BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka 1. Hakikat Pemahaman Konsep Koperasi a. Pengertian Pemahaman Dalam proses pembelajaran siswa dituntut untuk memahami atau mengerti materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Pemahaman terhadap materi pembelajaran mempunyai tingkatan yang berbeda-beda. Wuryandani
dan
Fathurrohman
(2012:101)
berpendapat
bahwa
pemahaman (comprehension)adalah kemampuan siswa untuk mengerti atau memahami sesuatu yang telah diketahui atau diingat. Jenjang berpikir ini setingkat lebih tinggi dibandingkan pengetahuan. Winkel (2004:274) mengungkapkan bahwa, pemahaman mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Adanya kemampuan ini dinyatakan dari suatu bacaan, mengubah data yang disajikan dari bentuk tertentu ke bentuk lain, misalnya membuat perkiraan tentang kecenderungan yang nampak dalam data tertentu, seperti grafik. Sejalan dengan Winkel, Slavin (2009:281) juga mengemukakan bahwa tujuan pemahaman mengharuskan agar siswa memperlihatkan pengertian tentang informasi dan juga kemampuan menggunakannya. Dalam hal ini dalam sebuah pembelajaran siswa mampu menerjemahkan, menafsirkan, atau meramalkan informasi yang telah diterima. Menurut
pendapat
Hamalik
(2012:78)
pemahaman
(comprehension) adalah tingkat terbawah dari pengertian. Siswa mengetahui apa yang dikomunikasikan dan dapat menggunakan bahan atau gagasan tanpa perlu menghubungkannya dengan materi lain atau melihat implikasinya. Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman adalah
kemampuan berpikir seseorang untuk menangkap
makna dari apa yang dipelajari, memahami, menerjemahkan, kemudian
8
9
menjelaskan atau menginformasi-kan apa yang ditangkap dengan menggunakan kata-kata sendiri.
b. Pengertian Konsep Belajar konsep merupakan hasil utama pendidikan. Konsep merupakan batu pembangun berpikir, serta dasar bagi proses mental yang lebih tinggi untuk merumuskan prinsip dan generalisasi. Konsep adalah kesepakatan bersama untuk penamaan sesuatu dan merupakan alat intelektual yang membantu kegiatan berpikir dan memecahkan masalah (Faqih Samlawi dan Bunyamin Maftuh, 2001:10). Menurut (Winkel, 2004) konsep ialah satuan arti yang mewakili sejumlah obyek yang mempunyai ciri-ciri sama. Konsep sendiri pun dapat dilambangkan dalam bentuk suatu kata yang mewakili konsep itu. Suyono dan Hariyanto (2012: 146-147) menyatakan bahwa konsep adalah wujud dari pengertian-pengertian baru yang dapat timbul sebagai hasil pemikiran, yang meliputi definisi, pengertian, ciri khusus, hakikat, inti/isi dan sebagainya. Melalui kemampuan manusia untuk membentuk konsep memungkinkan manusia untuk mengadakan penggolongan benda-benda atau kejadian-kejadian. Konsep adalah konstruksi simbolik yang menggambarkan ciri-ciri suatu objek atau kejadian (Walgito, 2010:197). Konsep merupakan alat yang baik dalam beripikir, karena dalam berpikir digunakan simbol-simbol, gambaran-gambaran, kata-kata, pengertianpengertian yang ada dalam ingatan. Syaiful Sagala (2006:71) dalam bukunya yang berjudul Konsep dan Makna Pembelajaran mengungkapkan bahwa konsep adalah buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga melahirkan produk pengetahuan meliputi prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman, melalui generalisasi dan berfikir abstrak, konsep digunakan untuk menjelaskan dan meramalkan. Konsep dapat mengalami perubahan disesuaiakan dengan
10
fakta atau pengetahuan baru, sedangkan kegunaan konsep adalah menjelaskan dan meramalkan. Oemar Hamalik (2012:132) menyatakan konsep adalah kelas atau kategori stimulus yang memiliki ciri-ciri umum. Stimulus adalah objek, peristiwa, atau orang (person). Konsep menunjuk pada “nama” tertentu, misalnya buku, perang, siswa, rokok, guru profesional. Semua konsep tersebut menunjuk kepada kelas atau kategori stimulus. Konsep membantu untuk mengorganisasi informasi atau data dan mempertimbangkan hubungan antar data yang dihadapi, sehingga konsep merupakan hal yang penting. Konsep merupakan pernyataan yang bersifat abstrak/pemikiran untuk mengelompokkan ide-ide atau peristiwa yang masih dalam anganangan seseorang (Ruminiati, 2007: 1-28 Unit 1). Konsep-konsep tersebut dapat berupa konsep yang positif maupun konsep yang negatif. Konsep yang bersifat positif memiliki makna yang baik, sebaliknya konsep yang bersifat negatif memiliki makna yang negatif pula. Sejalan dengan pendapat di atas, Susanto (2014:8)menyatakan bahwa konsep merupakan sesuatu yang telah melekat dalam hati seseorang dan tergambar dalam pikiran, suatu pengertian, atau gagasan. Sesuatu tersebut dapat berupa objek konret ataupun gagasan yang abstrak. Untuk memperoleh kejelasan tentang konsep, Schuncke (1988:15 dalam Samlawi dan Maftuf, 2001:12) mengemukakan beberapa ciri umum konsep sebagai berikut : a) Abstraksi. Konsep merupakan gagasan umum yang dikembangkan tentang benda, peristiwa, atau kegiatan. b) Mencerminkan
pengelompokan/klasifikasi
benda
yang
memiliki
karakteristik umum. c) Bersifat pribadi. d) Konsep dapat dipahami dengan pengalaman, baik pengalaman langsung maupun pengalaman tidak langsung.
11
e) Bukan sekedar suatu kata-kata. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep adalah ide, hasil pemikiran seseorang atau sekelompok orang berdasarkan pengalaman, penamaan tentang sesuatu yang berdasarkan kesepakatan bersama sehingga melahirkan produk pengetahuan yang mewakili sejumlah objek atau kelas objek dengan ciri yang sama.
c. Pemahaman Konsep Pemahaman
konsep
dapat
disebut
pula
belajar
konsep.
Belajarkonsep dapat dilakukan melalui menghafal sejumlah ciri-ciri dari konsep, memperhatikan hubungan
unsur-unsur yang ada dalam satu
konsep, dan dengan cara melatih untuk menerapkannya berupa contoh yang benar maupun contoh yang salah (Gagne 1965, dalam Samlawi dan Maftuh 2001:43). Cara belajar konsep yang baik adalah dengan membentuk pemahaman sendiri terhadap konsep melalui urutan langkahlangkah berfikir. Dalam bentuk pemahaman konsep orang mengadakan abstraksi (Winkel, 2004:91). Objek tidak ditinjau secara detail, tetapi aspek tertentu seolah-olah diangkat dan disendirikan. Dalam semua objek yang meliputi benda, kejadian, orang hanya ditinjau melalui aspek-aspek tertentu saja. Proses belajar konsep dapat dilakukan melalui suatu benda, aneka gambar dan penjelasan verbal. Di Sekolah Dasar, belajar konsep melalui bendabenda dan gambar-gambar akan lebih menonjol, sedangkan di Sekolah Menengah dan Perguruan Tinggi belajar konsep melalui penjelasan verbal akan lebih menonjol. Dalam pembelajaran pemahaman konseptual merupakan aspek penting (Santrock, 2009:2). Bagi guru membimbing siswa dalam memahami konsep-konsep lebih penting dari pada hanya mengharuskan menghafalkan fakta-fakta.
12
Untuk mengukur hasil belajar siswa yang berupa pemahaman konsep, dilakukan dengan evaluasi produk (Susanto, 2014:8). Melalui evaluasi produk dapat diketahui sampai seberapa jauh suatu tujuan instruksional telah tercapai, semua tujuan itu merupakan hasil belajar yang seharusnya diperoleh siswa. Hasil belaar siswa erat kaitannya dengan tujuan instrksional yang telah dirancang sebelumnya. Evaluasi produk dapat dilakukan melalui tes, baik secara lisan maupun tertulis. Berdasarkan
pendapat
di
atas
dapat
disimpulkan
bahwa
pemahaman konsep adalah kemampuan individu dalam menangkap arti dan memberi makna terhadap materi yang dipelajari dengan bahasanya sendiri sehingga dapat memecahkan masalah yang berhubungan dengan materi tersebut.
d. Pengertian Pemahaman Konsep Koperasi Istilah koperasi sudah tidak asing lagi terdengar oleh telinga. Koperasi
merupakan
perkumpulan
orang-orang
yang
memiliki
kepentingan ekonomi yang sama, kemudian melakukan kegiatan bersama dan mengelola secara bersama pula serta ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan bersama (Harini, 2014:2). Oleh karena itu kegiatan dalam koperasi harus didasarkan atas dasar kerjasama, baik dalam pembiayaan maupun pelaksanaan kegiatan usahanya. Menurut Julissar An-Naf (2007)dalam jurnalnya mengemukakan bahwa, “cooperative organization supposed to be a people or members owned independent institution, establised for improving social and economic status of members”. Koperasi merupakan lembaga independen yang didirikan untuk meningkatkan status sosial dan ekonomi anggotanya. (Jurnal Optimal. Vol. 1, No. 1) Menurut Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 1992, “Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi
13
sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan”. Undang-undang perkoperasian tersebut pada tahun 2012 mengalami perubahan. Pengertian koperasi berdasarkan UU yang baru, yaitu UU No 17 Tahun 2012 adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum koperasi dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama dibidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, Koperasi adalah usaha bersama yang dilakukan oleh sekumpulan orang dengan prinsip-prinsip koperasi untuk memenuhi kebutuhan dalam bidang ekonomi, sosial, dan budaya yang berlandaskan kekeluargaan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep koperasi adalah kemampuan siswa untuk menangkap arti dan makna koperasi yang mencakup pengertian, tujuan, manfaat, fungsi, jenis, dan lambang koperasi. Siswa diharapkan juga mampu memanfaatkan dan mengembangkan serta dapat memecahkan masalah yang berhubungan dengan koperasi. Siswa dikatakan paham terhadap konsep koperasi apabila siswa mampu untuk: 1) Memaknai arti koperasi. 2) Menjelaskan dengan kata-katanya sendiri mengenai definisi atau pengertian dan ciri-ciri koperasi. 3) Memilih dan membedakan antara contoh dari yang bukan koperasi. 4) Mendeskripsikan peristiwa yang berkaitan dengan koperasi. 5) Memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan koperasi. e. Pengertian IPS Menurut Samlawi dan Maftuh (2001:5) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah mata pelajaran yang memadukan konsep-konsep dasar dari berbagai ilmu sosial yang disusun melalui pendekatan pendidikan dan
14
psikologis serta kelayakan dan kebermaknaannya bagi siswa dan kehidupannya. IPS adalah hasil integrasi atau perpaduan dari ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan, dimodifikasi, dan disesuaikan dengan jenjang pendidikan. House of delegates of the NCSS adopted definition of social studies from Minutes of the 36th Delegate Assembly (V. Savage dan G. Amstrong, 1996:9): Social studies is the integrated study of the social sciences and humanities to promote civic competence. Within the school program, social studies provides coordinated, systematic study drawing upon such disiciplines as anthropology, archeology, economics, geography, history, law, philosophy, political science, psychology, religion, and sociology, as well as appropriate content from the humanities, mathematics, and natural sciences. The primary purpose of social studies is to help young people develop the ability to make informed and reasoned decisions for the public good as citizens of a culturally diverse, democratic society in an interdependent world. Jadi IPS adalah integrasi dari ilmu-ilmu sosial dan humaniora untuk mengembangkan kompetensi dalam program sekolah studi sosial mencakup disiplin seperti antropologi, arkeologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukum, filsafat, ilmu politik, psikologi, agama, dan sosiologi. Tujuan utama dari studi ini adalah untuk membantu mengembangkan kemampuan dan membuat keputusan untuk kepentingan masyarakat yang beragam budaya. IPS atau studi sosial merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu sosial. Trianto (2014:171) berpendapat bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan integrasi dari berbagai cabang-cabang ilmu sosial, seperti sosiologi, ekonomi, geografi, sejarah, politik, hukum, dan budaya. Sejalan dengan pendapat di atas, Sumaatmaja (2007:1.9) mengatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan “mata pelajaran atau mata kuliah yang
15
mempelajari kehidupan sosial yang kajiannya mengintegrasikan bidang ilmu-ilmu sosial dan humaniora”. Pengertian IPS pada jenjang pendidikan memiliki perbedaan makna, disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan siswa khususnya antara IPS untuk SD, SMP, dan SMA. IPS di sekolah dasar merupakan nama mata pelajaran yang berdiri sendiri sebagai integrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu sosial, humaniora, sains bahkan berbagai isu dan masalah sosial kehidupan (Sapriya, 2009:21). Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang mempelajari dan mengkaji konsep-konsep dasar dari ilmu sosial yang meliputi sosiologi, ekonomi, sejarah, geografi, hukum, filsafat, politik, psikologi dan budaya untuk membekali manusia dalam menjalani kehidupannya
f. Tujuan IPS Dalam setiap mata pelajaran pastilah memiliki tujuan yang ingin dicapai tak terkecuali dalam Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Tujuan utama dari IPS adalah untuk mengembangkan potensi siswa agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, mempunyai sikap mental yang positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil dalam menghadapi masalah baik yang menimpa diri sendiri maupun masyarakat (Trianto, 2014:176). Awan Mutakin (dalam Puskur, 2006b:4) merinci tujuan dari IPS sebagai berikut : 1) Melalui pemahaman terhadap nilai sejarah dan kebudayaan, diharapkan mampu memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungan. 2) Mengetahui dan paham akan konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang berguna untuk memecahkan masalah sosial.
16
3) Mampu menggunakan model-model dari proses berpikir serta membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat. 4) Menaruh isu terhadap masalah sosial dan dapat mengambil tindakan yang tepat berdasarkan analisis yang kritis. 5) Mampu mengembangkan berbagai potensi diri sehingga dapat membangun masyarakat. 6) Memotivasi seseorang utnuk bertindak berdasarkan moral. 7) Fasilitator dalam lingkungan terbuka dan tidak bersifat menghakimi. 8) Mempersiapkan siswa untuk menjadi warga negara yang baik dalam kehidupannya. 9) Menekankan perasan, emosi, dan derajat penerimaan atau penolakan siswa terhadap materi pembelajaran IPS. Tujuan pendidikan IPS berdasarkan kurikulum 2004 untuk tingkat SD adalah sebagai berikut (Hidayati, Mujinem, Senen, 2009: Unit 1, 24) : 1) Mengajarkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, dan kewarganegaraan, pedagogis dan psikologis. 2) Mengembangkan kemampuan berpikir kritis daan kreatif, inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan sosial. 3) Membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai
sosial
kemanusiaan. 4) Meningkatnya kemampuan bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, baik secara nasional maupun global. Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial memiliki tujuan. Melalui pendidikan IPS, anak didik dibina dan dikembangkan kemampuan mental-intelektualnya agar menjadi warga negara yang berketerampilan dan memiliki kepedulian sosial serta tanggung jawab.
17
g. Ruang Lingkup IPS di Kelas IV SD Tujuan diajarkannya Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna untuk kehidupan sehari-hari baik bagi dirinya maupun orang lain. Kajian pendidikan IPS dalam kurikulum pendidikan dasar meliputi (Sumaatmadja, 2007:12.35): 1) Hal-hal yang berhubungan dengan pengetahuan sosial, termasuk kajian tentang: a) keluarga, b) masyarakat setempat, c) uang, d) tabungan, e) pajak, f) ekonomi setempat, g) masyarakat setempat, h) wilayah provinsi, i) wilayah kepulauan, j) pemerintah daerah, k) Negara RI, l) pengenalan kawasan dunia. 2) Yang berhubungan dengan sejarah, meliputi: a) sejarah lokal, b) kerajaan-kerajaan di Indonesia, c) tokoh dan peristiwa, d) bangunan sejarah, e) Indonesia pada zaman Portugis, Spanyol, Belanda, dan pendudukan Jepang, dan f) beberapa peristiwa penting masa kemerdekaan. Dalam pembelajaran IPS di kelas IV SD memiliki satu standar kompetensi yang diturunkan menjadi empat kompetensi dasar yang harus dicapai siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Adapun standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk mata pelajaran IPS kelas IV khususnya pada semester 2 adalah sebagai berikut: Tabel 2.1. SK dan KD Kelas IV Semester 2 Standar Kompetensi 2. Mengenal sumber daya
Kompetensi Dasar 1.1 Mengenal aktivitas ekonomi
alam, kegiatan ekonomi,
yang berkaitan dengan sumber
dan kemajuan teknologi
daya alam dan potensi di
dilingkungan
daerahnya.
kabupaten/kota dan provinsi
1.2 Mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 1.3 Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi,
18
dan transportasi serta pengalaman menggunakannya. 1.4 Mengenal persoalan sosial di daerahnya.
Dari kompetensi dasar di atas, dalam penelitian ini peneliti akan memfokuskan pembahasan pada kompetensi dasar yang ke dua yaitu mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
h. Materi Koperasi di SD Kelas IV Pengertian Koperasi Koperasi merupakan perkumpulan orang-orang yang memiliki kepentingan ekonomi yang sama, kemudian melakukan kegiatan bersama dan mengelola secara bersama pula serta ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan bersama (Harini, 2014:2). Oleh karena itu kegiatan dalam koperasi harus didasarkan atas dasar kerjasama. Menurut UU RI Nomor 25 Tahun 1992, “Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan”. Prinsip-prinsip Koperasi Prinsip Koperasi Indonesia yang ada dalam pasal 6 UU No. 17 Tahun 2012 adalah sebagai berikut : 1) Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka 2) Pengawasan oleh Anggota diselenggarakan secara demokratis 3) Anggota berpartisipasi aktif dalam kegiatan ekonomi Koperasi
19
4) Koperasi merupakan badan usaha swadaya yang otonom dan independen 5) Koperasi menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi Anggota,
Pengawas,
memberikan
Pengurus,
informasi kepada
dan
karyawannya,
serta
masyarakat tentang jatidiri,
kegiatan, dan kemanfaatan koperasi 6) Koperasi melayani anggotanya secara prima dan memperkuat Gerakan Koperasi, dengan bekerja sama melalui jaringan kegiatan pada tingkat lokal, nasional, regional, dan internasional 7) Koperasi
bekerja
untuk
pembangunan
berkelanjutan
bagi
lingkungan dan masyarakatnya melalui kebijakan yang disepakati oleh Anggota.
Tujuan Koperasi Dalam pasal 4 UU No. 17 Tahun 2012 disebutkan dengan jelas, bahwa : “Kopersi bertujuan meningkatkan kesejahteraan Anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, sekaligus sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari tatanan perekonomian nasional yang demokratis dan berkeadilan. Tujuan koperasi yang bersifat mikro adalah tujuan yang diarahkan kepada kepentingan yang berskala kecil, yaitu meningkatkan kesejahteraan anggota dan masyarakat sekitar. Tujuan yang bersifat makro diarahkan pada skala nasional sehingga memiliki dampak yang luas, yaitu ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Manfaat Koperasi Manfaat menjadi anggota koperasi antara lain: 1) Dapat memperoleh barang kebutuhan dengan harga murah, 2) Sewaktu-waktu dapat meminjam uang dengan jasa ringan,
20
3) Setiap tutup buku atau setiap tahun para anggota koperasi mendapat sisa hasil usaha (SHU). SHU adalah keuntungan yang diperoleh koperasi dalam menjalankan usahanya. Dari beberapa manfaat tersebut para anggota koperasi mendapat kemudahan dan keuntungan, sehingga membawa anggota koperasi hidup lebih baik dan kesejahteraan masyarakat semakin meningkat.
Ciri-ciri Koperasi Koperasi Indonesia sebagai sebuah badan usaha memiliki ciriciri sebagai berikut : 1) Koperasi Indonesia adalah perkumpulan orang-orang dan bukan perkumpulan modal. Artinya kepentingan orang seorang sebagai anggota koperasi hendaknya didahulukan dibandingkan dengan kepentingan pemilik modal. 2) Dalam pengelolaannya dilakukan dengan bekerjasama, bergotong royong berdasarkan persamaan derajat, hak dan kewajiban. Kedudukan anggota dalam koperasi adalah sama, sehingga hak dan kewajibannya juga sama. 3) Semua kegiatan koperasi didasarkan atas kesadaran, sehingga di dalam koperasi tidak boleh ada unsur paksaan, intimidasi ataupun ancaman. 4) Kegiatan koperasi harus sesuai dengan kepentingan anggota. Adanya kesesuaian antara kepentingan anggota dengan kegiatan koperasi memungkinkan anggota dapat berpartisipasi secara maksimal dalam memajukan koperasinya. Koperasi sebagai sokoguru perekonomian nasional. Secara kualitatif, peran koperasi adalah menumbuhkembangkan kebersamaan dan asas kekeluargaan. Secara kuantitatif, koperasi diharapkan mampu memberikan
sumbangan
pendapatan nasional.
yang
dominan
dalam
pembentukan
21
Fungsi dan Peran Koperasi Menurut Sukidjo (dalam Harini, 2014: 13), fungsi dan peran Koperasi Indonesia sebagai berikut : 1) Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi para anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya. 2) Berperan secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat. 3) Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai sokoguru. 4) Berusaha
mewujudkan
dan
mengembangkan
perekonomian
nasional yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.
Jenis-Jenis Koperasi Berdasarkan bidang usahanya, koperasi dapat digolongkan ke dalam beberapa kelompok sebagai berikut (Baswir, 2000:76-78): 1. Koperasi Konsumsi Koperasi konsumsi adalah koperasi yang berusaha dalam bidang penyediaan barang-barang konsumsi yang dibutuhkan oleh para anggotanya. Jenis konsumsi yang dilayani oleh suatu Koperasi konsumsi sangat tergantung pada latar belakang kebutuhan anggota yang hendak dipenuhi melalui pendirian Koperasi lingkungan
yang para
bersangkutan. buruh
Koperasi
misalnya,
konsumsi
menjual
dalam
barang-barang
kebutuhan pokok seperti bahan makanan, sandang, dan barangbarang keperluan sehari-hari lainnya. Koperasi konsumsi dalam
22
lingkungan daerah pertanian,, selain menjual barang-barang kebutuhan pokok, seringkali juga menjual bibit, semprotan, juga alat-alat pertanian. 2. Koperasi Produksi Koperasi produksi adalah
Koperasi yang kegiatan
utamanya melakukan pemroses bahan baku menjadi barang jadi atau barang setengah jadi. Namun demikian, karena kegiatan memproduksi suatu barang biasanya terkait secara langsung dengan kegiatan memasarkan barang-barang itu, koperasi produksi biasanya juga bergerak dalam bidang pemasaran barang-barang yang diproduksinya. Tujuan utama koperasi ini adalah untuk menyatukan kemampuan dan modal para anggotanya, guna menghasilkan barang-barang tertentu melalui suatu perusahaan yang mereka kelola dan miliki sendiri. 3. Koperasi Pemasaran Koperasi pemasaran adalah Koperasi yang dibentuk terutama untuk membantu para anggotanya dalam memasarkan barang-barangyang mereka hasilkan. Tujuan utama Koperasi pemasaran adalah untuk menyederhanakan rantai tataniaga, dan mengurangi sampai sekecil mungkin keterlibatan pedagang perantara dalam memasarkan produk-produk yang mereka hasilkan. 4. Koperasi Kredit Koperasi kredit atau Koperasi simpan pinjam adalah Koperasi yang bergerak dalam bidang pemupukan simpanan dari para anggotanya, untuk kemudian dipinjamkan kembali kepada para anggota yang memerlukan bantuan modal. Selain bertujuan untuk mendidik anggotanya agar bersikap hemat serta gemar menabung.
23
Lambang dan Arti Koperasi Indonesia Lambang koperasi pada tahun 2012 mengalami perubahan. Perubahan itu didasarkan pada Surat Keputusan Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin) Nomer SKEP/14/Dekopin-A/III/2012 tanggal 30 Maret 2012 tentang Perubahan Lambang/logo Koperasi Indonesia dan Peraturan
Menteri
Koperasi
dan
UKM
Nomor
02/Per/M.KUKM/IV/2012 tanggal 17 April 2012 tentang Penggunaan Lambang Koperasi Indonesia. Koperasi Indonesia memiliki logo atau lambang baru berbentuk Sekuntum Bunga Teratai bertuliskan “KOPERASI INDONESIA”. Berikut akan dijelaskan arti lambang Koperasi Indonesia yang baru yang diluncurkan kementerian KUKM.
Gambar 2.1.Lambang Koperasi Indonesia 1) Gambar bunga yang memberi kesan akan perkembangan dan kemajuan terhadap perkoperasian di Indonesia, mengandung makna bahwa Koperasi Indonesia harus selalu berkembang, cemerlang, berwawasan, variatif, inovatif sekaligus produktif dalam kegiatannya serta berwawasan dan berorientasi pada keunggulan dan teknologi. 2) Bentuk gambar 4 (empat) sudut pandang melambangkan arah mata angin yang mempunyai maksud Koperasi Indonesia :
24
a) Sebagai gerakan koperasi di Indonesia untuk menyalurkan aspirasi b) Sebagai dasar perekonomian nasional yang bersifat kerakyatan c) Sebagai
penjunjung
tinggi
prinsip
nilai
kebersamaan,
kemandirian, keadilan, dan demokrasi d) Selalu menuju pada keunggulan dalam persaingan global. 3) Bentuk teks “KOPERASI INDONESIA” memberi kesan dinamis modern, menyiratkan kemajuan untuk terus berkembang serta mengikuti kemajuan jaman yang bercermin pada perekonomian yang
bersemangat
tinggi,
teks
Koperasi
Indonesia
yang
berkesinambungan sejajar rapi mengandung makna adanya ikatan yang kuat, baik di dalam lingkungan internal Koperasi Indonesia maupun antara Koperasi Indonesia dan para anggotanya 4) Warna pastel memberi kesan kalem sekaligus berwibawa, selain Koperasi Indonesia bergerak pada sektor perekonomian, warna pastel melambangkan adanya suatu keinginan, ketabahan, kemauan dan kemajuan serta mempunyai kepribadian yang kuat akan suatu hal terhadap peningkatan rasa bangga dan percaya diri yang tinggi terhadap pelaku ekonomi lainnya. 5) Lambang Koperasi Indonesia dapat digunakan pada papan nama kantor, pataka, umbul-umbul, atribut yang terdiri dari pin, tanda pengenal
pegawai
dan
emblem
untuk
seluruh
kegiatan
ketatalaksanaan administratif oleh Gerakan Koperasi di seluruh Indonesia. 6) Menggambarkan falsafah hidup berkoperasi yang memuat : a) Tulisan Koperasi Indonesia yang merupakan identitas lambang b) Gambar 4 (empat) kuncup bunga yang saling bertaut dihubungkan bentuk sebuah lingkaran yang menghubungkan satu kuncup dengan kuncup lainnya, menggambarkan seluruh pemangku kepentingan saling bekerja sama secara terpadu dan
25
berkoordinasi secara harmonis dalam membangun Koperasi Indonesia.
2. Hakikat Metode Talking Stick a.
Pengertian Metode Tujuan pembelajaran akan dicapai secara optimal jika pemilihan
metodenya tepat. Sebelum pembelajaran guru harus cermat memilih dan menetapkan metode yang sesuai. Metode adalah prosedur pembelajaran yang difokuskan pada pencapaian tujuan (Suyatno, 2009:26). Penguasaan metode merupakan aspek penting dalam keberhasilan pembelajaran. Guru perlu memilih metode pembelajaran yang cocok untuk diterapkan menurut caranya sendiri. Semua metode mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Suatu metode hanya baik untuk mencapai tujuan tertentu, sementara metode yang lain baik untuk mencapai tujuan yang lain. Pendapat lain mengenai metode adalah (Sanjaya, 2009:147) yang menyatakan
bahwa metode
adalah
cara
yang
digunakan
untuk
mengimplementasikan rencana yang telah disusun dalam bentuk kegiatan nyata agar tujuan yang telah ditetapkan tercapai secara optimal. Sejalan dengan pendapat tersebut, Anitah (2009:45) mengungkapkan bahwa metode adalah cara yang digunakan untuk penyampaian dalam pembelajaran. Cara yang digunakan bisa diterapkan disesuaikan dengan keinginan penggunanya. Sementara itu, Subana dan Sunarti (2009:20) berpendapat bahwa metode adalah rencana penyajian bahan yang menyeluruh secara sistematis berdasarkan approach tertentu. Dari dua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa metode adalah cara yang digunakan oleh guru dalam bentuk kegiatan yang berguna untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
26
b. Macam-macam Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar utnuk mencapai tujuan (Sugiyanto, 2009:37). Belajar berkelompok secara kooperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi pengetahuan, pengalaman, tugas, dan tanggung jawab. Metode pembelajaran kooperatifmemiliki beberapa tipe dengan langkah-langkah yang berbeda. Tipe metode pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut (Suyatno, 2009:52) : 1) TPS (Think Pair Share) Metode pembelajaran ini tergolong model kooperatif. Sintak dari metode ini adalah dengan guru menyajikan materi klasikal, berikan persoalan kepada siswa dan siswa bekerja kelompok dengan cara berpasangan sebangku-sebangku (think-pairs) , presentasi kelompok (share), kuis individual, buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan berikan reward. Secara ringkas sintak pembelajaran
tipe
TPS,
adalah
thingking
(berpikir),
pairing
(berpasangan), dan sharing (berbagi). 2) SAVI (Somatic Auditory Visualization Intellectualy) Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa. 3) TTW (Think Talk Write) Pembelajaran ini dimulai dengan berpikir melalui bahan bacaan (menyimak, mengkritisi, dan alternatif solusi), hasil bacaannya dikomunikasikan dengan presentasi, diskusi, dan kemudian membuat laporan hasil presentasi. Sintaknya adalah : informasi, kelompok (membaca-mencatat-menandai), presentasi, diskusi, dan melaporkan.
27
4) TS-TS (Two Stay-Two Stray) Pembelajaran dengan metode ini dilakukan dengan cara siswa berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan kelompok lain. Sintaknya adalah kerja kelompok, dua siswa bertamu ke kelompok lain dan dua siswa lainnya tetap di kelompoknya untuk menerima dua orang dari kelompok lain, kerja kelompok, kembali ke kelompok asal, kerja kelompok, dan laporan kelompok. 5) Role Playing Sintak dari model pembelajaran ini adalah guru menyiapkan skenario pembelajaran, menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario tersebut, pembentukan kelompok siswa, penyampaian kompetensi, menunjuk siswa untuk melakonkan skenario yang telah dipelajarinya, kelompok siswa membahas peran yang dilakukan oleh pelakon, presentasi hasil kelompok, bimbingan, kesimpulan, dan refleksi. 6) Talking Stick Sintak dari metode pembelajaran talking stick adalah informasi materi secara umum, membentuk kelompok, pemanggilan ketua dan diberi tugas membahas materi tertentu di kelompok dan bekerja kelompok, tiap kelompok menuliskan pertanyaan dan diberikan kepada kelompok lain, kelompok lain menjawab secara bergantian, penyimpulan, refleksi dan evaluasi. 7) Mind Maping Metode pembelajaran ini sangat cocok untuk me-review pengetahuan awal siswa. Sintaknya yaitu informasi kompetensi, sajian permasalahan terbuka, siswa berkelompok untuk menanggapi dan membuat berbagai alternatif jawaban, presentasi hasil diskusi kelompok, siswa membuat kesimpulan dari hasil setiap kelompok, evaluasi, dan refleksi.
28
8) Examples Non Examples Metode ini dilakukan dengan cara mempersiapkan gambar, diagram, atau tabel sesuai materi bahan ajar dan kompetensi, sajikan gambar yang ditempel, dengan petunjuk guru siswa mencermati sajian gambar, siswa melakukan diskusi kelompok tentang sajian gambar, presentasi hasil kelompok, penyimpulan secara bersama-sama, evaluasi dan refleksi. 9) Cooperative Script Skrip kooperatif merupakan metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajarinya. Sintaknya yaitu dengan membuat kelompok berpasangan sebangku, bagikan wacana materi bahan ajar, siswa mempelajari wacana dan membuat rangkuman dari wacana tersebut, sajian hasil diskusi oleh salah seorang dan yang lain menanggapi, bertukar peran, penyimpulan, evaluasi, dan refleksi. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat bermacammacam metode dalam model pembelajaran kooperatif. Metode-metode tersebut merupakan bentuk inovasi dalam kegiatan pembelajaran untuk mempermudah siswa memahami materi yang disampaikan oleh guru. Dari berbagai metode yang telah dipaparkan di atas terdapat salah satu metode yang mampu mengatasi kelemahan-kelemahan dalam pembelajaran adalah metode Talking Stick.
c. Pengertian Metode Talking Stick Metode Talking Stick merupakan salah satu metode pendukung pengembangan model pembelajaran kooperatif. Metode pembelajaran talking stick dilakukan dengan bantuan tongkat (Shoimin, 2014: 98). Pembelajaran talking stick cocok diterapkan bagi siswa SD, SMP maupun SMA/SMK. Menurut Mary Ransdell dalam jurnal internasionalnya mengemukakan bahwa, “implemented the talking stick with the stipulation
29
that all group members would have a chance to speak”. Penerapan Talking Stick dengan ketentuan bahwa semua anggota kelompok akan memiliki kesempatan untuk berbicara. Jadi dengan metode ini diharapkan semua siswa dapat mengungkapkan ide, gagasan, serta pendapatnya. “Metode pembelajaran ini selain untuk melatih berbicara, pembelajaran ini akan menciptakan suasana yang menyenangkan dan membuat siswa aktif. Fujioka (1998) dalam jurnal internasional mengatakan bahwa, “The Talking Stick was a method used by native Americans, to let everyone speak their mind during a council meeting, a type of tribal meeting”(The Internet TESL Journal, Vol.IV, No. 9. Talking Stick ini merupakan metode yang awal mulanya digunakan oleh penduduk Amerika untuk mengajak semua orang berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu pertemuan forum antarsuku. Metode ini kemudia sekarang digunakan dalam sebuah pembelajaran sebagai cara untuk menyampaikan materi pembelajaran.Talking stick merupakan metode pembelajaran yang mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat (Agus Suprijono, 2012:109). Metode talking stick ini merupakan konsep yang inovatif sebagai
pendukung
pengembangan
pembelajaran
dan
mendorong
pengetahuan siswa untuk berani mengemukakan pendapat. Miftahul Huda (2014:224) berpendapat bahwa talking stick merupakan metode pembelajaran kelompok dengan bantuan tongkat. Kelompok yang memegang tongkat terlebih dahulu wajib menjawab pertanyaan dari gurusetelah mereka mempelajari materi pokoknya. Kegiatan tersebut diulang terus-menerus sampai semua kelompok mendapat giliran untuk mendapat pertanyaan dari guru. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Carol Locust berikut : The talking stick has been used for centuries by many Indian tribes as a means of just and impartial hearing. The talking stick was commonly used in council circles to decide who had the right to speak. When matters of great concern would come before the council, the leading elder would hold the talking stick, and whoever
30
would speak after him would take it. In this manner, the stick would be passed from one individual to another until all who wanted to speak had done so. The stick was then passes back to the elder for safe keeping. Jadi, pada mulanya talking stick (tongkat berbicara) adalah metode yang digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu pertemuan antarsuku. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Metode Talking Stick adalah suatu metode pembelajaran yang inovatif dengan siswa sebagai pusatnya melalui bantuan tongkat, kemudian siswa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya.
d. Langkah-langkah Metode Talking Stick Metode Talking Stick merupakan salah satu bentuk metode dari model kooperatif. Pembelajaran dengan menggunakan metode ini dapat mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat. Metode ini dilakukan dengan bantuan tongkat, siswa yang memegang tongkat diharuskan menjawab pertanyaan guru. Adapun langkah-langkah dari metode Talking Stick menurut Huda (2014:225) adalah sebagai berikut : (1) Guru menyiapkan tongkat yang panjangnya 20cm; (2) Guru kemudian menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari dan memberikan kesempatan para kelompok untuk membaca dan mempelajari materi pelajaran; (3) Siswa diskusi membahas masalah yang terdapat di dalam wacana; (4) Setelah siswa selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari isinya, guru meminta siswa untuk menutup isi bacaan; (5) Guru mengambil tongkat dan memberikan tongkat tersebut kepada salah satu siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan
dan
siswa
yang
memegang
tongkat
tersebut
harus
menjawabnya. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan guru; (6) Guru
31
memberikan kesimpulan; (7) Guru melakukan evaluasi/penilaian, dan (8) Guru menutup pembelajaran. Sejalan dengan pendapat Huda, Suyatno (2009:124) menuliskan langkah-langkah penerapan metode Talking Stick sebagai berikut : (1) Guru menyiapkan sebuah tongkat; (2) Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari; (3) guru mempersilakan siswa untuk menutup bukunya; (4) Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru; (5) Guru memberikan kesimpulan; (6) Evaluasi; (7) Penutup. Pembelajaran dengan metode Talking Stick diawali oleh penjelasan guru mengenai materi yang akan dipelajari. Siswa diberi cukup waktu untuk membaca dan mempelajari materi tersebut. Guru selanjutnya meminta siswa menutup bukunya. Guru mengambil tongkat yang sebelumnya telah dipersiapkan, kemudian tongkat tersebut diberikan kepada salah satu siswa. siswa yang mendapatkan tongkat harus menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Pada saat tongkat bergulir dari satu siswa ke siswa lainnya sebaiknya diiringi dengan iringan musik. Langkah akhir dari metode Talking Stick ini adalah guru memberikan kesempatan kepada siswa melakukan refleksi terhadap materi yang telah dipelajarinya. Guru memberikan ulasan terhadap seluruh jawaban yang diberikan siswa, kemudian bersama-sama merumuskan kesimpulan (Suprijono, Agus 2012: 109-110). Dari uraian mengenai langkah-langkah pelaksanaan metode Taliking Stick di atas, dapat disimpulkan bahwa metode Talking Stick dilakukan dengan menggunakan sebuah tongkat yang diputar setelah guru menjelaskan materi yang dipelajari, dan siswa yang mendapatkan tongkat berkewajiban untuk menjawab pertanyaan dari guru. Pada akhir kegiatan guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan, kemudian guru melakukan evaluasi dan menutup kegiatan pembelajaran.
32
Dalam pembelajaran peneliti ingin menerapkan metode Talking Stick berdasarkan pendapat Suyatno (2009:124) yang menjabarkan langkah-langkah pembelajaran dengan metoode Talking Stick kedalam 7 bagian, akan tetapi peneliti sedikit melakukan modifikasi terhadap ketujuh langkah tersebut. Modifikasi dilakukan pada langkah yang keempat. Pada saat tongkat diberikan kepada siswa dan kemudian tongkat tersebut diputar guru mengiringinya dengan musik/bernyanyi bersama.
e. Kelebihan Metode Talking Stick Setiap metode dalam pembelajaran terdapat kelebihan dan kekurangan, agar setiap metode dapat berpengaruh secara optimal di dalam pembelajaran
dibutuhkan
kreativitas
guru.
Shoimin
(2014:
199)
menyatakan bahwa metode Talking Stick yang merupakan salah satu pengembangan dari model pembelajaran kooperatif memiliki beberapa kelebihan, yaitu : (1) menguji kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran; (2) melatih siswa memahami materi dengan cepat; (3) Memacu siswa agar lebih giat belajar; (4) siswa berani mengemukakan pendapat. Metode Talking Stick ini mampu menumbuhkan keaktifan, keantusiasan dan keberanian dalam diri siswa. Huda (2014:225) mengungkapkan kelebihan metode pembelajaran Talking Stick, yaitu metode ini dapat menguji kesiapan siswa, melatih keterampilan mereka dalam membaca dan memahami materi pelajaran dengan cepat, dan mengajak mereka untuk terus siap dalam situasi apapun. Metode Talking Stick ini mampu membuat siswa untuk selalu fokus terhadap penjelasan guru dan selalu siap pada saat pelaksanaan metode tersebut. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode Talking Stick ini adalah metode yang dapat mengajak siswa untuk selalu siap dalam pembelajaran, menumbuhkan keaktifan siswa, dan menguji keberanian dalam mengemukakan ide dan pendapatnya.
33
f. Kelemahan Metode Talking Stick Metode Talking Stick juga mempunyai kekurangan-kekurangan. Menurut Huda (2014:226) metode Talking Stick yang diterapkan pada siswa-siswa yang secara emosional belum terlatih untuk bisa berbicara dihadapan guru, metode ini mungkin kurang sesuai. Apabila siswa kurang terbiasa berbicara dihadapan guru, siswa cenderung malu dan takut salah menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh guru. Sejalan
dengan
pendapat
tersebut,
Shoimin
(2014:199)
mengemukakan beberapa kekurangan metode Talking Stick yaitu : (1) dapat membuat siswa senam jantung dikarenakan siswa tidak tahu kapan tongkat sampai pada tangannya, dan tidak tahu pula pertanyaan yang akan diajukan oleh guru; (2) siswa yang tidak siap tidak bisa menjawab; (3) membuat siswa tegang; (4) ketakutan akan pertanyaan yang akan diberikan oleh guru. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kekurangan metode Talking Stick adalah membuat siswa merasa tegang dan takut apabila tidak dapat menjawab pertanyaan yang disampaikan guru.
3. Penerapan Metode Talking Stick pada Pembelajaran Koperasi di SD Pemilihan metode yang tepat dapat membantu mengembangkan potensi yang dimiliki siswa. Fujioka (1998:169) mengemukakan bahwa metode Talking Stick dapat diterapkan dengan langkah-langkah sebagai berkut : Siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, kemudian guru memberikan materi kepada setiap kelompok. Siswa mempelajari materi sebelum metode Talking Stickdigunakan. Tongkat diputar sari siswa satu ke siswa yang lainnya. Siswa yang mendapattongkat harus berbicara dan siswa lainnya memperhatikan. Tongkat selalu berputar sampai semua siswa mendapat giliran.
34
Adapun langkah-langkah penerapan metode Talking Stick dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan pemahaman konsep Koperasi pada siswa kelas IV SD N Jenengan 3 Sawit Boyolaliyang akan dilakukan dapat dilihat sebagai berikut : 1) Guru mempersiapkan media pembelajaran (berupa gambar lambang koperasi pada siklus I dan gambar jenis-jenis koperasi pada siklus II). 2) Guru memberikan penjelasan mengenai materi koperasi pada siswa. 3) Siswa menggali kemampuan mereka tentang materi pokok yang dipelajari, seperti manfaat koperasi, tujuan koperasi, perbedaan koperasi dengan badan usaha lain, jenis-jenis koperasi, dan kegiatan koperasi. 4) Dengan metode Talking Stick, secara bergiliran siswa diberi pertanyaan oleh guru dengan langkah metode sebagai berikut : a) Guru memberikan tongkat kepada siswa; b) Guru memutar musik atau bisa juga siswa bersama-sama menyanyikan lagu wajib nasional atau lagu daerah sesuai kesepakatan; c) Sambil mendengarkan musik/bernyanyi, tongkat digulirkan dari satu siswa ke siswa lainnya; d) Guru menghentikan musik atau nyanyian maka pengguliran tongkat berhenti; e) Siswa yang memegang tongkat terakhir wajib menjawab pertanyaan yang diajukan guru; f) Begitu seterusnya; g) Guru bersama dengan siswa membuat kesimpulan; h) Guru memberikan penguatan.
4. Penelitian yang Relevan Terdapat beberapa hasil penelitian yang memiliki keterkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti. Penelitian Muhammd Fathan Al Farizi (2015) berjudul “Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman Melalui Model Kooperatif Metode Talking Stick pada Siswa Kelas V SD
35
Negeri 2 Trayu Boyolali Tahun Ajaran 2014/2015” menyimpulkan bahwa penggunaan model kooperatif metode talking stick dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa kelas V SD Negeri 2 Trayu Boyolali tahun ajaran 2014/2015. Variabel bebas yang digunakan sama-sama menggunakan metode Talking Stick. Perbedaan antara penelitian Fathan dengan penelitian yang dilakukan peneliti terletak pada variabel terikatnya, pada penelitian Fathan variabel terikatnya meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa, sedangkan pada penelitian inivariabel terikatnya meningkatkan pemahaman konsep koperasi siswa. Dwi Bagus Windarto (2015) dalam penelitiannya yang berjudul “Upaya Meningkatkan Keterampilan Bercerita Melalui Penggunaan Metode Pembelajaran Talking Stick (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Karangasem III Laweyan, Surakarta Tahun Ajaran 2014/2015)” menyimpulkan bahwa melalui penggunaan metode Talking Stick dapat meningkatkan keterampilan bercerita pada siswa kelas IV SD Negeri Karangasem III tahun ajaran 2014/2015. Variabel bebas yang digunakan sama-sama menggunakan metode Talking Stick. Perbedaan dari penelitian Dwi dengan penelitian yang dilakukan peneliti terletak pada variabel terikatnya yaitu pada penelitian Dwi variabel terikatnya untuk meningkatkan keterampilan bercerita sedangkan pada penelitian ini variabel terikatnya adalah pemahaman konsep koperasi. Diah Rahma Sari (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan Metode Crossword Puzzle Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Koperasi Pada Siswa Kelas IV SDN Premulung No. 94 Surakarta Tahun 2012/2013” menyimpulkan bahwa pembelajaran IPS dengan menggunakan metode pembelajaran Crossword Puzzle dapat meningkatkan pemahaman konsep koperasi pada siswa kelas IV SDN Premulung No. 94 Laweyan Surakarta tahun ajaran 2012/2013. Variabel terikat yang digunakan sama yaitu pemahaman konsep koperasi. Perbedaannya terletak pada metode yang digunakan pada penelitian Diah Rahma Sari menggunakan metode
36
Crossword Puzzle sedangkan pada penelitian ini menggunakan metode Talking Stick.
B. Kerangka Berpikir Kondisi awal pemahaman konsep mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada siswa kelas IV SD N Jenengan 3 Sawit Boyolali tergolong masih rendah, terbukti dengan KKM 70 masih banyak siswa yang mendapat nilai dibawah itu. Faktor yang menyebabkan masalah tersebut diantaranya adalah (1) guru cenderung menggunakan metode mengajar yang konvensional, seperti ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas, (2) siswa hanya mendengar dan mencatat materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru, dan (3) kurang inovatifnya metode pembelajaran yang digunakan guru. Metode pembelajaran guru seharusnya dikembangkan, agar pelaksanaan pembelajaran lebih inovatif. Dari berbagai macam metode pembelajaran yang ada, metode Talking Stick diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa dalam mata pelajaran IPS khususnya materi Koperasi. Metode Talking Stick merupakan metode pembelajaran dengan menggunakan tongkat yang diputar secara bergiliran agar siswa mengungkapkan ide, maupun pendapatnya. Metode ini dapat mengaktifkan siswa dalam pembelajaran dan materi pembelajaran dapat membekas pada diri siswa. Penelitian ini merupakan penelitian kolaborasi yang dilakukan bersama dengan guru kelas. Melalui penerapan metode Talking Stickyang akan dilaksanakan dalam 2 siklus yaitu siklus I dan II yang pelaksanaannya melalui 4 tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Pada kondisi akhir diperoleh bahwa melalui metode Talking Stick dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep Koperasi pada siswa kelas IV SD N Jenengan 3 Sawit Boyolali. Sejalan dengan judul penelitian yang akan dilakukan, yaitu Peningkatan Pemahaman Konsep Koperasi Melalui Metode Talking Stick Pada Siswa Kelas IV SD N Jenengan 3 Sawit Boyolali Tahun 2015/2016, maka dapat digambarkan kerangka pemikiran yang dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
37
Guru Kondisi Awal
mengajar
dengan
metode
pembelajaran
yang
konvensional.
Pemahaman konsep IPS siswa kelas IV SD N Jenengan 3 Sawit Boyolali rendah
Siklus I (Pengenalan Guru
konsep dan aplikasi
menerapkan
metode
metode Talking Tindakan
Stick
Talking
Stick)
dalam
pembelajaran
1. Perencanaan
materi Koperasi.
2. Tindakan 3. Observasi 4. Refleksi
Kondisi Akhir
Melalui penerapan metode
Talking
Stick
dapat
meningkatkan kemampuan
Siklus II (Aplikasi metode
Talking
Stick)
pemahaman konsep
1. Perencanaan
Koperasi
2. Tindakan 3. Observasi 4. Refleksi
Gambar 2.2.Kerangka Berpikir
38
C. Hipotesis Tindakan Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut: “Melalui metode Talking Stick diduga dapat meningkatkan pemahaman konsep Koperasi pada siswa kelas IV SD N Jenengan 3 Sawit BoyolaliTahun 2015/2016”.