BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR
2.1 DINDING Dinding merupakan salah satu elemen bangunan yang membatasi satu ruang dengan ruang yang lainnya. Dinding memiliki fungsi sebagai pembatas ruang luar dengan ruang dalam, sebagai penahan cahaya, angin, hujan, debu dan lain – lain. yang bersumber dari alam, sebagai pembatas ruang di dalam rumah, pemisah ruang yang bersifat pribadi dan ruang yang bersifat umum dan sebagai fungsi artistik tertentu. Terdapat tiga jenis dinding, yaitu (Sahid,2010) : 1. Dinding Struktural Dinding sebagai struktur bangunan (bearing wall). Dinding ini berperan untuk menopang atap dan sama sekali tidak menggunakan cor beton untuk kolom (besi beton). Bahan dinding struktur yang biasa digunakan pada suatu bangunan adalah batu bata. 2. Dinding non struktural Dinding ini adalah dinding yang tidak menopang beban, hanya sebagai pembatas, apabila dinding ini dirobohkan maka bangunan tetap berdiri. Beberapa material dinding non-struktural diantaranya seperti batu bata, batako, bata ringan, kayu dan kaca.
II - 1
ARIFATUL HUSNA (41114120079)
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR
3. Dinding partisi atau Penyekat Dinding penyekat adalah batas vertical yang ada di dalam ruangan (interior). Bahan-bahan yang digunakan untuk dinding partisi ini antara lain gypsum, papan kalsium, triplek dan kayu. 2.2 BATU BATA KONVENSIONAL 2.2.1 MATERIAL BATU BATA Batu bata merupakan salah satu bahan material sebagai bahan pembuat dinding. Batu bata terbuat dari tanah liat yang dibakar sampai berwarna kemerahmerahan. Seiring perkembangan teknologi, penggunaan batu bata semakin menurun. Munculnya material-material baru seperti gypsum, bambu yang telah diolah, cenderung lebih dipilih karena memiliki harga lebih murah dan secara arsitektur lebih indah. Jenis Batu Bata 1.
Batu Bata Tanah Liat, terbuat dari tanah liat dengan 2 kategori yaitu bata biasa dan bata muka.
2.
Bata biasa, memiliki permukaan dan warna yang tidak menentu, bata ini digunakan untuk dinding dengan menggunakan mortar (campuran semen) sebagai pengikat. Bata jenis ini sering disebut sebagai bata merah.
3.
Bata muka, memiliki permukaan yang baik dan licin dan mempunyai warna dan corak yang seragam. Disamping digunakan sebagai dinding juga digunakan sebagai penutup dinding dan sebagai dekorasi.
4.
Batu Bata Pasir – Kapur, sesuai dengan namanya batu bata ini dibuat dari campuran kapur dan pasir dengan perbandingan 1 : 8 serta air yang ditekankan kedalama campuran sehingga membentuk batu bata
II - 2
ARIFATUL HUSNA (41114120079)
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR
2.2.2
CARA PEMASANGAN DINDING BATA Pemasangan bata sebagai dinding rumah merupakan pekerjaan yang perlu mendapatkan perhatian terutama pada pekerjaan pasangan bata yang ditujukan untuk pembuatan dinding. Dalam pemasangannya, disamping kerapian pekerjaan
harus diperhatikan dari segi kekuatan, kelurusan
pasangan, ketegakan dan pengaruh kesikuan terhadap ruangan dan yang perlu
diperhatikan juga adalah keamanan sewaktu pemasangan dan juga efesiensi pemakaian material. Berdasarkan (Mahdi W, 2015) untuk mendapatkan kualias material yang baik beberapa faktor yang harus diperhatikan saat pelaksanaan pekerjaan pasangan bata adalah sebagai berikut :
1. Kualitas Material a) Memastikan bata yang dipakai adalah bermutu baik, secara visual anda dapat lihat bata yang bagus adalah berwarna coklat tua dan bata tidak cepat rapuh. Pastikan permukaan tidak terlalu rapat karena akan menyulitkan penyerapan permukaan bata terhadap mortar sehingga ikatan akan kurang baik. b) Batu bata kadang ditemukan dalam berbagai ukuran dan lebar yang tidak sama, baik panjang, lebar dan ketebalan. Ukuran batu bata yang anda miliki harus diperhatikan, jika anda mendapatkan bata dari supplier yang berbeda dengan ukuran bata yang berbeda, lakukan pemisahan pemasangan supaya pasangan bata kelihatan rapi . c) Melakukan pengecekan kekedapan air pada bata sebelum pemasangan batu bata. Jika bata terlalu kering lakukan perendaman bata sekitar 510 menit hingga tercapai jenuh permukaan kering pada bata, hal ini II - 3
ARIFATUL HUSNA (41114120079)
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR
dilakukan supaya tingkat penyerapan bata terhadap air campuran adukan/mortar tidak terlalu cepat, karena pengeringan yang terlalu cepat mengakibatkan kekuatan ikatan tidak baik. Jika bata dalam keadaan basah jangan terlalu dipaksakan untuk dipasang, tunggu permukaan bata agak kering. Permukaan yang terlalu basah mengakibatkan bata akan jenuh menyerap adukan mortar sehingga akan memungkinkan adukan akan meleleh dan air semen akan terbuang dari pasangan. Dan jika bata terlalu kering maka akan menimbulkan penyerapan yang terlalu cepat, yang akan menimbulkan pengikatan tidak terlalu bagus. d) Melakukan penumpukan material batu bata dekat area dinding yang dipasangkan. Penumpukan material tidak boleh terlalu jauh dan tidak terlalu dekat sehingga menyulitkan pemasangan. Batu bata ditumpuk harus beraturan, supaya memudahkan pengambilan oleh tukang pasang. Untuk pemotongan, harus disediakan satu orang khusus yang melakukan pemotongan e) Memastikan adukan mortar menggunakan pasir yang baik dengan gradasi yang bagus. Pasir juga dianjurkan tidak banyak mengadung butiran batu dan juga tidak banyak mengandung lumpur. Pastikan pengadukan dilakukan dengan perbandingan campuran dengan seimbang sesuai dengan yang diisyartakan. Biasanya campuran 1:3, 1:4 dan 1:5. f) Membuat adukan harus diperhatikan secar benar, jangan membuat adukan dalam volume yang terlalu banyak, maksudnya harus diseimbangkan antara volume adukan dengan volume pemasangan . II - 4
ARIFATUL HUSNA (41114120079)
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR
Jika volume adukan terlalu banyak, dikhawatirkan adukan/ mortar sempat mengering.
2. Kelengkapan Peralatan 1. Memastikan semua peralatan yang dibutuhkan sudah lengkap. Perlengkapan dari mulai pengadukan, alat pasang, alat potong dan juga alat penghantar material harus tersedia dengan jumlah yang cukup dan kondisi yang baik. 2. Memastikan perlengkapan benang tukang, paku dan waterpass, yang diperlukan untuk pembuatan garis pandu dan pengecekan kelurusan dan ketegakan pasangan bata sudah tersedia. 3. Untuk posisi pemasangan dinding bata pada posisi yang sudah tinggi, harus disediakan scafolding ataupun perancah kayu dipasang dalam kondisi kuat dan posisi yang tidak terlalu jauh dengan dinding yang dipasang. Hindari pemasangan perancah yang bersingggungan langsung dengan dinding yang baru dipasang karena dikhawatirkan bisa membuat pasangan akan roboh/jatuh.
3. Pelaksanaan Pemasangan 1. Mengecheck posisi penempatan dinding yang akan dikerjakan dan chek kondisi pondasi penempatan dinding apakah sudah kondisi baik. 2. Kondisi pondasi/ sloof harus bersih dan mempunyai alur pengikatan antara sloof ke pasangan bata. Jika terdapat kotoran atau lumpur pada sloof harus dibersihkan supaya pengikatan dinding dengan sloof terikat dengan baik. Demikian juga halnya pada kolom harus II - 5
ARIFATUL HUSNA (41114120079)
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR
dipastikan tersedia angkur untuk pengikatan ke dinding (biasanya angkur menggunakan besi 10 mm yang ditanamkan ke kolom sewaktu pengecoran dan muncul dengan panjang antara 15 – 20 cm). 3. Jika kondisi sloof dan kolom sudah baik, kemudian lakukan pembuatan
garis
benang pada
bagian
dinding
yang akan
dipasangkan. Untuk garis lurus secara horizontal dilakukan pembuatan benang pada salah satu sisi bagian pinggir bata yang akan dipasang, dilakukan dengan penarikan benang dari ujung ke ujung dinding. Untuk ketegakan dibuat garis tegak lurus secara vertical terhadap benang horizontal yang sudah dibuat, pembuatan garis vertical dapat dibuat pada kolom yang ada ataupun pembuatan mal bantu dikedua ujung dinding yang akan dipasangkan . 4. Jika benang horizontal pada pemasangan awal sudah terpasang. kemudian mulai memasang bata pada kedua ujung bagian dinding yang akan dipasangkan, kemudian dilanjutkan mulai satu demi satu hingga tercapai sambungan dari ujung ke ujung. Lakukan pengecekan leveling diatas batu bata yang sudah terpasang dan pastikan semua pasangan bata semuanya dalam keadan rata. Jika sudah rata maka ini adalah menjadi panduan untuk memasang ketingkat berikutnya. Harus dipastikan ketebal mortar tetap sama dan demikian juga pengisian mortar antar bata harus sama. 5. Jika saat pemasangan terdapat perbedaan ketinggian bata, maka untuk mendapatkan kerataan dapat dilakukan dengan memukul ujung bata dengan pelan sampai bata tetap rata, pemukulan dapat dilakukan dengan kondisi adukan masih dalam keadaan basah. Jika II - 6
ARIFATUL HUSNA (41114120079)
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR
adukan/ mortar sudah kering maka mortar harus diambil dan diganti dengan adukan/mortar baru. 6. Jika bata sudah dipasangkan dalam beberapa rangkaian, kadang adukan/mortar ada yang berlebih atau sampai melelh hingga keluar dari sisi pinggir pasangan, jika itu terjadi adukan berlebih harus segera di ratakan dengan menggunakan sendok semen supaya permukaan tetap rata , jangan biarkan sempat mengering karena hal ini sangat mempengarui kerapian dan kerataan dinding saat pelaksanaan plesteran. 7. Setelah mendapatkan beberapa tingkatan pasangan bata yang sudah dipasangkan yang telah terhubung dari ujung keujung bagian dinding yang dipasangkan, kemudian harus menarik garis horizontal dari ujung ke ujung pada garis vertical yang dibuat untuk mendapatkan ketegakan dinding. Pemasangan benang horizontal dapat dilakukan setiap 50 cm . Pastikan tetap memasangkan dalam 1 garis lurus sesuai dengan benang yang dipasangkan sehingga didapatkan ketegakan dinding yang baik dan kondisi pasangan tetap rapi sampai posisi atas.
4. Pemeliharaan 1. Jika pemasangan dinding sudah selesai sampai level yang diinginkan,
pasangan
harus
dipelihara
dari
benturan
atau
pembebanan sampai kondisi ikatan sudah benar benar kering.
II - 7
ARIFATUL HUSNA (41114120079)
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR
2. Jika ada bekas adukan/mortar dibawah pasangan yang menumpuk harus segera dibersihkan, jangan sampai mengering karena bisa menjadi pekerjaan tambahan saat pelaksanaan pemasangan lantai. 3. Jika pemasangan baru selesai dilakukan, anda perlu juga membuat pengaman atau tanda supaya pasangan tersebut tidak disentuh atau di bentur oleh orang yang lewat.
2.3 DINDING PARTISI 2.3.1 PENGERTIAN DINDING PARTISI Partisi atau sekat adalah pembatas ruangan yang flexible. Penyekat yang dapat dipasang dan dipindah sesuai keinginan. Penggunaan partisi sebagai pembatas ruangan dimana ruangan satu dengan yang Partisi lainnya mempunyai fungsi yang berbeda. Selain fungsi pembatas ruangan, partisi juga dapat difungsikan sebagai aksen dekoratif untuk mengkonsep interior seperti Backdrop sehingga keberadaannya dapat membuat kesan lebih hidup suatu ruangan, kesan kosong dapat dihindari berkat hadirnya backdrop. Sebagai tempat penyimpanan, adalah fungsi lain dari partisi, dengan ketebalan tertentu partisi dapat diberikan cerukan terbuka ataupun cerukan berpintu sehingga menyerupai bufet atau almari yang mempunyai desain dua muka sehingga ruangan yang berada didepan dan dibelakangnya menjadi terlihat lebih menarik. Dengan desain yang variatif, partisi hadir dengan berbagai material seperti kayu, rotan, kaca, bambu, kain panel, aluminium dan lain-lain. Penggabungan material tersebut diharapkan menghasilkan tampilan partisi yang cantik, sehingga menjadi elemen penunjang interior.
II - 8
ARIFATUL HUSNA (41114120079)
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR
Partisi
hadir
dalam
berbagai
macam
model/bentuk,
seiring
perkembangan desain interior, partisi juga berkembang menjadi lebih banyak bentuk dan ragam. Jika anda pergi ke toko furniture, anda akan melihat bentuk/model dari partisi tersebut. Tapi, ada berapa jenis dari partisi itu sendiri. Untuk jenis partisi, ada beberapa model, berikut informasinya : 1.
Permanen, maksud dari kata permanen disini adalah partisi yang dibuat khusus yang tidak dapat dipindahkan kecuali dengan dibongkar. Biasanya partisi jenis ini dibuat menyatu dengan struktur bangunan, seperti bisa menyatu dengan rangka plafon, dengan struktur dinding, dan lainnya. Begitupun dengan rancangannya, biasanya mengikuti rencana desain bangunannya.
2.
Non permanen, artinya adalah partisi yang ukurannya, bentuknya, dan modelnya fleksibel dan mudah untuk dipindah-pindahkan. Biasanya, partisi jenis ini kerapkali berubah fungsi. Sekali Waktu bisa menjadi backdrop ataupun hanya sebagai penutup ruang.
3.
Masif, jenis partisi yang seperti ini berfungsi meminimalisasi kemungkinan bocornya tampilan, baik secara visual maupun audio. Selain itu, berfungsi juga sebagai pembatas ruang yang menampung kegiatan yang berprivasi tinggi.
4.
Transparan, batas ruang yang dari kaca memungkinkan ruang dibuat dengan alur sirkulasi yang menerus dan menyatu. Pemakaian kaca sebagai penanda batas ruang juga memudahkan anda mengetahui apa yang terjadi dalam ruang yang lain. Partisi ini cocok untuk anda yang mempunyai anak kecil, anda bisa memantau mereka dengan baik. II - 9
ARIFATUL HUSNA (41114120079)
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR
5.
Semi Transparan, Dengan mengkombinasikan material yang punya karakter transparan dengan material yang dikenal bersifat tertutup sering menjadi solusi untuk sekat dan partisi semi transparan, ada kalanya kita membutuhkan penutup, namun, tetap bisa ditembus sinar matahari, atau hanya ingin sekedar bisa melihat kondisi di sekitarnya.
2.3.2 MATERIAL PARTISI Gypsum board atau papan gypsum pertama kali diperkenalkan pada tahun 1920-an, dan telah mengubah pandangan tentang konstruksi dinding interior. Gypsum board ini juga dikenal sebagai drywall/sheetrock atau papan gypsum/dinding gypsum. Bahan baku untuk drywall adalah gypsum yang merupakan mineral abu-abu keputihan juga dikenal sebagai kalsium sulfat. Zat ini, ditambang dari tanah, berisi kristal air sekitar 20% hal ini yang memberikan papan gypsum lebih tahanan terhadap api. Setelah ditambang, material gypsum dihancurkan dan dikeringkan, kemudian dilakukan proses calcination pada gypsum, pada proses ini mengurangi kandungan kristal air. Ini memakan waktu sekitar setengah jam. Langkah selanjutnya adalah menambahkan air dan bahan lainnya untuk membentuk Plaster Paris (Dinamai setelah deposit gypsum besar di Montmartre di Paris). Plester kemudian terjepit di antara dua lembar kertas diperlakukan khusus untuk membentuk papan dinding selesai.
Papan gypsum tersedia dalam berbagai ukuran, tetapi yang paling umum adalah lembaran tebal 8 – 12 mm, dengan ukuran 1.2 m x 2.4 m. Namun ukuran papan gypsum bisa disesuaikan dengan kebutuhan. II - 10
ARIFATUL HUSNA (41114120079)
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR
Ada banyak keuntungan dari penggunaan gypsum board dibandingkan dengan dinding plester tradisional. Gypsum board atau papan gypsum biasa digunakan untuk dinding ruangan dan partisi ruangan/(partisi gypsum), memiliki bentuk yang padat dan kering sehingga sangat memudahkan proses pemasangan atau konstruksinya. Tidak perlu membutuhkan waktu lama untuk menunggu plester untuk kering. Dan konstruksi atau pengerjaan tidak tergantung cuaca. Partisi gypsum adalah partisi yang terbuat dari bahan gypsum yang digunakan di kantor-kantor untuk memisahkan berbagai area. Partisi ini sangat efisien karena selain materialnya yang lebih ringan dari kayu dan lebih tidak berbahaya daripada kaca, gypsum juga mempunyai harga yang lebih murah. Partisi gypsum mempunyai berbagai macam desain sehingga partisi ini sangat fleksibel. Partisi gypsum sama sekali tidak kalah saing dengan beberapa temannya dalam memberikan fungsi partisi di dalam kantor. Mereka sama-sama dapat membagi ruangan menjadi beberapa bagian dan membuat karyawan di dalamnya menjadi lebih nyaman sekaligus membuat Anda memiliki partisi yang lebih ringan serta aman karena Anda tidak perlu takut partisi ini akan pecah. Partisi gypsum sudah sangat umum dipasaran sehingga untuk menemukannya tidak sulit. Adapun Manfaat lain dari penggunaan gypsum board: 1.
Harga gypsum board/papan gypsum lebih murah dan tidak memerlukan pengerjaan yang rumit.
2.
Perawatan dan perbaikan gypsum lebih mudah. II - 11
ARIFATUL HUSNA (41114120079)
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR 3.
Memiliki berat yang jauh lebih ringan dari dinding plaster, tekanan pada struktur dinding konstruksi lebih ringan.
4.
Papan gypsum lebih tahan terhadap api.
5.
Cara Pembuatan Gypsum
2.3.3 JENIS PAPAN GYPSUM Gypsum board/Papan gypsum juga memiliki berbagai macam merek antara lain, gypsum jayaboard, gypsum elephant, gypsum knauf dan gypsum aplus, dengan jenis sebagai berikut : 1.
Tipe X, memiliki ketahanan terhadap panas atau api.
2.
Jenis Vapor Barrier, biasanya dilengkapi dengan foil untuk menahan kelembaban.
3.
Inti papan gypsum anti air, biasa digunakan di dapur dan kamar mandi
4.
Papan gypsum Exteror , untuk digunakan di langit-langit eksterior, sofit dan atap Keuntungan tersebut dapat memudahkan para perancang dalam
membangun konstruksi ruangan dan partisi ruangan kantor atau rumah. 1. Dengan memilih partisi berjenis temporer maka akan ada banyak fungsi yang bisa dihasilkan, salah satunya sebagai unsur dekorasi yang dapat memberikan keindahan pada ruangan dan berikutnya bisa menambah nilai estetis yang tinggi jika dibandingkan dengan penggunaan dinding tembok yang biasa. 2. Jika ingin membuat pembatas ruangan yang bersifat sementara sebaiknya memilih partisi yang mudah untuk dipindah - pindah dan
II - 12
ARIFATUL HUSNA (41114120079)
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR
digerakkan karena dengan memasang partisi seperti itu sirkulasi udara tidak akan terganggu dan sangat mudah dibongkar - pasang. 3. Untuk rumah yang mempunyai ruangan tinggi bisa memakai folding door yang berbahan alumunium dengan lapisan kain/busa . Dengan adanya folding door yang tinggi maka ruangan sebelah tidak akan terganggu dengan adanya suara yang kencang. Kemudian bisa tambahkan roda pada setiap penyangganya agar mudah dipindahkan 2.3.4 CARA PEMASANGAN DINDING PARTISI Proses Pelaksanaan Pekerjaan Dinding Partisi Gypsum adalah sebagai berikut : 1) BAHAN/PRODUK Gypsum Board : Boral gypsum Australian gypsum, (KNAUF). Jayaboard Bahan rangka : Double Metal hollow 40x40 mm / Metal Furring yang disetujui Perencana/Konsultan Management Konstruksi. Tebal bahan minimum 9 mm, masing-masing dipasang muka dan belakang. Nilai batas deformasi yang diizinkan 2 mm. Bahan yang diproses pabrikan harus
diseleksi terlebih dahulu dengan seksama
sesuai bentuk toleransi, ukuran, ketebalan, kesikuan, kelengkungan dan pewarnaan yang disyaratkan. Persyaratan bahan yang digunakan harus memenuhi ketentuanketentuan/persyaratan dari pabrik yang bersangkutan. II - 13
ARIFATUL HUSNA (41114120079)
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR
Bahan Pelapis : Dari
bahan
gypsum
board
produk
yang
disetujui
Perencana/Konsultan Management Konstruksi, tebal bahan 12 mm sesuai yang ditunjukkan dalam detail gambar. Pemasangan pada bagian luar/dalam difinish, ketebalan dinding partisi 2 sisi 10,4 cm. Accessories Angkur, sekrup, pelat, baut jika ada harus digalvanis. Untuk rangka induk/pokok, angker dipakai galvanis steel plate ketebalan 2 mm. Bahan pelengkap lain harus sesuai persyaratan, dan sesuai dengan ukuran panel dan material rangka panel yang dipasang. Bahan finishing Finishing gypsum board dicat dengan Emulsi Acrylic. 2) PELAKSANAAN 1. Sebelum melaksanakan pekerjaan, Kontraktor diwajibkan untuk
meneliti gambar-gambar yang ada dan kondisi dilapangaan (ukuran dan
lubang),
termasuk
mempelajari
bentuk,
pola
layout/penempatan, cara pemasangan, mekanisme dan detail-detail sesuai gambar. 2. Diwajibkan Kontraktor untuk membuat shop drawing sesuai
ukuran/bentuk/mekanisme kerja yang telah ditentukan oleh Perencana. 3. Bilamana diinginkan, Kontraktor wajib membuat mock-up sebelum
pekerjaan dimulai dan dipasang.
II - 14
ARIFATUL HUSNA (41114120079)
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR
4. Sebelum pemasangan, penimbunan bahan/material yang lain
ditempat pekerjaan harus diletakkan pada ruang/tempat dengan sirkulasi udara yang baik, tidak terkena cuaca langsung dan terlindung dari kerusakan dan kelembaban. 5. Harus diperhatikan semua sambungan dalam pemasangan klos-
klos, baut, angker-angker dan penguat lain yang diperlukan hingga terjamin kekuatannya dengan memperhatikan/menjaga kerapihan terutama untuk bidang-bidang tampak tidak boleh ada lubanglubang atau cacat bekas penyetelan. 6. Desain dan produksi dari sistem partisi harus mendapat persetujuan
dari Perencana/Konsultan Management Konstruksi. 7. Pemasangan partisi tidak boleh menyimpang dari ketentuan gambar
rencana untuk itu. 8. Urutan dan cara kerja harus mengikuti persyaratan dan ketentuan
Perencana / Konsultan Management Konstruksi. 9. Semua rangka harus terpasang siku, tegak, rata sesuai peil dalam
gambar dan lurus tidak melebihi batas toleransi kemiringan yang diizinkan dari masing-masing bahan yang digunakan. 10. Perhatikan semua sambungan dengan material lain, sudut-sudut
pertemuan dengan bidang lain. Bilamana tidak ada kejelasan dalam gambar,
Kontraktor
wajib
menanyakan
hal
ini
kepada
Perencana/Konsultan Management Konstruksi. 11. Semua ukuran modul yang dianut berkaitan dengan modul lantai
dan langit-langit.
II - 15
ARIFATUL HUSNA (41114120079)
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR
12. Semua partisi yang terpasang sesuai dengan dalam hal ini type dan
lay out. 13. Setelah pemasangan, Kontraktor wajib memberikan perlindungan
terhadap benturan-benturan, benda-benda lain dan kerusakan akibat kelalaian pekerjaan, semua kerusakan yang timbul adalah tanggung jawab Kontraktor sampai pekerjaan selesai.
2.4 MANAJEMEN PROYEK 2.4.1 PENGERTIAN MANAJEMEN PROYEK Manajemen adalah usaha manusia untuk mencapai tujuan dengan cara yang paling efektif dan efisien. Usaha yang dimaksud adalah bagian dari proses manajemen yaitu suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan secara berurutan atau kronologis. Rangkaian kegiatan dimaksud secara umum yaitu mulai dari penetapan tujuan (goal setting), perencanaan (planning) pengorganisasian
(organizing)
pelaksanaan
(actuating)
dan
pengawasan/pengendalian (controlling). Sedangkan yang dimaksud dengan proyek adalah suatu usaha yang mempunyai awal dan akhir dan dijalankan untuk memenuhi tujuan yang sudah ditetapkan dalam biaya, jadwal dan sasaran kualitas. Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa manajemen proyek dapat diartikan sebagai suatu proses kegiatan untuk melakukan perencanaan, pengorganiasian, pengarahan dan pengendalian atas sumber daya organisasi yang dimiliki perusahaan untuk mencapai tujuan tertentu dalam waktu dan sumber daya tertentu pula.
II - 16
ARIFATUL HUSNA (41114120079)
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR
Menurut Schwalbe (2006), setiap proyek akan dibatasi dengan ruang lingkup (scope), waktu (time) dan biaya (cost). Batasan-batasan ini seringkali digunakan ke dalam manajemen proyek sebagai tiga batasan utama. Untuk menghasilkan proyek yang berhasil, seorang manajer proyek harus mempertimbangkan yang pertama ruang lingkup pekerjaan apa yang akan dilakukan sebagai bagian dari proyek tersebut, serta produk dan layanan atau hasil apa yang diinginkan oleh pelanggan (sponsor) yang dapat dihasilkan dalam suatu proyek. Yang kedua waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu proyek. Yang ketiga adalah biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu proyek Setiap proyek memiliki tujuan khusus, didalam proses pencapaian tujuan tersebut ada tiga constraint yang harus dipenuhi, yang dikenal dengan Trade-off Triangle atau Triple Constraint. Triple constraint adalah usaha pencapaian tujuan yang berdasarkan tiga batasan, yaitu : 1. Tepat biaya. Proyek harus dikerjakan dengan biaya yang tidak melebihi anggaran, baik biaya tiap item pekerjaan, biaya tiap periode pelaksanaan maupun biaya total sampai akhir proyek. 2. Tepat waktu. Proyek harus dikerjakan dengan waktu sesuai dengan jadwal pelaksanaan proyek (schedule) yang telah direncanakan yang ditunjukan dalam bentuk prestasi pekerjaan (work progress)
II - 17
ARIFATUL HUSNA (41114120079)
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR
3. Tepat mutu. Mutu produk atau disebut sebagai kinerja (performance), harus memenuhi spesifikasi dan kriteria dalam taraf yang disyaratkan oleh pemilik. Ketiganya tersebut merupakan parameter penting bagi penyelenggaraan proyek yang sering diasosiasikan sebagai sasaran proyek. Manajemen proyek dikatakan baik jika sasaran tersebut tercapai. Namun dalam laporan tugas akhir ini hanya membatasi manajemen proyek yang terkait dengan waktu dan biaya pelaksanaan pekerjaan dinding bata konvensional dengan dinding panel partisi.
2.4.2 MANAJEMEN WAKTU 2.4.2.1
PENGERTIAN MANAJEMEN WAKTU Manajemen
waktu
proyek
adalah
proses
merencanakan,
menyusun dan mengendalikan jadwal kegiatan proyek. Manajemen waktu termasuk ke dalam proses yang akan diperlukan untuk memestikan waktu penyelesaian suatu proyek. Sistem manajemen waktu berpusat pada berjalan atau tidaknya perencanaan dan penjadwalan proyek. Dimana dalam perencanaan dan penjadwalan tersebut telah disediakan pedoman yang spesifik untuk menyelesaikan aktivitas proyek dengan lebih cepat dan efisien (Clough dan Scars, 1991).
2.4.2.2
ASPEK – ASPEK MANAJEMEN WAKTU Dasar yang dipakai pada system manajemen waktu yaitu perencanaan operasional dan penjadwalan yang selaras dengan durasi II - 18
ARIFATUL HUSNA (41114120079)
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR
proyek yang sudah ditetapkan. Dalam hal ini penjadwalan digunakan untuk mengontrol aktivitas proyek setiap harinya. Adapun aspek - aspek manajemen waktu yaitu menentukan penjadwalan proyek, mengukur dan membuat laporan dari kemajuan proyek,
membandingkan
penjadwalan
dengan
kemajuan
proyek
sebenarnya di lapangan, menentukan akibat yang ditimbulkan oleh perbandingan jadwal dengan kemajuan di lapangan pada akhir penyelesaian proyek, merencanakan penanganan untuk mengatasi akibat terebut, yang terakhir memperbaharui kembali penjadwalan proyek (Clogh dan Scars, 1991) Sedang aspek-aspek manajemen waktu itu sendiri merupakan proses yang saling berurutan satu dengan yang lainnya. Berikut adalah urutan dalam manajemen waktu 1. Menentukan penjadwalan 2. Mengukur dan membuat laporan kemajuan 3. Membandingkan kemajuan di lapangan dengan penjadwalan 4. Menentukan akibat yang ditimbulkan pada akhir penyelesaian 5. Merencanakan penanganan untuk mengatasi akibat tersebut 6. Memperbaharui penjadwalan proyek
2.4.2.3
KENDALA PELAKSANAAN MANAJEMEN WAKTU Dalam kenyataan di lapangannya, pelaksanaan manajemen waktu proyek
konstruksi
banyak
menemui
kendala
-
kendala
yang
menyebabkan pelaksanaannya tidak optimal. Dari penelitian yang telah dilakukan beberapa ahli pada perusahaan kontraktor di Indonesia II - 19
ARIFATUL HUSNA (41114120079)
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR
sebelumnya, disebutkan bahwa kendala-kendala yang sering dihadapi tersebut adalah: 1. Kesulitan untuk mendapatkan supliyer dan subkontraktor yang komitmen dengan schedule yang sudah dibuat bersama. 2. Kesulitan untuk mendapatkan pengawas (mandor) yang komitmen dengan schedule yang sudah dibuat bersama. 3. Desain yang sebelum selesai dan perubahan desain. 4. Kurangnya koordinasi dan komunikasi dengan pelaksana di lapangan. 5. Ketelambatan pembayaran dari owner kepada kontraktor. 6. Kekurangan material dan peralatan. 7. Perubahan cuaca yang tidak bisa diduga. 8. Tidak adanya pekerja khusus untuk melakukan measure di lapangan. 9. Kurang adanya kesadaran pekerja untuk mencatat setiap pekerjaan yang sudah dilakukan. 10.
Kurangnya koordinasi atau pengawasan antara pengawas dengan kerja.
11.
Kurangnya komunikasi antara pelaksana monitoring di lapangan dengan pembuat schedule.
12.
Ketidak akuratan informasi yang di dapat dari monitoring.
13.
Diperlukan biaya yang besar untuk mempekerjakan tenaga kerja khusus untuk melakukan monitoring di lapangan.
14.
Kurangnya sumber daya (tenaga ahli) yang mampu menganalitis keadaan proyek.
15.
Program komputer yang kurang baik. II - 20
ARIFATUL HUSNA (41114120079)
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR
2.4.2.4
STANDARISASI MANAJEMEN WAKTU Manajemen waktu itu dikatakan telah dilaksanakan dengan baik, bila setiap perusahaan kontraktor tersebut melaksanakan setiap aspekaspek dari manajemen waktu. Dimana aspek-aspek manajemen waktu yaitu : 1. Menentukan penjadwalan proyek 2. Monitoring (Mengukur dan Membuat Laporan Kemajuan Proyek) 3. Membandingkan Jadwal dengan Kemajuan Proyek (Analysis) 4. Merencanakan dan Menerapkan Tindakan Pembetulan (Corective Action) 5. Memperbaharui Penjadwalan Proyek (Update Operational Schedule)
2.4.3 MANAJEMEN BIAYA 2.4.3.1
PENGERTIAN MANAJEMEN BIAYA Pengendalian biaya merupakan langkah akhir dari proses pengelolaan biaya proyek, yaitu mengusahakan agar penggunaan dan pengeluaran biaya sesuai dengan perencanaan, berupa anggaran yang telah ditetapkan. Dengan demikian, aspek dan objek pengendalian biaya akan identik dengan perencanaan biaya, sehingga berbagai jenis kegiatan di lapangan harus selalu dipantau dan dikendalikan agar hasil implementasinya sesuai dengan anggaran yang telah ditentukan
2.4.3.2
TUJUAN MANAJEMEN BIAYA Pengendalian biaya bertujuan agar pelaksanaan kegiatan sesuai dengan apa yang telah direncanakan, yaitu sesuai dengan anggaran. Hal
II - 21
ARIFATUL HUSNA (41114120079)
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR
ini antara lain diusahakan dengan jalan menumbuhkan suasana yang mendukung sebagai syarat terciptanya maksud pengendalian di lingkungan proyek dengan cara-cara: (Iman Suharto, 1995) 1. Menciptakan sikap sadar akan anggaran. Ini berarti meminta semua pihak penyelenggara proyek menyadari bagaimana dampak kegiatan yang dilakukan terhadap biaya. 2. Meminimalkan biaya proyek dengan melihat kegiatan-kegiatan apa saja yang biayanya bisa dihemat. 3. Mengkomunikasikan
pada
semua
pihak,
pemimpin
maupun
pelaksana, perihal kinerja pemakaian dana dan menekankan potensi adanya area-area yang rawan guna tindakan koreksi.
2.4.3.3
RENCANA ANGGARAN BIAYA Membuat anggaran biaya berarti menaksir atau memperkirakan suatu barang, bangunan atau benda yang akan dibuat dengan teliti dan secermat mungkin. Penyusunan konstruksi bangunan pada dasarnya selalu disertai dengan rencana anggaran biaya (RAB). Anggaran merupakan
suatu
bentuk
perencanaan
penggunaan
dana
untuk
melaksanakan pekerjaan dalam kurun waktu tertentu, dibuat dalam bentuk uang, jam, tenaga kerja atau dalam satuan lain. Pihak owner membuat perhitungan atau estimasi dengan tujuan untuk mendapatkan informasi sejelas-jelasnya tentang biaya yang harus dsediakan ntuk merealisasikan proyeknya. Hasil estimasi disebut dengan OE (Owner Estimate) dan hasil estimasi yang dilakukan oleh konsultan perencana disebut dengan EE ( Engineer Estimate). II - 22
ARIFATUL HUSNA (41114120079)
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR
Pihak kontraktor membuat estimasi dengan tujuan untuk kegiatan penawaran terhadap proyek konstruksi pada saat pelelangan atau tender. Tahapan-tahapan yang harus dilakukan untuk menyusun RAB adalah: 1. Melakukan pengumpulan data tentang jenis, harga serta kemampuan pasar menyediakan material konstruksi secara kontinu. 2. Melakukan pengumpulan data tentang upah kerja yang berlaku di daerah lokasi proyek dan upah pada umumnya jika tenaga kerja didatangkan dari luar daerah lokasi proyek. 3. Melakukan perhitungan analisis material dan upah dengan menggunakan analisis yang diyakini baik oleh si pembuat anggaran. 4. Melakukan
perhitungan
harga
satuan
pekerjaan
dengan
memanfatkan hasil analisa satuan pekerjaan dan daftar kuantitas atau volume pekerjaan. 5. Membuat rekapitulasi terhadap keseluruhan biaya proyek termasuk fee, overhead, dan pajak. 6. Menentukan jadwal pelaksanaan serta membuat rencana kerja atau syarat-syarat teknis terhadap seluruh item pekerjaan yang termasuk didalam perhitungan biaya
2.4.3.4
KOMPONEN PERHITUNGAN RAB Kuantitas pekerjaan dapat ditentukan melalui pengukuran pada obyek dalam gambar (dengan memperhatikan skala) maupun langsung pada obyek sesungguhnya di lapangan, maka digunakan metode luas penampang rata-rata dengan menganggap sisi-sisi dari bidang ruang diukur berbentuk garis lurus. II - 23
ARIFATUL HUSNA (41114120079)
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR
Satuan merupakan lambang yang menyatakan besaran yang diukur, cara pengukuran dan ciri-ciri obyek yang diukur. Satuan angka pengukuran tanpa disertai oleh satuan pengukuran, tidak mempunyai makna maupun hanya sebuah bilangan, jadi volume setiap pekerjaan yang dihitung harus mempunyai satuan yang jelas karena akan berpengaruh pada perhitungan biaya pelaksanaan. Volume pekerjaan yang dihitung akan sangat berpengaruh terhadap besarnya biaya yang akan digunakan untuk menyelesaikan volume dari item tersebut. \ 2.5 KERANGKA BERFIKIR Studi ini akan menganalisa waktu dan biaya pekerjaan dinding bata konvensional dengan dinding panel. Penulis akan mempelajar masing-masing metode pelaksanaan, dan semua kelebihan serta kekurangan dari masing-masing jenis perkerasan. Penulis akan membahas efisiensi biaya dan waktu dari masingmasing jenis pekerjaan dinding. Hasil analisis dari masing-masing metode tersebut akan dibandingkan, sehingga dapat diketahui efektifitas kedua metode tersebut.
2.6 PENELITIAN TERDAHULU Berikut terlampir beberapa penelitian terdahulu yang menjadi referensi dalam pembuatan penelitian ini:
II - 24
ARIFATUL HUSNA (41114120079)
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR
Research GAP ini di dapatkan berdasarkan penelitian terdahulu yang penulis tinjau sesuai dengan tema terkait. Berikut adalah research GAP dari penelitian penulis:
Gambar 2. 1 Research Gap
II - 25
ARIFATUL HUSNA (41114120079)
http://digilib.mercubuana.ac.id/z