This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1. Pengertian Efektifitas Kata efektifitas dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai “segala sesuatu yang dapat membawa hasil dan usaha yag dapat mencapai tujuan”12 Menurut Zakiah Darajat, efektifitas yaitu “kegiatan berkenaan dengan sejumlah mana sesuatu yang direncanakan atau diinginkan dapat terlaksana atau tercapai.”13 Selain itu efektifitas juga diartikan kecepatan sasaran sesuai dengan rencana semula. Bila kita melaksanakan suatu program dengan tujuan yang jelas dan terencana, kemudian setelah dilaksanakan ternyata tujuan tersebut tercapai sesuai dengan rencana semula maka itu dikatakan efektif. Ketercapaian tujuan-tujuan pembelajaran ini dapat dikategorikan menjadi beberapa kategori yaitu: a. Istimewa atau maksimal apabila seluruh (100 %) bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa. b. Baik sekali atau optimal apabila sebagian besar (76-99 %) bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa.
12
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), Cet. Ke-1, h. 226 13 Sucipto dan Rafli Kosasih, Profesi Keguruan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h. 40
13
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
c. Baik atau minimal apabila hanya (60-75 %) bahan pelajara dapat dikuasai oleh siswa. d. Kurang apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari (60 %) yang dikuasai oleh siswa.14 Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya efektifitas adalah tercapainya tujuan suatu pembelajaran sesuai rencana semula. Suatu kegiatan pembelajaran dikatakan memiliki tingkat efektifitas yang baik bila dapat mencapai minimal 60 % dari tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
2. Pengertian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pembelajaran adalah pemerolehan pengetahuan tentang suatu hal atau keterampilan belajar pengalaman dan pengajaran. Sedangkan pengajaran adalah usaha menunjukan atau membantu seseorang untuk belajar dan bagaimana melakukan sesuatu, memberi pengetahuan dan manfaat bagi seseorang menjadi mengerti. Dalam proses pembelajaran, unsur belajar memegang peranan penting sedangkan mengajar adalah proses membimbing kegiatan belajar dan masalah belajar adalah masalah aktual yang selalu dihadapi oleh setiap manusia Peristiwa belajar disertai dengan proses pembelajaran akan lebih terarah dan sistematik dari pada belajar yang hanya semata- mata dari pengalaman dalam kehidupan sosial di masyarakat. Belajar dengan proses pembelajaran ada peran guru, bahan belajar, dan lingkungan kondusif yang sengaja diciptakan. Dalam arti sempit, proses pembelajaran adalah pendidikan persekolahan, sehingga arti proses pembelajaran adalah proses sosialis individu siswa dengan lingkungan sekolah, seperti guru, sumber/fasilitas, dan teman sesama siswa.
14
Syaiul Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h.
121
14
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
Belajar adalah key term yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan. Perubahan dan kemampuan untuk berubah merupakan batas dan makna yang terkandung dalam belajar. Disebabkan oleh kemampuan berubah karena belajarlah, maka manusia dapat berkembang lebih jauh dari makhluk lainnya, sehingga ia terbebas dari kemandegan sebagai kholifah di muka bumi. Ada beberapa definisi belajar dari para ahli, yaitu : a. Skinner seperti yang dikutip Barlow (1985) dalam bukunya Educational Psychology : The Teaching-Learning Proces, berpendapat bahwa belajar suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Berdasarkan eksperimennya, Skinner percaya bahwa proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila diberi penguat.15 b. Menurut Hintzman dalam bukunya The Psychology Of Learning and Memory, berpendapat bahwa belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.16 c. Witherington dalam bukunya Educational Psychology, mengemukakan “Belajar adalah suatu perubahan dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian/suatu pengertian.17 d. Morgan
dalam
buku Introduction
to
Psychology
(1978)
mengemukakan “Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap
15
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002), cet. Ke-7, h. 90 16 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan …, h. 90 17 M. Ngalim Purwanto, Psikologi pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1997), cet. Ke-2, h. 84
15
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan/pengalaman18 . Jadi, berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Ada beberapa komponen dalam pembelajaran yang satu sama lain saling berinteraksi dan berinterelasi. Komponen-komponen tersebut adalah Pertama tujuan, merupakan komponen yang sangat penting dalam pembelajaran dalam kurikulum tujuan yang diharapkan dapat dicapai adalah sejumlah kompetensi yang tergambar baik dalam kompetensi dasar maupun dalam kompetensi standar kompetensi. Kedua materi pelajaran, materi pelajaran merupakan inti dalam proses pembelajaran, guru perlu menguasai secara detail isi materi pelajaran yang harus dikuasai siswa. Ketiga metode, keberhasilan pencapaian tujuan sangat ditentukan oleh komponen ini. Oleh karena itu setiap guru perlu memahami secara baik peran dan fungsi metode dan strategi dalm pelaksanaan pembelajaran. Keempat media atau strategi pembelajaran, dalam kemajuan teknologi seperti sekarang ini memungkinkan siswa belajar dari mana saja dan kapan saja dengan memanfaatkan hasil- hasil teknologi. Oleh karena itu peran guru bergeser dari peran sebagai sumber belajar menjadi peran sebagai pengelola sumber belajar diharapkan kualitas pembelajaran akan semakin meningkat. Kelima evaluasi, evaluasi bukan saja berfungsi untuk melihat keberhasilan siswa, akan tetapi juga berfungsi sebagai umpan balik bagi guru atas kinerjanya dalam pengelolaan pembelajaran. Melalui evaluasi kita dapat melihat kekurangan dalam pemanfaatan berbagai komponen pembelajaran.19 Teori belajar Pendidikan Agama Islam tidak hanya berkenaan dengan kecerdasan otak, tetapi juga menyangkut nilai- nilai agama yang titik 18
M.Ngalim Purwanto, Psikologi pendidikan ..., h. 84 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2007), cet. ke-2, h. 59 19
16
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
beratnya terletak kepada internalisasi nilai iman, islam, ihsan dan pribadi manusia muslim yang berilmu pengetahuan luas melalui kognitif, psikomotorik dan afektif baik didalam maupun diluar kelas. sehingga mereka mampu mengamalkan syariat islam secara benar Pembelajaran adalah upaya untuk siswa dalam bentuk kegiatan memilih, menetapkan dan mengembangkan metode dan strategi yang optimal untuk hasil belajar yang diinginkan. Menurut sadiman bahwa pembelajaran lebih umum dari pada pengajaran. Ia mengatakan, pembelajaran bisa berlangsung meskipun guru tidak berada dalam ruang kelas, sementara pengajaran terjadi jika guru dan murid sama-sama berada didalam kelas. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah upaya yang dilakukan seseorang kepada orang lain untuk perubahan yang tidak hanya berkenaan dengan kecerdasan otak, tetapi juga menyangkut nilai- nilai agama yang titik beratnya terletak kepada internalisasi nilai iman, islam, ihsan dan pribadi manusia muslim yang berilmu pengetahuan luas melalui kognitif, psikomotorik dan afektif baik didalam maupun diluar kelas. sehingga mereka mampu mengamalkan syariat islam secara benar
3. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang terjadi sebagai akibat dari adanya pendekatan pembelajaran yang bersifat kelompok. Pendekatan ini merupakan konsekuensi logis dari penerapan paradigma baru dalam pendidikan. Dalam dunia pendidikan, paradigma lama mengenai proses belajar mengajar bersumber pada teori tabula rasa John Locke. Locke mengatakan bahwa pikiran seseorang anak seperti kertas kosong yang putih bersih dan siap menunggu coretan-coretan gurunya. Dengan kata lain, otak seorang anak ibarat
17
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
botol kosong yang siap diisi dengan segala ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan sang maha guru.20 Tuntutan dalam dunia pendidikan sudah banyak berubah. Pendidik tidak bisa lagi mempertahankan paradigma lama tersebut. Oleh karena itu pendidik dituntut untuk selalu mengadakan perubahan. Pembelajaran yang bernaung dalam teori konstruktivis adalah kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan pada faham konstruktivis, dimana dalam hal pembelajaran ini diharapkan dapat membangun interaksi siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar.21 Pembelajaran konstruktivis menurut Suparno adalah pengetahuan merupakan kontruksi (bentukan) dari orang yang mengetahui sesuatu itu sendiri, konstruktivisme menekankan peran aktif siswa karena pengetahuan atau pengertian dibentuk oleh siswa secara aktif dan bukan hanya sekedar diterima secara pasif dari guru.22 Teori ini berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teri-teori pemrosesan informasi, dan teori psikologi kognitif yang lain, seperti teori Bruner (Slavin dalam Nur, 2002: 8).23 Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah model pembelajaran yang sengaja diciptakan untuk mencapai pembelajaran yang maksimal di dalam ruang kelas. Model ini diteliti sekitar pada tahun 1970-an. Pada waktu itu, empat kelompok peneliti independen mulai mengembangkan dan meneliti teknik-teknik cooperative learning di dalam kelas. Saat ini, sudah banyak peneliti di seluruh dunia yang mempelajari aplikasi praktis dari prinsip-prinsip cooperative learning, dan akibatnya sudah banyak pula teknik-teknik cooperative learning baru yang ditemukan.24
20
Anita Lie, Cooperative Learning, Mempraktekan Cooperative Learning di Ruangruang Kela, …, h. 2 21 Isjoni, Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok, (Bandung: Alfabeta, 2010), cet. ke-3, h. 11-12 22 Paul Suparno, Filsapat Kontruktivisme Dalam Pendidikan, ( Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1997 ), h. 5 23 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik …, h. 13 24 Robert E. Slavin, Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktik, (Bandung: Nusa Media, 2008), cet ke-3, h. 9
18
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
Landasan teori yang melandasi dan mendukung pembelajaran kooperatif ada dua, diantaranya yaitu: a. Teori motivasi Dalam pembelajaran kooperatif, ikatan kerja sama dalam suatu kelompok mengandung daya motivasional yang kuat, masing- masing anggota kelompok saling melibatkan diri untuk mencapai sasaran, karena mereka yakin bahwa tujuan belajar hanya dapat dicapai berkat kerjasama. Motivasi dibedakan atas dua bentuk. Pertama motivasi intrinsic yaitu motivasi yang timbul dari dalam diri sendiri yang tidak perlu dirangsang dari luar. Kedua motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang timbul karena ada perangsang dari luar.25 b. Teori kognitif. Teori kognitif menekankan pada efek kerja sama tersebut pada diri masing masing siswa. Ada dua kategori utama yang merupakan bagian dari kategori teori kognitif yaitu: Pertama teori perkembangan, Damon dan Murray berpendapat mengenai asumsi dasar teori perkembangan yaitu bahwa “interaksi antar siswa terhadap tugas-tugas yang tepat atau sesuai dengan tingkat pengetahuan siswa dapat meningkatkan penguasaan konsep-konsep penting. Sedangkan Vygotsky mendefinisikan suatu teori perkembangan yang dikenal dengan Zone of Proximal Development (ZPD) memberikan pandangan bahwa “aktivitas kolaborasi dapat meningkatkan suatu pertumbuhan”.26 Maksudnya apabila siswa dalam tingkat usia yang sama melakukan kolaborasi yaitu menyelesaikan permasalahan yang taraf kesulitannya masih berada dalam ZPD mereka, hasilnya akan lebih baik dan menguntungkan dibandingkan dengan mereka yang bekerja sendiri-sendiri. Kedua teori elaborasi kognitif, Wittrock mengungkapkan bahwa “di dalam psikologi kognitif telah ditemukan bahwa jika informasi yang telah tersimpan dalam ingatan dan selanjutnya dihubungkan dengan informasi yang baru, maka siswa harus melakukan penstrukturan kembali kognitifnya. 25
Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), h. 90 26 Robert E. Slavin, Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktik, …, h. 17-18
19
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
Ketika siswa melakukan kembali pengetahuannya tersebut dengan pengetahuan yang telah ada sehingga siswa tersebut akan memperoleh pemahaman yang lebih baik.27 Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah- masalah yang kompleks. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif menurut Slavin adalah salah satu metode pengajaran di mana siswa bekerja didalam kelompok-kelompok kecil sehingga mereka saling membantu antara satu dengan lainnya dalam mempelajari satu pokok bahasan. 28 Pembelajaran kooperatif mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya. Tidak dikatakan Pembelajaran kooperatif jika para siswa duduk bersama di dalam kelompok-kelompok kecil tetapi menyelesaikan masalah sendiri-sendiri. Bukanlah Pembelajaran kooperatif jika para siswa duduk bersama dalam kelompok-kelompok kecil dan mempersilakan salah seorang diantaranya untuk menyelesaikan
seluruh pekerjaan kelompok.
Pembelajaran kooperatif menekankan pada kehadiran teman sebaya yang berinteraksi antara sesamanya sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan atau membahas masalah atau tugas. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap 27
28
Robert E. Slavin, Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktik, …, h. 17-18 Robert E. Slavin, Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktik, …, h. 7
20
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum seslesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut (Lungdren, 1994). a. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama”. b. Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi. c. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama. d. Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara para anggota kelompok. e. Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok. f. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar. g. Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.29 Spelialisasi tugas anggota kelompok mendukung penuh adanya akuntabilitas individu agar setiap siswa dapat memberikan konstribusi kepada kelompok. Dalam hal ini setiap siswa bertanggung jawab untuk suatu bagian yang terpisah dari tugas teman-temannya didalam suatu kelompok. Tugas kelompok menjadi benar-benar tergantung pada tugas individu.30 Selain itu dengan memberikan tugas-tugas yang berbeda-beda dapat membantu menghindari adanya perbandingan antara tugas individu didalam suatu kelompok.
29 30
http:/www.damandiri.or.id./detail.php?id=238 24090, 11:17 Slavin, Cooperative Learning …, h. 111
21
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
Apabila diperhatikan secara seksama, maka pembelajaran kooperatif ini mempunyai ciri-ciri tertentu dibandingkan model lainnya. Arends (1997:111) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1). Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajar. 2). Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang dan rendah. 3). Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis, kelamin yang beragam. 4). Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari pada individu.31 Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan kepada proses kerja sama dalam kelompok. Adapun karakteristik dari pembelajaran kooperatif, antara lain: 1) Pembelajaran secara tim Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, harus mampu membuat setiap siswa belajar. Seluruh anggota tim (anggota kelompok) harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itulah, kriteria keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh keberhasilan tim itu sendiri. 2) Didasarkan pada manajemen kooperatif Sebagaimana pada umumnya, manajemen mempunyai empat fungsi pokok, yaitu fungsi perencanaan, fungsi organisasi, fungsi pelaksanaan, dan fungsi kontrol. Demikan juga pada pembelajaran kooperatif. Fungsi perencanaan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan secara efektif. Fungsi pelaksanaan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif harus dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, melalui langkah- langkah pembelajaran yang sudah ditentukan termasuk ketentuan-ketentuan yang sudah disepakati bersama. Fungsi organisasi menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif adalah 31
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik …, h. 47
22
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
pekerjaan bersama antar setiap anggota kelompok, oleh sebab itu perlu diatur tugas dan tanggung jawab setiap anggota kelompok. Fungsi kontrol menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui tes maupun non tes. 3) Kemauan untuk bekerja sama Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok. Oleh sebab itu, prinsip bekerja sama perlu ditekankan dalam proses pembelajaran kooperatif. 4) Keterampilan bekerja sama Kemauan untuk bekerjasama itu kemudian dipraktikan melalui aktivitas dan kegiatan yang tergambarkan dalam keterampilan bekerja sama. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain.32 Ada beberapa hak yang dipenuhi dalam Pembelajaran kooperatif agar lebih menjamin para siswa bekerja secara kooperatif, hal- hal tersebut meliputi : Pertama, para siswa yang tergabung dalam suatu kelompok harus merasa bahwa mereka adalah bagian dari sebuah tim dan mempunyai tujuan bersama yang harus dicapai. Kedua, para siswa yang tergabung dalam sebuah kelompok harus menyadari bahwa masalah yang mereka hadapi adalah masalah kelompok dan bahwa berhasil atau tidaknya kelompok itu akan menjadi tanggung jawab bersama oleh seluruh anggota kelompok itu. Ketiga, untuk mencapai hasil yang maksimum, para siswa yang tergabung dalam kelompok itu harus berbicara satu sama lain dalam mendiskusikan masalah yang dihadapinya. Akhirnya, para siswa yang tergabung dalam suatu kelompok harus menyadari bahwa setiap pekerjaan siswa mempunyai akibat langsung pada keberhasilan kelompoknya. 33 Beberapa manfaat proses Pembelajaran kooperatif, menurut Anita Lie yaitu; siswa dapat meningkatkan kemampuannya untuk bekerja dengan siswa 32
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, h. 242-
244 33
Erman Suherman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Bandung: FMIPA UPI, 2003, h.260
23
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
lain, mempunyai lebih banyak kesempatan untuk menghargai perbedaan, mengurangi kecemasan siswa, meningkatkan partisipasi dalam proses pembelajaran, motivasi, harga diri, sikap positif, dan prestasi belajar siswa. Walaupun pembelajaran kooperatif memiliki beberapa kelebihan, akan tetapi apabila tidak dikonstruksikan dengan baik akan menimbulkan kelemahan yaitu efek Free rider. Efek Free rider adalah suatu kondisi dimana beberapa anggota kelompok yang mengerjakan semua atau sebagian pekerjaan dalam pembelajaran sedangkan yang lain tidak melakukan aktivitas.34 Dengan kata lain, aktivitas belajar hanya dilakukan oleh sebagian anggota kelompok saja. Pembelajaran kooperatif sangat perlu diterapkan dalam proses belajar mengajar disekolah. Berikut ini diberikan beberapa hasil penelitian yang menunjukan manfaat pembelajaran kooperatif bagi siswa dengan hasil belajar yang rendah, antara lain (Linda Lundgren, 1994; Nur, dkk, 1997) seperti berikut ini : a. Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas b. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi c. Memperbaiki sikap d. Memperbaiki kehadiran e. Angka putus sekolah menjadi lebih rendah f. Penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar g. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil h. Konflik antar pribadi berkurang i. Sikap apatis berkurang j. Pemahaman yang lebih mendalam k. Motivasi lebih besar l. Hasil belajar lebih tinggi m. Retensi lebih lama n. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi35
34
Slavin, Cooperative Learning …, h. 19
35
Muslimin Ibrahim dkk, Pembelajaran Kooperatif, Universitas Negeri Surabaya, 2000,
h. 18-19
24
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah belajar dimana siswanya saling bekerja sama satu dengan yang lainnya dalam memahami dan mengerjakan tugas-tugas belajar. 4. Metode Numbered Heads Together (NHT) dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam a. Pengertian NHT Pembelajaran kooperatif memiliki banyak model, diantaranya STAD (Student Teams Achievement Division), TGT (Teams Games Tournamen), TAI (Teams Accelerated Intruction), TPS (Think Pair Share), NHT, Learning Together, d a n Numbered Heads Together (NHT). 36 Masingmasing metode belajar ini memiliki prosedur yang berbeda, tetapi tetap menggunakan kelompok dalam proses pembelajaran dan bukan secara klasikal. Metode belajar mengajar Numbered Heads together (NHT) atau penomoran berpikir bersama dikembangkan oleh Spencer Kagan. Metode ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ideide dan mempertimbangkan jawaban yang tepat. Selain itu, metode ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka. Metode ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.37 Menurut Erman Suherman metode Numbered Heads together (NHT) adalah salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu, berikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa mendapat tugas yang sama) kemudian bekerja kelompok, presentasi kelompok dengan nomor siswa yang sama sesuai tugas masing- masing sehingga
36
Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), h. 49 37 Anita Lie, Cooperative Learning, Mempraktekan Cooperative Learning di Ruangruang Kela, …, h. 59
25
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan beri reward.38 Menurut Jean, “Numbered Heads Together is a simple four-step structure. Istmain strengths are in building mastery and in reviewing previously learned information. Teknik kepala bernomor diartikan juga sebagai “A team of four is established. Each member is given numbers of 1, 2, 3, 4. Questions are asked of the work. Groups work together to answer the question so that all can verbally answer the question. Teacher calls out of number (two) is asked to give the answer.39 Pembelajaran kooperatif metode NHT ini merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Dari berbagai metode dalam pembelajaran kooperatif, penerapan metode NHT lebih memungkinkan bagi terwujudnya kondisi belajar yang dinamis. Siswa dapat mengembangkan berbagai kemampuan dalam hal bersosialisasi, belajar mandiri serta bekerja sama. NHT dalam Pembelajaran kooperatif memiliki pemikiran dasar yakni memberi kesempatan siswa untuk berbagi dengan yang lain, mewujudkan sosialisasi yang berkesinambungan dan yang terpenting terjadinya proses belajar dimana siswa mengajar serta diajar oleh sesama siswa. b. Langkah-Langkah Pembelajaran dengan Metode NHT Terdapat 4 langkah yang dapat dilakukan dalam metode ini yaitu:40 Langkah-Langkah Pembelajaran dengan Metode NHT No
Langkah-Langkah
Kegiatan
1
Penomoran
Guru membagi siswa menjadi beberapa
38
Erman Suherman , Srategi Pembelajaran Matematika Kontemporer , (Bandung : FMIPA UPI, 2003) 39 Joan Garfield, Teaching Statisics; in heading the call for change, Suggestions for Curricular Action, (Jurnal Statistics Educations; Teaching Statistics Using Small-Group Cooperative Learning, Vol.1/1993, university of Minnesota. Tersedia: http://edtech.kennesaw.edu/intech/cooperative learning.htm), (03 Februari 2010). 40 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik …, h. 63
26
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
(Numbered)
kelompok atau tim yang beranggotakan 3 hingga 5 orang dan memberi mereka nomor sehingga tiap siswa dalam kelompok tersebut memiliki nomor.
2
Pengajuan Penyataan
Guru mengajukan suatu pertanyaan
(Questioning)
kepada para siswa. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang sifatya spesifik hingga yang bersifat umum contoh pertanyaan yang bersifat spesifik adalah : “Sebutkan huruf-huruf yang termasuk hukum
bacaan
idzhar”;
sedangkan
contoh pertanyaan yang bersifat umum adalah
:”mengapa
kita
harus
mempelajari hukum bacaan nun mati dan tanwin 3
Berpikir Bersama
Para siswa berpikir bersama untuk
(Headss Together)
mengembangkan
dan
meyakinkan
bahwa setiap siswa mengetahui jawaban tersebut. 4
Pemberian Jawaban
Guru menyebut satu nomor dan para
(Answering)
siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas
c. Kelebihan dan Kekurangan pembelajaran dengan metode NHT Kelebihan-kelebihan pembelajaran dengan metode NHT adalah: 1. Memberikan motivasi, yaitu mendorong siswa untuk beraktivitas dalam kegiatan belajarnya. Dengan demikian siswa akan termotivasi dengan hal- hal yang baru dalam proses pembelajaran.
27
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
2. Menambah rasa percaya diri, karena dalam pembelajaran NHT ada metode pemanggilan nomor, dan siswa yang terpanggil nomornya akan menjawab pertanyaan hasil diskusi, sehingga dalam diri siswa timbul rasa percaya diri. 3. Siswa aktif, dengan metode NHT akan menambah keaktifan siswa dalam belajar, karena setiap siswa memiliki kesempatan untuk memberi dan menukar pendapat. Adapun kekurangan pembelajaran dengan metode NHT adalah : 1. Efisiensi waktu,
belajar
dengan
menggunakan
metode
NHT
memerlukan waktu yang agak panjang agar siswa memahami materi yang diajarkan. 2. Membuat panik siswa, pembelajaran dengan metode NHT tidak hanya membuat siswa percaya diri, namun dapat membuat siswa grogi atau panik. Hal ini terlihat ketika siswa yang terpanggil nomornya untuk menjawab pertanyaan yang diajukan. 3. Membuat repot guru, teknk NHT merupakan metode belajar diskusi kelmpok yang menggunakan nomor, sehingga sebelum pembelajaran dimulai guru harus menyediakan nomor.
5. Pengertian Metode Ekspositori Metode ekspositori sama seperti metode ceramah dalam hal terpusatnya kegiatan kepada guru sebagai pemberi informasi (bahan pelajar). Tetapi pada metode ekspositori dominasi guru banyak berkurang. Karena tidak terus menerus bicara. Ia berbicara pada awal pelajaran, menerangkan materi dan contoh soal dan pada waktu-waktu yang diperlukan saja. Siswa tidak mendengar dan membuat catatan. Tetapi juga membuat soal latihan dan bertanya kalau tidak mengerti. Pada metode ekspositori siswa belajar lebih aktif dari pada metode ceramah. Siswa mengajarkan latihan soal sendiri, mungkin juga saling bertanya dan mengajarkannya barsama dengan temannya, atau disuruh membuatnya dipapan tulis. 28
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
Melihat perbedaan-perbedaan
diatas,
cara
mengerjakannya
Pendidikan Agama Islam yang pada umumnya digunakan pada guru lebih tepat dikatakan sebagai metode ekspositori dari pada ceramah. Mengajar Pendidikan Agama Islam dengan metode ceramah menurut penjelasan di atas sebenarnya adalah metode ekspositori, sebab guru juga memberikan pula soal-soal latihan untuk diajarkan siswa di kelas. Menurut Djmarah dan Zein, pada pengajaran ekspositori, guru menyajikan pelajaran dalam bentuk yang telah disiapkan secara rapih, sistematis dan lengkap sehingga siswa menyimak dan mencernanya saja secara tertib dan tertur. Ciri umum metode ini adalah definisi dan teorema disajikan oleh pengajar, contoh soal diberikan oleh pengajar dan kemudian latihan sosial. Secara garis besar, prosedur pelaksaan metode ini adalah sebagai berikut; preparasi, apersepsi, dan resitasi.
41
prosedur pelaksanaannya kurang
mekankan aktivitas fisik siswa, yang diutamakan adalah aktivitas mental siswa, sehingga banyak orang beranggapan bahwa metode ekspositori mengahasilkan belajar menghapal dan kurang efektif belajar bermakna. Jadi metode ekspositori ini sama dengan cara mengajar biasa (tradisional) sehingga dipakai pada pelajaran Pendidikan Agama Islam, namun didalam metode ekspositori dominasi guru berkurang, guru tidak terus berbicara, guru hanya menjelaskan pada bagian-bagian yang diperlukan saja.
6. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar menurut Nana Sudjana, didefinisikan sebagai kemampuan-kemampuan
yang
dimiliki
siswa
setelah
menerima
pengalaman belajar.42 Pengalaman ini dapat di peroleh dari suatu kegiatan penyampaian pengetahuan atau pengalaman yang disebut mengajar.
41
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar …, h. 23 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, ( Bandung: P.T. Rosdakarya, 1992 ), h. 22 42
29
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
Jelaslah bahwa belajar dan mengajar merupakan kegiatan yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi serta dapat menentukan hasil belajar. Pengajaran akan berhasil bila meteri pelajaran dapat diterima oleh siswa, dan hasil belajar berkait dengan proses belajar mengajar, jika proses belajar mengajar sudah dapat dioptimalkan sesuai dengan teorinya maka hasil belajar diharapkan akan meningkat. Teori dan prinsip-perinsip belajar yang disukai guru dapat membantu mereka untuk mentukan strategi dan menciptakan kondisi yang dapat mendukung siswa untuk memperbaiki prestasi belajarnya. Hasil belajar dipengaruhi oleh faktor- faktor yang mempengaruhi proses belajar itu sendiri, berupa faktor internal, misalnya kematangan atau pertumbuhan, kemapuan belajar yang merupakan kombinasi dari kemampuan taraf intelegensi, bakat, taraf pengetahuan awal yang dimiliki, taraf kemampuan berbahasa, taraf organisasi kognitif dan kehendak sedangkan faktor eksternal yang turut mempengaruhi hasil belajar antara lain, keadaan keluarga dan lingkungan, keadaan bahan yang dipelajari dan faktor- faktor yang berhubungan dengan cara belajar. Setelah
siswa
mengikuti
proses
pembelajaran
maka
akan
menghasilkan perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan atau pemahaman, keterampilan, nilai dan sikap. Adanya perubahan itu tampak dalam prestasi yang dihasilkan oleh murid terhadap pertanyaan atau persoalan atau tugas yang diberikan oleh guru. 43
7. Pendidikan Agama Islam a. Pengertian Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam disebutkan dalam Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam adalah :"Upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,
menghayati,
mengimani,
43
bertakwa,
berakhlak
mulia,
W. S. Winkel S. J. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, ( Jakarta: Gramedia, 1996 ), h. 102
30
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci AlQuran dan Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman. 44 " Sedangkan menurut Ahmad Tafsir, Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa agar memahami ajaran Islam (knowing), terampil melakukan atau mempraktekkan ajaran Islam (doing), dan mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari- hari (being). Dengan demikian Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan pesrta didik agar memahami ajaran islam serta mengamalkan ajaran islam dengan benar sesuai dengan Al-Quran dan Hadits agar kelak mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
b. Tujuan Pendidikan Agama Islam Di dalam GBHN tujuan umum dari pendidikan agama dikatakan bahwa “tujuan pengajaran agama yaitu membina manusia beragama berarti manusia yang mampu melaksanakan ajaran-ajaran agama dengan baik dan sempurna, sehingga tercermin dalam segala sikap dan tindakan keseluruhan hidupnya dalam rangka mencapai kebahagiaan dan kejayaan di dunia dan akhirat”. Menurut Zakiah Darajat, tujuan Pendidikan Agama Islam secara garis besarnya adalah untuk membina murid menjadi hamba Allah yang shaleh dengan seluruh aspek kehidupannya, perkataan, perbuatan dan perasaannya. Dalam sistem operasional kelembagaan pendidikan, tujuan pendidikan ditetapkan secara berjenjang dalam struktur program intruksional. Bila dilihat dari pendekatan sistem intruksional tertentu, maka tujuan Pendidikan Agama Islam adalah membimbing dan
44
islamblogku.blogspot.com/.../pengertian-dan-tujuan-pendidikan-agama_1274.html –, pukul 09.45, 31 maret 2010
31
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
membentuk manusia menjadi hamba Allah yang shaleh, teguh imannya, taat beribadah dan berakhlak terpuji. Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam adalah untuk meningkatkan pemahaman tentang ajaran Islam, keterampilan mempraktekkannya, dan meningkatkan pengamalan ajaran Islam itu dalam kehidupan sehari- hari. Jadi secara ringkas dapat dikatakan bahwa tujuan utama Pendidikan Agama Islam adalah keberagamaan,
yaitu
menjadi
seorang
muslim
dengan
intensitas
keberagamaan yang penuh kesungguhan dan didasari oleh keimanan yang kuat. c. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam sangat luas, karena ajaran islam memuat ajaran tentang tata hidup manusia di dunia dan di akhirat dan berisi pedoman manusia dalam menjalani kehidupannya di dunia ini dan untuk menyiapkan kehidupan sejahtera di akhirat nanti. Dalam buku ilmu pendidikan islam, H.M. Arifin mengatakan bahawa rung lingkup Pendidikan Agama Islam itu mencakup: “segala bidang kehidupan manusia di dunia dimana manusia mampu memanfaatkannya sebagai tempat menanam benih amaliah yang buahnya akan dipetik diakhirat nanti, maka pembentukan nilai dan sikap amaliyah islamiyah dalam pribadi manusia baru akan tercapai dengan efektif bilaman dilakukan melalui proses kependidikan yang berjalan di atas kaidah-kaidah ilmu pengetahuan kependidikan.”45 Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diberikan di sekolah umum maupun di madrasah meliputi: a. Keimanan Ruang lingkup pengajaran keimanan itu meliputi rukun iman yang enam, yakni percaya kepada Allah SWT, percaya kepada Rasul,
45
H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara. 1991), h. 13
32
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
Malaikat, percaya kepada kitab-kitab suci, Hari Kiamat, percaya kepada Qadha’ dan Qadar.46 b. Ibadah Mengikuti segala perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangan Allah. Hubungan antara manusia dengan Allah SWT diatur dalam ibadah secara khas yang mencakup thaharah, shalat, zakat, puasa dan haji. Sedangkan dalam hubungannya dengan sesama manusia dan lainnya diatur dalam muamalat secara luas. c. Al-Quran Isi pengajaran Al-Quran diantaranya adalah pengenalan huruf hijaiyah, cara membunyikannya, bentuk dan fungsi tanda baca dan tanda berhenti dan lain sebagainya. Ruang lingkup pengajaran AlQuran lebih banyak berisi pengajaran yang memerlukan banyak latihan dan pembiasaan. d. Akhlak Pendidikan akhlak berkisar mengenai persoalan kebaikan dan kesopanan, tingkah laku yang terpuji serta berbagai persoalan yang timbul dalam kehidupan sehari- hari e. Sejarah (tarikh) Ruang lingkup sejarah yakni sejarah yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan umat islam, seperti peperangan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw melawan orang kafir, pemerintahan pada zaman Nabi Saw dan para sahabat serta riwayat hidup Nabi Muhmmad Saw.
B. Kerangka Berpikir Berdasarkan pendahuluan dan landasan teori yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa efektifitas pembelajaran merupakan hal yang sangat penting untuk mencapai sebuah tujuan belajar. Siswa belajar haruslah terlibat 46
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi: Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. III, h. 130.
33
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
aktif dan mengkonstruksikan ide- idenya sendiri yang selanjutnya dibimbing atau diarahkan oleh guru. Pembelajaran dilakukan dengan masalah-masalah kontekstual terlebih dahulu atau masalah- masalah yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari supaya siswa mudah memahami dan mengingat pelajaran. Pendidikan Agama Islam merupakan bagian dari pendidikan nasional, tujuan utamanya ialah membina dan mewarnai kehidupan anak didik dengan nilai- nilai agama dan mengajarkan ilmu agama islam, sehingga mereka mampu mengamalkan syariat islam dengan benar. Upaya meningkatkan efektifitas pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam perlu diperhatikan Sehingga proses pembelajaran yang dilakukan harus diupayakan dan mampu menuntun siswa untuk dapat berpikir kreatif, mengadakan analisis, membentuk sikap positif, memecahkan masalah,
merangsang
dan
memungkinkan
bagi
sis w a u n t u k
mengorganisasikan belajarnya sendiri, berfikir secara mandiri serta bekerja secara kooperatif untuk mengembangkan kemampuan abstraksi siswa juga kemampuannya lainnya, sehingga pada akhirnya siswa dapat memahami konsep-konsep Pendidikan Agama Islam secara benar dan utuh serta dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari- hari. Untuk itu diperlukan proses pembelajaran yang dapat mengembangkan berbagai kemampuan siswa. Hal ini dapat dibantu dengan Peer Learning yakni proses belajar bersama dengan temannya sebaya dan guru berperan sebagai fasilitator sekaligus moderator dan pembimbing, melalui pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran kooperatif siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan pikirannya tanpa dihambat, mengembangkan bersama dengan teman-temannya dapat saling belajar berkelanjutan, saling bekerja sama dalam proses pembelajaran. Melalui Pembelajaran kooperatif metode NHT siswa diberi kesempatan bukan hanya sekedar belajar tetapi saling mengajarkan satu sama lain sehingga
diharapkan
siswa
mampu
hanya
berfikir
sendiri
dan
mempertanggungjawabkannya, namun juga saling berbagi dalam proses 34
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
transfer pengetahuan, selanjutnya melalui proses kebersamaan tersebut akan melatih siswa mengembangkan kepekaan sosialnya tanpa menghambat kemajuan dirinya sendiri karena siswa mempunyai lebih banyak kesempatan untuk menghargai perbedaan, meningkatkan partisifasi, motivasi, sikap positif, mengurangi kecemasan sehingga pada akhirnya keefektifan proses belajar mengajar dapat mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan paparan di atas, dapat dikatakan bahwa pembelajaran kooperatif metode NHT mampu meningkatkan efektifitas pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
C. Hipotesis Dari kajian teori dan penyusunan kerangka berpikir maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara hasil belajar Pendidikan Agama Islam yang pembelajarannya digunakan pembelajaran kooperatif dengan metode NHT lebih efektif dari pada hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa yang pembelajarannya digunakan metode ekspositori.
35
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kelas VII SMP Islam Al-Fajar Kedaung Pamulang. Waktu pelaksanaan penelitian adalah pada semester kedua, dari tanggal 12 April – 29 Mei 2010.
B. Populasi dan Sampel Suharismi Arikuanto mendefinisikan populasi adalah keseluruan subjek penelitian.47 Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas VII SMP Islam Al-Fajar Kedaung Pamulang yang telah terdaftar pada tahun ajaran 2009/2010 yang berjumlah 104 siswa yang berlokasi di Jl. Aria Putra No. 102 Kedaung Pamulang. Sampel adalah bagian terkecil dari suatu populasi yang mewakili secara representatif. Jumlah sampel diambil dari populasi terjangkau dan pengambilan sampel diambil 4 kelas yang ada. Dari empat kelas tersebut diundi kelas yang mana yang menjadi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sehingga didapat kelas VII C dengan jumlah sebanyak 31 siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas VII D dengan jumlah sebanyak 33 siswa sebagai kelas kontrol.
47
Suharismi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta:Rineka Cipta,1997), h. 115
36
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
Tabel 1 Populasi dan Sampel No.
Kelas
Jumlah Siswa
Sampel
1
VII C
31
30
2
VII D
33
30
C. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah metode Quasi Eksperimen (eksperimen semu) yang dilakukan terhadap kelompokkelompok yang heterogen, dengan membagi kelompok yang diteliti menjadi dua kelompok pengamatan. Kelompok pertama adalah kelompok dengan perlakuan metode pembelajaran kooperatif metode NHT dan
kelompok
kedua dengan metode ekspositori. Perlakuan ini dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian sebagai berikut:
Tabel 2 Rancangan Penelitian Kelompok
Perlakuan
Tes
(R)e
Xe
T
(R)k
Xk
T
Keterangan : e
: Kelompok eksperimen
k
: Kelompok kontrol
Xe
: Perlakuan yang diberikan pada kelompok eksperimen
Xk
: Perlakuan yang diberikan pada kelompok kontrol
T
: Tes yang sama pada kedua kelompok
D. Teknik Pengumpulan Data Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data tersebut ditempuh dengan beberapa teknik yakni berupa: 37
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
1. Angket (kuesioner) Angket dipergunakan untuk memperoleh data secara langsung kepada subjek penelitian, yaitu siswa-siswi SMP Islam Al-Fajar. Dalam angket ini berisikan daftar pertanyaan yang berkaitan dengan efektifitas penggunaan metode NHT dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang dilakukan oleh guru yang bersangkutan, yang diisi oleh siswa swcara langsung. Adapun bentuk angket ini. . Format respon yang diberikan merujuk pada “Skala Likert Modifikasi”. Skala model ini mempunyai 4 (empat) alternatif pilihan jawaban. Tiap-tiap item diberi skor berdasarkan jawaban yang dipilih dari jenis pernyataan positif dan negatif. Dari setiap jawaban untuk pertanyaan yang jawabannya bersifat positif, penulis berikan bobot nilai, yaitu jika jawaban pilihannya “sangat setuju” maka diberi bobot nilai 4, jika jawaban pilihannya “setuju” maka diberi bobot nilai 3, jika jawaban pilihannya “tidak setuju” maka diberi bobot nilai 2, jika jawaban pilihannya “sangat tidak setuju” maka diberi bobot nilai 1. Dan untuk jawaban dari pertanyaan yang jawabannya bersifat negatif, maka untuk jawaban pilihan “sangat setuju” maka diberi bobot nilai 1, jika jawaban pilihannya “setuju” maka diberi bobot nilai 2, jika jawaban pilihannya “tidak setuju” maka diberi bobot nilai 3, jika jawaban pilihannya “sangat tidak setuju” maka diberi bobot nilai 4. Tabel 3 Kisi-kisi instrumen tentang efektifitas belajar Variabel
No. Item Pertanyaan
Indikator a. Metode pembelajaran
Efektifitas Belajar
b. Pengelolaan kelas yang
Jumlah
Positif
Negatif
2, 15
8
3
4, 14, 26
17
4
6, 13
9, 18
4
5, 23, 28
19, 27
5
kondusif c. Sumber belajar d. Mempergunakan umpan
38
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
balik untuk menentukan tindakan yang lebih efektif e. Komunikasi dan interaksi
7, 12
20
3
25
-
1
1, 16, 22
10, 29
5
h. Hasil belajar
3, 11, 30
21, 24
5
Jumlah
19
11
30
f. Evaluasi g. Memiliki tanggung jawab yang besar
Sebelum skala tersebut diberikan kepada responden, dilakukan dulu uji coba kepada siswa kelas VII. Uji coba tersebut dimaksudkan untuk mengetahui apakah instrumen- instrumen tersebut memenuhi syarat validitas dan reliabilitas. a.
Pengujian Validitas Dalam penelitian ini, validitas instrumen yang digunakan adalah uji
validitas butir. Pengukuran validitas instrumen ini dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment dari Pearson sebagai berikut48 : rxy =
NSXY - (SX )(SY ) 2
{NSX - (SX ) 2 }{ NSY 2 - (SY ) 2 }
Keterangan : rxy
= korelasi antara variabel X dan Y
X
= Jumlah skor tiap-tiap butir
Y
= Jumlah skor tiap-tiap siswa
X2
= Jumlah skor tiap-tiap butir yang dikuadratkan
X2
= Jumlah skor tiap-tiap siswa yang dikuadratkan
N
= Jumlah Siswa
b. Pengujian Reliabilitas Setelah dilakukan standarisasi nilai instrumen kemudian dilakukan pengujian reliabilitas dengan menggunakan rumus Alpha dari Cronbach49 .
48
Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung : Tarsito, 2002), h. 175
39
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
r=
m St 2 - SSi 2 . m -1 St 2
Keterangan : r
= koefisien reliabilitas instrumen
m
= banyak butir pernyataan instrumen yang valid
St2
= varians skor seluruh pernyataan tiap siswa
åSi2
= Jumlah varians skor seluruh tes tiap item
2. Observasi Observasi sebagai teknik pengumpulan data dengan pengamatan dan pencatatan secara sistematik untuk mengumpulkan data tentang pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Observasi dilakukan dengan mengamati pembelajaran kooperatif metode NHT selama proses pembelajaran.
E. Teknik Analisis Data 1. Uji Persyaratan a. Uji Normalitas Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan yaitu uji Liliefors dengan taraf signifikan α = 0,0550 . L = maks F ( Z i ) - S ( Z i ) n
åi
-
Dimana :
Z
i
x -x = i s
, F ( Z i ) = P( Z £ Z i ) dan S ( Z i ) =
i =1
n
Hipotesis statistik dirumuskan sebagai berikut : H0 : data berdistribusi normal H1 : data tidak berdistribusi normal
49
Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan teknik Evaluasi Pengajaran, (Jakarta: Remaja, 1984), h. 138 50 Sudjana , Metoda Statistika, (Bandung : Tarsito, 2002), h. 466
40
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
Kriteria pengujiannya adalah : Terima H0 jika L0 < Ltabel b. Uji Homogenitas Uji homogenitas untuk melihat kehomogenan populasi. Untuk uji homogenitas dilakukan uji Fisher, yaitu51 :
F=
S1
2
S2
2
2
Dimana,
S2 =
nå xi - (å xi ) 2 n(n - 1)
Keterangan : F = Homogenitas S1 2 = Varians terbesar atau data pertama S2 2 = Varians terkecil atau data kedua Adapun kriteria pengujian untuk uji homogenitas ini adalah : H0 diterima jika Fh < Ft H0 ditolak jika Fh > Ft H0 = data yang memiliki varians homogen 2. Uji Hipotesis
XE - XK
t hit = Sg
1 1 + nE nK
2
dimana ,
Sg =
(n E - 1)S E + (n K - 1)S K
2
( n E + n K - 2)
Keterangan :
XE
= rata-rata hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa yang diajar dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif metode NHT = rata-rata hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa yang diajar
XK
dengan menggunakan metode ekspositori nE
= jumlah sampel pada kelompok eksperimen
nK
= jumlah sampel pada kelompok kontrol
SE 51
2
= varians kelompok eksperimen
Sudjana, Metoda Statistika …, h. 250
41
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
SK
2
= varians kelompok kontrol52 Kriteria pengujian dengan derajat kebebasan (n E + n K - 2) dengan
taraf signifikan a = 0,05 sebagai berikut: H0 diterima jika t hit < t tabel Ha ditolak jika t hit > t tabel
F. Hipotesis Statistik H0 : µ 1 = µ 1 H1 : µ 1 > µ 2 µ1
:
rata-rata hasil belajar pendidikan agama islam yang menggunakan pembelajaran kooperatif metode NHT
µ2
:
rata-rata hasil belajar pendidikan agama islam yang menggunakan pembelajaran kooperatif metode ekspositori
52
Sudjana, Metoda Statistika …, h. 239
42
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
yang ada, maka guru memanggil secara acak nomor dari kelompok tersebut, semua nomor yang dipanggil dari seluruh kelompok secara bergantian maju untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka bersama kelompoknya. Tiap satu kali presentasi siswa selesai terjadi tanya jawab antara siswa yang presentasi dengan siswa-siswa yang lainnya terkait dengan permasalahan yang timbul atas jawaban siswa yang melakukan presentasi tersebut. Begitu pula pada soal-soal selanjutnya sampai selesai. Masing- masing kelompok bekerja sama sehingga pada akhirnya setiap siswa dapat menguasai pokok bahasan secara utuh untuk menyelesaikan tugas individu ataupun kelompok yang diberikan oleh guru. Akan tetapi pada pertemuan pertama siswa masih belum terbiasa dengan model pembelajaran NHT sehingga banyak siswa yang canggung saat diskusi berlangsung, siswa masih malu untuk mengajukan dan menjawab pertanyaan dari rekannya sendiri saat diskusi berlangsung, siswa masih ragu-ragu untuk menyampaikan hasil diskusinya di depan kelas. 4). Memantau berlangsungnya kerja kelompok kecil Guru memantau kerja setiap kelompok yang telah dibentuk untuk mengetahui bahwasannya kegiatan diskusi dan tanya jawab berlangsung dengan lancar, dalam hal ini guru menyediakan kesempatan kepada siswa dengan sepuas-puasnya untuk memperoleh pengalaman belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. 5). Mengevaluasi hasil belajar siswa melalui tes tertulis atau tes lisan secara acak, penilaian dilakukan terhadap proses dan hasil. Guru memberikan soal tes yang harus diselesaikan oleh kelompok untuk menilai proses, juga tes kepada siswa (dengan tes formatif setiap pokok bahasan) untuk mengetahui apakah siswa telah benar-benar menguasai pokok bahasan hukum bacaan nun mati atau tanwin dan mim mati. 3. Kegiatan Penutup Kegiatan penutup atau kegiatan akhir dari pembelajaran merupakan tindak lanjut dari kegiatan pendahuluan dan kegiatan inti, yang harus direncanakan dan dilaksanakan secara efektif oleh seorang guru. Kegitan akhir dalam 46
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
pembelajaran tidak hanya diartikan sebagai kegiatan untuk menutup pelajaran, akan tetapi sebagai kegiatan untuk mengevaluasi atau memberikan penilaian terhadap hasil belajar peserta didik. Tujuan pembelajaran dikatakan berhasil apabila seluruh indikator dapat tercapai, siswa dapat memahami materi yang diajarkan. Pada kegiatan penutup terdapat langkah- langkah yang harus dilaksanakan, diantaranya: a. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila masih ada hal- hal yang kurang jelas. b. Guru-Siswa memberikan tanggapan dari kesimpulan materi yang didiskusikan oleh siswa. c. Guru melakukan evaluasi. d. Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk mempelajari kembali materi yang telah mereka diskusikan e. Ditutup dengan hamdalah oleh guru dan siswa. Dari seluruh kegiatan yang telah dijelaskan diatas, dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran dengan menerapkan metode NHT, pada penerapannya sudah berjalan dengan efektif dan berhasil, akan tetapi penulis merasa kesulitan pada pertemuan pertama, bisa dikatakan belum berhasil, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: 1. Guru belum mampu membimbing siswa secara merata pada saat diskusi berlangsung sehingga terdapat kelompok yang merasa terabaikan. 2. Guru belum bisa mengatur waktu sehingga proses pembelajaran belum efisien. 3. Siswa belum terbiasa akan metode pembelajaran NHT sehingga siswa masih bingung dalam proses pembelajaran. 4. Siswa masih belum berani mengutarakan pendapat mereka pada saat diskusi berlangsung 5. Siswa masih merasa malu untuk tampil presentasi di depan kelas. 6. Siswa masih belum berani bertanya, mengemukakan sanggahan terhadap teman dalam mempresentasikan hasil diskusinya.
47
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan melalui uji t diperoleh nilai x Eksperimen = 70,70 dan nilai x Kontrol = 59,80 untuk α = 0,05 yaitu bahwa kesimpulannya hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa kelas VII SMP I s l a m A l -Fajar
Kedaung
Pamulang
yang
proses
pembelajarannya
menggunakan pendekatan kooperatif metode NHT lebih efektif dibandingkan siswa yang proses pembelajarannya dengan menggunakan metode ekspositori. Berdasarkan data yang telah penulis analisis diatas maka penulis menarik kesimpulan yaitu : 1. Pembelajaran yang dilakukan dengan metode ekspositori didapat rata-rata skor hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa kurang ( x ) = 59,80 dari pada rata-rata hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa yang menggunakan pembelajaran model koopreatif metode NHT. 2. Pembelajaran yang dilakukan dengan metode NHT rata-rata skor hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa lebih tinggi ( x ) = 70,70 dari pada rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan metode ekspositori. 3. Metode pembelajaran kooperatif dengan metode NHT lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam, hal ini bisa kita lihat dari rata-rata skor hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa lebih tinggi yang menggunakan metode NHT dibandingkan dengan skor rata-rata siswa yang menggunakan metode ekspositori.
54
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
4. Metode pembelajaran NHT dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar, membuat siswa berani mengajukan pendapat, pertanyaan dan jawaban selain itu juga dapat meningkatkan motivasi siswa. Pada saat dilakukan pembelajaran dengan metode ekspositori, proses pembelajaran siswa terjadi hanya satu arah, hal ini berarti siswa kurang aktif dalam pembelajaran. Namun, setelah dilaksanakan pembelajaran dengan metode NHT siswa menjadi lebih aktif dikarenakan adanya diskusi kelompok dan presentasi dalam model pembelajaran tersebut.
B. Saran Berdasarkan penelitian ini dan pengalaman mengajar yang terjadi selama proses penelitian, penulis memberikan saran sebagai berikut : 1. Metode Numbered Heads Together (NHT) perlu dilaksanakan oleh guru karena metode ini dapat meningkatkan hasil belajar dan aktifitas siswa, meningkatkan kemampuan, pemahaman dalam menyelesaikan soal, suasana pembelajaranpun menjadi lebih menyenangkan, sehingga dapat meningkatkan efektivitas dalam kegiatan belajar mengajar. 2. Dengan adanya berbagai keterbatasan dalam penelitian ini disarankan adanya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif metode NHT dapat diterapkan dan memberikan hasil yang lebih baik pada semua mata pelajaran dengan materi yang berbeda pada setiap jenjang pendidikan. 3. Guru perlu menjelaskan skenario pembelajaran kooperatif metode NHT sebelum pembelajaran dilaksanakan, karena pembelajaran kooperatif metode NHT relatif baru. Guru perlu memotivasi siswa agar menyampaikan pendapat dalam diskusi kelompok.
55
berani
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 1997 Arikunto, Suharismi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2002 Arifin, H.M, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1991 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-qura’an dan Terjemah, Semarang: CV. Adi Grafika, 1994 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1998 Departemen Pendidikan Nasional, Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 2003 Tentang Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, 2004 Djamarah, Syaiful Bahri, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, cet. Ke-1, 2000 Ibrahim, Muslimin,dkk, Pembelajaran Kooperatif, Universitas Negeri Surabaya: 2000 Isjoni, Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok, Bandung: Alfabeta, 2010 Kosasih, Rafli dan Sucipto, Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta, 1998 Lie, Anita, Cooperative Learning : Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas, Jakarta: PT. Grasindo, 2002 Majid, Abdul, dan Andayani, Dian, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi: Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006 Nata, Abudin, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009 Purwanto, Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2003
57
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
Purwanto, Ngalim, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Jakarta: Remaja Rosda Karya, 1984 Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2007 Slavina, Cooperative Learning, USA: A. Simon and Schuster Company, 1995 Sudjana, Nana, Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2004, cet. Ke-9 Sudjana, Metoda Statistika, Bandung: Tarsito, 2002 Suherman, Erman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Bandung: FMIPA UPI, 2003 Suparno, Paul, Filsafat Kontruktivisme Dalam Pendidikan, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1997 Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002, cet. Ke-7 Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007 Winkle, WS. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, Jakarta : Gramedia 1996 Wirawan, Sarlito, S., Pengantar Umum Psikologi, Jakarta: Bulan Bintang, 1996 http:/www.damandiri.or.id./detail.php?id=238 24090, http://edtech.kennesaw.edu/intech/cooperative learning.htm) islamblogku.blogspot.com/.../pengertian-dan-tujuan-pendidikanagama_1274.html
57