10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi Massa
2.1.1 Pengertian Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah proses dimana organisasi media membuat dan menyebarkan pesan kepada khalayak banyak (publik). Dalam komunikasi masa, media masa menjadi otoritas tunggal yang menyeleksi, memproduksi pesan, dan menyampaikannya pada khalayak. Salah satu perubahan tekhnologi baru menyebabkan di pertanyakan kembali definisi komunikasi itu sendiri. Definisi komunikasi massa yang sebelumnya sudah cukup jelas.
Komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai proses komunikasi yang berlangsung dimana dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya masal melalui alat-alat yang bersifat mekanis seperti radio, surat kabar dan film.13 Alat komunikasi massa antara lain radio, televise, buku, kaset/CD, surat kabar, majalah, tabloid dan internet.
Sedangkan menurut Bittner (1980:10), “Mass Communication is messeges communicated trough a mass medium to a large number of people (komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang)”14 dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa. Jadi sekalipun komunikasi itu dismapaikan kepada khalayak banyak seperti kampanye pilkada di lapangan luas yang dihadiri
13
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1989. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES Hal 152. Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi Edisi Revisi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), 1998, hal 88. 14
11 oleh ribuan, bahkan puluhan ribu orang, jika tidak menggunakan media massa, maka itu bukan komunikasi massa. 2.1.2 Ciri-ciri Komunikasi Massa Adapun ciri-ciri komunikasi massa adalah:15 1. Berlangsung satu arah. Dalam komunikasi massa feedback baru akan diperoleh setelah komunikasi berlangsung. 2. Komunikator pada komunikasi massa melembaga.Seorang komunikator dalam media massa bertindak atas nama lembaga dan nyaris tak memiliki kebebasan individual. Oleh sebab itu komunikatornya melembaga. 3. Pesan- pesannya bersifat umum. Pesan-pesan yang disampaikan melalui media massa pada umumnya bersifat umum (untuk orang banyak). 4. Melahirkan keserempakan. Misalnya, siaran radio yang mampu membuat pendengarnya untuk secara serempak mendengarkan program acara yang sedang diputar. Sedangkan televisi dan juga media cetak, dapat disaksikan dan dibaca oleh banyak orang secara serempak. 5. Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen. Komunikan terpencar-pencar keberadaannya, tidak saling mengenal dan berbeda latar belakang, pendidikan, agama, usia, jenis kelamin, keinginan dan lainnya. Karena itu pengelola media harus dapat harus mengelompokan mereka berdasarkan perbedaan-perbedaan tersebut untuk dapat mencapai kelompok sasaran yang dituju dari keseluruhan target sasaran.
Komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar) atau elektronik (radio dan televisi ) berbiaya relatif mahal 15
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, PT.Remaja Rosdakarya, 2002, hal 188
12 yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang di tujukan sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonym, dan heterogen.16
2.1.3 Elemen-elemen Komunikasi Massa
1. Komunikator, Komunikator di sini merupakan gabungan dari berbagai individu dalam sebuah lembaga media massa. 2. Isi, Berita dan informasi merupakan hal pokok yang harus dimiliki oleh media massa memberikan informasi dan berbagai kejadian di seluruh dunia kepada para audience. 3. Audience, Audience yang dimaksud komunikasi massa sangat beragam. Menurut Hiebert, audience dalam komunikasi massa setidaknya mempunyai lima karakteristik sebagai berikut:
a. Audience cenderung berisi individu-individu yang condong untuk berbagi pengalaman dan dipengaruhi oleh hubungan social diantara mereka. b. Audience cenderung besar. Besar di sini berarti tersebar ke berbagai wilayah jangkauan komunikasi massa. c. Audience cenderung heterogen. d. Audience cenderung anonym, yakni tidak mengenal satu sama lain. e. Audience secara fisik dipisahkan oleh komunikator. 4. Umpan balik, di dalam komunikasi massa umpan balik terjadi secara tidak langsung. 5. Gangguan
a. Gangguan saluran Gangguan saluran dalam komunikasi massa biasanya berupa sesuatu hal, seperti kesalahan cetak, kata yang hilang, atau paragraf yang dihilangkan dari surat kabar, gambar yang tidak jelas di pesawat televisi, 16
Deddy Mulyana,Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, 2005, Hal:83
13 gangguan gelombang radio, baterai yang sudah habis atau langganan majalah yang tidak datang. Gangguan juga bisa disebabkan oleh faktor luar.
b. Gangguan semantik, Gangguan berhubungan dengan bahasa.
semantik
adalah
gangguan
yang
6. Gatekeeper, John R. Bitner (1996) mengistilahkan gatekeeper sebagai “individu-individu atau sekelompok orang yang memantau arus informasi dalam sebuah saluran komunikasi (massa)”. 7. Pengatur, yang dimaksud pengatur dalam media massa adalah mereka yang secara tidak langsung ikut mempengaruhi proses aliran pesan media massa. 8. Filter, Filter adalah kerangka pikir melalui nama audience menerima pesan.
2.1.4 Fungsi Komunikasi Massa
Terdapat pendapat beberapa para ahli komunikasi mengenai fungsi komunikasi seperti menurut Goran Hedebro, seorang doctor komunikasi berkebangsaan Swedia dalam bukunya Communication Social Change in Developing Nations (1980) mengemukakan beberapa fungsi komunikasi massa ditujukan untuk:17
a. Menciptakan iklim perubahan dengan memperkenalkan nilai-nilai baru untuk mengubah sikap dan perilaku kea rah modernisasi; b. Mengajarkan keterampilan baru; c. Berperan sebagai pelipat ganda ilmu pengetahuan; d. Menciptakan efisiensi tenaga dan biaya terhadap mobilitas seseorang; e. Meningkatkan aspirasi seseorang; f.
Menumbuhkan partisipasi dalam pengambilan keputusan terhadap hal-hal yang menyangkut kepentingan orang banyak;
g. Membantu orang menemukan nilai baru dan keharmonisan dari satu situasi tertentu;
17
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, Cet.ll (Raja Grafindo Persada : Jakarta 2000), Hal 65.
14 h. Mempertinggi rasa kebangsaan; i.
Meningkatkan aktivitas politik seseorang;
j.
Mengubah struktur kekuasaan dalam suatu masyarakat;
k. Menjadi sarana untuk membantu pelaksanaan program-program pembangunan; l.
Mendukung pembangunan ekonomi, social dan politik suatu bangsa.
2.2 Media Massa
2.2.1 Pengertian Media Massa
Media massa adalah suatu jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak besar atau banyak
yang tersebar, heterogen, dari anonim
melewati media cetak atau elektronik, sehingga pesan informasi yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.18 Sebagai media komunikasi, media massa tetap harus menjalankan fungsi umumnya seperti to inform, to educate, to entertain, and to influence.19
2.2.2 Fungsi Media massa
Berbagai penggunaan media massa membedakan fungsi dan tujuan media massa itu sendiri, bagi sebagian orang penggunaan media massa mempengaruhi tingkat kebutuhan penggunaan dan efek dari penggunaan media massa.
Berbagai penggunaan dan pemuasan terhadap media ini dapat di kelompokan kedalam empat tujuan yaitu:
1. Pengetahuan, seseorang menggunakan media massa untuk mengetahui sesuatu atau memperoleh informasi tentang sesuatu.
18
McLuhan, M, Understanding Media : The Extensive of Man, New York, 1964 hal 11. Yayan Cahyana dan Bagong Suyanto, Kajian Komunikasi da Seluk Beluknya, (Airlangga University Press :Surabaya, 1996, hal. 111 19
15 2. Hiburan,
a. Menghilangkan rasa bosan dan jenuh terhadap aktivitasnya sehari-hari. b. Sebagai bentuk pengalihan Masalah dan tekanan yang dihadapinya. c. Dsb
Orang menonton film ingin melupakan kenyataan hidup yang susah. Dengan mematok sifat “menghibur” (dalam pengertian arus utama) sebagai tolok ukur keberhasilan sebuah film, sang pengulas cenderung memenangkan film-film eskapis di atas jenis film lain. Potensi film untuk “menghibur” akal budi penonton, dengan mengajak penonton memikirkan sebuah masalah hidup, misalnya, cenderung direduksi.20
3. Kepentingan social, kepentingan yang di peroleh dari kesamaan kegemaran setiap individu terhadap program acara yang di tayangkan di Televisi. 4. Pelarian, orang menggunakan media ini juga bertujuan untuk menyelesaikan masalah mereka dengan orang lain maupun untuk menghindari aktivitas lain
2.2.3 Jenis – jenis Media Massa
Media massa di bagi menjadi dua yaitu cetak dan elektronik, media cetak yang memenuhi criteria sebagai media massa adalah surat kabar dan majalah. Sedangkan media elektronik yang memenuhi criteria media massa adalah radio, televise,film dan media on-line (internet)
Film merupakan dokumen kesidupan sosial sebuah komunitas. Film memiliki realitas kelompok masyarakat pendukungnya, baik dalam bentuk imajinasi atau realitas dalam arti sebenarnya. Film sebagai meda komunikasi masa pandang dan dengar yang mempunyai peranan penting bagi pengembangan budaya bangsa
20
http://old.rumahfilm.org/artikel/artikel_film.htm
16 sebagai salah satu aspek peningkatan ketahanan nasional dalam pembangunan nasional.21
Film juga sering disebut movie (sinema) yakni gambaran hidup dalam bentuk seni dan bentuk popular dari hiburan dan juga bisnis. Film juga merupakan rekaman gambar yang bergerak (moving image), dengan antau tanpa suara yang direkam pada bahan baku seluloid (film, video tape, video disk) yang apabila diproyeksikan kembali akan memberikan kesan sebagai gambar hidup.22
2.3 Film Sebagai Media Massa
2.3.1 Pengertian Film
Film merupakan dokumen kesidupan sosial sebuah komunitas. Film memiliki realitas kelompok masyarakat pendukungnya, baik dalam bentuk imajinasi atau realitas dalam arti sebenarnya. Film sebagai meda komunikasi masa pandang dan dengar yang mempunyai peranan penting bagi pengembangan budaya bangsa sebagai salah satu aspek peningkatan ketahanan nasional dalam pembangunan nasional.
Film juga sudah bisa dianggap mewakili citra atau identitas komunitas tertentu, bahkan film juga bisa menciptakan komunitas sendri karena sifat film yang universal.23 Film memerlukan penanganan yang lebih bersungguh-sungguh dan konstruksi yang lebih artifisual pula (melalui manipulasi) oleh media lain. karena film memiliki jangkauan, realisme, pengaruh emosional, dan popularitas
21
Undang-Undang RI, No 8 Tahun 1992, tentan perfilman. www.pphui.or.id/indeks/artikel/(profil-sejarah) 23 Dalam Skripsi, Apresiasi Fim. Mercu Buana Jakarta 22
17 yang hebat. Dan juga film mudah dipengaruhi, maka film banyak dipengaruhi campur tangan.24
Film
banyak
dipengaruhi
peprkembangan
tekhnologi
sesuai
dengan
berkembangnya zaman. Tidak hanya dilihat dari aspek cerita, namun film juga dilihat dari aspek adegan pada tayangan film itu sendiri. Baik berupa dua dimensi maupun tiga dimensi. Film merupakan serangkaian penataan gambar yang diambil dari objek yang bergerak. Tiga pengertian film yakni Selaputu tipis, bahan yang sering digunakan untuk membuat film fotografi dan istilah lain gambar bergerak adalah serangkaian gambar yang diambil dari objek yang bergerak dan segala sesuatu ungkapan dan pikiran, rasa karakter dan keindahan, manusia. Karena film mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi serta membantu kebudayaan ataupun kehidupan yang terjadi pada kehidupan sehari-hari.
2.3.2 Karakteristik Film
karakteristik film sebagai usaha pertunjukan (show business) baru dalam pasar yang kian berkembang belumlah mencakup segenap permasalahan film. Film sebagai alat propaganda yang penting. Terutama dalam pencapaian tujuan nasional dan masyarakat. Karakteristik film yang menjadi kriteria suatu film, yaitu:25
1. Memenuhi Tri Fungsi Film, fungsi film itu sendiri adalah hiburan, pendidikan dan penerangan, film itu sendiri sudah merupakan suatu hiburan karena alasan orang itu sendiri adalah untuk mendapatkan hiburan.
24 25
Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Erlangga, Jakarta. 1987:14 Uchjana, Onong effendi, Ilmu, Filsafat dan Komunikasi, PT.Citra Adtya bakti, Bandung,2003:226.
18 2. Konstruktif, film bersifat konstruktif adalah dimana perilaku pemain dlam film serba positif, yang bisa ditiru oleh masyarakat terutama remaja. Dan hal itu dapat memberikan dampak positif juga bagi siapa saja yang menontonya. 3. Artistic, film memang harus artistic Karena merupakan hasil karya seni dari orang-orang kreatif yang terlibat di dalamnya. Film harus bersifat etis dan logis. 4. Persuasive, film yang bersifat persuasive adalah film yang bersifat ajakan halus, dalam hal ini adalah ajakan untuk membangun film tersebut.
2.3.3 Fungsi Film memiliki tiga fungsi, sebagai penerangan, pendidikan dan hiburan:26
a. Sebagai alat penerangan, dalam film, segala informasi yang disampaikan baik secara audio maupun visual memberikan pesan sehingga dapat dengan mudah dimengerti dan menjadi semacam alat untuk menerangkan suatu hal yang masih kabur. b. Sebagai alat pendidikan, film dapat memberikan contoh suatu peragaan yang ersifat mendidik serta tauladan dalam masyarakat serta film mampu memberikan tontonan perbuatan-perbuatan yang baik dengan baik. c. Sebagai alat untuk menghibur, Film juga bisa memberikan hiburan yang bisa mensejahterakan rohani manusia. Karena ketika menonton sebuah film, maka pada saat itulah terdapat kepuasan batin untuk melihat secara visual dengan di dukung audio serta pembinaan kebudayaan.
2.3.4
Unsur-unsur Film
Film merupakan karya seni orang-orang kreatif yag menuangkan ide maupun gagasan berupa pemikiran yang di tunagkan menjadi suatu karya yg di sebut film. Berikut adalah beberapa unsure-unsur dalam sebuah film:27 26
www.pphui.or.id/indeks/sejarah
19 a. Sutradara
Sutradara memiliki tanggung jawab yang meiputi aspek-aspek kreatif baik interpretative maupun teknis dari sebuah produksi film. Sutradara juga harus mampu membuat film dengan wawasan dan keartistikan untu mmengontrol film dari awal produksi hingga tahap penyelesaian. Dengan demikian sutradara harus membuat unsure-unsur yang terpisah menjadi satu kesatuan dan mengisi film dengan jiwa dan makna.
b. Penulis Skenario
Naskah atau scenario merupakan unsure yang sangat penting dalam film. Naskah sebuah scenario adalah sebuah cerita yang sudah ditata dan dipersiapakan menjadi naskah jadi yang siap di produksi. Penataan dilakukan untuk membuat struktur cerita dengan format-format standard.28 Scenario mempunyai kedudukan penting, karena merupakan rantai pertama sebelum proses pembuatan film, sebelum melalui tahap shooting/pengambilan gambar di lapangan.karena scenario merupakan cetak biru sebuah susunan rencana sebuah film.
c. Penata Fotografi, penata fotografi atau yang sering kita sebut sebagai juru kamera bekerja sama sengan sutradara untuk menentukan jenis shot, jenis lensa, membuat komposisi dari subjek yang hendak direkam. Ia juga bertanggung jawab untuk memeriksa hasil shooting dan menjadi pengawas pad aproses fil di laboratorium
27
Marselli Sumarno, Dasar-dasra Apresiasi Film, PT.Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta,1996:31. 28 Soni Set dan Sita Sidharta, Menjadi Penulis Skenario Profesional, Gramedia Widiasarana, Indonesia, Jakarta. 2003:24.
20 d. Penyunting, seorang editing atau editor bertugas menyusun hasil syuting hingga membentuk suatu cerita agar sempurna dan mendapatkan isi yang di inginkan. e. Penata Artistik, penyusunan segala sesuatu yang melatarbelakangi cerita film atau yang biasa disebut setting. Penata artistic menerjemahkan konsep visual sutradara kepada pengertian-pengertian visual. Pada artistic didampingi oleh tim kerja yang terdiri dari kostum, make-up, dekorasi,dan jika perlu tenaga pembuat efek khusus. f.
Penata Suara, penata suara adalah media audio-visual dalam film yang akan
membuat pertunjukan film lebih hidup.
2.3.5 Tema
Pada sebuah film tema merupakan unsure penting, sebab tema menentukan isi dari sebuah cerita dalam film tersebut. Tema juga merupakan pokok pikiran dalam sebuah karangan atau dapat diartikan pula sebagai dasar cerita yang ingin di sampaikan oleh penulisnya.
1. Percintaan, tema ini merupakan tema paling banyak digunakan pada film, percintaan bukan hanya percintaan terhadap laki-laki dan perempuan tetapi percintaan sebagai persahabatan, keluarga dan lain-lain. 2. Rumah tangga, tema ini menceritakan tentang problema dalam sebuah keluarga. 3. Perselingkuhan, tema ini mengenai hubungan sebuah pasangan suami istri maupun pasangan lain yang yang mengalami perselingkuhan. 4. Pembauran, tema ini biasanya tentang perkawinan antara beda suku, beda Negara, beda ras, dan lain sebagainya.
21 5. Persahabatan, tema ini biasa berada dalam cerita kalangan anak-anak tentang
persabhabatan
seorang
anak
dengan
temanya.
Tema
ini
menumbuhkan jiwa social pada setiap anak yang menyaksikanya. 6. Kepahlawanan, tema ini lebih menonjolkan seseorang yang di jadikan pemeran utama pada sebuah film. Tokoh utama ini yang dijadikan seorang pahlawan yang biasanya banyak berbuat kebaikan dan membela kebenaran pada film tersebut. 7. Petualangan, tema ini lebih menonjolkan setting atau lokasi seperti pegunungan, hutan, dan suasana alam lainya yang menandakan keberadaan para pemain berada di alam bebas dan sedang melakuakn petualangan. 8. Balas dendam, tema ini biasanya banyak menghadirkan konflik di dalamnya, dimana
dari
awal
seseorang di
sakiti dan
dikhianati
sehingga
ia
membalaskan rasa sakithatinya kepada orang tersebut. 9. Keagamaan/ Religi, tema yang lebih memiliki unsure keagamaan.
2.3.6 Media Audio
Media
Audio berfungsi sebagai pendukung
visual/gambar. Media Audio
adalah media informasi yang berbentuk suara, yang diterima oleh penonton dengan indra telinganya. Unsur-unsur media audio terdiri dari dialog. Sound effect, dan ilustrasi music.
1.
Dialog, adalah suara yang dibentuk oleh ucapan kata-kata yang dilakuakn
pelaku. Dialog merupakan unsure suara yang paling efektif dalam menyampaikan informasi dibanding semua unsure suara lainya.
a. Sebagai informasi.
Informasi dari ucapan pelaku adalah paling efektif dari semua unsure audio terutama dalam menjelaskan pikiran tau perasaan pelaku terutama dalam
22 menjelaskan pendapat yang ada di keplanya. Selain itu juga bisa untuk mengutarakan benci.
b. Menjelaskan karakteristik umum pelaku. Karakter yang dirangkum meliputi tingkat ekonomi, intelektual, profesi, ciri khas social dan budaya dan kondisi psikisnya. c. Menjelaskan Karakteristik Pelaku
Dialog yang diucapkan pelaku bisa saja menjelaskan karakteristik psikis si pembicara, termasuk watak dan kondisi psikisnya saat itu. Pelaku yang muncul dalam cerita adalah manusia lengkap dengan psikisnya.
2.
Sound effect,
Bunyi yang ditimbulkan oleh benda karena adanya action, seperti dering telepon, suara mesin mobil, peluit kereta, dan sebagainya. Selain itu sound effect juga termasuk pada suara binatang dan suara-suara lainya dalam film sebagai kekuatan untuk memperjelas adegan atau situasi dan kondisi pada film. Fungsinya adalah:
a. Penunjang informasi
Informasi tidak dirasa mantap bila tidak di sertai sound effect yang lazim. Dengan mobil yang berlari kencang dan di rem akan lebih menarik jika juga di timbulkan suara pada saat yang bersamaan.
b. Mensuplai informasi c. Menunjang dramatic, mood dan Atmosfir.
23 Tambahan sound effect meningkatkan keseraman yang dirasakan penjaga malam dan penonton. Maka tingkat keseraman akan meningkat begitu pula dengan tingkat dramatic.
3. Ilustrasi music.
Biasa disebut background music, latar music, iringan music. Music terjalin dengan cerita. Dan memang sudah seharusnya ilustrasi music ini digunakan sebagai unsure penuturan cerita. Ilustrasi sebagai penunjang dramatic yang sangat kuat. Memang tidak semua di isi dengan ilustrasi music terkadang keadaan sunyi bisa memilki nilai dramatic yang tinggi, dan kalau ditambah dengan music malah adegan menjadi hambar, padahal ilustrasi music adalah menambah informasi, mood dan atmosfir.
2.3.7
Struktur Cerita
Struktur cerita merupakan cara suatu film dalam menyampaikan cerita naratif adalah menuturkan jalan kisah hanya dengan tujuan agar yang mendengar tahu. Tidak terkandung maksud untuk menggugah emosi atau mempersuasi komunikan, sebaliknya cerita dramatic di design untuk menggugah emosi pihak komunikan. Cerita yang disajikan film didesign untuk mempersuasi penonton agar berpihak kepada pelaku protagonist dan ikut bersama-sama protagonist memecahkan problema utama cerita dan mencapai tujuan utama.
1. Inti cerita, inti cerita menjadi dasar dalam membentuk plot cerita. 2. Plot, jalan cerita atau alur cerita dari awal, tengah, dan akhir.
29
plot dibagi
menjadi:30
29
Sony Set dan Sidharta, Menjadi Penulis Skenario Profesional, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 2003:26. 30 Elizabeth Lutters, Kunci Sukses Menulis Skenario, Op.cit., hal 23-24
24 a. Plot Lurus atau Plot Linier. Plot ini banyak di gunakan dalam membuat scenario untuk cerita-cerita lepas seperti telesinema, FTV, Film, atau juga serial lepas. Plot ini alur ceritanya terfokus pada konflik seputar tokoh sentral. misalnya tokoh sentral berkonflik pada pasanganya, orang tuanya, dan dirinya sendiri, dan sebagainya. Namun konflik tersebut berkesinambungan dengan benang merah pada sebuah cerita, tidak terpisah-pisah. b. Plot bercabang. Multiplot ini lebih banyak dipakai untuk memuat scenario serial panjang. Plot ini jalan ceritanya sedikit melebar ketokoh lain. Meskipun begitu melebarnya cerita tidak terlalu jauh, masih berhubungan pada tokoh sentral. c. Pola Cinderella, merupakan cerita lama tentang itik buruk berubah menjadi gadis cantik. d. Pola segitiga, hubungan cinta antara tiga Protagonis e. Pola kembali, pola yang menceritakan keadaan yang menyakitkan seperti kehilangan anak atau orangtua atau dan lain sebaginya yang kahirnya kembali. f.
Pola balas dendam, isi lebih cendrung kepad apembunuhan.
g. Pola Konversi, pola bertutur mengenai kisah orang jahat yang menjadi insaf. h. Pola pengorbanan, seseorang yang berkorban demi orang lain yang ia sayangi. i.
Pola keluarga, kisah beberapa orang yang tehubung menjadi suatu keluarga.
2.3.8
Karakter atau Penokohan
Karakter atau penokohan merupakan elemen paling penting dalam film. Kedudukan pelaku dalam cerita film adalah yang terpenting, karena tentang tokoh utama dan tokoh pendukung sebuah cerita akan dituturkan. Yang terpenting pada penokohan haruslah sesuatu yang menarik, unik, dan bukan tokoh basi. Semua pelaku cerita atau tokoh harus bisa membuat penonton terpikat dan ingin
25 mengetahui jalan cerita sampai akhir.31 Secara garis besar terdapat pembagian jenis-jenis karakter yang mewarnai cerita dalam sebuah film:
a. Protagonist, karakter utama. Mewakili sisi sebaikan dan memncerminkan sifatsifat kebenaran. b. Sidekick, berpasangan dengan protagonist. Membantu setiap aktifitas yang dilakukan protagonist, biasanya karakter ini sebagai teman, guardian, penolong, atau guru. c. Antagonis, karakter yang berlawanan dengan protagonist. Biasanya bersifat jahat dan selalu ingin menyakiti protagonist dan sebagai musuh. d. Kontagonis,
karakter
yang
membantu
kegiatan
antagonis
dengan
menggagalkan langkah protagonis e. Skeptic, karakter yang tidak peduli dengan aktifitas yang dilakuakn oleh protagonist. Karakter ini selalu menganggap protagonist sebagai pecundang. Wlaupun bukan lawan tetapi selalu muncul mengacaukan segala rencana yang dijalankan protagonist.
2.3.9 Unsur Dramatik
Unsure dramatik dalam istilah lain di sebut sebagai drama turgi yakni unsurunsur yang dibutuhkan untuk melahirkan gerak dramatic pada cerita atau pada pihak pikiran penontonya.
a. Konflik, permasalahan yang diciptakan untuk menghasilkan pertentangan dalam sebuah keadaan sehingga meninggalkan kesan dramatic yang menarik. b. Suspense, ketegangan. c. Curiosity,rasa ingin tau atau penasaran penonton terhadap sebuah adegan yang kita ciptakan.
31
Misbach Yusa Biran, Teknik Menulis Skenario Film Cerita, Pustaka Jaya, Jakarta:75
26 d. Surprise, kejutan
2.3.10 Media Visual
Media gambar atau visual adalah segala seuatu yang diinformasikan bagi mata.Unsur-unsur media visual, dalam rangka penyajian cerita adalah: pelaku (aktor), set (tempat kejadian), properti dan cahaya. Artinya informasi ceritaq yang akan disampaikan kepada mata penonton adalah dengan dengan penampilan akting pelaku, dengan penampilan set, dengan pengkaitan properti dengan set atau pelaku dengan cahaya menurut penataan tertentu. Media visual pada pertunjukan film menjadi andalan utama dalam menyampaikan informasi kepada penonton. Dan unsur-unsur yang terdapat pada media visual adalah:
a.
Pelaku
Sudah kita lihat bahwa dengan melihat penampilan saja, tanpa bantuan narasi atau dialog yang menjelaskan, tokoh cerita sudah banyak memberikan banyak informasi tentang dirinya. Sesuai dengan perinsip mendahulukan menggunakan bahasa gambar. Begitu menyaksikan munculnya seorang pelaku atau faktor, maka penonton akan segera menerima banyak sekali informasi dari penampilan sang pelaku. Penonton sudah memiliki banyak rekaman di kepalanya tentang aneka penampilan manusia dengan aneka ukuran, bentuk tubuhnya dan properti yang digunakan oleh sang pelaku.
b.
Set
Pengertian set pada film bukanlah dekor, sebagaimana pada teater, tapi merupakan tempat kejadian. Set dalam film bisa merupakan kamar, ruang duduk, lapangan sepak bola, geladak, ruang dalam pesawat ruang angkasa dan sebagainya. Penonton segera akan mendapat informasi ketika melihat shot
27 sebuah gang di Kampung duri; jalan setapak di desa, ruang tamu mewah rumah di pondok indah dan sebagainya. Selain itu set juga bisa menjelaskan tentang:
1. Menjelaskan pemilik
Keadaan rumah yang akan langsung merefleksikan pemiliknya. Dengan diperlihatkan bagian depan rumah, orang segera bisa menerka status ekonomi pemiliknya. Ketika gambar memperlihatkan set bagian dalam rumah, akan didapatkan informasi bagaimana kepribadian sang pemilik rumah. Menggunakan properti pada set guna memperkaya informasi mengenai tokoh yang diceritakan.
2. Menjelaskan Tingkat Ekonomi
Untuk bisa memberikan penjelasan yang lengkap, maka suatu set haruslah memperlihatkan juga lingkungannya. Bukan hanya rumah kecil saja yang akan ditampakan pada set itu melainkan di mana wilayahnya? Wilayah apa itu? Dan sebagainya. Dengan penambahan informasi mengenai informasi yang akan disampaikan.
3. Menjelaskan Sosial Budaya
Dengan memperlihatkan tanda-tanda tertentu dari suatu tempat, penonton akan bisa mengetahui bahwa itu adalah kampung dari masyarakat petani Sunda atau rumah orang Jawa. Ciri-ciri itu haruslah yang dikenal baik secara umum oleh masyarakat penonton kita.
4. Menjelaskan Atmosfir
Sering kali suasana mood perlu ditimbulkan dalam set. Karena mungkin diperlukan untuk mendukung suasana cerita. Atmosfir adegan atau bahkan guna mendukung suasana cerita, atau bahkan guna menunjang dramatic cerita. Maka
28 perlu dibentuk suasana jiwa dan atmosfir pada set sehingga tidak hanya mendeskripsikan set hanya dengan kallimat.
c. Properti
Properti dalam dunia film terbatas pengertiannya hanya pada segala macam perlengkapan yang untuk ditambahkan pada pelaku atau tempat. Perlengkapan untuk kamera atau perlampuan dan sebaiknya tidak disebut sebagai properties. Dalam dunia film kita pun, sejak dulu digunakan property/properties
atau
singkatannya Prop saja. Properties bisa saja berupa pulpen, lukisan, payung, mobil, gretan, dasi, dan sebagainya yang masing-masing mempunyai kegunaan sendiri. Tapi ketika digunakan sebagai propeti dan dikaitkan dengan pelaku atau set, maka fungsi benda-benda itu akan berubah menjadi unsure informasi, seperti:
1. Menjelaskan status, Lingkungan social budaya
Pengertian kata status disini dimengerti, bukan saja menunjukan profesi, tapi juga kedudukan kampung, umpamanya bukanlah profesi tetapi status.
2. Menjadi sumber dramatic 3. Menjelaskan Zaman Peristiwa
Pada film kita, penggunaan property yang mendukung informasi waktu amat kurang intensif penggunaannya. Karena penggunaan property masa lampau itu mahal, kita tidak punya perusahaan yang menyewakan property kuno. Selain itu juga kurang telatenya penelitian. Unutk membentuk citra mengenai set masa lampau, hanya dengan memunculkan mobil dan motor kuno atau penggunaan sepeda model masa lampau.
d.
Cahaya
29 Cahaya adalah unsure media visual, karena dengan cahayalah informasi bisa dilihat. Cahaya ini pada mulanya hanya merupakan unsure teknis yang membuat benda bisa dilihat. Maka penyajian film disebut “painting with light”, melukis dengan cahaya. Namun dalm perkembangan bertutur dengan gambar, ternyata fungsinya berkembang semakin banyak. Yakni mampu menjadi informasi waktu, menunjang model atau atmosphere set dan bisa menunjang dramatic adegan. Unsur cahaya juga dapat menjelaskan beberapa hal, yaitu:
1. Menjelaskan waktu, siang dan malam 2. Menunjang mood dan atmosfir
2.3.11 Adegan
Adegan merupakan salah satu bentuk peranan dalam sebuah film. Adegan pada sebuah film juga merupakan segala sesuatu yang dilakukan para aktor dan aktris dalam film tersebut untuk menunjang tokoh pelaku dalam film yang di jalaninya. Adegan biasanya bisa berupa bahasa verbal dan nonverbal. Dalam film laga ini isi yang di tonjolkan di dalamnya berupa aksi-aksi secaranon verbal atau tindakan-tindakan yang ingin di tonjolkan seperti perkelahian yang lebih terstruktur gerakanya seprti pencak silat, karate, dan ilmu-ilmy bela diri lainya.
2.4 Jenis-Jenis Film
Perkembangan industry perfilman banyak menciptakan jenis film yang berbeda-beda yang mengelompokan satu dengan yang lainya sesuai selera masyarakat yang menyaksikannya. Hal ini memberikan banyak pilihan bagi masyarakat sebagai hiburan sesuai minat masyarakat.
Film banyak macam dan jenisnya, dan masing-masing film harus dipertimbangkan sesuai dengan maksud dan fungsi designya. Maka masing-masing
30 film memiliki pola artistic sendiri, dan hal itulah yang membedakan film yang satu dengan yang lainya.32 Jenis-jenis film yakni:
a)
Drama
Dalam tema ini film yang diangkat merupakan aspek-aspek Human interest. Sehingga sasaranya adalah perasaan penonton untuk meresapi kejadian yang menimpa tokoh dalam film ini. Tema ini dikaitkan dengan latarbelakang kejadianya, seperti kejadian yang terjadi disekitar keluarga maka disebut sebagai drama keluarga.
b)
Laga/ Action
Jenis film yang mengandung unsur pertengkaran secara fisik diantara tokoh jahat dan baik, pada adegan perkelahian misalnya tokoh utama bisa digantikan oleh pemeran pengganti atau stundman yang di perankan seolah-olah pelaku adalah tokoh tersebut. Begitu pula pada tokoh yang lainnya yang membutuhkan peran standman tersebut. Film ini biasanya memiliki klasifikasi penonton tertentu dilihat dari isi adegan berbahaya yang tidak bisa diterima oleh klasifikasi penonton tertentu seperti anak-anak.
c)
Komedi
Film dengan tema ini adalah jenis film yang mengutamakan sisi lucu dan menghibur. Film komedi tidak harus dimainkan oleh pelawak, tetapi juga bisa dimainkan oleh pemain biasa dan selalu menawarkan sesuatu yang dapat membuat penonton tertawa dan tersenyum. Ada dua jenis komedi yakni komedia slaptik yang memperagakan adegan konyol seperti melempar kue, maupun komedi situasi
32
Suhandang, Kustadi, Pengantar Jurnalistik, Yayasan Nusantara Cendekia, Jakarta 2004:188.
31 (situation comedy/ sitcom) yang mengalirkan adegan lucu dari situasi yang terbentuk dalam alur cerita dan irama film.
d)
Tragedi
Film yang bertemakan tragedy biasanya menitikberatkan pada nasib tokoh utama yang selamat dari perampokan atau pembunuhan dan yang lainnya.
e)
Horror (suspense Thriler)
Film horror adalah film yang menawarkan suasana menakutkan dan menyeramkan yang dapat membuat bulu kuduk penontonya merinding. Suasana dibuat sedemikian rupa dibantu dengan animasi, dan special effect ataupun dukungan dari artis-artis dalam film tersebut, sehingga dapat menimbulkan kesan mencekam dan menyeramkan.
f)
Drama action
Dalam film drama action menyuguhkan suasana drama serta dibalut dengan adegan-adegan pertengkaran fisik. Biasanya film dimulai dengan suasana drama lalu suasana tegang dengan pertengkaran-pertengakaran.
g)
Komeditragi, Suasana komedi dalam film ini ditonjolkan lebih dahulu lalu disusul dengan adegan-adegan tragis namun tetap bernuansakan komedi.
h)
Komedi Horor, Film ini menampilkan film horror yang berkembang kemudian di plesetkan menjadi film komedi. Unsur ketegangan yang bersifat menakutkan menjadi lunak karena unsur dikemas dengan adegan komedi.
i)
Drama Komedi, Merupakan jenis film yang bertemakan drama yang kental namun dibalut dengan komedi sehingga film tersebut terasa tidak membosankan.
32 j)
Parody, Jenis film ini merupakan dulikasi dari film-film tertentu yang diplesetkan (disindirkan). Jadi parody berdimensi film yang sudah ada lantas dikomedikan.
k)
Musical, Jenis film yang diisikan dengan lagu-lagu maupun irama melodius, sehingga penyutradaraan, penyuntingan, acting, termasuk dialog di konsep termasuk dalam lagu-lagu dan irama melodius.
l)
Film Dokumenter (Documentary Films) Dokumenter adalah sebutan yang diberikan untuk film pertama karya Lumiere
bersaudara yang berkisah tentang perjalanan (travelogues) yang dibuat sekitar tahun 1890-an. Tiga puluh enam tahun kemudian, kata ‘dokumenter’ kembali digunakan oleh pembuat film dan kritikus film asal Inggris John Grierson untuk film Moana (1926) karya Robert Flaherty. Grierson berpendapat dokumenter merupakan cara kreatif merepresentasikan realitas.33 Film dokumenter menyajikan realita melalui berbagai cara dan dibuat untuk berbagai macam tujuan. Namun harus diakui, film dokumenter tak pernah lepas dari tujuan penyebaran informasi, pendidikan, dan propaganda bagi orang atau kelompok tertentu. Intinya, film dokumenter tetap berpijak pada hal-hal senyata mungkin. Seiring dengan perjalanan waktu, muncul berbagai aliran dari film documenter misalnya dokudrama (docudrama). Dalam dokudrama, terjadi reduksi realita demi tujuan-tujuan estetis, agar gambar dan cerita menjadi lebih menarik. Sekalipun demikian, jarak antara kenyataan dan hasil yang tersaji lewat dokudrama biasanya tak berbeda jauh. Dalam dokudrama, realita tetap menjadi pegangan. Kini dokumenter menjadi sebuah trend tersendiri dalam perfilman dunia. Para pembuat film bisa bereksperimen dan belajar tentang banyak hal ketika terlibat dalam produksi film dokumenter. Tak hanya itu, film dokumenter juga dapat membawa keuntungan dalam jumlah yang cukup memuaskan. 33
Susan Hayward, Key Concept in Cinema Studies, 1996, hal 72
33 m)
Film Cerita Pendek (Short Films) Durasi film cerita pendek biasanya di bawah 60 menit. Di banyak negara
seperti Jerman, Australia, Kanada, Amerika Serikat, dan juga Indonesia, film cerita pendek dijadikan laboratorium eksperimen dan batu loncatan bagi seseorang/ sekelompok orang untuk kemudian memproduksi film cerita panjang. Jenis film ini banyak dihasilkan oleh para mahasiswa jurusan film atau orang/ kelompok yang menyukai dunia film dan ingin berlatih membuat film dengan baik. Sekalipun demikian, ada juga yang memang mengkhususkan diri untuk memproduksi film pendek, umumnya hasil produksi ini dipasok ke rumah-rumah produksi atau saluran televisi. n)
Film Cerita Panjang (Feature-Length Films) Film dengan durasi lebih dari 60 menit lazimnya berdurasi 90-100 menit. Film
yang diputar di bioskop umumnya termasuk dalam kelompok ini. Beberapa film, misalnya Dances With Wolves, bahkan berdurasi lebih 120 menit. Film-film produksi India rata-rata berdurasi hingga 180 menit.
2.5 Film Laga (Action)
Tema film laga sempat menjadi primadona juga di kancah perfilman Indonesia dulu, tapi seiring bangkitnya lagi dunia film kita saat ini, belum ada satu film pun yang bisa membangkitkan momentum kembalinya film aksi yang menampilkan budaya bela diri khas Indonesia ini yaitu Pencak Silat. Menilik kesuksesan Thailand dalam mempopulerkan seni bela diri khas negara mereka dalam film “Ong Bak”. Tapi lewat kepedulian beberapa anak bangsa yang telah memproduksi film berjudul “Merantau”, sebuah film yang coba membangkitkan dan mengharumkan kembali budaya Pencak Silat di perfilman Indonesia, yang juga bisa berbicara banyak di kancah mancanegara. Sesuai dengan judulnya yaitu “Merantau” tadi, sedikit banyak
34 film baru ini juga akan mengangkat cerita dari tradisi yang sangat terkenal dari masyarakat Sumatra Barat itu, sebuah budaya yang sudah tumbuh dan berkembang sejak berabad-abad silam.
Film dengan tema ini bisa dikatakan dengan film yang berisi pertarungan secara fisik antara tokoh baik dengan tokoh jahat. film ini merupkan film yang memunculkan pertarungan demi pertarungan dihadirkan dalam film ini, bahkan ada beberapa secene yang mempertontonkan seni beladiri saja tanpa ada percakapan. Penonton seprti dibawa dalam kecepatan gerak tubuh para tokoh yang sedang berkelahi. Biasanya orang2 yang suka bela diri cendrung lebih menyukai film ini.