BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi Sebagai Proses Produksi dan Pertukaran Tanda dan Makna 2.1.1 Pengertian Komunikasi Kata komunikasi yang berarti “berbagi” atau “menjadi milik bersama”. Dengan demikian, kata komunikasi menurut kamus bahasa mengacu pada suatu upaya yang bertujuan untuk mencapai kebersamaan. Sedangkan menurut Webster New Collogiate Dictionary komunikasi adalah “suatu proses pertukaran informasi di antara individu melalui sistem lambang-lambang, tanda-tanda atau tingkah laku”14. Komunikasi adalah turunan dari makna atau generating of meaning. Saat komunikator berkomunikasi dengan komunikan, sedikit banyak komunikan mengerti makna pesan komunikator. Dalam komunikasi tersebut komunikan menyusun lambang-lambang (signs) membentuk pesan yang dimaksud. Pesan ini menstimuli komunikan untuk membentuk makna bagi dirinya sendiri sehubungan dengan makna yang diturunkan komunikator dalam pesannya15. 2.1.2 Jenis – Jenis Komunikasi Manusia sebagai makluk sosial pastilah saling berkomunikasi antara satu dengan yang lainnya. Komunikasi yang baik yaitu komunikasi dua arah dimana keduanya saling memahami apa yang sedang mereka bicarakan. Namun pada kenyataannya, tidak semua orang pandai dalam menyampaikan apa yang 14
Riswandi, Ilmu Komunikasi, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009 hal. 1 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999 hal. 225 15
10
11
dipikirkannya
dengan
berkomunikasi
sehingga cara
berkomunikasi
pun
berkembang menjadi beberapa jenis yaitu :16 1. Komunikasi verbal Adalah bentuk komunikasi yang disampaikan komunikator kepada komunikan dengan cara lisan (oral) atau dengan tertulis (written). 2. Komunikasi nonverbal (visual) Adalah cara berkomunikasi dengan melalui gerakan, tindakan, benda. Cara berkomunikasi ini mempunyai banyak makna dibandingkan dengan verbal. 2.1.3 Pertukaran Tanda dan makna Dalam Proses Komunikasi Dalam komunikasi sehari-hari manusia tidak lepas dari gejala penadaan, tanda itu sendiri adalah sesuatu yang berdiri atas sesuatu yang lain. Tanda memiliki dua dimensi yaitu ekspresi yang merupakan bentuk fisik tanda atau tanda itu sendiri (seperti simbol, kata-kata, rambu lalu lintas), dan yang kedua yaitu dimensi (merupakan isi dari tanda atau yang di tandai oleh suatu tanda). Lebih jauh inilah yang merupakan makna dari tanda17. Jadi tanda merupakan suatu media untuk mengemas maksud atau pesan dalam setiap peristiwa komunikasi dimana manusia saling melempar tanda tanda tertentu dan tanda itu terstrukturlah suatu makna makna tertentu yang berhubungan dengan eksistensi masing-masing individu.18 Jenis-Jenis Komunikasi diakses, dari http://edukasi.kompasiana.com/2013/06/10/jenisjenis-komunikasi-563927.html pada tanggal 18 November 2013 pukul 13:00. 17 Komunikasi Tanda dan Makna diakses, dari http://www.rumahpintarkomunikasi.com/archives/442, pada tanggal 18 November 2013 pukul 15:30 16
18
Dennis Mcquail, Teori Komunikasi Massa, Jakarta: Erlangga, 1987 hal. 181
12
Hubungan antara makna dan tanda yang tercipta antara komunikator dan komunikan tercapailah suatu bentuk konvesi. Konvensi tentang tanda yang dimengerti oleh komunikator dengan komunikan secara bersama disebut oleh kode.19 Jadi makna hadir akibat adanya suatu rangsangan dari luar diri manusia. Decoding dan encoding merupakan hasil dari proses pembacaan kode, yaitu membentangkan kode–kode estetik yang ada di balik sebuah karya (seni, arsitektur, sastra, film), dalam rangka menyusun kategori–kategori semiotikanya. Meskipun demikian, hasil pembacaan kode tersebut tidak dengan sendirinya dapat digunakan sebagai metode penciptaan kode. Itu bukanlah sebuah proses sirkular, dalam pengertian yang satu bisa digunakan untuk kepentingan yang lain. Hasil– hasil pembacaan saja dijadikan inspirasi didalam berkaya, akan tetapi tidak bisa dijadikan sebagai sebuah metode, oleh karena tidak ada metode yang ditawarkan di dalamnya20. Penciptaan karya seni tentunya mempunyai sebuah alasan, dengan begitu sebuah karya seni tentunya terdapat makna dan tanda didalamnya. Dimana makna itu sendiri adalah hubungan sosial yang dibangun oleh sinyal diantara pengirim dan penerima ketika tindakan semik sedang berlangsung. Sedangkan menurut Bloom Field ketika dia menganggap makna sebagai sesuatu yang menghubungkan perkataan yang diucapkan B dengan sesuatu yang bisa disebut situasi A dan B yang mendahului dan mengikuti tindakan wicaranya21.
19
Paul cobley dan litza Jansz, mengenal semiotika for beginners, Bandung: Mizan, 2002,hal 12 Yasraf Amir Piliang, Hipersemiotika Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna, Yogyakarta: Jalasutra, 2010 hal. 247-248.
20
21
Jeanne Martinet, Semiologi, Yogyakarta: Jalasutra, 2010, hal. 35
13
Sedangkan tanda adalah segala sesuatu dalam bentuk warna, isyarat, kedipan mata, objek, rumus matematika, dan lain–lain yang merepresentasikan sesuatu yang lain selain dirinya22. Jika menurut Pateda (2001:48) tanda yang ditimbulkan oleh manusia dapat dibedakan atas yang bersifat verbal dan yang bersifat nonverbal. Suatu aktivitas komunikasi melibatkan pertukaran pertukaran tanda–tanda melalui suara, kata–kata, atau suara dan kata–kata. Tanda adalah sesuatu yang memiliki penanda (signifier) dan ditanda (signified). Salah satu representasi penanda dan ditanda adalah bahasa verbal dan bahasa non verbal. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI, 1989 : 1260), dinyatakan bahwa bahasa verbal adalah unsur–unsur lingual yang diucapkan secara lisan melalui artikukasi setiap manusia, baik berupa bunyi maupun tulisan yang dapat dimengerti oleh setiap lawan tutur23. Tanda–tanda yang bersifat verbal adalah tanda–tanda yang dihasilkan manusia melalui alat–alat bicara (organ of speech) dengan kata lain merupakan suatu tindak komunikasi yang menggunakan mulut. Selain itu, bahasa nonverbal merupakan suatu tindak komunikasi tanpa kata–kata yang dilihat dari elemen visual beberapa gambar, warna, lambang, dan logo24. Komunikasi verbal yang termasuk dalam komunikasi vokal adalah bahasa lisan, sedang yang tergolong dalam komunikasi nonvokal adalah bahasa tertulis25.
22
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, , Bandung: Rosda Karya 2009, hal. 5 Ibid, h1m 22 24 Widyo Nugroho, Teori Komunikasi Verbal dan Nonverbal, Elearning Gunadarma, diakses pada 24/10/2013 dari cai.elearning.gunadarma.ac.id/.../download.php?fil. 23
Teori Semiotika diakses, dari http://www.scribd.com/doc/52617825/ TEORI-SEMIOTIKA, pada tangal 21 Juli 2013, pukul 00:23 25
14
Sumbo menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara tanda verbal dan nonverbal dan keduanya saling melengkapi. Parodi dan personofikasi yang merupakan idiom estetik tanda nonverbal menjadi kuat keberadaannya sebagai visualisasi dari tanda verbal26. Para ahli mengakui istilah makna merupakan kata dan istilah yang membingungkan27. Seperti halnya Grice dan Bolinge menyebutkan makna adalah hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat saling dimengerti28. Secara semiotika, proses adalah penanda; dan maknanya adalah petanda. Pesan adalah sesuatu yang dikirimkan secara fisik dari satu sumber ke penerimanya. Sedangkan makna dari pesan yang dikirimkan hanya dapat ditentukan dalam kerangka–kerangka makna lainnya. Hal ini juga akan menghasilkan berbagai masalah interpretasi dan pemaknaan29. Jika menurut Danesi, makna terbagi dalam dua macam30, yaitu: 1.
Makna Leksikal dan Makna Gramatikal Makna leksikal istilah makna kata secara lepas, tanpa kaitan dengan kata yang lainnya dalam sebuah (frase klausa atau kalimat), contoh: rumah adalah bangunan untuk tempat tinggal. Makna gramatikal (struktur) ialah makna
baru
yang
timbul
akibat
terjadinya
proses
framatikal
26
Sumbo Tinarbuko, Semiotika Analisis Tanda pada Karya Desain Komunikasi, Yogyakarta: Jalasutra, hal. 58
27
Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Semiotik Framing, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001, hal 97
28
Aminuddin, Pengantar Apresiasi Karya Sastra, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2004, hal. 78 Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media. Yogyakarta: Jalasutra, 2010, hal. 22 30 Danesi, Marcel, Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan Teori Komunikasi, Yogyakarta: Jalasutra, 2011, hal. 98 29
15
(pengimbuhan, pengulangan, pemajemukan), contoh: rumah–rumah bermakna ada banyak rumah. 2. Makna Denotasi dan Konotasi Makna denotasi (refensial) adalah makna yang menunjukan langsung pada acuan atau makna dasarnya, contoh: merah adalah warna seperti darah. Makna konotasi (evaluasi) adalah makna tambahan terhadap makna dasarnya yang berupa nilai rasa atau gambar tertentu, contoh: merah (denotasi) bermakna berani (konotasi). Ada beberapa pandangan mengenai teori dan konsep makna. Seperti yang diungkapkan oleh Wendell Johnson31 bahwa pertama, makna ada dalam diri manusia. Makna tidak terletak pada kata–kata. Kita menggunakan kata–kata untuk mendekati makna yang ingin kita komunikasikan. Komunikasi adalah proses yang kita gunakan untuk memproduksi, dibenak pendengar, apa yang ada dibenak kita. Kedua, makna berubah karena kata–kata relative statis. Banyak dari kata–kata yang kita gunakan berumur 200 atau 300 tahun. Tapi makna dari kata–kata tersebut mengalami perubahan yang dinamis, terutama pada dimensi emosional dari makna. Seperti kata–kata hubungan di luar nikah, obat, agama, hiburan dan perkawinan. Ketiga, makna membutuhkan acuan. Komunikasi hanya masuk akal apabila mempunyai kaitan dengan dunia atau lingkungan eksternal. Keempat, penyingkatan yang berlebihan akan mengubah makna. Berkaitan erat dengan gagasan bahwa makna membutuhkan acuan adalah masalah komunikasi yang timbul akibat penyingkiran berlebihan tanpa mengaitkannya
31
Alex Sobur, Op.,cit, hlm. 258
16
dengan acuan yang konkret dan dapat diamati. Kelima, makna tidak terbatas jumlahnya. Pada suatu saat tertentu, jumlah kata mempunyai banyak makna. Ini bisa menimbulkan masalah bila sebuah kata diartikan secara berbeda oleh dua orang yang sedang berkomunikasi. Terakhir bahwa makna dikomunikasikan hanya sebagian. Makna yang kita peroleh dari suatu kejadian bersifat multispek dan sangat kompleks, tetapi hanya sebagian saja dari makna–makna ini yang benar–benar dapat dijelaskan. Banyak dari makna tersebut tetap tinggal dalam benak kita. Dalam pandangan semiotika memaknai atau mengkaji kaji lewat sistem tanda dalam desain yang terdiri atas lambang verbal (bahasa) dan lambang nonverbal (Visual). Maka penelitian menggunaan makna denotatif dan konotatif dalam memaknai tanda–tanda dalam desain dapat digunakan. Sedangkan di dalam kraya seni desain komunikasi mengandung dua bentuk pesan yaitu pesan verbal dan visual. Karena bahasa visual mempunyai kesempatan untuk merobek konsentrasi target sasaran, karena pesannya lebih cepat dan sangat mudah dipahami32. Komunikasi visual banyak memanfaatkan daya dukung gambar sebagai lambang visual pesan guna mengefektifkan komunikasi. Upaya mendayagunakan lambang–lambang visual berangkat dari premis bahwa bahasa visual memiliki karakteristik yang bersifat khas bahkan sangat istimewa untuk menimbulkan efek
32
Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, Yogyakarta: Jalasutra, 2008, hal.34
17
tertentu pada pengamatnya. Hal demikian ada kalanya sulit dicapai bila diungkapkan dengan bahasa verbal.33 Jika dalam kaitannya dengan produksi teks di dalam sebuah kebudayaan, Stuart Hall di dalam Culture, Media, Language, melukiskan relasi encoding/ decoding ini lewat metafora produksi/ konsumsi. Produksi adalah suatu proses konstruksi sebuah pesan (message), lewat penerapan kode–kode tertentu (encoding). Proses produksi melibatkan gagasan, makna, ideology, dan kode– kode sosial, pengetahuan yang digunakan di dalam produksi, keterampilan teknis, ideologi profesional, pengetahuan instruksional, definisi, dan asumsi–asumsi (moral, kultual, ekonomis, politis, atau spiritual), asumsi tentang konsumen (pendengar, pemirsa, pembaca, pemakai).34
2.2 Semiotika Kata semiotika disamping kata semiologi sampai kini masih dipakai. Selain istilah semiotika dan semiologi dalam sejarah linguistik ada pula digunakan istilah lain seperti semasiologi, sememik, dan semik untuk merujuk pada bidang studi yang mempelajari makna atau arti suatu tanda atau lambang35. Semiotika berasal dari berasal dari bahasa Yunani yaitu Semion, yang berarti tanda. Dalam pandangan Piliang, penjelajah semiotika sebagai metode kajian ke dalam berbagai cabang keilmuan ini dimungkinkan karena ada kecenderungan untuk memandang berbagai wacana sosial sebagai fenomena bahasa. Dengan kata lain, bahasa dijadikan model dalam berbagai wacana sosial. Berdasarkan 33
Sumbo Tinarbuko, Op.cit., hlm 58. (Semiotika Analisis Tanda pada Karya Desain Komunikasi) Stuart Hall, Culture, Media, Language, Hutchinson, 1987, hlm 129 35 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004 hlm 11 34
18
pandangan semiotika, bila seluruh praktik sosial dianggap sebagai fenomena bahasa, semuanya dapat juga dipandang sebagai tanda. Hal ini dimungkinkan karena luasnya pengertian tanda itu sendiri36. Jadi semiotika sangat erat hubungannya dengan komunikasi yang baik diantara pengirim dan penerima pesan. Semiotika secara terminologis adalah ilmu yang mempelajari sederetan luas objek–objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda. Menurut Eco, semiotika sebagai “ilmu tanda” (sign) dan segala yang berhubungan dengan cara berfungsinya, hubungannya dengan kata-kata yang lain, pengirimnya, dan penerimaanya oleh mereka yang mempergunakannya37. Dalam semiotika terdapat beberapa tokoh, diantaranya ada 2 (dua) yang sangat ternama, yaitu seorang linguis yang berasal dari Swiss bernama Ferdinand de Saussure (1857-1913) dan seorang filsuf Amerika yang bernama Charles Shanders Peirce (1839-1914) 38. Semiotika berarti tentang tanda untuk menganalisis makna teks. Semiotika diturunkan dari karya Ferdinan de Saussure, yang menyelidiki properti–properti bahasa dalam Course in General Linguistics (Saussure, 1983). Saussure yakin bahwa dapat digunakan untuk mengenalisis sejumlah besar “sistem tanda” dan bahwa tak ada alasan tidak bisa diterapkan pada bentuk media atau dalam bentuk
36
Tim Penulis Program Studi Desain Komunikasi Visual FSR ISI, Irama Visual, Yogyakarta: Jalasutra, 2009, hal. 16 37 http://bahasa.kompasiana.com/2012/04/13/analisa-semiotika-454097.html pada tanggal 19 November 2013 pukul 13:00 38
Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual Yogyakarta: Jalasutra, 2008,hal. 6 l
19
kultural apapun39. Sedangkan menurut C.S. Peirece, semiotika adalah hubungan antara tanda, objek dan makna.40 Pada dasarnya definisi Saussure adalah prinsip, bahwa semiotika sangat menyandarkan dirinya pada aturan main (Rule) atau kode sosial (Social code) yang berlaku di dalam masyaakat, sehingga tanda dapat dipahami maknanya secara kolektif.41 Sedangkan Peirce lebih menekankan kepada logika dan filosofi tanda–tanda tindakan komunikasi manusia dalam ruang sosial. Karena perhatiannya yang besar pada subjek pelaku, semiotika Peirce oleh para penafsirnya sering disebut sebagai commucation semiotic (semiotika komunikasi) yang bersifat semiotik analisis42. Sobur dalam bukunya yang berjudul “Bercengkrama dengan Semiotika” mengatakan Rolland Barthes merupakan pengikut Saussurean yang berpandangan bahwa pada dasarnya semiologi hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal–hal (things). Teori Barthes lebih kepada pendekatan dalam teori media, yaitu meneliti teks yang mempunyai tanda–tanda termodifikasi dalam sebuah sistem ideologi dan mitos. Selain itu, menurut Alex Sobur semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk megkaji tanda - tanda43. Hal ini di topang oleh pendapat Triyanto Triwikromo yang melihat semiotika merupakan salah satu metode yang paling interpretatif dalam menganalisis teks, bagaimana pencipta sebuah citra
39
Triyanto Triwikromo , How To Do Media and Cultural Studies, , Beverly Hills: Sage 2003, hal. 76 40 John Fiske, Cultural and Communication Studies, Yogyakarta: Jalasutra, 2007, hal. 65 41 Yasraf Amir Piliang, Op. cit, 2010 hal 256 42 Kris Budiman, Semiotik Visual, Yogyakarta: Jalasutra, 2011 hal.69 43 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009, hal, 15
20
membuatnya bermakna sesuatu dan bagaimana si pembaca (customer) mendapatkan maknanya44. Sebagai sebuah disiplin keilmuan, yaitu ‘ilmu tentang tanda’. Semiotika adalah ranah keilmuan yang lebih ‘dinamis’, ‘lentur’ dan ‘terbuka’ bagi pelbagai bentuk pembacaan dan interpretasi, bukan sebuah ‘benteng kebenaran’, yang di luar benteng itu semuanya adalah ‘musuh kebenaran’. Semiotika adalah ilmu yang terbuka bagi pelbagai interpretasi. Jadi semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda–tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, ditengah–tengah manusia dan bersama–sama manusia.45 Antara Saussure dan Pierce sama-sama berfokus pada tanda. Tanda-tanda tersebut menyampaikan suatu informasi sehingga bersifat komunikatif. Ia mampu menggantikan suatu yang lain yang dapat dipikirkan atau dibayangkan. Cabang ilmu ini semua berkembang dalam bidang bahasa kemudian berkembang pula dalam bidang seni rupa dan desain komunikasi visual.46 Semiotika sebagai sebuah cabang keilmuan memperlihatkan pengaruh yang semakin kuat dan luas di dalam satu dekade terakhir ini, termasuk di Indonesia. Signifikasi semiotika tidak saja sebagai “metode kajian” (decoding), akan tetapi juga sebagai “metode penciptaan” (encoding). Sebagai metode kajian, semiotika memperlihatkan kekuatannya di dalam berbagai bidang, seperti antropologi, sosial, politik, kajian keagamaan, media studies, dan cultural studies. Sebagai metode penciptaan, semotika mempunyai pengaruh pula pada bidang–bidang seni. 44
Triyanto Triwikromo, Op.cit, hal 76 Yasraf Amir Piliang, Op.cit, hal 15 46 Sumbo Tinarbuko, Op.cit, hal 16 45
21
Plato mengatakan bahwa seni adalah upaya representasi mimesis (tiruan/imitasi) dari realitas –realitas atau alam yang mendahului sebuah karya seni.47 Jika semiotika berperan sebagai suatu model dari ilmu pengetahuan sosial, dimana memahami dunia sebagai sistem hubungan yang memiliki unit dasar yang disebut dengan “tanda”. Dengan demikian semiotika mempelajari hakikat tentang keberadaan suatu tanda. Umbreto Eco menyebut tanda tersebut sebagai “kebohongan” ;dalam tanda ada sesuatu yang tersembunyi dibaliknya dan bukan merupakan tanda itu sendiri.48 Meskipun demikian, implisit dalam definisi Eco di atas adalah bahwa bila semiotika adalah sebuah teori kedustaan, maka ia sekaligus adalah teori kebenaran. Sebab bila sebuah tanda tidak dapat digunakan untuk mengungkapkan kebenaran, makaia tidak dapat pula digunakan untuk mengungkapkan kedustaan. Dengan demikian, meskipun Eco menjelaskan semiotika sebagai teori kedustaan, implisit di dalamnya adalah kebenaan, sepeti kata siang yang implisit dalam kata malam.49 Kajian semiotika sampai saat ini telah dibedakan menjadi dua jenis yaitu semiotika komunikasi dan semiotika signifikansi. Semiotika komunikasi menekankan pada teori tentang produksi tanda yang mengasumsikan adanya enam faktor dalam komunikasi, yaitu pengiriman (sender), penerima (receiver), pesan (message), saluran komunikasi (media), dan acuan hal yang dibicarakan50. Sementara semiotika signifikansi lebih menekankan pada pemahaman dan
47
Yasraf Amir Piliang, Op. cit, hal. 165 Alex Sobur, Op. cit, hal 87 49 Yasraf Amir Piliang, Op. cit, hal. 45 50 Benny Hoed, Dari Logika Tuyul Ke Erotisme, Magelang: Indonesia Tera, 2001, hal 140 48
22
pemberian mempunyai makna pada suatu tanda51. Pada jenis yang kedua, tidak dipersoalkan adanya tujuan komunikasi, sebaliknya yang diutamakan adalah pemahaman suatu tanda sehingga proses kognisinya pada penerima tanda lebih diperhatikan daripada proses komunikasinya52. Teori Saussure terdapat dua bagian yaitu penanda dan pertanda sedangkan diteori Peirce mengemukakan tiga elemen yaitu tanda, objek dan interpretan. Memaknai dengan teori Saussure atau Peirce sebenarnya hampir sama, namun yang membedakan yaitu tanda, dimana didalam teori Saussure tanda terdiri dari bunyi-bunyian dan gambar. Sedangkan pada teori Pierce yang termasuk dalam tanda adalah semua yang dapat diterima oleh panca indra. Pada penelitian kali ini peneliti akan lebih memfokuskan dalam pembahasan hanya kepada teori semiotika Charles Sanders Peirce. Pemilihan teori semiotika Peirce dalam penelitian ini adalah karena Peirce melihat tanda tidak sebagai suatu struktur, tetapi sebagai suatu proses pemaknaan tanda yang disebutnya. Artinya, interpretant pada gilirannya dapat menjadi tanda, dan seterusnya. Peirce menyatakan bahwa proses semiosis tidak terbatas, melainkan bergantung pada pengalaman. 2.2.1
Teori Semiotika Chales Sanders Peirce
Di dalam semiotika komunikasi, tanda ditempatkan dalam rantai komunikasi sehingga mempunyai peran yang penting dalam komunikasi. Tanda dalam pandangan Peirce selalu berada di dalam proses perubahan tanpa henti, yang disebut proses semiosis tak berbatas (unlimited semiosis), yaitu proses penciptaan 51 52
Burhan Nurgiyantoro, Kajian Prosa Fiksi, Yogyakarta, Gama Press, 2005, hlm 40 Alex Sobur, Bercengkrama Dengan Semiotika, MediaTor Vol. 3, 2002, hlm 38
23
rangkaian interpretan yang tanpa akhir53. Hal ini karena, masing–masing tanda, interpretan dan objek saling bisa menggeser. Teori dari Peirce menjadi grand theory dalam semiotik. Gagasannya bersifat menyeluruh, deskripsi struktural dari semua sistem penandaan. Peirce ingin mengidentifikasi partikel dasar dari tanda dan menggabungkan kembali semua komponen dalam struktur tunggal. Dengan kata lain, semiotika ingin membongkar bahasa secara keseluruhan54. Seperti yang diutarakan oleh Peirce yang mendefinisikan semiotika sebagai “a relationship among a sign, an object, and a meaning55”. Pada dasarnya, semiotika dipandang sebagai suatu hubungan antara lima istilah : S(s, i, e, r,e) S merupakan semiotic relation (hubungan semiotik); s untuk sign (tanda); I untuk interpreter (penafsiran); e untuk effect (contohnya suatu diposisi dalam i akan bereaksi dengan cara tertentu terhadap r pada kondisi – kondisi tertentu e karena s); r untuk referece (rujukan); dan c untuk context atau conditions.56 Walaupun pernyataan awal Peirce ini cukup provokatif dan terkesan ‘wah, bakal runyam nih’, tetapi perkembangannya teori tanda selanjutnya justru lebih ‘membumi’. Kalau Saussure menghindari apa yang disebut refren atau objek (materi) dalam system signifikansinya, Peirce menerima refren sebagai bagian dari teori tandanya. Peirce menawarkan model triadik dalam mengurai tanda (action of sign). Proses ini meliputi tanda, atau objek yang dapat diserap, Tokoh –
53
Yasraf Amir Pilliang, Op.cit, hlm 267 Alex Sobur Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Semiotik Framing, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2001, hlm 97 55 Stephen W Littlejohn, Theories of Human Communication, Fifth Ed, New York : Wardworth Publishing, 1996, hlm 64 56 Alex Sobur, Op. cit, hal. 39 54
24
tokoh lain menyebutnya symbol (langer), atau signifier (Saussure). Object, sebagai sesuatu yang direpresentasikan oleh tanda. Berikutnya adalah interpretant, istilah Piece untuk makna sebuah tanda.57 Peirce mengemukakan teori segitiga makna atau yang terdiri dari tiga elemen utama, yakni tanda (sign), objek, dan interpretant. Tanda adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh panca indra manusia dan merupakan sesuatu yang merujuk (mempresentasikan) hal lain di luar tanda itu sendiri58. Apabila ketiga elemen makna itu berinteraksi dalam benak seseorang, maka munculah makna tentang sesuatu yang diwakili oleh tanda tersebut. Yang dikupas teori segitiga makna adalah persoalan bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang pada waktu berkomunikasi, hubungan segitiga mana Pierce lazimnya ditampilkan sebagai tampak dalam gambar berikut ini :
Sumber : John Fiske. 1990.Introduction to communication Studi. London, hal 42.59
57
M. Antoni Birowo, Metode Penelitian Komunikasi, Yogyakarta: Gitanyali, 2004, hal. 43 Mansoer Pateda, Semantik Leksikal, Edisi Kedua, Jakarta: Rineka Cipta, 2010, hal. 44 59 Alex Sobur, Op. cit, hal 115 58
25
Menurut Peirce, makna tanda yang sebenarnya adalah mengemukakan sesuatu. Ia menyebutnya sebagai representamen. Apa yang dikemukakan oleh tanda, apa yang diacunya, apa yang ditunjuknya, disebut oleh Peirce sebagai objek. Dalam bahasa Indonesia disebut “acuan”. Sesuatu tanda mengacu pada acuan dan representasi seperti itu adalah fungsinya yang utama. Interpretant atau pengguna tanda adalah konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu makna tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda60. Selain itu Pierce juga menyatakan, tanda (representament) ialah sesuatu yang dapat mewakili sesuatu yang lain dalam batas–batas tertentu (Eco, 19879 : 15). Tanda akan selalu mengacu kepada sesuatu yang lain, oleh Pierce disebut dengan objek (dentatum). Mengacu berarti mewakili atau menggantikan, tanda baru data berfungsi bila di interpretasikan dalan benak penerima tanda melalui interpretant. Jadi interpretan ialah pemahaman makna yang muncul dalam diri penerima tanda. Artinya tanda baru dapat berfungsi sebagai tanda bila dapat ditangkap dan pemahaman terjadi berkat ground, yaitu pengetahuan tentang sistem tanda dalam suatu masyarakat. Hubungn ketiga unsur yang dikemukakan Pierce terkenal dengan nama segitiga semiotika.61 Proses tiga tingkat di antara tanda, objek, dan interpretan yang dikenal sebagai proses semiosis ini niscaya menjadi objek kajian yang sesungguhnya dari setiap hasil studi semiotika. Peirce menggolongkan tanda berdasarkan 60
Okke. K.S. Zaimar, Semiotik dan Penerapannya dalam Karya Sastra, Jakarta: Pusat Bahasa, 2008, hal. 5 61 Sumbo Tinarbuko, Op. cit, hal. 13
26
keberadaannya menjadi tiga macam yang disebut sebagai teori segitiga makna atau triangle meaning, penjabarannya sebagai berikut62 : 1. Ground/ Representamen (sign) a) Qualisign (Qualit Sign) Merupakan sifat, kualitas, karakter yang ada pada penanda yang bertalian dengan kualitas. Misalnya, kata–kata kasar, keras, lemah, lembut, merdu, dan sebagainya. b) Sinsign (singular Sign) Tanda ini bersifat istimewa, berbentuk tunggal, unik, dibuat berlainan dengan karya lain, dan hadir atas dasar kenyataan (eksistensi aktual). Contohnya, kata air sungai keruh yang menandakan bahwa ada hujan di hulu sungai. c) Legisign (Lex Sign) Merupakan tanda yang hadir karena konvensi umum dan berlaku umum. Tanda ini juga bisa berupa peniruan yang kemudian melahirkan arti baru, berjumlah lebih dari satu dan terkesan indah karena disepakati. Contohnya, adalah rambu–rambu lalu lintas dan kode–kode matematika. 2. Acuan Tanda (objek) a) Ikon Ikon adalah tanda yang berhubungan antara penanda dan petandanya bersifat bersamaan bentuk ilmiah. Atau dengan kata lain, ikon adalah 62
Alex Sobur, Op.cit, hal. 41
27
hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan. Misalnya, potret dan peta. Dari sistem triadik semiotik ini, Peirce membuat tiga subklasifikasi ikon, yaitu ikon tipologis, ikon diagramatik, dan ikon metaforis63. (1) Ikon tipologis adalah hubungan yang berdasarkan kemiripan bentuk, seperti lukisan realis dan peta. (2) Ikon diagramatik adalah hubungan yang berdasarkan kemiripan tahapan, seperti diagram. (3) Ikon metafora adalah hubungan yang berdasarkan kemiripan meskipun hanya sebagian yang mirip, seperti bunga mawar dan gadis dianggap mempunyai (kecatikan, kesegaran). Namun, kemiripan ini tidak ttal sifatnya. b) Indeks Indeks adalah tanda yang menunjukan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab– akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan. Contoh yang paling jelas ialah asap sebagai tanda adanya api. c) Simbol Simbol adalah tanda yang menunjukan hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya, hubungan diantaranya bersifat arbiter, hubungan berdasarkan konvensi (perjanjian) masyarakat.
63
Okke. K.S. Zaimar, Op.cit, hal. 6
28
Ikon
Indeks
Simbol
Lukisan ular
Suara ular
Diucapkan kata ular
Gambar ular
Bau Ular
Makna gambar ular
Pahatan ular
Gerakan ular
Makna bau ular
Foto ular
Gesekan ular
Makna gerakan ular
3. Pengguna tanda (interpretant) Peirce menjelaskan bahwa tanda dapat diklasifikasikan menjadi tiga tahapan. Berikut ini adalah tahapan yang berdasarkan hubungan antara interpretan dengan tanda64 : a) Rheme Tanda yang tidak benar atau tidak salah, seperti hampir semua kata tunggal kecuali ya atau tidak. Rheme merupakan tanda kemungkinan kuatitatif yang menggambarkan semacam kemungkinan objek. b) Dicent Tanda yang mempunyai eksistensi yang aktual. Sebuah proposisi, misalnya merupakan dicent. Proposisi memberikan informasi, tetapi tidak menjelaskan. Decisign bisa benar dan juga bisa salah, tetapi tidak memberikan alasannya kenapa hal tersebut bisa terjadi. c) Argument Tanda hukum yakni sebuah hukum yang menyatakan bahwa perjalanan
premis
untuk
menghasilkan sebuah kebenaran. 64
Ibid, hal. 7
mencapai
kesimpulan
cenderung
29
Semiotika pada kenyataannya adalah ilmu yang terbuka bagi berbagai interpretasi dan logika interpretasi bukanlah logika matematika yang hanya mengenal kategori besar atau salah. Logika semiotika adalah yang tidak mengukur interpretasi berdasarkan besar atau salah, melaikan derajat kelogisannya65. Charles
Sanders
Peirce
menegaskan
bahwa
manusia
hanya
dapat
berfikir dengan sarana tanda. Tanpa tanda manusia tidak dapat berkomunikasi. Studi tentang lambang (termasuk tanda) yang merepresentasikan obyek (benda, gagasan, situasi, perasaan, kondisi) di luar dirinya. Konsep ini terpadu dalam banyak teori yang berhubungan dengan bahasa, wacana, dan kegiatan nonverbal. Makna muncul dari hubungan segitiga (triad of meaning): obyek (referent), pikiran (reference), dan lambang. Ilmu tentang makna semantik, tentang hubungan langsung antara lambang dan objeknya. Kamus merupakan buku acuan Sintaksis, tentang hubungan antar lambang. Lambang tidak berdiri sendiri, melainkan bersama lambang-lambang lain, dalam suatu sistem lambang yang lebih besar yang disebut kode. Di sini, lambang dapat verbal atau nonverbal. Pragmatika, tentang kegunaan praktis lambang pada manusia di tengah budaya tertentu. Dari perspektif semiotika, untuk sukses komunikasi kita tidak cukup memahami lambang-lambang secara terpisah, tetapi juga tata bahasa (sintaks) yang mengatur pola hubungan antar lambang, serta budaya masyarakat yang menggunakannya.66
65
Yasraf Amir Pilliang, Semiotika dan Hipersemiotika: Kode Gaya & Matinya Makna, Ed. 4, Bandung: Matahari, 2012, hal. 300 66 http://www.scribd.com/doc/52617825/ TEORI-SEMIOTIKA, pada tanggal 21 Juli 2013, pukul 00.23
30
2.3 Musik sebagai Media Komunikasi Musik adalah bagian penting dari kehidupan, bahwa semua orang suka dan bahwa setiap orang harus memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam musik. Purwacaraka percaya musik merupakan sebuah gambaran nilai instrinsik seseorang terhadap keterampilan sosial dan akademis.67 Disadari atau tidak, dalam kehidupan kita sehari–hari banyak melibatkan musik. Karena definisi yang paling mendasar dari musik itu sendiri adalah merupakan bunyi yang teratur. Namun sebenarnya musik itu sendiri mempunyai banyak kegunaan dalam kehidupan kita sehari–hari, mulai dari janin di dalam perut hingga saat kita menjadi dewasa dan tua bisa memanfaatkan musik. Sehingga tidak heran bila dunia musik selalu berkembang seiring dengan kebutuhan dan perkembangan umat manusia68. Musik merupakan kesenian yang diciptakan untuk mengutarakan pikiran dan perasaan dari penciptanya. Karena musik merupakan media berkomunikasi antara pencitanya dengan audience menggunakan bahasa–bahasanya tersendiri. Musik tidak hanya sekedar kumpulan dari lagu–lagu saja, namun seiring perkembangan musik bukan hanya instrumennya saja, tetapi melibatkan semua unsur musik yang terkandung didalamnya69. Musik bukanlah bahasa yang melukiskan bagaimana masyarakat itu terlihat, tetapi merupakan ekspresi metamorfosis, dari perasaan yang menghubungkan
67
http://www.purwacarakamusicstudio.com/ , pada tanggal 24 Juli 2013, pukul 08. http://www.mmactoraja.com/2012/08/musik-dan-manusia.html, pada tanggal 16 Novembe 2013 pukul 00.30 69 Ibid. 68
31
dengan kenyataan yang ada.70 Musisi dan audiences-nya dapat menjadi aktoraktor sosial; dimana mereka memerankan dunia di sekitar mereka, mereka juga menginterpretasi dan merubahnya. Musik dipandang sebagai media penyalur ekspresi manusia jika bentuk ekspresi tersebut tidak ditujukan untuk menimbulkan makna bagi orang lain. Tetapi jika bentuk ekspresi tersebut bertujuan menimbulkan makna bagi orang lain, maka yang terjadi adalah musik sebagai ekspresi dan komunikasi manusia 2.3.1 Desain Cover Sebagai Representasi Musik Desain cover album tidak banyak berbeda dengan desain poster. Berangkat dari hal itu bisa diartikan bahwa pesan menempel pada kemasannya. Artinya para partisipan komunikasi memberi makna dan membangun pesan dengan sesuka hati. Dengan kata lain, studi pesan membicarakan tentang bagaimana pesan dikemas untuk mendapatkan hasil optimal dalam berkomunikasi. Dalam semiotika komunikasi, sampul album termasuk dalam pesan dalam bentuk kemasan. Sampul album ini merupakan media komunikasi bagi artis yang digunakan untuk mengemas karyanya yang dikumpulkan dalam satu album untuk memperindah produknya. Fungsi utama dari cover album adalah menciptakan jembatan image antara musik yang diusung dalam album dengan gambaran visual yang mencerminkan pesan dari band tersebut.71 Jadi fungsi cover album sebagai media penyampai isi pesan dari musisi kepada pendengarnya.
70 71
James Lulls. Popular Music and Communications. Beverly Hills: Sage, 1992 hal. 52 Ibid., hal. 122
32
Dinamika gaya seni murni dan desain grafis dalam cover merupakan satu dari sekian hal yang mewarnai perjalanan seni rupa. Fashion, musik, arsitektur, juga film dalam perjalanannya diwarnai dengan kehadiran gaya–gaya baru dalam dunia desain, selain menjadi sarana komunikasi, gaya baru juga menjadi alat apresiasi dan manifestasi nilai–nilai yang dianut seorang pencipta (creator). Dalam konteks ini tidak terbatas oleh visual namun menyangkut nilai–nilai yang disimbolkan.72 Desain cover album musik merupakan sebuah karya desain grafis yang dituangkan pada sebuah cover atau sampul depan dari album musik agar dapat memunculkan gambaran dari tema yang sesui dengan isi atu karakter musik didalamnya, serta publik diharapkan akan lebih mudah mengerti dengan apa maksud pesan yang akan disampaikan sang musisi 2.3.2 Elemen – Elemen Dalam Cover Komunikasi dalam bentuk visual, desain komunikasi visual berhadapan langsung dengan sejumlah alat, teknik, bahan dan keterampilan. Seperangkat alat (element) yang dimanfaatkan oleh desain komunikasi visual, antara lain adalah aspek visual yang meliputi bentuk ilustrasi, layout, warna, serta aspek verbal yang terdiri teks dan tipografi (jewler, dan drewniany, 2001 : 57).73 1. ElementVerbal : Teks Teks menurut kamus besar Indonesia ialah ungkapan bahasa atau tata kalimat berupa perumusan simbolik berupa tulisan yang
72
Tim Penulis Program Studi Desain Komunikasi Visual FSR ISI, Irama Visual, Yogyakarta: Jalasutra, 2009, hal. 55 73 Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, Yogyakarta: Jalasutra, 2008, hal. 37
33
diproyeksikan pada sebuah bidang atau media yang dapat ditulis dalam bentuk verbal. Seperti: judul album, nama penyayi, Tipografi Tipografi didalam cover album merupakan bagian dari rancangan grafis yang diciptakan dengan harapan dapat mewakili konsep, karakteristik serta kekuatan dari kata- kata guna mewakili isi dari lagu didalamnya. Tipografi ialah ilmu yang secara mempelajari menegenai huruf umumnya. Hal tersebut serupa dengan pendapat Danton Sihombing dalam bukunya tipografi dalam desain grafis: “pengetahuan mengenai huruf yang dipelajari dalam sebuah disiplin seni disebut tipografi74. Lebih jauh tipografi banyak mempelajari tentang karakteristik, anatomi, ekspresi, persepsi, pesan visual. Tipografi merupakan bagian penting dalam desain grafis, dengan pemiihan jenis huruf yang tepat akan dapat menghasilkan rancangan desain yang sesuai dengan karakteristik yang diinginkan. Ada beberapa klsifikasi huruf dibuat berdasarkan latar belakang sejarah perkembangan tipografi diambil dari peristiwa-peristiwa penting perjalanan sejarah penciptaan dan perkembangan bentuk huruf.
74
3
Danion Sihombing, Tipografi dalam desain grafis, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001, hal.
34
Untuk mempermudah pemahaman terhadap pengklasifikasian huruf, berikut ini adalah pengelompokan jenis-jenis huruf75: a. Humanist (Hand writing/ Manual)
-
Serupa dengan klasifikasi naskah namun lebih alami.
-
Pendekatan pada tulisan tangan.
-
Memiliki ekor pada akhir goresan
-
Kontras sedang antara stroke
b. OldStyle (Garalde)
-
Pada huruf lengkung/bulat, garis poros miring ke kiri.
-
Terlalu nampak jelas perbedaan antara goresan yang tebal dan yang tipis.
-
Kebanyakan (mengumpul)
-
Light dan medium style-nya sangat baik dipakai teks
-
Huruf besar umumnya disajikan dalam ukuran yang lebih pendek dibandingkan dengan membesarkan ukuran pada huruf kecil.
c. Modern (Didone) http://justcreative.com/featured-articles/type-classification-ebook/ pada tanggal 07 Januari 2015, pukul 01:00 75
35
-
Melambangkan
perkembangan
tipografi
pada
abad
kedelapan belas. -
Adanya penekanan vertical yang kuat dan hairlines
-
Serif lurus.
-
Ekstrim kontras antara stroke tebal dan tipis.
d. Transitional
-
Masih
sangat
dekat
dengan
Old
Style
meski
karakteristiknya sedikit berubah. -
Perbedaannya dengan Old Style adalah pada vertical stress yang tidak mengalami kemiringan seperti pada Old Style.
-
Tipis-tebal garis: sedikit kontras
e. Sans Serif (Lineal)
-
Kesederhanaan dan kerapihan.
-
Mengusulkan banding kebangkitan baru dan perhatian.
-
Porposional (ukuran dan ketebalannya).
36
-
Tidak dapat digunakan pada layout yang besar dan padat.
f. Slab Serif (Mechanistic)
-
Serif segi empat biasanya tidak mengumpul sejajar dengan dasar.
-
Tipis-tebal garis : sedikit kontras bahkan tidak ada.
-
Huruf-huruf
dalam
kelompok
huruf
ini
umumnya
cenderung lebar. -
Tidak untuk teks, bagus untuk advertising.
g. BlackLetter (Gothik)
-
Style ini dapat juga dikatakan sebagai ‘Gothic’ Style.
-
Tulisan bergaya ‘Gothic’ secara umum sangat dekoratif, berkesan berat dan hitam.
-
Berasal dari tulisan tangan.
h. Display (decorative)
Tipe ini dikenal sebagai wajah baru dan dirancang khusus untuk dekoratif.
37
-
Untuk dekoratif atau display.
-
Biasanya digunakan untuk kata tunggal atau untuk judul.
-
Tinggkat keterbacaan kurang.
-
Dapat menciptakan emosional yang tinggi untuk produkproduk tertentu.
-
Biasanya terpisah.
i. Script
-
Berdasarkan tulisan tangan.
-
Sering dihiasi dengan flourishes.
-
Huruf biasanya sangat bulat dan miring ke kanan.
-
Memiliki dua gaya ketebalan garis.
j. Manual (Hand Witten)
-
Seperti tulisan tangan.
-
Memiliki variasi yang beragam (banyaknya jumlah font)
-
Lebih baik tidak memiliki banyak ruang antar kata
-
Memiliki sifat menonjolkan (tampil memimpin)
38
2. Elemen Visual Ilustrasi Ilustrasi ialah salah satu unsur daya tarik yang ditonjolkan pada cover
album. Dalam
pembahasan ilustrasi
terdapat
beberapa
pengertian, antara lain : a. Setiap gambar, lukisan, diagram, foto atau gambar lainnya yang diperbanyak dalam publikasi untuk menjelaskan atau menambahkan teks76. b. Suatu istilah yang terkadang digunakan khusus untuk membedakan gambar yang diambil dari sebuah foto. Ilustrasi merupakan salah satu unsur penting yang sering diguakan dalam komunikasi desain, karena sering dianggap sebagai bahasa universal yang dapat menembus rintangan yang ditimbulkan oleh perbedaan bahasa kata-kata. Ilustrasi (termasuk foto, diagram, grafik, peta, dan tanda- tanda) dapat menggungkapkan suatu hal secara lebih berhasil guna dari pada teks77. Warna Warna adalah salah satu unsur dalam daya tarik visual, kenyataannya wana lebih memiliki daya tarik pada emosi ketimbang akal. Warna sangat mempengaruhi penyajian ilustrasi hingga pengambilan keputusan seseorang. Jika seseorang menyukai warna
76 77
Alastair Campbell, The desaigne’s Lexicon, San Fransisco, 2000, hal. 316 Dendi Sudiana, Komunikasi Periklanan Cetak, Bandung: Remadja Karya, 1986, hal. 13
39
tertentu, kemungkinan besar orang tersebut akan memutuskan dan memilih objek dengan warna yang disukainya. Definisi warna itu sendiri adalah suatu mutu cahaya yang dipantulkan dari suatu objek ke mata manusia yang menyebabkan kerucut–kerucut warna pada retina beraksi yang memungkinkan timbulnya gejala warna pada objek yang dilihat sehingga mengubah persepsi manusia78. Desain sampul, warna merupakan elemen yang dapat mempengaruhi kondisi emosional seseorang. Warna akan meraih target melalui : a. Respon Fisiologis Warna menarik perhatian, betapa netralnya pesan yang disampaikan. Warna mampu membuat daya tarik. b. Respon psikologis Warna dapat menyatakan kehangatan, kedinginan, kualitas, rasa hati dan emosi lainnya, karena warna berdasarkan pada tabiat atau mood manusia. c. Respon Emosional Menyampaikan
kesenangan
dan
untuk
meningkatkan
penampilan, tetapi pengguna perlu diyakinkan bahwa ini akan meningkatkan daya tarik79.
78 79
Iwan Wirya, Kemasan yang Menjual, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1999, hal. 28-29. Danger E.P, Memilih Warna Kemasan, Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo, 1992, hal. 51
40
Warna memiliki fungsi praktis dalam aplikasi grafis jika dilihat selain nilai dekorasinya. Berikut ini merupakan beberapa fungsi warna yang relevan dengan desain sampul : a. Fungsi Estetis Secara umum warna telah diketahui memiliki kekuatan untuk membangkitkan rasa keindahan. Dalam hal tersebut kita menamakan adanya keharmonisan warna. Dalam warna kita yemui bangkitnya efek yang menyenangkan oleh dua atau lebih terhadap masing-masing.80 b. Fungsi Isyarat Seperti penggunaan warna-warna terang akan lebih menarik perhatian walaupun pada jarak penglihatah yang relative jauh, karena warna terang akan memantulkan cahaya lebih jauh daripada warna gelap. Sedangkan penggunaan kombinasi dari warna-warna gelap dapat digunakan dengan tujuan menarik perhatian dalam jarak yang cukup dekat, dengan tujuan-tujuan khusus dari si perancang tersebut. Seperti: membuat suasana menakutkan, mencekam, bahkan sifat eksklusif. c. Fungsi Psikologis Warna mampu membangkitkan perasaan dan keinginan seseorang. Pemilihan warna dan penggunaan kombinasi warna yang tepat akan sangat mempengaruhi kondisi yang ingin 80 Rino Gumilar , Skripsi: Memahami Poster Sosial Melalui Pendekatan Ilustrasi Simbolis (Studi Kasus Poster Pemenang Lomba Poster HIV/AIDS dan Narkoba Yayasan Galang Yogyakarta dan Ford Foundation), Yogyakarta, 2003, hal. 12
41
digambarkan didalam sampul. Warna yang ada dalam sebuah objek pasti akan menciptakan dampak psikologis terhadap orang yang melihatnya sesuai dengan pengalaman, sehingga pada akhirnya mempengaruhi emosinya.
d. Fungsi Keterbacaan Beberapa kombinasi warna memiliki keterbacaan lebih baik ketimbang lainnya. Dalam menentukan warna yang mudah terbaca pada penggunaan tipografi akan membawa efek pada yang melihat, sehingga pada akhirnya warna akan berdampak dua kali lebih banyak. Pada akhirnya memungkinkan dapat mencegah adanya kesalahan dalam membaca. Pada atribut warna, pemilihan warna dengan karakteristik tertentu akan memberi kesan dalam sebuah sampul. Pemilihan tersebut memiliki sejumlah atribut dasar yang diperoleh melalui penelitian dan pengalaman; sebagian bersifat emosional dan sebagian lagi dating dari tanggapan fisiologis, psikolofism dan optik yang dipacu oleh warna. Secara menyeluruh atribut warna tersebut terdiri atas: usia, asosiasi, suasana hati, mode, pasar, kepribadian, preferensi, tradisi, keterlihatan dan kehangatan81.
81
Haryono, Agung, Visualisasi Poster Film Peraih Oscar Katergori Best Picture dari Tahun 1927 sampai tahun 1979, Surabaya, 2003
42
a. Usia Beberapa warna memiliki daya tarik pada muda-muda dan kurang begitu menarik bagi orang tua. Hal ini sangat berpengaruh terhadap jenis lagu tersebut, karena hal ini juga disesuaikan dengan usia orang yang akan melihatnya. b. Asosiasi Warna memiliki asosiasi terhadap lingkungan, rumah, agama, politik
dan
lain
sebagainya.
Asosiasi
warna
maupun
menyampaikan karakteristik dari sebuah sampul album. Contoh warna gelap akan terkesan dingin dan mencekam. c. Suasana hati Warna memiliki perasaan dan menyampaikan suasana hati yang bermacam-macam. Warna yang sesuai dapat dipakai untuk mempengaruhi
atau
menyampaikan
suatu
citra,
missal:
keanggunan. Dalam penggunaan warna dalam segala sampul yang bergenre liburan, kesenangan, dan lainnya condong menggunakan
warna-warna
terang
dan
cerah
untuk
menggambarkan suasana tersebut. d. Mode Warna-warna dapat menciptakan tren terhadap segala hal seperti ( pakaian, mobil, rumah) tanpa kecuali sampul.
43
e. Seks Beberapa warna memiliki daya tarik yang lebih pada perempuan dari pada pria. Kebanyakan warna mempunyai konotasi seksual. Misalnya sampul Kety Perry, ia menggunakan warna-warna yang mencerminkan feminisme. f. Tradisi Ada warna tradisi dan ide dekoratif yang dapat dipakai secara tepat pada sebuah sampul album denan genre metal, sampulnya dinominasi dengan warna gelap dan cenderung hitam. g. Kepribadian Dalam psikologis, manusia terdiri dari beberapa kepribadian yang mana memiliki keterkaitan dengan warna. Misalnya orang Sanguis yang cenderung menyukai warna yang cerah dan energenik. h. Pasar Pasar diartikan sebagai komunitas dari masyarakat. Beberapa warna mewakili komunitas yang ada di dalam masyarakat. i. Keterlihatan Keterlihatan merupakan salah satu hal yang penting dalam sampul, agar dapat terlihat dan terbaca dengan baik judul maupun nama artis.
44
Layout Menurut Rustan (2008:0) Layout dapat dijabarkan sebagai tata letak element desain terhadap suatu bidang dalam media tertentu untuk mendukung konsep/ pesan yang dibawanya. Istilah layout pada dunia grafis sering diidentikkan dengan koposisi atau tata letak. Pada layout, teks harus rapi dengan penempatan hasil setting serta ruang untuk ilustrasi. Menurut Reichert, suatu layout yang baik mampu membuat pembacanya menilai produk yang ditawarkan merupakan produk yang bagus dan bukan iklan yang bagus. Menurut Frank Jefkins, terdapat delapan patokan dasar dalam merancang sebuah layout yakni82: a. Hukum kesatuan (The law of unity) Adanya kesatuan komposisi yang baik dan enak dilihat. b. Hukum Keberagaman (The law or variety) Adanya variasi untuk beberapa hal, seperti ketebalan dan ukuran huruf. c. Hukum keseimbangan (The law of balance) Adanya keseimbangan pada ruang tata letak antara ilustrasi dengan teks. d. Hukum irama (The law of rhythm) Adanya irama yang menimbulkan rasa nyaman bagi mata pembaca atau pengamat.
82
R. Mawardi, Saduran Basic Design, Yogyakarta, 1994, hal. 8
45
e. Hukum harmoni (Thelaw of harmony) Bagian- bagian dari suatu layout dirancang secara harmonis dan tidak monoton. f. Hukum proporsi (The law of proportion) Berkaitan dengan dengan jenis ukuran huruf yang dipergunakan serta ukuran ilustrasi pada layout tersebut. g. Hukum skala (The law of scale) Jarak penglihatan tergantung pada skala nada dan warna. Diperlukan adanya kekontrasan untuk penekanan pada bagianbagian tertentu pada layout. h. Hukum penekannan Untuk menunjukan suatu hal yang penting, maka perlu diberi penekanan pada bagian yang dianggap penting. 2.3.3 Karakteristik Cover Menurut Alexander Nesbitt dalam Gumilar, diungkapkan mengenai karakteristik dasar sampul yang baik yaitu “These are ttree characteristics or factors that are essential to good poste, they, are simplicity, unity and surprise”83. 1. Simplicity (kesederhanaan) Sederhana dalam seni atau desain berarti tidak ruwet, jelas atau mungkin yang disederhanakan dalam garis- garis, bentuk- bentuk dan 83
Gumilar, Rino, Skripsi: Memahami Poster Sosial melalui Pendekatan Ilustrasi Simbolis (Studi Kasus Poster Pemenang Lomba Poster HIV/AIDS dan Narkoba Yayasan Galang Yogyakarta dan Ford Foundation), Yogyakarta, 2003, hal. 24
46
warna- warna yang sedikit mungkin. Agar unsur tersebut dapat menggambarkan suatu arti kepada yang melihat dalam sekilas pandang, unsur- unsur tersebut jangan sampai hilang dalam suatu liku- liku penggambaran yang tidak mengena dan tidak perlu, sehingga tercipta saling berhubungan antara yang satu dengan yang lain84. 2. Unity (kesatuan) Kesamaan dalam suatu desain oleh adanya saling hubungan antara unsurunsur yang satu dengan yang lainnya. Suatu desain yang baik adalah desain yang tidak satu apapun lagi yang ditambah lagi padanya, dan yang dalam pada itu tidak satupun yang boleh dikurangkan daripadanya tanpa menyebabkan suatu kehampaan atau rasa kehilangan atau kekurangan. 3. Surprise (kejutan) Surprise di dalam suatu desain haruslah ada, sebagai daya tarik atau penagkap pandang. Dari sini dapat dikembangkan ke segala arah untuk menuruti atau mengikuti garis seni dan selanjutnya bisa dikatakan bahwa bagian tersebut menggerakan mata ke suatu arah dan karenanya menghilangkan sifat statis di dalam komposisi. Desain yang baiklah hendaknya mempunyai permulaan dan akhir yang mempunyai kejutan.
84
Mawardi R, Op.cit., hal.3