9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka 1. Pembelajaran Matematika Pada Siswa Kelas V SD a. Karakteristik Siswa Kelas V SD Menurut Tim dosen FIP IKIP Malang (Suharjo, 2006: 37-38) anakanak SD memiliki karakteristik pertumbuhan kejiwaan sebagai berikut: 1) Pertumbuhan fisik dan motorik maju pesat. Hal ini sangat penting perananannya bagi pengembangan dasar yang diperlukan sebagai makhluk individu dan sosial; 2) Kehidupan sosialnya diperkaya selain kemampuan dalam hal kerjasama juga dalam hal bersaing dan kehidupan kelompok sebaya; 3) Selain menyadari diri selain mempunyai keinginan, perasaan tertentu juga semakin bertumbuhnya minat tertentu; 4) Kemampuan berpikirnya masih dalam tingkatan persepsional; 5) Dalam bergaul, bekerjasama dan kegiatan bersama tidak membedakan jenis yang menjadi dasar adalah perhatian dan pengalaman yang sama; 6) Mempunyai kesanggupan untuk memahai hubungan sebab akibat; 7) Ketergantungan kepada orang dewasa semakin berkurang dan kurang memerlukan perlindungan orang dewasa. Karakteristik anak sekolah dasar secara umum juga dikemukakan oleh Basset, Jack dan Logan sebagai berikut: (1) Mereka secara alamiah memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan tertarik akan dunia sekitar yang mengelilingi mereka sendiri, (2) Mereka senang bermain dan lebih suka bergembira/riang, (3) Mereka suka mengatur dirinya untuk menangani berbagai hal, mengeksplorasi suatu situasi dan mencobakan usaha-usaha baru, (4) Mereka biasanya tergetar perasaannya dan terdorong untuk berprestasi sebagaimana mereka tidak suka mengalami ketidakpuasan dan menolak kegagalan-kegagalan, (5) Mereka belajar secara efektif ketika mereka puas dengan situasinya yang terjadi, (6) Mereka belajar dengan cara 9
10 bekerja, mengobservasi, berinisiatif, dan mengejar anak-anak lainnya (Sumantri dan Permana, 2006: 11). Charlotte Buhler (Sobur, 2011: 132-133) mengatakan bahwa pada periode Sekolah Dasar, anak mencapai objektivitas tinggi, atau biasa disebut masa menyelidik, mencoba, dan bereksperimen yang distimulasi oleh dorongan-dorongan menyelidik, dan rasa ingin tahu yang besar, masa pemusatan dan penimbunan tenaga untuk berlatih, menjelajah dan bereksplorasi. Pada akhir periode ini anak mulai “menemukan diri sendiri” yaitu secara tidak sadar mulai berpikir tentang diri pribadi. Anak kelas V SD yang umumnya berusia 9-11 tahun termasuk dalam fase dan tugas perkembangan akhir masa kanak-kanak menurut Erikson. Dia juga menjelaskan, masa ini merupakan masa untuk berkelompok dan berorganisasi. Penerimaan oleh teman-teman seusianya adalah penting. Pada masa ini anak sudah memiliki inisiatif sendiri sehingga menghindari campur tangan dengan perintah-perintah yang otoriter (Sobur, 2011: 136). Piaget mengemukakan tahap perkembangan kognitif anak sebagai berikut:
Tabel 2.1 Tahap Perkembangan Kognitif Umur Tahapan Umur 0-2 tahun Umur 2-7 tahun Umur 7-11 tahun Umur 11-15 tahun (Sumber : Desmita, 2012: 46-47)
Tahap sensori motorik Tahap pra operasional Tahap operasional konkret Tahap operasional formal
Pada umumnya, siswa kelas V SD berusia sekitar 9-11. Usia tersebut berdasarkan tahap perkembangan kognitif yang dikemukakan oleh Piaget termasuk dalam tahap operasional konkret. Pada masa ini anak telah memiliki kemampuan mengkoordinasi pemikiran dan idenya dengan peristiwa ke dalam pemikirannya sendiri.
11 Mengenai tahap operasional konkret, Sumantri dan Syaodih (2012: 1.15) juga menyatakan bahwa Kemampuan logis muncul pada tahap ini. Mereka dapat berpikir secara sistematis untuk mencapai pemecahan masalah. Pada tahap ini, permasalahan yang dihadapinya adalah permasalahan yang konkret. Pada tahap ini anak akan menemui kesulitan bila diberi tugas sekolah yang menuntutnya untuk mencari sesuatu yang tersembunyi. Misalnya, anak sering kali menjadi frustasi bila disuruh mencari arti tersembunyi dari suatu kata dalam tulisan tertentu. Mereka menyukai soal-soal yang tersedia jawabannya. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik siswa kelas V SD yaitu (1) mempunyai rasa ingin tahu yang besar, (2) senang bermain dengan teman sebaya, (3) bekerja sama / berkelompok dan berorganisasi dalam belajar, (4) suka
menyelidik, mencoba, dan
bereksperimen terhadap sesuatu yang baru yang distimulasi oleh dorongandorongan menyelidik,
(5) sudah mulai
berlatih, menjelajah,
dan
bereksplorasi terhadap diri sendiri, dan (6) memiliki kemampuan untuk mengkoordinasi pemikiran dan idenya dengan peristiwa ke dalam pemikirannya sendiri. b. Hakikat Belajar dan Pembelajaran 1) Pengertian Belajar Menurut Shoimin (2014: 20) belajar merupakan suatu proses perubahan perilaku berdasarkan pengalaman tertentu. Selanjutnya Sagala (2011: 11) mengemukakan bahwa Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan ajuan interaksi, baik yang bersifat ekspilist maupun implisit (tersembunyi). Pengertian Belajar menurut beberapa ahli : 1) Belajar menurut Morgan (1978) adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. 2) Menurut Gagne (1984) belajar adalah sebagai suatu proses dimana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman.
12 3) Henry E. Garret berpendapat bahwa belajar merupakan proses yang berlangsung dalam jangka waktu lama melalui latihan maupun pengalaman yang membawa kepada perubahan diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu. 4) Laster D. Crow mengemukakan belajar ialah upaya untuk memperoleh kebiasaaan-kebiasaan, pengetahuan, dan sikap-sikap. 5) Belajar menurut pandangan B. F Skinner (1958) adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progressif (Sagala, 2011: 13-14). Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian belajar merupakan suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku untuk memperoleh kebiasaaan-kebiasaan, pengetahuan, dan sikap-sikap yang berlangsung dalam jangka waktu lama melalui latihan maupun pengalaman yang membawa kepada perubahan secara progressif. 2) Pengertian Pembelajaran Warsita (2008: 85) menyatakan pembelajaran adalah segala upaya yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses belajar pada diri peserta didik. Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I pasal 1 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Shoimin (2014: 20) mengatakan pembelajaran merupakan suatu system yang memliki peran sangat dominan untuk mewujudkan kualitas pendidikan. Darsono (Hamdani, 2011: 23) mengatakan pembelajaran menurut aliran behavioristik adalah usaha guru membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan atau stimulus dan menurut aliran kognitif mendefinisikan pembelajaran sebagai cara guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir agar mengenal dan memahami sesuatu yang sedang dipelajari. Suharjo (2006: 85) juga menjelaskan pengertian pembelajaran merupakan suatu pembelajaran
13 yang kompleks. Pembelajaran pada hakikatnya tidak hanya sekedar menyampaikan pesan pembelajaran kepada peserta didik, akan tetapi merupakan aktifitas professional yang menuntut guru untuk dapat menggunakan keterampilan dasar mengajar secara terpadu. Berdasarkan beberapa definisi tentang pembelajaran yang telah dikemukakan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi atau upaya yang dilakukan oleh peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar dalam lingkungan belajar untuk memahami sesuatu yang dipelajari. 3) Karakteristik Pembelajaran Darsono
menyebutkan
karakteristik
pembelajaran
adalah
sebagai berikut: (1) pembelajaran dilakukan dengan sadar dan direncanakan secara sistematis, (2) pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam belajar, (3) pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik perhatian dan menantang siswa, (4) pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan menarik, (5) pembelajaran menciptakan suasana belajar yang aman dan menyenangkan bagi siswa, (6) pembelajaran mampu membuat sisa siap menerima pelajaran, baik siswa maupun psikologi, (7) pembelajaran menekankan keaktifan siswa, (8) pembelajaran dilakukan secara sadar dan sengaja (Hamdani, 2011: 47). Pembelajaran mempunyai dua karakteristik, yaitu: (a) dalam proses pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara maksimal, bukan menuntut siswa dalam proses berpikir, (b) dalam pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses tanya jawab terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa, yang pada gilirannya kemampuan berpikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka. konstruksi sendiri (Sagala, 2011: 63). Majid (2011: 24) karakteristik pembelajaran yaitu (a) berpusat pada peserta didik, b) mengembangkan kreatifitas peserta didik, (c)
14 menciptakan kondisi yang menyenangkan dan menantang, (d) bermuatan, nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika, dan (e) menyediakan pengalaman belajar yang beragam. Berdasarkan uraian pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa karakteristik pembelajaran antara lain: (1) pembelajaran berpusat pada peserta didik yang dilakukan secara sadar dan direncanakan sistematis, (2) pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi sehingga siswa siap menerima pelajaran, (3) pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan menarik sehingga menciptakan kondisi belajar
yang
menyenangkan
dan
menantang,
(4)
pembelajaran
berorientasi pada keterlibatan siswa dengan terus meningkatkan kemampuan
berpikir
siswa
lewat
suasana
pembelajaran
yang
mendukung, (5) pembelajaran pembelajaran menekankan keaktifan siswa. 4) Prinsip-Prinsip Pembelajaran Daryanto dan Rahardjo (2012: 31-35) menyebutkan prinsip yang perlu dikuasai dan dikembangkan oleh guru untuk mengoptimalkan kegiatan pembelajaran adalah : (1) prinsip perhatian dan motivasi, (2) prinsip keaktifan, (3) prinsip keterlibatan langsung/berpengalaman, (4) prinsip pengulangan, (5) prinsip tantangan, (6) prinsip balikan dan penguatan, (7) prinsip perbedaan individual. Warsita (2008: 89) menyebutkan prinsip-prinsip pembelajaran menurut teori kognitivisme adalah (a) pembelajaran merupakan suatu perubahan status pengetahuan; (b) peserta didik merupakan peserta aktif di dalam proses pembelajaran; (c) menekankan pada pembentukan pola pikir peserta didik; (d) berpusat pada cara peserta didik mengingat, memperoleh kembali dan menyimpan informasi dalam ingatannya; (e) menekankan pada pengalaman belajar, dengan memandang pembelajaran sebagai proses aktif di dalam diri peserta didik; (f) menerapkan reward dan punishment; dan (g) hasil pembelajaran tidak hanya tergantung pada
15 informasi yang disampaikan guru, tetapi juga pada cara peserta didik memproses informasi tersebut. Mengenai
prinsip-prinsip
pengembangan
pembelajaran,
Suparman menyatakan: (1) respon-respon baru diulang sebagai akibat dari respon-respon tersebut, (2) perilaku peserta didik tidak hanya dikontrol, tetapi juga pengaruh kondisi atau tanda yang muncul dilingkunga peserta didik, (3) perilaku yang timbul akan hilang atau berkurang dengan akibat yang menyenangkan, (4) belajar yang berbentuk respon terhadap tanda-tanda terbatas akan ditransfer pada situasi lain secara terbatas, (5) belajar menggeneralisasikan dan membedakan adalah dasar untuk belajar sesuatu yang kompleks, (6) mental peserta didik untuk menghadapi pelajaran akan mempengaruhi perhatian dan ketekunan selama belajar, (7) kegiatan dibagi menjadi langkah-langkah kecil dan disertai umpan balik untuk penyelesaian tiap langkah, (8) kebutuhan memecah materi pelajaran yang kompleks menjadi kegiatankegiatan yang kecil dapat diwujudkan apa bila materi yang kompleks dapat diwujudkan dalam satu modul, (9) keterampilan tingkat tinggi terbentuk dari keterampilan dasar yang lebih sederhana, (10) belajar cenderung menyenangkan apabila peserta didik lebih mampu dalam keterampilan memecahkan masalah, (11) perkembangan dan kecepatan belajar peserta didik bervariasi ada yang cepat, ada yang lambat, (12) dengan
persiapan,
peserta
dapat
mengembangkan
kemampuan
mengorganisasikan belajar dan menimbulkan umpan balik kepada dirinya dengan respon yang benar (Anitah, 2008: 18-25). Berdasarkan uraian prinsip pembelajaran di atas dapat disimpulkan
bahwa
prinsip-prinsip
pembelajaran
meliputi
(1)
pembelajaran merupakan perubahan status pengetahuan berdasarkan pengalaman, (2) belajar berhubungan dengan aktivitas individu dalam menyelesaikan masalah berdasarkan pengalaman, (3) pola pikir setiap individu dalam menghadapi tantangan untuk memecahkan masalah, mengingat, mengulang, dan menyimpan dalam ingatannya, (4)
16 pembelajaran menerapkan penguatan dan dorongan atau motivasi dalam mengembangkan dirinya untuk menghadapi tantangan, (5) pembelajaran berpusat pada peserta didik yang memiliki perbedaan individual, (6) pembelajaran bertujuan pada proses, (7) pembelajaran mendorong peserta didik mencapai tingkat berfikir yang lebih tinggi. Dengan mengetahui prinsip-prinsip di atas, guru harus dapat menerapkan dan memaksimalkan prinsip-prinsip pembelajaran tersebut pada saat proses pembelajaran di kelas dan dapat memudahkan guru dalam memilih tindakan pada saat proses pembelajaran berlangsung. 5) Tujuan Pembelajaran Sanjaya (2013: 86) menyatakan tujuan pembelajaran adalah kemampuan (kompetensi) atau keterampilan yang diharapkan dapat dimiliki oleh siswa setelah mereka melakukan proses pembelajaran tertentu. Selanjutnya Suharjo (2006: 85) juga menerangkan bahwa tujuan pembelajaran yang secara eksplisit diusahakan dicapai melalui tindakan pembelajaran tertentu dinamakan instructional effects sedangkan tujuan pembelajaran yang lebih merupakan hasil sampingan dari pembelajaran dinamakan nurturant effects. Instructional effects biasanya berbentuk pengetahuan dan keterampilan, sedangkan nurturant effects tercapainya karena siswa menghadapi suatu sistem lingkungan belajar tertentu, misalnya siswa mampu berfikir kritis, bersifat terbuka menerima pendapat orang lain, kreatif, disiplin, dan sebagainya, karena siswa menghayati pengalaman berupa diskusi kelompok atau kelas. Tujuan pembelajaran menurut Hosnan (2014: 10) adalah untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, secara sadar, dan perubahan tersebut relatif menetap serta membawa pengaruh dan manfaat yang positif bagi siswa dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Berdasarkan
beberapa
pendapat
di
atas,
bahwa
tujuan
pembelajaran merupakan bentuk perilaku yang telah ditetapkan sebelum pembelajaran dengan indikator pencapaian dari proses belajar dan
17 kualitas pencapaian hasil belajar peserta didik sebagai akibat dari proses belajar yang telah dilaksanakan. c. Hakikat Matematika 1) Pengertian Matematika Ruseffendi (Heruman, 2014: 1) menerangkan bahwa matematika adalah bahasa simbol, ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, keunsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postutat, dan akhirnya kedalil. Sedangkan hakikat Matematika menurut Soedjadi (Heruman, 2014: 1) yaitu memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pokir yang deduktif. Wahyudi (2008: 3) juga menyatakan matematika ialah suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sudah yang diterima, sehingga kebenaran antar konsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas. Jihad (2008: 152) menerangkan matematika adalah pola berfikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang logic, matematika itu bahasa, bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, akurat, dengan simbul yang padat, lebih berupa bahasa simbul mengenai arti dari pada bunyi. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP, 2006: 147)
matematika
merupakan
ilmu
universal
yang
mendasari
perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari Sekolah Dasar untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif,serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan
18 memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Berdasarkan pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian Matematika adalah suatu ilmu yang mempelajari berbagai bentuk unsur yang tidak dapat didefinisikan berguna untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif,serta kemampuan bekerjasama. 2) Fungsi Matematika Menurut Wahyudi (2008: 3) fungsi dari matematika yaitu mengembangkan kemampuan bernalar melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, dan eksperimen, sebagai alat pemecahan masalah melalui pola pikir dan model Matematika serta sebagai alat komunikasi melalui simbol, tabel, grafik, diagram, dalam menjelaskan gagasan. Jihad (2008: 153) juga menyatakan fungsi matematika adalah sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan symbol,mengembangkan ketajaman penalaran yang dapat memperjelas dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan seharihari. Berdasarkan beberapa penjelasan tentang fungsi Matematika, dapat disimpulkan bahwa fungsi Matematika yaitu sebagai alat komunikasi, alat pemecahan masalah, mengembangkan kemampuan mendiskripsikan, dan memprediksi dengan pemikiran atau logika dari materi yang sederhana sampai pada tingkat lebih kompleks. 3) Tujuan Matematika Menurut Jihad (2008: 153) tujuan matematika yakni memiliki kemampuan dalam: (1) menggunakan alogaritma (prosedur pekerjaan), (2) melakukan manipulasi secara matematika, (3) mengorganisasi data, (4) memanfaatkan symbol, tabel, diagram, dan grafik, (5) mengenal dan menemukan pola, (6) menarik kesimpulan, (7) Membuat kalimat atau model matematika, (8) membuat interprestasi bangun dalam bidang dan
19 ruang,
(9)
memahami
pengukuran
dan
satuan-satuannya,
(10)
menggunakan alat hitung dan alat bantu matematika. Menurut Wahyudi (2008: 3) tujuan pembelajaran matematika adalah melatih berfikir secara sistematis, logis, kritis, kreatif, dan konsisten. Heruman (2014 :2) mengemukakan tujuan akhir Matematika SD yaitu agar siswa terampil dalam menggunakan berbagai konsep Matematika dalam kehidupan sehari-hari. Menurut BSNP (2006: 148) tujuan matematika adalah agar peserta didik memiliki kemampuan dalam: a) Memahami konsep Matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah. b) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi Matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan Matematika. c) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model Matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. d) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. e) Memiliki sikap menghargai kegunaan Matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari Matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Berdasarkan beberapa pendapat megenai tujuan Matematika di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan Matematika adalah untuk memahami dan menggunakan konsep Matematika dalam pemecahan masalah, menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi Matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan Matematika, memecahkan
20 masalah, mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, memiliki sikap menghargai kegunaan Matematika dalam kehidupan, serta melatih cara berfikir secara sistematis, logis, kritis, kreatif dan konsisten. 4) Bangun Datar Imam Roji menjelaskan pengertian Bangun datar adalah bagian dari bidang datar yang dibatasi oleh garis-garis lurus atau lengkung. Julius Hambali, Siskandar, dan Mohamad Rohmad juga menjelaskan bahwa Bangun datar dapat didefinisikan sebagai bangun yang rata yang mempunyai dua demensi yaitu panjang dan lebar, tetapi tidak mempunyai tinggi atau tebal (Ian, 2010). Menurut David Glover (Pamungkas, 2010: 13) plane shape (bangun datar) adalah bangun rata yang dapat dipotong dari sehelai kertas. Bangun ini bisa mempunyai sisi lurus ataupun lengkung. Sari (2010 : 3) juga menyatakan bahwa Bangun datar merupakan bangun dua dimensi. Bangun ini memiliki panjang dan lebar , tetapi tidak memiliki tinggi atau ketebalan. Bangun datar merupakan sebutan untuk bangunbangun dua dimensi. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa bangun datar merupakan bangun dua dimensi mempunyai panjang dan lebar, tetapi tidak memiliki ketebalan. 5) Ruang Lingkup Matematika di Sekolah Dasar Menurut BSNP (2006: 156) Ruang lingkup mata pelajaran Matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi aspek-aspek sebagai berikut: (a) bilangan; (b) geometri dan pengukuran; (c) pengolahan data . Wahyudi (2008: 3) menyatakan ruang lingkup pembelajaran Matematika terdiri dari: Standar kompetensi Matematika merupakan seperangkat kompetensi Matematika yang dibakukan dan harus dicapai oleh siswa pada akhir periode pembelajaran. Standar ini dikelompokkan dalam Kemahiran Matematika, Bilangan, Pengukuran, dan Geometri, Aljabar, Statistika, dan Peluang, Triginometri, dan Kalkulus.
21 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar kelas V semester 2 SD sesuai Standar Isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Berikut Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator yang digunakan peneliti sesuai silabus pada mata pelajaran Matematika tentang bangun datar untuk kelas V SD/MI semester II (silabus terlampir pada lampiran 2 halaman 167) yang disajikan pada tabel 2.2 sebagai berikut :
Tabel 2.2 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika tentang Bangun Datar Kelas V SD Semester 2. Standar Kompetensi Indikator Kompetensi Dasar 6. Memahami 6.1 Mengidenti 6.1.1 Mengidentifikasi sifat-sifat, mengsifat-sifat fikasi sifatgambar dan jenis-jenis segitiga. bangun dan sifat 6.1.2 Mengidentifikasi sifat-sifat dan hubungan bangun menggambar persegi panjang dan antar datar persegi. bangun. 6.1.3 Mengidentifikasi sifat-sifat dan menggambar jajar genjang. 6.1.4 Mengidentifikasi sifat-sifat dan menggambar belah ketupat. 6.1.5 Mengidentifikasi sifat-sifat dan menggambar layang-layang. 6.1.6 mengidentifikasi sifat-sifat, menggambar, dan jenis-jenis trapesium. (Sumber: Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika tentang Bangun Datar Kelas V SD Semester 2). 6) Materi Matematika Materi Matematika yang digunakan dalam penelitian ini adalah materi kelas V semester II tentang bangun datar. a) Sifat-Sifat, Menggambar, dan Jenis-Jenis Segitiga Sari (2010: 5) menjelaskan segitiga merupakan bangun datar yang mempunyai tiga sisi. Segitiga memiliki 3 titik sudut, jumlah semua sudutnya 180°. Contoh menggambar segitiga samakaki: (1) Buatlah ruas garis AB
22 (2) Letakkan jarum jangka pada A, Kemudian putarlah pensil jangka di atas AB (atau dibawah AB). Lakukan hal yang sama pada titik B, sehingga memotong garis lengkung putaran pertama, namakan titik potong tersebut dengan C. (3) Hubungkanlah A dan B masing-masing dengan C. Terbentuklah segitiga ABC samakaki Pembagian segitiga menurut besar sudut-sudutnya, yaitu: (1) Segitiga lancip adalah segitiga yang ketiga sudutnya lancip. (2) Segitiga siku-siku adalah segitiga yang salah satu sudutnta sikusiku. (3) Segitiga tumpul adalah segitiga yang salah satu sudutnya tumpul. Pembagian atas dasar panjang sisi yaitu: (1) Segitiga sama sisi yaitu jika mempunyai 3 sisi yang kongruen (2) segitiga sama kaki yaitu mempunyai 2 sisi yang kongruen (3) Segitiga sembarang yaitu ketiga sisinya tidak kongruen b) Sifat-sifat dan Menggambar Persegi Panjang, Persegi (1)Persegi Panjang Menurut Clara (Pamungkas, 2010: 14) persegi panjang adalah segi empat yang setiap sudutnya siku-siku dan sisi yang berhadapan sama panjang. Sifat-sifat persegi panjang yaitu: (a) setiap sisi yang berhadapan dari persegi panjang adalah sama panjang, (b) setiap sudutnya siku-siku, (c) persegi panjang mempunyai dua buah diagonal yang berpotongan di satu titik, dan titik tersebut membagi dua diagonal menjadi dua sama panjang, (d) persegi panjang mempunyai dua sumbu simetri, dua simetri lipat, dan dua simetri putar. Cara menggambar bangun persegi panjang: (a) Buatlah ruas garis AB
23 (b) Buatlah ruas garis BC pada titik B yang tegak lurus dengan AB (c) Buatlah ruas garis CD pada titik C yang sejajar dan sama panjang dengan AB (d) Hubungkan D dan A. Terbentuklah persegi panjang ABCD (2)Persegi Menurut David Glover persegi (square) adalah bangun datar yang mempunyi sisi lurus dan sama panjang (Pamungkas, 2010: 14). Sifat-sifat persegi: (a) semua sisinya sama panjang, (b) diagonalnya membagi persegi menjadi dua sama besar, (c) diagonal persegi sama panjang dan saling
membagi
sama
panjang,
(d)
Diagonalnya
saling
berpotongan dan membentuk sudut siku-siku,dan (e) Persegi mempunyai 4 sumbu simetri, mempunyai 4 titik simetri lipat, mempunyai 4 simetri putar. Cara menggambar persegi: (a) Lukis ruas garis PQ dengan penggaris dan pensil.
(b) Perpanjang ruas garis PQ menggunakan penggaris, sehingga terbentuk garis PQ. (c) Melalui titik P dan Q, lukis sinar yang tegak lurus dengan garis PQ menggunakan jangka ke arah sisi yang sama.
24 (d) Buat busur lingkaran yang berpusat di P dan berjari-jari PQ menggunakan jangka, sehingga busur lingkaran tersebut memotong salah satu sinar di S. (e) Buat busur lingkaran yang berpusat di Q dan berjari-jari PQ, sehingga busur lingkaran tersebut memotong sinar lainnya di R. (f) Hubungkan titik S dan R, sehingga terbentuk ruas garis SR.
c) Sifat-sifat dan Menggambar Jajar Genjang Menurut Sari (2010: 8) jajar gejang adalah segi empat dengan kekhususan yaitu sisi yang berhadapan sejajar dan sama sama panjang. Sifat-sifat jajar genjang : (1) sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar, (2) sudut-sudut yang berhadapan sama besar, (3) mempunyai dua diagonal yang berpotongan di satu titik dan saling membagi dua sama panjang, (4) tidak memiliki simetri lipat,dan (5) memiliki dua simetri putar. Cara menggambar jajar genjang: (1) Buatlah ruas garis AB
(2) Buatlah ruas garis DC yang sama panjang dan sejajar AB
(3) Hubungkan A dan D. Terbentuklah jajar genjang ABCD
25 d) Sifat-sifat dan Menggambar Belah Ketupat Menurut Sari (2010: 11) belah ketupat adalah segi empat yang dibentuk dari segitiga sama kaki dan bayangannya, dengan alas sebagai sumbu cermin. Sifat-sifat belah ketupat adalah (1) Semua sisinya sama panjang, (2) Sudut-sudut yang berhadapan sama besar, (3) Mempunyai dua sumbu simetri, (4) Diagonal-diagonalnya merupakan sumbu simetri, saling membagi dua sama panjang dan saling tegak lurus. Cara menggambar belah ketupat: (1) Gambarlah ruas garis AB menggunakan penggaris. (2) Gambarlah ruas garis miring dari titik A, yang sama panjangnya dengan AB, misalnya AD. (3) Gambarlah ruas garis sejajar AB dari titik D, yang panjangnya sama dengan AD, namai DC. (4) Hubungkan titik B dan C. Jadilah belah ketupat. e) Sifat-sifat Layang-layang dan menggambarnya Menurut Sari (2010: 10) ;ayang – layang adalah segi empat yang dibentuk oleh dua segitiga sama kaki yang alasnya sama panjang dan berhimpit. Sifat layang-layang adalah : (1) Kedua diagonal berpotongan oleh diagonal yang lain, (2) Salah satu diagonal dibagi dua sama panjang oleh diagonal lain. Cara menggambar layang-layang : (1) Gambar garis mendatar AC menggunakan penggaris
(2) Gambar ruas garis tegak lurus di tengahtengah AC, misalnya ruas garis itu BD
26 (3) Hubungkan titik-titik ujung pada ruas garisruas garis
(4) Hilangkan ruas garis-ruas garis yang saling tegak lurus. Terbentuklah layang-layang
f) Sifat-sifat, jenis, dan Menggambar Trapesium Trapesium adalah segi empat yang memiliki sepasang sisi berhadapan sejajar (Sari, 2010: 9).
Pada umumnya terdapat tiga macam trapesium, yaitu: (1) Trapesium sembarang yaitu trapesium yang kedua sisi tidak sejajar tidak sama panjang. (2) Trapesium sama kaki yaitu trapesium yang kedua sisi yang tidak sejajar sama panjang. (3) Trapesium siku-siku yaitu trapesium yang salah satu sudutnya siku-siku.
(1) Trapesium Sembarang
(2) Trapesium Sama kaki
(c) Trapesium Siku-siku
Cara menggambar trapesium: (1) Langkah 1: Gunakanlah dua sisi dari penggaris untuk melukis ruas garis sejajar dengan panjang yang tidak sama. Lukis dua ruas garis tidak sejajar yang menghubungkan ruas garis yang telah terbentuk untuk membuat trapesium.
27 (2) Langkah 2: Gunakanlah busur derajat untuk menemukan jumlah dari besar sudut-sudut alas berdekatan di antara sisi alas. (3) Langkah 3: Gunakanlah dua sisi pada penggaris untuk melukis dua garis sejajar. Gunakan jangka untuk membuat dua garis kongruen, tetapi tidak sejajar, yang menghubungkan dua ruas garis sejajar yang baru terbentuk untuk membuat trapesium sama kaki. (4) Langkah 4: Ukurlah masing-masing pasangan sudut-sudut alas. (5) Langkah 5: Lukis kedua diagonal trapesium sama kaki. 7) Peningkatan Pembelajaran Matematika tentang Bangun Datar Pembelajaran proses interaksi atau upaya yang dilakukan oleh peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar dalam lingkungan belajar untuk memahami sesuatu yang dipelajari. Matematika adalah suatu ilmu yang mempelajari berbagai bentuk unsur yang tidak dapat didefinisikan berguna untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif,serta kemampuan bekerjasama. Bangun datar merupakan bangun dua dimensi mempunyai panjang dan lebar, tetapi tidak memiliki ketebalan. Dari uraian di atas, Peningkatan pembelajaran Matematika tentang bangun datar adalah proses interaksi atau upaya yang dilakukan oleh peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, kreatif dan bekerjasama tentang bangun datar. Standar Kompetensi sesuai dengan pembelajaran yaitu memahami sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun, Kompetensi Dasarnya yaitu mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar. 2. Pendekatan Saintifik dengan Media Audio Visual a. Pendekatan Saintifik 1) Pengertian Pendekatan Pembelajaran Sagala (2011: 68) mengatakan bahwa pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang akan ditempuh oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan intruksional untuk suatu satuan intruksional tertentu.
28 Adapun pengertian pendekatan pembelajaran menurut (Hosnan, 2014: 32) antara lain sebagai berikut: a) Perspektif (sudut pandang; pandangan) teori yang dapat digunakan sebagai landasan dalam memilih model, metode, dan teknik pembelajaran. b) Suatu proses atau perbuatan yang digunakan guru untuk menyajikan bahan pelajaran. c) Sebagai titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian pendekatan pembelajaran merupakan titik tolak atau sudut pandang oleh guru terhadap proses pembelajaran. 2) Pengertian Pendekatan Saintifik Menurut Daryanto (2014: 15) pendekatan saintifik merupakan proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar siswa secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapantahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan
masalah,
mengajukan
atau
merumuskan
hipotesis,
mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, serta menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, atau hukum atau prinsip yang “ditemukan”. Pendekatan saintifik merupakan upaya yang dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada siswa dalam mengenal, memahami berbagai materi menerapkan pendekatan ilmiah, dimana informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru (Hosnan, 2014: 34). Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengertian pendekatan saintifik merupakan proses pembelajaran yang dirancang untuk memberikan pemahaman kepada siswa dalam memahami berbagai materi melalui tahapan-tahapan mengamati,
29 menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan agar siswa menjadi aktif dan tidak bergantung pada informasi searah dari guru. 3) Tujuan Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik Menurut Daryanto (2014: 54) tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik untuk: (a) Meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa, (b) membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik, (c) terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan, (d) memperoleh hasil belajar yang tinggi, (e) melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah, (f) mengembangkan karakter siswa. Hosnan (2014:
36-37) juga mengatakan
bahwa tujuan
pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada keunggulan pendekatan tersebut. Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah sebagai berikut: (a) untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa, (b) untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik, (c) terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan, (d) diperolehnya hasil
belajar
yang
tinggi,
(e)
untuk
melatih
siswa
dalam
mengkomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah, (f) untuk mengembangkan karakter siswa. Dari uraian pendapat tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan
pendekatan
saintifik
meliputi:
(a)
untuk
meningkatkan
kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa, (b) untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik, (c) terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan, (d) diperolehnya hasil belajar yang tinggi, (e) untuk melatih siswa dalam mengkomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah, (f) untuk mengembangkan karakter siswa.
30 4) Prinsip-Prinsip Pendekatan Saintifik Hosnan (2014: 37) mengemukakan prinsip-prinsip penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran adalah sebagai berikut: (a) pembelajaran berpusat pada siswa, (b) pembelajaran membentuk students self
concept,
(c)
pembelajaran
terhindar
dari
verbalisme,
(d)
pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip, (e) pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa, (f) pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru, (g) memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi, (8) adanya proses validasi terhadap konsep, hukum dan prinsip yang dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya. Daryanto (2014: 58-59) juga menerangkan mengenai prinsipprinsip pendekatan saintifik. sebagai berikut: pembelajaran berpusat pada siswa, pembelajaran membentuk student self concept, pembelajaran terhindar dari verbalisme, pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, serta prinsip, pembelajaran yang dilakukan mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berfikir siswa, pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa
dan
motivasi
mengajar
guru,
pembelajaran
memberikan
kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi, dalam pembelajaran yang dilaksanakan terdapat proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya. Dari kedua pendapat di atas, dapat kita simpulkan bahwa prinsip-prinsip pendekatan saintifik yaitu: (a) pembelajaran berpusat pada siswa, (b) pembelajaran membentuk konsep diri siswa, (c) pembelajaran terhindar dari satu arah, (d) pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip, (e) pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan
31 berfikir siswa, (f) pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru, (g) memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi, (h) adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya. 5) Langkah-Langkah Pendekatan Saintifik Menurut Hosnan (2014: 37) langkah-langkah pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran meliputi: menggali informasi melalui observing (pengamatan), questioning (bertanya), experimenting (percobaan), kemudian mengolah data dan informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, associating atau menalar, kemudian menyimpulkan, dan menciptakan serta membentuk jaringan atau networking. Pendapat tersebut diperkuat oleh pendapat Daryanto (2014: 59) yang berpendapat serupa tentang langkah-langkah pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran yang meliputi menggali informasi melalui pengamatan, bertanya, percobaan, mengolah data atau informasi,
menyajikan
data atau informasi,
dilanjutkan dengan
menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan dan mencipta. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud, 2013: 5) menyatakan bahwa proses pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu: mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/eksperimen,
mengasosiasikan/mengolah
informasi,
dan
mengkomunikasikan.
Tabel 2.3 Keterkaitan antara Langkah-langkah Pembelajaran dengan kegiatan belajar dan maknanya Langkah Kompetensi yang Kegiatan Belajar Pembelajaran dikembangkan Mengamati Membaca, mendengar, Melatih kesungguhan, kemenyimak, melihat (tanpa telitian, mencari informasi atau dengan alat)
32 Menanya
Mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaaan untuk mendapat informasi tambahan tentang apa yang diamati (mulai dari/ petanyaan faktual sampai kepertanyaan yang bersifat hipotek)
Mengembangkan kreatifitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan, untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.
Mengumpulkan - Melakukan eksperimen informasi/ - Membaca buku sumber lain eksperimen selain buku teks - Mengamati objek/ kejadian - Aktifitas - Wawancara dengan narasumber
Mengembangkan sikap jujur, disiplin, jujur, sopan, menghargai pendapat, kemampuan komunikasi mengumpulkan informasi, mengembangkan belajar sepanjang hayat. Mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur, dan kemampuan berfikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan
Mengasosiasikan/- Mengelola inforamasi yang mengolah sudah dikumpulkan baik informasi hasik kegiatan atau eksperimen - Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan. Mengkomunikasi Menyampaikan hasil kan pengamatan , kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.
Sumber: Permendikbud (2013: 5-7)
Mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berfikir sistematis mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.
33 Permendikbud (2013: 13-14) langkah–langkah pendekatan saintifik adalah sebagai berikut: (a) mengamati, (b) menanya, (c) mengumpulkan informasi/mencoba, (d) mengasosiasi/menalar/ mengolah informasi, (e) menyajikan/mengkomunikasikan. Berikut penjelasan mengenai langkah-langkah tersebut: a) Mengamati Dalam kegiatan mengamati, guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih
mereka
untuk
memperhatikan
(melihat,
membaca,
mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. b) Menanya Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat. Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan, pertanyaan tentang yang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstra berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik.Dari situasi di mana peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari guru, masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat di mana peserta didik mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri. Dari kegiatan kedua dihasilkan sejumlah pertanyaan. Melalui kegiatan bertanya dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik. Semakin terlatih dalam bertanya maka rasa ingin tahu semakin dapat dikembangkan. Kriteria pertanyaan yang baik menurut Daryanto (2014: 6667) adalah; (1) singkat dan jelas, (2) menginspirasi jawaban, (3) memiliki fokus, (4) bersifat probing atau divergen, (5) bersifat validatif atau penguatan.
34 Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan menanya adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat (Daryanto, 2014:70). c) Mencoba Kegiatan selanjutnya setelah menanya adalah kegiatan mencoba atau
experimenting. Kegiatannya adalah melakukan
eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek atau aktivitas, wawancara dengan narasumber. Dalam rangka memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, siswa harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Aplikasi proses pembelajaran mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Aktivitas pembelajaran yang nyata dalam melakukan percobaan menurut Daryanto (2014: 78) adalah: (1) menentukan tema atau topik sesuai dengan
kompetensi
dasar
menurut
tuntutan
kurikulum,
(2)
mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan, (3) mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen sebelumnya, (4) melakukan dan mengamati percobaan, (5) mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan data, (6) menarik simpulan atas hasil percobaan, (7) membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan. d) Menalar Di dalam kegiatan ini yang lebih aktif adalah siswanya, guru bertindak sebagai fasilitator dan motivator. Penalaran sendiri merupakan proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta–fakta yang diperoleh berdasarkan hasil observasi. Aplikasi pengembangan aktivitas pembelajaran untuk meningkatkan daya menalar siswa dapat dilakukan dengan cara berikut: (1) guru menyusun bahan pelajaran
35 dalam bentuk yang sudah siap dengan tuntutan kurikulum, (2) guru tidak banyak menerapkan metode ceramah atau metode kuliah, tugas guru adalah memberikan instruksi singkat disertai contoh–contoh, (3) bahan pembelajaran disusun secara berjenjang atau hierarkis, dimulai dari yang sederhana hingga yang kompeks, (4) kegiatan pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati, (5) setiap kesalahan harus segera dikoreksi dan diperbaiki, (6) perlu dilakukan pengulangan dan latihan agar perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan, (7) evaluasi atau penilaian didasari atas perlaku yang otentik, (8) guru mencatat semua kemajuan siswa untuk kemampuan memberikan tindakan pembelajaran perbaikan (Daryanto, 2014: 75). e) Mengkomunikasikan Dalam kegiatan mengkomunikasikan, siswa menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola, guru mengklarifikasi apakah jawaban yang telah dikerjakan sudah benar atau ada yang harus diperbaiki oleh siswa. Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini menurut Daryanto (2014:80) adalah mengembangkan sikap
jujur,
teliti,
mengungkapkan
toleransi,
pendapat
kemampuan
dengan
singkat
berpikir dan
sistematis, jelas,
serta
mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa langkah–langkah
pendekatan
saintifik
yang
digunakan
dalam
penelitian yaitu: (1) mengamati, (2) menanya, (3) mencoba, (4) menalar, dan (5) mengkomunikasikan. Hal ini dengan alasan anak usia 9-11 tahun yang memiliki karakteristik senang bergaul dengan teman sebayanya, suka bekerjasama dan berorganisasi, telah memiliki kemampuan untuk mematuhi perauran-peraturan, senang bermain dan bergembira, kehidupan sosialnya diperkaya selain kemampuan dalam hal kerjasama juga dalam hal bersaing dan kehidupan kelompok sebaya, memiliki rasa ingin tahu yang kuat terhadap dunia sekitarnya,
36 memiliki kemampuan untuk memahami materi yang kumulatif seperti volume dan jumlah, suka mengatur dirinya untuk menangani berbagai hal, mengeksplorasi suatu situasi dan mencobakan usaha-usaha baru, belajar dengan cara bekerja, mengobservasi, berinisiatif, dan mengejar anak-anak lainnya, serta berpikir secara sistematis. 6) Kelemahan dan Kelebihan Pendekatan Saintifik a) Kelemahan Pendekatan Saintifik Mengenai kegiatan mengamati, dalam Permendikbud No. 81a, hendaklah guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan siswa untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca, lebih lanjut juga guru memfasilitasi siswa untuk melakukan pengamatan, melatih siswa untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek (Hosnan, 2014: 49). Dalam pembelajaran, aktivitas bertanya perlu ditingkatkan. Diprediksi bahwa dalam pembelajaran saat ini, masih banyak siswa yang masih belum secara aktif bertanya dalam proses pembelajaran (Hosnan, 2014:49). Selain itu, kegiatan mencoba (eksperimen) pada pendekatan saintifik akan membutuhkan banyak waktu (Hosnan, 2014: 63). Berdasarkan
beberapa
pendapat
di
atas,
peneliti
menyimpulkan bahwa pendekatan saintifik memiliki kelemahan sebagai berikut: (1) sumber belajar dan media pembelajaran harus tersedia memadai, (2) guru harus kreatif mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan, dan (3) memiliki kemampuan yang baik dalam menumbuhkan keterampilan siswa dalam berbicara dan menyampaikan pendapatnya, (4) membutuhkan banyak waktu untuk melaksanakan proses pembelajaran. b) Kelebihan Pendekatan Saintifik Prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran, di antaranya: (1) pembelajaran berpusat pada siswa, (2) pembelajaran
37 membentuk student self concept,
(3) pembelajaran terhindar dari
verbalisme, (4) pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip,
(5)
pembelajaran
mendorong
terjadinya
peningkatan
kemampuan berpikir siswa, (6) pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru, (7) memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi, (8) adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya (Hosnan, 2014: 37). Berdasarkan pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa penerapan
saintifik
memiliki
kelebihan-kelebihan
yaitu:
(1)
mengajarkan siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran, (2) pembelajaran berpusat pada siswa, (3) meningkatkan cara berpikir kritis pada siswa tanpa verbalime, (4) mendorong siswa mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum dan prinsip dari berbagai sumber informasi,
(5)
meningkatkan
kemampuan
intelek
siswa,
(6)
menumbuhkan sikap percaya diri dan pandai bersosial pada siswa, (7) menggerakkan siswa dan guru untuk terus berkreativitas, (8) mengembangkan karakter siswa, dan (9) memberikan pengalaman belajar melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan. b. Media Audio Visual 1) Pengertian Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa Latin yang merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar, akan tetapi sekarang kata tersebut digunakan, baik untuk bentuk jamak maupun mufrad (Susilana & Riyana, 2007: 5). Menurut (Astini, 2011: 7) media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat
38 perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Geralch dan Ely (Arsyad, 2014: 3) mengatakan bahwa media adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam hal ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyususn kembali informasi visual atau verbal. AECT
(Association
of
Education
and
Communication
Technology) memberikan batasan tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Heinich juga mengemukakan media sebagai pembawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksudmaksud pengajaran (Arsyad, 2014: 3-4). Berdasarkan pengertian media pembelajaran dari beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa media pembelejaran pada hakikatnya adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dan informasi dari pengirim (guru) ke penerima (siswa) sehingga dapat merangsang pikiran dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. 2) Manfaat Media Pembelajaran Menurut Susilana & Riyana (2007: 10) manfaat media yaitu : (1) membuat konkrit konsep-konsep yang abstrak, (2) menghadirkan objek-objek yang terlalu berbahaya atau sukar didapat ke dalam lingkungan belajar, (3) menampilkan objek yang terlalu besar atau kecil, dan (4) memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat atau lamabat. Oemar Hamalik (Arsyad, 2014: 19) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa
39 pengaruh-pengatuh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Kemp & Dayton (Arsyad, 2014: 25) juga menyebutkan manfaat media adalah sebagai berikut : a) Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan. b) Proses pembelajaran menjadi lebih menarik. c) Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif. d) Jumlah waktu belajar dapat dikurangi. e) Kualitas belajar siswa dapat lebih ditingkatkan f) Proses pembelajaran dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. g) Sikap positif siswa terhadap proses belajar dapat ditingkatkan. h) Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif dan produktif. Menurut Sanaky (2013: 5) manfaat media pembelajaran adalah: a) Pengajaran lebih menarik perhatian pembelajarsehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar. b) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih dipahami pembelajar, serta
memungkinkan pembelajar menguasai
tujuan pembelajaran dengan baik. c) Metode pembelajaran bervariasi, tidak semat-mata hanya komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata lisan pengajar, pembelajar tidak bosan, dan pengajar tidak kehabisan tenaga. d) Pembelajar lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan penjelasan dari pengajar saja, tetapi juga aktivitas lain yang dilakukan seperti: mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain. Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa manfaat media pembelajaran meliputi: pembelajaran lebih maenarik perhatian siswa, pembelajaran menjadi lebih jelas maknanya dan lebih variatif, menjelaskan materi atau objek yang abstrak (tidak nyata) menjadi
40 konkret mudah, memberi pengalaman langsung pada siswa, dapat mempelajari materi berulang-ulang, memungkinkan adanya persamaan pendapat dan persepsi yang benar terhadap suatu materi pebelajaran atau objek, memudahkan guru menyajikan materi, mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan indera. 3) Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran Menurut Sanaky (2013: 6) pertimbangan media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran yang dipilih harus sesuai dengan (1) tujuan pembelajaran, (2) bahan pelajaran, (3) metode mengajar, (4) tersedianya alat yang dibutuhkan, (5) pribadi mengajar, (6) kondisi siswa; minat; dan kemanpuan pembelajar, dan (7) situasi pengajaran yang sedang berlangsung. Sanjaya (Hamdani, 2011: 257) mengungkapkan pertimbangan lain dalam memilih media pembelajaran yang tepat, yaitu dengan menggunakan kata ACTION (Acces, Cost, Technology, Interatctivity, Organization, Novelty) a) Access,
artinya kemudahan akses menjadi pertimbangan pertama
dalam pemilihan media b) Cost, artinya pertimbangan biaya. Biaya yang dikeluarkan untuk penggunaan suatu media harus seimbang dengan manfaatnya. c) Technology, artinya ketersediaan teknologinya dan kemudahan dalam penggunaannya. d) Interatctivity, artinya mampu menghadirkan komunikasi dua arah atau interaktivitas. e) Organization, artinya dukungan organisasi atau lembaga dan cara pengorganisasiannya. f) Novelty, artinya aspek kebaruan dari media yang dipilih. Media yang lebih baru biasanya lebih menarik dan lebih baik. Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa kriteria pemilihan media harus dikembangkan sesuai dengan tujuan
yang
ingin
dicapai
oleh
seorang
pendidik
dengan
41 mempertimbangkan kondisi dan keterbatasan yang ada dalam lingkungan pembelajaran. Selain itu, pendidik harus cermat mengamati kemampuan dan karakteristik media yang bersangkutan untuk mengoptimalkan penggunaan media tersebut. 4) Macam-Macam Media Pembelajaran Arsyad (2014: 31) berdasarkan perkembangan teknologi media pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam empat kelompik, yaitu: (1) media hasil teknologi cetak, (2) media hasil teknologi audio-visual, (3) media hasil teknologi yang berdasarkan komputer, dan (4) media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer. Hamdani
(2011:
248)
menjelaskan
media
pembelajaran
diklompokkan menjadi tiga, yaitu : a) Media Visual adalah media yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan indera penglihata. Jenis media inilah yang sering digunakan oleh para guru untuk membantu menyampaikan isi atau mat pelajaran. b) Media Audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk audit (hanya dapat didengar) yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan para siswa untuk mempelajari bahan ajar. c) Media Audio-Visual, media ini merupakan kombinasi dari audio dan visual atau bisa disebut media pandang dengar. Audio visual akan menjadikan penyajian bahan ajar kepada siswa semakin lengkap dan optimal. Berdasarkan uraian di atas maka dapat penulis simpulkan pada dasarnya media pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu: media audio, media visual, media audiovisual dan multimedia. 5) Pengertian Media Audio Visual Menurut Asyhar (2011: 73) media audio-visual adalah media yang dapat menampilkan unsur gambar ( visual ) dan suara (audio) secara bersamaan pada saat mengkomunikasikan pesan atau informasi. Anitah
42 (2008: 49) juga menjelaskan bahwa media audiovisual merupakan media yang dapat dilihat dan media yang dapat di dengar. Melalui media ini seseorang tidak dapat mendengar atau melihat saja, tetapi dapat melihat sekaligus mendengar sesuatu yang divisualisasikan. Sanaky (2013: 119) mengungkapkan media audio visual adalah seperangkat alat yang dapat memproyeksikan gambar bergerak dan bersuara. Paduan antara gambar dan suara membentuk karakter sama dengan objek aslinya. Alat-alat yang termasuk dalam kategori media audio-visual adalah televisi, video-VCD, sound slide dan film. Astini (2011:
59)
juga
menjelaskan
media
audio
visual
merupakan
penggabungan media gambar (visual) dengan media suara (audio). Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa media audiovisual merupakan seperangkat alat atau media yang digunakan untuk menyalurkan pesan dan informasi dari guru ke siswa yang dapat dilihat dan didengar. 6) Jenis Media Audio Visual Menurut Sanaky (2013:119-124) alat-alat yang termasuk dalam kategori media audio visual adalah: a) Televisi merupakan suatu perlengkapan elektronik yang pada dasarnya sama dengan gambar hidup yang terdiri dari gambar dan suara. Dengan demikian, peranan TV baik sebagai gambar hidup maupun sebagai sebagai radio yang dapat menampilkan gambar yang dapat dilihat dan suara yang dapat didengar pada waktu yang sama. Kata televisi berkonotasi pada suatu sistem unit kerja pada televisi siaran, dan bukan semata-mata dilihat dari aspek wujudnya sebagai perangkat keras, tetapi televisi dapat mentransmisikan segenap pesan melalui gelombang elektronik atau melalui saluran kabel. b) Video-VCD merupakan Gambar gerak yang disertai dengan unsur suara dapat ditayangkan melalui media video dan video compact disc (VCD). Sama seperti media audio, program video yang disiarkan sering digunakan lembaga pendidikan jarak jauh sebagai sarana
43 penyampaian materi pembelajaran. Video dan televisi mampu menayangkan pesan pembelajaran secara realistik. Video memiliki beberapa fitur yang sangat bermanfaat untuk digunakan dalam proses pembelajaran. Slah satu fitur tersebut adalah slow motion di mana gerakan objek atau peristiwa tertentu yang berlangsung sangat cepat dapat diperlambat agar mudah dipelajari oleh pembelajar atau siswa. c) Media Sound Slide (slide bersuara) merupakan media pembelajaran yang bersifat audio visual. Secara fisik, slide suara adalah gambar tunggal dalam bentuk film positif tembus pandang yang dilengkapi dengan bingkai yang diproyeksikan. Pada penelitian ini, peneliti akan menerapkan media audio visual berupa slide suara (sound slide) dan video pembelajaran yang disesuaikan dengan materi atau konsep supaya anak lebih bergairah dalam mengikuti pembelajaran Matematika. Dengan menggunakan media audio visual diharapkan akan membantu dan mempermudah siswa dalam memahami materi bangun datar. 7) Langkah-Langkah Penggunaan Media Audio Visual Secara umum Anitah (2008: 52) menjelaskan langkah-langkah penggunaan
media
meliputi:
(a)
Membuat
persiapan
sebaik-
bainnyasebelum menggunakan media, (b) Mempelajari petunjuk penggunaan media, (c) Pelaksanaan penggunaan media, (d) Evaluasi, dan (e) Tindak lanjut. Langkah- langkah penggunaan media audiovisual berupa video menurut Munadi (2013: 127) yaitu: (a) Program video harus dipilih agar sesuai dengan tujuan pembelajaran, (b) Guru harus mengenal program video yang tersedia dan terlebih dahulu melihatnya untuk mengetahui manfaatnya
bagi
pembelajaran,
(c)
Sesudah
program
video
dipertunjukkan perlu diadakan diskusi yang juga perlu dipersiapkan sebelumnya, (d) Adakalanya program video tertentu perlu diputar dua kali atau lebih untuk memperlihatkan aspek-aspek tertentu, (e) Agar siswa tidak memandang program video sebagai media hiburan belaka,
44 sebelumnya perlu ditugaskan untuk memperhatikan bagian-bagian tertentu., dan (f) sesudah itu dapat ditest berapa banyak yang dapat mereka tangkap dari program video itu. Jayanti (2010: 50-51) mengemukakan tahapan langkah-langkah penggunaan media audio visual yakni: (a) merumuskan tujuan pengajaran dengan memanfaatkan media audio-visual sebagai media pembelajaran, (b) persiapan guru, pada tahap ini guru memilih dan menetapkan media yang akan digunakan untuk mencapai tujuan, (c) persiapan kelas, pada tahap ini siswa atau kelas harus mempunyai persiapan sebelum mereka menerima pelajaran dengan menggunakan media yang telah ditentukan, (d) langkah penyajian pelajaran dan pemanfaatan media, penyajian bahan pelajaran dengan memanfaatkan media pengajaran yang ada, (e) langkah kegiatan belajar siswa, pada tahap ini siswa dengan belajar dengan memanfaatkan media yang ada, siswa
dapat
mempraktekkannya
ataupun
guru
langsung
memanfaatkannya, (f) langkah evaluasi pengajaran, pada langkah ini kegiatan belajar dievaluasi, sejauh mana tujuan pembelajaran yang tercapai sekaligus melihat sejauh mana pengaruh media sebagai alat bantu dapat menunjang keberhasilan proses belajar siswa. Dari uraian di atas, peneliti menarik kesimpulan bahwa langkahlangkah menggunakan media audio visual dalam pembelajaran meliputi: (a) Guru menetapkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, menuangkan gagasan yang dimiliki guru ke dalam rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan, (b) mendesain atau menentukan media yang akan
digunakan,
(c)
Guru
mempersiapkan
perangkat
alat
(LCD,proyektor, laptop, dan pengeras suara) dan media yang diperlukan sebelum pembelajaran dimulai, (d) Siswa memperhatikan penyampaian konsep melalui media audio visual yang disampaikan oleh guru saat pembelajaran, (e) Guru melakukan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana tujuan pembelajaran tercapai dan media audio visual yang digunakan berpengaruh terhadap proses belajar siswa.
45 8) Kelebihan dan Kelemahan Media Audio Visual Astini (2011: 48) menjelaskan kelebihan dan kelemahan media audio visual : a) Kelebihan media audio visual: (1) Dapat menarik perhatian untuk periode yang singkat dan rangsangan luar lainnya (2) Dengan alat perekam pita video sejumlah besar, penonton memperoleh informasi dari ahli-ahli spesialis. (3) Menghemat waktu dan rekaman dapat diputar berulang-ulang. (4) Ruangan tak perlu digelapkan waktu penyajiannya. b) Kelemahan media audio visual: (1) Perhatian penonton sulit dikuasai, partisipasi mereka jarang dipraktikan. (2) Sifat komunikasinya bersifat satu arah dan harus diimbangi dengan pencarian bentuk umpan balik yang lain. (3) Kurang mampu menampilkan detail dari objek yang disajikan secara sempurna. (4) Memerlukan peralatan yang mahal dan kompleks. Sanaky (2013: 124) menjelaskan media VCD sebagai media pembelajaran juga tidak terlepas dari kelebihan dan kelemahan sebagai berikut : a) Kelebihan media VCD yaitu : (1) Menyajikan objek belajar secara konkret atau pesan pembelajaran secara
realistik,sehingga
sangat
baik
untuk
menambah
pengalaman belajar. (2) Sifatnya yang audio visual, sehingga memiliki daya tarik tersendiri dan dapat menjadi pemicu atau memotivasi pembelajar untuk belajar. (3) Sangat baik untuk pencapaian tujuan belajar psikomotorik.
46 (4) Dapat
mengurangi
kejenuhan
belajar,
terutama
jika
dikombinasikan dengan teknik mengajar secara ceramah dan diskusi persoalan yang ditayangkan. (5) Menambah daya tahan ingatan atau retensi tentang objek belajar yang dipelajari pembelajar. (6) Portable dan mudah didistribusikan. b) Kelemahan media VCD yaitu : (1) Pengadaannya memerlukan biaya yang mahal. (2) Tergantung pada energi listrik, sehingga tidak dapat dihidupkan di segala tempat. (3) Sifat komunikasi searah, sehingga tidak dapat memberi peluang untuk terjadinya umpan balik. (4) Mudah tergoda untuk menayangkan kaset VCD yang bersifat hiburan, sehingga suasana belajar akan terganggu. Dari beberapa pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kelebihan media audio visual antara lain: meningkatkan persepsi siswa terhadap suatu objek, meningkatkan kemampuan ingatan siswa terhadap konsep materi yang diajarkan, memperjelas pemahaman siswa yang disajikan lewat unsur verbal dan visual, menampilkan obyek yang selalu besar yang tidak memungkinkan untuk dibawa ke dalam kelas, menarik perhatian dan minat siswa terhadap pembelajaran. Sedangkan kelemahan media audio visual, antara lain: membutuhkan biaya yang relatif mahal untu
pengadaan
perangkatnya,
kurang
praktis
dibawa,
serta
membutuhkan keahlian khusus dalam menggunakan media audio visual berbasis komputer. 9) Penerapan Pendekatan Saintifik dengan Media Audio Visual Pendekatan saintifik merupakan proses pembelajaran yang dirancang untuk
memberikan pemahaman kepada siswa dalam
memahami berbagai materi melalui tahapan-tahapan mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan agar siswa menjadi aktif dan tidak bergantung pada informasi searah dari guru.
47 Media audiovisual merupakan seperangkat alat atau media yang digunakan untuk menyalurkan pesan dan informasi dari guru ke siswa yang dapat dilihat dan didengar. Dari uraian di atas, penerapan pendekatan saintifik dengan media audio visual merupakan proses pembelajaran melalui tahapantahapan mengamati, menanya, mencoba, menalar,dan mengkomunikasikan menggunakan media yang dapat dilihat dan didengar sehingga siswa menjadi aktif dalam pembelajaran. Penerapan pendekatan saintifik dengan media audio visual terdiri dari 5 langkah adalah sebagai berikut: a) Mengamati, siswa mengamati dengan memperhatikan penjelasan guru dalam menyampaikan materi yang ditampilkan melalui media audio visual. b) Menanya, siswa bertanya jawab dengan guru mengenai materi ajar yang ditampilkan melalui media audio visual. c) Mencoba, siswa mencoba dengan menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. d) Menalar, siswa bersama kelompoknya mengerjakan LKS yang diberikan oleh guru. e) Mengkomunikasikan, perwakilan siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya didepan kelas dan kelompok siswa yang lain menanggapi hasil diskusi . Adapun rincian media yang akan digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:
48 Tabel 2.4 Rincian Materi Audio Visual yang Digunakan dalam Penelitian Penerapan Materi yang diajarkan Media audio visual yang digunakan Siklus 1 Sifat-sifat dan Menggambar Video tentang Bangun Datar (Segitiga, bangun datar dan persegi, persegi panjang). sifat-sifatnya. Siklus 2 Sifat-sifat dan Menggambar Video tentang Bangun Datar ( jajar genjang, bangun datar dan belah ketupat). sifat-sifatnya. Siklus 3 Sifat-sifat dan Menggambar Video tentang Bangun Datar (layang-layang, bangun datar dan trapesium) sifat-sifatnya 3. Penelitian Yang Relevan Hasil penelitian yang relevan merupakan penjelasan sistematis tentang hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yang relevan dan sesuai dengan substansi yang sedang diteliti oleh peneliti sekarang. Terdapat beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan, yaitu mengenai penerapan pendekatan saintifik dengan media audio visual, antara lain: Penelitian yang relevan pertama dengan judul “Using the Scientific Method to Guide Learning: An Integrated Approach to Early Childhood Curriculum” oleh Hope K. Gerde, Rachel E. Schachter dan Barbara Wasik pada tahun 2013. Penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa penggunaan metode saintifik metode saintifik dapat dijadikan sebagai pedoman untuk menyelidiki ilmu pengetahuan sejak kanak-kanak/anak usia dini. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah sama-sama menerapkan pendekatan saintifik. Perbedaannya pada subjek peneliatannya dalam penelitian relevan tersebut untuk kanak-kanak/anak usia dini sedangkan peneliti untuk siswa kelas V SD. Penelitian yang relevan kedua dengan judul “Peningkatan Aktivitas Peserta Didik Menggunakan Pendekatan Saintifik Di Kelas I Sekolah Dasar Negeri 15” oleh Titin Budiarti pada tahun 2014. Penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran tematik terpadu dapat meningkatkan aktivitas siswa kelas I SD
49 Negeri 15 Delta Pawan Kabupaten Katapang. Bukti secara kualitatif dapat diketahui dari suasana kelas yang menjadi lebih aktif dan bersemangat. Sedangkan bukti secara kuantitatif dapat dilihat dari aspek aktivitas fisik, mental dan emosional yang meningkat pada setiap siklusnya. Penelitian ini sama-sama menerapkan pendekatan saintifik pada anak usia SD, akan tetapi variabel masalah pada penelitian ini adalah siswa kelas rendah yaitu kelas I SD.
Perbedaannya,
peneliti
menerapkan
pendekatan
saintifik
dalam
peningkatan aktivitas siswa, bukan peningkatan pembelajaran dan tidak menggunakan
media
dalam
penerapannya
serta
dilaksanakan
dalam
pembelajaran tematik terpadu. Penelitian relevan yang ketiga dengan judul “The Effects of AudioVisual Materials in the Teaching and Learning of the Speaking Skill in Junior 50 Secondary Schools” oleh Akuinwole Olakunle Idris tahun 2015.Penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa melalui bahan audiovisual dapat meningkatkan dampak yang signifikan terhadap kinerja siswa terhadap pembelajaran bahasa. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah sama-sama menggunakan media audiovisual. Perbedaannya pada subjek peneliatannya dalam penelitian relevan tersebut untuk siswa SMP sedangkan peneliti untuk siswa kelas V SD. Penelitian relevan keempat adalah penelitian yang dilakukan oleh Amaliyah pada tahun 2013 dengan judul “Penggunaan Media Audio Visual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas 1 dalam Pembelajaran IPA Di Sekolah Dasar”. Penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa penggunaan media audio visual dapat meningkatkan hasil belajar IPA Siswa Kelas 1 Dalam Pembelajaran IPA Di SDN Kedung Baruk I/275 Rungkut Surabaya. Pada penelitian ini, peneliti sama-sama menggunakan media audio visual dalam pembelajaran di Sekolah Dasar. Perbedaannya terletak pada materi pembelajaran yaitu penelitian ini menggunakan materi pelajaran IPA pada kelas rendah dan variabel tindakan yaitu penelitian ini hanya menggunakan media audio visual dan tidak menerapkan pendekatan pembelajaran.
50 B. Kerangka Berpikir Pembelajaran adalah proses interaksi atau upaya yang dilakukan oleh peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar dalam lingkungan belajar untuk memahami sesuatu yang dipelajari. Kegiatan pembelajaran bertujuan untuk membentuk perilaku yang telah ditetapkan sebelum pembelajaran dengan indikator pencapaian dari proses belajar dan kualitas pencapaian hasil belajar peserta didik sebagai akinbat dari proses belajar yang telah dilaksanakan. Namun, dalam kenyataan pembelajaran yang selama ini dilakukan Guru belum menggunakan model pembelajaran yang variatif dan inovatif yang mengakibatkan kemampuan siswa untuk menyerap apa yang disampaikan oleh guru pun menjadi terbatas dan kurang aktif sehingga siswa merasa jenuh, bosan, dan tidak tertarik dalam pembelajaran. Karakteristik siswa kelas V SD rata-rata berada pada kisaran usia 7-11 tahun. Di usia tersebut, mereka berada pada tahap operasional konkret, dimana pada tahap ini siswa mempunyai rasa ingin tahu yang besar, senang belajar dengan cara bekerja sama/kelompok, menyelidik, mencoba, bereksperimen, menjelajah, dan bereksplorasi. Hal ini bertentangan dengan pengertian matematika, yaitu Matematika merupakan bahan kajian yang memiliki objek abstrak yang dibangun melalui penalaran deduktif dan merupakan bahasa simbolis yang berguna membekali siswa berpikir logis, analitis, sistematis kritis, dan kreatif. Sehingga, perlu adanya pemilihan pendekatan dan media yang tepat dalam pembelajaran. Penggunaan pendekatan dan media yang tepat dalam pembelajaran dapat meningkatkan pembelajaran khususnya Matematika tentang bangun datar. Bangun datar merupakan bangun dua dimensi mempunyai panjang dan lebar, tetapi tidak memiliki ketebalan. Guru dituntut untuk dapat menjelaskan materi dengan jelas dan dapat dipahami oleh siswa. Salah satu caranya yaitu dengan menggunakan pendekatan, model dan media pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan dipelajari. Salah satu pendekatan dan media yang tepat dalam pembelajaran adalah pendekatan saintifik dengan media audio visual.
51 Pendekatan saintifik merupakan proses pembelajaran yang dirancang untuk memberikan pemahaman kepada siswa dalam memahami berbagai materi melalui
tahapan-tahapan
mengamati,
menanya,
mencoba,
menalar
dan
mengkomunikasikan agar siswa menjadi aktif dan tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Melalui pendekatan ini, siswa diharapkan mampu berperan aktif dalam pembelajaran sehingga materi yang diajarkan dapat dipahami. Ketepatan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran akan mempengaruhi tingkat keberhasilan guru dalam pembelajaran yang tentu sangat berpengaruh dalam peningkatan hasil belajar siswa. Penggunaan media yang tepat juga sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa Media Audio Visual merupakan seperangkat alat atau media yang digunakan untuk menyalurkan pesan dan informasi dari guru ke siswa yang dapat dilihat dan didengar. Media ini tepat diterapkan pada siswa SD khususnya kelas V karena mereka akan terlibat langsung dalam media yang digunakan dalam pembelajaran. Adapun langkah-langkah penerapan pendekatan saintifik dengan media audio visual yakni: (a) mengamati, (b) menanya, (c) mencoba, (d) menalar, dan (e) mengkomunikasikan. Dengan demikian, pendekatan saintifik dengan media audio visual merupakan kolaborasi yang tepat jika diterapkan sebagai upaya meningkatkan pembelajaran pada siswa kelas V SD Negeri 2 Bumirejo Kebumen. Melalui penerapan pendekatan saintifik dengan media audio visual diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran matematika tentang bangun datar, mengembangkan karakter siswa, serta dapat membekali siswa dengan kemampuan untuk menyelesaikan masalah secara sistematik, sehingga suasana pembelajaran menjadi aktif, efektif, menyenangkan dan bermakna. Gambar 2.1 berikut merupakan bagan kerangka berpikir pada penelitian tindakan kelas yakni penerapan pendekatan saintifik dengan media audio visual dalam peningkatan pembelajaran Matematika siswa kelas V SD Negeri 2 Bumirejo tahun ajaran 2015/2016.
52 Siswa: Karakteristik siswa pada tahap operasional konkret, dimana pada tahap ini siswa mempunyai rasa ingin tahu yang besar, senang belajar dengan cara bekerja sama/kelompok, menyelidik, mencoba, bereksperimen, menjelajah, dan bereksplorasi. Karakteristik Matematika: Matematika merupakan bahan kajian yang memiliki objek abstrak yang dibangun melalui penalaran deduktif dan merupakan bahasa simbolis yang berguna membekali siswa berpikir logis, analitis, sistematis kritis, dan kreatif.
Menerapkan Pendekatan Saintifik dengan Media Audio Visual dalam Pembelajaran Matematika tentang Bangun Datar pada siswa kelas V SD.
Penerapan pendekatan saintifik dengan media audio visual diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran matematika tentang bangun datar Menjadikan Suasana Pembelajaran menjadi aktif, efektif, menyenang-kan dan bermakna. Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir
C. Hipotesis Tindakan Berdasarkan uraian kajian pustaka dan kerangka berpikir di atas maka hipotesis tindakan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: “Jika penerapan pendekatan saintifik dengan media audio visual dilaksanakan dengan langkahlangkah yang tepat maka dapat meningkatkan pembelajaran Matematika tentang Bangun Datar pada siswa kelas V SD Negeri 2 Bumirejo Tahun Ajaran 2015/2016.”