BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN METODE PENGAMATAN
A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Prosedur Menurut MC Maryati (2008:43) prosedur diartikan sebagai berikut: “Prosedur adalah serangkaian dari tahapan-tahapan atau urut-urutan dari langkah-langkah yang saling terkait dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.Untuk mengendalikan pelaksanaan kerja agar efesiensi perusahaan tercapai dengan baik butuh sebuah petunjuk tentang prosedur kerja”. Menurut Ida Nuraida (2008:35), prosedur merupakan: a. Metode-metode yang dibutuhkan untuk menangani aktivitasaktivitas yang akan datang. b. Urutan aktivitas untuk mencapai tujuan tertentu. c. Pedoman untuk bertindak. Moekijat (1978:43) juga menyatakan bahwa pengertian prosedur adalah sebagai berikut: “Prosedur juga merupakan serangkaian tugas yang saling berhubungan yang merupakan urutan menurut waktu dan cara tertentu untuk melakukan pekerjaan yang harus diselesaikan. Urutan secara kronologis (menurut waktu) dari tugas-tugas ini merupakan ciri dari tiap prosedur.Biasanya suatu prosedur meliputi bagaimana, bilamana, dan oleh siapa masing-masing tugas harus diselesaikan”. Berdasarkan berbagai pengertian tentang prosedur di atas maka dapat disimpulkan bahwa prosedur merupakan suatu rangkaian kegiatan dari aktivitas kerja yang berupa langkah–langkah yang dapat dijadikan pedoman dalam bertindak, melaksanakan dan mengendalikan aktivitasaktivitas kerja untuk pencapaian tujuan tertentu.
2. Prosedur yang tertulis Prosedur kerja dalam setiap kantor menurut Ida Nuraida dalam bukunya Manajemen Administrasi Perkantoran (2008:35) hendaknya : a. Bersifat formal, artinya prosedur tersebut diakui oleh semua orang dalam organisasi, b. Tertulis, dan c. Prosedur hendaknya selalu terbaharui, artinya selalu up to date dengan perkembangan organisasi yang aktif dan dinamis. Namun pada kenyataannya sampai saat ini ada beberapa organisasi yang hanya membuat prosedur secara lisan karena dianggap kurang penting
atau
bahkan
sudah
diketahui
oleh
semua
anggota/pegawai.Walaupun demikian, perlu dibuatkan prosedur pelaksanaan suatu kegiatan secara tertulis dengan tujuan untuk mencegah
adanya
misunderstanding/miscommunication
memudahkan dalam
pencapaian tujuan secara
untuk
efisien.Untuk
memudahkan dalam pencapaian tujuan organisasi tersebut yang paling penting adalah setiap individu/anggota organisasi mengetahui tujuan organisasi secara jelas dengan dibuatkan prosedur secara tertulis.Hal itu dapat dijadikan pedoman tertulis dalam bertindak, khususnya bagi pegawai yang berada di level bawah.
3. Manfaat Prosedur Tertulis Menurut Ida Nuraida (2008:36-37) prosedur tertulis sangat bermanfaat bagi tingkat manajerial maupun non manajerial dalam melaksanakan fungsi manajemen pada setiap bagian/devisi. Manfaat prosedur tertulis antara lain : a. Planning-Controlling 1) Mempermudah dalam pencapaian tujuan. 2) Merencanakan secara seksama mengenai besarnya beban kerja yang optimal bagi masing-masing pegawai. 3) Menghindari pemborosan dan memudahkan penghematan biaya.
4) Mempermudah pengawasan yang berkaitan dengan hal-hal yang seharusnya dilakukan dan yang sudah dilakukan, menilai apakah pelaksanaan pekerjaan sudah sesuai dengan prosedur atau tidak. Apabila pelaksanaan pekerjaan tidak sesuai dengan prosedur maka perlu diketahui penyebabnya. Hal ini dilakukan sebagai bahan masukan dalam tindakan koreksi terhadap pelaksanaan atau revisi terhadap prosedur. Dengan adanya prosudur yang telah dilakukan maka dapat disampaikan proses umpan balik yang konstruktif.
b. Organizing 1) Mendapakan instruksi kerja yang dapat dimengerti oleh bawahan mengenai :
Bagaimana tanggung jawab setipa prosedur pada masingmasing bagian/devisi, terutama pada saat pelaksanaan kegiatan yang berkaitan dengan bagian-bagian lain. Misalnya, bagian/devisi yang terlibat dalam inventarisasi barang-barang kantor suatu perusahaan adalah bagian sarana dan prasarana serta bagian keuangan.
Bagaimana proses penyelesaian suatu pekerjaan.
2) Dihubungkan dengan alat-alat yang mendukung pekerjaan kantor serta dokumen kantor yang diperlukan. 3) Mengakibatkan arus pekerjaan kantor menjadi lebih baik dan lebih lancar serta menciptakan konsistensi kerja.
c. Staffing-Leading 1) Membantu atasan dalam memberikan training atau dasar-dasar instruksi kerja bagi pegawai baru dan pegawai lama. Prosedur mempermudah orientasi pegawai baru.sedangkan bagi pegawai lama, training juga diperlukan apabila pegawai lama harus menyesuaikan diri dengan metode dan teknologi yang baru, atau
mendapat tugas baru yang masih asing sama sekali. Dengan demikian pegawai akan terbiasa dengan prosedur-prosedur yang baku dalam suatu pekerjaan rutin di kantor yang berisi tentang cara kerja dan kaitannya dengan tugas lain. 2) Atasan perlu mengadakan conselling bagi bawahan yang bekerja tidak sesuai dengan prosedur. Penyebab ketidaksesuaian harus diketahui dan atasan dapat memberikan pengarahan yang dapat memotivasi pegawai agar mau memberikan konstribusi yang maksimal bagi kantor. 3) Mempermudah pemberian penilaian terhadap bawahan.
d. Coordination 1) Menciptakan koordinatisi yang harmonis bagi tiap departemen dan antar departemen. 2) Menetapkan dan membedakan antara prosedur-prosedur rutin dan prosedur-prosedur independen.
4. Pentingnya Prosedur Menurut MC. Mariyati (2008:43) menjelaskan tentang pentingnya prosedur dalam pekerjaan perkantoran, dijelaskan sebagai berikat : “Prosedur kerja membuat pekerjaan kantor dapat dilaksanakan lebih lancar. Sehingga waktu penyelesaian lebih cepat. Prosedur kerja juga memberikan pengawasan lebih baik tentang apa dan bagaimana suatu pekerjaan telah dilakukan. Prosedur kerja menjadikan setiap bagian berkoordinasi dengan bagian yang lain. Dengan prosedur kerja maka pekerjaan dapat dikendalikan dengan baik, dan tentu saja hal tersebut akan membuat penghematan yang besar bagi perusahaan”.
5. Informan Dalam Membuat Prosedur Dalam buku Ida Nuraida (2008:37-38) sebelum membuat prosedur kerja yang baru, kantor perlu memperbarui prosedur kerja yang ada sebelumnya. Dalam hal ini kantor perlu mengetahui informasi-informasi penting, yaitu : a. Tujuan Sebelum membuat prosedur yang baru, maka perlu diketahui tujuan utama penulisan prosedur yang akan dibuat. b. Dokumen (surat/formulir/laporan) yang diperlukan antara lain : 1) Nama dan jumlah 2) Sumber/asal 3) Tembusan/rangkap 4) Penanggung jawab 5) Waktu untuk memperoleh data dan melengkapi dokumen c. Alat/mesin/fasilitas yang diperlukan antara lain : 1) Apa dan berapa? 2) Dimana tempat memperoleh alat/mesin/fasilitas tersebut? 3) Siapa
penanggung
jawab
terhadap
penggunaan
alat/mesin/fasilitas tersebut? d. Orang/bagian/departemen yang diperlukan antara lain : 1) Siapa dan berapa orang/bagian/departemen yang melaksanakan suatu prosedur? 2) Siapa dan berapa orang/bagian/departemen yang mengawasi pelaksanaan dan pengendalian prosedur? 3) Siapa dan berapa orang/bagian/departemen yang terlibat dalam aliran barang atau aliran dokumen? 4) Perlukah pemberian pelatihan dan pengarahan tentang prosedur yang baru?
e. Tata ruang kantor yang diperlukan antara lain : 1) Bagaimana dengan tata ruang kantor? Apakah sudah cukup mendukung pelaksanaan prosedur? 2) Perlukah dilakukan pembenahan terhadap tata ruang kantor? f. Metode apakah yang memudahkan pemahaman para pelaksana? 1) Metode apakah yang memudahkan pemahaman para pelaksana? 2) Metode
apakah
yang
memudahkan
pengawasan
dan
pengendalian prosedur? g. Langkah-langkah alternatif yang diperlukan 1) Berbagai hal yang mungkin timbul dengan adanya perbedaan kondisi. 2) Alasan-alasan yang perlu dikemukakan dalam langkah-langkah alternatif. 3) Tindakan antisipasi apa yang harus dikerjakan pada waktu terjadi pengecualian.
Sebagai catatan, prosedur yang dibuat sebaiknya mencakup tindakan manajemen yang proaktif sehingga tidak hanya dipersiapkan untuk kondisi standar, akan tetapi juga dipikirkan kondisi alternatif yang mungkin terjadi, termasuk bagaimana cara mengatasi kondisi tersebut. Jika sewaktu-waktu kondisi alternatif itu terjadi, pegawai tidak mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan dan dengan segera dapat mengambil tindakan/solusi terhadap masalah tersebut.
6. Tahapan Penulisan Prosedur Berikut beberapa tahapan penulisan prosedur menurut Ida Nuraida (2014:54) adalah sebagai berikut : a. Identifikasi pekerjaan/operasi yang akan dikerjakan dan dianalisis dengan system yang sudah ada. b. Selaraskan logika prosedur yang akan dibuat dengan seluruh prosedur yang ada di Perusahaan.
c. Buat urutan langkah yang paling cocok dan logis. 1) Hindarkan penulisan yang panjang lebar. 2) Buat tiap langkah kearah penyelesaian pekerjaan. 3) Hindarkan keterlambatan, pengulangan, dan back tacking, yaitu pegawai harus kembali ke tahap awal prosedur lagi apabila mengalami hambatan di tengah-tengah pelaksanaan suatu prosedur. 4) Minimalkan duplikasi dokumen. Artinya, jangan sampai dokumen diberikan kepada orang yang tidak membutuhkan sehingga menimbulkan ketidakefisienan. 5) Cantumkan dengan jelas penanggung jawab pada setiap kegiatan dalam prosedur tersebut dab sesuaikan dengan kemampuan individu.
7. Faktor-faktor Prosedur Menurut A.S Moenir (1982:114-116) faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pembuatan prosedur ialah, sebagai berikut : a. Urutan perbuatan atau langkah-langkah hendaknya sederhana tidak berbelit-belit sehingga memperpanjang “jarak” yang harus ditempuh untuk mencapai tahap yang dimaksud; b. Urutan perbuatan atau langkah-langkah hendaknya berkaitan (relevant) dengan yang hendak dicapai; c. Faktor waktu yang hendaknya dipertimbangkan secara masak sehingga tidak membuang-buang waktu, yang justru sangat berharga; d. Mudah dilakukan oleh yang berkepentingan, dan hendaknya dengan cepat menjadi ‘kebiasaan’ dalam tingkah laku; e. Buatlah diagram, sketsa atau bentuk lain dari prosedur itu, sehingga mudah diikuti dan dipahami oleh orang yang berkepentingan;
f. Ingat bahwa prosedur merupakan juga alat pengawasan dalam pekerjaan.
Karena
itu
dalam
pembuatan
prosedur
harus
diperhitungkan adanya jaminan atas pengawasan tersebut; g. Agar prosedur dapat diawasi dan diikuti secara baik, perlu adanya kelengkapan form yang sifatnya sama.
8. Pengertian Cukai Berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007, cukai merupakan pungutan negara yang dikenakan terhadap barang-barang tertentu yang mempunyai sifat atau karateristik yang ditetapkan dalam undang-undang. Barang yang dikenakan cukai yaitu barang-barang yang mempunyai sifat atau karateristik kena cukai adalah barang yang : a. Konsumsinya perlu dikendalikan. b. Peredarannya perlu diawasi. c. Pemakaiannya dapat menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat atau lingkungan hidup.
9. Subyek dan Objek Cukai a. Subyek cukai adalah orang pribadi atau badan hukum yang melakukan kegiatan pabrikan sebagai pengusaha pajak dan memasukkan maupun mengeluarkan barang kena cukai ke dalam daerah pabean. b. Objek cukai adalah barang yang dipungut cukai antara lain : a) Etil alkohol atau etanol, dengan tidak mengindahkan bahan yang digunakan dan proses pembuatannya. b) Minuman
yang mengandung
etil
alkohol
dalam
kadar
berapapun, dengan tidak mengindahkan bahan yang digunakan dalam
proses
pembuatannya,
termasuk
konsentrat
yang
mengandung etil alkohol. c) Hasil tembakau, yang meliputi sigaret, cerutu, rokok daun, tembakau iris, dan hasil pengolahan tembakau lainnya, dengan
tidak mengindahkan digunakan atau tidak bahan pengganti atau bahan pembantu dalam pembuatannya.
10. Tujuan Pengenaan Cukai a. Mengurangi konsumsi barang-barang kena cukai misalnya rokok dan minuman alkohol. b. Mengurangi terjadinya tindak kejahatan terhadap barang-barang kena cukai seperti pemalsuan dan penyelundupan. c. Mengurangi peredaran barang kena cukai karena dianggap membahayakan kesehatan dan lingkungan. d. Sebagai penerimaan negara.
11. Barang Kena Cukai Barang-barang yang mempunyai sifat dan karateristik, yang tersebut dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 dinamakan Barang Kena Cukai sehingga harus dipungut cukai. Barang yang termasuk dalam barang kena cukai salah satunya adalah Hasil Tembakau yang terdiri dari: a. Sigaret adalah hasil tembakau yang dibuat dari tembakau rajangan yang dibalut dengan kertas dengan cara dilinting, untuk di pakai, tanpa mengindahkan bahan pengganti atau bahan pembantu yang digunakan dalam pembuatannya. Sigaret terdiri dari Sigaret Kretek Mesin (SKM) adalah Sigaret yang pembuatannya dicampur dengan cengkih atau bagiannya baik asli atau tiruan tanpa memperhatikan jumlahnya dan dalam pembuatannya mulai dari proses pelintingan sampai pelekatan pita cukai menggunakan mesin. Sigaret Putih Mesin (SPM) adalah sigaret yang pembuatannya tanpa dicampuri dengan cengkih dan kemenyan yang pembuatannya menggunakan mesin. Sigaret Kretek Tangan (SKT) adalah sigaret yang pembuatannya tanpa menggunakan mesin. Sigaret Kretek Tangan Filter (SKTF) adalah sigaret yang pembuatannya dicampuri dengan
cengkih
atau
bagiannya
dan
proses
pembuatannya
tanpa
menggunakan mesin. Sigaret Putih Tangan (SPT) adalah sigaret yang pembuatannya tanpa dicampuri dengan cengkih dan kemenyan dan dalam proses tanpa menggunakan mesin. Sigaret Putih Tangan Filter (SPTF) adalah sigaret yang pembuatannya tanpa dicampuri dengan cengkih dan kemenyan dan dalam prosesnya tanpa menggunakan mesin. Sigaret Kelembak Menyan (SKM) adalah sigaret yang pembuatannya dicampur dengan kelembak dan atau kemenyan asli maupu tiruan tanpa memperhatikan jumlahnya. b. Cerutu adalah hasil tembakau yang dibuat dari lembaran-lembaran daun tembakau diiris atau tidak, dengan cara digulung demikian rupa dengan daun tembakau, untuk dipakai, tanpa mengindahkan bahan pengganti
atau
bahan
pembantu
yang
digunakan
dalam
pembuatannya. c. Rokok daun adalah hasil tembakau yang dibuat dengan daun nipah, daun jagung (klobot), atau sejenisnya, dengan cara dilinting, untuk dipakai, tanpa mengindahkan bahan pengganti atau bahan pembantu yang digunakan dalam pembuatannya. d. Tembakau iris (TIS) adalah hasil tembakau yang dibuat dari daun tembakau yang dirajang, untuk dipakai, tanpa mengindahkan bahan pengganti
atau
bahan
pembantu
yang
digunakan
dalam
pembuatannya. e. Hasil pengolahan tembakau lainnya (HPTL) adalah hasil tembakau yang dibuat dari daun tembakau selain yang disebut dalam ciri yang tersebut yang dibuat secara lain sesuai dengan perkembangan teknologi dan selera konsumen, tanpa mengindahkan bahan pengganti
atau
pembuatannya.
bahan
pembantu
yang
digunakan
dalam
12. Pengertian Penindakan Berdasarkan PP Nomor 21 Tahun 1996, penindakan adalah untuk menjamin hak-hak negara dan dipatuhinya ketentuan Undang-undang, Pejabat Bea dan Cukai mempunyai wewenang untuk melakukan penindakan di bidang Kepabeanan sebagai upaya untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai pelanggaran ketentuan Undang-undang.
13. Tahap Penindakan a. Penghentian dan pemeriksaan terhadap sarana pengangkut; b. Pemeriksaan terhadap barang, bangunan atau tempat lain, surat atau dokumen yang berkaitan dengan barang, atau terhadap orang; c. Penegahan terhadap barang dan sarana pengangkut; dan d. Penguncian, penyegelan, dan/atau pelekatan tanda pengaman yang diperlukan terhadap barang maupun sarana pengangkut.
B. Metode Pengamatan Berdasarkan dari Perumusan dan Tinjauan Pustaka yaitu untuk mengetahui bagaimana prosedur penindakan peredaran hasil tembakau ilegal di Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Surakarta, maka dalam pengamatan ini terdapat beberapa hal yang menyangkut masalah tata kerja untuk memenuhi objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan, antara lain : 1. Lokasi Pengamatan Lokasi pengamatan ini dilakukan di Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe madya Pabean B Surakarta di Jalan L.U Adi Sucipto No. 36 Blulukan, Colomadu, Karanganyar, Surakarta 57174 nomor telepon (0271) 719601, fex (0271) 713346.
Penulis mengambil pengamatan di Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Surakarta tersebut dengan alasan sebagai berikut : a. Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Surakarta merupakan satu-satunya kantor yang mengawasi dan melayani bea dan cukai se-eks karesidenan Surakarta sehingga segala aktivitas tentang beadan cukai di wilayah eks-karesidenan Surakarta seperti Boyolali, Sragen, Karanganyar, Sukoharjo, dan Wonogiri terpusat di kantor tersebut. Maka dari itu penulis akan mendapat lebih banyak informasi dan data yang diolah di Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Surakarta. Informasi dan data yang diambil dapat menjadi penunjang kelancaran dalam pembuatan tugas akhir. b. Karena belum banyak masyarakat awam yang tau tentang penindakan peredaran hasil tembakau ilegal dan belum ada yang membahan tentang penindakan peredaran hasil tembakau ilegal maka penulis tertarik untuk mengambil judul Tugas akhir Prosedur Penindakan Peredaran Hasil Tembakau Ilegal di Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Surakarta.
2. Jenis Pengamatan Jenis pengamatan yang digunakan penulis dalam penulisan Tugas Akhir adalah dengan menggunakan metode pendekatan deskriptif kualitatif. Menurut Sutopo (2002:35). “Karakteristik metodelogi kualitatif salah satunya memusatkan pada deskriptif yaitu penelitian kualitatif melibatkan kegiatan ontologis.Data yang dikumpulkan terutama berupa kata-kata, kalimat atau gambar yang memiliki arti lebih dari pada sekedar angka atau frekuensi.Peneliti menekankan catatan yang menggambarkan situasi sebenarnya guna mendukung penyajian data.Jadi dalam mencari pemahaman, penelitian kualitatif cenderung tidak memotong halaman cerita dan data lainnya dengan symbol-symbol angka.Peneliti berusaha
menganalisis data dengan semua kekayaan wataknya yang penuh nuansa, sedekat mungkin dengan bentuk aslinya seperti pada waktu dicatat”. Dengan menggunakan metode pengamatan deskriptif, kualitatif, maka penulis berharap memperoleh informasi-informasi dengan utuh sehingga dapat menggambarkan realitas yang ada secara terperinci dan mendalam.
3. Penentuan Sampel dan Sumber Data a. Teknik Penentuan Sampel Dalam penentuan sampel ini penulis menggunakan metode purposive sampling yaitu memilih beberapa pegawai di Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Surakarta yang dianggap mengetahui atau mengerti terhadap masalahmasalah apa saja yang menjadi kendala dalam penindakan peredaran hasil tembakau ilegal tersebut. Dengan melakukan wawancara kepada pegawai tersebut maka penulis akanmengetahui permasalahan apa saja yang perlu di bahas dalam pembahasan nantinya. b. Sumber Data Menurut Sutopo (2002:49), “Pemahaman mengenai berbagai sumber data merupakan bagian yang sangat penting bagi peneliti karena ketepatan memilih dan menentukan jenis sumber data yang akan menentukan ketetapan dan kekayaan data atau informasi yang diperoleh. Data tidak akan diperoleh tanpa adanya sumber data. Betapapun menariknya suatu permasalahan atau topik penelitian, bila sumber datanya tidak tersedia, maka ia tidak akan punya arti karena tidak akan bisa diteliti dan dipahami”. Menurut Sutopo (2002:50), “Dalam penelitian kualitatif posisi sumber data manusia (narasumber) sangat penting perannya sebagai individu yang memiliki informasinya. Peneliti dan narasumber di sini memiliki posisi yang sama, narasumber bukan sekedar memberikan tanggapan pada yang minta peneliti, tetapi ia bisa lebih arah dan selera
dalam penyajian informasi yang ia miliki. Karena posisi ini, sumber data yang berupa manusia di dalam penelitian lebih tepat disebut sebagai informan daripada sebagai responden”. Informasi yang menjadi narasumber dalam penulisan tugas akhir ini yaitu Kepala Bagian Penindakan dan Penyidikan di Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Surakarta, namun dalam teknik wawancara penulis disarankan oleh Kepala bagian Penindakan dan Penyidikan untuk bertanya kepada pegawai yang berada di lingkungan KPPBC Tipe Madya Pabean B Surakarta khususnya bagian Penindakan dan Penyidikan yang mengurusi penindakan hasil tembakau ilegal. Sumber data dalam penulisan tugas akhir ini adalah : 1) Informan Informan adalah objek penting dalam sebuah penelitian. Informan
adalah
orang-orang
yang
dimanfaatkan
untuk
memberikan informasi tentang situasi dan kondisi permasalahan yang akan di bahas, tanpa informan kita tidak akan mendapatkan informasi-informasi yang kita butuhkan. Narasumber dalam pengamatan ini adalah para pegawai Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Surakarta. Penulis mendapatkan informasi tentang penindakan hasil tembakau ilegal dengan cara melakukan wawancara dengan salah satu pegawai di Kantor Pengawan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Surakarta pada bagian Penindakan dan Penyidikan yang dirasa sangat memahami prosedur penindakan peredaran hasil tembakau ilegal. 2) peristiwa / aktifitas Penulis dapat melakukan pengamatan terhadap aktivitas apa saja yang dilakukan oleh para pegawai di kantor tersebut. Keadaan lingkungan kantor baik perilaku, kesehatan lingkungan maupun
kelengkapan alat atau benda di lokasi dapat menjadi suatu kajian bagi penulis sebagai data yang menarik. 3) Dokumen Dokumen
adalah
tulisan
yang
memuat
informasi
didalamnya. Dokumen dapat berupa arsip suatu kantor atau perusahaan. Menurut H.B. Sutopo (2002:51), “Data atau informasi yang dapat dikumpulkan dari peristiwa, aktivitas, atau perilaku sebagi sumber data yang berkaitan dengan sasaran penelitiannya. Dari pengamatan pada peristiwa atau aktivitas, peneliti bisa mengetahui proses bagaimana sesuatu terjadi secara lebih pasti karena menyaksikan sediri secara langsung”.
4. Teknik Pengumpulan Data Sesuai dengan bentuk pendekatan penelitian kualitatif dan sumber data yang akan digunakan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan analisis observasi, wawancara dan dokumen. Untuk mengumpulkan data dalam kegiatan penelitian memerlukan cara tertentu, sehingga proses penelitian dapat berjalan dengan lancar. Atas dasar konsep tersebut maka ketiga teknik pengumpulan data di atas diguanakn dalam pengamatan ini : a. Observasi Menurut H.B. Sutopo (2002:64), “Teknik observasi digunakan untuk menggali data dan yang berupa peristiwa, tempat, atau lokasi, dan benda, serta rekaman gambar. Observasi dapat dilakukan baik secara langsung atau tidak langsung.Pada observasi ini dapat dilakukan dengan mengambil peran atau tak berperan”. Menurut H.B. Sutopo (2002:67), “Observasi berperan aktif. Tidak sebagaimana halnya dengan observasi berperan pasif, observasi berperanaktif ini merupakan cara khusus dan peneliti tidak bersikap
pasif sebagai pengamatan, tetapi memainkan sebagai peran yang memungkinkan berbagai peran yang dimungkinkan dalam suatu situasi yang berkaitan dengan penelitiannya, dengan mempertimbangkan akses
yang bisa
diperolhnya
yang bisa
dimanfaatkan
bagi
pengumpulan data. Peneliti behkan bisa berperan tidak hanya dalam bentuk
berdialog
atau
bercakap-cakap
yang
mengarah
pada
pendalaman dan kelengkapan datanya, tetapi juga bisa mengarahkan peristiwa-peristiwa yang sedang dipelajari demi kemantapan datanya”. b. Wawancara Menurut H.B. Sutopo (2002:58), “untuk mengumpulkan informasi dari sumber data ini diperlukan teknik wawancara, yang dalam penelitian kualitatif khususnya dilakukan dalam bentuk wawancara mendalam. Teknik wawancara ini merupakan teknik yang paling banyak digunakan dalam penelitian kualitatif, terutama pada penelitian lapangan.Secara umum kita mengenal ada dua jenis wawancara, yaitu wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur
yang
disebut
wawancara
mendalam
(in-depth
interviewing)”. Menurut H.B. Sutopo (2002:58), “Tujuan utama melakukan wawancara adalah untuk menyajikan konstruksi saat sekarang dalam suatu konteks mengenai para pribadi, peristiwa, aktivitas, organisasi, perasaan, motivasi, tanggapan atau persepsi, tingkat dan bentuk keterlibatan, dan sebagainya, untuk merekonstruksi beragam hal seperti itu sebagai bagian dari pengalaman masa lampau, dan memproyeksikan hal-hal itu dikaitkan dengan harapan yang bisa terjadi di masa yang akan datang”. Menurut H.B. Sutopo (2002:59), “ wawancara di dalam penelitian kualitatif pada umumnya tidak dilakukan secara terstruktur ketat dan dengan pertanyaan tertutup seperti di dalam penelitian kuantitatif, tetapi dilakukan secara tidak terstruktur atau sering disebut sebagai teknik “wawancara mendalam”. Dengan demikian wawancara
dilakukan dengan pernyataan yang bersifat “open-ended”, dan mengarah pada kendalaman informasi, serta dilakukan dengan cara yang tidak secara formal terstruktur, guna menggali pandangan subyek yang diteliti tentang banyak hal yang sangat bermanfaat untuk menjadi dasar lagi penggalian informasinya secara lebih jauh dan mendalam”. c. Dokumen Menurut H.B. Sutopo (2002:54), “ Dalam mengaji dokumen, peneliti sebaiknya tidak hanya mencatat apa yang tertulis, tetapi juga berusaha menggali dan menangkap maknanya yang tersirat dari dokumen tersebut. Oleh karena itu, dokumen dan arsip bukan hanya menjadi sumber data yang penting bagi penelitian kesejarahan, tetapi juga dalam penelitian kualitatif pada umumnya”. Teknik ini akan dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari dokumen dan berbagai arsip yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dikaji, yaitu tentang prosedur penindakan peredaran hasil tembakau ilegal di Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Surakarta.
5. Teknik Analisa Data Analisa data dilakukan untuk mengolah data sedemikian rupa sehingga dapat menyimpulkan persoalan yang diajukan dalam menyusun hasil pengamatan ini. Menurut H.B. Sutopo (2002:186), “Dalam pengamatan ini teknik pengamatan data menggunakan model interaktif yaitu setelah data terkumpul kemudian dilakukan analisis melalui 3 (tiga) komponen, yaitu reduksi data, penyaji data, serta penarikan kesimpulan dan verifikasi”. Ketiga komponen tersebut saling berkaitan dengan proses pengumpulan data sehingga merupakan suatu siklus. Komponen-komponen dan analisis data tersebut dijelaskan sebagai berikut :
a. Reduksi Data Menurut
H.B.
Sutopo
(2002:91),
“Reduksi
merupakan
komponen pertama dalam analisis yang merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan pengabstrakan data kasar yang muncul dari catatan tertulis di lapangan. Dalam proses ini berlangsung terus sepanjang pelaksanaan pengamatan data sampai laporan akhir pengamatan selesai disusun”. b. Sajian Data Menurut H.B. Sutopo (2002:92), “ sajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam bentuk narasi yang memungkinkan simpulan penelitian dapat dilakukan. Sajian data harus mengacu pada rumusan masalah yang telah dirumuskan sebagai pertanyaan pengamatan, sehingga narasi yang tersaji merupakan deskripsi mengenai kondisi rinci untuk menceritakan dan menjawab setiap permasalahan yang ada”. c. Penarikan Simpulan dan Verifikasi Menurut H.B. Sutopo (2002:93), “Simpulan perlu diverifikasi agar cukup mantap dan benar-benar bisa dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu perlu dilakukan aktivitas pengulangan untuk tujuan pemantapan, penelusuran data kembali dengan cepat, mungkin sebagai akibat pikiran kedua yang timbul melintas pada peneliti pada waktu menulis sajian data dengan melihat kembali sebentar pada catatan lapangan. Verifikasi juga dapat berupa kegiatan yang dilakukan dengan lebih mengembangkan ketelitian, misalnya dengan cara berdiskusi, atau saling memeriksa atar teman (terutama bisa penelitian dilakukan secara kelompok untuk mengembangkan apa yang disebut konsesus atar subjektif). Verifikasi bahkan juga dapat dilakukan dengan usaha yang lebih luas yaitu dengan melakukan replikasi dalam satuan data yang lain. Pada dasarnya makna data harus diuji validasinya supaya simpulan penelitian menjadi lebih kokoh dan lebih dipercaya.