BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Hakekat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) a.
Penelitian Tindakan Penelitian tindakan atau yang juga disebut dengan (action research) mempunyai objek penelitian yang luas bisa mencakup masyarakat, atau lain sebagainya. Berikut akan disajikan beberapa pengertian penelitian tindakan dari para ahli : 1) Penelitian Tindakan menurut Kurt Lewin Penelitian tindakan merupakan suatu metoda dalam penelitian tindakan yang dapat diterapkan dalam lingkungan yang sangat luas, misalnya dilingkungan industri juga sangat baik dalam memperbaiki hubungan interpersonal kemasyarakatan karena kegiatan ini merupakan salah satu bagian dari demokrasi yang dapat mengubah kehidupan seseorang dan lingkungan tempat tinggalnya, termasuk lingkungan tempat tinggal baik formal, informal, maupun non formal. (H.E Mulyasa : 2009: 4) Dalam pengertian penelitian tindakan menurut Kurt Lewin dapat dilihat bahwa penelitian tindakan ini merupakan sebuah penelitian yang dapat dilakukan di lingkungan yang sangat luas bisa dalam lingkungan industri, pendidikan, hubungan antar masyarakat. karena pada dasarnya penelitian ini
bertujuan untuk memperbaiki segala
sesuatu yang sebelumnya memiliki masalah agar dapat menjadi lebih baik. Seperti halnya dalam lingkungan pendidikan hal ini dilakukan guru untuk memperbaiki proses pembelajaran yang bermasalah. Sehingga
diharapkan
dalam
perbaikan
ini
guru
mampu
menyelenggarakan kegiatan pembelajaran yang lebih baik. Baik itu dalam pengajaran, bahan ajar maupun metoda yang digunakan dalam pengajaran. 2) Penelitian Tindakan menurut Stephen Kemmis dan Wilf Carr Penelitian tindakan merupakan suatu bentuk penelitian reflektif diri yang melibatkan beberapa partisipan di dalamnya yang
7
8 dilaksanakan dalam suatu situasi sosial tertentu sebagai bentuk dalam upaya memahami dan kemudian memperbaiki situasi sosial yang berada disekitarnya, untuk membuktikan adanya kerasionalan dan keadilan terhadap praktik sosial yang berlangsung dilingkungan masyarakat serta institusi-institusi yang terlibat didalam kondisi sosial dimana seorang individu berada. (H.E Mulyasa : 2009: 5) Dari pengertian penelitian tindakan menurut Stephen Kemmis dan Wilf Carr dapat kita lihat bahwa penelitian tindakan merupakan sebuah bentuk penelitian yang melibatkan banyak orang di dalamnya baik itu masyarakat luas maupun institusi-institusi formal. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki masalah yang sedang terjadi supaya kedepannya menjadi lebih baik. Sehingga dengan dilakukannya penelitian tindakan tidak ada lagi masalah yang sama yang akan terjadi kedepannya. 3) Penelitian Tindakan Menurut Wallace Penelitian tindakan merupakan sebuah penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data atau informasi secara sistematis mengenai praktik keseharian yang kemudian menganalisisnya yang nantinya dapat digunakan untuk membuat keputusankeputusan mengenai praktik yang seharusnya dilakukan di periode berikutnya. (Kusnandar, 2013: 44) Dari pendapat Wallace mengenai penelitian tindakan dapat di ketahui bahwa penelitian tindakan merupakan sebuah penelitian tentang praktik sehari-hari yang keputusan pada praktik yang dibuat saat itu akan digunakan pada masa selanjutnya, hal ini dilakukan untuk mendapatkan praktik yang lebih baik di masa yang akan datang. Supaya kesalahankesalahan yang dilakukan pada masa ini tidak terjadi di masa yang akan datang dan juga dapat bermanfaat sebagai khazanah ilmu pengetahuan. Dari pengertian penelitian tindakan menurut beberapa ahli yang telah dijelaskan maka penulis menyimpulkan bahwa penelitian tindakan ialah suatu bentuk tindakan penelitian yang dilakukan seseorang untuk memperbaiki, memberikan solusi yang dilakukan secara sadar. Penelitian bertujuan untuk memperbaiki kinerja individu kedepannya. Penelitian ini mencakup banyak partisipan di dalamnya. Tindakan dilakukan
9 dalam cakupan hal yang cukup luas bisa di luar institusi maupun di dalam institusi pendidikan. Didalam pendidikan dilakukan sebagai bahan refleksi guru dalam proses pembelajaran di kelas supaya dalam proses pembelajaran ke bisa menjadi lebih baik dan juga masalah-masalah yang ada di dalam pembelajaran bisa diperbaiki. b.
Penelitian Tindakan Kelas Penelitian tindakan kelas (PTK) mempunyai peranan penting dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran. Terdapat tiga unsur dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu penelitian, tindakan, dan kelas. Sehingga secara sederhana Penelitian Tindakan Kelas (PTK) diartikan sebagai suatu tindakan penelitian yang dilakukan didalam suatu lingkungan pendidikan. 1) Pengertian Tindakan Kelas Menurut Iskandar (2009:21) Pengertian Penelitian Tindakan Kelas yaitu suatu kegiatan penelitian yang ilmiah yang dilakukan secara rasional, sistematis dan empiris reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru atau dosen (tenaga pendidik), kolaborasi (tim peneliti) yang sekaligus sebagai peneliti, sejak disusunnya suatu perencanaan sampai penilaian terhadap tindakan nyata didalam kelas yang berupa kegiatan belajar mengajar, untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi pembelajaran yang dilakukan. Dari pengertian Tindakan Kelas menurut Iskandar dapat kita lihat bahwa penelitian tindakan merupakan penelitian yang ilmiah yang dilakukan secara sistematis dan rasional terhadap tindakan yang dilakukan oleh guru atau dosen, guru dan juga kolaborator ketiganya berperan didalam tindakan kelas untuk mengatasi masalah dan memperbaiki serta meningkatkan kondisi pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas. 2) Pengertian Tindakan Kelas Menurut A. Suhaenah Suparno Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah salah satu cara mengembangkan profesionalitas guru dengan cara memberdayakan mereka untuk memahami kinerjanya sendiri dan menyusun rencana untuk melakukan perbaikan secara terusmenerus. Objek dalam penelitian ini adalah proses pembelajaran yang merupakan interaksi antara guru dengan peserta didik, dan bahan belajar. Dari interaksi itu guru mencoba mencatat hal-hal
10 penting memungkinkan bisa mengidentifikasikan hal-hal penting kemudian dikategorikan sebagai masalah (Trianto, 2011: 15). Dari pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menurut A. Suhaenah Suparno merupakan upaya untuk memperbaiki, mengembangkan dan memberdayakan
guru dalam kinerjanya
pada saat kegiatan
pembelajaran didalam kelas untuk kemudian mengadakan perbaikan secara bertahap terus-menerus berekelanjutan dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran. Objek penelitiannya adalah proses pembelajaran yang terdiri dari interaksi antara guru dengan peserta didik dan bahan ajar yang digunakan guru dalam proses pembelajaran. Jadi antar objeknya harus terkoordinasi dengan baik, mulai dari Interaksi yang terjalin antara guru dengan siswa guru akan mendapatkan catatan-catatan penting yang kemudian akan diidentifikasi dan dipilah hal-hal manakah yang menjadi kategori masalah, kemudian guru dengan bahan ajar dan siswa dengan bahan ajar. Karena keseluruhannya akan mempengaruhi dalam upaya penelitian yang akan diselenggarakan dalam PTK. Dari pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menurut beberapa tokoh maka peneliti dapat menarik suatu kesimpulan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu tindakan yang dilakukan secara sadar dan terencana oleh guru dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran yang diselenggarakan didalam kelas secara bertahap, terus-menerus berkelanjutan. Pada akhirya proses belajar siswa
diharapkan
akan
berjalan
lebih
baik
dan
menyelenggarakan kegiatan pembelajaran
yang
lebih
guru baik,
mampu sesuai
dengan apa yang dibutuhkan oleh siswanya serta tujuan dari pembelajaran bisa tercapai. c. Karakteristik PTK Dari beberapa pengertian mengenai Penelitian Tindakan Kelas yang telah dipaparkan pada pembahasan sebelumnya, dapat diketahui bahwa penelitian tindakan kelas (PTK) mempunyai karakteristik tersendiri
11 jika dibandingkan dengan penelitian-penelitian lainnya. Karakterisitik penelitian tindakan kelas (PTK) menurut Iskandar (2009:24) adalah : 1) Didasarkan pada masalah yang dihadapi guru dalam instruksional. 2) Adanya kolaborasi dalam pelaksaanaannya. 3) Penelitian sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi. 4) Bertujuan memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktek instruksional. 5) Dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus. Dari pendapat Iskandar, peneliti dapat memberikan penjelasan sebagai berikut : a) Didasarkan pada masalah yang dihadapi guru dalam instruksional. Penelitian tindakan kelas dilakukan berdasarkan masalah-masalah di dalam proses pembelajaran yang dihadapi oleh guru. Permasalahan terjadi pada saat penyampaian materi. b) Adanya kolaborasi dalam pelaksaanaannya. Penelitian tindakan kelas tidak bisa dilakukan secara mandiri, butuh kolaborator dalam pelaksanaannya, karena apabila pelaksanaanya dilakukan secara individu, tidak ada yang bisa mengobservasi dan tidak ada yang bisa mengajar atau dengan kata lain penelitian tindakan kelas tidak bisa dilakukan rangkap (mengajar dan mengobservasi) c) Penelitian sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi. Penelitian tindakan kelas dilakukan untuk merefleksi atau melihat kekurangan atau kesalahan saat mengajar sehingga dengan kekurangan tersebut bisa dilakukan perbaikan dalam pembelajaran. d) Bertujuan memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktek instruksional. Penelitian tindakan kelas dilakukan untuk memperbaiki masalah yang ada dalam proses pembelajaran dan juga meningkatkan kualitas guru dalam perencaan, pelaksaan saat mengajar di dalam kelas. e) Dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus. Penelitian tindakan kelas dilakukan dalam berbagai langkah dan beberapa siklus. Tidak bisa dilakukan hanya satu siklus saja, siklus satu untuk perbaikan dan siklus dua adalah peningkatan.
12 d. Jenis-Jenis PTK Penelitian tindakan kelas memiliki jenis-jenis yang berbeda dibanding dengan penelitian lainnya. Menurut Iskandar (2009: 27) jenis-jenis PTK ada tiga yaitu: “(1) PTK Diagnostik, (2) PTK Partisipan, (3) PTK Empiris, (4) PTK Eksperimental”. Dari pendapat yang dikemukakan oleh Iskandar peneliti dapat diketahui bahwa jenis-jenis penelitian tindakan dibagi menjadi 4 kategori, adapun penjelasan secara rincinya adalah sebagai berikut : a) Penelitian tindakan kelas diagnostik, ialah penelitian yang dirancang dengan menuntun peneliti kearah suatu tindakan. Dalam hal ini peneliti mendiagnosis dan memasuki situasi yang terdapat di dalam latar penelitian. Penelitian Tindakan Kelas dirancang untuk ke arah tindakan dalam menangani permasalahan yang sedang di hadapi dalam pembelajaran, namun sebelum melakukan tindakan perlu di lakukan diagnosis terlebih dahulu supaya masalah yang ada dan solusi yang dilakukan bisa sinkron bisa menjadi obat untuk perbaikan masalah tersebut. b) Penelitian tindakan kelas partisipan, suatu penelitian sebagai PTK Partisipan apabila peneliti terlibat langsung didalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian yang berupa laporan. Penelitian tindakan kelas partisipan disini adalah peneliti ikut terlibat langsung didalam penelitian mulai dari awal yaitu pratindakan sampai dengan hasil penelitian yaitu berupa laporan dan juga pada saat proses penelitian mulai dari pembuatan RPP, siklus 1 ataupun 2 dan juga evaluasi dan juga hasil dari penelitian berupa laporan. c) Penelitian tindakan kelas empiris, ialah apabila peneliti berupaya melaksanakan suatu tindakan atau aksi dan membukukannya apa yang dilakukan dan apa yang terjadi selama aksi berlangsung. Penelitian Tindakan Kelas berupaya melaksanakan tindakan secara nyata dan membukukan apa yang sudah dilakukan selama aksi berlangsung. Hal ini bertujuan untuk menguji validitas datanya dan menjadi bukti ke
13 aslian dari hasil yang sudah di dapatkan selama proses penelitian dan juga pembukuan bisa dijadikan acuan dalam penelitian yang akan dilakukan di masa yang akan mendatang. d) Penelitian
tindakan
kelas
eksperimental,
ialah
apabila
PTK
diselenggarakan dengan berupaya menerapkan berbagai teknik atau strategi secara efektif dan efisien didalam suatu kegiatan belajar mengajar. Penelitian tindakan kelas ini diselenggarakan untuk menerapakan
berbagai
strategi
yang
efektif
dalam
kegiatan
pembelajaran di kelas. Teknik atau strategi yang digunakan sudah terencana dengan baik sebelumnya sehingga ketika teknik ini di gunakan hasil yang dicapai akan sesuai dengan harapan peneliti. e. Fokus dan Sasaran PTK Dalam penelitian tindakan kelas sangatlah perlu untuk mempelajari fokus dan sasaran penelitian tindakan kelas (PTK) supaya sebelum terjun langsung untuk melakukan penelitian tidak ada kesalahan didalamnya. Dalam pembelajaran dikelas ada fokus dan sasaran penelitian tindakan kelas yang perlu diketahui, Iskandar (2009: 31-32) menyatakan bahwa ada delapan fokus dan sasaran PTK yaitu : “(1) peserta didik, (2) Tenaga pendidik, (3) Materi Pembelajaran, (4) Media atau alat peraga pembelajaran, (5) Strategi atau metode pembelajaran yang bervariatif dan menarik, (6) Sistem evaluasi proses dan hasil belajar (7) Lingkungan sekolah, (8) pengelolaan kelas”. Dari pendapat Iskandar dapat diketahui bahwa fokus dan sasaran penelitian tindakan kelas adalah : a) Peserta didik merupakan salah satu diantara sasaran dari penelitian tindakan kelas yang sangat perlu untuk diteliti dalam banyaknya permasalahan yang ada dalam proses pembelajaran, dalam hal ini siswa diteliti bukan hanya saat dikelas saja, namun aktifitas siswa juga dapat dicermati ketika melakukan proses pembelajaran di lapangan, laboratorium dan sebagainya.
14 b) Tenaga pendidik merupakan salah satu diantara sasaran dari penelitian tindakan kelas yang perlu diteliti juga dalam banyaknya masalah yang ada dalam proses pembelajaran, pengembangan profesional guru dalam aktifitas siswa, tugasnya yaitu mendampingi siswa dalam penelitian serta berbagi aktivitas pendidik yang berhubungan dengan proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memahami dengan tepat apa yang tidak diketahui dalam pembelajaran. Apabila dalam mengajar guru kurang terampil, kurang berinovasi. Maka bisa dilakukan penelitian yang mengarah pada guru. c) Materi Pembelajaran juga penting untuk dijadikan sasaran penelitian karena hal ini bersangkutan, dapat dilihat dari satuan pelajaran atau silabus kuliah ketika materi pelajaran disajikan kepada siswa yang meliputi keorganisasian, strategi penyajiannya dalam bentuk desain strategi pembelajaran di kelas. d) Media atau alat peraga pembelajaran dapat di amati ketika guru menggunakan media atau alat peraga dalam proses pembelajaran. Media termasuk fokus masalah yang harus diamati karena media atau alat peraga yang membantu siswa untuk mampu dengan cepat memahami materi dan lebih antusias dalam belajar. e) Strategi atau metode pembelajaran yang bervariatif dan menarik sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. strategi termasuk fokus masalah yang harus teliti juga karena strategi yang digunakan guru membantu siswa untuk bisa lebih dengan mudah menangkap materi, bisa lebih fokus saat belajar, bisa dengan cepat memahami materi dan lebih antusias dalam belajar. f) Sistem evaluasi proses dan hasil belajar seperti evaluasi awal pembelajaran dan hasil pembelajaran untuk mengetahui hasil selama kegiatan pembelajaran. g) Lingkungan sekolah, baik lingkungan siswa dikelas maupun sekolah dalam menunjang pembelajaran. Karena penelitian ini dilakukan tidak
15 hanya dalam lingkup kelas saja namun juga cakupan yang luas, bisa di laboratorium dan sebagainya. h) Pengelolaan kelas, kegiatan yang sedang diterapkan dan dapat diatur dalam bentuk tindakan supaya dalam proses pembelajaran juga dapat berjalan dengan baik. f.
Tujuan Penelitian Tindakan Kelas Berdasarkan pengertian dan karakteristik penelitian tindakan kelas (PTK) yang telah diuraikan sebelumnya dapat diketahui bahwa tujuan utama dari penelitian tindakan kelas ialah untuk mengatasi permasalahanpermasalahan yang dihadapi oleh guru dalam menyelenggarakan proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya dengan adanya Penelitian Tindakan Kelas ini bisa memperbaiki proses pembelajaran yang diselenggarakan oleh guru. Berikut akan diuraikan tujuan pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (H.E Mulyasa 2009: 89-90) : 1) Memperbaiki dan meningkatkan kondisi-kondisi belajar serta kualitas pembelajaran. Penelitian tindakan kelas (PTK) bertujuan untuk memperbaiki kegiatan pembajaran yang berlangsung didalam kelas. Dengan upaya memperbaiki kondisi- kondisi yang ada dalam kegiatan
pembelajaran
berarti
juga
memperbaiki
kualitas
pembelajaran dan memperbaiki mutu pendidikan. 2) Meningkatkan layanan profesional dalam konteks pembelajaran, khususnya layanan kepada siswa sehingga tercipta layanan prima. Tugas pendidik adalah melayani siswa untuk
memberikan
pengetahuan, dan pengertian kepada peseta didik selama kegiatan pembelajaran
berlangsung.
Banyak
pula
dalam
memberikan
pengajaran pendidik hanya asal-asalan dalam mengajar. Hal ini dapat dilihat dengan kurangnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru. Diselenggarakannya penelitian tindakan kelas ini diharapkan bisa bisa memperbaiki permasalahan guru saat mengajar yang asal-asalan tersebut. Sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih efektif.
16 3) Memberikan kesempatan kepada guru berimprovisasi melakukan tindakan pembelajaran yang direncanakan secara tepat waktu dan sasarannya. Dengan diselenggarakannya penelitian tindakan kelas (PTK) guru mempunyai kesempatan untuk berimprovisasi sebebas mungkin namun tetap terarah. Hal ini dimaksudkan untuk memperbaiki
dan
meningkatkan
kualitas
pembelajaran
yang
diselenggarakan guru didalam kelas sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki oleh siswa. 4) Membiasakan guru mengembangkan sikap ilmiah, terbuka, jujur dalam pembelajaran. Diselenggarakannya suatu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menjadikan adanya perubahan dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Hal ini menunjukkan guru sudah jujur dengan secara tidak langsung mengakui adanya ketidaksesuaian dalam kegiatan pembelajaran yang ia selenggarakan. Dalam penelitian tindakan kelas (PTK) guru juga dapat mengadakan kolaborasi dengan pihak-pihak tertentu yang dapat memberikan masukan yang membangun bagi penyelenggaraan pembelajaran yang diselenggarakan oleh guru kedepannya. Dengan ketiga hal yang dimiliki oleh guru ini diharapkan kedepannya guru mampu untuk mengadakan
kegaiatan
pembelajaran
yang
lebih
baik
dari
sebelumnya. 2. Belajar dan Pembelajaran a. Belajar 1) Pengertian Belajar Pada dasarnya belajar dan pembelajaran tidak dapat dipisahkan. Karena dalam kegiatan proses pembelajaran selalu ada kegiatan belajar didalamnya. Berikut dapat diuraikan beberapa pengertian dari belajar menurut para ahli yang dapat diuraikan sebagai berikut : a) Belajar menurut Sutrisno (Suyono dan Hariyanto, 2011: 11) mengatakan bahwa, “Belajar merupakan suatu proses aktif menyusun makna melalui setiap interaksi dengan lingkungan
17 dengan membangun hubungan antara konsepsi yang yang telah dimiliki dengan fenomena yang sedang dipelajari.” Dari pengertian Sutrisno dapat disimpulkan bahwa ketika seorang individu menyerap informasi dari luar maka informasi yang akan diolah dan dikembangkan otak akan mempengaruhi tingkah laku seseorang, misal nya dia belajar dari masyarakat yang baik secara otomatis juga akan merangsang otak untuk bertingkah laku dengan baik sesuai dengan apa yang sudah di tangkap oleh otak yang melibatkan lingkungan dalam proses belajarnya. b) Belajar menurut Crow and Crow (Suyono dan Hariyanto, 2011: 12) yang mengatakan bahwa, “Belajar merupakan diperolehnya kebiasaan-kebiasaan,
pengetahuan,
dan
sikap
baru.
Belajar
dikatakan berhasil jika seseorang mampu mengulangi kembali materi yang telah dipelajari.” Dari pendapat yang dikemukakan oleh Crow dapat diketahui bahwa belajar diperoleh dari adanya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, sikap baru yang didapati disekolah. Belajar dapat dikatakan berhasil jika seseorang mampu memahami, mengingat materi yang dipelajari dengan baik. c) Belajar menurut Gagne (Suyono dan Hariyanto, 2011: 12) mengemukakan bahwa, “Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan kecenderungan manusia, seperti sikap, minat, atau nilai dan perubahan kemampuannya, yaitu peningkatan kemampuan untuk melakukan berbagai kinerja.” Dari pengertian Gagne dapat disimpulkan bahwa apabila seseorang belajar akan berpengaruh pada perubahan tingkah laku yang menekankan pada sikap, minat atau nilai dari awalnya tidak tau menjadi tau, karena yang didapat saat belajar itu mempengaruhi daya kembang otak dalam menyerap informasi yang diperoleh begitu pula sebaliknya jika tidak belajar maka daya serap nya pun rendah karena otak tidak menerima informasi apapun untuk
18 dikembangkan, otak hanya akan diam saja tidak menyerap informasi apapun. Dari ketiga definisi menurut para tokoh tentang belajar, peneliti dapat menyimpulkan bahwa belajar adalah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya dalam hal ini belajar itu suatu kegiatan yang dilakukan oleh individu dalam rangka merubah tingkah laku, perilaku, merubah respon lebih baik . Karena tanpa belajar seseorang tidak dapat merespon sesuatu dengan baik, karena dengan belajar respon seseorang akan semakin meningkat. Selain itu belajar juga kemampuan dari seseorang dalam mengingat materi yang sudah dipelajari sehingga mampu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik dilingkungan sekolah maupun dilingkungan masyarakat b. Teori Belajar Dalam pembelajaran ada 3 aliran teori besar yang digunakan untuk melihat proses pembelajaran yang terjadi. Suprihatiningrum (2013 : 15) yang menyebutkan bahwa ketiga teori tersebut ialah : Teori behaviorisme, Teori konstruktivisme, teori humanistik. Berikut penjelasan ketiga tersebut : 1) Teori Behaviorisme Teori ini mengatakan bahwa perubahan tingkah laku adalah sebagai hasil dari interaksi antara stimulus dan respon. Teori behaviorisme menganalisis perilaku yang tampak dan dapat diukur. syarat terjadinya proses belajar dalam teori ini adalah adanya unsur dorongan, rangsangan, respon dan penguatan. Suprihatiningrum ( 2013 : 16) menyatakan bahwa, “perubahan yang terjadi dalam diri manusia terjadi melalui rangsangan (stimulans) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon).” Dalam pembelajaran, hal tersebut dapat dimaknai bahwa setiap perilaku atau kegiatan manusia sehari-hari terjadi melalui rangsangan. Dalam hal ini dimaksudkan apabila guru merangsang siswa untuk belajar maka siswa
19 akan terangsang, baik melalui sumber belajar, model belajar, media belajar dan lainnya. Karena tidak mungkin siswa dengan sendirinya terangsang. Siswa akan terangsang apabila ada yang merangsang. Meskipun adakala nya siswa akan dengan sendirinya melakukan segala sesuatunya sendiri dan menemukan sendiri. Namun keikutsertaan guru sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran. 2) Teori Belajar Konstruktivisme Teori ini mengatakan bahwa pemahaman tentang belajar yang lebih menekankan pada proses daripada hasil. Hasil belajar sebagai tujuan dinilai penting, tetapi proses yang melibatkan cara dan strategi dalam belajar juga dinilai penting. Nur dan wikandari (Suprihatiningrum, 2013 : 22) mengatakan bahwa, “siswa harus membangun sendiri pengetahuan didalam benaknya. Guru dapat memberi kemudahan dengan cara memberi kesempatan bagi siswa untuk menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri”. Dari pandangan ini dapat disimpulkan bahwa siswa didorong untuk menemukan ide-ide baru dalam setiap pembelajaran dengan kemampuan dan porsi masing-masing siswa. Dan guru hanya menjadi fasilitator saja untuk membantu siswa dalam menemukan konsep ide mereka masing-masing. 3) Teori Belajar Humanistik Suprihatiningrum (2013 : 31) mengemukakan bahwa, “Teori humanis lebih mengedepankan sisi humanis manusia dan tidak menuntut jangka waktu pembelajar mencapai pemahaman yang diinginkan karena teori ini menekankan isi materi agar menjadi manusia seutuhnya”. Dari pernyataan tersebut, dapat dipahami bahwa manusia dalam proses belajar tidak dituntut untuk belajar dalam kurun waktu tertentu, dan tidak dituntut untuk memahami secara keseluruhan isi dari materi supaya menjadi manusia seutuhnya. Karena pada hakikatnya ketika manusia akan menjadi manusia pada seutuhnya tanpa ada batansan waktu dalam belajar.
20 c. Faktor yang Mempengaruhi Belajar Hasil belajar setiap individu dipengaruhi oleh belajar siswa. Muhabbibin
Syah
(2003:
144)
menyebutkan
“Dua
faktor
yang
mempengaruhi belajar siswa yaitu faktor internal dan eksternal.” Dapat dijelaskan peneliti sebagai berikut : 1) Faktor dari dalam (internal) yaitu yang timbul dari dalam diri seseorang yang dapat mempengaruhi belajar yang berasal dari siswa belajar. Faktor dari dalam (internal) meliputi dua aspek, fisiologi dan psikologis. Yang termasuk faktor fisik diantaranya adalah nutrisi atau gizi makanan, kesehatan dan keberfungsian fisik terutama pada panca indera. Siswa yang mengalami kekurangan nutrisi atau gizi makanan mengakibatkan siswa tersebut tidak berkonsentrasi dalam kegiatan pembelajaran, bisa cepat lesu, mengantuk, dan lelah. Kesehatan juga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, siswa yang sedang sakit mengakibatkan siswa tidak bisa belajar dengan nyaman bahkan tidak mau belajar. Keberfungsian fisik terutama panca indera akan mempermudah siswa dalam menerima pembelajaran. 2) Faktor dari luar ( eksternal) merupakan faktor-faktor yang berasal dari luar siswa yang mempengaruhi proses dan hasil belajar. Faktorfaktor ini meliputi lingkungan sosial dan lingkungan non sosial. Lingkungan sosial yang dimaksud adalah manusia atau sesama manusia, baik manusia itu ada (kehadirannya) ataupun tidak langsung hadir. Dalam lingkungan sosial yang mempengaruhi belajar siswa ini dapat dibedakan menjadi tiga yaitu rumah, sekolah dan masyarakat. Lingkungan non sosial meliputi keadaan udara, waktu belajar, cuaca, lokasi gedung sekolah dan alat-alat pembelajaran. Dengan demikian tidak hanya ada pada faktor dari diri individu saja yang dapat mendorong siswa untuk belajar, faktor dari luar individu dan juga faktor pendekatan belajar juga harus diperhatikan, karena setiap individu memiliki perbedaan daya tangkap, supaya dapat menangani sesuai dengan kondisi masing-masing siswa dalam
21 menunjang
keberhasilan
belajar
tentunya
pendidik
juga
harus
menyesuaikan porsi masing-masing siswa dan memahaminya pula. d.
Hasil belajar Hasil belajar merupakan hal terpenting dalam proses belajar mengajar, karena dapat menjadi petunjuk untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan seorang siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang telah dilaksanakan. Dengan demikian jika pencapaian hasil belajar siswa tinggi, dapat dikatakan bahwa proses belajar mengajar itu berhasil. Dengan proses belajar yang baik maka seorang individu akan mendapatkan hasil belajar yang baik pula. Berikut akan diuraikan pengertian hasil belajar menurut beberapa ahli : a) Suharsimi Arikunto (2009 :24) mengatakan bahwa, “Hasil belajar adalah hasil yang dicapai seseorang setelah melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar merupakan penilaian yang dicapai seorang siswa untuk mengetahui sejauh mana materi yang diajarkan dapat dipahami siswa.” Dari pendapat yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto dapat diketahui bahwa hasil belajar adalah hasil yang sudah dicapai seseorang setelah melakukan proses belajar, karena hasil bukanlah seseuatu yang bisa didapat secara instan. b) Nana Sudjana (Sudjana, 2005 : 22) mengatakan bahwa, “Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.” Dari pendapat yang dikemukakan oleh Nana Sudjana hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh peserta didik setelah
melalui
serangkaian
proses
belajar
seperti
misalnya
kemampuan kognitif yang biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai dalam pelajaran. Dimana nilai ini diperoleh dari test yang diselenggarakan setiap akhir pembelajaran. Selain kemampuan kognitif. Dari pengalaman belajar yang diperoleh peserta didik dalam proses belajarnya inilah peserta didik akan memperoleh kemampuan dalam aspek lainnya seperti aspek keterampilan dan aspek sikap.
22 Dari beberapa pendapat menurut tokoh peneliti dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar adalah hasil yang diperoleh seorang individu dari serangkaian proses belajar yang telah dilakukan dalam pembelajaran pada mata pelajaran tertentu yang mana hasil ini tidak dapat secara instan, yang dalam hal ini mempengaruhi pola berfikir dan cara bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari dalam kehidupan bermasyarakat. b. Pembelajaran 1) Pengertian Pembelajaran Dalam dunia pendidikan, kita mengenal apa itu belajar dan pembelajaran. Dan keduanya merupakan dua istilah yang memiliki makna berbeda. Berikut merupakan pengertian pembelajaran menurut para ahli yang akan dijabarkan sebagai berikut : a) Pembelajaran menurut Corey (Sagala,2011 :61) mengatakan bahwa, “Pembelajaran merupakan suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia untuk turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi khusus atau menghasilkan respons
terhadap
situasi
tertentu.”
Dari
pengertian
mengenai
pembelajaran menurut Corey dapat dimengerti bahwa pembelajaran memang disengaja diciptakan agar terjadi respon untuk situasi yang diciptakan. Respon yang dimaksudkan adalah timbal balik antara guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran. b) Pembelajaran menurut UU No.20 Tahun 2003 Sisdiknas pasal 1 ayat 20. Pembelajaran adalah sebuah fenomena atau kejadian di dalam kelas yang melibatkan peserta didik, guru, sumber belajar dan kelas sebagai satu kesatuan untuk berlangsungnya proses belajar mengajar, yang terikat satu sama lain, dan memungkinkan terjadinya interaksi secara keseluruhan. Dari
Undang-undang
tersebut
dapat
dipahami
bahwa
pembelajaran merupakan sebuah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan bahan ajar, sumber belajar yang digunakan dalam proses pembelajaran dikelas, sumber belajar
23 dibutuhkan untuk menunjang pembelajaran yang baik. Antara peserta didik dengan pendidik yang melakukan interaksi didalamnya, didalam interaksi ada fasilitas-fasilitas yang menunjang keberlangsungan untuk mencapai tujuan pembelajaran yaitu mencakup sumber belajar, sarana dan prasana yang sengaja disiapkan dan secara keseluruhan memiliki keterkaitan satu sama lain dan tidak dapat dipisahkan. c) Pembelajaran menurut Gagne dan Brigga (Abdul Majid, 2013: 4) mengatakan bahwa, “Pembelajaran adalah rangkaian peristiwa yang mempengaruhi
pembelajaran,
sehingga
proses
belajar
dapat
berlangsung dengan mudah” Dapat dipahami bahwa pembelajaran merupakan segenap rangkaian peristiwa yang terjadi didalam kelas yang
melibatkan
beberapa
unsur
belajar
didalamnya
utuk
mempermudah jalannya pembelajaran di kelas termasuk persitiwa interaksi guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa. Berdasarkan beberapa pengertian para tokoh tentang pembelajaran dapat diketahui secara implisit bahwa didalam pembelajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan dan mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Pembelajaran lebih menenekankan pada cara-cara untuk mencapai tujuan dan berkaitan dengan cara mengorganisasikan isi pembelajaran, menyampaikan isi pembelajaran
dan
mengelola
pembelajaran
bahwa
pembelajaran
mencakup tiga aspek, yaitu : peserta didik dan pendidik, proses belajar dan situasi belajar. Keseluruhannya punya porsi masing-masing dan tidak dapat dipisahkan karena berkaitan satu sama lain. 2) Komponen Pembelajaran Dalam
suatu
pembelajaran,
komponen
merupakan
hal
yang
dibutuhkan dalam keberlangsungan proses kegiatan pembelajaran. Sumiati dan Asra (2009 : 3) mengelompokkan pembelajaran menjadi 3, yaitu : peserta didik/siswa, pendidik/guru, dan isi/materi pembelajaran. Berikut merupakan penjelasan dari peneliti mengenai komponen tersebut : a) Peserta Didik
24 Peserta didik atau siswa adalah komponen inti dari proses pembelajaran merupakan kegiatan belajar siswa dalam mencapai tujuan dari pembelajaran. pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik jika tidak ada subjek atau pelaku yang akan menjalankannya. b) Pendidik Pendidik atau guru merupakan pelaku yang memfasilitasi dan menciptkan situasi yang memungkinkan peserta didik untuk melakukan pembelajaran. Guru memiliki andil yang cukup besar dalam proses pembelajaran, karena guru berwenang mengelola yang digunakan dalam pembelajaran. c) Materi pembelajaran Materi pembelajaran merupakan isi dari apa yang akan disampaikan dalam proses belajar. Tanpa materi, pembelajaran tidak akan berjalan sesuai dengan target yang akan dicapai. Materi pembelajaran yang digunakan setiap bidang studi selalu berada dalam ruang lingkup kurikulum yang sedang berlaku. 3. Media Pembelajaran Audio Visual Video a. Pengertian Media Pembelajaran Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi informasi, sangat berpengaruh terhadap penyusunan dan implementasi strategi pembelajaran. Melalui kemajuan tersebut para guru dapat menggunakan berbagai media sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pembelajaran. Media pembelajaran merupakan perantara untuk menyampaikan pesan atau informasi yang sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran agar memudahkan guru dalam penyampaian materi pembelajaran dan memudahkan siswa untuk menerima materi pembelajaran. Seperti yang diungkapkan oleh seorang tokoh, Asra (2007: 55) Kata media dalam “media pembelajaran” secara harfiah berarti perantara atau pengantar, sedangkan kata pembelajaran diartikan sebagai suatu kondisi yang diciptakan untuk membuat seseorang melakukan sesuatu kegiatan belajar. Media pembelajaran
25 memberikan penekanan pada posisi media sebagai wahana penyalur pesan atau informasi belajar untuk mengondisikan seseorang belajar. Menurut pendapat Asra dapat diketahui bahwa media pembelajaran secara harfiah berarti, media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti ’tengah’, ’perantara’. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronik untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Secara umum media merupakan kata jamak dari “medium”, yang berarti perantara atau pengantar. Kata media berlaku untuk berbagai kegiatan atau usaha, seperti media dalam penyampaian pesan, media pengantar magnet atau panas dalam bidang teknik. Istilah media digunakan juga dalam bidang pengajaran atau pendidikan sehingga istilahnya menjadi media pendidikan atau media pembelajaran. Sementara itu Gerlach dan Ely (Aryad, 2011: 3) mengatakan, “Media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap.” Dapat disimpulkan dari pendapat Gerlach dan Ely bahwa dengan media siswa mampu memperoleh kemampuan yang bisa membangun pengetahuan, ketrampilan dan juga sikap seseorang. Karena media menyimpang berbagai info baik dimasa sekarang ataupun masa lalu yang bisa dijadikan acuan belaja. Berdasarkan penjelasan dari pendapat para tokoh dapat diketahui bahwa media pembelajaran adalah segala bentuk saluran sebagai perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Media pembelajaran yang dapat merangsang minat siswa untuk belajar serta membantu guru dan siswa dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan media pula yang dapat membantu siswa untuk mendapatkan informasi dan juga mampu membangun ketrampilan dan kreatifitas seseorang untuk selalu berinovasi menjadi lebih baik dalam belajar.
26 b. Fungsi Media Pembelajaran Penggunaan media pembelajaran pada orientasi pembelajaran akan sangat membantu keaktifan proses pembelajaran dan menyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya. Maksudnya bahwa media pembelajaran paling besar pengaruhnya bagi indera dan lebih dapat menjamin pemahaman, orang yang mendengarkan saja tidaklah sama tingkat pemahamannya dan lamanya bertahan apa yang dipahaminya dibandingkan dengan mereka yang melihat, melihat dan mendengarkannya. Selanjutnya menjelaskan betapa pentingnya media pembelajaran karena media pembelajaran membawa dan membangkitkan rasa senang dan gembira bagi muridmurid dan memperbaharui semangat mereka, membantu memantapkan pengetahuan pada benak para siswa serta menghidupkan pelajaran. Fungsi
dari
media pembelajaran
juga diungkapkan
oleh
Asyhar (2011: 29-35) bahwa media pembelajaran memiliki beberapa fungsi yang dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Media sebagai sumber belajar, media pembelajaran berperan sebagai salah satu sumber belajar bagi siswa dalam proses pembelajaran untuk memperoleh hasil belajar yang sesuai harapan. 2) Media dapat menambah perbendaharaan kata atau istilah. Media dan menambah kosakata dalam berbahasa dalam sehari-hari, sehingga dalam sehari-hari ketika berhadapan langsung dengan masyarakat ataupun lembaga bisa dapat membantu dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang menyangkut kosakata dalam merangkai kata. 3) Fungsi
manipulatif
adalah
kemampuan
suatu
benda
dalam
menampilkan kembali suatu benda atau peristiwa dengan berbagai cara, sesuai kondisi, situasi, tujuan dan sasarannya. Dalam hal ini media bisa dimanipulasi sesuai dengan kebutuhan, kondisi, situasi
27 penggunanya. Sehingga fungsi manipulasi bisa mempermudah dalam penggunaannya. 4) Fungsi fiksatif adalah kemampuan media untuk menangkap, menyimpan
dan
menampilkan
kembali
suatu
objek
atau
kejadian yang sudah lampau. Dalam hal ini media memiliki kemampuan untuk menampilkan sesuatu yang sudah lama, yang bisa menyimpan dengan berbagai format sesuai kebutuhan. 5) Fungsi
distributive adalah
media ini dalam penggunaan
suatu
materi, objek atau kejadian dapat diikuti siswa dalam jumlah besar dan dalam jangkauan yang sangat luas. Keikutsertaan pengguna sangatlah
banyak
untuk
mendukung dalam
pembuatan
dan
pemakaian media, sehingga hasil yang didapat akan sesuai harapan. 6) Fungsi psikologis, media pembelajaran memiliki beberapa fungsi seperti atensi yaitu fungsi yang mengarah pada perhatian, afektif yaitu fungsi kasih sayang,
kognitif yaitu pada ranah berfikirnya,
imajinatif yang mengarah pada imajinasi seseorang dalam melakukan sesuatu, dan fungsi motivasi yang mengarah pada dorongan yang bersifat baik. 7) Fungsi sosio kultural, penggunaan media dapat mengatasi hambatan sosial kultural antarsiswa. Media bisa membantu siswa dalam mengatasi permasalahan terkait dengan budaya dalam kehidupan sehari-hari. c.
Klasifikasi Media Audio Visual Pada saat ini kita dihadapkan pada pilihan media yang banyak sekali jenis media yang sudah dikenal dan digunakan dalam penyampaian informasi dan pesan-pesan pembelajaran. Setiap jenis atau bagian dapat pula dikelompokkan sesuai dengan karakteristik dan sifatsifat media tersebut. Jadi, banyak tenaga ahli mengelompokkan atau membuat klasifikasi media akan tergantung dari sudut mana mereka memandang dan menilai media tersebut.
28 Menurut Bretz dan Briggs (Darmojo, 1991: 8) mengemukakan bahwa klasifikasi media digolongkan menjadi 4 kelompok yaitu: (1) media audio, (2) media visual, (3) media audio visual, (4) media serbaneka. Dari pendapat Bretz dan Briggs peneliti dapat menjelaskan klasifikasi media sebagai berikut : 1. Media Audio Media audio berfungsi untuk menyalurkan pesan audio dari sumber pesan ke penerima pesan. Media audio berkaitan erat dengan indra pendengaran. Media audio visual seperti radio, media audio ini hakikatnya mengandalkan indra pendengaran saja. 2.
Media Visual Media
visual
yaitu
media
yang
mengandalkan
indra
penglihatan saja. Media visual terbagi menjadi dua yaitu media visual diam dan visual gerak. Seperti misal animasi kartun tanpa suara yang pada hakikatnya media ini mengandalkan indra penglihatan saja. 3. Media Audio Visual Media Audio Visual
merupakan
media yang mampu
menampilkan suara dan gambar. Seperti contohnya televisi, media ini mengandalkan dua indra yaitu penglihatan dan juga pendengaran gabungan antara media audio dan media visual. 4.
Media Serbaneka Media serbaneka adalah suatu media yang disesuaikan dengan potensi di suatu daerah, di sekitar sekolah atau di lokasi lain atau di masyarakat yang dapat dimanfaatkan sebagai media pengajaran. Misalnya saja papan tulis yang bisa didapatkan disekitar daerah yang sulit untuk menemukan media lain.
d.
Kelebihan Media Audio visual Dalam berbagai media memiliki kelebihan yang menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan tepat atau tidaknya penggunaan media belajar ini, terlebih dalam penggunaan media video. Rekaman video mempunyai kelebihan, Kemp dan dayton dalam buku Arief S. Sadiman
29 (2008:76) menyatakan : a) Memiliki semua yang dipunyai media audio, visual maupun film b) Dapat merangkum beberapa jenis media dalam satu program c) Dapat digunakan berbagai efek dan teknik yang tidak dipunyai oleh media lain d) Dapat menghadirkan sumber yang sukar dan langka e) Penggunaanya tidak memerlukan ruangan yang terlalu gelap Dari pendapat Kemp dan dayton terdapat beberapa kelebihan dalam penggunaan audio visual. Adapun rincian penjelasannya dapat diketahui sebagai berikut : (1) Memiliki semua yang dipunyai media audio visual. Media audio visual memiliki macam-macam variasi yang bisa membuat siswa lebih tertarik dalam mengikuti pembelajaran. Dibandingkan media lain seperti media audio saja ataupun media visual saja. Terlebih media audio visual bisa didesain lebih menarik, referensi di internet banyak apabila dikaitkan dengan materi sehingga hal tersebut mampu merangsang siswa untuk bisa lebih antusias dan aktif dalam pembelajaran. (2) Dapat merangkum beberapa jenis media dalam satu program. Media audio visual bisa merangkum berbagai macam media dalam satu program yang bisa memudahkan dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan media ini. Sehingga hanya dengan satu langkah saja semua bisa teratasi. (3) Dapat digunakan berbagai efek dan teknik yang tidak dipunyai oleh media lain.media audio visual memiliki efek yang media lain tidak punyai. Misalkan saja media audio visual efeknya lebih menarik dibandingkan media audio saja yang hanya bisa diperdengarkan, atau media visual saja yang hanya bisa dilihat. Atau media cetak yang hanya bisa diam. Apabila menggunakan media audio visual didalamnya bisa menggunakan berbagai efek dan teknik seperti efek 3D sehingga apabila didesain seperti itu untuk pembelajaran maka siswa akan lebih tertarik untuk mengikut pelajaran sosiologi.
30 (4) Dapat menghadirkan sumber yang sukar dan langka. Media ini bisa menghadirkan berbagai macam sumber yang langka dan susah ditemukan. Yang berbeda dengan media lain seperti audio, visual, atau media cetak dll (5) Penggunaanya tidak memerlukan ruangan yang terlalu gelap. Media ini bisa digunakan dalam keadaan apapun, baik itu gelap maupun terang. Tidak terbatas ruang dan waktu. Selain itu Daryanto (2013 : 90-91) juga mengungkapkan kelebihan dari media audio visual, peneliti dapat menjelaskan sebagai berikut : (1) Ukuran tampilan video sangat fleksibel, maksudnya ukurannya bisa diatur sesuai dengan kebutuhan dalam proses pembelajaran. (2) Video kaya informasi, maksudnya video merupakan bahan ajar non cetak yang kaya akan informasi dan lugas karena dapat sampai kehadapan siswa secara langsung, video menambah suatu dimensi baru terhadap pembelajaran. (3) Pesan yang disampaikan menarik perhatian, unsur perhatian inilah yang penting dalam proses belajar. karena dari adanya perhatian akan timbul rangsangan atau motivasi dalam belajar. Pesan yang disampaikan lebih efisien. Gambaran visual dapat dikomunikasikan pesan dengan cepat dan nyata, oleh karena itu daat mempercepat pemahaman pesan secara lebih komprehensif. Kemudian pesan visual lebih efektif dalam arti penyajian melalui visual dapat membuat anak didik lebih berkonsentrasi. e.
Kelemahan Media Audio Visual Dalam berbagai media tentu memiliki kekurangan yang menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan tepat atau tidaknya penggunaan media belajar ini, terlebih dalam penggunaan media video. Dari pendapat Daryanto (2013 : 89), peneliti dapat menjelaskan kelemahan media video sebagai berikut : (1) Fine details artinya media tayangnya tidak dapat menampilkan obyek sampai yang sekecil-kecilnya dengan sempurna. Karena apabila media
31 yang ditayangkan menampilkan obyek yang sangat kecil maka gambar akan tidak terlihat atau memecah. (2) Size information artinya media tayangnya tidak dapat menampilkan obyek dengan ukuran sebenarnya. Oleh karena itu, maka obyek yang ditampilkan harus selalu disertai obyek lainnya sebagai pembanding. Misalnya kalau kita menampilkan bola pingpong secara close up,orang yang melihat akan ragu apakah itu bola pingpong atau bola voli. Akan tetapi kalau disamping bola pingpong itu akan ditampilkan juga bat (alat pemukulnya) maka orang akan segera mengenali bahwa itu bola pingpong. (3) Third dimention artinya gambar yang diproyeksikan oleh video umumnya berbentuk dua dimensi. Untuk tampak seperti tiga dimensi dapat diatasi dengan mengatur pengambilan gambar, letak property atau pengaturan cahaya. (4) Opposition artinya pengambilan yang kurang tepat dapat menimbulkan keraguan penonton dalam menafsirkan gambar yang dilihatnya. Oleh karena itu penulis naskah harus mencantumkan dengan jelas apa yang sebenarnya ingin diperlihatkan pada penonton. (5) Setting artinya kalau ditampilkan adegan dua orang yang sedang bercakap-cakap dikerumunan banyak orang, akan sulit bagi penonton untuk menebak dimana kejadian tersebut berlangsung, bisa saja ditafsirkan dipasar, distasiun, atau tempat keramaian lainnya. Oleh karena itu penulis harus menuliskan dalam naskahnya dimana kejadian itu berlangsung. f.
Video Sebagai Pilihan Tindakan Media video merupakan salah satu jenis media audio visual. Jenis media audio visual lain misalnya film, tetapi yang akan dibicarakan di sini hanyalah media video, karena media inilah yang sudah banyak dikembangkan untuk keperluan pembelajaran. Sebagian besar fungsi film sudah bisa digantikan oleh media video. Biaya produksi dan perawatan video juga lebih murah dibandingkan film, pengoperasiannya pun jauh lebih praktis sehingga
32 tak heran bila media video saat ini lebih populer dan diminati dibandingkan media film. Oleh sebab itu saat ini media video telah banyak diproduksi untuk keperluan pembelajaran. Berdasarkan permasalahan yang ada di kelas X-2 SMA Negeri Kebakkramat maka peneliti menggunakan media audio visual dalam bentuk video untuk mengatasi permasalahan. Dipilihnya media audio visual video karena di era globalisasi ini remaja sudah tidak asing lagi dengan kecanggihan
teknologi.
Dengan
digunakannya
video
akan
lebih
mempermudah peserta didik untuk memahami materi, lebih antusias untuk mengikuti pembelajaran, selain itu media audio visual dipilih karena sudah terbukti bisa meningkatkan hasil belajar siswa seperti yang ditulis oleh Nahdiah dalam skripsinya yang berjudul penggunaan media audio visual dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII pada mata pelajaran Fikih di MTS Fatahillah Buncit Jakarta Selatan, program studi pendidikan agama islam Fakultas Tarbiyah dan keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2013/2014. Dalam penggunaan media audio visual tersebut dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang awalnya siswa dalam mengikuti pelajaran masih sangat pasif, hasil belajarnya juga rendah dengan prosentase 66% kemudian siklus I meningkat menjadi 75% kemudian menjadi lebih meningkat pada siklus II yaitu 92%. Kemudian dari skripsi karangan Syafiq Agung Ruswandi dengan judul skripsi penggunaan media audio visual video terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu di Fakultas Ilmu Tarbiah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2014 yang awalnya siswa sangat rendah pada hasil belajarnya yaitu dengan rata-rata nilai 3,74 menjadi meningkat yaitu dengan rata-rata nilainya 4,05. Dari kedua penelitian yang dilakukan oleh Nahdiah dan Syafiq dengan penggunaan media audio visual video dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa-siswanya masih rendah. Kemudian digunakanlah media audio visual sebagai solusi permasalahan dan ternyata mampu meningkatkan hasil belajar siswa secara bertahap.
33 Selain itu, pemilihan media audio visual dilakukan karena media ini memiliki kemampuan untuk memanipulasi waktu dan ruang dapat mengajak siswa melanglang buana walaupun dibatasi oleh dinding ruang kelas. Mengajak siswa untuk berimajinasi dengan obyek-obyek yang terlalu kecil, terlalu besar atau obyek langka dan berbahaya dapat dihadirkan ke ruang kelas. Bahkan video dapat menghadirkan obyek yang hanya ada dilain benua dan luar angkasa. Singkatnya, media ini mampu membawa dunia ke dalam kelas. Terlebih media audio visual bentuk video dapat menampilkan suara, gambar, dan gerakan sekaligus. Sehingga media ini efektif untuk menyajikan berbagai topik pelajaran yang sulit disampaikan melalui informasi verbal. Media ini biasanya dikemas dalam bentuk VCD (video compact disc). Beberapa tahun lalu, media ini masih dianggap terlalu mahal untuk digunakan di sekolah. Tetapi saat ini harganya sudah terjangkau oleh masyarakat hingga ke lapisan bawah. Harga satu keping VCD hampir sama dengan kaset audio. Dengan demikian, media video ini layak di jadikan sebagai salah satu pilihan untuk dimanfaatkan secara maksimal dalam kegiatan pembelajaran di sekolah yang akan membantu siswa untuk lebih antusias terhadap materi sosiologi sehingga ketika siswa dihadapkan pada permasalahan masyarakat, budaya, analisis permasalahan mereka tidak akan cepat bosan. Tetapi justru dengan media mereka akan menemukan atau bahkan menciptakan konsep sendiri dalam belajar sosiologi. Program video dapat dimanfaatkan dalam program pembelajaran sosiologi, karena dapat memberikan pengalaman yang tidak terduga kepada siswa karena dalam pembelajaran sosiologi siswa dihadapkan langsung dengan masyarakat, yang dengan video bisa dikombinasikan dengan animasi dan pengaturan kecepatan untuk mendemonstrasikan perubahan-perubahan materi terutama efektif dalam membantu menyampaikan materi yang bersifat dinamis. Materi yang memerlukan visualisasi yang mendemonstrasikan halhal seperti gerakan motorik tertentu baik disajikan melalui pengamatan teknologi video. Misalnya tentang perubahan sosial lahan tanah menjadi
34 lahan industri akan terlihat detail dan dramatis kalau hal itu divisualisasikan lewat teknologi video. 4. Sosiologi a. Kedudukan sosiologi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyebutkan bahwa, ”Kurikulum adalah seperagkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan pendidikan tertentu.” Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa dalam kurikulum didalamnya terdapat aturan terkait dengan tujuan isi dan bahwan pelajaran yang akan dijadikan acuan dalam mencapai tujuan pendidikan. Dalam kurun waktu 10 tahun ini sudah mengalami pergantian kurikulum dari KTSP ke kurikulum 13, bergantinya kurikulum dari KTSP ke Kurikulum 13 ternyata tidak secara keseluruhan jenjang studi pendidikan. Namun yang memakai kurikulum 13 hanya sekolah-sekolah tertentu yang memiliki kriteria yang memenuhi dalam penggunaan kurikulum 13, sedangkan sekolah-sekolah yang tidak memenuhi kriteria tertentu masih menggunakan kurikulum lama yaitu KTSP. Berdasarkan pada Permendikbud nomor 61 tahun 2014 tentang kurikulum tingkat satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah yaitu bahwa : bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 77M ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Kurikulum
Tingkat
Satuan
Pendidikan pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Dalam hal ini masih diberlakunya kurikulum tingkat satuan pendidikan pada jenjang studi SD, SMP dan SMA yang mengacu pada pasal 3 bahwa
35 pengembangan KTSP paling sedikit memperhatikan 3 hal yaitu : acuan konseptual, prinsip pengembangan, prosedur operasional. Kedudukan mata pelajaran sosiologi dalam disiplin ilmu, keberadaan sosiologi memiliki posisi strategis dalam membahas permasalahan dalam masyarakat yang mencakup masalah politik, budaya dan agama yang majemuk dalam masyarakat. pembelajaran sosiologi dimaksudkan dapat mengembangkan kemampuan pemahaman fenomena sehari-hari dalam lingkungan masyarakat, maka dalam hal ini keberadaan sosiologi dalam KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) termasuk pada kelompok acuan konseptual dimana didalam kategori acuan konseptual mengacu pada ranah sosial, bahwa didalam sosiologi terdapat pembelajaran peningkatan iman, takwa, dan akhlak mulia menyangkut materi kemajemukan religi yang didalamnya ada konsep toleransi antar agama, toleransi dan kerukunan umat beragama, persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan, peningkatan potensi, kecerdasan, bakat, dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik, kesetaraan warga negara memperoleh pendidikan yang bermutu, tuntutan kerja, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, keragaman potensi dan karakteristik daerah serta lingkungan, tuntutan pembangunan daerah dan nasional, dinamika perkembangan global. Dalam hal ini secara keseluruhan dari konsep acuan konseptual sudah dipelajari dalam mata pelajaran sosiologi yang mencakup segala aspek keberagaman didalamnya. b. Pokok Bahasan Sosiologi dalam Penelitian Pokok bahasan yang digunakan sebagai materi yang disampaikan dalam kegiatan pembelajaran selama kegiatan penelitian di kelas X-2 SMA Negeri Kebakkramat tahun pelajaran 2015/2016 berlangsung disusun sesuai dengan silabus yang ada, berdasarkan bab 2 yaitu penyimpangan sosial dan pengendalian sosial. Berikut merupakan Standar Kompetensi (SK) dan KD (Kompetensi Dasar) dalam pokok bahasan dalam penelitian mata pelajaran sosiologi SMA Negeri Kebakkramat dapat dijabarkan sebagai berikut :
36 Tabel 2.1 Standar Isi Kurikulum 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan/KTSP) Mata Pelajaran Sosiologi SMA Kelas X, Semester 2 Standar Kompetensi Menerapkan norma
Kompetensi Dasar
nilai
dalam
dan 2.1 Menjelaskan sosialisasi sebagai proses proses dalam pembentukan kepribadian
pengembangan kepribadian 2.2 Mendiskripsikan terjadinya perilaku menyimpang dan sikap-sikap anti sosial
2.3 Menerapkan pengetahuan sosiologi dalam kehidupan bermasyarakat
Berikut uraian dari materi yang menjadi pokok pembahasan dalam penelitian ini adalah : 1) Perilaku Menyimpang Secara sederhana perilaku menyimpang dapat didefinisikan bahwa setiap perilaku ini dinyatakan suatu pelanggaran apabila seseorang atau kelompok melakukan pelanggaran terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat. Adapun klasifikasi penyimpangan sosial adalah sebagai berikut : a) Pengertian (1) Konformitas (2) Penyimpangan b) Sifat Penyimpangan (1) Penyimpangan Positif (2) Penyimpangan Negatif c) Macam-Macam dan Proses Penyimpangan (1) Proses Pembentukan (2) Teori-Teori Penyimpangan
37 (3) Teori Pergaulan Berbeda (4) Teori Labelling (5) Teori Konflik (6) Teori Merton d) Proses pembentukan perilaku menyimpang akibat proses sosialisasi tidak sempurna e) Proses pembentukan perilaku menyimpang sebagai proses sosialisasi sub kebudayaan menyimpang 2) Pengendalian Sosial Pokok bahasan yang kedua pada materi ini adalah pengendalian sosial, merupakan upaya mewujudkan kondisi seimbang di dalam masyarakat. Adapun klasifikasi pengendalian sosial adalah sebagai berikut: a) Pengertian b) Tujuan pengendalian sosial c) Fungsi pengendalian sosial d) Macam-macam pengendalian sosial e) Jenis pengendalian sosial B. Kerangka Berfikir Pada dasarnya siswa merupakan subjek yang menjadi tujuan dari pendidikan. Kegiatan pembelajaran di selenggarakan untuk memunculkan dan mengembangkan potensi dan bakat yang dimiliki oleh siswa. Dari observasi yang telah peneliti lakukan selama tanggal 7 Desember 2015 sampai dengan 21 Januari 2016 di kelas X-2 SMA Negeri Kebakkramat, muncul berbagai identifikasi masalah dalam proses pembelajaran yang semuanya mengarah kepada hasil belajar siswa kelas X-2 SMA Negeri Kebakkramat. Hasil belajar adalah satu aspek yang sangat penting dalam keberhasilan siswa. Untuk itu perlu diadakan upaya perbaikan yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. penggunaan media pembelajaran audio visual video, diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa belajar siswa X-2 SMA Negeri Kebakkramat. Berikut adalah kerangka berfikir yang peneliti gambarkan sebagai berikut :
38
1. Pembelajaran masih teacher center 2. Hasil belajar rendah 3. Guru tidak menggunakan media pembelajaran 4. Antusias siswa yang rendah 5. Siswa pasif dalam KBM
Kondisi Awal
SIKLUS 1 : Pelaksanaan Tindakan
Penggunaan Media Audio Visual Video
SIKLUS II : Penggunaan Media Audio Visual Video
Kondisi Akhir
Hasil Belajar Meningkat
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berfikir
C.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir yang telah diuraikan, dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas yaitu Penggunaan Media Audio Visual Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sosiologi Kelas X-2 SMA N Kebakkramat Tahun Pelajaran 2015/2016.