6
BAB II PENDEKATAN TEORITIS
2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Komunikasi Komunikasi berasal dari bahasa latin “communis” yang maknanya adalah sama. Apabila dua orang sedang berkomunikasi berarti mereka berada dalam usaha untuk menimbulkan pengertian bersama. Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan), agar orang tersebut mengikuti, tahu, serta bersedia menerima suatu paham atau keyakinan, sehingga mau melakukan sesuatu perbuatan atau kegiatan dan lain-lain (Yusuf, 2004). Menurut Schramm dan Kincaid (1977) terdapat tiga ukuran untuk menilai dipercayai atau tidaknya sumber suatu pesan yaitu: (1) kecakapan dan kompetensi mengenai persoalan; (2) sampai berapa jauh sumber dapat dipercayai untuk mengatakan kebenaran; dan (3) kedinamisan dari sumber. Disebutkan oleh Berlo (1960) bahwa unsur-unsur komunikasi terdiri dari sumber (source), pesan (message), saluran (channel), penerima (receiver) dan pengaruh (effect). Rogers dan Kincaid (1982) menyebutkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses dimana partisipan membuat berbagai informasi satu sama lain dalam upaya mencapai saling pengertian. Effendi (2000) mendefinisikan komunikasi sebagai proses dimana seorang insan (komunikator) menyampaikan perangsang (biasanya lambang-lambang dalam bentuk kata-kata) untuk merubah tingkah laku insan-insan lainnya (komunikan, sasaran). Oleh karena itu tujuan komunikasi
7
menurutnya, ada empat yaitu: (1) mengubah sikap, (2) mengubah opini pendapat atau pandangan, (3) mengubah perilaku dan (4) mengubah masyarakat. Komunikasi dapat dipahami dengan tiga kerangka pemahaman yang dapat digunakan, yaitu komunikasi sebagai tindakan satu-arah, komunikasi sebagai interaksi dan komunikasi sebagai proses linear. Sebagai tindakan satuarah, suatu pemahaman popular mengenai komunikasi manusia adalah komunikasi yang mensyaratkan penyampaian pesan searah dari seseorang (atau suatu lembaga) kepada seseorang (sekelompok orang) lainnya, baik secara langsung (tatap-muka) atau melalui media, seperti surat (selebaran), surat kabar, majalah, radio atau televisi. Komunikasi dianggap suatu proses linear yang dimulai dengan sumber atau pengirim dan berakhir pada penerima, sasaran atau tujuannya. Komunikasi sebagai interaksi menyetarakan komunikasi dengan suatu proses sebab-akibat atau aksi-reaksi, yang arahnya bergantian. Seorang penerima bereaksi dengan memberi jawaban verbal atau menganggukkan kepala, kemudian orang pertama bereaksi lagi setelah menerima respon atau timbal balik dari orang kedua, dan begitu seterusnya. Komunikasi sebagai interaksi dipandang sedikit lebih dinamis daripada komunikasi sebagai tindakan satu-arah. Salah satu unsur yang dapat ditambahkan dalam konseptualisasi kedua ini adalah umpan balik (feed back), yakni apa yang disampaikan penerima pesan kepada sumber pesan (Mulyana 2000 dalam Cahyanto 2007). 2.1.2 Model Komunikasi Sebagai suatu proses sosial utama dalam kehidupan manusia dalam suatu sistem sosial, komunikasi merupakan urat nadi bagi terselenggaranya proses pembangunan sehingga mencapai tujuannya. Oleh sebab itu, model komunikasi
8
pembangunan yang tepat tentu akan dapat menjawab tantangan dan mengatasi kendala yang muncul atau yang mungkin akan muncul. Djunaedi (2003) mengatakan bahwa terdapat ratusan model komunikasi yang telah dibuat oleh para pakar. Kekhasan suatu model komunikasi juga dipengaruhi oleh latar belakang keilmuan (pembuat) model tersebut, paradigma yang digunakan, kondisi teknologi dan semangat zaman yang melingkunginya. 2.1.3 Aktivitas Komunikasi Aktivitas komunikasi adalah proses dalam berkomunikasi yang merupakan semua kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk memperoleh informasi. Menurut Rahmat (2000) aktivitas komunikasi menunjukkan perilaku komunikan yang dipengaruhi oleh faktor personal (intern) dan faktor situasional (ekstern). Faktor personal merupakan faktor yang terpusat pada personal, berupa sikap, instink, kepribadian, sistem kognitif. Faktor internal dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu faktor biologis dan faktor sosiopsikologis. Faktor biologis terlibat dalam seluruh aktivitas manusia dan berpadu dengan sektor sosiopsikologis. Faktor biologis sangat mempengaruhi berlangsungnya komunikasi, misalnya kesiapan untuk melihat-membaca yang berhubungan dengan indera penglihatan, kesiapan untuk mendengarkan suara yang berhubungan dengan indera pendengaran. Sedangkan faktor sosiopsikologis adalah faktor yang berhubungan dengan komponen afektif merupakan aspek emosional, kognitif merupakan aspek intelektual, dan konatif yang berhubungan dengan kebiasaan kemauan bertindak. Menurut Effendy (2000) Salah satu aktivitas komunikasi adalah komunikasi kelompok. Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang dilakukan dalam kelompok untuk mencapai tujuan kelompok. Komunikasi kelompok
9
merupakan komunikasi yang berlangsung antara komunikator dengan sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari dua orang. Komunikasi yang berlangsung dengan jumlah orang dalam jumlah yang sedikit, disebut komunikasi kelompok kecil (small
group
communication)
sedangkan
apabila
jumlah
orang
yang
berkomunikasi banyak dinamakan komunikasi kelompok besar (large group communication). Pada komunikasi kelompok kecil, komunikator menunjukkan pesannya kepada kognisi (pikiran) komunikan dan prosesnya berlangsung secara dialogis, dimana komunikan dapat menanggapi uraian komunikator, bisa bertanya dan dapat menyanggah. Komunikasi kelompok besar adalah komunikasi yang ditujukan kepada afeksi (sikap) komunikan dan proses berlangsung secara linear (satu arah) (Anas, 2003). Komunikasi kelompok merupakan aktivitas komunikasi dalam rangka mewujudkan tujuan kelompok yang ingin dicapai. Pencapaian tujuan kelompok akan mempengaruhi tercapainya tujuan anggota kelompok. Selain itu komunikasi kelompok merupakan salahsatu langkah untuk menyatukan persepsi anggota kelompok kerja, sehingga terjadi kesepahaman, dalam bertindak dalam mencapai tujuan dalam kelompok (Jufri, 2005). 2.1.4 Efektivitas komunikasi Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti tercapainya keberhasilan yang telah ditetapkan. Yusuf (2004) mengemukakan efektivitas adalah suatu keadaan yang menunjukkan tingkat keberhasilan kegiatan manajemen, dalam mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan lebih dahulu dan perlu pula ukuran efisiensinya. Tubbs dan Moss (1996) mengemukakan komunikasi dikatakan efektif bila rangsangan yang disampaikan dan yang dimaksud oleh pengirim atau sumber, sama dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima.
10
Djunaedi (2003) menyatakan bahwa prinsip efektif itu adalah kemampuan mencapai sasaran dan tujuan akhir melalui kerjasama orang-orang dengan memanfaatkan sumber-sumber yang ada seefisien mungkin. Sementara itu, Effendy (2000) menyatakan bahwa efektivitas komunikasi adalah kondisi adanya kesamaan makna terhadap pesan komunikasi dimana hal tersebut dapat dikatakan efektif jika dapat menimbulkan dampak: (1) kognitif, yakni meningkatnya pengetahuan komunikan, (2) afektif, yakni perubahan pandangan komunikan karena hatinya tergerak akibat komunikasi, dan (3) behavioral, yaitu perubahan perilaku atau tindakan yang terjadi pada komunikan. Sastropoetra (1988) berpendapat bahwa komunikasi yang efektif haruslah 1) menggunakan lambang-lambang yang serasi dan tepat, 2) menggunakan media saluran yang tepat, 3) pesan yang disampaikan dapat menimbulkan minat dan perhatian, 4) pesan memberikan saran atau stimuli untuk pemecahan masalah. Tubbs dan Moss (2000) menyatakan ada lima hal yang menjadi ukuran bagi komunikasi yang efektif yaitu pemahaman, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik dan tindakan Menurut Cahyanto (2007), faktor-faktor karakteristik individu yang menentukan keefektivan komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan Prima Tani adalah usia, pendidikan nonformal, motivasi dan tingkat pendapatan serta lama menjadi anggota kelompok tani. Hal lain yang menentukan adalah keterlibatan petani dalam penumbuhan ide, perencanaan program, pelaksanaan program dan penilaian program. Djunaedi (2003), menyatakan bahwa variabel-variabel profil penerima yang berhubungan dengan efektivitas komunikasi Imbal Swadaya adalah tingkat
11
pendidikan, intensitas komunikasi, pemilikan media komunikasi dan tingkat partisipasi dalam pembangunan. Sedangkan menurut Rahmani (2006) peran fasilitator atau pendamping berhubungan nyata dengan efektivitas komunikasi terutama pada aspek konatif dimana peran fasilitator lebih menjadi sebagai agen perubahan pada pemberdayaan mandiri lahan kering pada program PIDRA di Kabupaten Sumbawa. Pada pelaksanaan Prima Tani di Kecamatan Sungai Kakap Pontianak didapati program berjalan efektif saat komunikasi yang bersifat partisipatif dilakukan. Komunikasi tersebut memiliki tujuan mengetahui teknologi tepat guna yang baik untuk digunakan dalam penerapan program tersebut. Komunikasi dijalankan secara sirkuler dimana ada timbal balik di antara tim Prima Tani dan petani. Komunikasi partisipatif dinilai efektif dalam perencanaan program Prima Tani dilihat dari masukan-masukan yang diberikan oleh petani (Cahyanto (2007)). 2.1.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi Menurut Eddy (2007) dua faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi yaitu: 1. Faktor pada komponen komunikan Faktor yang harus diperhatikan oleh seorang komunikan dalam menyampaikan suatu pesan yaitu: (1) waktu yang tepat untuk suatu pesan, (2) bahasa yang harus dipergunakan agar pesan dapat dimengerti, (3) sikap dan nilai yang harus ditampilkan agar efektif, (4) jenis kelompok dimana komunikasi itu dilaksanakan. Seorang dapat dan akan menerima pesan hanya kalau terdapat kondisi berikut sebagai simultan: (1) ia dapat dan benar-benar mengerti pesan komunikasi; (2) pada saat ia mengambil keputusan, ia sadar bahwa keputusannya
12
sesuai dengan tujuannya; (3) pada saat ia mengambil keputusan, ia sadar bahwa keputusannya itu bersangkutan dengan kepentingan pribadinya; serta (4) ia mampu untuk menepati janjinya baik secara mental maupun secara fisik. 2. Faktor pada komponen Komunikator Untuk melaksanakan komunikasi efektif, terdapat dua faktor penting pada diri komunikator yakni kepercayaan pada komunikator (source credibility) dan daya tarik komunikator (source atrractiveness). a. Kepercayaan kepada komunikator kepercayaan pada komunikator ditentukan oleh keahliannya dan dapat tidaknya ia dipercaya. Penelitian menunjukkan bahwa kepercayaan yang besar akan dapat meningkatkan daya perubahan sikap, sedang kepercayaan yang kecil akan mengurangi daya perubahan yang menyenangkan. Lebih dikenal dan disenanginya komunikator oleh komunikan, lebih cenderung komunikan merubah kepercayaannya kepada arah yang dikehendaki komunikator. b. Daya tarik komunikator Seorang komunikator akan mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan sikap melalui mekanisme daya tarik. Jika pihak komunikan merasa bahwa komunikator ikut serta dengan mereka dalam hubungannya dengan opini secara memuaskan. Schramm dan Kincaid (1977) menyatakan bahwa terdapat empat syarat pesan yang harus dipenuhi agar komunikasi menjadi efektif yaitu: (1) pesan harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menumbuhkan perhatian, (2) pesan harus dirumuskan sedemikian rupa sehingga mencakup pengertian yang sama dan lambang-lambang yang dimengerti, (3) pesan harus dapat menimbulkan
13
kebutuhan pribadi dan menyarankan bagaimana kebutuhan itu dapat dipenuhi dan (4) pesan harus sesuai dengan situasi penerima. Dalam melakukan proses komunikasi
dapat
terjadi
hambatan-hambatan
komunikasi
seperti
pada
komunikasi Organisasi Pemerintah Daerah Kota Pagar Alam dimana terdapat 10 indikator yaitu kurangnya pengetahuan, tingkat keterampilan berkomunikasi, tingkat perbedaan persepsi, tingkat penguasaan bahasa, tingkat pengendalian diri, tingkat perhatian, tingkat perbedaan umur, tingkat perbedaan gaya berkomunikasi, tingkat kredibilitas dan tingkat prasangka negatif (Damayanti, 2003) 2.2 Kerangka Pemikiran Mengacu pada pendekatan teoritis, Program Keluarga Harapan merupakan program yang diprogramkan oleh pemerintah sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui pemberian bantuan untuk pendidikan dan kesehatan. Tingkat keberhasilan dari Program Keluarga Harapan salahsatunya dapat dilihat dari berjalannya proses komunikasi yang dilakukan antara pendamping PKH dengan RTSM penerima bantuan PKH. Efektivitas komunikasi dapat dinilai dengan melihat perubahan yang terjadi pada RTSM penerima bantuan PKH. Perubahan yang terjadi sebagai dasar untuk melihat efektivitas dari suatu komunikasi dapat dilihat dari perubahan pengetahuan, sikap dan tindakan dari RTSM yang dijadikan sasaran dari komunikasi tersebut. Sebuah komunikasi yang efektif dapat terjadi saat aktivitas komunikasi yang dilakukan berjalan dengan baik pula. Dengan kata lain aktivitas komunikasi antara RTSM dengan pendamping memberi peran terhadap efektivitas komunikasi dari RTSM penerima bantuan PKH. Aktivitas komunikasi pada Program Keluarga Harapan terjadi antara RTSM penerima bantuan tunai dengan
14
pendamping PKH yang dilakukan dalam bentuk pertemuan kelompok. Pertemuan yang efektif dapat dihubungkan dengan karakteristik peserta pertemuan tersebut yang adalah RTSM penerima bantuan PKH sehingga diduga berhubungan dengan aktivitas komunikasi dalam pertemuan kelompok. Hubungan antar variabel pembangun kerangka pemikiran tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.
15
Karakteristik RTSM Penerima Bantuan PKH: Umur Status pekerjaan Tingkat pendapatan Pendidikan formal Pendidikan nonformal Penggunaan bahasa Jumlah tanggungan
Aktivitas Komunikasi : Pertemuan Kelompok (Pendampingan)
= Hubungan
Sikap Tindakan
Gambar 1. Bagan kerangka pemikiran Keterangan gambar:
Efektivitas Komunikasi : Pengetahuan
16
2.3 Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan pernyataan yang masih belum teruji kebenarannya, masih harus diuji melalui riset mengumpulkan data empiris dan bersifat dugaan awal. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini: a) Terdapat hubungan nyata atau sangat nyata antara usia dan aktivitas komunikasi dalam bentuk pertemuan kelompok. b) Terdapat hubungan nyata atau sangat nyata antara status pekerjaan dan aktivitas komunikasi dalam bentuk pertemuan kelompok. c) Terdapat hubungan nyata atau sangat nyata antara pendapatan dan aktivitas komunikasi dalam bentuk pertemuan kelompok. d) Terdapat hubungan nyata atau sangat nyata antara pendidikan formal dan aktivitas komunikasi dalam bentuk pertemuan kelompok. e) Terdapat hubungan nyata atau sangat nyata antara pendidikan nonformal dan aktivitas komunikasi dalam bentuk pertemuan kelompok. f) Terdapat hubungan nyata atau sangat nyata antara penggunaan bahasa dan aktivitas komunikasi dalam bentuk pertemuan kelompok. g) Terdapat hubungan nyata atau sangat nyata antara jumah tanggungan (anak/keponakan/cucu) dan aktivitas komunikasi dalam bentuk pertemuan kelompok. h) Terdapat hubungan nyata atau sangat nyata antara aktivitas komunikasi dalam bentuk pertemuan kelompok dan perubahan pengetahuan dari RTSM penerima bantuan PKH.
17
i) Terdapat hubungan nyata atau sangat nyata antara aktivitas komunikasi dalam bentuk pertemuan kelompok dan perubahan sikap dari RTSM penerima bantuan PKH. j) Terdapat hubungan nyata atau sangat nyata antara aktivitas komunikasi dalam bentuk pertemuan kelompok dan perubahan tindakan dari RTSM penerima bantuan PKH. 2.4 Definisi Operasional Definisi operasional adalah penjelasan pengertian mengenai variabel yang diukur. Variabel-variabel tersebut diukur dengan cara meminta pendapat atau respon dari para responden tentang beberapa hal yang berhubungan dengan variabel-variabel tersebut. Batasan operasional untuk variabel-variabel dalam hipotesis atau kerangka pemikiran penelitian didefinisikan sebagai berikut: No 1.
2.
3.
4.
5.
Variabel Usia
Status pekerjaan
Pendidikan formal
Pendidikan nonformal
pendapatan
Definisi Operasional Kategori Satuan umur a. Muda: responden dalam tahun kurang dari 33 tahun yang dihitung sejak b. Dewasa: lahir sampai penelitian antara 33 sampai 41 tahun ini dilakukan c. Tua: lebih dari 41 tahun Jenis pekerjaan yang a. Buruh dilakukan oleh RTSM b. Pedagang dalam kesehariannya c. Ibu rumah tangga Jenjang pendidikan terakhir responden
Pelatihan atau kursus yang pernah diikuti oleh responden dalam dua tahun terakhir
Jumlah rupiah yang diperoleh oleh RTSM
a. Rendah: lulusan SD b. Sedang: lulusan SMP c. Tinggi: lulusan SMA a. Tidak pernah b. Rendah: Pernah mengikuti (berkisar antara 1-2 kali) c. Tinggi: Pernah mengikuti (lebih dari dua kali) a. Tidak ada b. Rendah:
Sumber data
Responden
Responden
Responden
Responden
18
sebagai hasil dari bekerja sesuai dengan mata pencahariannya.
c. d.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Penggunaan bahasa
Jumlah tanggungan
Aktivitas komunikasi
Pengetahuan
Sikap
Tindakan
Bahasa yang biasa digunakan oleh responden untuk berinteraksi, menyampaikan informasi
a.
Jumlah anggota keluarga (anak/keponakan/ cucu) yang menjadi tanggungan keluarga yang masuk kategori Balita atau anak usia sekolah (SD/SMP) Tingkat keaktifan RTSM (bertanya, menyampaikan saran dan kritik) pada saat Pertemuan kelompok Tingkat pengetahuan responden tentang pentingnya kesehatan serta pendidikan yang didiseminasikan dalam Program Keluarga Harapan
a.
Respon responden terhadap bantuan yang diterima dalam Program Keluarga Harapan
a. b. c. d.
b. c.
b.
c.
kurang dari Rp400.000 Sedang: Rp 400.100-Rp800.000 Tinggi: Rp800.100-Rp1.200.000 Cukup baik: Bahasa Sunda Baik: Bahasa Indonesia Sangat baik: Bahasa Indonesia dan Bahasa sunda Rendah: kurang dari 3 orang Sedang: berkisar antara 3 sampai 5 orang Tinggi: lebih dari 5 orang
a. Rendah: 1 (skor 3-14) b. Tinggi: 2 (skor 15-26) a. Salah: 0 b. Benar:1 Rendah: (Skor 0-7) Tinggi: (Skor 8-14)
Sangat Setuju: 4 Setuju: 3 Tidak Setuju: 2 Sangat tidak setuju: 1 Negatif: (Skor 11-27) Positif: (Skor 28-44) Tindakan responden a. Tidak pernah: 1 terhadap dana bantuan b. Tidak selalu: 2 yang telah didapat dari c. Selalu: 3 Program Keluarga Rendah: Harapan (skor 12-24) Tinggi (skor 25-36)
Responden
Responden
Responden
Responden
Responden
Responden
Responden