4
BAB II PENDEKATAN TEORITIS
2.1
Tinjauan Pustaka
2.1.1
Program PUAP Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) merupakan
program yang dinisiasi oleh Kementrian Pertanian.Menteri Pertanian membentuk Tim Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan melalui Keputusan Menteri Pertanian (KEPMENTAN) Nomor 545/Kpts/OT.160/9/2007. Program PUAP adalah bentuk fasilitasi bantuan modal usaha untuk petani anggota, baik petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani. Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) merupakan kelembagaan tani pelaksana PUAP untuk penyaluran bantuan modal usaha bagi anggota. Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pelaksanaan PUAP, Gapoktan didampingi oleh tenaga Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani (PMT). Program PUAP diharapkan dapat menjadi kelembagaan ekonomi yang dimiliki dan dikelola petani. Program PUAP memiliki beberapa tujuan, diantaranya adalah (1) mengurangi
kemiskinan
dan
pengangguran
melalui
penumbuhan
dan
pengembangan kegiatan usaha agribisnis di perdesaan sesuai dengan potensi wilayah, (2) meningkatkan kemampuan pelaku usaha agribisnis, Pengurus Gapoktan, Penyuluh dan Penyelia Mitra Tani, (3) memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi perdesaan untuk pengembangan kegiatan usaha agribisnis, (4) meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau mitra lembaga keuangan dalam rangka akses ke permodalan. Sasaran PUAP yaitu (1) berkembangnya usaha agribisnis di 10.000 desa miskin/tertinggal sesuai dengan potensi pertanian desa, (2) berkembangnya 10.000 Gapoktan/Poktan yang dimiliki dan dikelola oleh petani, (3) meningkatnya kesejahteraan rumahtangga tani miskin, petani/peternak (pemilik dan atau penggarap) skala kecil, buruh tani; dan (4) berkembangnya usaha pelaku agribisnis yang mempunyai usaha harian, mingguan, maupun musiman.
5
Indikator Keberhasilan PUAP terdiri dari indikator keberhasilan output dan indikator keberhasilan outcome. Indikator keberhasilan output antara lain adalah tersalurkannya BLM – PUAP kepada petani, buruh tani dan rumah tangga tani miskin dalam melakukan usaha produktif pertanian dan terlaksananya fasilitasi penguatan kapasitas dan kemampuan sumberdaya manusia pengelola Gapoktan, Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani. Sedangkan indikator keberhasilan outcome antara lain, yaitu (1) meningkatnya kemampuan Gapoktan dalam memfasilitasi dan mengelola bantuan modal usaha untuk petani angota baik pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani, (2) meningkatnya jumlah petani, buruh tani dan rumah tangga tani yang mendapatkan bantuan modal usaha, (3) meningkatnya aktivitas kegiatan agribisnis (budidaya dan hilir) di perdesaan, dan (4) meningkatnya pendapatan petani (pemilik dan atau penggarap), buruh tani dan rumah tangga tani dalam berusaha tani sesuai dengan potensi daerah. Indikator ketiga yaitu indikator benefit dan impact yang antara lain adalah (1) berkembangnya usaha agribisnis dan usaha ekonomi rumah tangga tani di lokasi desa PUAP, (2) berfungsinya Gapoktan sebagai lembaga ekonomi yang dimiliki dan dikelola oleh petani, dan (3) berkurangnya jumlah petani miskin dan pengangguran di perdesaan (http://www.deptan.go.id/index1.php).
2.1.2
Konsep Kapasitas Subagyo, dkk (2008) mengatakan bahwa kapasitas petani adalah daya-
daya yang dimiliki pada pribadi petani untuk dapat menetapkan tujuan usahatani secara tepat dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara yang tepat pula. Dengan demikian kapasitas merupakan aspek-aspek yang terinternalisasi dalam diri petani yang ditunjukkan oleh pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk menjalankan kegiatan usahatani. Dalam kegiatan usahatani agar petani dapat berhasil dalam melakukan usahatani diperlukan kapasitas petani yang tinggi agar mampu dalam mengidentifikasi potensi dan memanfaatkan peluang yang dimiliki agar usahatani yang dilakukan sesuai dengan tujuan usahatani yang telah ditetapkan dan mencapai tujuan tersebut secara tepat. Setiap individu (orang) secara alamiah selalu memiliki kapasitas yang melekat pada dirinya. Kemampuan petani untuk memenuhi kebutuhan sesuai
6
dengan potensi yang dimiliki merupakan suatu kapasitas petani yang tidak boleh diabaikan apabila ingin keberhasilan usaha pertanian dapat berkelanjutan. Menurut Amanah (2010) kapasitas kelompok tani dapat dilihat dari unit produksi, kerjasama kelompok, wahana belajar kelompok dan jaringan kerjasama yang dapat dilakukan oleh kelompok. Peran Gapoktan dalam pengembangan kapasitas memiliki kendala, diantaranya adalah kurangnya sumberdaya pendamping, kurangnya modal untuk pemberdayaan SDM anggota, kurangnya akses kerjasama yang dapat dibentuk dengan pihak luar.
2.1.3
Konsep Kelompok Menurut Stephen P. Robins dalam Fitri (2008) kelompok adalah dua
individu atau lebih yang berinteraksi dan saling bergantungan untuk mencapai sasaran-sasaran tertentu. Selanjutnya Johnson dan Johnson dalam Fitri (2008), kelompok adalah dua atau lebih yang berinteraksi tatap muka (face two face interaction), yang masing-masing menyadari keberadaan orang lain yang juga anggota kelompok, masing-masing menyadari keberadaan orang lain yang juga anggota kelompok, masing-masing menyadari saling ketergantungan secara positif dalam mencapai tujuan bersama. Menurut Mardikanto (1993) pengertian kelompok tani adalah sekumpulan orang-orang tani atau petani yang terdiri petani dewasa (pria/wanita) maupun petani taruna yang terikat secara informal dalam suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama serta berada di lingkungan pengaruh dan dipimpin oleh seorang kontak tani. Pemahaman mengenai kelompok merujuk pada Amanah dkk (2010) merujuk Slamet (2002), bahwasannya kelompok merupakan himpunan dua orang atau lebih yang bergabung karena adanya kesamaan, berinteraksi melalui pola tertentu untuk tujuan bersama, dalam kurun waktu yang relatif panjang. Karakteristik kelompok dapat diamati dengan melihat kejelasan tujuan, pembagian tugas, suasana kelompok dan aktivitas di dalam kelompok.
7
Suatu kelompok dapat dinamakan kelompok sosial, apabila memiliki ciriciri sebagai berikut : (1) memiliki motif yang sama antara individu satu dengan yang lain yang menyebabkan interkasi/kerjasama untuk mencapai tujuan yang sama, (2) terdapat akibat-akibat interaksi yang berlainan antara individu satu dengan yang lain, akibat yang ditimbulkan tergantung rasa dan kecakapan individu yang terlibat, (3) adanya penugasan dan pembentukan struktur atau organisasi kelompok yang jelas dan terdiri dari peranan serta kedudukan masingmasing, (4) adanya peneguhan norma pedoman tingkah laku anggota kelompok yang mengatur interaksi dalam kegiatan anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
2.1.3.1 Kelompok Tani Sesuai dengan SK Menteri Pertanian No. 93/Kpts/OT.210/3/97. Tanggal 18 Maret 1997 kelompok tani adalah kumpulan petani yang tumbuh berdasarkan keakraban dan keserasian, serta kesamaan kepentingan dalam memanfaatkan sumber daya pertanian untuk bekerja sama meningkatkan produktivitas usaha tani dan
kesejahteraan
anggotanya.
Pada
Peraturan
Menteri
Pertanian
No.
273/Kpts/OT.160/4/2007 13 April 2007 tentang pedoman penumbuhan dan pengembangan kelompok tani dan gabungan kelompok tani dijabarkan bahwa kelompok tani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota.
2.2
Kerangka Berfikir Rukun Tani merupakan salah satu gabungan kelompok tani penerima
PUAP di Kabupaten Bogor. Berdasarkan laporan perkembangan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) PUAP tahun anggaran 2009 s/d Desember 2010 Kabupaten Bogor, Gapoktan Rukun Tani memiliki perkembangan BLM PUAP tertinggi, yaitu sebesar 197 persen. Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan ini dilihat mulai dari pelaksanaan program PUAP yang diawali dengan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program.Variabel kedua adalah mengenai karakteristik kelompok yang
8
dilihat adalah tujuan kelompok, aktivitas kelompok, pembagian tugas dan suasana kelompok. Variabel ketiga adalah mengenai ciri-ciri anggota kelompok yang dilihat dari pendidikan non formal dan kekosmopolitan. Kemudian ketiga variabel tersebut dilihat hubungannya dengan kapasitas kelompok tani yang diantaranya adalah unit produksi, kerjasama kelompok, wahana belajar dan jaringan kerja/sosial. Berikut kerangka berfikir penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 1 dibawah ini.
Pelaksanaan Program PUAP (X.1) (X1.1)
Perencanaan
(X1. 2) Pelaksanaan (X1. 3) Evaluasi
Karakteristik Kelompok (X2) :
Kapasitas Kelompok (Y):
(X2.1)
Tujuan kelompok
(Y1)
Unit produksi
(X2.2)
Aktivitas kelompok
(Y2)
Kerjasama kelompok
(X2.3)
Pembagian tugas
(Y3)
Wadah belajar
(X2.4)
Suasana kelompok
(Y4)
Jaringan kerjasama
Ciri-ciri Anggota (X3) : (X3.1) Pendidikan non formal (X3. 2) Kekosmopolitan
Keterangan :
= hubungan
Gambar 1 Bagan Kerangka Pemikiran Program PUAP dan Hubungannya dengan Kapasitas Kelompok Petani
9
2.3
Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran dapat disusun hipotesis penelitian: 1. Pelaksanaan Program PUAP (perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi) berhubungan nyata dengan kapasitas kelompok (unit produksi, kerjasama kelompok, wahana belajar, jaringan keerjasama). 2. Karakteristik kelompok (tujuan kelompok, aktivitas kelompok, pembagian tugas dan suasana kelompok) berhubungan nyata dengan kapasitas kelompok (unit produksi, kerjasama kelompok, wahana belajar, jaringan kerjasama). 3. Ciri – ciri anggota (pendidikan non formal dan kekosmopolitan) berhubungan nyata dengan kapasitas kelompok (unit produksi, kerjasama kelompok, wahana belajar, jaringan kerjasama).
2.4
Definisi Operasional Definisi operasional dalam penelitian ini berkaitan dengan kerangka
pemikiran yaitu pelaksanaan Program PUAP, karakteristik kelompok, ciri-ciri anggota dan kapasitas kelompok yang diukur secara kuantitatif. Definisi operasional tersebut adalah sebagai berikut: 1. Pelaksanaan Program PUAP Pelaksanaan
Program
PUAP
adalah
keikutsertaan
responden
dalam
pelaksanaan program PUAP mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi program. a. Perencanaan Pengukuran
mengenai
perencanaan
program
PUAP
dilihat
dari
keikutsertaan responden pada tahap perencanaan program berlangsung yang dikategorikan sebagai berikut. 1. Ya
=
label 1
2. Tidak
=
label 0
Jika dilihat dari keikutsertaan responden dalam (1) pertemuan yang dilakukan oleh masyarakat dan aparat desa, (2) pertemuan yang dilakukan oleh PPL dan Gapoktan, (3) keikutsertaan responden dalam pertemuan
10
dengan pihak BP4K Kabupaten Bogor di kantor desa sebagai perwakilan dari masyarakat untuk merencanakan program, (4) keterlibatan responden dalam memberikan pendapat pada saat perencanaan program berlangsung dan (5) keikutsertaan responden dalam pembuatan proposal program. Kemudian jumlah skor yang diperoleh akan dikategorikan dengan menggunakan tiga skala ordinal, (1) rendah, jika total skor < 1, hal ini menunjukkan perencanaan tergolong rendah, (2) sedang, jika total skor 14, hal ini menunjukkan perencanaan tergolong sedang, (3) tinggi, jika total skor > 4, hal ini menunjukkan perencanaan tergolong tinggi. b. Pelaksanaan Pengukuran mengenai pelaksanaan program PUAP dilihat dari jawaban responden pada tahap pelaksanaan Program PUAP berlangsung yang dikategorikan sebagai berikut. 1. Ya
=
label 1
2. Tidak
=
label 0
Jika responden menjawab pertanyaan yang diantaranya adalah (1) apakah responden mengikuti program karena keinginan sendiri, (2) apakah responden mengerti tata cara pelaksanaan program, (3) apakah responden merasakan manfaat dari kegiatan PUAP, (4) apakah responden menggunakan bantuan untuk usaha agribisnis, (5) apakah usaha yang dikelola responden berkembang setelah mendapatkan pinjaman, (6) apakah terdapat hambatan saat pelaksanaan program berlangsung, (7) apakah terdapat pendampingan dari ketua kelompok, (8) apakah terdapat pendampingan dari PPL, (9) apakah bantuan yang dipakai digunakan untuk membuat usaha baru, (10) apakah bantuan dipakai untuk meneruskan usaha yang sudah ada. Kemudian jumlah skor yang diperoleh akan dikategorikan dengan menggunakan tiga skala ordinal, (1) rendah, jika total skor < 5, hal ini menunjukkan pelaksanaan tergolong rendah, (2) sedang, jika total skor 57, hal ini menunjukkan pelaksanaan tergolong sedang, (3) tinggi, jika total skor > 7, hal ini menunjukkan pelaksanaan tergolong tinggi.
11
c. Evaluasi Pengukuran mengenai evaluasi Program PUAP dilihat dari jawaban dari responden tersebut yang dikategorikan sebagai berikut. 1. Ya
=
label 1
2. Tidak
=
label 0
Jika responden menjawab pertanyaan yang diantaranya adalah (1) keikutsertaan responden dalam proses evaluasi Program PUAP, (2) keikutsertaan responden dalam membuat laporan tertulis Program PUAP, (3) keikutsertaan responden dalam membuat laporan secara lisan tentang Program PUAP, dan (4) kesempatan responden untuk membuat evaluasi Program PUAP. Kemudian jumlah skor yang diperoleh akan dikategorikan dengan menggunakan tiga skala ordinal, (1) rendah, jika total skor < 1, hal ini menunjukkan evaluasi tergolong rendah, (2) sedang, jika total skor 1-2, hal ini menunjukkan evaluasi tergolong sedang, (3) tinggi, jika total skor > 2, hal ini menunjukkan evaluasi tergolong tinggi. 2
Karakteristik kelompok dilihat dari tujuan kelompok, aktivitas kelompok pembagian tugas dan suasana kelompok. a. Tujuan kelompok adalah hal yang ingin dicapai oleh kelompok secara bersama-sama. Alat ukur tujuan kelompok ditentukan atas dasar jumlah pendapat anggota kesesuaian tujuan kelompok, yaitu (1) adanya kesamaan tujuan: anggota merasakan adanya kesamaan tujuan kelompok dengan tujuan anggota kelompok, (2) adanya kejelasan tujuan: anggota mengetahui tujuan bergabung dalam kelompok, (3) Formalisasi tujuan: anggota mengetahui tujuan dibentuknya kelompok, (4) Pencapaian tujuan: anggota mengetahui manfaat dan tujuan apa yang akan dicapai oleh anggota baik untuk anggota maupun untuk kelompoknya. Pengukuran mengenai tujuan kelompok dikategorikan sebagai berikut. 1. Ya
=
label 1
2. Tidak
=
label 0
12
Jika responden merasakan atau tidak hal-hal tersebut di dalam kelompoknya. Kemudian jumlah skor yang diperoleh akan dikategorikan dengan menggunakan tiga skala ordinal, (1) rendah, jika total skor < 4, menunjukkan tujuan kelompok tergolong rendah, (2) sedang, jika total skor = 4, menunjukkan tujuan kelompok tergolong sedang, (3) tinggi, jika total skor > 4, menunjukkan aktivitas kelompok tergolong tinggi. b. Aktivitas kelompok adalah kegiatan yang dilakukan oleh kelompok dengan menggunakan dana PUAP. Alat ukur aktivitas kelompok ditentukan atas dasar jumlah pendapat anggota kesesuaian dengan aktivitas kelompok, diantaranya tentang pertemuan kelompok, keikutsertaan responden dalam pertemuan kelompok, berjalannya pertemuan kelompok, dan terdapat pelatihan di dalam kelompok. Pengukuran mengenai aktivitas kelompok dikategorikan sebagai berikut. 1. Ya
=
label 1
2. Tidak
=
label 0
Jika responden merasakan atau tidak merasakan hal-hal tersebut dalam kelompoknya. Kemudian jumlah skor yang diperoleh akan dikategorikan dengan menggunakan tiga skala ordinal, (1) rendah, jika total skor < 5, hal ini menunjukkan aktivitas kelompok tergolong rendah, (2) sedang, jika total skor 5-6, hal ini menunjukkan aktivitas kelompok tergolong sedang, (3) tinggi, jika total skor > 6, hal ini menunjukkan aktivitas kelompok tergolong tinggi. c. Pembagian tugas adalah pembagian kewajiban pada setiap anggota kelompok dalam kelompok. Indikator pembagian tugas meliputi (1) keterdapatan pembagian tugas yang jelas di dalam kelompok, (2) responden mendapatkan tugas di kelompok, (3) responden menjalankan tugas yang diberikan, (4) tugas yang diberikan sesuai dengan kemapuan dan kesepakatan anggota, (5) tugas yang diberikan dapat mempererat kelompok. Pengukuran mengenai pembagian tugas dikategorikan sebagai berikut. 1. Ya
=
label 1
2. Tidak
=
label 0
13
Jika responden menyatakan terdapat atau tidak hal-hal tersebut di dalam kelompoknya. Kemudian jumlah skor yang diperoleh akan dikategorikan dengan menggunakan tiga skala ordinal, (1) rendah, jika total skor <2, hal ini menunjukkan pembagian tugas tergolong rendah, (2) sedang, jika total skor 2-4, hal ini menunjukkan pembagian tugas tergolong sedang, (3) tinggi, jika total skor > 4, hal ini menunjukkan pembagian tugas tergolong tinggi. d. Suasana kelompok adalah derajat untuk mencapai tingkat reaksi anggota terhadap
kelompoknya,
anggota
merasa
hangat
dan
adanya
kesetiakawanan, saling diterima dan saling dihargai serta penuh persahabatan, merasa puas dan bersungguh-sungguh untuk tinggal di dalam kelompok. Pengukuran mengenai suasana kelompok dikategorikan sebagai berikut. 1. Ya
=
label 1
2. Tidak
=
label 0
Jika responden merasakan atau tidak hal-hal tersebut diatas. Kemudian jumlah skor yang diperoleh akan dikategorikan dengan menggunakan tiga skala ordinal, (1) rendah, jika total skor < 3, hal ini menunjukkan aktivitas kelompok tergolong rendah, (3) sedang, jika total skor 3-4, hal ini menunjukkan aktivitas kelompok tergolong sedang, (3) tinggi, jika total skor > 4, hal ini menunjukkan aktivitas kelompok tergolong tinggi. 3. Ciri-ciri anggota kelompok dapat dilihat dari pendidikan non formal dan kekosmopolitan anggota. a. Pendidikan non formal adalah pendidikan yang dilaksanakan secara terstruktur dan terprogram berdasarkan kebutuhan peserta didik seperti kursus. Pengukuran mengenai pendidikan non formal dikategorikan sebagai berikut. 1. Rendah (skor = 1), jika responden belum pernah mengikuti pendidikan formal selama satu tahun terakhir.
14
2. Sedang (skor = 2), jika responden pernah satu kali mengikuti pendidikan formal selama satu tahun terakhir. 3. Tinggi (skor = 3), jika responden pernah lebih dari satu kali mengikuti pendidikan non formal selama satu tahun terakhir. b. Kekosmopolitan anggota adalah keterbukaan anggota terhadap dunia luas dan pembaharuan. Anggota kelompok mau menerima informasi dari luar, atau teknologi baru yang datang. Kekosmopolitan pada penelitian ini dilihat dari seberapa sering responden bepergian ke luar desa, seberapa sering responden melakukan interaksi dengan orang lain yang berbeda budaya, seberapa sering responden mencari tahu tentang berita agribisnis. Pengukuran mengenai ciri-ciri dikategorikan sebagai berikut. 1. Tidak Pernah
=
Skor 0
2. Kadang-kadang
=
Skor 1
3. Sering
=
Skor 2
Kemudian
jumlah
skor
yang
diperoleh
dikategorikan
dengan
menggunakan tiga skala ordinal, (1) rendah, jika total skor < 4, hal ini menunjukkan kosmopolitan anggota tergolong rendah, (2) sedang, jika total skor = 4, hal ini menunjukkan kosmopolitan anggota
tergolong
sedang, (3) tinggi, jika total skor > 4, hal ini menunjukkan kosmopolitan anggota tinggi. 4. Kapasitas kelompok dapat dilihat melalui unit produksi, kerjasama kelompok, wahana belajar dan jaringan kerja/sosial. a. Unit produksi adalah suatu proses kegiatan usaha dalam bidang pertanian, berorientai keuntungan dengan mengoptimalkan sumber daya, dalam berbagai bentuk unit usaha sesuai dengan kemampuan yang dikelola secara profesional. Unit produksi dilihat dari usaha yang dijalankan dikelola bersama kelompok atau pribadi, apakah usaha tersebut memberikan
keuntungan,
apakah
terdapat
sarana
dan
prasarana
pendudkung usaha tersebut, apakah usaha tersebut dapat memperbaiki kehidupan ekonomi anggota kelompok (responden). Pengukuran mengenai unit produksi dikategorikan sebagai berikut. 1. Ya
=
label 1
15
2. Tidak
=
label 0
Jika responden measarakan atau tidak merasakan hal-hal tersebut diatas. Kemudian
jumlah
skor
yang
diperoleh
dikategorikan
dengan
menggunakan tiga skala ordinal, (1) rendah, jika total skor < 3, menunjukkan unit produksi tergolong rendah, (2) sedang, jika total skor 38, menunjukkan unit produksi tergolong sedang, (3) tinggi, jika total skor > 8, menunjukkan unit produksi tergolong tinggi. b. Kerjasama Kelompok adalah hubungan upaya yang terjalin secara timbal balik antar anggota dalam kelompok tani untuk mencapai manfaat atau keuntungan bagi kedua belah pihak. Indikator kerjasama kelompok adalah ada kerjasama dalam kelompok tani, terjalin kerjasama antar anggotanya, terjadi kerjasama antar anggota dalam kelompok tani dan antara kelompok tani tersebut dengan pihak lain. Pengukuran mengenai wahana kerjasama dikategorikan sebagai berikut. 1. Ya
=
label 1
2. Tidak
=
label 0
Jika responden merasakan atau tidak merasakan hal-hal tersebut diatas. Kemudian
jumlah
skor
yang
diperoleh
dikategorikan
dengan
menggunakan tiga skala ordinal, (1) rendah, jika total skor < 4, menunjukkan wahana kerjasama tergolong rendah, (2) sedang , jika total skor 4-8, menunjukkan wahana kerjasama tergolong sedang, (3) tinggi, jika total skor > 8, menunjukkan wahana kerjasama tergolong tinggi. c. Wahana belajar adalah kelompok tani merupakan wadah belajar mengajar bagi anggotanya guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap (PKS) serta tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam berusaha tani sehingga produktivitasnya meningkat, pendapatannya bertambah serta kehidupan yang lebih sejahtera Pengukuran mengenai wahana belajar dikategorikan sebagai berikut. 1. Ya
=
label 1
2. Tidak
=
label 0
Jika responden merasakan atau tidak merasakan hal-hal tersebut diatas. Kemudian
jumlah
skor
yang
diperoleh
dikategorikan
dengan
16
menggunakan tiga skala ordinal, (1) rendah, jika total skor < 2, menunjukkan wahana belajar tergolong rendah, (2) sedang, jika total skor 2-3, menunjukkan wahana belajar tergolong sedang, (3) tinggi, jika total skor > 3, menunjukkan wahana belajar tergolong tinggi. d. Jaringan kerjasama adalah bagaimana kelompok mempunyai dan membentuk jaringan sosial atau jaringan kerja selama mereka berada dalam kelompok. Jaringan tersebut adalah lembaga penyedia saprodi usaha tani, lembaga penyedia modal, lembaga pengolahan hasil, lembaga pemasaran, dan lembaga penyuluhan. Pengukuran mengenai jaringan kerja/sosial dikategorikan sebagai berikut. 1. Ya
=
label 1
2. Tidak
=
label 0
Jika responden memiliki atau tidak memiliki kelima jaringan tersebut. Kemudian
jumlah
skor
yang
diperoleh
dikategorikan
dengan
menggunakan tiga skala ordinal, (1) rendah, jika total skor < 1, menunjukkan jaringan kerja tergolong rendah, (2) sedang, jika total skor 13, menunjukkan jaringan kerja tergolong sedang, (3) tinggi, jika total skor > 3, menunjukkan jaringan kerja tergolong tinggi.