BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Komunikasi Massa
2.1.1 Definisi Komunikasi Massa
Menurut Bitter (1980),4 “mass communication is massages communicated trhough a mass medium to a large number of people” (komunikasi massa adalah pesan komunikasi melalui media massa kepada orang banyak). Massa dalam arti komunikasi massa lebih menunjuk pada penerima pesan yang berkaitan dengan media massa. Dengan kata lain, massa yang dalam sikap dan perilakunya berkaitan dengan peran media massa. Oleh karena itu, massa disini menujuk kepada khalayak, audiens, penonton, pemirsa, atau pembaca.
Menurut Jay Black dan Frederick C. Whitney (1988)5 disebutkan, “Mass communication is a process whereby mass-produced message are transmitted to large, anonymous, and heterogeneous masses of receivers” (komunikasi massa adalah sebuah proses dimana pesan-pesan yang diproduksi secara masal atau tidak
4
Mc Quali Dennis, Teori Komunikasi Massa, Ahli Bahasa Dharmawan Agus dan Ram Aminuddin, Erlangga, Jakarta 1992 5 Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta 2007.
8 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
9
sedikit itu disebarkan kepada massa penerimaan pesan yang luas, anonim, dan heterogen).
2.1.2 Karakteristik Komunikasi Massa
Karakteristik komunikasi massa menurut Nurudin, M.Si. Pengantar Komunikasi Massa. Sebagai berikut:
1.
Komunikator dalam komunikasi massa melembaga. Komunikator dalam komunikasi massa bukan satu orang, tetapi kumpulan orang. Gabungan antar berbagai macam unsur dan bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga.
2.
Komunikan dalam komunikasi massa bersifat heterogen. Penonton televisi beragam pendidikan, umur, jenis kelamin, status sosial ekonomi, memiliki jabatan yang beragam, dan memiliki agama dan kepercayaan yang tidak sama pula.
3.
Pesannya bersifat umum. Pesan-pesan dalam komunikasi massa tidak ditujukan kepada satu orang atau satu kelompok masyarakat tertentu, pesan-pesannya ditujukan pada khalayak yang plural. Pesan-pesan yang dikemukakannya pun tidak boleh bersifat khusus. Khusus dalam artian pesan yang disampaikan memang tidak disengaja untuk golongan khusus.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
10
4.
Komunikasi berlangsung satu arah. Dalam media cetak, komunikasi hanya berjalan satu arah. Kita tidak bisa langsung memberikan respons kepada komunikatornya (media massa yang bersangkutan). Kalaupun bisa, sifatnya tertunda (delayed feedback).
5.
Komunikasi massa menimbulkan keserempakan. Dalam komunikasi massa ada keserempakan dalam proses penyebaran pesan-pesannya. Serempak berarti khalayak bisa menikmati media massa tersebut hampir bersamaan yang bersifat relatif.
6.
Komunikasi massa mengandalkan peralatan teknis. Media massa sebagai alat utama dalam menyampaikan pesan kepada khalayaknya yang membutuhkan peralatan teknis. Peralatan teknis untuk media elektronik yaitu seperti pemancar dan peralatan teknis lainnya.
7.
Komunikasi massa dikontrol oleh Gatekeeper. Gatekeeper berperan dalam penyebaran informasi melalui media massa, berfungsi sebagai yang ikut menambahkan atau mengurangi, menyederhanakan, mengemas agar semua informasi yang disebarkan lebih mudah dipahami.6
6
Nurudin, M.Si. Pengantar Komunikasi Massa. Pengantar: Dr. Dedy Nur Hidayat, M.Si. (Jakarta: Rajawali Pers, 2013).
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
11
2.2
Media Massa
Media massa pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua kategori, yakni media massa cetak dan elektronik. Media cetak yang dapat memenuhi kriteria media massa adalah surat kabar dan majalah. sedangkan media elektronik yang memenuhi media massa adalah radio siaran, televisi, film dan media online (internet).
Media massa memiliki fungsi penting dalam masyarakat, asumsi tersebut diperkuat dalam dalil dibawah:7
a. Media merupakan industri yang berubah dan berkembang yang menciptakan lapangan kerja, barang, serta menghidupkan industry lain yang terkait. b. Media massa merupakan sumber kekuatan, alat kontrol, menejemen, dan inovasi dalam masyarakat yang dapat didayagunakan sebagai pengganti kekuatan sumber daya yang lainnya. c. Media
merupakan
lokasi
(forum)
yang
semakin
berperan,
untuk
menampilkan peristiwa-peristiwa kehidupan masyarakat, baik yang bertaraf nasional maupun internasional.
7
Denis Mc Quail, Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, (Jakarta: Erlangga, 1998).
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
12
d. Seringkali berperan sebagai wahana pengembangan kebudayaan, bukan saja dalam pengertian pertimbangan bentuk seni dan simbol tetapi juga dalam pengertian pengembangan tata cara, mode, gaya hidup, dan norma-norma. e. Media telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk memperoleh gambaran dan citra realitas sosial, tetapi juga bagi masyarakat dan kelompok secara kolektif; media menyuguhkan nilai-nilai dan penilaian normatif yang dibaurkan dengan berita hiburan. 2.3
Makna Komunikasi
Makna dikemukakan oleh Fisher (1986:343)8, merupakan konsep yang abstrak, yang telah menarik perhatian para ahli filsafat dan para teoritis ilmu social selama 2000 tahun silam. Semenjak Plato mengkonseptualisasikan makna manusia sebagai salinan “ultrarealitas”, para pemikir besar telah sering mempergunakan konsep itu dengan penafsiran yang sangat luas yang merentang sejak pengungkapan mental dari Locke sampai ke respons yang dikeluarkan dari Skinner. Jerold Katz (dalam Fisher, 1986:343), “setiap usaha untuk memberikan jawaban yang langsung telah gagal. Beberapa, seperti misalnya jawaban Plato,
8
Alex Sobur. Analisis Teks Media. Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung 2012. Hal. 19
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
13
telah terbukti terlalu samar dan spekulatif. Yang lainnya memberikan jawaban yang salah.
Dari mana datangnya makna? “Makna ada dalam diri manusia”, kata DeVito. Makna tidak terletak pada kata-kata melainkan pada manusia. “Kita” lanjut DeVito, “menggunakan kata-kata untuk mendekati makna yang ingin kita komunikasikan. Tetapi, kata-kata ini tidak secara sempurna dan lengkap menggambarkan makna yang kita maksudkan. Demikian pula, makna yang didapat pedengar dari pesan-pesan kita akan sangat berbeda dengan makna yang ingin kita komunikasikan. Komunikasi adalah proses yang kita gunakan untuk memproduksi, di benak pendengar, apa yang ada dalam benak kita. Reproduksi ini hanyalah sebuah proses persial dan selalu bisa salah” (DeVito, 1997: 123-124).9
Makna “kata” dalam komunikasi pergaulan social ditentukan dari hasil tawar-menawar yang tanpa henti. Dalam situasi tawar-menawar inilah berbagai peristiwa dalam komunikasi bisa terjadi. Kemungkinan “kelucuan komunikasi” ini biasanya dapat juga terhindar oleh berbagai macam mekanisme komunikasi bahasa yang lain, mulai dari konteks, tekanan kata, sampai dengan air muka dan
9
Alex Sobur. Analisis Teks Media. Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung 2012. Hal. 20
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
14
gerak tubuh. Semakin sebuah komuniktas bersifat multi-bahasa, semakin tinggi peran yang harus dimainkan oleh mekanisme tambahan ini (Abdullah, 1996).
Ketika kita bicara mengenai komunikasi dan hubungannya dengan tanda dan makna, maka kita bicara mengenai “mazhab semiotika” yang berbeda dengan “mazhab proses” yang sebelumnya banyak kita bicarakan. Sebagaimana dikatakan oleh John Fiske bahwa terdapat dua mazhab utama dalam studi komunikasi: pertama disebut sebagai “mazhab proses” yang melihat komunikasi sebagai transmisi pesan. Pendekatan ini, menurut Fiske, sangat tertarik dengan bagaimana pengirim dan penerima mengkonstruksi pesan (encode) dan menerjemahkannya (decode), dan dengan pada bagaimana transmitter menggunakan media komunikasi. Mazhab proses tertarik dengan hal-hal seperti efisiensi dan akurasi, dan melihat komunikasi sebagai suatu proses yang dengannya seorang pribadi mempengaruhi perilaku atau state of mind pribadi yang lain. Jika efek tersebut berbeda dari atau lebih kecil daripada yang diharapkan, mazhab ini cenderung berbicara tentang kegagalan komunikasi, dan melihat ke tahap-tahap dalam proses tersebut guna mengetahui di mana kegagalan tersebut terjadi. Mazhab ini cenderung mempergunakan ilmu-ilmu sosial terutama psikologi dan sosiologi dan cenderung memusatkan dirinya pada tindakan komunikasi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
15
Sementara itu yang kedua adalah apa yang disebut oleh Fiske sebagai “mazhab semiotik” yang melihat komunikasi sebagai produksi dan pertukaran makna. Pendekatan ini berkaitan dengan bagaimana pesan atau teks berinteraksi dengan orang-orang dalam rangka menghasilkan makna; yakni, yang berkenaan dengan bagaimana peran teks dalam kebudayaan kita. Mazhab semiotik banyak menggunakan istilah-istilah seperti pertandaan (signification), dan tidak memandang kesalahpahaman sebagai bukti yang penting dari kegagalan komunikasi – hal ini mungkin akibat dari perbedaan budaya antara pengirim dan penerima. Mazhab semiotika cenderung mempergunakan linguistik dan dan subjek seni, dan cenderung memusatkan dirinya pada karya komunikasi. Bagi mazhab ini, studi komunikasi adalah studi tentang teks dan kebudayaan. Metode studinya yang utama adalah semiotika (ilmu tentang tanda dan makna).
Dengan demikian, yang akan kita bicarakan dalam bab ini adalah mazhab yang kedua, untuk itu titik tekannya lebih banyak difokuskan pada persoalan semiotika dan pemaknaan dalam studi komunikasi. Semiologi merupakan ilmu tentang tanda (Arthur Asa Berger, 2000). ”Semiologi” berasal dari dua kata Yunani, semeion dan logos. Semeion berati ”tanda” dan logos berarti ”kisah” (Malcolm Barnard. 1996: 115). Jadi ”semiologi” adalah ilmu atau catatan tentang
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
16
tanda, seperti halnya ”biologi” adalah imu tentang makhluk hidup dan ”sosiologi” merupakan ilmu tentang masyarakat. Awalnya, semiologi adalah ilmu yang dikembangkan dalam bidang bahasa. Namun dalam perkembangannya semiologi masuk akhirnya masuk dalam semua segi kehidupan manusia dan digunakan untuk meneliti fenomena komunikasi.
Dalam literatur, berkaitan dengan ilmu tentang tanda terdapat dua istilah yang akhirnya diterima sebagai sinonim, yaitu kata semiotics dan semiologi. Kedua kata ini kemudian digunakan untuk mengidentifikasi adanya dua tradisi semiotika. Istilah semiotika adalah sebuah istilah yang diperkenalkan oleh seorang filosof Amerika Charles Sanders Pierce (1839-1914) istilah ini kemudian menjadi istilah yang dominan dalam kajian tentang tanda.
Semiologi menegaskan bahwa manusia tidak berkomunikasi secara langsung, seperti lewat sarana telepati, komunikasi manusia melibatkan sesuatu untuk
merepresentasikan
atau
(setidaknya)
menyajikan
sesuatu
dengan
menggunakan tanda. (Malcolm Barnard. 1996: 116). Menurut John Fiske (1990 : 60) semiologi memiliki tiga bidang studi utama :
Tanda itu sendiri. Hal ini terdiri atas studi tentang berbagai tanda yang berbeda, cara tanda-tanda yang berbeda itu dalam menyampaikan makna, dan cara
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
17
tanda-tanda itu terkait dengan manusia yang menggunakanya. Tanda adalah konstruksi manusia dan hanya bisa dipahami dalam artian menausia yang menggunakannya.
Kode atau sistem yang mengorganisasikannya tanda. Studi ini mencakup cara berbagai kode dikembangkan guna memenuhi kebutuhan suatu masyarakat atau budaya atau untuk mengeksploitas saluran komunikasi yang tersedia untuk mentransmisikannya.kebudayaan tempat kode dan tanda bekerja. Ini pada gilirannya bergantung pada penggunaan kode-kode dan tanda-tanda itu untuk keberadaan dan bentuknya sendiri.
Karena itu, menurut Fiske, semiologi memfokuskan perhatiannya terutama teks. Berbeda dengan model-model proses linier yang tidak ban yak memeberi perhatian pada teks. Disamping itu semiologi, penerima atau pembaca, dipandang memainkan peran yang lebih aktif, karena itu pembacaan sebuah tanda dalam semiologi sangat ditentukan oleh pengalaman kultural pembacanya. Pembaca (penonton) membantu menciptakan makna teks dengan membawa pengalaman, sikap dan emosinya terhadap teks tersebut.
Hubungan antara signifier dan signified bersifat arbitrer (mana suka) dan hanya berdasar pada konvensi, kesepakatanatau pengaturan dari pemakai kultur
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
18
tersebut. Karena bersifat arbitrer, makna penanda harus dipelajari. Didalamnya terdapat struktur atau kode yang untuk membantu menafsirkan makna. Dalam pandangan Saussure, makna tanda sangat dipengaruhi olhe hubungannya dengan tanda-tanda yang lainnya (John Fiske, 1990).10
Semiologi biasanya bekerja dalam analisis teks, meskipun semiologi memiliki jangakauan yang lebih luas daripada sekedar analisis teks. Perlu dicatat disini, bahwa sebuah ‘teks’ hanya dapat eksis melalui sebuah media, verbal dan non-verbal, atau gabungan dari keduanya, meskipun terjadi bias logosentik dalam pembedaan ini. Istilah ‘teks’ biasanya merujuk kepada sebuah pesan yang terekam melalui berbagai cara (seperti tulisan, rekaman audio ataupun video) yang secara fisik tergantung pada pengirim atau penerimanya. Sebuah teks adalah sekumpulan tanda (seperti kata, citra, suara ataupun gestur) yang dikonstruksi (atau dinterpretasi) melalui konvensi yang dihubungkan dengan sebuah genre dan dalam sebuah media komunikasi tertentu.
Analisis semiologi biasanya diterapkan pada citra atau teks visual. Metode ini melibatkan pernyataan dalam kata-kata tentang bagaimana citra bekerja, dengan mengaitkan mereka pada struktur ideologis yang mengorganisasi makna.
10
John Fiske, 1990
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
19
Semiologi telah diaplikasikan pada kajian fotografi, iklan, perbelanjaan maupun fashion. (Jone Stokes, 2003: 78).
2.4
Film Sebagai Media Massa
2.4.1 Pengertian Film
Film adalah suatu karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi pandang dengar yang dibuat berdasarkan atas sinematografi dengan direkam pita seluoid, pita video, dan atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik dan proses lainnya. Dengan atau tanpa suara yang didapa dipertunjukan atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik atau lainnya.
Secara sederhana film dapat diartikan sebagai rangkaian gambar hidup (citra bergerak) yang membentuk suatu cerita. Sedangkan menurut victor.C Mambo, “film adalah dokumen kehidupan sosial sebuah kelompok”. Tiap film mewakili realitas kelompok pendukungnya baik dalam bentuk imajinasi ataupun realitas dalam arti sebenarnya. 11
2.4.2 Karkteristik Film
11
Undang-undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1992 tentang perfilman. Bab 1 pasal 1 ayat satu. Diakses pada tanggal 25 Mei 2017. Pada pukul 19.35 WIB
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
20
Film, secara sederhana dapat didefinisikan sebagai cerita yang dituturkan kepada
penonton
melalui
rangkaian
gambar
bergerak.
Dari definisi tersebut, kini mendapatkan empat elemen penting, yaitu: 1.Cerita 2.Dituturkan 3.Penonton 4. Rangkaian gambar bergerak
Cerita sebenarnya bisa dikisahkan melalui berbagai media, seperti novel, drama panggung, dan sebagainya. Menuturkan cerita melalui rangkaian film tentu saja berbeda dengan apabila kita menuturkan cerita melalui novel misalnya. Oleh karena itu, pertama-tama kita harus memahami karakteristik film.
2.4.3 Fungsi Film
Fungsi film bukan sekedar hiburan. Film merupakan media penyampaian pesan yang lebih mudah diterima masyarakat, selain fungsinya sebagai sarana hiburan, alur cerita dalam sebuah film juga bisa menyampaikan berbagai pesan dari berbagai stereotype kehidupan, tergantunggenre film itu sendiri. Namun, biasanya film lebih bersahabat dengan masyarakat. Pasalnya film banyak mengangkat kehidupan sosial masyarakat yang bertentangan dengan realitas
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
21
problematika yang terjadi dalam kehidupan. Apalagi saat ini banyak film yang mengangkat realitas penentangan masyarakat akan suatu sistem yang diterapkan atau disuarakan pemerintah.
2.5
Jenis-jenis Film
a.
Film Laga (Action) Action adalah Jenis film yang mengandung banyak gerakan dinamis para
aktor dan aktris dalam sebagian besar adegan film, seperti halnya adegan baku tembak, perkelahian, kejar mengejar, ledakan, perang dan lainnya. b.
Animasi Animation adalah Jenis film kartun animasi dengan berbagai alur cerita.
Biasanya genre film ini memiliki sub genre hampir sama dengan genre utama film non animasi. c.
Biograpi
Biography adalah Jenis film yang mengulas sejarah, perjalanan hidup atau karir seorang tokoh, ras dan kebudayaan ataupun kelompok.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
22
d.
Komedi
Komedi adalah Jenis film yang dipenuhi oleh adegan komedi dan lelucon sebagai benang merah alur cerita film.
e.
Dokumenter
Dokumentary adalah Jenis film yang berisi tentang kejadian dan peristiwa yang terjadi secara nyata .
f.
Drama
Drama adalah Jenis film yang mengandung sebuah alur yang memiliki sebuah tema tertentu seperti halnya percintaan, kehidupan, sosial, dan lainnya.
g.
History
History adalah Jenis film yang mengandung cerita masa lalu sesuai dengan kejadian dan peristiwa yang telah menjadi sebuah sejarah.
h.
Horror
Horror adalah Jenis film yang berisi tentang kejadian mistis dan berhubungan dengan kejadian-kejadian yang menyeramkan dan menakutkan sebagai nyawa dari film tersebut.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
23
i.
Musikal
Musical adalah Jenis film yang berkaitan dengan musik di dalam alur ceritanya.
j.
Romansa
Romance adalah Jenis film yang berisikan tentang kisah percintaan.
k.
Sci-Fi
Sci-Fi adalah Jenis film fantasi imajinasi pengetahuan khususnya yang bersifat exact yang dikembangkan untuk mendapatkan dasar pembuatan alur film yang menitikberatkan pada penelitian dan penemuan-penemuan teknologi.
l.
Thriller
Thriller adalah Jenis film yang penuh dengan aksi menegangkan dan mendebarkan dan biasanya tipe alur ceritanya biasanya berupa para jagoan yang berpacu dengan waktu, penuh aksi menantang, dan mendapatkan berbagai bantuan yang kebetulan sangat dibutuhkan yang harus menggagalkan rencana-rencana kejam para penjahat yang lebih kuat dan lebih lengkap persenjataannya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
24
m.
War
War adalah Jenis film yang sesuai dengan kategorinya yaitu memiliki inti cerita dan latar belakang peperangan.12
2.6
Semiotika
Semiotika adalah ilmu yang coba menjawab pertanyaan berikut: apa yang dimaksud X? X dapat berupa apa pun, mulai dari sebuah kata atau isyarat hingga keseluruhan komposisi music atau film. “Jangkauan” X bias bervariasi, tapi sifat dasar yang merumuskannya tidak. Jika kita merepresentasikan makna (maknamakna) yang dikodifikasi X dengan huruf Y, maka tugas utama analisis semiotika secara esensial dapat direduksi menjadi upaya untuk menentukan sifat relasi X=Y. Sebagai contoh pertama, kita ambil makna dari red (merah). Dalam kasus ini, X membangun istilah berbahasa inggris dari warna. Seperti yang nanti terlihat, bukan hanya ada satu jawaban untuk pertanyaan mengenai apa makna kata red tersebut. Pada tingkat dasar, kata tersebut tentu saja merujuk pada warna primer yang terletak di ujung level bawah spectrum yang kasat mata.
Sejak pertengahan abad ke-20, semiotika telah tumbuh menjadi bidang kajian yang sungguh besar, melampaui di antaranya, kajian bahasa tubuh, bentuk12
Nawiroh Vera. Semiotika Dalam Riset Komunikasi, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2014). Hal 96
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
25
bentuk seni, wacana teoritis, komunikasi visual, media, mitos, naratif, bahasa, artefak, isyarat, kontak mata, pakaian, iklan, makanan, semua yang digunakan, diciptakan, atau diadopsi manusia untuk memproduksi makna.13
Secara epitemologis, istilah semiotik berasal dari kata Yunani Semeion yang berarti “tanda”. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar konvensi social yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu
yang lain. Gambar 3.1
Semiotika berangkat dari tiga elemen utama, yang disebut Pierce teori segitiga makna atau triangle of meaning yang terdiri dari:
13
Marcel Danesi. Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan Teori Komunikasi
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
26
a.
Tanda Adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat diungkap oleh panca indera manusia dan merupakan sesuatu yang merujuk (mempresentasikan) hal lain di luar tanda itu sendiri. Acuan tanda ini disebut objek.
b.
Acuan Tanda (Objek) Adalah konteks sosial yang menjadi referensi dari tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda.
c.
Pengguna Tanda (Interpretant) Konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu makna tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda.
Secara terminologis, menurut Eco, semiotic dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda. Van Zoest mengartikan semiotic sebagai ilmu tanda dan segala yang berhubungan dengannya; cara berfungsinya, hubungannya dengan kata lain, pengirimannya, dan penerimaannya oleh mereka yang mempergunakannya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
27
Dalam kaitannya dengan semiotik, Preminger memberi batasan yang jelas, semiotic adalah ilmu tentang tanda-tanda. Ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial atau masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Semiotik itu mempelajari
system-sistem,
aturan-aturan,
konvensi-konvensi
yang
memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti. Semiotik juga dapat diartikan sebagai suatu ilmu atau metode analisis yang mempelajari hakikat keberadaan suatu tanda, bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things), sekaligus merupakan studi media massa yang melihat sesuatu yang lain dibalik suatu naskah atau narasi melalui tanda-tanda. Oleh karena itu, ilmu ini merupakan suatu alat penting dalam menganalisa isi dari pesan-pesan media baik dalam verbal, non verbal maupun keduanya. Terdapat elemen-elemen dasar dalam semiotik. Penggunaan metode semiotika dalam penelitian desain harus didasarkan pada pemahaman yang komprehensif mengenai elemen-elemen dasar semiotika. Elemen dasar dalam semiotika adalah tanda (penanda/petanda), aksi tanda (sintagma/sistem), tingkat tanda (denotasi/konotasi), serta relasi tanda (metafora/metamini).
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
28
Tanda-tanda (signs) adalah basis dari seluruh komunikasi (Littlejohn, 1996:64). Manusia dengan perantaraan tanda-tanda, dapat melakukan komunikasi dengan sesamanya.14 Banyak hal yang bisa dikomunikasikan di dunia ini.
Kajian semiotika terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Pertama, menekankan pada teori tentang produksi tanda yang salah satu di antaranya mengasumsikan adanya enam faktor dalam komunikasi, yaitu pengirim, penerima kode (system tanda), pesan, saluran komunikasi, dan acuan (hal yang dibicarakan) (Jakobson, 1963, dalam Hoed 2001:140). b. Kedua, tidak dipersoalkan adanya tujuan berkomunikasi. Sebaliknya, yang diutamakan adalah segi pemahaman suatu tanda sehingga proses kognisinya pada penerima tanda lebih diperhatikan daripada proses komunikasinya.
Sekurang-kurangnya terdapat Sembilan macam semiotika yang kita kenal sekarang, yaitu.
1.
Semiotika Analitik, yakni semiotika yang menganalisis system tanda. Peirce menyatakan bahwa semiotika berobjekan tanda dan menganalisisnya
14
Alex Sobur. Semiotika Komunikasi. Bandung 2013. Hal. 15
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
29
menjadi ide, objek, dan makna. Ide dapat dikatakan sebagai lambang, sedangkan makna adalah beban yang terdapat lambing yang mengacu kepada objek tertentu.
2.
Semiotika Deskriptif, yakni semiotik yang memperhatikan sistem tanda yang dapat kita alami sekarang, meskipun ada tanda yang sejak dahulu tetap seperti yang disaksikan sekarang.
3.
Semiotika Faunal, yaitu semiotika yang khusus memperhatikan system tanda yang dihasilkan oleh hewan, hewan biasanya menghasilkan tanda untuk berkomunikasi antara sesamanya, tetapi juga sering menghasilkan tanda yang dapat ditafsirkan oleh manusia.
4.
Semiotika cultural, yakni semiotika yang khusus menelaah system tanda yang berlaku dalam kebudayaan masyarakat tertentu. Telah diketahui bahwa masyarakat tertentu. Telah diketahui bahwa masyarakat sebagai makhluk sosial memiliki system budaya tertentu yang telah turun temurun dipertahankan dan dihormati, budaya yang terdapat dalam masyarakat yang juga merupakan sistem itu, menggunakan tanda-tanda tertentu yang membedakan dengan masyarakat lain.
5.
Semiotika Naratif, yakni semiotika yang menelaah sistem tanda dalam narasi yang berwujud mitos dan cerita lisan (folklore).
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
30
6.
Semiotika Natural, yakni semiotika yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh alam.
7.
Semiotika Normatif, yakni semiotika yang khusus menelaah sistem yang dibuat oleh manusia yang berwujud norma-norma, misalnya rambu-rambu lalu lintas.
8.
Semiotika Sosial, yakni semiotika yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh manusiayang berwujud lambing, baik lambing berwujud kata maupun lambing yang berwujud kata dalam satuan yang disebut kalimat.
9.
Semiotika Structural, yakni semiotika yang khusus menelaah sistem tanda yang dimanifestasikan melalui struktur bahasa.15 Secara singkat, semiotika menyangkut segala sesuatu yang berhubungan
dengan tanda. Tanda tersebut berupa kata, gambar, suara, bahasa tubuh, atau objek yang tidak memiliki arti sampai kita memberikan arti. Film The Human Centipede (first sequence) ini termasuk dalam jenis Semiotika Deskriptif, yakni semiotik yang memperhatikan sistem tanda yang dapat kita alami sekarang, meskipun ada tanda yang sejak dahulu tetap seperti yang disaksikan sekarang.
15
Alex Sobur. Analisis Teks Media. Bandung 2012. Hal 100-102
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
31
2.7
Charles Sander Peirce
Semiotika menurut Berger memiliki dua tokoh, yakni Saussure (1857-1913) dan Peirce (1839-1913). Kedua tokoh tersebut mengembangkan ilmu semiotika secara terpisah dan tidak mengenal satu sama lain. Saussure di Eropa dan Peirce di Amerika Serikat. Dua orang ini menjadi pencetus teori-teori semiotika yang pada akhirnya dikembangkan oleh banyak orang dan salah satu nya Roland Barthes. Peirce adalah tokoh semiotik yang berlatar belakang pendidikan filsafat dan menyebut ilmu yang dibangunnya semiotika. Bagi Peirce yang ahli filsfat dan logika, penalaran manusia senantiasa dilakukan lewat tanda. Artinya, manusia hanya dapat bernalar lewat tanda. Dalam pikirannya, logika sama dengan semiotika, dan semiotika dapat diterapkan pada segala macam tanda. Dalam perkembangan selanjutnya, istilah semiotika lebih popular daripada semiology milik Saussure. Dalam pemahaman semiotika menurut Peirce bahwa tanda terdiri dari: The Representament – bentuk yang diambil oleh tanda (tidak selalu berupa material) tu sesuatu yang dapat mewakili sesuatu yang lain dala, batas-batas tertentu. Sebuah tanda adalah sesuatu yang bagi seseorang mewakili sesuatu di dalam beberapa hal atau kapasitas tertentu. Tanda menuju pada seseorang, artinya,
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
32
menciptakan di dalam benak orang tersebut tanda yang sepadan, atau mungkin juga tanda yang lebih sempurna. Tanda yang tercipta di benak tersebut saya namakan interpretant (hasil interpretasi) dari tanda yang pertama. Tanda mewakili sesuatu, objeknya (its object). (Di dalam zeman, 1977) Tanda akan selalu mengacu ke suatu yang lain yang disebut objek atau Denotatum (benda yang mengacu pada tanda tersebut). Mengacu berarti mewakili atau menggantikan. Tanda baru dapat berfungsi bila diinterpretasikan dalam bentuk penerima tanda melalui Interpretant. Jadi interpretant ialah pemahaman makna yang muncul dalam diri penerima tanda, singkatnya makna dari tanda itu. Artinya, tanda baru dapat berfungsi sebagai tanda apabila dapat diungkap dalam suatu masyarakat. Hubungan ketika unsur yang dikemukakan peirce terkenal dengan nama segitiga semiotik. Charles sanders Pierce membagi tanda menjadi tiga tipe, yaitu :
a)
Icon, menunjukkan tanda yang memiliki kemiripan dengan objek, icon biasanya sangat jelasa dalam tanda-tanda visual. Foto diri kita adalah sebuah icon, demikian pula foto hewan atau benda-benda lainnya. Tanda visual umum yang biasa ditempel dipintu kamar kecil yang menggambakan pria dan wanita adalah sebuah icon.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
33
b)
Indeks, merupakan tanda yang memiliki hubungan eksistensial dengan objek yang ditandai, dan hubungan tersebut biasanya bersifat langsung. Asap adalah indeks dari api, bersin merupakan indeks dari flu, awan hitam merupakan indeks dari hujan.
c)
Simbol, adalah
tanda hubungan dengan objeknya hanya berdasarkan
konvensi, kesepakatan dan aturan; simbol biasanya bersifat arbitrary karena penandaannya bersifat “manasuka” dalam artian, tidak ada hubungan antara tanda dengan objek yang ditandai. Kata-kata dalam bahasa umumnya adalah sebuah simbol, warna merah-putih dalam bendera kenegaraan kita juga adalah simbol.
Makna dan tanda adalah hal yang sangat esensial dalam studi komunikasi. Sesungguhnya komunikasi – dalam perspektif semiotik – adalah sebagai pembangkitan makna (the generation of meaning). Secara sederhana hubungan antara komunikasi, makna dan tanda dapat dilustrasikan sebagai berikut:
Ketika kita berkomunikasi dengan orang lain, saya harus membuat pesan dalam bentuk tanda (sign). Pesan-pesan itu, kemudian, mendorong kita untuk menciptakan makna untuk diri kita sendiri yang terkait dalam beberapa hal dengan makna yang kita buat untuk dalam pesan. Makin banyak kita berbagi “kode” yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
34
sama, makin banyak kita menggunakan sistem tanda yang sama, maka makin dekat “makna” kita berdua atas pesan yang datang pada masing-masing kita.
Berdasarkan berbagai klasifikasi tersebut, Peirce (lihat Pateda 2001:45-47) membagi tanda menjadi sepuluh jenis:
1)
Qualisign, yakni kualitas sejauh yang dimiliki tanda. Kata keras menunjukan kualitas tanda. Misalnya, suaranya keras yang menandakan orang itu marah atau ada sesuatu yang diinginkan.
2)
Iconic Sinsign, yakni tanda yang memperlihatkan kemiripan. Contoh: foto, diagram, peta, dan tanda baca.
3)
Rhematic Indexical Sinsign, yakni tanda berdasarkan pengalaman langsung, yang secara langsung menarik perhatian karena kehadirannya disebabkan oleh sesuatu. Contoh: pantai yang sering merengguut nyawa orang yang mandi di sana akan dipasang bendera bergambar tengkorang yang bermakna berbaya, dilarang mandi di sini.
4)
Dicent Sinsign, yakni tanda yang memberikan informasi tentang sesuatu. Misalnya, tanda larangan yang terdapat di pintu masuk sebuah kantor.
5)
Iconic Legisign, yakni tanda yang menginformasikan norma atau hokum. Misalnya, rambu lalu lintas.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
35
6)
Rhematic Indexical Legisign, yakni tanda yang mengacu kepada objek tertentu, misalnya kata ganti penunjuk. Seseorang bertanya, ”Mana buku itu?” dan dijawab, “Itu!”.
7)
Dicent Indexical Legisign, yakni tanda yang yang bermakna informasi dan menunjuk subjek informasi. Tanda berupa lampu merah yang berputar-putar di atas mobil ambulans menandakan ada orang yang celaka yang tengah dilarikan ke rumah sakit.
8)
Rhematic Symbol atau Symbolic Rheme, yakni tanda yang dihubungkan dengan objeknya melalui asosiasi ide umum. Misalnya, kita melihat gambar harimau. Lantas kita katakana, harimau. Mengapa kita katakan demikian, karena ada asosiasi antara gambar dengan benda atau hewan yang kita lihat yang namanya harimau.
9)
Dicent Symbol atau Proposition (proposisi) adalah tanda yang langsung menghubungkan dengan objek melalui asosiasi dalam otak. Kalau seseorang berkata, “Pergi!” penafsiran kita langsung berasosiasi pada otak, dan sertamerta kita pergi. Padahal proposisi yang kita dengar hanya kata. Katakata yang kita gunakan yang membentuk kalimat, semuanya adalah proposisi yang mengandung makna yang berasosiasi di dalam otak. Otak
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
36
secara otomatis dan cepat menafsirkan proposisi itu, dan seseorang segera menetapkan pilihan atau sikap. 10)
Argument, yakni tanda yang merupakan iferens seseorang terhadap sesuatu berdasrkan alasan tertentu. Seseorang berkata, “Gelap”. Orang itu berkata gelap sebab ia menilai ruang itu cocok dikatakan gelap. Dengan demikian argumen merupakan tanda yang berisi penilaian atau alasan, mengapa seseorang berkata begitu. Tentu saja penilaian tersebut mengandung kebenaran.
2.8
Jenis-Jenis Pesan
2.8.1 Pesan Verbal Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Hampir semua rangsangan wicara yang kita sadari termasuk dalam kategori pesan verba disengaja, yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan. Bahasa juga dapat dianggap sebagai sistem kode verbal. Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut yang digunakan dan dipahami suatu komunitas. Kode verbal dalam pemakaiannya menggunakan bahasa. Bahasa dapat didefinisikan seperangkat kata yang telah
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
37
disusun
secara berstruktur sehingga menjadi himpunan kalimat yang
mengandung arti. 2.8.2 Pesan Non Verbal
Manusia dalam berkomunikasi selain memakai kode verbal (bahasa) juga memakai kode non verbal. Kode non verbal biasa disebut bahasa isyarat atau bahasa diam (silent language). Komunikasi non verbal dibagi dalam beberapa kelompok, diantaranya yaitu komunikasi tubuh. Tampaknya dari semua komunikasi non verbal, komunikasi tubuh adalah yang paling penting. Hal ini dimengerti karena dalam kehidupan manusia komunikasi tubuh paling sering digunakan. Komunikasi tubuh dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu:
1. Ekspresi wajah: bahagia, takut, sedih, jijik, muak, rasa tertarik 2. Komunikasi gerture: fungsi kontak mata, menghindari, melebarkan mata 3. Komunikasi sentuhan: ungkapan seksual, dukungan, kekuasaan, dan dominasi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
menghibur atau memberi