Wisata DesaTenun Rangrang di Nusa Penida
BAB II PEMAHAMAN TERHADAP WISATA DESA TENUN RANGRANG Pada bab ini akan dijabarkan mengenai pemahaman judul perencanaan yang terbagi atas Wisata Desa, Tenun Rangrang, kajian objek sejenis, dan spesifikasi umum tentang Wisata Desa Tenun Rangrang.
2.1 Pemahaman terhadap Wisata Pemahaman terhadap Wisata akan dijabarkan hal-hal yang berkaitan mengenai definisi, persyaratan,dan lokasi. Uraian-uraian tersebut akan dijelaskan dibawah ini.
2.1.1 Definisi Wisata Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 tahun 1990 Tentang Kepariwisataan menyebutkan bahwa Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata. Dapat disimpulkan bahwa perjalanan memiliki pengertian berkunjung atau mengunjungi, sehingga dalam hal ini objek yang akan dikunjungi menjadi vocal point untuk dapat dilihat.
2.1.2 Syarat-Syarat Wisata Dalam upaya sebagai Objek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) yang perlu diperhatikan sebagai syarat-syarat yang harus dipenuhi sebagai bahan acuan dalam pengadaan perencanaan yaitu : 7 Jurusan Arsitektur | Fakultas Teknik | Universitas Udayana
Wisata DesaTenun Rangrang di Nusa Penida 1. Lokasi Wisata Persyaratan Lokasi tidak harus strategis dalam artian harus berada di pusat kota atau pusat keramaian kota, namun mudah untuk dijangkau, baik dapat dijangkau melalui jalan kaki maupun jalur angkutan umum. Selain itu adanya daya dukung objek wisata lainnya yang terdapat pada lokasi pengadaan perencanaan wisata, sehingga pengunjung dapat menikmati keragaman wisata yang ada.
Tabel 2.1 Objek dan Daya Tarik Wisata Nusa Penida
8 Jurusan Arsitektur | Fakultas Teknik | Universitas Udayana
Wisata DesaTenun Rangrang di Nusa Penida Lanjutan tabel 2.1 Objek dan Daya Tarik Wisata Nusa Penida
Sumber : RDTR Pariwisata Nusa Penida Kabupaten Klungkung 2006-2015
2. Sarana dan Prasarana Transportasi Sarana dan prasarana transportasi yang ada secara keseluruhan belum mendukung untuk pengembangan kegiatan wisata. Namun dengan adanya rute pelabuhan boat yang cukup banyak seperti Toya Pakeh, Buyuk, dan Sampalan serta kapal RoRo, dapat menjadi triger pembangunan objek wisata Nusa Penida. a. Jalan Prasarana jalan di wilayah Nusa Penida pada umumnya telah menjangkau atau menghubungkan seluruh desa yang ada, bahkan telah mencapai BanjarBanjar. Dilihat dari jenis perkerasan jalan, maka terlihat bahwa panjang jalan yang beraspal 110,5 km, panjang jalan yang diperkeras 7,5 km, lebar jalan berkisar antara 4-6 meter dengan kualitas jalan dapat dikategorikan sedang sampai rusak. 9 Jurusan Arsitektur | Fakultas Teknik | Universitas Udayana
Wisata DesaTenun Rangrang di Nusa Penida b. Sistem Angkutan Sitem angkutan penumpang dan barang yang mengalami wilayah wisata Nusa Penida adalah jenis pick-up. Angkutan umum tersebut merupakan angkutan pedesaan yang melayani rute dan waktu operasi yaitu dari pelabuhan ke desadesa/banjar, dari pasar Sampalan ke desa antar desa. Terminal angkutan umum yang terdapat di pelabuhan Buyuk, Mentigi, dan Pasar Sampalan. c. Penyeberangan Angkutan Laut Pelayanan angkutan laut di Nusa Penida umumnya menggunakan perahu motor tempel, speed boat/kapal pesiar lainnya. pelabuhan di Bali daratan yang melayani perjalanan ke Nusa Penida adalah pelabuhan tradisional Banjar Bias, Banjar Tribuana dan Kusamba di Kabupaten Klungkung, Pelabuhan Padang Bai di Karang Asem dan pelabuhan wisata Benoa dan Sanur di Kabupaten Badung.
Gambar 2.1 Kondisi Sarana dan Prasarana Transportasi Nusa Penida Sumber : RDTR Pariwisata Nusa Penida Kabupaten Klungkung 2006-2015
10 Jurusan Arsitektur | Fakultas Teknik | Universitas Udayana
Wisata DesaTenun Rangrang di Nusa Penida 3. Jejalur Pergerakan Jejalur pergerakan dapat member manfaat dan peluang bagi pengunjung apabila lokasi perencanaan Wisata Edukasi Tenun Rangrang di Nusa Penida antara lain : a. Perpindahan dari satu tempat ke tempat lain, melainkan juga suatu pengalaman perjalanan b. Atraksi sepanjang perjalanan (dari lingkungan yang dilewati hingga moda transportasi itu sendiri) menjadi hal yang penting. c. Jejalur kegiatan wisata dapat dikomposisikan dengan jejalur bagi kegiatan non wisata guna mendapatkan interaksi wisata dengan penduduk.
Gambar 2.2 Peta Potensi Objek Wisata Nusa Penida Sumber : RDTR Pariwisata Nusa Penida Kabupaten Klungkung 2006-2015
11 Jurusan Arsitektur | Fakultas Teknik | Universitas Udayana
Wisata DesaTenun Rangrang di Nusa Penida 2.2 Pemahaman terhadap Wisata Desa Desa Wisata adalah suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi, dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi dan social budaya yang berlaku. selain berbagai keunikan, kawasan desa wisata juga harus memiliki berbagai fasilitas untuk menunjangnya sebagai kawasan tujuan wisata seperti sarana transportasi, telekomunikasi, kesehatan, dan juga akomodasi. Sehingga para pengunjung turut merasakan suasana pedesaan. (Nurhayati, Wiendu. 1993. Consept, Perspective and Challenges. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 2-3) Dalam hal ini wisata desa ditekankan pada kerajinan Tenun Rangrang sebagai objek wisata baik dari proses pembuatan, tahapan-tahapan, sampai hasil karya yang mempunyai ciri khas dari masyarakat setempat. Fungsi pengadaan wisata desa tenun Rangrang yaitu memberi peluang pengunjung/wisatawan untuk mempelajari seluk beluk mengenai kerajinan Tenun Rangrang sebagai warisan budaya yang harus dilestarikan. Selain itu upaya untuk pengembangan kain Rangrang dengan cara mengadakan kain tenun sebagai objek wisata dan pameran temporer yang akan dilaksanakan.
2.3 Pemahaman terhadap Wisata Desa Tenun Sesuai dengan fungsi wisata desa yaitu warisan budaya berupa kain tenun sebagai objek wisata yang mengarah pada aspek pelestarian. Wisata desa dalam hal ini merupakan pengembangan dan pelestarian kain tenun rangrang sebagai ciri khas demi meningkatkan perekonomian masyarakat desa Karang yang dihasilkan dari home industry menjadi sekelompok pengerajin yang memperkenalkan hasil karyanya melalui sebuah pameran. Selain itu memberi kesempatan pengunjung untuk menambah informasi mengenai proses dan tahapan pembuatan kain Rangrang dari awal sampai siap untuk dipasarkan. Penyajian kain tenun untuk para pengunjung/wisatawan, perlu adanya cara dalam penyajiannya. Terdapat dua bentuk penyajian terhadap pengunjung yang dibedakan menjadi pengunjung lama dan pengunjung baru, yaitu : 12 Jurusan Arsitektur | Fakultas Teknik | Universitas Udayana
Wisata DesaTenun Rangrang di Nusa Penida 1.
Pengunjung lama Merupakan para kolektor, para perancang, ilmuwan dan mahasiswa yang seakan-akan mempunyai hubungan tertentu dengan motivasi yang jelas yaitu untuk wisata sekaligus pembelajaran mengenai kerajinan tenun
2.
Pengunjung baru Merupakan pengunjung yang datang tanpa tujuan yang khusus dan hanya ingin melihat kerajinan tenun. Dari kedua jenis pengunjung diatas, terdapat 3 macam motivasi yang dapat
diamati terkait dengan penyajian kain tenun sebagai wisata edukasi yaitu : a. Ingin melihat nilai keindahan (estetik) b. Ingin mendapatkan informasi dan pembelajaran yang lebih banyak mengenai tenun (intelektual) c. Ingin menempatkan diri dalam suasana lain yang berbeda dari lingkungan asalnya.
Selain memperkenalkan, perawatan terhadap benda yang akan dilestarikan sangatlah penting. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kondisi fisik benda yang dapat menyebabkan kerusakan yaitu faktor lingkungan, dan kondisi iklim. 1. Faktor Lingkungan Lingkungan tempat pengadaan perencanaan wisata edukasi merupakan hal utama yang perlu diperhatikan, karena sabagai tempat untuk pelestarian dan perawatan. Dari faktor lingkungan yang perlu diperhatikan adalah hewan (serangga) dan lingkungan sekitar (masyarakat). a. Hewan (serangga) Pencegahan
terhadap
gangguan
serangga
dilakukan
dengan
cara
menggunakan jenis kayu yang tidak mudah dimakan rayap, seperti kayu jati. Kualitas kayu jati sangat terjamin dan kuat sebagai struktur pondasi pada jaman Bali Aga. b. Lingkungan Sekitar (masyarakat) 13 Jurusan Arsitektur | Fakultas Teknik | Universitas Udayana
Wisata DesaTenun Rangrang di Nusa Penida Masyarakat sebagai pelaku dalam ikut serta untuk melestarikan benda yang mereka miliki sebagai warisan budayanya. 2. Faktor Kondisi Iklim Kondisi iklim yang terlampau kering dapat menimbulkan kerusakan pada bendabenda yang akan dilestarikan. Demikian pula kondisi iklim yang terlalu lembab sangat berpengaruh pada berkembangnya jamur dan bakteri sehingga memberi keuntungan pada beberapa jenis serangga untuk berkembang. Selain itu faktor udara juga perlu diperhatikan. Pencemaran udara dapat mengakibatkan proses pelenturan, pelunakan, dan pelapukan terhadap bahan benda.
2.4 Pemahaman terhadap Wisata Desa Tenun Rangrang Perkembangan kain tenun Rangrang Nusa Penida sebagai objek dan daya tarik wisata yang direncanakan, UU No 9 tahun 1990 tentang Kepariwisataan menyebutkan bahwa pembangunan objek dan daya tarik wisata dilakukan dengan memperhatikan nilai-nilai agama, adat istiadat, serta pandangan nilai-nilai hidup dalam masyarakat (kelestarian budaya dan lingkungan hidup) Wisata Desa Tenun merupakan suatu tempat wisata berupa desa pengerajin kain rangrang yang diproduksi oleh masyarakat setempat yang bersifat home industry dan terdapat fasilitas yang mewadahi sejumlah pengerajin tenun Rangrang yang didalamnya terdapat bale tenun sekaligus sebagai pelatihan, tempat pelestarian tenun, proses pembuatan tenun, hingga motif tenun. Untuk pemesanan kain, pengunjung dapat langsung memesan pada pengerajin tenun pada desa tersebut dan bagian staf operasional yang mengatur tenun, baik motif dan kombinasi warna yang diinginkan oleh pengunjung. Pada fasilitas wisata, bentuk penyajian wisata berupa pameran temporer yang memamerkan jenis alat tenun yang digunakan, cara membuat kain dari tahap awal sampai akhir, dan beberapa contoh kain Rangrang yang sudah jadi sebagai dokumentasi dan informasi yang bertujuan untuk daya tarik wisatawan. Pameran merupakan suatu kegiatan promosi produk yang dihasilkan oleh produsen/kelompok organisasi kepada calon pembeli/pengunjung. Adapun jenis pameran yang akan dijelaskan sebagai berikut. 14 Jurusan Arsitektur | Fakultas Teknik | Universitas Udayana
Wisata DesaTenun Rangrang di Nusa Penida a. Pameran Temporer Merupakan pameran yang diadakan dalam jangka waktu tertentu, minimal 10 hari dan maksimal berlangsung 30 hari. b. Pameran Tetap (Permanent) Merupakan pameran yang menyajikan berbagai jenis bahan yang berkaitan dengan tenun, baik yang akan dijual maupun berupa pajangan. Selain itu juga menyajikan pelatihan proses tenun dengan waktu penyelenggaraan minimal 1 tahun sekali.
2.5 Tentang Tenun Rangrang Kain Tenun Rangrang ini merupakan kain tenun yang berasal dari Pulau Bali, tepatnya adalah Nusa Penida Bali. Kain Rangrang merupakan salah satu kain tenun dari Bali yang cukup terkenal selain dari kain tenun Gringsing, kain songket, kain endek dan kain poleng. Selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, pembuatan kain tenun ini juga untuk melestarikan kebudayaan tradisional serta sebagai sarana dalam upacara keagamaan dan pakaian adat.
Gambar 2.3 Bentuk pengolahan kain tenun Rangrang Sumber : www.google.com
15 Jurusan Arsitektur | Fakultas Teknik | Universitas Udayana
Wisata DesaTenun Rangrang di Nusa Penida Kain tenun Rangrang menggunakan teknik penerapan corak ikat tunggal. Biasanya kain tenun ini memiliki latar berwarna kuning atau merah. Namun beberapa diantaranya diberikan beragam motif pada bagian tengahnya seperti pohon cemara. Sedangkan hiasan untuk bagian tepinya biasa menggunakan motif daun bakung sebagai togog. Pada kain tenun Rangrang ini selalu terdapat garis yang berwarna putih yang dikenal sebagai pangoh taji, yaitu seperti pisau yang dipakai oleh petarung ayam dalam acara sabung ayam.
2.6 Jenis Kain Tenun Rangrang Pada kain tenun Rangrang terdapat beberapa jenis/motif kain sebagai corak dan ciri khasnya diantaranya pangoh taji, byanglala, silang, wajik, dan MM. Dalam motif yang ditampilkan terdapat salah satu jenis sebagai symbol kegiatan sosial budaya dari adat istiadat masyarakat setempat yaitu Pangoh taji. Pangoh taji seperti pisau yang dipakai oleh petarung ayam dalam acara sabung ayam, masyarakat setempat menyebutnya “Tajen Gede atau tajen Semer” yang dilakukan setiap 1 tahun sekali. Jenis kain tenun rang akan dijelaskan sebagai berikut. 1.
Rangrang Pangoh Taji Motif Pangoh taji ini dibuat menyerupai pisau ayam tarung dengan bagian sudutnya dibuat sangat lancip. Pangoh taji ini sebagai symbol dari
kegiatan
sosial
budaya
masyarakat
setempat yaitu “Tajen Semer”
Gambar 2.4 Motif kain Rangrang Pangoh Taji Sumber : Observasi, 3 Oktober 2014
16 Jurusan Arsitektur | Fakultas Teknik | Universitas Udayana
Wisata DesaTenun Rangrang di Nusa Penida 2.
Rangrang Byanglala Motif Byanglala ini dibuat dengan sudut tumpul/berliku-liku.
Kemudian
member
pinggiran sudut tumpulnya warna berbeda dengan tujuan untuk mempertegas bentuk motif yang dibuat sipenenun.
Gambar 2.5 Motif kain Rangrang Byanglala Sumber : Observasi, 3 Oktober 2014
3.
Rangrang Silang Motif Silang dibuat tidak jauh dari bentuk motif lainnya. namun yang membedakan motif silang ini dari motif lainnya yaitu sistem pewarnaannya pada bagian tengah dengan selang-seling. Sehingga masyarakat
setempat menyebutnya motif silang. Gambar 2.6 Motif kain Rangrang Silang Sumber : Observasi, 3 Oktober 2014
4.
Rangrang Wajik Motif Wajik dibuat berbentuk wajik yang cukup besar. Namun beberapa variasi bentuk, penenun membuat ukuran wajik yang lebih kecil, tergantung dari pemesanan pembeli.
Gambar 2.7 Motif kain Rangrang Wajik Sumber : Observasi, 3 Oktober 2014
17 Jurusan Arsitektur | Fakultas Teknik | Universitas Udayana
Wisata DesaTenun Rangrang di Nusa Penida 5.
Rangrang MM Motif MM dibuat menyerupai bentuk M pada kain. Cara membedakan bentuk huruf M yaitu dengan warna. Terlihat pada gambar disamping, bentuk huruf M sangat jelas dengan kombinasi warna sebagai cirinya.
Gambar 2.8 Motif kain Rangrang MM Sumber : Observasi, 3 Oktober 2014
2.7 Proses Kerja Kain Tenun Rangrang Pembuatan kain tenun Rangrang menggunakan 2 alat tenun tradisional (bukan mesin) yaitu tenun Cag-cag dan tenun Abah yang dimodif. Alat tenun Cag-cag sudah ada sejak tahun 1990-an di Nusa Penida dan digunakan oleh orang tua “lingsir” disana, sehingga
keberadaan
tenun
Cag-cag sudah mulai
punah,
karena
penggunaannya cukup sulit serta adanya tenun Abah yang dimodif dan lebih efektif digunakan untuk menenun. Selain itu penggunaan tenun Cag-cag yang dominan digunakan oleh “pelingsir” dengan faktor umur yang tidak kuat duduk dengan pinggang dijepit oleh por. Sehingga tidak mudah untuk melakukan aktivitas lain apabila sudah mengerjakan kain tenun. Sedangkan masyarakat setempat sebagian besar berprofesi sebagai petani.
Gambar 2.9 Tenun Cag-cag Sumber : Observasi, 3 Oktober 2014
18 Jurusan Arsitektur | Fakultas Teknik | Universitas Udayana
Wisata DesaTenun Rangrang di Nusa Penida
Gambar 2.10 Tenun Abah Sumber : Observasi, 3 Oktober 2014
Kain tenun Rangrang saat ini telah berkembang pesat dan diperlukan orang lain karena dapat diolah menjadi berbagai macam selain sebagai sarana upacara yaitu bahan baju, tas, sandal dan sepatu, serta mode show lainnya. Untuk memproleh bahan berupa benang dipesan dari Klungkung tepatnya Banjar Tagtag Sampalan Kelod. Khusus untuk tenun Abah pemesanan benang dibuat dalam gulungan benang yang disebut “bum” dengan jumlah kain yang dihasilkan yaitu 44-54 kain dengan ukuran 2 X 1,6 meter (kamen). Dalam pembuatan kain tenun, terdapat beberapa tahap yang dilakukan sampai terwujudnya lembaran kain sebagai berikut. (Wawancara dengan Ni Wayan Wasih, 38 tahun, tanggal 4 September 2014, pengerajin tenun Rangrang).
Gambar 2.11 Detail tenun cag-cag Sumber : Observasi, 3 Oktober 2014 19 Jurusan Arsitektur | Fakultas Teknik | Universitas Udayana
Wisata DesaTenun Rangrang di Nusa Penida 2.7.1 Tenun Cag-cag Tenun Cag-cag adalah alat tenun manual yang digunakan oleh satu orang dengan cara duduk dan posisi kaki menjulur kedepan, kemudian bagian pinggang dijepit dengan por. Proses ini disebut dengan magohin. Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pembuatan kain Rangrang dengan alat tenun Cag-cag adalah sebagai berikut. a. Tahap Persiapan Pada tahap persiapan terdapat pula beberapa proses yang harus dilakukan yaitu sebagai berikut. - Ngrerek Mula-mula benang yang sudah dipesan dikrerek menyerupai gulungan bambu (buluh), sampai beberapa gulungan yang disebut dengan benang lungsi. Bahan benang yang digulung digunakan sebagai warna dasar dari pembuatan kain tenun. Panjang untuk warna dasar biasanya 20-25 meter, sehingga kain tenun yang dapat dihasilkan mencapai 13-16 kain tenun.
Gambar 2.12 Tahap ngrerek
- Ngangining Langkah selanjutnya adalah nganginin. Pada proses ini benang yang sudah digulung hasil dari krerekan tersebut, kemudian kemudian dibentangkan dengan lantihan. Dengan panjang mencapai 20-25 meter sebagai warna dasar. - Nyuluh atau Nyuntik 20 Jurusan Arsitektur | Fakultas Teknik | Universitas Udayana
Wisata DesaTenun Rangrang di Nusa Penida Pada bagian ini ujung panen yang dipegang dengan apit, satu-persatu akan dimasukkan kecelah-celah serat dengan alat penyuntik. Kemudian bagian pinggir sebagai lis telah diperhitungkan oleh penenun agar kain menjadi lebih kuat. - Nyasah Pada tahap ini benang yang sudah selesai dingangining kemudian bagian ujungnya dihubungkan dengan pandalan dan apit. Setelah itu pada guun bandulannya dimasukkan jeriring diantara persilangan benang lungsi yang berhadapan dengan serat. Benang lungsi dibeberkan sampai Nampak lembar kain yang akan ditenunnya. - Magohin Tahap terakhir adalah magohin yaitu mengencangkan benang lungsi agar sesuai dengan tempat duduk sipenenun sehingga merasa nyaman dalam menenun. Dari tahap persiapan yang dilakukan dapat digambarkan prosesnya dalam bentuk diagram yaitu sebagai berikut. NGREREK
NYULUH NGANGININ
MAGOHIN NYASAH
G
TENUN
Gambar 2.13 Proses Tahapan tenun Cag-cag
b. Tahap Pembuatan Motif Benang yang digunakan untuk pembuatan motif adalah benang hasil liduan/ulakan. Liduan/ulakan adalah benang yang dililitkan ke bahan plastik bekas ember yang dibuat berbentuk persegi panjang yang bagian sudutnya tumpul. Proses pembuatan motif dengan teknik menyulam/memasukkan benang ulakan pada benang lungsi sesuai dengan motif yang telah direncanakan. Agar membuat benang pakan rapat dan hasil kain yang bagus, alat yang digunakan untuk merapatkan benang disebut belida. Belida adalah sejenis kayu halus yang 21 Jurusan Arsitektur | Fakultas Teknik | Universitas Udayana
Wisata DesaTenun Rangrang di Nusa Penida membentang ditengah-tengah persilangan benang lungsi bertujuan untuk sebagai pembatas antara benang atas dan benang bawah pada saat proses penyilangan.
c. Tahap Finishing Tahap finishing dilakukan setelah kain tenun selesai ditenun, kemudian menambahkan bagian pinggir dengan warna benang yang berbeda. Hal ini bertujuan sebagai pembatas antara kain yang sudah jadi dengan pembuatan kain baru.
2.7.2 Tenun Abah Tenun Abah adalah alat manual yang dapat digunakan oleh satu atau dua orang sekaligus dengan posisi kaki menginjak bagian penyilangan, kemudian mendorong serat benang agar kain menjadi rapat dan rapi. Proses pembuatan kain dengan dua alat ini hampir sama yaitu teknik dobel ikat dan menyulam, namun yang membedakannya hanyalah cara menenun dan posisi serta lama waktu pembuatannya lebih diunggulkan tenun abah. Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pembuatan kain Rangrang dengan alat tenun Abah adalah sebagai berikut. a. Tahap Persiapan Tahap pertama pada tenun Abah sangatlah sederhana. Terlebih dahulu benang gulungan/bum dipasang pda jepitan tenun kemudian ujungnya benang dimasukkan ke serat dengan proses nyuntik. Bagian tengah benang bum diberi buluh/tiing untuk mempermudah penyilangan benang. Untuk pelilitan benang dikaitkan pada bagian bawah tenun yaitu bass.
b. Tahap Pembuatan Motif Benang yang digunakan untuk pembuatan motif adalah benang hasil liduan/ulakan. Liduan adalah benang yang dililitkan ke bahan plastik bekas ember yang dibuat berbentuk persegi panjang yang bagian sudutnya tumpul. Proses pembuatan motif dengan teknik menyulam/memasukkan benang ulakan pada benang dasar/bum sesuai dengan motif yang telah direncanakan. Agar 22 Jurusan Arsitektur | Fakultas Teknik | Universitas Udayana
Wisata DesaTenun Rangrang di Nusa Penida membuat benang pakan rapat dan hasil kain yang bagus, alat yang digunakan untuk merapatkan benang disebut kelteg. Kelteg adalah serat benang yang tepat berada didepan penenun yang dilakukan setelah selesai injakan penyilangan.
c. Tahap Finishing Tahap finishing dilakukan hampir sama dengan tenun Cag-cag yaitu setelah kain tenun selesai ditenun, kemudian menambahkan bagian pinggir dengan warna benang yang berbeda. Hal ini bertujuan sebagai pembatas antara kain yang sudah jadi dengan pembuatan kain baru.
Gambar 2.14 Proses Pengerjaan Kain Rangrang dengan Tenun Abah Sumber : Observasi, 3 Oktober 2014
2.8 Fungsi Kain Tenun Rangrang Kain tenun Rangrang berfungsi sebagai sarana upacara seperti kamen dan senteng dalam pakaian adat Bali khususnya. Alternatif lain dapat diolah menjadi hiasan asesoris seperti tas dan sandal/sepatu, bahan pakaian (rock dan baju). Untuk masyarakat Desa Karang khususnya keberadaan kain Rangrang sangat membantu perekonomian karena nilai jualnya cukup tinggi.
23 Jurusan Arsitektur | Fakultas Teknik | Universitas Udayana
Wisata DesaTenun Rangrang di Nusa Penida
Gambar 2.15 Bentuk pengolahan kain Rangrang Sumber : www.google.com
2.9 Kajian Studi Banding Studi banding pada umumnya merupakan objek sejenis sebagai bahan pembanding dalam perencanaan terhadap proyek yang akan direncanakan yaitu wisata desa tenun rangrang di Nusa Penida
1. Rumah/Bale Tenun Cepuk di Banjar Tagtag, Sampalan Kelod, Klungkung Pengerajin tenun Cepuk di Banjar Tagtag, Sampalan Kelod, Klungkung sudah ada sejak tahun 1990-an. Namun dalam proses pengerjaannya dilakukan disetiap rumah tangga. Melihat perkembangan penenun dan pesatnya perkembangan buruh dari luar seperti Nusa Penida. Masyarakat desa Sampalan Kelod, Klungkung membuat Bale/Rumah tenun. Disamping sebagai mata pencaharian, keberadaan bale tenun cepuk juga memberi pembelajaran dan dapat mengembangkan kreativitas baik masyarakat setempat maupun luar.
Gambar 2.16 Rumah Tenun Cepuk di Banjar Tagtag, Sampalan Kelod, Klungkung Sumber : Observasi, 8 September 2014 24 Jurusan Arsitektur | Fakultas Teknik | Universitas Udayana
Wisata DesaTenun Rangrang di Nusa Penida Terlihat pada gambar 2.16 di atas, beberapa jumlah tenun dikumpulkan dalam satu wadah/rumah tenun. Dari beberapa tenun ini terdapat berbagai macam warna dan ragam hias kain yang dihasilkan. Dalam pembuatan kain tenun cepuk tentu adanya proses tahapan sebelum dilakukannya menenun. Proses tersebut adalah pewarnaan dan pengolahan benang. Benang yang digunakan adalah benang bent sebagai benang lungsi untuk menenun. Pewarnaan benang menggunakan bahan bubuk seperti wantek kemudian digantung pada bambu agar benang cepat kering (diangin-anginkan).
Gambar 2.17 Bubuk warna dan pengeringan benang Sumber : Observasi, 8 September 2014
Setelah itu dilakukan proses susut benang agar tidak melekat antara benang satu dengan yang lainnya. kemudian proses nganginin benang lungsi sebelum digulung menjadi bum benang. Proses tersebut dilakukan dibagian belakang bale/rumah tenun.
Bum
Gambar 2.18 Proses penggulungan bum Sumber : Observasi, 8 September 2014 25 Jurusan Arsitektur | Fakultas Teknik | Universitas Udayana
Wisata DesaTenun Rangrang di Nusa Penida Semua tahapan tersebut dilakukan dengan manual (tanpa mesin). Hal ini membutuhkan keahlian dan tenaga yang cukup banyak. Para pengusaha tenun pada umumnya adalah orang-orang yang mempunyai pengalaman yang banyak dalam dunia tenun. Sebagai objek persaingan dunia perdagangan yang sering terjadi adalah corak-corak baru yang dikeluarkan oleh setiap pengusaha pengrajin tenun.
2. Museum Bali Museum Bali terletak di pusat kota Denpasar, tepatnya di jalan Mayor Wisnu. Pada bagian sebelah utara museum terdapat Pura Jagatnatha, sedangkan lapangan Puputan Badung berada di depan Museum Bali. Bila menggunakan kendaraan bermotor, jarak tempuh menuju Museum Bali memerlukan waktu kira-kira kurang lebih 45 menit lebih kurang 13 km perjalanan dari Bandara Ngurah Rai.
Gambar 2.19 Museum Bali Sumber : Observasi, 9 September 2014
Museum Bali adalah museum penyimpanan peningggalan masa lampau manusia dan etnografi. Koleksi museum terdiri dari benda-benda etnografi antara lain peralatan dan prlengkapan hidup, kesenian, keagamaan, bahasa tulisan dan lainlainnya yang mencerminkan kehidupan dan perkembangan kebudayaan bali. Museum Bali ini berdiri pada tahun 1910 yaitu setelah kerajaan Badung diduduki Belanda. Perencanaan awal berdirinya Museum Bali adalah pejabat Pemerintah Belanda Asisten Residen bernama W. F. J. Kroon dan dibantu oleh arsitek Jerman bernama Curt Grundler serta para undagi seperti I Gusti gede Ketut Kandel dari Banjar Abasan 26 Jurusan Arsitektur | Fakultas Teknik | Universitas Udayana
Wisata DesaTenun Rangrang di Nusa Penida dan Igusti Ketut Rai dari Banjar Belong. Kemudian dana pembangunan dan material berasal dari raja-raja yaitu Buleleng, Tabanan, Badung dan Karangasem.
Gambar 2.20 Eksterior dan pentu masuk Museum bali Sumber : Observasi, 9 September 2014
Eksterior dinding, halaman, dan gerbang dirancang dengan gaya khas puri atau kerajaan di Denpasar. Ada empat paviliun di museum ini yang mewakili berbagai kabupaten di Bali. Pada bagian utara terdapat paviliun Tabanan. Koleksikoleksi yang ditampilkan adalah peralatan tari seperti kostum tari, semua jenis topeng untuk tarian topeng, wayang kulit, keris (pedang tradisional Bali) untuk tari Calon Arang, dan juga beberapa patung kuno.
Gambar 2.21 Benda-benda Koleksi Museum bali Sumber : Observasi, 9 September 2014
27 Jurusan Arsitektur | Fakultas Teknik | Universitas Udayana
Wisata DesaTenun Rangrang di Nusa Penida Di tengah berdiri paviliun Buleleng. Bangunan tempat menyimpan koleksi pakaian Bali termasuk kipas tradisional Bali. Paviliun terakhir, yang terletak di pintu masuk utama di mana terlihat kulkul yang tinggi menjulang (gambar 2.), serta berbagai koleksi prasejarah lainnya. Sedangkan lantai atas paviliun ini menampilkan koleksi seni rupa Bali. Museum Bali dibuka setiap : Minggu – Kamis 08.00-15.00 WITA Jumat : 08.00-12.30 WITA Sabtu dan libur resmi : tutup 2.10 Kesimpulan Kajian terhadap Proyek Sejenis Adapun rincian kesimpulan kajian terhadap beberapa proyek sejenis diatas dapat dilihat pada tabel 2.2 dibawah ini : Tabel 2.2 Kesimpulan Kajian terhadap Proyek Sejenis FASILITAS
Fasilitas Wisata
Benda yang
RUMAH TENUN CEPUK KLUNGKUNG
MUSEUM BALI
Balai rumah tenun
Gedung Tabanan
Tempat menenun
Gedung Karangasem
pengembangan motif baru
Gedung Buleleng
Kain Cepuk Klungkung
Benda sejarah dan
dipamerkan
prasejarah, barang kesenian, alat pertanian, patung
Ciri Khas
Tenun Cepuk dikerjakan
Memaparkan mengenai
dengan tenun manual (ATBM)
sejarah dan prasejarah
Ruang yang
balai rumah tenun
khusus ruang pameran
disediakan dan
(15,90 x 6,65)
(13,65 x 9)
luasannya (m2)
gudang (12,65 x 9,56) 28
Jurusan Arsitektur | Fakultas Teknik | Universitas Udayana
Wisata DesaTenun Rangrang di Nusa Penida 2.11 Spesifikasi Umum Proyek 1. Fungsi Sebagai tempat wisata dan proses pembelajaran tenun serta mewadahi pelestarian warisan budaya yang mengakomodasi kegiatan wisata serta pameran temporer guna mengembangkan wawasan mengenai Kain Tenun Rangrang. 2. Tujuan dan Sasaran Tujuan - Menjadi tempat wisata baru Nusa Penida - Memberi informasi terhadap pengunjung mengenai kain rangrang - Memperkenalkan produk kain tenun Rangrang serta diperjualbelikan hingga ke luar negeri Sasaran dari pengdaan wisata desa Tenun Rangrang ini adalah menjadikan kain Tenun Rangrang sebagai warisan budaya yang diakui dunia 3. Fasilitas Sesuai dengan fungsi dan sifat kegiatannya, Wisata Edukasi Tenun Rangrang memilki fasilitas sebagai berikut. A. Fasilitas Utama Tempat wisata yang mengarah pada rumah tenun dalam proses pengenalan dan pembelajaran serta upaya pelestarian Kain tenun yang mengarah pada museum yang bercerita tentang proses pembuatan kain tenun mulai dari proses awal hingga siap untuk dipasarkan. B. Fasilitas Penunjang Ruang serbaguna yang didalamnya mencakup pemaparan dan pemberian informasi pembelajaran terhadap pengunjung wisata dan dilain waktu dapat digunakan sebagai ruang pameran temporer yang menampilkan kain Tenun Rangrang masyarakat setempat untuk diperjaulbelikan. C. Fasilitas Pelayanan Memfasilitasi kegiatan-kegiatan pengelola dan servis 29 Jurusan Arsitektur | Fakultas Teknik | Universitas Udayana
Wisata DesaTenun Rangrang di Nusa Penida 4. Lingkup Pelayanan Wisatawan domestik maupun internasional serta masyarakat umum yang berkunjung ke Nusa Penida, dan di waktu tertentu diadakan pameran hasil Tenun Rangrang untuk diperjualbelikan. 5. Sistem Pengelolaan Sistem pengelolaan dijalankan oleh Masyarakat Desa atau pihak swasta yang berbadan hokum yang bertugas menghimpun dana dalam upaya pelestarian tenun Rangrang dengan partisipasi masyarakat setempat. 6. Ruang Lingkup Mencakup dibidang pariwisata, pengembangan, serta pelestarian akan nilainilai budaya berupa proses pembuatan Kain Tenun Rangrang. 7. Aktivitas dan Fasilitas Adapun aktivitas yang dilakukan yaitu sebagai berikut. Kegiatan wisata berupa proses pembuatan Kain Tenun Rangrang pada Rumah/Bale tenun Produk Kain Tenun Rangrang yang dipamerkan berupa motif dan jenis kain seperti kamen, selendang, dan dalam pameran temporer yang diadakan Pelestarian Kain Tenun Rangrang diletakkan terpisah agar tidak rusak. Alat tenun yang digunakan masih tradisional yaitu tenun Cag-cag dan tenun Abah serta alat pendukung lainnya. Adapun fasilitas yang dibutuhkan secara umum yaitu sebagai berikut. Fasilitas Wisata Fasilitas Pelestarian dan Informasi Fasilitas Pengembangan Fasilitas Pengelolaan dan Servis
30 Jurusan Arsitektur | Fakultas Teknik | Universitas Udayana
Wisata DesaTenun Rangrang di Nusa Penida 8. Persyaratan Lokasi Persyaratan lokasi yang harus dipenuhi dalam perancangan Wisata Desa Tenun Rangrang dengan pertimbangan : 1. Lokasi yang dihubungkan dengan nilai dan awig-awig desa tidak menyalahi peruntukan 2. Lokasi yang termasuk kawasan efektif pariwisata 3. Lokasi yang dikaitkan dengan usaha-usaha pengembangan kerajinan serta dekat dengan daerah potensi lokal 4. Lokasi yang dituju memiliki daya tarik wisata sepanjang perjalanan. 5. Disekitaran lokasi memiliki fasilitas penunjang wisata seperti penginapan, transportasi, dan telekomunikasi
31 Jurusan Arsitektur | Fakultas Teknik | Universitas Udayana