BAB II PETA PERJALANAN KEHIDUPAN RASULULLAH SAW
Sebagai seorang Nabi—yang mendapatkan gelar khatamu alanbiya’—Rasulullah mempunyai perjalanan kehidupan yang sangat panjang. Perjalanan kehidupannya dimulai sejak kecil dengan banyak keanehan-keanehan yang dirasakan, baik oleh pihak keluarga maupun masyarakat secara umum. Mengenai hal ini, banyak para pakar memberikan deskripsi seputar riwayat kehidupan Nabi. Riwayat hidup Nabi ditulis dalam rangka memberikan sebuah gambaran secara singkat tentang peran serta Nabi dalam penyebaran agama Islam. Karena agama Islam sendiri merupakan amanat Allah yang diberikan kepada Rasulullah untuk dipropagandakan kepada masyarakat. Tonggak awal pendidikan Islam dimulai pada masa nubuwah hingga akhir hayatnya—banyak memberikan uswatun hasanah bagi umat Islam. A. Sketsa Biografi dan Latar Belakang Sosio-Kultural Kepribadian Nabi tidak sama dengan kepribadian yang ada pada manusia biasa. Sesungguhnya
siapa saja yang hendak
memahami kepribadian manusia, harus kembali mengkaji garis-garis keturunannya di mana ia tumbuh darinya dan kepada lingkungannya di mana ia berkembang dan tumbuh di dalamnya. Manusia tidaklah dilahirkan dari ketiadaan dan tidak pula hidup dalam ketiadaan. Sebagaimana halnya seseorang hendak memahami pohon akan hidupnya, nilainya dan manfaatnya, maka harus mengenal akar dari pohon
tersebut,
baik
keturunannya
maupun
lingkungan
pertumbuhannya.11 Begitu pula untuk mengenal figur Rasulullah
Abdul Hamid al-Hasyimi, Mendidik Ala Rasulullah: Bagaimana Rasulullah Mendidik, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2001), hlm. 72. 1
Muhammad SAW—kita juga harus memulai kenal dari garis keturunan dan lingkungan ia lahir dan berkembang untuk hidup. Jazirah
Arab—tepatnya
di
Makkah—merupakan
tanah
kelahiran Rasulullah Muhammad SAW, yang dibatasi laut merah dan gurun Sinai di sebelah Barat, di sebelah timur dibatasi teluk Arab dan sebagian besar Negara Iraq bagian selatan, di sebelah selatan dibatasi laut Arab yang bersambung dengan lautan India, di sebelah utara dibatasi dengan negeri Syam dan sebagian kecil Negara Iraq. Karena letak geografisnya, Jazirah Arab menjadi tempat berlabuh berbagai bangsa untuk saling tukar-menukar perniagaan, peradaban, agama dan seni.22 Mayoritas agama penduduk Arab mengikuti agama Ibrahim, yang intinya menyembah kepada Allah. Namun agama tesebut sudah banyak disusupi penyimpangan dan hal-hal yang merusak. Orangorang Musyrik yang mengaku berada pada agama Ibrahim, justru keadaannya jauh sama sekali dari perintah dan larangan syariat Ibrahim. Mereka mengabaikan tuntunan-tuntunan tentang akhlak yang mulia. Kedurhakaan mereka sudah tidak terhitung banyaknya dan seiring perjalanan waktu, mereka berubah menjadi paganis (penyembah
berhala),
dengan
tradisi
dan
kebiasaan
yang
menggambarkan berbagai macam khufarat dalam kehidupan agama, yang kemudian berimbas pada kehidupan sosial, politik dan budaya. Sedangkan para pemeluk agama lain, orang-orang Yahudi berubah menjadi orang yang angkuh dan sombong. Pemimpin-pemimpin mereka menjadi sesembahan selain Allah. Ambisi mereka hanya pada kekayaan dan kedudukan.33
2 Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfury, Sirah Nabawiyah, terj. Kathur Suhardi, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1997), hlm. 25. 3
Ibid., hlm. 49.
17
Muhammad lahir dari pasangan Abdullah dan Aminah. Ayah Muhammad, Abdullah adalah putra tersayang dari pemimpin Quraisy di kota Makkah yang bernama Abdul Muththalib. Nasab Nabi Muhammmad dari pihak ayahnya adalah: Muhammad bin Abdulllah bin Abdul Muththalib bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah. Sedangkan nasab dari ibunya adalah: Aminah binti Wahab bin Abdi Manaf bin Zahrah bin Kilab bin Murrah. Jadi nasab ayah dan ibunya bertemu pada Kilab yang merupakan kakeknya yang keenam. Abdul Muththolib menikahkan anaknya, Abdullah dengan Aminah, yang saat itu Aminah dipandang sebagai wanita yang paling tersohor
di
kalangan
Quraisy
dari
segi
keturunan
maupun
keturunannya.44 Rasulullah SAW dilahirkan di tengah keluarga Bani Hasyim pada hari Senin pagi tanggal 12 Rabi’ul Awwal, permulaan tahun dari peristiwa gajah dan empat puluh tahun setelah kekuasaan Kisra Anusyirwan sekitar tahun 570 M. Setelah Aminah melahirkan, dia mengirim utusan ke tempat kakeknya, Abdul Muththalib, untuk menyampaikan kabar gembira tentang kelahiran cucunya. Maka Abdul Muththalib datang dengan perasaan suka cita, lalu membawa beliau ke dalam Ka’bah, seraya berdoa kepada Allah dan bersyukur kepada-Nya. Dia memilihkan nama Muhammad bagi beliau. Nama ini belum pernah dikenal di kalangan Arab. Beliau dikhitankan pada hari ketujuh, seperti yang biasa dilakukan orang-orang Arab.55 Muhammad pernah menyusu dengan wanita selain ibu kandungnya. Wanita pertama yang menyusui beliau setelah ibunya adalah Tsuwaibah, seorang hamba sahaya Abu Lahab, yang kebetulan sedang menyusui anaknya yang bernama Masruh, yang sebelum itu
4 Ahmad bin Hajar, Sejarah Baca Tulis Sifat Ummi: Tidak Tahu Baca Tulis Nabi Muhammad SAW, (Yogyakarta: Pustaka Iqra, 2001), hlm. 18. 5
Ibnu Hisyam, Sirah An-Nabawiyah, (Mesir: Syirkah Maktabah, 1375), hlm. 159.
18
wanita ini juga menyusui Hamzah bin Abdul Muththalib. Setelah itu dia menyusui Abu Salamah bin Abdul-Asad Al-Makhzumy. Penyusuan semacam itu sudah menjadi tradisi di Arab. Tradisi yang berjalan di kalangan Bangsa Arab yang relatif sudah maju, mereka mencari wanita-wanita yang bisa menyusui anak-anaknya sebagai langkah untuk menjauhkan anak-anak itu dari penyakit yang biasa menjalar di daerah yang sudah maju, agar tubuh bayi menjadi kuat, otot-ototnya kekar dan agar keluarga yang menyusui bisa melatih bahasa Arab. Maka Abdul Muththalib mencari para wanita yang bisa menyusui bagi Muhammad. Dia meminta kepada seorang wanita dari Bani Sa’d bin Bakr agar menyusui beliau, yaitu Halimah bin Abu Dzu’aib, dengan didampingi suaminya, al-Harits bin Abdul Uzza, yang berjuluk Abu Kabsyah, dari kabilah yang sama. Saudara-saudara Rasulullah dari satu susuan di sana adalah Abdullah bin Al-Harits, Anisah binti Al-Harits, Hudzafah atau Judzamah binti Al-Harits, yang julukannya lebih populer daripada namanya sendiri, yaitu Asy-Syaima’. Wanita inilah yang menyusui beliau, Abu Sufyan bin Al-Harts bin Abdul Muththalib, anak paman beliau. Paman beliau, Hamzah bin Abdul Muththalib juga disusui di Bani Sa’d bin Bakr. Suatu hari ibu susuan Rasulullah ini juga pernah menyusui Hamzah selagi beliau masih dalam susuannya. Jadi Hamzah adalah saudara sesusuan Rasulullah dari dua pihak, yaitu dari Tsuwaibah dan dari Halimah As-Sa’diyah. Halimah menyusui Rasulullah selama dua tahun. Kemudian Halimah dan suaminya membawa Rasulullah kepada ibunya, meskipun masih berharap agar anak itu tetap berada di tengah-tengah mereka, karena mereka merasakan barakahnya. Maka mereka menyampaikan niat ini kepada Aminah. Halimah berkata kepada Aminah, “Andaikan saja engkau sudi membiarkan anak ini tetap bersama kami hingga besar. Sebab kami khawatir dia terserang
19
penyakit yang biasa menjalar di Makkah.” Begitulah Rasulullah tinggal di Bani Sa’d, hingga tatkala berumur empat atau lima tahun, hingga terjadi peristiwa pembelahan dada.66 Imam Muslim meriwayatkan dari Anas, bahwa Rasulullah didatangi malaikat Jibril, saat itu beliau sedang bermain dengan beberapa
anak
kecil
lainnya.
Jibril
memegang
beliau
dan
menelentangkannya, lalu membelah dada dan mengeluarkan hati beliau dan mengeluarkan segumpal darah dari dada beliau, seraya berkata: “Ini adalah bagian syetan yang ada pada dirimu.” Lalu Jibril mencucinya di sebuah baskom dari emas, dengan menggunakan air Zamzam, kemudian menata dan memasukkannya ke tempat semula. Anak-anak kecil lainnya berlarian mencari ibu susuannya dan berkata: “Muhammad telah dibunuh!.” Mereka pun datang menghampiri beliau yang wajah beliau semakin berseri. Dengan adanya peristiwa pembelahan dada itu, Halimah merasa
khawatir
terhadap
keselamatannya,
hingga
dia
mengembalikannya kepada ibu beliau. Maka beliau hidup bersama ibunda tercinta hingga berumur enam tahun. Aminah merasa perlu mengenang suaminya yang telah meninggal dunia, dengan cara mengunjungi makamnya di Yastrib. Maka dia pergi bersama putranya yang yatim, disertai pembantu wanitanya, Ummu Aiman. Abdul Muththalib mendukung hal ini. Setelah menetap selama sebulan di Madinah, Aminah dan rombongannya siap-siap untuk kembali ke Makkah. Dalam perjalanan pulang itu dia jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia di Abwa’, yang terletak antara Makkah dan Madinah. Kemudian beliau kembali ke tempat kakeknya, Abdul Muththalib di Makkah. Perasaan kasih sayang di dalam sanubarinya terhadap cucunya yang kini yatim piatu semakin terpupuk, cucunya 6
Syaikh Shafiyyurrahman, Op. Cit., hlm. 77-78.
20
yang harus menghadapi cobaan baru di atas lukanya yang lama. Hatinya bergetar oleh perasaan kasih sayang, yang tidak pernah dirasakannya sekalipun terhadap anak-anaknya sendiri. Dia tidak ingin cucunya hidup sebatang kara. Pada usia delapan tahun lebih dua bulan sepuluh hari dari umur Rasulullah, kakek beliau meninggal dunia di Makkah. Sebelum meninggal Abdul Muththalib sudah berpesan menitipkan pengasuhan cucunya kepada pamannya, Abu Thalib, saudara kandung bapak beliau.77 Kondisi dan musibah yang dihadapi Muhammad secara bertubi-tubi dirasakan dengan penuh rasa sabar. Abu Thalib pun melaksanakan hak anak saudaranya dengan sepenuhnya dan menganggap seperti anaknya sendiri. Bahkan Abu Thalib lebih mendahulukan
perhatian
dan
penghormatan.
Pada
saat
usia
Rasulullah mencapai dua belas tahun, Abu Thalib mengajak beliau pergi berdagang dengan tujuan Syam, hingga tiba di Bushra, suatu daerah yang sudah termasuk Syam dan merupakan ibu kota Hauran, yang juga merupakan ibu kotanya orang-orang Arab, sekalipun di bawah kekuasaan Bangsa Romawi. Di negeri ini ada seorang rahib yang dikenal dengan sebutan Bahira, yang nama aslinya adalah Jurjis. Dia mengharapkan kedatangan Nabi terakhir dan karena itu selalu
mengamati
orang-orang.
Dia
memperhatikan
bahwa
segumpalan awan mengikuti karavan di mana nabi berada di dalamnya, berhenti dan bergerak lagi mengikuti gerak-gerik karavan tersebut, sehingga salah seorang anggotanya terpayungi.88 Tatkala rombongan singgah di daerah ini, maka sang rahib menghampiri mereka dan mempersilahkan mereka mampir ke tempat tinggalnya sebagai tamu kehormatan.
7
Ibid., hlm. 79.
M. Fetullah Gülen, Versi Terdalam Kehidupan Rasul Allah: Muhammad SAW, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 5. 8
21
Padahal sebelum itu rahib tersebut tidak pernah keluar, namun begitu dia bisa mengetahui Rasulullah dari sifat-sifat beliau. Sambil memegang tangan beliau, sang rahib berkata: “Orang ini adalah pemimpin semesta alam. Anak ini akan diutus Allah sebagai rahmat bagi seluruh alam.” Abu Thalib bertanya: “Dari mana engkau tahu hal itu?” Rahib Bahira menjawab: “Sebenarnya sejak kalian tiba di Aqabah, tak ada bebatuan dan pepohonan pun melainkan tunduk bersujud. Mereka tidak sujud melainkan kepada seorang nabi. Aku bisa mengetahui dari cincin nubuwah yang berada di bagian bawah tulang rawan bahunya, yang menyerupai buah apel. Kami juga mendapatkan tanda itu dalam kitab kami.” Kemudian rahib Bahira meminta agar Abu Thalib kembali lagi bersama beliau tanpa melanjutkan perjalanannya ke Syam, karena dia takut gangguan dari pihak orang-orang Yahudi. Maka Abu Thalib mengirim beliau bersama beberapa pemuda agar kembali lagi ke Makkah.99 Ketika Muhammad berumur 15 tahun meletuslah perang Fijar antara Quraisy, Kinanah dan Qois. Panglima Quraisy saat itu adalah Harb bin Umaiyah. Muhammad terlibat dalam peperangan ini. Beliau bertugas menyiapkan anak panah untuk paman-pamannya. Setelah berakhir peperangan terjadi Sumpah Keutamaan (al-Hilf al-Fudul).1010 Adapun mereka yang terlibat dalam kesepakatan ini adalah Bani Hasyim, Bani Muththolib, dan yang lain-lainnya. Mereka bersepakat agar tidak ada lagi kedzaliman di Makkah baik oleh penghuninya sendiri maupun oleh tetangganya. Jika ada yang mengganggu, maka mereka bersepakat untuk bersama-sama membela dan melawannya sampai kedzaliman itu lenyap. Kesepakatan itu dilangsungkan di
9
Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfury, Op. Cit., hlm. 81.
10
M. Fetullah Gülen, Op. Cit., hlm. 7.
22
rumah Abdullah bin Jad’an At-Timi. Dan Muhammad adalah salah seorang yang ikut menyaksikan perjanjian tersebut.1111 Pada awal masa remajanya Rasulullah tidak mempunyai pekerjaan tetap. Usia muda yang produktif telah tampak meskipun Rasulullah tidak suka pada kebutuhan duniawi, bekerja untuk menghadapi urusan hidup yang mulia. Setelah melihat tanah di kota Makkah tidak layak untuk cocok tanam, maka Rasulullah tidak menjadi petani dan beliau bukan pula seorang hartawan untuk menjadi saudagar, iapun akhirnya menggembala yang baginya merupakan jalan untuk bekerja dan dalam pekerjaan tersebut beliau mendapat hikmah. Sesungguhnya kepedulian manusia terhadap hewan-hewan jinak dan hidup dekat darinya, dan menolongnya dengan menjaga, melindungi, dan memberi makan, kesemuanya memiliki pengaruh pendidikan psikologis yang pada luasnya pengetahuan empiris dan terbukanya penajaman perasaan dalam memikul tanggung jawab dan pandangannya dalam kebaikan memimpin. Rasulullah giat bekerja menggembalakan kambing di lembah-lembah yang dekat dari Shafa bersama
saudara
sesusuannya.
Hanya
saja
beberapa
riwayat
menyebutkan ia biasa menggembala kambing di kalangan Bani Sa’d dan juga di Makkah dengan imbalan uang beberapa dinar.1212 Pada usia dua puluh lima tahun, beliau pergi berdagang ke Syam, menjalankan barang dagangan milik Khadijah. Ibnu Ishaq menuturkan Khadijah binti Khuwailid adalah seorang wanita pedagang, terpandang dan kaya raya. Dia biasa menyuruh orangorang untuk menjalankan barang dagangannya, dengan membagi sebagian hasinya kepada mereka. Sementara orang-orang Quraisy memiliki hobi berdagang. Tatkala Khadijah mendengar kabar tentang 11
Ahmad bin Hajar, Op. Cit., hlm. 22.
12
Abdul Hamid al-Hasyimi, Op. Cit., hlm. 78.
23
kejujuran perkataan beliau, kredibilitas kemuliaan akhlak beliau, maka dia pun mengirim utusan dan menawarkan kepada beliau agar berangkat ke Syam untuk menjalankan barang dagangannya. Dia siap memberikan imbalan jauh lebih lebih banyak dari imbalan yang pernah dia berikan kepada pedagang lain. Beliau harus pergi bersama seorang pembantu yang bernama Maisarah. Beliau menerima tawaran ini. Maka beliau berangkat ke Syam untuk berdagang
dengan
disertai
Maisarah.1313Berdagang
merupakan
sekolah bagi para pria sebagai persiapan, sebagaimana pula merupakan batu ujian dan percoban yang baik bagi akhlak, kepercayaan bagi amanat seseorang.1414 Setibanya di Makkah dan setelah Khadijah tahu keuntungan dagangannya yang melimpah, yang tidak pernah dilihatnya sebanyak itu sebelumnya, apalagi setelah pembantunya, Maisarah mengabarkan kepadanya apa yang dilihatnya pada diri beliau selama menyertainya, bagaimana sifat-sifat beliau yang mulia, kecerdikan dan kejujuran beliau, seakan-akan Khadijah mendapatkan barangnya yang pernah hilang dan sangat diharapkannya. Sebenarnya sudah banyak para pemuka dan pemimpin kaum yang hendak menikahinya. Namun dia tidak mau. Padahal Khadijah punya niat untuk menikahi Muhammad. Tiba-tiba saja Khadijah teringat rekannya, Nafisah binti Munyah. Dia meminta agar rekannya ini menemui beliau dan membuka jalan agar mau menikah dengan Khadijah. Ternyata beliau menerima tawaran itu, lalu beliau menemui paman-paman beliau. Kemudian pamanpaman beliau menemui paman Khadijah untuk mengajukan lamaran. Setelah
semuanya
dianggap
beres,
maka
perkawinan
siap
dilaksanakan. Yang ikut hadir dalam pelaksanaan akad nikah adalah 13
Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfury, Op. Cit., hlm. 83.
14
Abdul Hamid al-Hasyimi, Op. Cit., hlm. 81.
24
Bani Hasyim dan para pemuka Bani Mudhar. Hal ini terjadi dua bulan sepulang beliau dari Syam. Maskawin beliau dua puluh ekor unta muda. Usia Khadijah sendiri empat puluh tahun, pada masa itu dia merupakan wanita yang paling terpandang, cantik, pandai dan sekaligus kaya. Dia adalah wanita pertama yang dinikahi Rasulullah. Beliau tidak pernah menikahi wanita lain sehingga dia meninggal dunia.1515 Pernikahan dengan Khadijah dikaruniai beberapa anak. Semua putra-putri beliau, yang pertama adalah Al-Qashim dan dengan nama itu pula beliau dijuluki Abul Qasyim, kemudian Zainab, Ruqayyah, Ummu Kulsum, Fathimah dan Abdullah. Abdullah ini dijuluki AthThayyib dan Ath-Thahir. Semua putra beliau meninggal ketika dunia selagi masih kecil. Sedangkan semua putri beliau sempat menjumpai Islam, dan mereka masuk Islam serta ikut hijrah. Hanya saja mereka semua meninggal dunia semasa beliau masih hidup, kecuali Fathimah. Pada usia tiga puluh lima tahun, orang-orang Quraisy sepakat untuk merenovasi Ka’bah yang rusak akibat diterjang banjir besar, di samping itu susunan batu-batu yang lebih tinggi dari manusia tanpa atap itu sering dimasuki pencuri dan mengambil barang-barang berharga yang ada di dalamnya. Akan tetapi muncul sedikit masalah yang cukup mengganggu ketika mereka hendak meletakkan kembali hajar aswad yang sudah bergeser. Masalah ini sempat menimbulkan ketegangan di antara mereka, bahkan hampir saja terjadi pertumpahan darah. Akhirnya mereka meminta pertimbangan pada Muhammad yang dikenal jujur terpercaya. Berkat kebijakan dan kecerdasannya, perselisihan
tersebut
dapat
diatasi
dengan
baik.
Muhammad
kemudian menggelar sorbannya dan meletakkan hajar aswad di atasnya. Lalu masing-masing kabilah dipersilahkan untuk memegang ujung15
Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfury, Op. Cit., hlm. 83-84.
25
ujung sorban itu dan mengangkatnya bersama-sama. Sesampainya hajar aswad di tempatnya, Muhammad mengambil dan menaruhnya di tempat semula.1616 Rasulullah
telah
menghimpun
sekian
banyak
kelebihan
sebelum Nubuwah. Beliau menjadi sosok yang unggul dalam pemikiran yang jitu, pandangan yang lurus, mendapat sanjungan karena kecerdikan, kelurusan pemikiran, pencarian sarana dan tujuan. Beliau lebih suka diam berlama-lama untuk mengamati, memusatkan pikiran dan menggali kebenaran. Dengan akalnya beliau mengamati keadaan negerinya. Dengan fitrahnya yang suci beliau mengamati lembaranlembaran kehidupan, keadaan manusia dan berbagai golongan. Beliau risih terhadap khufarat dan menghindarinya. Beliau berhubungan dengan manusia, dengan mempertimbangkan keadaan dirinya dan keadaan mereka. Selagi mendapatkan yang baik, maka beliau mau bersekutu di dalamnya. Jika tidak, maka beliau lebih suka dengan kesendiriannya. Beliau tidak mau meminum khamar, tidak mau makan daging hewan yang disembelih untuk persembahan kepada berhala, tidak mau menghadiri upacara atau pertemuan untuk menyembah patung-patung. Bahkan semenjak kecil beliau senantiasa menghindari jenis penyembahan yang batil ini, sehingga tidak ada sesuatu yang lebih beliau benci selain daripada penyembahan kepada patung-patung ini, dan hampir-hampir beliau tidak sanggup menahan kesabaran tatkala mendengar sumpah yang disampaikan kepada Lata dan Uzza. Yang demikain bagi Muhammad sudah masuk dalam kategori syirik dan telah digariskan oleh Islam untuk dihindari.
16
Ahmad bin Hajar, Op. Cit., hlm. 23.
26
B. Nubuwah Sebagai Permulaan dan Pembangunan Masa perjuangan Nabi tidak mengenal lelah. Caci-makian, ejekan dan cemoohan datang dari berbagai pihak. Pada awal perjuangannya, Rasulullah sebelum itu telah membentangkan jarak pemikiran antara diri beliau dengan kaum beliau. Pada saat usia Rasulullah hampir mencapai empat puluh tahun, sesuatu yang paling disukai adalah mengasingkan diri. Dengan membawa roti dari gandum dan air beliau pergi ke gua Hira di Jabal Nur yang jaraknya kira-kira dua mil dari Makkah, suatu gua yang tidak terlalu besar, yang panjangnya empat hasta dan lebarnya antara tiga perempat hingga satu hasta.1717 Selama bulan Ramadhan beliau berada di gua ini dan tak lupa memberikan makanan kepada setiap orang miskin yang juga datang ke
sana.
Beliau
menghabiskan
waktunya
untuk
beribadah,
memikirkan keagungan alam di sekitarnya dan kekuatan yang tak terhingga di balik alam. Beliau tidak pernah merasa puas melihat keyakinan kaumnya yang penuh kemusyrikan dan segala persepsi mereka yang tidak pernah lepas dari tahayul. Ketika usianya genap empat puluh tahun, suatu awal kematangan dan ada yang berpendapat bahwa pada usia inilah para rasul diangkat menjadi rasul, mulai tampak tanda-tanda nubuwah yang berada dari balik kehidupan pada diri beliau.1818 Akhirnya pada malam hari senin, tanggal 17 Ramadhan tahun ke-41 dari usia Rasulullah tiga belas tahun sebelum hijrah, bertepatan pada bulan Juli tahun 610 M. Suatu masa “kekeringan spiritual” mengikuti pengalaman yang dramatikal “bagaimana Muhammad ingin menerjunkan dirinya sendiri di gua Hira”, awal permulaan
17
Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfury, Op. Cit., hlm. 89.
18
Ibid., hlm. 90.
27
wahyu yang datang kepada Rasulullah, beliau diperintahkan “membaca” (QS. Al Alaq, 96: 1-5).
% $ #
"
!
Artinya: “Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Ia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah! Dan Tuhanmu itu Maha Pemurah. Yang telah mengajarkan dengan pena. Ia telah mengajarkan kepada manusia apa-apa yang belum diketahuinya.“ (Q.S. Al-Alaq: 1-5)1919 Inspirasi pertama yang turun dari Allah ini menjadi sebuah catatan yang sangat besar dalam peta perjalanan hidup Muhammad. Ternyata beliau mendapatkan wahyu dari Allah yang pertama kali dengan perintah membaca. Sehingga, membaca adalah materi pertama dalam dustur (undang-undang, sistem ajaran) Islam yang sarat dengan makna, bimbingan dan pengarahan. Hanya saja bimbingan dan pengarahannya tidak berwujud dalam redaksi kata-kata semata, tetapi juga dari isi secara umum. Materi ini termuat dalam awal kata wahyu pertama: “Bacalah”. Ayat ini mengandung perintah untuk membaca, sebuah perbuatan yang
merupakan
sarana
terpenting
untuk
memperoleh
ilmu
pengetahuan. Kehebatan Islam adalah karena singkat dan cepatnya masa perkembangan serta kata pertama dari wahyu pertamanya yang sarat mengandung ilmu pengetahuan. Kemudian turunlah ayat-ayat al-Qur’an menjelaskan dan memperkuatnya sehingga menjadi ciri utama, kemulian Islam.2020 Jika ayat-ayat al-Qur’an yang diturunkan di “malam yang penuh Berkah” itu memerintahkan untuk membaca sampai dua kali, 19 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: Toha Putra, 1989), hlm. 1079. 20
M. Fetullah Gülen, Op. Cit., hlm. 11-12.
28
menyebutkan permasalahan ilmu pengetahuan sebanyak tiga kali, juga menyebutkan tentang “pena”.2121Jadi sejak awal diturunkannya Islam
telah
memulai
ajarannya
dengan
menyerukan
proses
pendidikan sesuai keperluan masyarakat waktu itu, jika pendidikan diartikan sebagai proses membangun dan mengembangkan sumber daya manusia. Dapat diartikan secara luas bahwa “membaca” adalah salah satu proses terpenting dalam sistem pendidikan. Tidak ada umat yang mencapai kemajuan dan kebesaran tanpa proses membaca. Membaca
pengetahuan-teknologi,
membaca
diri,
membaca
lingkungan, membaca alam raya dan membaca apapun yang dapat membangkitkan peradaban manusia. Dengan perintah membaca itu, sejak awal Islam telah menempatkan dirinya sebagai agama yang hendak merangsang fitrah manusia, mendorong para pengikutnya agar menjadi manusia-manusia berilmu.2222 Masa vakum wahyu terjadi selama tiga tahun, sehingga Rasulullah merasa sangat gundah. Tatkala beliau berada di suatu lembah dalam perjalanan pulang dari gua Hira’, tiba-tiba ada suara memanggilnya. Beliau memperhatikan sekelilingnya dan mencari-cari asal suara itu, tetapi tidak didapati seorang pun di sana. Lalu ada suara panggilan lagi. Nabi pun mendongakkan kepala ke atas dan dilihatnya sosok yang menemuinya di gua Hira’ dulu duduk di kursi yang seluas langit dan bumi. Rasul ketakutan dan segera lari pulang menemui istrinya Khadijah dan berkata: “Selimutilah aku!” Kemudian turun wahyu yang kedua yaitu Surat Al Mudatsir: 1-2. Lalu wahyu yang lain pun turun berkelanjutan.2323
Abdul Halim Mahmud, Tadarus Kehidupan di Bulan al-Qur’an, (Yogyakarta: Madani Pustaka Hikmah, 2000), hlm. 11-12. 21
22 Hilmy Bakar Al-Mascaty, Membangun Kembali Sistem Pendidikan Kaum Muslimin, (Jakarta: Yayasan Az-Zahra, 2000), hlm. 104. 23
Ahmad bin Hajar, Op. Cit., hlm. 24.
29
Rasulullah
sering
menderita
ketika
wahyu
diturunkan
kepadanya dan berbagai gejalanya tercatat. Bahkan untanya menjadi gelisah dan berjongkok ketika sebuah wahyu turun sementara Nabi sedang menungganginya. Sebuah riwayat mengutip Muhammad mengenai pengalaman itu: “Wahyu kadang-kadang datang bagaikan suara lonceng: itulah cara yang paling menyakitkan. Jika sudah selesai, aku ingat apa yang dikatakan. Kadang-kadang satu malaikat berbicara kepadaku seperti manusia biasa dan aku ingat yang dikatakannya.” Mulai itu Rasulullah mengemban tugas risalah kenabian untuk disebarkan ke seluruh Makkah dan seluruh alam. Tugas ini diliputi oleh berbagai penderitaan dan bahaya yang selalu mengancam. Karena itu diperlukan semangat, keteguhan, serta hati yang tak tergoyahkan oleh segala macam derita. Dakwah yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi ini mengandung hikmah agar masyarakat Arab tidak dikejutkan oleh suatu ajaran baru yang dapat menimbulkan kemarahan dan kemurkaan. Di antara orang-orang yang pertama kali masuk Islam disebut As-sabiqunal Awwalun, adalah Khodijah, Abu Bakar, Ali bin Abi Thalib, Bilal al-Habsyi, Zaid bin Harisah, Utsman bin Affan, Zaid bin alAwwam dan lain-lainya. Setelah dakwah secara sembunyi yang berlangsung selama tiga tahun ini, Nabi beserta para sahabatnya masuk ke rumah Darul Arqom di Shofa—kini dikenal dengan Darul Khazran. Nabi dan para sahabatnya menunaikan shalat secara sembunyi-sembunyi di sana. Setelah masuk Darul Arqom banyak pemimpin Quraisy masuk Islam. Di antaranya adalah Mus’ab bin ‘Umair, Umar bin Khatab, Hamzah bin Abdul Muththolib dan Haris bin Qa’is bin ‘Adiy. Pada tahun keempat kenabian, Allah memerintahkan untuk berdakwah secara terang-terangan. Perintah ini tertuang dalam surah al-Hijr ayat 94:
30
% # 01 " &
'
(
)* +,-. /
Artinya: “Sampaikanlah dengan terang-terangan apa yang diperintahkan padamu dan berpalinglah dari orang-orang musyrik.” (Q.S. alHijr: 94) Wahyu-wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah sejak sekitar 610 M dan seterusnya terutama bebicara tentang Tuhan yang Esa, yang sekaligus menjadi Pencipta dan Hakim bagi dunia. Nabi mengajak kaumnya untuk menyembah Allah, tidak menyekutukanNya dengan sesembahan lain. Tetapi mereka menolak ajakan itu. Setelah Nabi mengajak keluarga, memerintahkan mereka untuk bertauhid, melarang berbuat syirik dan memberi peringatan akan adanya siksa. Dalam
surah-surah
pendek,
ancaman
hari
perhitungan
dikemukakan secara ringkas dan kuat, berupa kalimat–kalimat bersajak yang susul-menyusul bagaikan disambar petir dan halilintar. Para penduduk Makkah tidak lagi menganggap pesan ini sangat meyakinkan; terutama gagasan tentang kebangkitan kembali orangorang yang sudah mati, tidak masuk akal bagi mereka. Tetapi wahyuwahyu yang diterima oleh Muhammad berkali-kali menangkal keragu-raguan semacam itu menyatakan bahwa bahkan bumi, yang tampaknya mati di musim dingin, dapat menumbuhkan padang hijau yang segar di musim semi dan bahwa mukjizat kehamilan dan kelahiran tidak kurang merupakan bukti kebangkitan kembali nyawa manusia. Namun kaum Quraisy keras kepala tidak mau menerima seruan Nabi Muhammad dan terus menyembah berhala-hala seperti nenek moyangnya, bahkan mereka semakin sombong dan mengolokolok, dan mengatakan Nabi sebagai tukang sihir dan dukun di hadapan orang-orang yang berhaji. Sementara itu mereka melakukan
31
penyiksaan terhadap orang-orang yang lemah di antara sahabatsahabat Nabi dengan berbagai bentuk penyiksaan, sedangkan Nabi tidak mampu untuk membela mereka. Pada bulan Rajab tahun kelima kenabian, ketika Nabi melihat siksaan dan kondisi para sahabat yang semakin parah, beliau berkata: “Kalian pergilah ke Habasyah, di sana Rajanya tidak dzalim, tidak ada kedzaliman di sana. Sampai datang pertolongan Allah padamu.” Mereka pun segera menuju Habasyah. Ketika sampai di Habasyah, Raja Najasi menyambut mereka dengan penuh kehormatan. Mereka menampakkan ibadah tanpa merasa takut pada siapa pun. Mereka tinggal di Habasyah selama bulan Rajab, Sya’ban dan Ramadhan. Sampai datang suatu berita tentang para pemuka Quraisy yang masuk Islam, padahal itu hanya bohong belaka. Sebagian dari mereka ada yang kembali ke Makkah dan ada yang menetap di Habasyah.2424 Pada tahun keenam kenabian, Hamzah dan Umar bin Khatab masuk Islam. Umar selalu mengajak dan mendorong Nabi untuk keluar dari Al-Arqam. Nabi pun menyetujuinya. Mereka juga keluar dibagi dalam dua barisan. Dalam salah satu barisan, ada Umar, sedang di barisan lain, ada Hamzah yang datang dengan penuh bangga. Mereka masuk masjid, lalu Nabi menjuluki Umar dengan nama Al Faruq (sang pembela). Melihat hal tersebut, orang-orang Quraisy merasa ditimpa musibah yang amat pedih, belum pernah mereka alami sebelumnya. Mereka menyaksikan kemuliaan Nabi bersamasama orang-orang yang menyertainya, Umar dan lainnya, masuk Islam.
Orang-orang
Quraisy
bermaksud
menyerang
dengan
mendadak. Tetapi berita itu sampai pada Abu Thalib, maka dia mengumpulkan Bani Hasyim dan Bani Muthalib, dan memasukkan Nabi di antara mereka. Mereka menghalangi orang yang hendak membunuhnya. 24
Ahmad bin Hajar, Op. Cit., hlm. 28.
32
Pada awal tahun ketujuh kenabian bulan Muharram, orangorang Quraisy berkumpul untuk menulis sebuah statemen yang digantungkan di sisi Ka’bah. Itulah perjanjian antara Bani Hasyim dan Bani Muthalib, yang isinya adalah bahwa mereka tidak akan saling menikahkan keluarganya satu dengan yang lain, tidak saling melakukan hubungan jual beli dan tidak menjamin perdamaian, sampai mereka menyerahkan Nabi untuk dibunuh. Mereka semakin memperketat pengepungan.2525Orang-orang Bani Hasyim dan Bani Muthalib yang beriman dan yang kafir menjauh, kecuali Abu Lahab. Situasi ini sangat berbahaya, sampai mereka memakan dedaunan karena kekurangan makanan. Kondisi seperti ini berlangsung selama tiga tahun. Kemudian Allah membebaskan mereka dari konflik akibat adu domba Quraisy. Maka tekanan-tekanan Quraisy itu pun berakhir. Bani Hasyim dan Bani Muthalib dapat kembali ke rumah mereka dan melakukan aktifitas keseharian sebagaimana biasa. Di tengah ketatnya kepungan kafir Quraisy dan semakin beratnya penderitaan yang dialami terutama dirasakan oleh kaum yang lemah, sekelompok sahabat hijrah ke Habasyah, karena mengetahui bahwa Raja Habasyah sangat baik dalam menerima orang-orang yang hijrah. Mereka yang hijrah di antaranya adalah Ja’far bin Abi Thalib dan Usman bin Affan. Jumlah mereka 83 orang, laki-laki dan perempuan. Mendengar berita tersebut kafir Quraisy segera mengutus dua orang, yaitu Amr bin Ash dan Amar bin alWalid, untuk menemui raja Najasyi dan memintanya mengembalikan mereka ke Makkah. Kedua utusan itu memberikan hadiah kepada raja Najasyi. Tetapi hadiah tersebut ditolak, karena raja Najasyi telah
Jamal Abdurrahman, Pendidikan Ala Kanjeng Nabi: 120 Cara Rasulullah SAW Mendidik Anak, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2003), hlm. 216. 25
33
mengetahui kebenaran agama Islam dan kesalahan agama kafir Quraisy.2626 Sebulan setelah pemboikotan yang dilakukan oleh orang-orang Quraisy, Abu Thalib meninggal dunia. Ia telah menemani dan menjaga Rasulullah selama 42 tahun. Perjuangan secara bersama dengan cobaan yang kuat pada diri Nabi menjadikan takut bangsa Quraisy akan
berkembangnya
politheisme.2727Nabi keislamannya,
karena
agama
tradisional
Muhammad sampai
sangat
akhir
hayat
yang
cenderung
terkesan
dengan
ia
pernah
belum
mengucapkan dua kalimat syahadat. Menjelang meninggal, ia mengatakan: “Aku meninggal dengan agama Abdul Muththalib”. Beberapa hari setelah Abu Thalib meninggal dunia, yaitu pada tanggal 10 bulan Rajab tahun kesepuluh kenabian, Khadijah—ummul mu’minin dan
teladan
wanita-wanita
di
dunia—meninggal
dunia
pula.
Rasulullah sangat bersedih hati, sebab Khadijah adalah pendamping setia yang merupakan pendukung terkuat pada masa-masa penuh derita dan hampir putus asa. Khadijah berjuang bersama Rasulullah selama 25 tahun. Semoga Allah merahmatinya dan membalas dengan balasan yang baik. Pada bulan Syawal tahun kesepuluh kenabian, Nabi keluar ke Tha’if untuk menuntut kemenangan dari kaumnya dengan harapan mereka dakwahnya. Akan tetapi mereka tidak mau menerima dakwah itu, mereka mengolok-olok, menertawakan dan melemparinya dengan batu. Sampai kakinya berdarah, kemudian Rasulullah kembali pulang ke Makkah dan masuk rumah tetangganya, Mat’an bin Adi.2828 Pada tahun 12 kenabian, Allah memuliakan Nabi dengan isra’ dan Mi’raj pada malam tanggal 27 Rajab. Rasulullah diisra’kan dalam 26
Ahmad bin Hajar, Op. Cit., hlm. 28.
27
Fazlur Rahman, Islam, (Bandung: Penerbit Pustaka, 2000), hlm. 7.
28
Ahmad bin Hajar, Op. Cit., hlm. 31.
34
keadaan terjaga dari Makkah dari Masjidil Haram ke Masjid al-Aqsho. Pada peristiwa ini Rasulullah bertemu dengan Nabi Adam, Nabi Yahya, Nabi Isa, Nabi Musa, Nabi Yusuf dan Nabi Ibrahim. Dan Allah memberikan amanat untuk melaksanakan shalat lima waktu kepada beliau dan umatnya lalu beliau turun dari langit ke Masjidil Aqsa dan kembali ke Makkah menjelang fajar. Nabi menceritakan kisah perjalanan Isra’nya pada orang-orang musyrik Quraisy, tetapi mereka mendustakannya. Mereka tidak percaya bahwa, peristiwa Isra’ itu ditempuh Rasulullah hanya dalam waktu satu malam. Padahal mereka memerlukan waktu satu bulan untuk melakukan hal tersebut. Dua tahun setelah meninggalnya Khadijah dan Abu Thalib, dalam masa kesulitan yang semakin meningkat, suatu utusan dari kota Yastrib, yang sekarang dikenal dengan Madinah, meminta Muhammad untuk bergabung dengan mereka dan memecahkan beberapa masalah sosial dan politik yang disebabkan oleh perpecahan antara kelompok-kelompok orang yang berbeda yang hidup di lingkungan mereka. Pada
tahun
ketigabelas
kenabian
orang-orang
Quraisy
berkumpul di Darun Nadwah karena mereka melihat perkembangan penyebaran Islam dan mendengar berita para sahabat Nabi hijrah ke Madinah dan penyebaran Islam di sana serta janji setia kaum Anshor pada Nabi. Mereka pun bermusyawarah untuk menentukan langkahlangkah selanjutnya dan merahasiakan rencana untuk membunuh Nabi secara tiba-tiba. Seorang sahabat keluar dahulu diikuti oleh orang lain. Mereka keluar dengan sembunyi-sembunyi sampai hampir habis kecuali tingal Ali dan Abu Bakar.2929Lalu turun perintah Allah agar Nabi segera berhijrah di samping Abu Bakar. Sementara Ali masih tinggal di Tentang Ali bisa baca Karen Armstrong, Islam: A Short History, (Yogyakarta: Ikon Teralitera, 2002), hlm. 47. 29
35
rumah seorang diri menggantikan tempat Nabi. Ali tidur di tempat tidur Nabi malam itu. Sementara orang-orang Quraisy mengincarnya. Sementara orang-orang Quraisy seperti hilang akalnya dan tidak waras setelah pagi harinya kehilangan jejak Rasulullah. Pertama kali yang mereka lakukan adalah memukuli Ali dan menyeretnya ke dekat Ka’bah serta menahannya, dengan harapan mereka bisa mengorek keterangan tentang Rasulullah. Nabi dan Abu Bakar keluar Makkah dan tinggal di gua Tsur selama tiga hari sampai keadaan terasa aman. Legenda menceritakan bagaimana mereka mencari perlindungan di dalam sebuah gua yang di mulut gua itu terdapat seekor laba-laba menjalin jaring-jaringnya dan burung-burung merpati membangun sarang-sarang mereka. Lalu datang seorang petunjuk jalan, yaitu Abdullah bin Abi Uraiqit, membawa dua ekor kuda, sementara Amir bin Fahiroh menjadi penunjuk jalan. Akhirnya, Rasulullah pergi hijrah ke Yastrib, namun penduduk Makkah sangat bernafsu untuk menghalangi mereka. Rasulullah sampai di Yastrib pada bulan September 622 M, dan tahun itu menandai dimulainya era Muslim, yang dihitung Hijrah Nabi. C. Rasulullah Hijrah ke Madinah Hijrah—migrasi—bukan untuk meraih keuntungan semata, tetapi untuk tujuan mulia dan tertinggi yaitu mengabdi pada Allah. Contoh pertama yang luar biasa ini dilakukan oleh Nabi yang berhijrah dari Makkah ke Madinah. Di tempat inilah kaum Muslim bisa mendirikan pusat Islam yang terpenting dan melaksanakan dakwah lebih sukses dibandingkan di Makkah. Perjalanan Nabi dari Makkah
ke
Madinah—hijrah—adalah
langkah
nyata
pertama
penyebaran Islam ke seluruh dunia. Itulah sebabnya Muslim memulai kalender mereka dari tahun Hijrah, 622 M. Rasulullah yang saat itu adalah pemimpin spiritual, membawa kehidupan sosial baru di
36
Madinah dan masjid sebagai pusatnya. Di sini ada konstitusi (Undangundang dasar) dan Piagam Hak-hak Asasi Manusia pertama yang dalam sejarah Islam telah disusun dan dicatat. Rasulullah mempersaudarakan orang-orang Muslim Makkah dengan Madinah, Rasulullahtelah mengikat suatu perjanjian yang sanggup
menyingkirkan
belenggu
jahiliyah
dan
fanatisme
kekabilahan, tanpa menyisakan kesempatan bagi tradisi-tradisi jahiliyah. Inilah isi perjajian tersebut: “Ini adalah perjajian dari Rasulullah, berlaku di antara orang-oarng Mukmin dan Muslim dari Quraisy dan Yastrib serta siapa pun yang mengikuti mereka, menyusul di kemudian hari dan yang berjihad bersama mereka: 1. Mereka adalah umat yang satu di luar golongan yang lain. 2. Muhajirin dari Quraisy dengan adapt kebiasaan yang berlaku di antara mereka harus saling bekerja sama dalam menerima atau membayar suatu tembusan. Sesama orang Mukmin harus menebus orang yang ditawan dengan cara ma’ruf dan adil. Setiap kabilah dari Anshar dengan adat kebiasaan yang berlaku di kalangan mereka sendiri, dan setiap golongan di antara orang-orang Mukmin harus menebus tawanan dengan cara ma’ruf dan adil. 3. Orang-orang Mukmin tidak boleh meninggalkan seseorang yang menanggung beban hidup di antara sesama mereka dan memberinya dengan cara ma’ruf dalam membayar tebusan atau membebaskan tawanan. 4. Orang-orang Mukmin yang bertakwa harus melawan orang yang berbuat dhalim, berbuat jahat dan kerusakan di antara mereka sendiri. 5. Secara bersama-sama mereka harus melawan orang yang seperti itu, sekalipun dia anak seseorang di antara mereka sendiri. 6. Seorang Mukmin tidak boleh membunuh orang Mukmin lainnya karena membela seorang kafir. 7. Seorang Mukmin tidak boleh membantu orang kafir dengan mengabaikan orang Mukmin lainnya. 8. Jaminan Allah adalah satu. Orang yang paling lemah di antara mereka pun berhak mendapat perlindungan. 9. Jika ada orang-orang Yahudi yang mengikuti, maka mereka berhak mendapat pertolongan dan persamaan hak, tidak boleh didhalimi dan ditelantarkan. 10. Perdamaian yang dikukuhkan orang-orang Mukmin harus satu. Seorang Mukmin tidak boleh mengadakan perdamaian sendiri
37
dengan selain Mukmin dalam suatu peperangan fi sabililah. Mereka harus sama dan adil. 11.Sebagian orang Mukmin harus menampung orang Mukmin lainnya, sehingga darah mereka fi sabililah. 12.Orang musyrik tidak boleh melindungi harta dan tidak boleh merintangi orang Mukmin. 13.Siapapun yang membunuh orang Mukmin yang tidak bersalah, maka dia harus mendapat hukuman yang setimpal, kecuali jika wali orang yang terbunuh merelakannya. 14.Semua orang Mukmin harus bangkit untuk membela dan tidak boleh diam saja. 15.Orang Mukmin tidak boleh membantu dan menampung orang yang jahat. Siapa yang melakukannya, maka dia berhak mendapat laknat Allah dan kemurkaan-Nya pada hari kiamat dan tidak ada tebusan yang bisa diterima 16. Perkara apapun yang diperselisihkan, harus dikembalikan kepada Allah dan Nabi Muhammad SAW.”3030 Dengan jaminan kebebasan hati nurani dan melakukan ibadah bagi siapa saja—kaya atau miskin, baik Muslim manupun non Muslim, pandangan Islam Islam tentang perdamaian di antara semua penduduk dan berbagai suku maupun etnis dan agama, tampaknya sudah mencapai bentuk yang diinginkan. Di Madinah, di halamannya sendiri, Rasulullah membangun masjid, yang sekarang dikenal sebagai Masjid Nabawi. Masjid ini menjadi pusat program Rasulullah untuk menyampaikan pesan-pesan Islam dan tempatnya menghafalkan wahyu yang baru saja diterimanya dan kemudian dicatat oleh sahabatnya. Di sini juga rukun Islam ketiga dan keempat ditetapkan yaitu: pemberian sedekah (zakat) dan berpuasa (sawm). Segala sesuatu, termasuk kekayaan/harta kita adalah milik Allah dan untuk membersihkan kekayaan dan untuk menjaga diri kita adari sikap ketamakan, kita secara teratur sebagian harus memberikan harta kita kepada
fakir
miskin
dan
orang-orang
yang
memerlukannya.
Perbuatan ini tidak sama seperti kemurahan hati dermawan yang
30
Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfury, Op. Cit., hlm. 250-251.
38
memang diharapkan dapat dilakukan Muslim setiap waktu. Untuk melakukan hal tersebut harus didasari rasa kecintaan kepada Allah yang berada di atas segala-galanya, doibanding kecintaan kita kepada apapun dan siapapun. Untuk mengajarkan pengikutnya agar terbiasa mendisiplinkan diri serta mengingatkan kepada pengikutnya bulan saat turun wahyu al-Qur' an yang pertama, Rasulullah mengadakan puasa secara teratur di Madinah selama 29 sampai 30 hari selama bulan Ramadhan.3131 Langkah
pertama
yang
dilakukan
Rasulullah
adalah
membangun masjid. Tepat di tempat menderumnya unta itulah beliau memerintahkan untuk membangun masjid. Untuk itu beliau membeli tanah tersebut dari dua orang anak yatim yang menjadi pemiliknya. Beliau terjun langsung dalam pembangunan masjid itu, memindahkan bata dan bebatuan. Sementara di tempat tersebut ada kuburan orangorang Musyrik, puing-puing reruntuhan bangunan, pohon kurma dan pohan yang lain. Rasulullah memerintahkan untuk menggali kuburankuburan itu, meratakan puing-puing bangunan, memotong pohon dan menetapkan arah kiblatnya yang saat itu masih menghadap ke arah Baitul-Maqdis. Beliau juga membangun beberapa rumah di sisi masjid, dindingnya dari susunan batu dan bata, atapnya dari daun kurma yang disangga beberapa batang pohon.3232 Masjid tersebut bukan sekedar tempat untuk melaksanakan shalat semata, tapi juga merupakan sekolahan bagi orang-orang Muslim
untuk
bimbingannya,
menerima sebagai
pengajaran
balai
Islam
pertemuan
dan
dan
bimbingan-
tempat
untuk
mempersatukan berbagai unsur kekabilahan dan sisa-sisa pengaruh perselisihan semasa Jahiliyah, sebagai tempat untuk mengatur segala
31
Saniyasnain Khan dan Muhammad Iqbal, Kisah-kisah Teladan Nabi Muhammad, (Jakarta: Intimedia dan Ladang Pustaka, tth), hlm. 34-37. 32
Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfury, Op. Cit., hlm. 247.
39
urusan dan sekaligus sebagai gedung parlemen untuk bermusyawarah dan menjalankan roda pemerintahan. Di samping itu semua, masjid tersebut juga berfungsi sebagai tempat tinggal orang-orang Muhajirin yang miskin, yang datang ke Madinah tanpa memiliki harta, tidak mempunyai kerabat dan masih bujangan atau belum berkeluarga. Rasulullah
juga
mengambil
tindakan
dengan
usaha
mempersaudarakan antara orang-orang Muhajirin dan Anshar. Makna persaudaraan ini sebagaimana yang dikatakan Muhammad al-Ghazali, agar fanatisme Jahiliyah menjadi cair dan tidak ada sesuatu yang dibela kecuali Islam. Di samping itu, agar perbedaan-perbedaan keturunan, warna kulit dan daerah tidak mendominasi, agar seseorang tidak merasa lebih unggul dan yang merasa lebih rendah kecuali karena ketakwaannya. Rasulullah menjadikan persaudaraan ini sebagai ikatan yang benar-benar harus dilaksanakan, bukan sekedar isapan jempol dan omong kosong. Dengan persaudaran ini akan mewarnai masyarakat yang
baru
dibangun dengan beberapa
gambaran yang mengundang decak kekaguman. Keberangkatan
Nabi
ke
Madinah
ternyata
tidak
juga
memuaskan orang-orang Quraisy, malah membuat mereka semakin marah. Pasalnya, kini mereka melihat orang-orang Muslim dapat bersatu di astu tempat dan tentu saja persatuan ini akan membuat mereka (kaum Muslim) semakin bertambah kuat. Hanya dua tahun setelah Rasulullah berhijrah, 1000 bala tentara Quraisy mendekati Madinah untuk menyerang. Kemah-kemah tentara Quraisy ada di Badar, suatu lokasi yang banyak terdapat mata air yang terletak 80 mil (128,747 km) dari Madinah. Perang Badar terjadi pada hari senin tanggal 17 Ramadhan 624 M. Pasukan Nabi berjumlah 314 orang, terdiri dari 86 orang Muhajirin dan selebihnya adalah Anshor. Sementara
jumlah
pasukan
musyrikin
mencapai
900
orang.
Kemenangan dalam perang Badar ini merupakan mukjizat paling
40
penting bagi masyarakat yang masih muda itu, suatu mukjizat yang membantu mereka menemukan jati diri mereka dan seterusnya diingat sebagai peristiwa yang telah mengubah sejarah Islam awal.3333 Di sini mereka bertemu Rasulullah dengan kelompok kecil pengikutnya. Dengan pertolongan Allah, kaum Muslim berhasil mengalahkan kaum Quraisy. Pertempuran intu hanya berlangsung beberapa jam, dan hanya sedikit kaum Muslim yang mengalami lukaluka. Tentu saja kekalahan ini membuat marah kaum Quraisy dan mereka merencanakan beberapa serangan berikutnya dalam beberapa tahun mendatang. Pertempuran di Uhud terjadi pada 625 M, ketika 3000 orang Makkah yang dipersenjatai lengkap di bawah pimpinan abu Sofyan melakukan penyerbuan ke Madinah. Jumlah pasukan Rasulullah kala itu hanya 700 orang namun dengan pertolongan Allah. Pada mulanya kemenangan ada di tangan kaum muslimin, sampai pasukan Quraisy lari kocar-kacir mundur ke belakang, tetapi ketika pasukan panah yang ada di atas bukit melanggar perintah Nabi untuk tidak turun hanya karena tergiur harta rampasan perang, pasukan Quraisy balik menyerang dan mengobrak-abrik pertahanan mereka, hingga akhrinya kalah. Dalam peristiwa ini Hamzah, paman Nabi gugur sebagai Syahid dan banyak para syuhada lain yang gugur. Nabi sendiri mengalami luka di kaki dan kehilangan dua gigi dalam perang ini. Perang Bani Nadhir terjadi tahun 4 H karena orang-orang Yahudi Bani Nadhir hendak melanggar perjanjian dengan Nabi. Ketika mengetahui maksud mereka, beliau beserta pasukannya mengepung orang-orang Yahudi tersebut. Bani Quraizah melepaskan diri dari penghianatan mereka. Sementara itu, Ibnu Ubay membelot setelah memperdaya mereka. Ketika penderitaan dan kesulitan semakin parah
33
Ahmad bin Hajar, Op. Cit., hlm. 34.
41
akibat kepungan tersebut mereka mencari perlindungan, menyingkir dari daerahnya. Pengungsian berhenti sampai di Khaibar. Rasulullah mendengar berita bahwa di Daumatul Jandal ada perampokan terhadap orang-orang yang melintas di sana, dan mereka hendak mendekati Madinah. Maka Nabi keluar menyongsong mereka dengan membawa 2000 pasukan. Peristiwa ini terjadi tahun 5 H, Rasulullah menyerang ternak mereka. Penduduk Daumah pun bercerai berai. Namun tidak ditemukan seorang pun. Lalu beliau kembali ke Madinah tanggal 20 bulan Rabi’ul Akhir setelah menginap 25 hari. Pada tahun yang sama meletus perang Khandaq—disebut juga prang Ahzab—karena suku Quraisy dan sebagian besar suku-suku Arab bersatu. Yahudi pun bergabung dengan mereka setelah membatalkan perjanjian. Mereka adalah suku Quraizah yang mendiami perkampungan bani Nadhir. Mereka tinggal lebih dari satu bulan. Jumlah mereka 10000 orang, sementara umat Islam hanya 3000 oarng. Umat Islam lalu menggali parit atas usul Salman al-Farisi. Akhirnya terjadi perselisihan di antara pasukan musuh. Dan Allah mengirimkan badai yang dasyat pada mereka dan bercerai berailah mereka. Mereka kedinginan, lalu pulang dengan tangan hampa. Sepeninggal pasukan musuh itu, kaum muslimin kembali ke Bani Quraizah untuk menghukum mereka karena penghianatannya. Mereka diembargo selama 25 malam, lalu mereka menyerahkan hukuman pada Sa’ad bin Mu’az yang menghukum mati. Sementara harta dan keluarganya ditawan. Pada tahun 628, Rasulullah bersiap-siap untuk melakukan ibadah
haji
ke
kota
Makkah,
yang
menjadi
pusat
aspirasi
keagamaannya setelah Hijrah. Kaum Muslim di Madinah sebelumnya shalat dengan menghadap Yerussalem, kota suci dari dua agama samawi sebelumnya, tetapi pada 623 atau 624 mereka diperintahkan
42
untuk beralih ke arah Ka’bah di Makkah. Allah berfirman dalam surat Al Baqarah: 134-135. Meskipun penduduk Makkah tidak mengizinkan beliau untuk memasuki kota kelahirannya pada kunjungan tahun 628 ini, beliau berhasil mengadakan perjanjian dengan mereka ketika beliau sampai di Hudaibiyah. Pada bulan Dzulqa’dah tahun 6 H, Nabi keluar menuju Makkah untuk berumrah, bukan berperang. Beliau ditemani Huda, berpakaian umrah agar penduduk merasa aman tidak menyangkanya akan berperang. Tetapi ketika beliau sampai di Hudaibiyyah, orang-orang musyrikin menghadangnya. Setelah berunding, akhirnya disepakati suatu perjanjian damai antara Rasulullah dan Quraisy, dengan melakukan gencatan senjata selama 10 hari. Selama itu orang-orang merasa aman, masing-masing pihak menahan diri. Siapa saja yang ingin
masuk
ke
dalam
kelompok
Nabi
dan
mengikutinya
dipersilahkan. Begitu pula sebaliknya, siapa yang ingin masuk ke pihak Qiraisy dipersilahkan. Perjanjian tersebut dikenal dengan Perjanjian Hudaibiyyah. Perjanjian itu selanjutnya menjamin bahwa Rasulullah boleh melakukan ibadah haji kecil, umrah, pada tahuntahun berikutnya. Pada bulan Muharram tahun 7 H, sepulang dari Hudaibiyyah, Rasulullah bersama sahabatnya menuju ke Khaibar. Di sana beliau mengadakan sejumlah kesepakatan damai dengan penduduk. Pada akhir tahun Nabi keluar bersama sahabatnya menuju Makkah untuk melaksanakan ibadah haji yang tidak jadi dilaksanakan tahun sebelumnya. Nabi sampai di Makkah pada bulan Dzulqa’dah. Setelah selesai melaksanakan ibadah umrah, Nabi kembali ke Madinah.3434 Pada bulan Ramadhan tahun 8 H kaum Quraisy telah membatalkan perjanjian bantuan mereka kepada Bani Bakir atas suku Khuza’ah yang terlibat perjanjian dengan Rasulullah. Nabi membawa 34
Ibid., hlm. 38.
43
10000 pasukan memasuki Makkah. Nabi lalu menghancurkan berhalaberhala, memerdekakan mereka yang dulu menyiksa, melakukan tipu daya dan melakukan perang kepada beliau. Nabi
secara
konsisten
senantiasa
berdoa
agar
Allah
membimbingnya dan menjadikan ajarannya sebagai ajaran yang mulia.3535 Kemudian Rasulullah pergi ke Hunain untuk mencari suku Hawazin, dengan membawa 12.000 pasukan. Ketika sampai di lembah Hunain, ternyata suku Hawazin dan Bani Tsaqif bersembunyi di sana. Mereka tertangkap basah oleh orang-orang Islam. Sebelum kaum Muslimin menata pasukan mereka telah lari. Sedangkan Nabi dan sekelompok sahabatnya tetap tinggal di sana. Lalu orang-orang yang terusir itu kembali dan menyerang mereka. Kaum Muslimin berhasil mengalahkan mereka. Dari pihak Bani Tsaqif terbunuh 70 orang. Pasukan Muslim berhasil mendapatkan banyak harta rampasan perang. Setelah selesai perang Hunain, Nabi meneruskan perjalanan ke Tsaqif melalui Tha’if dan mengepung mereka. Selama beberapa waktu kemudian pulang tanpa menaklukkan Tha’if. Nabi melanjutkan perjalanannya menemui seorang utusan suku Hawazin di Ja’ranah. Mereka memohon beliau mengembalikan harta, anak-anak dan keluarga, serta istri-istri mereka. Nabi pun memberikan apa yang mereka minta. Beliau dalam shalat dhuhurnya memohon agar orangorang Hawazin dan bani Tsaqif mendapat pertolongan dari orangorang Muslim. Mereka mengerjakan perintahnya. Dan orang Islam pun mendermakan hartanya
kepada
mereka demi mematuhi
Rasulullah. Lalu utusan Itab bin Usaid kembali ke Makkah sedangkan Nabi kembali ke Madinah.
Abdurrahman Mas’ud, Menggagas Format Pendidikan Nondikotomik: Humanisme Religius Sebagai Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Gama Media, 2002), hlm. 71. 35
44
Nabi tinggal di Madinah sampai bulan Rajab tahun 9 H. di sana beliau memerintahkan umat Islam untuk menyerang Romawi yang telah menyakiti umat Islam dalam perang Mu’tah. Pasukan ini benarbenar berada dalam kondisi yang amat sulit, panas dan hasil bumi sedang subur-suburnya. Karena itu orang-orang lebih suka tinggal di rumah dari pada ikut berperang. Akan tetapi orang-orang yang berhati mulia seperti Utsman bin Affan mendermakan harta apa yang dibutuhkan oleh keadaan. Rasulullah dan para sahabatnya keluar sampai di Tabuk. Di sana datang Yuhnah bin Ru’bah, seorang penghuni Ailah dan berdamai dengan Nabi, lalu dia memberi hadiah. Kemudian datang lagi penduduk Juhrah dan Azrah, mereka menyerahkan hadiah. Penduduk Makkah menyadari bahwa kekuatan Muhammad telah meningkat pesat sekali dan ketika beliau menaklukkan kota kelahirannya pada 630 M, tidak ada perlawanan yang diberikan. Bahkan sebagian dari musuh-musuhnya yang paling membencinya memeluk Islam dan diberi ampunan. Ka’bah dibersihkan dari semua berhala dan ikon, dan sejak saat itu menjadi pusat ibadah kaum Muslim, tanpa gambar-gambar dan patung-patung. D. Akhir Kehidupan Rasulullah SAW dan Aktualisasi Pendidikan Islam Berbagai strategi pemberdayaan agama Islam yang dipakai Nabi dijalankan sesuai dengan perintah Allah. Setelah sekian lama Nabi mendakwahkan Islam dengan kobaran semangat yang kuat, sejarah kenabian pun juga berakhir dengan kisah yang mulus. Kisah akhir nabi adalah pada perang penaklukkan Makkah (Fathu Makkah), melumatkan paganisme secara total. Karena itu bangsa Arab bisa mengetahui mana yang haq dan mana yang batil, tidak lagi dihantui
45
keragu-raguan, dan setelah itu mereka pun buru-buru masuk Islam, setiap kaum segera menyatakan keislamannya. Kenyataan ini semakin dipertegas setelah perang Tabuk. Karena itu banyak utusan yag datang ke Madinah pada tahun 9 dan 10 H. Umat manusia masuk Islam secara berbondong-bondong, sehingga pasukan Islam yang hanya berjumlah sepuluh ribu prajurit pada penaklukkan Makkah, langsung membengkak menjadi tiga puluh ribu pada waktu perang Tabuk. Kemudian pada haji wada’ begitu banyak hamparan lautan manusia, yang semua bergerak di sekeliling Rasulullah sambil mengumandangkan talbiyah, takbir, tasbih dan tahmid. Berakhirlah
sudah
tugas
Rasulullah
dalam
berdakwah,
menyampaikan risalah, membangun masyarakat baru atas dasar pengukuhan terhadap uluhiyah Allah dan pengeyahan uluhiyah selainNya. Seakan ada bisikan halus yang merambat di dalam sanubari Rasulullah yang mengabarkan bahwa keberadaan beliau di dunia sudah mendekati babak akhir. Kemudian Rasulullah mengumumkan niatnya untuk melaksanakan haji yang mabrur. Pada tahun 632 M, Muhammad kembali melakukan ibadah haji ke Makkah, dan tindakan ini selanjutnya menjadi contoh yang mengikat bagi kaum Muslim untuk melakukan ibadah haji. Pada waktu “haji terakhir” inilah, ditegaskan bahwa wahyu terakhir diturunkan kepada beliau surah Al Maidah ayat 3.3636
23 4
5 6 78
9:
57 6 :;
52 3 5 6 :
<7
Artinya: “Pada hari ini telah Kusempurnakan bagi kalian agama kalian dan telah Kucukupkan kepada kalian nikmat-Ku dan telah Kuridlai Islam itu jadi agama bagi kalian.” (QS. Al Maidah: 3)
36
Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfury, Op.Cit, hlm. 605.
46
Pada khotbahnya, beliau menjelaskan berbagai hukum syariat, menghapus hukum jahiliyah. Beliau memuji Allah, dan bersabda: “Wahai manusia, dengarkanlah perkataanku. Karena sesungguhnya aku tidak tahu barangkali aku tidak akan bertemu lagi dengan kalian sesudah tahun ini. Wahai manusia, sesungguhnya darah dan hartamu adalah kehormatan bagimu.” Beliau mengulang-ulangnya dan menjelaskan kemuliaan darah dan harta umat Islam. Mengharamkan riba, menunaikan amanat, menghapus riba pada masa jahiliyah dan pertumpahan darah. Hak-hak suami atas istri dan hak-hak istri atas suami. Sesama Muslim adalah saudara. Tidak ada wasiat pada ahli waris. Pelaku zina dirajam, dan seterusnya sampai selesai khotbahnya yang panjang, apabila dipegang oleh umat Islam maka mereka akan hidup bahagia di dunia dan di akhirat.3737 Pada waktu melempar Jumrah Aqabah pun beliau juga bersabda, “Pelajarilah manasik kalian dariku, Karena boleh jadi aku tidak berhaji lagi sesudah tahun ini.” Turun surah an-Nasr pada pertengahan hari-hari Tasyrik. Sebenarnya semua itu bisa dikenali sebagai suatu tanda perpisahan. Setelah dakwah benar-benar menjadi sempurna dan Islam
dapat
menguasai
keadaan,
mulai
muncul
tanda-tanda
perpisahan dengan kehidupan dan orang-orang yang hidup. Pada bulan Ramadhan tahun 10 H, Rasulullah i’tikaf di masjid selama dua puluh hari. Padahal sebelumnya beliau tidak i’tikaf kecuali hanya sepuluh hari. Jibril mengetes al-Qur' an dari beliau hingga dua kali. Pada awal bulan Shafar tahun 11 H, Rasulullah pergi ke Uhud,lalu shalat di atas orang-orang yang mati syahid di sana, layaknya orang yang hendak berpisah dengan orang yang masih hidup dan orang yang sudah meninggal. Pada suatu malam pertengan bulan yang sama, beliau
37
Ahmad bin Hajar, Op. Cit., hlm. 43.
47
pergike Baqi’, lalu memintakan ampunan bagi orang-orang yang dikubur di sana.3838 Pada akhir bulan Safar tahun 11 Hijriyah, Rasulullah menghadiri prosesi jenazah di Baqi’. Sepulang dari Baqi’ dan pada waktu dalam perjalanan Rasulullah mulai mengeluhkan sakitnya, yaitu pusing di kepala dan panas tubuhnya langsung melonjak. Beliau sakit selama 13 atau 14 hari dan tetap shalat berjamaah. Sakit Rasulullah semakin lama semakin parah, sampai-sampai beliau bertanya kepada para istri beliau: “Di mana giliranku besok?” Mereka paham apa yang beliau maksudkan. Maka mereka memberi kebebasan beliau untuk memilih. Akhirnya beliau meminta izin pada istriistrinya
untuk
tinggal
di
rumah
Aisyah.
Mereka
kemudian
mengizinkan. Ketika sakitnya bertambah parah, Rasulullah keluar menemui sahabatnya lalu naik ke mimbar dan bersabda: “Wahai kaum Muhajirin, mintalah
nasehat
tentang
kebaikan
kepada
kaum
Anshor.
Karena
sesungguhnya manusia itu bertambah sedangkan kaum Anshor tidak. Dan sesungguhnya mereka itu adalah mahligai tempat aku berlindung, maka berbuat baiklah pada mereka, dan hilangkanlah keburukan darinya.” Rasulullah kemudian menyuruh Abu Bakar untuk menjadi imam shalat. Pada hari senin, 12 Rabi’ul Awwal 11 H, bertepatan dengan tahun 632 M, Rasulullah kembali ke haribaan Illahi, dengan usia enam puluh tiga tahun. Kabar kesedihan langsung menyebar. Seluruh pelosok Madinah berubah menjadi muram. Purnama yang biasanya terang benderang kini telah redup. Seluruh alam menyaksikan kepergian kekasih Allah ini dengan shalawat berharap bahwa pada hari Kiamat akan mendapatkan syafa’at beliau Rasulullah SAW.
38
Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfury, Op. Cit., hlm. 613.
48
Rasulullah telah pergi, namun bukan berarti perjuangan Islam berhenti sampai di sini. Sebagai umat Muslim, tentulah masih bayak yang harus dilakukan untuk tetap melestarikan perjuangan Rasulullah dalam menegakkan agama Islam di muka bumi ini. Segala bentuk perbuatan yang telah dilakukan Rasulullah selama kurang lebih dua puluh tiga tahun adalah contoh terbaik dalam kehidupan. Rasulullah yang terlahir pada lingkungan yang tidak mengenal budaya. Beliau memanggul beban perjuangan dan jihad di kancah perasaan manusia yang tenggelam dalam ilusi dan konsepsi Jahiliyah, yang berarti beban kehidupan dunia yang dilumuri noda-noda syahwat. Setelah wahyu pertama turun yang mengumandangkan perintah “membaca”, Rasululah mendapatkan wahyu kedua dalam surah al-Muddatsir, yang menyerukan peringatan besar. Karena perintah inilah Rasulullah bangkit lebih dari dua puluh tiga tahun memanggul beban amanat yang amat besar, beban seluruh kehidupan manusia, beban seluruh akidah, beban perjuangan dan jihad di berbagai zaman modern. Rasulullah berjuang demi eksistensi umatnya. Rasulullah melaksanakan dakwah, di tengah peperangan yang terus berkecamuk untuk menghentikan langkahnya, sambil terus mempertahankan kehidupan. Sementara orang-orang Mukmin di sekitarnya
mengharapkan
keamanan
dan
ketentraman.
Beliau
melaksanakan semua tugas ini dengan semangat yang tidak pernah mengendor dan penuh kesabaran. Pada malam harinya beliau bangun untuk beribadah kepada Allah, membaca al-Qur' an dan tunduk kepada Allah seperti yang diperintahkan-Nya. Begitulah Rasulullah menjalani kehidupan dalam kancah peperangan yang seakan tidak ada ujungnya selama lebih dari dua puluh tahun. Selama itu pula beliau tidak pernah lalai terhadap satu urusan tertentu, Karena sibuk menangani urusan yang lain, hingga
49
akhirnya dakwah Islam berhasil secara gemilang, merambah kawasan yang amat luas, sulit diterima nalar manusia. Seluruh Jazirah Arab tunduk kepada dakwah Islam, debu-debu Jahiliyah tidak lagi tampak di udara Arab dan akal yang tadinya menyimpang kini menjadi lurus, sehingga berhala ditinggalkan dan bahkan dihancurkan. Udara Arab berubah dipenuhi suara-suara tauhid, adzan untuk shalat terdengar memecah angkasa dan sela-sela gurun yang telah dihidupkan oleh iman. Para pengajar al-Qur' an pergi ke arah utara dan selatan, membacakan ayat-ayat di dalam Kitab Allah dan menegakkan hukumhukumnya.3939 Pendidikan Rasulullah di Makkah berawal sejak turunnya ayat pertama di gua Hira’ sampai masa hijrah beliau ke Madinah yang memakan waktu 13 tahun dengan segala suka dan duka yang dialami Rasulullah dengan para pengikut setianya. Ketika Rasulullah menerima wahyu pertama di gua Hira’ yang memerintahkan beliau untuk membaca dengan nama Tuhan dan mengenalkan hakikat Tuhan sebagai Pencipta dan manusia sebagai ciptaan, maka secara resmi beliau telah ditunjuk sebagai utusan Allah, yang berarti ditunjuk pula sebagai pendidik kepada para pengikutnya. Dan perintah ini lebih jelas lagi ketika turun ayat selanjutnya (al-Muddatsir) yang memerintahkan beliau untuk bangkit mendidik diri dan para pengikutnya dengan wahyu yang diturunkan Allah. Dengan penekanan yang jelas dan singkat, Allah telah memerintahkan Rasulullah untuk tampil mendidik dan membina manusia-manusia unggul berdasarkan wahyu Allah. Wahyu, sebagai sumber utama pendidikan Rasulullah pada periode ini hanya membicarakan persoalan yang sangat mendasar bagi kehidupan manusia. Dalam tempo 13 tahun itu, wahyu hanya membicarakan satu persoalan besar yang terus diulang-ulang dengan 39
Ibid., hlm. 601-602.
50
bahasa dan pendekatan yang berbeda namun substansinya dan tujuannya sama. Pendidikan Rasulullah pada periode Makkah hanya menanamkan akidah, yang membicarakan tentang Ketuhanan Allah dengan segala atribut dan sifat yang menyertainya dan kehambaan manusia sebagai makhluk ciptaan serta hubungan antara keduanya yang terlambang dalam kalimat La ilaha illallah.4040 Pendidikan Rasulullah memulai proses pendidikan bukan dengan membicarakan segala bentuk pengetahuan filosofis yang dihasilkan manusia, namun memulainya dengan menanamkan pemahaman, pengertian dan pengalaman kalimat yang mudah dihafal dan disebut, namun mengandung pengertian yang luas dan mendalam serta mendatangkan konsekwensi berat bagi penganutnya, yaitu kalimat La ilaha illallah. La ilaha illallah tidak hanya bermakna sempit “tiada Thuan selain Allah” saja. La ilaha illallah adalah proklamasi menyeluruh seorang hamba yang hina untuk mengangkat Tuan di atas segala tuantuan
dan
membebaskan
diri
sepenuhnya
dari
mereka
dan
menyerahkan hak ketuhanan itu hanya pada Allah Yang Maha Kuasa. Penghambaan
menyeluruh
manusia
kepada
Allah
dan
tidak
menyekutukan penghambaannya kepada satu apapun. Allah Yang Maha Mutlak adalah satu-satunya Tuan yang paling ditaati, dicintai, ditakuti, tempat manusia memperhambakan diri dalam bentuk kehidupannya. Seluruh tujuan kehidupannya semata-mata untuk memperhambakan dirinya kepada Allah Yang Maha Kuasa. La ilaha illallah bermakna hanya Allah yang menjadi Illah (sesembahan), Robb (Pendidik/Pemelihara), Pengatur Kehidupan, Penguasa dan Pemerintah. Perkara ini wajib dipercayai dalam hati, diperlihatkan pada ibadah dan dinyatakan dalam bentuk hukum pada 40
hlm. 100.
Najib Khalid al-Amir, Tarbiyah Rasulullah, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001),
51
kehidupan
sehari-hari.
Manusia
sebagai
hamba
tidak
berhak
memutuskan sendiri apapun di dalam kehidupannya. Mereka wajib kembali kepada peraturan dan hukum Allah, mengambil semua bentuk peraturan tentang kehidupannya dari sumber asalnya, dari yang menyampaikannya kepada manusia, yaitu Rasulullah, yang terlambang di dalam kalimat pengakuan Muhammad Rasulullah. Dengan berbagai pendekatan dan bahasa, selama di Makkah pendidikan Rasulullah dengan segala metode dan sistemnya berusaha memahamkan dan menanamkan akidah La ilaha illallah Muhammad Rasulullah sebagai pilar utama manusia-manusia agung. Makna akidah ini dipahami benar oleh bangsa Arab, itulah sebabnya mereka, terutama para pemuka suku, melancarkan serangan dasyat yang terusmenerus untuk menghapuskan akidah ini. Para pemuka Arab menyadari jika akidah ini tegak, maka mereka akan kehilangan hak-hak istimewa yang dinikmatinya turuntemurun selama ini karena akidah ini adalah proklamasi penghapusan rasial dan status sosial yang menjadi lambang kemegahan bangsa Arab Jahiliyah. Dan seluruh berhala jahiliyah harus dimusnahkan karena akidah ini menolak segala bentuk penyekutuan terhadap Allah Yang Maha Esa. Semua inilah yang mendorong mereka mengadakan peperangan
demi
peperangan
yang
akhirnya
memenangkan
kebenaran yang dibawa Rasulullah dan para sahabatnya.4141 Pada periode pendidikan Rasulullah di Madinah selama 10 tahun adalah kelanjutan dari pendidikan yang diterima di Makkah. Jika pada periode Makkah pendidikan Rasulullah memfokuskan diri pada penanaman akidah dan yang berkaitan dengannya, maka periode
Madinah
lebih
merupakan
penyempurnaan
proses
pendidikan terdahulu.4242 Setelah terbentuk manusia-manusia unggul 41
Hilmy Bakar Al-Mascaty, Op. Cit., hlm. 140.
42
Nasruddin Razak, Dienul Islam, (Bandung: Al-Ma’arif, 1996), hlm. 13.
52
yang berakidah, pendidikan Rasulullah di Madinah lebih difokuskan untuk
membangun
peradaban
baru
dunia
dengan
segala
kelengakapan sistemnya, baik dalam sosial, budaya ekonomi, politik, pemerintahan, kerjasama internasional, keamanan dan kemiliteran serta hal-hal yang berhubungan dengannya. Dengan kata lainnya, periode Madinah adalah periode spesialisasi pendidikan Rasulullah dalam
beberapa
bidang
yang
diperlukan
untuk
membangun
peradaban baru yang berdasarkan pada wahyu. Setelah dididik 13 tahun di Makkah dengan penekanan pada pembinaan akidah dan keyakinan yang mendalam terhadap ajaran Islam, para binaan Rasulullah dengan segala keutamaannya telah menjadi manusia unggul yang siap melaksanakan perintah hijrah, meninggalkan segala bentuk kejahiliyahan, baik secara spiritual, intelektual dan fisik dengan berpindahnya ke Madinah, merupakan bukti kesiapan mereka untuk menerima tugas-tugas besar yang diamanatkan kepada mereka. Di Madinah Rasulullah dengan para sahabatnya dari golongan Muhajirin dan Anshar, membangun kekutan baru yang berpusat di masjid, yang sekaligus menjadi pusat pendidikan Rasulullah. Wahyuwahyu
yang
turun
kepada
Rasulullah
saat
ini
umumnya
membicarakan masalah-masalah yang berkaitan dengan pembentukan masyarakat ideal. Demikian pula wahyu telah memerintahkan pembagian
spesialisasi
tugas-tugas
kaum
Muslimin
sesuai
kemampuan dan bakat mereka. Rasulullah telah membagi baik dalam bidang ekonomi, sosial, politik, pengembangan pengetahuan sampai pertahanan dan kemiliteran. Pendidikan
Rasulullah
akan
menghantarkan
manusia
mengenal hakikat dirinya yang diciptakan Allah dengan tugas dan fungsinya. Setelah manusia mengenal hakikat dirinya secara benar menurut kehendak penciptanya, kemudian Islam dengan ajaran-
53
ajarannya yang penuh dengan aspek pendidikan jiwa, pemikiran ataupun fisik akan merangsang segala potensi terpendam manusia sehingga mengetahui bakat serta kemampuan dirinya. Spesialisasi pendidikan Rasulullah inilah yang telah dilalaikan oleh kaum Musliman dalam membangun sistem pendidikan Barat sekuler. Demikian pula spesialisasi ini telah disalahartikan oleh sebagian mereka,
terutama
di
sistem
pendidikan
tradisional,
yang
menanamkannya sebatas pengetahuan keagamaan saja. Kehidupan Rasulullah telah berakhir, tetapi perjuangan beliau masih terus berjalan sampai dunia ini berakhir. Secara kronologis sejarah kehidupan beliau dari kelahiran hingga beliau wafat akan terangjum dalam tabel berikut. Kronologi Singkat Kehidupan Nabi Muhammad SAW Tahun 570 M 576 M 578 M 582 M 587 M 587 M 605 M 610 M
614 M
615 M 616 M
Peristiwa Kelahiran Nabi Muhammad SAW Ibunda tercinta meninggal dunia Abdul Muththalib, kakek Rasulullah meninggal dunia Rasulullah berdagang ke Syam dan bertemu dengan pendeta Bahira Rasulullah mengikuti perang Fijar bertugas menyiapkan anak panah untuk paman-pamannya Rasulullah menikah dengan Khadijah setelah memperdagangkan barang dagangan Khadijah Renovasi Ka’bah, Rasulullah ikut dalam pengambilan keputusan peletakan hajar aswad Rasulullah menerima wahyu pertama di gua Hiro’, selama tiga tahun wahyu terputus. Rasulullah mengadakan dakwah secara sembunyi-sembunyi Allah memerintahkan Rasulullah untuk berdakwah secara terang-terangan. Hal ini terjadi pada tahun keempat kenabian Hijrah ke Habasyah (1) Hamzah dan Umar bin Khatab masuk Islam, terjadi drama pemboikotan Makkah secara menyeluruh selama tiga tahun
54
619 M 620 M
621 M
622 M/1 H
624 M/2 H 625 M/3 H
627 M
628 M/6 H 629 M
630 M 632 M
(616-619 M), yang menyebabkan hijrah ke Habasyah (2) Pembatalan piagam Beberapa bulan setelah pembatalan piagam merupakan Tahun berduka bagi Rasulullah, paman, Abu Thalib dan istri tercinta, Khadijah menghadap keharibaan Illahi, Rasulullah melakukan dakwah ke Tha’if Allah memberikan hadiah untuk Rasulullah perjalanan spiritual, Isra’ Mi’roj Baiat Aqabah I dan II, yang dilanjutkan dengan membentuk parlemen di Darun Nadwah Rasulullah bersama-sama dengan sekitar tujuh puluh keluarga Muslim hijrah ke Madinah yang menandakan dimulainya era Muslim Makkah menerima kekalahan dalam Perang Badar Kaum Muslim menderita kekalahan yang parah di tangan tentara Makkah pada perang Uhud, di luar Madinah, yang menyebabkan paman Rasulullah, Hamzah meninggal dunia Kaum Muslim dengan jelas mengalahkan tentara Makkah perang Khandaq atau Ahzab. Ini diikuti dengan pembunuhan masal pria suku Yahudi Qurayzah, yang telah mendukung orang Makkah untuk melawan Muslim Inisiatif damai Rasulullah menghasilkan Perjanjian Hudaibiyyah antara Makkah dan Madinah Orang Makkah melanggar Perjanjian Hudaibiyyah. Rasulullah membalas Makkah dengan tentara Muslim yang besar dan sekutu dari kalangan sukunya, terjadi perang Hunain dan perang Tabuk yang kemudian Rasulullah membebaskan Makkah (fathu Makkah). Rasulullah mengutus Abu Bakar untuk menunaikan ibadah haji Rasulullah melaksanakan haji Wada’ Perjuangan Rasulullah telah sempurna, setelah menerima wahyu terakhir Q.S Al-Maidah: 3, Rasulullah meninggal dunia
55