6
BAB II PENDEKATAN TEORITIS
2.1
Tinjauan Pustaka
2.1.1
Siaran Radio
2.1.1.1 Konsep Dasar Radio Radio merupakan buah perkembangan teknologi yang memungkinkan suara ditransmisikan secara serempak melalui gelombang radio di udara. Sejarah radio diawali sejak tahun 1896, Guglielmo Marconi menciptakan wireless telegraph yang menggunakan gelombang radio untuk membawa pesan dalam bentuk kode Morse. Marconi lantas mendirikan perusahaan pengirim pesan kedatangan dan keberangkatan kapal, mendirikan stasiun pemancar dan penerima, terutama di kawasan yang tidak terjangkau kabel telegraf, dan belakangan bahkan mendirikan pabrik perakit dan penyedia perlengkapan radio (Astuti 2008). Arifin (2010) menyatakan bahwa kata siaran merupakan padanan dari kata "broadcast" dalam bahasa Inggris. Undang-undang Penyiaran memberikan pengertian siaran sebagai pesan atau rangkaian pesan dalam bentuk suara, gambar, atau suara dan gambar, atau yang berbentuk grafis, karakter, baik yang bersifat interaktif maupun tidak, yang dapat diterima melalui perangkat penerima siaran. Sementara penyiaran yang merupakan padanan kata "broadcasting" memiliki pengertian sebagai kegiatan pemancarluasan siaran melalui sarana pemancaran dan atau sarana transmisi di darat, laut atau di antariksa dengan menggunakan spektrum,
frekuensi
radio
(sinyal
radio)
yang
berbentuk
gelombang
elektromagnetik yang merambat melalui udara, kabel, dan atau media lainnya untuk dapat diterima secara serentak dan bersamaan oleh masyarakat, dengan perangkat penerima siaran. Siaran radio memiliki karakteristik yang unik sehingga menjadikannya sebagai media yang banyak digunakan masyarakat (Hapsari 2008). Sejak awal pemunculannya, radio telah menjadi media komunikasi massa yang powerfull. Bahkan, radio pernah disebut-sebut sebagai the fifth estatekekuatan kelima-setelah koran. Seiring perkembangan teknologi, maka radio pun mengalami sejumlah perubahan (Astuti 2008). Pesatnya perkembangan radio
7
tidak hanya dialami dari sisi kuantitas radio siaran, tetapi juga dari sisi kualitas siaran dengan diperkenalkannya System Frequency Modulation (FM) sebagai penyempurnaan System Amplitude Modulation (AM) yang diperkenalkan oleh Prof. E. H. Amstrong pada tahun 1933. Sistem yang baru ini menghasilkan kualitas suara yang diterima pendengar Fideliti-nya lebih tinggi. Keuntungan sistem FM dibanding dengan AM adalah, 1) dapat menghilangkan interference (gangguan, pencampuran yang disebabkan cuaca, bintik-bintik matahari atau alat listrik), 2) dapat meningkatkan interference yang disebabkn dua stasiun yang mengudara pada gelombang yang sama, 3) dapat menyiarkan suara sebaikbaiknya bagi telinga manusia yang sensitif (Setiawan 2003). Perkembangan teknologi radio berjalan terus terbukti tahun 1997 di Eropa muncul sistem baru yang dikenal dengan Digital Audio Broadcasting (DAB). Sistem ini memancarkan audio yang dimasukkan ke data komputer sebagaimana rekaman Compact Disk. Sistem ini meningkatkan kualitas suara dan membuat signal-signal radio tidak mudah kehilangan kekuatan suaranya. Signal digital juga memasukkan informasi tentang sumber dan isi musik sehingga kita dapat menyetel radio seperti yang kita harapkan. Sistem Digital Audio Broadcasting ini di Indonesia sudah mulai dipergunakan sekalipun baru oleh stasiun radio yang tergolong sudah mapan (Setiawan 2003).
2.1.1.2 Fungsi Radio Radio memiliki sejumlah fungsi, seperti mentransmisikan pesan, mendidik, membujuk, dan menghibur (Astuti 2008). Schraam 1964 (Siagian 2000) berpendapat bahwa dalam masyarakat yang sedang berkembang, informasi dapat berperan dalam banyak hal, yaitu untuk mengawasi dan melaporkan kembali (the watchman role), membantu dalam memutuskan kebijaksanaan, mengarahkan dan mengatur (the policy role), dan mendidik anggota-anggota baru dalam masyarakat, membawa dan membekali mereka dengan keahlian dan kepercayaan yang sesuai dengan masyarakat tersebut (the teacher role). Radio bisa mengambil model komunikasi apa saja dalam menyampaikan pesannya. Entah itu model satu arah, maupun dua arah. Model satu arah mengasumsikan radio sebagai komunikator tunggal yang menyampaikan pesan
8
kepada khalayak pasif, sedangkan model dua arah memposisikan radio sebagai komunikator yang melakukan interaksi timbal balik dengan khalayak aktif (Astuti 2008). Media komunikasi massa lainnya memiliki kekuatan tersendiri. Lima kekuatan utama radio menurut Astuti (2008) adalah sebagai berikut: 1.
Radio dapat membidik khalayak yang spesifik. Artinya, radio memiliki kemampuan untuk berfokus pada kelompok demografis yang dikehendaki. Selain itu, untuk mempermudah atau mempertajam segmen atau ceruk sasaran yang dituju, radio jauh lebih fleksibel dibandingkan media komunikasi massa lainnya.
2.
Radio bersifat mobile dan portable. Orang bisa menjinjing radio kemana saja. Sumber energinya kecil dan sama portable-nya. Radio bisa menyatu dengan fungsi alat penunjang kehidupan lainnya, mulai dari senter, mobil, hingga handphone. Harga radio relatif jauh lebih murah dibandingkan media lain.
3.
Radio bersifat intrusif, memiliki daya tembus yang tinggi. Sulit sekali menghindar dari siaran radio, begitu radio dinyalakan. Radio bisa menembus ruang-ruang dimana media lain tidak bisa masuk, misalnya di dalam mobil. Walaupun kini televisi telah menjadi salah satu asesoris mobil, tetap radio menjadi bagian tak terpisahkan dari mobil.
4.
Radio bersifat fleksibel, dalam arti dapat menciptakan program dengan cepat dan sederhana, dapat mengirim pesan dengan segera, dapat secepatnya membuat perubahan.
5.
Radio
bersifat
sederhana:
sederhana
mengoperasikannya,
sederhana
mengelolanya (tak serumit media lain), dan sederhana isinya. Tidak diperlukan konsentrasi tinggi untuk menyimak radio. Bahkan, orang bisa mendengarkan radio sambil menggarap pekerjaan lain. Mendengarkan radio tidak diperlukan kemampuan baca dan abstraksi tingkat tinggi.
2.1.1.3 Jenis Program Radio Program penyiaran broadcasting sistem dari setiap stasiun atau media cetak akan mempunyai rencana dan jadwal program acara atau kolom rubrik, baik di stasiun radio, televisi, maupun media cetak tentunya format siaran akan
9
disesuaikan dengan keadaan pasar, segmen, dan keinginan khalayak. Penyesuaian dilakukan mengacu pada usia dan waktu siaran. Setiap program stasiun broadcasting akan tetap mencoba berusaha untuk dapat menarik pendengar, pemirsa, dan pembacanya agar tetap setia pada setiap acaranya (Arifin 2010). Sistem produksi penayangan dari program radio terdapat program drama dan non drama. Pada program non drama program yang diproduksi bersifat news, pemberitaan, musik, kuis, vareaty show, talk show (bincang-bincang), dan majalah udara (ini biasanya ada di dalam lingkungan Studio Departemen dan meliput tentang khasanah budaya yang dikemas seperti layaknya membuka suatu majalah hanya kini dikemas di dalam pemberitaan broadcasting) (Arifin 2010). Lebih jauh dijelaskan jenis program non drama pada radio meliputi: 1.
Kuis, pada hari-hari tertentu biasanya setiap broadcasting selalu mengadakan kuis spesial, misalnya pada bulan Ramadhan dimana biasanya akan melibatkan sponsor.
2.
Variety show, program ini lebih banyak bermuatan musik, lawak, dan terkadang menampilkan kuis. Contohnya acara Platinoem RBT Radio Action di Megaswara FM.
3.
Talk show, acara program interaktif, atau dialog dimana pada program tersebut menghadirkan seorang tokoh masyarakat di bidang politik, kesehatan, ekonomi, psikologi, atau ahli lainnya yang berkaitan dengan tema acara yang diadakan pada edisi tersebut. Contohnya acara Bogor Update di Megaswara FM yang setiap harinya mengangkat isu-isu terhangat dan menghadirkan tokoh yang bersangkutan dengan tema tertentu.
4.
Magazine udara, acara ini adalah bermuatan tentang khasanah suatu daerah dengan kemasan yang cantik dimana menggambarkan potensi pariwisata, budaya, kuliner dari daerah tersebut. Contohnya program Bogor Directory di Megaswara FM, yang menyampaikan informasi tempat-tempat tertentu, serta seringkali ditambahkan sedikit profil mengenai tempat tersebut.
5.
Komedi, program ini dikemas penuh dengan lawakan yang humoris dan menggoda, bermuatan sketsa kehidupan manusia. Contohnya adalah program Debat Pasar di Megaswara FM.
10
6.
News, ini adalah program pemberitaan yang didukung dengan program peliputan berita yang sarat dengan fakta yang akurat. Program ini yang nantinya akan dibahas lebih lanjut.
7.
Iklan merupakan satu sajian program yang selalu ada pada sela-sela rangkaian program.
2.1.2
Program Berita Radio
2.1.2.1 Pengertian Berita Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengertian berita adalah: (1) cerita atau keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat; kabar; (2) laporan (3) pemberitahuan; pengumuman. Menurut Warren Breed (1956) dalam McQuail (1991) menyusun beberapa istilah untuk menguraikan berita: „layak jual, „dangkal‟, „sederhana‟, „objektif‟, „berorientasi tindakan‟, „menarik‟ (cukup berbeda), „bergaya‟, „bijaksana‟. Diajukan juga beberapa dimensi dan disepanjang dimensi itu dapat ditempatkan butir berita: berita versus kebenaran, berita versus rutin (dalam hal pengumpulan rutin), informasi versus kepentingan manusia. Sumber variasi berita lebih lanjut berkaitan dengan signifikannya bagi berbagai peristiwa masa depan, hubungannya dengan pengendalian tajuk rencana, fungsinya bagi pembaca, visibilitasnya bagi wartawan. Menurut Hall (1973) dalam McQuail (1991), terdapat tiga „kaidah visibilitas berita‟ yang pokok: (1) kaitannya dengan peristiwa atau kejadian (komponen tindakan); (2) kehangatannya; (3) keberhargaannya sebagai berita atau kaitannya dengan beberapa hal atau orang penting. Patut diperhatikan, menurut Hall, bahwa berita itu sendiri bertanggung jawab menciptakan pengetahuan „konsensus‟ di sepanjang waktu, atas dasar keberhargaan berita dikenali oleh para wartawan dan diterima oleh publik. Berita mempunyai posisi penting dalam proses komunikasi dan pembentukan opini (Sulistiawan 2005). Berita merupakan tulang punggung jurnalisme radio (Astuti 2008). Mulai dari kronik, stright news, siaran tunda, sampai live reportage. Kebutuhan informasi yang semakin hari semakin mendesak, membuat radio yang awalnya berkecimpung di dunia hiburan saja, mulai beralih mengaplikasikan jurnalisme radio. Hal ini guna memenuhi
11
kebutuhan publik akan informasi. Pada perkembangannya, radio mulai menuju konsep radio for society yang dianggap ideal untuk mengembangkan jurnalisme radio di tanah air. Terdapat empat hal mengenai konsep tersebut. Pertama, radio sebagai media penyampaian informasi dari satu pihak ke pihak lain. Kedua, radio sebagai sarana mobilisasi pendapat publik untuk mempengaruhi kebijakan. Ketiga, radio sebagai sarana untuk mempertemukan dua pendapat berbeda/diskusi untuk mencapai solusi bersama yang saling menguntungkan. Keempat, radio sebagai sarana untuk mengikat tali kebersamaan dalam semangat kemanusiaan dan kejujuran (Mazduki 2001 dalam Astuti 2008). Pendekatan dalam menetapkan nilai berita pada radio bersifat lokal dan personal. Andrew Boyd (1994) dalam Astuti (2008) menyebutkan beberapa ciriciri berita radio: 1. Proximity Kedekatan adalah faktor yang sangat penting. Pertanyaannya adalah sejauhmana berita itu bermakna bagi kita (pendengar)? Boyd menyatakan dengan baik: “Berkonsentrasilah pada berita kecil, lokal, dan penting bagi pendengar”). 2. Relevance Kedekatan dan relevansi dapat dikatakan satu paket. Berita yang tidak relevan dengan pendengar, tidak akan banyak berpengaruh dalam kehidupan mereka, maka tidak penting bagi mereka. Berita semacam ini jarang sekali didengar. Kenaikan harga telur di sebuah kota kecil, relevansinya lebih tinggi daripada kenaikan harga saham Microsoft dalam bursa saham internasional. Berita kenaikan telur seharusnya didahulukan daripda kenaikan saham. 3. Immediacy News is only news while it is new. Tidak ada gunanya menyajikan berita basi, karena nyawa radio yang menyebabkan dirinya lebih unggul dibanding media komunikasi massa lainnya adalah faktor kesegaran (immediacy). Perlu diingat, ukuran „basi‟ di radio sangat cepat. Hitungannya bisa jam, bukan hari. Menyiasati berita yang „dibuang sayang‟ padahal sudah „basi‟, maka lazimnya isu yang sama ditampilkan kembali dengan sudut pandang yang baru dan lebih fresh atau diolah menjadi soft news.
12
4. Interest Disesuaikan dengan kepentingan pendengar, lagi-lagi masih satu paket dengan kedekatan dan relevansi. Jika pendengar merasa beritanya tidak penting bagi dirinya, dengan segera mereka akan berpindah saluran. Berita tidak pernah menyatakan dirinya penting atau tidak, newscaster atau wartawanlah yang menjadikannya penting. Tapi satu hal yang selalu terjadi dimana pun, kapan pun, berita yang dianggap penting dan menarik minat khalayak adalah berita tentang orang, entah itu selebritas, pengusaha dan keluarganya, maupun elit-elit politik. 5. Drama Berita yang mengandung unsur drama lebih disukai pendengar dibandingkan berita yang datar-datar saja. Alasannya sederhana yaitu, seru. Kejar-kejaran geng motor, pemakaman seorang tokoh, upaya penyelamatan korban bencana alam, semua ini termasuk berita-berita berunsur dramatik. 6. Entertainment Unsur hiburan dalam dunia jurnalistik kerap disisihkan, atau dibicarakan secara
sembunyi-sembunyi
karena
dianggap
mencemari
sakralisme
jurnalisme. Ini sebenarnya masalah bumbu saja, bukan masalah substansial. Bagaimanapun radio adalah media yang personal, jadi kreativitas penyaji berita untuk menampilkan kicker atau tailpiece sangat penting agar pendengar merasa dilibatkan secara personal pada pesan atau informasi yang disampaikan. Hal yang perlu dicermati adalah penggunaan unsur entertainment harus hati-hati, jangan sampai berlebihan, karena bisa menurunkan nilai beritanya. Adapun konsep berita yang dirumuskan Siahaan (1997) antara lain: (1) berita dapat berupa perhatian atau masalah pribadi publik, (2) persepsi dan penjabaran dari masalah yang dihadapi oleh pemerintah, (3) penjabaran beberapa kemungkinan yang harus dipilih terhadapsuatu kebijakan, (4) kontroversi publik, yaitu masalah yang mengandung pro dan kontra dalam masyarakat, (5) alasan atau faktor penentu dalam suatu kesenjanga politik.
13
2.1.2.2 Format Berita Radio Terdapat berbagai jenis format berita radio. Format program berita radio akan disesuaikan dengan segmentasi pendengar yang diharapkan. Setiap radio memiliki segmentasi dengan target pendengar yang berbeda-beda. Berikut ini adalah ekstraksi format berita radio dari Vivian (2006) sebagaimana dikutip oleh Astuti (2008). 1. Breaking News Jenis berita yang paling tinggi nilainya, intinya adalah melaporkan sesuatu secepat-cepatnya. Singkat, padat, akurat. Radio sebagai media elektronik mengalahkan media cetak dalam hal ini. Lazimnya, format breaking news digunakan untuk melaporkan kecelakaan, bencana alam, atau hasil pemilu. 2. Headline Service Radio sebagai penyedia berita-berita pendek dalam format headline. Ini disesuaikan
dengan
karakteristik
pendengar
radio
yang
memang
menginginkan segala sesuatu yang ringan dan tidak berat diserap oleh telinga. Detail dan kedalaman berita diserahkan pada suratkabar, majalah, atau media cetak lainnya. Formula awal headline radio bersumber dari format rock n’ roll Gordin McClendon di tahun 1960-an, yaitu tiga-empat menit berita setiap siaran 20 menit, ditengah lagu berdurasi tiga menit, setelah itu disusul 20 detik tanpa berita apa pun. Sebagian besar berita tidak lebih dari dua kalimat saja panjangnya. 3. All News Segala macam berita disiarkan di stasiun radio. Gordon McClendon memulainya dengan memasang XTRA yang berbasis di Tijuana (perbatasan Meksiko) untuk membaca kawat berita nonstop. Sasaran pangsa pasar yang dituju adalah Los Angeles. Tentu saja, radio tidak berdiri sendiri. Terdapat jaringan koresponden yang mendukung, atau afiliasi dengan jaringan radio lainnya. Jaringan radio internasional pada umumnya mengambil bentuk seperti ini. Walaupun hanya menangani ceruk segmen pendengar yang kecil,
14
tetapi karena jaringannya banyak, akumulasi pendengarnya juga menjadi lebih banyak. 4. News Packages Berita dalam format lebih panjang, disebut juga feature radio. Isu yang diangkat lazimnya adalah berita-berita kategori soft news. Berita semacam ini, biarpun isunya penting, memang tidak mengejar aktualitas. Berita semacam ini lebih mementingkan kedalaman materi. Tantangan produksi format ini lebih besar dibandingkan format lainnya, sehingga hanya radio besar saja yang berani mengelolanya. Misalnya, National Public Radio (NPR), British Broadcasting Center (BBC), ABC Australia, dan lain-lain.
2.1.2.3 Sumber Berita Segala sesuatu yang terdapat disekitar kita dapat dijadikan berita. Tidaklah sulit untuk mencari sumber berita. Terlebih lagi dalam situasi banjir informasi seperti sekarang ini. Boyd (1994) dalam Astusti (2008) merinci sejumlah topik yang kerap diangkat dalam pemberitaan radio, meliputi: 1. Gawat Darurat (emergency) Kecelakaan, tragedi, musibah, dan upaya penyelamatan sandera, merupakan topik-topik hangat pemberitaan yang tergolong dalam emergency. Nilai penting topik emergency terletak pada kenyataan bahwa emergency merefleksikan puncak-puncak konflik ketika hidup manusia menjadi taruhan. 2. Kriminalitas Dimanapun orang menyukai berita seputar kriminalitas. Mulai dari pencurian hingga tabrak lari dan pemerkosaan. Berita kriminalitas terdiri dari sejumlah kategori fase, misalnya kecelakaan, penangkapan, dan penampilan terdakwa di pengadilan. 3. Pemerintahan lokal dan nasional Apapun kebijakan pemerintah pasti akan berdampak dalam kehidupan khalayak, oleh sebab itu pemerintah merupakan sumber berita yang penting. Media, termasuk radio, lazimnya menugaskan reporter ke balai kota, untuk mendapatkan informasi terpenting menyangkut kebijakan publik dari
15
pemerintah. Kebijakan yang paling penting dapat dilihat dari kebijakan publik yang berdampak paling luas dalam kehidupan khalayak. 4. Perencanaan dan pembangunan Buka mata, dan lihat sekeliling. Apabila terdapat sesuatu yang sedang diupayakan seperti mal, sekolah, kompleks perumahan, jalan-jalan, dan yang lainnya merupakan contoh dari perencanaan dan pembangunan. Tahap perencanaan maupun hasil merupakan hal penting dan layak untuk diberitakan. 5. Konflik kontroversi Berita berisi perubahan berupa peristiwa-peristiwa yang membentuk masyarakat kita dan mengubah cara hidup kita. Konflik adalah inti drama, adapun drama acap kali menimbulkan berita. Konflik dalam skala besar maupun kecil sama-sama menarik perhatian manusia. Setiap kebijakan akan ada yang mendukung maupun menolak. Pro-kontra semacam ini dapat menjadi sumber berita yang memicu diskusi publik di media. 6. Pressure group Kelompok penekan atau pressure group adalah orang-orang yang mengorganisasi dirinya untuk memicu kontroversi. Tujuan utama kelompok semacam ini adalah menuntut perubahan, lewat profokasi maupun dengan cara beroposisi. Kelompok penekan merupakan sumber berita yang bagus. Mereka bisa dijadikan latar atau kelanjutan berita mengenai pembangunan dan kebijakan pemerintah. 7. Industri dan ketenagakerjaan Bukan perkembangan industrinya yang menarik, tapi isu ketenagakerjaan yang menyertainya. Ketenagakerjaan adalah bidang yang pelik, tetapi menarik bagi siapa saja termasuk, bagi Indonesia yang masih bergumul dengan tingginya angka pengangguran. 8. Kesehatan Selalu ada penyakit baru, wabah baru, yang memerlukan penanganan khusus. Selalu ada obat atau metode baru untuk menanggulangi penyakit. Kesehatan adalah isu menarik bagi siapa saja. Kesehatan sebagai informasi penting bagi individu, maupun masyarakat.
16
9. Human interest Menurut Boyd (1994) dalam Astuti (2008), human interest adalah sebuah peristiwa „tak biasa‟ yang menimpa orang-orang „biasa‟. Materinya ringan, tetapi memancing percakapan dan minat. Misalnya, bagaimana seorang gelandangan jadi jutawan setelah memenangkan lotre. 10. Personalities Name make a news (nama membuat berita). Itulah salah satu jargon berita. Sosok menjadi tokoh yang penting sebagai sumber berita. Personalities bisa berupa cerita tentang orang-orang yang istimewa, dalam hal ini menyangkut orang penting dan terkenal. Contohnya adalah tamu negara, atlet berprestasi, kepala pemerintahan, atau selebritas. Namun personalities juga bisa diwakili oleh tokoh-tokoh masyarakat awam. Ketua RT, ibu rumah tangga, buruh, misalnya, terkadang menarik juga dilihat dan dianalisis sosoknya. 11. Sport Olahraga termasuk sumber topik yang menarik. Bukan hanya prestasinya saja yang dapat dibicarakan. Masih banyak yang lainnya, seperti hasil pertandingan, analisis kekalahan tim, sosok-sosok yang berjasa, hingga laporan langsung dari arena pertandingan. 12. Seasonal news Inilah jenis berita musiman. Mulai dari cuaca, tren, hingga berita musiman lain. Di Indonesia, Juni-Juli merupakan bulan diawalinya tahun ajaran baru. Berita musiman tentang hebohnya orangtua mencari sekolah buat anak-anaknya merupakan salah satu topik yang penting dan menarik untuk dieksplorasi. 13. Special local interest Radio bagaimana pun adalah media yang sifatnya sangat lokal. Beritaberita khas di wilayah tempat radio beroperasi layak mendapat porsi khusus. Berita khas itu bisa berupa event seperti maraknya acara tujuhbelasan, aktivitas haji, sunatan, juga peringatan hari keagamaan lainnya. Bisa pula berupa sosok personalities atau kelompok. Di Bandung misalnya, berita tentang kesebelasan Persib selalu menarik bagi pendengar.
17
14. Cuaca Cuaca di Indonesia memang tidak seekstrim di Eropa, Amerika, atau Australia, namun kian hari semakin banyak saja orang yang membutuhkan ramalan cuaca. Entah itu untuk mengawali pekerjaannya, atau panduan guna merencanakan aktivitas hariannya. Kerjasama dengan badan meteorologi mutlak diperlukan untuk mengeluarkan informasi perihal cuaca yang bisa dipertanggungjawabkan. 15. Lalu lintas Tidak ada yang bisa mengalahkan radio dalam hal menginformasikan info lalu lintas dengan cepat dan murah. Inilah jenis informasi yang kian banyak dibutuhkan di kota-kota besar. 16. Hewan Isunya bisa bermacam-macam. Mulai dari binatang peliharaan, satwa buas, hingga satwa langka. Topiknya juga beragam. Info kesehatan satwa, hingga binatang peliharaan, merupakan bagian dari gaya hidup. Masih banyak topik lainnya. Hanya saja perlu diperhatikan dalam memilih topik harus memenuhi salah satu atau beberapa kriteria berikut ini: (1) relevan, (2) tragis, (3) tak lazim, (4) yang terakhir, (5) yang paling mahal, (6) segera, (7) menarik, (8) kontroversial, (9) yang pertama, (10) yang terbesar, (11) lucu, atau ironi, (12) apakah berita tersebut mempengaruhi khalayak? dan (13) apakah berita tersebut bersifat lokal? (Astuti 2008).
2.1.2.4 Informasi Pertanian Informasi atau berita pertanian adalah sebuah tulisan atau gambaran yang didalamnya terarah perihal pertanian, khususnya mengenai hal-hal yang menyangkut kepentingan masyarakat petani. Ini berarti bahwa laporan-laporan peristiwa di luar petanian tidak penting bagi masyarakat petani. Sejauh berita luar tersebut mempunyai kaitan dengan kepentingan masyarakat yang bersangkutan, maka berita itu akan berguna bagi masyarakat petani (Hariandja 2001). Pada berita pertanian dikenal pengkategorian topik berita yang dibedakan menjadi enam macam, yaitu: (1) perikanan: aspek budidaya, pembenihan, pemanfaatan hasil, produksi, penemuan teknik baru, teknologi pengolahan,
18
teknologi tepat guna dan sebagainya. Topik perikanan termasuk di dalamnya ikan air tawar maupun air laut), (2) hewan ternak: unggas (ternak kecil), ternak besar, pemanfaatan produksi ternak, pemeliharaan, serta yang berkaitan dengan teknologi pengolahan, penemuan-penemuan baru dan sebagainya, (3) budidaya tanaman dan kehutanan: cara penanaman, penggunaan pupuk, pemanfaatan hasil, pengolahan hasil tanaman, teknik baru atau teknologi hasil penanaman, teknologi aplikatif, konservasi atau pelestarian lingkungan dan sebagainya, (4) human interest: informasi yang bercerita tentang sisi kepribadian atau ketokohan yang menyangkut keberhasilan, keanehan, serta hal yang mengharukan, (5) hama dan penyakit pengendalian dan pemberantasan hama serta penyakit, konsultasi hama dan penyakit, informasi tentang hama dan penyakit, serta (6) lain-lain: dunia satwa, hewan peliharaan, informasi tentang pemasaran, agribisnis atau hal lain yang belum tercakup dalam lima kategori sebelumnya (Muh. Saiful Ngatif, dkk. 2005). Sanusi (1989) membagi bidang masalah dalam menganalisis isi surat kabar pedesaan ke dalam 17 kategori, yaitu: (1) pertanian, (2) kesehatan, (3) lingkungan, (4) pendidikan, (5) koperasi, (6) transmigrasi, (7) kebudayaan dan pariwisata, (8) ekonomi dan industri, (9) hukum dan kamtibnas, (10) teknologi terapan, (11) olahraga, (12) pembangunan fisik, (13) politik dan kegiatan pemerintahan, (14) pembangnan spiritual, (15) energi dan tambang, (16) hiburan, dan (17) iklan. Sedangkan dalam penelitian Sihombing (1994), Kategori bidang masalah pertanian yang dianalisis, meliputi: (1) sosial ekonomi pertanian, (2) penyuluhan komunikasi, (3) iklim dan cuaca, (4) keteknikan pertanian, (5) farming system, (6) pangan dan gizi, (7) peraturan bidang pertanian, (8) lahan dan kondisinya, (9) budidaya tanaman, (10) hama dan penyakit, (11) budidaya ikan, (12) sumberdaya perairan, (13) pengolahan hasil pertanian, (14) budidaya ternak, (15) kesehatan ternak, (16) kehutanan, (17) bidang lain. Kategori-kategori bidang masalah pertanian yang telah dibuat oleh ketiga peneliti tersebut, menjadi acuan untuk penentuan kategori bidang masalah pertanian yang akan dianalisis di dalam penelitian ini. Kategori tersebut meliputi: (1) budidaya pemberitaan yang mencakup aspek budidaya tanaman, peterakan dan perikanan serta pengelolaannya; (2) hama dan penyakit, yaitu gambaran mengenai
19
pengendalian dan pemberantasan hama serta penyakit, konsultasi hama dan penyakit, informasi tentang hama dan penyakit; (3) lingkungan pertanian, meliputi gambaran kerusakan lingkungan pertanian akibat bencana banjir, angin, erosi, serta perubahan iklim dan cuaca; (4) sosial ekonomi pertanian pemberitaan yang mencakup kesejahteraan petani dan kondisi sosial ekonomi petani, serta pembagian kerja petani; (5) komoditas pertanian merupakan pemberitaan mengenai penurunan dan kenaikan produksi pertanian (padi, jagung, gula, kakao, ikan ternak, dan lain-lain), varietas unggul, penemuan jenis dan bentuk tanaman atau komoditas yang baru dikenal; (6) produk pertanian pembertitaan tentang hasil-hasil olahan poduk pertanian (susu, yoghurt, nugget, dan lain-lain); (7) pangan dan gizi, mencakup pengolahan pangan dan ketahanan pangan serta pengaruhnya bagi tubuh manusia yang bersumber dari hasil pertanian (tanaman, ternak dan perikanan); (8) bisnis pertanian merupakan pemberitaan yangg didalamnya menggambarkan produksi hingga pemasaran produk pertanian dan harga-harga produk pertanian; (9) sarana dan prasarana pertanian, meliputi berbagai hal yang mendukung proses produksi pertanian (bibit, pestisida, pupuk, irigasi, bendungan, dan lain-lain); (10) komunikasi dan informasi pertanian, mencakup
penyuluhan
pertanian,
serta
penyampaian
informasi-informasi
mengenai tokoh-tokoh pertanian, dunia satwa dan hewan peliharaan; (11) kehutanan pemberitaan mengenai kondisi hutan, hasil hutan, habitat hewan hutan, industri kehutanan dan lain-lain.
2.1.3
Agenda Setting Siaran Radio
2.1.3.1 Konsep Agenda Setting Pendekatan agenda setting dikembangkan oleh Maxwell E. McComb dan Donald Shaw. Agenda setting adalah komunikasi yang mencoba menjelaskan pengaruh media massa terhadap struktur kognitif individu. Adanya hubungan antara peliputan tentang isu-isu yang penting oleh media massa dengan penilaian relatif oleh publik terhadap pentingnya isu-isu tersebut (McCombs dan Shaw 1972 dalam Rakhmat 2005). Konsep agenda setting menurut Benard C. Cohen dalam tulisannya The Press and Foreign Policy pada tahun 1963 adalah berita di media massa tidak
20
secara langsung mempengaruhi pemikiran khalayak terhadap masalah politik, namun berpengaruh kepada subjek apa saja yang akan dipikirkan oleh khalayak (Descartes 2004). Menurut teori agenda setting, dinyatakan bahwa media tidak mempengaruhi sikap khalayak, namun media berpengaruh terhadap apa yang dipikirkan khalayak. Media mempengaruhi persepsi khalayak tentang hal yang dianggap penting. Singkatnya, media memilih informasi dan berdasarkan informasi dari media, khalayak akan membentuk persepsi tentang peristiwa (Rakhmat 2005). Teori agenda setting mengasumsikan adanya hubungan positif antara perhatian media dan perhatian khalayak pada suatu peristiwa (Rakhmat 2005). Fungsi dalam agenda setting, dikenal beberapa model. Kusuma 1991 (Descartes 2004) menjelaskan bahwa model pertama adalah pengenalan. Model ini dibuat berdasarkan hipotesis bahwa khalayak mengenali adanya suatu berita atau topik berdasarkan liputan media massa, jika media tidak meliput suatu peristiwa tertentu maka publik tidak mengetahui adanya peristiwa tersebut. Model kedua adalah model kemenonjolan, model ini berada ditengah-tengah model pengenalan dan model prioritas, model ini menggambarkan bahwa berita atau topik yang dianggap penting oleh media akan menggambarkan bahwa berita atau topik yang dianggap penting oleh media akan dianggap penting oleh publik sebagai berita yang penting. Sebaliknya jika media tidak menganggap penting suatu berita maka publik juga menganggap berita tersebut sebagai berita tidak penting. Model ketiga adalah model prioritas, yang merupakan bentuk ekstrim dari model pengenalan. Menurut model prioritas, media memutuskan urutan berita atau topik menurut kepentingannya dalam penyajiannya. Selanjutnya agenda peristiwa tersebut diterima oleh publik, dimana urutan agenda yang dimiliki publik relatif sama dengan urutan agenda yang disajikan media. Pada beberapa studi, untuk mengukur prioritas suatu berita dilakukan dengan beberapa cara. Sebagian besar menentukan prioritas berita dengan melihat waktu tayang, seberapa dalam pembahasan dilakukan oleh penyiar, dan frekuensi pengangkatan tema suatu berita.
21
Agenda merupakan seleksi terhadap berita yang ada agar suatu berita menjadi lebih penting dibandingkan dengan berita lain (DeFleur dan Denis 1985 dalam Descartes 2004). Terdapat tiga macam agenda, yaitu (1) agenda media, yaitu prioritas media dalam meliput suatu berita kejadian, (2) agenda publik, yaitu tingkat perbedaan penonjolan suatu berita menurut opini publik dan pengetahuan mereka, (3) agenda kebijakan, menggambarkan berita dan kebijakan yang dikemukakan oleh politikus (McQuail dan Wimdahl 1995 dalam Suwanda 2009). Littlejohn (1992) dalam Descartes (2004) menyatakan bahwa agenda setting mempunyai dua tingkatan. Pada tingkatan pertama media membuat suatu permasalahan menjadi penting, dan tingkatan kedua menentukan bagian mana dari permasalahan itu yang lebih penting, dua tingkatan tersebut berperan penting dalam konsep agenda setting. Konsep ini dibagi menjadi tiga bagian, bagian pertama dari proses tersebut adalah berita apakah yang akan diliput media. Bagian kedua, berita tersebut mempengaruhi cara pemikiran khalayak, dan membentuk agenda publik. Bagian ketiga, pada akhirnya agenda publik akan mempengaruhi agenda kebijakan. Jadi agenda media mempengaruhi agenda publik, dan agenda publik mempengaruhi agenda kebijakan. Namun, dalam pembahasan selanjutnya hanya akan berfokus pada agenda media dan agenda publik.
2.1.3.2 Agenda Media Agenda media adalah daftar berita-berita dan peristiwa-peristiwa pada suatu waktu yang disusun berdasarkan urutan kepentingannya. Agenda media terdiri dari pokok persoalan, peristiwa, anggapan, dan pandangan yang memanfaatkan waktu dan ruang dalam publikasi yang tersedia untuk disampaikan kepada publik (Manhein 1988 dalam Descartes 2004). Manhein (1988) dalam Descartes (2004) memaparkan bahwa agenda media terdiri atas: (1) visibilitas (visibility), yaitu jumlah dan tingkat menonjolnya berita, (2) audience salience, yaitu tingkat menonjolnya berita bagi khalayak, merupakan relevansi isi berita dengan kebutuhan khalayak, dan (3) valensi (valence), yaitu menyenangkan atau tidak menyenangkannya liputan berita dari suatu peristiwa. Variasi dalam menonjolkan aspek agenda media akan ditentukan oleh penjaga gawang (gatekeeper).
22
Media mempunyai kemampuan untuk menyeleksi dan mengarahkan perhatian masyarakat pada gagasan atau peristiwa tertentu. Media menyampaikan apa yang penting dan apa yang tidak penting, serta bisa mengatur apa yang harus dilihat dan tidak dapat dilihat. Pada penyusunan daftar berita dan peristiwa yang harus diperhatikan menurut Pareno (2003) sebagaimana dikutip oleh Sumartono (2006) meliputi laporan, informasi baru, fakta, tidak memihak, menyangkut kepentingan umum, dan menarik perhatian umum. Agenda media bukanlah susunan berita yang disepakati seluruh wartawan melainkan berita yang dikemas para pemegang fungsi utama pers, yaitu penjaga gawang seperti reporter yang berpengaruh, editor berita, dan editor kawat. Informasi yang akan dikemas menjadi sebuah berita harus melewati berbagai tahapan seleksi terlebih dahulu sebelum dipublikasikan. Pada akhirnya, ada informasi yang lolos dari tahap seleksi kemudian diangkat menjadi sebuah berita, dan ada informasi yang tidak lolos tahap seleksi, karena tidak tersedia cukup waktu dan tempat di dalam media massa (Doughnewsom dan Wollert 1985 dalam Descartes 2004). Fungsi pengaturan tempat dan waktu ini berkaitan dengan fungsi redaksi sebagai penjaga gawang informasi yang menepis berita-berita masuk (Muis 1999 dalam Suwanda 2009). Media melalui kegiatan yang disebut gatekeeping mengontrol akses khalayak terhadap berita, informasi, dan hiburan (Wilson 2002 dalam Descartes 2004). Proses gatekeeping pada radio dilakukan secara cepat agar kesegaran informasi yang disampaikan dapat terjamin. Domminic dan Wimmer 2000 (Descartes 2004) menyatakan bahwa berbagai cara telah digunakan untuk membuat agenda media. Teknik yang paling sering digunakan adalah mengelompokkan topik pemberitaan kepada kategori yang luas dan mengukur waktu atau ruang yang dicurahkan pada setiap kategori. Semakin luas kategori topik yang dibuat maka akan semakin mudah mempraktekkan efek agenda setting.
2.1.3.3 Faktor-faktor yang Menentukan Agenda Media Setiap radio memiliki format yang berbeda-beda, sehingga agenda yang disusun juga akan berbeda pula. Penentuan agenda media pada program berita radio, terdapat kebijakan-kebijakan tersendiri pada masing-masing radio sesuai
23
dengan format yang dianut. Kebijakan radio adalah serangkaian peraturan dan asas yang menjadi pedoman dan dasar dalam penyusunan program yang akan ditayangkan. Terdapat faktor internal, yaitu: (a) kebijakan terhadap materi yang akan disampaikan terhadap khalayak, (b) kebijakan terhadap penyiar yang memandu acaranya, serta (c) durasi penyiaran program dan faktor eksternal yaitu kode etik jurnalistik dalam menentukan agenda media. 1.
Faktor Internal a.
Kebijakan terhadap Materi Menurut Hariandja (2001) dalam menentukan kebijakan penyusunan materi berita, harus mengacu pada kaidah jurnalistik, khususnya kaidah fairness dan penggunaan sumber berita yang berimbang atau balance news. Pada konteks ini fairness berarti keadilan yang tidak memihak pada penyampaian suatu berita, sehingga peran media yang mandiri dapat berjalan dengan baik. Penggunaan sumber berita yang berimbang atau balance news dalam hal ini berarti penyajian berita yang sama porsinya dengan kata lain tidak menonjolkan seseorang atau kelompok tertentu. Sebuah pernyataan yang keluar dari suatu pihak hendaknya diikuti dengan konfirmasi atau penyanggahan dari pihak yang berseberangan juga dilengkapi dengan dokumen, data dan keterangan-keterangan lain yang relevan dengan berita terkait. Mengacu pada Mulyana (2010) stasiun radio menetapkan kebijakan untuk materi program berita yaitu: (1) aktual, (2) faktual,
(3)
berkesinambungan, dan (4) berprinsip. Aktual adalah berita yang disajikan merupakan perisriwa yang baru saja terjadi. Faktual adalah berita yang berdasarkan kenyataan dan mengandung kebenaran. Berkesinambungan berarti berita yang disajikan merupakan kelanjutan dari episode sebelumnya. b.
Kebijakan yang Ditetapkan untuk Penyiar Kebijakan yang ditetapkan untuk penyiar adalah dialog dan formal. Dialog artinya presenter membawakan acara baik solo ataupun duet dengan panduan pointer. Formal disini diartikan bahwa presenter membacakan naskah berita. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari
24
komentar-komentar di luar jalur berita yang dapat menyebabkan perubahan isi (Mulyana 2010). Menurut Setiawan (2003), kebijakan untuk penyiar dalam hal ini, termasuk reporter di dalamnya, dapat menggambarkan peristiwa melalui kata-kata. Tujuannya mengajak pendengarnya untuk melukiskan sendiri kira-kira seperti apa kejadian yang sesungguhnya secara jujur dan tanpa rekayasa, sehingga dapat mengajak pendengar untuk berfantasi. c.
Kebijakan Durasi Kebijakan mengenai durasi jam tayang adalah lamanya jam tayang yang disajikan setiap harinya (Mulyana 2010). Biasanya program berita disiarkan setiap hari, namun untuk durasi siaran akan ditentukan sesuai dengan format radio. Radio yang menyampaikan berita dua sampai tiga jam setiap hari, setiap satu jam sekali, bahkan ada radio yang menyampaikan berita secara terus menerus (all news). Pada progam radio dikenal juklak atau pola siar. Pola siar digunakan untuk memandu penyiar dalam menentukan pemutaran lagu, iklan, dan penyampaian informasi agar seluruh materi berita yang sudah diagendakan dapat disampaikan dengan baik tanpa ada yang tertinggal. Apabila penyiar tidak mengikuti pola siar dengan baik, maka akan terjadi kelebihan ataupun kekurangan durasi atau waktu siaran.
2. Faktor Eksternal Setiap radio yang akan menyiarkan program berita harus mematuhi aturanaturan pemberitaan yang telah ditentukan oleh Dewan Pers. Saat menysun berita, para jurnalis dituntut untuk mematuhi kode etik jurnalistik yang telah ditetapkan. Menurut UU Republik Indonesia nomor 40 tahun 1999 tentang Pers, Bab 1 ketentuan umum pasal 1 poin 14 menjelaskan bahwa kode etik jurnalistik adalah himpunan etika profesi kewartawanan. Pengertian kode etik jurnalistik tersebut diartikan sebagai seperangkat aturan atau norma-norma profesi kewartawanan yang menjadi alat kontrol bagi para wartawan ketika melaksanakan tugas jurnalistiknya. Wartawan memiliki hak tolak, hak jawab, dan hak koreksi sebagai hak profesi kewartawanannya. Pada kode etik jurnalistik, wartawan dijamin haknya
25
untuk memberikan informasi kepada khalayak. Hal ini dijamin juga dalam UU Pers, untuk menjamin kebebasan pers, sehingga wartawan terbebas dari intimidasi atau tekanan dari pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap informasi yang dimiliki wartawan. Ketentuan tersebut merupakan pedoman operasional dalam melaksanakan tugas wartawan atau jurnalis secara profesional dan tidak melanggar hukum. Keberadaan kode etik jurnalistik menjadi tanggung jawab bagi para jurnalis yang akan menyampaikan informasi secara benar dan akurat. Wartawan tidak boleh menyampaikan berita yang bersifat dusta atau fitnah dan tidak akurat kepada masyarakat. Apabila wartawan melanggar aturan tersebut, maka akan diselesaikan oleh majelis kode etik. Kode etik jurnalistik mempunyai peran penting bagi wartawan dalam memenuhi hak masyarakat untuk mendapatkan informasi.
2.1.3.4 Metode Analisis Isi Analisis isi (content analysis) adalah penelitian yang bersifat pembahasan mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak dalam media massa. Pelopor analisis isi adalah Harold D. Lasswell, yang memelopori teknik symbol coding, yaitu mencatat lambang atau pesan secara sistematis, kemudian diberi interpretasi (Descartes 2004). Analisis isi dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi. Baik surat kabar, berita radio, iklan televisi maupun semua bahanbahan dokumentasi yang lain. Hampir semua disiplin ilmu sosial dapat menggunakan analisis isi sebagai teknik/metode penelitian (Setiawan 1995). Holsti (1969) menunjukkan tiga bidang yang banyak mempergunakan analisis isi, yang besarnya hampir 75 persen dari keseluruhan studi empirik, yaitu penelitian sosioantropologis (27,7 %), komunikasi umum (25,9 %), dan ilmu politik (21,5 %). Menurut Krippendorff (1993), analisis isi merupakan suatu teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru (replicabel) dan sahih data dengan memperhatikan konteksnya. Sebagai suatu teknik penelitian, analisis isi mencakup prosedur-prosedur khusus untuk pemrosesan data ilmiah.
26
Analisis isi menggambarkan objek penelitian dan menempatkan peneliti ke dalam posisi khusus yang berhadapan dengan realitasnya. Cartwright (1953) dalam Holsti (1969) mengemukakan tujuan dalam menggunakan istilah “analisis isi” dan “kode” yang dapat dipertukarkan menunjukkan gambaran objektif, sistematis, dan kuantitatif dari perilaku simbolis. Analisis isi menurut Berelson (1952) dalam Stempel (1981) adalah sebuah teknik penelitian untuk menggambarkan isi komunikasi manifest yang objektif, sistematis dan kuantitatif. Meskipun bermacam-macam, definisi dari analisis isi menyingkap persetujuan luas dari syarat objektif, sistematis, dan kuantitatif. Prinsip objektif diartikan bahwa hasilnya tergantung pada prosedur penelitian bukan kepada orangnya, dengan ketajaman kategori yang ditetapkan, orang lain dapat menggunakannya. Apabila digunakan untuk isi yang sama dan prosedur yang sama maka hasilnya harus sama, walaupun penelitiannya berbeda. Prinsip sistematis diartikan sebagai adanya perlakuan prosedur yang sama pada semua isi yang dianalisis. Tidak dibenarkan untuk melakukan analisis hanya pada isi yang sesuai dengan perhatian dan minatnya, tetapi harus pada keseluruhan isi yang telah ditetapkan untuk diteliti. Prinsip kuantitatif artinya dengan mencatat nilainilai bilangan atau frekuensi untuk melukiskan berbagai jenis isi yang didefinisikan. Teknik khas dalam metode ini adalah menggolongkan berita-berita surat kabar ke dalam kategori-kategori format dan topik, mengukur frekuensinya dan menghubungkan pengetahuan khalayak. Sejalan dengan kemajuan teknologi, selain secara manual kini telah tersedia komputer untuk mempermudah proses penelitian analisis isi, yang dapat terdiri atas dua macam, yaitu perhitungan kata-kata, dan “kamus” yang dapat ditandai yang sering disebut General Inquirer Program. Terdapat tiga langkah strategis penelitian analisis isi. Pertama, penetapan desain atau model penelitian. Di sini ditetapkan berapa media, analisis perbandingan atau korelasi, objeknya banyak atau sedikit dan sebagainya. Kedua, pencarian data pokok atau data primer, yaitu teks itu sendiri. Sebagai analisis isi maka teks merupakan objek yang pokok bahkan terpokok. Pencarian dapat dilakukan dengan menggunakan lembar formulir pengamatan tertentu yang sengaja dibuat untuk keperluan pencarian data tersebut. Ketiga, pencarian pengetahuan kontekstual agar penelitian yang
27
dilakukan tidak berada di ruang hampa, tetapi terlihat kait-mengait dengan faktorfaktor lain. Teknik mengukur ageda media dilakukan dengan cara analisis isi yang dilakukan dengan lima tahap, yaitu: (1) memilih contoh atau keseluruhan isi; (2) menetapkan kerangka kategori acuan eksternal yang relevan dengan tujuan pengkajian; (3) memilih satuan analsis isi; (4) menyesuaikan isi dengan kerangka kategori, per satuan unit yang terpilih; (5) mengungkapkan hasil sebagai hasil distribusi menyeluruh dari semua satuan atau percontoh, dalam hubungan dengan frekuensi hal-hal yang dicari acuan (Krippendorf 1993).
2.1.4
Agenda Khalayak Siaran Radio
2.1.4.1 Konsep Khalayak Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, terdapat tiga pengertian khalayak, yaitu: (1) segala yang diciptakan oleh Tuhan; (2) kelompok tertentu dalam masyarakat yang menjadi sasaran komunikasi; (3) orang banyak, masyarakat. McQuail (1991) mendefinisikan khalayak sebagai pasar, sekumpulan calon konsumen dengan profil sosial ekonomi yang diketahui dan merupakan sasaran suatu medium atau pasar. Pengertian lain menurut Sari dalam Khairunnisa Syarief (2007), khalayak adalah pengguna jasa media massa seperti pendengar radio atau penonton televisi yang memiliki empat karakter, antara lain: (1) heterogen. Suatu masyarakat sosial yang berasal dari berbagai lapisan sosial, pendidikan, serta aneka budaya dan agama; (2) anonim. Tidak kenal satu sama lain, baik antara komunikator dengan khalayak maupun antara khalayaknya sendiri; (3) unbound each other. Tidak terikat satu sama lain, baik antar individu maupun antar komunikator dengan khalayak; dan (4) isolated from one another. Tertutup satu sama lain sehingga mereka seperti atom-atom yang terpisah, namun tetap merupakan suatu kesatuan, yaitu sama-sama pengguna media massa.
28
Blumer dalam Jubido (2007) menginfomasikan bahwa terdapat empat komponen sosiologis yang dapat dipertimbangkan sebagai identitas khalayak, yaitu: 1. Berasal dari berbagai strata sosial (berbeda umur, tingkat pendidikan, jabatan, pendapatan, dan gaya hidup). 2. Merupakan kelompok anonim yang terdiri dari individu-individu yang tak saling kenal. 3. Kaena secara fisik terpisah maka hanya ada sedikit kemungkinan interaksi dan tukar pengalaman. 4. Tidak terorganisasi sehingga tidak mungkin digerakkan untuk kepentingan tertentu. McQuail (1991) membagi khalayak menjadi empat sub kategori, yaitu: (1) kelompok atau publik, sejalan denga suatu pengelompokkan sosial yang ada dan dengan karakteristik sosial bersama dari tempat, kelas sosial, politik, dan budaya; (2) kelompok kepuasan, terbentuk atas dasar tujuan atau kebutuhan individu dengan fenomena sosial yang terjadi di masyarakat yang selanjutnya akan menumbuhkan kepuasan emosional serta respon afeksi tertentu; (3) kelompok pendengar atau budaya citra rasa, terbentuk atas dasar minat pada jenis isi (atau gaya) atau tarik tertentu akan kepribadian atau citra rasa budaya intelektual tertentu; dan (4) khalayak medium, khalayak yang berusaha untuk tetap berada pada salah satu sumber media televisi. Pada media massa radio, khalayak lebih dikenal dengan sebutan pendengar. Masduki (2000) dalam Jubido (2007) membagi pendengar radio dalam empat kategori yaitu pendengar aktif, pasif, selektif, dan spontan. Pendengar aktif adalah pendengar yang selalu mendengarkan siaran suatu stasiun radio dan mereka juga sering aktif berinteraksi dengan penyiar saat siaran berlangsung dengan mengirimkan pesan singkat atau telepon ke stasiun yang bersangkutan. Pendengar pasif adalah pendengar yang sering mendengarkan suatu program radio tetapi jarang melakukan interaksi dengan penyiar dan hanya mendengarkan siaran radio saja. Pendengar selektif adalah pendengar yang hanya memilih untuk mendengarkan program siaran tertentu yang memang diminati olehya baik dikarenakan kualitas program yang ditawarkan, maupun karena tertarik terhadap
29
penyiarnya. Pendengar spontan adalah pendengar yang tanpa sengaja mendengar suatu siaran radio dan relatif mudah teralih perhatiannya pada hal lain. Karakteristik khalayak dibedakan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal diukur melalui jenis kelamin, umur, pendidikan, dan status pekerjaan. Faktor eksternal dibedakan menjadi motivasi mendengarkan siaran radio dan tingkat keterdedahan terhadap radio (Puspitasari, 2009).
2.1.4.2 Agenda Khalayak Agenda khalayak atau seringkali disebut dengan istilah agenda publik adalah tingkat perbedaan penonjolan suatu berita menurut opini publik dan pengetahuan khalayak. Manhein (1988) dalam Descartes (2004) memaparkan bahwa agenda publik terdiri atas: (1) keakraban (familiarity), yaitu derajat kesadaran khalayak akan adanya topik berita tertentu, (2) penonjolan pribadi (personal salience), yaitu relevansi kepentingan berita dengan ciri pribadi, (3) kesenangan (favorability), yaitu pertimbangan senang dan tidak senangnya khalayak akan topik berita. Agenda khalayak mencakup minat, persepsi, dan opini khalayak terhadap siaran radio (Puspitasari 2009). Effendy (1978) sebagaimana dikutip oleh Puspitasari (2009) menyatakan bahwa pendengar dapat memilih program siaran radio yang disukainya. Setiap pesawat radio dilegkapi dengan alat yang memungkinkan mereka melakukan pilihannya itu. Memutar atau menekan tombol pengubah gelombang pada pesawat radio, pendengar dapat mencari apa yang disenanginya, baik siaran radio dalam negeri maupun luar negeri. Zucker 1983 (Descartes 2004) menyatakan bahwa sedikitnya pengalaman dari khalayak atau publik terhadap suatu hal menyebabkan mereka semakin tergantung
terhadap
media
massa
sebagai
sumber
informasi.
Melalui
penelitiannya Zucker menemukan bahwa pada berita yang tidak dialami langsung (unobtrusiveness issues) oleh khalayak, banyaknya liputan media massa hanya mempunyai sedikit pengaruh. Agenda khalayak penting dicermati pada siaran radio karena akan menentukan penerimaan khalayak terhadap program siaran radio tersebut. Apabila agenda media dengan agenda khalayak tidak menemukan kesesuaian, dapat
30
dikatakan kebutuhan khalayak akan informasi belum terpenuhi oleh suatu media. Agenda khalayak juga ditentukan oleh beberapa faktor. Winter 1972 (Descartes 2004) menjelaskan bahwa terdapat beberapa kondisi yang diduga berperan dalam menimbulkan variasi hubungan antara agenda media dan agenda publik. Kondisikondisi ini dapat berasal dari stimulus efek komunikasi yaitu penyajian media, dan dapat bersumber dari khalayak atau publik. Sifat-sifat stimulus menunjukkan karakteristik issues, yaitu: (1) jarak issue, yaitu apakah issue itu langsung atau tidak langsung dialami individu, (2) lama terpaan, yaitu apakah issue tersebut baru muncul atau mulai pudar, (3) kedekatan geografis, yaitu apakah issue itu bertingkat lokal atau nasional, dan (4) sumber, yaitu apakah disajikan oleh media yang kredibel ataukan media yang tidak kredibel.
2.1.4.3 Faktor-faktor yang Menentukan Agenda Khalayak Khalayak radio yang lebih sering disebut sebagai pendengar memiliki karakteristik yang berbeda yang dibedakan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal diukur melalui jenis kelamin, umur, pendidikan, dan status pekerjaan. Faktor eksternal dibedakan menjadi motivasi mendengarkan siaran radio dan tingkat keterdedahan terhadap radio (Puspitasari 2009). 1. Faktor Internal a. Jenis kelamin Jenis kelamin merupakan pembagian khalayak berdasarkan faktor biologis. Faktor internal jenis kelamin ini terbagi dua, yaitu laki-laki dan perempuan. b. Umur Satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Misalnya, umur manusia dikatakan lima belas tahun diukur sejak dia lahir hingga waktu umur itu dihitung. c. Pendidikan Tingkat pendidikan khalayak dapat dikelompokkan yaitu SD, SMP, SMA, Diploma, dan Sarjana.
31
d. Status pekerjaan Status pekerjaan khalayak dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu bekerja dan tidak bekerja. Khalayak dikatakan bekerja apabila bekerja di luar rumah dan lebih banyak menghabiskan waktunya di luar rumah. Khalayak dapat dikatakan tidak bekerja apabila menganggur, pelajar, mahasiswa, serta ibu rumah tangga karena dianggap lebih banyak melakukan aktivitas di dalam rumah. e. Motivasi mendengarkan siaran radio Motif mendengarkan radio adalah faktor yang menjadi pendorong bagi khalayak untuk mendengarkan radio, bisa berupa kebutuhan akan informasi, hiburan maupun karena pergaulan lingkungan khalayak atau sosialisasi.
2. Faktor Eksternal a. Tingkat keterdedahan terhadap radio Tingkat keterdedahan terhadap radio meliputi (1) jenis siaran yang didengarkan, (2) durasi mendengarkan, dan (3) frekuensi mendengarkan. Jenis siaran yang didengarkan adalah jenis siaran yang disukai oleh khalayak dalam memilih siaran yang menurut khalayak penting. Jenis siaran dibedakan menjadi dua, yaitu siaran langsung dan siaran mendalam. Durasi mendengar siaran radio adalah total waktu yang digunakan khalayak dalam mendengar siaran radio baik dalam hitungan hari, minggu, ataupun bulan. Frekuensi mendengarkan radio adalah intensitas atau tingkat keseringan khalayak dalam mendengarkan radio baik dalam hitungan hari, minggu, atau pun bulan. Khalayak dengan karakteristik internal ataupun eksternal yang berbeda akan memiliki keakraban (familiarity), penonjolan pribadi (personal salience), dan kesenangan (favorability) yang berbeda terhadap suatu berita. Tentunya hal tersebut juga akan menimbulkan opini yang berbeda pula. Isu-isu yang dibahas antara anggota masyarakat biasanya akan melibatkan khalayak yang memiliki kesamaan pada karakteristik khalayak, baik karakteristik pada faktor eksternal atau pun faktor internal. Khalayak yang memiliki kesamaan karakteristik relatif akan memiliki keakraban (familiarity) atau penonjolan pribadi
32
(personal salience) atau kesenangan (favorability) yang relatif sama pula. Ketika terbangun subuah perbincangan mengenai suatu berita atau isu yang diangkat oleh media, maka terciptalah agenda publik. Penggunaan media massa merupakan salah suatu sarana yang efektif dalam proses pembentukan opini publik (public opinion) dan mengembangkan persepsi masyarakat (Hapsari 2008).
2.1.5
Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian agenda setting yang dilakukan di Indonesia pada umumnya
mengangkat isu-isu politik. Siahaan (1997) meneliti mengenai hubungan agenda media surat kabar Kompas dan Suara Pembaruan dengan agenda publik mahasiswa GMKI Jakarta dan menganalisis isu-isu apa saja yang menjadi perhatian khalayak, terutama yang sering muncul di media massa (dalam hal ini surat kabar) dalam kurun waktu tertentu. Hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, ditemukan bahwa hubungan agenda surat kabar Kompas dengan agenda publik mahasiswa anggota GMKI mempunyai korelasi yang kuat, juga diketahui bahwa hubungan antara agenda surat kabar Suara Pembaruan dengan agenda publik mahasiswa anggota GMKI mempunyai korelasi cukup kuat. Kekuatan hubungan masing-masing agenda surat kabar terhadap agenda publik agenda mahasiswa GMKI ternyata dipengaruhi oleh variabel kredibilitas surat kabar, penggunaan media, dan tingkat orientasi. Tahun 2004 Descartes menganalisis hubungan agenda Koran Tempo dengan agenda mahasiswa yang tergabung dalam sekretariat KAMMI pusat tentang pentingnya isu politik dan faktor-faktor yang mempengaruhi keeratan hubungan antar keduanya, dan menganalisis hubungan agenda stasiun Televisi Metro TV dengan agenda mahasiswa yang tergabung dalam sekretariat KAMMI pusat tentang pentingnya isu politik dan faktor-faktor yang mempengaruhi keeratan hubungan antar keduannya. Hasil uji korelasi rank Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara agenda Koran Tempo dan agenda sekretariat KAMMI pusat. Penelitian hubungan antara agenda stasiun televisi Metro TV dana agenda sekretariat KAMMI pusat, menunjukkan adanya hubungan yang signifikan diantara dua agenda tersebut. Keeratan hubungan antara agenda Koran Tempo dan agenda sekretariat KAMMI maupun antara agenda
33
stasiun televisi Metro TV dan agenda sekretariat KAMMI pusat dipengaruhi oleh kredibilitas masing-masing media tersebut dan penggunaan media yang ditempatkan sebagai variabel antara dalam penelitian. Sulistiawan meneliti kesesuaian antara agenda Banyumas Televisi dengan agenda anggota kelompok Sawedyambo mengenai berita pertanian dan peternakan pada tahun 2005. Hasil penelitian menyatakan bahwa berita yang disajikan Banyumas Televisi sudah sesuai dengan perhatian responden. Hasil uji Rank Spearman, didapatkan hubungan yang signifikan antara agenda Banyumas Televisi dan agenda responden. Sementara berdasarkan sistem agribisnis, hasil uji rank Spearman didapatkan hubungan yang sangat signifikan antara agenda Banyumas Televisi dengan agenda responden. Artinya bahwa agenda Banyumas Televisi sudah berjalan dengan baik, hal ini terlihat dari berita yang disajikan Banyumas Televisi sudah sesuai dengan berita yang menjadi perhatian anggota kelompok peternak Sawedyambo. Penelitian Suwanda yang dilakukan tahun 2009 menganalisis hubungan agenda setting surat kabar Jurnal Bogor dengan agenda mahasiswa FEMA IPB Angkatan 2007 mengenai Berita Perolehan Suara Pemilu Legislatif 2009. Hasil penelitian menyatakan bahwa agenda surat kabar Jurnal Bogor sangat sesuai dengan agenda khalayak mahasiswa FEMA IPB angkatan 2007 yang terbukti dari uji korelasi rank Spearman yang menunjukkan korelasi sempurna. Karakteristik khalayak mahasiswa FEMA IPB angkatan 2007 seperti: jenis kelamin, usia, departemen, penghasilan orang tua dan uang saku mempunyai keeratan hubungan tersendiri pada agendanya.
2.2
Kerangka Pemikiran Penelitian yang berjudul “Analisis Agenda Setting Informasi Pertanian
pada Program Bogor Update Megaswara FM” ini merujuk pada beberapa konsep dan teori serta penelitian terdahulu tentang agenda setting, serta hasil empiris beberapa penelitian berkenaan dengan media massa, agenda media, dan agenda khalayak. Agenda setting adalah satu teori untuk melihat keefektifan dan kesesuaian antara agenda media dengan agenda khalayak.
34
Sebagaimana dikemukakan di atas, agenda setting adalah komunikasi yang mencoba menjelaskan pengaruh media massa terhadap struktur kognitif individu. Adanya hubungan antara peliputan tentang isu-isu yang penting oleh media massa dengan penilaian relatif oleh publik terhadap pentingnya isu-isu tersebut (McCombs dan Shaw 1972 dalam Rakhmat 2005). Menganalisis agenda setting perlu dilihat dua aspek yaitu agenda media dan agenda khalayak (Descartes 2004). Merujuk pada pendapat tersebut, maka variabel terpengaruh dalam penelitian adalah variabel Agenda Khalayak (Y1) dan Agenda Media (Y2). Mengadaptasi dari hasil penelitian Suwanda (2009) untuk analisis isi akan diukur dengan panjang pesan singkat (SMS), durasi penyampaian pada telepon, frekuensi penyampaian berita, dan nilai berita. Kesesuaian agenda media dengan agenda khalayak dianggap penting, karena suatu media dikatakan dapat memenuhi kebutuhan khalayaknya akan informasi apabila media tersebut telah menyiarkan informasi yang sesuai dengan harapan khalayaknya. Agenda khalayak diduga dipengaruhi oleh faktor yang bersifat eksternal (X1) dan faktor yang bersifat internal (X2). Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Puspitasari (2009) terdapat variabel pada faktor eksternal yang diduga mempengaruhi agenda khalayak, yaitu:
Tingkat
Keterdedahan Terhadap Siaran Radio (X1.1). Selain itu, terdapat lima variabel pada faktor internal yang diduga mempengaruhi agenda khalayak yaitu: Jenis kelamin (X2.1), Umur (X2.2), Pendidikan (X2.3), dan Status Pekerjaan (X2.4), Motivasi Mendengarkan Siaran Radio (X2.5) Agenda media diduga dipengaruhi oleh faktor yang bersifat eksternal (X3) dan faktor yang bersifat internal (X4). Variabel pengaruh yang bersifat eksternal adalah Kode Etik Jurnalistik (X3.1) yang telah ditentukan oleh Dewan Pers. Adapun variabel pengaruh yang bersifat internal adalah Kebijakan Program Berita Radio (X4.1) yang telah ditentukan oleh masing-masing radio. Berdasar pada kerangka pemikiran tersebut di atas, hubungan antara variabel pengaruh dan variabel terpengaruh dalam penelitian dapat dilihat dalam Gambar 1.
35
Faktor Eksternal (X1)
Faktor Eksternal (X3) Kode Etik Jurnalistik (X3.1)
1. Tingkat keterdedahan terhadap siaran radio (X1.1)
Agenda Khalayak (Y1)
Agenda Media (Y2)
Faktor Internal (X2) 1. Jenis kelamin (X2.1) 2. Umur (X2.2) 3. Pendidikan (X2.3) 4. Pekerjaan (X2.4) 5. Motivasi mendengarkan siaran radio (X2.5)
Faktor Internal (X4) Kebijakan Program Berita Radio (X4.1)
Keterangan
:
Berhubungan Kesesuaian
35
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
36
2.3
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, hipotesis penelitian adalah sebagai berikut: 1.
Terdapat kesesuaian antara agenda Radio Megaswara FM dengan agenda pendengar Radio Megaswara FM dalam program Bogor Update.
2.
Terdapat kesesuaian antara agenda Radio Megaswara FM dengan agenda pendengar Radio Megaswara FM dalam program Bogor Update tentang informasi pertanian.
3.
Terdapat kesesuaian antara pendengar yang berbeda faktor internal dalam susunan topik informasi dalam menerima siaran Bogor Update Radio Megaswara FM.
4.
Terdapat kesesuaian antara pendengar yang berbeda faktor eksternal dalam susunan topik informasi dalam menerima siaran Bogor Update Radio Megswara FM.
2.4
Definisi Operasional Pada penelitian ini dari masing-masing variabel akan dijabarkan dan
dibatasi secara operasional sebagai berikut. 1.
Agenda khalayak atau seringkali disebut dengan istilah agenda publik adalah tingkat perbedaan penonjolan suatu berita menurut opini publik dan pengetahuan mereka. Agenda khalayak diukur dengan melihat prioritas ururan topik berita oleh masing-masing responden.
2.
Agenda media adalah daftar berita-berita dan peristiwa-peristiwa pada suatu waktu yang disusun berdasarkan urutan kepentingannya, yang terdiri dari pokok persoalan, peristiwa, anggapan, dan pandangan yang memanfaatkan waktu dan ruang dalam publikasi yang tersedia untuk disampaikan kepada publik. Pengukuran agenda media dilakukan dengan analisis isi. pengukuran analisis isi dilakukan dengan penghitungan lamanya durasi penyiaran suatu topik berita selama satu bulan dalam hitungan detik.
3.
Nilai berita, adalah kecenderungan uraian berita dikaitkan dengan topik berita yang dibedakan menjadi dua yaitu nilai berita yang positif (+) dan nilai berita yang negatif (-). Nilai berita yang positif apabila informasi yang diberikan
37
lebih cenderung memberitakan hal/ aspek positif. Nilai berita yang negatif apabila informasi yang diberikan lebih cenderung memberitakan hal/aspek negatif. 4.
Faktor internal pada khalayak adalah faktor yang melekat dalam diri responden yang diduga menimbulkan agenda khalayak. Variabel ini diukur dengan beberapa indikator, yaitu usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan motivasi mendengarkan. a) Umur adalah jumlah tahun sejak responden lahir sampai dengan saat dilaksanakan penelitian. Usia diukur dalam satuan tahun berdasarkan sebaran yang didapat dari rata-rata data lapang. Variabel ini diukur menggunakan skala ordinal. 1) 19 – 35 tahun
: Muda
2) 36 – 52 tahun
: Tua
b) Jenis kelamin adalah perbedaan individu berdasarkan kondisi biologis. Dikategorikan dalam dua kelompok, yaitu laki-laki dan perempuan. Diukur dengan skala nominal. c) Tingkat pendidikan formal adalah jenjang terakhir sekolah formal yang pernah diikuti responden. Diukur berdasarkan jenjang pendidikan formal terakhir diukur, dibedakan ke dalam kategori: 1) Tamat dan tidak tamat SD dan sederajat, SLTP dan SLTA dan sederajat 2) Pernah mengenyam pendidikan di Perguruan Tinggi
: Dasar : Tinggi
d) Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh responden sebagai sumber utama yang menghasilkan ekonomi. Kategori ini dibedakan kedalam: bekerja sebagai pegawai dan non pegawai. Variabel ini diukur dengan skala nominal. e) Motivasi mendengarkan adalah dorongan yang menyebabkan seseorang untuk tertarik mendengarkan program Bogor Update. Diukur berdasarkan tujuan atau harapan tentang suatu hal yang akan diperoleh dari siaran Bogor Update. Variabel ini diukur secara kualitatif, dan dikelompokkan: 1) Informasi dan Edukasi 2) Lain-lain
38
5.
Faktor eksternal pada khalayak adalah faktor yang melekat di luar diri responden yang diduga menciptakan agenda khalayak dalam mendengarkan siaran berita. Variabel ini diukur dari indikator tingkat keterdedahan terhadap radio. a) Keterdedahan khalayak pendengar terhadap siaran Bogor Update adalah beragam penerimaan khalayak terhadap siaran Bogor Update meliputi (1) jenis siaran yang didengarkan, (2) durasi mendengarkan, dan (3) frekuensi mendengarkan. 1) Jenis siaran adalah kemasan pesan atau format siaran radio. Pengukuran aspek ini menggunakan skala ordinal. Kategori jenis siaran Bogor Update terdiri dari: a.
Siaran langsung/on air
b.
Siaran tidak langsung/off air
2) Durasi mendengar siaran radio adalah lama waktu khalayak mendengar dengan cermat siaran Bogor Update. Pengukuran menggunakan satuan menit per tayangan. Dikategorikan menjadi: a.
≤ 60 menit
: Tidak lengkap
b.
> 60 menit
: Lengkap
3) Frekuensi mendengarkan radio adalah banyaknya siaran radio yang didengar khalayak dalam waktu satu minggu. Diukur dalam satuan kali per minggu, kemudian dikategorikan menjadi: a.
2-3 kali dalam satu minggu
: Sering
b.
4-5 kali dalam satu minggu
: Sangat Sering