9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka 1. Keterampilan Menulis Puisi pada Siswa Kelas V SD a. Karakteristik Siswa Kelas V SD Siswa sekolah dasar merupakan individu yang sedang berkembang ke arah yang lebih baik. Perkembangan yang terjadi pada tiap individu merupakan suatu proses yang kompleks dan teratur karena banyak faktor yang berpengaruh dan saling terjalin dalam berlangsungnya proses perkembangan tersebut. Faktor tersebut dapat berupa unsur-unsur bawaan maupun unsur-unsur pengalaman yang diperoleh dalam berinteraksi dengan lingkungan. Semua itu sama-sama memberikan pengaruh tertentu terhadap arah dan laju perkembangan setiap individu. Setiap individu tentunya mempunyai karakteristik yang berbedabeda. Karakteristik itu sendiri merupakan karakter atau sifat dasar. Setiap anak mempunyai karakteristik yang khas yang dimiliki oleh dirinya sendiri. Yusuf (2012: 178) menyebutkan bahwa usia anak sekolah dasar adalah 6-12 tahun. Piaget (Desmita, 2012: 156) menyatakan tahap perkembangan anak pada usia sekolah dasar berada pada tahap pemikiran operasional konkrit yang artinya pada tahap ini anak mampu berfikir logis, mampu menghubungkan objek-objek yang bersifat nyata atau konkret. Djamarah (2011 : 125) juga menyebutkan karakteristik siswa pada masa kelas tinggi yaitu: 1) adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret; hal ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis; 2) amat realistik, ingin tahu, dan ingin belajar; 3) menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran khusus, yang oleh para ahli ditafsirkan sebagai mulai menonjolnya faktor-faktor; 4) sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang-orang dewasa lainnya; 5) anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk dapat bermain bersama-sama. 9
10 Masa ini merupakan tahapan perkembangan penting bagi kesuksesan perkembangan selanjutnya dan setiap anak akan mengalami perkembangan secara bertahap dalam hidupnya, baik itu perkembangan fisik maupun perkembangan
intelektual.
Menurut
Piaget
(Siswoyo,
2007:
108),
perkembangan intelektual anak terdiri dari empat tahap, yaitu 1) tahap sensori motor (terjadi pada usia 0-2 tahun); pada tahap ini perkembangan panca indera anak sangat berpengaruh, keinginan untuk mengetahui aksi reaksi sangat besar; 2) tahap praoperasional (terjadi pada usia 2-7); pada tahap ini anak mampu menggunakan kata–kata yang benar dan mampu pula mengekespresikan kalimat pendek secara efektif; 3) tahap operasional konkret (terjadi pada usia 7-11); pada tahap ini anak sudah mampu berpikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang konkret; 4) tahap operasional formal ( terjadi pada usia 11-14 tahun); anak telah memiliki kemampuan mengkoordinasikan secara simultan ataupun secara berurutan menggunakan
kapasitas/kemampuan
kognitifnya,
yaitu
kapasitas
menggunakan hipotesis dan prinsip-prinsip abstrak. Selain perkembangan intelektual, perlu diperhatikan pula perkembangan fisik anak yang terus berlangsung pada usia sekolah dasar. Sobur
(2011:
129)
mengemukakan
bahwa
perkembangan
merupakan rentetan perubahan jasmani dan rohani manusia menuju arah yang lebih maju dan sempurna. Perkembangan anak melalui fisik atau biologis dan perseptual perlu diperhatikan karena memiliki keterjalinan dengan aspekaspek perkembangan lainnya, artinya permasalahan yang ada dalam perkembangan fisik dan perseptual anak bisa berdampak negatif terhadap aspek-aspek perkembangan lainnya. Buhler (Sobur, 2011: 132) berpendapat bahwa anak pada usia 9-11 adalah masa sekolah dasar. Pada masa ini, anak mencapai objektivitas tertinggi. Bisa juga disebut sebagai masa menyelidik, mencoba, dan bereksperimen, yang distimulasi oleh dorongan-dorongan menyelidik rasa ingin tahu yang besar, masa pemusatan dan penimbunan tenaga untuk berlatih, menjelajah, dan bereksplorasi. Pada usia ini, anak
11 mulai menemukan diri sendiri yaitu secara tidak sadar mulai berpikir tentang diri pribadi. Pada waktu ini anak kerap mengasingkan diri. Berdasarkan beberapa pendapat di atas mengenai karakteristik siswa SD dan faktor-faktor yang menunjang perkembangan intelektual, dapat disimpulkan bahwa siswa kelas V berusia 9–11 tahun yang berada pada tahap operasional konkret, memiliki rasa ingin tahu sangat tinggi, berpikir konkret, senang membentuk kelompok-kelompok sebaya, mampu berpikir secara logis, tetapi masih belum mampu berpikir secara abstrak, anak mampu memahami benda-benda atau peristiwa yang konkret sehingga dalam proses pembelajaran dapat menggunakan media konkret atau nyata agar pembelajaran yang dilaksanakan akan bermakna dan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Melihat karakteristik siswa kelas V SD yang berada pada tahap operasional konkret dengan rasa ingin tahu yang tinggi, berpikir konkret, berpikir logis, senang membentuk kelompok sebaya dan belum mampu berpikir abstrak, guru dituntut dapat mengemas pembelajaran dan menyampaikan hal-hal yang ada di lingkungan siswa, sehingga materi yang dipelajari lebih jelas dan lebih bermakna. Selain itu, hendaknya pembelajaran dapat memberikan pengalaman langsung, baik secara individual maupun dalam kelompok. Oleh karena itu, dibutuhkan model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan karakteristik dan tahap perkembangan anak. Berdasarkan hal tersebut maka model CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) dengan media gambar peristiwa merupakan model dan media yang tepat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia khususnya keterampilan menulis puisi pada siswa kelas V SD karena dengan diterapkannya model CIRC siswa memperoleh pengalaman belajar secara langsung dan dapat memfasilitasi siswa dalam meningkatkan kemampuannya untuk bekerja sama, berpikir kritis dalam menemukan ide–ide, data dan fakta yang digunakan dalam menulis puisi. Dipadukan dengan media gambar peristiwa yang dapat membantu siswa dalam mengkonkretkan objek menulis
12 puisi, meningkatkan daya imajinasi dan berpikir kritis sehingga tujuan pembelajaran tercapai. b. Menulis Puisi pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia 1) Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD Hamalik (2014 : 57) menjelaskan bahwa pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material,
fasilitas,
perlengkapan,
dan
prosedur
yang
saling
mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Santosa, dkk (2009: 5.18) pembelajaran bahasa adalah proses pemberian rangkaian belajar berbahasa kepada siswa dalam upaya siswa mencapai kemampuan berbahasa. Pembelajaran bahasa dirancang untuk menggali potensi kebahasaan dan pengalaman belajar siswa agar mampu memenuhi pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan. Menurut Zulela (2013: 4) menjelaskan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia di SD diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi secara lisan maupun tulis dengan baik dan dapat menumbuhkan apresiasi siswa terhadap hasil karya sastra Indonesia. Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia menurut Santosa, dkk. (2009: 5.29) mencakup aspek mendengarkan, membaca, berbicara, menulis serta unsur pemahaman penggunaan bahasa dan apresiasi sastra. Berdasarkan beberapa pendapat mengenai pembelajaran Bahasa Indonesia di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan suatu rangkaian belajar berbahasa dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi secara lisan maupun tulisan dengan baik dan benar yang meliputi aspek mendengarkan, membaca, berbicara, menulis, pemahaman penggunaan bahasa, serta dapat menumbuhkan apresiasi siswa terhadap hasil karya sastra Indonesia. 2) Ruang Lingkup Pembelajaran Bahasa Indonesia SD Dalam pembelajarannya, Bahasa Indonesia tidak hanya hafalan saja, tetapi lebih bermakna dengan cara pemahaman. Melalui
13 pembelajaran yang bermakna siswa akan mampu memahami seluk beluk Bahasa Indonesia yang menunjang kegiatannya di masyarakat. Nurjamal, dkk (2014: 2) menjelaskan bahwa bahasa tidak hanya berbicara tentang sikap bahasa-berbahasa dalam pengertian teoretis, melainkan membahas seputar keterampilan berbahasa yang meliputi empat keterampilan yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Tarigan (2008: 1) mengemukakan bahwa ada empat komponen keterampilan dalam pembelajaran bahasa yaitu: a) keterampilan menyimak; b) keterampilan berbicara; c) keterampilan membaca; d) keterampilan menulis. Selanjutnya Zulela (2013: 100) menyebutkan bahwa ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia SD/MI meliputi empat aspek keterampilan berbahasa yaitu: a) Keterampilan mendengarkan meliputi mendengarkan bunyi, suara, bunyi bahasa, lagu, kaset, pesan, penjelasan, laporan ceramah, nara sumber, dialog/percakapan, perintah, pengumuman, mendengarkan hasil karya sastra (dongeng, cerita anak, cerita rakyat, cerita binatang, puisi, syair lagu, pantun, dan menonton drama), berita, petunjuk, pengumuman. b) Keterampilan berbicara meliputi mengungkapkan perasaan, gagasan, menyampaikan sambutan, dialog, pesan, pengalaman, bercerita tentang berbagai
topik,
menceritakan
gambar,
pengalaman,
peristiwa, tokoh, kegemaran, tata tertib, petunjuk, laporan, berekspresi tentang sastra, mendongeng, puisi, syair lagu, berpantun, drama anak. c) Keterampilan membaca meliputi membaca huruf, suku kata, kata, kalimat, berbagai teks bacaan sederhana; membaca lanjut; membaca denah, petunjuk, tata tertib, pengumuman, kamus, ensiklopedia, berbagai teks iptek, cerita rakyat, dongeng, drama dll. Diarahkan pada kegemaran/menumbuhkembangkan budaya membaca.
14 d) Keterampilan menulis dibedakan menjadi dua yaitu menulis permulaan yang meliputi sejalan materi bacaan permulaan dan menulis lanjut meliputi menulis karangan naratif, nonnaratif, dengan memperhatikan penggunaan ejaan dan tanda baca. Dalam menulis diarahkan agar menumbuhkembangkan kompetensi menulis. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup pembelajaran Bahasa Indonesia di SD meliputi keterampilan mendengarkan, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis. Pada penelitian ini ruang lingkup Bahasa Indonesia yang akan diteliti adalah keterampilan menulis. 3) Keterampilan Menulis Puisi a) Keterampilan Menulis Kata terampil berarti mampu atau cekatan. Terampil adalah cakap dalam menyelesaikan tugas, sedangkan keterampilan merupakan kecakapan untuk menyelesaikan tugas (Depdiknas, 2014: 1447). Tarigan (2008 : 3) menjelaskan bahwa menulis merupakan suatu
keterampilan
berbahasa
yang
dipergunakan
untuk
berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Nurjamal, dkk (2014: 68) menjelaskan bahwa menulis sebagai suatu keterampilan berbahasa adalah kemampuan seseorang dalam mengemukakan gagasan, perasaan, dan pemikirannya kepada orang lain dengan menggunakan media tulisan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
keterampilan
menulis
merupakan
kegiatan
yang
membutuhkan kecakapan dalam mengemukakan gagasan, perasaan, dan ide pemikirannya kepada orang atau pihak lain dengan tulisan sebagai media sehingga dapat digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung.
15 b) Keterampilan Menulis Puisi Keterampilan
menulis
merupakan
kegiatan
yang
membutuhkan kecakapan dalam mengemukakan gagasan, perasaan, dan ide pemikirannya kepada orang atau pihak lain dengan tulisan sebagai media sehingga dapat digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Menulis puisi merupakan salah satu bentuk kreativitas bidang sastra yang merupakan cerminan pengalaman, pengetahuan, dan perasaan penyair yang membentuk sebuah puisi. Pradopo (2014: 7) mengemukakan bahwa puisi adalah mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama. Semua itu merupakan sesuatu yang penting, yang direkam dan diekspresikan, dinyatakan dengan menarik dan memberi kesan. Menurut Wirjosoedarmo (Pradopo 2014: 5), puisi adalah karangan yang terikat oleh: (1) banyak baris dalam tiap bait (kuplet/stofa, suku karangan); (2) banyak kata dalam setiap baris; (3) banyak suku kata dalam tiap baris; (4) rima; dan (5) irama. Nur’aini (2008: 30) menyebutkan bahwa puisi merupakan karya sastra yang menggunakan kata-kata indah dan kaya makna. Karya sastra yang singkat, padat, dan menggunakan bahasa yang indah. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa puisi adalah salah satu karya sastra yang merupakan rangkaian kata yang indah hasil kreativitas seseorang berdasarkan pengalaman imajinatif yang mampu membangkitkan perasaan yang disusun secara berirama. Jadi, keterampilan menulis puisi adalah kegiatan yang membutuhkan kecakapan dalam mengungkapkan gagasan, perasaan dengan rangkaian kata yang indah hasil kreativitas seseorang
berdasarkan
pengalaman
imajinatif
yang mampu
membangkitkan perasaan yang disusun secara berirama dalam bentuk tulisan.
16 c) Aspek Penillaian Keterampilan Menulis Puisi Santosa, dkk, (2009: 7.3) menyebutkan bahwa aspek penilaian keterampilan menulis berhubungan dengan pengukuran kemampuan menggunakan bahasa tulis sebagai alat komunikasi. Tarigan (2008: 12) mengemukakan bahawa penilaian penulis dapat dilakukan dengan memperhatikan tiga komponen yaitu, struktur, ortografi, dan kecepatan/kelancaran umum dalam menulis. Penilaian menulis menurut Zulela (2013: 9) ada tiga aspek yaitu: 1) isi, (ketepatan pengembangan tulisan dengan tugas yang diminta); 2) unsur kebahasaan, (struktur kata, diksi, struktur kalimat); 3) ejaan, (meliputi tulisan, penggunaan tanda baca, huruf kapital, dll). Aspek penilaian keterampilan menulis puisi adalah aspek yang diamati oleh guru dalam sebuah puisi untuk menentukan penilaian dari hasil menulis puisi. Penilaian tentang menulis meliputi: 1) pilihan kata sesuai tema; 2) penyusunan kata dalam puisi; 3) gaya bahasa/majas; 4) kesesuaian judul dan isi puisi dengan tema; serta 5) koherensi kata antarbaris. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek penilaian menulis disesuaikan dengan hasil yang dituangkan dalam tulisan misalnya pada menulis puisi, seperti: 1) isi puisi (kesesuaian isi puisi dengan tema); 2) unsur kebahasaan; 3) gaya bahasa/majas; serta 4) koherensi kata antar baris. 4) Materi Bahasa Indonesia tentang Menulis Puisi a) Standar Kompetensi Menulis Puisi Kelas V SD Lingkup standar kompetensi dan kompetensi dasar, mata pelajaran Bahasa Indonesia yang akan digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut. Standar Kompetensi 8. Mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan fakta secara tertulis dalam bentuk ringkasan, laporan, dan puisi bebas
17 Kompetensi Dasar 8.3 Menulis puisi bebas dengan pilihan kata yang tepat Indikator materi yang akan diteliti yaitu: 8.3.1
Menjelaskan pengertian puisi.
8.3.2
Menyebutkan langkah-langkah menulis puisi.
8.3.3
Menyebutkan unsur-unsur puisi.
8.3.4
Menjelaskan pengertian gaya bahasa/majas.
8.3.5
Menulis puisi tema menyedihkan dengan topik bencana alam.
8.3.6
Menulis puisi tema mengharukan dengan topik pengorbanan.
8.3.7
Menulis puisi tema menyenangkan dengan topik mendapat juara.
b) Materi Puisi di Kelas V SD Materi pelajaran Bahasa Indonesia kelas V SD semester II yang akan digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut. (1) Pengertian Puisi Nur’aini
(2008:
30)
menyebutkan
bahwa
puisi
merupakan karya sastra yang menggunakan kata-kata indah dan kaya makna. Karya sastra yang singkat, padat, dan menggunakan bahasa yang indah. Singkat karena diungkapkan tidak panjang lebar seperti prosa. Padat, maksudnya puisi digarap dengan pilihan kata yang mengandung kekuatan rasa dan makna, yakni dengan memilih kata yang mempunyai majas, lambang, rima, sajak dan ungkapan yang menarik. Jadi, puisi berbeda dengan bahasa keseharian. Puisi ialah perasaan penyair yang diungkapkan dalam pilihan kata yang cermat, serta mengandung rima dan irama. Ciriciri puisi dapat dilihat dari bahasa yang dipergunakan serta dari wujud puisi tersebut. Bahasa puisi mengandung rima, irama, dan kiasan. Sedangkan wujud puisi terdiri dari bentuknya yang berbait, letak yang tertata ke bawah, dan tidak mementingkan
18 ejaan. Untuk memahami puisi dapat juga dilakukan dengan membedakannya dari bentuk prosa. Pradopo (2014: 7) mengemukakan bahwa puisi adalah mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama. Menurut Altenbernd ( Pradopo, 2014: 5), puisi adalah pendramaan pengalaman yang bersifat penafsiran dalam bahasa berirama. Berdasarkan
beberapa
pendapat
di
atas,
dapat
disimpulkan bahwa puisi adalah salah satu karya sastra yang merupakan rangkaian kata yang indah hasil kreativitas seseorang berdasarkan pengalaman imajinatif yang mampu membangkitkan perasaan yang disusun secara berirama. (2) Langkah-langkah Menulis Puisi Seperti kita ketahui, ide menulis puisi bisa berasal dari buku harian, pengalaman, atau dari suatu peristiwa. Zulela (2013: 75) menyebutkan bahwa langkah menulis puisi yaitu : (a) menentukan tema; (b) merenung/menghayati tentang pesan yang akan disampaikan; (c) memilih kata kunci yang pas untuk menggambarkan pesan; (d) mengimplementasikan pesan dalam pilihan kata yang pas; (e) perhatikan tone/nada/permainan bunyi bahasa; (f) baca dengan cermat, ungkapkan. Suyatno (2008: 137) menyebutkan langkah-langkah menulis puisi yaitu: (a) Menentukan Ide Hal penting yang harus kamu lakukan sebelum menulis puisi adalah menentukan ide. Ide atau gagasan pokok itu akan menjadi dasar penulisan puisi. Ide untuk menulis puisi dapat diperoleh dari mana saja dan kapan saja. Jadi, juga dapat diperoleh dari lingkungan di sekitarmu.
19 (b) Pilihan Kata Setelah mendapatkan ide dan merenungkannya, langkah berikutnya adalah memilih kata-kata untuk menuliskan puisi. Baris-baris puisi bukan sekadar deretan kata yang tidak bermakna. Kata-kata dalam puisi harus bermakna. Selain itu, perlu dipilih kata yang tepat, yaitu kata yang mampu mewakili pikiran dan perasaan. Kata-kata yang dipilih dapat berupa kata yang bermakna lugas maupun kiasan. Namun, kata-kata bermakna kiasan lebih menambah keindahan puisi. Dalam memilih kata juga perlu memerhatikan persamaan bunyi atau rima. Kata-kata yang memiliki persamaan bunyi awal atau akhir jika dirangkai akan menimbulkan kesan indah. Jika dibaca, puisi itu terdengar indah. (c) Merangkai Kata menjadi Puisi Langkah selanjutnya adalah berlatih merangkai kata-kata itu menjadi baris-baris puisi. Sesudah menuliskan kata-kata dalam bentuk puisi, coba baca kembali, jika masih ada kata yang kurang tepat, gantilah, kemudian pilih kata-kata yang benar-benar dapat mewakili pikiranmu. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah menulis puisi antara lain: (a) menentukan tema; (b) menuliskan kata kunci sesuai tema; (c) mengembangkan kata-kata dengan memperhatikan pilihan kata; (d) merangkai kata menjadi puisi; (e) menuliskan judulnya. (3) Unsur – unsur puisi Nur’aini (2008: 31) menyebutkan unsur-unsur puisi antara lain: (a) Tema yaitu pokok persoalan yang akan diungkapkan oleh penyair. Tema ini tersirat dalam keseluruhan isi puisi.
20 (b) Rasa yaitu sikap penyair terhadap pokok persoalan yang terkandung di dalam puisi. (c) Nada yaitu sikap penyair terhadap pembacaannya. Nada berkaitan erat dengan tema dan rasa. Hal ini ditunjukkan dengan adanya
sikap
merayu,
mengadu,
mengkritik,
dan
sebagainya. (d) Amanat yaitu pesan yang ingin disampaikan penyair dalam puisi itu. Menurut Waluyo (Kosasih, 2012 : 97) menyebutkan unsur-unsur dalam suatu puisi meliputi struktur fisik dan struktur batin sebagai berikut: (a) Struktur Fisik Puisi Struktur fisik puisi merupakan unsur pembangun struktur luar dari sebuah puisi. Struktur fisik puisi terdiri dari diksi, pengimajinasian, kata konkret, bahasa figuratif, rima/ritma dan tipografi. Diksi yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisi, pemilihan kata harus puitis.
Pengimajinasian
yaitu
kata
yang
dapat
mengungkapkan pengalaman sensori, pendengar, dan perasaan. Kata konkret yaitu kata yang diperkonkret atau diperjelas untuk membangkitkan imajinasi pembaca. Bahasa Figuratif (Majas) yaitu bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara membandingkan dengan benda atau kata lain. Rima/Ritma yaitu pengulangan bunyi dalam puisi. Tipografi yaitu bentuk fisik atau penyusunan baris-baris dalam puisi. (b) Struktur Batin Puisi Struktur batin puisi terdiri dari tema, rasa (feeling), nada (tone),
dan amanat. Tema adalah gagasan utama yang
21 membuat penyair mengungkapkannya dalam sebuah puisi. Rasa (feeling) merupakan sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Nada (tone) adalah sikap penyair terhadap pembacanya dan amanat merupakan tujuan dari penyair sewaktu menciptakan puisi. Berdasarkan beberapa pendapat mengenai unsurunsur puisi, dapat disimpulkan unsur-unsur puisi meliputi: (1) tema, (2) pilihan kata/diksi, (3) penyusunan kata dalam puisi, (4) gaya bahasa/majas, dan (5) amanat. (4) Gaya bahasa/Majas Pradopo (2014: 63) menyebutkan jenis – jenis majas, diantaranya yaitu: (a) Perbandingan (simile) Merupakan
pengumpamaan
menyamakan
satu
hal
atau
dengan
perbandingan hal
lain
yang dengan
mempergunakan kata-kata pembanding seperti: bagai, sebagai, bak, sperti, semisal, seumpama, laksana. Contoh: bak kembang sari sudah terbagi, bagai batu lumutan. (b) Metafora Merupakan gaya bahasa yang membandingkan suatu benda dengan benda lain karena mempunyai sifat yang sama atau hampir sama. Contoh: perpustakaan adalah gudangnya ilmu, raja siang keluar dari ufuk timur. (c) Personifikasi Merupakan pengungkapan dengan mempersamakan benda dengan manusia, benda-benda mati dibuat dapat berbuat, berpikir. Contoh: seperti meratap mencuri mata, sepi menyanyi malam merdu. (d) Hiperbola Merupakan majas perbandingan yang melebih-lebihkan suatu hal atau keadaan. Contoh: jangan marahi aku nanti
22 darahku jadi beku, Ayah membanting tulang demi menghidupi keluarganya. (e) Asosiasi atau Perumpamaan Merupakan perbandingan terhadap dua hal yang berbeda, namun, dinyatakan sama. Contoh: semangat belajarnya seperti baja, wajahnya bagai bulan purnama. Adapun contoh-contoh puisi yang sesuai dengan tema yang akan digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut. Puisi tema menyedihkan dengan topik bencana alam Banjir Melanda Indonesia Oleh Dino Joy Hujan terus turun tak kunjung reda Seakan tak ada waktu lagi untuk jeda Dan ini bisa kita jadikan pertanda Bahwa bencana alam banjir akan melanda Ternyata benar tanda itu kini Bencana alam banjir sedang banyak terjadi Banyak sekali genangan air diatas bumi Seakan diam dan enggan untuk pergi Mungkinkah Tuhan memang sedang marah Melihat tingkah manusia yang semakin parah Di kota maupun didaerah-daerah Bahkan terkadang bangga meski telah berbuat salah Saat banjir kudengar jeritan alam bernyanyi Di malam sepi yang begitu sunyi Diiringi suara percikan air yang berbunyi Dan tetesan hujan sepanjang hari Bencana alam banjir ini membawa kesedihan Menghambat pekerjaan dan banyak urusan
23 Puisi tema mengharukan dengan topik pengorbanan Jasamu ibu Karya Rayhandi Jasamu teramat besar untukku Engkau rela gantung nyawa saat mengeluarkanku Darah dan lelahmu menjadi saksi biru hebatnya cintamu Sampai menjadi abu sekalipun Kutetap tiada bisa membayar lunas jasamu Engkau terlalu besar berkorban untukku Wahai ibu maafkan aku Aku berbuat salah Aku menyakiti hatimu dengan tingkahku Aku minta maaf ibu Engkau adalah segalanya untukku Gunung uang tidak akan bisa membelimu Tidak, tidak ada materi yang bisa menukarmu Ibu jika nanti aku sukses Aku berjanji akan membahagiakanmu Tidak akan aku biarkan hidupmu merana Akan kujaga kau hingga ujung nyawaku
Puisi tema menyenangkan dengan topik mendapat juara Juara Kelas Karya Saifulloh Jangan menyerah, kawan Jadikan ini sebuah tantangan Walau soal demi soal sulit terasa Walau tugas demi tugas menguras pikiran dan tenaga Kita harus tetap belajar dan berdo’a Kita pasti bisa menjadi juara!
24 Tema puisi harus ditentukan karena inilah yang dijadikan sebagai acuan untuk mengemukakan isi hati penulis. Isi hati penulis meliputi pikiran, perasaan, sikap, dan maksud atau tujuan. Berdasarkan puisi di atas peneliti akan menggunakan tiga tema dalam penelitian, yaitu tema menyedihkan dengan topik peristiwa bencana alam, tema mengharukan dengan topik peristiwa pengorbanan, dan tema menyenangkan dengan topik mendapat juara. c. Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Siswa Kelas V SD Arti kata tingkat adalah susunan yang berlapis-lapis, sedangkan peningkatan adalah proses, cara atau perbuatan yang meningkatkan (Depdiknas, 2014 : 1469). Keterampilan menulis puisi siswa kelas V SD merupakan hasil peningkatan dalam suatu kegiatan yang membutuhkan kecakapan dalam mengungkapkan gagasan, perasaan dengan rangkaian kata yang indah hasil kreativitas seseorang berdasarkan pengalaman imajinatif yang mampu membangkitkan perasaan yang disusun secara berirama dalam bentuk tulisan yang dapat dilihat dari meningkatnya hasil belajar siswa yang terfokus pada aspek menulis puisi dengan indikator pencapaian kompetensi sebagai berikut: 1) menjelaskan pengertian puisi; 2) menyebutkan langkahlangkah menulis puisi; 3) menyebutkan unsur-unsur puisi; 4) menjelaskan pengertian gaya bahasa/majas; 5) menulis puisi tema menyedihkan dengan topik bencana alam; 6) menulis puisi tema mengharukan dengan topik pengorbanan; 7) menulis puisi tema menyenangkan dengan topik mendapat juara. 2. Model CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) dengan Media Gambar Peristiwa a. Model Pembelajaran CIRC 1) Pengertian Model Pembelajaran Mengenai pengertian model pembelajaran, Anitah (2009: 45) berpendapat bahwa, model adalah suatu kerangka berpikir yang dipakai
25 sebagai panduan untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Joyce dan Weill (Huda, 2013: 73) menjelaskan bahwa model pembelajaran adalah rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum, mendesain materi-materi instruksional, dan memandu proses pengajaran di ruang kelas atau di setting yang berbeda. Model pembelajaran menurut Suprijono (2012: 46) adalah kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Model pembelajaran ini digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu kerangka atau pola yang menggambarkan prosedur sistematis pembelajaran yang utuh untuk mencapai tujuan tertentu dalam kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. 2) Macam-Macam Model Pembelajaran Suprijono (2012: 46-68) menjelaskan bahwa macam-macam model pembelajaran adalah sebagai berikut. a) Model Pembelajaran Langsung Model pembelajaran langsung atau direct instruction yaitu model pembelajaran yang mengacu pada gaya mengajar dimana guru terlibat aktif dalam mengusung isi pelajaran kepada peserta didik dan mengajarkan secara langsung kepada seluruh kelas. b) Model Pembelajaran Berbasis Masalah Model
pembelajaran
berbasis
masalah
adalah
model
pembelajaran berdasarkan konsep-konsep yang berupa belajar penemuan atau discovery learning. c) Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang menekankan pada kerja kelompok yang dipimpin atau diarahkan oleh guru.
Menurut Huda (2013: 221-251) contoh-contoh model
26 pembelajaran kooperatif meliputi: (a) Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC); (b) Snowball Throwing; (c) Course Review Horay; (d) Example Non Example; dan (e) Make A Match. Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa macammacam model pembelajaran yaitu: (a) model pembelajaran langsung, (b) model pembelajaran berbasis masalah, dan (c) model pembelajaran kooperatif yang meliputi CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition), snowball throwing; course review horay, example non example, dan make a match. Berdasarkan macam-macam model pembelajaran yang telah dipaparkan di atas, penelitian ini menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) karena model pembelajaran ini cocok digunakan untuk melaksanakan pembelajaran tentang keterampilan menulis puisi. Model pembelajaran CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) merupakan model pembelajaran membaca, menulis, dan seni berbahasa ini memuat tentang penggunaan bahan ajar, pembentukan kelompok heterogen, penugasan kelompok, prapenilaian teman/saling mengoreksi satu sama lain dan kuis. Dengan demikian akan memudahkan siswa untuk menulis puisi sehingga dapat tercapai proses dan hasil pembelajaran yang maksimal dan dapat meningkatkan keterampilan menulis puisi. 3) Hakikat Model CIRC a) Pengertian Model CIRC Slavin (2005: 17) mengemukakan bahwa CIRC (Cooperative Integrated
Reading
and
Composition)
merupakan
program
komprehensif untuk mengajarkan membaca dan menulis pada kelas lebih tinggi di sekolah dasar. Dalam pembelajaran CIRC, siswa ditugaskan untuk belajar tim dengan serangkaian kegiatan yang meliputi instruksi guru, praktik tim, prapenilaian tim, dan kuis. Setiap siswa bertanggung jawab terhadap tugas kelompok. Setiap anggota kelompok saling mengeluarkan ide-ide untuk memahami suatu konsep
27 dan menyelesaikan tugas sehingga terbentuk pemahaman dan pengalaman belajar yang bermakna. Selain itu, Shoimin (2014 : 51) menjelaskan bahwa CIRC adalah komposisi terpadu membaca dan menulis secara kelompok. Model CIRC merupakan model pembelajaran yang khusus mata pelajaran bahasa dalam rangka membaca dan menemukan ide pokok, pokok pikiran, atau tema sebuah wacana. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa CIRC merupakan model pembelajaran untuk mengajarkan membaca dan menulis secara berkelompok dengan serangkaian kegiatan yang meliputi instruksi guru, praktik tim, prapenilaian tim, dan kuis yang mengupayakan penemuan ide melalui pemahaman. b) Langkah-langkah Model CIRC Suprijono
(2012:
130),
menyebutkan
langkah-langkah
pembelajaran model CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) yaitu: (1) membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang yang secara heterogen; (2) guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran; (3) siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas; (4) mempresentasikan/membacakan hasil kelompok; (5) guru membuat kesimpulan bersama; (6) penutup. Warsono dan Hariyanto (2012: 201) menyebutkan langkahlangkah dalam kegiatan CIRC mengikuti siklus yaitu: (1) adanya presentasi dari guru, (2) kegiatan tim, (3) kegiatan individual, (4) prapenilaian kelompok, (5) kegiatan tambahan yang relevan, serta (6) tes. Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan langkah-langkah pembelajaran model CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) dalam penelitian ini ialah, (1) membentuk kelompok secara heterogen; (2) pemberian
28 materi sesuai dengan topik pembelajaran; (3) siswa bekerja sama menyelesaikan tugas dari guru kemudian saling mengoreksi satu sama lain; (4) presentasi; (5) membuat kesimpulan bersama; (6) penutup. c) Kelebihan dan Kekurangan Model CIRC Shoimin (2014 : 54) menyebutkan bahwa kelebihan model CIRC yaitu: (1) CIRC sangat tepat untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah; (2) dominasi guru dalam pembelajaran berkurang; (3) siswa termotivasi pada hasil secara teliti karena bekerja dalam kelompok; (4) siswa dapat memahami makna soal dan saling mengecek pekerjaannya; (5) membantu siswa yang lemah; (6) meningkatkan hasil belajar khususnya dalam menyelesaikan soal yang berbentuk pemecahan masalah. Saifulloh (Huda 2013 : 221) menyebutkan kelebihan model CIRC yaitu: (1) pegalaman dan kegiatan belajar siswa akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan anak; (2) kegiatan yang dipilih sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa; (3) seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi siswa sehingga hasil belajar siswa akan dapat bertahan lebih lama; (4) menumbuhkembangkan keterampilan berpikir siswa; (5) menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis (bermanfaat) sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui dalam lingkungan siswa; (6) menumbuhkan motivasi belajar siswa ke arah belajar yang dinamis, optimal, dan tepat guna; (7) menumbuhkembangkan interaksi sosial siswa, seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, dan respek terhadap gagasan orang lain; (8) membangkitkan motivasi belajar serta memperluas wawasan dan aspirasi guru dalam mengajar. Menurut Shoimin (2014 : 54) kekurangan dari model pembelajaran CIRC yaitu model pembelajaran ini hanya dapat dipakai mata pelajaran yang menggunakan bahasa sehingga tidak dapat dipakai untuk mata pelajaran, seperti matematika, fisika, kimia, dan mata pelajaran lain yang menggunakan prinsip menghitung.
29 Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan kelebihan dari model pembelajaran CIRC ialah, (1) meningkatkan keterampilan berpikir siswa; (2) dominasi guru berkurang; (3) menumbuhkan motivasi belajar siswa; (4) kegiatan pembelajaran lebih bermakna karena sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa; (5) meningkatkan hasil belajar siswa; (6) menumbuhkembangkan
interaksi
sosial
siswa
sehingga
dapat
membantu siswa yang lemah. Kelemahan dari model CIRC adalah model pembelajaran ini hanya dapat dipakai untuk mata pelajaran yang menggunakan bahasa sehingga model ini tidak dapat dipakai untuk mata pelajaran seperti matematika dan mata pelajaran lain yang menggunakan prinsip menghitung. b. Media Gambar Peristiwa 1) Pengertian Media Pembelajaran Media pembelajaran menurut Hamdani (2011: 243) adalah komponen sumber belajar yang mengandung materi intruksional di lingkungan siswa, yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Media ini membawa pesan atau informasi yang bertujuan intruksional. Arsyad (2011: 3) menjelaskan bahwa media dalam proses belajar mengajar diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Media pembelajaran menurut Asyhar (2011:8) adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan pesan dari suatu sumber terencana, sehingga terjadi lingkungan belajar yang kondusif dan penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efektif dan efisien. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan, pengantar informasi, serta alat bantu yang dirancang untuk merangsang daya pikir dan kreativitas siswa terhadap
30 materi pembelajaran yang disajikan sehingga tercipta pembelajaran yang efektif dan efisien. 2) Macam-Macam Media Pembelajaran Menurut Susilana dan Riyana (2007: 13-22), media melalui bentuk penyajiannya dibagi menjadi tujuh kelompok, yaitu: a) Kelompok kesatu: media grafis, bahan cetak, dan gambar diam Media grafis adalah media visual yang menyajikan fakta, ide atau gagasan melalui penyajian kata-kata, kalimat, angka-angka, dan simbol/gambar. Media bahan cetak adalah media visual yang pembuatannya melalui proses pencetakan atau offset. Gambar diam adalah media visual yang berupa gambar yang dihasilkan melalui proses fotografi. b) Kelompok kedua: media proyeksi diam Media
proyeksi
diam
adalah
media
visual
yang
diproyeksikan, dimana hasil proyeksinya tidak bergerak atau memiliki unsur gerakan. c) Kelompok ketiga: media audio Media audio adalah media yang penyampaian pesannya hanya dapat diterima oleh indera pendengaran. d) Kelompok keempat: media audio visual diam Media audio visual diam adalah media yang penyampaian pesannya dapat diterima oleh indera pendengaran dan penglihatan, akan tetapi gambar yang dihasilkannya adalah gambar diam. e) Kelompok kelima: film Film atau gambar hidup yaitu serangkaian gambar diam yang
meluncur
secara
cepat
dan
diproyeksikan
sehingga
menimbulkan kesan hidup dan bergerak. f) Kelompok keenam: televisi Televisi adalah media yang dapat menampilkan pesan secara audiovisual dan gerak.
31 g) Kelompok ketujuh: multimedia Multimedia merupakan suatu sistem penyampaian dengan menggunakan berbagai bahan belajar yang membentuk suatu unit atau paket. Asyhar (2011:77), menyebutkan macam–macam media pembelajaran berdasarkan karakteristiknya yaitu: a) media visual; b) media audio; c) media audio-visual; dan d) multimedia. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa macammacam media yaitu: media visual, media audio, media audio-visual dan multimedia. Berdasarkan kesimpulan mengenai macam–macam media pembelajaran di atas, peneliti memilih menerapkan media gambar peristiwa yang termasuk dalam media visual. Media gambar peristiwa ini merupakan pengembangan dari media gambar. Media gambar peristiwa dalam penelitian ini berupa gambar suatu peristiwa atau kejadian yang diambil dari surat kabar. Peneliti memilih media gambar peristiwa karena media ini sesuai dengan tingkat perkembangan siswa kelas V SD, media sangat menarik bagi siswa dan merangsang daya imajinasi siswa sehingga akan menumbuhkan keaktifan dan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi siswa dengan harapan siswa akan lebih mudah membuat dan merangkai kata-kata
sesuai pesan yang disampaikan oleh media gambar
peristiwa ini. 3) Hakikat Media Gambar Peristiwa a) Pengertian Media Gambar Peristiwa Sadiman (2014: 29) mengungkapkan bahwa media pendidikan gambar/foto merupakan media yang paling umum dipakai, gambar merupakan bahasa yang umum, yang dapat dimengerti dan dinikmati di mana-mana. Sudjana (2011: 70) menyebutkan bahwa media gambar fotografi sama halnya bentuk
32 visual lainnya dapat ditemukan diberbagai sumber, seperti surat kabar, majalah , brosur, dan buku buku. Asyhar (2011: 57) menjelaskan gambar merupakan hasil lukisan yang menggambarkan orang, tempat, dan benda dalam berbagai variasi. Guru yang kreatif mampu menghasilkan dan mengembangkan berbagai bentuk gambar yang menarik dan dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran. Salah satu pengembangan dari media gambar yaitu media gambar peristiwa. Daryanto (2013 :118) menjelaskan bahwa photo story (gambar/foto peristiwa) adalah bentuk penyajian gambar/foto yang diambil berdasarkan topik atau peristiwa yang dibutuhkan sehingga tersusun. Kemudian, setiap gambar tersebut mampu “bercerita” dengan maksud mengambil suatu makna yang ada pada gambar tersebut. Pradana (2012) mengemukakan bahwa gambar peristiwa adalah gambar berupa sebuah peristiwa atau kejadian yang pernah terjadi didalam kehidupan manusia. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media gambar peristiwa adalah media gambar yang memuat berbagai informasi kejadian yang terjadi di suatu tempat atau daerah. Gambar peristiwa yang dijadikan media dalam menulis puisi disini adalah gambar atau foto – foto berbagai peristiwa yang dimuat di dalam surat kabar. Melalui gambar tersebut siswa dapat mengamati peristiwa apa yang terjadi, kapan peristiwa terjadi, dimana peristiwa terjadi, siapa yang terlibat dalam peritiwa dan siapa yang menjadi korban dalam peritiwa tersebut. Adapun contoh media gambar peristiwa yang digunakan oleh peneliti dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
33
Gambar 2.1 Contoh gambar peristiwa yang menyedihkan (bencana alam) yang diambil dari surat kabar.
Gambar 2.2 Contoh gambar peristiwa yang mengharukan (pengorbanan) yang diambil dari surat kabar.
34
Gambar 2.3 Contoh gambar peristiwa menyenangkan (mendapat juara) yang diambil dari surat kabar. b) Langkah Penggunaan Media Gambar Peristiwa Langkah penggunaan media photo story (gambar/foto peristiwa) menurut Daryanto (2013: 118) yaitu: (1) guru membacakan pesan yang terdapat pada media photo story; (2) guru menerangkan materi pelajaran yang dikemas dalam gambar; (3) siswa diminta mengamati gambar media; (4) guru meminta siswa untuk merangkai kata sesuai dengan gambar; (5) guru bersama siswa menyimpulkan materi yang terdapat dalam media; (6) guru mengadakan evaluasi. Menurut Pradana (2012) langkah – langkah penggunaan media gambar peristiwa sebagai berikut. (1) Guru memberikan dan menjelaskan materi tentang puisi. (2) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok. (3) Guru membagikan siswa gambar peristiwa yang ada dalam surat kabar.
35 (4) Siswa mencermati gambar secara berkelompok membaca sedikit artikel yang memuat gambar tersebut. (5) Siswa mencari tema, amanat/pesan dari gambar peristiwa. (6) Siswa mendata objek fakta yang terdapat pada gambar peristiwa. (7) Siswa mengubah objek atau fakta dengan pilihan kata. (8) Siswa merangkai/menyusun dan membuat judul puisi berdasarkan tema, amanat/pesan dan diksi yang telah dibuat. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan langkahlangkah penggunaan media gambar peristiwa yaitu: (1) siswa dibagi dalam beberapa kelompok; (2) siswa mengamati materi yang akan dipelajari dan dibagikan gambar peristiwa; (3) siswa berdiskusi menentukan tema dan amanat/pesan dari gambar peristiwa; (4) siswa mendata objek fakta kemudian mengubahnya dengan pilihan kata atau diksi; (5) siswa menyusun puisi dan membuat judul berdasarkan tema, amanat, dan pilihan kata; (6) siswa mempresentasikan hasil diskusi; (7) siswa bersama guru menyimpulkan materi. c) Kelebihan dan Kekurangan Media Gambar Peristiwa Sadiman (2014 : 29) menyebutkan bahwa kelebihan dari media gambar/foto yaitu: (1) sifatnya konkret; (2) gambar/foto lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata; (3) gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu suatu peristiwa; (4) media gambar/foto dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita; (5) foto dapat memperjelas suatu masalah atau peristiwa apa saja, sehingga dapat mencegah atau membetulkan kesalahpahaman; (6) foto harganya murah dan gampang didapat. Daryanto ( 2013: 109) menyebutkan kelebihan gambar/foto peristiwa antara lain: (1) mudah dimanfaatkan di dalam kegiatan belajar mengajar; (2) harganya relatif lebih murah; (3) dapat dipergunakan untuk berbagai jenjang pendidikan dan berbagai
36 disiplin ilmu; (4) dapat menterjemahkan konsep atau gagasan yang abstrak menjadi lebih realistik. Kekurangan dari media gambar/foto menurut Sadiman (2014: 31) yaitu: (1) gambar/foto hanya menekankan persepsi indera mata; (2) gambar/foto benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran; (3) ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar. Menurut Daryanto (2013: 110) kekurangan dari media gambar/foto peristiwa yaitu: (1) ukurannya tidak cukup besar untuk pengajaran kelompok besar; (2) sukar untuk melukiskan bentuk sebenarnya yang berdimensi tiga; (3) bagaimanapun indahnya tetap tidak memperlihatkan gerak seperti halnya gambar hidup. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kelebihan
media
dimanfaatkan
gambar/foto
dalam
kegiatan
peristiwa
ialah,
pembelajaran;
(1)
mudah
(2) mengatasi
keterbatasan ruang dan waktu; (3) harganya lebih murah; (4) bersifat konkret; (5) dapat dipergunakan untuk berbagai jenjang pendidikan dan berbagai disiplin ilmu. Kekurangan dari media gambar/foto peristiwa ialah, (1) gambar/foto peristiwa hanya menekankan persepsi indera mata; (2) sukar untuk melukiskan bentuk sebenarnya; (3) ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar c. Penerapan
Model
CIRC
(Cooperative
Integrated
Reading
and
Composition) dengan Media Gambar Peristiwa Penerapan model CIRC dengan media gambar peristiwa merupakan penerapan model pembelajaran secara berkelompok yang mengupayakan adanya kerjasama, penggalian ide, menemukan data dan fakta melalui pemahaman yang membantu dalam mengkonkretkan objek menulis puisi, meningkatkan daya imajinasi dan berpikir kritis, yang meliputi langkahlangkah yaitu: 1) siswa berkelompok secara heterogen dengan anggota tiga siswa; 2) siswa memperhatikan guru menyajikan materi menulis puisi disertai tanya jawab melalui media gambar peristiwa; 3) setiap anggota
37 kelompok mengamati gambar peristiwa kemudian menentukan tema, amanat, dan objek fakta serta mengubahnya menjadi pilihan kata; 4) siswa bersama kelompoknya menyusun kata dan membuat judul berdasarkan tema, amanat dan pilihan kata serta saling memeriksa hasilnya; 5) perwakilan siswa dari
beberapa
kelompok
mempresentasikan
hasil
diskusinya
dan
membahasnya bersama guru; 6) siswa bersama guru membuat kesimpulan materi yang sudah dipelajari.
3. Hasil Penelitian yang Relevan Hasil penelitian yang relevan merupakan uraian sistematis tentang hasilhasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yang sesuai dengan substansi yang akan diteliti. Berikut disajikan penelitian yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan. Hasil penelitian relevan yang dilakukan oleh Asih Fatma Nurmala (2014) dengan judul “Penerapan Model Kooperatif Tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading And Composition) Dalam Peningkatan Pembelajaran Bahasa Indonesia tentang Menulis Puisi Bebas Pada Siswa Kelas VA SD Negeri 1 Selang Tahun Ajaran 2013/2014” merupakan penelitian yang relevan dengan penelitian yang peneliti lakukan. Kesimpulan terhadap penelitian ini bahwa penerapan model kooperatif tipe CIRC dapat meningkatkan pembelajaran menulis puisi siswa kelas V SD Negeri 1 Selang. Hal ini ditandai dengan nilai rata-rata menulis puisi siswa yang mengalami peningkatan pada tiap siklusnya terlihat dari beberapa fakta-fakta sebagai berikut: (1) jumlah skor rerata pada siklus I yaitu 2,94 dan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 3,42; (2) nilai rata-rata kelas hasil belajar keterampilan menulis puisi pada siklus I yaitu 75,86 dan mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 79,67, (3) persentase ketuntasan klasikal sebesar pada siklus I adalah 65,22% dan pada siklus II mengalami meningkatan menjadi 78,26%. Dalam hal ini terdapat persamaan dengan penelitian yang peneliti lakukan pada penerapan model kooperatif tipe CIRC dan mata pelajaran yang diteliti. Perbedaannya terletak pada aspek yang diamati oleh peneliti yaitu mengenai keterampilan menulis puisi.
38 Hasil penelitian yang relevan yang dilaksanakan oleh Anisa Diyah Ekasari (2014) dengan judul “Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Melalui Strategi Pikir Plus dengan Menggunakan Media Gambar Peristiwa”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa penggunaan media gambar peristiwa dalam pembelajaran menulis puisi mampu meningkatkan keterampilan menulis puisi siswa kelas VIII MTs. Persamaan dengan penelitian yang peneliti lakukan terdapat pada media gambar peristiwa. Perbedaannya terdapat pada jenjang pendidikan yang diteliti. Hasil penelitian yang relevan dilaksanakan oleh Madhu Gupta (2014) dengan judul “Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC): Impact On Reading Comprehension Achievement In English Among Seventh Graders”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model CIRC dapat meningkatkan membaca pemahaman siswa kelas VII. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan dalam persentase membaca pemahaman sebelum dan sesudah menerapkan model CIRC dari 30,17% menjadi 38,44%. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah sama-sama mengkaji penerapan model CIRC. Perbedaannya terletak pada jenjang pendidikan yang diteliti. Penelitian yang dilakukan oleh Rosmawati (2013) yang berjudul “Enhancing the L1 Primary Students’ Achievement in Writing Paragraph Using Pictures”. Persamaannya dengan penelitian ini yaitu sama-sama menggunakan media gambar dan melakukan penelitian tentang keterampilan menulis. Perbedaannya dengan penelitian ini yaitu subjek dan tempat penelitian, Penelitian yang dilakukan oleh Rosmawati dilaksanakan di kelas I Sekolah Dasar di Kota Medan, sedangkan penelitian ini dilaksanakan di kelas V SDN Candiwulan, Kebumen. B. Kerangka Berpikir Keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang diajarkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar. Keterampilan menulis hendaknya dapat dilaksanakan dengan proses belajar yang sesuai dengan karakteristik perkembangan belajar siswa sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Pada kenyataannya masih banyak siswa di sekolah dasar yang merasa kesulitan
39 dalam menulis sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai. Salah satu faktor yang mempengaruhi yaitu penerapan model dan media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa yang dapat menarik siswa untuk belajar aktif. Dengan demikian maka akan tercipta suasana pembelajaran yang kondusif, menarik, bermakna, dan motivasi belajar siswa yang tinggi. Pada kenyataannya, berdasarkan observasi peneliti tentang pelaksanaan pembelajaran di kelas V SDN Candiwulan, diperoleh informasi bahwa proses pembelajaran keterampilan menulis khususnya menulis puisi di kelas V masih belum optimal sehingga berdampak pada hasil menulis puisi siswa yang masih rendah, yaitu kurang dari KKM yaitu 65, siswa bosan dan tidak bersemangat dalam pembelajaran serta siswa masih terlihat pasif dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini dipengaruhi oleh model pembelajaran yang kurang sesuai dan kurang maksimalnya penerapan media yang dapat memudahkan dan merangsang siswa untuk belajar aktif. Dalam proses pembelajaran, guru dituntut untuk memiliki kreativitas dalam menggunakan model dan media pembelajaran yang inovatif. Hal ini bertujuan agar pembelajaran dapat berlangsung aktif, menarik, dan menyenangkan serta bermakna. Pemilihan model dan media yang tepat, akan berpengaruh pada keberhasilan guru dalam mengajar, sehingga meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, khusunya materi menulis puisi, tentu dibutuhkan model dan media yang sesuai agar dapat meningkatkan hasil keterampilan menulis puisi siswa. Model dan media pembelajaran yang diterapkan adalah model CIRC dengan media gmbar peristiwa. Model CIRC merupakan model pembelajaran untuk mengajarkan membaca dan menulis secara berkelompok dengan serangkaian kegiatan yang meliputi instruksi guru, praktik tim, prapenilaian tim, dan kuis yang mengupayakan penemuan ide melalui pemahaman dipadukan dengan media gambar peristiwa yaitu media gambar yang memuat berbagai informasi kejadian yang terjadi di suatu tempat atau daerah. Gambar peristiwa yang dijadikan media dalam menulis puisi disini adalah gambar atau foto – foto berbagai peristiwa yang dimuat di dalam surat kabar. Penerapan
model CIRC dengan media gambar peristiwa merupakan
penerapan model pembelajaran secara berkelompok yang mengupayakan adanya
40 kerjasama, penggalian ide, menemukan data dan fakta melalui pemahaman berdasarkan media gambar peristiwa yang disediakan, mendiskusikan hasil temuan kolaboratif, refleksi, dan perwujudan kedalam karya berbentuk puisi dengan langkah penerapannya sebagai berikut: (1) siswa dibentuk kelompok heterogen yang anggotanya 3 siswa; (2) siswa memperhatikan guru menyajikan materi menulis puisi disertai tanya jawab melalui media gambar peristiwa; (3) setiap anggota kelompok mengamati gambar peristiwa kemudian menentukan tema, amanat, dan objek fakta dan mengubahnya menjadi pilihan kata atau diksi; (4) siswa bersama kelompoknya menyusun kata dan membuat judul berdasarkan tema, amanat dan pilihan kata serta saling memeriksa hasilnya; (5) perwakilan siswa dari beberapa kelompok mempresentasikan hasil diskusinya dan membahasnya bersama guru; (6) siswa bersama guru membuat kesimpulan materi yang sudah dipelajari. Penerapan model dengan media ini dapat meningkatkan suasana pembelajaran menjadi aktif, menarik, menyenangkan, bermakna dan mengembangkan kemampuan siswa berbahasa dan bersastra serta dapat mempermudah siswa dalam menulis puisi. Penerapan model CIRC ini dilaksanakan selama tiga siklus dengan materi pada siklus pertama yaitu menulis puisi dengan tema menyedihkan dengan topik bencana alam, siklus kedua menulis puisi dengan tema mengharukan dengan topik pengorbanan dan siklus ketiga menulis puisi dengan tema menyenangkan denan topik mendapat juara. Kondisi yang diharapkan setelah peneliti menerapkan model CIRC dengan media gambar peristiwa yaitu dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan lebih bermakna, meningkatkan semangat belajar siswa,
meningkatkan
keaktifan
siswa dalam
pembelajaran
dan
mengembangkan kemampuan siswa berbahasa dan bersastra. Sedangkan kondisi akhir yang diharapkan setelah peneliti menerapkan model CIRC dengan media gambar peristiwa yaitu dapat meningkatkan keterampilan menulis puisi siswa kelas V SDN Candiwulan. Berikut ini merupakan skema kerangka berpikir penerapan model CIRC dengan media gambar peristiwa dalam peningkatan keterampilan menulis puisi pada siswa kelas V SDN Candiwulan tahun ajaran 2015/2016.
41
Kondisi Awal
Tindakan
Model pembelajaran yang kurang sesuai. Penggunaan media tidak maksimal.
Guru menerapkan model CIRC dengan media gambar peristiwa dalam pembelajaran menulis puisi pada siswa kelas V SDN Candiwulan.
Kondisi Akhir
Keterampilan menulis puisi pada siswa kelas V SDN Candiwulan meningkat.
Siswa pasif dalam pembelajaran Keterampilan menulis puisi siswa yang masih rendah kurang dari KKM yaitu 65.
Siswa dapat mengembangkan kemampuan berbahasa dan bersastra Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran suasana belajar menjadi menarik dan menyenangkan mendorong dan mengembangkan proses berpikir kreatif siswa.
Gambar 2.4 Skema Kerangka Berpikir Penerapan Model CIRC dengan Media Gambar Peristiwa.
42 D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan rumusan masalah, tinjauan pustaka, hasil penelitian yang relevan dan kerangka berfikir di atas, peneliti dapat mengajukan hipotesis tindakan penelitian yaitu jika penerapan model CIRC dengan media gambar peristiwa diterapkan sesuai dengan langkah-langkah yang tepat, maka dapat meningkatkan keterampilan menulis puisi pada siswa kelas V SDN Candiwulan tahun ajaran 2015/2016.