BAB II PENDEKATAN TEORITIS
2.1
Tinjauan Pustaka
2.1.1 Posdaya (Pos Pemberdayaan Keluarga) 2.1.1.1 Pengertian dan Peran Posdaya Menurut Muljono (2010), Posdaya (Pos Pemberdayaan Keluarga) merupakan suatu forum silaturahmi, advokasi, komunikasi, informasi, edukasi dan sekaligus bisa dikembangkan menjadi wadah koordinasi kegiatan penguatan fungsi-fungsi kekeluargaan secara terpadu. Penguatan fungsi-fungsi utama tersebut diharapkan memungkinkan setiap keluarga makin mampu membangun dirinya menjadi keluarga sejahtera, keluarga yang mandiri dan keluarga yang sanggup menghadapi tantangan masa depan dengan lebih baik. Posdaya merupakan wahana pemberdayaan delapan fungsi keluarga secara terpadu, utamanya fungsi agama atau Ketuhanan yang Maha Esa, fungsi budaya, fungsi cinta kasih, fungsi perlindungan, fungsi reproduksi dan kesehatan, fungsi pendidikan, fungsi ekonomi atau wirausaha dan fungsi lingkungan. Posdaya adalah sebuah gerakan dengan ciri khas “bottom up program”, yang mengusung kemandirian, dan pemanfaatan sumberdaya serta potensi lokal sebagai sumber segala solusi. Posdaya dikembangkan sebagai salah satu sarana meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang hanya bisa diharapkan melalui penguatan fungsi keluarga secara terpadu. Kini Posdaya terus menjangkau berbagai pelosok desa di tanah air. Banyak bupati atau walikota kini ramai-ramai mendorong anggota masyarakat untuk mendirikan dan mengembangkan Posdaya. Posdaya dapat dikembangkan di mana-mana, bahkan juga dalam lingkungan komunitas masjid. Tujuan pembentukan Posdaya adalah untuk menyegarkan modal sosial, seperti hidup bergotongroyong dalam masyarakat guna membantu pemberdayaan keluarga secara terpadu serta membangun keluarga bahagia dan sejahtera. Selain itu, Posdaya juga ikut memelihara lembaga sosial kemasyarakatan yang terkecil, yaitu keluarga, agar dapat menjadi perekat sehingga tercipta kehidupan yang rukun, damai, dan memiliki dinamika yang tinggi. Bahkan program Posdaya itu
7
diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada setiap keluarga untuk memberi atau
menerima
pembaharuan
yang
dapat
dipergunakan
dalam
proses
pembangunan keluarga yang bahagia dan sejahtera. Posdaya merupakan gagasan baru guna menyambut anjuran pemerintah untuk membangun sumberdaya manusia melalui partisipasi keluarga secara aktif. Proses pemberdayaan itu diprioritaskan pada peningkatan kemampuan keluarga untuk bekerja keras mengentaskan kebodohan, kemalasan dan kemiskinan dalam arti yang luas. Sasaran kegiatan yang dituju adalah terselenggarakannya upaya bersama agar setiap keluarga mempunyai kemampuan melaksanakan delapan fungsi keluarga. Pelaksanaan Millenium Development Goals (MDGs), pengembangan fungsi keluarga tersebut diarahkan kepada lima prioritas sasaran utama, yaitu (1) komitmen pada pimpinan dan sesepuh tingkat desa dan pedukuhan, kecamatan dan kabupaten, (2) pengembangan fungsi keagamaan, fungsi KB dan kesehatan, (3) fungsi pendidikan, (4) fungsi kewirausahaan, dan (5) fungsi lingkungan hidup yang memberi makna terhadap kehidupan keluarga yang bahagia dan sejahtera (Muljono, 2010). Ada empat jenis peran yang dilakukan oleh Posdaya. Pertama, jika pada suatu wilayah tertentu belum terdapat suatu program pemberdayaan apapun atau suatu bentuk kerjasama masyarakat untuk pemberdayaan masyarakat, maka di tempat itu Posdaya dapat berperan membangun kegiatan-kegiatan baru yang bermanfaat bagi masyarakat. Kegiatan dimaksud dapat meliputi bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi dan lingkungan. Kedua, jika pada wilayah tersebut pernah ada suatu kegiatan pemberdayaan tetapi sudah ditinggalkan oleh masyarakat, maka Posdaya dapat menghidupkan kembali kegiatan-kegiatan tersebut. Ketiga, jika pada suatu wilayah sudah terdapat kegiatan-kegiatan pemberdayaan, maka kehadiran Posdaya dapat berperan untuk meningkatkan kualitas program yang sudah ada, baik kuantitas maupun kualitasnya. Keempat, Posdaya juga berperan “menjahit” semua kegiatan/kelembagaan masyarakat yang ada di wilayah tersebut sehingga dapat “berpayung” bersama secara keseluruhan dalam gerakan Posdaya (Bachtiar, 2010).
8
2.1.1.2 Program Posdaya Posdaya menekankan kepada pemberdayaan keluarga untuk bekerja keras mengentaskan kebodohan, kemalasan, dan kemiskinan dalam arti yang luas. Posdaya bertujuan untuk: a. Menyegarkan modal sosial seperti hidup bergotong royong dalam masyarakat untuk membantu pemberdayaan keluarga secara terpadu dan membangun keluarga bahagia dan sejahtera. b. Ikut memelihara lembaga sosial kemasyarakatan yang terkecil, yaitu keluarga, yang dapat menjadi perekat masyarakat sehingga tercipta kehidupan yang rukun, damai dan memiliki dinamika yang tinggi. c. Memberi kesempatan kepada setiap keluarga untuk memberi atau menerima pembaharuan yang dapat dipergunakan dalam proses pembangunan keluarga yang bahagia dan sejahtera. Empat bidang utama yang menjadi pokok aktifitas pemberdayaan masyarakat yang ditekuni oleh Posdaya yakni bidang kesehatan, bidang pendidikan, bidang ekonomi, dan bidang lingkungan. Keempat bidang ini selain menjadi penentu utama dalam penghitungan indeks pembangunan manusia, juga merupakan aktivitas sehari-hari yang sangat melekat dengan kebutuhan dasar manusia (Bachtiar, 2010). Adapun penjelasan program Posdaya yang meliputi keempat bidang tersebut sebagai berikut: Program Bidang Kesehatan: Program kesehatan yang muncul pada Posdaya dapat dikategorikan pada dua keadaan, yaitu program lama dan program baru. Program lama adalah program yang sudah ada di wilayah bersangkutan sebelum hadirnya Posdaya. Perlakuan terhadap program jenis ini adalah menggairahkan kembali kegiatan yang sudah ada tersebut, meningkatkan kualitasnya dan keragaman layanan yang dapat diakses masyarakat melalui kegiatan tersebut. Sebagai contoh adalah Posyandu yang mati suri di beberapa wilayah menjadi semangat kembali, jadwal Posyandu kembali rutin, balita yang hadir meningkat jumlahnya, demikian pula kehadiran pihak Puskesmas dan bidan desa juga lebih rutin, bahkan pemberian makanan tambahan (PMT) lebih sering dilakukan. Program baru adalah aktifitas layanan kesehatan masyarakat yang dilakukan oleh masyarakat setelah hadirnya Posdaya.
9
Program Bidang Pendidikan: Hampir di setiap Posdaya binaan IPB terselenggara program PAUD. Sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang sadar perlunya pendidikan sejak usia dini, maka masyarakat sangat antusias dengan berdirinya PAUD di Posdaya. PAUD telah terselenggara di sebagian besar Posdaya dengan segala sumberdaya yang sederhana dan seadanya. Umumnya tempat belajar menggunakan bangunan/ruangan yang dapat diberdayakan sebagai ruangan kelas. Program
Bidang
Ekonomi/Kewirausahaan:
banyak
kreatifitas
masyarakat yang tumbuh untuk mencari peluang usaha dengan menggali potensi diri dan potensi sumberdaya yang ada di wilayah masing-masing Posdaya. Hal ini dapat dimengerti dengan mudah karena manusia pada umumnya berkeinginan meningkatkan kesejahteraan diri melalui peningkatan kemampuan ekonomi. Program ini termasuk program yang berhasil karena begitu cepat respon masyarakat untuk berpartisipasi dan mengembangkan dirinya dalam program ini. Program Bidang Lingkungan: Di bidang lingkungan, umumnya Posdaya mengarahkan kegiatannya pada upaya pengelolaan sampah.
2.1.1.3 Peserta dan Sasaran Posdaya Organisasi Remaja atau Pengurus PKK Kelurahan / Desa di tingkat RT atau RW perlu mengadakan pendataan seluruh keluarga di wilayah sekitar Posdaya
yang
akan
dibangun.
Pendataan
keluarga
dilakukan
dengan
mempergunakan kriteria atau indikator yang dipergunakan oleh BKKBN atau BPS, utamanya untuk mengetahui keberadaan keluarga dalam posisi Pra Sejahtera, Sejahtera I, Sejahtera II, Sejahtera III, atau Sejahtera III plus. Indikator BPS dapat dipergunakan untuk menentukan apakah sebuah keluarga tergolong miskin atau tidak miskin. Indikator yang biasa dipakai antara lain: 1) melaksanakan ibadah secara teratur; 2) makan dua kali sehari; 3) mempunyai pakaian layak; 4) lantai rumah umumnya tidak berupa tanah; 5) anak sakit dibawa ke rumah sakit atau dokter ; 6) seminggu sekali makan dengan daging atau telur; 7) mempunyai pakaian baru setahun sekali; 8) luas lantai rumah 8 m2 per anggota keluarga; 9) seluruh keluarga bisa membaca dan menulis; 10) anak-anak usia
10
sekolah bisa sekolah; 11) salah satu anggota keluarga bekerja; 12) dalam sebulan seluruh anggota keluarga dalam keadaan sehat. Apabila dengan mengajukan lima pertanyaan urutan pertama di atas, suatu keluarga menyatakan satu saja jawaban tidak, maka keluarga tersebut dapat digolongkan menjadi keluarga pra sejahtera. Apabila untuk pertanyaan berikutnya suatu keluarga menyatakan satu jawaban tidak, maka keluarga tersebut tergolong keluarga Sejahtera 1. Dari hasil pendataan ini selanjutnya dibuat peta, sehingga dapat dengan mudah diketahui persebaran lokasi keluarga yang perlu dibantu untuk meningkatkan diri menjadi keluarga yang lebih sejahtera. Selain pendataan dan pemetaan sebagai sarana untuk menentukan prioritas sasaran, kepada setiap keluarga perlu diketahui jenis kebutuhan pemberdayaan yang diperlukan. Pengumpulan informasi tentang kebutuhan pemberdayaan ini merupakan upaya untuk melengkapi kekurangan atau menambah kegiatan yang sudah ada, serta menentukan jenis atau bentuk program yang perlu dilaksanakan dalam Posdaya (Suyono dan Rohadi, 2007). Posdaya menempatkan keluarga
muda, utamanya keluarga yang
mempunyai anak dibawah usia 15 tahun, atau mempunyai anak dibawah usia 25 tahun, sebagai sasaran dengan prioritas yang tinggi. Posdaya memberi kesempatan kepada penduduk lansia untuk ikut terjun sebagai pembina, pengasuh, pelindung atau pengawas kegiatan yang dijalankan bersama anggota muda lainnya. Suyono dan Rohadi (2007), menjelaskan sasaran-sasaran Posdaya menurut masing-masing bidang, berikut ini adalah penjelasannya.
A. Pemberdayaan Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Keluarga muda, utamanya ibu muda, bayi dan anak balita, ditetapkan sebagai sasaran utama Posyandu dan dibantu untuk ikut KB dan memperbaiki kesehatan ibu dan anak-anak balitanya. Apabila keluarga yang terdeteksi sebagai keluarga Pra Sejahtera atau Sejahtera I belum mengikuti KB atau mempunyai tingkat kesehatan ibu dan anak yang rendah, Posdaya menganjurkan kepada yang bersangkutan untuk segera mengikuti KB dan menganjurkan rajin berkunjung pada acara Posyandu atau mengikuti program pada klinik yang terdekat. Posdaya menempatkan kegiatan KB dan perbaikan kesehatan ibu dan anak sebagai
11
prioritas yang penting. Sasaran utamanya adalah: a) keluarga muda, utamanya ibu muda, ibu hamil, ibu melahirkan dan ibu menyusui; b) ibu muda dengan anakanak dibawah usia 15 tahun; c) bayi (0- 1) tahun; d) anak balita (1 - 5) tahun.
B. Pemberdayaan Bidang Pendidikan Pemberdayaan di bidang pendidikan perlu diambil langkah dengan melihat hasil pendataan atau inventarisasi anak-anak usia 0-15 tahun yang belum sekolah. Jika ada anak-anak di bawah usia 5 (lima) tahun yang belum sekolah, perlu dipersiapkan pembentukan Taman Pendidikan Al Qur'an, atau kegiatan Bina Keluarga Balita, atau PAUD, atau pembentukan Kelompok Bermain atau Kelompok Bina Anak Pra Sekolah dan sebagainya. Jika banyak anak usia 6-15 tahun yang belum atau tidak sekolah karena orang tuanya tidak mampu, maka anggota Posdaya perlu mengadakan upaya gotong royong agar anak-anak tersebut bisa sekolah. Misalnya mencari orang tua asuh, mengumpulkan dana bantuan sekolah atau mencari sekolah atau lembaga yang dapat menyertakan anak dalam proses pendidikan. Jika anak-anak yang telah dewasa 15-25 tahun cukup banyak, tetapi tidak dalam status sekolah, karena putus sekolah atau tidak meneruskan ke Perguruan Tinggi serta belum bekerja, Posdaya atau lembaga lain yang ada di desa itu bisa mengembangkan kursus-kursus keterampilan atau latihan wirausaha agar mereka memperoleh kesempatan kerja.
C. Pemberdayaan Bidang Wirausaha bagi Ibu/Wanita Jika dari pendataan keluarga diperoleh kenyataan bahwa banyak ibu-ibu keluarga Pra Sejahtera atau Sejahtera 1 dengan anak balita atau mempunyai anak dibawah usia 15 tahun yang tidak mempunyai kegiatan usaha, maka keluarga tersebut perlu diajak berhimpun dalam kelompok yang ada, seperti arisan, majelis taklim, PKK tingkat RT/RW. Keluarga kurang mampu tersebut didorong dan dibantu melakukan kegiatan usaha ekonomi bersama anggota kelompok lainnya, utamanya yang telah berhasil dalam usaha ekonomi. Peserta perlu diberi pelatihan, penambahan pengetahuan atau dibantu melaksanakan usaha dengan mendatangkan guru atau tenaga yang telah berhasil mengembangkan usaha. Kalau perlu keluarga tersebut diajak magang atau bekerja sambil berlatih pada
12
pengusaha lain yang telah berhasil. Kelompok Posdaya membantu menjajaki kerjasama dengan lembaga keuangan atau bank yang ada di desa atau kecamatan untuk penyediaan modal, meningkatkan pengetahuan tentang kualitas produksi, pemasaran dan sebagainya. Membentuk dan mengembangkan Posdaya dengan berbagai bentuk dan jenis kegiatan diatas tentunya diperlukan petugas-petugas pelaksana yang perlu diidentifikasi dan disiapkan dengan meminta kesediaan mereka, melatih, membina dan memberikan tugas yang tepat sesuai dengan pendidikan, pengalaman, pelatihan dan kesiapannya untuk bekerja di lingkungan dan bersama masyarakat di desanya.
2.1.2 Pemberdayaan Menurut Ife (2005) dalam Lakoni (2009), pemberdayaan merupakan upaya penyediaan kepada orang-orang atas sumber, kesempatan, pengetahuan, dan keterampilan untuk meningkatkan kemampuan mereka menentukan masa depannya dan untuk berpartisipasi di dalam dan mempengaruhi kehidupan komunitas mereka. Terkait dengan itu, Sutrisno (2000) dalam Lakoni (2009) menjelaskan, dalam persfektif pemberdayaan, masyarakat diberi wewenang untuk mengelola sendiri dana pembangunan baik yang berasal dari pemerintah maupun dari pihak lain disamping mereka harus aktif berpartisipasi dalam proses pemilihan, perencanaan, dan pelaksanaan pembangunan sehingga dapat mendanai sendiri. Pemberdayaan ialah sebagai proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat potensi kelompok lemah dalam masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial. Seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya (Lakoni, 2009). Tujuan dari pemberdayaan itu ialah mewujudkan masyarakat yang mandiri. Oleh karena itu, dalam program Posdaya lebih menekankan kepada pemberdayaan keluarga karena keluarga merupakan kelompok kecil dari
13
masyarakat. Diharapakan seluruh keluarga ikut serta menjadi anggota Posdaya, terutama dalam bidang ekonomi produktif. Kesertaan dalam kegiatan ekonomi ini akan menghasilkan kemandirian dalam bidang ekonomi dan mengantar partisipasi yang lebih tinggi dalam bidang pendidikan dan keterampilan, serta kesehatan dan lingkungan yang mendukung hidup mereka menjadi lebih sejahtera.
2.1.3 Persepsi Menurut Lengevelt (1966) dalam Harihanto (2001) mendefinisikan persepsi sebagai pandangan individu terhadap suatu obyek (stimulus). Akibat adanya stimulus, individu memberikan reaksi (respon) berupa penerimaan atau penolakan terhadap stimuli tersebut. Lengevelt juga mengatakan bahwa persepsi berhubungan dengan pendapat dan penilaian individu terhadap suatu stimulus yang akan berakibat terhadap motivasi, kemauan, dan perasaan terhadap stimuli tersebut. Stimuli dapat bisa berupa benda, isyarat, informasi, maupun situasi dan kondisi tertentu. Konteks persepsi terhadap Posdaya yang memiliki berbagai macam program dan program Posdaya ini sebagai stimuli yang dapat menimbulkan persepsi pada individu yang melihat atau merasakannya. Menurut Asngari (1984) dalam Harihanto (2001), mengatakan bahwa persepsi terhadap lingkunganya merupakan faktor penting karena akan berlanjut dalam menentukan tindakan individu tersebut. Persepsi yang benar terhadap suatu obyek diperlukan, sebab persepsi merupakan dasar pembentukan sikap dan perilaku. Demikian pula menurut Duncan dalam Thoha (1988) dalam Harihanto (2001), mengatakan bahwa persepsi merupakan unsur penting dalam penyesuaian perilaku. Dapat dikatakan bahwa jika diinginkan agar seseorang berperilaku tertentu terhadap lingkungan, harus dilakukan intervensi untuk membentuk persepsi yang benar pada diri orang tersebut, terutama jika persepsinya belum benar. Menurut Muchtar (1998), persepsi adalah proses penginderaan dan penafsiran rangsangan suatu objek atau peristiwa yang diinformasikan, sehingga seseorang dapat memandang, mengartikan dan mengintepretasikan rangsangan yang diterima sesuai dengan keadaan dirinya dan lingkungan dimana ia berada sehingga ia dapat menentukan tindakannya.
14
Persepsi yang dimiliki seseorang berbeda karena pengaruh berbagai faktor, mulai dari pengalaman, latar belakang, lingkungan dimana dia tinggal, juga motivasi dan lainnya. Faktor-faktor di atas, yang akan mempengaruhi seseorang dan menyebabkan seseorang dapat menginterprestasikan sesuatu mempunyai perbedaan pendapat. Menurut Calhoun dan Acocella (1990) dalam Pandeangan (2005), persepsi yang kita kenal memiliki tiga dimensi yang sama dengan menandai konsep diri: 1. Pengetahuan: apa yang kita ketahui tentang pribadi lain,,wujud lahiriah, perilaku, masa lalu, motif, dan sebagainya. 2. Pengharapan: gagasan kita tentang orang itu menjadi apa dan mau melakukan apa yang dipadukan dengan gagasan kita seharusnya dia menjadi apa dan melakukan apa. 3. Evaluasi: kesimpulan kita tentang seseorang didasarkan pada bagaimana seseorang (menurut pengetahuan kita) memenuhi pengharapan kita tentang dia. Lockard (1974) dalam Tampang (1999) mendefinisikan persepsi sebagai apa yang dipelajari dan diketahui secara keseluruhan melalui panca indera. Persepsi merupakan proses dimana akan diperoleh beberapa atau keseluruhan informasi tentang suatu hal. Persepsi terdiri dari variabel-variabel yang berkombinasi dengan lainnya, yaitu: 1. Pengalaman masa lalu, apa yang pernah di alami. 2. Indoktrinasi budaya, bagaimana menerjemahkan apa yang dialami. 3. Sikap pemahaman, apa yang diharapkan dan apa yang dimaksud dari hal tersebut. Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi ialah pandangan individu atau pemaknaan stimuli terhadap suatu obyek melalui proses penginderaan dan individu dapat memberikan reaksi (respon). Persepsi dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu pengetahuan dan pengalaman. Menurut Soekanto (2002), pengetahuan merupakan kesan yang ada dalam pikiran manusia, dimana kesan tersebut merupakan hasil dari penggunaan panca inderanya. Pengetahuan
dapat
diperoleh
dengan
cara
bertanya
pada
orang
lain,
mendengarkan informasi atau melalui media massa. Pengetahuan akan
15
membentuk suatu tindakan dalam diri seseorang (Notoatmodjo, 2003 dalam Herman , 2005). Oleh karena itu, tindakan didasari pengetahuan akan tahan lama daripada yang tidak didasari pengetahuan. Dalam hal ini, pengetahuan ialah informasi yang diterima atau kemampuan masyarakat untuk mengetahui atau memahami hal-hal yang berhubungan dengan Posdaya. Jika masyarakat memiliki pengetahuan yang tinggi terhadap Posdaya, maka persepsi yang diberikan cenderung positif. Sebaliknya jika pengetahuan mereka tentang Posdaya rendah, maka persepsi mereka cenderung tidak mengetahui tentang Posdaya. Menurut Agustina (2000), pengalaman merujuk kepada apa yang pernah dilakukan dan apa yang pernah di alami pada masa lalu seperti apa yang sudah diserap atau didapatkan dari suatu pelatihan yang pernah diikuti. Dalam hal ini, pengalaman didapatkan melalui proses belajar masyarakat terhadap segala sesuatu yang pernah dialaminya pada masa lalu seperti pelatihan-pelatihan yang pernah didapatkan dari Posdaya maupun pelatihan dari lembaga lainnya atau pertemuan yang diadakan oleh masyarakat atau instansi pemerintah. Biasanya melihat pengalaman yang terjadi pada diri sendiri lebih kuat dibandingkan dengan melihat pengalaman orang lain. Persepsi juga dipengaruhi oleh faktor eksternal, yaitu lingkungan sosial individu. Manusia merupakan makhluk sosial, bagaimanapun juga tidak dapat terlepas dari individu yang lain dan hidup bersama. Hidup bersama antar manusia akan berlangsung dalam bentuk komunikasi dan situasi, dalam kehidupan seperti ini terjadi interaksi. Menurut Moss (1874) dalam Orford (1991) dalam Yusniati (2008), lingkungan sosial ialah iklim sosial. Dilihat dari tipenya, lingkungan terbagi menjadi beberapa tipe, salah satunya yaitu educational university student living groups, dilihat dari: a. Dimensi hubungan, yang mana dalam dimensi ini melibatkan dukungan emosi. b. Dimensi perkembangan individu, seperti kebebasan, orientasi tradisi sosial, persaingan akademik, prestasi, dan intelektualitas. c. Dimensi sistem pemeliharaan dan sistem pergantian, seperti memerintah dan organisasi, pengaruh pelajar, dan inovasi.
16
Berdasarkan pemaparan di atas, pengertian lingkungan sosial dalam hal ini lebih menekankan kepada hubungan interaksi manusia yaitu hubungan peserta Posdaya dengan tetangga, peserta Posdaya dengan keluarga, dan peserta Posdaya dengan pengurus Posdaya. Persepsi akan menentukan sikap dan perilaku seseorang sehingga persepsi yang positif akan mendukung motivasi peserta Posdaya untuk berpartisipasi dan dapat menentukan sikap serta perilaku peserta Posdaya dalam pelaksanaan program Posdaya.
2.1.4 Motivasi Berperanserta 2.1.4.1 Pengertian Peran Serta Pembangunan ialah sebagai suatu proses yang menggambarkan adanya pengembangan, baik meliputi proses pertumbuhan maupun perubahan dalam kehidupan bersama (organisasi), sosial, dan budaya. (Pudjiwati Sajogyo, 1983;3 dikutip
dalam
Jacub
1985).
Pembangunan
desa
dimaksudkan
sebagai
pembangunan fisik yang dilakukan oleh warga masyarakat tersebut melalui proyek-proyek yang dikembangkan bersama atau datang dari pusat sedangkan pembangunan keluarga dimaksudkan sebagai pembangunan yang dilakukan oleh anggota keluarga, khususnya kepala keluarga, untuk lebih meningkatkan taraf hidupnya.
Melakukan pembangunan desa dibutuhkan peran serta masyarakat
yang memiliki tiga aspek, yaitu 1) pengambilan keputusan, 2) pelaksanaan, dan 3) evaluasi. Peran serta masyarakat atau partisipasi adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah dan pelaksanaan upaya mengatasi masalah (Jamin, 2010). Peran serta masyarakat atau partisipasi dimulai dari proses mengenali masalah, merencanakan kegiatan, dan melaksanakan kegiatan. Madrie
(1986) mengatakan bahwa
partisipasi
masyarakat dalam
pembangunan adalah keterlibatan anggota masyarakat dalam proses pembangunan secara sukarela dan atas kemauan sendiri. Adapun beberapa hal penting yang merupakan eksistensi suatu konsep partisipasi, diantaranya adalah sebagai berikut:
17
a. Adanya suatu bentuk keterlibatan mental dan emosional seseorang yang berpartisipasi. b. Adanya kesediaan dari seseorang dalam memberikan kontribusi, memberikan suatu aktivitas, kegiatan-kegiatan dalam suatu kehidupan kelompok atau komunitas suatu masyarakat. c. Adanya tanggung jawab terhadap aktivitas yang dilakukan seseorang. d. Adanya hal-hal yang akan menguntungkan bagi individu, yaitu menyangkut adanya pemuasan akan tercapainya tujuan bagi dirinya. Peran serta masyarakat dalam pembangunan saat ini sangat berguna karena diharapkan pembangunan tidak hanya oleh pemerintah saja namun masyarakat sebagai pengguna pun diharapkan mampu berperanserta aktif, seperti bentuk semu, praktek kerjasama dan proses pemberdayaan. Menurut Anharudin (2006) dalam Suryaningsih (2007) menyatakan bahwa peran serta masyarakat terhadap pembangunan dapat dilaksanakan dalam proses pembuatan keputusan dan implementasinya, sehingga nantinya terwujud kepada pembangunan yang berkelanjutan, sesuai kehendak masyarakat. Peran serta masyarakat dalam kebijakan dapat diwujudkan dalam bentuk sumbangan pikiran dan tenaga terhadap proses penyusunan, pelaksanaan, dan evaluasi kebijakan. Disimpulkan bahwa peran serta adalah keikutsertaan untuk berperan dalam proses pembangunan baik dalam peranannya sebagai warga desa, maupun peranannya sebagai anggota rumah tangga. Peran serta disini mempunyai aspek perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dari kegiatan-kegiatan tersebut.
2.1.4.2 Motivasi Menurut Yulianto (1993) menyatakan bahwa motivasi adalah keseluruhan pendorong atau penggerak yang terdapat dalam diri seseorang baik yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya, yang menyebabkan ia berbuat sesuatu bagi dirinya. Menurut Adam Ibrahim (1983) dalam Yulianto (1993), motivasi merupakan suatu proses yang terjadi di dalam diri manusia atau proses psikologis yang terjadinya interaksi antar sikap, kebutuhan, persepsi, proses belajar dan pemecahan persoalan.
18
Motivasi merupakan akibat dari interaksi seseorang dengan situasi tertentu yang dihadapinya. Terdapat perbedaan dalam tingkat motivasi yang ditunjukan seseorang dalam menghadapi situasi tertentu dibandingkan dengan orang lain yang menghadapi situasi yang sama. Bahkan seseorang akan menunjukan dorongan tertentu dalam menghadapi situasi yang berbeda dan dalam waktu yang berlainan pula. Wijaya (1986) menjelaskan perbedaan motivasi yg ada dalam diri seseorang dipengaruhi oleh: 1) kematangan; 2) latar belakang kehidupan; 3) usia/umur; 4) kelebihan-kelebihan fisik, mental, pikiran; 5) sosial dan budaya; dan 6) lingkungan. Menurut Siagian (2004), kebutuhan manusia terdiri dari kebutuhan primer yang bersifat kebendaan dan sekunder yang tidak bersifat kebendaan. Memenuhi kebutuhan ini harus melakukan sebuah teknik untuk memuaskan kebutuhannya yaitu dengan cara berorganisasi. Motivasi yang dimiliki setiap individu akan berbeda karena tergantung kepada interaksi individu dengan situasinya. Rangsangan yang sama diberikan kepada setiap individu terkadang menghasilkan perilaku yang berbeda-beda antara individu tersebut. Motivasi terbagi menjadi dua macam, yaitu motivasi instrinsik, yang bersumber dari diri sendiri dan motivasi ekstrinsik, yang berasal dari luar orang tersebut. Disimpulkan bahwa motivasi merupakan suatu dorongan yang berasal dari dalam diri individu maupun dari luar individu untuk memenuhi kebutuhannya dan berusaha bertindak semampu mereka untuk memenuhi kebutuhannya. Peserta Posdaya akan termotivasi mengikuti atau ikut terlibat kegiatan Posdaya jika peserta Posdaya merasa kebutuhannya akan terpenuhi atau ada kebutuhan yang belum lengkap. Motivasi peserta Posdaya dapat muncul karena lingkungan sekitarnya maupun dari dirinya sendiri. Motivasi yang tinggi akan menghasilkan partisipasi peserta Posdaya yang berupa tindakan perilaku peserta Posdaya yang mendukung dalam keberhasilan program Posdaya.
2.1.4.3 Motivasi Berperanserta Wahjosumidjo (1992:174) dalam Ngadimin (1998) menyatakan bahwa motivasi merupakan suatu proses psikologis yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang.
19
Selanjutnya dijelaskan motivasi sebagai proses psikologis timbul diakibatkan faktor di dalam diri seseorang itu sendiri tersebut yang disebut intrinsik atau faktor di luar diri yang disebut ekstrinsik. Faktor dalam diri seseorang dapat berupa kepribadian, sikap, pengalaman, dan pendidikan, berbagai harapan, citacita yang menjangkau masa depan. Sedangkan faktor luar dapat ditimbulkan oleh berbagai sumber, yaitu lingkungan, kegiatan penyuluhan atau faktor-faktor lain yang sangat kompleks. Tetapi faktor dalam maupun faktor luar motivasi timbul karena adanya rangsangan. Menurut Atkinson (Scott, 1964:83) dalam Ngadimin (1998), kekuatan motivasi untuk melakukan kegiatan adalah fungsi dari: 1. Kekuatan yang menjadi alasan bertindak adalah suatu keadaaan dalam diri seseorang, tingkat alasan atau motif-motif yang menggerakkan tersebut menggambarkan tingkat untuk memenuhi kepentingannya . 2. Harapan adalah kemungkinan atau keyakinaan perbuatan seseorang akan mencapai tujuannya. 3. Nilai insentif yang merupakan imbalan atau ganjaran yang diharapkan demi tercapai tujuannya. Menurut Ilyas (2006), motivasi dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi kejiwaan dan mental seseorang berupa aneka keinginan, harapan, dorongan, dan kebutuhan yang membuat seseorang melakukan sesuatu untuk mengurangi kesenjangan yang dirasakannya. Motivasi juga dapat didefinisikan sebagai semangat atau dorongan terhadap seseorang untuk melakukan serangkaian kegiatan dengan bekerja keras dan cerdas demi mencapai tujuan. Peran serta masyarakat atau partisipasi dimulai dari proses mengenali masalah,
merencanakan
kegiatan,
melaksanakan
kegiatan.
Menurut
Tjondronegoro (1983) dalam Madrie (1986), mengemukakan bahwa partisipasi akan dipengaruhi oleh needs, motivasi, struktur sosial, stratifikasi sosial dalam masyarakat, orang akan berpartisipasi menyangkut adanya kebutuhan akan kepuasan, mendapatkan keuntungan, dan akan meningkatkan keuntungan statusnya. Bentuk partisipasi ini akan dapat berupa pengorbanan waktu, pemberian uang, menyumbang tenaga dan menyumbang materi lainnya. Partisipasi dari masyarakat sangat mempengaruhi keberhasilan kegiatan-kegiatan
20
yang berada di masyarakat. Peran serta masyarakat terdiri dari tiga aspek, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dari kegiatan-kegiatan tersebut. Disimpulkan bahwa motivasi berperanserta ialah dorongan yang ada di dalam diri individu maupun dari luar individu untuk terlibat dalam suatu kegiatan mulai dari perencanaan hingga evaluasi kegiatan yang menyangkut adanya pemenuhan kebutuhan, harapan dan keuntungan yang diperoleh. Jika masyarakat merasakan Posdaya bermanfaat berada di daerahnya, maka masyarakat cenderung memiliki motivasi yang tinggi untuk berperanserta dalam Posdaya.
2.2
Kerangka Pemikiran Pemberdayaan masyarakat akan menciptakan keluarga yang mandiri dan
harus dimulai dari pengembangan sumber daya yang diikuti oleh partisipasi penuh dari masyarakat lokal dan keluarga yang menjadi sasaran. Posdaya berpengaruh terhadap kesadaran masyarakat dan pemberdayaan agar kesejahteraan keluarga meningkat. Salah satu faktor partisipasi masyarakat ialah kemauan masyarakat. Dimana dalam kemauan tersebut terdapat persepsi dan motivasi. Menurut Lengevelt (1966) dalam Harihanto (2001) mendefinisikan persepsi sebagai pandangan individu terhadap suatu obyek (stimulus) melalui proses penginderaan dan individu dapat memberikan reaksi (respon). Dalam hal ini dilihat pandangan peserta Posdaya terhadap Posdaya dengan tiga indikatornya, yaitu program-program Posdaya, peran Posdaya, dan pengembangan fungsi keluarga. Persepsi dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu, seperti jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pekerjaan pendapatan, status dalam Posdaya (terlibat dalam kepengurusan Posdaya dan tidak terlibat dalam kepengurusan Posdaya), pengetahuan, dan pengalaman. Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari lingkungan luar yang mempengaruhi persepsi seseorang, seperti lingkungan sosial individu yang lebih menekankan kepada hubungan interaksi peserta Posdaya dengan tetangga, peserta Posdaya dengan keluarga, dan peserta Posdaya dengan pengurus Posdaya. Lengevelt juga mengatakan bahwa persepsi berhubungan dengan pendapat dan penilaian individu terhadap suatu stimulus yang akan berakibat terhadap
21
motivasi, kemauan, dan perasaan terhadap stimuli tersebut. Menurut Uno (2007) dalam Fibriana (2009), motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang untuk bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Peran serta ialah keikutsertaan untuk berperan dalam proses pembangunan baik peranannya sebagai warga desa, maupun peranannya sebagai anggota rumah tangga. Peran serta disini mempunyai aspek perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dari kegiatan-kegiatan. Motivasi berperanserta adalah dorongan yang ada di dalam diri individu maupun dari luar induvidu untuk terlibat dalam suatu kegiatan mulai dari perencanaan hingga evaluasi kegiatan yang menyangkut adanya pemenuhan kebutuhan, harapan dan keuntungan yang diperoleh. Motivasi berperanserta pada peserta Posdaya mencakup tiga indikator, yaitu: 1) motivasi merencanakan suatu kegiatan untuk memenuhi kebutuhan, harapan, dan keuntungan; 2) motivasi melaksanakan suatu kegiatan untuk memenuhi kebutuhan, harapan, dan keuntungan; 3) motivasi mengevaluasi suatu kegiatan untuk memenuhi kebutuhan, harapan, dan keuntungan. Persepsi dan motivasi berperanserta pada peserta Posdaya akan menentukan partisipasi peserta Posdaya dalam program Posdaya dan partisipasi peserta akan menentukan keberhasilan program Posdaya.
22
Faktor Internal: 1. Jenis Kelamin 2. Tingkat Pendidikan 3. Pekerjaan 4. Pendapatan 5. Status di Posdaya (terlibat dalam kepengurusan dan tidak terlibat) 6. Pengetahuan 7. Pengalaman
Stimulus
Faktor Eksternal: 1. Lingkungan sosial : a. Hubungan dengan keluarga b. Hubungan dengan tetangga c. Hubungan dengan Pengurus Posdaya
Posdaya Persepsi Peserta Posdaya: 1. Persepsi terhadap program Posdaya 2. Persepsi terhadap peran Posdaya 3. Persepsi terhadap pengembang an fungsi keluarga
Motivasi berperanserta pada peserta Posdaya: 1. Motivasi merencanakan 2. Motivasi melaksanakan 3. Motivasi evaluasi
Partispasi Peserta Posdaya
Keberhasilan Program Posdaya
Keterangan: :
Variabel yang diteliti
:
Variabel yang tidak diteliti
Gambar 1. Persepsi dan Motivasi Berperanserta Peserta Posdaya dalam Program Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya)
2.3
Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis penelitian adalah
sebagai berikut: 1. Faktor internal (jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pekerjaan, tingkat penghasilan, status dalam Posdaya, pengetahuan, dan pengalaman) memiliki hubungan dengan persepsi peserta Posdaya. 2. Faktor eksternal (lingkungan sosial) memiliki hubungan dengan persepsi peserta Posdaya.
23
3. Persepsi peserta Posdaya terhadap Posdaya memiliki hubungan dengan motivasi berperanserta pada peserta Posdaya.
2.4
Definisi Operasional
1. Faktor internal dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu, seperti jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pekerjaan, pendapatan, status dalam Posdaya (terlibat dalam kepengurusan Posdaya dan tidak terlibat dalam kepengurusan Posdaya), pengetahuan, dan pengalaman. a. Jenis kelamin adalah identitas biologis responden yang terbagi atas dua kategori, yaitu perempuan dan laki-laki. (1) Laki-laki : diberi kode 1 (2) Perempuan: diberi kode 2 b. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang telah diraih oleh peserta Posdaya. Tingkat pendidikan dikategorikan sebagai berikut: (1) SD
: diberi kode 1
(2) SLTP
: diberi kode 2
(3) SMU
: diberi kode 3
(4) S1
: diberi kode 4
c. Status pekerjaan dikelompokkan mejadi dua yaitu bekerja dan tidak bekerja. Peserta Posdaya dikatakan tidak bekerja apabila menganggur, pelajar, serta ibu rumah tangga. Peserta Posdaya yang dikatakan bekerja apabila mendapatkan penghasilan seperti buruh, PNS, supir, wirausaha, swasta, dan guru. (1) Tidak bekerja
: diberi kode 1
(2) Bekerja
: diberi kode 2
d. Pendapatan adalah jumlah pendapatan rata-rata yang diperoleh peserta Posdaya setiap bulannya. Variabel ini diukur dengan mengetahui jumlah penghasilan rata-rata yang diperoleh peserta Posdaya setiap bulannya dan dinyatakan dalam rupiah. Tingkat pendapatan yang diukur dalam penelitian ini adalah penghasilan keluarga. Menurut World Bank, penggambaran orang yang "sangat miskin" adalah orang yang hidup
24
dengan pendapatan kurang dari AS$ 1 per hari, dan "miskin" dengan pendapatan kurang dari AS$ 2 per hari (Masyhuri, 2010) sehingga penggolongan pendapatan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua kategori, yaitu: 1. Pendapatan keluarga dikategorikan “rendah”, apabila peserta Posdaya memiliki pendapatan sebesar < Rp 600.000,-. Pendapatan rendah diberi kode 1. 2. Pendapatan keluarga dikategorikan “tinggi”, apabila peserta Posdaya memiliki pendapatan sebesar > Rp 600.000,-. Pendapatan tinggi diberi kode 2. e. Status dalam Posdaya adalah kedudukan peserta Posdaya dalam Posdaya yang dibedakan menjadi terlibat dalam kepengurusan Posdaya dan tidak terlibat dalam kepengurusan Posdaya. (1) Tidak terlibat dalam kepengurusan Posdaya
: diberi kode 1
(2) Terlibat dalam kepengurusan Posdaya
: diberi kode 2
f. Pengetahuan adalah informasi yang diterima atau kemampuan peserta Posdaya untuk mengetahui atau memahami hal-hal yang berhubungan dengan Posdaya. Pengetahuan mengenai Posdaya diukur dengan memberikan pertanyaan sebanyak 17 soal. Soal yang dijawab benar diberi nilai 1, jawaban yang salah diberi nilai 0. Dengan demikian nilai maksimum 17 dan minimum 0. Tingkat pengetahuan peserta Posdaya mengenai Posdaya dikategorikan rendah dan tinggi. Kategori
Nilai
Tingkat pengetahuan Posdaya rendah
0-8
Tingkat pengetahuan Posdaya tinggi
9-17
g. Pengalaman didapatkan melalui proses belajar peserta Posdaya terhadap segala sesuatu yang pernah dialaminya pada masa lalu seperti pelatihanpelatihan yang pernah didapatkan dari Posdaya maupun pelatihan dari lembaga lainnya atau pertemuan yang diadakan oleh masyarakat atau instansi pemerintah. Terdapat 10 pertanyaan tertutup dan terbuka,
25
mengenai pengalaman peserta Posdaya dalam mengikuti pelatihan dan pertemuan atau rapat. 2. Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari lingkungan luar yang mempengaruhi
persepsi
peserta
Posdaya,
seperti
lingkungan
sosial.
Lingkungan sosial lebih menekankan kepada hubungan interaksi manusia yaitu hubungan peserta Posdaya dengan tetangga, keluarga dan pengurus Posdaya. Variabel ini diukur berdasarkan indikator sebagai berikut: 1. Hubungan peserta Posdaya dengan tetangga yaitu kedekatan yang terjalin antara peserta Posdaya dengan tetangga dekat, dilihat dari intensitas atau frekuensi berinteraksi mereka sebanyak > 2 kali. Mengukur indikator hubungan peserta Posdaya dengan tetangga, diberikan sebanyak 6 pertanyaan. 2. Hubungan peserta Posdaya dengan keluarga yaitu kedekatan yang terjalin antara peserta Posdaya dengan orangtua, suami, istri atau anak, yang dilihat dari intensitas atau frekuensi berinteraksi mereka sebanyak > 2 kali. Mengukur indikator hubungan peserta Posdaya dengan keluarga, diberikan sebanyak 3 pertanyaan. 3. Hubungan peserta Posdaya dengan pengurus Posdaya lainnya kedekatan yang terjalin antara peserta Posdaya dengan pengurus Posdaya lainnya seperti ketua umum Posdaya, ketua Posdaya setiap dusun, ketua setiap bidang serta anggota Posdaya yang bergabung dalam kepengurusan Posdaya. Dilihat dari intensitas atau frekuensi berinteraksi mereka sebanyak > 2 kali. Mengukur indikator hubungan peserta Posdaya dengan anggota Posdaya lainnya diberikan sebanyak 4 pertanyaan. Pengukuran untuk ketiga hubungan ini, diberikan kode dari 1 sampai 2 terhadap sebuah pertanyaan. Kode tersebut mencakup pilihan: (1) Tidak Dekat
: skor 1
(2) Dekat
: skor 2
3. Persepsi peserta Posdaya adalah pandangan peserta Posdaya atau pemaknaan terhadap Posdaya yang meliputi program Posdaya, peran Posdaya, dan fungsi keluarga melalui proses penginderaan dan individu dapat memberikan reaksi (respon).
26
Ketiga indikator dalam Posdaya tersebut akan diukur dengan menggunakan Skala Diferensial Semantik atau skala perbedaan semantik berisikan serangkaian karakteristik bipolar (dua kutub) yang mempunyai tiga dimensi dasar, yaitu: •
Dimensi
evaluasi:
penilaian
untuk
memutuskan
hal-hal
yang
menguntungkan atau tidak menguntungkan terhadap suatu stimulus yaitu berupa baik-buruk, bermanfaat-tidak bermanfaat, penting-tidak penting menarik-tidak menarik, menyenangkan-membosankan. •
Dimensi potensi: kekuatan atau atraksi fisik suatu stimulus yaitu berupa sesuai dengan permasalahan yang ada-tidak sesuai dengan permasalahan yang ada, sesuai dengan potensi masyarakat-tidak sesuai dengan potensi masyarakat, sesuai dengan kebutuhan-tidak sesuai dengan kebutuhan.
•
Dimensi aktivitas: tingkat gerakan suatu stimulus, yaitu mencakup membuat mandiri, membuat ketergantungan, meningkatkan kerjasamamenurunkan
kerjasama,
memperkuat
persaudaran-melemahkan
persaudaraan, meningkatkan kesejahteraan-menurunkan kesejahteraan. Peserta Posdaya diminta untuk menilai suatu objek (Posdaya) yang meliputi program Posdaya pada suatu stimulus yang mempunyai dua sifat bertentangan dan diukur dengan menggunakan skala ordinal. Pada masing-masing stimulus diberikan nilai maksimal 7 dan nilai minimal 1. Mengukur indikator persepsi agar dapat dikaitkan dengan motivasi berperanserta peserta Posdaya, persepsi dikategorikan menjadi dua, yaitu: (1) Negatif : diberi kode 1 (2) Positif : diberi kode 2 Peserta Posdaya yang memiliki persepsi netral, dalam penelitian ini dikategorikan dalam persepsi positif. 4. Motivasi berperanserta pada peserta Posdaya adalah dorongan yang ada di dalam diri maupun dari luar individu peserta Posdaya untuk ikut terlibat mulai dari perencanaan maupun evaluasi program Posdaya untuk memenuhi kebutuhan, harapan, dan keinginan. a. Motivasi merencanakan adalah dorongan yang ada di dalam diri dan dari luar individu peserta Posdaya untuk terlibat dalam proses perencanaan
27
suatu program Posdaya dalam memenuhi kebutuhan, harapan, dan keuntungan yang dirasakan. Motivasi berperanserta peserta Posdaya dalam merencanakan mencakup peransertanya untuk ikutserta dalam pertemuan atau rapat Posdaya dan mengutarakan pendapat di pertemuan atau rapat tersebut.
Mengukur
indikator
motivasi
peserta
Posdaya
dalam
merencanakan program diberikan sebanyak 7 pertanyaan. b. Motivasi melaksanakan adalah dorongan yang ada di dalam diri dan dari luar individu peserta Posdaya untuk terlibat dalam pelaksanaan program Posdaya dalam memenuhi kebutuhan, harapan dan keuntungan. Motivasi berperanserta
peserta
Posdaya
dalam
melaksanakan
mencakup
peransertanya untuk ikutserta dalam pelaksanaan program Posdaya, memanfaatkan fasilitas dari Posdaya, dan menaati peraturan yang diberikan saat pelaksanaan program Posdaya. Mengukur indikator motivasi responden dalam melaksanakan program Posdaya diberikan sebanyak 6 pertanyaan. c. Motivasi mengevaluasi adalah dorongan yang ada di dalam diri dan dari luar individu responden untuk terlibat dalam mengevaluasi suatu program dalam pemenuhan kebutuhan, harapan, dan keuntungan. Motivasi berperanserta
peserta
Posdaya
dalam
mengevaluasi
mencakup
peransertanya untuk ikutserta dalam evaluasi pemenuhan kebutuhan, harapan, dan keuntungan yang dirasakan oleh peserta Posdaya. Mengukur indikator motivasi responden dalam mengevaluasi program Posdaya diberikan sebanyak 6 pertanyaan. Pengukuran untuk ketiga motivasi ini, diberikan kode: (1) Rendah
: diberi kode 1
(2) Tinggi
: diberi kode 2