9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka 1. Keterampilan Menulis Karangan pada Siswa Kelas IV SD a. Karakteristik Siswa Kelas IV SD Karakteristik yang dimiliki anak berkembang sesuai tahap perkembangan usianya. Sobur (2011: 129) mengemukakan bahwa perkembangan merupakan rangkaian perubahan jasmani dan rohani menuju arah yang lebih maju dan sempurna. Setiap tahap perkembangan jasmani dan rohani yang dialami anak merupakan hasil perkembangan dari tahap sebelumnya. Aspek-aspek perkembangan anak akan terus berkembang dan saling mempengaruhi antara satu dengan yang lain. Yusuf (2012: 178) menyebutkan bahwa usia anak sekolah dasar adalah 6 sampai 12 tahun. Desmita (2012: 156) menjelaskan bahwa dalam keadaan normal, pemikiran anak usia sekolah berkembang secara berangsurangsur. Pada masa prasekolah, pemikiran anak masih bersifat imajinatif dan egosentris. Pada usia sekolah dasar daya pemikiran anak berkembang kearah berpikir konkret, rasional, dan objektif. Yusuf (2012: 180) berpendapat bahwa anak pada usia sekolah dasar mengalami perkembangan yang pesat dalam kemampuan berbahasa, sehingga kemampuan berbahasa anak seperti perbendaharaan kata, penyusunan struktur kalimat, peribahasa kasusastraan, dan keterampilan menulis karangan perlu dikembangkan dengan baik. Selain perkembangan kemampuan berbahasa, pemikiran anak pada usia sekolah dasar mengalami perkembangan yang pesat. Piaget (Desmita, 2012: 156) menyatakan bahwa tahap perkembangan anak pada usia sekolah dasar berada pada tahap pemikiran operasional konkret yang artinya pada tahap ini anak mampu berpikir logis dan mampu menghubungkan objekobjek yang bersifat konkret Tahap-tahap perkembangan kognitif anak menurut Piaget (Siswoyo, dkk., 2007: 108) berlangsung dalam empat tahap. 9
10 Tabel 2.1. Tahap Perkembangan Kognitif Anak Umur 0-2 tahun 2-7 tahun 7-11 tahun 11-14 tahun (Sumber: Siswoyo, dkk., 2007: 108)
Tahap Sensorimotor Praoperasional Operasional Konkret Operasional Formal
Berdasarkan tabel 2.1, siswa kelas IV SD berusia antara 9-10 tahun dan berada pada tahap operasional konkret yaitu tahap perkembangan anak yang sudah mampu memahami aspek-aspek kumulatif materi, mempunyai kemampuan memahami cara mengkombinasikan beberapa golongan benda yang tingkatannya bervariasi, mampu berpikir sistematis mengenai bendabenda dan peristiwa konkrit. Anak akan merasa kesulitan bila menghadapi masalah yang bersifat abstrak. Keadaan konkret ini bisa didapat dengan menerapkan media konkret atau nyata dalam proses pembelajaran agar pembelajaran yang dilaksanakan akan menumbuhkan motivasi siswa, sehingga pembelajaran akan menarik dan menyenangkan serta dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Pola pikir anak selalu berkembang dari yang awalnya hanya bisa menyebutkan nama sebuah benda, sampai akhirnya dapat memecahkan masalah yang ada. Berdasarakan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik siswa kelas 1V SD yang berusia antara 9 sampai 10 tahun yaitu berada pada tahap perkembangan operasional konkret dengan kemampuan berpikir konkrit, rasional, objektif, mampu berfikir sistematis, yang akhirnya memecahkan masalah dan kemampuan bahasa yang berkembang pesat. Anak mampu memahami benda atau peristiwa konkret, sehingga dalam proses pembelajaran guru dapat menghadirkan model dan media pembelajaran yang sesuai karakteristik dan tahap perkembangan siswa. Melihat karakteristik siswa kelas IV SD yang berada pada tahap operasional konkret maka penerapan model concept sentence dengan media puzzle merupakan model dan media yang tepat diterapkan pada pembelajaran siswa kelas IV SD karena sesuai karakteristik dan tahap
11 perkembangan siswa. Penerapan model ini dapat membantu siswa untuk aktif dan berfikir kreatif dalam mengembangkan gagasan dalam menulis karangan melalui kata kunci yang disajikan, sedangkan media puzzle dapat membantu siswa untuk memperoleh gambaran tentang objek karangan, melatih siswa berfikir kritis, nalar, aktif dan meningkatkan daya ingat. Penerapan model dan media ini dapat membangkitkan suasana pembelajaran aktif, menarik, dan menyenangkan. b. Menulis Karangan pada Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD 1) Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD Hamalik (2010: 57) menyebutkan bahwa pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun dari unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran Bahasa Indonesia menurut Santosa, dkk. (2009: 5.18) adalah proses pemberian rangkaian belajar berbahasa kepada siswa dalam upaya mencapai kemampuan berbahasa. Pembelajaran bahasa dirancang untuk menggali potensi kebahasaan dan pengalaman belajar siswa agar mampu memenuhi pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan Zulela (2013: 4) menyebutkan bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia di SD diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam
berkomunikasi
secara
lisan
maupun
tulis
serta
dapat
menumbuhkan apresiasi siswa terhadap hasil karya sastra Indonesia. Santosa,
dkk.
(2009:
5.29)
menyebutkan
bahwa
tujuan
dari
pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu meningktkan keterampilan yang mencakup aspek mendengarkan, membaca, berbicara, menulis serta unsur pemahaman penggunaan bahasa dan apresiasi sastra. Santosa,
dkk.
(2009:
5.18-5.19)
menjelaskan
bahwa
pembelajaran bahasa di sekolah dasar dimulai dari kalimat-kalimat minim, kalimat inti, kalimat sederhana, kaliamat tunggal di kelas rendah, kemudian mempelajari kalimat luas, majemuk, sampai dapat
12 merangkai kalimat menjadi sebuah wacana sederhana. Pada kelas rendah
kegiatan
pembelajaran
bahasa
Indinesia
menggunakan
pendekatan tematik untuk menciptakan pembelajaran yang bermakna. Pembelajaran
bahasa
di
kelas
tinggi,
disajikan
menggunakan
pendekatan mata pelajaran tunggal. Berdasarkan uraian di atas tentang pembelajaran Bahasa Indonesia, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar berbahasa yang tersusun dari unsur-unsur pembelajaran yang saling mempengaruhi, untuk mencapai
peningkatan
keterampilan
berbahasa
siswa
dalam
berkomunikasi secara lisan maupun tertulis yang meliputi aspek mendengarkan, membaca, berbicara, menulis, pemahaman penggunaan bahasa, serta dapat menumbuhkan apresiasi siswa terhadap hasil karya sastra Indonesia. 2) Ruang Lingkup Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SD Nurjamal, dkk. (2014: 2) menjelaskan bahwa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia tidak hanya berbicara tentang sikap bahasaberbahasa dalam pengertian teoretis, melainkan membahas seputar keterampilan berbahasa yang meliputi keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Tarigan (2008: 1) mengemukakan bahwa keterampilan dalam mata pelajaran bahasa meliputi keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia SD/MI menurut Zulela (2013: 100) meliputi empat aspek keterampilan yaitu: a) Keterampilan Mendengarkan Keterampilan
mendengarkan
meliputi
mendengarkan
bunyi, suara, bunyi bahasa, lagu, kaset, pesan, penjelasan, laporan ceramah, nara sumber, dialog/percakapan, perintah, pengumuman, mendengarkan pengumuman.
hasil
karya
sastra,
berita,
petunjuk,
dan
13 b) Keterampilan Berbicara Keterampilan berbicara meliputi pengungkapkan perasaan, gagasan, menyampaikan sambutan, dialog, pesan, pengalaman, bercerita
tentang
berbagai
topik,
menceritakan
gambar,
pengalaman, peristiwa, tokoh, kegemaran, petunjuk, laporan, berekspresi tentang sastra, mendongeng, puisi, syair lagu, berpantun, dan drama anak. c) Keterampilan Membaca Keterampilan membaca meliputi membaca huruf, suku kata, kata, kalimat, berbagai teks bacaan sederhana, membaca lanjut, membaca denah, petunjuk, tata tertib, pengumuman, kamus, ensiklopedia, berbagai teks iptek, cerita rakyat, dongeng, drama dll. d) Keterampilan Menulis Keterampilan menulis dibedakan menjadi dua yaitu menulis permulaan permulaan dan menulis lanjut. Pada menulis lanjut meliputi: menulis karangan naratif dan non naratif dengan memperhatikan penggunaan ejaan dan tanda baca. Santosa,
dkk.
(2009:
3.21)
menyebutkan
bahwa
keterampilan menulis di sekolah dasar dibedakan menjadi dua yaitu menulis permulaan dan menulis lanjut. Menulis permulaan dimulai dari menarik garis, menulis huruf, suku kata dan kata, dan kalimat sederhana. Sedangkan menulis lanjut terdiri dari menulis kalimat sesuai gambar, menulis paragraf sederhana, menulis karangan berbantu media dengan ejaan yang benar. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD meliputi keterampilan
menyimak,
keterampilan
berbicara,
keterampilan
membaca, serta keterampilan menulis yang terdiri dari menulis permulaan dan menulis lanjut. Pada penelitian ini ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia yang diteliti adalah keterampilan menulis lanjut yaitu menulis karangan.
14 3) Menulis Karangan a) Pengertian Menulis Karangan Santosa, dkk. (2009: 6.14) berpendapat bahwa menulis adalah
suatu
kegiatan
yang
dilakukan
seseorang
untuk
menghasilkan sebuah tulisan. Pengertian menulis menurut Dalman (2015: 4) yaitu suatu kegiatan kreatif dalam menyampaikan pikiran, angan-angan, perasaan kepada pihak lain dalam bentuk tulisan yang bermakna. Suparno dan Yunus (2007: 3) berpendapat bahwa menulis karangan adalah mengungkapkan atau menyampaikan gagasan melalui bahasa tulis. Dalman (2015: 86) berpendapat bahwa menulis karangan adalah proses pengungkapan gagasan, ide, angan-angan, dan perasaan yang disampaikan melalui unsur-unsur bahasa dalam bentuk tulisan. Karangan adalah suatu hasil karya tulis yang dihasilkan seseorang dalam mengungkapkan pikiran dan perasaanya. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa menulis karangan adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dalam menuangkan
gagasan,
angan-angan,
dan
perasaan
yang
disampaikan melalui bahasa tulis. b) Macam-Macam Karangan Macam-macam karangan karangan narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi. (1) Karangan Narasi Nurjamal, dkk., 2014: 70 menjelaskan bahwa karangan narasi merupakan sebuah tulisan yang sebagian besar berisi cerita, meskipun di dalamnya terdapat gambaran-gambaran untuk melengkapi cerita tersebut, namun secara utuh tulisan tersebut berbentuk cerita. Finosa (Dalman, 2015: 106) menjelaskan bahwa karangan narasi adalah suatu bentuk tulisan yang berusaha
15 menciptakan, mengisahkan, dan merangkai tindakan atau perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis dalam suatu kesatuan waktu. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa karangan narasi merupakan sebuah tulisan yang berisi rangkaian tindakan atau perbuatan dalam sebuah peristiwa secara kronologis dalam suatu kesatuan waktu untuk menggambarkan kepada pembaca tentang sesuatu yang telah terjadi. (2) Karangan Deskripsi Suparno dan Yunus (2007: 4.6) mengemukakan bahwa karangan deskripsi adalah bentuk karangan yang melukiskan sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya, sehingga pembaca dapat mencitrai apa yang dilukiskan sesuai dengan citra penulisanya. Karangan deskripsi menurut Dalman (2015: 94) yaitu karangan yang menggambarkan suatu objek atau peristiwa tertentu dengan kata-kata secara jelas dan terperinci, sehingga si pembaca seolah-olah turut merasakan dan mengalami langsung apa yang dideskripsikan oleh penulis. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa karangan deskripsi merupakan karangan yang menggambarkan tentang suatu objek, keadaan atau peristiwa tententu yang ditulis menggunakan kata-kata secara jelas, sehingga pembaca seolaholah merasakan apa yang dideskripsikan penulis. (3) Karangan Eksposisi Karangan eksposisi menurut Suparno dan Yunus (2007: 5.4) adalah karangan yang bertujuan untuk memberitahu, mengupas, menguraikan atau menerangkan sesuatu. Nurjamal, dkk. (2014: 71) menjelaskan bahwa karangan eksposisi adalah karangan yang berisi tulisan tentang sebuah pembahasan suatu
16 persoalan beserta penjelasan-penjelasannya secara terperinci supaya pembaca memahami persoalan tersebut. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa karangan eksposisi adalah karangan yang berisi tulisan tentang sebuah pembahasan mengenai sesuatu yang bertujuan untuk mengupas atau menerangkan sesuatu (4) Karangan Argumentasi Dalman (2015: 138) menjelaskan bahwa karangan argumentasi adalah karangan yang bertujuan meyakinkan atau membuktikan
kepada
pembaca
agar
menerima
sesuatu
kebenaran, sehingga pembaca meyakini kebenaran itu. Suparno dan Yunus (2007: 5.36) menjelaskan bahwa karangan argumentasi adalah karangan yang terdiri atas paparan alasan dan penyintesisan pendapat untuk membangun suatu kesimpulan yang bertujuan memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian, maupun gagasan. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa karangan argumentasi adalah karangan yang berisi tentang pendapat mengenai suatu persoalan tertentu yang terdiri atas paparan alasan dan penyintesisan beberapa pendapat maksud untuk meyakinkan pembaca. (5) Karangan Persuasi Suparno dan Yunus (2007: 5.47) menjelaskan bahwa karangan persuasi adalah karangan yang berisi paparan berdaya bujuk atau himbauan yang dapat membangkitkan ketergiuran pembaca untuk meyakini dan menuruti himbauan yang dilontarkan oleh penulis Dalman (2015: 146) menyatakan bahwa karangan persuasi
merupakan
karangan
yang
bertujuan
untuk
memengaruhi perasaan pembaca agar pembaca yakin dan
17 percaya akan isi karangan tersebut dan mengikuti keinginan si penulisnya. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa karangan persuasi adalah sebuah tulisan yang berisi suatu bujukan atau himbauan dan fakta-fakta mengenai suatu persoalan, yang bertujuan untuk memengaruhi perasaan pembaca agar percaya akan isi karangan. Berdasarkan macam-macam karangan di atas, peneliti menggunakan karangan deskripsi untuk dijadikan materi dalam penelitian karena sesuai dengan silabus mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas IV semester 2 dan karakteristik siswa. c) Langkah Menulis Karangan Dalman (2015: 86-88) menyebutkan bahwa langkahlangkah dalam menulis karangan yaitu: (1) menentukan tema, topik, dan judul; (2) mengumpulkan bahan; (3) menyeleksi bahan; (4) membuat kerangka karangan; dan (5) mengembangkan kerangka karangan. Suparno dan Yunus (2007: 3.2) berpendapat bahwa fasefase dalam menulis karangan adalah sebagai berikut. (1) Fase prapenulisan (persiapan) Kegiatan
prapenulisan
ini
mencakup
pemilihan
topik,
menetapkan tujuan dan sasaran penulisan, mengumpulkan informasi
yang
diperlukan,
dan
penyusunan
kerangka
karangan. (2) Fase penulisan (pengembangan paragraf) Kegiatan pengembangan ini meliputi pengembangan gagasan dasar atau
utama ke dalam gagasan-gagasan penjelas dan
penuangannya dalam paragraf dapat berupa paragraf induktif, deduktif atau campuaran
18 (3) Fase pascapenulisan (penyempurnaan tulisan) Pada fase ini meliputi penulisan draf karangan secara utuh dan penyuntingan karangan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah dalam menulis karangan yaitu: (1) menentukan tema, topik, dan judul karangan; (2) mengumpulkan dan menyeleksi
bahan;
(3)
membuat
kerangka
karangan;
(4)
mengembangkan kerangka karangan; dan (5) penyempurnaan karangan. 4) Materi Menulis Karangan Kelas IV SD a) Standar Kompetensi Menulis Karangan Kelas IV SD Lingkup standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia yang akan digunakan dalam penelitian adalah sebagi berikut. Standar Kompetensi 8. Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara tertulis dalam bentuk karangan, pengumuman, dan pantun anak. Kompetensi Dasar 8.1 Menyusun karangan tentang berbagai topik sederhana dengan memperhatikan penggunaan ejaan (huruf besar, tanda titik, tanda koma, dll.) Indikator yang akan diteliti yaitu: 8.1.1 Menyusun kerangka karangan deskripsi dengan tema hewan 8.1.2 Mengembangkan karangan deskripsi berdasarkan kerangka karangan dengan memperhatikan ketepatan penggunaan bahasa dan ejaan. 8.1.3 Menyusun kerangka karangan deskripsi dengan tema pemandangan alam. 8.1.4 Mengembangkan karangan deskripsi berdasarkan kerangka karangan dengan memperhatikan ketepatan penggunaan bahasa dan ejaan.
19 8.1.5 Menyusun kerangka karangan deskripsi dengan tema lingkungan sekolah. 8.1.6 Mengembangkan karangan deskripsi berdasarkan kerangka karangan dengan memperhatikan ketepatan penggunaan bahasa dan ejaan. Silabus terlampir pada lampiran 2 halaman 148. b) Materi Menulis Karangan Kelas IV SD Materi yang digunakan dalam penelitian yaitu karangan dekripsi tema hewan, pemandangan alam, dan lingkungan sekolah. Karangan
deskripsi
merupakan
karangan
yang
menggambarkan tentang suatu objek, keadaan atau peristiwa tententu yang ditulis menggunakan kata-kata secara jelas, sehingga pembaca seolah-olah merasakan apa yang dideskripsikan penulis. Langkah-langkah dalam menulis karangan deskripsi yaitu: (1) menentukan tema, topik, dan judul karangan deskripsi; (2) mengumpulkan dan menyeleksi bahan yang akan dideskripsi; (3) membuat kerangka karangan deskripsi; (4) mengembangkan kerangka
karangan
menjadi
karangan
deskripsi;
dan
(5)
penyempurnaan karangan deskripsi. Tahap-tahap dalam menyusun kerangka karangan deskripsi antara lain mencatat gagasan, mengatur urutan gagasan, memeriksa kembali gagasan yang telah diatur dan selanjutnya membuat kerangka karangan. Adapun
contoh
menyusun
kerangka
karangan
dan
mengembangkan karangan setiap temanya adalah sebagai berikut: (1) Karangan Deskripsi Tema Hewan Tema
: Hewan
Topik
: Hewan pemakan tumbuhan
Judul
: Gajah
20 Kerangka karangan: -
Gajah mempunyai belalai panjang
-
Makanan gajah adalah tumbuhan
-
Gajah hidup di hutan
-
Gajah termasuk hewan langka
Contoh pengembangan kerangka karangan Gajah Gajah adalah hewan yang memiliki tubuh besar. Salah satu ciri khasnya gajah yaitu mempunyai belalai yang panjang. Kulit gajah berwarna abu-abu. Dibandingkan hewan lain, bentuk tubuh gajah termasuk hewan bertubuh besar. Ia biasa mengambil makanannya dengan menggunakan belalainya. Makanan gajah adalah tumbuh tumbuhan. Tempat hidup gajah adalah di hutan. Gajah hidup secara berkelompok. Gajah termasuk hewan langka, dilindungi, dan lestarikan. (2) Karangan Deskripsi Tema Pemandangan Alam Tema
: Pemandangan alam
Topik
: Pemandangan di daerah dataran rendah
Judul
: Indahnya Pemandangan Pantai
Kerangka karangan : -
Suara ombak bergemuruh
-
Burung berterbangan di atas air laut
-
Air laut terlihat jernih dan berwarna biru
-
Hembusan angin terasa semilir
Contoh pengembangan kerangka karangan Indahnya Pemandangan Pantai Terdengar suara ombak bergemuruh di pantai pasir putih. Semakin lama deburan ombak terdengar semakin keras. Langit nampak biru yang dihiasi burung-burung berterbangan di atas air laut. Burung-burung terlihat berebut mencari ikan untuk dimakan. Matahari nampak menyinari air laut yang jernih dan
21 berwarna biru. Hembusan angin terasa semilir menggerakan daun pohon kelapa. Terlihat nelayan dengan jaringnya sedang menjaring ikan di laut. (3) Karangan Deskripsi Tema Lingkungan Sekolah Tema
: Lingkungan sekolah
Topik
: Bangunan Sekolah
Judul
: Ruang kelas IV yang rapi
Kerangka karangan : -
Ruang kelas berukuran 9m x 9m x 3,5m
-
Dinding kelas berwarna hijau cerah
-
Ruangan diterangi oleh empat lampu
-
Meja guru terletak di pojok kanan
-
Meja dan kursi berderet rapi
Contoh pengembangan kerangka karangan Ruang Kelas IV yang Rapi Ruang kelas belajar kami berukuran 9m x 9m dengan tinggi kira-kira 3,5m. Dinding kelas berwarna hijau cerah dengan hiasan alat peraga dan pahlawan nasional. Pada dinding depan tergantung papan tulis hitam brukuran 1m x 3,5m. Ruang ini diterangi oleh empat buah lampu neon, yang masing-masing empat puluh watt. Meja guru terdapat dipojok kanan. Alasnya berwarna merah cerah. Disebelah kanan ada cahaya yang memasuki ruang kelas melalui jendela besar. Meja dan kursi murid berjumlah empat puluh stel selalu berderet rapi. Penggunaan huruf kapital menurut Waridah (2013: 5) yaitu: dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat, dipakai pada huruf pertama unsur-unsur nama orang.dipakai pada huruf pertama petikan langsung, dipakai pada huruf pertama kata dan ungkapan yang berhubungan dengan agama, kitab suci, dan Tuhan. Pengunaan tanda baca titik (.) menurut Waridah (2013: 32) yaitu: dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan,
22 dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar atau daftar, digunakan untuk memisahkan angka jam, menit, detik yang menunjukan waktu. Penggunaan tanda baca koma (,) yaitu: dipakai diantara unsur suatu rincian atau pembilangan, dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dengan kalimat setara berikutnya yang didahului kata tetapi, sedangkan, kecuali, dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya c) Aspek Penilaian Keterampilan Menulis Karangan Santosa, dkk. (2009: 7.3) menyebutkan bahwa aspek penilaian keterampilan menulis berhubungan dengan pengukuran kemampuan menggunakan bahasa tulis sebagai alat komunikasi. Penilaian menulis karangan menurut Zulela (2013: 9) menekankan pada tiga aspek yaitu: (1) isi yang meliputi ketepatan pengembangan tulisan/karangan dengan tugas yang diminta; (2) bahasa yang meliputi struktur kata, diksi, struktur kalimat; dan (3) ejaan yang meliputi tulisan, penggunaan tanda baca, huruf kapital. Dalman (2015: 103-104) mengemukakan aspek yang dijadikan pedoman dalam penilaian karangan deskripsi yaitu: (1) kesesuaian judul dengan isi karangan; (2) penggunaan dan penulisan ejaan; (3) pilihan kata dan diksi; (4) struktur kalimat; (5) keterpaduan antar kalimat; (6) keterpaduan antar paragraf; (7) isi keseluruhan; dan (8) kerapihan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek penilaian menulis karangan meliputi: (1) isi karangan; (2) keterpaduan uritan cerita; (3) ketepatan kata; (4) ketepatan kalimat; dan (5) ejaan dan tata tulis. Aspek penilaian keterampilan menulis karangan pada penelitian ini dapat dilihat dari hasil karya siswa dalam menulis karangan deskripsi secara keseluruhan dengan memperhatikan indikator penilaian karangan
23 yang meliputi: (1) isi karangan; (2) keterpaduan uritan cerita; (3) ketepatan kata; (4) ketepatan kalimat; dan (5) ejaan dan tata tulis. c. Keterampilan 1) Keterampilan Menulis Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata terampil berarti mampu atau cekatan. Terampil adalah cakap dalam menyelesaikan suatu tugas. Keterampilan merupakan kecakapan untuk menyelesakan suatu tugas (Depdiknas, 2014: 1447). Santosa, dkk. (2009: 6.14) mengemukakan bahwa menulis adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menghasilkan sebuah tulisan. Pengertian menulis menurut Dalman (2015: 4) yaitu suatu kegiatan kreatif dalam menyampaikan pikiran, angan-angan, perasaan kepada pihak lain dalam bentuk tulisan yang bermakna. Tarigan (2008: 3) menjelaskan bahwa menulis merupakan keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung atau tidak tatap muka dengan orang lain. Nurjamal, dkk. (2014: 68-69) menjelaskan bahwa menulis sebagai suatu keterampilan berbahasa adalah kemampuan seseorang dalam mengemukakan gagasan, perasaan, dan pemikirannya kepada orang lain dengan menggunakan media tulisan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis merupakan suatu kegiatan seseorang yang membutuhkan kecakapan dalam menyampaikan gagasan, perasaan, dan pemikirannya dengan menggunakan media tulisan, sehingga dapat digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. 2) Keterampilan Menulis Karangan Keterampilan menulis merupakan suatu kegiatan seseorang yang membutuhkan
kecakapan
dalam
menyampaikan
gagasan,
perasaan, dan pemikirannya dengan menggunakan media tulisan, sehingga dapat digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung.
24 Suparno dan Yunus (2007: 3) mengemukakan bahwa menulis karangan adalah mengungkapkan atau menyampaikan gagasan melalui bahasa tulis. Dalman (2015: 86) berpendapat bahwa menulis karangan adalah proses pengungkapan gagasan, ide, angan-angan, dan perasaan yang disampaikan melalui unsur-unsur bahasa dalam bentuk tulisan. Karangan adalah suatu hasil karya tulis yang dihasilkan seseorang dalam mengungkapkan pikiran dan perasaanya. Suparno dan Yunus (2007: 3) mengemukakan bahwa keterampilan menulis karangan adalah keterampilan untuk menuangkan gagasan dengan kerangka. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis karangan adalah suatu kegiatan yang membutuhkan kecakapan dalam menuangkan gagasan, angan-angan, dan perasaan yang disampaikan melalui unsur-unsur bahasa dalam bentuk bahasa tulis dengan kerangka karangan. d. Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Siswa Kelas IV SD Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti kata tingkat adalah susunan yang berlapis-lapis. Peningkatan adalah proses, cara atau perbuatan yang meningkatkan (Depdiknas, 2014: 1469). Peningkatan keterampilan menulis karangan siswa kelas IV SD merupakan hasil peningkatan dalam suatu kegiatan yang membutuhkan kecakapan dalam menuangkan gagasan, angan-angan, dan perasaan yang disampaikan melalui unsur-unsur bahasa dalam bentuk bahasa tulis dengan kerangka karangan yang dapat dilihat dari meningkatnya hasil belajar siswa pada menulis karangan deskripsi dengan indikator pencapaian kompetensi sebagai berikut: (1) menyusun kerangka karangan deskripsi dengan tema hewan; (2) mengembangkan karangan deskripsi berdasarkan kerangka karangan dengan memperhatikan ketepatan penggunaan bahasa dan ejaan; (3) menyusun kerangka karangan deskripsi dengan tema pemandangan alam; (4) mengembangkan karangan deskripsi berdasarkan kerangka karangan dengan memperhatikan ketepatan penggunaan bahasa dan ejaan; (5) menyusun
25 kerangka karangan deskripsi dengan tema lingkungan sekolah; dan (6) mengembangkan karangan deskripsi berdasarkan kerangka karangan dengan memperhatikan ketepatan penggunaan bahasa dan ejaan.
2. Model Concept Sentence dengan Media Puzzle a. Model Pembelajaran Concept Sentence 1) Pengertian Model Pembelajaran Joyce dan Weill (Huda, 2013: 73) menjelaskan bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum, mendesain materi-materi instruksional, dan memandu proses pengajaran di ruang kelas atau di setting yang berbeda. Pengertian model pembelajaran menurut Chatib (2014: 128) adalah sebuah sistem proses pembelajaran yang utuh, mulai dari awal hingga akhir. Model pembelajaran menurut Suprijono (2012: 46) adalah kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Model
pembelajaran
ini
digunakan
sebagai
pedoman
dalam
melaksanakan pembelajaran. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu sistem yang menggambarkan prosedur sistematis pembelajaran yang utuh dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. 2) Macam-Macam Model Pembelajaran Suprijono (2012: 46-68) menjelaskan bahwa macam-macam model pembelajaran adalah sebagai berikut. a) Model Pembelajaran Langsung Model pembelajaran langsung atau direct instruction yaitu model pembelajaran yang mengacu pada gaya mengajar guru yang terlibat aktif dalam mengusung isi pelajaran kepada siswa dan mengajarkan secara langsung kepada seluruh kelas.
26 b) Model Pembelajaran Berbasis Masalah Model pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran berdasarkan konsep-konsep yang berupa belajar penemuan atau discovery learning. c) Model pembelajaran Kontekstual Model CTL adalah model pembelajran yang mengkaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari. d) Model Pembelajaran Kooperatif Model
pembelajaran
kooperatif
adalah
pembelajaran yang menekankan pada kerja kelompok
model yang
dipimpin atau diarahkan oleh guru. Contoh-contoh model pembelajaran kooperatif menurut Huda (2013: 303-315) yaitu: (1) Scramble; (2) Mind Map; (3) Generative; (4) Circuit Learning; dan (5) Concept Sentence. Berdasarkan uraian di atas, dapat macam-macam model pembelajaran yaitu: (1) model pembelajaran langsung; (2) model pembelajaran berbasis masalah; (3) model pembelajaran kontekstual; dan (4) model pembelajaran kooperatif seperti scramble, mind map, generative, circuit learning, dan concept sentence. Berdasarkan kesimpulan macam-macam model pembelajaran, penelitian ini menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence karena model ini tepat digunakan untuk membantu siswa dalam menulis karangan melalui kata kunci yang disajikan, dan meningkatkan kemampuan siswa untuk berfikir kreatif. 3) Hakikat Model Concept Sentence a) Pengertian Model Concept Sentence Shoimin
(2014:
37)
menyatakan
bahwa
model
pembelajaran concept sentence adalah salah satu tipe model pembelajaran cooperative learning
yang dilakukan dengan
27 memberikan kartu-kartu yang berisi beberapa kata kunci kepada siswa kemudian kata kunci tersebut disusun menjadi beberapa kalimat dan dikembangkan menjadi paragraf-paragraf. Suprijono (2012: 132) menjelaskan bahwa concept sentence merupakan salah satu ragam pembelajaran dengan pendekatan kooperatif yang dilakukan dengan menyampaikan kompetensi, sajian materi, pembentukan kelompok heterogen, penyajian kata kunci sesuai materi bahan ajar, dan penugasan kelompok. Huda (2013: 315) menjelaskan bahwa model concept sentence merupakan model pembelajaran yang diawali dengan penyampaian kompetensi, sajian materi, pembentukan kelompok heterogen, penyajian kata kunci sesuai materi bahan ajar, dan penguasaan kelompok Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model concept sentence adalah model pembelajaran yang diawali dengan penyampaian kompetensi, sajian materi, pembentukan kelo mpok heterogen, penyajian kata kunci oleh guru, kemudian kata kunci
tersebut
disusun
menjadi
beberapa
kalimat
yang
dikembangkan menjadi paragraf dan penugasan kelompok. b) Langkah-langkah Model Concept Sentence Langkah model concept sentence menurut Huda (2013: 316) yaitu: (1) guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai; (2)
guru
menyajikan
materi
terkait
dengan
pembelajaran
secukupnya; (3) guru membentuk kelompok yang anggotanya ± 4 orang secara heterogen; (4) guru menyajikan beberapa kata kunci sesuai dengan materi yang disajikan; (5) setiap kelompok diminta untuk membuat beberapa kalimat dengan menggunakan minimal 4 kata kunci; (6) hasil diskusi kelompok didiskusikan kembali secara pleno yang dipandu oleh guru; dan (7) siswa dibantu oleh guru memberikan kesimpulan.
28 Shoimin (2014: 38) mengemukakan bahwa langkahlangkah pelaksanaan model concept sentence yaitu: (1) guru menyampaikan tujuan kompetensi yang akan dicapai; (2) guru menyajikan materi;
(3)
guru membentuk
kelompok
yang
anggotanya sekitar 4 orang secara heterogen; (4) guru menyajikan beberapa kata kunci sesuai materi; (5) tiap kelompok membuat beberapa kalimat dengan menggunakan beberapa kata kunci; (6) hasil diskusi kelompok didiskusikan kembali yang dipandu oleh guru; dan (7) guru menyimpulkan pembelajaran. Suprijono (2012: 132) menyatakan bahwa langkahlangkah
concept
sentence
yaitu:
(1)
guru
menyampaikan
kompetensi; (2) guru menyajikan materi; (3) guru membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen; (4) guru menyajikan beberapa kata kunci; (5) tiap kelompok membuat beberapa kalimat dengan menggunakan minimal 4 kata kunci; (6) hasil diskusi kelompok didiskusikan kembali secara pleno yang dipandu oleh guru; dan (7) kesimpulan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan langkah-langkah pelaksanaan model concept sentence yang akan peneliti gunakan dalam penelitian ini yaitu: (1)
guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai;
(2)
guru menyajikan materi pelajaran;
(3)
guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya ± 4 orang secara heterogen;
(4)
guru menyajikan beberapa kata kunci sesuai dengan materi;
(5)
siswa berkelompok membuat beberapa kalimat dengan menggunakan minimal 4 kata kunci kemudian menyusun kalimat menjadi karangan;
(6)
siswa bersama guru membahas hasil diskusi; dan
(7)
siswa bersama guru membuat kesimpulan materi yang sudah dipelajari.
29 c) Kelebihan dan Kekurangan Model Concept Sentence Kelebihan concept sentence menurut Huda (2013: 317) yaitu: (1) meningkatkan semangat belajar siswa; (2) membantu terciptanya suasana belajar yang kondusif; (3) mengembangkan proses berpikir kreatif; (4) memunculkan kegembiraan dalam belajar; (5) memunculkan kesadaran untuk berubah menjadi lebih baik; (6) memperkuat kesadaran diri; (7) lebih memahami kata kunci dari materi pokok pelajaran; dan (8) siswa yang lebih pandai mengajari siswa yang kurang pandai. Shoimin (2014: 38) menyatakan bahwa kelebihan concept sentence yaitu: siswa lebih memahami kata kunci dari materi pokok pelajaran untuk dikembangkan dan siswa yang lebih pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kelebihan model concept sentence yaitu: (1) meningkatkan semangat belajar siswa; (2) mengembangkan proses berpikir kreatif; (3) memunculkan kegembiraan dalam belajar; (4) memudahkan siswa memahami kata kunci untuk menulis karangan; (5) membantu terciptanya suasana belajar yang kondusif; (6) mendorong siswa untuk memandang sesuatu dalam pandangan yang berbeda; (7) memunculkan kesadaran untuk berubah menjadi lebih baik; (8) memperkuat kesadaran diri; dan (9) siswa yang lebih pandai mengajari siswa yang kurang pandai. Huda (2013: 317) berpendapat bahwa kekurangan model concept sentence adalah hanya untuk mata pelajaran tertentu dan kecenderungan siswa-siswa yang pasif untuk mengambil jawaban dari temannya. Shoimin (2014: 38-39) menyebutkan bahwa kekurangan model concept sentence yaitu model ini hanya dapat digunakan untuk mata pelajaran tertentu dan bagi siswa yang pasif dapat mengambil jawaban dari temannya.
30 Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kekurangan model concept sentence yaitu hanya dapat digunakan untuk mata pelajaran tertentu dan adanya kemungkinan bagi
siswa
kelompoknya.
pasif
untuk
Dengan
mengambil demikian,
jawaban untuk
dari
teman
mengantisipasi
kemungkinan adanya siswa pasif, dibutuhkan peran guru yang dapat memotivasi siswa untuk aktif dalam bertanya, menanggapi pertanyaan, dan aktif dalam diskusi kelompok. Dengan demikian, siswa yang pasif akan berubah menjadi aktif. b. Media Puzzle 1) Pengertian Media Pembelajaran Pengertian media pembelajaran menurut Hamdani (2011: 243) adalah komponen sumber belajar yang mengandung materi intruksional di lingkungan siswa, yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Media ini membawa pesan atau informasi yang bertujuan intruksional. Miarso (Susilana dan Riyana, 2007: 6) menyebutkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan pembelajaran yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa untuk belajar. Media pembelajaran menurut Asyhar (2011:8) adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan pesan dari suatu sumber terencana, sehingga terjadi lingkungan belajar yang kondusif dan penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efektif dan efisien. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa terhadap materi pembelajaran yang disajikan, sehingga tercipta pembelajaran yang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
31 2) Macam-Macam Media Pembelajaran Asyhar (2011: 77) menyebutkan bahwa macam-macam media pembelajaran berdasarkan karakteristiknya yaitu: (a) media visual; (b) media audio; (c) media audio-visual; dan (d) multimedia. Susilana dan Riyana (2007: 13-22) menjelaskan bahwa berdasarkan bentuk penyajiannya media dibagi menjadi tujuh kelompok. a) Kelompok kesatu: media grafis, bahan cetak, dan gambar diam Media grafis adalah media visual yang menyajikan fakta, ide atau gagasan melalui penyajian kata-kata, kalimat, angkaangka, dan simbol/gambar. Media bahan cetak adalah media visual yang pembuatannya melalui proses pencetakan atau offset. Gambar diam adalah media visual yang berupa gambar yang dihasilkan melalui proses fotografi. b) Kelompok kedua: media proyeksi diam Media
proyeksi
diam
adalah
media
visual
yang
diproyeksikan, dengan hasil proyeksinya tidak dapat bergerak atau memiliki unsur gerakan. c) Kelompok ketiga: media audio Media audio adalah media yang penyampaian pesannya hanya dapat diterima oleh indra pendengaran. d) Kelompok keempat: media audio visual diam Media audio visual diam adalah media yang penyampaian pesannya dapat diterima oleh indra pendengaran dan penglihatan, akan tetapi gambar yang dihasilkannya adalah gambar diam. e) Kelompok kelima: film Film atau gambar hidup yaitu serangkaian gambar diam yang meluncur secara cepat dan diproyeksikan, sehingga menimbulkan kesan hidup dan bergerak. f) Kelompok keenam: televisi Televisi adalah media yang dapat menampilkan pesan secara audiovisual dan gerak.
32 g) Kelompok ketujuh: multimedia Multimedia merupakan suatu sistem penyampaian dengan menggunakan berbagai bahan belajar yang membentuk suatu unit atau paket. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa macammacam media yaitu: media visual, media audio, media audio-visual dan multimedia. Berdasarkan kesimpulan macam-macam media pembelajaran, penulis memilih menerapkan media puzzle yang termasuk dalam media visual yang pembuatannya melalui proses pencetakan dan hanya dapat dilihat melalui indra penglihatan, untuk dipadukan dengan model concept sentence dalam pembelajaran keterampilan menulis karangan. Media ini merupakan pengembangan dari media gambar. Peneliti memilih media puzzle karena media ini sesuai dengan karakteristik dan tingkat perkembangan siswa kelas IV, meningkatkan daya ingat, berfikir kritis, dan semangat belajar. 3) Hakikat Media Puzzle a) Pengertian Media Puzzle Setiawati (2015: 210) menyebutkan bahwa media puzzle merupakan suatu media gambar bongkar pasang yang termasuk dalam media visual karena dapat dicerna melalui indera penglihatan. Ismail (2009: 199) menjelaskan bahwa puzzle adalah permainan yang menyusun suatu gambar yang telah dipecah dalam beberapa bagian. Puzzle ini dapat terbuat dari kayu, karton, plastik, dan kertas. Juliansah (2014: 2) menjelaskan bahwa media puzzle merupakan media yang berupa potongan-potongan gambar kecil yang disatukan agar terbentuk gambar yang utuh. Media ini akan membantu siswa dalam memperoleh gambaran tentang objek karangan.
33 Pengertian media puzzle menurut Sucahyo (2013: 3) adalah
suatu
media pembelajaran yang berupa
potongan-
potongan gambar yang dapat disusun hingga terbentuk menjadi suatu gambar yang utuh. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian media puzzle adalah media gambar yang berupa potongan-potongan gambar yang dapat disusun hingga terbentuk suatu gambar utuh yang dapat terbuat dari kayu, karton, plastik, dan kertas. b) Jenis-Jenis Media Puzzle Nika dan Larasputri (2014) menyebutkan bahwa jenis-jenis media puzzle yaitu: Jigsaw puzzle, Jigsaw puzzle 3D, Logic puzzle, Mechanical puzzle dan Puzzle digital. Abdulloh (2012) menjelaskan bahwa jenis-jenis media puzzle adalah sebagai berikut. (1) Logic puzzle Logic puzzle adalah puzzle yang menggunakan logika dalam proses menyusunnya. Contohnya yaitu grid puzzle. (2) Jigsaw puzzle Jigsaw puzzle adalah jenis puzzle yang merupakan kepingankepingan gambar yang disusun menjadi gambar yang utuh. (3) Mechanical puzzle Mechanical puzzle adalah puzzle yang kepingannya saling berhubungan. Contoh puzzle jenis ini adalah shoma cube. (4) Combination puzzle Combination puzzle adalah puzzle yang dapat diselesaikan melalui beberapa kombinasi yang berbeda. Rubik’s cube dan hanoi tower adalah contoh dari combination puzzle. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis puzzle yaitu logic puzzle, jigsaw puzzle, jigsaw puzzle 3D, mechanical puzzle, combination puzzle, dan puzzle digital.
34 Berdasarkan kesimpulan jenis-jenis media puzzle, peneliti memilih menerapkan jigsaw puzzle dalam penelitian karena puzzle dengan jenis ini paling banyak dikenal oleh anak dan mudah digunakan. Media puzzle yang digunakan siswa dalam penelitian ini adalah media puzzle yang terbuat dari kertas karton tebal dengan ukuran panjang puzzle 33 cm dan ukuran lebar puzzle 22 cm. Puzzle ini terdiri dari 12 keping gambar kecil yang nantinya akan disusun menjadi gambar yang utuh. Berikut ini contoh media puzzle yang akan digunakan dalam penelitian.
Gambar 2.1 Media Puzzle
c) Langkah Penerapan Media Puzzle Langkah penerapan media puzzle menurut Wulandari (Charner, 2005: 16) yaitu: (1) guru mempersiapkan gambar yang dipotong-potong menjadi potongan atau kepingan yang berukuran besar; (2) bagikan puzzle kepada siswa; (3) beberapa siswa diminta menyusun puzzle yang telah diterimanya; dan (4) setelah tersusun dengan benar tunjukkan hasilnya pada siswa lain. Nisak (2011: 111) menjelaskan bahwa langkah-langkah permainan puzzle sebagai berikut: (1) mencari gambar yang berkaitan dengan materi pelajaran; (2) buatlah puzzle dari gambar-
35 gambar tersebut; (3) masukan kepingan-kepingan gambar pada amplop; (4) bagikan amplop berisi kepingan gambar pada masingmasing kelompok; dan (5) berikan waktu secukupnya kepada mereka untuk merangkai gambar. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa langkah penerapan media puzzle yaitu: (1) guru menyiapkan media puzzle; (2) guru membagikan puzzle kepada siswa; (3) siswa menyusun puzzle hingga menjadi gambar yang utuh; dan (4) siswa menunjukan hasil puzzle yang telah tersusun. d) Kelebihan dan Kekurangan media Puzzle Suciaty (Khomsoh,
2013:
2)
menyebutkan
bahwa
kelebihan bermain puzzle yaitu: (1) mengasah otak dalam melatih sel-sel saraf untuk memecahkan masalah; (2) melatih koordinasi mata dan tangan; (3) melatih nalar; (4) melatih kesabaran; dan (5) menambah pengetahuan. Ismail (2009: 199-200) menyebutkan bahwa kelebihan media puzzle adalah: (1) dapat melatih kecerdasan inteligensi anak; (2) permainan puzzle melibatkan koordinasi mata dan tangan dan cocok bagi anak-anak; dan (3) anak dapat bereksplorasi menurut kemampuan dan minatnya. Fattahilah (2013) menyebutkan kelebihan media puzzle yaitu: (1) puzzle bersifat konkret, sehingga siswa dapat melihat dengan jelas sesuatu melalui gambar puzzle; (2) gambar dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, karena tidak semua objek dan benda dapat di bawa ke dalam kelas; dan (3) gambar yang disajikan melalui puzzle dapat menarik minat dan perhatian siswa. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kelebihan media puzzle yaitu mengasah otak untuk berfikir kritis dan kreatif, menarik minat dan perhatian, melatih kecerdasan inteligensi anak, koordinasi mata dan tangan, kesabaran, nalar, dan mengatasi keterbatasan ruang dan waktu.
36 Kekurangan media puzzle menurut Fattahilah (2013) yaitu kurang maksimal bila diterapkan dalam kelompok besar. Dengan demikian, untuk mengatasi kekurangan media puzzle tersebut, peneliti membatasi jumlah anggota tiap kelompok yaitu maksimal 4 orang dengan harapan akan mengefektifkan kerja kelompok. c. Penerapan Model Concept Sentence dengan Media Puzzle Penerapan model concept sentence dengan media puzzle merupakan penerapan model pembelajaran secara berkelompok dengan kegiatan pembelajaran menggunakan kata kunci untuk membuat suatu kalimat yang kemudian dirangkai menjadi karangan sesuai materi bahan ajar berdasarkan media puzzle yang membantu siswa memperoleh gambaran tentang objek karangan dengan langkah penerapannya yaitu: : (1)
guru
menyampaikan kompetensi
yang akan
dicapai
sambil
mengenalkan media puzzle; (2) guru menyajikan materi pelajaran serta tanya jawab melalui media puzzle; (3) guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya ±4 orang secara heterogen dan membagikan puzzle; (4) guru menyajikan beberapa kata kunci sesuai dengan materi kemudian siswa menyusun media puzzle menjadi gambar yang utuh; (5) siswa berkelompok membuat beberapa kalimat dengan menggunakan minimal 4 kata kunci kemudian menyusun kalimat menjadi karangan berdasarkan media puzzle; (6) siswa bersama guru membahas hasil diskusi dengan menunjukan hasil puzzle yang telah tersusun; dan (7) siswa bersama guru membuat kesimpulan materi yang sudah dipelajari.
3. Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian relevan yang pertama yaitu penelitian yang dilakukan oleh Park (2010) dengan judul “A Hierarchical Interface Design of a Puzzle Game for Elementary Education”. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa media puzzle dapat mendukung pembelajaran lebih rinci, sistematis, menarik, dan menjadikan
siswa
lebih
berprestasi,
sehingga
dapat
meningkatkan
pembelajaran IPA di SD. Persamaan penelitian Park dengan penelitian ini,
37 yaitu sama-sama menerakan media puzzle untuk pembelajaran di SD. Perbedaan penelitian Park dengan penelitian ini yaitu pada mata pelajaran yang diteliti. Penelitian Park dilakukan pada mata pelajaran IPA tentang ekosistem, sedangkan penelitian ini dilakukan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia materi menulis karangan. Penelitian relevan yang kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh Saddler (2008) dengan judul “The Effects of Sentence-Combining Instruction on the Writing of Fourth-Grade Students With Writing Difficulties”. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa model sentence-combining dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa kelas IV. Persamaan pada penelitian ini yaitu sama-sama melakukan penelitian tentang keterampilan menulis di SD. Perbedaan dengan penelitian ini pada model pembelajaran yang digunakan. Penelitian Saddler menggunakan model Sentence Combining, sedangkan penelitian ini menerapkan model concept sentence dengan media puzzle. Penelitian relevan yang ke tiga adalah penelitian yang dilakukan oleh Febriasari (2014) dengan judul “Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Concept Sentence Berbantuan Media Visual pada Siswa Kelas IVA SDN Petompon 02 Semarang”. Penelitian ini merupakan penelitain tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai rata-rata kelas hasil belajar keterampilan menulis pada siklus I yaitu 73 dan mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 79,81. Persentase ketuntasan klasikal sebesar pada siklus I adalah 67,5% dan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 87,5%. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Febriasari, yaitu pada penggunaan model concept sentence untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan siswa kelas IV SD. Perbedaan dengan penelitian ini yaitu pada lokasi penelitian, materi yang dijadikan penelitian, dan media yang digunakan. Penelitian Febriasari dilaksanakan di SDN Petompon 02 Semarang menggunakan media visual dengan materi karangan narasi, sedangkan penelitian ini dilaksanakan di SDN Candiwulan. Media yang digunakan dalam
38 penelitian adalah media puzzle. Materi pokok pada penelitian ini adalah menulis karangan deskripsi. Penelitian relevan yang ke empat dilakukan oleh Setiawati (2015) yang berjudul “Penggunaan Model Think Talk Write dengan Media Puzzle dalam Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi pada Siswa Kelas
IVA
SDN
1
Kracak tahun ajaran 2014/2015”. Penelitian ini
merupakan penelitian tindakan kelas kolabooratif yang dilaksanakan dalam tiga siklus. Berdasarkan hasil penelitian tindakan, dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan pembelajaran pada keterampilan menulis karangan deskripsi pada siswa kelas IVA SDN 1 Kracak. Persentase ketuntasan hasil menulis karangan siswa pada tes kondisi awal yang mencapai KKM yaitu sebesar
60%.
Pada
siklus
I ketuntasan hasil menulis karangan siswa
meningkat menjadi 80% dengan rata-rata 76,07. Pada siklus II mengalami peningkatan persentase ketuntasan menulis karangan menjadi 100% dengan rata-rata 77,75 dan pada siklus III persentase ketuntasan menulis karangan adalah 100% dengan rata-rata 85,55. Jumlah siswa yang belum tuntas mengalami penurunan tiap siklusnya. Berdasarkan hasil penelitian Setiawati, persamaan penelitian ini yaitu pada media yang digunakan dan materi pembelajaran yang digunakan untuk penelitian.
Pada penelitian Setiawati dan penelitian ini, sama-sama
menggunakan media puzzle untuk pembelajaran Bahasa Indonesia dengan materi menulis karangan deskripsi. Adapun perbedaannya pada penelian Setiawati dengan penelitian ini yaitu pada lokasi penelitian dan penggunaana model pembelajaran. penelitian Setiawati dilaksanakan di SDN 1 Kracak dengan model Think Talk Write, sedangkan penelitian ini dilaksanakan di SDN Candiwulan dengan model concept sentence.
B. Kerangka Berpikir Keterampilan menulis merupakan suatu kegiatan seseorang yang membutuhkan kecakapan dalam menyampaikan gagasan, perasaan, dan pemikirannya dengan menggunakan media tulisan, sehingga dapat digunakan
39 untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Keterampilan menulis merupakan salah satu aspek penilaian dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran yaitu penerapan model dan media pembelajaran yang dapat menarik siswa aktif dalam pembelajaran,
sehingga
proses
pembelajaran
menjadi
bermakna
dan
menyenagkan. Pada kenyataannya, berdasarkan observasi peneliti tentang pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas IV SDN Candiwulan, diperoleh informasi bahwa masih banyak siswa yang kesulitan menulis berdasarkan gambar, pembelajaran masih belum aktif, dan rendahnya hasil keterampilan menulis siswa. Permasalahan tersebut disebabkan karena cara mengajar guru yang sering menerapkan pendekatan konvensional dan media pembelajaran yang digunakan belum dapat mengaktifkan siswa. Hal tersebut menyebabkan siswa pasif dalam mengikuti pelajaran dan rendahnya hasil menulis karangan yang kurang dari KKM. Dalam melaksanakan pembelajaran, guru dituntut untuk memiliki kreativitas dalam menggunakan model dan media pembelajaran yang inovatif. Hal ini bertujuan agar pembelajaran dapat berlangsung aktif, menarik, dan menyenangkan. Pemilihan model dan media yang tepat, akan berpengaruh pada keberhasilan guru dalam mengajar, sehingga meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, khusunya materi menulis karangan, tentu dibutuhkan model dan media yang tepat agar dapat meningkatkan hasil keterampilan menulis karangan siswa. Model dan media pembelajaran yang diterapkan adalah model concept sentence dengan media puzzle. Penerapan model concept sentence dengan media puzzle merupakan penerapan
model
pembelajaran
secara
berkelompok
dengan
kegiatan
pembelajaran menggunakan kata kunci untuk membuat suatu kalimat yang kemudian dirangkai menjadi karangan sesuai materi bahan ajar berdasarkan media puzzle yang membantu siswa dalam memperoleh gambaran tentang objek karangan. Langkah penerapan model dan media ini yaitu: (1) guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai sambil mengenalkan media puzzle; (2) guru menyajikan materi pelajaran serta tanya jawab melalui media puzzle; (3) guru
40 membentuk kelompok siswa yang anggotanya ±4 orang secara heterogen dan membagikan puzzle; (4) guru menyajikan beberapa kata kunci sesuai dengan materi kemudian siswa menyusun media puzzle menjadi gambar yang utuh; (5) siswa berkelompok membuat beberapa kalimat dengan menggunakan minimal 4 kata kunci kemudian menyusun kalimat menjadi karangan berdasarkan media puzzle; (6) siswa bersama guru membahas hasil diskusi dengan menunjukan hasil puzzle yang telah tersusun; dan (7) siswa bersama guru membuat kesimpulan materi yang sudah dipelajari. Penerapan model dan media ini dilaksanakan dalam tiga siklus. Setiap siklus terdiri dari dua pertemuan. Materi pada siklus pertama yaitu karangan deskripsi tema hewan, siklus kedua karangan deskripsi tema pemandangan alam, dan pada siklus ketiga yaitu karangan deskripsi tema lingkungan sekolah. Melalui penerapan model concept sentence dengan media puzzle, dapat meningkatkan semangat
belajar
siswa
untuk
aktif
dalam
mengikuti
pembelajaran,
mengembangkan proses berpikir kritis dan kreatif, memunculkan kegembiraan dalam proses pembelajaran, memudahkan siswa untuk menulis karangan melalui kata kunci dan media puzzle yang memberikan gambaran tentang objek karangan, serta melatih kecerdasan inteligensi siswa. Dengan terciptanya semangat belajar dan suasana pembelajaran yang aktif dan menyenagkan, kondisi akhir penelitian yaitu penerapan model concept sentence dengan media puzzle dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kelas IV SDN Candiwulan tahun ajaran 2015/2016 dengan KKM 70 dan persentase ketuntasan mencapai 85%. Berikut ini merupakan skema kerangka berpikir penerapan model concept sentence dengan media puzzle dalam peningkatan keterampilan menulis karangan pada siswa kelas IV SDN Candiwulan tahun ajaran 2015/2016.
41
Kondisi awal
Tindakan
Kondisi Akhir
Guru menggunakan pendekatan konvensional. Media yang digunakan belum mengaktifkan siswa.
Siswa pasif dalam mengikuti pelajaran. Hasil menulis karangan siswa kurang dari KKM.
Guru menerapkan model concept sentence dengan media puzzle dalam pembelajaran menulis karangan pada siswa kelas IV SDN Candiwulan.
Mengembangkan proses berfikir kritis dan kreatif. Meningkatkan semangat siswa untuk aktif Memunculkan kegembiraan dalam pembelajaran Memudahkan siswa menulis karangan melalui kata kunci Tercipta suasana pembelajaran aktif dan menyenagkan
Keterampilan menulis karangan deskripsi pada siswa kelas IV SD Candiwulan dapat meningkat.
Gambar 2.2. Skema Kerangka Berpikir Penerapan Model Concept Sentence dengan Media Puzzle
C. Hipotesis Tindakan Berdasarkan rumusan masalah, tinjauan pustaka, hasil penelitian yang relevan, dan kerangka berpikir, peneliti mengajukan hipotesis tindakan penelitian yaitu jika penerapan model concept sentence dengan media puzzle diterapkan sesuai langkah yang tepat, maka dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi pada siswa kelas IV SDN Candiwulan tahun ajaran 2015/2016.