dengan penyusunan sistem pendidikan nasional terjabar pada UU Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003.
Gambar 2.2. Sistem Penyelenggaraan Pendidikan berdasarkan UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 sumber: Paradigma Baru Pendidikan Vokasi, 2012
Universitas Sumatera Utara
FINDING THE GLASSBOX OF WONDER
Helen Kartika 110406066
UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 membedakan sistem pendidikan nasional menurut satuan pendidikan, jalur pendidikan, jenis pendidikan, dan jenjang pendidikan. Satuan pendidikan menyelenggarakan proses belajarmengajar di sekolah dan di luar sekolah. Penyelenggaraan proses belajar-mengajar di sekolah dilakukan secara berjenjang dan berkesinambungan. Sebaliknya, penyelenggaraan pendidikan luar sekolah dilaksanakan tanpa harus berjenjang dan berkesinambungan. Sistem pendidikan nasional memiliki dua alur pendidikan yaitu, alur pendidikan akademik dan alur pendidikan profesional. Alur pendidikan akademik bertujuan untuk mempersiapkan kompetensi akademis peserta didik dalam rangka melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Di sisi lain, pendidikan profesional mempersiapkan peserta didik untuk berkompetensi dalam bidang keahliannyayang berorientasi kepada dunia kerja. Dalam sistem pendidikan yang berorientasi kepada dunia kerja, terdapat dua istilah yaitu, pendidikan kejuruan dan pendidikan vokasi. Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didiknya untuk memiliki pekerjaan dibidang tertentu. Pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan peserta didiknya untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan yang setara dengan program sarjana. Sapto Kuntoro sebagaimana dikutip Soeharsono (1989), menggambarkan hubungan antara jenjang pendidikan di sekolah dengan ketenagakerjaan sebagai sebuah piramida
Universitas Sumatera Utara
FINDING THE GLASSBOX OF WONDER
Helen Kartika 110406066
Gambar 2.3. Piramida Ketenagakerjaan dan Jenjang Pendidikan Sekolah sumber: Paradigma Baru Pendidikan Vokasi, 2012
Salah satu fenomoena yang terjadi di era globalisasi adalah terjadinya perdagangan bebas. Menurut Marzuki Usman (2005), tahun 2020 merupakan permulaan dari globalisasi secara total. Fenomena perdagangan bebas ini mengindikasikan bahwa tenaga kerja dengan kualifikasi profesional sangat dituntut. Perubahan ekonomi dunia yang sangat cepat ini diimbangi pula oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat. M. Hatta Rajasa (2008) menyebut bahwa pada awal abad 21 era informasi atau era digital telah tumbuh dengan sangat cepat namun kemudian, tahap demi tahap mulai bergeser ke era pengetahuan. Pada era pengetahuan ini, ilmu pengetahuan merupakan
Universitas Sumatera Utara
FINDING THE GLASSBOX OF WONDER
Helen Kartika 110406066
sumber daya utama dalam kegiatan ekonomi. Dominasi ekonomi yang terjadi saat ini kita kenal sebagai ekonomi berbasis pengetahuan atau yang sering disebut ekonomi kreatif. Ekonomi kreatif ditopang oleh keunggulan budaya, seni dan inovasi teknologi.2 Jika dikaitkan dengan tantangan yang dihadapi dalam abad 21 terhadap dunia pendidikan, Wagner (2008) berpendapat bahwa akan terjadi tiga transformasi mendasar, yaitu:3 1. Evolusi yang cepat dalam era ekonomi kreatif yang akan mempengaruhi dunia kerja 2. Terjadinya perubahan mendadak terhadap ketersediaan informasi yang tadinya terbatas menjadi informasi yang berkelanjutan dan melimpah 3. Terjadinya kenaikan dampak penggunaan media dan teknologi terhadap generasi muda Pendapat tersebut selaras dengan pernyataan Power (1999) bahwa pendidikan vokasi merupakan jenjang pendidikan yang berhubungan langsung dengan kemajuan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan bagi orangorang yang bekerja dibidang rekayasa dan jasa. Kondisi ini memperlihatkan peran besar pendidikan vokasi sebagai jalan keluar pemenuhan tuntutan masyarakat pada era ekonomi kreatif. 2
Prof.Dr.Herminarto Sofyan dkk, “Paradigma Baru Pendidikan Vokasi”, eprints.uny.ac.id, diakses 18 Juli 2015, hlm: 1-4. 3
Ibid., hlm: 5.
Universitas Sumatera Utara
FINDING THE GLASSBOX OF WONDER
Helen Kartika 110406066
2.3. Menandai Titik Mengetahui segala bentukan yang tertulis di legenda merupakan awal dari mengisi peta buta, saatnya menandai titik-titik tempat yang terdapat di legenda. 2.3.1
Latar belakang pemilihan lokasi.
Lokasi perancangan kawasan kampus AKNIRA terdapat di kota Lotu, ibu kita kabupaten Nias Utara. Kawasan merupakan tanah hibah dari masyarakat setempat yang kini luasnya mencapai ± 20 ha. Jalan raya belum sepenuhnya dibangun mengelilingi kawasan tersebut. Pemilihan lokasi tidak mempertimbangkan faktor kestrategisan melainkan murni karena ketersediaan lahan hibah masyarakat. Lokasi kawasan kampus D-2 Jurusan Budidaya Tanaman Karet juga melalui beberapa perubahan yang dikarenakan oleh perubahan konsep penzoningan dan pengerucutan jumlah bangunan yang dirancang di dalam kawasan. 2.3.2
Kronologi Perubahan Lokasi
1. Lokasi kampus D-2 Budidaya Tanaman Karet pertama kali ditetapkan pada sisi barat laut, tepat disisi kiri gerbang 2 kampus. Kampus Kawasan Budidaya Tanaman Karet diposisikan bersebelahan dengan Kampus Peternakan agar kebun dan padang penggembalaan terintegrasi.
Universitas Sumatera Utara
FINDING THE GLASSBOX OF WONDER
Helen Kartika 110406066
Gambar 2.4. Kronologi perubahan letak Kampus D-2 Budidaya Tanaman Karet AKNIRA
2. Lokasi Kampus D-2 Budidaya Tanaman Karet kemudian dipindahkan ke sisi depan kawasan, sisi timur laut, menggantikan posisi Kawasan Kampus Multimedia dan Kampus Jurusan Pariwisata. Hal ini memberikan kesempatan perluasan lahan bagi kebun entres karet, perkebunan sayur-
Universitas Sumatera Utara
FINDING THE GLASSBOX OF WONDER
Helen Kartika 110406066
mayur dan sawah. Walaupun lahan perkebunan tidak lagi terintegrasi dengan padang prnggembalaan ternak serta lokasi kampus yang terkesan terasing dari dua jurusan lainnya, namun hal ini memberikan kesempatan bagi penguatan citra Kawasan Kampus AKNIRA sebagai sekolah vokasi berwawasan lingkungan.
Gambar 2.5. Peta lokasi site AKNIRA Sumber: Google Map
2.3.3
Deskripsi kondisi eksisting kawasan
Lokasi site berada di Kecamatan Lottu yang merupakan Ibukota dari Kabupaten Nias Utara.
Universitas Sumatera Utara
FINDING THE GLASSBOX OF WONDER
Batas wilayah
Helen Kartika 110406066
:
Sebelah Utara
:
Samudera Indonesia
Sebelah Timur
:
Samudera Indonesia dan Gunungsitoli
Sebelah Selatan :
Kabupaten Nias Barat dan Kabupaten Nias
Sebelah Barat
Samudera Indonesia
:
Letak Geografis : Berada pada 1003’00’’ – 1033’00’’ LU dan 97000’ 00’’ – 99000’00’’ LS Jarak Pencapaian menuju Lottu : Lotu - Medan = ± 174 millaut = 280 km Lotu - Sibolga = ± 85 millaut Lotu - Binaka Airport = 82 km Lotu - Gunung Sitoli = 55 km Lotu - Kantor Bupati Nias = 34 km Lotu – Bibir Pantai terdekat = 5 km Lotu – Pelabuhan regional Afulu = 42 km Lotu – Pelabuhan Nasional Lahewa = 25 km
Universitas Sumatera Utara
FINDING THE GLASSBOX OF WONDER
2.3.4
Helen Kartika 110406066
Survey
Berdasarkan foto-foto survey kawasan perancangan diketahui bahwa kawasan perancangan merupakan lahan belum terbangun baik di dalam maupun disekelilingnya. Kawasan perancangan dikeliligi oleh hutan milik masyarakat adat. Kondisi tapak sendiri sudah memasuki tahap pembersihan lahan. Tanah di lokasi perancangan merupakan tanah labil yang tergenang air dengan tingkat keasaman yang tinggi.
a
b
c
d
Gambar 2.6. Kondisi eksisting site. (a dan b) Kondisi drainase kawasan; (c) Kondisi jalan pada site; (d) Foto tim survey. Sumber: Dokumentasi pribadi Ir. Rudolf Sitorus, MLA.
Universitas Sumatera Utara
FINDING THE GLASSBOX OF WONDER
Helen Kartika 110406066
Tim yang melakukan survey lokasi merupakan tim dosen Arsitektur USU, termasuk dosen pembimbing kelompok Perancangan Arsitektur 6. Sesuai dengan standar pengerjaan kasus Perancangan Arsitektur 6, sebenarnya kelompok wajib melakukan survey lokasi yang jauh dan mempertimbangkan kesiapan kelompok dalam berinteraksi dengan pihak AKNIRA maka dosen pembimbing mengambil alternatif survey. Survey dilakukan pada kawasan terpencil di Kota Pancur Batu. Pengalaman survey merupakan pengalaman yang menarik untuk diulas sebagai materi penambahan kawasan. Tidak kenal maka tidak sayang. Pancur batu, kota yang dekat di mata jauh di hati. Sebuah perjalanan bukan sekedar beranjak dari posisi kita biasa berdiri ke lokasi baru yang asing, perlu persiapan untuk melakukan perjalanan tersebut. Ketika hendak berangkat ke Kota Pancur Batu, yang ada di benak saya hanyalah masalah fisik belaka seperti lamanya perjalanan, apa yang harus saya pakai dan perbekalan. Alangkah tergugahnya saya ketika sebelum pergi, kami disuguhkan sebuah pertanyaan, “ Apakah Kota Pancur batu bagi kita? Mengapa kota itu ada? Apa yang menghidupinya?” jawabannya sederhana, “ saya tidak tahu apa-apa mengenai kota tersebut”. Ada rasa malu yang timbul. Sebuah perjalanan menuju lokasi yang asing, hanya bermodalkan perlengkapan fisik belaka, tidak ada pengetahuan apa-apa tentang lokasi tersebut, barulah saya menyadari bahwa hal tersebut hanya akan membawa saya menuju makna sebenarnya dari kata tersesat. Kota Pancur batu sendiri, seperti yang telah dijelaskan kepada kami, merupakan kota yang hidup karena pertanian tembakau pada masa pemerintahan
Universitas Sumatera Utara
FINDING THE GLASSBOX OF WONDER
Helen Kartika 110406066
Hindia-Belanda. Jejak-jejak peninggalan kolonial di kota tersebut masih dapat kita jumpai pada gaya arsitektur pasar dan rumah-rumah disepanjang Pasar Pancur batu. kondisinya tidaklah seindah dulu ketika baru dibangun. Keindahannya aus dimakan usia, kemegahannya hilang karena tidak lagi dirawat dan pola-pola kehidupan yang sangat berubah benar-benar menyamarkan wajah asli dari kawasan ini. Kebun-kebun tembakau deli yang dulunya pernah menjadi tembakau terbaik dan termahal di dunia sudah habis diganti dengan perkebunan kelapa sawit. Penduduknya jelas bertambah dari sejak kota ini dibangun, namun kemajuan beradaban sangat kontras dari Kota Medan maupun Kota Berastagi yang mengapitnya.
Gambar 2.7. Lahan perkebunan memiliki kontur terjal Karena nila setitik, rusak susu sebelanga. Ungkapan ini cukup untuk menggambarkan apa yang saya lihat disepanjang perjalanan kami menuju kota
Universitas Sumatera Utara
FINDING THE GLASSBOX OF WONDER
Helen Kartika 110406066
Pancur batu. deretan ruko-ruko yang mayoritas masih dalam tahap pembangunan menjadi panorama yang menemani kami. Tren, ini yang menjadi landasan pembangunan di Sumatera Utara. Tidak peduli saya ke kota manapun di provinsi ini, yang saya temui hanyalah pembangunan ruko-ruko yang tidak tahu kapan akan berhenti. Bukannya tidak boleh, namun sesuatu yang berlebihan hanyalah memberikan efek negatif. Kota ini begitu monoton, begitu membosankan. Bangunan-bangunan baru muncul dan bangunan-bangunan bersejarah sengaja dibiarkan rusak agar pihak-pihak berkepentingan khusus punya alasan untuk merubuhkannya dan membangun ruko-ruko favorit mereka diatasnya. Sungguh menggugah hati pemandangan tersebut. Perjalanan ini menyadarkan saya dari mimpi-mimpi indah yang kami lihat di kampus ketika kami merancang tugastugas kami. Dunia yang kami lihat di lembaran kertas putih sangat imajiner. Saya kembali berpikir bagaimana cara untuk mengalahkan tren? Hampir mustahil rasanya, namun bukan tidak mungkin hal itu akan terjadi. Pembangunan yang cepat dan besar-besaran mengindikasikan kemajuan kota. Ini mungkin merupakan target yang hendak dicapai oleh pemerintah kita. Hal ini benar-benar dilakukan mereka dengan serius. Pembangunan ruko-ruko di sepanjang perjalanan kami dari Medan ke Pancur batu misalnya, walaupun sedikit melenceng. Pembangunan ini juga sudah mulai merambah ke desa-desa terpencil dalam konteks pembangunan fasilitas jalan raya. Ketika kami sudah sampai ke Kota Pancur batu, kami langsung meneruskan perjalanan kami untuk masuk lebih dalam lagi, melihat sisi lain dari kota ini. Jalan beraspal sudah sampai ke desa-
Universitas Sumatera Utara
FINDING THE GLASSBOX OF WONDER
Helen Kartika 110406066
desa pedalaman di Kota Pancur batu, dan pembangunan jalan raya ini terus dilakukan sampai hari ini. Kondisi sosial kemasyarakatan di desa yang kami lewati memang masih sangat tertinggal. Mereka tinggal di rumah-rumah semi permanen dan rumah-rumah panggung yang usianya sudah sangat tua, hanya ada beberapa rumah yang sudah dibangun secara permanen. Bangunan permanen ini seakan-akan menunjukkan perbedaan kelas ekonomi yang kontras dengan masyarakat yang tinggal bersebelahan dengannya. Pembangunan jalan ini selayaknya mendapat respon positif dari kita, karena dengan jalan inilah pemerintah menunjukkan bahwa harapan untuk melaksanakan pembangunan secara merata masih mungkin untuk kita raih.
Gambar 2.8. Kondisi sungai di kawasan survey Pancur Batu
Universitas Sumatera Utara
FINDING THE GLASSBOX OF WONDER
Helen Kartika 110406066
Kami meneruskan perjalanan menuju daerah yang masih belum banyak terbangun. Ada bangunan bekas pabrik cat yang kini tidak lagi difungsikan dan ada vihara yang baru dibangun di daerah itu. Kami juga berkunjung ke tanah pribadi pembimbing kami. Masyarakat masih buta tentang keindahan. Mereka tidak menyadari potensi lahannya dan malah merusak keindahan alam daerah itu dengan membangun secara sembarangan. Ketika kami meneruskan perjalanan menuju sungai untuk makan siang, pemandangan hijau tersuguh di depan kami. Deretan perkebunan sawit yang berada di tanah yang berlereng-lereng adalah satu hal yang paling saya sayangkan. Satu batang kelapa sawit menyerap 11 liter air per hari, yang saya lihat bahkan lebih dari seratus batang kelapa sawit. Hari ini sudah terasa bagaimana pun hijaunya tanah kita, tidak kita nikmati suasana sejuk disekeliling kita. Di masa depan, mungkin tidak kita temui lagi tanah yang subur seperti hari ini. Inilah yang saya khawatirkan ketika melihat bagaimana tren sekali lagi menjadi sebuah inti dari permasalahan pembangunan di Negara ini. Sampai di tepi sungai, betapa kecewanya saya melihat bangunan permanen berdiri dengan tegak di tepiannya. Benar-benar mengherankan melihat sebuah bangunan yang harusnya mendukung bahkan menambah keindahan alam sekitarnya malah memiliki efek sebaliknya dari atas, sangatlah sulit untuk menikmati pemandangan kearah sungai secara langsung. Kita harus turun ke bawah untuk langung merasakan suasana alamnya. Wajah alam dirusak dan ada yang tanpa sadar disembunyikan. Inilah akibat buruk dari pembangunan tanpa visi yang jelas. Membangun hari ini namun tidak meninggalkan apa-apa di masa depan. Kita
Universitas Sumatera Utara
FINDING THE GLASSBOX OF WONDER
Helen Kartika 110406066
tidak menyadarinya karena kita terpaku dengan pemikiran bahwa apa yang kita lakukan baik untuk diri kira sendiri. Kekuatan finansial, inilah titik tolak pemikiran kita, lalu setelah ini tercapai, apa lagi yang kita harapkan? Ketika tanah sudah hilang kesuburannya, ketika air bersih sudah susah ditemukan, ketika tren masa kini sudah tidak lagi bisa diaplikasikan, apa lagi yang tersisa dari generasi kita? Inilah yang saya lihat akan terjadi di masa depan.
Gambar 2.9. Bangunan permanen yang terabaikan di tepi sungai Karena mata buta, karena hati mati. Ungkapan ini saya rasa layak dijadikan tema pembangunan Pasar Induk Tuntungan yang kami singgahi diperjalanan kami pulang menuju Medan. Saya benar-benar takjub melihat betapa lebarnya jalan masuk menuju pasar induk yang baru ini. Lebar jalannya mengalahkan jalan protokol yang ada. Saya kembali teringat ketika saya pergi ke Thailand dengan teman-teman saya. Betapa irinya saya melihat kemegahan jalan raya di sana. Betapa bangganya rakyat ibu kota Bangkok bisa menyusuri fasilitas
Universitas Sumatera Utara
FINDING THE GLASSBOX OF WONDER
Helen Kartika 110406066
jalan raya yang begitu lebar dan bagus. Barulah saya sadari bahwa ada jalan selebar itu di halaman rumah kami sendiri, namun justru tidak memberikan kebanggaan seperti yang ada dalam imajinasi saya. Saya bertanya-tanya, untuk siapa dan untuk kebutuhan apa jalan seluarbiasa lebarnya ini? Pasar induk yang baru begitu jauhnya dari jalan protokol, ini merupakan kenyataan yang menurut saya layak untuk ditertawakan. Bagaimana bisa sebuah pasar induk lokasinya begitu tersembunyi?
Gambar 2.10. Pasar Induk Tuntungan Setelah beberapa waktu perjalanan yang bagi saya cukup sia-sia, akhirnya kami sampai ke lokasi bangunan Pasar Induk Tuntungan. Bangunannya? Saya sempat berpikir jangan-jangan kami salah jalur dan masuk ke lokasi pelatihan atlet nasional. Lansekap taman bagian depannya saya nilai tidak kontekstual dan tidak fungsional. Kawasannya terdiri dari 3 bangunan utama yang difungsikan sebagai pasar. Ketika kami masuk ke dalamnya, saya benar-benar tercengang melihat
Universitas Sumatera Utara
FINDING THE GLASSBOX OF WONDER
Helen Kartika 110406066
kemegahan bangunan ini. Terlepas dari kemegahan struktur bajanya, perencanaan saya nilai masih kurang. Utilitas bangunan pasar induk tidak terencana dengan baik. Kami menemui banyak sekali stop kontak, namun utilitas drainase di dalam pasar induk tidak ada. Saya bisa membayangkan betapa kotornya pasar ini nantinya. Saya juga bisa membayangkan banyaknya genangan air yang tak tahu harus kemana dialirkan.
Gambar 2.11. Interior megah Pasar Induk Tuntungan Kembali saya tertawa melihat kondisi bangunan sub pasar induk disebelahnya yang memberikan fasilitas kios-kios permanen. Entah bagaimana dan siapa yang mengerjakan konstruksinya, kolom-kolom kios-kios tersebut tak satupun ada yang lurus, semuanya miring dan bengkok. Ketika kami berjalan keluar dan melewati lokasi parkir samping, kami melihat tembok-tembok penahan tanah rubuh di 2 titik berbeda. Kembali saya merasa ngeri dengan pemandangan
Universitas Sumatera Utara
FINDING THE GLASSBOX OF WONDER
Helen Kartika 110406066
tersebut. Belum lagi, bangunan pasar yang dibangun 5 tahun yang lalu ini sudah rusak di sana-sini padahal belum aktif difungsikan. Ini menyadarkan saya akan kenyataan pahit politik kotor dan budaya korupsi bangsa ini. Seperti sayur dengan rumput. Ungkapan ini berarti perbedaan yang sangat drastis. Dimanakah pusat kota Medan saat pemerintahan Hindia-Belanda? Saya, ketika baru mempelajari hal ini cukup terkejut karena bukan kawasan Balai Kota yang menjadi pusat kota, melainkan Central. Mengapa? Saya justru mendapat jawabannya dari ayah saya. Ketika sebuah kota baru hendak dibangun, hal pertama yang harus segera dibangun selain pusat pemerintahan adalah pasar. Pasar merupakan tempat semua orang, tidak peduli datang dari mana dan dengan latar belakang apa berkumpul. Pasar merupakan lapangan pekerjaan bagi semua orang dan sumber pemenuhan kebutuhan pokok bagi masyarakat. Sebegitu penting dan krusialnya fungsi ini sehingga pusat kota Medan tempo dulu adalah Pasar Central. Disini juga saya melihat perbedaan karakter yang kontras antara pemerintah pra kemerdekaan dengan pasca kemerdekaan. Dari segi arsitektur, Pasar Central merupakan bangunan pasar terindah se-Asia Tenggara saat pembangunannya rampung. Bagaimana dengan arsitektur Pasar Induk Tuntungan? Ini pertanyaan besar bagi pemerintah kita. Apa sebenarnya yang kita harapkan dari pasar induk yang baru? Sudah terantuk baru tengadah. Penyesalan memang selalu datang terlambat. Sepanjang perjalanan pulang itu saja yang terngiang dipikiran saya. Pembangunan yang terjadi hari ini ada baiknya dan ada buruknya. Jaringan jalan
Universitas Sumatera Utara
FINDING THE GLASSBOX OF WONDER
Helen Kartika 110406066
raya sudah sampai ke desa-desa, ini menumbuhkan harapan baru bagi kita. Pembangunan Pasar Induk Tuntungan dan tren ruko yang menjadi batu sandungan kita untuk menuju kota yang memiliki masa depan. Dimasa depan, saya khawatir akan banyak muncul kota-kota yang monoton, kota-kota yang tidak memiliki ciri khas. Saya pikir kita butuh orang-orang dengan komitmen yang kuat untuk berdedikasi dalam menciptakan pembangunan yang memiliki masa depan. Dedikasi bukan hal yang mudah jika dilakukan sendirian dan dalam lingkup yang luas, namun jika dilakukan bersama-sama, dedikasi untuk pembangunan berkelanjutan ini akan menjadi beban bersama sehingga cita-cita dapat lebih cepat dan tepat pencapaiannya. Membagi sama adil, memotong sama panjang. Dari perjalanan kami ke Pancur batu, saya semakin diyakinkan bahwa pembangunan yang memiliki masa depan adalah pembangunan yang adil dan merata. Masyarakat, dimanapun mereka berada dan apapun pekerjaannya, sudah selayaknya dapat menikmati kemudahan yang sama. Tidak hanya orang-orang di pusat kota saja yang pantas memiliki akses jalan raya, melainkan masyarakat desa juga harus bisa menikmati akses jalan yang sama baiknya. Jalan merupakan fasilitas yang mampu menghubungkan kita dengan dunia luar sehingga peradaban kita bisa berkembang beriringan. Pembangunan fasilitas lain juga haruslah sama baiknya di desa maupun kota, sehingga kesejahteraan merata dan arus urbanisasi menurun. Pembangunan yang memiliki masa depan bukan membangun untuk mencapai kota megapolitan, namun bagaimana semua daerah dapat terhubung dan kesejahteraannya merata.
Universitas Sumatera Utara
FINDING THE GLASSBOX OF WONDER
Helen Kartika 110406066
Bagaimana bangunan baru bukan menjadi fokus pembangunan namun pemanfaatan bangunan lama dalam konteks konservasi adalah jalan yang harus diambil untuk saat ini. Hal ini perlu sehingga guratan sejarah perkembangan kota tidak hilang dan kehilangan lahan untuk pertanian dan area hijau tidak semakin besar. Saat ini Pancur batu, dibandingkan Medan, masih sangat tertinggal dari segi pembangunan, namun bukan tidak mungkin di masa depan perkembangannya akan sama pesatnya. Hal ini menjadi harapan dan juga pengingat bagi kita agar pembangunan yang sekarang sudah dimulai tidak mengantarkan kita pada ketersesatan. 2.4. Menerangkan Simbol Titik-titik yang memperkaya peta buta tidaklah bermakna apa-apa bila tidak disertai dengan simbol-simbol yang membedakan mereka. Dalam kasus perancangan Kampus D-2 Jurusan Budidaya Tanaman Karet AKNIRA dilakukan pula tinjauan fungsi bangunan berupa: 2.4.1
Deskripsi kegiatan pengguna
Tabel 2.1. Deskripsi kegiatan pengguna Pengguna
Kelompok Kegiatan
Kriteria Kegiatan
Belajar, praktikum, praktik di lapangan Mahasiswa
Dominan (Utama)
Kegiatan organisasi mahasiswa, makan dan Pendukung minum, ibadah, pengerjaan tugas kuliah
Universitas Sumatera Utara
Helen Kartika 110406066
FINDING THE GLASSBOX OF WONDER
interaksi sosial Memberi kuliah, memimpin praktikum, Dominan (Utama) membina praktik di lapangan Dosen Rapat kerja, makan dan minum, ibadah, Pendukung pengerjaan tugas pribadi, interaksi sosial Kegiatan administratif manajemen servis
Dominan (Utama)
Staff Makan dan minum, ibadah, interaksi sosial
2.4.2
Pendukung
Deskripsi Perilaku
Diagram 2.1. Skema aktivitas pelaksana administrasi
Diagram 2.2. Skema aktivitas pelaksana akademik (mahasiswa/i)
Universitas Sumatera Utara
FINDING THE GLASSBOX OF WONDER
Helen Kartika 110406066
Diagram 2.3. Skema aktivitas servis
Diagram 2.4. Skema aktivitas kepala laboratorium 2.4.3
Deskripsi Kebutuhan Ruang
Tabel 2.2. Deskripsi kebutuhan ruang
Pengguna
Kegiatan
belajar Mahasiswa praktikum membaca Mengajar Dosen Pekerjaan pribadi Membina praktikum K. Lab Mengurus penyelenggaraan lab Kepala Mengurus kebijakan Jurusan kampus
Ruang kelas laboratorium perpustakaan kelas r. dosen laboratorium r. kepala lab r. kepala jurusan
Sifat Ruang
Kelompok Ruang
dominan (utama) privat
administrasi
Universitas Sumatera Utara
FINDING THE GLASSBOX OF WONDER
Mengurus administrasi kampus Pengelola ikatan Mahasiswa mahasiswa Mahasiswa Pertemuan, rapat dan dosen dan seminar interaksi sosial Staff TU
ibadah Masyarakat sanitasi kampus Fotocopy dan dan publik pembelian alat keperluan sekolah Makan dan minum
Helen Kartika 110406066
r. tata usaha r. ikatan mahasiswa r. rapat r. komunal lantai 2 dan 3 mushola toilet Koperasi
Semi publik
publik
pelengkap
Kantin lantai 1
2.5. Menghubungkan Titik Peta buta yang dipenuhi symbol dan titik hanyalah sebuah gambar bisu jika tak diberikan pengikat antar titiknya. Mengetahui tempat-tempat yang berfungsi sama dan saling memiliki keterkaitan tentu akan memperluas wawasan desain. Pada kasus perancangan 6 ini, Politeknik Negeri Lampung merupakan kasus studi perbandingan proyek dengan fungsi sejenis. Politeknik
Pertanian
Negeri
Lampung
resmi
menyelenggarakan
pendidikan tinggi secara mandiri dan menjadi salah satu PTN di Lampung. Sejak tanggal 7 April 2001, berdasarkan SK Mendiknas RI No. 036/O/2001. Keberadaan Politeknik ini diharapkan mampu berperan sebagai motivator, penggerak, dan peningkat mutu pengembangan daerah Lampung. Pada 2 Agustus 2004 Politeknik Pertanian Negeri Lampung resmi berubah nama menjadi
Universitas Sumatera Utara
FINDING THE GLASSBOX OF WONDER
Helen Kartika 110406066
Politeknik Negeri Lampung. Politeknik Negeri Lampung memiliki 11 jurusan keahlian, yaitu Jurusan Ekonomi dan Bisnis (Agrobisnis, Akuntansi, Manajemen Informatika);
Budidaya
Tanaman
Pangan
(Produksi
Tanaman
Pangan,
Hortikultura, Teknologi Pembenihan); Budidaya Tanaman Perkebunan (Budidaya Tanaman Perkebunan dan Produksi Tanaman Kebun); Teknologi Pertanian (Mekanisasi Pertanian, Teknik Pengelolaan Sumberdaya Lahan dan Air dan Teknologi Pangan); dan Peternakan (Perikanan dan Peternakan).
Gambar 2.12. Kampus Politeknik Negeri Lampung Sumber:4.bp.blogspot.com
Visi
: Sebagai penghasil lulusan berkemampuan teknis dan manajerial yang inovatif, berdaya saing global, dan pusat pengembangan IPTEK terapan bidang perkebunan.
Universitas Sumatera Utara
Helen Kartika 110406066
FINDING THE GLASSBOX OF WONDER
Misi
: 1. Melaksanakan proses pembelajaran yang berbasis produksi dan manajemen industri perkebunan berorientasi wirausaha. 2. Melaksanakan penelitian terapan berbasis industri perkebunan 3. Melaksanakan pemindahalian IPTEK kepada masyarakat 4. Melaksanakan kerjasama bidang produksi dan manajemen industri perkebunan dengan stakeholder. 5. Melaksanakan uji kompetensi bidang produksi dan manajemen industri perkebunan.
Posisi Pekerjaan
:
Supervisor di bidang penyiapan lahan, di bidang pembibitan, di bidang penanaman dan pemeliharaan di bidang panen, di bidang pengolahan (fabrikasi) instruktur, Laboran, Asistensi Peneliti, Tenaga Penyuluh Perkebunan dan Wirausahawan. Kajian Utama
:
Budidaya dan perbanyakan tanaman perkebunan semusim dan tahunan. Manajemen
Perkebunan,
Produksi
dan
Pengolahan
Hasil
Perkebunan,
Pengelolaaan Organisme Pengganggu, Penilaian Umum Lahan, Kewirausahaan, Penyuluhan, Proyek Usaha Mandiri dan Praktek Kerja Lapangan.
Universitas Sumatera Utara
FINDING THE GLASSBOX OF WONDER
Fasilitas
Helen Kartika 110406066
:
Ruang kuliah, Kebun Induk Karet (0,5 Ha), kebun pembibitan kelapa sawit (0,5 Ha), dan lahan pembibitan tanaman perkebunan semusim dan tahunan, laboratorium tanaman, laboratorium bahasa, laboratorium computer, dan rumah kaca.
Gambar 2.13. Kegiatan praktikum mahasiswa Politeknik Negeri Lampung Sumber: 3.bp.blogspot.com
Kompetensi Lulusan : 1. Melaksanakan teknik budidaya tanaman perkebunan 2. Memahami pengembangan tanaman perkebunan 3. Memahami pasca panen dan pengelolaan hasil tanaman perkebunan 4. Menyusun program pengelolaan tanaman oerkebunan 5. Menyusun rencana kerja pengelolaan tanaman perkebunan 6. Memahami manajemen perusahaan perkebunan
Universitas Sumatera Utara
Helen Kartika 110406066
FINDING THE GLASSBOX OF WONDER
7. Mengelola sumber daya manusia usaha perkebunan 8. Memahami pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan 9. Mengembangkan jiwa interprenur 10. Melaksanakan quality control 11. Menghasilkan penelitian yang inovatif sesuai dengan perkembangan dunia usaha perkebunan 12. Menguasai teknik berkomunikasi yang baik.
Universitas Sumatera Utara