BAB II URAIAN TEORITIS II.1 KOMUNIKASI MASSA II.1.1 Definisi Komunikasi Massa Banyak definisi tentang komunikasi massa yang telah dikemukakan para ahli komunikasi. Banyak ragam dan titik tekan yang dikemukakannya. Tetapi, dari sekian banyak definisi itu ada benang merah kesamaan definisi satu sama lain. Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Sebab, awal perkembangannya saja, komunikasi massa berasal dari pengembangan kata media of mass communication (media komunikasi massa) (Nurudin, 2003:2). Untuk definisi yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner (Ardianto, 2004:3), yakni: komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar oraang. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa. Media komunikasi yang termasuk media massa adalah radio siaran dan televisi yang dikenal sebagai media elektronik; surat kabar dan majalah yang dikenal sebagai media cetak; serta internet sebagai bentuk media baru. Definisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh Gerbner. Menurut Gerbner (1967) “Mass communication is the technologically and institutionally based production and distribution of the most broadly shared continuous flow of messages in industrial societies”. (Komunikasi massa adalah
Universitas Sumatera Utara
produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontiniu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industry (Nurudin, 2003:4). Ada satu definisi komunikasi massa yang dikemukakan oleh Michael W Gamble dan Teri Kwal Gamble (1986) akan memperjelas apa itu komunikasi massa. Menurut mereka sesuatu bisa didefinisikan sebagai Komunikasi Massa jika mencakup (Nurudin, 2003:6); 7. Komunikator dalam komunikasi massa mengandalkan peralatan modern untuk menyebarkan atau memancarkan pesan secara cepat kepada khalayak yang luas dan tersebar. Pesan itu disebarkan melalui media modern pula antara lain surat kabar, majalah, televisi, film atau gabungan diantara media tersebut. 8. Komunikator dalam komunikasi massa dalam menyebarkan pesan – pesannya bermaksud mencoba berbagai pengertian dengan jutaan orang yang tidak saling kenal atau mengetahui satu sama lain. Bahkan pengirim dan penerima pesan tidak saling mengenal satu sama lain. 9. Pesan adalah publik. Artinya, bahwa pesan ini bisa didapatkan dan diterima oleh banyak orang. Karena itu, diartikan sebagai milik publik. 10. Sebagai sumber, komunikastor massa biasanya organisasi formal seperti jaringan, ikatan atau perkumpulan. Dengan kata lain, komunikatornya tidak berasal dari seseorang, tetapi lembaga. Lembaga ini pun biasanya berorientasi pada keuntungan buka organisasi suka rela atau nirlaba.
Universitas Sumatera Utara
11. Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper (pentapis informasi). Artinya pesan – pesan yang disebarkan atau dipancarkan dikontrol oleh sejumlah individu dalam lembaga tersebut sebelum disiarkan lewat media massa. Ini berbeda dengan komunikasi antar pribadi, kelompok atau public dimana yang mengontrol tidak oleh sejumlah individu. Beberapa individu dalam komunikasi massa itu ikut berperan dalam membatasi, memperluas pesan yang disiarkan. Contohnya, adalah seoraang reporter, editor film, penjaga rubric dan lembaga sensor lain dalam media itu bisa berfungsi sebagai gatekeeper. 12. Umpan balik dalam komunikasi massa sifatnya tertunda. Kalau dalam jenis komunikasi lain, umpan balik bisa bersifat langsung. Misalnya, dalam komunikasi antar persona. Dalam komunikasi ini umpan balik langsung dilakukan, tetapi komunikasi yang dilakukan lewat surat kabar tidak bisa langsung dilakukan alias tertunda (delayed). II.1.2 Ciri – Ciri Komunikasi Massa Adapun ciri – ciri komunikasi massa, yaitu (Nurudin, 2003:16): A. Komunikator dalam Komunikasi Massa Melembaga Komunikator daalam komunikasi massa itu bukan satu orang, tetapi kumpulan orang – orang. Artinya, gabungan antar berbagai macam unsur dan bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga. Lembaga yang dimaksud di sini menyerupai sebuah sistem. Sebagaimana kita ketahui sistem itu adalah “Sekelompok orang, pedoman dan media yang melakukan suatu kegiatan
Universitas Sumatera Utara
mengolah, menyimpan, menuangkan ide, gagasan, symbol, lambing, menjadi pesan dalam membuat keputusan untuk mencapai satu kesepakatan dan saling pengertian satu sama lain dengan mengolah pesan itu menjadi sumber informasi.” Menurut Alexis S Tan (1981), komunikator dalam komunikasi massa adalah organisasi sosial yang mampu memproduksi pesan dan mengirimkannya secara serempak, ke sejumlah khalayak yang banyak dan terpisah. Komunikator dalam komunikasi massa biasanya adalah media massa. B. Komunikan dalam Komunikasi Massa Bersifat Heterogen Komunikan dalam komunikasi massa sifatnya heterogen/beragam. Artinya, komunikan itu beragam pendidikan, umur, jenis kelamin, status sosial ekonomi, punya jabatan yang beragam, punya agama atau kepercayaan yang tidak sama pula. Herbert Blummer, pernah memberikan cirri tentang
karakteristik
komunikan/audience sebagai berikut (Nurudiin, 2003:20): 1. Komunikan dalam komunikasi massa sangatlah heterogen. Artinya, ia mempunyai heterogenitas komposisi atau susunan. Jika ditinjau dari asalnya, mereka berasal dari berbagai kelompok dalam masyarakat. 2. Berisi individu – individu yang tidak tahu atau mengenal satu sama lain. Disamping itu, antar individu itu tidak berinteraksi satu sama lain secara langsung. 3. Mereka tidak mempunyai kepemimpinan atau organisasi formal.
Universitas Sumatera Utara
C. Pesannya Bersifat Umum Pesan – pesan dalam komunikasi massa itu tidak ditujukan kepada satu orang atau kelompok masyarakat tertentu. Dengan kata lain, pesan – pesannya ditujukan pada khalayak yang plural. Oleh karena itu, pesan – pesan yang dikemukakannya pun tidak boleh bersifat khusus. Khusus yang berarti pesan itu memang tidak disengaja untuk golongan tertentu. D. Komunikasinya Berlangsung Satu Arah Secara singkat, komunikasi massa itu adalah komunikasi menggunakan atau melalui media massa. Karena itu media massa maka komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan juga aktif menerima pesan, namun tidak terjadi dialog sebagaimana terjadi di komunikasi antarpersonal. Dengan demikian, komunikasi massa itu bersifat satu arah. Dalam media cetak seperti Koran, komunikasi hanya berjalan satu arah. Kita tidak bisa langsung memberikan respon kepada komunikastornya (media massa yang bersangkutan). Kalaupun bisa, sifatnya tertunda. Misalnya, kita mengirimkan ketidaksetujuan pada berita itu melalui surat pembaca. Jadi, komunikasi yang hanya berjalan satu arah itu akan memberi konsekuensi umpan balik (feedback) yang sifatnya tertunda atau tidak langsung (delayed feedback).
Universitas Sumatera Utara
E. Komunikasi Massa Menimbulkan Kesermpakan Kelebihan komunikasi massa adalah jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainya relatif banyak dan tidak terbatas. Bahkan lebih dari itu, komunikan yang banyak tersebut secara serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama pula. Komunikasi massa itu ada keserempakan dalam proses penyebaran pesan - pesannya. Serempak di sini berarti khalayak bisa menikmati media massa itu hampir bersamaan. Tentunya bersamaan ini juga sifatnya relatif. F. Komunikasi Massa Mengandalkan Peralatan Teknis. Media massa sebagai alat utama dalam menyampaikan pesan kepada khalayaknya sangat membutuhkan bantuan peralatan teknis. Peralatan teknis yang dimaksud misalnya pemancar untuk media elektronik (mekanik atau elektronik). Televise disebut sebagai media massa yang kita bayangkan saat ini tidak akan lepas dari pemancar. Radio juga membutuhkan stasiun pemancar. Di dalam surat kabar, dengan SCJJ (Sistem Cetak Jarak Jauh) juga tidak akan terlaksana tanpa bantuan peralatan teknis seperti satelit. G. Komunikasi Massa Dikontrol oleh Gatekeeper Gatekeeper adalah orang yang sangat berperan dalam penyebaran informasi melalui media massa. Gatekeeper
ini berfungsi sebagai orang yang ikut
menambah atau mengurangi, menyederhanakan, mengemas agar semua informasi yang disebarkan lebih mudah dipahami. Gatekeeper yang dimaksud antara lain reporter, editor film/surat kabar/buku, manajer pemberitaan, penjaga
Universitas Sumatera Utara
rubric, kameraman, sutradara dan lembaga sensor film yang semuanya mempengaruhi bahan – bahan yang akan dikemas dalam sebuah pesan – pesan dari media massa masing – masing. Gatekeeper ini juga berfungsi untuk mengintrepetasikan pesan, menganalisis, menambah data dan mengurangi pesan – pesannya. Intinya, adalah pihak yang ikut menentukan pengemasan sebuah pesan dari media massa.. II.1.3 Fungsi Komunikasi Massa 1. Informasi Fungsi informasi adalah fungsi paling penting yang terdapat dalam komunikasi massa. Komponen paling penting untuk mengetahui fungsi informasi ini adalah berita – berita yang disajikan. Iklan pun dalam beberapa hal juga punya fungsi memberikan informasi disamping juga fungsi – fungsi lain. Fakta – fakta yang dicari oleh wartawan di lapangan kemudian dituangkannya dalam tulisan juga tak terkecuali sebagai informasi. 2. Hiburan Sulit dibantah lagi bahwa pada kenyataannya hampir semua media menjalankan ,fungsi hiburan. Fungsi hiburan bagi sebuah media elektronik juga menduduki posisi paling tinggi dibanding fungsi – fungsi lain. Televisi adalah media massa yang mengutamakan sajian hiburan, hampir tiga perempat bentuk siaran televisi setiap hari merupakan tayangan hiburan. Begitupun radio siaran, siarannya banyak dimuati acara hiburan (Ardianto, 2004:18).
Universitas Sumatera Utara
Hal yang berbeda terjadi pada media cetak. Media cetak biasanya tidak menempatkan fungsi hiburan pada posisi paling atas. Biasanya media ceak lebih menitik beratkan ke fungsi informasi. Tetapi, media cetak juga tetap harus memfungsikan hiburan. Gambar – gambar yang muncul di setiap halaman, adanya teka – teki, cerita bergambar menjadi beberapa ciri dimana media cetak juga memberikan layanan hiburan. 3. Persuasi Fungsi mempersuasi dari media massa secara implicit terdapat pada tajuk/editorial, features, iklan, artikel, dan sebagainya. Khalayak dapat terpengaruh oleh iklan – iklan yang ditayangkan televisi ataupun surat kabar. Banyak bentuk tulisan yang kalau diperhatikan sekilas hanya berupa informasi, tetapi jika diperhatikan secara jeli ternyata terdapat fungsi persuasi. 4. Transmisi Budaya Transmisi budaya adalah salah satu fungsi komunikasi massa yang paling luas, meskipun paling sedikit diperbincangkan. Transmisi budaya tak dapat dielakkan selalu hadir untuk berbagai bentuk komunikasi yang mempunyai dampak pada penerimaan individu. Demikian juga, beberapa bentuk komunikasi menjadi, jika pernah sedikitnya, bagian dari pengalaman dan pengertahuan individu. Melalui individu, komunikasi menjadi bagian dari pengalaman kolektif kelompok, public, audience berbagai jenis dan individeu bagian dari suatu massa. Ini adalah pengalaman kolektif yang direfleksikan kembali melalui bentuk komunikasi, tidak hanya melalui media massa. Tetapi juga dalam seni, ilmu pengetahuan, masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
5. Mendorong Kohesi Sosial Kohesi yang dimaksud disini adalah penyatuan. Artinya, media massa mendorong masyarakat untuk bersatu. Dalam bahasa yang populer kohesi sosial ini bisa disamakan artinya dengan integrasi. 6. Pengawasan Bagi Laswell, komunikasi massa mempunyai fungsi pengawasan. Artinya, menunjuk pada pengumpulan dan penyebaran informasi mengenai kejadian – kejadian mengenai kejadian – kejadian yang ada di sekitar kita. Fungsi ini sendiri dapat dibagi menjadi 2: warning or beware surveillance (pengawasan peringatan) dan instrumental surveillance (pengawasan instrumental). Fungsi pengawasan peringatan terjadi ketika media massa menginformasikan tentang ancaman dari bencana alam, kondisi ekonomi yang memprihatinkan, inflasi, atau adanya serangan militer. Fungsi pengawasan instrumental adalah penyampaian atau penyebaran informasi yang memiliki kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari – hari, seperti berita tentang film apa yang dimainkan di bioskop; produk – produk baru; ide – ide tentang mode; resep masakan dan sebagainya. 7. Korelasi Fungsi korelasi yang dimaksud disini adalah fungsi yang menghubungkan bagian – bagian dari masyarakat agar sesuai dengan lingkungannya. Erat kaitannya dengan fungsi ini adalah peran media massa sebagai penghubung antar berbagai komponen masyarakat. Berita yang disajikan oleh reporter akan
Universitas Sumatera Utara
menghubungkan narasumber (salah satu unsur bagian masyarakat) dengan pembaca surat kabar (unsure bagian masyarakat yang lain).bahkan antar unsur dalam masyarakat ini bisa saling berkomunikasi satu sama lain melalui media massa. Tak terkecuali dengan iklan. Iklan menghubungkan antara pemasang iklan tersebut dengan sasaran dalam iklan tersebut. 8. Pewarisan Sosial Dalam hal ini media massa berfungsi sebagai seorang pendidik, baik yang menyangkut pendidikan formal amupun informal yang mencoba meneruskan atau mewariskann suatu ilmu pengetahuan, nilai, norma, pranata, etika dari satu generasi ke generasi selanjutnya. II.1.4 Unsur Komunikasi Massa Unsur komunikasi pada komunikasi secara umum juga berlaku pada komunikasi massa. Secara ringkas proses sederhana komunikasi seperti yang di nyatakan oleh Harold D.Laswell, who says what in which channel to whom and with what effect (Effendy,2005:10): 1. Who (sumber atau komunikator) Komunikator
daalam
komunikasi
massa
sangat
berbeda
dengan
komunikator dalam bentuk komunikasi yang lain. Komunikator di sini meliputi jaringan, stasiun lokal, direktur, staf teknis yang berkaitan dengan sebuah acara televisi. Jadi komunikator adalah gabungan dari beberapa individu dalam sebuah lembaga media massa.
Universitas Sumatera Utara
2. What (pesan) Sesuai dengan ciri dari komunikasi massa yaitu bersifat umum., maka pesan harus diketahui oleh setiap orang. Penataan pesan bergantung pada sifat media yang berbeda satu sama lainnya. Bagi Ray Eldon Herbert dkk (1985) pesan dari media setidaknya dibagi ke dalam 5 kategori yakni; berita dan informasi, analisis dan in terpretasi, pendidikan dan sosialisasi, hubungan masyarakat dan persuasi, iklan dan bentuk penhualan lain, dan hiburan (Nurudin, 2003:93). 3. Which (saluran atau media) Media yang dimaksud dalam proses komunikasi massa yaitu media massa yang memiliki cirri khas, mempunyai kemampuan untuk memikat perhatian khalayak secara serempak dan serentak. Media itu bisa berupa televisi, surat kabar, majalah, radio, film, dan internet. 4. Whom (penerima atau komunikan) Sebagaimana telah dijelaskan bahwa sasaran yang dituju dalam komunikasi massa itu adalah massa atau sejumlah besar khalayak. ada tiga karakteristik audiens, yaitu: (1) large, dimana besarnya mass audience yang relatif dan menyebar diberbagai lokasi tidak dilakukan dengan tatap muka dan tidak terikat ditempat yang sama; (2) heterogen, dalam hal ini diartikan sebagai semua lapisan masyarakat dengan berbagai keanekaragamannya; dan (3) anonim diartikan sebagai anggota-anggota dari mass audience, pada umumnya tidak saling mengenal secara pribadi dengan komunikator.
Universitas Sumatera Utara
5. What (efek atau feedback) Dalam komunikasi massa, jumlah umpan balik relatif sangat kecil dibandingkan dengan jumlah khalayak secara keseluruhan yang merupakan sasaran komunikasi massa dan sering tidak mewakili seluruh khalayak. Oleh karena itu, pengetahuan mass communication atau mass audience sangat terbatas dan cenderung terlambat atau delayed. II.2 CITIZEN JOURNALISM Atau CJ II.2.1 Pengertian dan Citizen Journalism Shayne Bowman & Chris Willis (2003) mendefinisikan citizen journalism sebagai “the act of citizens playing an active role in the process of collecting, reporting, analyzing, and disseminating news and information”. Artinya warga memiliki hak untuk menjadi pencari, pemroses dan penganalisa berita untuk kemudian dilaporkan kepada masyarakat luas melalui media. Sementara Wood and Smith (2005) mendefinisikan netizens (sebutan untuk citizen journalist) sebagai sekelompok warga yang aktif memberikan kontribusi berita seiring dengan perkembangan internet. Menurutnya netizen harus memahami nilai – nilai kerja kolektif dan aspek-aspek yang harus dimiliki dalam menjalankan proses komunikasi publik. II.2.2 Perkembangan Citizen Journalism Citizen Journalism, meski berangkat dari berbagai konsep jurnalisme diatas namun memiliki keunikan khusus yang tidak dimiliki konsep lain dimana Citizen Journalism berada pada posisi yang sama dengan jurnalisme profesional termasuk tugasnya yaitu meliput, menganalisa dan menyiarkan berita yang dibuatnya. Moch Kurniawan (2007) memaparkan bagaimana konsep Citizen Journalism berawal.
Universitas Sumatera Utara
Pertama lahir, jurnalisme publik yang pada dasarnya dikembangkan oleh wartawan profesional untuk menyikapi meningkatnya ketidakpercayaan publik terhadap media dan kesinisan publik terhadap politik di Amerika Serikat sekitar tahun 1988. Saat itu, kritik pedas terhadap standar dan arogansi media membawa media berpikir tentang fungsi dan tanggung jawabnya terhadap masyarakat dan bagaimana wartawan lebih responsif dengan masalah yang menjadi perhatian masyarakat, inilah yang dikenal sebagai jurnalisme publik. Civic journalism (jurnalisme publik) mencoba mendefinisi ulang nilai berita,
mempertanyakan
nilai
objektivitas
dan
imparsialitas,
mendorong
keterlibatan wartawan lebih besar sebagai peserta aktif dalam masyarakat, dan menginginkan praktik jurnalisme yang mencerminkan keragaman kultural di masyarakat Amerika. Kemunculan gerakan civic journalism merupakan reaksi terhadap jurnalisme
konvensional
yang
menghiraukan
kewajiban
untuk
mewakili
kepentingan pembacanya, dan dalam tingkat tertentu menjadi alat mengeruk keuntungan semata. Namun civic journalism yang dijalankan oleh media massa tidak mampu bertahan lama lantaran program beritanya memerlukan dana yang besar. Tahun 2003 pelopor civic journalism the Pew Center of Civic Journalism membubarkan diri. Civic journalism ini membuka pintu bagi tumbuhnya citizen journalism
di
mana
warga
yang
mempunyai
berita,
dan
foto
dapat
menyampaikannya langsung melalui blog atau ke beberapa mainstream media yang sudah mengakomodasi misalnya situs BBC (www.bbc.co.uk), CNN (www.cnn.com), dan lain - lain. Dan dari sinilah citizen journalism lahir dan berkembang hingga saat ini.
Universitas Sumatera Utara
Di negara asalnya AS, CJ berkembang dan diakui masyarakat karena pada beberapa kasus blog milik seorang netizen justru lebih mendapar perhatian dari 12 pada media konvensional. Misalnya saja www.wonkette.com yang mendapat kunjungan 1 juta hit per hari melebihi audience harian nasional Pundit (Wood&Smith, 2005:133). II.2.3 Tipe Media Citizen Journalism J.D.
Lasica,
dalam Online
Journalism
Review (2003),
mengategorikan
media citizen journalism ke dalam 6 tipe, yaitu:
1.
Audience participation (seperti komentar user yang diattach pada kisahkisah berita, blog-blog pribadi, foto, atau video footage yang diambil dari handycam pribadi, atau berita lokal yang ditulis oleh anggota komunitas).
2.
Situs web berita atau informasi independen (contoh: Kompasiana).
3.
Situs berita partisipatoris murni (contoh: OhmyNews).
4.
Situs media kolaboratif (contoh: Slashdot, Kuro5hin).
5.
Bentuk lain dari media ‘tipis’ (contoh: mailing list, newsletter e-mail).
6.
Situs penyiaran pribadi (contoh: situs penyiaran video, seperti KenRadio).
Dua tahun kemudian seorang ahli media yang sering menulis di www.poynter.org, Steve Outing (2005) memilah citizen journalism ke dalam 11 kategori: 1. Membuka ruang untuk komentar publik, dimana pembaca bisa bereaksi, memuji, mengkritik, atau menambahkan bahan tulisan jurnalis professional.
Universitas Sumatera Utara
Ini mungkin yang kita kenal sebagai ruang “surat pembaca” di media konvensional. 2. Menambahkan pendapat masyarakat sebagai bagian dari artikel yang ditulis jurnalis professional. Biasanya ada kontribusi pendapat dari luar jurnalis, dimana foto kontributor akan ikut diterbitkan. Ini juga yang biasa kita jumpai di majalah-majalah umumnya. 3. Kolaborasi antara jurnalis profesional dengan non jurnalis yang memiliki kemampuan dalam materi/ bidang yang akan dibahas dalam artikel tersebut, sebagai bantuan dalam mengarahkan atau memeriksa keakuratan artikel. Terkadang professional non jurnalis ini bisa juga menjadi kontributor tunggal yang menghasilkan artikel tersebut. Ini juga bisa kita temui di media konvensional. 4. Bloghouse, sebuah website yang mengundang pembaca untuk ikut membaca.
5. Newsroom citizen „transparency‟ blogs, merupakan blog yang disediakan untuk upaya transparansi organisasi sebuah media, dimana pembaca bisa memasukkan keluhan, kritikan, atau pujian atas pekerjaan media tersebut. 6. Stand-alone citizen journalism site melalui proses editing. 7. Stand-alone citizen journalism site tanpa proses editing. 8. Stand-alone citizen-journalism website dengan tambahan edisi cetak.
Universitas Sumatera Utara
9. Hybrid: Pro + Citizen journalism. Suatu kerja organisasi media yang menggabungkan pekerjaan jurnalis professional dengan jurnalis warga. Disini ada peran para editor dalam menilai dan memilih berita yang akan diangkat ke halaman utama. Kontribusi berita tidak otomatis diterima sebagai sebuah berita, dan berita yang masuk masih tersaring lagi sebagai berita yang menjadi topik utama (berhak muncul di halaman pertama) atau bukan, contohnya adalah ohmynews.com 10. Penggabungan antara jurnalis professional dan jurnalis warga dalam satu atap, dimana website membeli tulisan dari jurnalis professional dan menerima tulisan jurnalis warga. 11. Model wiki, di mana pembaca adalah juga editor. Setiap orang bisa menulis artikel, dan setiap orang bisa memberi tambahan atau komentar terhadap artikel yang terbit. II.2.4 Keterkaitan Citizen Journalism dengan New Media Theory Citizen Journalism memiliki keterkaitan dengan New Media Theory yang dikemukakan Denis McQuail (2000). Ia memperlihatkan adanya empat kategori media baru yang juga menjadi sifat dari Citizen Journalism diantaranya, (1) Media komunikasi interpersonal, seperti telepon (yang semakin hari semakin bersifat mobile bahkan bisa terkoneksi internet) dan email, (2) Media interaktif, contohnya semua perangkat lunak yang ada di komputer dan video games, (3) Information seach media, contoh yang paling relevan adalah internet (www) yang merupakan sebuah perpustakaan dunia maya. Termasuk didalamnya adalah google.com, yahoo.com, msn.com. aol.com. Teknologi baru ini memingkinkan audience untuk
Universitas Sumatera Utara
aktif dan menjadi subyek sementara teknologi menjadi obyeknya, (4) Collective participatory media. Contohnya adalah penggunaan internet untuk sharing dan bertukar inforasi, ide, pengalaman dan mengambangkan hubungan berbasis internet. Disinilah letak obyek penelitian yaitu Citizen Journalism berada. Citizen Journalism bahkan telah meruntuhkan teori agenda setting, karena Citizen Journalism menjadi penentu arah perkembangan isu, bahkan peran gatekeeping dan editing tidak lagi berada di editor (mainstream media) namun pada user. II.2.5 Perbedaan Media Baru dengan Media Konvensional Denis McQuail (2000: 127) memberikan 6 konsep pembeda antara media baru dengan media konvensional diantaranya: (1) Derajat interaktivitas, dimana interaksi dalam new media lebih fleksibel dan lebih tinggi dibanding media konvensional, (2) Derajat secial presence (keberadaan sosial) dimana media massa bersifat lebih personal, mengurangi ambiguitas. Pada penerapannya, citizen journalism sebagai media baru memungkinkan audience untuk bisa berhubungan secara personal dengan media dengan melakukan kontak langsung, (4) Derajat otonomi, dimana user dalam hal ini netizen memiliki kemampuan untuk mengotrol isi dan penggunaan medianya sendiri dan menjadi sumber independen. Bagian ini menjadi bagian terpenting dalam sejarah keberadaan citizen journalism, dimana warga bisa memiliki media sendiri dan diolah sendiri, (5) Derajat playfullness, kemampuan media menyediakan hiburan bagi para user, (6) Derajat privasi yang berhubungan dengan tepi isi yang dimiliki para pengguna media. Mereka bebas menampilkan apapun di media baru (internet) sehingga menghasilkan media yang unik (berbeda) dan personal.
Universitas Sumatera Utara
II.2.6 Perbedaan Media Baru dengan Media Lama Tabel II.1 Perbedaan Media Lama dan Media Baru NO
Media Lama
Media Baru
1
Satu objek berbicara pada banyak orang
2
One way communication
3
Dibawah control Negara
4 5
Memroduksi lapisan social Memfragmentasi audience
6
Membentuk kebingungan social
Bersifat Decentralized, yang artinya semua orang memiliki kesempatan berbicara kepada siapapun. Two way communication yang memungkinkan adanya feedback dari audience Diluar control Negara, bahkan bisa dinikmati siapapun yang ada di dunia Memroduksi konsep demokratisasi Meletakkan audience pada posisi yang sama Berorientasi pada individu
Dennis McQuail (2000) juga mengatakan bahwa media baru membuka kesempatan komunikasi yang lebih besar untuk demokrasi. Hal inilah yang menjadi kunci konsep citizen journalism yang pada dasarnya digunakan untuk komunikasi langsung antara citizen (warga) dengan negara yang selama ini dijembatani oleh mainstream media yang menyebut dirinya dari pilah ke-4 demokrasi. Lebih jauh citizen journalism membuka forum terbuka bagi interaksi antar warga negara dan menjalankan fungsi advokasi dan watchdog yang selama ini didominasi oleh media konvensional. Fungsi watchdog memungkinkan warga untuk mengawasi kinerja pemerintah untuk memastikan bahwa pemerintah bekerja untuk kepentingan masyarakat luas. Hal itu senada juga dikemukakan oleh pencetus citizen journalism yaitu Bowman and Willis yang mengatakan bahwa: "The intent of this participation is to provide independent, reliable, accurate, wideranging and relevant information that a democracy requires."
Universitas Sumatera Utara
II.3 PERSEPSI II.3.1 Pengertian Persepsi Secara etimologis, persepsi berasal dari bahasa Latin percipere, yang berarti menerima atau mengambil (Sobur, 2003:445). Persepsi dalam arti sempit adalah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu (Sobur, 2003:445). Persepsi adalah proses internal yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita, dan proses tersebut mempengaruhi perilaku kita (Mulyana, 2007:179). Pengetian lain dari persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan – hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi memberikan makna pada inderawai (sensory stimuli) (Rakhmat, 2001:51). Jadi dapat kita simpulkan bahwa persepsi adalah suatu hal penting yang dialami oleh setiap orang. Setiap orang akan menerima segala sesuatu berupa informasi ataupun segala rangsangan yang datang dari lingkungannya, dalam batas – batas kemampuannya, segala rangsangan yang diterimanya tersebut diolah, dan selanjutnya diproses. II.3.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Persepsi tidak muncul begitu saja, dan dipengaruhi oleh beberapa faktor. David Krech dan Richard S. Crurchfield (Rakhmat, 2001: 55) menyebutkan ada 4 faktor, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
a. Faktor Fungsional Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal – hal lain yang termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor – faktor personal. Jadi persepsi ditentukan oleh karakteristik orang yang memberikan respons pada stimuli tersebut. Dari sini Krech dan Crutchfield merumuskan dalil pesepsi yang pertama, yaitu: Persepsi bersifat selektif. Ini berarti bahwa objek – objek yang mendapatkan tekanan dalam persepsi kita biasanya objek – objek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi. b. Faktor Struktural Faktor struktural berasal murni dari sifat stimuli fisik dan efek – efek saraf yang ditimbulkannya pada sistem syaraf individu. Dari sini Krech dan Cructhfield melahirkan dalil pesepsi yang kedua, yaitu: Medan konseptual dan kognitif selalu diorganisasikan dan diberi arti. c. Faktor Situasional Faktor ini banyak berkaitan dengan bahasa nonverbal. Petunjuk prosemik, petunjuk, petunjuk kinesik, petunjuk wajah, petunjuk paralinguistik adalah beberapa dari faktor situasional yang memperngaruhi. d. Faktor Personal Faktor personal terdiri dari pengalaman, motivasi, dan kepribadian. Pengalaman bertambah melalui rangkaian peristiwa yang pernah dihadapi. Pengalaman bertambah melalui rangkaian peristiwa yang pernah dihadapi. Sementara motivasi adalah faktor yang mempengruhi stimuli yang akan diproses. Sedangkan kepribadian adalah ragam pola tingkah laku dan
Universitas Sumatera Utara
pikiran yang memiliki pola tetap yang dapat dibedakan dari orang lain yang merupakan karakteristik individu. II.3.3 Proses Persepsi Dijelaskan bahwa dalam persepsi terdapat 3 komponen utama, yaitu (Sobur, 2003:446): 4. Seleksi, adalah proses penyaringan indera terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit. 5. Interpretasi,
yaitu
proses
mengorganisasikan
informasi
sehingga
mempunyai arti bagi seseorang. interpretasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi kepribadian, dan kecerdasan. Interpretasi juga bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengkategorian informasi yang diterimanya, yaitu proses mereduksi informasi yang kompleks menjadi sederhana. 6. Reaksi, yaitu persepsi yang kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi. Persepsi adalah sumber pengetahuan kita tentang dunia, kita ingin mengenali dunia dan lingkungan yang mengenalinya. Pengetahuannya adalah kekuasaan. Tanpa pengetahuan kita tidak dapat bertindak secara efektif. Persepsi adalah sumber utama daari pengetahuan itu. Dari definisi yang diungkapkan oleh Pereek (Sobur, 2003:451) yaitu “persepsi adalah proses menerima, menyeleksi, mengorganisir, mengartikan, dan memberikan reaksi kepada rangsangan panca indera dan data”, tercakup beberapa segi atau proses yang selanjutnya dijelaskan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Proses menerima rangsangan Proses pertama dalam persepsi adalah menerima rangsangan atau data dari berbagai sumber. Kebanyakan data diterima melalui panca indera. Kita melihat sesuatu, mendengar, mencium, merasakan, atau menyentuhnya, sehingga kita mempelajari segi – segi lain dari sesuatu itu. 2. Proses menyeleksi rangsangan Setelah rangsangan diterima atau data diseleksi. Tidaklah mungkin untuk memperhatikan semua rangsangan yang telah diterima. Demi menghemat perhatian yang digunakan, rangsangan – rangsangan itu disaring dan diseleksi untuk proses yang lebih lanjut. 3. Proses pengorganisasian Rangsangan yang diterima selanjutnya diorganisasikan dalam suatu bentuk. Ada tiga dimensi utama daalam pengorganisasian rangsangan, yakni pengelompokan (berbagai rangsangan yang diterima dikelompokkan dalam suatu bentuk), bentuk timbul dan latar (dalam melihat rangsangan atau gejala, ada kecenderungan untuk memusatkan perhatian pada gejala – gejala tertentu yang timbul menonjol, sedangkan gejala atau ransangan yang lain berada di latar belakang), kemantapan persepsi (ada suatu kecenderungan untuk menstabilkan persepsi, dan perubahan – perubahan konteks tidak mempengaruhinya) 4. Proses penafsiran
Universitas Sumatera Utara
Setelah rangsangan atau data diterima dan diatur, si penerima lalu menafsirkan data itu dengan berbagai cara. Dikatakan bahwa telah terjadi persepsi setelah data itu ditafsirkan. Persepsi pada pokoknya memberikan arti pada berbagai data dan informasi yang diterima. 5. Proses pengecekan Setelah data diterima dan ditafsirkan, si penerima mengambilkan tindakan untuk mengecek apakah penafsirannya benar atau . proses ini terlalu cepat dan orang mungkin tidak menyadarinya. 6. Proses reaksi Tahap terakhir dari proses perceptual adalah bertindak sehubungan dengan apa yang telah diserap. Hal ini biasanya dilakukan jika seseorang bertindak sehubungan dengan persepsinya. II.4 INTERNET II.4.1 Pengertian Internet Internet adalah jaringan komputer dunia yang mengembangkan ARPANET, suatu sistem komunikasi yang terkait dengan pertahanan – keamanan yang dikembangkan pada tahun 1960-an (Werner, 2005:443). Internet memungkinkan hampir semua orang di belahan dunia mana pun untuk saling berkomunikasi dengan cepat dan mudah. Fitur internet yang paling populer adalah e-mail, sebuah fitur yang dipakai oleh para pengguna Internet untuk bertukar pesan dengan orang lain yang memiliki alamat e-mail, dan world wide web (www), sebuah sistem
Universitas Sumatera Utara
komputer yang sangat luas yang dapat dikunjungi oleh siapa saja dengan program browser dan dengan menyambungkan sebuah komputer dengan internet. Selain itu, internet juga mengubah komunikasi dengan cara fundamental. Media massa tradisional pada dasarnya menawarkan model komunikasi “satuuntuk-banyak”. Sedangkan internet memberikan model tambahan: “banyak-untuksatu” (e-mail ke satu alamat sentral, banyaknya pengguna yang berinteraksi dengan satu website) dan “banyak-untuk-banyak” (e-mail, milis, kelompok – kelompok baru). Internet menawarkan potensi komunikasi yang lebih terdesentralisasi dan lebih demokratis dibandingkan yang ditawarkan oleh media massa sebelumnya (Werner, 2005:445). II.4.2 Internet Sebagai Media Komunikasi Pertumbuhan
dramatis
internet
telah
mempresentasikan
gagasan
“mediamorfosis” oleh Roger Fidler yang berarti sebagai perubahan bentuk media komunikasi
yang
biasanya
disebabkan
oleh
interaksi
kompleks
dari
kebutuhankebutuhan penting, tekanan-tekanan kompetitif dan politis dan inovasiinovasi sosial dan teknologi (Severin dan Tankard,2007:459). Internet telah membentuk ruang dan waktu baru, yang bersifat nirjarak dan nirwaktu, yang disebut cyberspace. Hampir semua media komunikasi saat ini yang kita kenal akhirnya berkonvergensi menyatu membuat internet disebut sebagai multimedia. Sebagian buku mengelompokkan internet yang multimedia sebagai media massa, sebagian lagi mengkategorikannya sebagai media antarpribadi. Kedua pendapat itu sama benarnya, tapi juga sama kelirunya. Karena,kedua pendapat yang bertentangan itu pada dasarnya mengingkari hakikat internet yang multimedia. Artinya, pada tataran tertentu ia adalah media masa, misalnya ketika seseorang
Universitas Sumatera Utara
berkunjung ke majalah elektonik Tempo Online. Pada tataran lain ia adalah media antar pribadi, ketika seseorang mengirim surat elektronik ke seorang teman, misalnya. Jadi, karena sifatnya yang multimedia, ia bersifat massa tapi juga antar pribadi, tergantung dalam konteks apa kita menggunakan atau mengkajinya (Vardiansyah, 2004:106). Survei penelitian Perse dan Dunn (1995) dalam (Severin dan Tankard 2007:362) menyebutkan tentang surveinya mengenai penggunaan komputer adalah untuk berkomunikasi dengan orang lain melalui layanan informasi dan Internet, atau yang oleh para penulisnya disebut sebagai konektivitas komputer. Orang yang menggunakan komputer sebagai sarana komunikasi elektronik untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan berikut: pembelajaran, hiburan, interaksi sosial, pelarian, melewatkan waktu dan lepas dari kebiasaan. Profesor Gabriel Weimann, guru besar Ilmu Komunikasi pada Universitas Haifa, Israel mengemukakan bahwa para ilmuwan perlu mencermati secara serius adanya kecenderungan yang kini terjadi di media internet yang dinamakan narrowcasting yang berbanding terbalik dengan broadcasting. Yang artinya sebagai penyebaran informasi untuk kalangan terbatas, bukan ditujukan untuk publik
sebagaimana
konvensional(broadcasting)
peran
yang
(Majalah
dilakukan
Dictum,
hal
dunia 2,
penyiaran
Desember
2007).
Kecenderungan ini memungkinkan munculnya kalangan-kalangan tertentu dalam dunia maya yang disebut juga komunitas maya (virtual communities). Ruang chatting, e-mail, milis dan kelompok-kelompok yang diapakai oleh komunitas untuk saling berkomunikasi (Severin dan Tankard, 2007:447). II.4.3 Kompasiana.com
Universitas Sumatera Utara
Kompasiana adalah sebuah Media Warga (Citizen Media). Di sini, setiap orang dapat mewartakan peristiwa, menyampaikan pendapat dan gagasan serta menyalurkan aspirasi dalam bentuk tulisan, gambar ataupun rekaman audio dan video. Nama Kompasiana diusulkan oleh Budiarto Shambazy, wartawan senior Kompas yang biasa menulis kolom "Politika". Nama ini pernah digunakan untuk kolom khusus yang dibuat pendiri Harian Kompas, PK Ojong, berisi tulisan tajam mengenai situasi mutahir pada masanya. Kumpulan rubrik Kompasiana yang ditulis PK Ojong itu sendiri sudah dibukukan. Ide pendirian Kompasiana berangkat dari dari fakta tidak semua jurnalis akrab dengan blog. Jangankan punya, membaca blog orang barangkali belum pernah. Jadi, merupakan langkah maju dan terobosan tak terduga manakala sejumlah jurnalis Kompas menyatakan diri ingin menjadi bagian dari Kompasiana dan bahkan sudah langsung mencurahkan pandangan dan gagasannya. Pada tanggal 1 September 2008, Kompasiana mulai online sebagai blog jurnalis. Pada perjalanannya, Kompasiana berkembang menjadi Social Blog atau blog terbuka bersama para jurnalis harian Kompas dan Kompas Gramedia (KG) serta beberapa orang penulis tamu dan artis. Antusiasme para blogger dan netizen untuk ikut ngeblog di Kompasiana sangat besar sehingga dibuatkan satu menu khusus bernama Public. Pada 22 Oktober 2008, Kompasiana sebagai Social Blog resmi diluncurkan.
Universitas Sumatera Utara
Dan baru satu tahun berjalan, Kompasiana telah mengalami perubahan besar-baik dari segi tampilan maupun format dan konsep keseluruhan. Dari sebatas jaringan blog jurnalis menjadi sebuah bentukSocial Media baru yang bisa diakses dan dikelola oleh semua orang. Kompasiana menampung beragam konten yang menarik, bermanfaat dan dapat dipertanggungjawabkan dari semua lapisan masyarakat dengan beragam latar belakang budaya, hobi, profesi dan kompetensi. Keterlibatan warga secara masif ini diharapkan dapat mempercepat arus informasi dan memperkuat pondasi demokratisasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kompasiana juga melibatkan kalangan jurnalis Kompas Gramedia dan para tokoh masyarakat, pengamat serta pakar dari berbagai bidang, keahlian dan disiplin ilmu untuk ikut berbagi informasi, pendapat dan gagasan. Di Kompasiana, setiap orang didorong menjadi seorang pewarta warga yang, atas nama dirinya sendiri, melaporkan peristiwa yang dialami atau terjadi di sekitarnya. Tren Jurnalisme Warga (Citizen Journalism) seperti ini sudah mewabah di banyak negara maju sebagai konsekuensi dari lahirnya web 2.0 yang memungkinkan masyarakat pengguna internet (netizen) menempatkan dan menayangkan konten dalam bentuk teks, foto dan video. Kompasianer (sebutan orang-orang yang beraktifitas di Kompasiana) juga diberi kebebasan menyampaikan gagasan, pendapat, ulasan maupun tanggapan sepanjang tidak melanggar ketentuan yang berlaku. Setiap konten yang tayang di Kompasiana menjadi tanggungjawab Kompasianer yang menempatkannya.
Universitas Sumatera Utara
Selain itu, Kompasiana menyediakan ruang interaksi dan komunikasi antaranggota. Setiap Kompasianer bisa menjalin pertemanan dengan Kompasianer lain. Mereka juga dapat berkomunikasi lewat email, komentar dan fitur interaktif lainnya. Fasilitas dan fitur Kompasiana hanya bisa digunakan oleh pengguna internet yang telah melakukan registrasi di www.kompasiana.com/registrasi. Begitu proses registrasi selesai, pengguna akan mendapatkan blog pribadi dengan alamat http://kompasiana.com/namapengguna. Tanpa registrasi, pengguna hanya bisa membaca konten Kompasiana. Dengan beragam fitur dan fasilitas interaktif tersebut, Kompasiana yang mengusung semangat berbagi dan saling terhubung (sharing. connecting.) telah berwujud menjadi sebuah Social Media yang informatif, interaktif, komunikatif dan mencerahkan bagi setiap orang. (sumber: http://www.kompasiana.com/about)
Universitas Sumatera Utara