5
BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1.
Tinjauan Pustaka
2.1.1. Media Cetak dan Jenisnya Dikenal dua jenis media massa, yakni media elektronik dan media cetak (printed media), dengan karakteristirk tersendiri yang memiliki segala kelebihan dan kekurangannya. Pengertian media cetak bisa diartikan sebagai sebuah media penyampai informasi yang memiliki manfaat dan terkait dengan kepentingan rakyat banyak, yang disampaikan secara tertulis. Media cetak merupakan bagian dari saluran informasi masyarakat di samping media eletronik dan juga media digital. Melihat dinamika masyarakat yang demikian pesat, media cetak dianggap sudah tertinggal dibandingkan dengan dua pesaingnya yakni media elektronik dan media digital. Meski demikian, bukan berarti media cetak sudah tidak mampu meraih konsumen yang menantikan informasi yang dibawanya. Dari pengertian media cetak tersebut, nampak ada keunggulan media ini dibandingkan dua pesaingnya tersebut. Media cetak bisa menyampaikan sebuah informasi secara detail dan terperinci. Sementara untuk media elektronik dan digital, mereka lebih mengutamakan kecepatan informasi. Sehingga tak jarang informasi yang disampaikan lebih bersifat sepotong dan berulang-ulang 1. Media cetak seperti surat kabar, buku-buku, dan majalah mampu memberikan pemahaman yang tinggi kepada pembacanya karena sarat dengan analisis yang lebih mendalam dibanding media lainnya (Cangara, 1998). Selain itu, Wahyudi (1992) dalam Indardi (2002) mengungkapkan bahwa kelebihan media cetak adalah dapat dibaca kapan dan dimana saja. Akan tetapi, terdapat kelemahan dari media cetak. Menurut Kertapati (1986), Kelemahan dari media cetak yang dapat ditemukan adalah, untuk dapat menyampaikan penjelasan pesanpesan diperlukan banyak kata dan kalimat yang harus dicetak atau ditulis, ini berarti lebih banyak yang harus dibaca dan waktu yang diperlukan. Hal demikian 1
Diunduh dari http://www.worldcat.org/direktoratjenderal pembinaanpersdangrafika [4 Oktober 2011]
6
memerlukan kesabaran dan keuletan untuk membacanya. Biasanya banyak orangorang yang karena gangguan emosional, kelemahan fisik, dan kurang terlatih membaca, syarat-syarat tersebut tidak dapat terpenuhi, mereka inilah yang tidak pernah selesai membaca sesuatu sampai tuntas. Secara umum, jenis media cetak yang ada di Indonesia diklasifikasikan menjadi delapan bagian. Pengklasifikasian tersebut, didasarkan pada waktu terbit media tersebut adalah: (1) surat kabar harian, (2) surat kabar mingguan, (3) majalah mingguan (4) majalah tengah bulanan, (5) majalah bulanan, (6) majalah dwi bulanan, (7) majalah tribulanan, (8) buletin. Media cetak bisa berupa buku, majalah, brosur, surat kabar, leaflet, poster dan sebagainya. Untuk surat kabar, dikenal adanya surat kabar umum yang memuat berbagai informasi. Menurut Rachmadi (1990), surat kabar merupakan pengertian pers dalam arti sempit, yang dalam pengertian sehari-hari surat kabar itu diterbitkan harian, sedangkan mingguan, bulanan, triwulan biasanya disebut majalah. Selain itu, pengertian surat kabar merupakan sumber informasi terperinci dan interpretasi tentang masalah-masalah umum. Dari pernyataan tersebut terlihat bahwa pentingnya surat kabar itu terletak pada aspek informasi dan edukasi yang dibawakannya. Sebagai medium komunikasi, surat kabar mempunyai fungsi yang mendasar, yaitu: 1. Memberi informasi yang obyektif kepada pembaca mengenai apa yang terjadi di lingkungannya, negaranya, dan yang terjadi di dunia. 2. Mengulas berita-beritanya dalam tajuk rencana dan membawa perkembangan menjadi fokus (sorotan). 3. Menyediakan jalan bagi orang yang akan menjual barang dan jasa untuk memasang iklan. Ciri dan sifat media yang dipergunakan dalam rangka kegiatan jurnalisme amat berpengaruh kepada komponen-komponen proses komunikasi lainnya. Jurnalistik surat kabar tentu berbeda dengan jurnalistik majalah, jurnalistik radio maupun dengan jurnalistik televisi meskipun dalam hal-hal tertentu ada kesamaannya. Ciri-ciri surat kabar menurut Effendy (2003) adalah: (a) publisitas, ialah bahwa surat kabar diperuntukkan umum; karenanya berita, tajuk rencana, artikel, dan lain-lain harus menyangkut kepentingan umum, (b) universalitas,
7
menunjukkan bahwa surat kabar harus memuat aneka berita mengenai kejadiankejadian di seluruh dunia dan tentang segala aspek kehidupan manusia, dan (c) aktualitas, ialah kecepatan penyampaian laporan mengenai kejadian di masyarakat kepada khalayak. Dibandingkan dengan media elektronik yang menyiarkan pemberitaan seperti radio dan televisi, maka ditinjau dari Ilmu Komunikasi, sifat surat kabar adalah sebagai berikut: a. Terekam Ini berarti bahwa berita-berita yang disiarkan surat kabar tersusun dalam alinea, kalimat, dan kata-kata yang terdiri dari huruf-huruf, yang dicetak pada kertas. Dengan demikian, setiap peristiwa atau hal yang diberitakan terekam sedemikian rupa sehingga dapat dibaca setiap saat dan dapat diulang kaji; bisa dijadikan dokumentasi dan bisa dipakai bukti untuk keperluan tertentu. b. Menimbulkan perangkat mental secara aktif Karena berita surat kabar yang dikomunikasikan kepada khalayak menggunakan bahasa dengan huruf yang tercetak “mati” di atas kertas, maka untuk dapat mengerti maknanya pembaca harus menggunakan perangkat mentalnya secara aktif.
2.1.2. Tabloid Sebagai Salah Satu Media Cetak Surat kabar tumbuh dan berkembang dan mulai bereksperimen dengan diferensiasi produk ke segmen pasar, salah satunya adalah tabloid. Tabloid merupakan istilah suatu format surat kabar yang lebih kecil, meskipun tidak ada standar untuk dimensi yang tepat dari format tabloid. Ukuran tabloid 597 mm × 375 mm dari ukuran standar koran harian sedangkan ukuran format tabloid yang populer di Inggris kira-kira 430 mm x 280 mm 2. Kemunculan tabloid dimulai dengan sesuatu hal baru yang ekstrim dan dikenal dengan “Yellow Journalism”. Yellow Journalism merupakan sebuah perang dramatis antara ‘Morning Journal’ milik Hearts dan ‘World’ milik Pulitzer dengan masing-masing menggunakan gaya jurnalistik yang bersifat sensasional
2
Di unduh dari http://id.wikipedia.org/wiki/Tabloidnewspaperformat
8
(menggemparkan). Yellow Journalism menjadi gaya jurnalistik yang terkenal dengan menggunakan gaya pada foto-foto sensaional, pilihan-pilihan cerita, topik utama berukuran besar, dan sebuah penekanan yang lebih kepada kepribadian dan kisah-kisah kemanusiaan yang menarik. Tabloid mengambil lebih lanjut tren sensasionalis yang ditandai banyak harian sekitar Tahun 1900. Tabloid biasanya juga dikaitkan dengan penerbitan surat kabar reguler non harian (mingguan, dwimingguan, dll), yang terfokus pada hal-hal yang lebih "tidak serius" dan mereka menampilkan judul tebal dan foto mengejutkan yang difokuskan pada perceraian, pembunuhan, dan kejahatan lainnya, dll. Meskipun demikian, dalam beberapa tahun terakhir, beberapa surat kabar harian nasional telah pula mulai menggunakan format tabloid (Straubhaar dan La Rose, 2000).
2.1.3. Konsep dan Nilai Berita dalam Tabloid Menurut Assegaff (1985), berita adalah fakta atau gagasan (ide) akurat yang dapat menarik perhatian orang banyak; berita adalah sesuatu yang dapat disiarkan tepat pada waktunya dan dapat menarik perhatian umum; pernyataan antar manusia yang bertujuan memberitahu; pernyataan yang bersifat umum dan aktual, disiarkan oleh wartawan untuk kepentingan para media massa. Charnley (1965) dalam Effendy (2003), menyatakan bahwa berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau opini yang mengandung hal yang menarik minat atau penting, atau kedua-duanya, bagi sejumlah besar penduduk. Sementara itu Wahyudi (1996) menyatakan bahwa berita adalah uraian tentang peristiwa/fakta dan atau pendapat yang mengandung nilai berita, dan yang sudah disajikan melalui media massa periodik. Dari definisi yang ada terdapat perhatian terhadap konsep berita utama yang menguasai pikiran wartawan dalam mencari, menyusun, dan menyiarkan berita yang dikemukakan oleh Mott (1969) dalam Effendy (2003) adalah sebagai berikut : 1. Berita sebagai laporan tercepat (news as timely report) Konsep ini menitikberatkan pada “segi baru terjadinya” (newsness) sebagai faktor terpenting dari sebuah berita. 2. Berita sebagai rekaman (news as record)
9
Berita yang tercetak dalam surat kabar merupakan bahan dokumentasi. 3. Berita sebagai fakta objektif (news as objective facts) Bagi para wartawan, berita objektif ialah laporan mengenai suatu fakta yang diamatinya tanpa pandangan berat sebelah (bias) yang berarti pula merupakan laporan yang jujur. 4. Berita sebagai interpretasi (news as interpretation) Dalam situasi yang kompleks yang menyangkut bidang politik, ekonomi, maupun ilmu pengetahuan, suatu fakta perlu dijelaskan mengenai sebab-sebab, latar belakang, akibat, situasi, dan hubungannya dengan hal lain-lain agar pembaca mengerti. 5. Berita sebagai sensasi (news as sensation) Terdapat unsur subjektif, yakni bahwa sesuatu yang mengejutkan (shocks) dan yang menggetarkan atau mengharukan bagi pembaca yang satu akan berlainan dengan pembaca yang lain. 6. Berita sebagai minat insani (news as human interest) Berita yang dipandang bukan karena pentingnya peristiwa yang dilaporkan, tetapi karena sifatnya menyentuh perasaan insani. 7. Berita sebagai ramalan (news as prediction) Wartawan cenderung untuk menaruh perhatian kepada masa depan dari masa kini dan masa lalu. Pada umumnya khalayak mengharapkan berita yang berupa informasi mengenai kejadian kini, juga ramalan yang masuk akal mengenai masa depan. 8. Berita sebagai gambar (news as picture) Gambar-gambar yang disajikan dalam halaman surat kabar seringkali lebih efektif daripada yang diterangkan melalui kata. Terdapat empat unsur yang harus dipenuhi oleh sebuah berita dan sekaligus menjadi karakteristik utama sebuah berita yang layak dipublikasikan di media massa (Romli, 2000 dalam Luthfie, 2005). Keempat unsur tersebut adalah (a) cepat, yakni aktual atau ketepatan waktu, (b) nyata, yakni informasi tentang sebuah fakta (fact), bukan fiksi atau karangan, (c) penting, artinya menyangkut kepentingan orang banyak, (d) menarik, artinya mengandung orang untuk membaca berita tersebut.
10
Pemberitaan suatu berita biasanya tidak terlepas dari nilai berita bersangkutan. Menurut Junaedhie (1991), nilai berita adalah ukuran baik-tidaknya suatu berita untuk dipilih dan dipublikasikan. Nilai-nilai berita yang tinggi biasanya selalu berkaitan dengan kecepatan penyajian, kedekatan berita dengan masyarakat, kaitannya dengan nama-nama mashyur, dampak berita, dan sentuhan terhadap unsur-unsur kemanusiaan. Nilai berita menjadi acuan yang baik untuk para jurnalis dalam memilih kelayakan berita. Brook (1980) dalam Yunus (2010) menyebutkan kriteria umum nilai berita yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut: 1.
Proximity, atau kedekatan berita dari segi psikologis maupun geografis dengan khalayak pembaca. Kejadian yang dekat dengan pembaca akan menarik perhatian pembaca. Berita yang secara fisik dan psikologis dekat dengan khalayak akan semakin tinggi nilai beritanya.
2.
Timelines, atau aktual bahwa berita tersebut sedang atau baru terjadi. Waktu merupakan nilai berita yang amat penting. Berita adalah sesuatu yang baru, sedang berlangsung, dan seringkali adalah kelanjutan dari hari ini atau saat sebelumnya.
3.
Unusualness, atau keluarbiasaan bahwa berita adalah sesuatu yang luar biasa, bukan peristiwa biasa. Kejadian yang tidak lazim adalah berita besar. Nilai keluarbiasaan ini diteruskan oleh wartawan lewat kalimat-kalimat yang klise.
4.
Newness, atau kebaruan bahwa berita adalah semua yang terbaru. Kejadian-kejadian yang terbaru terangkum dalam berita.
5.
Impact, atau akibat bahwa berita memiliki dampak yang luas. Berita berkaitan dengan kejadian yang kemungkinan mempengaruhi kehidupan orang banyak, atau kejadian yang mempunyai akibat terhadap kehidupan pembaca.
6.
Information, berita adalah informasi. Informasi adalah hal yang dapat menghilangkan ketidakpastian. Fakta-fakta dikemukakan sebagai informasi, informasi mempunyai syarat bahwa harus ada fakta yang
11
diperoleh wartawan, kemudian fakta tersebut disampaikan kepada khalayak. 7.
Conflict, berita adalah konflik atau pertentangan. Peristiwa mengenai perang, perkelahian, pergulatan politik, bisnis, olahraga sangat menarik minat pembaca.
8.
Public figure, berita adalah tentang orang-orang penting. Publik akan tertarik untuk membaca, mendengarkan atau menonton berita yang berkaitan dengan orang-orang penting dan dikenal.
9.
Suprising, berita adalah kejutan yang datangnya tiba-tiba, di luar dugaan. Berita berkaitan dengan hal-hal yang besar secara kuantitatif.
10. Human interest, ketertarikan manusia bahwa berita dapat menggugah perasaan. Kejadian memberikan sentuhan perasaan bagi pembaca, kejadian yang menyangkut orang biasa dalam situasi luar biasa, atau orang besar dalam situasi biasa menarik perhatian pembaca. 11. Sex, berita adalah informasi yang terkait dengan jenis kelamin, terutama mengenai perempuan.
2.1.4. Jenis Berita Fakta atau pendapat dalam sebuah berita dapat disajikan dalam berbagai bentuk berita. Menurut Wahyudi (1996), terdapat dua jenis sajian berita yaitu bentuk berita langsung (straight news) dan berita mendalam (indepth news). 1.
Straight news atau berita langsung merupakan uraian fakta yang nilai beritanya kuat (penting), menarik dan harus disajikan secepatnya dengan minimal mengandung what, where, when, who, why, dan how (5W + 1H) serta dimulai dengan uraian terpenting ke kurang penting.
2.
Indept news atau berita mendalam merupakan fakta yang diuraikan dapat ditinjau dari banyak aspek dan direfleksikan dalam konteks permasalahan yang lebih luas, sehinga disebut uraian multilinear. Jenis berita mendalam ada tiga yaitu: a. Berita komprehensif, adalah uraian secara terperinci tentang peristiwa (fakta) dan atau pendapat yang mengandung nilai berita dengan menempatkan fakta itu sebagai mata rantai dalam konteks
12
permasalahan yang lebih luas di dalam suatu sistem sosial tertentu dan penyusunannya dilakukan dengan mengkombinasikan fakta dan pendapat langsung nara sumber secara berimbang, dinamis dan variatif berorientasi pada fakta utama. b. Berita interpretatif, adalah uraian fakta atau pendapat yang mengandung nilai berita, dengan menempatkan fakta atau pendapat itu pada satu mata rantai dan mereflesikannya dalam konteks permasalahan lebih luas. Dengan demikian, suatu fakta atau realita, ragam sumber informasi dapat memberikan pendapat menurut interpretasinya masing-masing. Penyusunan berita ini dilakukan dengan memilih topik yang sedang hangat ditengah masyarakat dan mencari fakta, serta pendapat lain yang relevan dengan topik yang dipilih. c. Berita investigatif, adalah uraian fakta atau pendapat yang mengandung nilai berita, dengan membandingkan antara fakta di permukaan dan fakta tersembunyi, yang diperoleh dengan menyusuri jejak melalui suatu investigasi. Tujuan uraian investigasi adalah mengungkap fakta yang sengaja disembunyikan atau ditutupi oleh sumber informasi, karena jika dipublikasikan akan merugikan
pihak
tertentu.
Penyusunan
berita
investigasi
memerlukan tim kerja yang dikendalikan oleh tim redaktur berpengalaman. Reporter yang diterjunkan ke lapangan untuk melakukan pencarian fakta tersembunyi ditunjuk oleh tim redaktur dengan pertanyaan-pertanyaan yang telah diarahkan, karena sasaran dari uraian investigasi sudah ditentukan dengan jelas. Perbedaan berita langsung dan berita mendalam terletak pada isi uraian, kecepatan penyajian kepada khalayak, serta kepadatan dan rincian fakta atau pendapat yang disajikan. Uraian berita mendalam, apapun bentuknya, akan memberikan informasi lebih lengkap menyeluruh bila dibandingkan dengan uraian berita langsung. Uraian mendalam berguna untuk melaporkan suatu berita yang bukan apa adanya, tetapi juga melihat kecenderungan yang akan terjadi kemudian ataupun latar belakang suatu peristiwa. Laporan mendalam merupakan
13
jenis pemberitaan yang ditujukkan kepada rakyat sebagai pelaku pembangunan dan penting menumbuhkan partisipasi dan mengajak rakyat untuk ikut serta dalam pembangunan.
2.1.5. Pengertian Artikel Artikel adalah karya tulis dalam bentuk non prosa non fiksi yang membentuk bagian yang bebas dari suatu publikasi dan lazimnya berhubungan dengan topik tunggal (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1999). Selain itu pengertian artikel menurut Yunus (2010) yaitu tulisan lepas berisi opini atau pendapat dengan topik tertentu yang aktual dengan maksud memberitahu, mempengaruhi, dan meyakinkan atau menghibur. Pengertian lain dari artikel adalah karangan faktual secara lengkap dengan panjang tertentu yang dibuat untuk dipublikasikan melalui koran, majalah, buletin dan sebagainya, dan bertujuan menyampaikan gagasan dan fakta yang dapat meyakinkan, mendidik, dan menghibur (Komaruddin dan Tjuparmah, 2007).
2.1.6. Rubrikasi Surat Kabar Rubrikasi surat kabar adalah pengelompokkan materi surat kabar berdasarkan topik-topik untuk mempermudah pembaca mencari informasi yang dibutuhkannya. Menurut Yunus (2010), rubrikasi surat kabar diantaranya adalah: 1. Tajuk atau editorial, yaitu opini atau pendapat atau sikap resmi suatu media sebagai institusi penerbitan terhadap topik aktual, fenomenal, atau kontroversial yang menjadi perhatian masyarakat. Tajuk dan editorial ditulis sebagai simbol visi dan karakter lembaga media yang menyampaikan tajuk atau editorial tersebut. 2. Karikatur, yaitu opini atau pendapat redaksi media dalam bentuk gambar yang bermuatan kritik sosial dengan memasukkan unsur humor, anekdot, atau hal-hal yang lucu. Karikatur menampilkan topik aktual yang dipilih institusi media dengan penceritaan kritikan yang lucu melalui gambar. 3. Pojok, yaitu kutipan pernyataan singkat dari narasumber atau peristiwa tertentu yang dianggap menarik atau kontroversial dan diberi komentar
14
oleh pihak redaksi media melalui kata atau kalimat yang menggelitik dalam jurnalistik. 4. Artikel, yaitu tulisan lepas berisi opini atau pendapat dengan topik tertentu yang aktual dengan maksud memberitahu, mempengaruhi, dan meyakinkan atau menghibur. 5. Kolom, yaitu opini singkat seseorang yang lebih banyak menekankan aspek pengamatan dan pemaknaan terhadap suatu topik atau masalah yang berkembang di masyarakat. 6. Surat pembaca, yaitu opini singkat yang ditulis pembaca atau publik dan dimuat dalam rubrik khusus surat pembaca. Surat pembaca biasanya berisi keluhan atau komentar pembaca menyangkut kepentingan dirinya atau masyarakat.
2.1.7. Penyuluhan dan Penyuluh Pertanian Falsafah penyuluhan pertanian didasarkan pada kepentingan individu, guna mengembangkan kemajuan bagi masyarakat pedesaan dan negara. Penyuluhan pertanian dikategorikan ke dalam kegiatan pendidikan, diantaranya adalah bahwa dalam penyuluhan pertanian terjadi proses belajar-mengajar yang melibatkan penyuluh (fasilitator) dengan subyek penyuluhan, yakni individuindividu anggota masayarakat petani. Menururt A.T. Mosher (1978) dalam bukunya berjudul “An Introduction to Agricultural Extention” secara umum mengemukakan beberapa prinsip penting bagi pelaksana penyuluhan pertanian yang efektif, salah satunya adalah tujuan utama penyuluhan pertanian adalah membantu keluarga petani untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru sesuai dengan perkembangan minat dan kebutuhan mereka yang erat kaitannya dengan peningkatan produksi pertanian dan perbaikan tingkat hidup keluarga petani (Mugniesyah, 2006). Menurut UU No. 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan, yang dimaksud dengan penyuluhan pertanian, perikanan, kehutanan yang selanjutnya disebut penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar,
15
teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya. Hal ini sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraanya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Penyuluhan pertanian merupakan suatu sistem komunikasi dalam penyampaian informasi pertanian kepada petani, dalam rangka pelaksanaan pembangunan bidang pertanian (Indardi, 2002). Penyuluhan berorientasi pada perubahan perilaku melalui suatu proses pendidikan karena penyuluhan tidak hanya sekedar menyampaikan hal-hal baru tetapi lebih dari itu. Dalam penyuluhan terkandung adanya perubahan sikap dan keterampilan masyarakat agar mereka tahu, mau dan mampu melaksanakan perubahan-perubahan dalam usaha taninya, demi tercapainya peningkatan produksi, pendapatan dan perbaikan kesejahteraan keluarga atau masyarakat (Mardikanto, 1993). Menurut
Mosher
(1978)
dalam
Mugniesyah
(2006)
tugas-tugas
penyuluhan pertanian itu dipertimbangkan sebagai salah satu upaya untuk membantu individu petani membuat kemungkinan terbaik dalam menggunakan sumberdaya dan pelayanan yang sudah tersedia bagi mereka. Dengan demikian masyarakat petani itu heterogen dalam hal aspek sosial budaya, sistem pertanian, dan ketersediaan syarat-syarat pokok dan pelancar pembangunan pertanian. Kondisi tersebut menjadikan kebutuhan akan peranan penyuluhan yang heterogen pula. Dengan mempertimbangkan ketiga aspek tersebut, Mosher mengusulkan enam kategori peranan penyuluhan pertanian, yaitu: (1) pengisi kehampaan pedesaan, (2) penyebar hasil-hasil penelitian, (3) pelatih pengambilan keputusan, (4) rekan pemberi semangat, (5) pendorong peningkatan produksi suatu komoditi, dan (6) pelayan pemerintah. Penyuluh pertanian adalah jabatan fungsional yang mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan pertanian yag diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil dengan hak dan kewajiban yang diberikan secara penuh oleh pejabat yang berwenang 3 Menurut UU No. 16 Tahun 2006, penyuluh adalah perorangan warga negara Indonesia yang melakukan kegiatan penyuluhan. Lebih lanjut, penyuluh 3
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Penyuluhan Pertanian dan Angka Kreditnya, Kementrian Pertanian, Tahun 2009.
16
dipilah menjadi tiga kategori yaitu: (1) penyuluh pegawai negeri yang selanjutnya disebut penyuluh PNS adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang pada satuan organisasi lingkup pertanian, perikanan, atau kehutanan untuk melakukan kegiatan penyuluhan; (2) penyuluh swasta adalah penyuluh yang berasal dari dunia usaha dan/atau lembaga yang mempunyai kompetisi dalam bidang penyuluhan; dan (3) penyuluh swadaya adalah pelaku utama yang berhasil dalam usahanya dan warga masyarakat lainnya dengan kesadarannya sendiri mau dan mampu menjadi penyuluh. Penyuluh pertanian yang efektif adalah yang dapat menimbulkan perubahan informasi atau perolehan informasi baru kepada petani, memperbaiki kemampuan atau memberi kemampuan dan kebiasaan baru petani dalam upaya memperoleh sesuatu yang mereka kehendaki (Slamet, 2003). Implikasi praktis bagi para penyuluh pertanian beberapa diantaranya adalah: (1) penyuluh pertanian harus mengutamakan pemberdayaan dan mengerti secara implisit bahwa peranan mereka adalah membantu subyek penyuluhnya untuk mencapai kemandirian melalui proses belajar, sehingga mereka dapat berfungsi secara efektif setelah para penyuluh meninggalkan mereka, (2) penyuluh harus menddapatkan kepercayaan dari subyek penyuluhnya, karena hubungan kepercayaan akan meningkatkan efektivitas hubungan proses belajar dan mengajar, (3) penyuluh harus menggunakan suatu proses penyusunan program yang rasional dan memadai guna terjadinya suatu perubahan sosial, (4) penyuluh harus berkonsentrasi pada orang (Mugniesyah, 2006).
2.1.8. Karakteritik Penyuluh Pertanian Karakteristik individu sangat menentukan kebutuhannya sehingga mampu mengerahkan kekuatan sesuai dengan tuntutan pribadi seseorang (Sulistiyani dan Rosidah, 2003 dalam Leilani, 2006). Karakteristik
individu
penyuluh
adalah
identifikasi internal yang melekat pada diri seorang penyuluh pertanian . Menurut Mardikanto (1993) dalam Leilani (2006), karakteristik individu merupakan salah satu faktor untuk mengetahui perilaku seseorang dalam masyarakat, mempunyai
17
ciri-ciri atau sifat individual yang berhubungan dengan semua aspek kehidupan dan lingkungan seseorang. Dalam penelitian ini, karakteristik individu penyuluh meliputi jenis kelamin, umur, pendidikan formal, pengalaman mengikuti pelatihan, masa tugas, bidang tugas penyuluhan, dan keterdedahan terhadap media cetak lain. Jenis kelamin adalah perbedaan fisik seseorang yang ditentukan secara biologis. Jenis kelamin responden penyuluh terbagi menjadi dua yaitu pria dan wanita. Umur adalah faktor psikologis yang berpengaruh terhadap proses belajar dan efisiensi belajar langsung maupun tidak langsung. Umur dapat memberikan pengalaman seseorang. Pengalaman adalah sumber belajar. Orang yang lebih banyak pengalaman akan lebih mudah mempelajari sesuatu (Sitorus, 2009). Soekanto (2002) menyatakan pendidikan mengajarkan kepada individu aneka macam kemampuan. Sitorus (2009) menambahkan, para ahli pendidikan mengatakan bahwa pendidikan formal adalah kegiatan yang sistematis, berstruktur, bertingkat, berjenjang, dimulai dari Sekolah Dasar sampai dengan Perguruan Tinggi dan yang setaraf dengannya. Pengalaman mengikuti pelatihan adalah pengalaman penyuluh pertanian dalam pendidikan dan pelatihan fungsional yang diberikan kepada penyuluh pertanian guna pelaksanaan tugas penyuluhan pertanian 4. Pelatihan pada hakekatnya adalah proses belajar yang dirancang untuk mengubah kompetensi kerja seseorang sehingga dia dapat berprestasi lebih baik dalam jabatanya (Departemen Pertanian, 2004). Selanjutnya Sulistiyani dan Rosidah (2003) dalam Leilani (2006) menyatakan bahwa pelatihan adalah proses sistematik pengubahan perilaku para pegawai dalam suatu arah guna meningkatkan pengetahuan dan ketermpilan peserta. Masa tugas atau masa kerja adalah keahlian atau kemampuan yang dimiliki oleh seseorang pada suatu bidang pekerjaan yang diperoleh dengan belajar dalam suatu kurun waktu tertentu yang tentunya dilihat dari kemampuan
4
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Penyuluhan Pertanian dan Angka Kreditnya, Kementrian Pertanian, Tahun 2009.
18
intelegensi, baik pengalaman yang berasal dari luar maupun dari dalam organisasi Sitorus (2009). Bidang tugas penyuluhan merupakan keahlian yang dimiliki oleh penyuluh pertanian yang beragam untuk mengimplementaskan keahliannya dengan tingkat kerumitan permasalahan yang ada ditingkat petani. Suatu tugas mempersyaratkan seseorang penyuluh pertanian untuk menggunakan aktivitas-aktivitas yang menantang atau menggunakan seluruh keahlian dan keterampilan yang mereka miliki (Sitorus, 2009). Keterdedahan terhadap media cetak adalah perilaku penyuluh pertanian yang berkaitan dengan pemenuhan berbagai jenis informasi seperti melepaskan ketegangan, mencari hiburan, wahana edukasi serta kebutuhan identitas diri dari pelbagai media cetak (Setyorini, 2000).
2.1.9. Kompetensi Penyuluh Pertanian Kompetensi didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang berhubungan satu sama lain yang berpengaruh pada sebagian besar pekerjaan seseorang (peranan dan tanggung jawab), yang berkolerasi dengan kinerja dan dapat diukur dan diterima sebagai suatu standar kinerja yang baik; dan pengetahuan, keterampilan dan sikap itu dapat diperbaiki melalui pelatihan dan pengembangan (Lucia dan Lepsinger, 1999 dalam Sitorus, 2009). Unsur-unsur kompetensi yang dikemukakan Suparno (2001), meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Pengetahuan merupakan hirarki paling bawah dalam taksonomi kognitif Bloom, didasarkan pada kegiatan-kegiatan untuk mengingat berbagai informasi yang pernah diikuti, tentang fakta, metode atau teknik maupun mengingat hal-hal yang bersifat aturan, prinsip-prinsip atau generalisasi. Sikap didefinisikan sebagai keadaan internal seseorang yang mempengaruhi pilihan-pilihan atas tindakan-tindakan pribadi yang dilakukannya. Keterampilan menekankan pada kemampuan motorik dalam kawasan psikomotor, yaitu bekerja pada benda-benda atau aktivitas yang memerlukan koordinasi syaraf dan otot. Pengetahuan tentang cara-cara menguasai keterampilan tertentu akan mengubah arah dan intensitas motivasi seseorang. Keterampilan yang kompleks
19
menjadi
keterampilan-keterampilan
bagian
(part
skill),
memungkinkan
dikuasainya keterampilan tersebut. jika penguasaan atas keterampilan sudah tercapai, maka akan timbul rasa puas, yang pada gilirannya mendorong orang untuk mengulangi kegiatan tersebut atau melanjutkannya ke tahap yang lebih kompleks (Suparno, 2001). Penyuluh pertanian dalam tugasnya harus memiliki kompetensi atau kemampuan, mutu kecerdasan intelektual (unsur kognitif), kecerdasan sikap, moralitas, integritas kepribadian (unsur afektif) dan keterampilan yang tinggi dan menonjol (psikomotorik).
2.1.10. Sistem Komunikasi Intrapersonal dan Komunikasi Interpersonal Khalayak memiliki susunan isu-isu mengenai suatu hal yang mereka pikirkan (intrapersonal) dan percakapan (interpersonal) yang menurut anggapan mereka merupakan masalah penting. Tiga klasifikasi isu dalam penelitian agenda setting yaitu 1) isu pada tingkat intrapersonal (intrapersonal issue salience) yaitu isu-isu yang dianggap penting oleh khalayak media massa sendiri, 2) isu yang sering dibicarakan responden dalam berbagai diskusi antara pribadi atau isu pada tingkat interpersonal (interpersonal issue salience), dan 3) isu yang dianggap penting oleh masyarakat atau kelompok tertentu (perceived issue salience) (Hartadi, 1989 dalam Mulyadi, 2001). Secara psikologis setiap orang mempersepsi stimuli atau pesan komunikasi sesuai dengan karakteristik personalnya. Dalam ilmu komunikasi, pesan diberi makna berlainan oleh orang yang berbeda. Komunikasi intrapersonal menurut Effendy (2003) adalah komunikasi yang berlangsung pada pelaku komunikasi dengan dirinya sendiri; pada pihak komunikan sebagai penilaian terhadap pesan yang ia terima. Menurut Rakhmat (2007) dalam komunikasi intrapersonal terjadi pengolahan informasi yang meliputi sensasi, persepsi, memori, dan berpikir. Sensasi adalah proses menangkap stimuli. Persepsi ialah proses member makna pada sensasi sehingga manusia memperoleh pengetahuan baru. Dengan kata lain, persepsi mengubah sensasi menjadi informasi. Memori adalah proses menyimpan informasi
dan
memanggilnya
kembali.
Berpikir
adalah
mengolah
dan
20
memanipulasikan informasi untuk memenuhi kebutuhan atau memberikan respons. Komunikasi interpersonal yaitu komunikasi yang berlangsung dua arah timbal balik dalam bentuk percakapan antara dua atau tiga orang, baik secara tatap muka maupun melalui media. Komunikasi interpersonal yang melibatkan dua orang dalam situasi interaksi, komunikator menyandi suatu pesan, lalu menyampaikan kepada komunikan, dan komunikan mengawas sandi pesan tersebut. Sampai di situ komunikator menjadi encoder dan komunikan menjadi decoder. Akan tetapi, karena komunikasi interpersonal itu bersifat dialogis, maka ketika komunikan memberikan jawaban, ia kini menjadi encoder dan komunikator menjadi decoder (Effendy, 2003). Komunikasi interpersonal terjadi bila seseorang melakukan komunikasi secara langsung dengan orang lain di suatu tempat atau dalam suatu kelompok kecil. Pada proses komunikasi, hal semacam ini selalu terjadi. Komunikasi interpersonal sering didefinisikan sebagai terjadinya interaksi diantara para partisipan yang saling berhubungan. Situasi semacam ini biasanya melibatkan dua orang atau bahkan lebih. Akan tetapi jumlah partisipan yang terlibat bukanlah merupakan faktor utama, yang menentukan adalah terjadinya “interaksi secara langsung” (direct interaction) diantara para partisipan yang terlibat (Taylor dkk, 1977 dalam Mulyadi, 2001). Dalam sistem komunikasi interpersonal terdapat bahasan mengenai persepsi interpersonal. Pada persepsi interpersonal, stimuli sampai kepada komunikan melalui lambang-lambang verbal atau grafis yang disampaikan oleh pihak ketiga. Selanjutnya pada persepsi interpersonal, komunikan mencoba memahami apa yang tidak tampak pada alat indera komunikan. Komunikan tidak hanya melihat tindakan, tetapi juga motif tindakan tersebut. Secara umum terdapat faktor-faktor personal yang mempengaruhi kecermatan persepsi yang sangat berguna untuk meningkatkan kualitas komunikasi yaitu diantaranya adalah pengalaman, motivasi, dan kepribadian (Rakhmat, 2007).
21
2.1.11. Kategori Bidang Masalah Bidang Masalah adalah pokok-pokok perihal atau materi yang dikandung dalam suatu tulisan dan atau gambar yang dimuat oleh suatu media termasuk surat kabar. Upaya untuk menarik perhatian, isi sebuah surat kabar harus sesuai dengan kebutuhan pembacanya. Prinsip ini akan terwujud manakala pemuatan bidang masalah didasarkan atas pengetahuan yang tepat dari redaksi media tersebut tentang khalayaknya (Mulyadi, 2001). Demikian juga dengan Sinar Tani yang ditujukkan kepada masyarakat pertanian sebaiknya memuat informasi yang cocok dengan segmen pembacanya yaitu bidang pertanian. Salah satu target pembaca Sinar Tani adalah penyuluh yang menjadi seorang pendidik dan pembimbing masyarakat tani yaitu petani. Dalam kegiatan penyuluhan, seorang penyuluh seharusnya mempunyai bekal informasi yang cukup untuk disampaikan kepada petani dan informasi mengenai pertanian tersebut bisa didapatkan dari mana saja dan salah satunya adalah informasi yang dimuat oleh Sinar Tani. Maunder (1978) dalam Syamsurizal (1992) mengemukakan bahwa lingkup komunikasi pertanian, secara umum menyangkut sembilan aspek, meliputi: (1) produksi pertanian, (2) pemasaran, (3) konservasi, (4) manajemen usaha tani dan rumah tangga, (5) kehidupan keluarga, (6) pengembangan pemuda, (7) pengembangan kepemimpinan, (8) pembangunan masyarakat, dan (9) masalah-masalah umum. Rakhman (1993) dalam Mulyadi (2001), mengkategorikan masalah pertanian secara umum yaitu: pertanian dan kehutanan mencakup persoalan pertanian dalam arti luas (tanaman pangan, perkebunan, perikanan, peternakan), dan kehutanan mencakup pengolahan lahan, pembibitan dan pengembangbiakan, pemberantasan hama, panen serta prestasi petani. Termasuk pula peraturan dan kebijakan pemerintah, pendidikan, penyuluhan, pelatihan, seminar, diskusi, lokakarya, penelitian bidang pertanian. Indonesia memiliki potensi sumberdaya alam yang melimpah termasuk plasma nuftah. Aneka ragam dan besarnya jumlah plasma nuftah tanaman dan hewan yang sudah beradaptasi dengan iklim tropis merupakan sumber materi genetik yang dapat direkayasa untuk menghasilkan varietas dan klone tanaman
22
unggul serta bangsa ternak. Dalam rangka peningkatan produksi pertanian, Kementrian Pertanian berfokus pada empat komoditi unggulan pertanian yang meliputi tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan yang sudah sejak lama diusahakan sebagai sumber pangan dan pendapatan masyarakat 5. Kategori bidang masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggabungkan antara informasi-informasi pertanian yang tercakup dalam sub sistem agribisnis dengan komoditi pertanian yang ada pada Rencana Strategis (Renstra) Pertanian yang diterbitkan oleh Kementrian Pertanian Tahun 2009. Kategori sub sistem agribisnis untuk informasi pertanian meliputi: (1) sub sistem agribisnis hulu, (2) sub sistem usaha tani (on-farm), (3) sub sistem agribisnis hilir, (4) sub sistem penunjang. Selanjutnya, komoditi pertanian meliputi: (1) tanaman pangan, (2) hortikultura, (3) perkebunan, dan (4) peternakan. Terdapat 16 kategori dari hasil penggabungan sub sistem agribisnis dengan komoditi pertanian adalah sebagai berikut: 1. Sub sistem Agribisnis Hulu pada Tanaman Pangan 2. Sub sistem Usaha Tani (On-Farm) pada Tanaman Pangan 3. Sub sistem Agribisnis Hilir pada Tanaman Pangan 4. Sub sistem Penunjang pada Tanaman Pangan 5. Sub sistem Agribisnis Hulu pada Hortikultura 6. Sub sistem Usaha Tani (On-Farm) pada Hortikultura 7. Sub sistem Agribisnis Hilir pada Hortikultura 8. Sub sistem Penunjang pada Hortikultura 9. Sub sistem Agribisnis Hulu pada Perkebunan 10. Sub sistem Usaha Tani (On-Farm) pada Perkebunan 11. Sub sistem Agribisnis Hilir pada Perkebunan 12. Sub sistem Penunjang pada Perkebunan 13. Sub sistem Agribisnis Hulu pada Peternakan 14. Sub sistem Usaha Tani (On-Farm) pada Peternakan 15. Sub sistem Agribisnis Hilir pada Peternakan 16. Sub sistem Penunjang pada Peternakan
5
Renstra Pertanian Tahun 2010-2014, Kementrian Pertanian 2009.
23
2.1.12. Agenda Setting Teori agenda setting dimulai dengan suatu asumsi bahwa media massa menyaring berita, artikel, atau tulisan yang akan disiarkannya. Secara selektif, gatekeepers seperti penyunting, redaksi, bahkan wartawan sendiri menentukan mana yang pantas diberitakan dan mana yang harus disembunyikan (Rakhmat, 2007). Teori agenda setting yang dikemukakan oleh Maxwell McCombs dan Donald Shaw adalah salah satu teori tentang proses dampak media atau efek komunikasi massa terhadap masyarakat dan budaya. McCombs dan Shaw (1972) dalam Rakhmat (2007), agenda setting adalah komunikasi yang mencoba menjelaskan pengaruh media massa terhadap struktur kognitif individu. Adanya hubungan antara peliputan tentang isu-isu yang penting oleh media massa dengan penilaian relatif oleh publik terhadap pentingnya isu-isu tersebut. Konsep agenda setting menurut Benard C. Cohen dalam tulisannya The Press and Foreign Policy pada Tahun 1963 adalah berita di media massa tidak secara langsung mempengaruhi pemikiran khalayak terhadap masalah politik, namun berpengaruh kepada subjek apa saja yang akan dipikirkan oleh khalayak (Descartes, 2004). Pada awal perkembangannya, riset agenda setting lebih banyak murni kuantitatif. Konsep-konsep seperti agenda media dan agenda publik, dalam tradisi kuantitatif dioperasionalkan sebagai susunan urutan isu-isu yang diberitakan media massa dan susunan isu-isu yang dianggap penting di masyarakat, sehingga bisa diukur secara kuantitatif. Namun dalam perkembangannya, agenda setting digabung dan dilengkapi dengan studi kualitatif, baik sebagai pelengkap studi awal, analisis prosesnya maupun efek lanjutan (Kriyantono, 2006). Menurut teori agenda setting, media tidak mempengaruhi sikap khalayak, namun media berpengaruh terhadap apa yang dipikirkan khalayak. Dengan kata lain media mempengaruhi persepsi khalayak tentang hal yang dianggap penting. Singkatnya, media memilih informasi dan berdasarkan informasi dari media, khalayak akan membentuk persepsi tentang peristiwa (Rakhmat, 2007). Pendekatan dasar teknik ini adalah: (1) Memilih contoh atau keseluruhan isi, (2) Menetapkan kerangka kategori acuan eksternal yang relevan dengan tujuan
24
pengkajian, (3) Memilih satuan analsis isi, (4) Menyesuaikan isi dengan kerangka kategori, per satuan unit yang terpilih, (5) Mengungkapkan hasil sebagai hasil distribusi menyeluruh dari semua satuan atau percontoh, dalam hubungan dengan frekuensi hal-hal yang dicari acuan (Krippendorff, 1993). Model efek media massa diukur dengan membandingkan dua pengukuran. Pertama peneliti mengukur agenda media dengan analisis isi yang kuantitatif, atau peneliti menentukan batas waktu tertentu, meng-koding berbagai isi media, dan menyusun meranking) isi itu berdasarkan panjang (waktu dan ruang), penonjolan (ukuran headline, lokasi dalam surat kabar, frekuensi pemunculan, posisi dalam surat kabar, dan cara penyajian bahan. Selanjutnya peneliti mengukur agenda masyarakat dengan menganalisis self-report khalayak. Menghitung topik-topik yang penting menurut khalayak, merangkingnya dan mengorelasikannya dengan ranking isi media. Menganalisis kondisi-kondisi antara (contingent condition) yang mempengaruhi proses agenda setting dengan meneliti sifat-sifat stimulus dan karakteristik khalayak. Sifat-sifat stimulus menunjukkan karakteristik issues, termasuk issue jarak, lama terpaan, kedekatan geografis, dan sumber media. Sifat-sifat khalayak menunjukkan variabel-variabel psikososial termasuk data demografis, keanggotaan dalam sistem sosial, kebutuhan, sikap, diskus interpersonal, dan terpaan media (Rakhmat, 2007). Rakhmat (2007) juga memaparkan agenda masyarakat dapat diteliti dari segi apa yang dipikirkan orang (intrapersonal), apa yang dibicarakan orang itu dengan orang lain (interpersonal), dan apa yang mereka anggap sedang menjadi pembicaraan orang ramai (community silence). Efek terdiri dari efek langsung dan efek lanjutan (subsequent effects). Efek langsung berkaitan dengan issue; Apakah issues itu ada atau dianggap paling penting menurut khalayak (salience); bagaimana issues itu diranking oleh responden dan apakah rankingnya itu sesuai dengan ranking media (prioritas). Efek lajutan berupa persepsi (pengetahuan tentang peristiwa tertentu) atau tindakan (seperti memilih kontestan pemilu atau melakukan aksi protes).
25
2.1.13. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu tentang Agenda Setting Model Agenda setting untuk pertama kali ditampilkan oleh McCombs dan D.L. Shaw dalam “Public Opinion Quarterly” terbitan Tahun 1972, berjudul “The Agenda Setting Function of Mass Media” mengangkat studi terhadap pemilihan Presiden Amerika Serikat Tahun 1968. Kedua pakar tersebut mengatakan bahwa “jika media memberikan tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting”. Studi selanjutnya oleh McCombs dan Shaw menunjukkan bahwa meskipun surat kabar dan televisi sama-sama mempengaruhi agenda politik pada khalayak, ternyata surat kabar pada umumnya lebih efektif dalam menata agenda daripada televisi (Effendy, 2003). Penelitian agenda setting yang dilakukan di Indonesia pada umumnya mengangkat isu-isu politik. Siahaan (1997) meneliti mengenai hubungan agenda media surat kabar Kompas dan Suara Pembaruan dengan agenda publik mahasiswa GMKI Jakarta dan menganalisis isu-isu apa saja yang menjadi perhatian khalayak, terutama yang sering muncul di media massa (dalam hal ini surat kabar) dalam kurun waktu tertentu. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, ditemukan bahwa hubungan agenda surat kabar Kompas dengan agenda publik mahasiswa anggota GMKI mempunyai korelasi yang kuat (rs=0.80), juga diketahui bahwa hubungan antara agenda surat kabar Suara Pembaruan dengan agenda publik mahasiswa anggota GMKI mempunyai korelasi cukup kuat (rs=0.67). Kekuatan hubungan masing-masing agenda surat kabar terhadap agenda publik agenda mahasiswa GMKI ternyata dipengaruhi oleh variabel kredibilitas surat kabar, penggunaan media, dan tingkat orientasi. Pada Tahun 2004, Descartes menganalisis hubungan agenda Koran Tempo dengan agenda mahasiswa yang tergabung dalam sekretariat KAMMI pusat tentang pentingnya isu politik dan faktor-faktor yang mempengaruhi keeratan hubungan antar keduanya, dan menganalisis hubungan agenda stasiun Televisi Metro TV dengan agenda mahasiswa yang tergabung dalam sekretariat KAMMI pusat tentang pentingnya isu politik dan faktor-faktor yang mempengaruhi keeratan hubungan antar keduannya. Hasil uji korelasi Rank Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara agenda Koran
26
Tempo dan agenda sekretariat KAMMI pusat (rs=0.576). Penelitian hubungan antara agenda stasiun televisi Metro TV dengan agenda sekretariat KAMMI pusat, menunjukkan adanya hubungan yang signifikan diantara dua agenda tersebut (rs=0.575). Keeratan hubungan antara agenda Koran Tempo dan agenda sekretariat KAMMI maupun antara agenda stasiun televisi Metro TV dan agenda sekretariat KAMMI pusat dipengaruhi oleh kredibilitas masing-masing media tersebut dan penggunaan media yang ditempatkan sebagai variabel antara dalam penelitian. Sulistiawan (2005) meneliti kesesuaian antara agenda Banyumas Televisi dengan agenda anggota kelompok peternak Sawedyambo mengenai berita pertanian dan peternakan. Hasil penelitian menyatakan bahwa berita yang disajikan Banyumas Televisi sudah sesuai dengan perhatian responden. Hasil uji Rank Spearman, didapatkan hubungan yang sangat signifikan antara agenda Banyumas Televisi dan agenda responden (rs=0.964; α=0,01). Sementara berdasarkan sistem agribisnis, hasil uji Rank Spearman didapatkan hubungan yang sangat signifikan antara agenda Banyumas Televisi dengan agenda responden (rs=1.000; α=0.01). Artinya bahwa agenda Banyumas Televisi sudah berjalan dengan baik, hal ini terlihat dari berita yang disajikan Banyumas Televisi sudah sesuai dengan berita yang menjadi perhatian anggota kelompok peternak Sawedyambo. Demikian pula penelitian Suwanda (2009) menganalisis hubungan agenda setting surat kabar Jurnal Bogor dengan agenda mahasiswa FEMA IPB Angkatan 2007 mengenai Berita Perolehan Suara Pemilu Legislatif 2009. Hasil penelitian menyatakan bahwa agenda surat kabar Jurnal Bogor sangat sesuai dengan agenda khalayak mahasiswa FEMA IPB angkatan 2007 yang terbukti dari uji korelasi Rank Spearman yang menunjukkan korelasi sempurna (rs sebesar 1). Karakteristik khalayak mahasiswa FEMA IPB angkatan 2007 seperti: jenis kelamin, usia, departemen, penghasilan orang tua dan uang saku mempunyai keeratan hubungan tersendiri pada agendanya yang diuji menggunakan rumus Chi Square.
27
2.2.
Kerangka Pemikiran Materi pada tabloid Sinar Tani dikelompokkan berdasarkan rubrik yang
memuat topik-topik untuk mempermudah pembaca mencari informasi yang dibutuhkannya. Pemuatan rubrik yang mengkhususkan topik yang memberitakan berita pertanian merupakan suatu ciri yang khas dan akan menjadi kekuatan tersendiri bagi Sinar Tani dibandingkan dengan jenis media cetak lainnya. Pada penelitian sebelumnya, kebanyakan terbitan berita yang banyak diteliti adalah isuisu mengenai berita-berita politik. Sementara itu berita-berita yang menyangkut pembangunan khususnya untuk masyarakat petani seperti berita pertanian jarang sekali disentuh oleh media sehingga sedikit sekali penelitian yang mengaitkan isuisu pertanian didalamnya. Penelitian ini mempelajari hubungan agenda media pada berita pertanian yang dimuat oleh Sinar Tani dengan kebutuhan informasi penyuluh Kabupaten Bogor. Penelitian ini menggunakan teori agenda setting sebagai teori dasarnya, penelitian ini akan melihat seberapa erat hubungan agenda oleh Sinar Tani dengan kebutuhan informasi penyuluh Kabupaten Bogor. Dalam teori agenda setting, efek media massa diukur dengan membandingkan dua pengukuruan. Pertama peneliti mengukur agenda media dan selanjutnya peneliti mengukur agenda khalayak. Dalam penelitian ini, dua agenda yang dikaji adalah agenda media dan agenda khalayak. Pertama adalah agenda media yaitu Sinar Tani. Agenda Sinar Tani diukur dengan analisis isi yang kuantiitatif yaitu mengkoding isi tabloid Sinar Tani yang memuat topik-topik yang sudah dikelompokkan sebelumnya yang dilihat dari dua kategori yaitu bidang masalah agribisnis dan komoditi pertanian. Untuk mengukur isu penting berita pada tabloid Sinar Tani dilihat dari berita yang dianggap penting dan mendapat perhatian lebih jika dibandingkan dengan isu lainnya. Analisi isi pada penelitian yaitu mengukur frekuensi kemunculan berita dan volume pemanfaatan ruang berita tabloid Sinar Tani. Selain itu dilihat juga dari kebijakan redaksional pada tabloid Sinar Tani dimana dalam hal ini redaktur media sebagai penentu kebijakan untuk mengangkat berita-berita tertentu. Kedua adalah agenda khalayak. Agenda khalayak yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kebutuhan informasi penyuluh dengan mengetahui self-
28
report dari penyuluh itu sendiri. Peneliti menghitung topik-topik yang penting menurut penyuluh yang sudah dikelompokkan sebelumnya yaitu dilihat dari dua kategori yaitu bidang masalah agribisnis dan komoditi pertanian. Agenda khalayak berhubungan dengan karakteristik penyuluh yang ditunjukkan oleh sifatsifat stimulus yang diberikan oleh penyuluh tersebut. Karakteristik individu penyuluh yang diteliti dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin, umur, pendidikan formal terakhir, pengalaman mengikuti pelatihan selama menjadi penyuluh, bidang penugasan, dan keterdedahan terhadap media cetak selain tabloid Sinar Tani. Kebutuhan informasi penyuluh diteliti pada tingkat intrapersonal dan tingkat interpersonalnya. Kebutuhan informasi penyuluh yang diteliti pada tingkat intrapersonal yaitu kebutuhan yang didasarkan pada segi apa yang dipikirkan oleh individu penyuluh tersebut. Kebutuhan informasi penyuluh pada tingkat interpersonal yaitu kebutuhan yang diteliti dari apa yang telah dibicarakan individu penyuluh dengan orang lain, bisa kepada kerabat, rekan kerja, bahkan kepada keluarganya yang memiliki minat atau ketertarikan yang sama terhadap topik yang mereka bicarakan dan diskusikan. Semakin tinggi perhatian Sinar Tani maupun penyuluh terhadap isu-isu pertanian berdasarkan kategori bidang masalah sub sistem agrbisnis dan komoditinya, maka semakin bernilai atau penting masalah tersebut. Oleh karena itu, pada penelitian ini terdapat hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara agenda Sinar Tani dengan kebutuhan informasi penyuluh Kabupaten Bogor. Selain itu terdapat hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan derajat kebutuhan informasi berdasarkan karakteristik penyuluh Kabupaten Bogor. Dalam penelitian ini juga melihat apakah karakteristik penyuluh yang meliputi jenis kelamin, umur, pendidikan formal terakhir, pengalaman mengikuti pelatihan selama menjadi penyuluh, bidang penugasan, dan keterdedahan terhadap media cetak selain tabloid Sinar Tani ini akan mempunyai hubungan dengan kebutuhan informasi diukur dari pemeringkatan masing-masing karakteristik individu penyuluh Kabupaten Bogor. Gambar 1 memperlihatkan kerangka pemikiran penelitian.
29
Karakteristik penyuluh -
Kebijakan Redaksional
-
Jenis kelamin Umur Pendidikan formal Pengalaman latihan Masa tugas Bidang penugasan Keterdedahan terhadap media cetak lain
Agenda Sinar Tani Bidang masalah Komoditi
Agenda penyuluh - Bidang masalah - Komoditi
Agenda Setting
Keterangan:
mempengaruhi
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
30
2.3.
Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka berpikir maka hipotesis penelitian adalah: 1.
Terdapat hubungan antara agenda Sinar Tani dengan kebutuhan informasi penyuluh Kabupaten Bogor.
2.
Terdapat hubungan derajat kebutuhan informasi penyuluh berdasarkan karakteristik penyuluh Kabupaten Bogor.
2.4.
Definisi Operasional Definisi operasional dalam penelitian sebagai berikut: 1. Agenda Sinar Tani adalah kumpulan berita dan artikel yang dapat dikelompokkan dalam suatu kategori bidang masalah berdasarkan jenis komoditi pertanian dan unsur-unsur agribisnis. Berita dan artikel ini kemudian dipublikasikan Sinar Tani dengan perlakuan yang berbeda berdasarkan kepentingan yang telah ditetapkan. Agenda Sinar Tani diukur berdasarkan frekuensi kemunculan dan volume (penempatan ruang). 2. Agenda penyuluh yaitu penjenjangan isu-isu yang dianggap penting oleh penyuluh berdasarkan tingkat kebutuhan informasi terhadap isu-isu tersebut. Untuk mengetahui tingkat kebutuhan informasi, responden penyuluh menjawab pertanyaan tentang 16 kategori bidang masalah berdasarkan jenis komoditi pertanian dan unsur-unsur agribisnis yang menurut mereka penting. Semakin tinggi penilaian, maka semakin tinggi derajat pentingnya berita maupun artikel tersebut, dan semakin rendah penilaian, maka semakin rendah derajat pentingnya berita maupun artikel tersebut. Terdapat empat jawaban berjenjang, yaitu paling penting = skor 4, penting = skor 3, kurang penting = skor 2, dan tidak penting = skor 1. 3. Kategori bidang masalah sub sistem agribisnis pada tabloid Sinar Tani ialah tulisan yang disajikan oleh tabloid Sinar Tani tentang pertanian berdasarkan sub sektor agribisnis. Sub sistem agribisnis pada kategori bidang masalah tersebut meliputi:
31
a. Sub sistem agribisnis hulu (up-stream agribusiness), yaitu kegiatan ekonomi yang berkaitan dengan penyediaan sarana dan prasarana produksi pertanian primer, seperti industri pupuk, obatobatan, industri benih/bibit, alat mesin pertanian (kode 1) b. Sub sistem usaha tani (on-farm agribusiness), yaitu kegiatan budidaya yang menghasilkan komoditi pertanian primer atau kegiatan yang menggunakan sarana dan prasarana produksi untuk menghasilkan komoditi pertanian, seperti usaha tanaman pangan, usaha hortikultura, usaha perkebunan, dan usaha peternakan. (kode 2). c. Sub sistem agribisnis hilir (down-stream agribusiness), yaitu industri-industri yang mengolah hasil komoditi pertanian primer menjadi produk olahan seperti industri makanan/minuman, pasca panen, industri pakan, industri barang-barang serat alam, pengemasan, penyimpanan, pengolahan, distribusi, pemasaran, eceran (kode 3). d. Sub sistem penunjang (jasa layanan pendukung) yaitu kegiatan ekonomi
yang
berkaitan
dengan
penyediaan
jasa
yang
dibutuhkan dalam penyediaan sarana dan prasarana; budidaya; pengolahan; dan pemasaran hasil pertanian. Seperti perbankan dan
Lembaga
Keuangan,
transportasi
dan
pergudangan,
penyuluhan dan pendidikan, pendidikan SDM, kemitraan, dan kebijakan pemerintah (kode 4). 4. Kategori komoditi pertanian pada Tabloid Sinar Tani yaitu berita-berita pertanian berdasarkan jenis komoditi pertanian dan semua aspek yang berkaitan dengan komoditi tersebut. Variabel ini meliputi: a. Tanaman pangan: seperti padi, palawija, serta umbi-umbian (mencakup: teknologi, penanaman, pemupukan, hama penyakit, panen dan pemasaran) (kode a). b. Hortikultura: usaha membudidayakan tanaman buah-buahan, sayuran dan tanaman hias yang dapat memenuhi kebutuhan jasmani sebagai sumber vitamin, mineral dan protein (dari buah
32
dan sayur), serta memenuhi kebutuhan rohani karena dapat memberikan rasa tenteram, ketenangan hidup dan estetika (dari tanaman hias/bunga), (mencakup: bibit, teknologi, pemupukan, hama penyakit, panen dan pemasaran) (kode b). c. Perkebunan: usaha pertanian yang luas biasanya terletak di daerah
tropis
maupun
subtropis
yang
digunakan
untuk
menghasilkan komoditi perdagangan (pertanian) dalam skala besar dan dipasarkan dalam ke tempat yang jauh dan bukan untuk konsumsi lokal, (mencakup teknologi, pembibitan, pemupukan, produksi, hama penyakit, tenaga kerja, pemasaran) (kode c). d. Peternakan: kegiatan mengembangbiakan dan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dari kegiatan tersebut. Kegiatan di bidang peternakan terbagi atas dua golongan yaitu peternakan hewan besar seperti sapi, kerbau dan kuda, sedang kelompok kedua yaitu peternakan hewan kecil seperti ayam, kelinci, dll, (mencakup teknologi, bibit, pakan, penyakit, panen dan pemasaran) (kode d). 4. Karakteristik penyuluh yang dimasukkan dalam model kerangka berpikir adalah: 1) Jenis kelamin adalah perbedaan individu berdasarkan kondisi biologis. Pengukuran variabel ini diukur menggunakan skala nominal. Dikategorikan berdasarkan dua kelompok yaitu: a. Laki-laki
b. Perempuan
2) Umur adalah jumlah tahun sejak responden dilahirkan sampai dengan penelitian ini dilakukan. Umur diukur dalam satuan tahun berdasarkan sebaran yang didapat dari rata-rata data lapang. Pengukuran
variabel
ini
menggunakan
skala
ordinal,
dikelompokkan menjadi: a. 40 – 50 : Dewasa Muda
b. 51 – 60 : Dewasa Tua
3) Pendidikan formal terakhir yaitu jenjang terakhir sekolah formal yang ditempuh responden. Pengukuran variabel ini menggunakan
33
skala ordinal dengan tiga kategori pendidikan, yaitu a) SMU/SMK = Rendah, b) Diploma = Sedang, dan c) Sarjana (S1) = Tinggi. 4) Pengalaman mengikuti pelatihan sebagai penyuluh merupakan banyaknya pengalaman responden mengikuti pelatihan sebagai penyuluh baik dalam mengikuti pendidikan maupun pelatihan, kursus, seminar, lokakarya, dan sebagainya yang diselenggarakan untuk mereka selama satu tahun terakhir sampai dengan saat penelitian ini dilakukan. Variabel ini diukur menggunakan skala ordinal. Dikategorikan sebagai berikut: a. 1 - 3 kali
: rendah
b. 4 - 7 kali
: sedang
c. > 8 kali
: tinggi
5) Masa tugas adalah lamanya bekerja semenjak responden diterima sebagai penyuluh. Variabel ini diukur menggunakan skala ordinal dan dikelompokkan dalam: a. 1- 9 Tahun
: rendah
b. 10 - 19 Tahun
: sedang
c. > 20 Tahun
: tinggi
6) Bidang penugasan adalah tugas yang diemban dalam penyuluhan responden hingga saat penelitian ini dilakukan. Pengukuran variabel ini menggunakan skala nominal dengan dua kategori tugas, yaitu: a. Monovalen : kode 1
b. Polivalen
: kode 2
7) Keterdedahan terhadap media cetak lain adalah jumlah waktu (menit) yang dihabiskan responden dalam sehari untuk membaca majalah, brosur, dan buletin. Pengukuran variabel ini menggunakan skala interval dengan tiga kategori waktu, yaitu: a. sampai 15 menit/hari
: rendah
b. 16 - 30 menit/hari
: sedang
c. > 30 menit/hari
: tinggi